negara hukum dan hak asasi manusia

62
NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA a. Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep Rechtsstaat atau Rule of Law yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa abad ke-19 dan ke-20. b. Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. c. Ciri negara hukum antara lain : 1. Adanya supremasi hukum 2. Jaminan hak asasi manusia 3. Legalitas hukum d. Di negara hukum, peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada undang-undang dasar (konstitusi) merupakan satu kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan. e. Negara Indonesia adalah negara hukum. f. Hal ini tertuang secara jelas dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Ketiga yang berbunyi “negara Indonesia adalah negara hukum”. g. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machtstaat), dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). 1

Upload: alfarisiaulia

Post on 29-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

a. Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep Rechtsstaat atau Rule of

Law yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa

abad ke-19 dan ke-20.

b. Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum.

c. Ciri negara hukum antara lain :

1. Adanya supremasi hukum

2. Jaminan hak asasi manusia

3. Legalitas hukum

d. Di negara hukum, peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada

undang-undang dasar (konstitusi) merupakan satu kesatuan sistem hukum

sebagai landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan.

e. Negara Indonesia adalah negara hukum.

f. Hal ini tertuang secara jelas dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan

Ketiga yang berbunyi “negara Indonesia adalah negara hukum”.

g. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar

atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machtstaat), dan

pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan

absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

h. Sebagai konsekuensi dari Pasal 1 ayat (3) Amandemen ketiga Undang-

Undang Dasar 1945, (3) (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung oleh setiap

warga negara yaitu :

1. Supremasi hukum;

2. Kesetaraan di hadapan hukum;

3. Penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan

hukum (RPJM 2004 – 2009).

i. Perwujudan hukum tersebut dalam UUD 1945 serta peraturan perundang-

undangan di bawahnya.

1

Page 2: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

j. Negara bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia serta turut memajukan kesejahteraan umum dan kecerdasan

rakyat.

k. Negara hukum Indonesia menganut konsep negara hukum materiil.

l. Negara hukum berkaitan dengan hak asasi manusia.

m. Sebab, salah satu ciri dari negara hukum adalah adanya jaminan atas hak

asasi manusia.

n. Oleh karena itu, negara hukum bertanggung jawab atas perlindungan dan

penegakan hak asasi para warganya

o. Bahasan mengenai negara hukum dan hak asasi manusia pada bab ini,

meliputi :

1. Konsep dan Ciri Negara Hukum;

2. Negara Hukum Indonesia;

3. Hakikat Hak Asasi Manusia;

4. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia;

5. Hak Asasi Manusia di Indonesia.

A. KONSEP DAN CIRI NEGARA HUKUM

1. Pengertian Negara Hukum

1.1. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau

Rule of Law.

1.2. Rechsstaat atau Rule of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai

bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme.

1.3. Oleh karena itu, konstitusi dan negara (hukum) merupakan dua

lembaga yang tidak terpisahkan.

1.4. Secara sederhana, yang dimaksud dengan negara

hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahannya didasarkan atas hukum.

1.5. Di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam

melaksanakan tindakan apa pun harus dilandasi oleh hukum dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

2

Page 3: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

1.6. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan

berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan

untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal

Pasha, 2003).

1.7. Pengertian di atas belum lengkap, oleh karena dapat saja negara

berdasar atas suatu hukum tetapi justru landasan hukum yang

dibuat tersebut digunakan untuk menyalahgunakan kekuasaan

serta tidak menjamin kepentingan rakyat.

1.8. Di dalam negara hukum, hukun sebagai dasar diwujudkan dalam

peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi

atau hukum dasar negara.

1.9. Konstitusi negara juga harus berisi gagasan atau ide tentang

konstitusionalisme.

1.10. Dengan demikian di dalam negara hukum, kekuasaan negara

berdasar atas hukum bukan kekuasaan belaka serta

pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham

konstitusionalisme.

1.11. Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal

yang tertinggi (supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum.

1.12. Supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide

dasar hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian

(Achmad Ali : 2002).

1.13. Oleh karenanya, negara dalam melaksanakan hukum harus

memperhatikan tiga hal tersebut.

1.14. Di negara hukum, hukum tidak hanya sekedar sebagai

“formalitas” atau “prosedur” belaka dari kekuasaan.

1.15. Bila sekedar formalitas, hukum dapat menjadi sarana

pembenaran untuk dapat melakukan tindakan yang salah atau

menyimpang.

1.16. Contoh, pada masa lalu presiden sering membuat “Keppres”

sebagai tempat berlindung dengan dalih telah berdasarkan

hukum, padahal dengan Keppres tersebut presiden dapat

menyalahgunakan kekuasaannya.

3

Page 4: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

1.17. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh

mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.

1.18. Apabila negara berdasar atas hukum, pemerintahan negara itu

juga harus berdasar atas suatu konstitusi atau undang-undang

dasar sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan.

1.19. Konstitusi dalam negara hukum adalah konstitusi yang bercirikan

gagasan konstitusionalisme yaitu adanya pembatasan atas

kekuasaan dan jaminan hak dasar warga negara.

1.20. Tanpa adanya konstitusi yang demikian, sulit untuk disebut

negara hukum.

1.21. Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi

tetapi menolak gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak

dapat disebut negara hukum dalam arti yang sesungguhnya.

1.22. Negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami

sebagai suatu konsep hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004).

1.23. Dikatakan sebagai suatu konsep yang unik sebab tidak ada

konsep misalnya negara politik, negara ekonomi dan sebagainya.

1.24. Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan

sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-

undang dasar.

1.25. Dengan adanya sistem hukum, penyelenggaraan negara dan

rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada sistem yang

berlaku.

1.26. Dengan demikian, dalam negara yang berdasar atas hukum,

konstitusi negara merupakan sarana pemersatu bangsa.

1.27. Hubungan antara warga negara dengan negara, hubungan antara

lembaga negara dan kinerja masing-masing elemen kekuasaan

berada pada satu sistem aturan yang disepakati dan dijunjung

tinggi.

4

Page 5: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

2. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil

2.1. Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut

konstitusionalisme yang hidup pada abad ke-19 adalah sifat

pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya sebagai

wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang

dirumuskan para wakilnya di parlemen.

2.2. Di sini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat karena

pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-

keinginan rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk menjadi

keputusan parlemen.

