newsletter september ina 07 - ilo. · pdf fileberwirausaha saatnya pekerja migran ......

24
Pekerja Migran Lewat Musik ”Yang miskin tambah miskin. Kita, kita, kita.” ”Yang kaya tambah kaya. Kamu, kamu, kamu.” Nasib Edisi dua Bahasa - Nopember 07 Mengubah Ikut beryanyi dengan bersemangat bersama Franky dan Nini adalah Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), M. Jumhur Hidayat, dan Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), M. Miftah Farid. Jakarta ILO ©ILO KETIKA Franky Sahilatua dan Nini Carlina, dua artis penyanyi Indonesia—yang juga menjadi Duta Buruh Migran Indonesia— mendendangkan lagu tersebut, lebih dari seribu pekerja migran Indonesia di Hongkong turut bergoyang dan berdendang. Lagu yang ditulis Franky tersebut memang menggambarkan perjuangan kelas pekerja. Dan saat suara itu digemakan, para pekerja migran di seluruh dunia berbaris menuju kantor-kantor pemerintahan menuntut hak mereka sebagai pekerja. Pekerja dengan status yang sama dengan pekerja lainnya. Hari itu adalah 1 Mei, Hari Buruh Sedunia. Aktivitas tersebut berpusat di Victoria Park, Hongkong. Di sinilah, Franky dan Nini kembali menjalankan perannya sebagai Duta Buruh Migran untuk mempromosikan perlindungan hak pekerja migran. Mempromosikan dan meningkatkan kesadaran mengenai hak-hak pekerja migran melalui musik merupakan bagian dari upaya ILO dan SBMI dalam memberikan perlindungan yang lebih baik bagi pekerja migran. Perlindungan itu harus dimulai dari tahap rekrutmen hingga kembali, serta memastikan pelaksanaan pelayanan yang layak bagi pekerja migran baik dalam biaya, kontrak kerja, perlindungan dan sebagainya. “Franky dan Nini memiliki kedekatan dengan pekerja migran dan masyarakat umum. Ke mana pun pergi, sepertinya mereka melantunkan masalah dan keprihatinannya dengan penuh perasaan dan simpati. Mereka juga memiliki akses yang luas dalam menjangkau para politisi dan pejabat pemerintah, sehingga lobi-lobi yang mereka lakukan untuk menggalakkan perlindungan yang lebih baik terhadap pekerja migran sangat efektif,” kata Lotte Kejser, Kepala Penasihat Teknis, Proyek Pekerja Migran ILO. Dimulai Juli 2007 hingga Februari 2008, kampanye peningkatan kesadaran melalui serangkaian konser digelar di daerah pengirim (Jakarta, Lampung, Yogyakarta, Banyuwangi, Banten dan Brebes) maupun negara penerima (Malaysia dan Singapura). Tidak hanya menggelar konser, kedua duta ini pun mencerahkan para pekerja migran dan keluarganya, termasuk masyarakat umum, tentang bagaimana cara melindungi diri dari penganiayaan dan eksploitasi baik di Indonesia maupun di luar negeri, sehingga mereka mempunyai pengalaman migrasi yang memuaskan. Franky dan Nini pun mendorong para pekerja migran untuk berserikat guna menciptakan kekuatan dan keterwakilan yang lebih besar dalam menyuarakan hak-hak pekerja. Kini entah di pusat pelatihan, tempat kerja di luar negeri, kamp deportasi atau tempat penampungan di Indonesia, di mana para pekerja migran terus berjuang, lantunan “Yang miskin tambah miskin. Kita, kita, kita. Yang kaya tambah kaya. Kamu, kamu, kamu”, terus berkumandang. Lagu Franky dan Nini ini mampu mengingatkan para pekerja migran bahwa kendati jauh dari rumah, mereka tidak sendiri. Bagi pekerja migran Indonesia, masih ada harapan akan hari esok yang lebih baik jika mereka bersatu.

Upload: lephuc

Post on 01-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Pekerja Migran Lewat Musik

”Yang miskin tambah miskin.Kita, kita, kita.”

”Yang kaya tambah kaya.Kamu, kamu, kamu.”

NasibEd

isi d

ua B

ahas

a -

Nop

embe

r 07

Mengubah

Ikut beryanyi dengan bersemangat bersama Franky dan Nini adalah KetuaBadan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia(BNP2TKI), M. Jumhur Hidayat, dan Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia(SBMI), M. Miftah Farid.

Jaka

rta

ILO

©ILO

KETIKA Franky Sahilatua dan NiniCarlina, dua artis penyanyi Indonesia—yang jugamenjadi Duta Buruh Migran Indonesia—mendendangkan lagu tersebut, lebih dari seribupekerja migran Indonesia di Hongkong turutbergoyang dan berdendang. Lagu yang ditulisFranky tersebut memang menggambarkanperjuangan kelas pekerja. Dan saat suara itudigemakan, para pekerja migran di seluruh duniaberbaris menuju kantor-kantor pemerintahanmenuntut hak mereka sebagai pekerja. Pekerjadengan status yang sama dengan pekerja lainnya.

Hari itu adalah 1 Mei, Hari Buruh Sedunia.Aktivitas tersebut berpusat di Victoria Park,Hongkong. Di sinilah, Franky dan Nini kembalimenjalankan perannya sebagai Duta BuruhMigran untuk mempromosikan perlindungan hakpekerja migran.

Mempromosikan dan meningkatkan kesadaranmengenai hak-hak pekerja migran melalui musikmerupakan bagian dari upaya ILO dan SBMIdalam memberikan perlindungan yang lebih baikbagi pekerja migran. Perlindungan itu harusdimulai dari tahap rekrutmen hingga kembali,serta memastikan pelaksanaan pelayanan yanglayak bagi pekerja migran baik dalam biaya,kontrak kerja, perlindungan dan sebagainya.

“Franky dan Nini memiliki kedekatan denganpekerja migran dan masyarakat umum. Ke manapun pergi, sepertinya mereka melantunkanmasalah dan keprihatinannya dengan penuhperasaan dan simpati. Mereka juga memiliki aksesyang luas dalam menjangkau para politisi danpejabat pemerintah, sehingga lobi-lobi yang

mereka lakukan untuk menggalakkanperlindungan yang lebih baik terhadappekerja migran sangat efektif,” kata LotteKejser, Kepala Penasihat Teknis, ProyekPekerja Migran ILO.

Dimulai Juli 2007 hingga Februari 2008,kampanye peningkatan kesadaran melaluiserangkaian konser digelar di daerahpengirim (Jakarta, Lampung, Yogyakarta,Banyuwangi, Banten dan Brebes) maupunnegara penerima (Malaysia dan Singapura).Tidak hanya menggelar konser, kedua dutaini pun mencerahkan para pekerja migrandan keluarganya, termasuk masyarakatumum, tentang bagaimana cara melindungidiri dari penganiayaan dan eksploitasi baikdi Indonesia maupun di luar negeri,sehingga mereka mempunyai pengalamanmigrasi yang memuaskan. Franky dan Ninipun mendorong para pekerja migran untukberserikat guna menciptakan kekuatan danketerwakilan yang lebih besar dalammenyuarakan hak-hak pekerja.

Kini entah di pusat pelatihan, tempatkerja di luar negeri, kamp deportasi atautempat penampungan di Indonesia, dimana para pekerja migran terus berjuang,lantunan “Yang miskin tambah miskin. Kita,kita, kita. Yang kaya tambah kaya. Kamu,kamu, kamu”, terus berkumandang.

Lagu Franky dan Nini ini mampumengingatkan para pekerja migran bahwakendati jauh dari rumah, mereka tidaksendiri. Bagi pekerja migran Indonesia,masih ada harapan akan hari esok yanglebih baik jika mereka bersatu.

Siapa bilangpekerja migranhanya mampumengerjakanpekerjaan-pekerjaandomestik?Melalui ProyekKewirausahaanPekerjaMigran, parapahlawandevisatermasukkeluarganya,dilatih teknikberwirausaha.

pekerja migranpekerja migranpekerja migranpekerja migranpekerja migran

BERWIRAUSAHA

PekerjaSaatnyaSaatnyaSaatnyaSaatnyaSaatnya

Migran

Para pekerja migran Indonesia sebelum keberangkatan.

2

©Kompas

“SAYA merasakanmanfaatnya karena saatmenjalankan usaha, saya tidakpernah mencatat ataumerencanakan usaha denganbaik. Organisasi saya, JarnasPekabumi, turut menikmatimanfaatnya karena sekarangkami dapat menggelarpelatihan yang sama untukpekerja migran,” ujar Ratna,salah satu dari 20 peserta dari17 organisasi berbeda yangbaru-baru ini mengikutipelatihan untuk pelatih diJakarta tentang MemulaiUsaha Sendiri (Start YourBusiness) yang disponsori ILOJakarta.

Proyek KewirausahaanPekerja Migran inidilaksanakan Serikat BuruhMigran Indonesia (SBMI),Pusat Migran Asia (AsianMigrant Center), dan Jarnas

Pekabumi, dengan dukungan Proyek Pekerja Migran ILO danProyek Kewirausahaan ILO. Para pesertanya adalahperwakilan dari organisasi pekerja migran, serikat pekerja,LSM yang tengah mempelajari bagaimana cara melatihanggota-anggotanya, serta memberikan informasi danbantuan kepada calon pekerja migran tentang bagaimanamelakukan migrasi kerja yang aman serta menginvestasikantabungan untuk memulai usaha sendiri.

Pelatihan tersebut bertujuan membangun kapasitasinternal dalam organisasi pekerja migran, serikat pekerja danpemerintah setempat, sehingga memungkinkan merekamengembangkan kapasitas di masa mendatang. Semakinmaraknya pelatih dan penasihat kewirausahaan dalammasyarakat pekerja migran, berarti para pekerja migran dankeluarganya dapat memperoleh pelatihan dan saran yangdiperlukan untuk mengelola simpanannya secara produktif.

“Hal ini menjadi penting akibat kemiskinan dan kurangnyaakses terhadap kredit dan modal di banyak daerah asalpekerja migran. Dengan berlanjutnya desentralisasi diIndonesia, badan pemerintahan dan lembaga keuangansetempat bertanggung jawab mendukung reintegrasi pekerjamigran dan pemberdayaan ekonomi di kampung halamanmereka,” ujar Lotte Kejser, Kepala Penasihat Teknis, ProyekPekerja Migran ILO.

Melalui proyek, di bawah dukungan Pemerintah Norwegia,organisasi pekerja migran, serikat pekerja, dan pemerintahansetempat kini mempunyai kapasitas untuk mendukungkeberhasilan reintegrasi dan pemberdayaan ekonomi bagipekerja migran dan keluarganya.

“Mitra-mitra kami berada di daerah pengirim. Karenanya,kami memperkuat kapasitas mereka untuk memberikan

layanan terbaik bagi pekerja migran sehinggamereka memiliki akses terhadap pelatihan dan dapatmemberikan informasi kepada pekerja migran dankeluarganya,” ia melanjutkan.

Melalui proyek ini, sekitar 40 pelatih utama telahdilatih ILO pada Juni-Juli 2007. Untuk periodeAgustus-September, mereka pada gilirannya akanmelatih sedikitnya 280 pekerja migran dankeluarganya di masyarakat pengirim di Jawa Tengah,Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat danLampung. Setelah pelatihan-pelatihan ini,November nanti proyek akan memberikan pelatihanpenyegaran kepada para pelatih utama, mendukungmereka untuk melanjutkan fungsi sebagai pelatihdan penasihat usaha kecil bagi masyarakat di masamendatang. ILO selanjutnya akan memantau hasildan dampak pelatihan serta keberhasilankewirausahaan dalam komunitas pekerja migran.

sekilas WWWWWartaartaartaartaarta

BNP2TKI dan SBMI

SERIKAT Buruh Migran Indonesia (SBMI) danBadan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga KerjaIndonesia (BNP2TKI) menandatangani KesepakatanBersama pada 10 Juli di Gedung RRI, Jakarta. Kesepakatanini merupakan kesepakatan pertama yang melibatkanpemerintah dan masyarakat dalam upaya meningkatkankondisi kehidupan dan kerja para pekerja migran Indonesia.

Menandatangani Kesepakatan ini adalah M. JumhurHidayat, Ketua BNP2TKI, dan M. Miftah Farid, KetuaSBMI, dengan disaksikan Alan Boulton, Direktur ILO diIndonesia, and Ripka Tjiptaning, Ketua Komisi IX DPR.Turut menghadiri acara ini adalah salah seorang duta pekerjamigran, Franky Sahilatua. Para duta ini tidak sekedarmenegaskan kembali komitmen mereka untuk memperbaikikehidupan para pekerja migran Indonesia, tapi sekaligusmerayakan penandatanganan ini dan semangat kebersamaan.

