naskah publikasi hubungan kepatuhan diet dan

15
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN ASUPAN KALIUM DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO Disusun Oleh : HILMA ANNISA J 310 110 005 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: trinhliem

Post on 18-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN ASUPAN KALIUM

DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN

DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun Oleh :

HILMA ANNISA

J 310 110 005

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN
Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN ASUPAN KALIUM DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO

Hilma Annisa (J 310 110 005)

Pembimbing : Endang Nur W, SST, M.si Med dr. Listiana Dharmawati,. M.Si

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Email : [email protected]

ABSTRAK

HILMA ANNISA. J 310 110 005 HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN ASUPAN KALIUM DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO Pendahuluan : Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu sindrom klinis disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun. Terapi hemodialisa harus

dijalankan secara teratur agar dapat mempertahankan fungsi ginjal yang stabil. Pemberian diet pada gagal ginjal, dan pembatasan kalium sangat diperlukan untuk mengontrol eksresi kalium karena adanya gangguan pada fungsi ginjal yang mengakibatkan hiperkalemia. Tujuan : Mengetahui hubungan kepatuhan diet dan asupan kalium dengan kadar kalium pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisa rawat jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Metode Penelitian : Menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah subjek 31 orang yang diperoleh dengan teknik consecutive sampling. Data kepatuhan diet didapatkan dari wawancara dengan menggunakan kuesioner kepatuhan diet dan data asupan kalium diperoleh dari wawancara menggunakan form FFQ semikuantitatif, sedangkan data kadar kalium diperoleh dari data rekam medik Rumah Sakit. Analisis menggunakan uji statistik Rank Spearman. Hasil : Sebagian besar subjek memiliki kepatuhan diet tidak patuh (48,4%). Subjek yang memiliki asupan kalium kurang sebesar 48,4 %. Seluruh subjek memiliki kadar kalium normal (100%).Ada hubungan asupan kalium dengan kadar kalium (p=0,000).Tidak ada hubungan kepatuhan diet dengan kadar kalium (p=0,163). Kesimpulan : Ada hubungan asupan kalium dengan kadar kalium tetapi, tidak ada hubungan kepatuhan diet dengan kadar kalium pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo Kata Kunci : gagal ginjal kronik, hemodialisa, kepatuhan diet, asupan

kalium, kadar kalium Kepustakaan : 63 :1992-2014

Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

ABSTRACT

HILMA ANNISA. J 310 110 005

THE RELATIONSHIP OF DIETARY COMPLIANCE AND POTASSIUM

INTAKES TO POTASSIUM LEVEL IN OUTPATIENT WITH CHRONIC RENAL

FAILURE ON HEMODIALYSIS THERAPY AT SUKOHARJO GENERAL

HOSPITAL

Background : Chronic renal failure (CRF) is a clinical syndrome caused by

deterioration in kidney function. Hemodialysis therapy should be run regularly in

order to maintain a stable renal function. Giving diet in renal failure, including

potassium restriction is indispensable to control potassium due to disturbances in

kidney function that can lead to hyperkalemia.

Objective : To determine the relationship of dietary compliance and potassium

intake to potassium level in outpatient with CRF on hemodialysis therapy at

Sukoharjo general hospital.

Research methods : Analytical observation study with cross-sectional design

was performed. 31 subjects were selected using consecutive sampling technique.

Dietary compliance and potassium intake data were obtained from interviews

using dietary compliance questionnaire and semiquantitative food frequency

questionnaire, respectively. The potassium level was obtained from hospital

medical records. All data was analyzed using rank spearman test since they were

not normally distributed.

Result : Most of the subjects were in noncomplience level (48.4%). Subjects with

less potassium intake were 48.4 %. However, all subjects have normal circulating

potassium level (100%). There is a relationship between potassium intake and

potassium level (p=0.000). There is no relationship between dietary compliance

and potassium level (p= 0.163).

Conclution : There is a relationship between potassium intake and potassium

level. However no relationship between dietary compilance and potassium level

was observed in outpatient with CFR on hemodialysis therapy at Sukoharjo

general hospital.

Keyword : chronic renal failure, hemodialysis, dietary compliance,

intake potassium, potassium level

Bibliography : 63 : 1992 – 2014

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

PENDAHULUAN

Gagal Ginjal Kronik (GGK) kini

telah menjadi masalah kesehatan

serius di dunia. Menurut WHO

(2002) penyakit ginjal dan saluran

kemih telah menyebabkan kematian

sebesar 850 ribu orang setiap

tahunnya. Hal ini menunjukkan

bahwa penyakit ini menduduki

peringkat ke-12 tertinggi angka

kematian.

