naskah astabrata dan motivasi terhadap kehidupan manusia

Upload: pippy-langstrump

Post on 17-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

artikel singkat

TRANSCRIPT

Nilai Nilai Motivasi dalam Ajaran Astabrata dan Kaitannya dengan Kehidupan ManusiaMata Kuliah Dasar Dasar Ilmu Budaya

Oleh SHAFFIRA M. F. U.

A. Pengantar

Dalam suatu acara penobatan Mahasiswa Sastra Nusantara Universitas Gajah Mada kemarin yang diselenggarakan pada tanggal 29 s.d. 30 Oktober 2011 di Desa Kebangsaan Wonogiri, terselip sebuah sesi dimana membicarakan tentang motivasi. Para dosen yang datang, memberikan materi bagaimana cara memotivasi diri lewat sebuah teks Jawa yang berjudul Astabrata.Selayaknya manusia, kita tentu memerlukan motivasi atau nasehat nasehat dalam menjalani hidup agar kehidupan kita menjadi lebih baik untuk selanjutnya. Tanpa nasehat, hidup kita akan terasa kurang bermakna. Namun, sesungguhnya di sekeliling kita sudah sangat banyak nasehat nasehat, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Manusia diberi akal untuk berpikir tentang makna dan tujuan dari kehidupan ini lewat berbagai macam bentuk. Sudah banyak pula manusia yang mencoba memikirkan tentang bagaimana cara memaknai hidup agar mencapai kebahagiaan. Berbagai perilaku yang dapat menunjang kehidupan menuju jalan yang lebih baik juga telah banyak dirumuskan.

Salah satunya adalah yang terdapat dalam naskah Astabrata ini. Sebuah teks Jawa kuna yang memuat tentang perilaku perilaku utama delapan dewa pilihan yang merepresentasikan kepada perilaku manusia dalam menjalankan kehidupannya.Meskipun teks ini secara khusus, dan seringkali, ditujukan sebagai pedoman terhadap seorang raja bagaimana memerintah, namun, bagi masyarakat umum teks ini juga dapat digunakan sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan. Karena secara harfiah, raja adalah seseorang yang mampu mengemban amanah dan mampu bertanggung jawab atas apa yang diamanahi tersebut. Dan manusia mempunyai tanggung jawab atas dirinya sendiri juga terhadap lingkungan sekitar. Maka dengan demikian setiap individu bisa dibilang seorang raja, yaitu raja bagi dirinya sendiri, minimal.Sebagai seorang raja yang harus mengatur sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik, ia harus menentukan dan mengarahkan dirinya menjadi baik dulu yaitu dengan meengarahkan perilaku perilakunya agar menjadi baik pula. Di dalam teks Astabrata telah diceritakan tentang perilaku perilaku tersebut sehingga kita dapat termotivasi menjadi orang yang berguna dengan berperilaku pilihan.B. PenjelasanApakah teks Astabrata tersebut? Astabrata adalah sebuah ajaran yang memuat tentang tata pemerintahan (Tedjowirawan dalam skripsi R. Yovi, 2005). Secara bahasa, Astabrata memiliki arti yaitu; asta berarti delapan, dan brata berarti laku. Yang secara keseluruhan dapat bermakna delapan laku atau perilaku yang disarankan untuk dijadikan perilaku seorang raja untuk memimpin negaranya (Pradipta dalam skripsi R. Yovi, 2005).Sedang dalam kitab Baratayuda, sejarah Astabrata adalah sebuah ajaran yang diberikan Kresna kepada Prabu Darma (Yudhistira) ketika ia dinobatkan menjadi Raja Astina setelh berakhirnya perang Baratayuda. Ajaran tersebut merupakan warisan dari nenek moyang mereka yaitu Prabu Rama Wijaya dan Prabu Arjuna Wijaya yang kemudian diwariskan kepada Prabu Kresna. Dalam teks Astabrata yang dibahas kali ini, yaitu menggunakan naskah yang berasal dari Koleksi Perpustakaan Pakualaman. Naskah ini sudah terlepas dari teks yang lain. Yang berarti sebelumnya naskah Astabrata ini dikumpulkan bersama teks teks lain.

