new karya tulis ilmiah sjahranie samarindarepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/selesai.pdf ·...

107
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Oleh: NAMA : Kurnia Verawati NIM : P07220116061 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA 2019

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS

DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB

SJAHRANIE SAMARINDA

Oleh:

NAMA : Kurnia Verawati

NIM : P07220116061

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2019

Page 2: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS

DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB

SJAHRANIE SAMARINDA

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan ( Amd.Kep ) pada Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim

Oleh:

NAMA : Kurnia Verawati

NIM : P07220116061

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2019

Page 3: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

iv

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS

DI RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

01)Kurnia Verawati,

2)Joko Sapto Pramono,

3)Frana Andrianur

1) Mahasiswa Prodi DIII-Keperawata Poltekkes Kemenkes Kaltim

2,3) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim

Abstrak

Latar Belakang : Diabetes Militus ( DM ) merupakan penyakit gangguan

metabolik menahun aibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin yang diproduksi

secara efektif. Indonesia merupakan negara menempati ururtan ke-6 dengan penderita

Diabestes Militus didunia, sedangkan Provinsi Kalimantan Timur menempati urutan

ke-4 tertinggi penderita Diabetes Militus di Indonesia yakni dengan presentase 2,3%

dari total seluruh penduduk usia 15 tahun keatas dengan perkiraan 63.330 orang.

Penanganan penyakit diabetes militus terlebih dahulu dilakukan secara non

farmakologi yaitu dengan diet dan olahraga untuk mencapai target glukosa darah

yang di inginkan.

Tujuan : Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien diabetes militus

meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,implementasi dan evaluasi.

Metode : metode yang digunakan adalah dengan metode pendekatan studi kasus

yaitu metode yamg bersifat mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik

kesimpulan.

Hasil : Diagnosa yang muncul pada kasus adalah ketidak stabilan kadar glukosa

darah berhubungan dengan resistensi insulin, defisit nutrisi berhubungan kurangnya

asupan makanan, resiko jatuh berhubungan dengan perubahankadar glukosa darah

dan Defisit pengetahuan mengenai penyakit dm yang diderita berhubungan dengan

kurang terpapar informasi.

Kesimpulan : Saat melakukan tindakan asuhan keperawatan asalah ada dua

masalahkeperawatan yang teratasi sebagian dan ada dua masalah keperawatan yang

sudah teratasi. Untuk itu kedepannya diharapkan tenaga kesehatan meningkatkan

keterampilan keperawatan dalam asuhan keperawatan terutama pemberian pendidikan

kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit diabetes melitus agar bisa

menurunkan angka terjadinya diabetes melitus.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Kadar Glukosa Darah, Nutrisi, Resiko Jatuh, Defisit

Pengetahuan, Asuhan Keperawata

Page 4: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

v

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS

DI RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

1)

Kurnia Verawati, 2)

Joko Sapto Pramono, 3)

Frana Andrianur

1)DIII-Keperawata Study Program Students Poltekkes Kemenkes Kaltim

2,3)Nursing Department Lecturer Poltekkes Kemenkes Kaltim

Abstrak

Beckground : Diabetes Militus (DM) is a chronic metabolic disorder caused by the

pancreas not producing enough insulin that is produced effectively. Indonesia is the

sixth country in the world with diabetes mellitus sufferers in the world, while East

Kalimantan Province ranks 4th highest in Diabetes Militus patients in Indonesia, with

a percentage of 2.3% of the total population aged 15 years and above with an

estimated 63,330 people. Handling of diabetes mellitus is carried out non-

pharmacologically by diet and exercise to achieve the desired blood glucose target.

Objective: To apply nursing care to patients with diabetes mellitus, including

assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation.

Method: the method used is a case study approach method that is a method that is

collecting data, analyzing data and drawing conclusions.

Results: Diagnosis that appears in cases is instability in blood glucose levels

associated with insulin resistance, nutritional deficits associated with lack of food

intake, risk of falls associated with changes in blood glucose levels and knowledge

deficits regarding diabetes mellitus that are affected by less exposure to information.

Conclusion: When carrying out nursing care, there are two problems of treatment

that are partially resolved and there are two nursing problems that have been

resolved. Therefore, it is expected that in the future health professionals will improve

nursing skills in nursing care, especially the provision of health education to prevent

the occurrence of diabetes mellitus in order to reduce the rate of diabetes mellitus.

Keywords: Diabetes Mellitus, Blood Glucose Level, Nutrition, Falling Risk,

Knowledge Deficit, Nursing Care

Page 5: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

x

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : Kurnia Verawati

Nim : P07220116061

Tempat, tanggal lahir : Kaliorang, 24 Desember 1998

Agama : Islam

Suku/bangsa : Bugis/Indonesia

Alamat : jln. Rajawali No.2 Desa Mata Air Kecamatan

Kaubun Kec. Kutai Timur Prov. Kalimantan Timur

II. Pendidikan

1. Tahun 2004 - 2010 : SDN 007 Mata Air

2. Tahun 2010 - 2013 : SMPN 4 Kaubun

3. Tahun 2013 - 2016 : MAN 1 Samarinda

4. Tahun 2016 – sekarang : Mahasiswi Prodi DIII Keperawatan

Samarinda Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur

Page 6: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan Hidayah

Nya penulis dapat menyelesaika Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda “.

Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah, penulis mengalami kesulitan dan hambatan,

namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaika. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar

– besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur

2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

selaku pembimbing I yang memberikan bimbingan dan pengarahan dengan

penuh perhatian dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ibu Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes selaku ketua jurusan D III Keperawatan

4. Ibu Andi Lis AG. S.Kep., M.Kep. selaku ketua prodi D III keperawatan

5. Bapak Ns.Frana Andrianur, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang juga

dengan sabar telah memberikan bimbingan kepada saya untuk penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak Ns. Rizky Setiadi. S.Kep,. MKM selaku koordinator Mata Ajar

Pengantar Riset Keperawatan dan Karya Tulis Ilmiah dan selaku Pembimbing

Akademik yang selalu mendukung dan membimbing selama saya berkuliah.

7. Seluruh dosen,karyawan dan staf perpustakaan Politeknik Kesehatan

kementrian Kesehatan kalimantan Timur.

8. Hafsari, mama orang tua yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang

tak tergantikan, pengorbanan serta do’a yang diperuntukan untuk penulis agar

senantiasa semangat dan selalu naungan dan ridho-Nya

Page 7: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

xii

9. Isnandar, kakak tercinta yang selalu memberikan dukungan, dan kasih sayang

tak tergantikan, pengorbanan serta doa yang diperuntukan untuk penulis agar

selalu dalam lindungan dan ridho-Nya

10. Untuk seseorang yang telah memberikan dukungan tiada hentinya dan doa

agar penulis senantiasa tetap semangat dan selalu dalam lindungan Allah

SWT.

11. Rekan –rekan seperjuangan kelas 3B, khususnya Firyunda Ayu Putri serta

teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

sangat membantu dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan oleh karena itu denga hati terbuka penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Akhir kata semoga atas segala amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua

pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin

Samarinda, 28 Mei 2019

Kurnia Verawati

Page 8: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan ................................................................................ i

Halaman Sampul Dalam dan Prasyarat ...................................................... ii

Halaman Pernyatan ....................................................................................... iii

Abstrak ............................................................................................................ iv

Halaman Persetujun ...................................................................................... viii

Halaman Pengesahan ..................................................................................... ix

Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... x

Halaman Kata Pengantar .............................................................................. xi

Daftar Isi ......................................................................................................... xiii

Daftar Gambar ............................................................................................. xvi

Daftar Tabel .................................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

1.3 Tujuan Studi Kasus ............................................................................................ 4

1.4 Manfaat Studi Kasus .......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAAKA ................................................................... 5

2.1 Konsep Dasar Penyakit .............................................................................. 5

2.1.1 Pengertian ................................................................................................ 5

2.1.2 Etiologi .................................................................................................... 6

2.1.3 Patofisiologi ........................................................................................... . 9

2.1.4 Pathway .................................................................................................. . 12

2.1.5 Tanda dan Gejala ..................................................................................... 13

Page 9: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

xiv

2.1.6 Penata Laksanaan .................................................................................... 14

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 25

2.2.1 Pengkajian ............................................................................................... 26

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 30

2.2.3 Perencanaan Keperawatan ...................................................................... 32

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan ....................................................................... 36

2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 36

BAB III METODE PENULISAN .................................................................. 38

3.1 Rancangaa Penulisan .................................................................................. 38

3.2 Subyek Studi Kasus ................................................................................... 38

3.3 Batasan Istilah ( Devinisi Operasional ) ..................................................... 39

3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus .................................................................. 40

3.5 Prosedur Studi Kasus ................................................................................. 40

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan data .................................................. 40

3.7 Keabsahan Data .......................................................................................... 41

3.8 Analisa data ................................................................................................ 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 42

4.1 Hasil .......................................................................................................... 42

4.1.2 Gambaran Lokasi Penelitian .................................................................... 42

4.1.3 Pengkajian ................................................................................................. 44

4.1.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 51

4.1.5 Perencanaan ............................................................................................... 53

4.1.6 Pelaksanaan ............................................................................................... 55

4.1.7 Evaluasi ..................................................................................................... 63

4.2 Pembahasan .................................................................................................. 71

Page 10: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

xv

4.2.1 Pengkajian .................................................................................................. 71

4.2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 74

4.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................. 78

4.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 80

4.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 89

5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 89

5.2 Hasil .............................................................................................................. 90

5.3 Saran .............................................................................................................. 91

5.3.1 Bagi Instansi Rumah sakit .......................................................................... 91

5.3.2 Bagi keluarga ............................................................................................. 91

5.3.2 Bagi Penulis Selanjutnya ............................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN LAMPIRAN

Page 11: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ............................................................................................................ 18

Tabel 2.2 ............................................................................................................. 22

Tabel 4.1 .............................................................................................................. 44

Tabel 4.2 .............................................................................................................. 44

Tabel 4.3 ............................................................................................................. 45

Tabel 4.4 ............................................................................................................. 46

Tabel 4.5 ............................................................................................................. 50

Tabel 4.6 .............................................................................................................. 50

Tabel 4.7 ............................................................................................................. 51

Tabel 4.8 ............................................................................................................. 53

Tabel 4.9 ............................................................................................................. 55

Tabel 4.10 ............................................................................................................ 59

Tabel 4.11 ............................................................................................................. 63

Tabel 4.12 ............................................................................................................ 67

Page 12: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ............................................................................................................ 15

Page 13: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Infotmed Consent

Lampiran 2 Surat Perijinan Penelitian

Page 14: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Militus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat

pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang di produksi secara efektif (Depkes, 2014).

Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi

disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan

oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah

sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon

insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan

hormon yang membantu masuknya gula darah (WHO, 2016). Menurut

International Diabetes Federation-7 (2015), bahwa metabolisme tubuh

hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah.

Hormon ini diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk

digunakan sebagai sumber energi.

Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah

masalah kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan

jumlah penderita diabetes dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 menyebutkan

sekitar 415 juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari

108 juta di tahun 1980an.

Page 15: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

2

Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka jumlah ini akan terus meningkat

tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040 meningkat menjadi 642

juta penderita (IDF, 2015). Menurut data IDF (2017) menyebutkan bahwa

indonesia merupakan negara ururtan ke -6 dengan penderita Diabetes Militus

di Dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazl, Mexico, dan Rusia di

urutan ke-7.

Angka kejadian diabetes militus menurut data Riskesdes (2013) terjadi

peningkatan dari 1,1% di tahun 2007 dan meningkat menjadi 2,1% pada

tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Peningkatan

prevelensi data penderita Diabetes Militus di atas salah satunya yaitu provinsi

Kalimantan Timur yang menempati urutan ke -4 tertinggi diabetes militus di

indonesia yakni dengan presentasi 2,3% dari total seluruh penduduk usia 15

tahun ke atas dengan perkiraan 63.330 jiwa setelah provinsi D.I Yogyakarta

(2,6%), DKI jakatra (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), (Riskesdes 2013).

Sedangkan angka penyakit Diabetes Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahrani

pada tahun 2015 mencapai 1.354 kejadian.

Penderita diabetes melitus memiliki risiko timbulnya komplikasi berbagai

macam penyakit misalnya penyakit jantung koroner. Orang dengan diabetes

melitus memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami jantung koroner, lebih

rentan menderita gangrene sebesar lima kali, tujuh kali lebih rentan mengidap

gagal ginjal, dan 25 kali lebih rentan mengalami kerusakan retina yang

mengakibatkan kebutaan pada penyandang diabetes melitus tipe 2 dari pada

pasien non diabetes melitus (Waspadji, 2007).

Page 16: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

3

Selain penyakit jantung koroner masih ada berbagai macam komplikasi yang

muncul akibat diabetes melitus seperti luka ganggren, gagal ginjal, stroke,

retinopati. Dengan banyaknya komplikasi akibat diabetes melitus diperlukan

tindakan asuhan keperawatan untuk memecahkan masalah kesehatan pasien

dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Intervensi keperawatan yang dilakukkan pada pasien diabetes

melitus antara lain adalah untuk memandirikan pasien dalam mengatur pola

makan, meningkatkan kesadaran untuk perawatan diri, meningkatkan

pemantauan gula darah, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentanng

diabetes dan penycegahanya.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus “

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Militus Di Rumah Sakit Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Militus Di Rumah

Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan Asuhan Keperawatan terhadap pasien Diabetes Militus

dengan memberikan implementsi sesuai dengan program asuhan keperawatan

di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Page 17: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

4

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengkaji pasien Diabetes Militus.

2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Diabetes Melitus.

3) Menyususun perencanaan keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam mempersiapkan,

mengumpulkan dan menginformasikan data hasil asuhan keperawatan yang

telah diberikan kepada pasien dengan diabtes melitus dengan rangka

memenuhi tugas akhir program D-III Keperawatan Samarinda Poltekkes

Kemenkes Kaltim.

1.4.2 Bagi Tempat Penulis

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

pasien diabetes melitus di lahan praktik.

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil studi kasus ini di harapkan dapat menambah keluasan ilmu pengetahuan

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien diabetes

Page 18: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

5

BAB II

TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Menurut Brunner dan Suddarth, (2014) Diabetes Melitus merupakan sekumpulan

gangguan metabolik yang di tandai dengan peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) akibat kerusakan. Pada skresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya. Gluksa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang di konsumsi. Insulin, yaitu suatu

hormon yang di produksi pankreas yang di gunakan untuk mengendalikan kadar

glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada

Diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun atau

pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.

Diabetes Melitus adalah suatu keadaan hiperglekemia yang di sebabkan

penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans dalam pangkreas

(Guyton, 2012). American Diabetes Association (2012) mendefinisikan Diabetes

Melitus adalah salah satu kelompok penyakit metobolik yang ditandai oleh

hiperglekimia karena gangguan skresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Keadaan hiperglekimia kronis dari Diabetes berhubungan dengan kerusakan

jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata,

ginjal, saraf, jantung, dan pembulu darah.

Page 19: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

6

Menurut Smeltzer, suzanne C ( 2002 ) seseorang di diagnosa Diabetes Melitus

apabila kadar glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl, glukosa plasma puasa > 140

mg/dl, dan glukosa plasma 2 jam postprandial ( sesudah maka ) > 200 mg/dl.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat di simpulkan bahwa Diabetes

Melitus adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh jumlah hormon insulin yang

tidak mencukupi atau tidak dapat berkerja secara normal, padahal hormon ini

memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa ( gula ) didalam darah.

2.1.2 Etiologi

Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau

sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang

berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.

Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap

fungsi insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat

terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui (Hasdianah,

2012).

Ada bukti yang menunjukan bahwa etiologi Diabetes Melitus bermacam –

macam. Dibetes Melitus tipe I adalah penyakit autoimun yang di tentukan secara

genetik dengan gejala – gejala yang pada akhirnya menuju proses bertahap

peusakan imunologik sel –sel yang memproduksi insulin. Sedeanglan Diabetes

Melitus tipe II penyakitnya memiliki pola familial yang kuat dan di ttandai dengan

kelainan skeresi insulin, serta kerja insulin ( Price & Wilson, 2006 ).

Page 20: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

7

1) Diabetes melitus tipe I

Menurut Smeltzer, (2015) Diabetes tipe I adalah diabetes yang tergantung insulin

ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh faktor

genetik, faktor imunologi (autoimun), dan faktor lingkungan seperti infeksi virus

atau toksin yang dapat memicu kerusakan sel beta.