Di Indonesia jumlah pasien

penyakit ginjal kronik (PGK)

meningkat pesat dengan angka

kejadian pasien gagal ginjal tahap

akhir (GGTA) yang menjalani

hemodialisa dari tahun 2002 sampai

2006 adalah 2077, 2039, 2594,

3556, dan 4344 (Prodjosudjadi et al,

2009). Menurut data dari The United

States Renal Data System (USRDS)

tahun 2009 gagal ginjal tahap akhir

(GGTA) sering ditemukan dan

prevalensinya sekitar 10-13 %.

GGK merupakan suatu

sindrom klinis disebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat

menahun, berlangsung progresif dan

cukup lanjut, serta bersifat persisten

dan irreversibel (Mansjoer, 2000).

Terapi hemodialisa harus

dijalankan secara teratur agar dapat

mempertahankan fungsi ginjal yang

stabil sehingga tidak mengalami

kondisi penyakit yang semakin

parah. Pengaturan cairan, obat-

obatan, aktivitas fisik dan perubahan

gaya hidup seperti diet merupakan

penatalaksanaan yang harus

dipatuhi oleh pasien GGK (Hudak &

Gallo, 1996). Dinas Kesehatan Jawa

Tengah melaporkan jumlah

penderita GGK di Jawa Tengah

tahun 2004 rata-rata 169,54 kasus

(Suhardjono, 2009).

Pasien yang menjalani

hemodialisa harus mendapat asupan

makanan yang cukup agar tetap

dalam gizi yang baik. Gizi kurang

merupakan prediktor yang penting

yang dapat menyebabkan kematian

pada pasien hemodialisa. Oleh

karena itu perlu dilakukan

pemantauan asupan zat gizi bagi

pasien hemodialisa. Asupan protein

diharapkan 1–1,2 g/kgBB/hari

dengan 50 % terdiri atas protein

dengan nilai biologis tinggi. Makanan

tinggi kalium seperti buah-buahan

dan umbi-umbian tidak dianjurkan

untuk dikonsumsi. Jumlah asupan

cairan dibatasi sesuai dengan

jumlah air kencing yang ada di

tambah insensible water loss.

Asupan natrium dibatasi guna

mengendalikan tekanan darah dan

edema (Suwitra, 2006).

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

Pasien GGK juga diberikan

diet rendah kalium karena pada

pasien gagal ginjal biasanya

hiperkalemia yang berkaitan dengan

oliguri (berkurangnya volume urin)

atau keadaan metabolik, dan obat-

obatan yang mengandung kalium.

Hiperkalemia biasanya dicegah

dengan penanganan yang cermat

terhadap kandungan kalium pada

seluruh medikasi oral maupun

intravena (Yaswir, 2012)

Menurut Graber (2002),

pembatasan kalium pada pasien

gagal ginjal sangat diperlukan untuk

mengontrol eksresi kalium karena

adanya gangguan pada fungsi ginjal

yang mengakibatkan hiperkalemia.

Asupan kalium diberikan 1560-2730

mg/ hari. Hiperkalemia (kadar kalium

darah yang tinggi) terjadi apabila

konsentrasi kalium darah lebih dari 5

mEq/L darah (Sukandar, 2006).

Pada pasien yang menjalani

hemodialisa,prevalensi hiperkalemia

sekitar 5-10 %. Hiperkalemia

menyebabkan kematian pada 2-5 %

pasien dengan gagal ginjal tahap

akhir (Watson, 2010)

Hasil survei di RSUD Kabupaten

Sukoharjo menunjukan bahwa pada

tahun 2013 terdapat 8519 kali

tindakan hemodialisa di RSUD

Kabupaten Sukoharjo. Jumlah ini

meningkat menjadi 12155 kali

tindakan pada tahun 2014 sehingga

diperoleh prevalensi peningkatan

sebesar 42,68 % (Rekam medik

RSUD Kabupaten Sukoharjo 2013

dan 2014).

Menurut Sukandar (2006)

umumnya penyakit ginjal kronik

disebabkan oleh penyakit ginjal

intrinsik difus dan menahun. Hampir

semua nefropati bilateral dan

progresif akan berakhir dengan

penyakit ginjal kronik.

Menurut Price dan Wilson

(2006) beberapa penyebab GGK

yaitu penyakit infeksi seperti

pielonefritis kronis atau refluks,

nefropati, dan tubulointestinal.

