new seven tools

36
BAB II TUGAS AKADEMIK 2.1. Judul Penggunaan seven tools dalam Pengendalian Kualitas Produk pada Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II. 2.2. Latar Belakang Permasalahan Suatu perusahaan tidak akan pernah lepas dari adanya konsumen dan produk yang dihasilkan. Konsumen tentu berharap agar produk yang dibelinya memiliki kualitas yang terjamin. Pengendalian kualitas pada perusahaan manufaktur ataupun jasa sangatlah diperlukan. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat menjaga kualitas produk yang dihasilkannya agar dapat diterima oleh kosumen. Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan proses produksi yang terjaga dengan baik agar tidak II-1

Upload: agustriana-firda

Post on 29-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

New Seven Tools

TRANSCRIPT

Page 1: New Seven Tools

BAB II

TUGAS AKADEMIK

2.1. Judul

Penggunaan seven tools dalam Pengendalian Kualitas Produk pada

Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II.

2.2. Latar Belakang Permasalahan

Suatu perusahaan tidak akan pernah lepas dari adanya konsumen dan

produk yang dihasilkan. Konsumen tentu berharap agar produk yang dibelinya

memiliki kualitas yang terjamin. Pengendalian kualitas pada perusahaan

manufaktur ataupun jasa sangatlah diperlukan. Oleh sebab itu, perusahaan harus

dapat menjaga kualitas produk yang dihasilkannya agar dapat diterima oleh

kosumen.

Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan proses produksi yang

terjaga dengan baik agar tidak menghasilkan produk yang rusak. Walaupun

proses-proses produksi telah dilaksanakan dengan baik, namun pada kenyataannya

masih ditemukan terjadinya kesalahan-kesalahan dimana kualitas produk yang

dihasilkan tidak sesuai dengan standar atau produk mengalami kerusakan. Untuk

itulah pengendalian kualitas dibutuhkan untuk meminimalisir adanya produk yang

rusak agar perusahaan tidak mengalami kerugian, baik dari segi waktu yang

terbuang untuk proses produksi ataupun dari segi keuangan.

II-1

Page 2: New Seven Tools

II-2

Pabrik gula sei semayang merupakan suatu perusahaan yang bergerak di

bidang pembuatan gula pasir dan hingga saat ini merupakan salah satu perusahaan

ternama di Indonesia. Pabrik gula sei semayang selalu menjaga kualitas produk

yang dihasilkannya, namun masih saja terdapat produk yang rusak. Oleh sebab

itu, peneliti akan menganalisa faktor tersebut untuk mengurangi produk cacat di

masa yang akan datang.

2.3. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan permasalahan yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Jenis kerusakan apa saja yang terjadi pada produk yang dihasilkan oleh pabrik

gula sei semayang

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan pada produk yang

dihasilkan oleh pabrik gula sei semayang.

3. Apakah pelaksanaan pengendalian kualitas pada pabrik gula sei semayang

berada dalam batas kendali.

2.4. Tujuan Pemecahan Masalah

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada produk yang dihasilkan

oleh pabrik gula sei semayang.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kerusakan/ kecacatan pada

produk yang dihasilkan oleh pabrik gula sei semayang.

Page 3: New Seven Tools

II-3

3. Untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas di pabrik

gula sei semayang dalam upaya meminimalkan tingkat kerusakan produk.

2.5. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang dilakukan meliputi:

1. Metode yang digunakan dalam pengukuran adalah metode Seven Tools.

2. Produk yang menjadi objek penelitian adalah gula pasir.

2.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses produksi yang berlangsung pada perusahaan dianggap berjalan dengan

lancar sesuai prosedur yang tetap.

2. Tidak ada perubahan kebijakan yang mendasar di dalam organisasi.

2.7. Metodologi Pemecahan Masalah

Metodologi pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah:

Page 4: New Seven Tools

II-4

Identifikasi masalah dan perumusan masalah

Studi Lapangan

Pengumpulan Data

Konsultasi Pembimbing

Pengadaan Studi Kepustakaan

Pengolahaan Data

Kesimpulan dan Saran

Analisa dan Evaluasi Data

Selesai

Mulai

Studi LiteraturObservasi

Page 5: New Seven Tools

II-5

2.8. Landasan Teori

2.8.1.Pengertian Kualitas1

Karakteristik lingkungan usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang

cepat dari segala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam

mengantisipasi segala perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi dunia. Ada

tiga ciri gambaran perubahan yang banyak didengungkan untuk menghadapi

lingkungan tersebut, yaitu kesementaraan, keanekaragaman, dan kebaruan.

