new karya tulis ilmiah sjahranie samarindarepository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/selesai.pdf ·...
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS
DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA
Oleh:
NAMA : Kurnia Verawati
NIM : P07220116061
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2019
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS
DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan ( Amd.Kep ) pada Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim
Oleh:
NAMA : Kurnia Verawati
NIM : P07220116061
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2019
iv
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS
DI RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
01)Kurnia Verawati,
2)Joko Sapto Pramono,
3)Frana Andrianur
1) Mahasiswa Prodi DIII-Keperawata Poltekkes Kemenkes Kaltim
2,3) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim
Abstrak
Latar Belakang : Diabetes Militus ( DM ) merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun aibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin yang diproduksi
secara efektif. Indonesia merupakan negara menempati ururtan ke-6 dengan penderita
Diabestes Militus didunia, sedangkan Provinsi Kalimantan Timur menempati urutan
ke-4 tertinggi penderita Diabetes Militus di Indonesia yakni dengan presentase 2,3%
dari total seluruh penduduk usia 15 tahun keatas dengan perkiraan 63.330 orang.
Penanganan penyakit diabetes militus terlebih dahulu dilakukan secara non
farmakologi yaitu dengan diet dan olahraga untuk mencapai target glukosa darah
yang di inginkan.
Tujuan : Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien diabetes militus
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,implementasi dan evaluasi.
Metode : metode yang digunakan adalah dengan metode pendekatan studi kasus
yaitu metode yamg bersifat mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik
kesimpulan.
Hasil : Diagnosa yang muncul pada kasus adalah ketidak stabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan resistensi insulin, defisit nutrisi berhubungan kurangnya
asupan makanan, resiko jatuh berhubungan dengan perubahankadar glukosa darah
dan Defisit pengetahuan mengenai penyakit dm yang diderita berhubungan dengan
kurang terpapar informasi.
Kesimpulan : Saat melakukan tindakan asuhan keperawatan asalah ada dua
masalahkeperawatan yang teratasi sebagian dan ada dua masalah keperawatan yang
sudah teratasi. Untuk itu kedepannya diharapkan tenaga kesehatan meningkatkan
keterampilan keperawatan dalam asuhan keperawatan terutama pemberian pendidikan
kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit diabetes melitus agar bisa
menurunkan angka terjadinya diabetes melitus.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Kadar Glukosa Darah, Nutrisi, Resiko Jatuh, Defisit
Pengetahuan, Asuhan Keperawata
v
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MILITUS
DI RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
1)
Kurnia Verawati, 2)
Joko Sapto Pramono, 3)
Frana Andrianur
1)DIII-Keperawata Study Program Students Poltekkes Kemenkes Kaltim
2,3)Nursing Department Lecturer Poltekkes Kemenkes Kaltim
Abstrak
Beckground : Diabetes Militus (DM) is a chronic metabolic disorder caused by the
pancreas not producing enough insulin that is produced effectively. Indonesia is the
sixth country in the world with diabetes mellitus sufferers in the world, while East
Kalimantan Province ranks 4th highest in Diabetes Militus patients in Indonesia, with
a percentage of 2.3% of the total population aged 15 years and above with an
estimated 63,330 people. Handling of diabetes mellitus is carried out non-
pharmacologically by diet and exercise to achieve the desired blood glucose target.
Objective: To apply nursing care to patients with diabetes mellitus, including
assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation.
Method: the method used is a case study approach method that is a method that is
collecting data, analyzing data and drawing conclusions.
Results: Diagnosis that appears in cases is instability in blood glucose levels
associated with insulin resistance, nutritional deficits associated with lack of food
intake, risk of falls associated with changes in blood glucose levels and knowledge
deficits regarding diabetes mellitus that are affected by less exposure to information.
Conclusion: When carrying out nursing care, there are two problems of treatment
that are partially resolved and there are two nursing problems that have been
resolved. Therefore, it is expected that in the future health professionals will improve
nursing skills in nursing care, especially the provision of health education to prevent
the occurrence of diabetes mellitus in order to reduce the rate of diabetes mellitus.
Keywords: Diabetes Mellitus, Blood Glucose Level, Nutrition, Falling Risk,
Knowledge Deficit, Nursing Care
x
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
Nama : Kurnia Verawati
Nim : P07220116061
Tempat, tanggal lahir : Kaliorang, 24 Desember 1998
Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
Alamat : jln. Rajawali No.2 Desa Mata Air Kecamatan
Kaubun Kec. Kutai Timur Prov. Kalimantan Timur
II. Pendidikan
1. Tahun 2004 - 2010 : SDN 007 Mata Air
2. Tahun 2010 - 2013 : SMPN 4 Kaubun
3. Tahun 2013 - 2016 : MAN 1 Samarinda
4. Tahun 2016 – sekarang : Mahasiswi Prodi DIII Keperawatan
Samarinda Poltekkes Kemenkes
Kalimantan Timur
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan Hidayah
Nya penulis dapat menyelesaika Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda “.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah, penulis mengalami kesulitan dan hambatan,
namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaika. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kalimantan Timur
2. Bapak Joko Sapto Pramono, S.Kep.,MPHM selaku Pudir I dan sekaligus
selaku pembimbing I yang memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh perhatian dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes selaku ketua jurusan D III Keperawatan
4. Ibu Andi Lis AG. S.Kep., M.Kep. selaku ketua prodi D III keperawatan
5. Bapak Ns.Frana Andrianur, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang juga
dengan sabar telah memberikan bimbingan kepada saya untuk penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Ns. Rizky Setiadi. S.Kep,. MKM selaku koordinator Mata Ajar
Pengantar Riset Keperawatan dan Karya Tulis Ilmiah dan selaku Pembimbing
Akademik yang selalu mendukung dan membimbing selama saya berkuliah.
7. Seluruh dosen,karyawan dan staf perpustakaan Politeknik Kesehatan
kementrian Kesehatan kalimantan Timur.
8. Hafsari, mama orang tua yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang
tak tergantikan, pengorbanan serta do’a yang diperuntukan untuk penulis agar
senantiasa semangat dan selalu naungan dan ridho-Nya
xii
9. Isnandar, kakak tercinta yang selalu memberikan dukungan, dan kasih sayang
tak tergantikan, pengorbanan serta doa yang diperuntukan untuk penulis agar
selalu dalam lindungan dan ridho-Nya
10. Untuk seseorang yang telah memberikan dukungan tiada hentinya dan doa
agar penulis senantiasa tetap semangat dan selalu dalam lindungan Allah
SWT.
11. Rekan –rekan seperjuangan kelas 3B, khususnya Firyunda Ayu Putri serta
teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
sangat membantu dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu denga hati terbuka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Akhir kata semoga atas segala amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua
pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin
Samarinda, 28 Mei 2019
Kurnia Verawati
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan ................................................................................ i
Halaman Sampul Dalam dan Prasyarat ...................................................... ii
Halaman Pernyatan ....................................................................................... iii
Abstrak ............................................................................................................ iv
Halaman Persetujun ...................................................................................... viii
Halaman Pengesahan ..................................................................................... ix
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... x
Halaman Kata Pengantar .............................................................................. xi
Daftar Isi ......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ............................................................................................. xvi
Daftar Tabel .................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Studi Kasus ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Studi Kasus .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAAKA ................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar Penyakit .............................................................................. 5
2.1.1 Pengertian ................................................................................................ 5
2.1.2 Etiologi .................................................................................................... 6
2.1.3 Patofisiologi ........................................................................................... . 9
2.1.4 Pathway .................................................................................................. . 12
2.1.5 Tanda dan Gejala ..................................................................................... 13
xiv
2.1.6 Penata Laksanaan .................................................................................... 14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 25
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................... 26
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 30
2.2.3 Perencanaan Keperawatan ...................................................................... 32
2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan ....................................................................... 36
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 36
BAB III METODE PENULISAN .................................................................. 38
3.1 Rancangaa Penulisan .................................................................................. 38
3.2 Subyek Studi Kasus ................................................................................... 38
3.3 Batasan Istilah ( Devinisi Operasional ) ..................................................... 39
3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus .................................................................. 40
3.5 Prosedur Studi Kasus ................................................................................. 40
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan data .................................................. 40
3.7 Keabsahan Data .......................................................................................... 41
3.8 Analisa data ................................................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 42
4.1 Hasil .......................................................................................................... 42
4.1.2 Gambaran Lokasi Penelitian .................................................................... 42
4.1.3 Pengkajian ................................................................................................. 44
4.1.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 51
4.1.5 Perencanaan ............................................................................................... 53
4.1.6 Pelaksanaan ............................................................................................... 55
4.1.7 Evaluasi ..................................................................................................... 63
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 71
xv
4.2.1 Pengkajian .................................................................................................. 71
4.2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 74
4.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................. 78
4.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 80
4.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 89
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 89
5.2 Hasil .............................................................................................................. 90
5.3 Saran .............................................................................................................. 91
5.3.1 Bagi Instansi Rumah sakit .......................................................................... 91
5.3.2 Bagi keluarga ............................................................................................. 91
5.3.2 Bagi Penulis Selanjutnya ............................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ............................................................................................................ 18
Tabel 2.2 ............................................................................................................. 22
Tabel 4.1 .............................................................................................................. 44
Tabel 4.2 .............................................................................................................. 44
Tabel 4.3 ............................................................................................................. 45
Tabel 4.4 ............................................................................................................. 46
Tabel 4.5 ............................................................................................................. 50
Tabel 4.6 .............................................................................................................. 50
Tabel 4.7 ............................................................................................................. 51
Tabel 4.8 ............................................................................................................. 53
Tabel 4.9 ............................................................................................................. 55
Tabel 4.10 ............................................................................................................ 59
Tabel 4.11 ............................................................................................................. 63
Tabel 4.12 ............................................................................................................ 67
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ............................................................................................................ 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Infotmed Consent
Lampiran 2 Surat Perijinan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Militus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang di produksi secara efektif (Depkes, 2014).
Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi
disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan
oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah
sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon
insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan
hormon yang membantu masuknya gula darah (WHO, 2016). Menurut
International Diabetes Federation-7 (2015), bahwa metabolisme tubuh
hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah.
Hormon ini diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk
digunakan sebagai sumber energi.
Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah
masalah kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan
jumlah penderita diabetes dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 menyebutkan
sekitar 415 juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari
108 juta di tahun 1980an.
2
Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka jumlah ini akan terus meningkat
tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040 meningkat menjadi 642
juta penderita (IDF, 2015). Menurut data IDF (2017) menyebutkan bahwa
indonesia merupakan negara ururtan ke -6 dengan penderita Diabetes Militus
di Dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazl, Mexico, dan Rusia di
urutan ke-7.
Angka kejadian diabetes militus menurut data Riskesdes (2013) terjadi
peningkatan dari 1,1% di tahun 2007 dan meningkat menjadi 2,1% pada
tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Peningkatan
prevelensi data penderita Diabetes Militus di atas salah satunya yaitu provinsi
Kalimantan Timur yang menempati urutan ke -4 tertinggi diabetes militus di
indonesia yakni dengan presentasi 2,3% dari total seluruh penduduk usia 15
tahun ke atas dengan perkiraan 63.330 jiwa setelah provinsi D.I Yogyakarta
(2,6%), DKI jakatra (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), (Riskesdes 2013).
Sedangkan angka penyakit Diabetes Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahrani
pada tahun 2015 mencapai 1.354 kejadian.
Penderita diabetes melitus memiliki risiko timbulnya komplikasi berbagai
macam penyakit misalnya penyakit jantung koroner. Orang dengan diabetes
melitus memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami jantung koroner, lebih
rentan menderita gangrene sebesar lima kali, tujuh kali lebih rentan mengidap
gagal ginjal, dan 25 kali lebih rentan mengalami kerusakan retina yang
mengakibatkan kebutaan pada penyandang diabetes melitus tipe 2 dari pada
pasien non diabetes melitus (Waspadji, 2007).
3
Selain penyakit jantung koroner masih ada berbagai macam komplikasi yang
muncul akibat diabetes melitus seperti luka ganggren, gagal ginjal, stroke,
retinopati. Dengan banyaknya komplikasi akibat diabetes melitus diperlukan
tindakan asuhan keperawatan untuk memecahkan masalah kesehatan pasien
dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Intervensi keperawatan yang dilakukkan pada pasien diabetes
melitus antara lain adalah untuk memandirikan pasien dalam mengatur pola
makan, meningkatkan kesadaran untuk perawatan diri, meningkatkan
pemantauan gula darah, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentanng
diabetes dan penycegahanya.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Militus Di Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Militus Di Rumah
Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan terhadap pasien Diabetes Militus
dengan memberikan implementsi sesuai dengan program asuhan keperawatan
di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengkaji pasien Diabetes Militus.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Diabetes Melitus.
3) Menyususun perencanaan keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus.
1.4 Manfaat Studi Kasus
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam mempersiapkan,
mengumpulkan dan menginformasikan data hasil asuhan keperawatan yang
telah diberikan kepada pasien dengan diabtes melitus dengan rangka
memenuhi tugas akhir program D-III Keperawatan Samarinda Poltekkes
Kemenkes Kaltim.
1.4.2 Bagi Tempat Penulis
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pasien diabetes melitus di lahan praktik.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil studi kasus ini di harapkan dapat menambah keluasan ilmu pengetahuan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien diabetes
5
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian
Menurut Brunner dan Suddarth, (2014) Diabetes Melitus merupakan sekumpulan
gangguan metabolik yang di tandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan. Pada skresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Gluksa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang di konsumsi. Insulin, yaitu suatu
hormon yang di produksi pankreas yang di gunakan untuk mengendalikan kadar
glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada
Diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan hiperglekemia yang di sebabkan
penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans dalam pangkreas
(Guyton, 2012). American Diabetes Association (2012) mendefinisikan Diabetes
Melitus adalah salah satu kelompok penyakit metobolik yang ditandai oleh
hiperglekimia karena gangguan skresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Keadaan hiperglekimia kronis dari Diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembulu darah.
6
Menurut Smeltzer, suzanne C ( 2002 ) seseorang di diagnosa Diabetes Melitus
apabila kadar glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl, glukosa plasma puasa > 140
mg/dl, dan glukosa plasma 2 jam postprandial ( sesudah maka ) > 200 mg/dl.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat di simpulkan bahwa Diabetes
Melitus adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh jumlah hormon insulin yang
tidak mencukupi atau tidak dapat berkerja secara normal, padahal hormon ini
memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa ( gula ) didalam darah.
2.1.2 Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat
terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui (Hasdianah,
2012).
Ada bukti yang menunjukan bahwa etiologi Diabetes Melitus bermacam –
macam. Dibetes Melitus tipe I adalah penyakit autoimun yang di tentukan secara
genetik dengan gejala – gejala yang pada akhirnya menuju proses bertahap
peusakan imunologik sel –sel yang memproduksi insulin. Sedeanglan Diabetes
Melitus tipe II penyakitnya memiliki pola familial yang kuat dan di ttandai dengan
kelainan skeresi insulin, serta kerja insulin ( Price & Wilson, 2006 ).
7
1) Diabetes melitus tipe I
Menurut Smeltzer, (2015) Diabetes tipe I adalah diabetes yang tergantung insulin
ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh faktor
genetik, faktor imunologi (autoimun), dan faktor lingkungan seperti infeksi virus
atau toksin yang dapat memicu kerusakan sel beta.
Menurut Smeltzer, (2015) diabetes tipe I dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Faktor genitik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecendrungan genitik kearah terjadinya diabetes tipe
I. kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA ( human leucocyte antige ) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses
imun lainnya.
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respons
ini merupakan respons abnorml dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Fator lingkungan
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor eksternal yang berpengaruh
adalah virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta (Brunner & Suddart 2015)
8
2) Diabetes Melitus tipe II
Menurut Prince dan Wilson (2015) diabetes melitus disebabkan oleh kegagalan
relative sel beta dan resistensi insulin. Fakor resiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes melitus tipe II :
1) Usia
Diabetes melitus tipe II kebanyakan menyerang pada usia lanjut lebih dari
65 tahun dengan proporsi kejadian 8,6%. Angka ini mencakup 15%
populasi pada panti lansia (Smeltzer, Suzanne C. 2002). Hal ini karena
berhubungan dengan degenerasi atau kerusakan organ dan faktor gaya
hidup.