Penyebab lainnya seperti penyakit

peradangan berupa

glomerulonefritis dan penyakit

vaskuler hipertensi seperti

nefroklerosis maligna, nefroklerosis

benigna dan stenosis arteria renalis.

Gangguan jaringan ikat seperti lupus

eritematosus sistemik, poliarteritis

nodosa dan sklerosis sistemik

progresif serta gangguan

kongentinal dan herediter seperti

penyakit ginjal polikistik herediter

dan asidosis sistemik progresif.

Selain itu penyakit metabolik

seperti diabetes melitus, gout,

hiperparatiroidisme, amiloidosis

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

dapat menjadi penyebab GGK.

Nefropati toksik karena

penyalahgunaan analgesik dan

nefropati timah serta Nefropati

obstruktif karena obstruksi saluran

kemih karena batu, neoplasma, dan

fibrosis retroperitoneal, hipertrofi

prostat, striktur uretra, anomali

kongenital leher vesika urinarian dan

uretra merupakan penyebab

terjadinya GGK.

Asupan makanan pasien

hemodialisa mengacu pada tingkat

perburukan fungsi ginjalnya.

Asupan makanan yang harus

dibatasi konsumsinya yaitu, asupan

protein dibatasi 1-1,2 g/kgBB/hari,

asupan kalium dibatasi 40-70

meq/hari, mengingat adanya

penurunan fungsi eksresi kalium dan

ekskresi urea nitrogen oleh ginjal.

Sedangkan, jumlah kalori yang

diberikan 30-35 kkal/kgBB/hari

(Suwitra, 2006).

Kepatuhan (adherence)

secara umum didefinisikan sebagai

tingkatan perilaku seseorang yang

mendapatkan pengobatan,

mengikuti diet dan melaksanakan

gaya hidup sesuai dengan

rekomendasi pemberi pelayanan

kesehatan (WHO, 2003). Faktor

yang mempengaruhi kepatuhan

menurut Notoatmodjo (2007) yaitu,

Faktor Predisposisi (faktor

pendorong), Faktor Reinforcing

(Faktor penguat) dan Faktor

Enabling (Faktor Pemungkin).

Pada pasien gagal ginjal

pembatasan kalium sangat

diperlukan untuk mencegah

terjadinya eksresi kalium karena

ada gangguan pada fungsi ginjal

yang tidak bisa mengeskresikan

kalium melalui urine sehingga

mengakibatkan hiperkalemia.

Asupan kalium diberikan 1560-

2730 mg/ hari. Bahan makanan

tinggi kalium pada umbi buah-

buahan, alpukat, pisang ambon,

mangga, tomat, rebung, daun

singkong, daun pepaya, bayam,

kacang tanah, kacang hijau dan

kacang Kedelai (Almatsier, 2008).

Kadar Kalium dalam darah

normal adalah 3,5-5,0 mEq/L dan

kadar rendah < 2,5 mEq/L

sedangkan kadar kalium darah

kategori tinggi >7,0 mEq/L (Kee,

1997).

Jika konsentrasi kalium

darah terlalu rendah, biasanya

disebabkan oleh ginjal yang tidak

berfungsi secara normal atau terlalu

banyak kalium yang hilang melalui

saluran pencernaan (karena diare,

muntah, penggunaan obat pencahar

dalam waktu yang lama atau polip

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

usus besar). Secara teknis

hiperkalemia berarti kadar kalium

dalam darah naik secara abnormal

hingga kadar kalium sangat tinggi >

7.0 mEq/L, gejala hiperkalemia yaitu

jantung yang perlahan dan nadi

yang lemah, hingga hiperkalemia

yang parah dapat berakibat pada

berhentinya jantung yang fatal

(Dawodu, 2004)..

Terapi farmakologis pada

pasien GGK digunakan untuk

mengurangi terjadinya hipertensi

intraglomerulus. Pemakaian obat

antihipertensi bermanfaat untuk

memperkecil risiko penyakit

kardiovaskular dan memperlambat

perburukan kerusakan nefron

(Suwitra, 2006).

Beberapa diuretik terutama

tiazid, digunakan pada terapi

hipertensi. Tiazid dan diuretik loop

meningkatkan eksresi kalium yang

mungkin dibutuhkan suplemen

kalium untuk mencegah hipokalemia

(Neal, 2006)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah

penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini dilakukan pada bulan

September 2015 sampai bulan

Oktober 2015 di RSUD Kabupaten

Sukoharjo. Subyek penelitian ini

yaitu pasien dengan gagal ginjal

kronik dan menjalani hemodialisa

rawat jalan di RSUD Kabupaten

Sukoharjo sebanyak 31 pasien.

