narasi pdrb 2009-2011(6)
TRANSCRIPT
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk memenuhi hak
warga negara dengan ikut menandatangani Millenium Development Goals (MDG)
yang merupakan komitmen 189 negara anggota PBB. Pada tahun 2015 anggota PBB
tersebut menetapkan beberapa tujuan, yaitu: akan mengurangi hingga separuh orang
miskin, semua anak laki-laki dan perempuan menamatkan sekolah dasar,
menghilangkan perbedaan antar gender di SD dan SLTP/SLTA, mengurangi sampai
dua pertiga tingkat kematian anak balita, mengurangi sampai tiga perempat rasio
kematian ibu melahirkan, menghentikan penyebaran HIV/AIDS, membalikkan proses
penghilangan sumber-sumber lingkungan hidup dan membangun kemitraan global
untuk pembangunan.
BPS sebagai Badan yang bertanggungjawab akan tersedianya data,
diharapkan menjadi bagian dari solusi bangsa ini dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Dalam menyediakan data indikator-indikator untuk melihat pencapaian MDG di
Indonesia, BPS telah melaksanakan berbagai pengukuran baik di bidang sosial
maupun ekonomi. Indonesia sangat luas dan beragam sehingga untuk bangsa seluas
ini data rata-rata nasional sulit memberikan gambaran yang sesungguhnya terhadap
pencapaian MDG. Untuk itu diperlukan data dengan cakupan lebih kecil seperti
provinsi dan kabupaten. Apalagi dalam konteks desentralisasi dimana kabupaten
merupakan pusat pemerintahan maka akan lebih baik apabila pemilahan dan analisis
data bisa dilakukan di tingkat Kabupaten sehingga angka rata-ratanya lebih
mendekati kondisi yang sesungguhnya.
Undang-undang no 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang
menegaskan bahwa otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya
undang-undang ini kemampuan daerah dalam mengelola dirinya bisa lebih
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 1
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
diekspresikan melalui perda-perda yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-
masing. Undang-undang ini merupakan landasan hukum dari berbagai pembangunan
sosial ekonomi di Kabupaten Tasikmalaya sebagai manifestasi dari jiwa undang-
undang tersebut, Kabupaten Tasikmalaya menyusun suatu visi & misi yang sinergis
dengan tujuan nasional.
Untuk mengukur sejauh mana capaian visi & misi tersebut diperlukan
indikator makro yang bisa digunakan sebagai penilaian kinerja perekonomian.
Indikator makro tersebut diantaranya adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB ini dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu
tertentu dan juga dapat menggambarkan struktur ekonomi serta dapat pula
menggambarkan analisis terhadap kinerja sektor perekonomian.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto
(gross value added) yang timbuldari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah.
Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya
antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor
(upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak
langsung neto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor
dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk
Domestik Regional Bruto.
Peningkatan nilai tambah dari suatu bahan baku menjadi produk atau dari
input menjadi output menunjukkan adanya perkembangan ekonomi di suatu daerah.
Dalam statistik neraca regional, perkembangan nilai tambah yang diciptakan oleh
berbagai sektor ekonomi tersebut, seperti sektor pertanian, sektor industri
manufaktur, sektor jasa-jasa, dan sebagainya adalah sebagai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini ada 3 cara pendekatan
yaitu:
1. PDRB dihitung dengan pendekatan produksi atau berdasarkan produksi
setiap lapangan usaha.
- Supply dari sisi sektoral.
PDRB = NTB Sektor 1 + NTB Sektor 2 + … + NTB Sektor 9.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 2
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
2. PDRB dihitung dengan pendekatan pengeluaran atau menurut institusi
penggunaan.
- Penggunaan hasil supply of goods.
PDRB = C (Private + Government) + Investment (PC) + ▲Inventory +
Export-Import
3. PDRB dihitung dengan pendekatan pendapatan.
- Balas jasa faktor produksi ;land, capital, employee, entrepreneurship.
PDRB = Sewa tanah + Bunga/Deviden + Upah/Gaji + Keuntungan
Dalam buku publikasi ini PDRB dihitung dengan 2 (dua) yaitu pendekatan
produksi atau lebih dikenal dengan PDRB Menurut Lapangan Usaha dan pendekatan
pengeluaran atau lebih dikenal dengan PDRB Menurut Penggunaan.Dengan
pendekatan produksi nilai seluruh produksi diperoleh dengan menjumlahkan nilai-
nilai produksi yang diciptakan oleh berbagai sektor (kegiatan ekonomi) yang ada.
