naskah publikasi hubungan antara...

21
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN KECEMASAN MASUK SEKOLAH Oleh: ELVIDAWATY RINA MULYATI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

Upload: lammien

Post on 19-Jun-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL ANAK

DENGAN KECEMASAN MASUK SEKOLAH

Oleh:

ELVIDAWATY

RINA MULYATI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2006

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN

KECEMASAN MASUK SEKOLAH

Elvidawaty Rina Mulyati

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan

sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara keterampilan sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah. Responden penelitian adalah siswa Taman Kanak-Kanak yang berusia empat sampai dengan enam tahun, yang baru mengawali pendidikannya di Taman Kanak-Kanak saat penelitian ini dilaksanakan. Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan menggunakan instrument Rating Scale. Rating Scale dibuat sendiri oleh peneliti yang berjumlah 15 aitem yang dibuat dengan mengacu pada teori kecemasan yang dikemukakan oleh Maramis (2004). Sedangkan untuk Rating Scale keterampilan sosial berjumlah 18 aitem diadaptasi dari alat ukur yang digunakan oleh Mager (dalam Cartledge & Milburn, 1995).

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik korelasi Product Moment dari Spearman’s dengan fasilitas program SPSS versi 12.0 for windows untuk menguji apakah ada hubungan antara keterampilan sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah. Hasilnya menunjukkan rxy = -0,140 dengan p = 0,215 (p > 0,05). Artinya, tidak ada hubungan antara keterampilan sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah. Jadi hipotesis penelitian ditolak.

Kata kunci: Keterampilan Sosial, Kecemasan Masuk Sekolah

Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN

KECEMASAN MASUK SEKOLAH

Telah Disetujui Pada Tanggal

________________________

Dosen Pembimbing Utama

(Rina Mulyati, S.Psi., M.Si)

Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Latar Belakang Masalah

Masa awal anak-anak (early childhood) merupakan periode perkembangan

yang merentang dari akhir masa bayi hingga usia kira-kira 5 atau 6 tahun. Pada

masa ini anak mulai belajar untuk mandiri, mengembangkan berbagai

keterampilan seperti pengenalan huruf, mematuhi perintah, dan juga

menghabiskan waktu dengan bermain terutama teman sebayanya. Periode ini

disebut juga “tahun-tahun prasekolah” karena merupakan masa persiapan bagi

anak untuk memasuki sekolah dasar (Santrock,1995).

Pertama kali anak memasuki lingkungan baru diantaranya Taman Kanak-

Kanak, umumnya mereka mengalami ketakutan dan juga kekhawatiran.

Manifestasi dari perasaan takut ini bisa menimbulkan macam-macam gejala

gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar,

sering kencing, sakit kepala, dan timbulnya tics (gerak-gerak facial pada wajah;

misalnya mengedip-ngedipkan mata terus menerus, menggeleng-gelengkan

kepala, mengerenyit-ngerenyitkan alis, menyengir-nyengirkan bibir dan hidung,

dan lain-lain) atau anak jadi cepat marah/agresif. Ada kalanya anak juga jadi

pemurung dan penakut (Kartono, 1990).

Hasil Survey awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pada

minggu-minggu pertama anak memasuki Taman Kanak-Kanak, beberapa anak

menangis karena harus berpisah dengan orangtuanya, anak tidak ingin ditinggal

orangtuanya, anak menjadi pendiam dan pemalu, dan juga anak datang ke sekolah

dengan wajah murung. Fenomena ini tidak hanya terjadi Indonesia, tetapi juga di

Amerika Serikat, dimana banyak ditemui anak-anak yang mengeluh dan menolak

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

untuk pergi ke sekolah. Penolakan tersebut ditunjukkan dengan munculnya

keluhan anak seperti sakit perut setiap senin pagi, anak terlihat enggan dan harus

dipaksa berangkat ke sekolah, anak dengan sengaja melupakan sesuatu supaya

terlambat pergi ke sekolah, anak sering berkata benci sekolah atau tidak ingin

berangkat sekolah dan ketika berada di sekolah selalu mengatakan ingin pulang

(D’Alessandro & Huth, 2002).