2) Kegemukan atau obesitas
Sekitar 80% pasien diabetes melitus mengalami obesitas. Karena obesitas
berkaitan dengan resistensi insulin, maka akan timbul kegagalan toleransi
glukosa yang meyebabkan diabetes melitus tipe II (Prince dan Wilson,
2006).
3) Riwayat dan keluarga
Diabetes termasuk dalam penyakit yang dapat diwariskan. Resiko
berkembangnya diabetes tipe II pada saudara kandung mendekati 40% dan
33% untuk anak cucunya. (Prince dan Wilson, 2006).
4) Kelompok etnik
Di Amerika Serikat terdapat golongan hispanik, negro serta penduduk asli
Amerika tertentu memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami diabetes
melitus dari pada orang berkulit putih (Smeltzer, (2015).
9
Faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes ialah memiliki riwayat penyakit
kardiovaskuler seperti stroke, PJK, mengkonsumsi alkohol, faktor stres, dan
kebiasaan merokok
2.1.3 Patofisiologi
Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel – sel beta pankreas yang telah di hancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yangg tidak terukur oleh hati.
Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada di dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial ( sesudah makan ). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yaang tersaring keluar
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan di sertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan deuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliura) dan rasa haus (polidpsia). Definisi insuli
juga mengganggu metaabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien akan mengalami peningkatan nafsu makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenesis ( pembentukan
glukosa baru dari asam – asam amino serta substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglekemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
10
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produksi
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetik yang di akibatnya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton, dan bila tidak
di tangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memeperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglekemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan di sertai pemantauaan kadar
glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Pada diabetes tipe II, terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu : resistensi dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin terikat
pada reseptor khusus di permukaan sel. Akibat dari terikat nya insulin tersebut
maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel
tersebut. Resistensi glukosa pada diabetes melitus tipe II ini dapat disertai adanya
penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal – hal tersebut insulin
menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam
mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya glukosa dalam
darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk
disekresikan . Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu,
keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta
kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit
meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi
11
peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan
otomatis meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini. Walaupun sudah
terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas dari diabetes
melitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin dalam sel yang adekuat untuk
mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada badan keton yang
menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis diabetikum, akan tetapi
hal ini tidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sinndrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).
Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat badan,
karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan merupakan unsur
yang peting pula untuk meningkatkan efektivitas insulin. Obat hipoglikemia oral
dapat di tambahkan jika diet dan latihan tidak berhasilmengendalikan kadar
glukosa darah. Jika pengguna obat oral dengan dosis maksimal tidak berhasil
menurunkan kadar glukosa hingga tingkat yang memuaskan, maka insulin dapat
di gunakan. Sebagian pasien memerlukan isnsulin utntuk sementara waktu selama
priode stres fisiologik yang akut seperti selama sakit atau pembedahan.
12
2.1.4 Pathway
DM tipe 1 ( IDDM ) DM tipe II ( NIDDM )
v
Reaksi Autoimun
Sel β pankreas
hancur
Defisiensi Insulin
Idiopatik, Usia,
Genetik, gaya
hisup,dd
Jumlah sel β pankreas
menurun
Hiperglikemia Katabolisme protein
meningkat Liposis meningkat
Deuresi Osmosis Poliura
Kehilangan Cairan
Hipotnik
Polidipsi
Hiperosmolaris
Kehilangan
elektrolit
ketoadosis
Glukoria
Starvasi
polipagi
Glukoneogenesis
Sotbitol
Retinopati
Pennurunan berat
badan
Gliserol, Asam
Lemak Bebas
Menigkat
Ketogenesis
Ketonuria
Coma Kematian
13
2.1.5 Tanda dan Gejala
Menurut Dalimartha (2007) tanda dan gejala diabetes melitus antara lain polyuri
(sering kencing), polydipsi (sering haus), polyphagi (sering lapar), lelah atau
lemah, berat badan menurun derastis, kesemutan/gringginan, gatal/bisul, mata
kabur, luka sulit sembuh (Riskesdas,2013).
1) Polyuri
Sering kencing (polyuri) dan kencing cukup banyak. Keadaan ini terjadi
karena kadar glukosa darah yang tinggi (Smeltzer, Suzanne C, 2002). Saat
kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal (renal thresold) maka glukosa
yang berlebihan ini akan dikeluarkan (eksresi) melalui kencinng tersebut
(Dalimartha, 2007).
2) Polydipsi
Menurut Wijaya dan Putri (2012) rasa haus yang berebihan (polydipsi)
terjadi karena kencing yang terlalu banyak sehingga tubuh kekurangan air.
Akibatnya timbul rangsangan kesusunan saraf pusat sehingga merasa haus
dan selalu ingin minum
3) Polyphagi
Menurut Wijaya dan Putri (2012) Banyak makan (polyphagi) terjadi karena
adanya rangsangan kesusunan saraf pusat karena kadar glukosa didalam sel
(intraseluler) berkurang. Kekurangan glukosa terjadi karena tubuh
kekurangan insulin tidak dapat masuk ke dalam sel yang berakibat
kekurangan glukosa intraseluler maka timbulah rangsangan ke sistem saraf
pusat sehingga sering merasa lapar dan ingin makan. Akibat penderita
14
sering makan maka glukosa darah menjadi tinggi, tetapi tidak dapat
digunakan karena kekurangan insulin. Jika tubuh kekurangan insulin atau
sama sekali tidak memiliki insulin, maka tubuh akan membakar jaringan
lemak supaya terbentuk energi yang dibutuhkan gar dapat bertahan hidup.
Apabila ini berlangsung terus menerus, maka dalam waktu relatif singkat
berat badan akan menurun drastis (Delimartha,2007).
2.1.6 Penata pelaksanaan
Menurut Brunner & Suddart (2012), tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi veskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik
pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglekemia ) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien.
Menurut Brunner & Suddart (2012), penataan diabetes didasarkan pada
1) Diet
Diet dan pengendaian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes ( Brunner & Suddart (2012). Diet penderita diabetes melitus
ditunjukan untuk mengatur jumlah kalori yang dianjurkan tergantung sekali
pada kebutuhan untuk mempertahankan, mengurangi, atau menambah berat
badan (Guyton & Hall, 2006 ). Menurut departemen RI menetapkan bahwa
kebutuhan kalori individu sebesar 2000 kalori/hari. Penatalaksaan nutrisi
pada penderita diabetes melitus di arahkan untuk mencapai tujuan berikut :
a. Memberikan semua unsur makan asensial (misalanya, vitamin, mineral )
15
b. Memenuhi kebutuhan energi
c. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
d. Mencapai dan mempertahankan berat badan dengan sesuai
e. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis.
Menurut American Diabetes Association (ADA),2016 terdapat panduan untuk
membantu pasien diabetes melitus memilih makanan sehari-hari yang disebut
piramida makanan diabetes sebagai berikut :
Gambar 1. Piramida makanan diabetes, American Diabetes
Association (ADA),2016
Didalam piramida makan diabetes, makanan sehari-hari dibagi menjadi 6
kelompok umum yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok 1 ( biji-bijian dan tepung )
Makanan yang terbuat dari biji-bijian dan tepung terdapat di dasar Piramida
Makanan Diabetes dasar. Kelompok makanan biji-bijian dan tepung yang
16
banyak mengandung karbohidrat seperti beras, gandum, rye, gandum,
jagung, kacang polong kentang, kacang pinto, dan makanan lainnya yang
biasa menggunakan biji-bijian masuk dalam kelompok ini
2. Kelompok 2 ( sayuran )
Kelompok makanan sayuran ini terletak tepat di atas dasar Piramida
Makanan Diabetes. Sayuran secara alami rendah dalam konten lemak,
rendah kalori dan kaya vitamin, mineral, serat dan zat gizi mikro.
3. Kelompok 3 ( buah-buahan )
Kelompok buah-buahan ini juga terletak tepat di atas dasar Piramida
Makanan Diabetes bersama dengan kelompok sayuran. Buah-buahan kaya
akan vitamin, mineral, serat dan juga karbohidrat.
4. Kelompok 4 ( susu )
Kelompok ini berada di atas lapisan kedua (sayuran dan buah) dari Piramida
Makanan Diabetes. Kelompok susu mengandung banyak protein dan
kalsium serta vitamin. Tapi penderita penyakit diabetes melitus harus
memilih produk susu dengan kadar lemak yang rendah.
5. Kelompok 5 ( daging, penganti daging dan protein lainya )
Kelompok ini bersama kelompok susu dalam Piramida Makanan Diabetes
mengandung protein dalam jumlah yang sangat tinggi dan mengandung
vitamin serta mineral sangat banyak.
17
6. Kelompok 6 ( lemak, minyak, manis dan alkohol )
Kelompok makanan ini terdapat di puncak Piramida Makanan Diabetes,
yang menandakan bahwa kelompok makanan hanya boleh dikonsumsi
dalam jumlah sedikit dan sebaiknya dihindari saja.
Tahap dalam mempersiapkan perencanaan makanan adalah mendapatkan riwayat
diet untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidup. Tujuannya
yang paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah
pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa.
Untuk mempertahankan berat badan normal dapat dilakukan dengan cara
menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) yang merupakan alat atau cara sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT akan diketahui apakah berat
badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya
untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat di hitung dengan rumus berikut :
Berat badan ( kg)
IMT =
Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m)
18
Kategori IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat
berat >17,0
Kekurangan berat badan tingkat
ringan 17,0 -18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat
ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat
berat >27,0
Tabel 2.1 klasifikasi IMT gizi.depkes.go.id/ pedoman praktikus status gizi
dewasa
Rencana makanan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan presentase kalori
yang berasal dari :
a. Karbohidrat
Tujuan diet adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum, nasi beras tumbuk,
sereal, pasti atau mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung
bekatul. Karbohidrat sederhana seperti buah yang manis dan gula tetap
harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika
dicampur kedalam sayuran atau makan lain dari pada dikonsumsi secara
terpisah jumlah asupan karbohidrat untuk pasien diabetes melituss dalam
sehari adalah tidak boleh lebih dari 55-56% dari total energi sehari atau
tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasikan dengan pemberian asam
lemak tidak jenuh rantai tunggal ( MUFA Mono Unsaturated Fatty Acids)
(FKUI, 2006).
19
b. Lemak
Pembatasan asupan total kolestrol dari makanan hingga < 300 mg/hari untuk
membantu mengurangi faktor resiko,seperti kenaikan kadar kolestrolserum
yang berlebihan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang
menyebabkan terjadinya kematian pada penderita diabetes melitus. Adapun
asupan lemak pada pasien diabetes melitus dalam sehari ialah 20-25% per
hari. (FKUI, 2006). Selain itu, rekomendasi tentang kandungan lemak dalam
diet diabetes mencakup presentase total kalori yang berasal dari sumber
lemak hingga > 30 % total kalori dan pembatasan jumlah lemak januh
hingga 10% totaal kalori per hari.
c. Protein
Makanan sumber protein nabati ( misalnya, kacang-kacangan dan biji –
bijian utuh ) dapat membantu mengurangi asupan kolestrol serta lemak
jenuh. Jumlah asupan protein harian bagi penderita diabetes melitus adalah
10-15% dari total kalori per hari.( FKUI, 2006 )
Menurut Waspadji (2007) mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical Centre
Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3 (tiga) J yang harus
diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes mellitus, yaitu jumlah
makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Berikut ini uraian mengenai ketiga
hal tersebut:
20
1. Jumlah makanan
Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita
DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang
disarankan berkisar antara 1100-2900 KKal
2. Jenis makanan
Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis makanan
apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi
dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat. Makanan yang
mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, sari buah harus
dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti buncis,
kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit dan bayam harus
dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang, pepaya, mangga,
sawo, rambutan, apel, duku, durian, jeruk dan nanas juga dibatasi. Sayuran
yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah
seperti oyong, ketimun, kol, labu air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada,
toge, terong dan tomat (Waspadji, 2007).
3. Jadal makanan
Penderita diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat pada
waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan 15 sesuai
jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval
waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan
glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan
jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap
21
stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi.
Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM diabetes mellitus
(Waspadji, 2007) disajikan dalam tabel berikut:
Waktu Jadwal Total kalori
Pukul 07.00 Makan pagi 20 %
Pukul 10.00 Selingan 10 %
Pukul 13.00 Makan siang 30 %
Pukul16.00 Selingan 10 %
Pukul 19.00 Makan malam 20 %
Pukul 21.00 Selingan 10 %
Tabel 2.2 Jadwal makan penderita diabetes melitus sumber : Suyono 1996
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energi adalah 45 – 65% dari karbohidrat, 10 – 20% dari protein dan 20
– 25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan
berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 – 30 kalori/kg BB ideal,
ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin,
umur, aktifitas, kehamilan / laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Cara yang
lebih gampang lagi adalah dengan cara pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus
2300–2500 kalori, normal 1700–2100 kalori dan gemuk 1300–1500 kalori
(Soegondo, dkk, 2009:54). Pentuan diet diabetes melitus harus di sesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan jumlah kalori dapat di laksanakan dengan
22
menghitung presentage of relative body weight ( BBR = Berat Bada Relative )
dengan rumus :
BB ( Kg ) X 100 %
BBR =
TB ( cm ) – 100
Keterangan :
1. Kurus ( underweight) : BBR < 90 %
2. Normal ( ideal ) : BBR 90 – 110 %
3. Gemuk ( overweight ) : BBR > 110 %
4. Obesitas : BBR > 120 %
a. Obesitas ringan : BBR 120-130 %
b. Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
c. Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
Pedoman jumlah kalori yang di perlukan sehari bagi penderita diabetes melitus
1. Kurus : BB x 40-60 kalori
2. Normal : BB x 30 kalori
3. Gemuk : BB x 20 kalori
4. Obesitas : BB x 10 – 15 kalori
2) Latihan Fisik
Latihan sangat penting dalam penatalaksaan diabetes melitus karna efeknya
dapat menurun kadar glokosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
23
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean body mass dan demikian menahan laju metabolisme
istirahat (resting metabolic rate). Latihan juga akan merubah kadar lemak
darah yaitu, meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurun kadar
kolesterol total serta trigeliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi
penyandang diabetes melitus mengingat adanya peningkatann resiko untuk
terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes melitus (Brunner & Suddart,
2012). Latihan fisik yang dilaukan dengan senam kaki dapat terpengaruh
pada penuruan kadar gula darah. Aktivitas yang dilakukan penderita dapat
menekan terjadinya kenaikan gula darah, upaya dalam pengendalan gula
darah tidak efektif hanya dilakukan dengan pengobatan saja. Hal tersebut
dikarnakan penderita yang mengalami diabetes melitus disebabkan oleh
kerusakan pangkreas dalam memproduksi unsulin, dimana insulin ini
berfungsi dalam mengendalikan kadar gula darah. latihan yang dianjurkan
adalah akativitas yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah
seperti jalan-jalan, senam tubuh dan senam kaki sesuai kebutuhan dan
kemampuan ( Ruben, et al,2016).
3) Pemantauan Kadar Glukosa Darah Secara Mandiri
Dengan melakukan pantauan kadar glukosa darah secara mandiri ( SMBG,
self monitoring of blood glucose ) penderita diabtes kini dapat mengatur
terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara
24
ini memungkin kan deteksi dengan pencegahan hipoglekemia serta
hiperglekemia dan berperan untuk menentukan kadar glukosa darah normal
yang kemugkinan akan mengurangi kompleksi diabetes melitus jangka
panjang. Metode yang di gunakan yaitu pengambilan setetes darah dari
ujung jari tengah, aplikasikan darah tersebut pada strip pereaksi khusus.
Strip tersebut pertama – tama dimasukan ke dalam alat pengukur sebelum
darah di tempelkan pada strip. Setelah darah melekat pada strip, darah
tersebut di diamkan selama pelaksanaan tes. Alat pengukur akan
mempertahankan kada glukosa darah dalam waktu yang singkat ( kurang
dari 1 menit ).
