nht

15
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu kemajauan suatu Negara adalah sumber daya manusia yang berkualitas dan handal, yang dibutuhan dalam menghadapi persaingan di dunia internasional yang semakin mengglobal, sektor stategis yang dapat mewujudkan peningkatan sumber daya manusia adalah sektor pendidikan. Pendidikan nasional diartikan sebagai upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia, Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi, antara lain melalui pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Tetapi pada kenyataannya, tanggung jawab terbesar dalam

Upload: amran-yahya

Post on 04-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal

TRANSCRIPT

7

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSalah satu faktor penentu kemajauan suatu Negara adalah sumber daya manusia yang berkualitas dan handal, yang dibutuhan dalam menghadapi persaingan di dunia internasional yang semakin mengglobal, sektor stategis yang dapat mewujudkan peningkatan sumber daya manusia adalah sektor pendidikan. Pendidikan nasional diartikan sebagai upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia, Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi, antara lain melalui pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Tetapi pada kenyataannya, tanggung jawab terbesar dalam melaksanakan pendidikan berada pada sekolah dan komponen-komponen sekolah.

Pendidikan di sekolah berlangsung dalam suatu interaksi antara siswa dan guru, untuk mencapai tujuan tertentu, dan disebut dengan pembelajaran. Pembelajaran seperti yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, bahwa: pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, dibuatkan suatu kurikulum pengajaran yang memuat materi-materi yang harus diajarkan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1 meyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat, di antaranya adalah matematika.Fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir dan mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Pendidikan matematika memiliki peranan penting dalam mencerdaskan kemampuan berpikir dan daya nalar siswa, karena matematika memiliki objek dasar abstrak dan kebenaran yang berdasarkan pada kebenaran dan konsistensi. Dengan mempelajari matematika, siswa diharapkan mampu melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan, mengembangkan kreativitas dengan imajinasi, melakukan pemecahan masalah serta mampu mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran matematis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika penting untuk di ajarkan utamanya kepada siswa di SD. Disamping itu, siswa juga perlu menyadari bahwa pembelajaran matematika sangat berguna bagi dirinya.

Ebbut (Tim Kurikulum, 2006) mendefinisikan matematika sekolah yang selanjutnya disebut sebagai matematika, sebagai berikut:

a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan.

c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving).

d. Matematika sebagai alat komunikasi.

Dari pendapat di atas, menunjukkan bahwa dengan mempelajari matematika, diharapkan dapat melatih kemampuan siswa dalam hal nalar, berfikir logis, berkomunikasi dengan faktual, serta mampu menyelesaikan masalah.