Menurut Smeltzer, (2015) diabetes tipe I dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Faktor genitik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecendrungan genitik kearah terjadinya diabetes tipe

I. kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe

antigen HLA ( human leucocyte antige ) tertentu. HLA merupakan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses

imun lainnya.

b) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respons

ini merupakan respons abnorml dimana antibodi terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c) Fator lingkungan

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor eksternal yang berpengaruh

adalah virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta (Brunner & Suddart 2015)

Page 21: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

8

2) Diabetes Melitus tipe II

Menurut Prince dan Wilson (2015) diabetes melitus disebabkan oleh kegagalan

relative sel beta dan resistensi insulin. Fakor resiko yang berhubungan dengan

proses terjadinya diabetes melitus tipe II :

1) Usia

Diabetes melitus tipe II kebanyakan menyerang pada usia lanjut lebih dari

65 tahun dengan proporsi kejadian 8,6%. Angka ini mencakup 15%

populasi pada panti lansia (Smeltzer, Suzanne C. 2002). Hal ini karena

berhubungan dengan degenerasi atau kerusakan organ dan faktor gaya

hidup.

2) Kegemukan atau obesitas

Sekitar 80% pasien diabetes melitus mengalami obesitas. Karena obesitas

berkaitan dengan resistensi insulin, maka akan timbul kegagalan toleransi

glukosa yang meyebabkan diabetes melitus tipe II (Prince dan Wilson,

2006).

3) Riwayat dan keluarga

Diabetes termasuk dalam penyakit yang dapat diwariskan. Resiko

berkembangnya diabetes tipe II pada saudara kandung mendekati 40% dan

33% untuk anak cucunya. (Prince dan Wilson, 2006).

4) Kelompok etnik

Di Amerika Serikat terdapat golongan hispanik, negro serta penduduk asli

Amerika tertentu memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami diabetes

melitus dari pada orang berkulit putih (Smeltzer, (2015).

Page 22: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

9

Faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes ialah memiliki riwayat penyakit

kardiovaskuler seperti stroke, PJK, mengkonsumsi alkohol, faktor stres, dan

kebiasaan merokok

2.1.3 Patofisiologi

Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena

sel – sel beta pankreas yang telah di hancurkan oleh proses autoimun.

Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yangg tidak terukur oleh hati.

Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam

hati meskipun tetap berada di dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial ( sesudah makan ). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup

tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yaang tersaring keluar

akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria). Ketika glukosa yang

berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan di sertai pengeluaran

cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan deuresis osmotik.

Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliura) dan rasa haus (polidpsia). Definisi insuli

juga mengganggu metaabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan

berat badan. Pasien akan mengalami peningkatan nafsu makan (polifagia) akibat

menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenesis ( pembentukan

glukosa baru dari asam – asam amino serta substansi lain), namun pada penderita

defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut

menimbulkan hiperglekemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang

Page 23: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

10

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produksi

samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu

keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis

diabetik yang di akibatnya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti

nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton, dan bila tidak

di tangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan

memeperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala

hiperglekemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan di sertai pemantauaan kadar

glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

Pada diabetes tipe II, terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin, yaitu : resistensi dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin terikat

pada reseptor khusus di permukaan sel. Akibat dari terikat nya insulin tersebut

maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel

tersebut. Resistensi glukosa pada diabetes melitus tipe II ini dapat disertai adanya

penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal – hal tersebut insulin

menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam

mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya glukosa dalam

darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk

disekresikan . Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu,

keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta

kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit

meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi

Page 24: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

11

peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan

otomatis meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini. Walaupun sudah

terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas dari diabetes

melitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin dalam sel yang adekuat untuk

mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada badan keton yang

menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis diabetikum, akan tetapi

hal ini tidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II. Meskipun demikian,

diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya

yang dinamakan sinndrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).

Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat badan,

karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan merupakan unsur

yang peting pula untuk meningkatkan efektivitas insulin. Obat hipoglikemia oral

dapat di tambahkan jika diet dan latihan tidak berhasilmengendalikan kadar

glukosa darah. Jika pengguna obat oral dengan dosis maksimal tidak berhasil

menurunkan kadar glukosa hingga tingkat yang memuaskan, maka insulin dapat

di gunakan. Sebagian pasien memerlukan isnsulin utntuk sementara waktu selama

priode stres fisiologik yang akut seperti selama sakit atau pembedahan.

Page 25: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

12

2.1.4 Pathway

DM tipe 1 ( IDDM ) DM tipe II ( NIDDM )

v

Reaksi Autoimun

Sel β pankreas

hancur

Defisiensi Insulin

Idiopatik, Usia,

Genetik, gaya

hisup,dd

Jumlah sel β pankreas

menurun

Hiperglikemia Katabolisme protein

meningkat Liposis meningkat

Deuresi Osmosis Poliura

Kehilangan Cairan

Hipotnik

Polidipsi

Hiperosmolaris

Kehilangan

elektrolit

ketoadosis

Glukoria

Starvasi

polipagi

Glukoneogenesis

Sotbitol

Retinopati

Pennurunan berat

badan

Gliserol, Asam

Lemak Bebas

Menigkat

Ketogenesis

Ketonuria

Coma Kematian

Page 26: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

13

2.1.5 Tanda dan Gejala

Menurut Dalimartha (2007) tanda dan gejala diabetes melitus antara lain polyuri

(sering kencing), polydipsi (sering haus), polyphagi (sering lapar), lelah atau

lemah, berat badan menurun derastis, kesemutan/gringginan, gatal/bisul, mata

kabur, luka sulit sembuh (Riskesdas,2013).

1) Polyuri

Sering kencing (polyuri) dan kencing cukup banyak. Keadaan ini terjadi

karena kadar glukosa darah yang tinggi (Smeltzer, Suzanne C, 2002). Saat

kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal (renal thresold) maka glukosa

yang berlebihan ini akan dikeluarkan (eksresi) melalui kencinng tersebut

(Dalimartha, 2007).

2) Polydipsi

Menurut Wijaya dan Putri (2012) rasa haus yang berebihan (polydipsi)

terjadi karena kencing yang terlalu banyak sehingga tubuh kekurangan air.

Akibatnya timbul rangsangan kesusunan saraf pusat sehingga merasa haus

dan selalu ingin minum

3) Polyphagi

Menurut Wijaya dan Putri (2012) Banyak makan (polyphagi) terjadi karena

adanya rangsangan kesusunan saraf pusat karena kadar glukosa didalam sel

(intraseluler) berkurang. Kekurangan glukosa terjadi karena tubuh

kekurangan insulin tidak dapat masuk ke dalam sel yang berakibat

kekurangan glukosa intraseluler maka timbulah rangsangan ke sistem saraf

pusat sehingga sering merasa lapar dan ingin makan. Akibat penderita

Page 27: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

14

sering makan maka glukosa darah menjadi tinggi, tetapi tidak dapat

digunakan karena kekurangan insulin. Jika tubuh kekurangan insulin atau

sama sekali tidak memiliki insulin, maka tubuh akan membakar jaringan

lemak supaya terbentuk energi yang dibutuhkan gar dapat bertahan hidup.

Apabila ini berlangsung terus menerus, maka dalam waktu relatif singkat

berat badan akan menurun drastis (Delimartha,2007).

2.1.6 Penata pelaksanaan

Menurut Brunner & Suddart (2012), tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk

mengurangi terjadinya komplikasi veskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik

pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal

(euglekemia ) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola

aktivitas pasien.

Menurut Brunner & Suddart (2012), penataan diabetes didasarkan pada

1) Diet

Diet dan pengendaian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan

diabetes ( Brunner & Suddart (2012). Diet penderita diabetes melitus

ditunjukan untuk mengatur jumlah kalori yang dianjurkan tergantung sekali

pada kebutuhan untuk mempertahankan, mengurangi, atau menambah berat

badan (Guyton & Hall, 2006 ). Menurut departemen RI menetapkan bahwa

kebutuhan kalori individu sebesar 2000 kalori/hari. Penatalaksaan nutrisi

pada penderita diabetes melitus di arahkan untuk mencapai tujuan berikut :

a. Memberikan semua unsur makan asensial (misalanya, vitamin, mineral )

Page 28: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

15

b. Memenuhi kebutuhan energi

c. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

d. Mencapai dan mempertahankan berat badan dengan sesuai

e. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara

yang aman dan praktis.

Menurut American Diabetes Association (ADA),2016 terdapat panduan untuk

membantu pasien diabetes melitus memilih makanan sehari-hari yang disebut

piramida makanan diabetes sebagai berikut :

Gambar 1. Piramida makanan diabetes, American Diabetes

Association (ADA),2016

Didalam piramida makan diabetes, makanan sehari-hari dibagi menjadi 6

kelompok umum yaitu sebagai berikut :

1. Kelompok 1 ( biji-bijian dan tepung )

Makanan yang terbuat dari biji-bijian dan tepung terdapat di dasar Piramida

Makanan Diabetes dasar. Kelompok makanan biji-bijian dan tepung yang

Page 29: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

16

banyak mengandung karbohidrat seperti beras, gandum, rye, gandum,

jagung, kacang polong kentang, kacang pinto, dan makanan lainnya yang

biasa menggunakan biji-bijian masuk dalam kelompok ini

2. Kelompok 2 ( sayuran )

Kelompok makanan sayuran ini terletak tepat di atas dasar Piramida

Makanan Diabetes. Sayuran secara alami rendah dalam konten lemak,

rendah kalori dan kaya vitamin, mineral, serat dan zat gizi mikro.

3. Kelompok 3 ( buah-buahan )

Kelompok buah-buahan ini juga terletak tepat di atas dasar Piramida

Makanan Diabetes bersama dengan kelompok sayuran. Buah-buahan kaya

akan vitamin, mineral, serat dan juga karbohidrat.

4. Kelompok 4 ( susu )

Kelompok ini berada di atas lapisan kedua (sayuran dan buah) dari Piramida

Makanan Diabetes. Kelompok susu mengandung banyak protein dan

kalsium serta vitamin. Tapi penderita penyakit diabetes melitus harus

memilih produk susu dengan kadar lemak yang rendah.

5. Kelompok 5 ( daging, penganti daging dan protein lainya )

Kelompok ini bersama kelompok susu dalam Piramida Makanan Diabetes

mengandung protein dalam jumlah yang sangat tinggi dan mengandung

vitamin serta mineral sangat banyak.

Page 30: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

17

6. Kelompok 6 ( lemak, minyak, manis dan alkohol )

Kelompok makanan ini terdapat di puncak Piramida Makanan Diabetes,

yang menandakan bahwa kelompok makanan hanya boleh dikonsumsi

dalam jumlah sedikit dan sebaiknya dihindari saja.

Tahap dalam mempersiapkan perencanaan makanan adalah mendapatkan riwayat

diet untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidup. Tujuannya

yang paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah

pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat

badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa.

Untuk mempertahankan berat badan normal dapat dilakukan dengan cara

menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) yang merupakan alat atau cara sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT akan diketahui apakah berat

badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya

untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,

anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat di hitung dengan rumus berikut :

Berat badan ( kg)

IMT =

Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m)

Page 31: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

18

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan berat badan tingkat

berat >17,0

Kekurangan berat badan tingkat

ringan 17,0 -18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat

ringan 25,1 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat

berat >27,0

Tabel 2.1 klasifikasi IMT gizi.depkes.go.id/ pedoman praktikus status gizi

dewasa

Rencana makanan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan presentase kalori

yang berasal dari :

a. Karbohidrat

Tujuan diet adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks

(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum, nasi beras tumbuk,

sereal, pasti atau mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung

bekatul. Karbohidrat sederhana seperti buah yang manis dan gula tetap

harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika

dicampur kedalam sayuran atau makan lain dari pada dikonsumsi secara

terpisah jumlah asupan karbohidrat untuk pasien diabetes melituss dalam

sehari adalah tidak boleh lebih dari 55-56% dari total energi sehari atau

tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasikan dengan pemberian asam

lemak tidak jenuh rantai tunggal ( MUFA Mono Unsaturated Fatty Acids)

(FKUI, 2006).

Page 32: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

19

b. Lemak

Pembatasan asupan total kolestrol dari makanan hingga < 300 mg/hari untuk

membantu mengurangi faktor resiko,seperti kenaikan kadar kolestrolserum

yang berlebihan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang

menyebabkan terjadinya kematian pada penderita diabetes melitus. Adapun

asupan lemak pada pasien diabetes melitus dalam sehari ialah 20-25% per

hari. (FKUI, 2006). Selain itu, rekomendasi tentang kandungan lemak dalam

diet diabetes mencakup presentase total kalori yang berasal dari sumber

lemak hingga > 30 % total kalori dan pembatasan jumlah lemak januh

hingga 10% totaal kalori per hari.

c. Protein

Makanan sumber protein nabati ( misalnya, kacang-kacangan dan biji –

bijian utuh ) dapat membantu mengurangi asupan kolestrol serta lemak

jenuh. Jumlah asupan protein harian bagi penderita diabetes melitus adalah

10-15% dari total kalori per hari.( FKUI, 2006 )

Menurut Waspadji (2007) mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical Centre

Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga) J yang harus

diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes mellitus, yaitu jumlah

makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Berikut ini uraian mengenai ketiga

hal tersebut:

Page 33: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

20

1. Jumlah makanan

Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita

DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang

disarankan berkisar antara 1100-2900 KKal

2. Jenis makanan

Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis makanan

apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi

dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat. Makanan yang

mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, sari buah harus

dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti buncis,

kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit dan bayam harus

dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang, pepaya, mangga,

sawo, rambutan, apel, duku, durian, jeruk dan nanas juga dibatasi. Sayuran

yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah

seperti oyong, ketimun, kol, labu air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada,

toge, terong dan tomat (Waspadji, 2007).

3. Jadal makanan

Penderita diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat pada

waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan 15 sesuai

jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval

waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan

glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan

jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap

Page 34: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

21

stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi.

Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM diabetes mellitus

(Waspadji, 2007) disajikan dalam tabel berikut:

Waktu Jadwal Total kalori

Pukul 07.00 Makan pagi 20 %

Pukul 10.00 Selingan 10 %

Pukul 13.00 Makan siang 30 %

Pukul16.00 Selingan 10 %

Pukul 19.00 Makan malam 20 %

Pukul 21.00 Selingan 10 %

Tabel 2.2 Jadwal makan penderita diabetes melitus sumber : Suyono 1996

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Komposisi energi adalah 45 – 65% dari karbohidrat, 10 – 20% dari protein dan 20

– 25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan

berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 – 30 kalori/kg BB ideal,

ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin,

umur, aktifitas, kehamilan / laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Cara yang

lebih gampang lagi adalah dengan cara pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus

2300–2500 kalori, normal 1700–2100 kalori dan gemuk 1300–1500 kalori

(Soegondo, dkk, 2009:54). Pentuan diet diabetes melitus harus di sesuaikan oleh

status gizi penderita, penentuan jumlah kalori dapat di laksanakan dengan

Page 35: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

22

menghitung presentage of relative body weight ( BBR = Berat Bada Relative )

dengan rumus :

BB ( Kg ) X 100 %

BBR =

TB ( cm ) – 100

Keterangan :

1. Kurus ( underweight) : BBR < 90 %

2. Normal ( ideal ) : BBR 90 – 110 %

3. Gemuk ( overweight ) : BBR > 110 %

4. Obesitas : BBR > 120 %

a. Obesitas ringan : BBR 120-130 %

b. Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %

c. Obesitas berat : BBR 140 – 200 %

Pedoman jumlah kalori yang di perlukan sehari bagi penderita diabetes melitus

1. Kurus : BB x 40-60 kalori

2. Normal : BB x 30 kalori

3. Gemuk : BB x 20 kalori

4. Obesitas : BB x 10 – 15 kalori

2) Latihan Fisik

Latihan sangat penting dalam penatalaksaan diabetes melitus karna efeknya

dapat menurun kadar glokosa darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

Page 36: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

23

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian

insulin. Sirulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.

Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat

meningkatkan lean body mass dan demikian menahan laju metabolisme

istirahat (resting metabolic rate). Latihan juga akan merubah kadar lemak

darah yaitu, meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurun kadar

kolesterol total serta trigeliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi

penyandang diabetes melitus mengingat adanya peningkatann resiko untuk

terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes melitus (Brunner & Suddart,

2012). Latihan fisik yang dilaukan dengan senam kaki dapat terpengaruh

pada penuruan kadar gula darah. Aktivitas yang dilakukan penderita dapat

menekan terjadinya kenaikan gula darah, upaya dalam pengendalan gula

darah tidak efektif hanya dilakukan dengan pengobatan saja. Hal tersebut

dikarnakan penderita yang mengalami diabetes melitus disebabkan oleh

kerusakan pangkreas dalam memproduksi unsulin, dimana insulin ini

berfungsi dalam mengendalikan kadar gula darah. latihan yang dianjurkan

adalah akativitas yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah

seperti jalan-jalan, senam tubuh dan senam kaki sesuai kebutuhan dan

kemampuan ( Ruben, et al,2016).