4) terapi insulin
Menurut Rendi dan Margareth (2012) pada individu sehat, sekresi insulin
mengimbangi jumlah asupan makanan yang bermacam-macm dengan
latihan fisik. Sebaiknya, individu dengan diabetes tidak mampu menyekresi
jumlah insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gluksa darah.
Sebagai akibatnya, kadar glukosa meningkat tinggi sebagai respon terhadap
makanan dan tetap tinggi dalam keadaan puasa. Menurut Prince dan Wilson
(2006) pasien yang mengalami hal tersebut memerlukan terapi insulin selain
perencanaan makanan hipoglikemia.
5) Pengetahuan tentang Diabetes, Pencegahan dan Perawatan diri
Menurut Corwin, 2009 pasien diabetes melitus relatif dapat hidup normal
asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksaan
penyakit yang dideritanya. Menurut Prince dan Wilson (2006) mereka dapat
25
menyuntikan insulin sendiri, memantau kadar glukosa darah mereka dan
memanfaatkan informasi untuk mengatur dosis insulin serta melaksanakan
diet serta latihan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi hiperglikemia
atau hipoglikemia. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan 3 tahap yaitu
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer merupakan
aktivitas untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi umum
misalnya dengan penyuluhan makanan sehat dan bahaya diabetes.
Pencegahan sekunder yaitu upaya mencegah atau menghambat timbulnya
peyakit pada pasien yang menderita penyakit diabetes melitus dengan
pemberian pengobatan dan tindakan deteksi dini penyakit. Pencegahan
tersier adalah semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan
melalui penyuluhan dan pendidik kesehatan. Pada upaya ini memerlukan
keterlibatan semua pihak baik dokter, perawat, ahli gizi, keluarga dan
pasien. Perawat sebagai edukator sangat berperan untuk memberikan
informasi yang tepat pada pasien diabetes melitus tentang penyakit,
pencegahan, komplikasi, pengobatan dan pengelolaan diabetes melitus
termasuk memberi motivasi dan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri
(Suryono,2006).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar operasional
prosedur (SOP) (Carpenito, 2009)
26
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini semua
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien. Menurut
Muttaqin (2008) anamnese pada diabetes melitus meliputi identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga dan pengkaajian psikolososial.
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadinya pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, suku, agama, tangal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register dan diaknosis medis
2) Keluhan Utama
Penderita biasanya dengan keluhan menonjol yaitu : badann terasa lemas, keluar
keringat dingin, pengelihatan kabur bahkan kesadaran menurun.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit ini biasanya dominan adalah kadar gula darah turun kurang dari
50-60 mg/dl disertai dengan kesadaran menurun.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pangkreas. Adanya riwayat penyakit
jantung (PJK, hipertensi), obesitas, aterosklerosis, tindakan medis yang pernah
didapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita
27
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
menderita diabetes melitus atau penyakit keturunnan yang dapat menyebabkan
terjadinya definisi insulin misalnya hipertensi dan jantung`
6) Pengkajian Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami pendertia
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga tentang penyakitnya
penderita
Pengkajian keperawatan pada pasien diabetes melitus menurut Doengs (2000)
adalah :
7) Aktivitas / istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, keram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur.
Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, latergi
atau disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot (0 : tidak dapat bergerak, 1 :
dapat menggerakan jari-jari dengan peralatan, 2 : dapat mengangkat tubuh namun
tidak dapat melawan gravitasi, 3 : dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat
menahan tahanaan, 4 : dapat menahan tehanan ringan, 5 :dapat menahan tahanan
maksimal.
28
8) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, Acute Miocard Infrak ( AMI ), klaudikasi,
kebas, dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki dan penyembuhann yang
lama.
Tanda : takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disaritmia, krekles kulit panas, kering dan kemerahan, bola
mata cekung.
9) Integritas Ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi pasien
Tanda : ansietas, peka rangsang
10) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (polyuri), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, polyuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi),
adanya asites, bising usu lemah dan menurun, hiperatif (diare).
11) Makanan atau cairan
Gejala : hilang nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan (polyphagi),
mual/muntah, tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.
29
Penurunan berat badan yang lebih dari priode beberapa hari / minggu haus
(polydipsi)
Tanda : kulit kerig / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroit (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah ). Bau holitosis/manis, bau buah (nafas aseton).
12) Neurosensori
Gejala : pusing, sait kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan pengelihatan.
Tanda : disorientasi, mengatuk, latergi, koma (tahap lanjut), gangguan memori
(baru, masa lalu), kacau metal, refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma),
aktivitas kejang (tahap lanjut dari diabetik ketoasidosis)
13) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang atau nyeri
Tanda :wajah meringih dengan palpitasi, tampak berhati-hati
14) Pernafasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purelen,
pernafasan kusmaul (cepat dalam), asidosis metabolik.
Tanda : frekuensi pernafasan cepat dan dalam, batuk terdapat suara tamabahan.
15) Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal-gatal, ulkus kulit.
30
Tanda : deman, kulit rusak, lesi/ulsenrasi, menurunya kekuatan umum/rentang
gerak.
16) Seksualitas
Gejala : rabas vagina (cendrung infeksi)
Tanda : masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
17) Pemeriksaan lamboraturium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS < 100 mg/dl, gula darah puasa kurang
dari 76 mg/dl dan 2 jam post prandial 90 mg/dl
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemerikasaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil yang diliat melalui
perubahan warna urine yaitu : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan
merah bata (++++)
c. Kultur Pus
Untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan tentang
masalah atau status kesehatan klien, baik actual maupun potensial, yang
ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Diagnosa
31
keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan memecahkan
masalah keperawatan klien secara spesifik.:
Kategori diagnosa keperawatan adalah :
1. Diagnosa keperawatan aktual ( Actual Nursing Diagnoses )
Diagnosa aktual adalah suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan
penilaian klinis yang harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik
mayor. Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES (Problem
Etiologi Symptom)
2. Diagnosa potensial ( Possible Nursing Diagnoses )
Diagnosa potensial atau diagnosa kemungkinan merupakan masalah yang diduga
masih memerlkan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk
memastikan adanya faktor resiko.
3. Diagnosa keperawatan resiko ( Risk and High-Risk Nursing diagnoses)
Diagnosa keperawatan resiko adalah mengambarkan penilaian klinis dimana
individu atau kelompok lebih rentan mengalami masalah di bamdingkan orang
lain didalam situasi yang sama atau serupa.
Menurut Nanda, (2013), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
debridement
32
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement
d. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut
e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan berat
badan
Diagnosa keperawatan yang sering ditunjukan pada pasien diabetes melitus dalam
buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1, 2016 diagnosa tersebut
a. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakcukupan insuli, mual muntah
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis luka
d. Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan (planning) merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.
Perencanaan keperawatan tetang kriteria hasil dan perencanaan keperawatan
(intervensi keperawatan ) NANDA (2016) adalah sebagai berikut :
a) Perfusi prifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.
1. Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
2. Kriteria hasil
a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
33
b. Oedem tidak terjadi dan luka tidak tambah parah
c. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
3. Intervensi
a. Observasi status hidrasi ( kelembapan membran mukosa, TD,
ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi)
Rasional : mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor albumin, ureum, total protein, serum osmolalitas dan urine.
Rasional : mengetahui kondisi pasien
c. Observasi tanda - tanda cairan berlebihan / retensi (Central Venous
Pressure (CVP) meningkat, adema, distensi vena leher dan asites).
Rasional : mencegah adanya adema
d. Pertahankan intake dan output secara adekuat
Rasional : agar nutrisi dalam tubuh tercukupi
e. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui kondisi pasien..
b) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak cukupan insulin dan mual
muntah
1. Tujuan : pemasukan nutrisi adekuat
2. Kriteria hasil
a. Menunjukan tingkat energi normal
b. Berat badan dalam batas normal
3. Intervensi
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
34
Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
b. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, mual, muntah.
Rasional : hipoglikemia dan gagguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat menurunkan mobilitaas/ fungsi lambung
c. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk di lakukan pemeriksaan gula
darah
Rasional : untuk memantau kadar gula dalam darah
d. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian insulin
Rasional : untuk membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis luka
1. Tujuan : tidak terjadi infeksi
2. Kriteria hasil :
a. tidak ada tanda – tanda infeksi
b. suhu badan dalam batas normal
c. tanda- tanda vital normal
3. intervensi
a. anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
Rasional : menghindari terjadinya kontaminasi longgar
b. jaga kulit agar tetapbersih dan kering
Rasional : menghindari terjadinya infeksi pada luka
35
c. Observasi luka
Rasional : mengetahui keadaan luka
d. Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
Rasional : mencegah resiko terjadinya infeks.
d) Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi
1. Tujuan : tidak terjadi infeksi
2. Kriteria Hasil
a. tidak ada tanda – tanda infeksi
b. suhu badan dalam batas normal
c. tanda- tanda vital normal
3. intervensi
a. Observasi tanda – tanda infeksi.
Rasional : untuk mengetahui apak ada tanda –tanda infeksi atau tidak
dan mencegah adanya infeksi.
b. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasiv.
Rasional : kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
c. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
benar pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri
36
Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang
2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Pada
tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien baik secara umum maupun
secara khusus pada pasien diabetes melitus pada pelaksanaan ini perawat
melakukan fungsi secara independen, interpenden dan dependen ( Tarwoto &
Wartonah, 2011 )
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari
evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan
memberikanumpa balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak
teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi
menggunakan:
S : Subjek adalah informasi yang berupa ungkapan yang di dapat dari pasien
setelah tindakan dilakukan.
37
O : Objek adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaia,
pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
A : Analisa adalah membandingkan antara insormasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian,
muncul masalah baru.
P : Plaining adalah rencana keperawatan lanjutan yangakan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencaa diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
38
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Rencangan Penulisan
Jenis rencana penulisan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan psien diabetes melitus di Rumah
Sakit Abdul wahab Sjahranie. Pendekatan yang digunakan adalah pendekaatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan valuasi.
Metode deskriptif adalah suatu metode penulisan Karya Tulis Ilmiah yang
menggambarkan suatu metode dalam meneliti status kelompok, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang ( Nazir, M. Noh ( 2005))
3.2 Subyek Studi Kasus
Subyek dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah individu. Sesuai dengan
kasus yang akan dikelola secara rinci dan mendalam. Adapun subyek yang di
kelola berjumlah 2 kasus dengan penyskit yang sama dengan kriteria subyek :
1) Kriteria Inklusif
a. Pasien kooperatif dan mudah diajak berkomunnikasi
b. Pasien terdiagnosis diabetes melitus
39
c. Pasien yang dirawat diruang Flamboyan rumah sakit Abdul Wahab
Sjharanie Samarinda
2) Kriteria Eksklusif
a. Pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri
b. Pasien yang memiliki multi komplikasi
c. pasien yang sedang menjalani operasi
3.3 Batasan Istilah (Devinisi Operasional)
1) Asuhan keperawatan
Asuhan keperwatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan peraktik
keperawatan langsung pada pasien diabetes melitus di ruang Flamboyan rumah
sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarindaa yang di lakukan dengan berbagai
tatanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah propesi keperwatan
dan merupakan inti praktik keperawatan.
2) Pasien
Pasien adalah seseorang yang di rawat di rumah sakit umum daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda yang mengalami masalah metabolisme karbohidrat
dengan meningkatnya kadar gula darah dan di diagnosis sebagai diabetes melitus.
3) Diabetes Melitus
Diabetes Melitus ( DM) merupakan penyakit ganguan metabolik menahun akibat
pangkreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif (Depkes, 2014). Diabetes Melitus
40
merupakan sekelompok heterogen yaang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus yang dimaksud pada kasus ini
adalah diabetes melitus tipe 2 yaitu kondisi ketika tubuh memiliki insulin yang
cukup tapi tidak mampu menggunakannya dengan baik.
3.4 Lokasi dan Waktu Studi kasus
Studi kasus akan dilakukan di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahrani Samarinda. Pada studi kasus di rumah sakit lama waktu
pengelolaan selama 6 hari dengan minimal pengelolaan selama tiga hari.
3.5 Prosedur Studi Kasus
Tahapan studi kasus ini di awali dengan penyusunan karya tulis dengan
menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh penguji dilanjutkan
dengan kegiatan pengumpulan data berupa hasil pengukuran, observasi atau
wawancara terhadap kasus yang di jadikan subyek studi kasus.
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1) Teknik pengumpulan data
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan :
a. Wawancara ( hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga dan lain – lain ).
Sumber data dari pasien, keluarga dan perawat lainnya.
41
b. Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi/ IPPA pada sistem tubuh pasien.
c. Sistem dokumentasi ( hasil pemeriksan diagnostik ).
2) Instrumen Pengumpulan data
Pada studi kasus ini, penulis menggunakan alat atau instrumen pengumpulan data
dengan format pengkajian asuhan keperawatan sesuai dengan kasus yang di
kelolah.
a. Keabsahan Data
1. Penulis menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujun, manfaat
penulisan, kemudian memberikan informet consent.
2. Calon responde yang menyetujuidi jadikan responden dalam penulisan di
minta responden untuk menandatangani lembaar informed consent.
3. Penulis melakukan observasi status nutrisi dengan observasi secara
langsung, kemudian penulis melakukan dokumentasi pada lembar observasi.
4. Penulis melakukan intervensi dengan pemberian manajemen diet.
b. Analisa Data
Pengelolahan data mengguakan analis deskriptif, analisis deskriftif di gunakan
untuk menganalisa data dengan cara mmendeskripsi data yang terkumpul untuk
membuat suatu kesimpulan (Notoatmajo, 2010). Pengelolahan data ini untuk
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil
pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum
penelitian yaitu ruangan Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 06 - 08 Mei 2018 dengan jumlah
sampel sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai
berikut:
4.1 HASIL
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang
terletak di Jalan Palang Merah Indonesia No.1 Kelurahan Sidodadi Kecamatan
Samarinda Ulu Kota Samarinda, Kalimantan Timur. RSUD Abdul Wahab
Sjahranie merupakan salah satu dari 2 rumah Sakit rujukan milik Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di
Kalimantan Timur yang berkedudukan di kota Samarinda. Diresmikan sebagai
Rumah Sakit dengan nama RSUD Abdul Wahab Sjahranie pada tanggal 22
Februari 1986, dimana sebelumnya bernama Lanschap Hospital yang dibangun
tahun 1933 pada zaman penjajahan Belanda. Fasilitas yang tersedia di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie ini antara lain Instalasi rawat jalan, instalasi farmasi,
ruang rawat inap, fisioterapi, dan IGD 24 Jam. Untuk fasilitas rawat jalan terdiri
dari poliklinik, medical check up, dan resume medis. Fasilitas pemeriksaan
43
penunjang terdiri dari laboratorium patologi klinik, patologi anatomi, radiologi,
hemodialisa, CT-scan, OKA sentral, Laoundry, Farmasi, gizi. Untuk unit rawat
inap terdapat beberapa ruangan yaitu Flamboyan, Seruni, Dahlia, Angsoka, Tulip,
Melati, Anggrek, Cempaka, Aster, Edelwis, Mawar, Bougenvil, Teratai, ICU,
ICCU, HCU, Stroke Center, dan Sakura.
Dalam penelitian ini dilakuan diruang Flamboyan yaitu rawat inap kelas tiga bagi
laki-laki maupun perempuan dewasa yang diterima langsung dari IGD maupun
poliklinik. Kasus yang dirawat diruang Flamboyan meliputi kasus gagal ginjal
kronik, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes mellitus, CHF dan sirosis hepatis.
Adapun batasan-batasan ruang flamboyan yaitu sebagai berikut: sebelah selatan
terdapat Ruang Seruni, sebelah barat terdapat parkiran Teaching Center
Universitas Mulawarman, sebelah utara terdapat Ruang Melati dan sebelah Timur
terdapat kantin pengunjung. Bangunan pada ruang flamboyan terdiri 1 ruang
kepala ruangan, 2 ruangan perawat, 2 kamar mandi perawat, 1 ruang mahasiswa, 1
dapur, 1 mushola, 2 ruang tindakan, 1 gudang, 10 kamar tidur dengan kapasitas 50
tempat tidur dengan 2 kamar mandi disetiap kamar tidur, 1 ruang isolasi dengan
kapasitas 2 tempat tidur dan 2 kamar mandi.
44
4.1.2 Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Biodata Pasien dengan Diabetes Militus di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Identitas Klien
Pasien 1 Pasien 2
Nama Ny.S Ny. P
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 62 63 Tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga
Agama Khatolik Islam
Pendidikan Terakhir SMP SD
Alamat Jln. Perumahan Talang
Sari RT.29
Jln. Trikota Rt 5, Palaran
Diagnosa Medis DM Type II DM Type II
Nomor Register 94.23.90 78.03.28
MRS/ Tgl Pengkajian 30 April 2019
06 Mei 2019
05 Mei 2019
06 Mei 2019
Dari table 4.1 data pengkajian didapatkan bahwa kedua Pasien dalam biodata
ditemukan ada persamaan jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan
diagnose medis yaitu DM Type II dan ada pula perbedaan biodata yaitu agama,
umur, pendidikan terakhir, alamat dan tanggal masuk pasien.
Tabel 4.2 Hasil Riwayat Biodata Pasien dengan Diabetes Militus
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Data Subjektif Pasien 1
Pasien 2
Keluhan Utama Pasien mengatakan demam dan
mual
Pasien mengatakan demam dan mual
Riwayat
Penyakit
Sekarang
Pasien memiliki penyakit DM sejak
2017 masuk rumah sakit pada
tanggal 30 April 2019 keadaan
umum sedang. Pasien mengatakan
mual saat makan penurunan nafsu
makan dan berat badan, pasien
Pasien memiliki penyakit DM sejak
2015 masuk rumah sakit pada
tanggal 5 mei 2019 keadaan umum
sedang. Pasien mengatakan mual
dan muntah saat makan serta
penurunan nafsu makan dan berat
45
mengatakan keram pada kedua
telapak kaki , Pasien mengatakan
selama sakit beberapa aktifitas pasien
dibantu keluarga.
badan, pasien mengatakan lemas,
Pasien mengatakan selama sakit
hampir semua aktifitas klien dibantu
keluarga.
Riwayat
Kesehatan
Dahulu
Pasien pernah dirawat di rumah sakit
3 bulan yang lalu dengan riwayat
penyakit diabetes mellitus pasien
tidak ada riwayat alergi, pasien
mengkonsumsi obat Metformin 500
gram 2 x 1, pasien tidak ada riwayat
operasi.
Pasien pernah dirawat di rumah sakit 8
bulan yang lalu dengan riwayat
penyakit diabetes mellitus, pasien
tidak ada riwayat alergi,
mengkonsumsi obat dan riwayat
operasi.
Riwayat
Kesehatan
Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga
tidak ada yang mempunyai
penyakit diabetes militus .
Pasien mengatakan dari keluarga
tidak ada yang mempunyai penyakit
diabetes militus..
Berdasarkan tabel 4.2 ditemukan data dari pengkajian riwayat kesehatan pada
pasien 1 dan pasien 2 dalam keluhan utama ditemukan ada persamaan seperti
demam dan mual. Pada riwayat penyakit sekarang persamaanya pasien 1 dan
pasien 2 sering masuk ke rumah sakit dengan penyakit yang sama. Pada riwayat
kesehatan dahulu pasien 1 pernah masuk rumah sakit 3 bulan yang lalu dan pasien
2 pernah masuk rumah sakit 8 bulan yang lalu. Pada riwayat kesehatan keluarga
dari klien 1 dan klien 2 tidak ada penyakit keturunan diabetes mellitus.
Tabel 4.3 Hasil pengkajian Klien dengan Diabetes Militus
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Observasi Pasien 1 Pasien 2
Keadaan Umum
Posisi pasien supine pasien
terpasang alat medis IVFD
Posisi pasien supine pasien
terpasang alat medis IVFD
Kesadaran
Kesadaran compos mentis & GCS
E4M6V5
Kesadaran compos mentis & GCS
E4M6V5
Pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 140/90 mmHg
RR : 19 x/m
N : 92 x/m
S : 36 C
MAP : 106 mmHg
TD : 130/80 mmHg
RR : 19 x/m
N : 92 x/m
S : 36,5 C
MAP 97 mmHg
Kenyamanan/
Nyeri
Tidak ada keluhan nyeri Tidak ada keluhan nyeri
Status
Fungsional/aktivitas
dan mobilitas
Bartehel indeks
1. Mengendalikan rangsangan
defekasi (BAB) : skor 2 Mandiri
2. Mengendalikan rangsang
berkemih (BAK) : skor 2 Mandiri
3. Membersihkan diri (cuci muka,
12. 1. Mengendalikan rangsangan
defekasi (BAB) : skor 2 Mandiri
13. 2. Mengendalikan rangsang
berkemih (BAK) : skor 2 Mandiri
14. 3. Membersihkan diri (cuci muka,
46
sisir rambut, sikat gigi) : skor 1
mandiri
4. Penggunaan jamban masuk dan
keluar (melepaskan, memakai,
celana, membersihkan,
menyiram) : Skor 1 Perlu bantuan
5. Makan : Skor 2 Mandiri
6. Berubah sikap dari berbaring
ke duduk : skor 3 mandiei
7. Berpindah/berjalan: skor 2
berjalan dengan bantuan 1 orang
8. Memakai Baju : skor 1
sebagian dibantu
10. 9. Naik turun tangga : skor 1
butuh bantuan
11. 10. Mandi : Skor 1 mandiri
TOTAL : 18 Ketergantungan
ringan
sisir rambut, sikat gigi) : skor 1
mandiri
15. 4. Penggunaan jamban masuk dan
keluar (melepaskan, memakai,
celana, membersihkan, menyiram) :
Skor 1 Perlu bantuan
16. 5. Makan : Skor 2 Mandiri
17. 6. Berubah sikap dari berbaring ke
duduk : skor 3 mandiri
18. 7. Berpindah/berjalan: skor 2
berjalan dengan bantuan 1 orang
19. 8. Memakai Baju : skor 1 sebagian
dibantu
20. 9. Naik turun tangga : skor 1 butuh
bantuan
21. 10. Mandi : skor 1 mandiri
TOTAL : 18 Ketergantungan ringan
Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan data dari pengkajian observasi kedua pasien
sama terpasang IVFD, kesadaran compos mentis, GCS E4 V5 M6, kedua pasien
tidak ada keluhan nyeri , aktivitas kedua pasien ketergantungan ringan .
Tabel 4.4 Hasil Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pasien dengan
Diabetes Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Pemeriksaan fisik Pasien 1
Pasien 2
A. Pemeriksaan kepala
dan leher
1) Kepala dan
rambut
Finger print ditengah frontal
terhidrasi. Kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe dan tidak ada
lesi. Penyebaran rambut merata
berwarna hitam dan putih (uban),
rambut mudah patah, tidak
bercabang, dan tidak ada kelainan
Finger print ditengah frontal
terhidrasi. Kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe dan tidak
ada lesi. Penyebaran rambut
merata berwarna hitam dan
putih (uban), rambut mudah
patah, tidak bercabang, dan
tidak ada kelainan
2) Mata Mata lengkap, simetris kanan dan
kiri., kornea mata jernih kanan
dan kiri.
Konjuntiva anemis dan sklera
tidak ikterik Kelopak
mata/palepebra tidak ada
pembengkakan. Adanya reflek
cahaya pada pupil dan bentuk
isokor kanan dan kiri, iris kanan
kiri berwarna hitam, tidak ada
kelainan
Mata lengkap, simetris kanan
dan kiri., kornea mata jernih
kanan dan kiri.
Konjuntiva anemis dan sklera
tidak ikterik Kelopak
mata/palepebra tidak ada
pembengkakan. Adanya reflek
cahaya pada pupil dan bentuk
isokor kanan dan kiri, iris
kanan kiri berwarna hitam,
tidak ada kelainan
3) Hidung Tidak ada pernafasan cuping
hidung, posisi septum nasal
ditengah, lubang hidung bersih,
Tidak ada pernafasan cuping
hidung, posisi septum nasal
ditengah lubang hidung bersih,
47
tidak ada secret, tulang hidung
dan septum nasi tidak ada
pembengkakan dan tidak ada
polip
tidak ada secret, tulang hidung
dan septum nasi tidak ada
pembengkakan dan tidak ada
polip
4) Mulut & Lidah Keadaan mukosa bibir kering dan
pucat. Tonsil ukuran normal
uvula letak simetris ditengah .
Keadaan mukosa bibir kering
dan pucat. Tonsil ukuran
normal uvula letak simetris
ditengah .
5) Telinga Bentuk telinga sedang, simetris
kanan dan kiri. Lubang telinga
bersih, tidak ada serumen
berlebih, pendengaran berfungsi
dengan baik
Bentuk telinga sedang,
simetris kanan dan kiri.
Lubang telinga bersih, tidak
ada serumen berlebih,
pendengaran berfungsi dengan
baik
6) Leher Kelenjar getah bening teraba,
tiroid teraba, posisi trakea letak
ditengah tidak ada kelainan
Kelenjar getah bening teraba,
tiroid teraba, posisi trakea
letak ditengah tidak ada
kelainan
B. Pemeriksaan thorak
sistem pernafasan
a. Inspeksi thorak
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Tidak ada sesak nafas, batuk dan
secret. Bentuk dada simetris,
irama nafas teratur, pola nafas
normal, tidak ada pernafasan
cuping hidung, otot bantu
pernafasan, vocal permitus dan
ekspansi paru anterior dan
posterior dada normal, perkusi
sonor, auskultasi suara nafas
vesikuler.
Tidak ada sesak nafas, batuk
dan secret. Bentuk dada
simetris, irama nafas teratur,
pola nafas normal, tidak ada
pernafasan cuping hidung,
otot bantu pernafasan, vocal
permitus dan ekspansi paru
anterior dan posterior dada
normal, perkusi sonor,
auskultasi suara nafas
vesikuler.
C. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi dan palpasi
b. Perkusi batas
jantung
c. Auskultasi
Pada pemeriksaan inspeksi CRT <
2 detik tidak ada sianosis. Pada
pemeriksaan palpasi iktus kordis
teraba hangat. Perkusi batas
jantung : Basic jantung berada di
ICS II dari lateral ke media linea ,
para sterna sinistra, tidak melebar,
Pinggang jantung berada di ICS
III dari linea para sterna kiri, tidak
melebar, Apeks jantung berada di
ICS V dari linea midclavikula
sinistra, tidak melebar.
Pemeriksaan auskultasi : bunyi
jantung I saat auskultasi terdengar
bunyi jantung normal dan regular,
bunyi jantung II : saat auskultasi
terdengar bunyi jantung normal
dan regular, bunyi jantung
tambahan : tidak ada bunyi
jantung tambahan, dan tidak ada
kelainan.
Pada pemeriksaan inspeksi
CRT < 2 detik tidak ada
sianosis. Pada pemeriksaan
palpasi iktus kordis teraba
hangat. Perkusi batas jantung :
Basic jantung berada di ICS II
dari lateral ke media linea ,
para sterna sinistra, tidak
melebar, Pinggang jantung
berada di ICS III dari linea
para sterna kiri, tidak melebar,
Apeks jantung berada di ICS V
dari linea midclavikula
sinistra, tidak melebar.
Pemeriksaan auskultasi : bunyi
jantung I saat auskultasi
terdengar bunyi jantung
normal dan regular, bunyi
jantung II : saat auskultasi
terdengar bunyi jantung
normal dan regular, bunyi
jantung tambahan : tidak ada
bunyi jantung tambahan, dan
tidak ada kelainan.
48
D. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
BB : 45 kg, TB: 165 cm, IMT :
16,5 kg M2 Kategori BB Kurang .
BAB 1x/hari konsistensi keras,
diet lunak, jenis diet : Diet DM
1120 Kalori, nafsu makan
menurun , porsi makan habis ¼
porsi .
Inspeksi : Bentuk abdomen bulat
dan datar, benjolan/masa tidak
ada pada perut, tidak tampak
bayangan pembuluh darah pada
abdomen, tidak ada luka operasi .
Auskultasi : peristaltic 25x/menit
Palpasi : Tegang
Tidak ada nyeri tekan, masa,
Hepar Lien tidak ada kelainan
Ginjal tidak ada nyeri tekan, tidak
ada asietas.
BB : 46 kg, TB: 160 cm, IMT :
17,5 kg M2 Kategori BB
Kurang .
BAB 1x/hari konsistensi keras,
diet lunak, jenis diet : Diet DM
1000 Kalori, nafsu makan
menurun ,porsi makan tidak
habis.
Inspeksi : Bentuk abdomen
bulat dan datar, benjolan/masa
tidak ada pada perut, tidak
tampak bayangan pembuluh
darah pada abdomen, tidak ada
luka operasi .
Auskultasi : peristaltic
20x/menit
Palpasi : Tegang
Tidak ada nyeri tekan, masa,
Hepar Lien tidak ada kelainan
Ginjal tidak ada nyeri tekan,
tidak ada asietas.
E. Pemeriksaan
Neurologis
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
Memory Panjang, perhatian dapat
mengulang, bahasa baik, kongnisi
baik, orientasi orang, saraf
sensori nyeri tusuk. Tingkat
kesadaran compos mentis. Tanda
rangsangan otak (meningeal sign)
:
1. N I (olfaktorius) : penciuman
baik, bisa membedakan bau-
bauan.
2. N II (optikus) :
jarak pandang baik
3. NIII (okulomotorius) :
adanya reflek rangsangan
pada pupil
4. N IV (troklearis) :
bisa menggerakkan bola mata
ke atas dan ke bawah
5. N V (trigeminus) :
tidak ada kesulitan
mengunyah
6. N VI (abdusen) :
bisa menggerakan bola mata
ke kanan dan ke kiri
7. N VII (facialis) : pengecapan
terhadap rasa-rasa baik
8. NVIII(vestibulotroklearis)
: pendengaran baik
9. NIX (glosofaringeus): tidak
ada nyeri telan
10. N X (vagus) :
bisa mengucap “ah” dan
menelan saliva
Memory Panjang, perhatian
dapat mengulang, bahasa baik,
kongnisi baik, orientasi orang,
saraf sensori nyeri tusuk.
Tingkat kesadaran compos
mentis. Tanda rangsangan
otak (meningeal sign) :
1. N I (olfaktorius) :
penciuman baik, bisa
membedakan bau-bauan.
2. N II (optikus) :
jarak pandang baik
3. NIII (okulomotorius) :
adanya reflek rangsangan
pada pupil
4. N IV (troklearis) :
bisa menggerakkan bola
mata ke atas dan ke bawah
5. N V (trigeminus) :
tidak ada kesulitan
mengunyah
6. N VI (abdusen) :
bisa menggerakan bola
mata ke kanan dan ke kiri
7. N VII (facialis) :
pengecapan terhadap rasa-
rasa baik
8. NVIII(vestibulotroklearis)
: pendengaran baik
9. NIX (glosofaringeus):
tidak ada nyeri telan
10. N X (vagus) :
bisa mengucap “ah” dan
49
Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan data dari pemeriksaan fisik pada pasien 1 dan
pasien 2 ditemukan masalah pada pemeriksaan mata terdapat konjungtiva anemis,
pada pemeriksaan mulut dan faring terdapat bibir kering dan pucat pada
pemeriksaan abdomen dilakukan pemeriksaan IMT keduannya memiliki kategori
11. N XI (assesorius) :
12. bisa mengangkat bahu dan
menoleh dengan adanya
tahanan
13. NXII (hipoglosus): bisa
menjulurkan, menggerakkan
lidah ke kanan dan ke kiri
Fungsi motorik klien normal, bisa
menggerakkan ekstremitas atas
dan bawah, nilai motorik 6
(mengikuti perintah), Fungsi
sensorik normal, tidak ada
masalah pada fungsi sensorik,
reflek fisiologis : patella (-),
reflek patofisiologis : babinski (-)
menelan saliva
11. N XI (assesorius) :
bisa mengangkat bahu dan
menoleh dengan adanya
tahanan
12. NXII (hipoglosus): bisa
menjulurkan,
menggerakkan lidah ke
kanan dan ke kiri
Fungsi motorik klien normal,
bisa menggerakkan
ekstremitas atas dan bawah,
nilai motorik 6 (mengikuti
perintah), Fungsi sensorik
normal, tidak ada masalah
pada fungsi sensorik, reflek
fisiologis : patella (-), reflek
patofisiologis : babinski (-)
F. Pemeriksaan Sistem
perkemihan
Kebersihan genitalia bersih,
keluhan kencing polyuria,
kemampuan berkemih spontan,
produksi urin 1300 ml/hari warna
kuning bau amoniak, tidak ada
nyeri tekan, balance cairan 51
ml/hari.
Kebersihan genitalia bersih,
keluhan kencing polyuria,
kemampuan berkemih
spontan, produksi urin
+1650ml/hari warna kuning
bau amoniak, tidak ada nyeri
tekan, balance cairan +11
ml/hari.
G. Pemeriksaan
muskuluskeletal
(ekstremitas) dan
Integumen
Pergerakan sendi bebas, ada
kelainan ekstermitas, tidak ada
kelainan tulang belakang, tidak
fraktur, tidak menggunakan traksi,
tidak komparmentet syndrome,
kulit kemerahan, turgor kulit baik,
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Tidak ada luka diabetes
Pergerakan sendi bebas, ada
kelainan ekstermitas, tidak ada
kelainan tulang belakang, tidak
fraktur, tidak menggunakan
traksi, tidak komparmentet
syndrome, , turgor kulit baik,
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Tidak ada luka diabetes
H. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening,
hiperglikemia GDA 248 , tidak
ada riwayat amputasi
Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening,
hiperglikemia GDA 232 tidak
ada riwayat amputasi
50
BB kurang, pasien 1 menghabiskan 1/4 porsi makan sedangkan pasien 2 tidak
habis pada pemeriksaan perkemihan pasien 1 1300ml/hari pasien 2 +1650ml/hari,
pada pemeriksaan integument tidak memiliki luka dekubitus.
Tabel 4.5 Hasil Anamnesis Pemeriksaan Penunjang dengan
Diabetes Mellitus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Tindakan Pasien 1
Pasien 2
Pengkajian spiritual Sebelum Sakit
Sering Sering
PPengkajian spiritual selama sakit Kadang – kadang Kadang-kadang
Pemeriksaan penunjang Jenis pemeriksaan
Laboratorium tanggal
30/04/2019
1. Leukosit 6,32 103/ul
2. Eritrosit 2,93 10’6/ul
3. Hemoglobin 12,9 g/dl
4. Hematokrit 35..4 %
5. Albumin 2,6 g/dl
6. glukosa sewaktu : 239
mg/dl
Jenis pemeriksaan
Laboratorium tanggal
06/05/2019
1. Leukosit 5,67 10^3/ul
2. Eritrosit 2,46 10^6/ul
3. Hemoglobin 13,7 g/dl
4. Hematokrit 37,7 %
5. Albumin 3.0 g/dl
6.glukosa sewaktu : 248
mg/dl
Berdasarkan tabel 4.5 ditemukan data dari pemeriksaan penunjang pasien 1
ditemukan hasil laboratorium pada tanggal 30 april 2019 jumlah eritrosit 2.93
10^6/ul dan albumin 2.6g/dl dibawah nilai normal dan pasien 2 ditemukan hasil
laboratorium pada tanggal 06 mei 2019 jumlah eritosit 2.46 dan Albumin 3.0 g/dl
dibawah nilai normal.
Tabel 4.6 Penatalaksanaan terapi klien dengan Diabetes Mellitus
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Penatalaksanaa Terapi
Pasien 1 Pasien 2
1. metformin ( oral ) 2x1
2. apidra ( SC ) 4 unit
3. Metoclopramide ( IV ) 2x1
4.RL (IVFD) 20 tpm
1. nevorapid ( SC ) 4 unit
2. levemir ( SC ) 10 unit
3.RL ( IVFD ) 20 tpm
Pada pasien 1 dan 2 memiliki penatalaksanaan terapi yang sama, yaitu insulin
untuk mengurangi kadar gula pada darah .
51
4.1.3 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.7 Daftar Diagnosa Keperawatan Pasien dengan DM Type II
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
No
Pasien 1 Pasien 2
Tanggal
ditemukan
Diagnosa Kep Tanggal
ditemukan
Diagnosa Kep
1 06 Mei 2019 Ketidak Stabilan kadar
glukosa darah (D.0027)
DS :
pasien mengatankan
sering minum
Pasien mengatakan
sering buang air kecil
Pasien mengatakan
mual
Pasien mengeluh
Lemas dan pusing
Pasien mengatakan
ngantuk
DO :
pasien nampak sering
minum
Pasien nampak lemas
Glukosa sewaktu 244
06 Mei 2019 Ketidak Stabilan kadar
glukosa darah (D.0027)
DS :
pasien mengatankan
sering minum
Pasien mengatakan
sering buang air kecil
Pasien mengatakan
mual
Pasien mengeluh
Lemas dan pusing
Pasien mengatakan
ngantuk
DO :
pasien nampak sering
minum
Pasien nampak lemas
Glukosa sewaktu 248
2. 06 mei 2019 Defisit nutrisi b.d kurang
asupan makanan
(D.0019)
DS :
Pasien mengatkan
napsu makan
menurun, setiap
makan psien
merasamual
Pasien mengatakan
cepat kenyang
setelah makan
Pasien mengakatakan
selama dirawat baju
pasien terasa longgar
DO :
Penurunan BB 10 Kg
Pasien hanya
menghabiskan 1/4
06 mei 2019 Defisit nutrisi b.d kurang
asupan makanan (D.0019)
DS :
Pasien mengatkan napsu
makan menurun, setiap
makan psien
merasamual
Pasien mengatakan cepat
kenyang setelah makan
Pasien mengakatakan
selama dirawat baju pasien
terasa longgar
DO :
Antropometri
Lila :26.5
BB : 26
TB :160
Biokimia
52
porsi makanannya
Antropometri
Lila: 24 cm
BB : 45 kg
TB : 165cm
Biokimia :
Hb : 12.9 g/dl
Ht : 35.4 %
Albumin : 2.6 g/dl
GDS : 244
Clinik
Bibir : Kering
Kulit : Kulit kaki
dan tangan kering
Konjungtiva:Anemis
Rambut : Rapuh
HB : 13.7
HT : 37.7
Albumin :3.0
Cliniks
Bibir : kering
Kulit :tangan dan kaki
kering
Konjungtiva :anemis
Rambut : rapuh
Penurunan BB 10 Kg
Pasien hanya
menghabiskan 1/4 porsi
makanannya
3 06 mei 2019 Resiko jatuh d.d
perubaahan kadar
glukosa darah (D.0143 )
Kondisi terkait ::
Skala Mors : 55
Pasien sering ketoilet
Pasien nampak lemas
Glukosa darah : 244
Sebagian ADL di
bantu keluarga
06 mei 2019 Resiko jatuh d.d
perubaahan kadar glukosa
darah (D.0143 )
Kondisi terkait :
Skala Mors : 55
Pasien sering ketoilet
Pasien nampak lemas
Glukosa darah : 248
Sebagian ADLdi bantu
keluarga
4. 06 mei 2019 Defisit pengetahuan
mengenai penyakit dm
yang diderita b/d kurang
terpapar informasi
(D.0111)
DS :
Pasien bertanya
tentang kondisi
penyakit
Pasien mengatakan
Sebelumnya tidak
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
tentang diabetes
mellitus
Pasien mengatakan
kurang begitu paham
tentang penyakit dm
yang dideritanya
DO:
Pasien terlihat tidak
tenang
Pasien tampak
06 mei 2019 Defisit pengetahuan
mengenai penyakit dm yang
dideritanya b/d kurang
terpapar informasi
(D.0111)
DS :
Pasien bertanya tentang
kondisi penyakit
Pasien mengatakan
Sebelunya tidak pernah
diberikan pendidikan
kesehatan tentang
diabetes mellitus
Pasien mengatakan
Kurang begitu paham
tentang penyakit dm
yang dideritanya
DO:
Pasien terlihat tidak
tenang
Pasien tampak waspada
terhadap keadaannya
53
Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan data dari pengkajian pada pasien 1 dan pasien 2
ditemukan masalah keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 terdiri dari 4 diagnosa
keperawatan diantaranya terdapat diagnosa keperawatan yang sama yaitu Ketidak
stabilan kadar glukosa darah, defisit nutrisi, resiko jatuh, defisit pengetahuan
4.1.4 Perencanaan
Tabel 4.8 Perencanaan Klien dengan Diabetes Militus
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
DX
KE
P
TANGGAL
DITEMUKAN
DIAGN OSA
KEP
TUJUAN DAN
HASIL
INTERVENSI KEP
1 06 Mei 2019
Ketidak Stabilan
kadar glukosa
darah
berhubungan
dengan resistensi
insulin
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3 x 24
jam diharapkan
Ketidak stabilan
kadar glukosa
darah dapat teratasi
dengan Kriteria
hasil :
1. Tidaak ada
peningkatan urin
Output
2. Bibir lembap
3. Tidak ada
peninngkatan
kadar glukosa darah
Managemen
Hiperglikemia
(I.03115)
1.1 monitor kadar
glukosa darah
1.2 monitor tanda –tanda
hiperglikemia
1.3 monitor intake dan
output cairan
1.4 berikan asupan
cairan oral
1.5 anjurkan
kepatuhan
terhadap diet
1.6 kolaborasi
pemberian terapi
obat dan insulin
waspada terhadap
keadaanya
Pasien hanya diam
saat ditanya tentang
penyakit dm yang
dideritanya
Pasien hanya diam saat
ditanya tentang penyakit
dm yang dideritanya
54
2 06 Mei 2019
Defisit nutrisi
berhubungan
dengan kurangnya
asupan makanan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3 x 24
jam diharapkan
Defisit nutrisi klien
teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Klien
menghabiskan
1 porsi
makananya
2. Tidak ada
tanda mal
nutrisi
3. Mual
berkurang
4. Nafsu makan
meningkat
5. Kulit dan bibir
klien tidak
kering
Manajemen Nurisi
(I.03119 )
2.1 Kaji adanya alergi
makanan
2.2 Beri informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
2.3 Monitor turgor kulit
2.4 Monitor mual dan
muntah
2.5 Monitor kadar
albumin
2.6 Monitor konjungtiva
2.7 Anjurkan klien
makan sedikit tapi
sering
2.8 Anjurkan klien
minum air hangat
3 06 Mei 2019
Resiko jatuh b.b
perubaahan kadar
glukosa darah
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam di harapkan
Tidak ada kejadian
jatuh dengan
kriteria hasil :
1. Tidak ada
kejaadian
jatuh 2. Klien
meningkat dalam aktifitas
fisik
3. Klien mampu
melakukan
ADL secara
mandiri
Pencegahan Jatuh
(I.14540 )
3.1 memonitor tanda –
tanda vital
3.2 identifikasi faktor
resiko jatuh
3.3 identifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan jatuh
3.4 hitung resiko jatuh
menggunakan skala
3.5 pasang pagar
pengaman tempat
tidur
3.6 atur posisi tempat
tidur mekanis pada
posisi terendah
3.7 libatkan keluarga
dalam kebutuhan
adl pasien
55
4 06 Mei 2019
Defisit
pengetahuan
tentang penyakit
dm yang
dideritanya
berhubungan
dengan kurang
terpapar informasi
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3 x 24
jam diharapkan
Defisit pengetahuan
klien teratasi
dengan kriteria
hasil :
1. Klien
mengungkapka
n pemahaman
tentang
penyakitnya
Edukasi Proses
penyakit (I.12438)
4.1 Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
mengenai proses
penyakit
4.2 Jelaskan
Patofisiologi
penyakit dengan
cara yang tepat
4.3 Gambarkan tanda
gejala yang muncul
pada penyakit
dengan cara yang
tepat
4.4 Melakukan
pendidikan
kesehatan
Berdasarkan tabel 4.8 setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan pada
pasien 1 dan pasien 2, dibuat perencanaan tindakan keperwatan sesuai dengan
masing-masing diagnosa yang ditemukan pada klien tersebut.
4.1.5 Pelaksanaan
Tabel 4.9 Pelaksaan Pasien 1 dengan DM Type II di RSUD Abdul Wahab
Sjahrani Samarinda
No
Tanggal
/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
1. 06/05/19
09.00
3.8 Mengukur tanda – tanda
vital
TD : 140/90 mmHg
RR : 19x/menit
N : 92x/menit
S : 36 0C
2. 09.10
1.2 memebrikan obat oral
Mitformin dan injeksi
Metoclopramiden
Dalam pemberian obat tidak ada
alergi.
3. 09.15 3.2 mengidentifikasi faktor
resiko jatuh Pasien mengatakan pusing dan lemas
4. 09.20 3.3 mengidentifikasi faktor
lingkungan yang
Handrail tempat tidur terpsang, roda
tempat tidur terkunci
56
meningkatkan jatuh
5. 09.20
3.4 menghitung resiko jatuh
menggunakan skala Skala mors 55
6. 09.25
3.5 memastikan pagar
pengaman tempat tidur
terpasang
Pagar tempat tidur terpasang
7. 09.25
3.6 mengatur posisi tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
Tempat tidur pada posisi terendah
8.
09.25
3.8 melibatka keluarga dalam
pemenuhan ADL pasien
Keluarga mengerti
9. 12.00 3.1 mengukur tanda vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
S : 36 0C
10. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu
makan
11. 12.20
2.2 megidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Pasien mengatakan tidak ada alergi
makanan
12. 12.22 1.6 memberikan insulin apidra 4
unit
Kadar glukosa pasien menurun
13. 12.30
1.2 memonitor tanda
hiperglikemi
Pasien mengatakan sering minum dan
serng BAK
14. 12.35
1.3 memonitor intake dan output
cairn
I :2515,14
O :2456
B : + 59.14
15. 12.40
1.4 menganjurkan pasien untuk
mengasup cairan oral
Pasien mengatakan mengerti
16. 13.00
2.6 memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Albumin : 2.6
No
Tanggal
/jam
Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
1. 07/05/19
09.00
3.8 Mengukur tanda – tanda
vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 19x/menit
N : 92x/menit
S : 36 0C
57
13. 09.10 1.2 memebrikan obat oral
Mitformin dan injeksi
Metoclopramiden
Dalam pemberian obat tidak ada
alergi.
14. 09.15 3.2 mengidentifikasi faktor
resiko jatuh
Pasien mengatakan pusing dan lemas
15. 09.20 3.3 mengidentifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan jatuh
Handrail tempat tidur terpsang, roda
tempat tidur terkunci
16. 09.20 3.4 menghitung resiko jatuh
menggunakan skala Skala mors 55
17. 09.25 3.6 memastikan pagar
pengaman tempat tidur
terpasang
Pagar tempat tidur terpasang
18. 09.25 3.6 mengatur posisi tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
Tempat tidur pada posisi terendah
19.
09.25 3.9 melibatka keluarga dalam
pemenuhan ADL pasien
Keluarga mengerti
20. 12.00 3.1 mengukur tanda vital TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
S : 36 0C
21. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu
makan
22. 12.20 2.2 megidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Pasien mengatakan tidak ada alergi
makanan
23. 12.22 1.6 memberikan insulin apidra 4
unit
Kadar glukosa pasien menurun
13. 12.30 1.2 memonitor tanda
hiperglikemi
Pasien mengatakan sering minum dan
serng BAK
14. 12.35 1.3 memonitor intake dan output
cairan
I :2515,14
O :2456
B : + 59.14
15. 12.40 1.4 menganjurkan pasien untuk
mengasup cairan oral
Pasien mengatakan mengerti
16. 13.00
2.6 memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Albumin : 2.6
17. 13.30 4.4 melakukan pendidikan Pasien belum bisa mengulang apa yang di
58
kesehatan katakan perawat
No
Tanggal
/jam
Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
1. 08/05/19
09.00
3.8 Mengukur tanda – tanda
vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 19x/menit
N : 90x/menit
S : 36 0C
24. 09.10 1.2 memebrikan obat oral
Mitformin dan injeksi
Metoclopramiden
Dalam pemberian obat tidak ada
alergi.