Karena produksi yang tercipta itu berupa barang dan jasa, maka diperlukan
satuan yang harus sama dalam pembentukkan PDRB ini, maka digunakan satuan
uang (nilai harga dari barang dan jasa). Sebagai akibat adanya perubahan-perubahan
harga terhadap barang dan jasa, maka PDRB dihitung berdasarkan harga-harga yang
berlaku pada tahun dimana barang-barang dan jasa-jasa tercipta pada tahun yang
bersangkutan. Dikenal dengan nama PDRB atas dasar harga berlaku (at current
market price). Dari PDRB atas dasar harga berlaku ini, nantinya kita akan
mendapatkan struktur ekonomi yang tercipta di suatu daerah.
Untuk mendapatkan pertumbuhan produksi yang riil tanpa pengaruh harga
(inflasi), maka PDRB harus dihitung dengan tahun dasar tertentu (dalam publikasi ini
tahun dasar adalah tahun 2000).Atau dikenal dengan PDRB atas dasar harga konstan.
Dari PDRB atas dasar harga konstan ini akan didapatkan tabel turunan yang
menunjukkan pertumbuhan ekonomi dari setiap sektor yang ada atau dalam tingkat
daerah (region) dinamakan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
Besaran Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang terus meningkat di suatu
daerah dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja perekonomian yang sangat baik di
daerah tersebut.Untuk itu perlu strategi pembangunan daerah yang tepat untuk
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 3
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
meningkatkan kinerja ekonomi di daerah.Secara teoritis, ada empat jenis strategi yang
digunakan dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan.Strategi Klasik dan Strategi
Sistemik digunakan dalam keadaan normal dan Strategi Evolusi dan Strategi Proses
digunakan untuk mengatasi keadaan krisis.Strategi Klasik dan Strategi Evolusi untuk
mencapai keuntungan maksimum, sebaliknya Strategi Sistemik dan Strategi Proses
untuk mewujudkan keuntungan optimum.Dalam pelaksanaannya, strategi tersebut
terbagi kepada empat kategori yaitu strategi kepemimipinan (leadership strategy) dan
strategi pilihan (strategic choices) serta strategi pertumbuhan (growth strategy) dan
strategi pengelolaan (managing strategy). Pilihan strategitersebutharus digunakan
dengan tepat agar sumberdaya yang digunakan dalam strategi dapat mencapai tujuan
dan sasarannya karena ada strategi yang disusun untuk jangka pendek dan menengah
serta panjang.
Strategi Klasik digunakan dalam keadaan normal bertujuan untuk mencapai
keuntungan maksimum berlandaskan kepada konsep dan teori dengan beberapa
asumsi dasar yang sesuai untuk jangka menengah dan panjang.Strategi Evolusi
digunakan dalam keadaan krisis danbertujuan mencapai keuntungan maksimum
berdasarkan analisa situasi dan kondisi yang sesuai untuk jangka pendek.Strategi
Proses juga digunakan dalam keadaan krisis namun bertujuan untuk mewujudkan
kepuasan atau keuntungan optimum dengan menggerakkan beberapa satuan kerja
tertentu yang dianggap mampu mengatasi masalah dalam jangka pendek.Strategi
Sistemik digunakan dalam keadaan normal yang bertujuan untuk mengendalikan
seluruh satuan kerja untuk beroperasi berdasarkan sistem kerja tertentu untuk
mencapai keuntungan optimum.Keempat strategi tersebut berbeda menurut keadaan,
waktu dan satuan kerja pelaksanaannya sehingga keberhasilannya bergantung kepada
analisa situasi.
Strategi pembangunan harus berlandaskan kepada empat kategori
tersebut.Strategi kepemimpinan berdasarkan pembentukan visi dan misi dengan
melibatkan sekelompok pemangku kepentingan strategi (elites).Strategi pilihan
berdasarkan keputusan investasi oleh pemangku kepentingan dalam perencanaan
sektoral dan regional.Strategi pertumbuhan berdasarkan inovasi termasuk kebijakan
bersifat insentif dan disinsentif.Strategi pengelolaan berdasarkan karakteristik
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 4
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
struktur dan budaya organisasi serta perubahan lingkungan luar.Konsekuensi dari
pemilihan strategi adalah keselarasan strategi dengan kebutuhan dan kemampuan
dikaitkan dengan upaya penguatan kemampuan kepemimpinan (leadership),
kewirausahaan (entrepreneurship) dan pengelolaan (managerialship).