Perilaku anak yang muncul terkait dengan penolakan untuk pergi ke sekolah

jika berlangsung dalam waktu yang panjang dan terjadi pada usia pertumbuhan

bukanlah suatu hal yang bisa dianggap ringan tetapi mengarah pada masalah yang

lebih serius. Salah satunya adalah perasaan cemas yang dialami saat akan masuk

ke sekolah dan berdasarkan data penelitian tahun 2003 di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa gangguan kecemasan adalah salah satu bentuk penyakit jiwa

terbanyak yang dialami oleh anak-anak dan 10% diantaranya membutuhkan

perawatan medis (Kruger, 2003).

Kecemasan masuk sekolah secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian

dari kecemasan umum akibat rasa takut berpisah dari ibu atau pengganti ibu, dan

ketidakmampuan berdiri sendiri (Hurlock, 1993). Salah satu penyebab anak-anak

mengalami kecemasan masuk sekolah adalah adanya sesuatu yang mengganggu

mereka, antara lain adanya permasalahan pada guru atau dengan teman,

ketidakmampuan belajar, perubahan di rumah, tidak ingin ditinggalkan oleh

orangtua, perasaan malu, merasa gugup di sekolah, kelas atau situasi sekolah yang

baru, tugas-tugas sekolah yang terlalu mudah dan membosankan, tugas-tugas

sekolah yang terlalu sulit dan membuat frustrasi (D’Alessandro & Huth, 2002).

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1993) yang mengatakan bahwa rasa

cemas akan cenderung meningkat bila tiba saatnya pergi ke sekolah dan beberapa

aspek situasi sekolah yang dianggap tidak menyenangkan oleh anak.

Kenyataannya, tidak semua anak-anak yang memasuki masa sekolah ini

menunjukkan gejala kecemasan. Beberapa anak justru senang saat akan memasuki

sekolah yang baru. Mereka menunjukkan perilaku mudah bergaul dengan teman

atau gurunya, cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, senang berada di

sekolah karena dapat menunjukkan bakatnya, dan mereka aktif di kelas. Mereka

tidak memiliki permasalahan saat berinteraksi dengan guru atau dengan teman

atau bahkan dengan lingkungan sosial yang lebih luas.

Sebagai makhluk sosial, idealnya anak dapat mengatasi segala permasalahan

yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial. Anak-anak

harus dapat menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

Salah satu modal yang perlu dimiliki anak untuk dapat mengatasi permasalahan

tersebut adalah keterampilan sosial. Dengan menguasai keterampilan sosial, anak

akan lebih mudah dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya

sehingga dia dapat berkembang secara normal dan sehat (Mu`tadin, 2002).

Penelitian Schaps (dalam Goleman, 1997) yang dilakukan di Taman Kanak-

Kanak hingga Sekolah Dasar kelas 6 di Northern California, menunjukkan bahwa

anak-anak yang memiliki keterampilan sosial lebih mudah diterima oleh

lingkungan sosialnya. Mereka memiliki karakteristik: mampu bertanggung jawab,

tegas, populer dan mudah bergaul, bersifat sosial dan suka menolong, memahami

orang lain, tenggang rasa, penuh perhatian, terampil dalam menyelesaikan

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

konflik, dan juga pintar dalam menerapkan starategi untuk menyelesaikan

masalah antarpribadi.

Anak yang tidak memiliki keterampilan sosial yang baik biasanya

ditunjukkan dengan ketidakmampuan anak dalam menafsirkan atau menggunakan

bahasa tubuh, seringkali salah paham atau keliru memanfaatkan ekspresi wajah

misalnya gagal melakukan kontak mata, anak gugup bila harus melakukan

percakapan ringan, tidak mengetahui kapan harus mengakhiri pembicaraan dan

merasa takut bahwa apa yang dibicarakannya tidak dapat menarik minat orang

lain. Ketidakmampuan dalam melakukan pergaulan sosial sehari-hari

menyebabkan mereka diabaikan atau ditolak oleh teman sebayanya

(Goleman,1997).

