neurobiologi mual dan muntah

5
Neurobiology of nausea and vomiting Indra penciuman dan pengecapan merupakan pintu gerbang dari saluran pencernaan, walau tidak selalu efektif dalam mendeteksi kualitas makanan, namun adanya reaksi seperti mual dan muntah dapat sebagai mekanisme tambahan untuk mencegah masuknya makanan yang tidak sehat, berperan besar dalam tingkat pertahanan berikutnya. Emesis, bersama dengan diare, membantu membersihkan saluran pencernaan dari racun berbahaya yang tertelan. Respon muntah terdapat pada banyak spesies, di sebagian besar vertebrata dan setidaknya satu invertebrata, yaitu jenis pleurobanchaea gastropoda. Namun, penilaian yang luas dari respon muntah seluruh spesies terbatas pada masalah membedakan emesis dari proses regurgitasi dan ruminasi; emesis secara fungsional berbeda dan kemungkinan merupakan ejeksi yang lebih kuat dari isi lambung. Mual adalah pengalaman tidak menyenangkan yang sering menyertai emesis, dan persepsi yang berbeda dari rasa sakit atau stres. Meskipun jarang terjadi, muntah dapat terjadi tanpa rasa mual. Mual bukan hanya hasil dari rendahnya tingkat rangsangan pada sistem muntah, yang jika hanya meningkat dalam intensitas tertentu akan mengakibatkan muntah. Mual lebih sulit untuk diterapi dari pada emesis yang menggunakan obat anti-emesis. Tingkat keparahan keluhan emesis akibat obat (misalnya, dari kemoterapi kanker) dapat dikontrol dengan obat-obat anti-emesis, seperti 5-HT3 dan antagonis reseptor NK1; tapi mual masih menjadi masalah yang terus-menerus terjadi. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa mual dan muntah

Upload: clarael3604

Post on 13-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Neurobiology of Nausea and Vomiting

TRANSCRIPT

Neurobiology of nausea and vomiting

Indra penciuman dan pengecapan merupakan pintu gerbang dari saluran pencernaan, walau tidak selalu efektif dalam mendeteksi kualitas makanan, namun adanya reaksi seperti mual dan muntah dapat sebagai mekanisme tambahan untuk mencegah masuknya makanan yang tidak sehat, berperan besar dalam tingkat pertahanan berikutnya. Emesis, bersama dengan diare, membantu membersihkan saluran pencernaan dari racun berbahaya yang tertelan. Respon muntah terdapat pada banyak spesies, di sebagian besar vertebrata dan setidaknya satu invertebrata, yaitu jenis pleurobanchaea gastropoda. Namun, penilaian yang luas dari respon muntah seluruh spesies terbatas pada masalah membedakan emesis dari proses regurgitasi dan ruminasi; emesis secara fungsional berbeda dan kemungkinan merupakan ejeksi yang lebih kuat dari isi lambung.Mual adalah pengalaman tidak menyenangkan yang sering menyertai emesis, dan persepsi yang berbeda dari rasa sakit atau stres. Meskipun jarang terjadi, muntah dapat terjadi tanpa rasa mual. Mual bukan hanya hasil dari rendahnya tingkat rangsangan pada sistem muntah, yang jika hanya meningkat dalam intensitas tertentu akan mengakibatkan muntah. Mual lebih sulit untuk diterapi dari pada emesis yang menggunakan obat anti-emesis. Tingkat keparahan keluhan emesis akibat obat (misalnya, dari kemoterapi kanker) dapat dikontrol dengan obat-obat anti-emesis, seperti 5-HT3 dan antagonis reseptor NK1; tapi mual masih menjadi masalah yang terus-menerus terjadi. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa mual dan muntah setidaknya merupakan sebagian proses fisiologis yang terpisah. Beberapa ahli berpendapat, mual adalah kekuatan pendorong di belakang pengembangan kondisi dari rasa keengganan (conditioned flavor aversions) - sehingga memberikan stimulus berkondisi ampuh untuk mendukung respon adaptasi dalam menghindari konsumsi makanan yang membuat kita sakit.Mual dan muntah pada kehamilan memiliki keuntungan adaptif. Salah satu yang penting, trimester pertama adalah masa pertumbuhan janin yang cepat, dan termasuk masa kritis perkembangan SSP, yang sangat rentan terhadap toksikosis. Ibu hamil juga memilih-milih jenis makanan yang akan dikonsumsi selama periode ini dan cenderung menghindari daging dan produk ikan, yang berpotensi mengandung patogen yang mungkin membahayakan janin. Pada manusia, kehadiran mual dan muntah akibat kehamilan pada trimester pertama berkorelasi dengan kehamilan yang sehat. Hanya dalam kasus-kasus langka mual dan muntah yang melampaui interval waktu ini, dapat berisiko terhadap kesehatan ibu dan janin; suatu kondisi ini yang disebut hiperemesis gravidarum.Selain perhatian untuk makanan tercemar, aktivasi sistem mual dan muntah tampaknya memiliki kecenderungan untuk menjadi aktif oleh sejumlah besar kondisi yang lebih maju. Mual dan muntah sebagai sistem proteksi tidak akan pernah salah mendeteksi , dan dengan demikian harus memiliki ambang yang rendah untuk aktivasi. Obat modern sekarang ini cenderung memprovokasi mual dan muntah, termasuk banyaknya perawatan obat dan pemulihan pasca operasi. Perlunya studi yang signifikan untuk mengembangkan obat anti-muntah untuk menekan gejala mual dan muntah sebagai efek samping dari beberapa agen anti-kanker dengan berpotensi tinggi terjadinya muntah, seperti cisplatin.Berbagai macam obat lain juga memiliki efek samping mual dan muntah dalam dosis yang ditentukan, dan banyak obat akan menghasilkan efek ini pada dosis tinggi. Salah satu alasan penting untuk membuat studi dalam gejala mual dan muntah yaitu kemungkinan untuk merancang suatu obat "bersih", yang sedikit berpengaruh dalam mencetuskan respon mual dan muntah tapi masih mempertahankan khasiat untuk pengobatan kausal.Beberapa ahli juga belum menemukan hubungan neurologis yang pasti antara gerak (motion atau ilusi) dengan gejala mual dan muntah ["mual," mengacu pada mabuk laut, berasal dari kata Yunani "Naus," yang berarti kapal]. Mual dan muntah pada mabuk perjalanan (motion sickness) yang diduga hasil dari konflik sensorik mengenai posisi tubuh dalam suatu ruang, masih belum tersedia teori yang memuaskan mengapa ada hewan memiliki mekanisme ini sejak awalnya.Neurobiologi Mual dan Muntah

Suatu hal yang penting untuk memahami neurobiologi mual dan muntah adalah seberapa besar output terkait. Ada banyak tanda-tanda prodromal dan beberapa di antaranya tidak spesifik terkait dengan mual dan muntah (misalnya, air liur dan keringat). Jelas sistem saraf otonom, dengan output berkeringat, air liur, fungsi lambung, dan sering vasokonstriksi, erat terhubung pada jalur saraf untuk mual dan muntah. Gejala muntah (pengeluaran isi lambung) biasanya didahului oleh beberapa respon mual, tapi gejalan mual dan muntah dapat terjadi secara terpisah dan melibatkan proses yang berbeda secara muskular. Selama mual, tekanan dinding thorax menurun dan tekanan abdomen meningkat, yang dapat berfungsi untuk posisi isi lambung dan mengatasi resistensi esofagus. Sebaliknya, muntah terjadi dengan peningkatan tekanan thorax dan tekanan abdomen. Tidak seperti refleks sederhana, kejadiannya yang dapat diprediksi dari intensitas rangsangan, ambang batas untuk respon muntah lebih variabel. Bahkan dengan studi yang terkendali baik pada hewan, waktu respon untuk terjadinya muntah cukup bervariasi. Setelah perawatan emetogenik, masa laten untuk muntah episode pertama dan interval antar respon sulit diprediksi secara presisi, dengan respon kadang-kadang berkisar antara menit ke jam. Sindrom muntah siklik (CVS; cyclic vomiting syndrome) pada manusia termasuk masalah yang sangat kompleks karena interval episode muntah bisa 2 sampai 4 minggu.Obat anti-muntah, seperti antagonis reseptor NK1, menghambat banyak jenis emesis (yang disebabkan oleh obat-obatan, gerak, stimulasi vagal, dll) menunjukkan adanya jalur akhir pada proses emesis. Cerebral, vestibular, daerah postrema, dan sensoris aferen memberikan stimulus untuk mual dan muntah yang berkumpul pada nukleus saluran soliter (NTS; nucleus of the solitary tract) bagian kaudal otak belakang (hindbrain). Berdasarkan input sensorik NTS tampaknya menjadi perkiraan logis sebagai jalur akhir pada proses emesis. Agen toksis dalam darah dapat berpengaruh pada daerah postrema, yang memiliki sawar darah otak yang lemah, untuk menghasilkan mual dan muntah tetapi juga terdapat kesulitan tersendiri dalam memunculkan respon tersebut karena manipulasi daerah postrema juga dapat berpotensi mempengaruhi NTS dan fungsi vagal. Hasil dari lesi, stimulasi listrik, dan percobaan neurofisiologis menunjukkan bahwa NTS memberikan input pada pola muntah sentral di daerah inti retrofacial formasio reticularis, yang mengatur kontrol atas respiratori sistem yang berperan dalam gerakan otot untuk mual dan muntah .Horn CC. Why is Neurobiology Nausea and Vomiting So Important? NIH Public Access. Philladelphia: 2008.