SBMI dan BNP2TKI memaparkan bagaimanamereka, dengan dukungan ILO, akan menjalin kerjasamadengan para duta buruh migran dalam kampanyepeningkatan kesadaran di Indonesia, Malaysia, danSingapura, serta serangkaian kegiatan bersama berupapelatihan dan peningkatan kesadaran di Indonesia, yangdimulai pada akhir Juli 2007 hingga Februari 2008.Selanjutnya, mereka akan bekerja sama melakukankegiatan pengawasan di Terminal 3 BandaraInternasional Soekarno – Hatta serta memberikanlayanan psikologis bagi pekerja migran Indonesia saatkembali melalui Terminal 3. Melalui langkah-langkahtersebut, semua pihak yang terlibat memperlihatkanbahwa dengan saling menjalin kerjasama, kehidupanpekerja migran di Indonesia dapat diperbaiki.

PrPrPrPrPresiden Yesiden Yesiden Yesiden Yesiden Yudhoyono danudhoyono danudhoyono danudhoyono danudhoyono danDirektur Jenderal ILO bahasDirektur Jenderal ILO bahasDirektur Jenderal ILO bahasDirektur Jenderal ILO bahasDirektur Jenderal ILO bahasMasalah KetenagakerjaanMasalah KetenagakerjaanMasalah KetenagakerjaanMasalah KetenagakerjaanMasalah Ketenagakerjaan

Juan Somavia, Direktur Jenderal ILO, bertemu dengan Presiden IndonesiaSusilo Bambang Yudhoyono selama Sidang Umum PBB di New York.

LINDUNGI

daftar isiDari KamiDari KamiDari KamiDari KamiDari Kami

Sekilas BeritaSekilas BeritaSekilas BeritaSekilas BeritaSekilas Berita

Pekerja MigranPekerja MigranPekerja MigranPekerja MigranPekerja Migran

Pekerja AnakPekerja AnakPekerja AnakPekerja AnakPekerja Anak

Timor LesteTimor LesteTimor LesteTimor LesteTimor Leste

KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan

Hak dalam BekerjaHak dalam BekerjaHak dalam BekerjaHak dalam BekerjaHak dalam Bekerja

Dialog SosialDialog SosialDialog SosialDialog SosialDialog Sosial

Perlindungan SosialPerlindungan SosialPerlindungan SosialPerlindungan SosialPerlindungan Sosial

JenderJenderJenderJenderJender

BukuBukuBukuBukuBuku

Cuplikan Cuplikan Cuplikan Cuplikan Cuplikan

43

15

1011

1617

2321

923

©de

tik.c

om

3

DIREKTUR Jenderal ILO, Juan Somavia,bertemu dengan Presiden Indonesia Susilo BambangYudhoyono pada Rabu, 26 September. Pertemuan tersebutmembahas beragam masalah ketenagakerjaan, seperti migrasikerja, perlindungan kerja dan dialog sosial. PresidenYudhoyono menekankan pentingnya masalahketenagakerjaan untuk Indonesia dengan mengatakan“masalah perburuhan bukanlah sekedar masalah ekonominamun merupakan inti dari segalanya.”

Sebagai bagian dari upaya untuk melindungi pekerjaIndonesia, Presiden menegaskan dukungan yang dapatdiberikan ILO. “ ILO, dengan pengalaman dankemampuannya dalam hal ini, dapat memberikan dukunganbesar, termasuk dalam membina hubungan baik antaranegara-negara pengirim dan penerima.” Pertemuan punmembahas dukungan yang diberikan Indonesia tentang KartuIdentitas Pelaut dan pentingnya hubungan baik dengan parapemimpin buruh serta kebutuhan pekerja untukberorganisasi. Pekerja Migran

WARTA ILO Jakarta kali ini akan mencobamengulas tentang beragam program yang saling terkait dariAgenda Pekerjaan Layak ILO, baik di Indonesia maupunTimor Leste.

Selama ini kegiatan ILO di Indonesia dan Timor Lestemeliputi dimensi kebijakan maupun dukungan langsungdalam kehidupan sehari-hari. Dari sini, Warta ILOmenangkap kisah-kisah yang menggambarkan sisikemanusiaan serta kegiatan yang lebih luas lagi dalammembangun kebijakan perburuhan dan ketenagakerjaanyang lebih baik, termasuk mempromosikan ratifikasi danpelaksanaan standar ketenagakerjaan.

Tentunya seluruh kegiatan ini tidak dapat dilakukantanpa mitra-mitra kerja kami. ILO merupakan organisasitripartit, yang keanggotaannya terdiri dari negara anggota,bersama dengan perwakilan pekerja dan organisasipengusaha. Mereka menentukan prioritasnya sendiri. Itulahcerminan apa yang disebut dengan Program PekerjaanLayak di Tingkat Negara untuk masing-masing negaraanggota. Mitra, termasuk para donor, memiliki peran yangsangat penting. Merekalah yang memungkinkan kamimenjalankan kegiatan- kegiatan kami.

dari KamiKamiKamiKamiKami

Peter van Rooij, Deputy Direktur ILO di Indonesia

PADA 1 Oktober 2007, DepartemenPerburuhan AS mengumumkan bahwa ProgramInternasional ILO tentang Penghapusan Pekerjaanuntuk Anak (IPEC) memperoleh anggaran 5,55 jutadolar Amerika untuk melanjutkan dukungannyaterhadap pelaksanaan Rencana Aksi NasionalIndonesia mengenai Penghapusan Bentuk-bentukTerburuk Pekerjaan untuk Anak. Direktur ILO JakartaAlan Boulton menyatakan kegembiraannya bahwaIPEC terpilih menjadi penerima dana untuk Indonesia.

Ia pun berharap bahwa dukungan ILO-IPECselama empat tahun ke depan akan mampumengurangi jumlah anak yang terlibat dalam bentuk-bentuk terburuk pekerjaan untuk anak, denganmelibatkan konstituen dan mitra sosial ILO lainnyadalam menjalankan pendekatan inovatif gunamenghapuskan pekerja anak melalui akses yang lebihbaik terhadap kesempatan pendidikan dan pelatihankerja.

Proyek baru ini akan berjalan awal 2008 dan akanmelibatkan kegiatan-kegiatan yang meliputi pekerjaanak di sektor perkebunan dan anak yang atau berisikountuk diperdagangkan, pekerja rumah tangga anak, dananak-anak jalanan yang rentan terhadap pengedarannarkoba di berbagai lokasi seperti Sumatera Utara,Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Alan Boulton, Direktur ILO di Indonesia, dan Erman Suparno, Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi.

WWWWWarta arta arta arta arta terbaru

©ILO

©ILO

4

PETER bergabung dengan Kantor ILO Jakarta sebagai DeputiDirektur pada September 2007. Peter sebelumnya telah bekerja denganILO Jakarta untuk sejumlah kegiatan, khususnya di Aceh selama duabulan setelah tsunami untuk membantu menyusun program di sana.

Peter bergabung dengan ILO tahun 1995 dan telah melakukanberagan tugas dan kegiatan. Ia mendalami penggalangan dana danpenciptaan lapangan kerja, serta mengelola proyek berbagi informasi.Pada 2002-2004 Peter bekerja untuk Michelin Tyre Company sebagaibagian dari program pertukaran antara Michelin dan ILO.

Sebelum ke Jakarta, Peter bekerja untuk Biro Kegiatan Pengusaha diILO Jenewa. Sebelum bergabung dengan ILO, Peter bekerja di Thailand,Bolivia dan Sudan untuk beragam organisasi, termasuk UNDP.

Selamat Bergabung…Peter van Rooij (kanan) bersama dengan Tauvik Muhamad, staf ILO (kiri)dan Freddie Rousseau (tengah), bekas Kepala Penasihat Teknis ILO, saatmendirikan Layanan Kerja bagi Masyarakat Provinsi Nanggroe AcehDarussalam (LKMNAD) di Banda Aceh.

©ILO

pekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anak

Kalimantan Timur menghapusPengalaman

Pekerja Anak

Dengandukunganseluruhelemen terkait,pekerja anakdapatdihapuskan.ProvinsiKalimantanTimur telahmembukti-kannya.

Salah seorang pekerja anak pertambangan di Kalimantan Timur. ©ILO

5

ILO kerap menerimapertanyaan bagaimana mungkinbisa menghapus bentuk-bentukterburuk pekerjaan untuk anakdi sebuah negara sepertiIndonesia, yang menghadapiberagam permasalahan sepertibesarnya populasi dan wilayah,ketidaksetaraan jender dankurangnya fasilitas pendidikan?Untuk membuktikan skeptivitasitu salah, ILO dengan bantuandari Departemen PerburuhanAmerika Serikat menjalankanProgram Terikat Waktu, yangmemperlihatkan mungkinnyamenghapuskan pekerjaan untukanak di sektor-sektor tertentudalam kurun waktu terbatas.

Pengalaman di KalimantanTimur memperlihatkan bukti

bahwa pendekatan ini mencapai keberhasilan besardengan dukungan dari seluruh pihak terkait. Hal itutampak pada penutupan seminar proyek dukunganILO-IPEC di Kalimantan Timur, 30 Agustus silam.Pada momen tersebut pemerintah provinsi dankabupaten setempat menegaskan komitmennya untukmenghapuskan pekerja anak di pertambangan emastradisional.

Pejabat Gubernur Sementara dalam sambutannyamenekankan, kebutuhan Kalimantan Timur saat iniadalah memperkuat sumber daya manusianya agar bisalebih kompetitif di tingkat nasional maupun global.Kepala Badan Perencanaan dan Tenaga Kerja ProvinsiKalimantan Timur mengakui, pemerintah provinsibelum mampu sepenuhnya meningkatkan kondisi yangbaik bagi semua anak-anak. Namun, penarikan secarapermanen 421 anak-anak di pertambangan emastradisional setidaknya bisa menjadi contoh yang baiktentang bagaimana menanggulangi bentuk-bentukpekerjaan terburuk untuk anak di provinsi ini.

Sejumlah kegiatan yang menjadi percontohandengan bantuan IPEC misalnya memberikanpendidikan formal bagi anak-anak dan mata

pencaharian alternatif bagi para remaja dan orangtua yangberhasil menarik anaknya dari pertambangan emastradisional. Pemerintah kabupaten pun memutuskanmemberikan anggaran untuk melanjutkan program tersebut.Langkah tersebut memungkinkan Perkumpulan PADIIndonesia untuk melanjutkan bantuannya terhadapmasyarakat melalui program perkebunan agro, sedangkanPKBI Kalimantan Timur melanjutkan kegiatan kreativitasanak dan program pendidikan masa kanak-kanak sertamendorong anak-anak untuk melakukan kegiatanpengawasan pekerja anak.

Kegiatan yang berlanjut adalah SD-SMP Satu Atap yangdidirikan di Kabupaten Kutai Barat oleh YPSS (salah satumitra IPEC)—yang juga mendapat jaminan dari pemerintahprovinsi dan kabupaten. Achmad Marzuki dari JARAK(sebuah jaringan LSM untuk menghapus pekerja anak)mengingatkan, pencegahan putus sekolah jauh lebih murahketimbang penarikan anak dari bentuk-bentuk terburukpekerjaan untuk anak. “Karenanya penting untukmenawarkan kesempatan pendidikan bagi anak yang berisikoputus sekolah, terutama pendidikan yang relevan dengankondisi mereka,” kata dia.

Merespons pesan ini, para peserta lokakaryamerekomendasikan Komite Aksi Provinsi tentangPenghapusan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerjaan untuk Anakmelanjutkan kegiatan-kegiatan percontohan di bawahbantuan IPEC dan melebarkan kegiatan-kegiatan tersebut kewilayah dan sektor baru di mana bantuan sejenisdiperlukan.

pekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anak

menjadiMengentas pekerja anak

Mengentasanak dari ber-bagai bentukpekerjaanterburukmelaluiketerampilanberwirausahademi masadeoan yanglebih baikadalah tujuandari pema-gangan ini.

Pengusaha

Meta dan teman-temannya kini memulai usaha mereka membuat seprai dan sarung bantal.

©ILO

6

MENYUSURI jalan sepanjang 10 km setiap haritidak memupus semangat Meta dan kawan-kawan untukmengikuti program pemagangan kerja. Memang perjalananmelelahkan menuju pabrik PT. Unitex—tempat Meta danbekas pekerja anak lainnya menjalani program pemaganganselama tiga bulan—tidak dapat dibandingkan denganberatnya beban yang mereka panggul sebelumnya saatbekerja di bengkel-bengkel sepatu di kawasan Ciomas.

Kini mereka gembira mendapatkan kesempatan untukmemulai langkah baru. Meta dan kawan-kawanberkesempatan mempelajari keterampilan membuat garmen.Di saat yang sama, mereka juga mempelajari dunia kerja dipabrik. Kendati sebagian di antara mereka menemui kesulitanmenyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang penuhdisiplin, pekerjaan tersebut memberikan rasa kebanggaanbaru dan kendali akan masa depan pada bekas pekerja anak

itu.

Program pemagangan yangdiprakarsai Apindo (AsosiasiPengusaha Indonesia), dengandukungan dari ILO melaluiProgram Internasional tentangPenghapusan Pekerjaan untukAnak (IPEC), ini menargetkan bisamengentas anak dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk. Tigaperusahaan, PT. Astra Honda, PT.Unitex, dan PT. Bogasari,menawarkan program pelatihankerja bagi sekitar 30 remaja yangsebelumnya bekerja di bengkel-bengkel sepatu di Ciomas,pengedar narkoba ataupun anakjalanan. Tujuan dari program initidak hanya memberikankesempatan untuk mempelajariketerampilan kerja tapi jugamenyiapkan mereka untuk

mendapatkan penghasilan, dengan menerapkanketerampilannya sebagai pengusaha berskala kecil.