25. 09.15 3.2 mengidentifikasi faktor
resiko jatuh
Pasien mengatakan pusing dan lemas
26. 09.20 3.3 mengidentifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan jatuh
Handrail tempat tidur terpsang, roda
tempat tidur terkunci
27. 09.20 3.4 menghitung resiko jatuh
menggunakan skala Skala mors 55
28. 09.25 3.7 memastikan pagar
pengaman tempat tidur
terpasang
Pagar tempat tidur terpasang
29. 09.25 3.6 mengatur posisi tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
Tempat tidur pada posisi terendah
30.
09.25 3.10 melibatka keluarga dalam
pemenuhan ADL pasien
Keluarga mengerti
31. 12.00 3.1 mengukur tanda vital D : 130/80 mmHg
RR : 18x/menit
N : 85x/menit
S : 36 0C
32. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu
makan
33. 12.20 2.2 megidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Pasien mengatakan tidak ada alergi
makanan
34. 12.22 1.6 memberikan insulin apidra 4
unit
Kadar glukosa pasien menurun
13. 12.30 1.2 memonitor tanda
hiperglikemi
Pasien mengatakan sering minum dan
serng BAK
59
14. 12.35 1.3 memonitor intake dan output
cairn
I :2815,14
O :2456
B : + 359.14
15. 12.40 1.4 menganjurkan pasien untuk
mengasup cairan oral
Pasien mengatakan mengerti
16. 13.00
2.6 memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Albumin : 2.6
17. 13.30 4.4 melakukan pendidikan
kesehatan
Pasien belum bisa mengulang apa yang di
katakan perawat
Pada tabel 4.9 setelah melakukan penegakkan diagnose keperawatan pada pasien
1 dibuat perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan masing-masing
diagnosa yang ditemukan pada klien tersebut.
Tabel 4.10 Pelaksanaan Pasien 2 dengan Diabetes Militus
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
No
Tanggal
/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
1. 06/05/19
09.30
3.8 Mengukur tanda – tanda
vital
TD : 140/90 mmHg
RR : 19x/menit
N : 92x/menit
S : 36 0C
4. 09.35 3.2 mengidentifikasi faktor
resiko jatuh Pasien mengatakan pusing dan lemas
5. 09.40
3.3 mengidentifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan jatuh
Handrail tempat tidur terpsang, roda
tempat tidur terkunci
6. 09.40
3.4 menghitung resiko jatuh
menggunakan skala Skala mors 55
7. 09.45
3.8 memastikan pagar
pengaman tempat tidur
terpasang
Pagar tempat tidur terpasang
8. 09.45
3.6 mengatur posisi tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
Tempat tidur pada posisi terendah
9. 09.25 3.11 melibatka keluarga dalam Keluarga mengerti
60
pemenuhan ADL pasien
10. 12.00 3.1 mengukur tanda vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
S : 36 0C
11. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu
makan
12. 12.20
2.2 megidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Pasien mengatakan tidak ada alergi
makanan
13. 12.22
1.6 memberikan insulin
nevorapid 4 unit
Kadar glukosa pasien menurun
14. 12.30
1.2 memonitor tanda
hiperglikemi
Pasien mengatakan sering minum dan
serng BAK
15. 12.35
1.3 memonitor intake dan output
cairn
I :2115,14
O :2456
B : + 343.14
16. 12.40
1.4 menganjurkan pasien untuk
mengasup cairan oral
Pasien mengatakan mengerti
17. 13.00
2.6 memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Albumin : 3.0
No
Tanggal
/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
1 07/05/19
09.30
3.8 Mengukur tanda – tanda
vital
TD : 140/90 mmHg
RR : 19x/menit
N : 92x/menit
S : 36 0C
2. 09.35 3.2 mengidentifikasi faktor
resiko jatuh Pasien mengatakan pusing dan lemas
3. 09.40
3.3 mengidentifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan jatuh
Handrail tempat tidur terpsang, roda
tempat tidur terkunci
4. 09.40
3.4 menghitung resiko jatuh
menggunakan skala Skala mors 55
5. 09.45 3.9 memastikan pagar
pengaman tempat tidur
Pagar tempat tidur terpasang
61
terpasang
6. 09.45
3.6 mengatur posisi tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
Tempat tidur pada posisi terendah
7. 09.25 3.12 melibatka keluarga dalam
pemenuhan ADL pasien
Keluarga mengerti
8. 12.00 3.1 mengukur tanda vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
S : 36 0C
9. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu
makan
10. 12.20
2.2 megidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Pasien mengatakan tidak ada alergi
makanan
11. 12.22
1.6 memberikan insulin
nevorapid 4 unit
Kadar glukosa pasien menurun
12. 12.30
1.2 memonitor tanda
hiperglikemi
Pasien mengatakan sering minum dan
serng BAK
13. 12.35
1.3 memonitor intake dan output
cairn
I :2115,14
O :2456
B : + 343.14
14. 12.40
1.4 menganjurkan pasien untuk
mengasup cairan oral
Pasien mengatakan mengerti
15. 13.00
2.6 memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Albumin : 3.0
16` 13.30
4.6 melakukan pendidikan
kesehatan
Keluarga pasieen mengatakan mengerti
No
Tanggal
/jam Tindakan keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
2. 08/05/19
09.30
3.8 Mengukur tanda – tanda
vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 19x/menit
N : 90x/menit
S : 36 0C
4. 09.35 3.2 mengidentifikasi faktor Pasien mengatakan pusing dan lemas
62
resiko jatuh
5. 09.40
3.3 mengidentifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan jatuh
Handrail tempat tidur terpsang, roda
tempat tidur terkunci
6. 09.40
3.4 menghitung resiko jatuh
menggunakan skala Skala mors 55
7. 09.45
3.10 memastikan pagar
pengaman tempat tidur
terpasang
Pagar tempat tidur terpasang
8. 09.45
3.6 mengatur posisi tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
Tempat tidur pada posisi terendah
9. 09.25 3.13 melibatka keluarga dalam
pemenuhan ADL pasien
Keluarga mengerti
10. 12.00 3.1 mengukur tanda vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
S : 36 0C
11. 12.00 2.3 memonitor asupan makan Pasien mengatakan tidak napsu
makan
12. 12.20
2.2 megidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Pasien mengatakan tidak ada alergi
makanan
13. 12.22
1.6 memberikan insulin
nevorapid 4 unit
Kadar glukosa pasien menurun
14. 12.30
1.2 memonitor tanda
hiperglikemi
Pasien mengatakan sering minum dan
serng BAK
15. 12.35
1.3 memonitor intake dan output
cairn
I :2115,14
O :2456
B : + 343.14
16. 12.40
1.4 menganjurkan pasien untuk
mengasup cairan oral
Pasien mengatakan mengerti
17. 13.00
2.6 memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Albumin : 3.0
Berdasarkan tabel 4.10 tabel diatas bahwa intervensi yang dilakukan berdasarkan
dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan
63
keperawatan sesuai intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.
Implementasi pada pasien 1 dilakukan selama 3 hari dirumah sakit pada tanggal
06-08 Mei 2019, dan pasien ke 2 dilakukan selama 3 hari dirumah sakit dari
tanggal 06-08 Mei 2019.
4.1.6 Evaluasi
Tabel 4.11 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 1 dengan Diabetes
Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Hari/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Hari 1
11.00
Dx 1
Ketidak
stabilan
kadar
glukosa
darah
DX I
S : - pasien mengatakan sering minum karena haus
- Pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol
aqua besar
- Pasien mengatakan sering buang air kecil
O : - I : 2455,14
- O : 2116
- B : + 339.14
- GDS : 06.00 235 & 22.00 164
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.1 monitor kadar glukosa darah
1.2 monitor tanda –tanda hiperglikemia
1.3 monitor intake dan output cairan
1.4 berikan asupan cairan oral
1.5 anjurkan kepatuhan terhadap diet
1.6 kolaborasi pemberian terapi obat dan
insulin
12.00 Dx II
Defisit
nutrisi
DX II
S : - pasien mengatakan tidak nafsu makan
O : - Penurunan BB 10 kG
- Pasien hanya menghabiskan 1/4 porsi makananya
- A: Lila: 24 cm
BB : 45 kg
TB : 165cm
-B: Hb : 12.9 g/dl
Ht : 35.4 %
Albumin : 2.6 g/dl
GDS : 244
-C: Bibir : Kering
Kulit : Kulit kaki dan tangan kering
Konjungtiva: Anemis
Rambut : Rapuh
A : Masalah belum teratasi
64
P : Lanjutkan Intervensi
1.3 Monitor turgor kulit
1.4 monitor mual muntah
1.6 monitor konjungtiva
10.30 Dx III
Resiko
Jatuh
DX III
S : - keluarga pasien mengatakan saat ke wc pasien
di bantu keluarga
O : - tidak ada kejadian jatuh
- pagar tempat tidur terpasang
- roda tempat tidur terkunci
- tempat tidur dalam posisi terendah
A : masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
12.00
Dx IV
Kurang
Pengetahuan
DX V
S : - Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan
pendidikan kesehatan tentang dm
- Pasien bertanya tentang kondisi penyakit dan lukanya
- Pasien mengatakan kurang begitu paham tentang
penyakit yang dideritanya
O:- Pasien terlihat tidak tenang
- Pasien tampak waspada terhadap keadaannya
- Pasien hanya diam saat ditanya tentang penyakit dm
yang dideritanya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5.3 Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
Hari ke
2
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi (SOAP) Paraf
10.00 Dx I DX I
S : - pasien mengatakan sering minum karena haus
- Pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol
aqua besar
- Pasien mengatakan sering buang air kecil
O : - I : 2815,14
- O : 2456
- B : + 359.14
- GDS : 06.00 140 & 22.00 243
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.7 monitor kadar glukosa darah
1.8 monitor tanda –tanda hiperglikemia
1.9 monitor intake dan output cairan
1.10 anjurkan kepatuhan terhadap diet
1.11 kolaborasi pemberian terapi obat dan
65
insulin
12.30 Dx II DX II
S : - pasien mengatakan tidak nafsu makan
O : - pasien mengatakan selama sakit baju pasien terasa
longgar
- Pasien hanya menghabiskan 1/2 porsi makananya
- A: Lila: 24 cm
BB : 45 kg
TB : 165cm
-B: Hb : 12.9 g/dl
Ht : 35.4 %
Albumin : 2.6 g/dl
GDS : 140
-C: Bibir : Kering
Kulit : Kulit kaki dan tangan kering
Konjungtiva: Anemis
Rambut : Rapuh
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.3 Monitor turgor kulit
1.4 monitor mual muntah
1.6 monitor konjungtiva
11.00 Dx III DX III
S : -
O : - tidak ada kejadian jatuh
- pagar tempat tidur terpasang
- roda tempat tidur terkunci
- tempat tidur dalam posisi terendah
A : masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
11.30 Dx IV DX IV
S : Pasien mengatakan mulai memahami tentang proses
penyakit dm yang dideritanya
O: Pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan yang
diajukan perawat sesuai informasi yang telah
disampaikan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Hari ke
3
10.10
Dx I DX I
S : - pasien mengatakan sering minum karena haus
- Pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol
aqua besar
- Pasien mengatakan sering buang air kecil
O : - I : 2515,14
- O :1956
- B : + 559.14
- GDS : 06.00 199 & 22.00 232
A : Masalah teratasi sebagian
66
P : lanjutkan intervensi
1.1 monitor kadar glukosa darah
1.2 monitor tanda –tanda hiperglikemia
1.3 monitor intake dan output cairan
1.4
1.5 berikan asupan cairan oral
1.6 anjurkan kepatuhan terhadap diet
1.7 kolaborasi pemberian terapi obat dan insulin
12.00 Dx II DX II
S :- Pasien mengatakan mual mulai berkurang
O: - Pasien menghabiskan 1 porsi makananya
- A : LILA :24
BB : 45 Kg
TB : 165 cm
- B: HB : 12.9 g/ dl
HT : 37.0 %
Albumin : 3.5 g /dl
GDS : 199
- C : Bibir :Kering
Kulit:Kaki kering
Konjungtiva: merah muda
Rambut:Rapuh
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1.4 monitor mual muntah
1.6 monitor konjungtiva
11.00 Dx III S : - keluarga pasien mengatakan saat ke wc pasien
di bantu keluarga
O : - tidak ada kejadian jatuh
- pagar tempat tidur terpasang
- roda tempat tidur terkunci
- tempat tidur dalam posisi terendah
A : masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
13.00 Dx V DX V
S : Pasien mengatakan sudah mualai paham mengenai
penyakit dm yang dideritanya
O: Pasien dapat mengulang beberapa informasi tentang
penyakit dm yang telah disampaikan perawat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
67
Tabel 4.12 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien 2 dengan Diabetes
Militus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Hari/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Hari ke
1
13.00
Dx I DX I
S : - pasien mengatakan sering minum karena haus
- Pasien mengatakan sering haus dan banyak
minum
- Pasien mengatakan sering buang air kecil
O : - I : 2515,14
- O : 2456
- B : + 56.14
- GDS : 06.00 248 & 22.00 164
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.12 monitor kadar glukosa darah
1.13 monitor tanda –tanda hiperglikemia
1.14 monitor intake dan output cairan
1.15 berikan asupan cairan oral
1.16 anjurkan kepatuhan terhadap diet
1.17 kolaborasi pemberian terapi obat dan
insulin
13.30 Dx II DX II
S : - Pasien mengatakan nafsu makan menurun, setiap
makan pasien merasa mual
- pasien mengatakan cepat merasa kenyang setelah
makan
- pasien mengatakan selama dirawat baju klien terasa
longgar
O :- BB menurun sebanyak 10 kg
A: Lila: 26.5 cm
BB : 46 kg
TB : 160cm
B: Hb : 13.7 g/dl
Ht : 37.7 %
Albumin : 3.0 g/dl
GDS : 248
C: Bibir : Kering
Kulit : Kulit tangan dan kaki kering
Konjungtiva: anemis
Rambut : Rapuh
- Klien hanya menghabiskan makananya sebanyak
1/4 porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.3 Monitor turgor kulit
1.4 Monitor mual muntah
1.5 Monitor albumin
1.6 Monitor konjungtiva
1.7 Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
68
1.8 Anjurkan klien minum air hangat
14.30 Dx III DX III
S : - keluarga pasien mengatakan saat ke wc pasien
di bantu keluarga
- pasien mengatakan ingin di pasang selang
kencing
O : - tidak ada kejadian jatuh
- pagar tempat tidur terpasang
- roda tempat tidur terkunci
- tempat tidur dalam posisi terendah
- pasien nampak lemas
A : masalah tidak terjadi
P : lanjutkan intervensi
3.1 memonitor tanda – tanda vital
3.2 identifikasi faktor resiko jatuh
3.3 identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan jatuh
3.4 hitung resiko jatuh menggunakan skala
3.5 pasang pagar pengaman tempat tidur
3.6 atur posisi tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
3.7 libatkan keluarga dalam kebutuhan adl
pasien
14.50 Dx IV DX IV
S : - Pasien bertanya tentang kondisi penyakit
- Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan
pendidikan kesehatan mengenai penyakit dm yang
dideritanya
- Pasien mengatakan kurang begitu paham tentang
penyakit dm yang dideritanya
O: - Pasien terlihat tidak tenang
- Pasien tampak waspada terhadap penyakitnya
- Pasien hanya diam saat ditanya tentang penyakit dm
yang dideritanya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5.2 Jelaskan patofisiologi penyakit dengan cara yang
tepat
5.4 Melakukan pendidikan kesehatan
Hari ke
2
13.00
Dx I DX I
S : - pasien mengatakan sering minum karena haus
- Pasien mengatakan sering haus dan banyak
minum
- Pasien mengatakan sering buang air kecil
O : - I : 2515,14
- O : 2456
- B : + 56.14
- GDS : 06.00 248 & 22.00 164
A : Masalah belum teratasi
69
P : lanjutkan intervensi
1.18 monitor kadar glukosa darah
1.19 monitor tanda –tanda hiperglikemia
1.20 monitor intake dan output cairan
1.21 berikan asupan cairan oral
1.22 anjurkan kepatuhan terhadap diet
1.23 kolaborasi pemberian terapi obat dan
insulin
14.00 Dx II DX II
S :- Pasien mengatakan mual dan muntah mulai berkurang
O :- BB turun 10 kg
- A: Lila: 6.5 cm
BB : 46 kg
TB : 160cm
B: Hb : 13.7 g/dl
Ht : 37.7 %
Albumin : 3.0 g/dl
GDS : 180
C: Bibir : Lembab
Kulit : Kulit tangan dan kaki kering
Konjungtiva: merah muda
Rambut : Rapuh
- Pasien hanya menghabiskan makananya sebanyak
1/2 porsi
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1.3 Monitor turgor kulit
1.4 Monitor mual muntah
1.5 Monitor albumin
1.6 Monitor konjungtiva
1.7 Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
1.8 Anjurkan klien minum air hangat
14.20 Dx III DX III
S : -
O : - tidak ada kejadian jatuh
- pagar tempat tidur terpasang
- roda tempat tidur terkunci
- tempat tidur dalam posisi terendah
- pasien terpasang selang kateter
A : masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
14.30
Dx V DX V
S : - Pasien mengatakan sudah mulai paham mengenai tanda
gejala penyakit dm yang dideritanya
O: - Pasien dapat mengulang beberapa informasi yang telah
disampaikan perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5.5 Melakukan pendidikan kesehatan
Hari ke
3
Dx I DX I
S : - pasien mengatakan sering minum kurang lebih 1 boto
70
12.00 aqua besar
O : - I : 2015,14
- O : 2456
- B : + 1956
- GDS : 06.00 180 & 22.00 168
A : Masalah sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.1 monitor kadar glukosa darah
1.2 monitor tanda –tanda hiperglikemia
1.3 monitor intake dan output cairan
1.4 berikan asupan cairan oral
1.5 anjurkan kepatuhan terhadap diet
1.6 kolaborasi pemberian terapi obat dan
insulin
12.20 Dx II DX II
S :- Pasien mengatakan mual dan muntah mulai berkurang
O :- - BB turun 10 kg
- A: Lila: 26.5 cm
BB : 46 kg
TB : 160 cm
B: Hb : 12.0 g/dl
Ht : 37.0 %
Albumin : 3.5 g/dl
GDS : 155
C: Bibir : lembab
Kulit : Kulit tangan dan kaki kering
Mata : Konjungtiva merah muda
Rambut : Rapuh
- Klien menghabiskan 1 porsi makananya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1.3 Monitor turgor kulit
1.4 Monitor mual muntah
1.7 Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
1.8 Anjurkan klien minum air hangat
10.10 Dx III DX III
S : -
O : - tidak ada kejadian jatuh
- pagar tempat tidur terpasang
- roda tempat tidur terkunci
- tempat tidur dalam posisi terendah
- pasien terpasang selang kateter
A : masalah tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
71
12.40 Dx IV DX IV
S : Klien mengatakan sudah mulai paham mengenai
penyakit dm yang dideritanya
O: Klien dapat mengulangi beberapa informasi tentang
penyakit dm yang telah disampaikan perawat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Tabel diatas menjelaskan bahwa pada klien 1 dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari, evaluasi pada klien satu menunjukan 2 diagnosa keperawat teratasi,
dan 2 diagnosa keperawatan teratasi sebagian,. Pada klien 2 dilakukan perawatan
selama 3 hari, Evaluasi klien 2 diagnosa yang teratasi 2, teratasi sebagian 2.