2.3. Jika dikaitkan dengan Trias Politika dalam konsep Montesquieu,

tugas pemerintah terbatas pada tugas eksekutif, yaitu

melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh parlemen.

2.4. Pada waktu itu (abad ke-19) masih dikuasai gagasan bahwa

pemerintah hendaknya tidak turut campur dalam urusan warga

negaranya kecuali dalam hal menyangkut kepentingan umum

seperti bencana alam, hubungan luar negeri dan pertahanan

negara (Mirriam Budiardjo, 1977), aliran ini disebut liberalisme

yang dirumuskan dalam dalil The least government is the best

government (pemerintahan yang paling sedikit mengatur adalah

pemerintahan yang baik).

2.5. Negara dalam pandangan ini adalah negara yang memiliki ruang

gerak sempit.

2.6. Negara mengurusi hal-hal sedikit sedangkan yang banyak

terutama dalam kepentingan ekonomi diserahkan pada warga

secara liberal.

2.7. Negara hanya mempunyai tugas pasif, yaitu baru bertindak

apabila hak-hak warga negara dilanggar atau ketertiban

keamanan umum terancam.

2.8. Konsepsi negara demikian adalah negara hukum dalam arti

sempit atau disebut negara hukum formil, negara hukum klasik.

5

Page 6: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

2.9. Negara dalam pandangan ini hanya dianggap sebagai Negara

Penjaga Malam (Nachtwachterstaat).

2.10. Jadi, negara hukum formil adalah negara hukum dalam arti sempit

yaitu negara yang membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif

terhadap kepentingan rakyat negara.

2.11. Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan

kepentingan warga negara.

2.12. Urusan ekonomi diserahkan pada warga dengan dalil laissez

faire, laissez aller yang berarti bila warga dibiarkan mengurus

kepentingan ekonominya sendiri maka dengan sendirinya

perekonomian negara akan sehat.

2.13. Negara hukum formil dikecam banyak pihak karena

mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang amat mencolok

terutama setelah Perang Dunia Kedua.

2.14. Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam

urusan warga baik dalam bidang ekonomi dan sosial lambat laun

berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab

atas kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur

kehidupan ekonomi dan sosial (Mirriam Budiardjo, 1977).

2.15. Untuk itu pemerintah tidak boleh pasif atau berlaku seperti

penjaga malam melainkan harus aktif melakukan upaya-upaya

membangun kesejahteraan rakyat.

2.16. Gagasan baru ini disebut dengan Welfare State atau Negara

Kesejahteraan.

2.17. Sebagai konsep hukum, negara yang muncul adalah Negara

Hukum Materiil atau negara hukum dalam arti luas.

2.18. Dalam negara hukum materiil atau dapat disebut negara hukum

modern, pemerintah diberi tugas membangun kesejahteraan

umum di berbagai lapangan kehidupan.

2.19. Untuk itu pemerintah diberi kewenangan atau kemerdekaan untuk

turut campur dalam urusan warga negara.

6

Page 7: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

2.20. Pemerintah diberi Freies Ermessen, yaitu kemerdekaan yang

dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi

sosial dan keleluasaan untuk tidak terikat pada produk legislasi

parlemen.

2.21. Konsep negara hukum materiil (modern) dengan demikian

berbeda dengan konsep negara hukum formil (klasik) yang

muncul pada abad ke-19.

2.22. Pemerintah dalam negara hukum materiil bisa bertindak lebih luas

dalam urusan dan kepentingan publik jauh melebihi batas-batas

yang pernah diatur dalam urusan dan kepentingan publik jauh

melebihi batas-batas yang pernah diatur dalam konsep negara

hukum formil.

2.23. Pemerintah (eksekutif) bahkan bisa memiliki kewenangan

legislatif.

2.24. Kewenangan ini meliputi tiga hal :

a. Adanya hak inisiatif yaitu hak mengajukan rancangan undang-

undang bahkan membuat peraturan perundang-undangan

yang sederajat dengan undang-undang tanpa terlebih dahulu

persetujuan parlemen, meskipun dibatasi kurun waktu tertentu.

b. Hak delegasi, yaitu membuat peraturan perundang-undangan

di bawah undang-undang

c. Droit ermessen (menafsirkan sendiri aturan-aturan yang masih

enunsiatif) (Mahfud MD, 1993)

2.25. Jadi, negara hukum materiil (negara hukum modern) atau dapat

disebut Welfare State adalah negara yang pemerintahnya

memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan

warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab

terhadap kesejahteraan rakyat.

2.26. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun

kesejahteraan rakyat.

7

Page 8: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

3. Ciri-ciri Negara Hukum

3.1. Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara

hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit.

3.2. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa negara

hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule

of Law.

3.3. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa

Kontinental sedang istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli

hukum Anglo Saxon.

3.4. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental

memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut :

a. Hak asasi manusia

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak

asasi manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan

3.5. Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi

ciri-ciri Rule of Law sebagai berikut :

a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-

wenangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika

melanggar hukum

b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa

maupun bagi pejabat

c. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau

keputusan pengadilan

3.6. Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi

oleh konsep negara hukum formil atau negara hukum dalam arti

sempit.

3.7. Dari pencirian di atas terlihat bahwa peranan pemerintah hanya

sedikit, karena ada dalil bahwa “pemerintah yang sedikit adalah

pemerintah yang baik”.

8

Page 9: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

3.8. Dengan munculnya konsep negara hukum materiil pada abad ke-

20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana

dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi

sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintah

yang tidak boleh lagi bersifat pasif.

3.9. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International

Commission of Jurits pada konferensinya di Bangkok tahun 1965

merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis di bawah

Rule of Law yang dinamis.

3.10. Ciri-ciri tersebut adalah :

a. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain

menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara

prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang

dijamin;

b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;

d. Pemilihan umum yang bebas;

e. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;

f. Pendidikan civics (kewarganegaraan)

3.11. Dari pencirian seperti itu terlihat bahwa adanya pengakuan

terhadap perluasan tugas pemerintah (eksekutif) agar menjadi

lebih aktif tidak hanya selaku penjaga malam.

3.12. Pemerintahan diberi tugas dan tanggung jawab membangun

kesejahteraan dan pemerataan yang adil bagi rakyatnya.

