new makalah kesehatan komunitas 01 nov 2013

45
Makalah kesehatan komunitas OPTIMALISASI SOSIALISASI IMUNISASI WAJIB PADA KEDUA ORANG TUA BALITA DI DESA BULUH CINA KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR Disusun Oleh : Aulia Janer Dhani Nuswandi Fitrianita Ihsan Muhammad Ikhwan Nidya Angryni Riza Wulandari Try Rahmi Septrealti

Upload: fitrianita-samiun

Post on 24-Oct-2015

151 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Skabies

TRANSCRIPT

Page 1: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Makalah kesehatan komunitas

OPTIMALISASI SOSIALISASI IMUNISASI WAJIB PADA

KEDUA ORANG TUA BALITA DI DESA BULUH CINA

KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR

Disusun Oleh :

Aulia Janer

Dhani Nuswandi

Fitrianita

Ihsan

Muhammad Ikhwan

Nidya Angryni

Riza Wulandari

Try Rahmi Septrealti

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN COMMUNITY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (COME)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

PUSKESMAS SIAK HULU III KAB. KAMPAR

2013

Page 2: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Imunisasi merupakan

suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke

dalam tubuh manusia untuk mencegah penyakit.1

Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin

cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi

penyakit cacar. Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh

WHO yang selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya. Program Imunisasi

bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari

penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Untuk mencapai

hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang

tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai.1

Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan

terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan yang

pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas,

puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti

posyandu atau melalui kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah

kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil

pemantauan atau evaluasi.1

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas

dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang

gejala demam. Standar tenaga pelaksana di tingkat pusksmas adalah petugas

imunisasi dan pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau

bidan yang telah mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan

imunisasi dan penyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang

berpendidikan minimal SMA atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold

chain, yang tugasnya mengelola vaksin dan merawat lemari es, mencatat suhu

Page 3: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

lemari es, mencatat pemasukan dan pengeluaran vaksin serta mengambil vaksin di

kabupaten/kota sesuai kebutuhan per bulan. Pengelola program imunisasi adalah

petugas imunisasi, pelaksana cold chain atau petugas lain yang telah mengikuti

pelatihan untuk pengelola program imunisasi yang tugasnya membuat

perencanaan vaksin dan logistik lain, mengatur jadwal pelayanan imunisasi,

mengecek catatan pelayanan imunisasi, membuat dan mengirim laporan ke

kabupaten/kota, membuat dan menganalisis PWS bulanan, dan merencanakan

tindak lanjut. Untuk meningkatkan pengetahuan dan/atau ketrampilan petugas

imunisasi perlu dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas

imunisasi. Pelatihan teknis diberikan kepada petugas imunisasi di puskesmas,

rumah sakit dan tempat pelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat.

Pelatihan manajerial diberikan kepada para pengelola imunisasi dan supervisor di

semua tingkat.1,2

Berdasarkan laporan penilaian kerja Puskesmas Siak Hulu III 2012 dan

survey data primer, didapatkan cakupan imunisasi HB Puskesmas Siak Hulu III

sampai dengan Desember 2012 Desa Pangkalan Baru 63,2%, Desa Baru 23,5%,

sedangkan Desa Buluh Cina 13,3% artinya cakupan imunisasi HB0 Desa Buluh

Cina tidak mencapai target.3

Berdasarkan kenyataan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah

tentang optimalisasi sosialisasi imunisasi wajib pada kedua orang tuaBalita di

Desa Buluh Cina Kec. Siak Hulu Kab. Kampar.

1.1. Tujuan Kegiatan

1.2.1. Tujuan Umum

Terlaksananya kegiatan optimalisasi sosialisasi imunisasi wajib pada

kedua orang tua Balita di Desa Buluh Cina Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