Pengambilan subjek dilakukan

menggunakan teknik consecutive

sampling yaitu sampel yang diambil

adalah penderita rawat jalan yang

memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai subjek penelitian

sampai jumlah yang dibutuhkan

terpenuhi. Data kepatuhan diet dan

asupan kalium diperoleh dengan

cara wawancara dengan alat bantu

kuesioner kepatuhan diet dan

Semiquantitative Food Frequency

Questionnare (SFFQ). Data kadar

kalium diperoleh dengan melihat

catatan rekam medik milik pasien.

Analisis data disajikan dalam

tabel distribusi dan presentase. Uji

statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Rank

Spearman karena data berdistribusi

tidak normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi

penelitian

Unit hemodialisa RSUD

Kabupaten Sukoharjo merupakan

salah satu unit pelayanan kesehatan

yang digunakan untuk melakukan

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

proses cuci darah bagi penderita

disfungsi ginjal. Unit hemodialisa

RSUD Kabupaten Sukoharjo

melayani pasien umum, Jamsoskes,

Jamkesmas dan BPJS.

Fasilitas pelayanan, sarana

dan prasarana dan Sumber Daya

Manusia (SDM) di unit hemodialisa

RSUD Kabupaten Sukoharjo

meliputi :

a. Unit hemodialisa RSUD

Kabupaten Sukoharjo memiliki

22 unit mesin hemodialisa yang

dioperasikan untuk dua shift

yaitu pagi (07.00-12.00 WIB) dan

sore (12.00-17.00 WIB). Proses

hemodialisa berlangsung selama

4-5 jam.

b. Unit hemodialisa RSUD

Kabupaten Sukoharjo dilengkapi

dengan ruang tunggu pasien, 2

tv LCD dan 2 pendingin ruangan

(AC) untuk menambah

kenyamanan pasien selama

menjalani hemodialisa.

c. Unit hemodialisa RSUD

Kabupaten Sukoharjo di kepalai

oleh dr Ardyasih, Sp PD dan di

bantu oleh 12 perawat.

B. Analisis Data Univariat

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pasien

gagal ginjal kronik dengan

hemodialisa di RSUD Kabupaten

Sukoharjo yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan ekslusi yang telah

ditentukan penulis. Sesuai dengan

hasil penelitian, diperoleh data

karakteristik subjek meliputi

distribusi berdasarkan jenis kelamin,

umur, kepatuhan diet, asupan

kalium, dan kadar kalium dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Laki- Laki 20 64,5

Perempuan 11 35,5

Jumlah 31 100

Berdasarkan Tabel 1.

Distribusi responden menurut jenis

kelamin sebagian besar responden

berjenis kelamin laki-laki sebanyak

20 responden (64,5%).

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

Tabel 2. Distribusi Responden

Menurut Usia

Berdasarkan Tabel 2.

Kategori umur dibagi menjadi 3 yaitu

remaja, dewasa dan lansia.

Distribusi responden menurut umur

di RSUD Kabupaten Sukoharjo

menunjukan bahwa sebagian besar

subjek adalah lansia sebanyak 19

responden (61,3%).

Tabel 3. Distribusi Responden

Menurut Kepatuhan Diet

Kepatuhan Diet

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Patuh 16 51,6 Tidak Patuh

15 48,4

Jumlah 31 100

Berdasarkan Tabel 3.

Distribusi menurut kepatuhan diet

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki kepatuhan diet

patuh sebanyak 16 responden

(51,6%).

Tabel 4. Distribusi Responden

Menurut Asupan Kalium

Berdasarkan Tabel 4.

Distribusi responden menurut

asupan kalium sebagian besar

responden memiliki asupan kalium

kurang sebanyak 16 responden

(51,6%).

Tabel 5. Distribusi Responden

Menurut Kadar Kalium

Berdasarkan Tabel 5.

Distribusi responden menurut kadar

kalium menunjukkan seluruh

responden memiliki kadar kalium

normal (100%).

Usia Frekuensi (n)

Persentase (%)

Remaja 2 6,5 Dewasa Lansia

10 19

32,3 61,3

Jumlah 31 100

Asupan Kalium

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Lebih 0 0 Cukup Kurang

16 15

51,6 48,4

Jumlah 31 100

Kadar Kalium

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

Tinggi 0 0 Normal Rendah

31 0

100 0

Jumlah 31 100

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

C. Analisis Data Bivariat

Hubungan Kepatuhan Diet

Dengan Kadar Kalium Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik

dengan Hemodialisa

Data kepatuhan diet

didapatkan dengan menggunakan

form kuesioner kepatuhan diet

dengan metode wawacara dan

mengubah skor respon dari skala

ordinal menjadi skala interval

sehingga bisa dijumlahkan

pencapaian skor dari masing-masing

subjek.

Data kadar kalium diperoleh

melalui data rekam medik pasien.

Distribusi kepatuhan diet menurut

kadar kalium dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Kepatuhan Diet Berdasarkan Kadar Kalium

p = 0,163

Berdasarkan Tabel 6.

Distribusi kepatuhan diet

berdasarkan kadar kalium

menunjukkan bahwa responden

yang memiliki kepatuhan diet patuh

sebanyak 16 responden dan seluruh

responden memiliki kadar kalium

normal (100%). Hasil uji hubungan

antara kepatuhan diet dengan kadar

kalium menggunakan uji Rank

Spearman diperoleh nilai (p=0,163)

yang artinya tidak ada hubungan

antara kepatuhan diet dengan kadar

kalium pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisa rawat jalan di

RSUD Kabupaten Sukoharjo.

Hal ini menunjukan bahwa

kadar kalium tidak hanya

dipengaruhi oleh kepatuhan diet.

Kepatuhan diet adalah suatu

perilaku pasien dalam

melaksanakan pemenuhan asupan

makan yang telah direkomendasikan

oleh penyedia pelayanan kesehatan

(Khan et al, 2012).

Asupan kalium secara

keseluruhan didapatkan dari jumlah

makanan yang dikonsumsi

sedangkan kepatuhan diet dilihat

dari jenis makanan spesifik yang

dibatasi. Kepatuhan diet bukan satu-

satunya faktor yang mempengaruhi

kadar kalium.

Kepatuhan Diet

Kadar Kalium

Tinggi Normal Rendah Total

n % N % n % N %

Patuh 0 0 16 51,6 0 0 16 100 Tidak Patuh 0 0 15 48,4 0 0 15 100

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

Terdapat faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kadar kalium yaitu

asupan kalium, disfungsi ginjal,

penggunaan insulin, aktivitas kerja

berat (Dawodu, 2004). Penggunaan

insulin juga dapat mempengaruhi

kadar kalium, karena insulin dapat

merangsang perpindahan kalium ke

dalam sel kemudian akan terjadi

pergerakan kalium dari cairan

ekstraseluler ke dalam sel sehingga

terjadi penurunan kadar kalium

darah (Widjajanti, 2005).

Hubungan Asupan Kalium

Dengan Kadar Kalium Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik

dengan Hemodialisa

Data asupan kalium

didapatkan dengan menggunakan

form FFQ semikuantitatif dengan

metode wawancara dan

dikonversikan menggunakan

software nutrisurvey kemudian

dibandingkan dengan syarat diet.

Data kadar kalium diperoleh melalui

data rekam medik pasien. Distribusi

asupan kalium menurut kadar kalium

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Asupan Kalium Berdasarkan Kadar Kalium

p=0,000

Berdasarkan Tabel 7. Distribusi

asupan kalium berdasarkan kadar

kalium menunjukkan bahwa

responden memiliki asupan kalium

cukup sebanyak 16 orang,

sedangkan seluruh responden

memiliki kadar kalium normal

(100%). Hasil uji hubungan asupan

kalium dengan kadar kalium

menggunakan uji Rank Spearman

diperoleh nilai (p=0,000) yang

artinya ada hubungan antara asupan

kalium dengan kadar kalium pada

pasien GGK yang menjalani

hemodialisa rawat jalan di RSUD

Kabupaten Sukoharjo.

Hal ini menunjukan asupan

kalium dapat mempengaruhi kadar

kalium karena pengaturan

keseimbangan kalium memerlukan

Asupan Kalium

Kadar Kalium

Tinggi Normal Rendah Total n % n % N % N %

Lebih 0 0 0 0 0 0 0 0

Cukup 0 0 16 51,6 0 0 16 100

Kurang 0 0 15 48,4 0 0 15 100

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

penyesuaian ginjal terhadap

ekskresi kalium tergantung dengan

asupannya. Karena peningkatan

asupan kalium dapat meningkatkan

ekresi kalium oleh ginjal (Guyton dan

Hall, 2008).