3) Pemantauan Kadar Glukosa Darah Secara Mandiri

Dengan melakukan pantauan kadar glukosa darah secara mandiri ( SMBG,

self monitoring of blood glucose ) penderita diabtes kini dapat mengatur

terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara

Page 37: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

24

ini memungkin kan deteksi dengan pencegahan hipoglekemia serta

hiperglekemia dan berperan untuk menentukan kadar glukosa darah normal

yang kemugkinan akan mengurangi kompleksi diabetes melitus jangka

panjang. Metode yang di gunakan yaitu pengambilan setetes darah dari

ujung jari tengah, aplikasikan darah tersebut pada strip pereaksi khusus.

Strip tersebut pertama – tama dimasukan ke dalam alat pengukur sebelum

darah di tempelkan pada strip. Setelah darah melekat pada strip, darah

tersebut di diamkan selama pelaksanaan tes. Alat pengukur akan

mempertahankan kada glukosa darah dalam waktu yang singkat ( kurang

dari 1 menit ).

4) terapi insulin

Menurut Rendi dan Margareth (2012) pada individu sehat, sekresi insulin

mengimbangi jumlah asupan makanan yang bermacam-macm dengan

latihan fisik. Sebaiknya, individu dengan diabetes tidak mampu menyekresi

jumlah insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gluksa darah.

Sebagai akibatnya, kadar glukosa meningkat tinggi sebagai respon terhadap

makanan dan tetap tinggi dalam keadaan puasa. Menurut Prince dan Wilson

(2006) pasien yang mengalami hal tersebut memerlukan terapi insulin selain

perencanaan makanan hipoglikemia.

5) Pengetahuan tentang Diabetes, Pencegahan dan Perawatan diri

Menurut Corwin, 2009 pasien diabetes melitus relatif dapat hidup normal

asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksaan

penyakit yang dideritanya. Menurut Prince dan Wilson (2006) mereka dapat

Page 38: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

25

menyuntikan insulin sendiri, memantau kadar glukosa darah mereka dan

memanfaatkan informasi untuk mengatur dosis insulin serta melaksanakan

diet serta latihan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi hiperglikemia

atau hipoglikemia. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan 3 tahap yaitu

pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer merupakan

aktivitas untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi umum

misalnya dengan penyuluhan makanan sehat dan bahaya diabetes.

Pencegahan sekunder yaitu upaya mencegah atau menghambat timbulnya

peyakit pada pasien yang menderita penyakit diabetes melitus dengan

pemberian pengobatan dan tindakan deteksi dini penyakit. Pencegahan

tersier adalah semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan

melalui penyuluhan dan pendidik kesehatan. Pada upaya ini memerlukan

keterlibatan semua pihak baik dokter, perawat, ahli gizi, keluarga dan

pasien. Perawat sebagai edukator sangat berperan untuk memberikan

informasi yang tepat pada pasien diabetes melitus tentang penyakit,

pencegahan, komplikasi, pengobatan dan pengelolaan diabetes melitus

termasuk memberi motivasi dan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri

(Suryono,2006).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek

keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar operasional

prosedur (SOP) (Carpenito, 2009)

Page 39: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

26

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini semua

data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien. Menurut

Muttaqin (2008) anamnese pada diabetes melitus meliputi identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga dan pengkaajian psikolososial.

1) Identitas Klien

Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadinya pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, suku, agama, tangal dan jam masuk rumah sakit,

nomor register dan diaknosis medis

2) Keluhan Utama

Penderita biasanya dengan keluhan menonjol yaitu : badann terasa lemas, keluar

keringat dingin, pengelihatan kabur bahkan kesadaran menurun.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit ini biasanya dominan adalah kadar gula darah turun kurang dari

50-60 mg/dl disertai dengan kesadaran menurun.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit lain yang ada kaitannya

dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pangkreas. Adanya riwayat penyakit

jantung (PJK, hipertensi), obesitas, aterosklerosis, tindakan medis yang pernah

didapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita

Page 40: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

27

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang

menderita diabetes melitus atau penyakit keturunnan yang dapat menyebabkan

terjadinya definisi insulin misalnya hipertensi dan jantung`

6) Pengkajian Psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami pendertia

sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga tentang penyakitnya

penderita

Pengkajian keperawatan pada pasien diabetes melitus menurut Doengs (2000)

adalah :

7) Aktivitas / istirahat

Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, keram otot, tonus otot menurun,

gangguan tidur.

Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, latergi

atau disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot (0 : tidak dapat bergerak, 1 :

dapat menggerakan jari-jari dengan peralatan, 2 : dapat mengangkat tubuh namun

tidak dapat melawan gravitasi, 3 : dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat

menahan tahanaan, 4 : dapat menahan tehanan ringan, 5 :dapat menahan tahanan

maksimal.

Page 41: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

28

8) Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, Acute Miocard Infrak ( AMI ), klaudikasi,

kebas, dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki dan penyembuhann yang

lama.

Tanda : takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang

menurun/tidak ada, disaritmia, krekles kulit panas, kering dan kemerahan, bola

mata cekung.

9) Integritas Ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan

dengan kondisi pasien

Tanda : ansietas, peka rangsang

10) Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (polyuri), nokturia, rasa nyeri/terbakar,

kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, polyuri (dapat berkembang menjadi

oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi),

adanya asites, bising usu lemah dan menurun, hiperatif (diare).

11) Makanan atau cairan

Gejala : hilang nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan (polyphagi),

mual/muntah, tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.

Page 42: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

29

Penurunan berat badan yang lebih dari priode beberapa hari / minggu haus

(polydipsi)

Tanda : kulit kerig / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah,

pembesaran tiroit (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula

darah ). Bau holitosis/manis, bau buah (nafas aseton).

12) Neurosensori

Gejala : pusing, sait kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia,

gangguan pengelihatan.

Tanda : disorientasi, mengatuk, latergi, koma (tahap lanjut), gangguan memori

(baru, masa lalu), kacau metal, refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma),

aktivitas kejang (tahap lanjut dari diabetik ketoasidosis)

13) Nyeri atau kenyamanan

Gejala : abdomen yang tegang atau nyeri

Tanda :wajah meringih dengan palpitasi, tampak berhati-hati

14) Pernafasan

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purelen,

pernafasan kusmaul (cepat dalam), asidosis metabolik.

Tanda : frekuensi pernafasan cepat dan dalam, batuk terdapat suara tamabahan.

15) Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal-gatal, ulkus kulit.

Page 43: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

30

Tanda : deman, kulit rusak, lesi/ulsenrasi, menurunya kekuatan umum/rentang

gerak.

16) Seksualitas

Gejala : rabas vagina (cendrung infeksi)

Tanda : masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

17) Pemeriksaan lamboraturium

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS < 100 mg/dl, gula darah puasa kurang

dari 76 mg/dl dan 2 jam post prandial 90 mg/dl

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemerikasaan

dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil yang diliat melalui

perubahan warna urine yaitu : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan

merah bata (++++)

c. Kultur Pus

Untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang

sesuai dengan jenis kuman

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan tentang

masalah atau status kesehatan klien, baik actual maupun potensial, yang

ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Diagnosa

Page 44: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

31

keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan memecahkan

masalah keperawatan klien secara spesifik.:

Kategori diagnosa keperawatan adalah :

1. Diagnosa keperawatan aktual ( Actual Nursing Diagnoses )

Diagnosa aktual adalah suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan

penilaian klinis yang harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik

mayor. Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES (Problem

Etiologi Symptom)

2. Diagnosa potensial ( Possible Nursing Diagnoses )

Diagnosa potensial atau diagnosa kemungkinan merupakan masalah yang diduga

masih memerlkan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk

memastikan adanya faktor resiko.

3. Diagnosa keperawatan resiko ( Risk and High-Risk Nursing diagnoses)

Diagnosa keperawatan resiko adalah mengambarkan penilaian klinis dimana

individu atau kelompok lebih rentan mengalami masalah di bamdingkan orang

lain didalam situasi yang sama atau serupa.

Menurut Nanda, (2013), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi

debridement

Page 45: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

32

c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement

d. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut

e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan berat

badan

Diagnosa keperawatan yang sering ditunjukan pada pasien diabetes melitus dalam

buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1, 2016 diagnosa tersebut

a. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakcukupan insuli, mual muntah

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis luka

d. Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan (planning) merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan

secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai

dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

Perencanaan keperawatan tetang kriteria hasil dan perencanaan keperawatan

(intervensi keperawatan ) NANDA (2016) adalah sebagai berikut :

a) Perfusi prifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.

1. Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

2. Kriteria hasil

a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

Page 46: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

33

b. Oedem tidak terjadi dan luka tidak tambah parah

c. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi

3. Intervensi

a. Observasi status hidrasi ( kelembapan membran mukosa, TD,

ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi)

Rasional : mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi

b. Monitor albumin, ureum, total protein, serum osmolalitas dan urine.

Rasional : mengetahui kondisi pasien

c. Observasi tanda - tanda cairan berlebihan / retensi (Central Venous

Pressure (CVP) meningkat, adema, distensi vena leher dan asites).

Rasional : mencegah adanya adema

d. Pertahankan intake dan output secara adekuat

Rasional : agar nutrisi dalam tubuh tercukupi

e. Monitor tanda-tanda vital.

Rasional : mengetahui kondisi pasien..

b) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak cukupan insulin dan mual

muntah

1. Tujuan : pemasukan nutrisi adekuat

2. Kriteria hasil

a. Menunjukan tingkat energi normal

b. Berat badan dalam batas normal

3. Intervensi

a. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi

Page 47: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

34

Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

b. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, mual, muntah.

Rasional : hipoglikemia dan gagguan keseimbangan cairan dan

elektrolit dapat menurunkan mobilitaas/ fungsi lambung

c. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk di lakukan pemeriksaan gula

darah

Rasional : untuk memantau kadar gula dalam darah

d. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian insulin

Rasional : untuk membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

c) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis luka

1. Tujuan : tidak terjadi infeksi

2. Kriteria hasil :

a. tidak ada tanda – tanda infeksi

b. suhu badan dalam batas normal

c. tanda- tanda vital normal

3. intervensi

a. anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar

Rasional : menghindari terjadinya kontaminasi longgar

b. jaga kulit agar tetapbersih dan kering

Rasional : menghindari terjadinya infeksi pada luka

Page 48: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

35

c. Observasi luka

Rasional : mengetahui keadaan luka

d. Lakukan teknik perawatan luka dengan steril

Rasional : mencegah resiko terjadinya infeks.

d) Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi

1. Tujuan : tidak terjadi infeksi

2. Kriteria Hasil

a. tidak ada tanda – tanda infeksi

b. suhu badan dalam batas normal

c. tanda- tanda vital normal

3. intervensi

a. Observasi tanda – tanda infeksi.

Rasional : untuk mengetahui apak ada tanda –tanda infeksi atau tidak

dan mencegah adanya infeksi.

b. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasiv.

Rasional : kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media

terbaik bagi pertumbuhan kuman.

c. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang

benar pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk

pasiennya sendiri

Page 49: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

36

Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam rencana

keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Pada

tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam

melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien baik secara umum maupun

secara khusus pada pasien diabetes melitus pada pelaksanaan ini perawat

melakukan fungsi secara independen, interpenden dan dependen ( Tarwoto &

Wartonah, 2011 )

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari

evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan

memberikanumpa balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto &

Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak

teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara

SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi

menggunakan:

S : Subjek adalah informasi yang berupa ungkapan yang di dapat dari pasien

setelah tindakan dilakukan.

Page 50: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

37

O : Objek adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaia,

pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan

A : Analisa adalah membandingkan antara insormasi subjektif dan objektif

dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa

masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian,

muncul masalah baru.

P : Plaining adalah rencana keperawatan lanjutan yangakan dilakukan

berdasarkan hasil analisa, baik itu rencaa diteruskan, dimodifikasi,

dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).

Page 51: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

38

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Rencangan Penulisan

Jenis rencana penulisan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan psien diabetes melitus di Rumah

Sakit Abdul wahab Sjahranie. Pendekatan yang digunakan adalah pendekaatan

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan valuasi.

Metode deskriptif adalah suatu metode penulisan Karya Tulis Ilmiah yang

menggambarkan suatu metode dalam meneliti status kelompok, suatu objek, suatu

set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang ( Nazir, M. Noh ( 2005))

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah individu. Sesuai dengan

kasus yang akan dikelola secara rinci dan mendalam. Adapun subyek yang di

kelola berjumlah 2 kasus dengan penyskit yang sama dengan kriteria subyek :

1) Kriteria Inklusif

a. Pasien kooperatif dan mudah diajak berkomunnikasi

b. Pasien terdiagnosis diabetes melitus

Page 52: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

39

c. Pasien yang dirawat diruang Flamboyan rumah sakit Abdul Wahab

Sjharanie Samarinda

2) Kriteria Eksklusif

a. Pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri

b. Pasien yang memiliki multi komplikasi

c. pasien yang sedang menjalani operasi

3.3 Batasan Istilah (Devinisi Operasional)

1) Asuhan keperawatan

Asuhan keperwatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan peraktik

keperawatan langsung pada pasien diabetes melitus di ruang Flamboyan rumah

sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarindaa yang di lakukan dengan berbagai

tatanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah propesi keperwatan

dan merupakan inti praktik keperawatan.

2) Pasien

Pasien adalah seseorang yang di rawat di rumah sakit umum daerah Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda yang mengalami masalah metabolisme karbohidrat

dengan meningkatnya kadar gula darah dan di diagnosis sebagai diabetes melitus.

3) Diabetes Melitus

Diabetes Melitus ( DM) merupakan penyakit ganguan metabolik menahun akibat

pangkreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang diproduksi secara efektif (Depkes, 2014). Diabetes Melitus

Page 53: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

40

merupakan sekelompok heterogen yaang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa

dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus yang dimaksud pada kasus ini

adalah diabetes melitus tipe 2 yaitu kondisi ketika tubuh memiliki insulin yang

cukup tapi tidak mampu menggunakannya dengan baik.

3.4 Lokasi dan Waktu Studi kasus

Studi kasus akan dilakukan di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah

Abdul Wahab Sjahrani Samarinda. Pada studi kasus di rumah sakit lama waktu

pengelolaan selama 6 hari dengan minimal pengelolaan selama tiga hari.

3.5 Prosedur Studi Kasus

Tahapan studi kasus ini di awali dengan penyusunan karya tulis dengan

menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh penguji dilanjutkan

dengan kegiatan pengumpulan data berupa hasil pengukuran, observasi atau

wawancara terhadap kasus yang di jadikan subyek studi kasus.

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1) Teknik pengumpulan data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan :

a. Wawancara ( hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga dan lain – lain ).

Sumber data dari pasien, keluarga dan perawat lainnya.

Page 54: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

41

b. Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi/ IPPA pada sistem tubuh pasien.

c. Sistem dokumentasi ( hasil pemeriksan diagnostik ).

2) Instrumen Pengumpulan data

Pada studi kasus ini, penulis menggunakan alat atau instrumen pengumpulan data

dengan format pengkajian asuhan keperawatan sesuai dengan kasus yang di

kelolah.

a. Keabsahan Data

1. Penulis menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujun, manfaat

penulisan, kemudian memberikan informet consent.

2. Calon responde yang menyetujuidi jadikan responden dalam penulisan di

minta responden untuk menandatangani lembaar informed consent.

3. Penulis melakukan observasi status nutrisi dengan observasi secara

langsung, kemudian penulis melakukan dokumentasi pada lembar observasi.

4. Penulis melakukan intervensi dengan pemberian manajemen diet.

b. Analisa Data

Pengelolahan data mengguakan analis deskriptif, analisis deskriftif di gunakan

untuk menganalisa data dengan cara mmendeskripsi data yang terkumpul untuk

membuat suatu kesimpulan (Notoatmajo, 2010). Pengelolahan data ini untuk

melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.

Page 55: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil

pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum

penelitian yaitu ruangan Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 06 - 08 Mei 2018 dengan jumlah

sampel sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai

berikut:

4.1 HASIL

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang

terletak di Jalan Palang Merah Indonesia No.1 Kelurahan Sidodadi Kecamatan

Samarinda Ulu Kota Samarinda, Kalimantan Timur. RSUD Abdul Wahab

Sjahranie merupakan salah satu dari 2 rumah Sakit rujukan milik Pemerintah

Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di

Kalimantan Timur yang berkedudukan di kota Samarinda. Diresmikan sebagai

Rumah Sakit dengan nama RSUD Abdul Wahab Sjahranie pada tanggal 22

Februari 1986, dimana sebelumnya bernama Lanschap Hospital yang dibangun

tahun 1933 pada zaman penjajahan Belanda. Fasilitas yang tersedia di RSUD

Abdul Wahab Sjahranie ini antara lain Instalasi rawat jalan, instalasi farmasi,

ruang rawat inap, fisioterapi, dan IGD 24 Jam. Untuk fasilitas rawat jalan terdiri

dari poliklinik, medical check up, dan resume medis. Fasilitas pemeriksaan

Page 56: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

43

penunjang terdiri dari laboratorium patologi klinik, patologi anatomi, radiologi,

hemodialisa, CT-scan, OKA sentral, Laoundry, Farmasi, gizi. Untuk unit rawat

inap terdapat beberapa ruangan yaitu Flamboyan, Seruni, Dahlia, Angsoka, Tulip,

Melati, Anggrek, Cempaka, Aster, Edelwis, Mawar, Bougenvil, Teratai, ICU,

ICCU, HCU, Stroke Center, dan Sakura.