Ada banyak sekali defenisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya

defenisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan defenisi atau pengertian

yang lain. Pengertian kualitas menurut beberapa ahli antara lain:

Juran (1962): “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.”

Crosby (1979): “Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi

availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness.”

Deming (1982): “Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan

sekarang dan di masa mendatang.”

Feigenbaum (1991): “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan

jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance,

dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan

kebutuhan dan harapan pelanggan.”

Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 19-

8402-1991): “Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa

1 Indranata, Iskandar. 2008. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas. Jakarta: UI Press. h. 33-36

Page 6: New Seven Tools

II-6

yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara

tegas maupun tersamar.”

Istilah kualitas memang tidak terlepas dari manajemen kualitas yang

mempelajari setiap area dari manajemen operasi, dari perencanaan lini produk dan

fasilitas sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas merupakan bagian

dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber daya manusia, keuangan,

gudang, dan lain-lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan kualitas adalah suatu

penyebab umum yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha.

2.8.2.Pengendalian Kualitas2

Pengendalian kualitas merupakan suatu sistem verifikasi dan

penjagaan/perawatan dari suatu tingkat/derajat kualitas produk atau proses yang

dikehendaki dengan perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai,

inspeksi yang terus menerus serta tindakan korektif bilamana diperlukan. Jadi

pengendalian kualitas tidak hanya kegiatan inspeksi ataupun menentukan apakah

produk itu baik (accept) atau jelek (reject). Pengendalian kualitas dilakukan

mulai dari proses input informasi/bahan baku dari pihak marketing dan

purchasing hingga bahan baku tersebut masuk ke pabrik dan bahan baku itu

diolah di pabrik (fase transformasi) yang akhirnya dikirim ke pelanggan.

Menurut Dr. Juran, pendekatan terhadap pengendalian kualitas melibatkan

beberapa aktivitas berikut:

1. Mengevaluasi performansi aktual.

2 Besterfield, Dale H. 1998. Quality Control. Edisi Kelima. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. h. 1-12.

Page 7: New Seven Tools

II-7

2. Membandingkan yang aktual dengan sasaran.

3. Mengambil tindakan atas perbedaan antara yang aktual dan sasaran.

2.8.3.Tujuan Pengendalian Kualitas3

Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri adalah :

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah

ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan

bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah

mungkin.

2.8.4.Perkembangan Ruang Lingkup Mutu4

Sejak globalisasi menjadi pembicaraan hangat dan merebut perhatian

banyak kalangan tidak terbatas hanya para pebisnis tetapi juga para akademisi,

semua meyakini bahwa mutu adalah kunci penyelesaian atas sebagian besar

masalah yang ditimbulkan oleh perubahaan global tersebut. Defenisi mutu

kemudian bermunculan masing-masing mengacu pada perkiraan intensitas

3 Assauri, Sofjan. 1998. Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta: LP FE UI. h. 2104Sinulingga, Sukaria. 2008. Pengantar Teknik Industri. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. h. 128-129

Page 8: New Seven Tools

II-8

persaingan yang dipandang sangat menguntungkan para pelanggan. Salah satu

pendapat tentang mutu yang hampir semua pihak tidak berbeda pandangan ialah

peningkatan mutu pada setiap organisasi bukanlah kegiatan terpisah atau program

yang berdiri sendiri tetapi harus terintegrasi secara baik dengan seluruh kegiatan

lain.

Perjalanan sejarah manajemen mutu pada perusahaan juga mengajarkan

bahwa perkembangan selera konsumen dari waktu ke waktu telah membuat

konsep dan metode perbaikan mutu menjadi usang, walaupun pada kelahirannya

sangat dikagumi. Hal ini terlihat dari sejarah perkembangan manajemen mutu

(mulai dari awal produsen menyadari pentingnya unsur mutu diperhatikan dalam

membuat dan menyerahkan produk kepada pelanggan) hingga masa kini.

2.8.5.Pengendalian Mutu Terpadu5

Pengendalian terpadu terhadap mutu (total control of quality) seperti

dijelaskan oleh namanya ialah keterpaduan kegiatan dalam pengendalian mutu.