Namun kenyataannya di lapangan, masih banyak Sekolah Dasar yang proses pembelajarannya masih bersifat konvensional, walaupun tidak semua Sekolah Dasar yang bentuk pembelajarannya demikian, dimana guru secara aktif menyajikan materi tanpa mengaktifkan skemata siswa terlebih dahulu yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Metode pembelajaran tersebut, apabila diterapkan pada materi tertentu, seperti Matematika, relatif kurang efektif. Pemanfaatan sarana pembelajaran yang tersedia disekitar sekolah juga belum maksimal, bahkan cenderung membosankan sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal pada beberapa mata pelajaran, termasuk pada mata pelajaran Matematika. Rendahnya perolehan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas.Untuk mendapatkan fakta keadaan pembelajaran dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa di SD, peneliti mengadakan pengamatan langsung di kelas V SD Negeri 199 Lembang. Dari pengamatan atau observasi awal yang dilaksanakan tersebut, peneliti menjumpai kondisi pembelajaran dimana pada saat penyajian materi matematika tentang konsep bangun datar sederhana, guru semata-mata menerangkan materi, kemudian memberikan tugas kepada siswa, tanpa ada umpan balik kepada siswa. Guru menjadi lebih dominan di kelas, dan memandang siswa sebagai objek dalam belajar, sehingga relatif tidak bisa menarik minat, motivasi dan antusias siswa untuk belajar. Suasana demikian cenderung membuat siswa diam dan pasif di tempat duduk mendengar dan menerima materi dari guru. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru, terlebih lagi siswa yang berkemampuan rendah, mereka cenderung diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan atau pendapat. Kondisi belajar siswa seperti ini, tentunya berdampak pada hasil belajar siswa. Untuk mengetahui dampak tersebut secara faktual, di akhir pembelajaran matematika peneliti melakukan tes awal. Dari tes tersebut diperoleh data yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes siswa kelas V hanya mencapai 6,03. Sedangkan ketuntasan klasikal atau ketuntasan kelas diperoleh data bahwa di antara 30 siswa kelas V, terdapat 15 orang yang mencapai nilai 7,00 ke atas, atau sekitar 50% siswa kelas V. Nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal di atas jika dibandingkan dengan ketuntasan belajar menurut kurikulum yakni nilai rata-rata minimal 7,00 dan ketuntasan kelas 70%, dapat dikatakan bahwa nilai siswa tersebut berada di bawah standar ketuntasan yang diharapkan.Dari kenyataan/fakta pembelajaran yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1) dalam proses belajar mengajar guru menerapkan cara-cara yang membuat siswa merasa jenuh, bosan, dan pasif; serta 2) hasil belajar yang di bawah standar ketuntasan yang diharapkan, harus segera diperbaiki. Untuk memperbaiki hasil, harus dimulai dengan memperbaiki prosesnya. Proses yang baik biasanya akan memberikan hasil yang baik pula. Proses yang dimaksud adalah kegiatan belajar mengajar matematika di kelas.Matematika termasuk salah satu pelajaran yang relatif sulit. Matematika, membutuhkan fokus dan konsentrasi yang tinggi dari siswa. Kondisi tersebut dapat membawa dampak terhadap daya tahan berpikir siswa, dimana kadang kala pada sebagian siswa merasa lelah berpikir. Untuk mengatasinya pikiran siswa harus diberikan penyegaran, agar rileks dan tidak tegang, antara lain dengan cara bermain atau istirahat yang tentunya dengan menunda sementara materi pelajarannya. Menyegarkan pikiran itu penting, akan tetapi materi pelajaran juga tidak boleh ketinggalan. Keduanya memiliki posisi yang sama pentingnya dalam belajar. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi dalam belajar yang dapat mensejajarkan kedua hal di atas. Salah satu strategi yang dapat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. langkah-langkah dalam menerapkan NHT terdiri dari beberapa Sintaks sebagai berikut: Penomoran, Pengajuan pertanyaan, Berpikir bersama serta Pemberian jawaban.Sedangkan Menurut Hill (9993) dalam Tryana (2008) model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.Dari pendapat ahli di atas, menunjukkan hubungan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together pada pembelajaran konsep bangun datar, diharapkan siswa merasa senang, rileks, tidak jenuh/bosan serta memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika di kelas, sehingga siswa dapat menyerap dan memahami pelajarannya dengan lebih optimal.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan hasil belajar siswa tentang pengukuran luas bangun datar, layang-layang melalui pendekatan kooperatif tipe numbered Heads Together (NHT) di kelas V SDN 199 Lembang.B. Perumusan dan Pemecahan Masalah1. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu:

a) Bagaimana Penerapan model kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pengukuran luas bangun datar pada siswa kelas V SDN 199 Lembang?b) Apakah hasil belajar siswa tentang pengukuran luas bangun datar meningkat dengan penerapan pendekatan model kooperatif tipe Numbered Heads Together?2. Pemecahan masalah.Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti merancang pemecahan masalah melalui tindakan perbaikan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered Heads Together yang terdiri dari dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri atas 4 tahapan kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Pada langkah pelaksanaan tindakan pembelajaran di kelas, diterapkan langkah-langkah model kooperatif tipe Numbered Heads Together. C. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, ada dua tujuan penelitian, yaitu :

1. Tujuan UmumTujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru untuk meningkatkan perestasi belajar dengan menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai.2. Tujuan KhususAdapaun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang pengukuran luas bangun datar, layang-layang di kelas V SDN 199 Lembang?.D. Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritisDiharapkan dapat menambah khasanah keilmuan peneliti lain dan pembaca tentang strategi dan model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 199 Lembang.2. Manfaat praktis

a) Bagi peneliti, berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang strategi pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together.b) Bagi SiswaPenerapan pendekatan pembelajan kooperatif tipe Numbered Heads Together memberikan pengalaman belajar secara berkelompok dan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa khususnya pada pelajaran Matematika dan mata pelajaran lain pada umumnya.

c) Bagi GuruDengan dilaksanakannya PTK ini, guru dapat mengetahui strategi serta metode yang bervariasi untuk memperbaiki sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dan siswa di kelas dapat segera diatasi

d) Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi acuan untuk menetapkan kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran.e) Bagi masyarakat, diharapkan dapat menjadi gambaran pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.1