Page 4: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

1.2.2. Tujuan khusus

1. Didapatkannya identifikasi masalah dalam kegiatan optimalisasi sosialisasi

imunisasi wajib pada kedua orang tua Balita di Desa Buluh Cina Kec. Siak

Hulu Kab. Kampar

2. Diketahuinya prioritas masalah dalam kegiatan optimalisasi sosialisasi

imunisasi wajib pada kedua orang tua Balita di Desa Buluh Cina Kec. Siak

Hulu Kab. Kampar

3. Diperolehnya penyebab timbulnya masalah dalam kegiatan optimalisasi

sosialisasi imunisasi wajib pada kedua orang tua Balita di Desa Buluh Cina

Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

4. Didapatkannya beberapa alternatif pemecahan masalah dalam kegiatan

optimalisasi optimalisasi sosialisasi imunisasi wajib pada kedua orang tua

Balita di Desa Buluh Cina Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

5. Dilaksanakannya alternatif pemecahan masalah dalam optimalisasi

sosialisasi imunisasi wajib pada kedua orang tua Balita di Desa Buluh Cina

Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

6. Terevaluasinya kegiatan pemecahan masalah dalam kegiatan optimalisasi

sosialisasi imunisasi wajib pada kedua orang tua Balita di Desa Buluh Cina

Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

Page 5: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

BAB II

PROFIL PUSKESMAS SIAK HULU III

2.1 Profil Umum

Puskesmas Siak Hulu III mulai beroperasi pada tahun 2009. Puskesmas

Siak Hulu III terletak di Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

Kampar.2

Batas-batas wilayah kerja dari Puskesmas Siak Hulu III sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Pekanbaru.

2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Perhentian Raja.

3. Sebelah Barat Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu I.

4. Sebelah Timut Berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu II.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu III hingga

Desember 2012 berjumlah 11.793 jiwa yang tersebar di tiga desa dengan luas

wilayah yang mencapai 825 km2. Sedangkan fasilitas kesehatan yang mendukung

kegiatan Puskesmas antara lain:

1. Puskesmas Induk : 1 Puskesmas

2. Puskesmas Pembantu : 3 PP

3. Dokter Praktek Swasta : -

4. Bidan Praktek Swasta : 3 Bidan

5. Posyandu : 12 Posyandu

Visi, misi, dan strategi pembangunan kesehatan Kecamatan Siak Hulu

yang dijabarkan oleh Puskesmas Siak Hulu III sebagai unsur pelaksana

pemerintah dalam bidang kesehatan pada dasarnya mendukung visi, misi dan

strategi pembangunan di bidang kesehatan. Visi Puskesmas Siak Hulu III yaitu

terwujudnya masyarakat Kecamatan Siak Hulu yang mandiri untuk hidup sehat.

Ada tiga misi yang harus diemban Puskesmas Siak Hulu III untuk mewujudkan

Visi Puskesmas Siak Hulu III, yaitu:2

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Page 6: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Alur Pelayanan

Loket Pendaftaran

Apotek

Pulang

Laboratorium

Tata Usaha

Poli Umum Poli KIA Poli Anak Poli Gigi UGD

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

Siak Hulu III adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat secara

bermutu, terjangkau adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

adalah layanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar

masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan

masyarakat umum.2

Gambar 2.1. Alur Pelayanan UPTD Puskesmas Siak Hulu III2

Page 7: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

BAB III

IDENTIFIKASI, PRIORITAS, DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH

DI PUSKESMAS SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU

KABUPATEN KAMPAR

3.1 Identifikasi masalah pada Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak

Hulu Kabupaten Kampar

Proses identifikasi masalah didapatkan melalui:

1. Wawancara dengan Kepala Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak

Hulu Kabupaten Kampar.

2. Wawancara dengan kader Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar.

3. Data sekunder mengenai angka keberhasilan imunisasi di Puskesmas Siak

Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Berikut adalah beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi pada

Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Tabel 3.1 Identifikasi Masalah pada Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan

Siak Hulu Kabupaten Kampar

No.Aspek yang

dinilaiMasalah Evidence based

1.

2.

Kegiatan optimalisasi imunisasi dasar

Kegiatan Optimalisasi

Belum optimalnya pemberian imunisasi di Desa Buluh Cina

Data Puskesmas Siak Hulu III tahun 2012:- Cakupan imunisasi HB puskesmas Siak

Hulu III samapi dengan Desember 2012 Desa Buluh Cina 13,3% tidak mencapai target.

Wawancara dengan :a. Kepala Puskesmas

Kegiatan sosialisasi imunisasi sudah dilakukan oleh kader puskesmas, namun banyak masyarakat menolak untuk dilakukan imunisasi HB0 pada anak mereka karena ada anak yang mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)

b. MasyarakatMasyarakat memiliki kepercayaan tidak boleh membawa bayi < 40 hari. Masyarakat takut anak mengalami KIPI

Belum tercapainya target pemberian ASI

Data Puskesmas Siak Hulu III tahun 2012:- Cakupan pemberian ASI ekslusif di Desa

Page 8: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

pemberian ASI eksklusif

ekslusif Baru hanya 37 % dan Desa Pangkalan Baru 41,2%.

Wawancara dengan:Kepala Puskesmas Cakupan kampanye ASI ekslusif sudah memenuhi hasil cakupan namun hasilnya tidak semua bayi yang mendapatkan ASI ekslusif.

MasyarakatIbu-ibu merasa anaknya akan kekurangan gizi jika hanya diberi ASI sehingga banyak ibu yang memberikan makanan seperti nasi, lauk, dan buah kepada bayi.