Sedangkan penyajian dalam sisi pengeluaran menggambarkan bagaimana
penggunaan dari pada barang dan jasa akhir oleh berbagai kegiatan ekonomi.
Penggunaan di sini terdiri dari penggunaan untuk keperluan konsumsi baik konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, penggunaan sebagai barang modal tetap
serta ekspor neto, sedangkan yang belum digunakan pada tahun laporan akan
diperhitungkan sebagai perubahan stok.
Secara terinci PDRB Menurut Penggunaan akan berbentuk sebagai berikut:
1) Pengeluaran akhir konsumsi rumah tangga
2) Pengeluaran akhir konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
3) Pengeluaran akhir konsumsi pemerintah
4) Pembentukan modal tetap bruto
5) Perubahan stok
6) Ekspor neto (Ekspor-Impor)
1.2. Kegunaan Data PDRB
PDRB adalah penjumlahan nilai tambah yang diciptakan oleh faktor
produksi, dengan demikian PDRB merupakan gambaran nyata hasil aktifitas pelaku
ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Indikator ini dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi perkembangan ekonomi dan sebagai landasan penyusunan
perencanaan pembangunan ekonomi.
Secara garis besar, angka PDRB mempunyai kegunaan sebagai indikator :
a. Pertumbuhan ekonomi daerah
b. Peranan sektor lapangan usaha terhadap perekonomian suatu daerah
c. Tingkat kemakmuran masyarakat
d. Tingkat inflasi (kenaikan harga secara umum) dari sisi produsen
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 5
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
1.2.1. Pertumbuhan ekonomi
Angka PDRB biasa disajikan dalam bentuk data series (deret waktu).
Dengan mengikuti perkembangan data PDRB dari tahun ke tahun dapat
diperoleh gambaran apakah perekonomian tumbuh secara positif atau negatif.
Pertumbuhan ini tidak hanya dilihat dari total PDRB-nya saja, tetapi dilihat pula
untuk masing-masing lapangan usaha atau sektoral sehingga akan terlihat, sektor
mana yang tumbuh dengan cepat, lambat atau bahkan turun.
1.2.2. Peranan Sektor
Struktur ekonomi tidak terlepas dari besarnya nilai tambah yang
dihasilkan oleh unit-unit ekonomi yang dikelompokkan menurut sektor lapangan
usaha. Dengan demikian besarnya peranan masing-masing sektor, tergambarkan
oleh besarnya kontribusi PDRB sektor tersebut terhadap total PDRB (tabel
distribusi persentase PDRB).
Persentase ini biasanya dari tahun ke tahun akan bergeser, salah satu
sektor mengalami kenaikan, sedangkan sektor lainnya ada yang turun. Komposisi
persentase sektoral ini memberikan gambaran tentang struktur ekonomi suatu
daerah, apakah termasuk daerah agraris, industrialis atau lainnya.
1.2.3. Tingkat Kemakmuran Masyarakat
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan tidak banyak berarti jika tidak
dapat mengimbangi pertumbuhan penduduknya. Dengan demikian persentase
pertumbuhan ekonomi harus di atas pertumbuhan jumlah penduduk. Karena
indikator tingkat kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari PDRB per kapita.
Jika PDRB per kapita naik, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pertumbuhan ekonomi masyarakat meningkat juga, demikian pula sebaliknya.
1.2.4. Tingkat Inflasi
Angka PDRB, biasa ditampilkan dalam dua versi yaitu atas dasar harga
konstan dan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga konstan, dinilai
dengan harga tahun dasar, maka pertumbuhan yang digambarkan adalah
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 6
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
pertumbuhan riil, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku dinilai dengan harga
yang berlaku pada tahun tersebut, akibatnya pertumbuhan yang terjadi bukan lagi
merupakan pertumbuhan riil, tetapi sudah dipengaruhi oleh kenaikan harga dan
sebagainya.
Indeks harga implisit merupakan indeks yang disusun dari PDRB atas
dasar harga berlaku dibagi PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan dari
angka indeks ini (indeks berantainya) dapat memberikan indikator tentang
kenaikan harga secara umum (tingkat inflasi) dari sisi produsen. Bila dilihat
persektor, maka dapat diketahui sektor atau lapangan usaha mana yang
mengalami kenaikan harga sangat tinggi.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 7
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
BAB IIKONSEP DAN DEFINISI
2.1. UMUM
Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan-kegiatan
ekonomi dalam suatu negara atau region dapat dilihat melalui neraca ekonominya.