Dalam penelitian ini dilakuan diruang Flamboyan yaitu rawat inap kelas tiga bagi

laki-laki maupun perempuan dewasa yang diterima langsung dari IGD maupun

poliklinik. Kasus yang dirawat diruang Flamboyan meliputi kasus gagal ginjal

kronik, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes mellitus, CHF dan sirosis hepatis.

Adapun batasan-batasan ruang flamboyan yaitu sebagai berikut: sebelah selatan

terdapat Ruang Seruni, sebelah barat terdapat parkiran Teaching Center

Universitas Mulawarman, sebelah utara terdapat Ruang Melati dan sebelah Timur

terdapat kantin pengunjung. Bangunan pada ruang flamboyan terdiri 1 ruang

kepala ruangan, 2 ruangan perawat, 2 kamar mandi perawat, 1 ruang mahasiswa, 1

dapur, 1 mushola, 2 ruang tindakan, 1 gudang, 10 kamar tidur dengan kapasitas 50

tempat tidur dengan 2 kamar mandi disetiap kamar tidur, 1 ruang isolasi dengan

kapasitas 2 tempat tidur dan 2 kamar mandi.

Page 57: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

44

4.1.2 Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Biodata Pasien dengan Diabetes Militus di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Identitas Klien

Pasien 1 Pasien 2

Nama Ny.S Ny. P

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

Umur 62 63 Tahun

Status Perkawinan Menikah Menikah

Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga

Agama Khatolik Islam

Pendidikan Terakhir SMP SD

Alamat Jln. Perumahan Talang

Sari RT.29

Jln. Trikota Rt 5, Palaran

Diagnosa Medis DM Type II DM Type II

Nomor Register 94.23.90 78.03.28

MRS/ Tgl Pengkajian 30 April 2019

06 Mei 2019

05 Mei 2019

06 Mei 2019

Dari table 4.1 data pengkajian didapatkan bahwa kedua Pasien dalam biodata

ditemukan ada persamaan jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan

diagnose medis yaitu DM Type II dan ada pula perbedaan biodata yaitu agama,

umur, pendidikan terakhir, alamat dan tanggal masuk pasien.

Tabel 4.2 Hasil Riwayat Biodata Pasien dengan Diabetes Militus

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Data Subjektif Pasien 1

Pasien 2

Keluhan Utama Pasien mengatakan demam dan

mual

Pasien mengatakan demam dan mual

Riwayat

Penyakit

Sekarang

Pasien memiliki penyakit DM sejak

2017 masuk rumah sakit pada

tanggal 30 April 2019 keadaan

umum sedang. Pasien mengatakan

mual saat makan penurunan nafsu

makan dan berat badan, pasien

Pasien memiliki penyakit DM sejak

2015 masuk rumah sakit pada

tanggal 5 mei 2019 keadaan umum

sedang. Pasien mengatakan mual

dan muntah saat makan serta

penurunan nafsu makan dan berat

Page 58: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

45

mengatakan keram pada kedua

telapak kaki , Pasien mengatakan

selama sakit beberapa aktifitas pasien

dibantu keluarga.

badan, pasien mengatakan lemas,

Pasien mengatakan selama sakit

hampir semua aktifitas klien dibantu

keluarga.

Riwayat

Kesehatan

Dahulu

Pasien pernah dirawat di rumah sakit

3 bulan yang lalu dengan riwayat

penyakit diabetes mellitus pasien

tidak ada riwayat alergi, pasien

mengkonsumsi obat Metformin 500

gram 2 x 1, pasien tidak ada riwayat

operasi.

Pasien pernah dirawat di rumah sakit 8

bulan yang lalu dengan riwayat

penyakit diabetes mellitus, pasien

tidak ada riwayat alergi,

mengkonsumsi obat dan riwayat

operasi.

Riwayat

Kesehatan

Keluarga

Pasien mengatakan dari keluarga

tidak ada yang mempunyai

penyakit diabetes militus .

Pasien mengatakan dari keluarga

tidak ada yang mempunyai penyakit

diabetes militus..

Berdasarkan tabel 4.2 ditemukan data dari pengkajian riwayat kesehatan pada

pasien 1 dan pasien 2 dalam keluhan utama ditemukan ada persamaan seperti

demam dan mual. Pada riwayat penyakit sekarang persamaanya pasien 1 dan

pasien 2 sering masuk ke rumah sakit dengan penyakit yang sama. Pada riwayat

kesehatan dahulu pasien 1 pernah masuk rumah sakit 3 bulan yang lalu dan pasien

2 pernah masuk rumah sakit 8 bulan yang lalu. Pada riwayat kesehatan keluarga

dari klien 1 dan klien 2 tidak ada penyakit keturunan diabetes mellitus.

Tabel 4.3 Hasil pengkajian Klien dengan Diabetes Militus

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Observasi Pasien 1 Pasien 2

Keadaan Umum

Posisi pasien supine pasien

terpasang alat medis IVFD

Posisi pasien supine pasien

terpasang alat medis IVFD

Kesadaran

Kesadaran compos mentis & GCS

E4M6V5

Kesadaran compos mentis & GCS

E4M6V5

Pemeriksaan tanda-

tanda vital

TD : 140/90 mmHg

RR : 19 x/m

N : 92 x/m

S : 36 C

MAP : 106 mmHg

TD : 130/80 mmHg

RR : 19 x/m

N : 92 x/m

S : 36,5 C

MAP 97 mmHg

Kenyamanan/

Nyeri

Tidak ada keluhan nyeri Tidak ada keluhan nyeri

Status

Fungsional/aktivitas

dan mobilitas

Bartehel indeks

1. Mengendalikan rangsangan

defekasi (BAB) : skor 2 Mandiri

2. Mengendalikan rangsang

berkemih (BAK) : skor 2 Mandiri

3. Membersihkan diri (cuci muka,

12. 1. Mengendalikan rangsangan

defekasi (BAB) : skor 2 Mandiri

13. 2. Mengendalikan rangsang

berkemih (BAK) : skor 2 Mandiri

14. 3. Membersihkan diri (cuci muka,

Page 59: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

46

sisir rambut, sikat gigi) : skor 1

mandiri

4. Penggunaan jamban masuk dan

keluar (melepaskan, memakai,

celana, membersihkan,

menyiram) : Skor 1 Perlu bantuan

5. Makan : Skor 2 Mandiri

6. Berubah sikap dari berbaring

ke duduk : skor 3 mandiei

7. Berpindah/berjalan: skor 2

berjalan dengan bantuan 1 orang

8. Memakai Baju : skor 1

sebagian dibantu

10. 9. Naik turun tangga : skor 1

butuh bantuan

11. 10. Mandi : Skor 1 mandiri

TOTAL : 18 Ketergantungan

ringan

sisir rambut, sikat gigi) : skor 1

mandiri

15. 4. Penggunaan jamban masuk dan

keluar (melepaskan, memakai,

celana, membersihkan, menyiram) :

Skor 1 Perlu bantuan

16. 5. Makan : Skor 2 Mandiri

17. 6. Berubah sikap dari berbaring ke

duduk : skor 3 mandiri

18. 7. Berpindah/berjalan: skor 2

berjalan dengan bantuan 1 orang

19. 8. Memakai Baju : skor 1 sebagian

dibantu

20. 9. Naik turun tangga : skor 1 butuh

bantuan

21. 10. Mandi : skor 1 mandiri

TOTAL : 18 Ketergantungan ringan

Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan data dari pengkajian observasi kedua pasien

sama terpasang IVFD, kesadaran compos mentis, GCS E4 V5 M6, kedua pasien

tidak ada keluhan nyeri , aktivitas kedua pasien ketergantungan ringan .

Tabel 4.4 Hasil Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pasien dengan

Diabetes Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Pemeriksaan fisik Pasien 1

Pasien 2

A. Pemeriksaan kepala

dan leher

1) Kepala dan

rambut

Finger print ditengah frontal

terhidrasi. Kulit kepala bersih,

tidak ada ketombe dan tidak ada

lesi. Penyebaran rambut merata

berwarna hitam dan putih (uban),

rambut mudah patah, tidak

bercabang, dan tidak ada kelainan

Finger print ditengah frontal

terhidrasi. Kulit kepala bersih,

tidak ada ketombe dan tidak

ada lesi. Penyebaran rambut

merata berwarna hitam dan

putih (uban), rambut mudah

patah, tidak bercabang, dan

tidak ada kelainan

2) Mata Mata lengkap, simetris kanan dan

kiri., kornea mata jernih kanan

dan kiri.

Konjuntiva anemis dan sklera

tidak ikterik Kelopak

mata/palepebra tidak ada

pembengkakan. Adanya reflek

cahaya pada pupil dan bentuk

isokor kanan dan kiri, iris kanan

kiri berwarna hitam, tidak ada

kelainan

Mata lengkap, simetris kanan

dan kiri., kornea mata jernih

kanan dan kiri.

Konjuntiva anemis dan sklera

tidak ikterik Kelopak

mata/palepebra tidak ada

pembengkakan. Adanya reflek

cahaya pada pupil dan bentuk

isokor kanan dan kiri, iris

kanan kiri berwarna hitam,

tidak ada kelainan

3) Hidung Tidak ada pernafasan cuping

hidung, posisi septum nasal

ditengah, lubang hidung bersih,

Tidak ada pernafasan cuping

hidung, posisi septum nasal

ditengah lubang hidung bersih,

Page 60: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

47

tidak ada secret, tulang hidung

dan septum nasi tidak ada

pembengkakan dan tidak ada

polip

tidak ada secret, tulang hidung

dan septum nasi tidak ada

pembengkakan dan tidak ada

polip

4) Mulut & Lidah Keadaan mukosa bibir kering dan

pucat. Tonsil ukuran normal

uvula letak simetris ditengah .

Keadaan mukosa bibir kering

dan pucat. Tonsil ukuran

normal uvula letak simetris

ditengah .

5) Telinga Bentuk telinga sedang, simetris

kanan dan kiri. Lubang telinga

bersih, tidak ada serumen

berlebih, pendengaran berfungsi

dengan baik

Bentuk telinga sedang,

simetris kanan dan kiri.

Lubang telinga bersih, tidak

ada serumen berlebih,

pendengaran berfungsi dengan

baik

6) Leher Kelenjar getah bening teraba,

tiroid teraba, posisi trakea letak

ditengah tidak ada kelainan

Kelenjar getah bening teraba,

tiroid teraba, posisi trakea

letak ditengah tidak ada

kelainan

B. Pemeriksaan thorak

sistem pernafasan

a. Inspeksi thorak

b. Palpasi

c. Perkusi

d. Auskultasi

Tidak ada sesak nafas, batuk dan

secret. Bentuk dada simetris,

irama nafas teratur, pola nafas

normal, tidak ada pernafasan

cuping hidung, otot bantu

pernafasan, vocal permitus dan

ekspansi paru anterior dan

posterior dada normal, perkusi

sonor, auskultasi suara nafas

vesikuler.

Tidak ada sesak nafas, batuk

dan secret. Bentuk dada

simetris, irama nafas teratur,

pola nafas normal, tidak ada

pernafasan cuping hidung,

otot bantu pernafasan, vocal

permitus dan ekspansi paru

anterior dan posterior dada

normal, perkusi sonor,

auskultasi suara nafas

vesikuler.

C. Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi dan palpasi

b. Perkusi batas

jantung

c. Auskultasi

Pada pemeriksaan inspeksi CRT <

2 detik tidak ada sianosis. Pada

pemeriksaan palpasi iktus kordis

teraba hangat. Perkusi batas

jantung : Basic jantung berada di

ICS II dari lateral ke media linea ,

para sterna sinistra, tidak melebar,

Pinggang jantung berada di ICS

III dari linea para sterna kiri, tidak

melebar, Apeks jantung berada di

ICS V dari linea midclavikula

sinistra, tidak melebar.

Pemeriksaan auskultasi : bunyi

jantung I saat auskultasi terdengar

bunyi jantung normal dan regular,

bunyi jantung II : saat auskultasi

terdengar bunyi jantung normal

dan regular, bunyi jantung

tambahan : tidak ada bunyi

jantung tambahan, dan tidak ada

kelainan.

Pada pemeriksaan inspeksi

CRT < 2 detik tidak ada

sianosis. Pada pemeriksaan

palpasi iktus kordis teraba

hangat. Perkusi batas jantung :

Basic jantung berada di ICS II

dari lateral ke media linea ,

para sterna sinistra, tidak

melebar, Pinggang jantung

berada di ICS III dari linea

para sterna kiri, tidak melebar,

Apeks jantung berada di ICS V

dari linea midclavikula

sinistra, tidak melebar.

Pemeriksaan auskultasi : bunyi

jantung I saat auskultasi

terdengar bunyi jantung

normal dan regular, bunyi

jantung II : saat auskultasi

terdengar bunyi jantung

normal dan regular, bunyi

jantung tambahan : tidak ada

bunyi jantung tambahan, dan

tidak ada kelainan.

Page 61: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

48

D. Pemeriksaan abdomen

a. Inspeksi

b. Auskultasi

c. Palpasi

d. Perkusi

BB : 45 kg, TB: 165 cm, IMT :

16,5 kg M2 Kategori BB Kurang .

BAB 1x/hari konsistensi keras,

diet lunak, jenis diet : Diet DM

1120 Kalori, nafsu makan

menurun , porsi makan habis ¼

porsi .

Inspeksi : Bentuk abdomen bulat

dan datar, benjolan/masa tidak

ada pada perut, tidak tampak

bayangan pembuluh darah pada

abdomen, tidak ada luka operasi .

Auskultasi : peristaltic 25x/menit

Palpasi : Tegang

Tidak ada nyeri tekan, masa,

Hepar Lien tidak ada kelainan

Ginjal tidak ada nyeri tekan, tidak

ada asietas.

BB : 46 kg, TB: 160 cm, IMT :

17,5 kg M2 Kategori BB

Kurang .

BAB 1x/hari konsistensi keras,

diet lunak, jenis diet : Diet DM

1000 Kalori, nafsu makan

menurun ,porsi makan tidak

habis.

Inspeksi : Bentuk abdomen

bulat dan datar, benjolan/masa

tidak ada pada perut, tidak

tampak bayangan pembuluh

darah pada abdomen, tidak ada

luka operasi .

Auskultasi : peristaltic

20x/menit

Palpasi : Tegang

Tidak ada nyeri tekan, masa,

Hepar Lien tidak ada kelainan

Ginjal tidak ada nyeri tekan,

tidak ada asietas.

E. Pemeriksaan

Neurologis

a. Inspeksi

b. Auskultasi

c. Palpasi

d. Perkusi

Memory Panjang, perhatian dapat

mengulang, bahasa baik, kongnisi

baik, orientasi orang, saraf

sensori nyeri tusuk. Tingkat

kesadaran compos mentis. Tanda

rangsangan otak (meningeal sign)

:

1. N I (olfaktorius) : penciuman

baik, bisa membedakan bau-

bauan.

2. N II (optikus) :

jarak pandang baik

3. NIII (okulomotorius) :

adanya reflek rangsangan

pada pupil

4. N IV (troklearis) :

bisa menggerakkan bola mata

ke atas dan ke bawah

5. N V (trigeminus) :

tidak ada kesulitan

mengunyah

6. N VI (abdusen) :

bisa menggerakan bola mata

ke kanan dan ke kiri

7. N VII (facialis) : pengecapan

terhadap rasa-rasa baik

8. NVIII(vestibulotroklearis)

: pendengaran baik

9. NIX (glosofaringeus): tidak

ada nyeri telan

10. N X (vagus) :

bisa mengucap “ah” dan

menelan saliva

Memory Panjang, perhatian

dapat mengulang, bahasa baik,

kongnisi baik, orientasi orang,

saraf sensori nyeri tusuk.

Tingkat kesadaran compos

mentis. Tanda rangsangan

otak (meningeal sign) :

1. N I (olfaktorius) :

penciuman baik, bisa

membedakan bau-bauan.