Pengendalian terpadu berkenaan dengan keterpaduan semua kegiatan yang

mempengaruhi tingkat mutu yang diinginkan, sedangkan mutu terpadu adalah

keterpaduan semua faktor yang masuk dalam dimensi mutu misalnya faktor

ukuran, warna, berat, daya tahan, kelenturan, dan lain-lain dalam proses

pengendalian (control of total quality).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, yang dimaksud dengan mutu terpadu

ialah semua keinginan dan harapan pelanggan terhadap kinerja produk yang

diterimanya tercermin dalam keempat indikator di atas. Pada prinsipnya tidak ada

5 Ibid. h. 158-163

Page 9: New Seven Tools

II-9

perbedaan mendasar tentang implementasi pengendalian mutu terpadu pada sektor

manufaktur dan jasa karena walaupun tidak identik tetapi langkah-langkahnya

tidak berbeda (Kelada, J.N, 1997). Sistem pengendalian mutu terpadu sebagai

bagian dari proses manajemen pada dasarnya memberikan jawaban yang akurat

terhadap what, who, how, where, when, dan how many.

2.8.6.Manajemen Mutu Terpadu

Pengelolaan mutu yang dimaksud meliputi serangkaian kegiatan-kegiatan

dengan tujuan-tujuan yang diperoleh melalui penggunaan sumber daya yang ada

secara optimum. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan penjaminan bahwa para manajer

harus melakukan fungsi-fungsi tersebut untuk menghasilkan produk atau jasa,

memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan, tepat waktu dan biaya yang wajar

(reasonable/ the best possible cost).

1. Perencanaan meliputi penetapan komponen-komponen mutu dan alat-alat

yang dibutuhkan untuk melakukannya. Kegiatan perencanaan mencakup

identifikasi mitra internal sepanjang aliran proses produksi, pengguna akhir

produk, menemukenali kebutuhan dan harapan mereka serta merumuskan apa

yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut.

2. Pengorganisasian meliputi penetapan struktur administrasi dan alokasi

sumber daya untuk setiap produk dan jasa yang akan dihasilkan serta

penyusunan sistem dan metode yang dibutuhkan untuk mendapatkan mutu

yang telah ditetapkan pada fase perencanaan.

Page 10: New Seven Tools

II-10

3. Pengarahan berkaitan dengan semua aspek manusia dalam manajemen, yaitu

memotivasi dan memobilisasi personil, memberikan dukungan, membangun

leadership, menggunakan gaya manajemen yang kondusif (management

style) untuk mencapai tujuan mutu, mengatasi konflik yang timbul di tempat

kerja dan lain-lain.

4. Pengendalian berkenaan dengan pendeteksian penyimpangan serta melakukan

tindakan perbaikan.

5. Penjaminan mutu meliputi semua langkah dan kegiatan pencegahan untuk

menjamin bahwa mutu yang diinginkan dapat dihasilkan.

2.8.7.Tanggung Jawab pada Kualitas6

Setiap industri produksi dan banyak industri jasa mempunyai fungsi

jaminan kualitas yang resmi. Tanggung jawab organisasi ini membantu

manajemen umum dan manajemen produksi dalam memberikan jaminan kualitas

untuk produksi perusahaan itu. Khususnya, fungsi jaminan kualitas adalah gudang

teknologi yang berisi keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk

membuat produk dengan kualitas yang dapat diterima pasar.

Beberapa tanggung jawab fungsional tertentu adalah:

1. Perencanaan, pemasaran, dan penjualan produk.

2. Teknik perkembangan. Bertanggung jawab untuk rancangan produk yang

asli.

3. Teknik produksi. Bertanggung jawab untuk memilih proses produksi.

6 Montgomery, Douglas C. 1990. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. h. 20-26

Page 11: New Seven Tools

II-11

4. Pembelian. Bertanggung jawab untuk pemilihan penjual.

5. Pengujian dan pemeriksaan. Bertanggung jawab untuk pengukuran kualitas

bahan dan suku cadang yang masuk.

Sebagai akibat dari tuntutan konsumen yang meningkat akan kualitas, dan

pengembangan produk baru, banyak teknik dan praktik jaminan kualitas yang ada

perlu diubah seperlunya. Akhirnya, biaya kualitas menjadi sangat tinggi. Secara

singkat, tantangan kualitas yang dihadapi industri adalah untuk meningkatkan

kualitas produk dan pelayanan, memodernkan praktik kualitas modern, dan

melakukan pengurangan yang cukup besar dalam biaya kualitas.

2.8.8.Delapan Langkah Pemecahan Masalah7

Dalam pemecahan ataupun penyelesaian suatu masalah ada delapan

langkah yang dapat ditempuh yang merupakan penjabaran dari siklus Plan, Do,

Check, dan Action yang disebut dengan Delapan Langkah Penyelesaian Masalah,

seperti terlihat pada Gambar 2.1.

7 Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. h. 302-320

Page 12: New Seven Tools

II-12

Gambar 2.1. Siklus Delapan Langkah Pemecahan Masalah

Siklus di atas digunakan untuk membantu dalam memecahkan masalah.

Penjelasan dari Gambar 2.1. akan diuraikan sebagai berikut:

1. Tentukan tema

Tema diambil sesuai dengan prioritas masalah problema yang ada

diperusahaan dan yang akan diselesaikan. Pengajuan usul ataupun saran tema

dapat berasal dari atas unit kerja lain dari unit kerja atau kelompok kerja itu

sendiri. Kemudian tentukan tema yang sudah terarah sehingga penyelesaian

dapat dilakukan dengan baik, jelas, dan tidak terlalu luas.

2. Tentukan problemnya

Dilakukan beberapa analisa:

a. Ukuran apa yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya problema dan

kumpulkan data yang diperlukan.

b. Stratifikasi data yang ada dari berbagai segi dan buat diagram, grafik

sehingga dapat memberi gambaran yang jelas.

c. Tentukan problema pada data yang sudah distratifikasi.

d. Kelompokan problema yang ada.

3. Cari penyebabnya

Daftarkan semua penyebab yang mungkin dan teliti, pastikan sebab yang

paling mungkin dan paling berpengaruh.

4. Rencanakan penanggulangannya

Pelajari dan pilih cara penanggulangan yang efektif terhadap penyebab utama

dengan mengajukan pertanyaaan dengan 5W.

Page 13: New Seven Tools

II-13

5. Laksanakan

Pelaksanaan penanggulangan harus sesuai dengan rencana penanggulangan.

6. Teliti hasilnya

Teliti hasil yang diperoleh, apakah ada akibat lain, dan jika ada, maka

kembali ke langkah ketiga.

7. Standarisasi

Digunakan unutk mencegah timbulnya persoalan yang sama. Setelah hasil

dicapai harus dibuat standar masing-masing.

8. Masalah yang masih ada

Bila masih terdapat masalah kembali ke langkah yang pertama untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

2.8.9.Pengendalian Kualitas dengan Seven Tools

Fungsi tujuh alat pengendalian kualitas adalah untuk meningkatkan

kemampuan perbaikan proses, sehingga akan diperoleh:

1. Peningkatan kemampuan berkompetisi.

2. Penurunan cost of quality dan peningkatan fleksibilitas harga.

3. Meningkatkan produktivitas sumber daya.

Adapun maksud dan tujuan penggunaan seven tools adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui masalah.

2. Mempersempit ruang lingkup masalah.

Page 14: New Seven Tools

II-14

3. Mencari faktor yang diperkirakan merupakan penyebab.

4. Memastikan faktor yang diperkirakan menjadi penyebab.

5. Mencegah kesalahan akibat kurang hati-hati.

6. Melihat akibat perbaikan.

7. Mengetahui hasil yang menyimpang atau terpisah dari hasil lainnya.

Proses penyelesaian masalah dan perbaikan kualitas dengan menggunakan

seven tools dapat membuat proses penyelesaian masalah menjadi lebih cepat dan

sistematis. Seven tools dapat digunakan dengan profesional untuk memudahkan

proses perbaikan kualitas.

Konsep seven tools berasal dari Kaoru Ishikawa, ahli kualitas ternama dari

Jepang. Menurut Ishikawa, 95% permasalahan kualitas dapat diselesaikan dengan

seven tools. Kunci sukses untuk memecahkan masalah ini adalah kemampuan

untuk mengidentifikasi masalah, menggunakan pendekatan seven tools

berdasarkan masalah dasar, mengkomunikasikan solusi secara tepat kepada yang

lain. Untuk memecahkan masalah sebaiknya dimulai dengan menggunakan pareto

diagram dan cause-effect diagram sebelum mencoba menggunakan alat yang lain.

Dua alat ini digunakan secara luas oleh team perbaikan kualitas.

Adapun ketujuh alat pengendalian kualitas tersebut adalah:

1. Pareto Diagram

Pareto Diagram dibuat untuk menemukan atau mengetahui masalah atau

penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan

perbandingan terhadap keseluruhan. Dengan mengetahui penyebab-penyebab

yang dominan maka kita akan bisa menetapkan prioritas perbaikan. Perbaikan

Page 15: New Seven Tools

II-15

pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa pengaruh yang lebih

besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti.