Sebenarnya, teks Astabrata ini berasal dari sebuah teks Sansekerta berjudul Manawardamasatra yang berisi tentang tradisi dan kebudayaan yang dilakukan oleh manusia.

Dalam teks Jawa Kuna, naskah ini ada di dalam Kakawin Ramayana. Sampai situ, ajaran kedelapan dewa yang dipilih tersebut masih disebutkan beserta nama dewanya. Namun, semenjak termuat dalam teks Jawa Baru, hanya disebutkan wilayah kekuasaan dewa tersebut saja, tanpa menyebut nama.

Dari sisi kosmologi, makna delapan dewa yang mencerminkan delapan watak juga bisa di lihat dari sisi arah mata angin. Ada delapan mata angin yang menunjukkan arah berbeda beda. Dan seorang raja yang berkuasa harus bisa menguasai dan menjaga kedelapan mata angin tersebut. Namun sebenarnya juga ada delapan sisi kehidupan manusia dan itu memiliki jalan sendiri sendiri. Bukan hanya satu dewa merepresentasikan satu individu, melainkan kedelapannya. Delapan watak itu, kesemuanya bersatu dalam diri manusia saling menonjolkan dan berperang untuk menunjukkan kekuatannya masing masing. Manusia tentu memiliki sifat tidak pernah puas, kasih sayang, kadang kala juga pemarah, dan lain sebagainya. Ada yang dominan dan menjadi karakter tetap. Tergantung pada masing masing individu hendak condong ke arah mana.Alangkah lebih baik jika kita bisa meminimalisir keburukan keburukan dari watak watak delapan dewa yang bersemayam pada diri kita. Sedangkan kita mengusahakan untuk mengambil sifat sifat baiknya saja. Sehingga kehidupan kita dapat bermanfaat bagi diri kita dan orang lain, juga supaya dapat mengembangkan diri lebih baik lagi.Seperti yang dikatakan dalam Serat Piwulang (R. Yovimega, 2005), manfaat yang dapat dipetik dari Astabrata jika meniru keteladanan perwatakan para dewa akan dapat menjaga diri dari marabahaya dengan menggunakan akan dan pikiran yang cerdas. Serta dapat membantu diri sendiri dan orang lain sehingga dapat berkehidupan dan dapat mengatasi setiap permasalahan dengan baik.C. DeskripsiTeks Astabrata dalam koleksi Perpustakaan Pakualaman ini berisi tentang watak watak delapan dewa. Dewa dewa tersebut adalah Bathara Endra, Bathara Yama, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara Bayu, Bathara Wisnu, Bathara Brama, dan Bathara Baruna. Mengenai sifat sifatnya akan dijelaskan sebagai berikut:Bathara Indra adalah orang yang bersungguh sungguh untuk meningkatkan diri dan gemar memajukan diri dengan cinta belajar. Ilmu yang diperolehnya tersebut bukan hanya untuk dirinya sendiri namun juga orang lain. Pada saat mengajar, ia sangat sabar dan tidak pilih kasih. Ia juga tidak suka menunda pekerjaan dan selalu menggunakan setiap kesempatan yang ada dengan serius. Jika ada hal hal yang melenceng yang dilakukan muridnya Bathara Indra akan bertindak tegas.Jika telah menguasai ilmunya, murid muridnya diharapkan untuk selalu setia, jujur, dan bisa dipercaya.Bathara Candra merupakan orang yang