2. N II (optikus) :

jarak pandang baik

3. NIII (okulomotorius) :

adanya reflek rangsangan

pada pupil

4. N IV (troklearis) :

bisa menggerakkan bola

mata ke atas dan ke bawah

5. N V (trigeminus) :

tidak ada kesulitan

mengunyah

6. N VI (abdusen) :

bisa menggerakan bola

mata ke kanan dan ke kiri

7. N VII (facialis) :

pengecapan terhadap rasa-

rasa baik

8. NVIII(vestibulotroklearis)

: pendengaran baik

9. NIX (glosofaringeus):

tidak ada nyeri telan

10. N X (vagus) :

bisa mengucap “ah” dan

Page 62: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

49

Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan data dari pemeriksaan fisik pada pasien 1 dan

pasien 2 ditemukan masalah pada pemeriksaan mata terdapat konjungtiva anemis,

pada pemeriksaan mulut dan faring terdapat bibir kering dan pucat pada

pemeriksaan abdomen dilakukan pemeriksaan IMT keduannya memiliki kategori

11. N XI (assesorius) :

12. bisa mengangkat bahu dan

menoleh dengan adanya

tahanan

13. NXII (hipoglosus): bisa

menjulurkan, menggerakkan

lidah ke kanan dan ke kiri

Fungsi motorik klien normal, bisa

menggerakkan ekstremitas atas

dan bawah, nilai motorik 6

(mengikuti perintah), Fungsi

sensorik normal, tidak ada

masalah pada fungsi sensorik,

reflek fisiologis : patella (-),

reflek patofisiologis : babinski (-)

menelan saliva

11. N XI (assesorius) :

bisa mengangkat bahu dan

menoleh dengan adanya

tahanan

12. NXII (hipoglosus): bisa

menjulurkan,

menggerakkan lidah ke

kanan dan ke kiri

Fungsi motorik klien normal,

bisa menggerakkan

ekstremitas atas dan bawah,

nilai motorik 6 (mengikuti

perintah), Fungsi sensorik

normal, tidak ada masalah

pada fungsi sensorik, reflek

fisiologis : patella (-), reflek

patofisiologis : babinski (-)

F. Pemeriksaan Sistem

perkemihan

Kebersihan genitalia bersih,

keluhan kencing polyuria,

kemampuan berkemih spontan,

produksi urin 1300 ml/hari warna

kuning bau amoniak, tidak ada

nyeri tekan, balance cairan 51

ml/hari.

Kebersihan genitalia bersih,

keluhan kencing polyuria,

kemampuan berkemih

spontan, produksi urin

+1650ml/hari warna kuning

bau amoniak, tidak ada nyeri

tekan, balance cairan +11

ml/hari.

G. Pemeriksaan

muskuluskeletal

(ekstremitas) dan

Integumen

Pergerakan sendi bebas, ada

kelainan ekstermitas, tidak ada

kelainan tulang belakang, tidak

fraktur, tidak menggunakan traksi,

tidak komparmentet syndrome,

kulit kemerahan, turgor kulit baik,

Kekuatan otot :

5 5

5 5

Tidak ada luka diabetes

Pergerakan sendi bebas, ada

kelainan ekstermitas, tidak ada

kelainan tulang belakang, tidak

fraktur, tidak menggunakan

traksi, tidak komparmentet

syndrome, , turgor kulit baik,

Kekuatan otot :

5 5

5 5

Tidak ada luka diabetes

H. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening,

hiperglikemia GDA 248 , tidak

ada riwayat amputasi

Tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening,

hiperglikemia GDA 232 tidak

ada riwayat amputasi

Page 63: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

50

BB kurang, pasien 1 menghabiskan 1/4 porsi makan sedangkan pasien 2 tidak

habis pada pemeriksaan perkemihan pasien 1 1300ml/hari pasien 2 +1650ml/hari,

pada pemeriksaan integument tidak memiliki luka dekubitus.

Tabel 4.5 Hasil Anamnesis Pemeriksaan Penunjang dengan

Diabetes Mellitus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Tindakan Pasien 1

Pasien 2

Pengkajian spiritual Sebelum Sakit

Sering Sering

PPengkajian spiritual selama sakit Kadang – kadang Kadang-kadang

Pemeriksaan penunjang Jenis pemeriksaan

Laboratorium tanggal

30/04/2019

1. Leukosit 6,32 103/ul

2. Eritrosit 2,93 10’6/ul

3. Hemoglobin 12,9 g/dl

4. Hematokrit 35..4 %

5. Albumin 2,6 g/dl

6. glukosa sewaktu : 239

mg/dl

Jenis pemeriksaan

Laboratorium tanggal

06/05/2019

1. Leukosit 5,67 10^3/ul

2. Eritrosit 2,46 10^6/ul

3. Hemoglobin 13,7 g/dl

4. Hematokrit 37,7 %

5. Albumin 3.0 g/dl

6.glukosa sewaktu : 248

mg/dl

Berdasarkan tabel 4.5 ditemukan data dari pemeriksaan penunjang pasien 1

ditemukan hasil laboratorium pada tanggal 30 april 2019 jumlah eritrosit 2.93

10^6/ul dan albumin 2.6g/dl dibawah nilai normal dan pasien 2 ditemukan hasil

laboratorium pada tanggal 06 mei 2019 jumlah eritosit 2.46 dan Albumin 3.0 g/dl

dibawah nilai normal.

Tabel 4.6 Penatalaksanaan terapi klien dengan Diabetes Mellitus

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Penatalaksanaa Terapi

Pasien 1 Pasien 2

1. metformin ( oral ) 2x1

2. apidra ( SC ) 4 unit

3. Metoclopramide ( IV ) 2x1

4.RL (IVFD) 20 tpm

1. nevorapid ( SC ) 4 unit

2. levemir ( SC ) 10 unit

3.RL ( IVFD ) 20 tpm

Pada pasien 1 dan 2 memiliki penatalaksanaan terapi yang sama, yaitu insulin

untuk mengurangi kadar gula pada darah .

Page 64: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

51

4.1.3 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.7 Daftar Diagnosa Keperawatan Pasien dengan DM Type II

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

No

Pasien 1 Pasien 2

Tanggal

ditemukan

Diagnosa Kep Tanggal

ditemukan

Diagnosa Kep

1 06 Mei 2019 Ketidak Stabilan kadar

glukosa darah (D.0027)

DS :

pasien mengatankan

sering minum

Pasien mengatakan

sering buang air kecil

Pasien mengatakan

mual

Pasien mengeluh

Lemas dan pusing

Pasien mengatakan

ngantuk

DO :

pasien nampak sering

minum

Pasien nampak lemas

Glukosa sewaktu 244

06 Mei 2019 Ketidak Stabilan kadar

glukosa darah (D.0027)

DS :

pasien mengatankan

sering minum

Pasien mengatakan

sering buang air kecil

Pasien mengatakan

mual

Pasien mengeluh

Lemas dan pusing

Pasien mengatakan

ngantuk

DO :

pasien nampak sering

minum

Pasien nampak lemas

Glukosa sewaktu 248

2. 06 mei 2019 Defisit nutrisi b.d kurang

asupan makanan

(D.0019)

DS :

Pasien mengatkan

napsu makan

menurun, setiap

makan psien

merasamual

Pasien mengatakan

cepat kenyang

setelah makan

Pasien mengakatakan

selama dirawat baju

pasien terasa longgar

DO :

Penurunan BB 10 Kg

Pasien hanya

menghabiskan 1/4

06 mei 2019 Defisit nutrisi b.d kurang

asupan makanan (D.0019)

DS :

Pasien mengatkan napsu

makan menurun, setiap

makan psien

merasamual

Pasien mengatakan cepat

kenyang setelah makan

Pasien mengakatakan

selama dirawat baju pasien

terasa longgar

DO :

Antropometri

Lila :26.5

BB : 26

TB :160

Biokimia

Page 65: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

52

porsi makanannya

Antropometri

Lila: 24 cm

BB : 45 kg

TB : 165cm

Biokimia :

Hb : 12.9 g/dl

Ht : 35.4 %

Albumin : 2.6 g/dl

GDS : 244

Clinik

Bibir : Kering

Kulit : Kulit kaki

dan tangan kering

Konjungtiva:Anemis

Rambut : Rapuh

HB : 13.7

HT : 37.7

Albumin :3.0

Cliniks

Bibir : kering

Kulit :tangan dan kaki

kering

Konjungtiva :anemis

Rambut : rapuh

Penurunan BB 10 Kg

Pasien hanya

menghabiskan 1/4 porsi

makanannya

3 06 mei 2019 Resiko jatuh d.d

perubaahan kadar

glukosa darah (D.0143 )

Kondisi terkait ::

Skala Mors : 55

Pasien sering ketoilet

Pasien nampak lemas

Glukosa darah : 244

Sebagian ADL di

bantu keluarga

06 mei 2019 Resiko jatuh d.d

perubaahan kadar glukosa

darah (D.0143 )

Kondisi terkait :

Skala Mors : 55

Pasien sering ketoilet

Pasien nampak lemas

Glukosa darah : 248

Sebagian ADLdi bantu

keluarga

4. 06 mei 2019 Defisit pengetahuan

mengenai penyakit dm

yang diderita b/d kurang

terpapar informasi

(D.0111)

DS :

Pasien bertanya

tentang kondisi

penyakit

Pasien mengatakan

Sebelumnya tidak

pernah diberikan

pendidikan kesehatan

tentang diabetes

mellitus

Pasien mengatakan

kurang begitu paham

tentang penyakit dm

yang dideritanya

DO:

Pasien terlihat tidak

tenang

Pasien tampak

06 mei 2019 Defisit pengetahuan

mengenai penyakit dm yang

dideritanya b/d kurang

terpapar informasi

(D.0111)

DS :

Pasien bertanya tentang

kondisi penyakit

Pasien mengatakan

Sebelunya tidak pernah

diberikan pendidikan

kesehatan tentang

diabetes mellitus

Pasien mengatakan

Kurang begitu paham

tentang penyakit dm

yang dideritanya

DO:

Pasien terlihat tidak

tenang

Pasien tampak waspada

terhadap keadaannya

Page 66: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

53

Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan data dari pengkajian pada pasien 1 dan pasien 2

ditemukan masalah keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 terdiri dari 4 diagnosa

keperawatan diantaranya terdapat diagnosa keperawatan yang sama yaitu Ketidak

stabilan kadar glukosa darah, defisit nutrisi, resiko jatuh, defisit pengetahuan

4.1.4 Perencanaan

Tabel 4.8 Perencanaan Klien dengan Diabetes Militus

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

DX

KE

P

TANGGAL

DITEMUKAN

DIAGN OSA

KEP

TUJUAN DAN

HASIL

INTERVENSI KEP

1 06 Mei 2019

Ketidak Stabilan

kadar glukosa

darah

berhubungan

dengan resistensi

insulin

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 3 x 24

jam diharapkan

Ketidak stabilan

kadar glukosa

darah dapat teratasi

dengan Kriteria

hasil :

1. Tidaak ada

peningkatan urin

Output

2. Bibir lembap

3. Tidak ada

peninngkatan

kadar glukosa darah

Managemen

Hiperglikemia

(I.03115)

1.1 monitor kadar

glukosa darah

1.2 monitor tanda –tanda

hiperglikemia

1.3 monitor intake dan

output cairan

1.4 berikan asupan

cairan oral

1.5 anjurkan

kepatuhan

terhadap diet

1.6 kolaborasi

pemberian terapi

obat dan insulin

waspada terhadap

keadaanya

Pasien hanya diam

saat ditanya tentang

penyakit dm yang

dideritanya

Pasien hanya diam saat

ditanya tentang penyakit

dm yang dideritanya

Page 67: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

54

2 06 Mei 2019

Defisit nutrisi

berhubungan

dengan kurangnya

asupan makanan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 3 x 24

jam diharapkan

Defisit nutrisi klien

teratasi dengan

kriteria hasil :

1. Klien

menghabiskan

1 porsi

makananya

2. Tidak ada

tanda mal

nutrisi

3. Mual

berkurang

4. Nafsu makan

meningkat

5. Kulit dan bibir

klien tidak

kering

Manajemen Nurisi

(I.03119 )

2.1 Kaji adanya alergi

makanan

2.2 Beri informasi

tentang kebutuhan

nutrisi

2.3 Monitor turgor kulit

2.4 Monitor mual dan

muntah

2.5 Monitor kadar

albumin

2.6 Monitor konjungtiva

2.7 Anjurkan klien

makan sedikit tapi

sering

2.8 Anjurkan klien

minum air hangat

3 06 Mei 2019

Resiko jatuh b.b

perubaahan kadar

glukosa darah

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 3x24

jam di harapkan

Tidak ada kejadian

jatuh dengan

kriteria hasil :

1. Tidak ada

kejaadian

jatuh 2. Klien

meningkat dalam aktifitas

fisik

3. Klien mampu

melakukan

ADL secara

mandiri

Pencegahan Jatuh

(I.14540 )

3.1 memonitor tanda –

tanda vital

3.2 identifikasi faktor

resiko jatuh

3.3 identifikasi faktor

lingkungan yang

meningkatkan jatuh

3.4 hitung resiko jatuh

menggunakan skala

3.5 pasang pagar

pengaman tempat

tidur

3.6 atur posisi tempat

tidur mekanis pada

posisi terendah

3.7 libatkan keluarga

dalam kebutuhan

adl pasien

Page 68: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

55

4 06 Mei 2019

Defisit

pengetahuan

tentang penyakit

dm yang

dideritanya

berhubungan

dengan kurang

terpapar informasi

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 3 x 24

jam diharapkan

Defisit pengetahuan

klien teratasi

dengan kriteria

hasil :

1. Klien

mengungkapka

n pemahaman

tentang

penyakitnya

Edukasi Proses

penyakit (I.12438)

4.1 Berikan penilaian

tentang tingkat

pengetahuan pasien

mengenai proses

penyakit

4.2 Jelaskan

Patofisiologi

penyakit dengan

cara yang tepat

4.3 Gambarkan tanda

gejala yang muncul

pada penyakit

dengan cara yang

tepat

4.4 Melakukan

pendidikan

kesehatan

Berdasarkan tabel 4.8 setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan pada

pasien 1 dan pasien 2, dibuat perencanaan tindakan keperwatan sesuai dengan

masing-masing diagnosa yang ditemukan pada klien tersebut.

4.1.5 Pelaksanaan

Tabel 4.9 Pelaksaan Pasien 1 dengan DM Type II di RSUD Abdul Wahab

Sjahrani Samarinda

No

Tanggal

/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf

1. 06/05/19

09.00

3.8 Mengukur tanda – tanda

vital

TD : 140/90 mmHg

RR : 19x/menit

N : 92x/menit

S : 36 0C

2. 09.10

1.2 memebrikan obat oral

Mitformin dan injeksi

Metoclopramiden

Dalam pemberian obat tidak ada

alergi.

3. 09.15 3.2 mengidentifikasi faktor

resiko jatuh Pasien mengatakan pusing dan lemas

4. 09.20 3.3 mengidentifikasi faktor

lingkungan yang

Handrail tempat tidur terpsang, roda

tempat tidur terkunci

Page 69: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

56

meningkatkan jatuh

5. 09.20

3.4 menghitung resiko jatuh

menggunakan skala Skala mors 55

6. 09.25

3.5 memastikan pagar

pengaman tempat tidur

terpasang

Pagar tempat tidur terpasang

7. 09.25

3.6 mengatur posisi tempat tidur

mekanis pada posisi

terendah

Tempat tidur pada posisi terendah

8.

09.25

3.8 melibatka keluarga dalam

pemenuhan ADL pasien

Keluarga mengerti

9. 12.00 3.1 mengukur tanda vital

TD : 130/90 mmHg

RR : 20x/menit

N : 88x/menit

S : 36 0C

10. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu

makan

11. 12.20

2.2 megidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan

Pasien mengatakan tidak ada alergi

makanan

12. 12.22 1.6 memberikan insulin apidra 4

unit

Kadar glukosa pasien menurun

13. 12.30

1.2 memonitor tanda

hiperglikemi

Pasien mengatakan sering minum dan

serng BAK

14. 12.35

1.3 memonitor intake dan output

cairn

I :2515,14

O :2456

B : + 59.14

15. 12.40

1.4 menganjurkan pasien untuk

mengasup cairan oral

Pasien mengatakan mengerti

16. 13.00

2.6 memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium

Albumin : 2.6

No

Tanggal

/jam

Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf

1. 07/05/19

09.00

3.8 Mengukur tanda – tanda

vital

TD : 130/90 mmHg

RR : 19x/menit

N : 92x/menit

S : 36 0C

Page 70: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

57

13. 09.10 1.2 memebrikan obat oral

Mitformin dan injeksi

Metoclopramiden

Dalam pemberian obat tidak ada

alergi.

14. 09.15 3.2 mengidentifikasi faktor

resiko jatuh

Pasien mengatakan pusing dan lemas

15. 09.20 3.3 mengidentifikasi faktor

lingkungan yang

meningkatkan jatuh

Handrail tempat tidur terpsang, roda

tempat tidur terkunci

16. 09.20 3.4 menghitung resiko jatuh

menggunakan skala Skala mors 55

17. 09.25 3.6 memastikan pagar

pengaman tempat tidur

terpasang

Pagar tempat tidur terpasang

18. 09.25 3.6 mengatur posisi tempat tidur

mekanis pada posisi

terendah

Tempat tidur pada posisi terendah

19.