3.2 Penentuan prioritas masalah

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang

menggunakan dua unsur, yaitu kriteria (urgensi/kepentingan, solusi, kemampuan

anggota mengubah, dan biaya) serta skor (1, 2 dan 3) yaitu :

1. Urgensi/kepentingan

a. Nilai 1 tidak penting

b. Nilai 2 penting

c. Nilai 3 sangat penting

2. Solusi

a. Nilai 1 tidak mudah

b. Nilai 2 mudah

c. Nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan merubah

a. Nilai 1 tidak mudah

b. Nilai 2 mudah

c. Nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

a. Nilai 1 tinggi

b. Nilai 2 sedang

c. Nilai 3 rendah

Page 9: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan penulis. Total skor

dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah, yaitu masalah

dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas masalah

untuk dicari penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah dibuat

kedalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah

Kriteria Masalah Urgensi Solusi

Kemampuan

untuk

Merubah

Biaya Total Rank

Belum optimalnya

pemberian imunisasi di

Desa Buluh Cina

3 1 1 3 8 I

Belum tercapainya target

pemberian ASI ekslusif2 1 1 1 5 II

3.3 Analisis penyebab masalah

Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah di atas, didapatkan prioritas

masalah utama pada kegiatan ini adalah belum optimalnya pemberian imunisasi di

Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Page 10: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Tabel 3.3 Analisis penyebab masalah

Masalah Penyebab masalah Evidence Based

Belum optimalnya pemberian imunisasi di Desa Buluh Cina

MarketKurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi wajib pada BALITA serta tingginya kekhawatiran orang tua terhadap KIPI

Wawancara masyarakat Menurut ibu yang mempunyai BALITA yang tidak pernah membawa anaknya imunisasi, alasan ibu tidak membawa anaknya imunisasi karena kurangnya kesadaran akan pentingnya imunisasi, selain itu ibu-ibu dilarang oleh suaminya membawa anaknya untuk di imunisasi karena khawatir setelah di imunisasi anak menjadi demam dan kekhawatiran semakin bertambah setelah adanya kejadian seorang anak harus menjalani operasi akibat timbulnya abses setelah imunisasi.

Masyarakat kurang memahami prosedur pemberian imunisasi yang tepat.

MaterialTidak ditemukan media ynag dapat menginformasikan pada kedua orang tua BALITA megenai pentingnya imunisasi pada BALITA

Wawancara Kader PosyanduKegiatan sosialisasi imunisasi sudah dilakukan oleh pihak puskesmas, namun banyak masyarakat menolak untuk dilakukan imunisasi pada anak mereka karena orang tua menanggap setelah di imunisasi anak akan menjadi sakit terutama demam. Oran tua semakin tidak mau membawa anaknya imunisasi setelah kejadian salah satu orang anak mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang harus di operasi.

Wawancara Masyarakat Masyarakat takut karena vaksin dalam satu tempat digunakan untuk beberapa orang.

Observasi- Tersedia thermos yang berisi es dalam kondisi

layak digunakan sebagai media untuk membawa dan menyimpan vaksin di posyandu

- Menggunakan suntik yang setelah dipakai mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali (Auto Disable (AD))

- Menggunakan/membuka vaksin sekali pakai dalam satu waktu untuk empat orang anak untuk mencegah terjadinya kerusakan vaksin.

- Menggunakan kapas alkohol untuk tindakan aseptik.

- Memberikan obat anti piretik untuk mengatasi demam setelah imunisasi

Wawancara dengan Kepala puskesmas: Kurangnya media informasi mengenai pentingnya imunisasi. Sudah pernah dilakukan pembagian leaflet kepada siswa/siswi sekolah untuk disampaikan kepada orang tuanya.

Observasi: Tidak ditemukan media informasi imunisasi di posyandu Desa Buluh Cina.

Metode Tidak adanya jadwal

Wawancara Kepala Puskesmas:Sosialisasi mengenai imunisasi dilakukan setahun

Page 11: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

penyuluhan yang rutin mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA

Kegiatan dan cara penyuluhan kurang menarik dan sulit dipahami masyarakat

sekali, namun jadwal rutin kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA belum ada

Wawancara Masyarakat Masyarakat cenderung bosan dan sulit memahami informasi dari penyuluhan yang sudah dilakukan