Setelah menyelesaikan pelatihan kerja di PT. Unitex, Metadan rekan-rekannya, kini makin sibuk. Menerima sebuahmesin jahit, mesin obras dan bahan kain dari ILO, Apindodan PT Unitex pada akhir Juli lalu, mereka membahasberbagai pilihan dan memutuskan untuk memulai kelompokusaha. Tabungan dari uang jalan yang diberikan ILO danApindo memungkinkan mereka mengumpulkan modal awaluntuk memulai usaha membuat seprai dan sarung bantal.Panduan diberikan ELSPPAT, sebuah LSM berbasis di Bogoryang bekerja sama dengan ILO-IPEC menarik anak-anak daripekerjaan berbahaya di industri alas kaki.

Diskusi harian membahas masalah pemasaran, bagaimanameningkatkan kualitas produk, serta meningkatkan

keterampilan mereka, terus digeber. Tak heran jika kelompokini berhasil memperoleh bantuan dari perancang dan berhasilmenentukan kursus menjahit lanjutan untuk meningkatkanproduk mereka. Pemasarannya pun melibatkan kunjunganrumahan untuk memperlihatkan contoh-contoh produk.Mereka yakin pesanan akan membanjir seiring perjalananwaktu.

“Saya senang bisa terlibat dalam perencanaan,pembentukan dan pemasaran usaha kami. Ini merupakancara terbaik untuk melaksanakan keterampilan danpengetahuan yang kami peroleh selama masa pemagangan.Sebuah perubahan besar dibandingkan dengan pekerjaankami sebelumnya di bengkel sepatu,” kata Meta optimis.

Mereka yang belajar membuat kue dan roti melalui PT.Bogasari, juga menjalani proses diskusi serta menentukanproduk dan strategi pemasaran. Pun demikian dengan merekayang menjalani pelatihan di PT. Astra.

“Kami belajar dari pengalaman kelompok pertamapemagangan ini. Melaksanakan program pemagangan untukanak-anak dengan latar belakang seperti ini, memerlukanjaringan yang kuat dengan tingkat komitmen danpenghargaan tinggi dari semua pihak yang terlibat dalamprogram. Jika prinsip-prinsip ini tidak terwujud, program initidak akan berhasil dan tidak akan berkelanjutan,” ujar NinaTursinah, Ketua DPN Apindo Bidang Perempuan, MasalahSosial dan Jender.

Kendati melembagakan program ini menjadi tantanganbesar, Annemarie Reerink, Kepala Penasihat Teknis ILO-IPEC, berharap program pemagangan ini dapat diperluas kedaerah-daerah lain, serta menjadi alat bagi pengusaha danpemerintah untuk memerangi bentuk-bentuk pekerjaanterburuk bagi anak.

pekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anak

KabupatenSukabumimenabuhgenderangperangterhadapperdaganganmanusia.Sebuahlangkahkonkret yangpatutdidukung.

perperperperperdagangan perdagangan perdagangan perdagangan perdagangan perempuan dan anakempuan dan anakempuan dan anakempuan dan anakempuan dan anak

Salah seorang peserta dialog publik memberikan masukan untuk memerangi perdagangan di Kabupaten Sukabumi.

melawan

©ILO

Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah memprakarsai upaya untuk meningkatkanpendidikan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Namun kami juga memerlukan sebuahlangkah konkret untuk mencegah semakin membesarnya jumlah perempuan dan anak yang

menjadi korban perdagangan

”“

Aksi

7

22 AGUSTUS 2007, menjadi penanda atasupaya Kabupaten Sukabumi dalam memerangi perdaganganmanusia, terutama perempuan dan anak-anak. Pada hari itu,lembaga-lembaga mitra ILO-IPEC memaparkan rancanganperaturan daerah tentang perdagangan manusia padamasyarakat setempat untuk mendapatkan tanggapan danmasukan. Membuka dialog mewakili Bupati Sukabumi,Endang Jakatela, Asisten Kesejahteraan Masyarakat,menegaskan pentingnya bagi Sukabumi memiliki peraturandaerah untuk memerangi perdagangan manusia.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah memprakarsaiupaya untuk meningkatkan pendidikan dan kesejahteraanekonomi masyarakat. Namun kami juga memerlukan sebuahlangkah konkret untuk mencegah semakin membesarnyajumlah perempuan dan anak yang menjadi korban

perdagangan. Kabupaten Sukabumi telah lama dikenalsebagai masyarakat berisiko tinggi terhadap perdagangan.Dengan jumlah penduduk sekitar 2,2 juta jiwa, Sukabumimenghadapi berbagai masalah menyangkut pendidikan danpengangguran—yang tidak hanya mengakibatkan tingginyatingkat kemiskinan dan migrasi, namun juga memperbesarkerentanan perempuan dan anak terhadap perdagangan.

Upaya mendorong pembentukan peraturan daerah inidiprakarsai Ampera (Aliansi Masyarakat Peduli Anggaran)pada April 2007, dan difasilitasi PPSW (Pusat

Pengembangan Sumber Daya Wanita), salah satu mitra ILO-IPEC di Kabupaten Sukabumi.

Rancangan peraturan daerah itu disusun oleh sebuah timyang terdiri dari para pihak terkait, di antaranya DinasKeluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, DinasTenaga Kerja, Biro Hukum Pemerintah Kabupaten Sukabumi,kepolisian, dan LSM setempat.

Asfinawati, Direktur LBH Jakarta, yang menjadi konsultantim, mengatakan peraturan daerah ini disusun dengan tujuanuntuk memperkokoh penegakan Undang-Undang (UU) 21Tahun 2007 tentang Perdagangan Manusia. Dengandemikian peraturan daerah itu akan menjadi perpanjangandari UU tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhankhusus Kabupaten Sukabumi.

Dialog publikini memberikankesempatan bagipihak-pihakterkait untukmemberikantanggapan danmasukan,termasukmenyuarakanaspirasi merekatentang upayamemerangiperdaganganmanusia diKabupatenSukabumi. Tidakhanya perwakilanpemerintah yangmenyambut

gembira upaya penyusunan peraturandan upaya konsultasi tersebut. Kaumperempuan di tingkat akar rumput punmemanfaatkan dialog tersebut. Mereka turutmenginformasikan kondisi yang terjadi di tingkat akar rumputmengenai perdagangan perempuan dan anak. Di akhir dialog,peserta mendesak pemerintah setempat menyerahkanrancangan peraturan daerah itu kepada Dewan PerwakilanRakyat Daerah setempat, secepatnya

SEBAGIAN besar pekerja anak di dunia bekerja dibidang pertanian dan perkebunan. Sedikitnya 70 persen ataulebih dari 132 juta anak perempuan dan laki-laki berusia 5-14tahun menanam dan menuai panen, menyemprotkanpestisida, dan menggembalakan ternak di tanah pertanian danperkebunan. Pertanian juga menjadi sektor di mana banyakanak-anak tidak mendapatkan pendidikan, sertamenyuramkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaanyang memadai atau mampu bekerja mandiri agar dapat keluardari kemiskinan.

Sejumlah besar anak terlibat dalam semua tipe usaha—dariusaha pertanian keluarga berskala kecil, menengah hinggapertanian, perkebunan berskala besar bahkan industri. Anak-

anak di seluruh dunia menjadipekerja pertanian pada usia dini.Anak-anak desa, khususnyaperempuan, mulai bekerja pada usia5, 6 atau 7 tahun. Sektor pertaniandi Indonesia pun terseret dalamkondisi global seperti ini.

ILO meluncurkan Hari DuniaMenentang Pekerja Anak pada 12Juni 2002 sebagai upayameningkatkan pengakuan terhadapkeberadaan masalah ini danmendorong gerakan global untukmenghapus pekerja anak, terutamabentuk-bentuk terburuknya.“Menuai Masa Depan: Duniapertanian tanpa Pekerja Anak”merupakan tema dari Hari DuniaMenentang Pekerja Anak tahun ini.

Hari Dunia Menentang PekerjaAnak 2007 ini menandai upayaglobal untuk menanggulangi pekerjaanak di bidang pertanian. Kerjasama dijalin antara ILO dan Food

Menuai Masa Depan:and Agriculture Organization (FAO), International Fund forAgricultural Development (IFAD), International Food PolicyResearch Institute (IFPRI) of the Consultative Group onInternational Agricultural Research (CGIAR), InternationalFederation of Agricultural Producers (IFAP) danInternational Union of Food, Agricultural, Hotel, Restaurant,Catering, Tobacco and Allied Workers’ Associations (IUF).

Secara bersama, organisasi-organisasi ini menyerukansemua pihak yang berkepentingan untuk segera mengambillangkah dengan menerapkan peraturan tentang pekerja anakdi bidang pertanian, meningkatkan penghidupan di pedesaansebagai langkah penghapusan pekerja anak, sertameningkatkan kualitas pendidikan dan peluang bagi tenagakerja muda di daerah pedesaan.

pekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anakpekerja anak

Dunia Pertanian tanpa

Hari Dunia Menentang Pekerja Anak:Hari Dunia Menentang Pekerja Anak:Hari Dunia Menentang Pekerja Anak:Hari Dunia Menentang Pekerja Anak:Hari Dunia Menentang Pekerja Anak:

Studi ILO terbaru pada 2006 yangdilakukan di empat desa di Jember denganjudul “Pekerja Anak di Industri Tembakau diKabupaten Jember” menemukan masihbanyaknya anak yang bekerja di perkebunandan industri tembakau. Bahkan, kehadiranpekerja anak di industri tembakau diKabupaten Jember telah berlangsung sejak

zaman kolonial Belanda di awal abad 19. Jember memangdikenal sebagai daerah penghasil tembakau.

Kendati jumlah pekerja anak menurun, studi mengindikasikanbahwa pekerja anak di sektor tembakau masih ada dan sulit untuksepenuhnya dihapuskan dalam waktu dekat. Pekerja anak

tembakau umumnya tidak langsung bekerja di bawah perusahaan-perusahaan tembakau besar. Mereka bekerja di bawah kendaliperusahaan-perusahaan tembakau kecil atau kepada perorangan,termasuk dengan keluarga sendiri. Studi juga memperlihatkananak-anak usia dini ini umumnya ditemukan di industri tembakauberbasis komunitas. Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa anak-anak yang bekerja di perkebunan komunitas atau keluargamerupakan bagian dari ”solidaritas keluarga”.

Studi menggarisbawahi bahwa kurangnya kesadaran akandampak negatif pekerja anak dan pentingnya pendidikan menjadifaktor penyebab maraknya praktik ini. Faktor pendukung lainnyaadalah kebutuhan musiman akan pekerja anak, yang kadangbersamaan dengan jadwal sekolah.

Sejak zamankolonialperkebunantembakau diJember, JawaTimur, banyakmempekerjakanpekerja anak.Harus adalangkahbersama untukmenghapus-kannya.

PEKERJA ANAK

©ILO

8

Buku

Karnaval anak-anak di Kabupaten Jember untukmemperingati Hari Internasional Menentang Pekerja Anak.

9

Memeringati Hari Dunia Menentang Pekerja diIndonesia, Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat(YPSM) dengan dukungan dari ProgramInternasional ILO tentang Penghapusan PekerjaAnak menggelar kegiatan peningkatan kesadarandan lokakarya bertajuk “Mencegah Pekerja Anak diPerkebunan Tembakau” di Kabupaten Jember, JawaTimur, 12-14 Juni 2007.

Kegiatan peningkatan kesadaran masyarakatdilakukan melalui karnaval di Desa Ajung danKamal, 12-13 Juni silam. Di kedua desa iniketerlibatan pekerja anak di berbagai pekerjaanperkebunan terbilang tinggi. Pada acara ini, lebihdari 500 anak sekolah dan pekerja anakberpartisipasi dalam karnaval, sementara ratusanorangtua serta pemuka desa diberikan berbagaipesan untuk menghentikan pekerja anak danmenyekolahkan anak-anak mereka. Para pihak

terkait, terutamapemerintah desadan kecamatan,terlibat dalampenyelenggaraankarnaval.

Ditujukanuntukmeningkatkankesadaranmasyarakatsetempat,mengindentifikasidanmerekomendasikanlangkahpenangananmasalah pekerjaanak di industriperkebunantembakau, YPSMjuga menggelarlokakarya yangmenyusunsejumlahrekomendasi dan

disampaikan kepada pemerintah Kabupaten Jemberguna meningkatkan kesejahteraan ekonomikeluarga, akses pendidikan terhadap kaum miskin,penegakan hak kerja, serta peningkatan kesadarantentang dampak negatif terhadap pekerja anak.

Diharapkan, kegiatan semacam ini akanmendorong mitra setempat untuk melanjutkanupaya memerangi pekerja anak, denganmemanfaatkan pengalaman dan kemampuan yangtelah dikembangkan di wilayah ini selama 15 tahunbelakangan ini.

Kajian tentang Ketenagakerjaan Kaum MudaKajian tentang Ketenagakerjaan Kaum MudaKajian tentang Ketenagakerjaan Kaum MudaKajian tentang Ketenagakerjaan Kaum MudaKajian tentang Ketenagakerjaan Kaum Mudadi Indonesiadi Indonesiadi Indonesiadi Indonesiadi IndonesiaISBN No. 978-92-2-019932-9ISBN No. 978-92-2-019932-9ISBN No. 978-92-2-019932-9ISBN No. 978-92-2-019932-9ISBN No. 978-92-2-019932-9

Dengan tingkat pengangguran kaum mudaIndonesia yang enam kali lebih tinggidibandingkan dengan pengangguran dewasa,sangatlah penting untuk memiliki pengetahuanyang kuat mengenai sifat dasar dan dimensitantangan lapangan kerja bagi kaum muda dankebijakan pemerintahan terkait, serta untuk mengkaji kegiatanyang telah dilaksanakan masyarakat internasional dan pihakterkait lainnya dalam mendukung program dan rencanapemerintah. Laporan ini bertujuan untuk membangun dasarpengetahuan tersebut dan dapat berguna sebagai acuan dalammenyusun kebijakan dan program lapangan kerja bagi kaum mudadi Indonesia.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perempuan PengusahaFaktor-faktor yang Mempengaruhi Perempuan PengusahaFaktor-faktor yang Mempengaruhi Perempuan PengusahaFaktor-faktor yang Mempengaruhi Perempuan PengusahaFaktor-faktor yang Mempengaruhi Perempuan Pengusahadalam Mendirikan dan Mengembangkan Usahanya didalam Mendirikan dan Mengembangkan Usahanya didalam Mendirikan dan Mengembangkan Usahanya didalam Mendirikan dan Mengembangkan Usahanya didalam Mendirikan dan Mengembangkan Usahanya diProvinsi NADProvinsi NADProvinsi NADProvinsi NADProvinsi NADISBN No. 978-92-2-019559-8ISBN No. 978-92-2-019559-8ISBN No. 978-92-2-019559-8ISBN No. 978-92-2-019559-8ISBN No. 978-92-2-019559-8

Terbitan ini merupakan studi yang dilakukan dibawah Program Pengembangan KewirausahaanPerempuan ILO di Aceh mengenai faktor-faktoryang mempengaruhi perempuan pengusaha diprovinsi Aceh dalam mendirikan dan meluaskanusaha mereka. Tujuan dari studi ini adalahmeningkatkan pemahaman tentang pengembangankewirausahaan perempuan dan berbagai hambatanyang dihadapi perempuan dibandingkan dengan laki-laki di Aceh.Studi ini pun bertujuan menjembatani kesenjangan informasitentang tantangan yang dihadapi perempuan pengusaha di Aceh.

Direktori Panduan untuk Dunia Usaha diDirektori Panduan untuk Dunia Usaha diDirektori Panduan untuk Dunia Usaha diDirektori Panduan untuk Dunia Usaha diDirektori Panduan untuk Dunia Usaha diNanggroe Aceh DarussalamNanggroe Aceh DarussalamNanggroe Aceh DarussalamNanggroe Aceh DarussalamNanggroe Aceh DarussalamISBN No. 978-92-2-019565-9ISBN No. 978-92-2-019565-9ISBN No. 978-92-2-019565-9ISBN No. 978-92-2-019565-9ISBN No. 978-92-2-019565-9

Direktori ini memberikan informasi yangmenyangkut pengembangan usaha, seperti izinusaha, peraturan perpajakan, peraturanketenagakerjaan, sumber keuangan, asuransi,perlindungan konsumen, serta departemen,organisasi dan lembaga terkait.

Cara Sederhana Mulai Bisnis Anda **Cara Sederhana Mulai Bisnis Anda **Cara Sederhana Mulai Bisnis Anda **Cara Sederhana Mulai Bisnis Anda **Cara Sederhana Mulai Bisnis Anda **ISBN No. 972-92-2-820061-4ISBN No. 972-92-2-820061-4ISBN No. 972-92-2-820061-4ISBN No. 972-92-2-820061-4ISBN No. 972-92-2-820061-4

Publikasi ini memberikan informasi yangbermanfaat bagi mereka yang berencana memulaiusaha mereka sendiri dan tidak memilikipengalaman ataupun pemahaman tentangbagaimana memulai dan menjalankan usaha.Panduan usaha yang sederhana ini meliputipengembangan usaha seperti: sekilas tentang bisnisdan ide bisnis; pencatatan, laba dan arus kas, sertaprosedur tentang bagaimana mendapatkan kreditmikro.

** Hanya tersedia dalam Bahasa Indonesia

DI BOBOKASSE,sebuah desa di daerahpegunungan di Distrik Oecusse,Timor Leste, sangat jarang bagiseorang anak dapat terusbersekolah melebihi jenjangsekolah dasar. Pada kondisinormal, sekolah menengahpertama hanya terjangkau bagimereka yang memilikipenghasilan di atas rata-rata.Masyarakat di distrik iniumumnya menyambungpenghidupan dengan menanamjagung dan padi, yang hasilpanennya terkadang dijual diPasar Oecusse. Begitulahkehidupan keseharian sebagianmasyarakat Timor Leste, negaratermiskin di Asia—denganpendapatan kotor non migasper kapita US$ 360 per tahun.

Namun, berkat ProyekBekerja demi Perdamaian

(Servisu ba Dame) ILO/UNDP, Berta Colo akan dapatmengikuti jejak kakak perempuannya Veronica bersekolah lagidi tingkat menengah pertama. Veronica, 18 tahun, tahun inikembali melanjutkan sekolah dari hasil tabungan Berta danempat anggota keluarga lainnya, yang bekerja merehabilitasiruas jalan yang menghubungkan Bobokasse dengan jalanutama ke Oecusse, sepanjang sekitar 15 km.

Berbicara dalam bahasa Baikono, Berta bercerita sekolahmenengah pertama yang terdekat dengan rumahnya sangatjauh jaraknya. Keluarga pun tidak mampu mengirimkan Bertake sana setelah lulus sekolah dasar. Tapi, “Dengan Servisu,kami dapat membayar sekolah kakak saya, dan mungkingiliran saya tahun depan. Tapi, kami harus tetap menyisihkanuang jika suatu saat kekurangan bahan pangan,” kata diaoptimis.

Bersama Berta, lebih dari 1.000 orang lainnya yang tinggaldi dekat Bobokasse bekerja di proyek rehabilitasi jalan.Uniknya, rehabilitasi Oecusse yang melibatkan 700 pekerjamemotong ruas jalan sepanjang 3,5 km ke arah jalan baruyang menghubungkan jalan tersebut dengan ruas jalanlainnya yang sejalan dengan Oecusse. Setelah krisiskeamanan di Timor Timur pada 2006, ILO dan UNDPmelihat lambatnya pembangunan ekonomipascakemerdekaan Timor Leste dan besarnya pengangguranmuda semakin memperburuk masalah.

Memberikan pekerjaan padat karya dilihat menjadi salahsatu jalan keluar. Dengan dana US$ 3 juta dari Komisi Eropa,ILO dan UNDP–bersama sejumlah departemen pemerintahsetempat–terlaksanalah pembangunan infrastruktur pedesaanyang berbasis komunitas. Di samping itu, lapangan kerjajangka pendek yang disediakan dalam program ini mampumengurangi rasa frustrasi kaum muda yang cenderung

berkobar menjadi kekerasan sporadis di Timor Leste.

Secara keseluruhan 801 km jalan-jalan nasional telahdirehabilitasi, begitu juga dengan 1.500 km jalan-jalan dipedesaan. Sepanjang 17,2 km jalan pedesaan yang lebihsulit dijangkau dan memerlukan peralatan intensif masihdalam proses perbaikan. Sementara pemeliharaan kanalirigasi–yang sangat penting untuk hasil panen–memberikanlapangan kerja sementara bagi 45.553 masyarakat TimorLeste, dengan total keseluruhan 602.853 hari kerja denganupah sekitar US$ 2 per hari. Jumlah keseluruhan inimelebihi target awal proyek sebesar 23.500 pekerja dan350.250 hari kerja.

Proyek Bekerja untuk Perdamaian mencobamemberikan dampak pada akses pasar kerja, denganmengupayakan kelancaran akses lalu lintas. Namun,terkadang, manfaat tersebut muncul dalam bentuktermudah dan lebih langsung yakni pengucuran uang tunaikepada masyarakat seperti pada keluarga Colo, yangmemang sangat berharap dapat memanfaatkan uang yangdiperoleh demi mewujudkan masa depan yang lebih baikbagi Berta dan Veronica.

Servisu ba Dame,Bisa Bersekolah Lagi

Proyek bernilaiUS$ 3 juta inimampumembukalapanganpekerjaan bagi45.553 orang diTimor Leste.Anak-anakputus sekolahpun mampumenyemaikembaliharapannyadengankembalibersekolah.

Berta Colo

Berkatketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaan

timor lestetimor lestetimor lestetimor lestetimor leste

Berta Colo (kanan) setelah usai bekerja untuk proyek rehabilitasijalan perdesaan di Oecusse.10

©ILO/Margaret

Denganmetodepelatihan yangtepat, masya-rakat adat dipedesaanPapua mampumengembangkanketerampilandan berwira-usaha.

MASYARAKAT ADATMemberdayakan

Pelatihan praktis bagi petani coklat tentang teknik-teknik peningkatan

11

©ILO

ketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaan

MENANGGAPI kebutuhanmasyarakat desa, khususnya masyarakat adatdi pedesaan, untuk memperoleh pendapatandan peluang kerja, sebuah pelatihankewirausahaan berdasarkan materi pelatihanILO tentang Jender dan Kewirausahaan(Gender and Entrepreneurship Together/GETAhead) belum lama ini digelar di KecamatanKemtuk Gresi, Kabupaten Jayapura, danKecamatan Muara Tami, Kota Jayapura,Papua.

Pelatihan yang diselenggarakan di bawahProgram ILO mengenai PemberdayaanMasyarakat Adat Papua (Papua IndigenousPeoples Empowerment/PIPE) ini difasilitasimitra organisasi masyarakat di keduakecamatan tersebut (Lembaga Adat Dumtrudan Lembaga Adat Reba A’ling), di bawahkoordinasi Dinas Tenaga Kerja Papua danbadan pemerintahan lokal terkait lainnya.

Program PIPE memberikan peluang bagi anggotamasyarakat untuk menjalani tiga tahap pengembanganketerampilan, seperti pelatihan keterampilan produksi,kewirausahaan dan pembangunan ekonomi setempat,” jelasDomingo Nahayangan, Kepala Penasihat Teknis Program.

Di Kecamatan Kemtuk Gresi, 27 calon wirausahawanyang juga merupakan petani cokelat, turut serta dalampelatihan ini. Para peserta bekerja selama empat hari untukmempelajari keterampilan bisnis dasar dalam mengelolaproduksi cokelat. Tidak hanya dari segi pertanaman tapi jugasebagai sumber penghasilan. Sebelum pelatihankewirausahaan, para petani dari Desa Jagrang, Swentab,Sawoi dan Ibub menerima pelatihan praktis dari programPIPE untuk meningkatkan produksi cokelat yang meliputihal-hal seperti perluasan lahan, pembasmian hama,fermentasi dan pengeringan.

Sekitar 22 peserta pelatihan di Kecamatan Muara Tamiberasal dari latar belakang yang lebih beragam. Merekabekerja sebagai petani sayur-mayur, peternak, nelayan,pedagang, dan pemilik usaha rumah tangga. Para pesertamempejalari pengetahuan-pengetahuan praktis tentangkewirausahaan dan mengaitkannya dengan mata pencahariansaat ini. Para peserta juga menerima pelatihan keterampilandasar untuk meningkatkan teknik-teknik produksi yangdisesuaikan dengan jenis mata pencaharian yang merekalakukan.

Untuk pelatihan yang bersifat langsung, sejumlah pesertadari kedua pelatihan tersebut, terutama yang terlibat dalampertanian, diberi sejumlah fasilitas, seperti bibit berkualitasdan peralatan pertanian dasar.

Usai pelatihan, para pesertamemperlihatkan rasa antusiasmebaru untuk menjadikan matapencahariannya menjadi usahamikro. Menurut Immanuel Elly dariKemtuk Gresi, meski terlibat dalampelatihan tapi terasa bermain sepertilayaknya anak-anak. Sudah begitupelajaran yang diberikan mudahdicerna pelajaran. “Bahkan, di akhirpelatihan, kami masih dapatmengingat apa yang kami pelajari dihari pertama. Metode yangdigunakan sangat bagus,” ujar dia.“Kami berharap ILO dapatmemberikan lagi pelatihan seperti inidi masa mendatang. Sebab kami,para petani, merasakan banyakmanfaatnya,” kata Hans Mallo,peserta lainnya dari Muara Tami.

Pelatihan ini dilakukan lembaga pelatihan kewirausahaanberpengalaman dari Semarang, dengan dibantu sekelompokpelatih lokal yang turut serta dalam pelatihan untuk pelatihtentang GET Ahead. Yvonne de Queljoe, salah seorangasisten pelatih, yang mengamati jalannya pelatihanmenyatakan, “Kami terkejut melihat betapa bersemangatnyapara peserta. Kami sempat tidak berharap mereka akanmenikmati dan menghargai pelatihan ini, karena di awal haripertama sejumlah peserta tampak skeptis tentang manfaatpelatihan ini”.