09.25 3.9 melibatka keluarga dalam

pemenuhan ADL pasien

Keluarga mengerti

20. 12.00 3.1 mengukur tanda vital TD : 130/90 mmHg

RR : 20x/menit

N : 88x/menit

S : 36 0C

21. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu

makan

22. 12.20 2.2 megidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan

Pasien mengatakan tidak ada alergi

makanan

23. 12.22 1.6 memberikan insulin apidra 4

unit

Kadar glukosa pasien menurun

13. 12.30 1.2 memonitor tanda

hiperglikemi

Pasien mengatakan sering minum dan

serng BAK

14. 12.35 1.3 memonitor intake dan output

cairan

I :2515,14

O :2456

B : + 59.14

15. 12.40 1.4 menganjurkan pasien untuk

mengasup cairan oral

Pasien mengatakan mengerti

16. 13.00

2.6 memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium

Albumin : 2.6

17. 13.30 4.4 melakukan pendidikan Pasien belum bisa mengulang apa yang di

Page 71: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

58

kesehatan katakan perawat

No

Tanggal

/jam

Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf

1. 08/05/19

09.00

3.8 Mengukur tanda – tanda

vital

TD : 130/90 mmHg

RR : 19x/menit

N : 90x/menit

S : 36 0C

24. 09.10 1.2 memebrikan obat oral

Mitformin dan injeksi

Metoclopramiden

Dalam pemberian obat tidak ada

alergi.

25. 09.15 3.2 mengidentifikasi faktor

resiko jatuh

Pasien mengatakan pusing dan lemas

26. 09.20 3.3 mengidentifikasi faktor

lingkungan yang

meningkatkan jatuh

Handrail tempat tidur terpsang, roda

tempat tidur terkunci

27. 09.20 3.4 menghitung resiko jatuh

menggunakan skala Skala mors 55

28. 09.25 3.7 memastikan pagar

pengaman tempat tidur

terpasang

Pagar tempat tidur terpasang

29. 09.25 3.6 mengatur posisi tempat tidur

mekanis pada posisi

terendah

Tempat tidur pada posisi terendah

30.

09.25 3.10 melibatka keluarga dalam

pemenuhan ADL pasien

Keluarga mengerti

31. 12.00 3.1 mengukur tanda vital D : 130/80 mmHg

RR : 18x/menit

N : 85x/menit

S : 36 0C

32. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu

makan

33. 12.20 2.2 megidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan

Pasien mengatakan tidak ada alergi

makanan

34. 12.22 1.6 memberikan insulin apidra 4

unit

Kadar glukosa pasien menurun

13. 12.30 1.2 memonitor tanda

hiperglikemi

Pasien mengatakan sering minum dan

serng BAK

Page 72: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

59

14. 12.35 1.3 memonitor intake dan output

cairn

I :2815,14

O :2456

B : + 359.14

15. 12.40 1.4 menganjurkan pasien untuk

mengasup cairan oral

Pasien mengatakan mengerti

16. 13.00

2.6 memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium

Albumin : 2.6

17. 13.30 4.4 melakukan pendidikan

kesehatan

Pasien belum bisa mengulang apa yang di

katakan perawat

Pada tabel 4.9 setelah melakukan penegakkan diagnose keperawatan pada pasien

1 dibuat perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan masing-masing

diagnosa yang ditemukan pada klien tersebut.

Tabel 4.10 Pelaksanaan Pasien 2 dengan Diabetes Militus

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

No

Tanggal

/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf

1. 06/05/19

09.30

3.8 Mengukur tanda – tanda

vital

TD : 140/90 mmHg

RR : 19x/menit

N : 92x/menit

S : 36 0C

4. 09.35 3.2 mengidentifikasi faktor

resiko jatuh Pasien mengatakan pusing dan lemas

5. 09.40

3.3 mengidentifikasi faktor

lingkungan yang

meningkatkan jatuh

Handrail tempat tidur terpsang, roda

tempat tidur terkunci

6. 09.40

3.4 menghitung resiko jatuh

menggunakan skala Skala mors 55

7. 09.45

3.8 memastikan pagar

pengaman tempat tidur

terpasang

Pagar tempat tidur terpasang

8. 09.45

3.6 mengatur posisi tempat tidur

mekanis pada posisi

terendah

Tempat tidur pada posisi terendah

9. 09.25 3.11 melibatka keluarga dalam Keluarga mengerti

Page 73: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

60

pemenuhan ADL pasien

10. 12.00 3.1 mengukur tanda vital

TD : 130/90 mmHg

RR : 20x/menit

N : 88x/menit

S : 36 0C

11. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu

makan

12. 12.20

2.2 megidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan

Pasien mengatakan tidak ada alergi

makanan

13. 12.22

1.6 memberikan insulin

nevorapid 4 unit

Kadar glukosa pasien menurun

14. 12.30

1.2 memonitor tanda

hiperglikemi

Pasien mengatakan sering minum dan

serng BAK

15. 12.35

1.3 memonitor intake dan output

cairn

I :2115,14

O :2456

B : + 343.14

16. 12.40

1.4 menganjurkan pasien untuk

mengasup cairan oral

Pasien mengatakan mengerti

17. 13.00

2.6 memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium

Albumin : 3.0

No

Tanggal

/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf

1 07/05/19

09.30

3.8 Mengukur tanda – tanda

vital

TD : 140/90 mmHg

RR : 19x/menit

N : 92x/menit

S : 36 0C

2. 09.35 3.2 mengidentifikasi faktor

resiko jatuh Pasien mengatakan pusing dan lemas

3. 09.40

3.3 mengidentifikasi faktor

lingkungan yang

meningkatkan jatuh

Handrail tempat tidur terpsang, roda

tempat tidur terkunci

4. 09.40

3.4 menghitung resiko jatuh

menggunakan skala Skala mors 55

5. 09.45 3.9 memastikan pagar

pengaman tempat tidur

Pagar tempat tidur terpasang

Page 74: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

61

terpasang

6. 09.45

3.6 mengatur posisi tempat tidur

mekanis pada posisi

terendah

Tempat tidur pada posisi terendah

7. 09.25 3.12 melibatka keluarga dalam

pemenuhan ADL pasien

Keluarga mengerti

8. 12.00 3.1 mengukur tanda vital

TD : 130/90 mmHg

RR : 20x/menit

N : 88x/menit

S : 36 0C

9. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu

makan

10. 12.20

2.2 megidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan

Pasien mengatakan tidak ada alergi

makanan

11. 12.22

1.6 memberikan insulin

nevorapid 4 unit

Kadar glukosa pasien menurun

12. 12.30

1.2 memonitor tanda

hiperglikemi

Pasien mengatakan sering minum dan

serng BAK

13. 12.35

1.3 memonitor intake dan output

cairn

I :2115,14

O :2456

B : + 343.14

14. 12.40

1.4 menganjurkan pasien untuk

mengasup cairan oral

Pasien mengatakan mengerti

15. 13.00

2.6 memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium

Albumin : 3.0

16` 13.30

4.6 melakukan pendidikan

kesehatan

Keluarga pasieen mengatakan mengerti

No

Tanggal

/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf

2. 08/05/19

09.30

3.8 Mengukur tanda – tanda

vital

TD : 130/90 mmHg

RR : 19x/menit

N : 90x/menit

S : 36 0C

4. 09.35 3.2 mengidentifikasi faktor Pasien mengatakan pusing dan lemas

Page 75: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

62

resiko jatuh

5. 09.40

3.3 mengidentifikasi faktor

lingkungan yang

meningkatkan jatuh

Handrail tempat tidur terpsang, roda

tempat tidur terkunci

6. 09.40

3.4 menghitung resiko jatuh

menggunakan skala Skala mors 55

7. 09.45

3.10 memastikan pagar

pengaman tempat tidur

terpasang

Pagar tempat tidur terpasang

8. 09.45

3.6 mengatur posisi tempat tidur

mekanis pada posisi

terendah

Tempat tidur pada posisi terendah

9. 09.25 3.13 melibatka keluarga dalam

pemenuhan ADL pasien

Keluarga mengerti

10. 12.00 3.1 mengukur tanda vital

TD : 130/90 mmHg

RR : 20x/menit

N : 88x/menit

S : 36 0C

11. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu

makan

12. 12.20

2.2 megidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan

Pasien mengatakan tidak ada alergi

makanan

13. 12.22

1.6 memberikan insulin

nevorapid 4 unit

Kadar glukosa pasien menurun

14. 12.30

1.2 memonitor tanda

hiperglikemi

Pasien mengatakan sering minum dan

serng BAK

15. 12.35

1.3 memonitor intake dan output

cairn

I :2115,14

O :2456

B : + 343.14

16. 12.40

1.4 menganjurkan pasien untuk

mengasup cairan oral

Pasien mengatakan mengerti

17. 13.00

2.6 memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium

Albumin : 3.0

Berdasarkan tabel 4.10 tabel diatas bahwa intervensi yang dilakukan berdasarkan

dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan

Page 76: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

63

keperawatan sesuai intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Implementasi pada pasien 1 dilakukan selama 3 hari dirumah sakit pada tanggal

06-08 Mei 2019, dan pasien ke 2 dilakukan selama 3 hari dirumah sakit dari

tanggal 06-08 Mei 2019.

4.1.6 Evaluasi

Tabel 4.11 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 1 dengan Diabetes

Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Hari/

Jam

Diagnosa

Keperawatan

Evaluasi ( SOAP ) Paraf

Hari 1

11.00

Dx 1

Ketidak

stabilan

kadar

glukosa

darah

DX I

S : - pasien mengatakan sering minum karena haus

- Pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol

aqua besar

- Pasien mengatakan sering buang air kecil

O : - I : 2455,14

- O : 2116

- B : + 339.14

- GDS : 06.00 235 & 22.00 164

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1.1 monitor kadar glukosa darah

1.2 monitor tanda –tanda hiperglikemia

1.3 monitor intake dan output cairan

1.4 berikan asupan cairan oral

1.5 anjurkan kepatuhan terhadap diet

1.6 kolaborasi pemberian terapi obat dan

insulin

12.00 Dx II

Defisit

nutrisi

DX II

S : - pasien mengatakan tidak nafsu makan

O : - Penurunan BB 10 kG

- Pasien hanya menghabiskan 1/4 porsi makananya

- A: Lila: 24 cm

BB : 45 kg

TB : 165cm

-B: Hb : 12.9 g/dl

Ht : 35.4 %

Albumin : 2.6 g/dl

GDS : 244

-C: Bibir : Kering

Kulit : Kulit kaki dan tangan kering

Konjungtiva: Anemis

Rambut : Rapuh

A : Masalah belum teratasi

Page 77: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

64

P : Lanjutkan Intervensi

1.3 Monitor turgor kulit

1.4 monitor mual muntah

1.6 monitor konjungtiva

10.30 Dx III

Resiko

Jatuh

DX III

S : - keluarga pasien mengatakan saat ke wc pasien

di bantu keluarga

O : - tidak ada kejadian jatuh

- pagar tempat tidur terpasang

- roda tempat tidur terkunci

- tempat tidur dalam posisi terendah

A : masalah tidak terjadi

P : pertahankan intervensi

12.00

Dx IV

Kurang

Pengetahuan

DX V

S : - Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan

pendidikan kesehatan tentang dm

- Pasien bertanya tentang kondisi penyakit dan lukanya

- Pasien mengatakan kurang begitu paham tentang

penyakit yang dideritanya

O:- Pasien terlihat tidak tenang

- Pasien tampak waspada terhadap keadaannya

- Pasien hanya diam saat ditanya tentang penyakit dm

yang dideritanya

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

5.3 Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat

Hari ke

2

Diagnosa

Keperawatan

Evaluasi (SOAP) Paraf

10.00 Dx I DX I

S : - pasien mengatakan sering minum karena haus

- Pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol

aqua besar

- Pasien mengatakan sering buang air kecil

O : - I : 2815,14

- O : 2456

- B : + 359.14

- GDS : 06.00 140 & 22.00 243

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1.7 monitor kadar glukosa darah

1.8 monitor tanda –tanda hiperglikemia

1.9 monitor intake dan output cairan

1.10 anjurkan kepatuhan terhadap diet

1.11 kolaborasi pemberian terapi obat dan

Page 78: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

65

insulin

12.30 Dx II DX II

S : - pasien mengatakan tidak nafsu makan

O : - pasien mengatakan selama sakit baju pasien terasa

longgar

- Pasien hanya menghabiskan 1/2 porsi makananya

- A: Lila: 24 cm

BB : 45 kg

TB : 165cm

-B: Hb : 12.9 g/dl

Ht : 35.4 %

Albumin : 2.6 g/dl

GDS : 140

-C: Bibir : Kering

Kulit : Kulit kaki dan tangan kering

Konjungtiva: Anemis

Rambut : Rapuh

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

1.3 Monitor turgor kulit

1.4 monitor mual muntah

1.6 monitor konjungtiva

11.00 Dx III DX III

S : -

O : - tidak ada kejadian jatuh

- pagar tempat tidur terpasang

- roda tempat tidur terkunci

- tempat tidur dalam posisi terendah

A : masalah tidak terjadi

P : pertahankan intervensi

11.30 Dx IV DX IV

S : Pasien mengatakan mulai memahami tentang proses

penyakit dm yang dideritanya

O: Pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan yang

diajukan perawat sesuai informasi yang telah

disampaikan

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

Hari ke

3

10.10

Dx I DX I

S : - pasien mengatakan sering minum karena haus

- Pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol

aqua besar

- Pasien mengatakan sering buang air kecil

O : - I : 2515,14

- O :1956

- B : + 559.14

- GDS : 06.00 199 & 22.00 232

A : Masalah teratasi sebagian

Page 79: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

66

P : lanjutkan intervensi

1.1 monitor kadar glukosa darah

1.2 monitor tanda –tanda hiperglikemia

1.3 monitor intake dan output cairan

1.4

1.5 berikan asupan cairan oral

1.6 anjurkan kepatuhan terhadap diet

1.7 kolaborasi pemberian terapi obat dan insulin

12.00 Dx II DX II

S :- Pasien mengatakan mual mulai berkurang

O: - Pasien menghabiskan 1 porsi makananya

- A : LILA :24

BB : 45 Kg

TB : 165 cm

- B: HB : 12.9 g/ dl

HT : 37.0 %

Albumin : 3.5 g /dl

GDS : 199

- C : Bibir :Kering

Kulit:Kaki kering

Konjungtiva: merah muda

Rambut:Rapuh

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

1.4 monitor mual muntah

1.6 monitor konjungtiva

11.00 Dx III S : - keluarga pasien mengatakan saat ke wc pasien

di bantu keluarga

O : - tidak ada kejadian jatuh

- pagar tempat tidur terpasang

- roda tempat tidur terkunci

- tempat tidur dalam posisi terendah

A : masalah tidak terjadi

P : pertahankan intervensi

13.00 Dx V DX V

S : Pasien mengatakan sudah mualai paham mengenai

penyakit dm yang dideritanya

O: Pasien dapat mengulang beberapa informasi tentang

penyakit dm yang telah disampaikan perawat

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

Page 80: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

67

Tabel 4.12 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 2 dengan Diabetes

Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Hari/

Jam

Diagnosa

Keperawatan

Evaluasi ( SOAP ) Paraf

Hari ke

1

13.00

Dx I DX I

S : - pasien mengatakan sering minum karena haus

- Pasien mengatakan sering haus dan banyak

minum

- Pasien mengatakan sering buang air kecil

O : - I : 2515,14

- O : 2456

- B : + 56.14

- GDS : 06.00 248 & 22.00 164

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1.12 monitor kadar glukosa darah