3.4 Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit

yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata

imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya

akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk

terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.3,4

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem

kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan

terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan

satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai

penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.3

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas adalah untuk mengurangi angka

penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa

menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat

dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,

tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.4

3.4.1 Aspek Imunologi Imunisasi

Adapun aspek imunologi imunisasi adalah sebagai berikut:

a. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang

akan bertahan selama bertahun-tahun. Adapun tipe vaksin yang dibuat

“hidup dan mati”. Vaksin yang hidup mengandung bakteri atau virus (germ)

yang tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan merangsang

pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau virus, atau

Page 12: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

dari bahan toksit yang dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan

disebut toxoid.3

b. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,

dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus

memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi

yang diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap

infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus (Satgas IDAI, 2008).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan

antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester

pertama kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta

adalah immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari

ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah

immunoglobulin A (LgA). Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat

terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung

antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya.3,4

Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung

lama, sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan

sebagai hasil produksi tubuh sendiri, melainkan secara pasif diperoleh

karena pemberian dari luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah

Inmunoglobulin yang dapat mencegah anak dari penyakit campak

(measles).3

3.4.2 Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Wajib Dalam Program Imunisasi4,5

Berikut adalah jenis-jenis vaksin imunisasi wajib dalam program imunisasi:

a. Vaksin BCG ( Bacillius Calmette Guerine ), diberikan pada umur sebelum 3

bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen

Kesehatan Menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan.

b. Hepatitis B, diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B

merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai

penularan melalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya.

Page 13: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

c. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus), diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT

tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu ) dengan interval 4-8 minggu.

d. Polio, diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program

pengembangan imunisasi ( PPI ) sebagai tambahan untuk mendapatkan

cakupan yang tinggi.

e. Campak, rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam,

pada umur 9 bulan.

3.4.3 Vaksin Kombinasi / Kombo4,5

Vaksin Kombinasi adalah gabungan beberapa antigen tunggal menjadi

satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. Misalnya

vaksin kombinasi DPT/ Hb adalah gabungan antigen-antigen D-P-T dengan

antigen Hb untuk mencegah penyakit difteria, pertusis, tetanus, dan Hb (Depkes

RI,2008). Alasan utama pembuatan vaksin kombinasi adalah :

a. Kemasan vaksin kombinasi lebih praktis dibandingkan dengan vaksin

monovalen, sehingga mempermudah pemberian maka dapat lebih

meningkatkan cakupan imunisasi

b. Mengurangi frekwensi kunjungan kefasilitas kesehatan sehingga

mengurangi biaya pengobatan

c. Mengurangi biaya pengadaan vaksin

d. Memudahkan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi yang

telah ada

e. Untuk mengejar imunisasi yang terlambat

f. Biaya lebih murah

3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Imunisasi Wajib6

Keberhasilan pemberian imunisasi kepada bayi memerlukan kerja sama

dan dukungan dari semua pihak terutama kesadaran ibu-ibu yang mempunyai bayi

untuk membawa bayinya ke pelayanan imunisasi. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi imunisasi wajib pada bayi yaitu :

a. Tingkat pengetahuan

Page 14: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Seorang ibu akan membawa bayinya untuk diimmnisasi bila seorang ibu

mengerti apa manfaat immnunisasi tersebut bagi bayinya, pemahaman dan

pengetahuan seorang ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar terhadap bayi

akan memberikan pengaruh terhadap imunisasi bayinya.

b. Jumlah anak

Keluarga yang memiliki hanya satu orang anak biasanya akan mampu

memberikan perhatian penuh kepada anaknya, segala kebutuhan baik fisik

maupun mental mereka berikan secara baik. Akan tetapi perhatian kepada

anak akan terbagi bila lahir anak yang berikutnya, perhatian ibu akan terbagi

sejumlah anak yang dilahirkannya. Hal ini sering kali mengakibatkan

pemberian imunisasi tidak sama untuk semua anaknya. Hasil SDKI 1997

terlihat bahwa anak yang tidak pernah di imunisasi terbesar adalah anak

bungsu.

c. Urutan kelahiran

Dari hasil SDKI 1997 terlihat bahwa berdasarkan urutan kelahiran yang

diimunisasi lengkap adalah anak I sebesar 56,6%, anak ke 2-3 sebesar 62,1%,

anak ke 4-6 sebesar 42,3%, sedangkan anak ke > 7 hanya 32,4%.

d. Jenis efek samping imunisasi

Pemberian imunisasi mempunyai beberapa efek samping yang berbeda untuk

setiap jenis imunisasi, sering kali ibu bayi tidak percaya bahwa reaksi yang

timbul setelah bayi diimunisasi hanya sebagai pertanda reaksi vaksin dalam

tubuh bayi. Jika tingkat pengetahuan ibu rendah akan menyerbabkan ketakutan

pada ibu untuk membawa bayinya imunisasi.