Sedangkan penyajiannya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Dalam bab ini akan diuraikan konsep dan definisi yang digunakan
untuk menghitung pendapatan regional.
Perhitungan pendapatan regional adalah bentuk perhitungan yang
memberikan gambaran menyeluruh mengenai produk barang dan jasa yang
ditimbulkan dan digunakan dalam kegiatan ekonomi selama satu periode tertentu,
biasanya satu tahun.
2.2. KONSEP DOMESTIK DAN REGIONAL
Dalam konsep pendapatan hanya digunakan konsep "domestik" yang berarti
seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu
wilayah atau region Kabupaten/Kotamadya tanpa memperhatikan siapa pemilik
faktor produksinya.
Pengertian "region" di sini dapat merupakan Daerah Provinsi, Daerah
Kabupaten/Kotamadya dan daerah administrasi yang lebih rendah. Dengan kata lain
PDRB menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghimpun pendapatan/balas
jasa kepada faktor produksi yang ikut dalam proses di daerah tersebut.
2.3. PRODUK DOMESTIK DAN PRODUK REGIONAL
Jika seluruh produk barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik
tanpa memperhatikan faktor produksinya berasal dari luar region atau dimiliki oleh
penduduk region tersebut, maka merupakan produk domestik region yang
bersangkutan. Pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan produksi tersebut
merupakan pendapatan domestik. Wilayah domestik suatu region meliputi wilayah
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 8
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
yang berada di dalam batas geografis region tersebut. Kenyataan menunjukkan ada
sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu
region berasal dari region lain dan sebaliknya ada faktor produksi yang dimiliki
region tersebut turut dalam proses produksi di region lain. Hal ini menyebabkan nilai
produk domestik di suatu region tidak sama dengan pendapatan yang diterima
penduduk region tersebut.
Adanya arus pendapatan yang mengalir antar region ini (termasuk dari/ke
luar negeri) yang umumnya berupa upah gaji, bunga, deviden dan keuntungan,
menimbulkan perbedaan antara produk domestik dan produk regional. Produk
regional adalah produk domestik ditambah pendapatan dari luar region dikurangi
pendapatan yang dibayarkan ke luar region tersebut. Jadi produk regional merupakan
produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu
region tanpa memperhatikan di mana terjadinya proses produksi.
2.4. PENDUDUK
Penduduk suatu region adalah individu atau rumah tangga yang bertempat
tinggal tetap di wilayah domestik region tersebut, kecuali :
1) Wisatawan asing dan wisatawan domestik region lain yang tinggal di
domestik region tersebut kurang dari enam bulan dan bertujuan
untuk bertamasya atau berlibur, berobat, beribadah, kunjungan keluarga,
pertandingan olah raga nasional atau internasional, konferensi atau
pertemuan rapat lainnya dan kunjungan, dalam rangka belajar atau
melakukan penelitian.
2) Awak kapal laut dan pesawat udara luar negeri dan luar region yang
kapalnya masuk dok atau singgah di region tersebut.
3) Pengusaha asing dan pengusaha region lainnya yang berada di daerah
tersebut kurang dari enam bulan, pegawai perusahaan asing dan
pegawai perusahaan region lainnya yang berada di domestik region
tersebut kurang dari enam bulan. Misalnya untuk membangun jembatan
dengan membeli peralatan dari mereka.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 9
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
4) Pekerja musiman yang bekerja dan bertempat tinggal di domestik region
tersebut. Tujuannya hanya sebagai pekerja musiman. Anggota
diplomatik dan konsulat yang ditempatkan di domestik region tersebut.
5) Pegawai badan internasional / nasional yang bukan penduduk daerah
tersebut untuk melakukan misi selama kurang dari enam bulan.
Orang-orang yang tersebut di atas dianggap sebagai penduduk dari negara
atau region dimana dia tinggal. Data penduduk yang digunakan dalam penghitungan
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009-2011 adalah data penduduk terbaru
berdasarkan hasil Registrasi Penduduk dan Angka Proyeksi Penduduk Kabupaten
Tasikmalaya.