Pada pasien gagal ginjal

kronik fungsi ginjal tidak dapat lagi

bekerja dengan normal sehingga

terjadi penumpukan kalium.

Hemolidialisa berfungsi

mengeluarkan sisa metabolisme

yang menumpuk pada ginjal

sehingga kadar kalium yang tinggi

setelah menjalani hemodialisa dapat

menjadi normal (Spiegel, 2005).

Selain itu pasien hemodialisa

diberikan terapi obat diuretik dengan

jenis furosemid yang dapat

meningkatkan eksresi kalium dan

mencegah terjadinya hiperkalemia.

Asupan kalium yang sangat kurang

dalam diet menghasilkan deplesi

kalium berat. Berkurangnya asupan

sampai <10 mEq/hari atau 390 mg/

hari menghasilkan defisit sebesar 7-

8% kalium pada tubuh yang dapat

menyebabkan terjadinya

hipokalemia (Tannen, 2012)

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara

kepatuhan diet dengan kadar

kalium pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisa rawat

jalan di RSUD Kabupaten

Sukoharjo (p=0,163)

2. Ada hubungan antara asupan

kalium dengan kadar kalium

pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisa rawat

jalan di RSUD Kabupaten

Sukoharjo (p=0,000)

Saran

1. Diharapkan untuk poli gizi dapat

menambahkan materi tentang

kebutuhan asupan kalium pada

leaflet gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa untuk

meningkatkan kepatuhan diet

pasien.

2. Perlu adanya kerjasama antara

poli Hemodialisa dan poli gizi

untuk melakukan konseling

lanjutan untuk meningkatkan

kepatuhan diet pasien.

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

3. Perlu adanya penelitian lebih

lanjut dengan membandingkan

asupan kalium, kepatuhan diet

dan kadar kalium sebelum dan

sesudah hemodialisa.

4. Perlu adanya penelitian lebih

lanjut mengenai faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap

kadar kalium pada pasien gagal

ginjal kronik dengan hemodialisa

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S (ed.).2008. Penuntun Diet. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dawodu, S., T., 2004. Traumatic Brain Injury (TBI)-Definition,Epidemiology,Pathopysiology. Diakses: 15 Maret 2015.www.medscape.com/viewarticle/706300

Graber, MA. 2002. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolit. Farmedia. Jakarta

Guyton, AC, dan Hall, J.E . 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta

Kee, JL. 1997. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Khan, A.R., Al-Abdul Lateef, Z.N,. Al Aithan, M. A., Bu-Khamseen, M.A., Ibrahim, l. A., Khan, S. A. 2012. Factors contributing to noncompliance among diabetics attending

primary health center in the Al Hasa district of Saudi Arabia. Journal of Family and Community Medicine. 19 (1) : 26-32

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Medica Aesculpalus. FKUI. Jakarta.

Neal, MJ. 2006. Farmakologi Medis. Edisi ke-5. Erlangga. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta

Price, AS., dan Wilson ML. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Dialihbahasakan oleh dr. Brahm U. EGC .Jakarta

Prodjosudjadi, W, A. dan Suhardjono, 2009. End-Stage Renal Disease In Indonesia: Treatment Development. Ethnicity & Disease. 19 (1) : S133-S136

Spiegel, D.M. 2005. The Patient Receiving Chronic Renal Replacement with Dialisys. In. Schrier, R.W., ed. Manual Nephrology Sixtn Edition.Philadelphia, USA. Lippincott Williams and Wilkins : 187

Suhardjono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi Ke-3. FK UI. Jakarta.

Sukandar, E. 2006. Neurologi Klinik. Edisi ketiga. Pusat Informasi Ilmiah (PII)

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DAN

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD. Bandung

Suwitra. K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo, A.W., dkk., Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Penerbit Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : 570-572.

Tannen, R.L. 2012 Potassium Disorders. Fluid and ELectrolytes. WB Saunders Company. (3) : 123

The World Health Report. 2002. Reducing risk, promoting healthy life.World Health Organization

Watson, M., Abbott KC., Yuan CM. 2010. Damned if You Do, Damned if You Don't: Potassium Binding Resins in Hyperkalemia. Clinical Journal of the American Society of Nephrology. 5 (10): 1723

Widjajanti A. 2005. Hipokalemik Periodik Paralisis. Indonesian Journal Of Clinic Pathology and Medical Laboratory. 12 (1) : 19-22

Yaswir, R. dan Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. (1) : 80-85