3.13. Ciri-ciri negara hukum di atas sudah dipengaruhi oleh konsepsi

negara hukum materiil (modern).

3.14. Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada

pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang

dikemukakan oleh para ahli.

9

Page 10: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

3.15. Menurut Montesquieu, negara yang paling baik ialah negara

hukum, sebab di dalam konstitusi di banyak negara terkandung

tiga inti pokok, yaitu :

a. Perlindungan JAM;

b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara;

c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara

3.16. Prof. Sudargo Gautama mengemukakan ada 3 (tiga) ciri atau

unsur dari negara hukum, yakni sebagai berikut :

a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap

perorangan, maksudnya negara tidak dapat bertindak

sewenang-wenang.

1) Tindakan negara dibatasi oleh hukum, individual

mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai

hak terhadap penguasa.

b. Asas legalitas

1) Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang

telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh

pemerintah atau aparaturnya.

c. Pemisahan kekuasaan

1) Agar hak-hak asasi itu betul-betul terlindungi, diadakan

pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat

peraturan perundang-undangan, melaksanakan, dan badan

yang mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada

dalam satu tangan.

3.17. Franz Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri

negara hukum sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi.

3.18. Kelima ciri negara hukum tersebut adalah sebagai berikut :

a. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang

bersangkutan sesuai dengan ketetapan sebuah undang-

undang dasar.

b. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang

paling penting :

10

Page 11: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

1) Karena tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi

sarana penindasan.

2) Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa

pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk

tindakan yang tidak adil atau tercela.

c. Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing

selalu dan hanya taat pada dasar hukum yang berlaku.

d. Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu

ke pengadilan dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh

badan negara.

e. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.

3.19. Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas

negara hukum, yaitu :

a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia

1) Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam

suatu negara hukum dijamin adanya perlindungan hak

asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum.

2) Jaminan itu umumnya dituangkan dalam konstitusi negara

bukan pada peraturan perundang-undangan di bawah

konstitusi negara.

3) Undang-undang dasar negara berisi ketentuan-ketentuan

tentang hak asasi manusia.

4) Inilah salah satu gagasan konstitusionalisme.

b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak

memihak

1) Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan

sebagai lembaga peradilan dan badan kehakiman harus

benar-benar independen dalam membuat putusan hukum,

tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan

eksekutif.

2) Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri

terbebas dari kekuasaan lain, diharapkan negara dapat

menegakkan kebenaran dan keadilan.

11

Page 12: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya

1) Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun

warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku

serta dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

B. NEGARA HUKUM INDONESIA

1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia

(a) Dasar pijakan bahwa nehara Indonesia adalah negara hukum

sekarang ini tertuang dengan jelas pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945

Perubahan Ketiga, yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara

hukum”.

(b) Dimasukannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945

menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat

negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan

negara hukum.

(c) Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan

dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem

Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :

1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum

(Rechtsstaat). Negara Indonesia berdasar atas Hukum

(Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka

(Machtsstaat).

2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem

konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutime (kekuasaan

yang tidak terbatas).

(d) Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai istilah

Rechtsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum

Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental.

(e) Perumusan negara hukum Indonesia adalah :

a. Negara berdasar atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan

belaka;

b. Pemerintah negara berdasar atas suatu konstitusi dengan

kekuasaan pemerintahan terbatas, tidak absolut.

12

Page 13: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

(f) Konsepsi negara hukum Indonesia dapat kita masukkan dalam

konsep negara hukum materiil atau negara hukum dalam arti luas.

(g) Hal ini dapat kita ketahui dari perumusan mengenai tujuan

bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945

Alinea IV.

(h) Dalam hal tujuan bernegara, negara bertugas dan bertanggung

jawab tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

(i) Negara juga memiliki dasar dan sekaligus tujuan yaitu mewujudkan

suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(j) Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah

negara hukum dalam arti materiil terdapat dalam bagian pasal-

pasal UUD 1945, sebagai berikut :

a. Pada bab XIV tentang Perekonomian Negara dan

Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang

menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab

atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. Adapun

rumusan-rumusan tersebut sebagai berikut :

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak yang dikuasai oleh

negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

13

Page 14: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur

dalam undang-undang.

Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh

negara.

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh

rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan

tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang

layak.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur

dalam undang-undang.

b. Pada bagian Penjelasan Umum tentang Pokok-pokok Pikiran

dalam Pembukaan juga dinyatakan perlunya turut serta dalam

kesejahteraan rakyat. Rumusan tersebut sebagai berikut :

1. “Negara” – begitu bunyinya – melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan

berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pembukaan ini

diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang

melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi,

negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi

segala paham perseorangan. Negara, menurut pengertian

“pembukaan” itu menghendaki persatuan, meliputi segenap

bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara

yang tidak boleh dilupakan.

2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat.

14

Page 15: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

(k) Dengan demikian jelas bahwa secara konstitusional, negara

Indonesia adalah negara hukum yang dinamis (negara hukum

materiil) atau negara kesejahteraan (welfare state).

(l) Dalam negara hukum Indonesia yang dinamis dan luas ini para

penyelenggara negara dituntut untuk berperan luas demi

kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia

a. Operasionalisasi dari konsep negara hukum Indonesia dituangkan

dalam konstitusi negara, yaitu UUD 1945.

b. UUD 1945 merupakan hukum dasar negara yang menempati posisi

sebagai hukum negara tertinggi dalam tertib hukum (legal order)

Indonesia.

c. Di bawah UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum / peraturan

perundang-undangan yang bersumber dan berdasarkan pada UUD

1945.

d. Legal order yang merupakan satu kesatuan sistem hukum yang

tersusun secara tertib di Indonesia dituangkan dalam Ketetapan

MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-undangan.

e. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud

sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk

penyusunan peraturan perundang-undangan.

f. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.

g. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana

yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,

yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. Serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh

Rakyat Indonesia

15

Page 16: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

6. Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

h. Adapun tata urutan perundangan adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia

3. Undang-Undang

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

5. Peraturan Pemerintah :

1. Keputusan Presiden

2. Peraturan Daerah

i. Penjelasan dari masing-masing aturan perundangan tersebut

adalah sebagai berikut :

(1) Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis

Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar

hukum dalam penyelenggaraan negara.

(2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia merupakan putusan Majelis Permusyawaratan

Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang

ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan

Rakyat.