2.5. BARANG DAN JASA
Barang dan jasa diproduksi untuk dikonsumsi, barang adalah produksi yang
berbentuk fisik sedangkan jasa adalah produksi yang tidak berbentuk fisik. Barang
dan jasa diproduksi melalui suatu proses produksi atas peran serta faktor produksi
yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan wiraswasta. Proses produksi
didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai
kegunaan atau manfaat baru (secara umum disebut nilai tambah).
Pada dasarnya barang dan jasa digunakan sebagai bahan dan alat,
baik oleh rumahtangga maupun produsen. Disebut sebagai bahan, apabila habis
sekali pakai dalam proses produksi dan disebut sebagai alat, apabila dapat dipakai
berkali-kali dalam proses produksi. Seluruh jasa pada umumnya habis sekali pakai
dalam proses produksi maupun konsumsi. Barang yang diproduksi/digunakan dapat
dibedakan antara barang tahan lama dan barang tidak tahan lama.
Barang dan jasa menurut penggunaannya dibedakan sebagai berikut :
1) Barang dan jasa untuk permintaan antara yaitu barang dan jasa yang
digunakan sebagai biaya antara di dalam proses produksi.
2) Barang dan jasa untuk permintaan akhir yaitu barang dan jasa yang
digunakan untuk permintaan akhir, antara lain digunakan sebagai
barang konsumsi, barang modal dan ekspor.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 10
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
2.6. PENILAIAN
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen dinilai atas dasar harga
produsen. Harga produsen adalah suatu tingkat harga yang diterima oleh produsen
yang terjadi pada transaksi pertama.
Harga produsen meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh produsen
untuk memproduksi barang dan jasa termasuk keuntungan normal dan pajak tidak
langsung neto.
Harga produsen tidak termasuk margin perdagangan dan biaya
pengangkutan, karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan merupakan
output dari kegiatan perdagangan, penyaluran dan pengangkutan yang
menghubungkan produsen dengan konsumen.
Untuk pemakai/konsumen, barang dan jasa yang digunakan dinilai atas dasar
harga pembeli yakni harga barang dan jasa sampai di tempat pembeli. Harga pembeli
ini termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang dilakukan oleh pihak
lain dan tidak termasuk biaya pengangkutan yang dilakukan oleh pembeli. Produksi
yang berbentuk jasa, harga produsen sama dengan harga pembeli karena jasa
diproduksi dan langsung dikonsumsi pada saat yang sama.
2.7. OUTPUT
Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit dalam
satu periode waktu tertentu. Output meliputi:
1) Barang dan jasa yang diproduksi untuk tujuan dijual. Barang dan jasa
yang diproduksi selama satu periode yang sama dan sebagian
dikomsumsi sendiri atau diberikan kepada pegawainya. Sisanya
merupakan stok produsen dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi.
Barang setengah jadi meliputi barang yang ada dalam proses pembuatan
atau perakitan. Barang setengah jadi sektor konstruksi termasuk
dalam output barang jadi sektor tersebut dan langsung dimasukkan
sebagai pembentukan modal tetap bruto. Pertambahan nilai dari kayu
dan tanaman yang ditumbuh, tidak termasuk dalam perhitungan output
karena belum dianggap sebagai komoditi. Output dari sektor yang
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 11
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
memproduksi barang untuk dipasarkan selama satu periode tertentu,
tidak sama dengan penerimaan penjualan pada periode tersebut.
Barang yang siap dijual pada satu periode sebagian diperoleh dari stok
periode sebelumnya. Sebaliknya, jika barang yang diproduksi pada
yang sama maka sebagian merupakan stok untuk dijual pada periode
selanjutnya.
2) Barang sisa dan produksi ikutan. Barang sisa dan produksi ikutan adalah
barang yang dihasilkan bersama-sama dengan produksi utama misalnya
jerami padi, klobot jagung, sisa guntingan kaleng, plastik dan
sebagainya.
3) Margin penjualan barang bekas. Barang bekas adalah barang yang telah
digunakan sebagai konsumsi. Untuk penjualan barang modal bekas,
nilai yang dimasukkan ke dalam penghitungan output adalah selisih
nilai penjualan dengan nilai buku barang tersebut. Yang dimaksud
dengan nilai buku adalah nilai barang tersebut setelah disusutkan.
4) Margin perdagangan dan biaya lainnya dalam pemindahan hak atas
tanah, hak usaha, hak sewa, hak paten dan sebagainya.
5) Bunga yang termasuk dalam nilai pemjualan secara kredit.
6) Imputasi biaya atas pelayanan (imputed service charges) bank dan
lembaga keuangan lainnya adalah merupakan selisih bunga yang
diterima dikurangi bunga yang dibayar.
7) Sewa untuk gedung, peralatan dan barang-barang lainnya. Imputasi
sewa untuk bangunan tempat tinggal milik sendiri termasuk di dalam
perincian ini. Sewa tanah pertanian dan tanah untuk penggunaan lainnya
tidak termasuk dalam perincian ini tetapi dipisah sebagai pendapatan
atas kepemilikan (property income). Untuk memisahkan sewa tanah
dengan sewa bangunan yang pembayarannya tergabung, ditentukan
sewa yang mempunyai proporsi paling besar.
8) Barang dan jasa yang diproduksi untuk digunakan sendiri. Barang dan
jasa yang diproduksi untuk digunakan sendiri meliputi barang dan jasa
untuk konsumsi dan pembentukan modal.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 12
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
2.8. BIAYA ANTARA
Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di
dalam proses produksi. Barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai
perkiraan umur penggunaan kurang dari satu tahun. Kenyataannya muncul masalah-
masalah didalam membedakan biaya antara dengan balas jasa pegawai, pengeluaran
komsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto.
Contohnya, suatu perusahaan mencatat barang dan jasa yang diberikan
kepada pegawai sebagai biaya antara. Seharusnya pengeluaran ini dimasukkan ke
dalam balas jasa pegawai. Pengeluaran pegawai untuk barang dan jasa sebagai suatu
kewajiban berdasarkan perjanjian kerja, diperlakukan sebagai biaya primer.
2.9. NILAI TAMBAH
Nilai tambah bruto adalah merupakan produk dari proses yang terdiri dari
komponen:
a) Upah dan gaji
b) Penyusutan barang modal tetap
c) Pajak tidak langsung neto
d) Surplus usaha
Jika penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto maka diperoleh nilai
tambah neto. Nilai tambah bruto merupakan output dikurangi dengan biaya antara.
2.10. KONSEP PENDAPATAN REGIONAL
2.10.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar harga Pasar
Angka Produk Domestik Regional Bruto Atas dasar Harga Pasar
diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) yang
ada dari seluruh sektor perekonomian diwilayah itu. Jadi dengan menghitung
nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya,
diperoleh produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 13
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
2.10.2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar
Perbedaan antara konsep neto disini dengan konsep bruto diatas ialah
pada konsep bruto komponen penyusutan termasuk di dalamnya dan pada
konsep neto komponen penyusutan dikeluarkan. Jadi PDRB Atas Dasar harga
Pasar dikurangi penyusutan, diperoleh PDRN Atas Dasar Harga Pasar. Yang
dimaksud penyusutan disini ialah nilai susutnya turut dalam proses produksi.
Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan,
maka hasilnya merupakan “penyusutan”yang dimaksud di atas.
2.10.3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor
Perbedaan antara konsep biaya faktor di sini dengan konsep harga
pasar diatas ialah adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan
subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi.
Pajak tidak langsung ini meliputi pajak pertambahan nilai, bea ekspor
dan impor, cukai dan lain-lain pajak kecuali pajak penghasilan dan pajak
perseroan. Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan pada biaya
produksi atau pada pembeli sehingga berakibat menaikkan harga barang.
Subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi dapat
mengakibatkan penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi
mempunyai pengaruh terhadap harga barang-barang yaitu pajak tidak langsung
berpengaruh menaikan harga dan subsidi berpengaruh menurunkan harga.
Karenanya jika pajak tidak langsung dikurangi subsidi maka diperoleh pajak
tidak langsung neto dan jika PDRN Atas Dasar Harga Pasar dikurangi pajak
tidak langsung neto maka diperoleh PDRN Atas Dasar Biaya Faktor.
2.10.4. Pendapatan Regional
Dari beberapa konsep yang diterangkan diatas, ternyata PDRN Atas
Dasar Biaya Faktor Merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor Produksi yang
turut dalam proses produksi di region tersebut. PDRN Atas Dasar Biaya
Faktor merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga,
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 14
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
sewa, tanah dan keuntungan yang ada atau merupakan pendataan yang berasal
dari region tersebut.