Menurut Michelson, dkk (dalam Prawitasari dan Hadjam, 2002)

Keterampilan sosial meliputi keterampilan-keterampilan memberikan pujian,

mengeluh karena tidak setuju terhadap sesuatu hal, menolak permintaan orang

lain, tukar pengalaman, menuntut hak pribadi, memberikan saran kepada orang

lain, pemecahan konflik atau masalah, berhubungan atau bekerjasama dengan

orang lain yang berlainan jenis kelamin, berhubungan dengan orang yang lebih

tua dan lebih tinggi statusnya, dan sebagainya.

Dengan karakteristik seperti mampu bertanggung jawab, tegas, populer dan

mudah bergaul, bersifat sosial dan suka menolong, memahami orang lain,

tenggang rasa dan penuh perhatian, penulis berasumsi anak dengan keterampilan

sosial yang tinggi memiliki kecemasan masuk sekolah yang rendah sebaliknya,

anak yang memiliki keterampilan sosial yang rendah akan memiliki kecemasan

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

masuk sekolah yang tinggi. Dari asumsi tersebut maka timbul keinginan peneliti

untuk mengetahui secara lebih “Apakah benar ada hubungan antara keterampilan

sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan

sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah.

Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dengan mengadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

yang mampu memperluas wawasan ilmiah pada psikologi perkembangan dan

klinis pada khususnya, dan juga psikologi pada umumnya dalam mengetahui

keterampilan sosial yang dimiliki oleh anak sehingga dapat mengurangi dan

mengatasi kecemasan masuk sekolah yang dialami oleh anak-anak khususnya

pada masa prasekolah atau Taman Kanak-Kanak.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau dasar

bagi orangtua yang berkaitan dengan perkembangan anak-anak yang

mengalami kecemasan masuk sekolah sehingga orangtua dapat membantu

anak untuk mengatasi perasaan cemasnya tersebut.

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Kecemasan Masuk Sekolah

1. Pengertian Kecemasan

Menurut Hurlock (1997) kecemasan adalah keadaan mental yang tidak enak

berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas

ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan, dan perasaan yang tidak baik yang

tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya

karena merasa menemui jalan buntu; dan disertai pula dengan ketidakmampuan

menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Rasa cemas mungkin

diekspresikan dalam perilaku yang mudah dikenal seperti murung, gugup, mudah

tersinggung, tidur yang tidak nyenyak, cepat marah dan kepekaan yang luar biasa

terhadap perkataan atau perbuatan orang lain.

2. Pengertian Kecemasan Masuk Sekolah

Kecemasan tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi juga dialami

oleh anak-anak. Anak-anak mengalami cemas merupakan akibat dari suatu

ketidaknyamanan, kerusuhan atau pertentangan yang bersifat rangkap. Seperti

adanya sesuatu yang mengganggu dalam hubungannya dengan orang-orang yang

memiliki peranan penting dalam kehidupannya yang bisa mengakibatkan

munculnya masalah dalam diri anak. Diantaranya terdapat kecenderungan-

kecenderungan yang bertentangan atau tidak serasi dan menimbulkan suatu

ketegangan serta pertentangan (Jersild,1962).

Dapat disimpulkan bahwa kecemasan masuk sekolah yaitu suatu keadaan

psikologis yang berupa rasa khawatir secara terus menerus, tidak berdaya dan rasa

ketidaknyamanan yang amat sangat yang ditimbulkan oleh sesuatu dari dalam diri

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

atau dari luar diri yang biasanya muncul bila tiba saatnya berangkat ke sekolah

maupun saat berada di sekolah. Gejala fisik yang sering ditemui adalah keringat

yang berlebihan, sakit perut dan gemetaran bahkan keinginan untuk buang air

kecil terus menerus dan tics.