mempunyai sikap welas asih yang tak terbatas terhadap siapa saja. Ia menyukai keindahan dan mampu membuat orang merasa dihargai.Bathara Yama adalah orang yang sangat bijaksana. Ia sangat membenci orang yang suka mencuri, karena itu ia akan menumpas segala bentuk kejahatan di muka bumi. Setiap kejahatan yang ditemuinya akan dibabat habis, bahkan, ia sering harus mencarinya hingga kejahatan di muka bumi ini habis.Bathara Surya adalah seseorang yang suka bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup (harta). Merupakan orang yang sangat hemat namun tidak pelit. Selalu menyesuaikan dengan pas di segala kondisi.Baginya, harta itu bisa membuat orang yang benci jadi senang, yang senang jadi benci, yang lumpuh jadi berjalan kembali, yang buta, tahu arah menuju jalan besar. Jadi kita harus berhati hati jika berurusan dengan harta khususnya uang. Butuh mental dan jiwa yang kuat dan bersih dalam mengelolanya.Bathara Bayu adalah orang yang penuh semangat. Seperti angin yang iramanya naik turun, kencang pelan, semangat itu pun harus dikontrol sedemikian rupa. Jika terlalu kencang bisa sampai menyebabkan rumah roboh dan hancur, namun, jika terlalu pelan juga malah membuat kita terlena. Bathara Bayu juga sangat membenci kemalasan dan orang yang malas. Ia orang yang kaku dan kukuh hatinya.Jika ada prajuritnya yang pemalas ia malah akan memanjakan prajurit tersebut, hingga prajurit itu merasa muak dengan segala kemanjaan tersebut.Bathara Wisnu adalah orang yang tidak tergoda oleh dunia. Ia selalu berserah diri dan bersyukur terhadap takdir yang diberikan. Ia juga suka memuji orang alih alih minta dipuji. Baginya memberi lebih baik daripada menerima. Namun, dalam menilai seseorang pun ia tidak hanya melihat yang tampak luarnya saja tapi juga hatinya karena manusia sendiri tak tahu seberapa dalamnya hati manusia. Yang tampak di lahir hanyalah seperti fenomena gunung es saja.Bathara Brama adalah orang yang konsekuen dan selalu waspada. Sikap kehati hatiannya sangat tinggi. Keberadaanya juga selalu menimbulkan rasa aman di sekitarnya.Bathara Baruna adalah orang yang pandai dan bijaksana. Meskipun sangat pandai, ia tidak congkak maupun menyombongkan diri. Ia malah mendorong muridnya untuk terus berlatih. Mottonya adalah kepandaina akan bermanfaat jika diiringi dengan kebijaksanaan. Seperti padi, makin berisi, makin merunduk.D. AnalisisDalam Naskah Sstradisuhul, sstra berasal dari kata ss dan tra. Ss berarti rasa yang tinggi sedangkan tra adalah sarana yang nyata. Sehingga dapat diartikan sebagai sarana yang nyata untuk berkontemplasi.Dalam Naskah Babad Betawi, sstra ditujukan untuk para kesatria. Di dalamnya dimuat yang terdiri atas dua puluh satu bintang keutamaan yang baik untuk dijalani, yaitu, ngadeg, suci, betul, sabar, sokur, narima, enget, serana, istiyar, guna, kuwat, nalar, sura, mantep, temen, wira, dibya, swarjana, gemi, taberi.