4.2 Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian
maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada klien 1 dan 2
dengan kasus Diabetes Millitus yang telah dilakukan sejak tanggal 06-08 Mei
2019 diruangan Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
4.2.1 Pengkajian
Ketidak Stabilan kadar glukosa darah pada pengkajian pasien pertama keluhan
subjektif yaitu pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kecil, pasien
mengeluh lemas dan keluhan objektif yaitu pasien nampak sering minum, nampak
lelah lemas, kadar glukosa dalam darah tinggi 244.
Pada pengkajian pasien kedua keluhan subjektif pasien mengeluh merasa lemas
dan lelah, pasien mengeluh sering minum sehingga pasien sering biang air kecil.
72
Keluhan objektif pasien terlihat lemas dan lelah, pasien sering minum dan buang
air kecil,kadar glukosa dalam darah tinggi 248.
Hal ini sesuai menurut teori Dalimatha (2007) pada penyakit Diabetes Militus
yang memiliki tanda dan gejala sering haus,sering buang air kecil, mual, lelah atau
lemah, dan kadar glukosa dalam darah/urine tinggi.
Berdasarkan pendapat penulis terhadap kesamaan dan kesenjagan antara kasus
peneliti temukan dengan teori yang dikemukakan pada klien diabetes militus
dengan ketidak Stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin yaitu, pasien merasa haus, pasien sering buang air kecil, pasien merasa
lemah dan lelah,dan glukosa dalam darah pasien tinggi.
Gangguan nutrisi pada pengkajian pasien pertama keluhan subjektifnya yaitu klien
mengeluh mual,perut terasa kenyang saat makan, dan keluhan objektif, penurunan
berat badan 10 kg, kulit kering, bibir kering, pemeriksaan antroprometri lingkar
lengan 24 cm, berat badan 45 kg, tinggi badan 165 cm, pemeriksaan hemoglobin
12.9 g/dl, albumin 2,6 g/dl, bibir kering, kulit kaki tangan kering, dan konjungtiva
anemis.
Pada pengkajian pasien kedua keluhan subjektif nafsu makan menurun
dikarenakan mual, perut terasa kenyang, dan keluhan objektif pemeriksaan
antroprometri lingkar lengan 26.5 cm, berat badan 48 kg, tinggi badan 160 cm,
pemeriksaan hemoglobin 13.7 g/dl, albumin 3.0 g/dl, bibir kulit tangan dan kaki
kering, mata anemis .
73
Hal ini sesuai teori menurut Doenges (2000) pada penyakit Diabetes Militus yang
memiliki tanda dan gejala hilang nafsu makan, mual/muntah, penurunan berat
badan, kulit kering, turgor jelek, distensi abdomen, dan napas berbau aseton.
Berdasarkan pendapat penulis terhadap kesamaan dan kesenjagan antara kasus
peneliti temukan dengan teori yang dikemukakan pada pasien diabetes militus
dengan deficit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu mual,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kulit kering, mata anemis,
penurunan hemoglobin, dan rambut rapuh .
Resiko jatuh pada pasien pertama tidak ada keluan subjektif. Keluhan objektif
pasien yaitu dari penilaian skala jatuh menggunakan skala morse berjumlah 55
yang berarti resiko tinggi untuk jatuh, tingginya kadar glukosa dalam darah,
lamanya pasien menderita diabetes, dan kondisi lingkungan pasien saat di rawat.
Pada pasien kedua sama tidak memiliki keluhan subjektif. Keluhan objektif pasien
yaitu dari penilaian skala jatuh menggunakan skala morse berjumlah 55 yang
berarti resiko tinggi untuk jatuh, tingginya kadar glukosa dalam darah, lamanya
pasien menderita diabetes, dan kondisi lingkungan pasien saat di rawat.
Menurut Montana Chronic Disease Prevention & health promotion bireau (2010)
tingginya kadar glukosa dalam darah/urine, serta lamanya seseorang menderita
diabetes melitus dapat meningkatkan potensi unuk jatuh karena semakin lama
seseorang menderita diabetes melitus meningkatkan terjadinya berbagai macam
komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler sehingga dapat
menyebabkan terjadinya penurunan pada sistem keseimbangan tubuh. Demikian
faktor lain seperti tingginya glukosa dalam darah/urine, pengkonsumsian obat-
74
obatan diabetes, usia, kekuatan dan keseimbangan tubuh, serta lingkungan tempat
tinggal.
Pengkajian diagnosa terakhir klien pertama keluhan subjektifnya yaitu pasien
selalu bertanya mengenai kondisi penyakit dikarenakan belum pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya serta kurang begitu paham tentang penyakit diabetes
melitus yang dideritanya keluhan objektif pasien tidak terlihat tenang. Pada pasien
kedua keluhan subjektif yaitu pasien kurang begitu memahami mengeni penyakit
diabetes mellitus data objektif pasien tidak tenang dan hanya diam saat ditanya
mengenai penyakit dm yang dideritanya
Menurut Notoadmodjo (2004), Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
diabetes mellitus mengakibatkan masyarakat baru sadar terkena penyakit diabetes
mellitus setelah mengalami sakit parah Menurut penulis klien yang tidak
memahami mengenai kondisi penyakit yang dideritanya maka sulit untuk
dilakukan pencegahan terjadinya luka maka sesuai fakta dengan teori yang
dikemukakan.
Maka kesimpulan penulis mengenai keluhan subjektif serta objektif yang terjadi
pada pasien diabetes militus dengan teori menurut beberapa penelitian sesuai
antara teori dan fakta.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dalam SDKI (2017)
terdapat 10 diagnose keperawatan yang muncul pada kasus diabetes millitus yaitu,
defisit nutrisi, resiko syok, gangguan intergritas kulit dan jaringan, resiko infeksi,
retensi urin, perfusi perifer tidak efektif, resiko ketidakseimbangan elektrolit,
75
ketidakstabilan kadar glukosa darah, Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak
Efektif, dan Resiko perfusi renal tidak efektif.
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawatan
yang ditegakkan pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan resistensi insulin, Defisit Nutrisi berhubungan dengan
kurang asupan makanan, resiko jatuh berhubungan dengan perubahan kadar
glukosa darah dan Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
Berikut pembahasan diagnose yang muncul sesuai teori pada kasus pasien 1 dan 2
yaitu :
4.2.2.1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin
Dimana kedua pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kecil, pasien
mengeluh lemas dan keluhan objektif yaitu pasien nampak sering minum, nampak
lelah lemas, dan kadar glukosa dalam darah tinggi . ketidak stabilan kadar glukosa
darah pada diabetes melitus di sebabkan karena pasien yang mengalami risistensi
insulin tidak dapat mempertahan kan kadar glukosa plasma. Pada hiperglikemia
parah, akan timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan menyebabkan deuresis
osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potassium, dan pospat resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah dengan cara
insulin terikat dengan reseptor khusus permukaan sel.
76
Menurut penulis pasien yang memiliki diabetes mellitus berisiko terjadinya
ketidak stabilan kadar gula darah dikarenakan terganggunya kestabilan glukosa
dalam darah yang disebabkan kekurangan insulin yang di hasilkan oleh kelenjar
pankreas.
4.2.2.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
Dimana kedua pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun, perut terasa penuh,
kulit kering, berat badan turun, hemoglobin normal, konjungtiva anemis. Defisit
nutrisi pada diabetes melitus disebabkan karena ketidakmampuan dalam mendapat
dan mengolah makanan, kurang pengetahuan mengenai gizi esensial dan diet
seimbang, tidak nyaman selama atau setelah makan, disfagia, anoreksia
(kehilangan nafsu makan), mual atau muntah, dan sebagainya.
Pencernaan dan penyerapan zat gizi yang tidak sesuai disebabkan karena produksi
hormon yang tidak memadai. Defisit nutrisi dihubungkan dengan penurunan berat
badan yang mencolok, kelemahan umum, perubahan kemampuan fungsional,
kelambatan penyembuhan luka, peningkatan kerentanan terhadap infeksi, dan
perpanjangan rawat inap (Barbara et al., 2011). Pada diabetes sel-sel
membutuhkan insulin untuk membawa glukosa hanya sekitar 25% untuk energi.
Kecuali jaringan saraf, eritrosit dan sel-sel usus, hati dan tubulus ginjal tidak
membutuhkan insulin untuk trasport glukosa. Sel-sel lain sepeti, jaringan adipose,
otot jantung membutuhkan insulin untuk transport glukosa.
Tanpa adekuatnya jumlah insulin, banyak glukosa tidak dapat digunakan, supaya
terjadi keseimbangan agar gula darah kembali menjadi normal maka tubuh
mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada dalam urin
77
(glukosuria) (Tarwoto, 2012). Glukosa yang hilang bersamaan dengan urin
menyebabkan terjadinya penurunan berat badan, hal ini menyebabkan berisiko
terjadinya defisit nutrisi (Khasanah, Purwanti, & Sunarto, 2016).
Menurut penulis pasien yang memiliki diabetes mellitus berisiko terjadinya deficit
nutrisi dikarenakan kemampuan tubuh tidak stabil dalam mengelolah asupan
nutrisi secara menyeluruh.
4.2.2.3 Resikojatuh berhubungan dengan perubahan kadar glukosa darah
Diagnosa ini muncul karena dari penilaian skala mors kedua pasien beresiko
jatuh, mengeluh lemas, dan lelah, kaki kesemutan, sering buang air kecil dan
kondisi lingkungan rumah sakit yang licin.
Diabetes melitus adalah penyakit yang disebebkan oleh penurunan kadar hormon
insulinyang di produksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa
yang di konsumsi oleh tubuh tidak dapat di proses secara sempurna sehingga
konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Meningkatnya kadar glukosa
pada darah mengakibatkan pasien merasa lemas,lemah pusing mual, sehingga
sangat beresiko untuk jatuh.
Menurut penulis pasien yang memiliki diabetes mellitus berisiko jatuh
dikarenakan kemampuan tubuh tidak stabil dalam beraktivitas.
4.2.2.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Diagnosa ini muncul karena kedua klien tidak tau mengenai kondisi penyakit dan
lukanya bisa sembuh dikarenakan belum pernah diberikan pendidikan kesehatan
tentang diabetes melitus.
78
Tingginya jumlah penderita diabetes melitus antara lain disebabkan oleh
perubahan gaya hidup masyarakat, tingkat pengetahuan rendah, kesadaran untuk
melakukan deteksi dini penyakit diabetes mellitus yang kurang, minimnya
aktivitas fisik dan pengaturan pola makan tradisional yang mengandung banyak
karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan kebarat-baratan, dengan
komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam,
dan sedikit mengandung serat (Sudoyo, 2006).
Menurut penulis tingkat pengetahuan pasien dilihat dari lama, dan pengalaman
pasien memiliki penyakit diabetes mellitus.
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan
masalah keperawatan ketidak stabilan kadar glukosa darah berdasarkan criteria
hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan urine output,
bibir lembap, tidak ada peningkatan kadar glukosa darah. Rencana tindakan
dalam ketidak stabilan kadar glukosa darah meliputi: monitor kadar glukosa
darah, monitor tanda –tanda hiperglikemia, monitor intake dan output cairan,
berikan asupan cairan oral, anjurkan kepatuhan terhadap diet, kolaborasi
pemberian terapi obat dan insulin
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan
masalah keperawatan deficit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
berdasarkan criteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan deficit nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil: Pasien
79
menghabiskan 1 porsi makananya, tidak ada tanda mal nutrisi, tidak terjadi
penurunan BB yang berarti, kulit dan bibir klien tidak kering. Rencana tindakan
dalam diagnose deficit nutrisi meliputi: kaji adanya alergi makanan, beri informasi
tentang kebutuhan nutrisi, monitor turgor kulit, monitor mual dan muntah,
monitor kadar albumin, monitor konjugtiva, anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering, dan anjurkan pasien minum air hangat.
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua klien dengan
masalah keperawatan resiko jatuh berhubungan dengan perubahan kadar glukosa
darah berdasarkan criteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan tidak ada kejadian jatuh dengan kriteria hasil: tidak
ada kejadian jatuh. Rencana tindakan dalam diagnose gangguan mobilitas fisik
meliputi: monitor tanda- tanda vital, monitor resiko jatuh, identifikasi lingkungan
yang meningkatkan jatuh, hitung resiiko jatuh menggunakan skala, pasang
pengaman tempat tidur, atur posisi tempat tidur paa posisi terendah, libatkan
keluarga dalamkebutuhan ADL pasien.