3. Aspek-Aspek Kecemasan Masuk Sekolah

Maramis (2004) membagi gejala-gejala (komponen) dari kecemasan

menjadi dua, yaitu :

a. Gejala-gejala (komponen) somatik, berupa sesak napas, dada tertekan, kepala

ringan seperti mengambang, linu-linu, epigastrium nyeri, cepat lelah, palpitasi,

dan keringat dingin. Gejala lain pada motorik, pencernaan, pernapasan sistem

kardiovaskuler, genitourenaria atau susunan saraf pusat.

b. Gejala-gejala (komponen) psikologik, yang timbul dalam rasa was-was,

kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, prihatin dengan

pikiran orang mengenai dirinya. Anak akan mengalami ketegangan yang

terus-menerus dan tidak mampu bersikap santai. Kadang-kadang dilihat dari

cara bicaranya yang cepat, tetapi terputus-putus.

4. Jenis-jenis Kecemasan Masuk Sekolah

Kaplan dkk (1997) membagi kecemasan menjadi dua jenis yaitu:

a. Kecemasan Normal

Kecemasan merupakan suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari

perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari

penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup. Kecemasan masuk sekolah

adalah normal bagi anak-anak pada hari pertama sekolahnya karena mereka

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

mulai memasuki lingkungan baru yang lebih luas dibandingkan dengan

lingkungan keluarga.

b. Kecemasan Patologis

Kecemasan patologis adalah respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang

diberikan berdasarkan intensitas atau durasinya ketika mengalami kecemasan.

5. Penyebab Kecemasan Masuk Sekolah

Kartono & Andari (1989) menyatakan penyebab dari kecemasan masuk

sekolah adalah ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh

kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi. Misalnya kegagalannya

dalam menjalin hubungan dan interaksi sosial dengan teman sebayanya.

Kegagalan ini akan membuat rasa cemas pada diri anak apakah dia diterima atau

ditolak oleh teman sebayanya.

Sedangkan menurut Supratiknya (1995) sebab munculnya gangguan

kecemasan masuk sekolah adalah modeling, yaitu mencontoh orang tua yang

memiliki sifat tegang dan pencemas.

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Masuk Sekolah

Mengenai kecemasan yang dialami anak pada masa sekolah awal dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

a. Keadaan diri Individu

Rasa cemas sering berkembang setelah melalui suatu periode rasa khawatir

yang kuat, sehingga melemahkan kepercayaan pada diri sendiri dan

menimbulkan perasaan tidak mampu. Ketidakpuasan diri yang mereka alami

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

tidak terbatas pada suatu situasi spesifik, tetapi bahkan meluas (Hurlock,

1997).

b. Pengalaman yang tidak menyenangkan

Hal ini dinyatakan oleh Supratiknya (1995) yang mengatakan bahwa perasaan

cemas dapat timbul karena pernah mengalami pengalaman yang tidak

menyenangkan dalam pergaulan.

c. Lingkungan keluarga

Rasa cemas juga bisa disebabkan karena penularan. Jika anak-anak

berhubungan terlalu akrab dengan orang yang cemas, misalnya ibunya atau

saudaranya mereka mungkin akan menirukan kecemasan. Jika mereka

sebelumnya telah menderita rasa cemas maka hubungan dengan orang yang

cemas cenderung akan meningkatkan kecemasan (Hurlock,1997).

7. Sekolah

Sekolah diperlukan bagi anak untuk dapat mengembangkan fungsi

intelektualnya dan juga mengembangkan potensi lain yang ada dalam dirinya

(Kartono,1990). Lingkungan sekolah yang baru dapat membuat rasa cemas pada

anak karena perubahan situasi dari lingkungan keluarga yang kecil menjadi

lingkungan sekolah yang lebih luas. Kemampuan anak dalam beradaptasi maupun

berinteraksi dengan orang lain di sekolah sangat menentukan apakah anak itu

diterima atau ditolak oleh temannya.