Pendapatan yang dihasilkan itu tidak seluruhnya menjadi pendapatan
penduduk region tersebut, karena ada sebagian pendapatan yang diterima oleh
penduduk region lain. Misalnya jika suatu perusahaan yang modalnya dimiliki
orang luar dan perusahaan itu beroperasi di region tersebut maka keuntungan
perusahaan itu sebagian menjadi milik orang luar yakni orang luar yang
mempunyai modal itu. Sebaliknya jika ada penduduk region ini yang
menanamkan di luar region maka sebagian keuntungan perusahaan itu
mengalir kedalam region tersebut dan menjadi pendapatan pemilik modal itu.
Jika PDRN Atas Dasar Biaya Faktor dikurangi pendapatan yang
mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang mengalir ke dalam maka
hasilnya merupakan PDRN yang merupakan jumlah pendapatan yang diterima
(income receipt) oleh seluruh penduduk yang tinggal di region dimaksud dan
produk region neto itu merupakan pendapatan regional.
Jika pendapatan regional dibagi jumlah penduduk yang tinggal di
region dimaksud maka menghasilkan suatu pendapatan per kapita.
2.10.5. Pendapatan Perorang (Personal Income) dan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (Disposable Income)
Berdasarkan uraian diatas, konsep-konsep yang dipakai dalam
pendapatan Regional dapat diurutkan sebagai berikut :
1) PDRB Atas Dasar Harga Pasar (GRDP At Market Prices) minus
Penyusutan, akan sama dengan
2) PDRN Atas Dasar Harga Pasar (NRDP At Market Prices) minusPajak
tidak langsung neto, akan sama dengan
3) PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (NRDP at factor cost) Plus
Pendapatan neto yang mengalir dari luar daerah/luar negeri, akan
sama dengan
4) Pendapatan Regional (Regional Income)minus Pajak pendapatan
perusahaan (Corporate Income Taxes), keuntungan yang tidak
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 15
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
dibagikan (Distributed Profit), iuran kesejahteraan sosial (Social
Security Contribution), plus Transfer yang diterima oleh rumah
tangga, bunga neto atas hutang pemerintah, akan sama dengan
5) Pendapatan Perorang (Personal Income), minus : Pajak rumahtangga,
transfer yang dibayarkan oleh rumahtangga, akan sama dengan
6) Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income).
Susunan itu memperlihatkan pendapatan perorangan merupakan pendapatan
yang diterima oleh rumahtangga dan tidak seluruh Pendapatan Regional diterima oleh
rumahtangga.
Hal itu disebabkan sebagian tidak dibayarkan kepada rumahtangga melainkan
pajak pendapatan perusahaan diterima oleh pemerintah, keuntungan yang tidak
dibagikan disimpan di perusahaan-perusahaan guna menambah modal dan dana
jaminan sosial dibayarkan kepada intansi-intansi yang berwenang.
Sebaliknya, rumahtangga menerima tambahan yang merupakan “transfer
payments”, baik dari pemerintah maupun perusahaan dan bunga neto atas hutang
pemerintah. Jika pendapatan perorang itu dikurangi pajak yang langsung dibebankan
kepada rumahtangga dan hibah yang diberikan oleh rumahtangga maka hasilnya
merupakan pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income).
2.11. KONSEP DAN DEFINISI PDRB MENURUT PENGGUNAAN
PDRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa
yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut
secara garis besar ada dua macam yaitu : Konsumsi Antara yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dalam proses produksi dan Konsumsi Akhir untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakat.
Untuk melihat hubungan antara pendapatan dan permintaan terhadap barang
dan jasa dapat ditulis sebagai berikut:
PDRB SAMA DENGAN NILAI SELURUH PENGELUARAN AKHIR
DIKURANGI DENGAN NILAI TOTAL IMPOR
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 16
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Pengeluaran akhir merupakan pembelian dari semua barang dan jasa (barang
konsumsi, output pemerintah dan lembaga swasta non profit, barang modal,
perubahan persediaan, semua barang yang diekspor) yang disuplai dalam suatu
perekonomian. Nilainya akan melebihi dari output yang diproduksi oleh sektor-sektor
produksi domestik sebesar nilai impor barang dan jasa. Nilai produksi domestik akan
diperoleh dari selisih pengeluaran akhir dengan total impor, yang persamaannya dapat
ditulis :
dimana :
Ch : Konsumsi Rumah Tangga
Cn : Konsumsi Lembaga Swasta Non Profit
Cg : Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan
Ii : Pembentukan Modal Tetap Bruto
Is : Perubahan Stok
X : Ekspor
M : Impor
Y : PDRB
Dari persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi :
di mana :
C : Konsumsi Rumah Tangga, Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT),
Pemerintah dan Pertahanan
I : Investasi
X : Ekspor
M : Impor
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
Y = Ch + Cn+ Cg+ Ii+ Is+ X - M ………….. (1)
Y = C + I + X – M ……..….…… (2)
17
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
BAB IIIPEMBAGIAN SEKTOR LAPANGAN USAHA DAN
KOMPONEN PENGGUNAAN
Publikasi penghitungan PDRB Kabupaten Tasikmalaya yang disajikan
menurut sektor lapangan usaha, dapat menggambarkan keadaan perekonomian
regional secara sektoral.