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan
masalah keperawatan deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi berdasarkan criteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan deficit pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria
hasil: pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya. Rencana
tindakan dalam diagnose deficit pengetahuan meliputi: berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit, jelaskan patofisiologi
80
penyakit dengan cara yang tepat, gambarkan tanda gejala muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat, melakukan pendidikan kesehatan.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien satu selama 3 hari perawatan pada pasien
satu hari pertama tanggal 06 Mei 2019 jam 09.00 yaitu tindakan mengukur tanda –
tanda vital dengan hasil tekaan darah 140/90 mmHg, pernapasan 19x/menit, nadi
92x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.10 dilakukan tindakan kolaborasi pemberian
obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin melalui oral evaluasi pasien
mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.15 memonitor faktor resiko jatuh
evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam 09.20 mengidentifikasi faktor
lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail tempat tidur terpsang, roda
tempat tidur terkunci, jam 09.20 menghitung resiki jatuh menggunakan skala mors
evaluasi skala jatuh 55, jam 09.25 memastikan pagar tempat tidur terpasangevaluasi
pagar tempat tidur terpasang,jam 09.25 memastikan tempat tidur daalam posisi
terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30 melibatkan
keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam 12.00 mengkur
tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan 20x/menit nadi
88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi pasien
mengatakn tidak napsu makan,jam 12.20 mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.22 memberikan
terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.30 memonitor tanda hiperglikemi evaluasi
pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam 12.35 memonitor intke dan
output pasien evaluasi input 2515,14 output 2456 belen cairan +59.14. jam 12.40
81
menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien mengerti, jam 13.00
memonitor hasil pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 2.6
Pada hari kedua tindakan yang dilakukan pada klien satu yaitu jam 09.00 yaitu
tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 140/90 mmHg,
pernapasan 19x/menit, nadi 92x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.10 dilakukan
tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin
melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.15
memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam
09.20 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail
tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.20 menghitung resiki jatuh
menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.25 memastikan pagar tempat
tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 09.25 memastikan tempat
tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30
melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam
12.00 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan
20x/menit nadi 88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi
pasien mengatakn tidak napsu makan,jam 12.20 mengidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.22
memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.30 memonitor tanda
hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam 12.35
memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2815,14 output 2456 belen cairan
+359.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien
mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 2.6,
82
jam 13.30 memberik pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga evaluasi pasien
mulai mengerti namun tidakdapat mengulang apa yang di sampaikan oleh perawat
Pada hari ketiga tindakan yang dilakukan pada klien satu yaitu jam 09.00 yaitu
tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 130/90 mmHg,
pernapasan 19x/menit, nadi 90x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.10 dilakukan
tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin
melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.15
memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam
09.20 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail
tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.20 menghitung resiki jatuh
menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.25 memastikan pagar tempat
tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 09.25 memastikan tempat
tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30
melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam
12.00 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan
18x/menit nadi 88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi
pasien mengatakn tidak napsu makan,jam 12.20 mengidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.22
memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.30 memonitor tanda
hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam 12.35
memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2815,14 output 2456 belen cairan
+359.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien
mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 2.6,
83
jam 13.40 memberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit evaluasi pasien dan
keluarga mampu menyebutkan apa yang di terangkanoleh perawat
Tidak semua intervensi terlaksana selama perawatan tiga hari pada klien satu ada
intervensi yang belum dilakukan yaitu diagnose deficit nutrisi berhubungan
dengan kurang asupan makanan ialah memberi informasi tentang kebutuhan
nutrisi, memonitor turgor kulit, kedua intervensi ini tidak dilakukan karena masuk
kedalam pengkajian awal, dan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dijelaskan
bersamaan dengan pendidikan kesehatan pada hari ketiga,
Pada klien dua hari pertama tanggal 06 Mei 2019 jam 09.30 tindakan yang dilakukan
pada klien dua yaitu tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah
140/90 mmHg, pernapasan 19x/menit, nadi 92x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.40
dilakukan tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan
mitformin melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam
09.45 memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas,
jam 09.50 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi
Handrail tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.50 menghitung
resiki jatuh menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.55 memastikan
pagar tempat tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 10.00
memastikan tempat tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien dalam
posisi terendah, 09.30 melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien evaluasi
pasien mengerti, jam 12.30 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan darah 130/90
mmHg pernapasan 20x/menit nadi 88x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor
asupan makanan evaluasi pasien mengatakn tidak napsu makan,jam 12.35
84
mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada
alergi makan, jam 12.42 memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.40
memonitor tanda hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan
BAK, jam 12.45 memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2115,14 output
2456 belen cairan -343.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral
evaluasi pasien mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
evaluasi albumin 3.0
Pada hari kedua tindakan yang dilakukan pada klien dua yaitu tindakan mengukur
tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 140/90 mmHg, pernapasan
19x/menit, nadi 90x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.40 dilakukan tindakan
kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan mitformin melalui
oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam 09.45 memonitor
faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan lemas, jam 09.50
mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh evaluasi Handrail
tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.50 menghitung resiki
jatuh menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam 09.55 memastikan
pagar tempat tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur terpasang,jam 10.00
memastikan tempat tidur daalam posisi terendah evaluasi tempat tidur pasien
dalam posisi terendah, 09.30 melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien
evaluasi pasien mengerti, jam 12.30 mengkur tanda vital pasien evaluasi tekanan
darah 130/80 mmHg pernapasan 18x/menit nadi 85x/menit suhu 360C, jam 12.20
memonitor asupan makanan evaluasi pasien mengatakn tidak napsu makan,jam
12.35 mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan evaluasi pasien mengatakn
85
tidak ada alergi makan, jam 12.42 memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4
unit,jam 12.40 memonitor tanda hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan
sering minum dan BAK, jam 12.45 memonitor intke dan output pasien evaliasi
input 2815,14 output 2456 belen cairan +359.14. jam 12.40 menganjrkan pasien
untuk mengasup cairan oral evaluasi pasien mengerti, jam 13.00 memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium evaluasi albumin 3.0,jam 13.30 memberikan penddikan
kesehatan terkait penyakit evaluasi pasien mengerti
Pada hari ketiga tindakan yang dilakukan pada klien dua jam 09.30.00 yaitu
tindakan mengukur tanda – tanda vital dengan hasil tekaan darah 130/90 mmHg,
pernapasan 19x/menit, nadi 90x/menit, suhu tubuh 360C , jam 09.40 dilakukan
tindakan kolaborasi pemberian obat mitroclorapid melalui intravena dan
mitformin melalui oral evaluasi pasien mengatakan mual, badan terasa lemas., jam
09.45 memonitor faktor resiko jatuh evaluasi pasien mengatakan pusing dan
lemas, jam 09.50 mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan jatuh
evaluasi Handrail tempat tidur terpsang, roda tempat tidur terkunci, jam 09.50
menghitung resiki jatuh menggunakan skala mors evaluasi skala jatuh 55, jam
09.55 memastikan pagar tempat tidur terpasangevaluasi pagar tempat tidur
terpasang,jam 10.00 memastikan tempat tidur daalam posisi terendah evaluasi
tempat tidur pasien dalam posisi terendah, 09.30 melibatkan keluarga dalam
pemenuhan ADL pasien evaluasi pasien mengerti, jam 12.30 mengkur tanda vital
pasien evaluasi tekanan darah 130/90 mmHg pernapasan 19x/menit nadi
85x/menit suhu 360C, jam 12.20 memonitor asupan makanan evaluasi pasien
mengatakn tidak napsu makan,jam 12.35 mengidentifikasi alergi dan intoleransi
86
makanan evaluasi pasien mengatakn tidak ada alergi makan, jam 12.42
memberikan terapi insuln evaluasi apidra 4 unit,jam 12.40 memonitor tanda
hiperglikemi evaluasi pasien pasien mengatakan sering minum dan BAK, jam
12.45 memonitor intke dan output pasien evaliasi input 2015,14 output 1956 belen
cairan +59.14. jam 12.40 menganjrkan pasien untuk mengasup cairan oral
evaluasi pasien mengerti, jam 13.00 memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
evaluasi albumin 3.6
Tidak semua intervensi terlaksana selama perawatan tiga hari pada klien dua ada
intervensi yang belum terlaksana yaitu diagnose deficit nutrisi berhubungan
dengan kurang asupan makanan ialah memberi informasi tentang kebutuhan
nutrisi, memonitor turgor kulit, kedua intervensi ini tidak dilakukan karena masuk
kedalam pengkajian awal, dan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dijelaskan
bersamaan dengan pendidikan kesehatan pada hari kedua.
4.2.5 Evaluasi Keperawatan
4.2.5.1 Ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien satu setelah perawatan selama tiga hari
pada pasien satu keluhan subjektif pasien mengatakan sering minum karena haus,
pasien mengatakan minum sebanyak 1 botol besar aqua, pasien mengatakan sering
buang air kecil keluhan objektif yaitu cairan input pasien 2515.14 output 1956
belencairan +343.14 kadar glukosa darah pada pukul 06.00 199 dan pada pukul
22.00 232. Masalah teratasi seperti seringnya pasien merasa haus dan buang air
kecil dan kadar glukosa darah yang tinggi.
87
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien satu setelah perawatan selama tiga hari
pada pasien satu keluhan subjektif pasien mengatakan pasien mengatakan minum
sebanyak 1 botol besar aqua, keluhan objektif yaitu cairan input pasien 2015.14
output 1956 belencairan +59.14 kadar glukosa darah pada pukul 06.00 180 dan
pada pukul 22.00 168
Masalah teratasi seperti seringnya pasien merasa haus dan buang air kecil dan
kadar glukosa darah yang tinggi.
4.2.5.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien satu setelah perawatan selama tiga hari
pada klien satu keluhan subjektif klien mengatakan mual mulai berkurang, klien
menghabiskan 1 porsi makananya data objektif pemeriksaan antroprometri lingkar
lengan 24 cm, berat badan 45 kg, tinggi badan 165 cm, pemeriksaan laboratorium
hemoglobin 12,9 g/dl, hemotokrit 37,0 %, Albumin 3,5 g/dl, Gds 199 g/dl, bibir,
kulit kering, konjugtiva merah muda, dan rambut rontok .Masalah masih sebagian
tertasi sesuai dengan kritera hasil ada masalah yang belum teratasi seperti kulit
kaki dan bibir klien kering.
Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada klien dua setelah perawatan selama
tiga hari pada klien dua keluhan subjektif klien mengatakan mual muntah mulai
berkurang keluhan objektif pada pemeriksaan antroprometri lingkar lengan 24 cm,
berat badan 42 kg ada penurunan berat badan yaitu 6 kg, tinggi badan 151 cm,
pemeriksaan darah hemoglobin 12 g/dl, hemotokrit 37 %, albumin 3,5 g/dl, gds
155 g/dl, kulit tangan dan kaki kering. Masalah masih sebagian tertasi sesuai
88
dengan kritera hasil ada masalah yang belum terpenuhi seperti kulit kaki dan bibir
klien kering.
4.2.5.3 Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan kadar glukosa darah
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada klien satu
keluhan objektif tidak ada kejadian jatuh, pagar tempat tidur terpasang, roda
tempat tidur terkunci, tempat tidur dalam posisi terendah. Masalah teratasi sesuai
kriteria hasil yang diinginkan.
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada klien dua
keluhan objektif tidak ada kejadian jatuh, pagar tempat tidur terpasang, roda
tempat tidur terkunci, tempat tidur dalam posisi terendah,pasien terpasang kateter.
Masalah teratasi sesuai kriteria hasil yang diinginkan.
4.2.5.4 Defisit pengetahuan berhungan dengan kurang terpapar informasi
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada klien satu
keluhan subjektif klien mengatakan sudah mulai paham mengenai penyakit yang
dideritanya keluhan objektif klien dapat mengulangi beberapa informasi tentang
penyakit diabetes mellitus yang telah disampaikan perawat. Masalah teratasi
sesuai dengan kritera hasil yang diinginkan.
Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama tiga hari pada
klien dua keluhan subjektif klien mengatakan sudah paham mengenai penyakit
yang dialaminya keluhan objektif klien dapat mengulangi beberapa informasi
tentang penyakit dm yang telah disampaikan . Masalah tertasi sesuai dengan
kritera hasil yang diinginkan.
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien diabetes
melitus di ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie .Penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua klien menunjukkan adanya
tanda gejala yang sama. Keluhan yang dirasakan oleh klien ke 1 juga
dirasakan oleh klien ke 2 . Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan
oleh kedua klien yaitu demam, mual, kaki keram, tidak napsu makan dan
kadar glukosa yang tidak normal. Hal ini menjukkan bahwa pasien
terdiagnosa diabetes melitus.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua klien tersebut yaitu,
Ketidak Stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin, Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis, Resiko jatuh
b.b perubaahan kadar glukosa darah, Defisit pengetahuan tentang penyakit
dm yang dideritanya berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh penulis, bertujuan
untuk mengatasi terjadinya masalah yang di rasakan oleh pada pasien.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
penulis susun. Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan
90
rencana yang dibuat, dan penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara
intervensi yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan .
5.2 Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus dilakukan selama
3 hari perawatan oleh penulis. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada
kedua pasien menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang dialami pasien 1
yaitu 2 diagnosa teratasi sebagian dan 2 diagnosa sudah teratasi. Diagnosa
teratasi sebagian ketidak stabilan kadar glukosa darah yang dapat di lihat dari
belum stabilnya kadal glukosa darah (199), defisit nutrisi dapat dilihat dari
belum adekuatnya kebuthan nutrisi pasien. Diagnosa yang sudah teratasi yaitu
resiko jatuh dapat dilihat dari tidak adanya kejadianjatuh pada pasien,
kurangnya perngetahuan terkait penyakit yang dilihat dari pasien paham terkait
penyakit yang dialami.. Hasil evaluasi keperawatan pada pasien yaitu 2
diagnosa teratasi sebagian dan 2 diagnosa sudah teratasi. Diagnosa teratasi
sebagian ketidak stabilan kadar glukosa darah yang dapat di lihat dari belum
stabilnya kadal glukosa darah (155), defisit nutrisi dapat dilihat dari belum
adekuatnya kebuthan nutrisi pasien. Diagnosa yang sudah teratasi yaitu resiko
jatuh dapat dilihat dari tidak adanya kejadianjatuh pada pasien, kurangnya
perngetahuan terkait penyakit yang dilihat dari pasien paham terkait penyakit
yang dialami.
91
5.3 Saran
5.3.1 Bagi Instansi Rumah Sakit
Diharapkan dengan memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan
kerjasaa yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien yang di tunjukan untuk
menigkatkan mutu pelayana asuhan keperawatan yang optimal.
5.3.2 Bagi Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu
dengan memberikan suport serta mendukung segala bentuk pengobatan yang
terbaik. Saat responden melakukan diet, keluarga berperan dalam
mengingatkan tentang makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi dan dapat
memantau aktivitas selama prose diet.
5.3.3 Bagi Penulis Selanjutnya
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan studi kasus
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Assosiation (ADA). (2012). Diagnosis And Classification Of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 34 (1) : 42-57.
American Diabetes Association (ADA). (2015). Standards of medical care in
diabetes. Diabetes Care,3(1), 1-93.
Brunner, Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Dalimartha, S. (2007). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus.
Jakarta : Penebar Swadaya
Departemen Kesehatan RI, (2015). Farmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus.
Doengoes, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC
Guyton, A. C., Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022
Guyton, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). 11 ed. Rachman
RY, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2006.
P. 423-35
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak –
Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
IDF. (2015). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation
2013.http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf
diakses tanggal 23 November 2018.
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition
2015. Dunia : IDF
Muttaqin,Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
NANDA ( 2013 ). Diagnosa Keperawatan Jakarta : EGC
NANDA ( 2016 ). Diagnosa Keperawatan Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
Price, S.A., dan Wilson, L.M., (2006), Patofisiologi, Konsep Klinis ProsesProses
Penyakit,Edisi 6, hal. 1271; Huriawati H, Natalia S, Pita Wulansari, Dewi
Asih (eds), Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 23 November 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20 2013.pdf.
Rendy dan Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, (2002), Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.
Sudoyo A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI; 2006.
Tarwoto dan Wartonah, (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Jakarta. Salemba Medika.
Waspadji, S. (2007). Penatalaksanan Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
WHO. (2016) STEPS: A framework for Survaillance, the WHO STEP (Use
Approach to Surveillance of Noncommunicable Diseases). Geneva. Dalam
http://www.who.int/cardiovasculardiseases/resources/atlas/en/ Diakses 28
Juli 2010.