1.13 monitor tanda –tanda hiperglikemia

1.14 monitor intake dan output cairan

1.15 berikan asupan cairan oral

1.16 anjurkan kepatuhan terhadap diet

1.17 kolaborasi pemberian terapi obat dan

insulin

13.30 Dx II DX II

S : - Pasien mengatakan nafsu makan menurun, setiap

makan pasien merasa mual

- pasien mengatakan cepat merasa kenyang setelah

makan

- pasien mengatakan selama dirawat baju klien terasa

longgar

O :- BB menurun sebanyak 10 kg

A: Lila: 26.5 cm

BB : 46 kg

TB : 160cm

B: Hb : 13.7 g/dl

Ht : 37.7 %

Albumin : 3.0 g/dl

GDS : 248

C: Bibir : Kering

Kulit : Kulit tangan dan kaki kering

Konjungtiva: anemis

Rambut : Rapuh

- Klien hanya menghabiskan makananya sebanyak

1/4 porsi

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

1.3 Monitor turgor kulit

1.4 Monitor mual muntah

1.5 Monitor albumin

1.6 Monitor konjungtiva

1.7 Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

Page 81: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

68

1.8 Anjurkan klien minum air hangat

14.30 Dx III DX III

S : - keluarga pasien mengatakan saat ke wc pasien

di bantu keluarga

- pasien mengatakan ingin di pasang selang

kencing

O : - tidak ada kejadian jatuh

- pagar tempat tidur terpasang

- roda tempat tidur terkunci

- tempat tidur dalam posisi terendah

- pasien nampak lemas

A : masalah tidak terjadi

P : lanjutkan intervensi

3.1 memonitor tanda – tanda vital

3.2 identifikasi faktor resiko jatuh

3.3 identifikasi faktor lingkungan yang

meningkatkan jatuh

3.4 hitung resiko jatuh menggunakan skala

3.5 pasang pagar pengaman tempat tidur

3.6 atur posisi tempat tidur mekanis pada

posisi terendah

3.7 libatkan keluarga dalam kebutuhan adl

pasien

14.50 Dx IV DX IV

S : - Pasien bertanya tentang kondisi penyakit

- Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan

pendidikan kesehatan mengenai penyakit dm yang

dideritanya

- Pasien mengatakan kurang begitu paham tentang

penyakit dm yang dideritanya

O: - Pasien terlihat tidak tenang

- Pasien tampak waspada terhadap penyakitnya

- Pasien hanya diam saat ditanya tentang penyakit dm

yang dideritanya

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

5.2 Jelaskan patofisiologi penyakit dengan cara yang

tepat

5.4 Melakukan pendidikan kesehatan

Hari ke

2

13.00

Dx I DX I

S : - pasien mengatakan sering minum karena haus

- Pasien mengatakan sering haus dan banyak

minum

- Pasien mengatakan sering buang air kecil

O : - I : 2515,14

- O : 2456

- B : + 56.14

- GDS : 06.00 248 & 22.00 164

A : Masalah belum teratasi

Page 82: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

69

P : lanjutkan intervensi

1.18 monitor kadar glukosa darah

1.19 monitor tanda –tanda hiperglikemia

1.20 monitor intake dan output cairan

1.21 berikan asupan cairan oral

1.22 anjurkan kepatuhan terhadap diet

1.23 kolaborasi pemberian terapi obat dan

insulin

14.00 Dx II DX II

S :- Pasien mengatakan mual dan muntah mulai berkurang

O :- BB turun 10 kg

- A: Lila: 6.5 cm

BB : 46 kg

TB : 160cm

B: Hb : 13.7 g/dl

Ht : 37.7 %

Albumin : 3.0 g/dl

GDS : 180

C: Bibir : Lembab

Kulit : Kulit tangan dan kaki kering

Konjungtiva: merah muda

Rambut : Rapuh

- Pasien hanya menghabiskan makananya sebanyak

1/2 porsi

A : Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1.3 Monitor turgor kulit

1.4 Monitor mual muntah

1.5 Monitor albumin

1.6 Monitor konjungtiva

1.7 Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

1.8 Anjurkan klien minum air hangat

14.20 Dx III DX III

S : -

O : - tidak ada kejadian jatuh

- pagar tempat tidur terpasang

- roda tempat tidur terkunci

- tempat tidur dalam posisi terendah

- pasien terpasang selang kateter

A : masalah tidak terjadi

P : pertahankan intervensi

14.30

Dx V DX V

S : - Pasien mengatakan sudah mulai paham mengenai tanda

gejala penyakit dm yang dideritanya

O: - Pasien dapat mengulang beberapa informasi yang telah

disampaikan perawat

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

5.5 Melakukan pendidikan kesehatan

Hari ke

3

Dx I DX I

S : - pasien mengatakan sering minum kurang lebih 1 boto

Page 83: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

70

12.00 aqua besar

O : - I : 2015,14

- O : 2456

- B : + 1956

- GDS : 06.00 180 & 22.00 168

A : Masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi

1.1 monitor kadar glukosa darah

1.2 monitor tanda –tanda hiperglikemia

1.3 monitor intake dan output cairan

1.4 berikan asupan cairan oral

1.5 anjurkan kepatuhan terhadap diet

1.6 kolaborasi pemberian terapi obat dan

insulin

12.20 Dx II DX II

S :- Pasien mengatakan mual dan muntah mulai berkurang

O :- - BB turun 10 kg

- A: Lila: 26.5 cm

BB : 46 kg

TB : 160 cm

B: Hb : 12.0 g/dl

Ht : 37.0 %

Albumin : 3.5 g/dl

GDS : 155

C: Bibir : lembab

Kulit : Kulit tangan dan kaki kering

Mata : Konjungtiva merah muda

Rambut : Rapuh

- Klien menghabiskan 1 porsi makananya

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

1.3 Monitor turgor kulit

1.4 Monitor mual muntah

1.7 Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

1.8 Anjurkan klien minum air hangat

10.10 Dx III DX III

S : -

O : - tidak ada kejadian jatuh

- pagar tempat tidur terpasang

- roda tempat tidur terkunci

- tempat tidur dalam posisi terendah

- pasien terpasang selang kateter

A : masalah tidak terjadi

P : pertahankan intervensi

Page 84: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

71

12.40 Dx IV DX IV

S : Klien mengatakan sudah mulai paham mengenai

penyakit dm yang dideritanya

O: Klien dapat mengulangi beberapa informasi tentang

penyakit dm yang telah disampaikan perawat

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

Tabel diatas menjelaskan bahwa pada klien 1 dilakukan asuhan keperawatan

selama 3 hari, evaluasi pada klien satu menunjukan 2 diagnosa keperawat teratasi,

dan 2 diagnosa keperawatan teratasi sebagian,. Pada klien 2 dilakukan perawatan

selama 3 hari, Evaluasi klien 2 diagnosa yang teratasi 2, teratasi sebagian 2.

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian

maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada klien 1 dan 2

dengan kasus Diabetes Millitus yang telah dilakukan sejak tanggal 06-08 Mei

2019 diruangan Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Kegiatan

yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

4.2.1 Pengkajian

Ketidak Stabilan kadar glukosa darah pada pengkajian pasien pertama keluhan

subjektif yaitu pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kecil, pasien

mengeluh lemas dan keluhan objektif yaitu pasien nampak sering minum, nampak

lelah lemas, kadar glukosa dalam darah tinggi 244.

Pada pengkajian pasien kedua keluhan subjektif pasien mengeluh merasa lemas

dan lelah, pasien mengeluh sering minum sehingga pasien sering biang air kecil.

Page 85: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

72

Keluhan objektif pasien terlihat lemas dan lelah, pasien sering minum dan buang

air kecil,kadar glukosa dalam darah tinggi 248.

Hal ini sesuai menurut teori Dalimatha (2007) pada penyakit Diabetes Militus

yang memiliki tanda dan gejala sering haus,sering buang air kecil, mual, lelah atau

lemah, dan kadar glukosa dalam darah/urine tinggi.

Berdasarkan pendapat penulis terhadap kesamaan dan kesenjagan antara kasus

peneliti temukan dengan teori yang dikemukakan pada klien diabetes militus

dengan ketidak Stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin yaitu, pasien merasa haus, pasien sering buang air kecil, pasien merasa

lemah dan lelah,dan glukosa dalam darah pasien tinggi.

Gangguan nutrisi pada pengkajian pasien pertama keluhan subjektifnya yaitu klien

mengeluh mual,perut terasa kenyang saat makan, dan keluhan objektif, penurunan

berat badan 10 kg, kulit kering, bibir kering, pemeriksaan antroprometri lingkar

lengan 24 cm, berat badan 45 kg, tinggi badan 165 cm, pemeriksaan hemoglobin

12.9 g/dl, albumin 2,6 g/dl, bibir kering, kulit kaki tangan kering, dan konjungtiva

anemis.

Pada pengkajian pasien kedua keluhan subjektif nafsu makan menurun

dikarenakan mual, perut terasa kenyang, dan keluhan objektif pemeriksaan

antroprometri lingkar lengan 26.5 cm, berat badan 48 kg, tinggi badan 160 cm,

pemeriksaan hemoglobin 13.7 g/dl, albumin 3.0 g/dl, bibir kulit tangan dan kaki

kering, mata anemis .

Page 86: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

73

Hal ini sesuai teori menurut Doenges (2000) pada penyakit Diabetes Militus yang

memiliki tanda dan gejala hilang nafsu makan, mual/muntah, penurunan berat

badan, kulit kering, turgor jelek, distensi abdomen, dan napas berbau aseton.

Berdasarkan pendapat penulis terhadap kesamaan dan kesenjagan antara kasus

peneliti temukan dengan teori yang dikemukakan pada pasien diabetes militus

dengan deficit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu mual,

penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kulit kering, mata anemis,

penurunan hemoglobin, dan rambut rapuh .

Resiko jatuh pada pasien pertama tidak ada keluan subjektif. Keluhan objektif

pasien yaitu dari penilaian skala jatuh menggunakan skala morse berjumlah 55

yang berarti resiko tinggi untuk jatuh, tingginya kadar glukosa dalam darah,

lamanya pasien menderita diabetes, dan kondisi lingkungan pasien saat di rawat.

Pada pasien kedua sama tidak memiliki keluhan subjektif. Keluhan objektif pasien

yaitu dari penilaian skala jatuh menggunakan skala morse berjumlah 55 yang

berarti resiko tinggi untuk jatuh, tingginya kadar glukosa dalam darah, lamanya

pasien menderita diabetes, dan kondisi lingkungan pasien saat di rawat.

Menurut Montana Chronic Disease Prevention & health promotion bireau (2010)

tingginya kadar glukosa dalam darah/urine, serta lamanya seseorang menderita

diabetes melitus dapat meningkatkan potensi unuk jatuh karena semakin lama

seseorang menderita diabetes melitus meningkatkan terjadinya berbagai macam

komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler sehingga dapat

menyebabkan terjadinya penurunan pada sistem keseimbangan tubuh. Demikian

faktor lain seperti tingginya glukosa dalam darah/urine, pengkonsumsian obat-

Page 87: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

74

obatan diabetes, usia, kekuatan dan keseimbangan tubuh, serta lingkungan tempat

tinggal.

Pengkajian diagnosa terakhir klien pertama keluhan subjektifnya yaitu pasien

selalu bertanya mengenai kondisi penyakit dikarenakan belum pernah mengalami

penyakit ini sebelumnya serta kurang begitu paham tentang penyakit diabetes

melitus yang dideritanya keluhan objektif pasien tidak terlihat tenang. Pada pasien

kedua keluhan subjektif yaitu pasien kurang begitu memahami mengeni penyakit

diabetes mellitus data objektif pasien tidak tenang dan hanya diam saat ditanya

mengenai penyakit dm yang dideritanya

Menurut Notoadmodjo (2004), Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

diabetes mellitus mengakibatkan masyarakat baru sadar terkena penyakit diabetes

mellitus setelah mengalami sakit parah Menurut penulis klien yang tidak

memahami mengenai kondisi penyakit yang dideritanya maka sulit untuk

dilakukan pencegahan terjadinya luka maka sesuai fakta dengan teori yang

dikemukakan.

Maka kesimpulan penulis mengenai keluhan subjektif serta objektif yang terjadi

pada pasien diabetes militus dengan teori menurut beberapa penelitian sesuai

antara teori dan fakta.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dalam SDKI (2017)

terdapat 10 diagnose keperawatan yang muncul pada kasus diabetes millitus yaitu,

defisit nutrisi, resiko syok, gangguan intergritas kulit dan jaringan, resiko infeksi,

retensi urin, perfusi perifer tidak efektif, resiko ketidakseimbangan elektrolit,

Page 88: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

75

ketidakstabilan kadar glukosa darah, Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak

Efektif, dan Resiko perfusi renal tidak efektif.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawatan

yang ditegakkan pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu ketidakstabilan kadar glukosa

darah berhubungan dengan resistensi insulin, Defisit Nutrisi berhubungan dengan

kurang asupan makanan, resiko jatuh berhubungan dengan perubahan kadar

glukosa darah dan Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

Berikut pembahasan diagnose yang muncul sesuai teori pada kasus pasien 1 dan 2

yaitu :

4.2.2.1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin

Dimana kedua pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kecil, pasien

mengeluh lemas dan keluhan objektif yaitu pasien nampak sering minum, nampak

lelah lemas, dan kadar glukosa dalam darah tinggi . ketidak stabilan kadar glukosa

darah pada diabetes melitus di sebabkan karena pasien yang mengalami risistensi

insulin tidak dapat mempertahan kan kadar glukosa plasma. Pada hiperglikemia

parah, akan timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan menyebabkan deuresis

osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,

potassium, dan pospat resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah dengan cara

insulin terikat dengan reseptor khusus permukaan sel.

Page 89: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

76

Menurut penulis pasien yang memiliki diabetes mellitus berisiko terjadinya

ketidak stabilan kadar gula darah dikarenakan terganggunya kestabilan glukosa

dalam darah yang disebabkan kekurangan insulin yang di hasilkan oleh kelenjar

pankreas.

4.2.2.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

Dimana kedua pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun, perut terasa penuh,

kulit kering, berat badan turun, hemoglobin normal, konjungtiva anemis. Defisit

nutrisi pada diabetes melitus disebabkan karena ketidakmampuan dalam mendapat

dan mengolah makanan, kurang pengetahuan mengenai gizi esensial dan diet

seimbang, tidak nyaman selama atau setelah makan, disfagia, anoreksia

(kehilangan nafsu makan), mual atau muntah, dan sebagainya.

Pencernaan dan penyerapan zat gizi yang tidak sesuai disebabkan karena produksi

hormon yang tidak memadai. Defisit nutrisi dihubungkan dengan penurunan berat

badan yang mencolok, kelemahan umum, perubahan kemampuan fungsional,

kelambatan penyembuhan luka, peningkatan kerentanan terhadap infeksi, dan

perpanjangan rawat inap (Barbara et al., 2011). Pada diabetes sel-sel

membutuhkan insulin untuk membawa glukosa hanya sekitar 25% untuk energi.

Kecuali jaringan saraf, eritrosit dan sel-sel usus, hati dan tubulus ginjal tidak

membutuhkan insulin untuk trasport glukosa. Sel-sel lain sepeti, jaringan adipose,

otot jantung membutuhkan insulin untuk transport glukosa.

Tanpa adekuatnya jumlah insulin, banyak glukosa tidak dapat digunakan, supaya

terjadi keseimbangan agar gula darah kembali menjadi normal maka tubuh

mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada dalam urin

Page 90: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

77

(glukosuria) (Tarwoto, 2012). Glukosa yang hilang bersamaan dengan urin

menyebabkan terjadinya penurunan berat badan, hal ini menyebabkan berisiko

terjadinya defisit nutrisi (Khasanah, Purwanti, & Sunarto, 2016).

Menurut penulis pasien yang memiliki diabetes mellitus berisiko terjadinya deficit

nutrisi dikarenakan kemampuan tubuh tidak stabil dalam mengelolah asupan

nutrisi secara menyeluruh.

4.2.2.3 Resikojatuh berhubungan dengan perubahan kadar glukosa darah

Diagnosa ini muncul karena dari penilaian skala mors kedua pasien beresiko

jatuh, mengeluh lemas, dan lelah, kaki kesemutan, sering buang air kecil dan

kondisi lingkungan rumah sakit yang licin.

Diabetes melitus adalah penyakit yang disebebkan oleh penurunan kadar hormon

insulinyang di produksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan

meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa

yang di konsumsi oleh tubuh tidak dapat di proses secara sempurna sehingga

konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Meningkatnya kadar glukosa

pada darah mengakibatkan pasien merasa lemas,lemah pusing mual, sehingga

sangat beresiko untuk jatuh.

Menurut penulis pasien yang memiliki diabetes mellitus berisiko jatuh

dikarenakan kemampuan tubuh tidak stabil dalam beraktivitas.

4.2.2.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa ini muncul karena kedua klien tidak tau mengenai kondisi penyakit dan

lukanya bisa sembuh dikarenakan belum pernah diberikan pendidikan kesehatan

tentang diabetes melitus.

Page 91: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

78

Tingginya jumlah penderita diabetes melitus antara lain disebabkan oleh

perubahan gaya hidup masyarakat, tingkat pengetahuan rendah, kesadaran untuk

melakukan deteksi dini penyakit diabetes mellitus yang kurang, minimnya

aktivitas fisik dan pengaturan pola makan tradisional yang mengandung banyak

karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan kebarat-baratan, dengan

komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam,

dan sedikit mengandung serat (Sudoyo, 2006).

Menurut penulis tingkat pengetahuan pasien dilihat dari lama, dan pengalaman

pasien memiliki penyakit diabetes mellitus.

4.2.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan

masalah keperawatan ketidak stabilan kadar glukosa darah berdasarkan criteria

hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan urine output,

bibir lembap, tidak ada peningkatan kadar glukosa darah. Rencana tindakan

dalam ketidak stabilan kadar glukosa darah meliputi: monitor kadar glukosa

darah, monitor tanda –tanda hiperglikemia, monitor intake dan output cairan,

berikan asupan cairan oral, anjurkan kepatuhan terhadap diet, kolaborasi

pemberian terapi obat dan insulin

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan

masalah keperawatan deficit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

berdasarkan criteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan deficit nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil: Pasien

Page 92: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

79

menghabiskan 1 porsi makananya, tidak ada tanda mal nutrisi, tidak terjadi

penurunan BB yang berarti, kulit dan bibir klien tidak kering. Rencana tindakan

dalam diagnose deficit nutrisi meliputi: kaji adanya alergi makanan, beri informasi

tentang kebutuhan nutrisi, monitor turgor kulit, monitor mual dan muntah,

monitor kadar albumin, monitor konjugtiva, anjurkan pasien makan sedikit tapi

sering, dan anjurkan pasien minum air hangat.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua klien dengan

masalah keperawatan resiko jatuh berhubungan dengan perubahan kadar glukosa

darah berdasarkan criteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan tidak ada kejadian jatuh dengan kriteria hasil: tidak

ada kejadian jatuh. Rencana tindakan dalam diagnose gangguan mobilitas fisik

meliputi: monitor tanda- tanda vital, monitor resiko jatuh, identifikasi lingkungan

yang meningkatkan jatuh, hitung resiiko jatuh menggunakan skala, pasang

pengaman tempat tidur, atur posisi tempat tidur paa posisi terendah, libatkan

keluarga dalamkebutuhan ADL pasien.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan

masalah keperawatan deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi berdasarkan criteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan deficit pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria

hasil: pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya. Rencana

tindakan dalam diagnose deficit pengetahuan meliputi: berikan penilaian tentang

tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit, jelaskan patofisiologi

Page 93: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

80

penyakit dengan cara yang tepat, gambarkan tanda gejala muncul pada penyakit

dengan cara yang tepat, melakukan pendidikan kesehatan.

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada pasien satu selama 3 hari perawatan pada pasien

satu hari pertama tanggal 06 Mei 2019 jam 09.00 yaitu tindakan mengukur tanda –

tanda vital dengan hasil tekaan darah 140/90 mmHg, pernapasan 19x/menit, nadi

92x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.10 dilakukan tindakan kolaborasi pemberian

obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin melalui oral evaluasi pasien

mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.15 memonitor faktor resiko jatuh

evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam 09.20 mengidentifikasi faktor

lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail tempat tidur terpsang, roda

tempat tidur terkunci, jam 09.20 menghitung resiki jatuh menggunakan skala mors

evaluasi skala jatuh 55, jam 09.25 memastikan pagar tempat tidur terpasangevaluasi

pagar tempat tidur terpasang,jam 09.25 memastikan tempat tidur daalam posisi

terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30 melibatkan

keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam 12.00 mengkur

tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan 20x/menit nadi

88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi pasien

mengatakn tidak napsu makan,jam 12.20 mengidentifikasi alergi dan intoleransi

makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.22 memberikan

terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.30 memonitor tanda hiperglikemi evaluasi

pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam 12.35 memonitor intke dan

output pasien evaluasi input 2515,14 output 2456 belen cairan +59.14. jam 12.40

Page 94: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

81

menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien mengerti, jam 13.00

memonitor hasil pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 2.6

Pada hari kedua tindakan yang dilakukan pada klien satu yaitu jam 09.00 yaitu

tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 140/90 mmHg,

pernapasan 19x/menit, nadi 92x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.10 dilakukan

tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin

melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.15

memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam

09.20 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail

tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.20 menghitung resiki jatuh

menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.25 memastikan pagar tempat

tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 09.25 memastikan tempat

tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30

melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam

12.00 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan

20x/menit nadi 88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi

pasien mengatakn tidak napsu makan,jam 12.20 mengidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.22

memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.30 memonitor tanda

hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam 12.35

memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2815,14 output 2456 belen cairan

+359.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien

mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 2.6,

Page 95: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

82

jam 13.30 memberik pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga evaluasi pasien

mulai mengerti namun tidakdapat mengulang apa yang di sampaikan oleh perawat

Pada hari ketiga tindakan yang dilakukan pada klien satu yaitu jam 09.00 yaitu

tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 130/90 mmHg,

pernapasan 19x/menit, nadi 90x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.10 dilakukan

tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin

melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.15

memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam

09.20 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail

tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.20 menghitung resiki jatuh

menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.25 memastikan pagar tempat

tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 09.25 memastikan tempat

tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30

melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam

12.00 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan

18x/menit nadi 88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi

pasien mengatakn tidak napsu makan,jam 12.20 mengidentifikasi alergi dan

intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.22

memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.30 memonitor tanda

hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam 12.35

memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2815,14 output 2456 belen cairan

+359.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien

mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 2.6,

Page 96: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

83

jam 13.40 memberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit evaluasi pasien dan

keluarga mampu menyebutkan apa yang di terangkanoleh perawat

Tidak semua intervensi terlaksana selama perawatan tiga hari pada klien satu ada

intervensi yang belum dilakukan yaitu diagnose deficit nutrisi berhubungan

dengan kurang asupan makanan ialah memberi informasi tentang kebutuhan

nutrisi, memonitor turgor kulit, kedua intervensi ini tidak dilakukan karena masuk

kedalam pengkajian awal, dan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dijelaskan

bersamaan dengan pendidikan kesehatan pada hari ketiga,

Pada klien dua hari pertama tanggal 06 Mei 2019 jam 09.30 tindakan yang dilakukan

pada klien dua yaitu tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah

140/90 mmHg, pernapasan 19x/menit, nadi 92x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.40

dilakukan tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan

mitformin melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam

09.45 memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas,

jam 09.50 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi

Handrail tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.50 menghitung

resiki jatuh menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.55 memastikan

pagar tempat tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 10.00

memastikan tempat tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam

posisi terendah, 09.30 melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi

pasien mengerti, jam 12.30 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90

mmHg pernapasan 20x/menit nadi 88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor

asupan makanan evaluasi pasien mengatakn tidak napsu makan,jam 12.35

Page 97: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

84

mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada

alergi makan, jam 12.42 memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.40

memonitor tanda hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan

BAK, jam 12.45 memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2115,14 output

2456 belen cairan -343.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral

evaluasi pasien mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

evaluasi albumin 3.0

Pada hari kedua tindakan yang dilakukan pada klien dua yaitu tindakan mengukur

tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 140/90 mmHg, pernapasan

19x/menit, nadi 90x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.40 dilakukan tindakan

kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin melalui

oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.45 memonitor

faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam 09.50

mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail

tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.50 menghitung resiki

jatuh menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.55 memastikan

pagar tempat tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 10.00

memastikan tempat tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien

dalam posisi terendah, 09.30 melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien

evaluasi pasien mengerti, jam 12.30 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan

darah 130/80 mmHg pernapasan 18x/menit nadi 85x/menit suhu 360C, jam 12.20

memonitor asupan makanan evaluasi pasien mengatakn tidak napsu makan,jam

12.35 mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn

Page 98: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

85

tidak ada alergi makan, jam 12.42 memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4

unit,jam 12.40 memonitor tanda hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan

sering minum dan BAK, jam 12.45 memonitor intke dan output pasien evaliasi

input 2815,14 output 2456 belen cairan +359.14. jam 12.40 menganjrkan pasien

untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien mengerti, jam 13.00 memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 3.0,jam 13.30 memberikan penddikan

kesehatan terkait penyakit evaluasi pasien mengerti

Pada hari ketiga tindakan yang dilakukan pada klien dua jam 09.30.00 yaitu

tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 130/90 mmHg,

pernapasan 19x/menit, nadi 90x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.40 dilakukan

tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan

mitformin melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam

09.45 memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan

lemas, jam 09.50 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh

evaluasi Handrail tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.50

menghitung resiki jatuh menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam

09.55 memastikan pagar tempat tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur

terpasang,jam 10.00 memastikan tempat tidur daalam posisi terendah evaluasi

tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30 melibatkan keluarga dalam

pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam 12.30 mengkur tanda vital

pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan 19x/menit nadi

85x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi pasien

mengatakn tidak napsu makan,jam 12.35 mengidentifikasi alergi dan intoleransi

Page 99: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

86

makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.42

memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.40 memonitor tanda

hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam

12.45 memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2015,14 output 1956 belen

cairan +59.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral

evaluasi pasien mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

evaluasi albumin 3.6

Tidak semua intervensi terlaksana selama perawatan tiga hari pada klien dua ada

intervensi yang belum terlaksana yaitu diagnose deficit nutrisi berhubungan

dengan kurang asupan makanan ialah memberi informasi tentang kebutuhan

nutrisi, memonitor turgor kulit, kedua intervensi ini tidak dilakukan karena masuk

kedalam pengkajian awal, dan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dijelaskan

bersamaan dengan pendidikan kesehatan pada hari kedua.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan

4.2.5.1 Ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien satu setelah perawatan selama tiga hari

pada pasien satu keluhan subjektif pasien mengatakan sering minum karena haus,

pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol besar aqua, pasien mengatakan sering

buang air kecil keluhan objektif yaitu cairan input pasien 2515.14 output 1956

belencairan +343.14 kadar glukosa darah pada pukul 06.00 199 dan pada pukul

22.00 232. Masalah teratasi seperti seringnya pasien merasa haus dan buang air

kecil dan kadar glukosa darah yang tinggi.

Page 100: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

87

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien satu setelah perawatan selama tiga hari

pada pasien satu keluhan subjektif pasien mengatakan pasien mengatakan minum

sebanyak 1 botol besar aqua, keluhan objektif yaitu cairan input pasien 2015.14

output 1956 belencairan +59.14 kadar glukosa darah pada pukul 06.00 180 dan

pada pukul 22.00 168

Masalah teratasi seperti seringnya pasien merasa haus dan buang air kecil dan

kadar glukosa darah yang tinggi.

4.2.5.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien satu setelah perawatan selama tiga hari

pada klien satu keluhan subjektif klien mengatakan mual mulai berkurang, klien

menghabiskan 1 porsi makananya data objektif pemeriksaan antroprometri lingkar

lengan 24 cm, berat badan 45 kg, tinggi badan 165 cm, pemeriksaan laboratorium

hemoglobin 12,9 g/dl, hemotokrit 37,0 %, Albumin 3,5 g/dl, Gds 199 g/dl, bibir,

kulit kering, konjugtiva merah muda, dan rambut rontok .Masalah masih sebagian

tertasi sesuai dengan kritera hasil ada masalah yang belum teratasi seperti kulit

kaki dan bibir klien kering.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada klien dua setelah perawatan selama

tiga hari pada klien dua keluhan subjektif klien mengatakan mual muntah mulai

berkurang keluhan objektif pada pemeriksaan antroprometri lingkar lengan 24 cm,

berat badan 42 kg ada penurunan berat badan yaitu 6 kg, tinggi badan 151 cm,

pemeriksaan darah hemoglobin 12 g/dl, hemotokrit 37 %, albumin 3,5 g/dl, gds

155 g/dl, kulit tangan dan kaki kering. Masalah masih sebagian tertasi sesuai

Page 101: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

88

dengan kritera hasil ada masalah yang belum terpenuhi seperti kulit kaki dan bibir

klien kering.

4.2.5.3 Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan kadar glukosa darah

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada klien satu

keluhan objektif tidak ada kejadian jatuh, pagar tempat tidur terpasang, roda

tempat tidur terkunci, tempat tidur dalam posisi terendah. Masalah teratasi sesuai

kriteria hasil yang diinginkan.

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada klien dua

keluhan objektif tidak ada kejadian jatuh, pagar tempat tidur terpasang, roda

tempat tidur terkunci, tempat tidur dalam posisi terendah,pasien terpasang kateter.

Masalah teratasi sesuai kriteria hasil yang diinginkan.

4.2.5.4 Defisit pengetahuan berhungan dengan kurang terpapar informasi

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada klien satu

keluhan subjektif klien mengatakan sudah mulai paham mengenai penyakit yang

dideritanya keluhan objektif klien dapat mengulangi beberapa informasi tentang

penyakit diabetes mellitus yang telah disampaikan perawat. Masalah teratasi

sesuai dengan kritera hasil yang diinginkan.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada

klien dua keluhan subjektif klien mengatakan sudah paham mengenai penyakit

yang dialaminya keluhan objektif klien dapat mengulangi beberapa informasi

tentang penyakit dm yang telah disampaikan . Masalah tertasi sesuai dengan

kritera hasil yang diinginkan.

Page 102: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien diabetes

melitus di ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie .Penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua klien menunjukkan adanya

tanda gejala yang sama. Keluhan yang dirasakan oleh klien ke 1 juga

dirasakan oleh klien ke 2 . Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan

oleh kedua klien yaitu demam, mual, kaki keram, tidak napsu makan dan

kadar glukosa yang tidak normal. Hal ini menjukkan bahwa pasien

terdiagnosa diabetes melitus.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua klien tersebut yaitu,

Ketidak Stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin, Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis, Resiko jatuh

b.b perubaahan kadar glukosa darah, Defisit pengetahuan tentang penyakit

dm yang dideritanya berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh penulis, bertujuan

untuk mengatasi terjadinya masalah yang di rasakan oleh pada pasien.

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah

penulis susun. Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan

Page 103: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

90

rencana yang dibuat, dan penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara

intervensi yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan .

5.2 Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus dilakukan selama

3 hari perawatan oleh penulis. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada

kedua pasien menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang dialami pasien 1

yaitu 2 diagnosa teratasi sebagian dan 2 diagnosa sudah teratasi. Diagnosa

teratasi sebagian ketidak stabilan kadar glukosa darah yang dapat di lihat dari

belum stabilnya kadal glukosa darah (199), defisit nutrisi dapat dilihat dari

belum adekuatnya kebuthan nutrisi pasien. Diagnosa yang sudah teratasi yaitu

resiko jatuh dapat dilihat dari tidak adanya kejadianjatuh pada pasien,

kurangnya perngetahuan terkait penyakit yang dilihat dari pasien paham terkait

penyakit yang dialami.. Hasil evaluasi keperawatan pada pasien yaitu 2

diagnosa teratasi sebagian dan 2 diagnosa sudah teratasi. Diagnosa teratasi

sebagian ketidak stabilan kadar glukosa darah yang dapat di lihat dari belum

stabilnya kadal glukosa darah (155), defisit nutrisi dapat dilihat dari belum

adekuatnya kebuthan nutrisi pasien. Diagnosa yang sudah teratasi yaitu resiko

jatuh dapat dilihat dari tidak adanya kejadianjatuh pada pasien, kurangnya

perngetahuan terkait penyakit yang dilihat dari pasien paham terkait penyakit

yang dialami.

Page 104: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

91

5.3 Saran

5.3.1 Bagi Instansi Rumah Sakit

Diharapkan dengan memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan

kerjasaa yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien yang di tunjukan untuk

menigkatkan mutu pelayana asuhan keperawatan yang optimal.

5.3.2 Bagi Keluarga

Keluarga sangat berperan dalam penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu

dengan memberikan suport serta mendukung segala bentuk pengobatan yang

terbaik. Saat responden melakukan diet, keluarga berperan dalam

mengingatkan tentang makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi dan dapat

memantau aktivitas selama prose diet.

5.3.3 Bagi Penulis Selanjutnya

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan studi kasus

selanjutnya.

Page 105: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Assosiation (ADA). (2012). Diagnosis And Classification Of

Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 34 (1) : 42-57.

American Diabetes Association (ADA). (2015). Standards of medical care in

diabetes. Diabetes Care,3(1), 1-93.

Brunner, Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.

Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.

Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Dalimartha, S. (2007). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus.

Jakarta : Penebar Swadaya

Departemen Kesehatan RI, (2015). Farmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes

Melitus.

Doengoes, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC

Guyton, A. C., Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.

Jakarta : EGC, 1022

Guyton, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). 11 ed. Rachman

RY, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2006.

P. 423-35

Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak –

Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika

IDF. (2015). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation

2013.http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf

diakses tanggal 23 November 2018.

Page 106: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition

2015. Dunia : IDF

Muttaqin,Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

NANDA ( 2013 ). Diagnosa Keperawatan Jakarta : EGC

NANDA ( 2016 ). Diagnosa Keperawatan Jakarta : EGC

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

Price, S.A., dan Wilson, L.M., (2006), Patofisiologi, Konsep Klinis ProsesProses

Penyakit,Edisi 6, hal. 1271; Huriawati H, Natalia S, Pita Wulansari, Dewi

Asih (eds), Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 23 November 2018, dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas

%20 2013.pdf.

Rendy dan Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit

Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, (2002), Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh

Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.

Sudoyo A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI; 2006.

Tarwoto dan Wartonah, (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan Jakarta. Salemba Medika.

Waspadji, S. (2007). Penatalaksanan Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Page 107: New KARYA TULIS ILMIAH SJAHRANIE SAMARINDArepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf · 2019. 9. 25. · 2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus

WHO. (2016) STEPS: A framework for Survaillance, the WHO STEP (Use

Approach to Surveillance of Noncommunicable Diseases). Geneva. Dalam

http://www.who.int/cardiovasculardiseases/resources/atlas/en/ Diakses 28

Juli 2010.