Papua

ketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaan

Harus Bisa

Aspekpengangguran,lapangankerja,kesenjanganjender,produktivitaskerja, kondisikerja,membesarnyaekonomiinformalserta pekerjamiskin masihmenjaditantanganbagi ASEAN.

memastikan Pertumbuhan BerkelanjutanASEAN

(dari kiri ke kanan): Guy Thijs (Wakil Direktur Regional Kantor Regional ILO untuk Asia danPasifik), M.C. Abad, Jr. (Direktur Sekretariat ASEAN), Harry Heriawan Saleh (Ketua SLOM danSekjen Departemen Tenaga Kerja), Kee Beom Kim (Ekonom ILO Jakarta), dan Gyorgy Sziracki(Ekonom Senior Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik).

12

©ILOBERTEPATAN dengan pertemuanASEAN SLOM (Senior Labour OfficialsMeeting) kelima di Jakarta, 15-16 Mei lalu, ILOmeluncurkan laporan berjudul “TrenKetenagakerjaan dan Sosial di ASEAN 2007:Integrasi, Tantangan dan Peluang”. Laporan inimenandai semakin eratnya kerja sama antara ILOdan ASEAN, baik dalam pertukaran informasi,temuan penelitian serta dialog kebijakan sepertiyang tertuang di dalam Perjanjian Kerja SamaASEAN-ILO yang ditandangani Maret 2007.

Menurut laporan tersebut, antara 2000-2006ketenagakerjaan secara keseluruhan di ASEAN

meningkat lebih dari 11persen atau 263 juta,dengan lebih dari 27juta pekerjaan baru yangciptakan. Pada saatyang sama, tingkatpengangguran regional ASEANmeningkat dari 5 persen hingga 6,6persen, dengan kaum muda palingterkena imbasnya. Namun, angkaini tidak dapat diterapkan untuksituasi Indonesia (yang merupakanwilayah dengan angkatan kerjaterbesar), di mana pengangguranmeningkat dari 6,1 persen hingga10,4 persen. Di banyak negaraASEAN lainnya, tingkatpengangguran menurun atau stabil.

Laporan mengingatkan bahwapengangguran seringkali dilihatsebagai indikator penting. Padahalaspek krusial lainnya dari kinerjapasar kerja juga perlu mendapatperhatian lebih, termasukkesenjangan jender, produktivitaskerja, kondisi kerja, membesarnyaekonomi informal dan pekerja

miskin. Kendati terjadi pertumbuhan ekonomi, wilayahASEAN masih menjadi rumah bagi jutaan pekerja miskin.Pada 2006 lebih dari 148 juta dari 262 juta pekerja ASEANtidak memperoleh pendapatan cukup untuk mengangkatmereka dan keluarga dari garis kemiskinan denganpendapatan rata-rata dua dolar per orang setiap harinya.

Disebutkan pula, lantaran orientasi ekspor yang semakinkuat, pertumbuhan produktivitas menjadi kritis bagi ASEAN.Tapi antara 2000-2005 keluaran per pekerja dalampertumbuhan ASEAN hanya 15,5 persen. Itu jauh lebihrendah jika dibandingkan dengan India yang mencapai 26,9persen dan di Cina yang mencapai 63,4 persen. Karenanyamempercepat pertumbuhan produktivitas menjadi penting.Tidak hanya untuk peningkatan daya saing, namun juga

untuk menciptakan lapangan kerja dan pengurangankemiskinan.

Kesenjangan ketenagakerjaan secara terus-menerus sertapasokan tenaga kerja yang tidak seimbang berpengaruh besarmendorong peningkatan migrasi kerja. Pada 2005, jumlahkeseluruhan pekerja migran yang berasal dari ASEANdiperkirakan 13,5 juta, namun 39 persen di antaranyakemudian bekerja di luar negara anggota ASEAN. Membesardan meningkatnya pekerja migran tanpa dokumentasimengindikasikan pengelolaan migrasi dan perlindunganterhadap pekerja migran menjadi sebuah permasalahanmendesak. Boleh dibilang, inilah tugas besar yang harusdilakukan ASEAN saat ini, dengan deklarasi terbarunyatentang Perlindungan dan Promosi Hak-hak Pekerja Migran.

Mengantisipasi tahun 2015, laporan mengidentifikasi trendemografis, angkatan kerja dan sosial yang diharapkanmemengaruhi pengintegrasian wilayah. Ini termasuk:

Lebih dari 55 juta pekerja akan memasuki angkatan kerjaASEAN hingga 2015, dengan peningkatan terbesarterjadi pada negara dengan ekonomi informal danpopulasi masyarakat miskin yang juga besar.

Kekurangan pasokan tenaga kerja diperkirakanmeningkat di Singapura dan Thailand, sehinggamelahirkan pertanyaan tentang bagaimana pengelolaanmigrasi kerja di negara-negara tersebut dan di sepanjangwilayah ASEAN.

Hingga tahun 2015 layanan jasa merupakan sektorketenagakerjaan terbesar, mencakup 40 persen pekerjaASEAN. Sektor informal perkotaan diproyeksikanmeningkat secara signifikan.

ketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaan

Membuka Keterasingan,Menciptakan Lapangan Kerja

Proyek jalan ILO di Kabupaten Pide di Aceh.

13

Hancurnya infrastruktur pascabencana harus segera diatasi. ILOmengimplementasikan program tersebut berdasarkan pengalamannya yang

panjang membangun kembali daerah yang terkena bencana.

©ILO

TSUNAMI yangmenghantam Aceh Desember 2004dan gempa bumi yang mengguncangNias Maret 2005 silam,menghancurkan sejumlah infrastuktur.Jalan yang hancur dan rusak karenabencana ini menghambat pergerakanorang dan barang, sepertipenyampaian bantuan dan pemulihandaerah yang terkena dampak.

Dengan pengalaman panjangmempergunakan pekerja setempatpada situasi seperti itu, ILO telahmelaksanakan proyek menyediakanpekerjaan melalui metode perbaikanjalan dengan memanfaatkan pekerjasetempat, mulai Maret 2006 selamadua tahun. Didanai Multi DonorFund, proyek menyediakan pekerjaanmelalui perbaikan jalan denganmenggunakan metode padat karyaseraya memperkokoh kapasitaskontraktor dan pemerintah lokal.

Proyek juga bertujuan memperkuatpartisipasi masyarakat dalampembangunan dan perawatan jalanpedesaan, serta mengasah teknik,standar, sistem, dan strategi untukpembangunan jalan berbasis padatkarya. Keuntungan jangka pendek danjangka panjang dari proyek ini termasuk penciptaan kerja,teknik standar, prosedur tender yang transparan, danefektivitas biaya.

Salah seorangkontraktor dari CV Bangun Alam Beutari,Mirza Fuadi, mengaku merasakan manfaat dari pelatihanyang diberikan ILO. “Saya mempelajari teknik survei jalan,mendesain dan menghitung rencana anggaran bangunanserta bagaimana membangun jalan sesuai standar yangdiinginkan. Pelatihan pun mengajarkan cara memanfaatkanmateri dan pekerja yang ada,” kata Mirza, yang juga terlibatdalam perbaikan ruas jalan Kedai Peudada-Teupok Baru diDesa Keudada, Bireuen, Aceh.

Hingga Agustus lalu, sepanjang 95 km jalan pedesaantelah terbangun, dan menciptakan 71.000 hari kerja di Acehsaja. Pada akhir proyek, 100 km jalan akan dibangun di limakabupaten, yaitu: Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Nias dan NiasSelatan.

“Kondisi jalan yang buruk membuat kami hidup dalamketerasingan, dan kondisi semakin parah saat musim hujan.Tapi sekarang, kami dapat bepergian dengan mudah keGunungsitoli dan tempat-tempat lain, mengendarai motor,”kisah Ina Joy Zega dengan gembira. Ia tinggal dengansuaminya, Ama Serta Zega, di Afia Tambalau-Simpang Lima,Kecamatan Tuhemberua di Nias.

Jalan yang baik tidak hanya membuka keterasingan, tapijuga meningkatkan produktivitas dan meluaskan akses padapekerjaan. Karena proyek jalan ini, Ama Serta mengisahkan,ia dapat meningkatkan kondisi kehidupan keluarganyadengan bekerja untuk proyek dan menjual serpihan batukepada kontraktor.

Kesempatan USAHAMembukaMenciptakan Sinergi

Program ILO di Negeri SerambiMekkah tak sekadar membangun

kembali infrastruktur pascabencana,tapi juga mendorong rehabilitasi

ekonomi masyarakatnya.

ketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaan

Desa perikanan

14

©ILO

PROGRAM pembangunan ekonomi lokal ILO diBanda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),mengakhiri kegiatannya Juni silam, dan kini akan segeraberakhir. Hampir selama tiga tahun setelah tsunamimemorakporandakan Aceh dan merenggut 160.000 korbanjiwa, program mencoba memberikan kontribusi padarehabilitasi ekonomi dan membantu proses pemulihanmasyarakat.

“Pendekatan ini bertujuan mengidentifikasi peluangekonomi agar sejalan dengan penerapan proyek yangmenguntungkan masyarakat Aceh secara keseluruhan. Untukitu, program melibatkan masyarakat, pemerintah, sektorswasta, dan masyarakatsetempat untukmengidentifikasipeluang usaha daninvestasi, sertamemastikankeberlanjutan programoleh masyarakatsetempat,” MatthieuCognac, SpesialisPembangunanEkonomi Lokal ILO.

Program ini berupaya memulihkan mata pencaharianmelalui pendekatan pemulihan ekonomi. Di sini, masyarakatsetempat menerima bantuan untuk memulai ataumemperbarui usaha mereka. Program ini membantu 209orang di lima desa untuk memulai usaha penjualan ataupunlayanan. Dampaknya, 460 pekerjaan pun tercipta, dengan44% perempuan menjadi penerima manfaat langsung.

Pemulihan ekonomi yang efektif juga diterjemahkan kedalam Perjanjian Bersama yang ditandatangani ILO, ProgramPembangunan Kecamatan (Kecamatan DevelopmentProgram/KDP) dari Bank Dunia, serta Unit PemberdayaanMasyarakat Pedesaan di NAD. Upaya memperkokoh

kelembagaan pun mengarah para perancangan manualpelatihan, yang sudah diujicobakan di lapangan, serta padahubungan antara pembangunan ekonomi dan jender.Program GET Ahead ILO pun diadaptasi dan dipergunakandalam Pelatihan untuk Pelatih dari staf KDP. Mereka inilahyang akan memberikan pelatihan kepada kaum perempuan diwilayah kegiatan KDP.

Pembangunan ekonomi lokal bukanlah komponen yangberdiri sendiri. Di Meuraxa, bagian dari wilayah Banda Aceh,misalnya. Tsunami telah menghancurkan lebih dari 80%infrastruktur daerah yang aktif secara ekonomi tersebut.Karena itulah, integrasi pembangunan ekonomi lokal ke dalam

program bersama PBBmenjadi media bagisejumlah kegiatan,termasuk pelatihankejuruan yang diberikanpara pekerja konstruksi,pelatihan manajemenusaha mempergunakanmodul Memulai danMeningkatkan UsahaSendiri serta akses

terhadap modal melalui koperasi Islam yang didukung programkeuangan mikro ILO. Lebih dari 42 modul industri rumahandiciptakan, hingga mendorong pemerintah setempatmenyampaikan permintaan formal untuk meluncurkan inisiatifbaru, termasuk bagi proyek peranakan ikan.

Proyek yang dikenal sebagai “proyek perikanan” inimelibatkan unit teknis dari Departemen Perikanan danKoperasi, serta masyarakat dari ketiga desa yang mendirikankoperasi dengan anggota 45 orang: Bina Deah Meuraxa.Dengan berakhirnya proyek ILO, pemasok ikan internasionalmenyatakan minatnya menjadikan Meuraxa sebagai tempatpemberhentian untuk kargo ikan segar dalam perjalanan keHongkong.

DI SEBERANG Meuraxa terletak PulauWeh, yang juga dikenal sebagai Kota Sabang. Kendatiterkenal dengan lokasi menyelam yang indah, konflikselama 30 tahun di Aceh mengisolasikan pulau ini daridunia dan menghambat potensi pariwisatanya. Melaluiprogram pembangunan ekonomi lokal, ILO menjalankanprogram yang melibatkan saran kebijakan dalampenyusunan rencana pengembangan pariwisata. Programini pun tercakup dalam kegiatan konkret yang disarankanmasyarakat setempat melalui kegiatan partisipatif, sepertiperbaikan jalan setapak bagi para turis, pembuatan brosur,serta pelatihan usaha dan keterampilan kerja.

Promosi pengembangan pariwisata di Sabang punmerangkul sektor swasta, misalnya hotel, restoran ataupemilik usaha selam untuk mendorong pembentukanasosiasi pariwisata. Dalam skala yang lebih besar,memprakarsai dialog dengan maskapai penerbanganmurah Air Asia, hingga mendorong dialog denganpemerintah Aceh.