Langkah-langkah pembuatan Pareto Diagram adalah sebagai berikut:

a. Kumpulkan data dan susun data berdasarkan jumlah yang paling besar ke

yang paling kecil/ tentukan jumlah kumulatifnya.

b. Gambar grafik dengan sumbu-Y sebagai jumlah data dan sumbu-X sebagai

kategori data dan digambar dengan skala tepat.

c. Gambarkan diagram batang pada sumbu-X sesuai kategori data dan

jumlahkan mulai dari jumlah data terbesar hingga yang terkecil.

d. Dengan menggunakan tabel kumulatif gambar grafik kumulatifnya.

Setelah didapat diagram pareto maka dapat kita simpulkan kategori yang

paling dominan dari tiap kategori. Skala presentase kumulatif pada saat

digunakan harus sesuai dengan dolar atau skala frekuensi seperti 100% harus

disamakan nilainya sebagai dolar atau frekuensi total. Penggunaan dari

diagram pareto adalah proses yang tidak pernah berakhir. Diagram pareto

adalah suatu alat untuk peningkatan kualitas yang kuat. Ini dapat

diaplikasikan untuk mengidentifikasikan masalah dan pengukuran dari suatu

tingkat kemajuan.

Page 16: New Seven Tools

II-16

Gambar 2.2. Pareto Diagram

2. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat)

Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone diagram)

yang diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kaoru Ishikawa (Tokyo

University) pada tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisis dan

menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam

menentukan karakteristik kualitas output kerja. Di samping itu juga diagram

ini berguna untuk mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu

masalah. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan

cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya

penyimpangan kerja secara detail.

Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil

kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab

utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Manusia (Man)

Page 17: New Seven Tools

II-17

b. Metode Kerja (Work method)

c. Mesin atau peralatan kerja lainnya (Machine/Equipment)

d. Bahan-bahan baku (Raw material)

e. Lingkungan kerja (Work environment)

Diagram ini berguna dalam:

1. Menganalisis kondisi aktual untuk tujuan suatu produk atau peningkatan

kualitas pelayanan, mengefisiensikan penggunaan sumber daya alam

(SDA) dan sumber daya manusia (SDM), dan pengurangan biaya-biaya

yang tidak perlu.

2. Mengeliminasi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidakseragaman

produk atau pelayanan, dan keluhan pelanggan.

3. Standarisasi dari keberadaan dan usul-usul terhadap operasi.

4. Pendidikan dan pelatihan personel-personel yang ada di dalam

pengambilan keputusan.

Gambar 2.3. Cause and Effect Diagram

3. Stratification (Stratifikasi/ Pengelompokan Data)

Page 18: New Seven Tools

II-18

Stratification merupakan usaha pengelompokkan data ke dalam kelompok-

kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Kegunaan stratification

adalah:

a. Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah.

b. Membantu pembuatan Scatter Diagram.

c. Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi.

Memperbaiki kerusakan adalah pekerjaan yang sulit jika tidak ada

stratification data. Kriteria stratification yang efektif adalah:

a. Jenis kerusakan

b. Sebab kerusakan

c. Lokasi kerusakan

d. Material

e. Produk

f. Tanggal membuatnya

g. Kelompok kerja

h. Operator perorangan

i. Supplier bahan

j. Supplier suku cadang

4. Check Sheet (Lembar Pemeriksaan)

Check Sheet merupakan alat praktis yang digunakan untuk mengumpulkan,

mengelompokkan, dan menganalisis data secara sederhana dan mudah.

Tujuan utama dari check sheet adalah untuk memastikan bahwa data

Page 19: New Seven Tools

II-19

dikumpulkan dengan hati-hati dan teliti dengan mengoperasikan pegawai

untuk pengendalian proses dan pemecahan masalah. Data seharusnya

disajikan agar dapat digunakan dengan mudah dan cepat dan dianalisis.

Format dari check berbeda-beda untuk setiap situasi dan desain oleh tim

proyek. Pemeriksaan dibuat berdasarkan harian dan mingguan dan beberapa

pemeriksaan seperti temperatur juga diukur. Terdapat 2 jenis check sheet

yang dikenal dan umum dipergunakan untuk keperluan pengumpulan data,

yaitu:

a. Production process distribution check sheet

Check sheet ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari

proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan

klasifikasi yang telah ditetapkan dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga

akhirnya secara langsung akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi.

Gambar 2.4. Check Sheet Distribusi Proses Produksi

b. Defective check sheet

Page 20: New Seven Tools

II-20

Untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu

proses kerja maka terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasikan

jenis kesalahan yang ada dan presentasenya. Setiap kesalahan biasanya

akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab yang berbeda sehingga

tindakan korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan jenis kesalahan

dan penyebabnya tersebut.

Tabel 2.1. Check Sheet untuk Defective Item

Kecacatan Jumlah Kecacatan Total

Sompel IIII 4

Retak III 3

Warna II 2

5. Histogram (Diagram Batang)

Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data sehingga

dapat dianalisis dan diketahui distribusinya. Histogram merupakan tipe grafik

batang dimana sejumlah data dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dengan

interval tertentu. Setelah jumlah data dalam setiap kelas (frekuensi) diketahui,

maka dapat dibuat histogram dari data tersebut. Dari Histogram ini dapat

terlihat gambaran penyebaran data apakah sesuai dengan yang diharapkan

atau tidak.

Page 21: New Seven Tools

II-21

Gambar 2.5. Histogram Kecacatan Produk Batako

6. Scatter Diagram (Diagram Pencar)

Scatter Diagram digunakan untuk melihat korelasi (hubungan) dari suatu

faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu karakteristik kualitas

hasil. Pada umumnya apabila kita membicarakan tentang hubungan antara

dua jenis data, kita sesungguhnya berbicara tentang:

a. Hubungan sebab akibat.

b. Suatu hubungan antara satu dan lain sebab.

c. Hubungan antara satu sebab dengan dua sebab lainnya.

Gambar 2.6. Scatter Diagram

7. Chart (Peta Kontrol/ Bagan Kendali)

Page 22: New Seven Tools

II-22

Control Chart merupakan suatu grafik yang digunakan untuk menentukan

suatu proses berada dalam keadaan stabil atau tidak. Apabila suatu proses

berada dalam batas kontrol, maka porses dikatakan dalam batas kendali

(stabil). Bagan ini menunjukkan perubahan data dari waktu ke waktu tapi

tidak menunjukkan penyebab penyimpangan, walaupun adanya

penyimpangan akan terlihat pada bagan pengendalian tersebut. Bagan ini

merupakan grafik garis dengan mencantumkan batas-batas daerah

pengendalian.

Control Chart yang paling lazim digunakan adalah:

a. Control Chart untuk variabel

Control Chart untuk variabel digunakan untuk pengukuran data variabel.

Data yang bersifat variabel diperoleh dari hasil pengukuran dimensi,

seperti berat, panjang, tebal, dan sebagainya. Control Chart untuk variabel

ini terdiri dari:

a. X Chart

Peta ini menggambarkan variasi harga rata-rata (mean) dari suatu

sampel lot data (data yang diklasifikasikan dalam kelompok-

kelompok) yang ditarik dari suatu proses kerja.

b. R Chart

Page 23: New Seven Tools

II-23

Peta ini menggambarkan variasi dari range sample lot data yang ditarik

dari suatu proses kerja.

c. S Chart

Peta ini menggambarkan variasi standar deviasi dari suatu sampel lot

data yang ditarik dari suatu proses kerja.

b. Control Chart untuk atribut

Control Chart untuk atribut digunakan untuk karakteristik kualitas yang

tidak mudah dinyatakan dalam bentuk numerik. Biasanya tiap objek yang

diperiksa diklasifikasikan sebagai sesuai atfau tidak sesuai dengan

spesifikasi. Control chart untuk atribut ini terdiri dari:

a. p Chart

Peta ini menggambarkan bagian yang ditolak karena tidak sesuai

dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk membuat peta p ini dapat

digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

dan

b. np Chart

Peta ini menggambarkan banyaknya unit yang ditolak dalam sampel

yang berukuran konstan. Untuk membuat peta np ini dapat digunakan

rumus-rumus sebagai berikut:

Page 24: New Seven Tools

II-24

dan

c. c Chart

Peta ini menggambarkan banyaknya ketidaksesuaian atau kecacatan

dalam sampel berukuran konstan. Satu benda yang cacat memuat

paling sedikit satu ketidaksesuaian, tetapi sangat mungkin satu unit

sampel memiliki beberapa ketidaksesuaian, tergantung sifat dasar

keandalannya. Untuk membuat peta c ini dapat digunakan rumus

sebagai berikut:

dan

d. u Chart

Peta ini menggambarkan banyaknya ketidaksesuaian dalam satu unit

sampel dan dapat dipergunakan untuk ukuran sampel tidak konstan.

Untuk membuat peta u ini dapat digunakan rumus-rumus sebagai

berikut:

dan