naskah akademik keperawatan 2012

56
NASKAH AKADEMIK SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY (HPEQ) PROJECT (IBRD Loan No. 7737-ID) Gedung Victoria Lantai 2, Jl. Sultan Hasanuddin Kav. 47 – 51, Jakarta Selatan 12160 Telp. 021 7279 1384; 021 3417 3304/05/06, Fax. 021 7279 1388 Website:www.hpeq.dikti.go.id; Email:[email protected] 18-19 Oktober 2012

Upload: perdana-henning-sucahya

Post on 21-Oct-2015

233 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Akademik Keperawatan 2012

NASKAH AKADEMIK SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI

INDONESIA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY (HPEQ) PROJECT

(IBRD Loan No. 7737-ID)

Gedung Victoria Lantai 2, Jl. Sultan Hasanuddin Kav. 47 – 51, Jakarta Selatan

12160

Telp. 021 7279 1384; 021 3417 3304/05/06, Fax. 021 7279 1388

Website:www.hpeq.dikti.go.id; Email:[email protected]

18-19 Oktober 2012

Page 2: Naskah Akademik Keperawatan 2012

ii

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul i

Daftar Isi ii

Kata Pengantar

Sambutan

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Permasalahan 6

C. Tujuan dan Kegunaan 7

D. Metode Pendekatan 8

E. Pengorganisasian 8

BAB II PERKEMBANGAN KEPERAWATAN 9

BAB III SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA 14

A. Ketentuan Umum/ Terminologi 13

B. Jenis Jenjang dan Beban Studi 16

C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi 17

D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan 17

E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan 19

F. Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan 20

G. Penjaminan Mutu Pendidikan Keperawatan 24

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 32

B. Rekomendasi 32

Daftar Pustaka 34

Lampiran 36

Page 3: Naskah Akademik Keperawatan 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu Keperawatan sebagai salah satu ilmu kesehatan sangat berbeda dengan disiplin ilmu

kesehatan lainnya. Perbedaan ini terletak pada fokus keilmuan dimana ilmu keperawatan

mempelajari respon tubuh manusia terhadap penyakit, pengobatan, dan lingkungan yang berubah

sebagai akibat penyakitnya dan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia,

dari masa fetus hingga ajal. Dalam memahami respon manusia tersebut, ilmu keperawatan

mempelajari mulai dari sistem sel sampai pada fungsi organ tubuh yang memungkinkan

timbulnya berbagai respon baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. Berbagai teori

dan model konseptual keperawatan diterapkan sebagai pendekatan untuk mengatasi respon

tersebut antara lain teori adaptasi, teori caring, teori berduka, teori kemampuan merawat diri,

teori lintas budaya, teori promosi kesehatan.

Berdasarkan keilmuan tersebut maka bidang garapan praktik keperawatan juga berbeda

dengan profesi lain misalnya dokter. Profesi dokter lebih memfokuskan pada penyakit dan terapi /

tindakan medik untuk mengatasi penyakit, sedangkan praktik keperawatan dilakukan oleh

perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-

spiritual, melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Lokakarya Nasional Keperawatan 1983 tersebut merupakan momentum penting bagi

perkembangan keperawatan di Indonesia yang menetapkan Keperawatan sebagai profesi dan

mengamanahkan agar semua kegiatan pengembangan keperawatan diarahkan kepada pemenuhan

kriteria profesi, antara lain: memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi,

melaksanakan pelayanan profesi/ professional dengan menggunakan metode ilmiah.

Kesepakatan ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan

yang semula ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan Diploma III

dikembangkan menjadi pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi.

Untuk penyetaraan dan pengintregrasian pendidikan dan pelatihan kerja serta pengalaman

kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaa di

berbagai sektor maka pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 menetapkan

Page 4: Naskah Akademik Keperawatan 2012

2

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam KKNI tersebut tenaga keperawatan

berada minimal di jenjang kualifikasi 5.

Perkembangan sistem pendidikan keperawatan belum secara utuh dilaksanakan, karena

regulasi pendidikan mulai dari perijinan ditangani oleh dua Departemen, yaitu Departemen

Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini membawa dampak adanya

kebijakan ganda dalam regulasi pendidikan Diploma III Keperawatan berupa: Perijinan,

mekanisme seleksi, ujian, penerbitan ijasah dan akreditasi pendidikan yang berbeda antara

kebijakan Depdiknas dan Depkes. Sebagai akibatnya, perkembangan jumlah institusi pendidikan

yang tidak terkendali, perbedaan standar dan kualitas pengelolaan, serta mutu lulusan.

Kebijakan ganda tersebut telah diatasi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bersama

(SKB) 3 Menteri: No. 07/XII/SKB/2010; No. 1962/MENKES/PB/XII/2010; dan No.

420/1072/2010 tentang “Pengelolaan Institusi Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan Milik

Pemda”, dan SKB 2 Menteri: No. 14/VIII/KB/2011; 1673/Menkes/SKB/VIII/2011 tentang

“Penyelenggaraan Politeknik Kesehatan Yang Diselenggarakan Oleh Kementerian Kesehatan”.

Namun demikian, SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tersebut belum cukup jelas sehingga

belum mampu menyelesaikan permasalahan penyelenggaraan pendidikan terutama pada tingkat

Diploma Keperawatan. Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih mengeluarkan regulasi

penyelenggaraan pendidikan mulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru sampai

penyelenggaraan wisuda.

Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor

310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan.

Dalam kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu

kesatuan. Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan

program pendidikan Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi

keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu

kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat

S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar profesi Ners disingkat Ns. Dengan

demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari kurikulum 1985 dan 1994,

memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners (S.Kep, Ns).

Banyak pihak yang tidak dapat membedakan antara SKp. dan S.Kep. sehingga beberapa

institusi merekrut S.Kep. sebagai perawat profesional padahal mereka belum memiliki

Page 5: Naskah Akademik Keperawatan 2012

3

kemampuan sebagai perawat karena belum mengikuti pendidikan profesi (Ns.). Sebagai akibat

dari hal tersebut banyak lulusan yang tidak mengikuti pendidikan sampai tahap profesi.

Pola penyelenggaraan pendidikan profesi yang menjadi 2 (dua) tahap semakin

dikukuhkan dengan diterbitkannya Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan profesi adalah pendidikan setelah

sarjana. Sampai saat ini penyelenggaraan pendidikan Ners menjadi 2 (dua) tahap masih terus

berlangsung. Namun, UU tersebut belum diikuti dengan Peraturan Pemerintah, yang mengatur

tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi. Pola penyelenggaraan pendidikan tahap akademik

dan profesi yang terpisah diperlakukan sebagai program studi yang terpisah juga. Sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, setiap program studi harus memiliki ijin tersendiri, sedangkan untuk

memperoleh ijin pendirian tahap profesi ada berbagai persyaratan yang terpenuhi diantaranya

program studi tahap akademik (Sarjana Keperawatan) terlebih dahulu harus terakreditasi.

Sedangkan untuk memperoleh akreditasi memerlukan waktu untuk proses di BAN PT. Hal ini

berakibat tertundanya ijin penyelenggaraan tahap profesi. Disamping itu, dengan perlakuan

sebagai program studi yang terpisah, pengelola harus memenuhi berbagai persyaratan sebagai

program studi terutama ketersediaan SDM dosen dan lahan praktik. Hal tersebut semakin

menyulitkan penyelenggaraan tahap profesi. Hingga saat ini, jumlah program studi Ilmu

Keperawatan jenjang S1 berjumlah: 309, sementara yang telah mendapat ijin penyelenggaraan

program studi profesi (Ners): 62, ditambah 112 program studi telah mendapat hibah ijin

penyelenggaraan yang harus segera diikuti dengan proses perijinan. Padahal keperawatan

sebagai profesi, mewajibkan pendidikan akademik dan profesi sebagai satu kesatuan utuh dan

tidak terpisah atau terhenti sampai ditahap akademik

Perkembangan keperawatan sebagai profesi saat ini dan masa yang akan datang

dihadapkan pada berbagai tantangan yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan, tuntutan kebutuhan masyarakat akan layanan yang berkualitas dan pengembangan

profesi Keperawatan, makin meningkatnya kompleksitas penyakit dan respon pasien terhadap

penyakit, pengobatan dan lingkungan. Disamping itu dampak dan tuntutan globalisasi dengan

adanya: 1) MRA yang sejak tahun 2006 ditandatangani oleh Menteri Perdagangan yang

memungkinkan adanya peluang bekerja di lingkungan Negara ASEAN bagi para perawat lulusan

ners dan terregister; 2) ASEAN Community yang menekankan kesetaraan standar pendidikan dan

pelayanan bidang kesehatan serta keterbukaan pasar kerja dan 3) Peluang kerja yang tersedia

Page 6: Naskah Akademik Keperawatan 2012

4

sampai tahun 2020 sebesar 1.5 juta tenaga perawat terutama di USA, Eropa danAustralia belum

termasuk di Timur Tengah.

Hasil benchmarking di berbagai Negara menunjukkan bahwa sistem pendidikan

keperawatan dan sistem pelayanan keperawatan telah berkembang dengan sangat baik karena

didukung oleh system ketenagaan dan credentialing system yang mengacu pada Undang-undang

Keperawatan di Negara-negara tersebut. Selain itu telah terbina interprofessional collaboration

yang efektif dimana pengambilan keputusan tentang pasien dilakukan bersama-sama antar

disiplin sehingga penanganan pasien dilakasanakan secara komprehensif dan holistik melibatkan

semua tenaga kesehatan termasuk profesi keperawatan.

Di Indonesia, kondisi di atas belum terwujud sehingga mendorong perlunya penataan dan

pengembangan pendidikan Keperawatan di Indonesia. Penataan jenis dan jenjang pendidikan

keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam

mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan jenjang pendidikan

Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-2) yaitu

Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat

spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang

mencakup: Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah,

Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan

untuk jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Kebijakan pemerintah tentang perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan di

tatanan pelayanan baik dalam hal jenjang, jenis, jumlah maupun penyebaran belum selaras

dengan tuntutan masyarakat dan tantangan perkembangan ilmu dan teknologi serta penataan di

bidang pendidikan. Hal ini mengakibatkan lulusan pendidikan Ners dan Ners Spesialis lebih

memilih bekerja di institusi pendidikan. Selain masalah pendayagunaan tenaga kesehatan,

persoalan lain tentang credentialing system.

Credentialing System keperawatan di Indonesia saat ini belum dilakukan oleh lembaga

credentialing sebagai badan regulator independen (Konsil Keperawatan) yang ditetapkan melalui

UU Keperawatan. Pada tahun 2001 dikeluarkan kebijakan yang mengatur sistem registrasi dan

lisensi yaitu Permenkes 1239 dalam bentuk SIP, SIK, dan SIPP. Peraturan ini khususnya tentang

SIPP digantikan dengan Permenkes 148 tahun 2010, dan Perkemenkes 161 tahun 2010 tentang

Page 7: Naskah Akademik Keperawatan 2012

5

registrasi tenaga kesehatan. Namun dikarenakan Permenkes 161 tahun 2010 tidak dapat

dioperasionalkan maka kemudian diganti dengan Permenkes 1796 tahun 2011 tentang registrasi

tenaga kesehatan yang hingga saat ini pelaksanaannya pun masih banyak kendala. Sebagai

akibatnya tidak dapat dibedakan antara tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dengan

yang tidak memiliki kewenangan sesuai amanah UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Khusus terkait dengan akreditasi program studi, pada saat ini pelaksanaan akreditasi baru

sebatas pada penyelenggaraan program pada tahap akademik dan belum termasuk pada

penyelenggaraan program profesi. Selain itu pelaksanaan akreditasi program studi masih bersifat

umum untuk semua jenis program studi sehingga kekhasan atau kekhususan program studi

keperawatan belum dapat dinilai. Hal tersebut belum sesuai dengan kaidah pendidikan profesi

keperawatan, sehingga diperlukan sistem akreditasi yang mengakomodasi kebutuhan dan

kekhususan profesi keperawatan. Hal ini dimungkinkan untuk dikembangkan dengan

membentuk lembaga akreditasi mandiri yang sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 60 tentang

akreditasi pada ayat 2.

Sebagai upaya penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan keperawatan, maka perlu

ditetapkan standar penyelenggaraan pendidikan keperawatan untuk setiap jenis dan jenjang

pendidikan, dengan mengacu pada berbagai ketentuan perundangan terkait pendidikan yang

berlaku khususnya Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-undang No.

14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta peraturan perundangan lainnya. Upaya penjaminan

mutu ini juga direpresentasikan melalui pengembangan sistem akreditasi pendidikan

keperawatan. Berdasarkan hasil survey pendidikan keperawatan yang dilakukan pada tahun

2011, memberikan data dasar tentang tingkat perkembangan institusi pendidikan keperawatan di

Indonesia serta harapan masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan terhadap kompetensi

perawat. Disamping itu dari survey tesebut teridentifikasi pula kesenjangan antara harapan dan

kondisi saat ini terhadap kompetensi perawat yang disebabkan oleh terbatasnya kualitas

penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, standar kompetensi minimal lulusan setiap jenis dan

jenjang pendidikan keperawatan juga perlu untuk dikembangkan agar diperoleh gambaran

tentang perbedaan kompetensi dan kewenangan lulusan dari setiap jenis dan jenjang yang

kemudian dituangkan indikator pengukurannya melalui sistem uji kompetensi.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat itu dimana kualifikasi dosen minimal satu

tingkat di atasnya dan untuk memenuhi kebutuhan dosen khususnya pada pendidikan Diploma

Page 8: Naskah Akademik Keperawatan 2012

6

III maka pada tahun 1998, dibuka Program Studi Perawat Pendidik (jenjang D IV) berdasarkan

SK Dirjen Dikti no 395/Dikti/Kep/1997 di lima Perguruan Tinggi Negeri yaitu UGM, UNDIP,

UNAIR, UNHAS, dan USU. Program tersebut merupakan crash program untuk memenuhi

kebutuhan tenaga dosen pada program pendidikan Diploma III. Program studi D IV perawat

pendidik di lima PTN ini telah ditutup penyelenggaraannya karena adanya UU No. 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen pasal 46 ayat 2 yang menyebutkan kualifikasi akademik dosen

untuk program Diploma dan Sarjana adalah minimal Magister. Sayangnya, Kementerian

Kesehatan justru menginstruksikan membuka kembali pendidikan D IV di seluruh Poltekkes di

Indonesia, yang penyelenggaraannya, 1 tahun pasca Diploma III dan lulusan difungsikan sebagai

mitra dokter spesialis. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah perkembangan profesi keperawatan.

B. Rumusan Permasalahan

1. SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tidak mengatur dengan jelas dan tegas mengenai

penyelenggaraan pendidikan diploma keperawatan dan Kementerian Kesehatan masih

mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan sampai dengan wisuda yang tidak sesuai

dengan kewenangannya. Hal ini mengakibatkan pengelola pendidikan DIII Keperawatan tidak

dapat melaksanakan tugas pengelolaan dengan baik. Masalah yang dihadapi pengelola

pendidikan antara lain tidak adanya otonomi pengelolaan pendidikan mulai dari penerimaan

mahasiswa baru sampai dengan upacara wisuda.

2. Perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan belum jelas sehingga pengembangan

sistem pendidikan kurang memberi dampak pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik

di tatanan klinik maupun komunitas.

3. Interprofessional collaboration yang belum tertata baik. Pelayanan kesehatan diberikan oleh

tim yang antara lain terdiri atas profesi kedokteran, keperawatan, farmasi, gizi. Pelayanan

tersebut memerlukan kolaborasi berbagai profesi untuk mengatasi permasalahan pasien

terutama dalam penetapan pengambilan keputusan melalui justifikasi klinik yang berasal dari

profesi-profesi tersebut.

4. Kredibilitas dan pengakuan sebagai profesi perawat tidak terjaga karena belum dikelolanya

credentialing system sesuai kaidah yang berlaku. Demikian juga hak masyarakat untuk

mendapat pelayanan keperawatan dari seseorang yang memiliki kewenangan belum terjamin.

Page 9: Naskah Akademik Keperawatan 2012

7

5. Kurangnya dukungan terhadap praktik keperawatan yang profesional dapat berdampak pada

kurangnya peran serta perawat dalam pencapaian MDGs.

6. Sistem akreditasi yang bersifat umum dan belum mengakomodasi kekhususan profesi

keperawatan.

7. Kompetensi perawat dan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang masih belum memenuhi

harapan masyarakat.

8. Adanya pendidikan D IV keperawatan mitra dokter spesialis yang tidak sesuai dengan arah

pengembangan profesi keperawatan.

C. Tujuan dan Kegunaan

Naskah akademik ini bertujuan memaparkan kondisi, perkembangan dan permasalahan

yang ada serta berbagai upaya yang harus dilaksanakan untuk dapat memenuhi kaidah

keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Naskah ini juga dapat dijadikan landasan untuk

menyusun standar kompetensi, standar pendidikan, akreditasi, acuan bagi penyelenggara

pendidikan, pengambil keputusan dan juga pemangku kepentingan keperawatan terutama

pengguna lulusan pendidikan keperawatan. Naskah akademik ini juga bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang sistem pendidikan keperawatan di Indonesia.

Kegunaan dari naskah akademik ini adalah :

1) Memberikan arah pengembangan pendidikan keperawatan ke masa depan.

2) Memberikan gambaran yang jelas tentang jenjang karir Perawat.

3) Memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan terkait, seperti Badan legislatif,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kementerian Kesehatan dan

Kementerian Pemberdayaan dan Aparatur Negara dalam rangka menyempurnakan

berbagai aturan dan kebijakan yang ada, termasuk perencanaan, pendistribusian dan

pendayagunaan tenaga perawat.

4) Memberikan masukan kepada para penyelenggara pendidikan keperawatan dalam rangka

meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pembelajaran.

5) Memberikan masukan kepada pengguna jasa pelayanan keperawatan dalam rangka

utilisasi yang tepat sesuai jenjang pendidikan dan perencanaan jenjang karir yang

bersangkutan.

Page 10: Naskah Akademik Keperawatan 2012

8

D. Metode Pendekatan

Naskah akademik ini disusun menggunakan berbagai metoda dan pendekatan antara lain

dengan mengadakan diskusi diantara pakar keperawatan dalam beberapa workshop yang diikuti

oleh kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mewakili berbagai wilayah di

Indonesia, Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Pengurus Asosiasi Institusi

Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), wakil beberapa kolegium terkait, dan Pengurus Asosiasi

Institusi Pendidikan Diploma III Keperawatan Indonesia (AIPDiKI). Beberapa nara sumber

dilibatkan dalam berbagai rangkaian pertemuan yang melibatkan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Nasional, Kementerian Kesehatan, Organisasi Profesi Kesehatan (Ikatan Dokter

Indonesia/IDI, Persatuan Dokter Gigi Indonesia/PDGI, Ikatan Bidan Indonesia/IBI), Badan

Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Berbagai rujukan telah digunakan antara lain kebijakan International Council of Nurses

(ICN), standar pendidikan nasional dan internasional, standar profesi perawat Indonesia serta

dilakukan kegiatan benchmarking ke beberapa negara yang pendidikan keperawatannya lebih

maju. Naskah akademik juga disusun berdasarkan hasil survei tentang pendidikan dan pelayanan

keperawatan di berbagai wilayah Indonesia.

E. Pengorganisasian

Naskah akademik disusun dalam 4 (empat) bab. Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar

belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan kegunaan, metode pendekatan, dan

pengorganisasian. Bab II: Perkembangan Keperawatan. BAB III Sistem Pendidikan

Keperawatan Indonesia, berisi Ketentuan Umum/ Terminologi; Jenis Jenjang dan Beban Studi;

Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi; Kompetensi Berdasar Jenjang;

Penyelenggaraan Pendidikan; Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas

Pelayanan; Penjaminan Mutu Pendidikan. BAB IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi.

Page 11: Naskah Akademik Keperawatan 2012

9

BAB II

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Keperawatan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dimana seorang wanita

bernama Siti Rufaidah putri seorang tabib saat itu telah mulai melakukan kegiatan-kegiatan yang

bersifat melayani pada keadaan perang. Nilai-nilai keperawatan sudah ditumbuhkan termasuk

bagaimana seseorang yang akan melakukan kegiatan membantu orang lain harus memiliki sifat-

sifat tertentu seperti ramah dan beretika. Beliau dianggap sebagai perawat pertama yang dikenal

di dunia pelayanan kesehatan.

Kegiatan Siti Rufaida tidak meninggalkan catatan yang berarti karena semua dokumen

lenyap akibat perang, sampai kemudian seorang bernama Florence Nightingale melakukan

kegiatan yang sama pada perang Krimean dan mencatat seluruh proses pelayanan kepada korban

perang. Saat itu Florence Nightingale telah memperkenalkan tentang sifat pelayanan

keperawatan yang memperhitungkan lingkungan untuk tetap bersih dan nyaman, ventilasi yang

baik, kasih sayang dan perhatian kepada yang membutuhkan yaitu korban perang. Disamping itu,

kebutuhan terhadap nutrisi diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh para korban sehingga

proses penyembuhan dapat dipercepat. Semua korban terluka akibat perang dicermati dan

diobservasi sepanjang waktu termasuk malam hari. Dengan lilin kecil ia mendatangi satu persatu

korban dan diamati perkembangan masalah kesehatannya sehingga ia terkenal sebagai “lady with

the lamp”. Melalui catatan yang ditinggalkan dan dipelajari oleh ahli-ahli keperawatan pada

dekade sesudahnya, Florence Nightingale yang kemudian disebut sebagai pionir keperawatan

modern telah menanamkan prinsip-prinsip dasar keperawatan yang berfokus pada sikap caring

terhadap pasien. Prinsip dasar tersebut menekankan kegiatan modifikasi lingkungan penting bagi

kesembuhan pasien. Konsep dan prinsip ini menjadi landasan yang perlu ditumbuhkan dalam

tindakan mandiri keperawatan, sebagai intervensi utama dalam keperawatan. Sejak saat itu

banyak sekolah keperawatan yang didirikan oleh Rumah sakit (RS) dan penyelenggaraannya

berbasis RS untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien yang manusiawi.

Di Indonesia, perkembangan pendidikan keperawatan diawali sebelum kemerdekaan.

Sekolah perawat pertama kali didirikan di Rumah Sakit PGI Cikini pada tahun 1916. Sekolah ini

diselenggarakan dengan mengandalkan para perawat Belanda sebagai pendidik ditambah

beberapa dokter. Para siswa diajarkan teori merawat yang kemudian diaplikasikan langsung

Page 12: Naskah Akademik Keperawatan 2012

10

kedalam praktik pada saat yang sama. Selanjutnya, pendidikan keperawatan berkembang di

beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan. Pendidikan ini umumnya dikelola oleh

perawat Belanda yang saat itu ditugaskan dirumah sakit tersebut. Syarat masuk menjadi siswa

perawat adalah memiliki ijasah MULO (sistem pendidikan Belanda, setara dengan SMP). Dalam

proses pembelajaran seluruh siswa diasramakan, dan setiap hari ada pelajaran teori dan praktik.

Perawat yang dihasilkan pada saat itu memiliki disiplin tinggi dan sangat terampil.

Setelah kemerdekaan, berbagai jenis pendidikan perawat yang berbasis RS telah

dikembangkan sesuai kebutuhan RS untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yang

muncul saat itu seperti pendidikan mantri cacar, Penjenang Kesehatan, dan lain-lain, dengan

lama pendidikan bervariasi dari 3 bulan sampai 2 tahun dengan dasar pendidikan Sekolah Rakyat

(setara SD) dan SMP. Berdasarkan SK MENKES nomor 32971/Pend/1953 tentang Pendidikan

Perawat Diploma A dan B, dihasilkan Perawat A (umum), dan Perawat B (jiwa). Pada saat yang

bersamaan sejak tahun 1953 mulai didirikan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dengan dasar

pendidikan SMP dan lama pendidikannya 3 tahun.

Pada awal 1960 teridentifikasi lebih dari 20 jenis kategori tenaga perawat dengan lama

dan dasar pendidikan yang bervariasi. Demikian juga Kualitas dan tingkat kemampuannya tidak

jelas. sehingga pada saat itu perawat dengan jenis pendidikan apapun boleh melakukan tindakan

tanpa ada batasan kewenangan. Pada tahun 1960 banyak perawat senior Belanda yang bekerja di

RS telah meninggalkan Indonesia. Pada saat yang sama Keperawatan telah berkembang dari

suatu pekerjaan sederhana yang berorientasi pada tugas semata (task oriented), menjadi suatu

profesi yang memiliki landasan ilmiah untuk bertindak, menggunakan keterampilan berfikir

kritis dan menerapkan perilaku “caring”. Asuhan Keperawatan lebih berfokus pada respons klien

terhadap penyakitnya, dari pada terhadap penyakit itu sendiri, sehingga dirasakan perlu adanya

jenis tenaga perawat berpendidikan lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pelayanan

Keperawatan.

Pada tahun 1962 Departemen Kesehatan RI berdasarkan SK nomor

67516/Pend/Kab/1962 telah mengembangkan Pendidikan Akademi Perawat yang berafiliasi

dengan RS Cipto Mangunkusumo. Lulusan pendidikan ini menyandang gelar Sarjana Muda Ilmu

Perawatan atau BSc. Setahun berikutnya pendidikan tingkat Akademi Perawat ini diikuti oleh RS

St Carolus. Sejak diluluskannya Sarjana Muda Ilmu Perawatan, maka kategori pendidikan

perawat menjadi jenjang pendidikan menengah dan tinggi yang semuanya berorientasi ke RS.

Page 13: Naskah Akademik Keperawatan 2012

11

Pendayagunaan lulusan Akademi Perawat diperluas menjadi pengelola pelayanan di tingkat

ruang rawat dan tingkat RS, serta perawat pelaksana di ruang khusus seperti ICU, ICCU, Bedah,

Ruang pemulihan (Sejarah keperawatan, 1975). Hal ini karena pimpinan RS telah merasakan

pentingnya tenaga perawat lulusan Akademi Perawat untuk diberi tanggung jawab dan

kewenangan yang lebih besar. Pimpinan RS membutuhkan peningkatan kualitas layanan dengan

mengirimkan beberapa perawat lulusan Akademi Perawat saat itu ke Australia, dan Negara

Commonwealth lainnya untuk meningkatkan kemampuannya. Pada tahun 1979 berbagai jenis

pendidikan keperawatan tersebut ditutup dan diubah menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)

sesuai dengan SK Menkes nomor 245/Menkes/SK/VI/1979.

Sistem Kesehatan Nasional tahun 1982 antara lain menyatakan bahwa pendidikan bagi

tenaga kesehatan harus berasal dari lulusan SMA (berada pada jenjang Pendidikan Tinggi).

Untuk merespons kebijakan tersebut serta kebijakan pemerintah di bidang Pendidikan, maka

dilaksanakan Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 di Jakarta yang dihadiri oleh

berbagai elemen termasuk unsur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen

Kesehatan, Badan Administrasi Kepegawaian Nasional, Konsorsium Ilmu Kesehatan dan

berbagai Organisasi Profesi Kesehatan. Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan nasional yang

menyatakan Keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkan pada sistem pendidikan tinggi.

Dengan demikian profesi keperawatan diharapkan mampu memandirikan, memberdayakan

masyarakat dan mampu memberikan upaya kesehatan yang paripurna.

Lokakarya Nasional Keperawatan Indonesia 1983 merupakan momentum penting bagi

perkembangan keperawatan di Indonesia yang menetapkan Keperawatan sebagai profesi dan

mengamanahkan agar semua kegiatan pengembangan keperawatan diarahkan kepada pemenuhan

kriteria profesi, antara lain : memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi,

melaksanakan pelayanan profesi/professional dengan menggunakan metode ilmiah. Kesepakatan

ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan yang semula

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan D III dikembangkan menjadi

pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi.

Pada tahun 1985 dimulai Pendidikan Keperawatan pada jenjang strata satu (S-1) di

Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang ditumbuhkan di Fakultas Kedokteran-Universitas

Indonesia. Sementara itu pendidikan Akademi Perawat (AKPER) dengan program pendidikan

Page 14: Naskah Akademik Keperawatan 2012

12

diploma tiga (D-III) masih terus bertambah jumlahnya hingga saat ini. Pada awal perkembangannya

kurikulum pendidikan S-1 Keperawatan merupakan satu kesatuan dan terintegrasi antara pendidikan

akademik dan pendidikan profesi yang lulusannya diberi gelar Sarjana Keperawatan yang disingkat S.Kp.

serta diakui sebagai perawat profesional.

Penyelenggara pendidikan tinggi yang pertama adalah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1985. Pembukaan program studi tersebut diikuti oleh

beberapa universitas negeri seperti Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1994, pada tahun 1997-

1998 berdiri di Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas

Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Sumatera Utara; serta perguruan tinggi swasta lainnya

seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta dan STIK St. Carolus Jakarta. Program ini menerima calon

mahasiswa dari SMU (jalur reguler) dan dari DIII Keperawatan (alih jalur / “transfer”).

Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor

310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan. Dalam

kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu kesatuan.

Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan program pendidikan

Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu

tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya

mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar

profesi Ners disingkat Ns. Dengan demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari

kurikulum 1985 dan 1994, memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners

(S.Kep. Ns) hasil kurikulum tahun 1998. Sementara itu pendidikan SPK secara berangsur ditutup pada

tahun 1996. Hal ini merupakan tindak lanjut implementasi Sistem Kesehatan Nasional 1982 dan

kesepakatan lokakarya nasional tahun 1983.

Penataan jenis dan jenjang pendidikan keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat

dijadikan bahan rujukan dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan

jenjang pendidikan Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-

2) yaitu Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat

spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang

mencakup:Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah,

Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan untuk

jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Page 15: Naskah Akademik Keperawatan 2012

13

BAB III

SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA

A. Ketentuan Umum/ Terminologi

Beberapa ketentuan umum/ terminologi pada naskah akademik pendidikan keperawatan

sebagai berikut:

1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan/asuhan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan/asuhan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit

yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

2. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Ilmu keperawatan merupakan sintesis dari ilmu biomedik, psikologi, sosial, perilaku,

antropologi, dan trans budaya. Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi

ilmu keperawatan adalah penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia (bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual) mulai dari tingkat individu utuh

mencakup seluruh siklus kehidupan, yang juga tercerminkan pada tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler, sampai pada

tingkat masyarakat.

3. Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang diselenggarakan di Perguruan

Tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya Keperawatan, Ners, Magister

Keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor Keperawatan.

4. Jenis pendidikan perawat adalah pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan

akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu

pengetahuan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada

kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai perawat. Pendidikan profesi merupakan

pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi keperawatan.

5. Peserta didik pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut mahasiswa

keperawatan adalah seseorang yang telah terdaftar dan mengikuti kegiatan akademik

profesional di Perguruaan Tinggi.

Page 16: Naskah Akademik Keperawatan 2012

14

6. Pelayanan profesi adalah pelayanan keperawatan professional yang menggunakan

metode ilmiah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia karena adanya kelemahan fisik

dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada

kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Diberikan secara

holistik dan komprehensif meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual, dan

kultural secara manusiawi dan bersifat caring.

7. Perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan tinggi Keperawatan baik di dalam

maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan

perundangan serta teregistrasi.

8. Perawat Ahli Madya adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang

Diploma Tiga (D III) Keperawatan.

9. Ners adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dalam

bidang keperawatan umum dan memiliki kemampuan sebagai perawat profesional

jenjang pertama (first professional degree).

10. Magister Keperawatan adalah Perawat profesional jenjang pertama (first professional

degree) yang telah menyelesaikan pendidikan Magister pada program Magister

Keperawatan.

11. Ners spesialis adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis

Keperawatan

12. Doktor Keperawatan adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan

doktor keperawatan.

13. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama memfasilitasi,

mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang keperawatan.

14. Standar pendidikan keperawatan adalah kriteria minimal komponen pendidikan yang

harus dimiliki oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan yang terdiri atas standar

pendidikan profesi keperawatan.

15. Standar kompetensi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam pendidikan

keperawatan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan, keterampilan.

16. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki

seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

Page 17: Naskah Akademik Keperawatan 2012

15

tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi terdiri atas kompetensi utama,

kompetensi pendukung, kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan

kompetensi utama (SK Mendiknas No. 045/U/2002). Elemen-elemen kompetensi terdiri

atas a) Landasan kepribadian, b) Penguasaan ilmu dan keterampilan, c) Kemampuan

berkarya, d) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan

ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) Pemahaman kaidah berkehidupan

bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

17. Kompetensi perawat Indonesia terdiri dari kompetensi perawat praktisi (perawat ahli

madya dan ners spesialis), kompetensi perawat manajer dan kompetensi perawat peneliti

18. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang

perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji

kompetensi.

19. Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan adalah institusi yang menyelenggarakan

pendidikan keperawatan dalam bentuk fakultas, jurusan atau program studi yang

merupakan bagian dari pendidikan tinggi/universitas/sekolah tinggi/ Institut dan

Akademi.

20. Kurikulum pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan belajar, serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan keperawatan.

21. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Keperawatan adalah penjenjangan

capaian pembelajaran keperawatan yang menyetarakan luaran pendidikan formal,

nonformal, informal, atau sesuai dengan struktur pekerjaan keperawatan.

22. Uji Kompetensi suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap

tenaga perawat sesuai dengan standar profesi perawat.

23. Surat Tanda Registrasi adalah yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis

yang diberikan lembaga yang berwenang.

24. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga keperawatan yang telah memiliki

sertifikat kompetensi perawat dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta

diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/pekerjaan profesinya.

Page 18: Naskah Akademik Keperawatan 2012

16

B. Jenis Jenjang dan Beban Studi 1. Jenis pendidikan keperawatan meliputi:

a. Pendidikan Vokasi yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan

penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat vokasi.

b. Pendidikan Akademik yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan

dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan.

c. Pendidikan Profesi yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mampu memecahkan

masalah sains dan teknologi dalam bidang ilmu keperawatan untuk mampu

mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas

tindakan keperawatan dibawah tanggung jawabnya.

2. Jenjang pendidikan tinggi keperawatan, meliputi:

a. Pendidikan Diploma III Keperawatan

b. Pendidikan Ners

c. Pendidikan Magister Keperawatan

d. Pendidikan Spesialis Keperawatan terdiri dari:

1) Spesialis Keperawatan Maternitas

2) Spesialis Keperawatan Anak

3) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah

4) Spesialis Keperawatan Jiwa

5) Spesialis Keperawatan Komunitas

Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan pengembangan ilmu.

e. Pendidikan Doktor Keperawatan

3. Beban Studi

Pendidikan keperawatan dilaksanakan dengan sistem kredit semester sebagaimana

diamanatkan oleh Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Page 19: Naskah Akademik Keperawatan 2012

17

Beban studi pendidikan keperawatan untuk semua jenjang sesuai SK Mendiknas No.

232/U/2000 sebagai berikut:

a. Diploma Tiga Keperawatan memiliki beban studi 110-120 SKS

b. Pendidikan Ners memiliki beban studi pada tahap akademik antara 144-160 SKS, dan

pada tahap Profesi memiliki beban studi antara 36-50 SKS

c. Magister Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS.

d. Spesialis Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS

e. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan magister (S2) sebidang

sekurang-kurangnya 40 SKS yang dijadwalkan untuk empat semester dengan lama

studi selama-lamanya sepuluh (10) semester. Beban studi program doktor bagi

peserta yang berpendidikan magister (S2) tidak sebidang sekurang-kurangnya 52 SKS

yang dijadwalkan untuk lima semester dengan lama studi selama-lamanya sebelas

(11) semester.

C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi 1. Lulusan program pendidikan diploma tiga mendapatkan sebutan Ahli Madya

Keperawatan (AMd. Kep.)

2. Lulusan program pendidikan Ners mendapat gelar Ners (Ns.)

3. Lulusan program pendidikan Magister Keperawatan mendapat gelar Magister

Keperawatan ( M.Kep.).

4. Lulusan program pendidikan Spesialis Keperawatan mendapat gelar Spesialis

Keperawatan (Sp. Kep. sesuai pencabangan ilmu keperawatan)

5. Lulusan program pendidikan doktor mendapat gelar akademik Doktor Keperawatan

(Dr.Kep.).

D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Kompetensi berdasarkan Jenjang Pendidikan digambarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel tersebut digambarkan hubungan antara jenis pendidikan, jenjang pendidikan, gelar lulusan

dan kompetensi (rincian uraian kompetensi terdapat pada lampiran). Pada tabel 2 digambarkan

hubungan antara jenjang pendidikan, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang

keperawatan dan lama pendidikannya.

Page 20: Naskah Akademik Keperawatan 2012

18

Tabel 1. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Saat Ini

Jenis Pendidikan

Jenjang Pendidikan

Gelar Lulusan Kompetensi

Vokasi Diploma Tiga Keperawatan

Ahli Madya Keperawatan (AMd.Kep.)

Setelah menyelesaikan pendidikan diploma tiga, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Profesi Ners Ners (Ns) Setelah menyelesaikan pendidikan profesi, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Ners Spesialis Keperawatan

Ns. Sp. Kep. Setelah menyelesaikan pendidikan profesi Spesialis Keperawatan, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Akademik Magister Keperawatan (*)

M.Kep Setelah menyelesaikan pendidikan magister, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Doktor Keperawatan

Dr. Kep. Setelah menyelesaikan pendidikan doktor, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Catatan : (*) Khusus untuk program Magister, terdiri dari Magister ilmu keperawatan dasar dan

Magister kepemimpinan.

Tabel 2. Jenjang dan Tingkat Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Bidang Keperawatan

Jenjang Pendidikan Tingkat KKNI Bidang

Keperawatan

Beban Studi Vokasi

Beban Studi Akademik

Beban Studi Profesi

D III Keperawatan 5 110-120 SKS - - Ners 7 - 144-160 SKS 36-50 SKS Magister Keperawatan 8

- 36-50 SKS

- Ners Spesialis 8 - 36-50 SKS - Doktor Keperawatan 9 - 50 SKS

(matrikulasi 12 sks/semester

selama 2 semester

-

Page 21: Naskah Akademik Keperawatan 2012

19

E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan

Jenjang pendidikan keperawatan yang ada pada jenjang pendidikan tinggi adalah

pendidikan Diploma III Keperawatan yang bersifat vokasi, pendidikan Ners, Magister

Keperawatan, Ners Spesialis dan Doktor Keperawatan.

Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan

oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi

sebagai pelaksana asuhan keperawatan.

Program Pendidikan Ners adalah program pendidikan akademik profesi yang bertujuan

menghasilkan Ners yang memiliki kemampuan sebagai perawat profesional jenjang pertama

(first professional degree).

Program magister keperawatan adalah program pendidikan akademik yang bertujuan

menghasilkan magister yang memiliki kemampuan : (1) mengembangkan dan memutakhirkan

IPTEKS dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai

keterampilan penerapannya, (2) memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui

kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan (3) mengembangkan

kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan,

keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa.

Program Spesialis keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan

(1) Mengembangkan dan memutakhirkan ipteks dengan cara menguasai dan memahami,

pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan penerapannya, (2) Memecahkan

permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan

kaidah ilmiah, dan (3) Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan

ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau

profesi yang serupa.

Program Doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan

sebagai berikut : (1) mengembangkan konsep ilmu, teknologi /atau kesenian baru di dalam

bidang keahlianya melalui penelitian, (2) Mengelola, memimpin dan mengembangkan program

penelitian (3) Pendekatan interdisipliner dalam berkarya dibidang keperawatan.

Penyelenggara pendidikan tersebut diatas harus memenuhi standar penyelenggaraan

pendidikan yang mencakup 7 standar mencakup 1) Visi, Misi, Tujuan, sasaran dan stratetgi

pencapaian; 2) Tata pamong, kepemimpinan, sisytem pengelolaan dan penjaminan mutu: 3)

Page 22: Naskah Akademik Keperawatan 2012

20

Mahasiswa dan Lulusan; 4) Sumber Daya Manusia; 5) Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana

akademik; 6) Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, Sistem Informasi; 7) Penelitian,

pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama (Secara lengkap dapat di lihat pada

Lampiran).

F. Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan

Pelayanan Kesehatan berkualitas yang sebagian besar diberikan oleh Perawat kompeten

sangat diharapkan oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan hasil survey yang dilakukan oleh

PPNI bekerjasama dengan HPEQ Project pada tahun 2010 diidentifikasi bahwa terdapat

kesenjangan antara harapan masyarakat dengan kompetensi perawat yang ada saat ini. Hasil

survei ini mengindikasikan bahwa perlu adanya peningkatan kompetensi perawat baik melalui

pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. (Tim HPEQ Project Komponen I, 2010).

Keberadaan pendidikan tinggi keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Permasalahan yang ada adalah

distribusi dan pendayagunakan tenaga kesehatan/lulusan pendidikan tinggi belum tertata dengan

baik. Hal ini mengakibatkan belum meratanya jangkauan pelayanan keperawatan yang dilakukan

oleh para lulusan pendidikan tinggi. Lulusan dari berbagai jenjang pendidikan ini perlu diatur

pendayagunaannya secara baik berdasarkan asas keadilan dan pemerataan keterjangkauan.

Masalah kesehatan yang semakin kompleks menyebabkan semakin tingginya kompetensi yang

diharapkan dimiliki oleh para perawat untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini pula yang

mendasari perlu peningkatan jenjang pendidikan spesialis dan program pendidikan doktor

keperawatan untuk mengembangan IPTEKS Keperawatan melalui pengembangan penelitian.

Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan khususnya pada pembelajaran klinik

merupakan serangkaian kegiatan yang mewujudkan interaksi antara pembimbing klinik,

mentor/perceptor dengan mahasiswa, dalam melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan

standar prosedur operasional berkontribusi untuk dalam peningkatan mutu pelayanan

keperawatan dan pelayanan kesehatan melalui praktik terbaiknya.

Untuk memberikan jaminan kepada masyarakat, bahwa pelayanan perawat diberikan oleh

Perawat yang kompeten perlu dibuktikan melalui uji kompetensi yang telah dilakukan oleh

lembaga yang berwenang. Sejak tahun 2007 sistem uji kompetensi telah dikembangkan oleh

Page 23: Naskah Akademik Keperawatan 2012

21

Organisasi profesi (PPNI) terhadap para perawat khususnya yang akan bekerja ke luar negeri dan

lulusan baru dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Komite Nasional Uji Kompetensi Perawat

(KNUKP). Dengan dikeluarkannya Kepmenkes Nomor 1796 tahun 2011 yang mengatur tentang

Registrasi Tenaga Kesehatan termasuk Perawat, maka setiap lulusan baru harus mengikuti uji

kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). STR merupakan persyaratan bagi

para tenaga perawat untuk melakukan praktik mulai diberlakukan pada tahun 2013.

Pelaksanaan uji kompetensi berdasarkan peraturan menteri kesehatan tersebut merupakan

kewenangan dari lembaga/Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Dalam menjalankan

tugasnya tersebut, MTKI bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK)

untuk mengembangkan sistem termasuk soal uji kompetensi. Bukti dari kelulusan seorang

perawat dalam uji kompetensi berupa Surat Tanda Registrasi (STR) identik dengan Registered

Ners (RN) di luar negeri.

Pendayagunaan lulusan diberbagai fasilitas pelayanan kesehatan maupun pendidikan

didasarkan pada kompetensi, yang selanjutnya ditata dalam sistem jenjang karir perawat

professional. Penataan jenjang karir perawat di tatanan pelayanan keperawatan telah diatur sejak

2008 melalui suatu sistem jenjang karir yang telah diadopsi oleh Kementerian Kesehatan namun

aturan hukum yang mengatur pelaksanaannya belum ada. Dalam sistem jenjang karir perawat

klinik tersebut, sebagai contoh seorang lulusan program pendidikan Diploma III Keperawatan

dengan masa kerja 0-2 tahun dikategorikan sebagai seorang Perawat Klinik I (PK I). Pada

kategori yang sama (PK I), seorang lulusan ners dengan masa kerja 0-1 tahun. Untuk mencapai

jenjang PK II, seorang lulusan D III Keperawatan memerlukan masa kerja 5 tahun, sementara

seorang lulusan ners hanya memerlukan waktu 1-2 tahun. Seorang lulusan DIII Keperawatan

hanya bisa mencapai maksimal jenjang PK III, sedangkan lulusan Ners dapat mencapai PK IV.

Sementara lulusan Spesialis dan sub spesialis dapat mencapai PK V. Untuk lebih jelasnya

mengenai system jenjang karir dapat pada lihat pada tabel berikut ini.

Page 24: Naskah Akademik Keperawatan 2012

22

Tabel 3 Pemetaan Jenjang Karir Tahun 2008

Jenjang karir

Pendidikan Masa Kerja Kompetensi

Perawat Klinik I (PK I)

D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners

0-2 tahun 0-1 tahun

– Memberikan keperawatan dasar – Memberikan asuhan keperawatan dgn

bimbingan dari perawat klinik lebih tinggi

– Melakukan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarganya

– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

– Melakukan kolaborasi dgn profesi lain

PK II D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners

5 Tahun

1-2 Tahun

– Memberikan keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan: medical-bedah maternitas/pediatrik/jiwa/komunitas/ gawat darurat tanpa komplikasi/tidak kompleks dengan bimbingan terbatas dari perawat klinik yang lebih tinggi.

– Melakukan tindakan kolaborasi dengan profesi lain

– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

– Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarganya serta bagi perawat klinik pada tingkat dibawahnya

– Membimbing PK I

PK III D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners S2 Keperawatan (Sp1)

>5 sd 9 tahun >3 sd 6 tahun 0-1 tahun

– Memberikan keperawatan dasar pada klien dalam lingkup keperawatan: medikal bedah / maternitas / pediatrik / jiwa / komunitas / gawat darurat dengan komplikasi/ kompleks

– Melakukan tindakan keperawatan khusus dengan resiko

– Melakukan konseling kepada klien – Melakukan rujukan keperawatan – Melakukan asuhan keperawatan dengan

keputusan secara mandiri ( tanpa bimbingan )

– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

– Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

– Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga

– Membimbing PK II – Mengindentifikasi hal-hal yang perlu

diteliti lebih lanjut

Page 25: Naskah Akademik Keperawatan 2012

23

PK IV S1 Keperawatan / Ners (Ns) S2 Keperawatan (Sp1) S3 Keperawatan (Sp2)

>9tahun >2tahun 0 tahun

– Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi.

– Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri

– Melakukan bimbingan bagi PK III – Melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan – Melakukan kolaborasi dengan profesi

lain – Memberikan asuhan keperawatan

khusus atau sub-spesialisasi. – Melakukan pendidikan kesehatan bagi

pasien, keluarga – Membimbing peserta didik

keperawatan – Mengidentifikasi hal-hal yang perlu

diteliti lebih lanjut

PK V (expert)

S2 Keperawatan (Sp1) S3 Keperawatan (Sp2)

>4tahun >1 tahun

– Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi dalam lingkup medikal bedah /maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas / gawat darurat

– Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri

– Melakukan bimbingan bagi PK IV – Melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan – Melakukan kolaborasi dengan profesi

lain – Melakukan konseling kepada pasen – Melakukan pendidikan kesehatan bagi

pasien dan keluarga – Membimbing peserta didik

keperawatan – Berperan sebagai konsultan dalam

lingkup bidangnya – Berperan sebagai peneliti

*) Sistem jenjang karir ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat ini dan kebutuhan di masa datang

Page 26: Naskah Akademik Keperawatan 2012

24

G. Penjaminan Mutu Pendidikan Keperawatan 1. Untuk menjamin mutu intake, proses dan output lulusan, setiap penyelenggara pendidikan

keperawatan harus melakukan program penjaminan mutu pendidikan.

2. Program penjaminan mutu dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penjaminan

mutu internal dilakukan dengan membentuk badan jaminan mutu internal, sedangkan

penjaminan mutu eksternal dapat melibatkan lembaga penjaminan mutu independen yang

diakui pemerintah.

3. Penjaminan mutu pendidikan keperawatan perlu ditetapkan bahwa untuk dapat

melanjutkan pendidikan profesi ke jenjang lebih tinggi, seperti dari Ners generalis ke

pendidikan Ners spesialis, diperlukan paling sedikit pengalaman kerja 2 (dua) tahun di

bidang profesinya termasuk internship.

4. Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan keperawatan terutama pendidikan di wahana

praktik mahasiswa, perlu ditetapkan peluang untuk memperoleh pengakuan kepakaran

sebagai Ners Konsultan dari para sejawat Ners Spesialis sejenis dapat diberikan setelah

Ners Spesialis mendapatkan pengalaman kespesialisasiannya paling sedikit 5 (lima) tahun

di bidang kepakarannya melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dapat dipertanggung

jawabkan secara nasional dan atau internasional.

Sistem Akreditasi Pendidikan Keperawatan

Akreditasi merupakan upaya pengendalian mutu secara eksternal yang dilakukan oleh

suatu badan mandiri. Di Indonesia, saat ini hanya ada satu badan mandiri akreditasi Perguruan

Tinggi yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Program Health

Professional Education Quality Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (HPEQ DIKTI 2009 -

2014) sedang mengembangkan sistem akreditasi yang diharapkan dapat melakukan akreditasi

pada pendidikan profesi kesehatan di masa mendatang yang disebut dengan Lembaga Akreditasi

Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PT Kes). Akreditasi oleh LAM-PT Kes dilakukan

dengan menilai proses dan kinerja serta keterkaitan antara tujuan, masukan, proses dan keluaran

suatu perguruan tinggi atau program studi keperawatan melalui penilaian formatif. Prinsip

akreditasi adalah Continous Quality Improvement.

Sejak bulan Mei 2010 melalui program HPEQ DIKTI mulai dikembangkan instrumen

untuk program studi pendidikan Ners sebagai kegiatan awal sebelum mengembangkan

Page 27: Naskah Akademik Keperawatan 2012

25

instrumen sejenis untuk program studi diploma dan program studi pasca sarjana (Program

Magister, Program Doktor dan Program Spesialis).

Standar kompetensi sesuai jenis dan jenjang pendidikan telah ditetapkan bersama antara

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia

(AIPNI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDiKI).

Standar Pendidikan Ners yang menjadi tanggung jawab AIPNI telah disusun melalui serangkaian

kerja bersama dengan PPNI dan beberapa pemangku kepentingan lainnya. Melalui kedua standar

ini maka pengembangan instrumen akreditasi untuk program studi pendidikan Ners telah

dilaksanakan dengan mengacu pada kedua standar ini, disamping itu juga mempertimbangkan

berbagai aturan dan kebijakan tentang pendidikan profesi kesehatan dan keperawatan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sedangkan standar pendidikan Diploma III, Magister, Spesialis dan

Doktor keperawatan sedang dalam proses penyusuanan dengan melibatkan berbagai stakeholder

Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan menjadi dasar implementasi sistem

akreditasi pada pendidikan profesi keperawatan sebagaimana contoh skema untuk pendidikan

ners seperti berikut ini:

ACCREDITATION SYSTEM FOR BSN NURSING

EDUCATION INSTITUTION

TH-1 TH-2 TH-3 TH-4 TH-5

AKADEMIK 144 SKS

PROFESI 36-40 SKS

IQF LEVEL 6 IQF LEVEL 7

S.Kep

NERS

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN

ORGANISASI PROFESI

REKOMENDASI

AKREDITASI

TIM GAB

PPNI-AIPNI

8/4/2010 13ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS

INDONESIA

INPUT PROSES OUT PUT

Page 28: Naskah Akademik Keperawatan 2012

26

Berdasarkan skema diatas maka tim penilai atau asesor merupakan komponen penting

dalam proses akreditasi ini. Oleh karena itu melalui naskah akademik ini diharapkan dapat

dibentuk tim yang terdiri dari berbagai komponen seperti terlihat pada skema berikut.

Harapannya akan terjadi proses akreditasi yang transparans, trustable, kredibel dan akuntabel

sebagaimana contoh skema tim akreditasi untuk program pendidikan ners dibawah ini:

ACCREDITATION TEAM

4/20/2011 19

BAN-PT

AIPNI

PPNI Government

(KEM.DIKNAS &

KEMENKES)

Public

Representative

USER (STUDENT)

ACCREDITATION TEAM

NURSING HIGHER EDUCATION INDEPENDENT

ACCREDITATION

BOARD

Pada akhirnya, sistem akreditasi yang baik dapat menghasilkan citra yang baik bagi

lulusan maupun institusi yang menghasilkannya. Landasan hukum pelaksanaan akreditasi yang

dilaksanakan oleh LAM-PTKes antara lain;

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan

dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa

kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun

2011;

Page 29: Naskah Akademik Keperawatan 2012

27

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I

Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92

Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010

tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,

Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai

Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

Sertifikasi Lulusan Pendidikan Keperawatan

Sertifikasi merupakan tanda bukti keabsahan suatu akhir proses, dalam hal ini proses

pendidikan keperawatan. Sertifikasi lulusan pendidikan keperawatan ini diberikan dalam

bentuk/jenis sebagai berikut:

1. Ijazah diberikan oleh perguruan tinggi kepada lulusan yang telah menyelesaikan

jenjang tertentu meliputi: pendidikan diploma tiga keperawatan, pendidikan Ners,

pendidikan Magister Keperawatan, pendidikan Ners spesialis keperawatan dan

pendidikan doktoral keperawatan.

2. Sertifikat kompetensi sebagai tanda bukti telah diselesaikannya program pendidikan

berkelanjutan, diberikan oleh lembaga sertifikasi Perawat sebagai tanda telah lulus uji

kompetensi perawat.

Penyelenggaraan pendidikan di masa kini dan mendatang

Pengembangan pendidikan Keperawatan saat ini diarahkan sejalan dengan perkembangan

IPTEK, perubahan demografik kependudukan di Indonesia, arus global dan masalah kesehatan

yang kompleks serta tuntutan akan layanan kesehatan yang paripurna dan berkualitas.

Diperlukan beberapa profil Perawat mulai dari dasar sampai tingkat lanjut. Jenis Perawat terdiri

dari jenjang vokasi (Diploma III) dan jenjang profesi yang meliputi Ners dan Ners Spesialis

pada berbagai bidang keperawatan, serta adanya pengakuan kepakaran pada Ners Spesialis

sebagai Ners Konsultan. Disamping itu keberadaan Perawat Diploma tiga sebagai tenaga vokasi

masih diperlukan untuk berperan serta mendukung Ners di berbagai tatanan layanan termasuk

Page 30: Naskah Akademik Keperawatan 2012

28

Rumah Sakit dan komunitas. Jenis Perawat yang dikembangkan juga saat ini adalah yang

berjenjang pendidikan akademik (Magister dan Doktor). Pendidikan akademik bertujuan untuk

memenuhi persyaratan memasuki jenjang pendidikan profesi spesialis dan upaya pengembangan

keilmuan Keperawatan (Ilmu Keperawatan Dasar dan Kepemimpinan).

Salah satu upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan Ners adalah dengan

penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pendidikan Sarjana Keperawatan oleh

AIPNI dan PPNI mulai tahun 2006 dengan mengacu pada SK No. 232/U/2000 dan

memberlakukannya pada tahun 2008. Kurikulum Diploma III juga di lakukan pembenahan oleh

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan sejak tahun tahun 2006 dan diberlakukan tahun 2008 sampai

dengan sekarang.

Pada bulan Juli tahun 2010 telah ditetapkan kurikulum pendidikan profesi Ners yang

mengembalikan pola pendidikan tahapan menjadi terintegrasi kembali dengan struktur dan pola

yang telah disempurnakan dari sebelumnya (kurikulum 1985 dan 1998). AIPNI dan PPNI

melakukan kesepakatan perubahan pola kurikulum ini dalam rangka memperoleh standarisasi

kurikulum dan implementasinya yang pada kenyataan selama ini sangat bervariasi mengingat

kemampuan setiap institusi juga sangat bervariasi. Kurikulum yang dikembangkan berupa

kurikulum inti berbobot 60% dan isu global 20% dari kurikulum institusi. Tujuannya adalah

diperolehnya kompetensi inti yang setara pada lulusan pendidikan Ners yang ada di Indonesia.

Pola penyelenggaraan pendidikan Ners yang baru ini merupakan pola terintegrasi antara

tahap akademik dan tahap profesi yang diukur melalui pembagian kegiatan akademik yang

berbeban studi 68% dan kegiatan profesi berbeban studi 32% dari total 180 sks (berasal dari

tahap akademik 144 sks dan tahap profesi 36 sks.

Page 31: Naskah Akademik Keperawatan 2012

29

Gambaran pola penyelenggaraan pendidikan Ners digambarkan pada skema berikut:

Skema 3: Pola penyelenggaraan pendidikan Ners.

Pada saat yang sama juga telah dikembangkan beberapa Kolegium Keperawatan

termasuk Kolegium Pendidikan Ners. Kolegium ini memiliki fungsi antara lain mengkawal

kualitas penyelenggaraan Pendidikan Profesi melalui kurikulum yang dapat menjamin

diperolehnya lulusan yang berkualitas, mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

(untuk Perawat) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara nasional maupun global.

Dalam upaya menstandarisasi kualitas lulusan maka pada standar pendidikan

dicantumkan pula ketentuan tentang Uji Kompetensi Nasional bagi peserta didik sebelum

dinyatakan lulus, yang disebut dengan Exit exam atau Entry level exam. Bagi peserta yang lulus

Uji kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi yang menjadi syarat memperoleh Surat

Tanda Registrasi (STR). Berdasarkan pola pengembangan tenaga keperawatan maka jenis dan

jenjang pendidikan keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Jenjang pendidikan Diploma III keperawatan memangku peran dan fungsi sebagai

tenaga perawat vokasi yang proses pendidikanya menggunakan kurikulum

terintegrasi. Sampai dengan saat ini jenis tenaga vokasi masih dibutuhkan baik dalam

negeri maupun diluar negeri. Oleh karena dalam beberapa dekade kedepan

pendidikan jenjang Diploma III masih tetap eksis.

36 sks

144 sks KEGIATAN

AKADEMIK

122,4 sks

KEGIATAN

PROFESI

57,6 sks

180 sks

(total beban studi)

Page 32: Naskah Akademik Keperawatan 2012

30

2. Jenjang pendidikan dasar Ners generalis untuk memangku peran dan fungsi sebagai

tenaga profesional yang memiliki kompetensi dan kewenangan profesi pada tingkat

keperawatan umum. Jenjang pendidikan ini pola kurikulumnya terintegrasi walaupun

masih tersirat persyaratan tahap akademik dan tahap profesi yang mencerminkan

eksistensi Undang Undang No. 20 tahun 2003 yaitu tentang pendidikan profesi

setelah pendidikan sarjana. Pertimbangan utamanya adalah meningkatkan kualitas

layanan yang diberikan pada klien dan masyarakat melalui kinerja Ners yang

memperlihatkan penguasaan keilmuan dan pengetahuan keperawatan yang tinggi dan

kemampuan kritikal dalam menetapkan tindakan dengan justifikasi ilmiah yang dapat

dipertanggung jawabkan. Disamping itu, pola terintegrasi antara tahap akademik dan

profesi ini diperlukan untuk mengakomodasi upaya pengembangan profesi

keperawatan di Indonesia dan menyesuaikan dengan kondisi ketenagaan keperawatan

di dunia internasional. Jabaran kompetensi Ners disampaikan pada bagian C tentang

kompetensi setiap jenjang pendidikan keperawatan

3. Jenjang berikutnya adalah Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang

spesialisasi yang memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan keperawatan di

bidang spesialisasi tersebut melalui upaya mewujudkan praktik keperawatan berbasis

bukti (evidence based nursing practice) yang terdiri dari :

a. Keperawatan Medikal Bedah dengan beberapa area peminatan.

b. Keperawatan Jiwa

c. Keperawatan Maternitas

d. Keperawatan Anak

e. Keperawatan Komunitas

f. Keperawatan Kritis

g. Keperawatan Kardiovaskuler

h. Keperawatan Emergensi

i. Keperawatan Onkologi

j. Keperawatan Gerontik

k. Keperawatan Nefrologi

l. Keperawatan Neurologi

Page 33: Naskah Akademik Keperawatan 2012

31

Disamping jenis dan jenjang yang disebutkan diatas, diperlukan pendidikan berkelanjutan

bagi para perawat. Jenis pendidikan berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan atau

meningkatkan kemampuan teknis keperawatan. Beberapa contoh program pendidikan

berkelanjutan ini seperti: 1) keperawatan kardiovaskular dasar, 2) keperawatan endoskopi, 3)

keperawatan dialisa, 4) keperawatan kamar bedah, 5) keperawatan luka, dll.

Disamping jenis dan jenjang pada pendidikan profesi, maka jenis pendidikan Akademik

pada jenjang pendidikan Magister Keperawatan juga akan tetap dikembangkan misalnya

bidang Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan; Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan.

Jenis pendidikan Akademik pada jenjang Doktor Keperawatan untuk meningkatkan

pengembangan keilmuan keperawatan melalui berbagai penemuan inovatif dan memiliki tingkat

originalitas tinggi serta meningkatkan budaya meneliti dan menghasilkan IPTEK baru untuk

mendukung peningkatan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice).

Page 34: Naskah Akademik Keperawatan 2012

32

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan keperawatan di Indonesia berjalan sangat lambat dikarenakan beberapa

kendala terkait kebijakan dan implementasinya baik yang berhubungan langsung dengan

pendidikan maupun pelayanan. Kendala tersebut makin diperberat dengan belum adanya UU

Keperawatan. Kondisi sebaliknya terjadi di negara-negara maju sehingga menyulitkan kesetaraan

antara profesi keperawatan di Indonesia dengan di luar negeri. Dengan tidak setaranya perawat

Indonesia dengan perawat asing, menyebabkan banyak peluang kerja yang tidak dapat

dimanfaatkan atau dipenuhi oleh tenaga perawat Indonesia. Di samping itu kontribusi profesi

perawat dalam melaksanakan program pemerintah menjadi belum optimal. Oleh karena itu perlu

dilakukan penataan sistem pendidikan keperawatan sehingga berdampak pada kualitas pelayanan

keperawatan/ kesehatan di Indonesia.

Sistem pendidikan keperawatan meliputi jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan,

Pendidikan Ners, Magister Keperawatan (Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan;

Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan), Spesialis Keperawatan, dan Doktor

Keperawatan. Untuk lebih menjamin efektivitas lulusan dari setiap jenis dan jenjang pendidikan

yang ada perlu didukung oleh peraturan perundangan dan kebijakan untuk menjadi acuan.

Pendidikan keperawatan berkelanjutan meliputi berbagai jenis program pelatihan dalam bidang

keperawatan yang merefleksikan kebutuhan pelayanan keperawatan.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi dalam Naskah Akademik ini antara lain:

1. Mendorong percepatan disahkannya UU Keperawatan untuk penataan upaya

profesionalisme keperawatan secara utuh.

2. Adanya pola tunggal dalam regulasi pendidikan keperawatan untuk mengatasi regulasi

ganda.

Page 35: Naskah Akademik Keperawatan 2012

33

3. Mendorong pengembangan perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, dan global serta pengembangan

IPTEK termasuk dalam upaya percepatan pencapain MDGs.

4. Memberlakukan pendidikan antar profesi (Interprofessional collaboration education)

5. Segera memfungsikan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) untuk mengakreditasi

program studi keperawatan secara utuh.

6. Ditetapkannya sistem pendidikan keperawatan yang sesuai dengan pengembangan profesi

keperawatan.

Page 36: Naskah Akademik Keperawatan 2012

34

DAFTAR PUSTAKA AIPNI. 2008. Pedoman Kelayakan Penyelenggaraan Pendidikan Ners Indonesia.

AIPNI. 2009. Laporan Benchmark AIPNI tentang Sistem Pendidikan Keperawatan di USA.

AIPNI, 2010. Kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan Nurse di Indonesia dan suplemen.

AIPNI. 2011. Standar Pendidikan Ners Indonesia.

AIPNI. 2011. Laporan Benchmark AIPNI tentang Sistem Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan di Negara-negara Eropa.

College of Registered Nurse of Mannitoba. 2007. Standard for Nursing Education Program.

HPEQ Project 2010. Laporan hasil survey data dasar keperawatan tahap satu.

HPEQ 2010. Laporan Benchmark tentang Sistem Akrreditasi dan Uji Kompetensi di Kanada.

HPEQ Project 2011. Laporan hasil survey Standar Pendidikan dan Kompetensi Perawat.

International Council of Nurses. 2008. Nursing Care Continuum Framework and Competencies. ICN Regulation Series.

Janice Rider Ellis & Celia Love Hartley. 2008. Nursing in Today’s World: Trends, issues, and management . 9th Edition. By Wolters Kluwer Health & Lippincott Williams & Wilkins.

PPNI. 2010. Standar Profesi Perawat Indonesia

Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Simpson, E., Courtney, M. 2009. Critical Thinking in Nursing Education: A literature review.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009, tentang Pelayanan Publik,

Undang Undang Nomor 8 tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan

Page 37: Naskah Akademik Keperawatan 2012

35

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Kepmendiknas Nomor 163 Tahun 1997 tentang Nomenklatur Pendidikan Tinggi.

Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.

Kepmendikna Nomor 045 Tahun 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.

Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

Permendiknas Nomor 6 tahun 2010 tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

Kepmenkes Nomor 148 Tahun 2010, tentang Registrasi dan Praktik Perawat

Permenkes Nomor 1796 Tahun 2011, tentang Registrasi Tenaga Kesehatan

Kesepakatan Mutual Recognition Agreement tahun 2006

Page 38: Naskah Akademik Keperawatan 2012

36

LAMPIRAN

STANDAR KOMPETENSI PERAWAT BERDASARKAN JENIS DAN JENJANG

PENDIDIKAN

I. Kategori : Perawat Vokasional No.

Urut Kode Judul Unit Komptensi

1 Wat.PV.1.Ak.1 Menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan

professional sesuai dengan lingkup praktik, dan hukum/peraturan

perundangan

2 Wat.PV.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik

Perawat Indonesia 3 Wat.PV.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien

4 Wat.PV.1.PE.4 Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memilih dan

menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan,

5 Wat.PV.1.PE.5 Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan

elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional

6 Wat.PV.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan

perundangan

7 Wat.PV.2.PAK.7 Menggunakan keterampilan penyelesaian masalah untuk memandu

praktik

8 Wat.PV.2.PAK.8

Berperan serta dalam promosi kesehatan bersama perawat profesional,

profesional lain dan kelompok komunitas/ masyarakat dalam kegiatan

yang ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan gaya

hidup dan lingkungan yang sehat

9 Wat.PV.2.PAK.9 Melaksanakan pengumpulan data kesehatan sesuai aspek yang

didelegasikan, kemudian mengkontribusikan data dan informasi

tersebut untuk pengkajian yang dibuat oleh Perawat Teregistrasi

10 Wat.PV.2.PAK.10 Mengidentifikasi masalah kesehatan yang umum, aktual dan potensial

serta mencatat temuan yang meyimpang

11 Wat.PV.2.PAK.11 Melaporkan dan menjaga keakuratan, mencatat temuan tepat waktu

sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi

12 Wat.PV.2.PAK.12 Membantu Perawat Teregistrasi dalam merencanakan asuhan klien

berdasarkan hasil pengkajian

13 Wat.PV.2.PAK.13 Menetapkan prioritas asuhan yang diberikan bersama perawat

supervisor

14 Wat.PV.2.PAK.14 Memberikan informasi yang akurat kepada klien tentang aspek rencana

asuhan yang menjadi tanggung jawabnya

Page 39: Naskah Akademik Keperawatan 2012

37

15 Wat.PV.2.PAK.15

Melaporkan dan meminta seorang penasehat apabila klien dan/atau

pemberi asuhan meminta dukungan, atau memiliki keterbatasan

kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau

mengalami hambatan bahasa

16 Wat.PV.2.PAK.16 Berkoordinasi dengan Perawat Teregisterasi, mengkaji kembali dan

merevisi rencana asuhan secara reguler

17 Wat.PV.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkiri, akurat dan catatan

terkait dibawah supervisi Perawat Teregistrasi

18 Wat.PV.2.PAK.18 Melaksanakan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai

dengan standar praktik keperawatan dibawah pengawasan perawat

teregistrasi

19 Wat.PV.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan

tepat waktu

20 Wat.PV.2.PAK.20 Mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan yang tidak

diharapkan

21 Wat.PV.2.PAK.21 Meminta bantuan cepat dan tepat dalam situasi gawat darurat/ bencana Menerapkan ketrampilan bantuan hidup dasar sampai bantuan tiba

22 Wat.PV.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang

diharapkan secara akurat dan lengkap

23 Wat.PV.2.PAK.23 Memberikan kontribusi kepada tim dalam evaluasi kemajuan terhadap

hasil/pencapaian yang ditargetkan

24 Wat.PV.2.PAK.24 Memberikan kontribusi data evaluasi dan saran perbaikan terhadap

rencana asuhan kepada perawat teregistrasi

25 Wat.PV.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik

verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab

profesionalnya

26 Wat.PV.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien,

keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang

budaya

27 Wat.PV.2.PAK.27 Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup

pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota

tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan.

28 Wat.PV.2.KM.28 Memberikan advokasi dan berkontribusi . untuk menciptakan

lingkungan keja yang positif

29 Wat.PV.2.KM.29 Memahami kebutuhan pendekatan dan berbagai gaya kepemimpinan

dalam situasi yang berbeda

30 Wat.PV.2.KM.30 Mengenali konflik dan menggunakan ketrampilan interpersonal serta

mekanisme organisasi yang ada untuk mencapai solusi 31 Wat.PV.2.KM.31 Mendukung pemimpin dengan cara konsisten untuk meningkatkan rasa

Page 40: Naskah Akademik Keperawatan 2012

38

saling menghargai hormat dan percaya diri diantara anggota tim 32 Wat.PV.2.KM.32 *) 33 Wat.PV.2.KM.33 Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif

34 Wat.PV.2.KM.34 Memahami bagaimana kebijakan dan prosedur dikembangkan serta

memberikan kontribusi untuk umpan balik komite review. 35 Wat.PV.2.KM.35 Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran berbasis unit

36 Wat.PV.2.KM.36 Memberikan umpan balik dan saran untuk perubahan di lingkungan

praktiknya sendiri secara efektif

37 Wat.PV.2.KM.37 Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan

anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya.

38 Wat.PV.2.KM.38 Bekerjasama untuk mempertahankan kerja tim multi dispilin secara

efektif.

39 Wat.PV.2.KM.39 Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra

profesional yang efektif

40 Wat.PV.2.KM.40 Menyampaikan pandangan pasien/klien dan/atau pemberi pelayanan

untuk membantu pembuatan keputusan oleh tim inter-profesional

41 Wat.PV.2.KM.41 Merujuk klien kepada Perawat Teregister untuk menjamin klien

mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia. 42 Wat.PV.2.KM.42 *)

43 Wat.PV.2.KM.43 Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat keahlian

dan lingkup praktik legal

44 Wat.PV.2.KM.44 Memberikan umpan balik kepada orang yang mendelegasikan/

menugaskan kegiatan dan mengawasi kerjanya.

45 Wat.PV.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas terhadap hasil kegiatan yang

didelegasikan 46 Wat.PV.2.KM.46 *)

47 Wat.PV.2.KM.47 Mengidentifikasi dan melaporkan situasi yang dapat membahayakan

keselamatan klien atau staf.

48 Wat.PV.2.KM.48 Mempertahankan lingkungan asuhan yang aman melalui tindakan

tepat waktu, mengikuti peraturan nasional dan persyaratan keselamatan

dan kesehatan di tempat kerja, kebijakan dan prosedur.

49 Wat.PV.2.KM.49 Menyimpan bahan-bahan pengobatan dengan memperhatikan

kemananan dan keselamatan.

50 Wat.PV.2.KM.50 Memberikan dan mencatat obat dibawah pengawasan seorang Perawat

Teregistrasi bila secara hukum diijinkan. 51 Wat.PV.2.KM.51 Memenuhi prosedur pencegahan infeksi

52 Wat.PV.2.KM.52 Mengetahui tindakan yang dilakukan pada saat dinyatakan terjadi

bencana 53 Wat.PV.3.PP.53 Mengetahui dan mengikuti standar profesi dan praktik terbaik yang

Page 41: Naskah Akademik Keperawatan 2012

39

diterapkan sebagai tanggung jawab profesi 54 Wat.PV.3.PP.54 Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif

55 Wat.PV.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa keperawatan

(enrolled nurse students) dan staf pendukung

56 Wat.PV.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber baagi mahasiswa keperawatan (enrolled

nurse students) dan staf pendukung 57 Wat.PV.3.PP.57 *) 58 Wat.PV.3.PP.58 *) 59 Wat.PV.3.PP.59 *)

60 Wat.PV.3.PP.60 Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk

mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk

ke dalam pelayanan

61 Wat.PV.3.PK.61 Melaksanakan tugas sesuai arahan dan sesuai dengan kebijakan,

ketentuan, tolok ukur kualitas dan juga sesuai dengan tingkat pelatihan

yang diikutinya. 62 Wat.PV.3.PK.62 Berperan serta dalam peningkatan kualitas dan prosedur jaminan mutu

63 Wat.PV.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya

dengan cara refleksi dan peer review

64 Wat.PV.3.PB.64 Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan

profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya

65 Wat.PV.3.PB.65 Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk

memberikan kontribusi terhadap asuhan kesehatan Keterangan : *) Kompetensi ini tidak dimiliki oleh Perawat Vokasi II. Kategori : Ners No.

Urut Kode Unit Judul Unit Komptensi

1 Wat.Ns.1.Ak.1 Menerima tanggung gugat terhadap keputusan, tindakan profesional,

hasil asuhan dan kompetensi lanjutan sesuai dengan lingkup praktik,

tanggung jawab yang lebih besar, dan hukum/peraturan perundangan

2 Wat.Ns.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik

Perawat Indonesia 3 Wat.Ns.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien

4 Wat.Ns.1.PE.4 Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh

informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan &

kesehatan yang diberikan 5 Wat.Ns.1.PE.5 Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan

Page 42: Naskah Akademik Keperawatan 2012

40

elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional

6 Wat.Ns.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan

perundangan

7 Wat.Ns.2.PAK.7 Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk

penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam

konteks pemberian asuhan keperawatan profesional

8 Wat.Ns.2.PAK.8 Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama

perawat, profesional lain serta kelompok masyarakat untuk mengurangi

rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat

9 Wat.Ns.2.PAK.9 Melakukan pengkajian melalui pengumpulkan data obyektif dan

subyektif yang akurat dan relevan melalui pengkajian kesehatan dan

keperawatan yang sistematik

10 Wat.Ns.2.PAK.10 Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data

dari berbagai sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan

menetapkan rencana asuhan

11 Wat.Ns.2.PAK.11 Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat

waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi

12 Wat.Ns.2.PAK.12

Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan

yang teridentifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil

pengkajian keperawatan dan kesehatan, masukan dari anggota tim

kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan

13 Wat.Ns.2.PAK.13 Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi

asuhan lain dan klien.

14 Wat.Ns.2.PAK.14 Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk

menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti,

sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan

15 Wat.Ns.2.PAK.15

Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi

asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan

dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami

hambatan bahasa

16 Wat.Ns.2.PAK.16 Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila

memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien

17 Wat.Ns.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan

terkait

18 Wat.Ns.2.PAK.18 Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang

berada dalam lingkup praktik keperawatan bagi perawat teregistrasi dan

sesuai standar praktik keperawatan

19 Wat.Ns.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan

tepat waktu

Page 43: Naskah Akademik Keperawatan 2012

41

20 Wat.Ns.2.PAK.20 Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan

secara cepat dan tepat

21 Wat.Ns.2.PAK.21 Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat,

termasuk melakukan prosedur bantuan hidup jika diperlukan, dan

prosedur gawat darurat/ bencana lainnya

22 Wat.Ns.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang

diharapkan secara akurat dan lengkap

23 Wat.Ns.2.PAK.23 Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang

ditargetkan, dengan melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi

pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain 24 Wat.Ns.2.PAK.24 Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan

25 Wat.Ns.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik

verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab

profesionalnya

26 Wat.Ns.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien,

keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang

budaya

27 Wat.Ns.2.PAK.27 Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup

pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota

tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan.

28 Wat.Ns.2.KM.28 Memberikan advokasi dan berbertindak dalam rentang kendalinya

untuk menciptakan lingkungan keja yang positif

29 Wat.Ns.2.KM.29 Menyesuaikan pendekatan dan gaya kepemimpinan dalam situasi yang

berbeda

30 Wat.Ns.2.KM.30 Menghadapi konflik dengan cara yang bijaksana, menggunakan

ketrampilan komunikasi yang efektif dan mekanisma yang ada untuk

mencapai solusi

31 Wat.Ns.2.KM.31 Memberikan kontribusi untuk kepemimpinan tim dengan memperkuat

tujuan sehingga dapat meningkatkan sikap saling menghargai dan percaya

diri diantara anggota tim

32 Wat.Ns.2.KM.32 Mengekpresikan pemikiran kepemimpinannya secara jelas dan

mendukung harapan anggota tim lainnya 33 Wat.Ns.2.KM.33 Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif

34 Wat.Ns.2.KM.34 Memberikan kontribusi pada hasil review dan modifikasi kebijakan dan

prosedure organisasi terbaru.

35 Wat.Ns.2.KM.35 Memberikan kontribusi terhadap pendidikan dan pengembangan

profesional mahasiswa dan sejawat di tempat kerja

36 Wat.Ns.2.KM.36 Memberikan umpan balik, saran perubahan di lingkungan praktiknya

sendiri atau organisasinya, secara effektif

Page 44: Naskah Akademik Keperawatan 2012

42

37 Wat.Ns.2.KM.37 Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan

anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya

38 Wat.Ns.2.KM.38 Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan

pelayanan keperawatan dan kesehatan yang dapat dijangkau oleh klien

39 Wat.Ns.2.KM.39 Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra

profesional yang efektif

40 Wat.Ns.2.KM.40 Memaparkan dan mendukung pandangan klien, keluarga, dan/atau

pemberi pelayanan selama pembuatan keputusan oleh tim inter

profesional

41 Wat.Ns.2.KM.41 Merujuk untuk memastikan klien mendapatkan intervensi terbaik yang

tersedia. 42 Wat.Ns.2.KM.42 *)

43 Wat.Ns.2.KM.43

Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan

kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal. Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat

keahliannya dan lingkup praktik legal

44 Wat.Ns.2.KM.44 Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung

termasuk precepting ketika pengawasan dan/atau monitoring asuhan

didelegasikan

45 Wat.Ns.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat

mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain

46 Wat.Ns.2.KM.46 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan

kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab klinik.

47 Wat.Ns.2.KM.47 Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko

actual dan potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada

pihak yang berwenang.

48 Wat.Ns.2.KM.48

Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen

risiko peningkatan kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan

asuhan yang aman dan memenuhi peraturan nasional, persyaratan

keselamatan dan kesehatan tempat kerja, serta kebijakan dan prosedur.

49 Wat.Ns.2.KM.49 Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan, pemberian dan

pencatatan bahan-bahan pengobatan.

50 Wat.Ns.2.KM.50 Memberikan obat, mencatat, mengkaji efek samping dan mengukur

dosis yang sesuai dengan resep yang ditetapkan.

51 Wat.Ns.2.KM.51 Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya

pelanggaran dalam praktik yang dilakukan para praktisi lain.

52 Wat.Ns.2.KM.52 Mengetahui tanggung jawab dan prosedur yang harus diikuti pada saat

dinyatakan terjadi bencana. 53 Wat.Ns.3.PP.53 Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring dan penelaahan

Page 45: Naskah Akademik Keperawatan 2012

43

standar profesi serta pedoman praktik terbaik 54 Wat.Ns.3.PP.54 Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif

55 Wat.Ns.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam

tim pemberi asuhan

56 Wat.Ns.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber bagi mahasiswa, anggota tim kesehatan

lain dan masyarakat

57 Wat.Ns.3.PP.57 Menghargai penelitian dalam memberikan kontribusi pada

pengembangan keperawatan dan menggunakan hasil penelitian sebagai

alat untuk meningkatkan standar asuhan 58 Wat.Ns.3.PP.58 *)

59 Wat.Ns.3.PP.59 Mencermati lingkungan praktik dan literatur keperawatan untuk

mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan issu yang muncul

60 Wat.Ns.3.PP.60 Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk

mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk

ke dalam pelayanan

61 Wat.Ns.3.PK.61 Mengikuti pedoman praktik terbaik dan berdasarkan pembuktian

(evidence-based ) dalam melakukan praktik keperawatan.

62 Wat.Ns.3.PK.62 Bepartisipasi dalam kegiatan peningkatan kualitas dan penjaminan

mutu.

63 Wat.Ns.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya

dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review

64 Wat.Ns.3.PB.64 Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan

profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya

65 Wat.Ns.3.PB.65 Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk

memberikan kontribusi terhadap asuhan kesehatan Keterangan : *) Kompetensi ini tidak dimiliki oleh Ners

Page 46: Naskah Akademik Keperawatan 2012

44

III. Kategori : Ners Spesialis No.

Urut Kode Unit Judul Unit Komptensi

1 Wat.Sp.1.Ak.1 Menerima tanggung gugat dan tanggung jawab yang lebih besar

terhadap keputusan, , tindakan profesional dan kompetensi lanjut sesuai

dengan lingkup praktik, hukum/peraturan perundangan

2 Wat.Sp.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik

Perawat Indonesia 3 Wat.Sp.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien

4 Wat.Sp.1.PE.4 Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh

informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan &

kesehatan yang diberikan

5 Wat.Sp.1.PE.5 Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan

elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional

6 Wat.Sp.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan

perundangan termasuk area khusus praktik spesialis

7 Wat.Sp.2.PAK.7 Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk

penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam

konteks pemberian asuhan keperawatan spesialis

8 Wat.Sp.2.PAK.8

Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama

perawat, profesional lain kelompok masyarakat serta kelompok khusus

tertentu untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan

lingkungan yang sehat dalam area praktik spesialis

9 Wat.Sp.2.PAK.9

Mengumpulkan data obyektif dan subyektif yang akurat dan relevan

yang dibutuhkan untuk praktik di area khusus melalui pengkajian

kesehatan dan keperawatan yang sistematik, mengajukan permintaan

pemeriksaan dan prosedur diagnostik yang diperbolehkan dalam

lingkup praktik spesialis dan peraturan perundangan

10 Wat.Sp.2.PAK.10 Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data

dari berbagai sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan

menetapkan rencana asuhan

11 Wat.Sp.2.PAK.11 Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat

waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi

12 Wat.Sp.2.PAK.12

Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan

yang teridentifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil

pengkajian keperawatan dan kesehatan, masukan dari anggota tim

kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan

13 Wat.Sp.2.PAK.13 Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi

asuhan lain dan klien

Page 47: Naskah Akademik Keperawatan 2012

45

14 Wat.Sp.2.PAK.14 Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk

menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti,

sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan

15 Wat.Sp.2.PAK.15

Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi

asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan

dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami

hambatan bahasa

16 Wat.Sp.2.PAK.16 Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila

memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien

17 Wat.Sp.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan

terkait

18 Wat.Sp.2.PAK.18 Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang

berada dalam lingkup praktik spesialis dan sesuai dengan standar

praktik keperawatan spesialis

19 Wat.Sp.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan

tepat waktu

20 Wat.Sp.2.PAK.20 Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan

secara cepat dan tepat

21 Wat.Sp.2.PAK.21 Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat,

mengambil peran kepemimpinan dalam triage dan koordinasi asuhan

klien sesuai kebutuhan asuhan khusus

22 Wat.Sp.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang

diharapkan secara akurat dan lengkap

23 Wat.Sp.2.PAK.23 Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang

ditargetkan, dengan melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi

pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain 24 Wat.Sp.2.PAK.24 Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan

25 Wat.Sp.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik

verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab

profesionalnya

26 Wat.Sp.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien,

keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang

budaya

27 Wat.Sp.2.PAK.27 Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup

pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota

tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan.

28 Wat.Sp.2.KM.28 Memberikan advokasi dan berbertindak dalam rentang kendalinya

untuk menciptakan lingkungan keja yang positif 29 Wat.Sp.2.KM.29 Menyesuaikan pendekatan dan gaya kepemimpinan dalam situasi

Page 48: Naskah Akademik Keperawatan 2012

46

khusus di area praktik spesialis

30 Wat.Sp.2.KM.30 Menghadapi konflik dengan cara yang bijaksana, menggunakan

ketrampilan komunikasi yang efektif dan mekanisma yang ada untuk

mencapai solusi

31 Wat.Sp.2.KM.31 Memimpin dengan cara yang dapat menginspirasi rasa saling

menghargai dan percaya diri dari anggota lain

32 Wat.Sp.2.KM.32 Menetapkan secara jelas kontribusi dan harapan2 yang diinginkan oleh

anggota tim, dalam perannya sebagai ketua tim dan sesuai dengan

uraian tugas terbaru.

33 Wat.Sp.2.KM.33 Memprioritaskan beban kerja, mengelola waktu secara efektif dan

mengalokasikan sumber2 untuk mencapai hasil yang optimal

34 Wat.Sp.2.KM.34

Memberikan kontribusi pada hasil review dan modifikasi kebijakan dan

prosedure organisasi terbaru dan menunjukan kepemipinan dalam

mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan organisasi serta

prosedur khusus pada area spesialis.

35 Wat.Sp.2.KM.35 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan dan implementasi

pendidikan spesialis serta pengembangan profesional siswa dan sejawat

di tempat kerja

36 Wat.Sp.2.KM.36 Menggunakan proses berubah untuk mempengaruhi pengenalan inovasi

dan adaptasi pada praktik spesialis dan organisasi pelayanan.

37 Wat.Sp.2.KM.37 Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan

anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya

38 Wat.Sp.2.KM.38 Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan

pelayanan keperawatan dan kesehatan yang diberikan dalam area

khusus.

39 Wat.Sp.2.KM.39 Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra

profesional yang efektif

40 Wat.Sp.2.KM.40 Memaparkan pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan

dalam pembuatan keputusan oleh tim inter profesional dan membantu

dalam menegosiasikan keputusan yang disepakati bersama

41 Wat.Sp.2.KM.41 Merujuk klien dan menerima rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan

lain untuk menjamin klien mendapatan intervensi terbaik yang tersedia 42 Wat.Sp.2.KM.42 *)

43 Wat.Sp.2.KM.43

Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan

kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal

Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat

keahliannya dan lingkup praktik legal

44 Wat.Sp.2.KM.44 Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung

termasuk precepting dan mentoring ketika pengawasan dan/atau

Page 49: Naskah Akademik Keperawatan 2012

47

monitoring asuhan didelegasikan

45 Wat.Sp.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat

mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain

46 Wat.Sp.2.KM.46 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan

kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab klinik

yang khusus pada praktik spesialis.

47 Wat.Sp.2.KM.47 Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko

actual dan potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada

pihak yang berwenang.

48 Wat.Sp.2.KM.48

Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen

risiko peningkatan kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan

asuhan yang aman dan memenuhi peraturan nasional, persyaratan

keselamatan dan kesehatan tempat kerja, serta kebijakan dan prosedur.

49 Wat.Sp.2.KM.49 Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan, pemberian dan

pencatatan bahan-bahan pengobatan

50 Wat.Sp.2.KM.50

Memberikan obat termasuk dosis yang tepat, cara, frekuensi,

berdasarkan pengetahuan yang akurat tentang efek farmakologis,

karakteristik klien dan terapi yang disetujui, sesuai dengan resep yang

ditetapkan.

51 Wat.Sp.2.KM.51 Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya

pelanggaran dalam praktik yang dilakukan para praktisi lain.

52 Wat.Sp.2.KM.52 Mengidentifikasi dan merencanakan langkah-langkah khusus yang

diperlukan untuk menangani klien di area praktik khusus dalam kondisi

bencana.

53 Wat.Sp.3.PP.53

Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring , penelaahan

standar profesi spesialis dan pedoman praktik terbaik, serta

berpartisipasi dalam mengembangkan dan menyesuaikan standar dalam

kontek praktik

54 Wat.Sp.3.PP.54 Meningkatkan praktik keperawatan spesialis sebagai bagian esensial

dari pemberian pelayanan kesehatan

55 Wat.Sp.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam

tim pemberi asuhan

56 Wat.Sp.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber di area spesialis bagi mahasiswa, anggota

tim kesehatan lain, perencana kesehatan dan masyarakat

57 Wat.Sp.3.PP.57 Memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan dan praktik

keperawatan klinis spesialis melalui identifikasi dan pelaksanaan

penelitian sesuai kebutuhan

58 Wat.Sp.3.PP.58 Memberikan advokasi dan berpartisipasi untuk mendapatkan

pengakuan pimpinan, hukum dan masyarakat terhadap kualifikasi

spesialis, perlindungan hak sebagai perawai spesialis dan lingkup

Page 50: Naskah Akademik Keperawatan 2012

48

praktik terkait

59 Wat.Sp.3.PP.59 Mengamati lingkungan praktik dan literatur keperawatan spesialis

untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan issu yang muncul

60 Wat.Sp.3.PP.60 Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk

mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta

pemberian pelayanan di area spesialisnya

61 Wat.Sp.3.PK.61 Menggunakan dan berkontribusi dalam penelitian untuk memperoleh

pembuktian guna praktik yang aman, efektif dan efesien, di area

spesialisasinya.

62 Wat.Sp.3.PK.62 Melakukan telaah secara sistematik untuk meningkatkan kepuasan dan

hasil asuhan sesuai area spesialisnya.

63 Wat.Sp.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya

dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review

64 Wat.Sp.3.PB.64 Memikul tanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan

profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya

65 Wat.Sp.3.PB.65 Berpartisipasi dalam proses belajar mengajar pada bidang keilmuan

yang sama maupun multidisiplin Keterangan : *) Kompetensi ini tidak dimiliki oleh Ners Spesialis

Page 51: Naskah Akademik Keperawatan 2012

49

IV. Kategori : Ners Konsultan No.

Urut Kode Unit Judul Unit Komptensi

1 Wat.Sp.K.1.Ak.1

Menerima tanggung gugat dan tanggung jawab yang lebih besar

terhadap keputusan, , tindakan profesional dan kompetensi lanjut

sesuai dengan perubahan lingkup praktik, hukum/peraturan

perundangan

2 Wat.Sp.K.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode

Etik Perawat Indonesia 3 Wat.Sp.K.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien

4 Wat.Sp.K.1.PE.4

Berperan serta dalam menetapkan kebijakan yang menegaskan

hak klien untuk mendapatkan informasi, memilih dan

menentukan sendiri asuhan kepartewatan & kesehatannya dan

menerapkannya dalam praktik

5 Wat.Sp.K.1.PE.5

Berperan serta dalam pengembangan kebijakan dan sistem untuk

meningkatkan kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis,

verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai

seorang profesional

6 Wat.Sp.K.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan professional mandiri, sesuai

dengan peraturan perundangan, termasuk kekhususan dari peran

praktik lanjutan

7 Wat.Sp.K.2.PAK.7

Menerapkan keterampilan berpikir kritis, pertimbangan klinis

dan keahlian untuk membuat keputusan pada area-area praktik

yang komplek dalam konteks pemberian asuhan keperawatan

profesional

8 Wat.Sp.K.2.PAK.8

Berperan secara aktif dengan profesional kesehatan lain,

perencana, pembuat kebijakan, kelompok masyarakat dan

advokasi untuk merumuskan strategi dan menggerakkan sumber

–sumber untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat

9 Wat.Sp.K.2.PAK.9

Mengumpulkan data obyektif dan subyektif yang akurat dan

relevan untuk pengkajian klien menggunakan strategi

pengumpulan multipel data dan sumber-sumber informasi,

mengajukan permintaan pemeriksaan dan prosedur diagnostik

yang diperbolehkan dalam lingkup praktik spesialis dan

peraturan perundangan

10 Wat.Sp.K.2.PAK.10 Menerapkan pertimbangan klinis lanjutan dan pengetahuan yang

mendalam untuk menegakkan diagnosis banding dan

menetapkan rencana asuhan yang komprehensif 11 Wat.Sp.K.2.PAK.11 Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan

Page 52: Naskah Akademik Keperawatan 2012

50

tepat waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan

organisasi

12 Wat.Sp.K.2.PAK.12

Merumuskan dan memobilisasi sumber daya untuk menyusun

rencana asuhan yang komprehensif dan terkoordinasi sesuai

dengan hasil asuhan yang diharapkan, berdasarkan standar

praktik keperawatan lanjutan, serta keputusan tentang

pencegahan, diagnostik dan intervensi terapeutik

13 Wat.Sp.K.2.PAK.13 Bernegosiasi untuk memenuhi prioritas asuhan yang diberikan

didalam sumber kesehatan dan kemampuan sistem yang tersedia.

14 Wat.Sp.K.2.PAK.14 Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan

untuk menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat

dimengerti sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan

15 Wat.Sp.K.2.PAK.15

Merencanakan mekanisme untuk menjamin kehadiran seorang

penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta

dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam

membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami

hambatan bahasa

16 Wat.Sp.K.2.PAK.16 Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler,

apabila memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain,

klien dan/atau pemberi asuhan

17 Wat.Sp.K.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan

catatan terkait

18 Wat.Sp.K.2.PAK.18 Melaksanakan prosedur, treatment dan intervensi yang berada

dalam kewenangan legal, lingkup praktik yang diperluas dan

sesuai dengan standar praktik keperawatan

19 Wat.Sp.K.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat

dan tepat waktu

20 Wat.Sp.K.2.PAK.20 Menyesuaikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan klien

dan/atau lingkungan dalam situasi yang berubah secara cepat

atau tidak diharapkan

21 Wat.Sp.K.2.PAK.21 Memobilisasi dan mengkoordinasikan sumber daya dan

mengambil peran kepemimpinan dalam situasi gawat darurat

dan/atau bencana

22 Wat.Sp.K.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang

diharapkan secara akurat dan lengkap

23 Wat.Sp.K.2.PAK.23 Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang

ditargetkan melalui partisipasi dengan inter disiplin, dan

melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan 24 Wat.Sp.K.2.PAK.24 Menggunakan data evaluasi untuk mempengaruhi strategi asuhan

Page 53: Naskah Akademik Keperawatan 2012

51

dan menginformasikan kecenderungan / trend praktik di masa

depan

25 Wat.Sp.K.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi

baik verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab

profesionalnya

26 Wat.Sp.K.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya

klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar

belakang budaya

27 Wat.Sp.K.2.PAK.27 Menciptakan mekanisme yang efektif untuk mengkomunikasikan

dan berbagi informasi dengan anggota tim kesehatan lain yang

terlibat dalam pemberian pelayanan

28 Wat.Sp.K.2.KM.28

Memberikan advokasi dan mengimplementasikan kebijakan dan

strategi yang berkaitan dengan sistem kesehatan untuk membangun

lingkungan praktik yang positif, termasuk rekrutmen, retensi dan

pengembangan sumber daya manusia

29 Wat.Sp.K.2.KM.29 Melibatkan diri dalam kaderisasi pemimpin masa depan, melalui

pendidikan, coaching dan mentoring

30 Wat.Sp.K.2.KM.30 Menghadapi konflik dengan cepat dan kreatif, mengenali/

mengetahui potensi peluang untuk mendapat solusi baru

31 Wat.Sp.K.2.KM.31 Menciptakan rasa percaya untuk dirinya dan organisasi untuk

menginspirasi melalui sikap kepemimpinan guna

memaksimalkan Kontribusi orang lain

32 Wat.Sp.K.2.KM.32 Menciptakan visi dan bertindak untuk memberikan rasa memiliki

kepada seluruh anggota dan mengawasi seluruh kegiatan kerja

mereka

33 Wat.Sp.K.2.KM.33 Memperioritaskan beban masalah, mengelola waktu secara

efektif dan mengalokasi sumber2 untuk mencapai hasil yang

optimal

34 Wat.Sp.K.2.KM.34

Mengembangkan dan melaksanakan mekanisme monitoring dan

evaluasi kebijakan secara berkala yang berdampak pada

pelayanan keperawatan dan menterjemahkannya dalam rencana,

struktur dan program kesehatan.

35 Wat.Sp.K.2.KM.35 Mempromosikan kebijakan dan mengadvokasi sumber2 untuk

mendukung pendidikan dan pengembangan profesional di

lingkungan kerja

36 Wat.Sp.K.2.KM.36 Memperkenalkan, mengevaluasi dan mengelola inovasi dan

perubahan dalam sistem kesehatan dengan mendorong kreatifitas

37 Wat.Sp.K.2.KM.37 Menciptakan lingkungan yang membangun kepercayaan diantara

pemberi asuhan kesehatan, memahami pengetahuan dan

ketrampilan berbagai profesi dan disiplin ilmu dalam

Page 54: Naskah Akademik Keperawatan 2012

52

memberikan pelayanan kesehatan.

38 Wat.Sp.K.2.KM.38

Menggunakan kepemimpinan, pembangunan tim, negosiasi dan

ketrampilan menyelesaikan konflik untuk membangun hubungan

intra-/inter profesional, lembaga lain, dan masyarakat guna

meningkatkan kualitas asuhan dan meningkatkan kualitas asuhan

serta menagatasi hambatan untuk menjangkau pelayanan

39 Wat.Sp.K.2.KM.39 Melibatkan diri secara aktif dalam meningkatkan praktik kerja

kolaboratif inter dan antar profesional dalam lingkungan praktik

40 Wat.Sp.K.2.KM.40

Memaparkan pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi

pelayanan dalam pembuatan keputusan oleh tim inter profesional

dan membantu dan/atau mengarahkan dalam menegosiasikan

keputusan yang disepakati bersama

41 Wat.Sp.K.2.KM.41 Merujuk dan menerima rujukan dari pemberi pelayanan

kesehatan lain untuk meningkatkan keberlangsungan asuhan dan

menjamin klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia .

42 Wat.Sp.K.2.KM.42 Menerima akontabilitas dan tanggungjawab untuk pengelolaan

kasus yang kompleks.

43 Wat.Sp.K.2.KM.43 Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan

kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik

legal

44 Wat.Sp.K.2.KM.44 Menawarkan strategi pengawasan termasuk mentoring, coaching

dan precepting sebagai bagian dari tanggungjawab pengawasan.

45 Wat.Sp.K.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat

mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain

46 Wat.Sp.K.2.KM.46 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan

kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab

klinik dalam keperawatan dan lintas profesi kesehatan

47 Wat.Sp.K.2.KM.47

Menggunakan pengkajian yang umum untuk mengidentifikasi

masalah aktual dan potensial terhadap lingkungan , klien,

keselamatan perorangan dan risiko keamanan serta melaporkan

kepada pihak yang berwenang.

48 Wat.Sp.K.2.KM.48

Menggunakan berbagai intervensi dan strategi manajemen risiko

untuk memprakarsai perubahan dan menjaga lingkungan aman

yang ada dalam sistem dan yang memenuhi peraturan nasional ,

persyaratan keselamatan dan kesehatan tempat kerja

49 Wat.Sp.K.2.KM.49 Menjamin bahwa kebijakan dan prosedur sudah dijalankan untuk

keamanan dan ketepatan penyimpanan,pemberian dan pencatatan

bahan-bahan pengobatan.

50 Wat.Sp.K.2.KM.50 Memberikan obat termasuk dosis yang tepat, cara, frekuensi,

berdasarkan pengetahuan yang akurat tentang efek farmakologis,

Page 55: Naskah Akademik Keperawatan 2012

53

karakteristik klien dan terapi yang disetujui, sesuai dengan resep

yang ditetapkan.

51 Wat.Sp.K.2.KM.51 Bersikap proaktif dalam menyoroti dan mengajukan perbaikan

pada strategi pengawasan infeksi untuk semua tempat praktik.

52 Wat.Sp.K.2.KM.52 Memberikan kontribusi pada perumusan rencana pelayanan

bencana dan pemulihan

53 Wat.Sp.K.3.PP.53

Memberikan kepemimpinan dalam mengembangkan standar

profesi dan praktik terbaik berdasarkan bukti/fakta (evidence

base) dan membimbing dalam mengembangkan dan

menyesuaikan standar dalam konteks praktik

54 Wat.Sp.K.3.PP.54 Menyampaikan dan meningkatkan peran keperawaatan praktik

lanjutan dalam konteks klinis, politis dan profesional

55 Wat.Sp.K.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan

dalam tim pemberi asuhan

56 Wat.Sp.K.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber dalam praktik keperawatan lanjutan

bagi mahasiswa, tim kesehatan lain, perencana kesehatan dan

masyarakat

57 Wat.Sp.K.3.PP.57 Memberikan kontribusi pengetahuan baru untuk pengembangan

praktik dengan melakukan penelitian, deseminasi dan

menggabungkan hasil penelitian kedalam praktik

58 Wat.Sp.K.3.PP.58

Memberikan advokasi dan berpartisipasi untuk mendapatkan

pengakuan pimpinan, hukum dan masyarakat terhadap

kualifikasi spesialis, perlindungan hak sebagai perawat konsultan

dan lingkup praktiknya

59 Wat.Sp.K.3.PP.59 Mencermati lingkungan global terhadap kecenderungan yang

muncul dalam praktik lanjutan dan asuhan kesehatan

60 Wat.Sp.K.3.PP.60

Memimpin kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk

mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial yang

berdampak pada ketersediaan dan keterjangkauan terhadap

pelayanan praktik keperawatan lanjut

61 Wat.Sp.K.3.PK.61

Menggali dan mengintegrasikan penelitian untuk menghasilkan

praktik berbasis pembuktian (evidence-based practice) untuk

memperbaiki keamanan, efesiensi dan efektifitas asuhan

keperawatan.

62 Wat.Sp.K.3.PK.62 Berpartisipasi dalam pengawasan dan telaah intra- dan inter

dispilin untuk meningkatkan atau memperbaiki kepuasan dan

hasil asuhan yang diharapkan klien.

63 Wat.Sp.K.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang

dilaksanakannya dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi

serta peer review

Page 56: Naskah Akademik Keperawatan 2012

54

64 Wat.Sp.K.3.PB.64 Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan

profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya

65 Wat.Sp.K.3.PB.65 Meningkatkan dan mendorong berbagai program yang

mendukung pendidikan asuhan kesehatan yang bersifat

interdisiplin