Ketika Air Asia mengumumkan minatnya untukmembuka jalur baru Kuala Lumpur- Banda Aceh(penerbangan internasional pertama setelah 10 tahun),hal ini menaikkan minat masyarakat yang juga mendorongmaskapai lainnya membuka jalur yang sama, termasukMalaysian Airlines (MAS), Firefly dan sebuah maskapaiAceh baru. Investor asing dari Malaysia menjajaki Wehdan kini dalam proses diskusi untuk mengembangkanpariwisata di sana dengan pemerintah kota.

Pendorong darikesemua proyekpembangunanekonomi lokal adalahpengidentifikasianpeluang bisnis danpenciptaan sinergi yangmemotivasimasyarakat, swasta danpemerintah menyadaribahwa terdapatpotensi-potensi yangdapat diwujudkan.

ketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaanketenagakerjaan

MemprMemprMemprMemprMempromosikan Pariwisataomosikan Pariwisataomosikan Pariwisataomosikan Pariwisataomosikan Pariwisata

Smart Workers adalah bincang-bincang radio interaktif,kerja sama ILO dengan radio SmartFM yang dirancang untukmeningkatkan kesadaran mengenai hak-hak mendasar ditempat kerja. Bagi Anda yang tertarik mempelajari lebih lanjuttentang isu ketenagakerjaan, simak terus 95,9 FM !

15

di Pulau Weh

hak dalam bekerjahak dalam bekerjahak dalam bekerjahak dalam bekerjahak dalam bekerja

Untukmelindungitenagakerjanya dikancahinternasional,PemerintahIndonesiadituntutmeratifikasisejumlahKonvensi ILO,salah satunyaKonvensitentangDokumenIdentitasPelaut.

Mengkajidi Indonesia

Standar Ketenagakerjaan

Direktur Standar Ketenagakerjaan Internasional ILO, Cleopatra Doumbia-Henry, bersama Alan Boulton, Direktur ILO di Indonesia, bertemu denganErman Suparno, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi membahasmengenai ratifikasi Konvensi-konvensi ILO.16

©ILO

DIREKTURStandar KetenagakerjaanInternasional ILO, CleopatraDoumbia-Henry, memintaPemerintah Indonesia untukmeratifikasi Konvensi ILO No.185 tentang DokumenIdentitas Pelaut. Hal tersebutdia sampaikan saat berkunjungke Indonesia, 20-24 Agustuslalu. Dalam diskusi denganDepartemen Perhubungan danDepartemen Tenaga Kerja, iasegera mendesak pemerintahuntuk meratifikasi konvensitersebut untuk membukakesempatan yang lebih luasbagi pelaut Indonesia untukbekerja di negara lain.

Untuk diketahui, pelaut-pelaut dari sejumlah negarayang bekerja di perkapalanasing menghadapipermasalahan serius dalammemperoleh visa dan saatmemasuki negara-negaratertentu, terutama setelah

peristiwa 11 September 2001. Hal ini mengarah padakemungkinan diberhentikan dan digantikannya merekadengan para pelaut dari negara-negara lain.

Saat ini, terdapat sekitar 1.000 pelaut Indonesia yangkehilangan pekerjaan karena tidak memiliki DokumenIdentitas Pelaut tersebut. “Ratifikasi Konvensi 185 danpenerbitan Dokumen Identitas Pelaut akan secara otomatismenarik sekitar 50.000 pelaut Indonesia yang bekerja di luarnegeri dari daftar hitam,” ujar Hanafi Rustandi, KetuaKesatuan Pelaut Indonesia (KPI).

Dalam dialog tripartit yang diadakan di DepartemenTenaga Kerja, 24 Agustus silam itu, permasalahan yang terkaitdengan kebebasan berserikat, khususnya kasus-kasus yangdiajukan pada Komite Kebebasan Berserikat juga ikutdibahas. “Hak untuk berserikat merupakan hak mendasar ditempat kerja, hak yang harus kita terapkan. Pertanyaannyabukanlah apakah kita harus menghormati atau tidak prinsipdan hak tersebut, namun bagaimana menghormati danmenerapkannya sebaik mungkin,” tegas Cleopatra.

Terdapat sekitar enam kasus yang tercatat di Komite.Kasus-kasus tersebut meliputi berbagai isu kebebasanberserikat, beragam motif pemutusan hubungan kerja,ancaman fisik, mogok, penangkapan dan penolakankehadiran serikat. Kasus-kasus ini meliputi kasus di PTBridgeston Tire Indonesia, PD Jaya Bersama, PT GunungMadu Lampung, PT Musim Mas, PT Securicor, dan kasusperorangan terhadap aktivis KSBSI.

Dialog ini memperlihatkan bahwa yang menjadi perhatianbaik pekerja maupun pengusaha adalah masih kurangnyaperan pemerintah dalam memantau dan mengawasipelaksanaan kebebasan berserikat, sementara mekanismepengawasan dari ILO juga berjalan lamban. Menanggapi haltersebut, Cleopatra menjelaskan prosedur dan persyaratanILO dalam menangani kasus kebebasan berserikat akandiselesaikan melalui dialog sosial dan bantuan teknis.

“Apabila Komite menemukan adanyapelanggaran standar atau prinsip-prinsipkebebasan berserikat di sebuah negara, Komiteakan mengeluarkan laporan melalui BadanPengurus ILO dan akan membuat rekomendasitentang bagaimana situasi ini dapat diperbaiki.ILO tidak memiliki mandat untuk memberikansanksi ekonomi ataupun politik,” kata dia.

Harry Heriawan Saleh, Sekretaris Jenderaldari Departemen Tenaga Kerja, menambahkanbahwa Índonesia akan meratifikasi perangkat-perangkat ILO yang menguntungkan pekerjadan pengusaha. “Kami tidak hanya sekadarmeratifikasi, tapi yang terpenting adalahpelaksanaan dan penegakan hukum.”

Internasional

Serikat pekerjamemiliki peranstrategismelindungipekerja,terutamaanggotanyadari dampakHIV/AIDS. Tigakonfederasi,KSBSI, KSPSI,dan KSPI, telahmemulainya.

dialog sosialdialog sosialdialog sosialdialog sosialdialog sosial

Seorang pekerja mengenakan handuk yang dibuat ILO bertuliskan “keringattidak menularkan HIV” sebagian bagian dari program pencegahan HIV ditempat kerja.

17

HIV/AIDSSerikat Pekerja dan

©ILO

EPIDEMI HIV/AIDS menjadi ancaman besarbagi dunia kerja. Epidemi inimenggerogoti jumlah pekerjadan mengancam sumbernafkah banyak pekerja dankeluarganya. Hingga Juni 2007,menurut data DepartemenKesehatan, terdapat sekitar15.502 kasus HIV/AIDS, dimana 59% di antaranya adalahmereka yang berada dikelompok usia produktif 15-59tahun.

Kaum pekerja merupakankelompok yang paling terkenadampaknya, sehingga perlumendapat perlindungan. Disinilah serikat pekerja

memainkan peranan penting dalam memerangi HIV/AIDS ditempat kerja. Serikat pekerja secara historis memangbertanggung jawab melindungi pekerja, dan perlindungantersebut juga harus mencakup perlindungan hak, khususnyatidak adanya diskriminasi berdasarkan status HIV, untukmemerangi stigma dan diskriminasi terhadap HIV/AIDS.

Guna meningkatkan tingkat pemahaman serikat pekerjatentang HIV/AIDS dan untuk memperkokoh kapasitasmereka dalam menangani masalah HIV/AIDS, ILO melaluiProgram Pendidikan HIV/AIDS di Tempat Kerja sejak 2006menggelar serangkaian pelatihan untuk pelatih tentangpencegahan HIV/AIDS di tempat kerja bagi ketigakonfederasi nasional (KSBI, KSPSI, dan KSPI), di tingkatnasional dan provinsi. Pelatihan-pelatihan tersebutdiselenggarakan di delapan provinsi, yakni Jakarta, SumateraSelatan, Kepulauan Riau, Banten, Kalimantan Barat, SulawesiSelatan, Sulawesi Utara dan Papua Barat.

Hingga saat ini, terdapat sekitar 28 pelatih utama didelapan provinsi. Sebagai tindak lanjutnya, masing-masingpelatih utama ini menggelar pelatihan bagi para anggotanya,yakni 798 anggota KSBI, 900 anggota KSPSI, dan 542anggota KSPI.

Ida Ayu, Pelatih Nasional dari KSPSI, mengatakan,penting bagi para pelatih utama seperti dirinya untukmemberdayakan perwakilan serikat di tingkat perusahaan.“Para perwakilan ini memiliki pengaruh di lingkungankerjanya, dan melalui mereka kita dapat melindungi hak yangterkena dan terimbas HIV/AIDS, dapat melakukanpencegahan HIV melalui pendidikan, serta dapat membantumanajemen mengembangkan kebijakan perusahaan tentangHIV di tempat kerja, termasuk dalam perjanjian kerjabersama,” kata dia.

Untuk mengarusutamakan permasalahan HIV/AIDSsebagai bagian dari kegiatan rutin serikat, Sulistri, PelatihNasional dari KSBSI, menandaskan dalam kongres KSBSIApril lalu disepakati untuk memasukkan program pencegahanHIV/AIDS dalam Resolusi Kongres. “Artinya, HIV/AIDSakan dimasukkan ke dalam pertemuan-pertemuan rutin danakan menjadi bagian dari sistem KSBSI. Ini juga berartiinformasi terkait HIV dapat disosialisasikan secara berkalatanpa memerlukan anggaran tambahan,” ujar dia.

Kendati banyak kemajuan yang terjadi, tantangan utamayang masih menghadang yakni masih kurangnya pemahamandan pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan dunia kerja.Masih banyak pekerja yang mengalami kesulitan saatberurusan dengan permasalahan yang terkait HIV/AIDS.Tantangan lain yang dihadapi adalah lemahnya penegakanhukum dalam pelaksanaan Keputusan Menteri No. 68/2004tentang Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

Perlindungan terhadap

dialog sosialdialog sosialdialog sosialdialog sosialdialog sosial

REFORMASI jaminan sosial dan fleksibilitaspasar kerja merupakan permasalahan yang gencar dibicarakan

belakangan ini. Pengusaha menilaifleksibilitas pasar kerja tidaksepatutnya menghalangi perusahaanmelakukan penyesuaian ukuran,komposisi dan ongkos angkatankerjanya. Sementara pekerjaberpandangan pasar kerja yangfleksibel sangat menurunkanperlindungan kerja sertamempertinggi risiko kehilanganpekerjaan.

Dalam upaya mencapaikeseimbangan antara fleksibilitaspasar kerja dan jaminan sosial, ILObersama Lembaga Penelitian danPendidikan KetenagakerjaanIndonesia (LPPKI) menggelarseminar sehari, “Jaminan Sosial danFleksibilitas Pasar Kerja”, Kamis, 23Agustus silam, di Hotel LeMeridien, Jakarta.

LPPKI merupakan lembagapenelitian dan pelatihan perburuhandan ketenagakerjaan yang didirikanILO melalui Program ACTRAVtentang Dialog Sosial dan

Ketenagakerjaan Muda bersamadengan ketiga konfederasi—KSBSI,KSPI and KSPSI.

Menurut Harry Heriawan Saleh,Sekretaris Jenderal DepartemenTenaga Kerja, pasar kerja yangfleksibel menjadi salah satu pilihankebijakan penting untuk menyikapimasalah pengangguran sebagaikonsekuensi dari surplus tenagakerja. “Untuk mengurangipengangguran yang sudahmencapai 10 persen tahun ini,pemerintah telah mengembangkankebijakan tiga dalam satu denganmelakukan integrasi pelatihan,sertifikasi dan penempatan sertameningkatkan sistem hukumketenagakerjaan. Tujuannya adalahuntuk mengurangi dampak negatifdari fleksibilitas dan memberikanperlindungan sosial terhadappekerja,” papar dia.

Sementara itu, Alan Boulton,Direktur ILO, mengatakan, “Pengusaha dan pekerja sama-sama membutuhkan fleksibilitas dan stabilitas. Karenanyadiperlukan pendekatan flexicurity yang meliputi sistemketenagakerjaan dan jaminan sosial yang memadukan pasarkerja yang lebih fleksibel dengan jaminan sosial yang baik,serta menawarkan perlindungan pendapatan yang sejalandengan kebijakan pasar kerja yang aktif. Inti dari konsep initerletak pada upaya menjalankan strategi yang sama-samamenguntungkan pengusaha maupun pekerja.”

Sebagai respons dari perdebatan yang menghangattentang penerapan kebijakan pasar kerja yang fleksibel sertaperkembangan terbaru tentang permasalahan jaminan sosial,diperlukan wadah untuk saling bertukar pandangan danpengalaman. Wadah atau forum inilah yang diharapkan bisamenyusun dan menerapkan kebijakan-kebijakan nasionalmengenai jaminan sosial dan fleksibilitas pasar kerja, sertamenciptakan mekanisme yang tepat dalam menjalankanreformasi jaminan sosial yang terkait erat dengan cepatnyaperubahan serta perkembangan dalam pasar kerja maupundalam pengorganisasian kerja.

Sejalan dengan keprihatinan Apindo terhadap peraturantentang sistem jaminan nasional yang saling bertumpangtindih, kelompok kerja LPPKI merekomendasikan adanyaperbaikan sistem jaminan sosial di Indonesia agar mampumemberikan perlindungan yang memadai kepada para pekerjaserta mengubah status Jamsostek dari badan usaha milikpemerintah menjadi dana amanah, serta menetapkan upahberdasarkan sistem produktivitas.

Mencari Formatdi Indonesia

Jaminan Sosial dan Fleksibilitas Pasar Kerja

Para pekerja saat pulang kerja.

Benang kusutreformasijaminan sosialdan fleksi-bilitas pasarkerja belumjuga terurai.Perlu forumyang lebihluas untukmembahasnya.

18

©ILO/A. Mirza

Program ILO/ACTRAVMemperMemperMemperMemperMempertangguhtangguhtangguhtangguhtangguh

Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi: Alan Boulton

WWWWWakil Pemimpin Redaksi:akil Pemimpin Redaksi:akil Pemimpin Redaksi:akil Pemimpin Redaksi:akil Pemimpin Redaksi: Peter van Rooij

Editor Eksekutif:Editor Eksekutif:Editor Eksekutif:Editor Eksekutif:Editor Eksekutif: Gita LinggaKoordinator Editorial:Koordinator Editorial:Koordinator Editorial:Koordinator Editorial:Koordinator Editorial: Gita Lingga

Alih Bahasa:Alih Bahasa:Alih Bahasa:Alih Bahasa:Alih Bahasa: Gita LinggaSirkulasi:Sirkulasi:Sirkulasi:Sirkulasi:Sirkulasi: Budi Setiawati

Kontributor:Kontributor:Kontributor:Kontributor:Kontributor: Abdul Hakim/Arum Ratnawati/AnnemarieReerink/Imelda Sibala, Domingo Nayahangan, Early DewiNuriana, Gita Lingga, John Lindsay/Lotte Kejser, Kee BeomKim, Lusiani Julia, Matthieu Cognac, Sanchir Tugschimeg,Simon Roughneen, Soeharjono, Tauvik Muhamad, danVanda DayDesain & Produksi:Desain & Produksi:Desain & Produksi:Desain & Produksi:Desain & Produksi: Balegraph

WWWWWarta ILO Jakartaarta ILO Jakartaarta ILO Jakartaarta ILO Jakartaarta ILO JakartaMenara Thamrin BuildingJl. M. H. Thamrin Kav 3, Jakarta 10250, IndonesiaTelp. (62-21) 391-3112, Faks (62-21) 310-0766Email: [email protected], Website: www.ilo.org/jakarta

Warta ILO Jakarta merupakan terbitan ILO dalam duabahasa yang bertujuan memberitakan kegiatan-kegiatanpokok ILO Jakarta di Indonesia. Warta ini akandipublikasikan tiga kali dalam setahun serta dapat diaksessecara online. Opini-opini yang tercantum di dalam publikasiini tidak mencerminkan pandangan dari ILO.

RedaksiRedaksiRedaksiRedaksiRedaksi

dialog sosialdialog sosialdialog sosialdialog sosialdialog sosial

Tantangan serikatpekerja ke depansemakin berat.Program ILO/ACTRAVmemperkokohkapasitaskelembagaanserikat.

Kapasitas SP/SB

Demonstrasi pekerja.

19

©ILO/A. Mirza

PROGRAM ILO/ACTRAV mengenai DialogSosial dan Ketenagakerjaan Muda telah melatih sekitar 100pelatih dari tiga konfederasi—KSBSI, KSPI, dan KSPSI—dariMaret-Juni 2007. Sebagai hasil pelatihan ini, para pelatih darimasing-masing konfederasi diharapkan mampu menggelartiga pelatihan bagi para anggota konfederasi lainnya di tingkatlokal, yang mencapai 900 aktivis buruh.

Diadakan di Jakarta, Jawa Timur dan Batam, pelatihanuntuk pelatih ini terfokus pada pelaksanaan pelatihan danpendidikan untuk serikat pekerja, pekerja anak, rencana aksiserikat pekerja, ketenagakerjaan muda, standar internasional,dialog sosial, keterampilan berunding dan perundinganbersama, hubungan industrial, dan kampanye kesetaraanjender.

Di luar kemajuan dalam kebebasan berserikat dancepatnya perubahan dalam hubungan industrial, harus diakuiserikat-serikat pekerja masih menghadapi sejumlah tantanganbesar. Sehingga dari pelatihan ini diharapkan mampu

membentuk kelompok pelatih yang akan mengorganisasiprogram pelatihan pada tingkat lokal untuk melatih parapekerja secara langsung untuk mempromosikan hubunganindustrial di tempat kerja dan memberikan kontribusi padapengembangan kebijakan serikat pekerja pada masalahketenagakerjaan muda.

Program ILO/ACTRAV yang didanai PemerintahNorwegia dibentuk pada awal 2007 sebagai bagian dariupaya ILO untuk membantu serikat pekerja memperkuatkapasitas kelembagaan dalam kerja sama bipartit dan kerjasama antara pekerja dan manajemen, memengaruhi kebijakannasional yang terkait dengan pekerjaan layak dan standar-standar ketenagakerjaan, serta menjawab permasalahan yangterus berulang dalam perselisihan hubungan industrial.

“Program ini bertujuanmeningkatkan dialogsosial demiterwujudnyahubungan industrialyang lebih harmonisdan pekerjaan yanglayak bagi kaum muda.Semua kegiatan dibawah program inidilaksanakan bekerjasama dengan ketigakonfederasi,”Soeharjono, stafproyek ILO,menjelaskan.

Selain pelatihan untuk pelatih, programjuga mendukung pembentukan LembagaPenelitian dan Pendidikan KetenagakerjaanIndonesia (LPPKI). Lembaga ini terdiri dari

tiga peneliti dari ketiga konfederasi. Belum lama ini LPPKImenyelesaikan kajian tentang kebebasan berserikat disejumlah wilayah dan sektor. Kini, LPPKI tengah melakukanpenelitian tentang tenaga kerja muda dan pekerja kontrak.Kegiatan lain yang dilakukan adalah pembangunan kapasitas,penerbitan materi pelatihan, berbagi pengetahuan, kampanyemedia, dan lain sebagainya.

jenderjenderjenderjenderjender

Tidak mudahmenjalankanbisnis diIndonesia,apalagi jikaAnda adalahperempuan.Tengoklah kisahSri. Iamenjalankansebuah usahakatering kecil diSurabaya, JawaTimur.

ILO – ILO – ILO – ILO – ILO – ApindoApindoApindoApindoApindodukungkewirausahaan perempuan

20

©ILO

Kepemilikan UsahaKepemilikan UsahaKepemilikan UsahaKepemilikan UsahaKepemilikan UsahaKeseluruhan (%)Keseluruhan (%)Keseluruhan (%)Keseluruhan (%)Keseluruhan (%)

Laki-lakiLaki-lakiLaki-lakiLaki-lakiLaki-laki

PerempuanPerempuanPerempuanPerempuanPerempuan

BELAKANGANtoko roti milik Sri makinpopuler di kalangan parapelanggan. Ia pun inginmengembangkan usahanya.Lancar? Ternyata tidak. Yangmenjadi masalah Sri tidakmemunyai jaminan untukmendapatkan pinjaman bank,dan apabila jaminan tersedia,bank memerlukan persetujuandari sang suami. Apa bolehbuat, di luar kemampuanmemasak yang diturunkanibunya, Sri tidak memilikiketerampilan lain. Dia pun tidakbanyak memperoleh pelatihan.

Perempuan seperti Sri kerapmenghadapi berbagaitantangan yang berakar daribias budaya, hambatanekonomi dan persepsi sosial.

Usaha tradisionalperempuan dengan peranterkait kerumahtanggaansering tercermin padakebijakan dan praktik,yang membatasikemandirian ekonomiyang diperlukan dalammenjalankan usaha.Akibatnya, aksesterhadap kredit,informasi, keterampilandan jaringan menjadilebih sulit bagi pengusahaperempuan ketimbanglaki-laki. Umumnya,miskinnya akses terhadappendidikan dan pelatihanbagi anak perempuan danremaja putri akanmenurunkan peluangmemenuhi potensi

berwirausaha mereka.

Padahal, menurut laporan Global EntrepreneurshipMonitor (GEM) 2006 tentang Perempuan danKewirausahaan, perempuan mewakili lebih dari sepertigaorang yang terlibat dalam kewirausahaan di Indonesia. Angkaini terbilang tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain didunia secara keseluruhan.

Sumber: Laporan tentang Perempuan danKewirausahaan 2006, GEM

Pelatihan ILO – Apindo bersama Bogasari di Surabaya, Jawa Timur.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memahamipentingnya mendukung kewirausahaan perempuan sejak limatahun lalu. Menindaklanjuti program ILO tentang mempromo-sikan Kewirausahaan Perempuan melalui Organisasi Pengusaha,Apindo mengembangkan dan menerapkan langkah yangmendorong keterkaitan antara organisasi perempuan dengananalisis permasalahan dan tantangan yang dihadapi perempuandalam usaha.

Berdasarkan temuan-temuan survei—yang dilakukan bersamaIkatan Wanita Pengusaha Perempuan Indonesia (IWAPI)—Apindo mengembangkan program tiga tahap bagi perempuanpengusaha serta bank data keanggotaan yang dilengkapi denganfasilitas informasi keanggotaan berbasis jender.

Program ini menjalankan pendekatan komprehensif, termasukpelatihan manajemen yang diikuti dengan pelatihan keterampilanteknis dan bantuan untuk mengakses kredit kecil.

Saat ini, program yang kembangkan Apindo ini secarakeseluruhan telah menjangkau hampir 800 perempuan. ILOmendukung dua pelatihan, salah satunya dilaksanakan diSurabaya, Jawa Timur, pada April 2007. Pada pelatihan iniApindo Cabang Surabaya bergabung dengan penyedia pelatihanswasta terkemuka, Bogasari. Pelatihan memberikan keterampilanteknis lanjutan bagi pengusaha katering perempuan. Maklum,sebagian besar perempuan memang memulai usaha secarainformal dan tanpa pernah menjalani pelatihan teknis.

Di Klungkung, Bali, pelatihan keterampilan teknis diadakanbagi perempuan yang menjalankan usaha cenderamata, jugapada April 2007. Apalagi pelatihan ini tidak sekadar mening-katkan keterampilan perempuan pengusaha, tapi juga menjadidukungan bagi industri kerajinan tangan, yang belum memulihsetelah bom Bali.

Terbaik 2007Perempuan Pengusaha

Aceh

jenderjenderjenderjenderjender

21

Perempuan Acehadalah perempuantangguh. Merekamampu bangkitkembali setelahtsunamimeluluhlantakkankampunghalamannya.

Khatija, pemilik usaha RiasPengantin Khatija di Lamno. Iatelah memulai usaha rias pengantinsejak 1988. Dia menjahit danmenyewakan pakaian pengantinlengkap dengan paket dekorasipernikahan. Salah satu keunggulanKhatija adalah ia beranimenawarkan paket lengkap denganmengombinasikan desain dariberbagai budaya, seperti Aceh-Jawa, Aceh-Minang dan Aceh-

Melayu. Ia juga terus-menerus memperbarui danmengembangkan usaha dan pasarnya dengan membaca majalahdan menonton acara teve yang berhubungan dengan bidangusahanya. Menurutnya, jaringan kerja sama adalah salah satukunci keberhasilannya. Dengan hadiah dari penghargaan iniKhatija berencana mengembangkan usahanya ke Banda Acehdan kabupaten lain di NAD.

Perempuan Pengusaha Mikro BisnisPaling Inovatif

Profile Pemenang

21

Murni, pengerajin suvenir. Iamendirikan usahanya pada 1992 dengandukungan Dinas Sosial yang

menyediakan pelatihan dan satu mesin jahit. Usaha Murni berbasis diDesa Baet Meusago, Aceh Besar. Murni membuat produk denganbordir tradisional Aceh. Ia mempekerjakan lima karyawan tetap,beberapa di antaranya memiliki keterbatasan fisik. Dalammelaksanakan usahanya, ia telah melatih banyak tetanggaperempuan baik yang memiliki keterbatasan fisik maupun yang tidakmengalami keterbatasan fisik. Beberapa di antara mereka kini telahmemulai usahanya sendiri. Pada awalnya Murni hanya memproduksitas aceh dengan model yang umum. Sejalan dengan perkembanganusahanya, kini ia mampu membuat berbagai model tas sesuaipesanan dan keinginan pelanggan.