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Keterampilan Sosial Pada Anak

1. Pengertian Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial merupakan kemampuan yang beraneka ragam untuk

mengeluarkan perilaku-perilaku yang tampak; baik berupa tingkah laku positif

maupun negatif dan tidak mengeluarkan perilaku yang dilarang atau tidak disukai

oleh orang lain (Libet & Lewinson dalam Cartledge & Milburn, 1995). Morgan

(dalam Cartledge & Milburn, 1995) menambahkan keterampilan sosial tidak

hanya membutuhkan kemampuan untuk memulai dan menjaga interaksi positif

dengan orang lain, tetapi juga termasuk kemampuan untuk menerima objektivitas

yang dimilikinya untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Jika seseorang dapat

lebih sering atau lebih banyak menerima keobjektivitasannya dalam berinteraksi

dengan orang lain, maka akan lebih mudah bagi orang lain untuk memberikan

penilaian bagi orang tersebut.

2. Keterampilan Sosial Pada Anak

Dari penjabaran beberapa pengertian disimpulkan keterampilan sosial pada

anak kemampuan individu untuk berperilaku yang sesuai dengan aturan yang ada

ataupun yang diinginkan oleh orang lain sehingga seseorang dapat berinteraksi

ataupun memulai interaksi dengan yang lain. Perilaku tersebut diantaranya adalah

dapat menghargai dan memahami perasaan orang lain, dapat lebih mengontrol

diri, menjalin kerjasama dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku.

3. Aspek-Aspek Keterampilan Sosial

Mager (dalam Cartledge & Milburn, 1995) menggunakan dua aspek untuk

mengukur keterampilan sosial pada anak-anak yaitu:

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

a. Kesopanan

Meliputi perilaku anak dalam menunjukkan sikap yang positif terhadap teman-

teman sebayanya maupun orang yang lebih dewasa. Sikap tersebut antara lain

memberikan pujian, memberikan senyuman, mengucapkan terima kasih,

membuat pernyataan yang positif dan juga perilaku yang baik dalam situasi

yang beraneka ragam.

b. Kerjasama

Meliputi kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam pekerjaan kelompok

dengan teman sebaya atau orang yang lebih dewasa, kemampuan menjalankan

pertemanan, dapat mengikuti aturan yang berlaku dalam kelompoknya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu prosedur

penelitian yang menghasilkan data numerical (angka) yang diolah dengan metode

statistika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi

dengan menggunakan Rating Scale. Adapun Rating Scale yang digunakan adalah

Rating Scale Kecemasan Masuk Sekolah dan Rating Scale Keterampilan Sosial.

Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Taman Kanak-

Kanak yang berusia empat sampai dengan enam tahun, yang baru mengawali

masa pendidikannya di Taman Kanak-Kanak saat penelitian ini dilaksanakan.

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Hasil Penelitian

Hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa secara umum subjek

penelitian memiliki kecemasan masuk sekolah yang rendah, terlihat dari nilai

mean empiriknya sebesar 23,53. Sedangkan keterampilan sosial sangat tinggi,

terlihat dari nilai mean empiriknya sebesar 64,35.

Dari hasil uji normalitas menunjukkan variabel Kecemasan Masuk Sekolah

menunjukkan K-SZ = 0,595 ; p= 0,871 (p>0,05) berarti kecemasan masuk sekolah

memiliki sebaran normal sedangkan variabel keterampilan sosial menunjukkan K-

SZ = 1,313 ; p=0,064 (p>0,05) berarti keterampilan sosial memiliki sebaran

normal. Untuk uji linearitas diperoleh bahwa F = 0,648 ; p= 0,431 (p<0,05). Hasil

menunjukkan bahwa antara keterampilan sosial dan kecemasan masuk sekolah

bersifat tidak linear.