(3) Undang-undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat

bersama Presiden untuk melaksanakan Undang-Undang

Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia.

(4) Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh

Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan

ketentuan sebagai berikut. Peraturan pemerintah pengganti

undang-undang harus diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat

dalam persidangan yang berikut. Dewan Perwakilan Rakyat

dapat menerima atau menolak peraturan pemerintah

pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan

16

Page 17: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

perubahan. Jika ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, peraturan

pemerintah pengganti undang-undang tersebut harus dicabut.

(5) Peraturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk

melaksanakan perintah undang-undang.

(6) Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh

Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa

pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi

pemerintahan.

(7) Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan

aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari

daerah yang bersangkutan.

j. Peraturan daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat

daerah provinsi bersama dengan gubernur.

k. Peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan

rakyat daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota.

l. Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan

desa atau yang setingkat, sedangkan tata pembuatan peraturan

desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah

kabupaten/kota yang bersangkutan.

m. Ketetapan MPR tersebut menunjukkan bahwa di negara hukum

Indonesia, hukum merupakan satu kesatuan sistem hukum yang

bertingkat dan hierarkis.

n. Norma hukum di atas merupakan sumber dan dasar bagi

pembuatan norma hukum di bawahnya.

o. Selanjutnya, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan

dinyatakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

p. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia

menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perpu)

3. Peraturan Pemerintah (PP)

17

Page 18: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

4. Peraturan Presiden (Perpres)

5. Peraturan Daerah (Perda)

q. Penjelasan dari masing-masing peraturan perundang-undangan

sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang No. 10 Tahun

2004 tersebut sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-

undangan. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan

sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-

undangan di bawahnya.

2. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan

bersama Presiden.

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah

Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.

4. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan

yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-

Undang sebagaimana mestinya.

5. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan

yang dibuat oleh Presiden.

6. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan

yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan

persetujuan bersama kepala daerah.

r. Dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan maka status hukum

dari Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 dapat dikatakan tidak

berlaku lagi.

s. Hal ini dikarenakan berdasar Ketetapan MPR No. I/MPR/2003

tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai

dengan Tahun 2002, Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 termasuk

dalam kategori Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

18

Page 19: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia yang tetap berlaku sampai dengan

terbentuknya undang-undang.

t. Karena sudah terbentuk Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 yang

isinya juga mengatur perihal peraturan perundang-undangan di

Indonesia maka Tetapan MPR tersebut sudah tidak berlaku lagi.

u. Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-

prinsip sebagai berikut :

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum

dasar nasional dan adanya hierarki jenjang norma hukum

(stufenbouwtheorie-nya Hans Kelsen).

2. Sistemnya, yaitu sistem konstitusi.

UUD 1945 sebagai naskah keseluruhan terdiri dari

Pembukaan, Batang tubuh dan Penjelasan sebagai hukum

dasar negara. UUD 1945 hanya memuat aturan-aturan

pokoknya saja, sedangkan peraturan lebih lanjut dibuat oleh

organ negara, sesuai dengan dinamika pembangunan dan

perkembangan serta kebutuhan masyarakat. UUD 1945 dan

peraturan perundang-undangan di bawahnya membentuk

kesatuan sistem hukum.

3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi

Dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 yaitu dasar

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan dan Pasal 2 ayat (2) yaitu

“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

menurut ketentuan Undang-Undang Dasar”.

4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintahan (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945).

5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan

DPR)

6. Sistem pemerintahannya adalah presidensiil.

7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain

(eksekutif)

19

Page 20: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia

(Pasal 28 A-J UUD 1945).

3. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi

a. Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat

dinyatakan bahwa negara demokrasi pada dasarnya adalah negara

hukum.

b. Namun, negara hukum belum tentu negara demokrasi.

c. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi.

d. Franz Magnis Suseno (1997) menyatakan adanya 5 (lima) gugus

ciri hakiki dari negara demokrasi.

e. Kelima ciri negara demokrasi tersebut adalah :

1. Negara hukum

2. Pemerintah di bawah kontrol nyata masyarakat

3. Pemilihan umum yang bebas

4. Prinsip mayoritas

5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis

f. Berdasarkan sejarah perkembangannya, tumbuhnya negara

hukum, baik formal maupun materiil bermula dari gagasan

demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang berdasar

atas konstitusi.

g. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-19 menghasilkan

negara hukum klasik (formil), sedang demokrasi konstitusional

dalam abad ke-20 menghasilkan Rule of Law yang dinamis (negara

hukum materiil).

20

Page 21: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

h. Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem

politik berjalan di atas dan tunduk pada koridor hukum yang

disepakati bersama sebagai aturan main demokrasi.

i. Adapun demokrasi sebagai sikap hidup ditunjukkan dengan adanya

perilaku yang taat pada aturan main yang telah disepakati bersama

pula.

j. Aturan main itu umumnya dituangkan dalam bentuk norma hukum.

k. Dengan demikian di negara demokrasi, hukum menjadi sangat

dibutuhkan sebagai aturan dan prosedur demokrasi.

l. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri

demokrasi akan liar tidak terkendalikan.

m. Jadi, negara demokrasi sangat membutuhkan hukum.

n. Menjadi negara hukum belum tentu telah menjadi negara

demokrasi.

o. Masih dibutuhkan syarat-syarat di luar negara hukum agar dapat

dinyatakan sebagai negara demokrasi, seperti adanya pemilihan

umum, kebebasan berpendapat, dan sebagainya.

p. Namun demikian menurut hemat penulis, negara hukum adalah

syarat pertama dan utama bagi negara demokrasi.

q. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mirriam Budiarjo dalam

Franz Magnis Suseno (1997) yang menyatakan bahwa “demokrasi

konstitusional” pertama-tama merupakan Rechtsstaat.

r. Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip dalam demokrasi

konstitusional dikenal dengan istilah Rechtsstaat atau Rule of Law

(negara hukum).

21

Page 22: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

C. HAKIKAT HAK ASASI MANUSIA

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

1.1. Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan

dimiliki setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

1.2. Musthafa Kemal Pasha (2002) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar yang

dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai

anugerah Allah SWT.

1.3. Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa hak asasi

manusia adalah hak-hak yang dibawa sejak lahir dan

melekat dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil Tuhan

(Gazalli, 2004).

1.4. Rumusan “sejak lahir” sekarang ini dipertanyakan, sebab bayi

yang ada dalam kandungan sudah memiliki hak untuk hidup.

1.5. Oleh karena itu, rumusan yang lebih sesuai adalah hak dasar

yang melekat pada manusia sejak ia hidup.

1.6. Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan

bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat

dan martabat yang sama.

1.7. Dengan pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia

memiliki hak dasar yang disebut hak asasi manusia.

1.8. Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh dari

pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan

sederajat.

1.9. Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai

berikut :

1) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat

manusia. Kodrat manusia adalah sama derajat dan

martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa

membedakan ras, agama, suku, bahasa dan sebagainya.

2) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam : Tuhan

menciptakan manusia. Semua manusia adalah makhluk dari

pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu

di hadapan Tuhan manusia adalah sama kecuali nanti pada

amalnya.

22

Page 23: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

1.10. Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu

ada, karena pengakuan atas harkat dan martabat yang sama

sebagai manusia.

1.11. Selama manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan

martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa

ditegakkan.

1.12. Hak dasar seseorang atau kelompok tidak diakui dan dihargai

selama mereka dianggap tidak memiliki harkat dan derajat yang

sama sebagai manusia.

1.13. Bila hak asasi manusia belum dapat ditegakkan maka akan terus

terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi manusia, baik

oleh masyarakat, bangsa, dan pemerintah suatu negara.

1.14. Pada masa lalu, manusia banyak yang belum mengakui derajat

manusia lain.

1.15. Akibatnya banyak terjadi penindasan manusia oleh manusia lain.

1.16. Misalnya penjajahan, perbudakan, dan penguasaan.

1.17. Bangsa Indonesia dahulu pernah mengalami penjajahan bangsa

lain.

1.18. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan hak asasi manusia

harus terus-menerus dilakukan.

1.19. Pada masa sekarang pun masih banyak manusia atau bangsa,

yang menindas manusia dan bangsa lain.

1.20. Hak asasi manusia wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi

oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

1.21. Secara definitif, hak artinya kekuasaan atau wewenang yang

dimiliki seseorang atas sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma,

1986).

1.22. Kebalikan dari hak adalah kewajiban yang berarti tugas yang

harus dijalankan manusia untuk mengakui kekuasaan itu.

23

Page 24: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

1.23. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama, yang berarti

kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu agama

sedangkan orang lain memiliki kewajiban untuk mengakui

kewenangan orang tersebut.

1.24. Hubungan ini akan terjadi bilamana ada pengakuan yang sama

antar manusia itu sendiri.

1.25. Istilah hak asasi manusia bermula dari Barat yang dikenal dengan

right of man untuk menggantikan natural right.

1.26. Karena istilah right of man tidak mencakup right of women maka

oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang

lebih universal dan netral (Gazalli, 2004).

1.27. Istilah natural right berasal dari konsep John Locke (1632-1704)

mengenai hak-hak alamiah manusia.

1.28. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli

sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar

perorangan yang alami.

1.29. Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan,

dan hak milik.

1.30. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi justru

harus dijamin dalam kehidupan bernegara.

2. Macam Hak Asasi Manusia

c.2.1. Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi

manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum,

pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.

24

Page 25: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

c.2.2. Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari

hakikat hak asasi manusia adalah (Tim ICCE UIN, 2003) :

1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun

diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia

secara otomatis.

2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa

memandang jenis kelamin, asal usul, ras, agama, etnik, dan

pandangan politik.

3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorangpun

mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang

lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun

sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi

bahkan melanggar hak asasi manusia.

c.2.3. Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia.

c.2.4. Apa saja yang termasuk hak dasar manusia itu senantiasa

berubah menurut ukuran zaman dan perumusannya.

c.2.5. Beberapa contoh hak dasar tersebut sebagai berikut :

a. Hak asasi manusia menurut Piagam PBB tentang Deklarasi

Universal of Human Rights 1948, meliputi :

a. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,

b. Hak memiliki sesuatu,

c. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,

d. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama,

e. Hak untuk hidup,

f. Hak untuk kemerdekaan hidup,

g. Hak untuk memperoleh nama baik,

h. Hak untuk memperoleh pekerjaan, dan

i. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

25

Page 26: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

b. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, meliputi :

a. Hak untuk hidup,

b. Hak berkeluarga,

c. Hak mengembangkan diri,

d. Hak keadilan,

e. Hak kemerdekaan,

f. Hak berkomunikasi,

g. Hak keamanan,

h. Hak kesejahteraan, dan

i. Hak perlindungan

c.2.6. Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut :

a. Hak asasi pribadi (Personal Rights), misal, hak

kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk

agama.

b. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui

sebagai warga negara. Misalnya, memilih dan dipilih, hak

berserikat, hak berkumpul.

c. Hak asasi ekonomi (Property Rights), misal, hak memiliki

sesuatu, hak mengadakan perjanjian, hak bekerja, hak

mendapat hidup layak.

d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural

Rights), misal, mendapatkan pendidikan, hak mendapat

santunan, hak pension, hak mengembangkan kebudayaan,

hak berekspresi.

e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum

dan pemerintahan (Rights of Legal Equality).

f. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara

peradilan dan perlindungan (Procedural Rights).

26

Page 27: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

D. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA

1. Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia

1.1. Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya,

muncul karena inisiatif manusia terhadap harga diri dan

martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang dari

penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman

(tirani).

1.2. Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara

perlahan dan beraneka ragam.

1.3. Perkembangannya dapat kita lihat berikut ini.

a. Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah

1) Perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi

dari perbudakan (tahun 6000 sebelum Masehi)

2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan

keadilan bagi warga negara (tahun 2000 sebelum Masehi)

3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan

Aristotoles (384-322 SM) sebagai filsuf Yunani peletak

dasar diakuinya hak asasi manusia. Mereka mengajarkan

untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan

keadilan, cita-cita, dan kebijaksanaan.

4) Perjuangan Nabi Muhammad saw. untuk membebaskan

para bayi wanita dan wanita dari penindasan bangsa

Quraisy (tahun 600 Masehi).

27

Page 28: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

b. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris

b.1. Inggris merupakan negara pertama di dunia yang

memperjuangkan hak asasi manusia.

b.2. Perjuangan tersebut tampak dari beberapa dokumen

sebagai berikut :

1) Tahun 1215, munculnya piagam “Magna Charta” atau

Piagam Agung. Terjadi pada pemerintahan Raja John,

yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat

dan terhadap kelompok bangsawan. Tindakan Raja

John tersebut mengakibatkan rasa tidak puas kaum

bangsawan yang kemudian berhasil membuat suatu

perjanjian yang disebut Magna Charta. Magna Charta

membatasi kekuasaan Raja John di Inggris.

2) Tahun 1628, keluarnya piagam “Petition of Rights”.

Dokumen ini berisi pertanyaan mengenai hak-hak

rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut adalah :

a) Pajak dan pungutan istimewa harus disertai

persetujuan;

b) Warga negara tidak boleh dipaksanakan menerima

tentara di rumahnya;

c) Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang

dalam keadaan damai.

3) Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus Act”.

Dokumen ini merupakan undang-undang yang

mengatur tentang penahanan seseorang. Isinya

adalah sebagai berikut :

1) Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam

waktu dua hari setelah penahanan

2) Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti

yang sah menurut hukum.

28

Page 29: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

4) Tahun 1689, keluar “Bill of Rights”. Merupakan

undang-undang yang diterima parlemen Inggris

sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.

Bill of Rights ini merupakan undang-undang yang

diterima parlemen Inggris, yaitu tentang :

a) Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen

b) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat

c) Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara

tetap harus seizing parlemen

d) Hak warga negara untuk memeluk agama menurut

kepercayaannya masing-masing

e) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

1) Perjuangan penegakkan hak asasi manusia di Amerika

didasari pemikiran John Locke, yaitu tentang hak-hak alam

seperti, hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), dan hak

milik (property).

2) Dasar inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi

pengakuan hak-hak asasi manusia yang terlihat dalam

Declaration of Independence of The United States.

3) Di Amerika Serikat perjuangan hak-hak asasi manusia itu

adalah karena rakyat Amerika Serikat yang berasal dari

Eropa sebagai emigrant merasa tertindas oleh

pemerintahan Inggris, yang pada waktu itu merupakan

jajahan Inggris.

4) Amerika Serikat berhasil mencapai kemerdekaannya pada

tanggal 4 Juli 1776.

5) Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat dimasukkan

dalam konstitusi negara tersebut.

29

Page 30: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

6) Dalam sejarah perjuangan hak asasi manusia, negara

Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai negara pertama

yang menetapkan dan melindungi hak asasi manusia

dalam konstitusinya.

d. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Prancis

1) Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan

dalam suatu naskah pada awal Revolusi Prancis pada

tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum

borjuis dan rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja

Louis XVI.

2) Naskah tersebut dikenal dengan Declaration des Droits de

L’ home et Du Citoyen (pernyataan mengenai hak-hak

asasi manusia dan warga negara).

3) Deklarasi ini menyatakan bahwa “hak asasi manusia ialah

hak-hak alamiah yang dimiliki manusia menurut kodratnya,

yang tidak dapat dipisahkan daripada hakikatnya dan

karena itu bersifat suci”.

4) Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan

penegakkan HAM di Eropa.

5) Dalam revolusi ini, muncul semboyan Liberty, Egality, dan

Fraternity (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan).

6) Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukkan dalam

konstitusi Prancis.

e. Atlantic Charter Tahun 1941

e.1. Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang

Dunia II yang dipelopori oleh F.D. Roosevelt, yang

menyebutkan The Four Freedom (empat macam

kebebasan) :

1. Kebebasan untuk beragama (freedom of religion);

30

Page 31: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

2. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat

(freedom of speech and throught);

3. Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear);

4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want).

e.2. Empat kebebasan tersebut dianggap sebagai tiang

penjaga hak-hak asasi manusia yang mendasar.

f. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-

bangsa

1) Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil

merumuskan naskah yang dikenal dengan Universal

Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan sedunia

tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10

Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi

manusia.

2) Isi pokok deklarasi itu tertuang dalam Pasal 1 yang

menyatakan :

“Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai

martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai

akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain

dalam persaudaraan”.

3) Deklarasi tersebut melambangkan komitmen moral dunia

internasional pada hak asasi manusia.

4) Deklarasi universal ini menjadi pedoman sekaligus standar

minimum yang dicita-citakan umat manusia untuk

menciptakan dunia yang lebih baik dan damai.

5) Berawal dari Deklarasi universal tersebut, negara-negara

yang tergabung dalam berbagai organisasi dan kelompok

regional mulai merumuskan bersama hak asasi manusia

sebagai komitmen mereka dalam menegakkan hak asasi

manusia.

31

Page 32: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

6) Setiap negara pun juga mulai menunjukkan jaminan hak

asasi manusia dalam konstitusi atau undang-undang

dasarnya.

g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966

g.1. Tahun 1966, dalam siding Majelis Umum PBB, telah

diakui covenants on Human Rights dalam hukum

Internasional dan diratifikasi oleh negara-negara anggota

PBB. Covenants tersebut antara lain :

a. The International on Civil and Political Rights, yaitu

tentang hak sipil dan hak politik (konvensi tentang hak

sipil dan politik, 1966);

b. The International Covenant of Economic, Social, and

Cultural Rights, yaitu berisi syarat-syarat dan nilai-nilai

bagi sistem demokrasi ekonomi, sosial, dan budaya

(konvensi tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya,

1966);

c. Optional Protocol, adanya kemungkinan seorang

warga negara yang mengadukan pelanggaran hak

asasi manusia kepada The Human Rights Committee

PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.

g.2. Selanjutnya, berkembang beberapa deklarasi mengenai

hak asasi manusia di dunia, antara lain :

1. Declaration on the Rights of People to Peace

(Deklarasi Hak Bangsa atas Perdamaian) pada tahun

1984 oleh negara dunia ketiga.

2. Declaration on the Rights to Development (Deklarasi

Hak atas Pembangunan) pada tahun 1986 oleh

negara dunia ketiga.

3. African Charter on Human and People’s Rights

(Banjul Charter) oleh negara Afrika yang tergabung

dalam Persatuan Afrika (OAU) pada tahun 1981.

32

Page 33: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

4. Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh

negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi

Konferensi Islam) tahun 1990.

5. Bangkok Declaration diterima oleh negara-negara

Asia pada tahun 1993.

6. Deklarasi Wina tahun 1993 yang merupakan deklarasi

universal dari negara-negara yang tergabung dalam

PBB.

g.3. Berdasarkan sejarah perkembangannya, ada 3 (tiga)

generasi hak asasi manusia, sebagai berikut :

a. Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang

bermula di dunia Barat (Eropa), contohnya : hak atas

hidup, hak atas kebebasan dan keamanan, hak atas

kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan berpikir

dan berpendapat, hak beragama, hak berkumpul dan

hak untuk berserikat.

b. Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya yang diperjuangkan oleh negara Sosialis di

Eropa Timur, misalnya : hak atas pekerjaan, hak atas

penghasilan yang layak, hak membentuk serikat

pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak atas

perumahan, pendidikan, dan hak atas jaminan sosial.

c. Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan

Pembangunan yang diperjuangkan oleh negara-

negara berkembang (Asia-Afrika), misalnya : hak

bebas dari ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk

merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan hak

mendapatkan kedamaian.

g.4. Perkembangan berikutnya, yaitu munculnya generasi

keempat hak asasi manusia (Tim ICCE UIN, 2003).

33

Page 34: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

g.5. Hak asasi manusia generasi keempat ini mengkritik

peranan negara yang sangat dominan dalam proses

pembangunan yang berfokus pembangunan ekonomi

sehingga menimbulkan dampak negative bagi keadilan

rakyat.

g.6. Program pembangunan dijalankan tidak memenuhi

kebutuhan rakyat banyak tetapi untuk sekelompok atau

elite penguasa saja.

g.7. Pemikiran hak asasi manusia generasi keempat

dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983

yang melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang

disebut Declaration of The Basic Duties of Asian People

and Government.

g.8. Pemikiran generasi keempat ini lebih maju dari generasi

ketiga, karena tidak saja mencakup struktural, tetapi juga

berpijak pada terciptanya tatanan sosial yang

berkeadilan.

g.9. Deklarasi Hak Asasi Manusia Asia selain berbicara

tentang hak asasi juga berbicara tentang kewajiban

asasi.

E. HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

1. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia

1.1. Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum

dalam UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding

dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada 10 Desember

1945.

1.2. Pengakuan akan hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar

1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai

berikut.

34

Page 35: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama

(1) Hak Asasi Manusia sebenarnya sudah tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945.

(2) Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa negara Indonesia

sendiri sejak masa berdirinya, tidak bisa lepas dari Hak

Asasi Manusia itu sendiri.

(3) Hal ini dapat dilihat pada alinea pertama yang berbunyi “…

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala

bangsa …” berdasarkan hal ini, bangsa Indonesia

mengakui adanya hak untuk merdeka atau bebas.

b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat

(1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea empat

berbunyi, “Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu

Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan

kebangsaan itu dalam susunan Negara Republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan

beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan

suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

(2) Sila kedua Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab

merupakan landasan idiil akan pengakuan dan jaminan hak

asasi manusia di Indonesia.

35

Page 36: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

c. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945

(1) Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik,

ekonomi, sosial, dan budaya yang tersebar dari Pasal 27

sampai dengan Pasal 34 UUD 1945.

(2) Namun, rumusan-rumusan dalam konstitusi itu amat

terbatas jumlahnya dan dirumuskan secara singkat dan

dalam garis besarnya saja.

(3) Sampai pada berakhitnya era Orde Baru tahun 1998,

pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia tidak

banyak mengalami perkembangan dan tetap berlandaskan

pada rumusan yang ada dalam UUD 1945, yaitu tertuang

pada hak dan kewajiban awrga negara.

(4) Rumusan baru tentang hak asasi manusia tertuang dalam

Pasal 28 A-J UUD 1945 hasil amandemen pertama tahun

1999.

d. Ketetapan MPR

(1) Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia

tertuang dalam ketatapan MPR No. XVII/MPR/1998

tentang Hak Asasi Manusia.

(2) Berdasarkan hal itu, kemudian keluarlah Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai

undang-undang yang sangat penting kaitannya dalam

proses jalannya Hak Asasi Manusia di Indonesia.

(3) Selain itu juga Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000

tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

(4) Macam-macam hak asasi manusia yang tercantum dalam

ketetapan tersebut adalah :

1. Hak untuk hidup,

2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan,

3. Hak keadilan,

36

Page 37: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

4. Hak kemerdekaan,

5. Hak atas kebebasan informasi,

6. Hak keamanan,

7. Hak kesejahteraan,

8. Kewajiban,

9. Perlindungan dan pemajuan

e. Peraturan Perundang-undangan

(1) Undang-undang tentang HAM di Indonesia adalah Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999.

(2) Adapun hak-hak yang ada dalam Undang-Undang Nomor

39 Tahun 1999 tersebut antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Hak untuk hidup (Pasal 4)

2. Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)

3. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14,

15, 16)

4. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)

5. Hak untuk kebebasan pribadi (Pasal 20-27)

6. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)

7. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)

8. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)

9. Hak wanita (Pasal 45-51)

10.Hak anak (Pasal 52-66)

(3) Dalam UUD 1945 BAB 20A Pasal 28A sampai J, tercantum

rumusan hak asasi manusia.

(4) Rumusan tersebut pada dasarnya sama dengan rumusan

yang ada dalam ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998.

(5) Perlu diketahui bahwa Tap MPR No. XVII/MPR/1998

sekarang ini telah dicabut berdasarkan ketatapan MPR No.

I/MPR/2003.

37

Page 38: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

(6) Hal ini disebabkan isi dalam ketetapan tersebut sudah

termuat dalam UUD 1945.

(7) Dengan masuknya rumusan hak asasi manusia dalam

UUD 1945 tersebut, semakin kuat jaminan hak asasi

manusia di Indonesia.

(8) Tugas negara selanjutnya adalah mengadakan penegakan

hak asasi manusia dan memberi perlindungan warga dari

tindakan pelanggaran hak asasi manusia.

2. Penegakan Hak Asasi Manusia

2.1. Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap hak

asasi manusia, di samping dibentuk aturan-aturan hukum, juga

dibentuk kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan

dengan penegakan hak asasi manusia, antara lain :

a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk

berdasarkan Keppres Nomor 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni

1993 yang kemudian dikukuhkan lagi melalui Undang-Undang

Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

a.1. Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang

kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya

yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,

penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

a.2. Komnas HAM bertujuan :

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi

pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal

Hak Asasi Manusia;

2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi

manusia guna perkembangan pribadi manusia

Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi

dalam berbagai bidang kehidupan.

38

Page 39: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

b. Pengadilan Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan hak asasi

manusia.

b.1. Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan pengadilan

khusus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum dan

berkedudukan di daerah Kabupaten atau Kota.

b.2. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap

pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

b.3. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan

memutus perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang

berat.

b.4. Pengadilan HAM juga berwenang memeriksa dan memutus

perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang

dilakukan di luar batas territorial wilayah negara Republik

Indonesia oleh warga negara Indonesia.

c. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari

DPR berdasarkan peristiwa tertentu dengan Keputusan

Presiden untuk memeriksa dan memutuskan perkara

pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum

diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000

tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

d.1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 memberikan

alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang berat dapat dilakukan di luar Pengadilan Hak

Asasi Manusia, yaitu melalui Komisi Kebenaran dan

Rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan undang-undang.

2.2. Penegakan dan perlindungan tidak hanya dilakukan oleh lembaga-

lembaga yang dibentuk negara.

2.3. Masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam rangka penegakan dan

perlindungan hak asasi manusia.

39

Page 40: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

2.4. Masyarakat dapat membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM).

2.5. Lembaga swadaya yang dimaksud adalah organisasi atau lembaga

yang secara khusus dibentuk oleh masyarakat dengan tugas

perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia.

2.6. Lembaga-lembaga ini mengonsentrasikan kegiatannya pada upaya

penegakan dan perlindungan HAM, misalnya dengan menuntut

pihak-pihak yang telah melanggar HAM, melindungi korban HAM,

menuntut keadilan, dan sebagainya.

2.7. Beberapa contoh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) :

a. KONTRAS (Komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan);

b. YLBHI (Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia);

c. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM),

d. Human Rights Watch (HRW).

3. Konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia

a. Konvensi internasional mengenai hak asasi manusia adalah wujud

nyata, kepedulian masyarakat internasional akan pengakuan,

perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

b. Beberapa konvensi yang berhasil diciptakan adalah sebagai

berikut :

1. Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan hak asasi

manusia sedunia) dihasilkan dalam sidang umum PBB 10

Desember 1945.

2. International Covenant of Civil and Political Rights (Perjanjian

Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) dan International

Covenant of Economic, Social and Cultural Rights (Perjanjian

Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) pada

tahun 1966.

40

Page 41: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

3. Declaration on the Rights of Peoples to Peace (Deklarasi Hak

Bangsa atas Perdamaian) pada tahun 1984 dan Declaration on

the Rights to Development (Deklarasi Hak atas Pembangunan)

pada tahun 1986.

4. African Charter on Human and Peoples’ Rights (Banjul Charter)

oleh negara Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika

(OAU) pada tahun 1981.

5. Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh negara yang

tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.

6. Bangkok Declaration (Deklarasi Bangkok) diterima oleh negara-

negara Asia pada bulan April tahun 1993. Deklarasi ini

mencerminkan keinginan dan kepentingan negara di kawasan

itu. Dalam deklarasi ini dipertegas beberapa prinsip tentang hak

asasi manusia, antara lain : Universality, Indivisibility,

Interdependence, Nonselectivity, Objectivity, dan Right to

Development.

7. Vienna Declaration (Deklarasi Wina) 1993

c. Selain deklarasi, perjanjian dan piagam sebagaimana di atas,

masih banyak lagi instrumen hak asasi manusia yang dihasilkan

oleh masyarakat Internasional, baik yang terhimpun dalam

organisasi PBB, organisasi regional, atau kelompok negara.

4. Keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Internasional

4.1. Tanggung jawab dan menghormati atas berbagai konvensi

internasional tentang hak asasi manusia tersebut diwujudkan

dengan keikutsertaan Indonesia untuk meratifikasi berbagai

instrument internasional.

4.2. Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa suatu negara

mengikatkan diri untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang

ada dalam perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan itu menjadi

bagian dari hukum nasionalnya.

41

Page 42: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

4.3. Dengan meratifikasi berbagai instrumen internasional mengenai

hak asasi manusia berarti Indonesia secara langsung sudah

mengikatkan diri pada isi dokumen tersebut dan menjadikannya

sebagai bagian dari hukum nasional Indonesia.

4.4. Selain itu sewaktu-waktu Indonesia harus siap mendapat

pengawasan dari dunia internasional mengenai praktik-praktik

pelaksanaan ataupun pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi

di Indonesia.

4.5. Beberapa macam konvensi internasional tentang hak asasi

manusia yang sudah diratifikasi Indonesia adalah sebagai

berikut :

a. Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949, (diratifikasi dengan

Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1958).

b. Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan – Convention

on the Political Rights of Women (diratifikasi dengan Undang-

Undang Nomor 68 Tahun 1958).

c. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

terhadap Perempuan – Convention on the Elimination of

Discrimination Againts Women (diratifikasi dengan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1984).

d. Konvensi Hak Anak – Convention on the Rights of the Child

(diratifikasi dengan Keppres No. 36 Tahun 1990).

e. Konvensi Pelarangan, Pengembangan, Produksi, dan

Penyimpanan Senjata Biologis dan Beracun serta

Pemusnahannya – Convention on the Prohibition of the

Development, Production and Stockpiling of Bacteriological

(Biological) and Toxic Weapons and on their Destruction

(diratifikasi dengan Keppres No. 58 Tahun 1991).

f. Konvensi Internasional terhadap Antiapartheid dalam

Olahraga - International Convention Againts Apartheid in

Sports (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

1993).

42

Page 43: Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia

g. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau

Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau

Merendahkan Martabat Manusia – Tourture Convention

(diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998).

h. Konvensi Organisasi Buruh Internasional Nomor 87 Tahun

1998 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak

untuk Berorganisasi – ILO Convention No. 87 Concerning

Freedom of Association and Protection on the Rights to

Organise (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 83

Tahun 1998).

i. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk

Diskriminasi Rasial – Convention on the Elimination of Racial

Discrimination (diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 29

Tahun 1999).

j. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan

Budaya - International Covenant on Economic, Social and

Cultural Rights (diratifikasi dengan Undang-Undang No.

11 Tahun 2005).

k. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik -

International Covenant On Civil and Political Rights (diratifikasi

dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2005.

43