PerempuanPengusaha denganKeterbatasan Fisik

Nelly Nurilla, pemilik usaha rotidan kue Nusa Indah Bakery diLhoknga. Nurilla mulai membuat rotitawar satu rasa pada 2001. Kini ditahun 2007, ia menawarkan rotidengan berbagai macam rasa. Nurillatahu dengan pasti siapa saja pelanggannya dan roti rasa apa sajayang mereka sukai. Dia berusaha memasarkan langsung rotinyakepada pelanggan, sehingga tidak menyita banyak tenaga kerja.Tsunami 2004 lalu telah meluluhlantakkan seluruh modal usahanya,sehingga Nurilla pun harus mulai lagi dari nol. Ia kembali memulaiusaha dari tabungannya dan mendapatkan pinjaman dari PTBogasari. Kini ia mempekerjakan 20 staf permanen. Roti yangtidak laku terjual setiap harinya dibagikan secara cuma-cumakepada tetangganya. Dengan hadiah penghargaan ini Nurilla inginmeningkatkan kondisi pabrik rotinya.

PerempuanPengusaha denganPemasaran Terbaik

IKATAN Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI),ILO dan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) bersamaPemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)menganugerahi penghargaan Perempuan Pengusaha AcehTerbaik 2007, Rabu, 5 September lalu, di Anjong Mon Mata,Banda Aceh, Provinsi NAD.

Alan Boulton, Direktur ILO di Indonesia, Kartini, DirekturIWAPI dan Irwandi Yusuf, Gubernur Provinsi NAD,menyatakan berkomitmen mendukung perempuanpengusaha di Aceh. Tiga pemenang pertama masing-masingdiganjar hadiah uang tunai sebesar Rp 5 juta, sedangkanpemenang kedua menerima Rp 2,5 juta.

Kampanye media diluncurkan pada awal Juni 2007,mengajak berbagai pihak memasukkan nominasi calonPerempuan Pengusaha Terbaik Aceh. Kampanye inidilakukan untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih besarterhadap keberhasilan perempuan pada peran-peran non-tradisional, termasuk peranan perempuan pengusaha dalammasa pemulihan dan rehabilitasi untuk mengembangkanperekonomian Aceh.

Sedikitnya sekitar 50 orang perempuan pengusaha diprovinsi ini dicalonkan dalam penghargaan tersebut. Sebagianbesar pengusaha mencalonkan dirinya sendiri, sementarayang lainnya dicalonkan oleh organisasi di Negeri SerambiMekkah ini. Mereka ini berasal dari Banda Aceh, Aceh Jaya,Aceh Pidie dan beberapa wilayah lainnya di NAD. Paraperempuan itu mengelola berbagai macam usaha, mulai dariperdagangan, produksi makanan, kerajinan tangan, usahakatering, rumah makan dan salon kecantikan. Dibandingkantahun lalu, kegiatan tahun ini menunjukkan peningkatantajam dalam jumlah perempuan pengusaha denganketerbatasan fisik yang mendaftarkan diri.

Sebelum menentukan pemenang utama, sebagai bagiandari prosedur seleksi, para juri juga mengunjungi 11 finalis ditempat usaha mereka untukmelakukan verifikasi informasi sertamelakukan wawancara dengan parapemilik usaha. Seleksi akhirpemenang dilaksanakan oleh dewanjuri.

Para pemenang dipilihberdasarkan keberhasilan merekadalam inovasi usaha kecil,pemasaran dan dalam mengatasiketerbatasan fisik. Tak berlebihan jikadikatakan mereka adalah teladan daninspirasi bagi para perempuan lain diprovinsi yang pernah dihantamgelombang tsunami.

“Tahukah kitaseberapa besarpotensi risikokaryawanperusahaan kitaterinfeksi virusHIV? Faktor-faktorapa saja yangmenjadipertimbanganpotensi risiko bagiperusahaan? Biladalam waktu limatahun ke depan,ada pekerja yangterinfeksi namunperusahaanbelummengimplemen-tasikan programpencegahan danpenanggulanganHIV/AIDS ditempat kerja,berapa prediksipotensi kerugiandari sisi biayaperusahaan?

PERTANYAAN-pertanyaan di atas merupakanpertanyaan yang umumdiajukan perusahaan, dan kinidapat dengan cepat dijawabmelalui program penghitunganinteraktif yang dikenal jugasebagai “Cost and BenefitRatio in Implementing HIV/AIDS Programme inCompany”. Program interaktifini merupakan bagian dariExecutive Brief Guidance forEmployers yang dikembangkanILO dan Asosiasi PengusahaIndonesia (Apindo).

Program ini khususdikembangkan untuk parapengusaha sebagai mediauntuk meningkatkan kesadarantentang hubungan antara HIV/AIDS dan produktivitas.Program juga memberikaninformasi dan panduan tentangpentingnya programpencegahan HIV/AIDS ditingkat perusahaan gunamempertahankan danmeningkatkan produktivitaspekerja.

Program ini terdiri dari duafitur utama. Fitur pertamamemberikan informasi tentangpenyebaran HIV/AIDS dankedua tentang perbandinganbiaya dan keuntungan ditingkat perusahaan. Hanyadengan menjawab pertanyaansingkat tentang karakteristikinternal dan eksternalperusahaan, program akandapat memberikan informasimengenai potensi risiko yangdihadapi perusahaan tentang

HIV/AIDS,meningkatkan Produktivitas

perlindungan sosialperlindungan sosialperlindungan sosialperlindungan sosialperlindungan sosial Mencegah

22

penyebaran HIV/AIDS. Informasi mengenai biaya yangdikeluarkan serta keuntungannya dapat dengan mudahdiperoleh dengan menjawab pertanyaan tentang sumber dayamanusia.

“Hanya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yangmudah dan singkat, kedua program ini dapat memberikanpengusaha penghitungan mengenai biaya yang harusdikeluarkan perusahaan dalam menangani dampak HIV/AIDS, termasuk investasi yang dikelurkan serta keuntunganyang diperoleh saat melaksanakan program pencegahan HIV/AIDS. Melalui program ini, perusahaan pun akan dapatmengurangi potensi risiko yang mungkin dihadapi perusahaantersebut,” demikian Early Nuriana Dewi, staf Program HIV/AIDS ILO.

Program interaktif ini telah diujicoba di tujuh kota: Jember,Madiun, Kediri, Manado, Makassar, Pontianak danPalembang, dengan dihadiri 190 perusahaan nasional.Setelah mengujicoba program, 76 perusahaan menyatakankomitmennya untukmenerapkan programpendidikan danpencegahan HIV/AIDS diperusahaanmasing-masing.

PENGADILAN industrial dibentuk danberoperasi pada Januari 2006. Setelah dua tahun berjalan,beragam tanggapan muncul mengenai kualitas para hakimdan kinerja mereka, jumlah kasus yang ditangani, tingkatpenyelesaian kasus termasuk kinerja keseluruhan dari systempengadilan industrial ini. Untuk membahas lebih lanjutkinerja sistem pengadilan perburuhan ini, ILOmenyelenggarakan forum satu hari berjudul “KonsultasiTripartit Nasional tentang Hakim Perburuhan” di Jakarta, 21September.

Forum ini bertujuan memberikan kesempatan untukmenelaah kondisi sistem pengadilan industrial yang saat iniberjalan di Indonesia sebagai upaya untuk menentukanlangkah-langkah ataupun bantuan-bantuan yang diperlukanuntuk meningkatkan kinerja pengadilan industrial ini. Acaraini pun memberikan sarana bagi forum tripartit untukberdialog serta bertukar pandangan dan pengalaman,sekaligus menentukan langkah ke depan membentuk sistempengadilan industrial yang lebih baik.

Di tingkat MA, komposisinya terdiri dari seorang hakimMA dan para hakim ad hoc; sementara di tingkat kabupatenterdiri dari seorang hakim dan 10 hakim ad hoc (lima darimasing-masing pekerja dan pengusaha). Hingga saat ini, adasekitar 20 hakim karir dan delapan hakim ad hoc di tingkaMA, dan sekitar 300 hakim karir dan ad hoc di tingkatpengadilan industrial. Jumlah kasus perburuhan yangditangani di tingkat MA pada 2007 mencapai 584 kasusdengan 186 di antaranya telah terselesaikan. Dalam satutahun, MA hanya mampu menangani 200 kasus.

Dibahas,Pengadilan Industrial

23

Cuplikan...

SITUS ILO Jakarta, http://www.ilo.org/jakarta,sedang menjalani “facelift.” Nantinya situs ini akanmemiliki struktur yang lebih dinamis, navigasi yanglebih baik, dan desain yang lebih menarik. Situs jugaakan berisi lebih banyak berita, informasi dan fitur.Pengunjung bakal mendapatkan informasi yang lebihkomprehensif, tidak hanya mengenai kegiatan, programdan proyek ILO di Indonesia, tapi juga berita-beritaketenagakerjaan, publikasi dan galeri foto.

Gita Lingga, Humas ILO, menjelaskan bahwa situsini pun bertujuan memenuhi kebutuhan informasi yanglebih luas dari para pencari informasi, termasukprofesional seperti jurnalis, peneliti, komunitas bisnis,serikat pekerja, pelajar dan lain sebagainya. ”Denganmenu-menu tampilan yang jelas, sebagian besardokumen dapat diperoleh dengan dua atau tiga kali klikdari halaman utama,” kata dia. Situs akan diluncurkansebelum akhir tahun ini.

Cukup dCukup dCukup dCukup dCukup dua klua klua klua klua klik sajaik sajaik sajaik sajaik sajaWebsite ILO JakartaTampilan Baru

PELAKSANAAN

Selain Executive Brief Guidance, panduan lain yangdikembangkan adalah Panduan Implementasi

Program HIV/AIDS. Sebagai program yangbersifat integratif tentang sumber daya manusia

serta sistem keselamatan dan kesehatan kerja,program akan meminimalisir biaya yang

dikeluarkan dalam program pencegahan danmemastikan kesinambungan. “Programterpadu ini pun akan menguntungkanpekerja karena menjadi bagian dari sistemkeseharian kantor. Ini artinya, pekerja akanmemiliki akses yang lebih luas terhadapinformasi mengenai pencegahan,perubahan perilaku, Voluntary Counselingand Test (VCT), sistem rujukan, serta stigmadan diskriminasi,” ujar Early menambahkan.

ILO dan Apindo akan meluncurkan keduapanduan tersebut November 2007.Peluncuran ini akan diikuti dengan pelaksanaanpelatihan untuk pelatih di delapan provinsi,dengan menargetkan kantor-kantor Apindo ditingkat provinsi.

BANGKIT -Suarakan Kemiskinanmerupakan sebuah acarabersama yang diselenggarakansebagai bagian dari upayamemerangi kemiskinan diIndonesia. Acara yang digelardi Taman Menteng Jakarta,dihadiri sekitar 500 staf PBBdari berbagai badan PBBtermasuk ILO, pada 17Oktober 2007, berkenaandengan Peringatan HariInternasional PenghapusanKemiskinan. Secarakeseluruhan, sekitar 650 ribuorang di seluruh Indonesiaberpartisipasi dalam acaraBangkit ini.

MEMBERDAYAKAN pekerjamuda merupakan tantangan terberat yang dihadapiIndonesia saat ini. Tingkat pengangguran mudaterbilang memprihatinkan sebesar 31%, sementara30% yang masuk ke dalam angkatan kerjadiperkirakan setengah pengangguran. Karenanya,potensi kaum muda Indonesia belum lagi terwujudseutuhnya karena mereka tidak memiliki aksesterhadap pekerjaan produtif.

Untuk menanggulangi tantangan-tantangantersebut, Pemerintah Indonesia membentukJejaring Lapangan Kerja bagi Kaum MudaIndonesia (Indonesia Youth EmploymentNetwork/IYEN), melibatkan para pembuatkebijakan senior dari berbagai badan pemerintah,sektor swasta dan masyarakat luas. Denganbantuan teknis dari ILO, Jejaring inimengembangkan Rencana Aksi KetenagakerjaanMuda Indonesia 2004-2007.

Untuk mengatasi tantangan ketenagakerjaan muda danmemperbaharui komitmen dalam hal ini, ILO bersamadengan Kementrian Koordinator Perekonomian dan BadanPerencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia(Bappenas) akan menggelar Forum bertajuk “KemitraanPublik-Swasta untuk Ketenagakerjaan Muda”, pada Selasa,25 September, di Jakarta.

Forum ini bertujuan memberikan kesempatan kepadapara peserta untuk berbagi dan mendiskusikan kebijakandan program yang menyangkut ketenagakerjaan muda yangada dan sedang berjalan. Untuk peserta dari sektor swasta,Forum akan memberikan informasi yang bermanfaat dalammerancang dan melaksanakan prakarsa-prakarsa tanggung

Menanggulangi PENGANGGURAN MUDA

jawab sosial perusahaan (CSR) tentang ketenagakerjaanmuda dan sarana untuk mengidentifikasi kemitraan denganberagam lembaga guna membangun kegiatan terkait tanggungjawab perusahaan.

“Menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi kaummuda merupakan tantangan yang dihadapi semua negara didunia. Forum ini memainkan peranan penting dalammemperbaharui komitmen para pihak terkait dalammenanggulangi tantangan ketenagakerjaan muda yangkompleks, memperluas kerjasama serta mengakui peranpenting sektor swasta dalam mengatasi tantangan-tantangantersebut,” ujar Alan Boultoh, Direktur ILO di Indonesia.

Kemitraan Publik – Swasta

24

melalui

Diskusi kelompok tentang penciptaan peluang kerja yang layak bagi kaum muda.

Warta Foto...

Cuplikan