Hasil Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product

Moment dari Spearman’s. Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa

besarnya koefisien korelasi antara variabel Keterampilan Sosial dengan

Kecemasan Masuk Sekolah sebesar rxy = -0,140 dengan p = 0,215 (p > 0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keterampilan sosial anak

dengan kecemasan masuk sekolah. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh

peneliti ditolak.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki

tingkat kecemasan masuk sekolah yang rendah dan keterampilan sosial yang

tinggi, tetapi berdasarkan uji korelasi yang telah dilakukan tidak menunjukkan

adanya korelasi antara keterampilan sosial anak dengan kecemasan masuk

sekolah. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan adanya korelasi

negatif antara keterampilan sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah, ditolak.

Ditolaknya hipotesis tersebut disebabkan keterampilan sosial dengan

kecemasan masuk sekolah tidak berpengaruh langsung. Keterampilan sosial

ternyata tidak memiliki hubungan dengan kecemasan masuk sekolah. Hal ini

disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi kecemasan masuk

sekolah. Menurut Lang (dalam Goldstein,1995) kecemasan masuk sekolah dapat

timbul karena faktor fisiknya yang tidak mendukung, kemampuannya dalam

berpikir dan juga perilaku. Sedangkan menurut Hurlock (1993) minat anak pada

sekolah juga dapat berpengaruh dalam menghadapi kecemasan masuk sekolah.

Tingginya tingkat keterampilan sosial pada subjek penelitian disebabkan

oleh semakin besarnya keinginan anak untuk dapat berinteraksi dengan teman

sebayanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1997) yang menyatakan

bahwa peningkatan perilaku sosial cenderung akan terjadi pada masa kanak-kanak

awal. Diantara beberapa penyebab peningkatan perilaku sosial biasanya keinginan

untuk diterima secara sosial merupakan pendorong yang cukup kuat bagi

peningkatan perilaku sosial. Keterampilan sosial sangat mendukung keberhasilan

seseorang dalam pergaulan dengan orang lain. Goleman (1997) berpendapat

Page 17: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

dengan memiliki keterampilan sosial akan memungkinkan seseorang untuk dapat

membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan dan

mempengaruhi dan juga membuat orang lain merasa nyaman.

Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kecemasan masuk

sekolah pada subjek penelitian adalah rendah. Ini terlihat dari wajah anak-anak

yang menunjukkan kegembiraan ketika datang ke sekolah. Kecemasan masuk

sekolah yang rendah dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal diantaranya adalah minat anak pada sekolah.

Minat memegang peranan yang penting dalam kehidupan anak sebagai sumber

motivasi untuk belajar, sumber aspirasi, kegembiraan dan prestasi (Hurlock,

1993). Sedangkan faktor eksternal adalah Taman Kanak-Kanak itu sendiri. Karena

pada dasarnya pendidikan prasekolah bertujuan untuk memberikan pengalaman

sosial di bawah bimbingan guru yang terlatih yang membantu mengembangkan

hubungan yang menyenangkan agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang

mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan sosial (Hurlock,1997).

Kemungkinan lain penyebab ditolaknya hipotesis adalah adanya kelemahan-

kelemahan dalam penelitian seperti pada saat pengambilan data yang

menggunakan observasi. Sebaiknya, peneliti dalam pengambilan data

menggunakan penilai lebih dari satu atau menggunakan interrater agar dapat

membagi tugas melihat objek dari berbagai sisi, kemudian diintegrasikan untuk

mendapatkan gambaran yang lebih lengkap sehingga tidak bersifat subjektif.

Kelemahan pada time sampling atau frekuensi pengambilan data yang hanya

berlangsung satu kali saja juga dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 18: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah :

1. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara

keterampilan sosial anak dengan kecemasan masuk sekolah ditolak. Artinya,

tidak ada hubungan antara semakin tinggi keterampilan sosial, maka semakin

rendah kecemasan masuk sekolah. Begitu juga sebaliknya, tidak ada hubungan

antara anak yang memiliki keterampilan sosial yang rendah akan memiliki

kecemasan masuk sekolah yang tinggi.

2. Sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat kecemasan masuk sekolah

dalam kategori rendah, artinya subjek penelitian tidak memiliki kecemasan

masuk sekolah yang berlebihan.

3. Tingkat keterampilan sosial pada sebagian besar subjek penelitian berada

dalam kategori sangat tinggi, artinya subjek penelitian memiliki keterampilan

sosial yang baik.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat

penulis berikan berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari penelitian

ini. Saran-saran tersebut, antara lain:

1. Bagi Subjek Penelitian

Keterampilan sosial yang telah dimiliki oleh sebagian besar subjek penelitian

sebaiknya tetap dilakukan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun

lingkungan yang lebih luas. Keterampilan sosial juga dapat ditingkatkan dengan

Page 19: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

hal-hal yang sederhana seperti mengawali kontak sosial dengan orang lain,

melibatkan diri dalam percakapan, mengungkapkan rasa terima kasih,

mengucapkan “tolong” bila ingin meminta bantuan, mudah berkerjasama dengan

orang lain, berperan aktif dalam suatu kelompok dan juga kegiatan-kegiatan

lainnya. Hal ini penting dilakukan tidak saja bagi diri sendiri tetapi juga bagi

orang lain agar dapat diterima dengan baik di masyarakat.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menggali lebih lanjut mengenai

kecemasan masuk sekolah atau keterampilan sosial disarankan untuk

memperhatikan prosedur dalam pengambilan data. Seperti pada observasi,

sebaiknya menggunakan lebih dari satu penilai untuk melihat objek dari berbagai

sisi sehingga memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan tidak bersifat

subjektif. Selain itu, disarankan juga menggunakan metode kualitatif untuk

mengetahui hubungan antara keterampilan sosial dengan kecemasan masuk

sekolah agar memperoleh data yang lebih mendalam dengan observasi yang lebih

baik dan juga wawancara.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

DAFTAR PUSTAKA

Cartledge, G., Milburn, J.F. 1995. Teaching Social Skill to Children and Youth.

Third Edition. United States of America : Allen and Bacon D’Allessandro, D., Huth, Lindsay. 2002. Children and School Anxiety.

http.//www.vh.org.11/04/05 Goldstein, Sam. 1995. Understanding and Managing Children’s Classroom

Behavior. Canada : John Wiley and Sons. Inc. Goleman, Daniel. 1997. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama Hurlock, E.B. 1993. Perkembangan Anak. Jilid 2. Alih Bahasa Meitasari

Tjandrasa. Jakarta : Erlangga ____________. 1997. Child Development. Alih Bahasa Meitasari Tjandrasa.

Jakarta: Erlangga Jersild, A.T. 1962. Psychologi Anak. Edisi Keempat. Alih Bahasa : Mochtar

Buchori. Bandung : Tarate Kaplan, I.H., Sadock, J.B., Grebb, A.J. 1997. Sinopsis Psikiatri : Ilmu

Pengetahuan Perilaku, Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid Dua. Jakarta : Binarupa Aksara

Kartono, K., Andari, Jenny. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam.

Bandung : Mandar Maju Kartono, K. 1990. Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan. Bandung : Mandar

Maju Kruger, Pamela.2003. School Anxiety. http.//www.vh.org.11/04/05 Maramis, F.W. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Universitas Airlangga Mu’tadin, Zainun. 2002. Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja.

http://www.e-psikologi.com.25/4/04 Prawitasari, Johana. 2002. Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan

Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Sabri, M.A. 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta :

Pedoman Ilmu Jaya

Page 21: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ...psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah...gangguan, antara lain berupa: kejang atau sakit pada perut, sering buang air besar, sering

Santrock, W.J. 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Supratiknya, A. 2002. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya