naskah publikasi hubungan antara iklim … · hal yang penting untuk dipertahankan adalah masalah...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN
KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk
Oleh:
ADHY PURWANTO
MIFTAHUN NI’MAH SUSENO
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
3
HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PUPUK KALTIM Tbk.
Adhy Purwanto Miftahun Ni’mah Suseno
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pupuk Kaltim Tbk. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja, semakin baik iklim organisasi maka kepuasan kerja karyawan meningkat dan sebaliknya semakin buruk iklim organisasi maka kepuasan kerja karyawan menurun.
Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT. Pupuk Kaltim Tbk. berjumlah 100 orang. Alat ukur yang digunakan adalah skala kepuasan kerja yang dikembangkan berdasarkan teori dari Locke dan Luthans (Riyono, 1996) dan skala iklim organisasi yang dikembangkan berdasarkan teori Stringer (Wirawan, 2007).
Metode analisis data yang diakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja. Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0.785 dengan p = 0.000 (p < 0.01). yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima.
Kata Kunci: Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja
4
PENGANTAR
Era globalisasi membuat perusahaan secara maksimal berlomba-lomba
untuk memberikan yang terbaik guna mencapai tujuan perusahaan yang
diinginkan. Persaingan saat ini tidak lagi dibatasi dengan waktu, letak dan
wilayah, sehingga setiap perusahaan bebas menentukan pilihannya sendiri guna
mencapai target yang ditentukan oleh perusahan. Terdapat berbagai hal yang
menentukan maju atau tidaknya suatu perusahaan, salah satunya adalah faktor
karyawan sebagai sumber daya manusia untuk menghadapi persaingan ini
organisasi perlu memperhatikan sumber daya manusianya karena sumber daya
manusia akan menjadi asset yang berharga bagi organisasi. Sumber daya manusia
dalam organisasi akan menentukan kelangsungan, kelancaran serta produktivitas
suatu organisasi. Oleh karena itu mutlak bagi setiap organisasi untuk
mempertahankan keberadaan serta kualitas sumber daya manusianya. Sumber
daya manusia yang ada haruslah dikelola dengan sebaik-baiknya untuk
memperoleh tenaga kerja yang terampil sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai
dengan sebaik-baiknya.
Rencana-rencana kerja organisasi, pengawasan, penelitian-penelitian
tentang peningkatan produktivitas tidak akan berjalan dengan baik bila para
karyawan tidak dapat menjalankan tugas dengan semangat yang tinggi, rasa
gembira dan harapan untuk memperoleh imbalan, baik berupa uang atau balas jasa
lainnya, maka organisasi tidak akan mencapai hasil produksi atau pelayanan yang
maksimal seperti yang diharapkan (As’ad, 2000). Agar dapat mempertahankan
5
keberadaan karyawan dan meningkatkan performance dalam organisasi maka satu
hal yang penting untuk dipertahankan adalah masalah kepuasan kerja karyawan.
PT Pupuk Kaltim yang bergerak dalam bidang pengolahan pupuk yang
berada di Kalimantan Timur, merupakan salah satu BUMN terbesar yang dimiliki
oleh negara. Dalam kegiatannya dengan karyawan, PT. Pupuk Kaltim Tbk
menerapkan beberapa kebijakan untuk melihat kinerja karyawan, seperti lamanya
seseorang bekerja di PT. Pupuk Kaltim akan menentukan besar kecilnya gaji yang
diterima, selain itu dengan lamanya seseorang bekerja maka seseorang akan
mendapatkan fasilitas. Dengan adanya fasilitas tersebut maka setiap karyawan
akan merasa puas dan merasa memiliki perusahaan, sehingga muncul etos kerja
yang tinggi.
Dari hasil wawancara dengan bagian personalia, didapatkan permasalahan
bahwa sebagian karyawan yang masih muda sangat menginginkan perubahan
pada organisasi perusahaan. Selama ini yang terdapat dalam perusahaan adalah
karyawan yang memiliki waktu kerja yang lama atau bisa dikatakan sudah senior
akan mendapatkan fasilitas yang lebih banyak dari karyawan yang lebih muda.
Selain itu karyawan yang sudah senior akan mendapatkan berbagai prestasi
penghargaan, tetapi hal ini tidak mudah bagi karyawan yang masih muda walupun
mereka merupakan karyawan yang berprestasi. Jadi dari hasil wawancara
didapatkan beberapa permasalahan, seperti tunjangan kesejahteraan, fasilitas
kesehatan, rumah dinas, dan pendidikan anak, serta dana pensiun.
Kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang
menggambarkan seberapa besar kesesuaian antara apa yang diinginkan oleh
6
karyawan dari pekerjaannya dan seberapa besar imbalan yang diperolehnya dari
perusahaan atau organisasi tempat karyawan tersebut bekerja. Perasaan itu akan
dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan hubungan antar pribadi serta jumlah
imbalan yang ia peroleh dari tempat kerja. Selain itu perasaan tersebut antara
orang yang satu dengan yang lain akan berbeda-beda. Kepuasan kerja dapat
terpenuhi dengan memperhatikan kebutuhan, keinginan, harapan dan kepentingan
yang lainnya dari karyawan dalam perusahaan atau instansi tempat karyawan
tersebut bekerja (As’ad, 2000). Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan
yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakannya (Anoraga, 2006).
Hepner (Widiyanto, 1994) menyatakan bahwa tercapai tidaknya tujuan suatu
organisasi tergantung pada iklim organisasi tersebut. Iklim organisasi yang
kondusif akan mampu mengelola kebutuhan-kebutuhan organisasinya secara
optimal. Iklim organisasi inilah yang dapat menciptakan suasana lingkungan
internal yang menunjang pencapaian tujuan organisasi.
Iklim organisasi yang positif merupakan sarana yang tepat dalam
menciptakan suasana yang dapat mendorong munculnya semangat dan kepuasan
kerja karyawan. Iklim organisasi yang baik dan nyaman dapat menggali dan
mengembangkan sumber daya manusia, yaitu dapat menimbulkan motivasi dan
menimbulkan kreatifitas yang dimiliki karyawan sehingga bekerja bukan lagi
merupakan suatu hal yang membosankan melainkan suatu hal yang
menyenangkan dan penuh tantangan. Oleh karena itu, dengan adanya hal tersebut
7
maka karyawan akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
perusahaan.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu
mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh
Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons
emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung pengertian
bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat
relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah
satu atau beberapa aspek lainnya. Blum (As’ad, 2000) mengatakan bahwa
kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa
sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, karakteristik individual, serta
hubungan kelompok di luar pekerjaan itu sendiri. Handoko (1998) mengatakan
bahwa kepuasan kerja sebagai respon emosional menunjukkan perasaan yang
menyenangkan berkaitan dengan pandangan karyawan terhadap pekerjaannya.
Tiffin (Anoraga, 2006) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi
kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama pimpinan dan sesama karyawan.
Locke dan Luthans (Riyono, 1996) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah
perasaan pekerja atau karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya, yaitu
merasa senang atau tidak senang, sebagai hasil penilaian individu yang
bersangkutan terhadap pekerjaannya. Herzberg (As’ad, 2000) di dalam teorinya
8
Two Factors Theory mengatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
merupakan dua hal yang berbeda serta kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinyu. Berdasarkan
penelitian yang ia lakukan, Herzberg membagi situasi yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu kelompok satisfiers
dan kelompok dissatisfiers. Kelompok satisfiers atau motivator adalah faktor-
faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri
dari achievement, recognition, work it self, responsibility and advancement.
Herzberg mengatakan bahwa hadirnya faktor ini dapat menimbulkan kepuasan,
tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan.
Sedangkan kelompok dissatisfiers ialah faktor-faktor yang terbukti menjadi
sumber ketidakpuasan yang terdiri dari company policy and administration,
supervision technical, salary, interpersonal relations, working conditions, job
security dan status. Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi
atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan
karena ia bukan sumber kepuasan kerja.
Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
Locke dan Luthans (Riyono, 1996), mengatakan dimensi kerja yang
mempengaruhi kepuasan kerja ada lima kelompok, yaitu:
1. Kepuasan terhadap pekerjaan. Perusahaan memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk belajar sesuai dengan minat serta kesempatan untuk
bertanggung jawab. Meliputi kerja itu sendiri dan kondisi kerja.
9
2. Kepuasan terhadap upah dan kesejahteraan. Upah atau gaji yang diterima
sesuai dengan beban kerjanya dan seimbang dengan karyawan lain pada
perusahaan tersebut. Meliputi keadilan, jumlah bayaran.
3. Kepuasan terhadap pengawasan. Memotivasi dan mengawasi karyawan dari
atasannya. Meliputi manajemen, perusahaan, dan pengakuan.
4. Kepuasan terhadap rekan kerja. Seberapa besar rekan sekerja memberikan
bantuan teknis dan dorongan social. Meliputi kesediaan untuk saling
menolong.
5. Kepuasan terhadap promosi. Kesempatan untuk meningkatkan posisi dalam
struktur perusahaan dan pemenuhan kebutuhan eksistensi diri serta reputasi.
Meliputi kesempatan untuk mengembangkan karir.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja akan dapat diketahui dengan
melihat beberapa hal yang dapat menimbulkan dan mendorong kepuasan kerja.
Mohamad As’ad menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan (As’ad, 2000) yaitu:
a. Faktor Psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap
kerja, bakat dan keterampilan.
b. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial
baik sesama karyawan dengan atasan maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya.
10
c. Faktor Fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,
pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan,
suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur dan
sebagainya.
d. Faktor Finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistim dan besarnya gaji, jaminan
sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan
sebagainya.
Iklim Organisasi
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai
koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus
pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai
pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi. Tagiuri dan Litwin
(Wirawan, 2007) mengatakan bahwa iklim organisasi merupakan kualitas
lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh
anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan
dalam satu set karateristik atau sifat organisasi.
Steers (1985) menyebutkan bahwa iklim organisasi, menyangkut sifat-
sifat atau ciri-ciri yang terdapat dalam lingkungan dan timbul terutama pada
kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan dianggap
mempengaruhi perilaku. Steers (1985) menambahkan bahwa manajer yang lebih
11
banyak memberikan umpan balik, otonomi dan identitas tugas pada bawahannya
ternyata sangat membantu iklim organisasi yang berorientasi pada prestasi, serta
karyawan merasa lebih bertanggung jawab atas pencapaian sasaran kelompok dan
organisasi.
Aspek-Aspek Iklim Organisasi
Stringer (Wirawan, 2007) menyebutkan bahwa karakteristik atau dimensi
iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk
berperilaku tertentu. Ia juga mengatakan enam dimensi yang diperlukan, yaitu:
a. Struktur. Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi
dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung
jawab mereka. Meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.
b. Standar-standar. Mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan
derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya
dengan baik. Meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam perusahaan.
c. Tanggung jawab. Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi
“bos diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat mengenai keputusannya
dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan.
d. Pengakuan. Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang
terima karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan.
12
e. Dukungan. Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan
saling mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan
rekan kerja yang lain.
f. Komitmen. Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai
anggota organisasi. Meliputi pemahaman karyawan mengenai tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala. Keuntungan yang diperoleh dengan metode skala
adalah metode yang praktis dalam penelitian, dalam waktu singkat dapat
dikumpulkan data yang relatif banyak, dan orang dapat menjawab dengan leluasa
sehingga tidak dipengaruhi oleh orang lain (Walgito, 2001). Penelitian ini
menggunakan skala yang terdiri dari dua buah skala yaitu skala iklim organisasi
dan skala kepuasan kerja.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik. Teknik yang
digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan menggunakan bantuan
program SPSS 12 for windows.
13
Hasil Penelitian
Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji
linearitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 12.0 for windows. Diperoleh
sebaran skor pada variabel iklim organisasi adalah normal (K-S Z = 0.737 ; p =
0.65 atau p > 0.05) dan sebaran variabel kepuasan kerja adalah normal (K-S Z =
1.245 ; p = 0.09 atau p > 0.05), karena data ini memiliki signifikan lebih dari 0.05
maka data ini normal. Hasil uji linearitas yang dilakukan didapat F Linearity
7.182 dengan P = 0.000; P < 0.05 menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut
linear. Uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan besarnya koefisien antara
variabel kepuasan kerja dan Iklim Organisasi adalah r = 0.785 dengan p = 0.000
(p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja pada karyawan. Artinya,
Semakin tinggi iklim organisasi, maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja pada
karyawan. Sebaliknya, Semakin rendah iklim organisasi, maka semakin rendah
tingkat kepuasan kerja pada karyawan. Dengan demikian hipotesis pada penelitian
ini diterima.
Analisis regresi dilakukan untuk untuk mengetahui besar sumbangan tiap-
tiap aspek iklim organisasi terhadap kepuasan kerja. Dari hasil analisa didapatkan
bahwa aspek struktur memiliki sumbangan terbesar terhadap kepuasan kerja r
square change = 0.476 dengan p = 0.000 (p < 0.01) atau berpengaruh sebesar
47.6%. Aspek kedua adalah aspek standar memiliki sumbangan terhadap
14
kepuasan kerja r square change = 0.114 dengan p = 0.000 (p <0.01) atau
berpengaruh sebesar 11.4%. Aspek ketiga yang memiliki sumbangan terbesar
adalah aspek pengakuan memiliki sumbangan terhadap kepuasan kerja r square
change = 0.020 dengan p = 0.020 (p < 0.05) atau berpengaruh sebesar 2%.
Sedangkan 3 aspek lainnya tidak memiliki pengaruh karena nilai p > 0.05.
Untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja berdasarkan jenis kelamin
dilakukan dengan T-test. Dari hasil T-test didapatkan hasil F = 0.001 dengan p =
0.982 (p > 0.01) artinya tidak ada perbedaan kepuasan kerja berdasarkan jenis
kelamin pada subjek penelitian ini
Untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja berdasarkan rentang usia
yang telah ditentukan dilakukan dengan oneway anova. Dari hasil oneway anova
didapatkan hasil F = 0.510 dengan p = 0.728 (p > 0.01) artinya tidak ada
perbedaan kepuasan kerja berdasarkan usia pada subjek penelitian.
Untuk mengetahui perbedaan kepuasan berdasarkan masa kerja dilakukan
dengan oneway anova. Dari hasil oneway anova didapatkan hasil F = 0.835
dengan p = 0.528 (p > 0.01) artinya tidak ada perbedaan kepuasan kerja
berdasarkan masa kerja pada subjek penelian
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja pada karyawan.
Dengan demikian maka hipotesis di terima dan ditunjukkan dengan nilai r = 0.785
dengan p = 0.000 (p < 0.01). Adanya hubungan positif antara iklim organisasi
15
dengan kepuasan kerja pada karyawan senada dengan pendapat Steers (Amriany,
2004), mengatakan bahwa iklim organisasi adalah suatu sifat-sifat atau ciri yang
dirasakan dan dipersepsikan dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena
adanya kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan yang
dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku atau perilaku karyawan. Davis &
Newstrom (1993) menyebutkan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan
manusia dimana para karyawan suatu organisasi akan melakukan pekerjaan
mereka. Tagiuri dan Litwin (Wirawan, 2007) mengatakan bahwa iklim organisasi
merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relative terus
berlangsung, dialami oleh anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka
dan dapat dilukiskan dalam satu set karateristik atau sifat organisasi.
Selain itu dari hasil analisis menunjukkan mean empirik kepuasan kerja
dan iklim organisasi lebih tinggi dari mean hipotetik yaitu sebesar 108.6 dan
138.45 sehingga bila dikategorikan maka kepuasan kerja dan iklim organisasi
subyek dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi.
Tingginya skor kepuasan kerja dan iklim organisasi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa subyek dalam penelitian ini hampir semuanya merasa bahwa
iklim organisasi akan mampu membawa karyawan pada tingkat kepuasan kerja
yang baik. Skor tertinggi kepuasan kerja dalam penelitian ini yang diperoleh
subyek sebesar 144 dan skor terendah yang diperoleh subyek dalam penelitian ini
yaitu 87. Sedangkan skor tertinggi iklim organisasi yang diperoleh subyek sebesar
180 dan skor terendah yang diperoleh subyek dalam penelitian ini yaitu sebesar
103.
16
Kontribusi variabel iklim organisasi dan kepuasan kerja pada penelitian ini
yakni 0.616 Hal ini menunjukkan bahwa iklim organisasi memberi sumbangan
efektif sebesar 61.6 % pada kepuasan kerja karyawan. Sisanya sebesar 38.4 %
merupakan sumbangan dari faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
kepuasan kerja, namun faktor tersebut tidak diteliti lebih lanjut oleh peneliti.
Beberapa faktor yang dianggap bisa berpengaruh pada kepuasan kerja diantaranya
dikemukakan oleh As’ad (2000) faktor psikologik, faktor sosial, faktor fisik, dan
faktor finansial. Sedangkan Robbins (1996) menyebutkan beberapa faktor yang
dapat menyebabkan kepuasan kerja, antara lain: pekerjaan yang menantang,
penghargaan yang dirasa adil, kondisi kerja yang menunjang, rekan kerja yang
saling mendukung, kesesuaian antara pekerjaan dengan kepribadian.
Berdasarkan hasil analisa regresi yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
aspek struktur memiliki sumbangan tebesar bagi kepuasan kerja karyawan. Hasil
analisa menunjukkan angka 47.6% memberikan sumbangan bagi kepuasan kerja.
Struktur dalam suatu organisasi merefleksikan perasaan bahwa karyawan
diorganisasi dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan
tanggung jawab mereka, ketika struktur ini tidak terdefinisi dengan baik akan
mengakibatkan ketidak jelasan peran bagi karyawan itu sendiri sehingga
menimbulkan ketidakpuasan, begitu juga sebaliknya ketika struktur dalam
organisasi menjadi jelas bagi karyawan maka akan memunculkan kepuasan pada
karyawan itu sendiri sejalan dengan pendapat Miner (1992) yang menyatakan
bahwa kepuasan kerja adalah hasil pertimbangan dari respon emosi terhadap
situasi kerja atau lingkungan kerja, jam kerja dari perusahaan dapat berpengaruh
17
terhadap kepuasan kerja, jadwal baru terkadang namun tidak selalu meningkatkan
kepuasan kerja, kepuasan kerja karyawan tidak dapat dipisahkan dari aspek
individu, organisasi dan lingkungan kerja. Sedangkan aspek standar memiliki
sumbangan sebesar 11.4%, hal ini dapat dimungkinkan terjadi karena karyawan
merasa standar yang ada diperusahaan kurang dapat memotivasi karyawan untuk
memunculkan kepuasan kerja pada karyawan. Aspek pengakuan memiliki
sumbangan sebesar 2% hal ini dapat terjadi apabila karyawan dalam perusahaan
merasa pengakuan berupa penghargaan dan imbalan yang diberikan perusahaan
kepada mereka dirasa masih kurang.
Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan kepuasan kerja subjek
bedasarkan jenis kelamin, masa kerja, dan usia. Hal ini terjadi kemungkinan
dikarenakan karena perbandingan sampel subjek yang dipakai tidak merata,
sehingga menghasilkan olahan data statistik yang tidak signifikan.
Kesimpulan
Hasil analisa data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara Iklim Organisasi dengan Kepuasan kerja. Dengan
korelasi sebesar r = 0.785 dengan p = 0.000 (p < 0.01) yang artinya ada hubungan
yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja, dengan
demikian hipotesis penelitian ini diterima.
18
Saran
Ada beberapa saran yang dikemukakan peneliti berkaitan dengan hasil
penelitian, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Disarankan bagi perusahaan untuk mempertahankan iklim organisasi yang
kondusif agar karyawan dapat merasa puas dan nyaman dalam bekerja. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertinggi iklim organisasi dan kepuasan kerja
adalah dengan terus mensosialisasikan nilai-nilai dan tujuan perusahaan kepada
karyawan, serta mempertahankan partisipasi karyawan dalam proses internalisasi
nilai-nilai organisasi dan memberikan penghargaan bagi karyawan sesuai dengan
unjuk kerja yang ditampilkannya.
2. Bagi Karyawan
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil tingkat iklim organisasi dan kepuasan
kerja karyawan termasuk dalam kategori tinggi. Karyawan diharapkan dapat
mempertahankan kondisi tersebut guna mendukung tujuan dan cita-cita yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti dengan tema yang
sama disarankan untuk:
a. Sebaiknya mencoba penerapannya pada setting yang lain. Jika pada
penelitian kali ini setting yang digunakan adalah karyawan swasta, pada
masa yang akan datang sebaiknya penelitian dilakukan pada pegawai
negeri sipil yang bekerja di salah satu instansi pemerintahan.
19
b. Menambah variabel lain seperti variabel OCB dan kepemimpinan serta
kinerja karyawan dalam penelitian. Serta menambah referensi yang ada
mengenai iklim organisasi dan kepuasan kerja.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. (Edisi Ke-Empat). Jakarta : PT Rineka Cipta. As’ad, M. 2000. Psikologi Industri. (Edisi Ke-Empat). Yogyakarta. Penerbit
Liberty. Davis, K & Newstrom, J.W. 1993. Perilaku Dalam Organisasi Jilid 1. Jakarta :
Erlangga. Handoko, T. H. 1998. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta : BPFE. Kinicki & Kreitner. 2005. Perilaku Organisasi. (Edisi Ke-Lima). Jakarta :
Penerbit Slemba Empat. Miner, J.B. 1992. Industrial-Organizational Psychology. Singapore: McGraw
Hill. Inc Riyono, B. 1996. Peranan Orientasi Nilai Budaya Pada Kepuasan Kerja.
Psikologika Nomor 1, 65-75. Robbins, S. 1996. Organizational Behavior ; Concept Controversies Applications.
New Jersey : Prentice Hall International Inc. Steers, R.M. 1985. Efektivitas Organisasi. Terjemahan. Jakarta : Erlangga. Walgito, B. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. Widiyanto, T. 1994. Hubungan Iklim Organisasi Dengan Keikatan Terhadap
Organisasi Pada Perawat Rumah Sakit Bethesda Di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi : Teori Aplikasi dan Penelitian.
Jakarta : Salemba Empat.