Sedangkan sifat sifat yang tidak patut dilakukan yaitu 21 L, yaitu; ladak, lancang, lantap, leles, lanthang, langar, lengus, leson, lemer, lamur, lusuh, lukar, langsar, luwas, lumuh, lumpur, larad, lojok, lunjak, langguk, lenggak.

Hubungan antara ajaran Astabrata dengan Ajaran Sestra dalam kehidupan manusia.

Bathara Indra berwatak suka mengajar. Prajurit yang meneladani akan bersifat serana, istiyar, guna, nalar, swarjana, dan taberi. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang lumuh.

Bathara Yama berwatak bijaksana, tegas, pandai berdebat, dan tidak pandang bulu dalam menegakkan keadilan. Prajurit yang meneladani akan bersifat ngadeg, bener, suci, kuwat, mantep, temen. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang lumpur dan larad.Bathara Surya berwatak gemar mencari uang, hemat, dan dermawan. Prajurit yang meneladani akan bersifat serana, istiyar, gemi. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang langsar.Bathara Candra berwatak cinta kasih, menyukai keindahan, dan pandai bercinta. Prajurit yang meneladani akan bersifat sabar, swarjana, dan dibya. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang ladak, lantap, lancang, langar, dan lengus.Bathara Bayu berwatak tekun, tidak lesu, rajin, dan teguh hati. Prajurit yang meneladani akan bersifat serana, istiyar, guna, nalar, swarjana, dan taberi. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang leles, leson, lemer, lusuh, luwas.Bathara Wisnu berwatak suka memuji orang, taat beribadah, menerima takdir Tuhan dengan penuh syukur, dan ikhlas. Prajurit yang meneladani akan bersifat ngadeg, bener, suci, sabar, sokur, narima, dan enget. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang lukar, lojok, lunjak, lenggak, dan lengguk.Bathara Brama berwatak pemarah, pandai perang, dan konsekuen. Prajurit yang meneladani akan bersifat wira, sura, yitna. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang ladak, lanthang, dan lamur.Bathara Baruna berwatak gemar belajar sehingga menguasai seluruh kepandaian dan kesaktian. Prajurit yang meneladani akan bersifat guna, nalar, swarjana, dan dibya. Sedangkan yang tidak akan menjadi seseorang yang lamur.E. Penutup dan KesimpulanOrang Jawa suka dengan referensi kepemimpinan menurut Lakon Wahyu Makutharama. Lakon ini menyuratkan kepemimpinan sosial dengam istilah astabrata, yang berarti delapan prinsip meniru filsafat matahri, bulan, langit, bintang, api, air dan angin. Ajaran astabrata memberikan kesadaran kosmis bahwa dunia dengan segala isinya mengandung pelajaran bagi manusia yang mau merenung dan menelitinya. Laku Hambenging Candra, maknanya seorang pemimpin harus memberi penerangan yang menyejukan seperti bulan bersinar terang benderang namun tidak panas. Bahkan terang bulan sangat indah sekali untuk dipandang, dan biasanya orang desa menyebutnya dengan purnama sidi.Jadi dapat dikatakan bahwa ajaran Astabrata dapat disimbolkan pula ke dalam elemen elemen utama yang terdapat di bumi, seperti yang dapat diringkas;

Dahana BrataAdalah seorang pemimpin yang harus tegas seperti api yang sedang membakar. Namun pertimbangannya berdasarkan akal sehat yang bisa dipertanggung jawabkan sehingga tidak membawa kerusakan di muka bumi.

Kartika Brata

Adalah seorang pemimpin harus tetap percaya diri meskipun dalam dirinya ada kekurangan. Ibarat bintang-bintang di angkasa, walaupun ia sangat kecil, tetapi dengan optimis memancarkan cahayanya sebagai sumbangan untuk kehidupan.

Kisma Brata Adalah pemimpin harus selalu berbelas kasih dengan siapa saja. Kisma artinya adalah tana, tanah tidak akan memperdulikan siapa saja yang menginjaknya, semua dikasihi. Tanah selalu memperlihatkan jasanya walaupun di cangkul, diinjak, dipupuk, dibajak, malahan tanah memberi subur dan menumbuhkan tanaman. Filsafat tanah ialah air tuba dibalas air susu yang berarti keburukkan dibalas dengan kebaikan dan keluhuran..

Samirana Brata

Adalah pemimpin harus berjiwa teliti dimana saja berada. Baik ataupun buruk rakyat harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa mengandalakan laporan dari bawahan. Bawahan cenderung selektif dalam memberi informasi kepada pimpinan guna untuk memenyenangkan hati pimpinan.

Samodra BrataAdalah pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf sebagai mana Samudera Raya yang siap menampung siapa saja yang hanyut dari daratan. Jiwa samudera mencerminkan sebagai pendukung Pluralisme dalam hidup bermasyarakat yang berkarakter majemuk.

Surya Brata

Adalah pemimpin harus memberi inspiratif kepada bawahanya, ibarat matahari yang selalu menyinari bumi dan memberi energi pada setiap mahluk.

Tirta BrataAdalah pemimpin harus adil seperti seperti air yang selalu rata permukaananya. Jika keadilan ditegakan bisa memberi kecerahan ibarat air yang dapat membersihkan kotoran dam yang terpenting ialah Air tidak pernah Emban Oyot Emban Cindhe pilih kasih .

Dalam kepemimpinan jawa dikenal dengan ungkapan Sabda Pandita Ratu Tan Kena Wola-Wali, maksudnya ialah seorang pemimpin harus konsekuen melaksanakan dan mewujutkan apa yang telah dikatakannya. Masyarakat jawa menyebut pemimpin sejati sebagai orang yang bersifat berbudi bawa laksana yaitu teguh berpegang pada janjiF. Daftar PustakaEnsiklopedi Kebudayaan Jawa, Dr. Purwadi, M. hum dkk. : 21-22Skripsi R. Yovimega Purwono, 2005Abhiseka Kramasisya Kamasutra 2011; Bu Sakti dan Pak Manu