e. Penilaian pelayanan imunisasi

Dalam hal ini pelayanan kesehatan pemberian imunisasi pada bayi sangat

penting, karena apabila pelayanan yang diberikan kurang memuaskan maka si

ibu merasa enggan membawa bayinya untuk imunisasi.

f. Jarak pelayanan

Jarak antara pelayanan kesehatan dengan rumah ibu biasanya menjadi

pertimbangan untuk membawa bayinya imunisasi. Apabila jaraknya jauh dari

Page 15: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

rumah, transportasi yang sulit maka ibu merasa enggan membawa bayinya

imunisasi ke tempat pelayanan imunisasi

3.6 Pedoman Pemberian Imunisasi

Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi

mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah

imunisasi sedini mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi

imunisasi sebelum bayi berumur 1 tahun. Khusus untuk campak, dimulai segera

setelah anak berumur 9 bulan. Pada umur kurang dari 9 bulan, kemungkinan besar

pembentukan zat kekebalan tubuh anak dihambat karena masih adanya zat

kekebalan yang berasal dari darah ibu.4

Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta

jumlah dosis yang dipakai juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan tubuh

bayi. Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih dari sekali juga harus

diperhatikan rentang waktu antara satu pemberian dengan pemberian berikutnya.

Tabel berikut merupakan tabel pemberian imunisasi pada bayi:4

Tabel 3.1. Jadwal Pemberian imunisasi Pada Bayi

VaksinPemberian

Imunisasi

Selang Waktu

PemberianUmur Keterangan

BCG 1 kali - 0-11 bulanUntuk bayi yang lahir dirumah sakit/puskesmas Hep-B, BCG dan polio dapat segera diberikan

DPT 3 kali (DPT 1,2,3) 4 minggu 2-11 BulanPOLIO 4 kali (POLIO 1,2,3,4) 4 minggu 0-11 Bulan

CAMPAK 1 kali - 9-11 Bulan

HEP-B 3 kali (HEP-B 1,2,3) 4 minggu 0-11 Bulan

Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia Tahun 2008

Dari tabel diatas, bahwa pemberian imunisasi pada bayi usia 0-11 bulan

diberikan dengan selang waktu pemberian 4 minggu dengan variasi pemberian

vaksin yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan tentunya sesuai dengan

tingkat usia bayi yang akan diberikan imunisasi. Tabel berikut merupakan tabel

pemberian imunisasi pada bayi dengan menggunakan vaksin DPT/HB Kombo:4

Page 16: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Tabel 3.2. Jadwal Pemberian imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan

Vaksin DPT/HB Kombo

Umur Vaksin TempatBayi Lahir di Rumah

0 bulan HB1 Rumah1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu*2 bulan DPT/HB kombo 1, Polio 2 Posyandu*3 bulan DPT/HB kombo 2, Polio 3 Posyandu*4 bulan DPT/HB kombo 3, Polio 4 Posyandu*9 bulan Campak Posyandu*

Bayi Lahir di Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Bidan Praktek0 bulan HB 1, Polio 1, BCG RS/RB/Bidan2 bulan DPT/HB Kombo 1, Polio 2 RS/RB/Bidan#3 bulan DPT/HB Kombo 2, Polio 3 RS/RB/Bidan#4 bulan DPT/HB Kombo 3, Polio 4 RS/RB/Bidan#9 bulan Campak RS/RB/Bidan#

Ket:

* : Atau tempat pelayanan lain

# : Atau posyandu

3.7 Rantai Vaksin atau Cold Chain

Rantai Vaksin atau Cold Chain adalah Pengelolaan vaksin sesuai dengan

prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah

ditetapkan.6

3.7.1 Peralatan Rantai Vaksin

Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam

pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang

telah ditetapkan. Adapun peralatan rantai vaksin adalah sebagai berikut:6

a. Lemari Es

Setiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar program (buka

atas) Pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi dengan lemari es.

b. Mini Freezer

Sebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap puskesmas diperlukan

1 buah freezer.

c. Vaccine Carrier

Vaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk pengambilan

vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat

Page 17: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

cocok digunakan ke lapangan, mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan,

sehingga diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif

lebih lama.

d. Thermos

Thermos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu. Setiap

thermos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat

daya tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka

thermos sangat cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah

dijangkau.

e. Cold Box

Cold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan darurat

seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang

mengalami kerusakan yang bila diperbaiki memakan waktu lama.

f. Freeze Tag/Freeze Watch

Freeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu

membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam

upaya peningkatan kualitas rantai vaksin.

3.7.2 Pengelolaan Vaksin6

1. Penerimaan /pengambilan vaksin (transportasi)

Pengambilan vaksin dari Puskesmas ke kabupaten/kota dengan

menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan.

Misalnya cold box atau vaccine carrier.

Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah vaksin

yang akan diambil.

Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa

indikator vaksin (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanya bila

indikator VVM tingkat A atau B. Sedangkan bila VVM pada tingkat

C atau D tidak usah diterima karena tidak dapat digunakan lagi.

Masukkan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa dan

dibagian tengah diletakkan thermometer Muller, untuk jarak jauh bila

freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa.

Page 18: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan dari

kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar matahari

langsung.

Catat dalam buku stok vaksin: tanggal menerima vaksin, jumlah,

nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

2. Penyimpanan Vaksin

Vaksin disimpan pada suhu +2ºC sampai dengan +8ºC.

Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack)

sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu

Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator.

Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan

agar terjadi sirkulasi udara yang baik.

Letakkan 1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari es.

Penyimpanan vaksin harus dicatat 2 kali sehari pada grafik suhu yaitu

saat datang pagi hari dan menjelang pulang siang/sore hari.

3. Pemantauan Suhu

Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui suhu vaksin selama

pendistribusian dan penyimpanan, apakah vaksin pernah terpapar/terkena

panas yang berlebih atau suhu yang terlalu dingin (beku). Sehingga petugas

mengetahui kondisi vaksin yang digunakan dalam keadaan baik atau tidak.

Adapun alat pemantau suhu vaksin antara lain :

• VVM (Vaccine Vial Monitor )

• Setiap lemari es dipantau dengan 1 buah thermometer Dial/Muller

• Sebuah freeze tag atau freeze watch

• Sebuah buku grafik pencatatan suhu.

4. Peralatan Suntik

Dalam program imunisasi, jenis alat suntik imunisasi yang dipakai

dipuskesmas adalah :

a. Semprit Auto Disable (AD)

Semprit AD adalah semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri dan

hanya dapat dipakai sekali. Semprit ini merupakan alat yang dipilih untuk

Page 19: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

semua jenis pelayanan imunisasi. Semua semprit AD mempunyai

penutup plastik untuk menjaga agar jarum tetap steril.

b. Alat suntik Prefilled Auto-Disable (AD)

Alat suntik prefilled AD adalah jenis alat suntik yang hanya bisa

digunakan sekali yang telah berisi vaksin dosis tunggal dengan jarum

yang telah dipasang oleh pabriknya. Alat suntik prefilled AD untuk

tetanus toksoid digunakan untuk memberikan vaksin TT kepada para

wanita usia subur di rumah mereka selama kampanye massal. Setiap alat

suntik prefilled AD adalah steril dan disegel dengan paket kertas logam

oleh pabrik, vaksin dimasukkan dalam reservoir tertutup seperti

gelembung yang mencegah vaksin berhubungan dengan jarum sampai

vaksin itu diberikan.

c. Semprit dan jarum sekali buang (disposable single- use)

Semprit dan jarum yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang

(disposable single-use) tidak direkomendasikan untuk suntikan dalam

imunisasi karena risiko penggunaan kembali semprit dan jarum

disposable menyebabkan risiko infeksi yang tinggi.

3.8 Penyuluhan7,8

Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan

melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian

kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran

serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan

masalah.

Syarat kemampuan berkomunikasi untuk seorang penyuluh adalah:

a. Dapat menjangkau khalayak yang akan disuluhnya

b. Menguasai bahasa yang dimengerti oleh khalayak yang akan disuluh

c. Berpenampilan yang dapat diterima oleh khalayak.

3.8.1 Metode dan Media Penyuluhan7

a. Metode Penyuluhan

Page 20: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Menurut Van Deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005),

pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan

sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai, adapun metode

penyuluhan yang digunakan sebagai berikut:

1. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan. Penyuluh berhubungan

secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara

perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara

langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari

penyuluh.

2. Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok. Penyuluh berhubungan

dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif

karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan

yang lebih produktif atas dasar kerjasama.

3. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses

perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku.

Adapun yang termasuk dalam metode ini antara lain rapat umum, siaran

radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar, dan sebagainya.

b. Media Penyuluhan7,8

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat

bervariasi, antara lain:

1. Leaflet:berupa lembaran yang dilipat.

2. Flip Chart (Lembar Balik): berupa bentuk buku dimana tiap lembar berisi

gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan

kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

3. Film dan Video.

4. Slide.

5. Transparansi OHP

6. Papan Tulis

c. Pengetahuan dan praktik9

Page 21: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda.

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu adalah tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi lainnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya

Page 22: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung

(berhadapan muka) dengan responden atau tidak berhadapan langsung dengan

responden (misalnya melalui telepon). Angket berupa formulir yang berisi

pernyataan dan diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang untuk

mendapatkan keterangan.9

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:9

a. Pendidikan

b. Media

c. Keterpaparan informasi

d. Budaya

e. Pengalaman

f. Sosial Ekonomi

g. Persepsi (percepsion)

3.9 Kerangka teori

Metode yang digunakan pada proyek ini melalui metode Plan, Do, Check

and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi (problem

faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving). Konsep PDCA ini

dikembangkan oleh Walter Shewhart, seorang pionir statistik yang

mengembangkan control process statistic di Bell Laboratories di USA selama

tahun 1930, yang dikenal dengan “The Shewhart Cycle”. Konsep ini telah

berkembang dan diperkenalkan secara efektif sejak tahun 1950 oleh W. Edward

Deming sehingga lebih dikenal dengan “Deming Wheel”. Ada beberapa tahap

yang dilakukan pada PDCA:

A. Plan

1. Mengidentifikasi output promosi kesehatan, siapa sasarannya dan target

pencapaian melalui analisis suatu proses tertentu.

2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini.

Page 23: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

a. Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat

dalam proses tersebut.

b. Teknik yang digunakan : Brainstorming.

3. Mengukur dan menganalisa situasi tersebut.

a. Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut.

b. Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan

dinamika proses.

c. Teknik yang digunakan adalah observasi.

4. Fokus pada permasalahan yang diangkat

a. Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan

b. Kriteria masalah : adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan,

spesifik, dapat diukur.

5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah

a. Menyimpulkan penyebab

b. Teknik yang dapat digunakan : Brainstorming.

c. Alat yang digunakan : fishbone analysis ishikawa

6. Menemukan dan memilih penyelesaian

a. Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah

b. Teknik yang dapat digunakan : Brainstorming.

B. Do

1. Merencanakan suatu proyek uji coba

a. Merencanakan sumber dana dan sebagainya.

b. Merencanakan rencana kegiatan (plan of action).

2. Melaksanakan Pilot Project

Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu yang rekatif

singkat (+ 4 minggu).

C. Check

1. Evaluasi hasil proyek

a. Bertujuan untuk efektifitas proyek tersebut

Page 24: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

b. Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang

dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama).

c. Teknik yang digunakan : observasi

d. Alat yang digunakan : kamera digital

2. Membuat kesimpulan proyek

a. Hasil menjanjikan namun perlu perubahan.

b. Jika proyek gagal, cara penyelesaian lain.

c. Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas.

D. Action

1. Standarisasi perubahan

a. Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan

b. Revisi proses yang sudah diperbaiki

c. Komunikasikan pada seluruh staf atas perubahan yang dilakukan.

d. Mengembangkan rencana yang jelas.

e. Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan

Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur.

Page 25: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Berikut ini merupakan hubungan keempat faktor penyebab masalah yang ditampilkan dalam bentuk fishbone Ishikawa.

Gambar 3.1 Fishbone Ishikawa

Optimalisasi sosialisasi imunisasi wajib pada kedua orang tua BALITA di Desa Buluh Cina Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

Tidak ditemukan media informasi ynag dapat menginformasikan pada kedua orang tua BALITA, calon ayah dan ibu megenai pentingnya imunisasi pada BALITA

Tidak adanya jadwal penyuluhan yang rutin mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA

Kegiatan dan cara penyuluhan kurang menarik dan sulit dipahami masyarakat

Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi wajib pada BALITA serta tingginya kekhawatiran orang tua terhadap KIPI

Masyarakat kurang memahami prosedur pemberian imunisasi yang tepat.

Methode Market

Material

Page 26: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

Strategi dan Alternatif Pemecahan Masalah & Plan of Action

Setelah didapatkan analisis penyebab masalah, direncanakan beberapa strategi dan alternatif pemecahan masalah seperti terlihat

dalam tabel 3.3. berikut :

Tabel 3.3. Strategi dan Alternatif Pemecahan Masalah & Plan of Action No Masalah/

Penyebab MasalahAlternatif

Pemecahan Masalah

Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Kegiatan

Waktu Kriteria Keberhasilan

1. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi wajib pada BALITA serta tingginya kekhawatiran orang tua terhadap KIPI

Masyarakat kurang memahami prosedur pemberian imunisasi yang tepat.

Mengadakan penyuluhan yang ditujukan kepadakedua orang tua BALITA , calon ayah dan ibu serta kader posyandu mengenaipentingnya imunisasi wajib pada BALITA di Desa Buluh Cina Kab. Kampar dan menjelaskan tentang reaksi tubuh setelah imunisasi serta menjelaskan prosedur pemberian imunisasi

Agar kedua orang tua, calon ayah dan ibu serta kader posyandu di Desa Buluh Cina Kab. Kamparmenyadari akan pentingnya imunisasi wajib pada BALITA dan keamanan imunisasi serta mengurangi kekhawatiran orang tua mengenai imunisasi

Kedua orang tua, calon ayah dan ibu serta kader posyandu di Desa Buluh Cina Kab. Kampar

Anjungan Desa Buluh Cina Kab. Kampar

Dokter Muda COME

November 2013

Jangka Pendek:Terlaksananya optimalisasi sosialisasi dengan metode penyuluhan di Desa Buluh Cina Kab. Kampar mengenaipentingnya imunisasi wajib pada BALITAJangka Panjang:Meningkatnya kesadaran kedua orang tua, calon ayah dan ibu serta kader posyandu di Desa Buluh Cina Kab. Kampar mengenaipentingnya imunisasi wajib pada BALITA serta berkurangnya kekhawatiran adanya KIPI

Page 27: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

2.

3.

Tidak ditemukan media informasi ynag dapat menginformasikan pada kedua orang tua BALITA dan calon ayah /ibu megenai pentingnya imunisasi pada BALITA

Tidak adanya jadwal penyuluhan yang rutin mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA

Merancang dan memberikan media informasi berupa leaflet mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA dan pemutaran video imunisasi

Memberikan surat rekomendasi kepada Kepala Puskesmas agar kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA secara rutin/berkala, serta diadakannya pelatihan kader mengenai hal ini

Agar terdapat media informasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA di Desa Buluh Cina Kab. Kampar

Tercapainya kegiatan optimalisasi sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA dapat dilaksanakan secara rutin

P2M khususnya penanggung jawab program imunisasi

Kepala puskesmas

Puskesmas Siak Hulu III Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

Puskesmas Siak Hulu III Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

Dokter Muda COME

Dokter Muda COME

November 2013

November 2013

Jangka Pendek:Tersedia leaflet mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA di posyandu-posyandu Desa Buluh Cina dan pemutaran video tentang imunisasi

Jangka Panjang:Optimalnya sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA di Desa Buluh Cina

Jangka Pendek:Tersampaikannya rekomendasi ke Kepala Puskesmas Siak Hulu III Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

Jangka Panjang:Ditetapkan dan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA secara rutin di Puskesmas Siak Hulu III khususnya di Desa Buluh

Page 28: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

1.

Kurangnya tenaga kesahatan terlatih yang bertugas khusus untuk menyampaikan masalah pentingnya imunisasi

Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA dan tata cara memberikan imunisasi yang baik dan benar sesuai ketentuan

Agar terbentuk tenaga kesehatan terlatih khususnya kader posyandu untuk menyampaikan masalah pentingnya imunisasi

Bidan dan Kader Posyandu Desa Buluh Cina

Posyandu Desa Buluh Cina

Dokter Muda

November 2013

CinaJangka pendek :Terbentuknya kader posyandu yang terlatih untuk menyampaikan masalah pentingnya imunisasi pada BALITA

Jangka panjang:Bidan desa yang dibantu oleh kader posyandu dapat memberikan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA dan melakukan mendataan secara rutin perbulannya terhadap bayi-bayi baru lahir di Desa Buluh Cina untuk dapat dilakukan imunisasi

5. Tersedianya dana untuk kegiatan optimalisasi sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA

Menggunakan dana yang telah disediakan untuk pelaksanaan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA seperti tahun-tahun sebelumnya

Tersedianya dana untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada BALITA.

Kepala Puskesmas

Puskesmas Siak Hulu III Kec. Siak Hulu Kab. Kampar

Dokter Muda

November 2013

Jangka PendekTersampainya rekomendasi ke Kepala PuskesmasJangka panjang :Tetap disediakan dana khusus untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi pada

Page 29: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

BALITA.

Page 30: New Makalah Kesehatan Komunitas 01 Nov 2013

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2006. Modul dasar 1 Kebijakan Program

Imunisasi. Jakarta

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. 2012.Profil UPTD puskesmas Siak

Hulu III. Kampar

3. Ganardi. 2000. Imunisasi: Media Dika: Jakarta diakses di www.pijar

/IMUNISASI.html 28 Oktober 2013

4. Damayanti dian. 2008. Imunisasi Non PPI. Jember: FK UNEJ

5. Nurida. 2008. Program Imunisasi di Puskesmas. Jember: RSUD Soebandi

diakses

6. Pusponegoro.2004.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: IDAI

7. Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua.

Jakarta: Rineka Cipta. 2003.

8. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.2010.

9. Notoatmodjo S.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.2003.