Pembagian sektor lapangan usaha itu didasarkan kepada System of National
Account (SNA) tahun 2000. Pembagian sektor lapangan usaha itu menurut SNA
tahun 2000 adalah sebagai berikut:
3.1. SEKTOR PERTANIAN
Terdiri dari empat sub sektor, yakni :
a) Sub sektor pertanian
b) Sub sektor perkebunan
c) Sub sektor peternakan
d) Sub sektor kehutanan
e) Sub sektor perikanan
3.2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Terdiri dari tiga sub sektor, yakni :
a) Sub sektor minyak dan gas bumi
b) Sub sektor pertambangan tanpa migas
c) Sub sektor penggalian
3.3. SEKTOR INDUSTRI
Terdiri dari dua sub sektor, yakni:
a) Sub sektor industri migas
b) Sub sektor industri tanpa migas
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 18
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
3.4. SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM.
Terdiri dari tiga sub sektor, yakni:
a) Sub sektor listrik
b) Sub sektor gas
c) Sub sektor air minum
3.5. SEKTOR BANGUNAN
3.6. SEKTOR PERDAGANGAN
Terdiri dari sub sektor, yakni :
a) Sub sektor Perdagangan Besar & Eceran
b) Sub sektor Hotel
c) Sub sektor Restoran
3.7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Terdiri dari dua sub sektor, yakni :
a) Sub sektor pengangkutan
b) Sub sektor komunikasi
3.8. SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Terdiri dari empat sub sektor, yakni :
a) Sub sektor bank
b) Sub sektor lembaga keuangan lainnya
c) Sub sektor sewa bangunan
d) Sub sektor jasa perusahaan
3.9. SEKTOR JASA-JASA
Terdiri dari dua sub sektor, yakni :
a) Sub sektor pemerintahan umum
b) Sub sektor jasa swasta
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 19
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Penyajian PDRB Menurut Penggunaan menggambarkan bagaimana
penggunaan dari pada barang dan jasa akhir oleh berbagai kegiatan ekonomi.
Penggunaan di sini terdiri penggunaan untuk keperluan konsumsi baik konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, penggunaan sebagai barang modal tetap
serta ekspor neto, sedangkan yang belum digunakan pada tahun laporan akan
diperhitungkan sebagai perubahan stok. Secara terinci komponen PDRB Menurut
Penggunaan akan berbentuk sebagai berikut:
1) Konsumsi Rumah Tangga
2) Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga
3) Konsumsi Pemerintah
4) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
5) Perubahan Stok
6) Ekspor neto (Ekspor-Impor)
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 20
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
BAB IVMETODOLOGI
4.1 Metode Penghitungan PDRB
PDRB dihitung berdasarkan harga pada tahun berjalan yang disebut PDRB
atas dasar harga berlaku dan harga pada tahun dasar 2000 yang disebut PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2000.
4.1.1 Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku ini dapat dilakukan dengan
dua metode yaitu :
a. Metode Langsung.
Pada penghitungan metode langsung ini dilakukan pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dari ketiga pendekatan
tersebut akan memberikan hasil yang sama.
b. Metode tidak langsung / Alokasi
Dalam metode ini, nilai tambah di suatu region diperoleh dengan
mengalokasikan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-
masing kegiatan ekonomi pada tingkat regional dengan menggunakan indikator
yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi, misalnya nilai
produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, alokator
tidak langsung.
4.1.2 Metode penghitungan Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000
Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah
bruto (NTB) atas harga konstan 2000, yaitu :
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 21
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
a). Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara melalui produksi dan biaya
antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000.
hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan
tahun 2000. Selanjutnya NTB atas dasar harga konstan, diperoleh dari
selisih antara output dan biaya antara. Dalam praktek, sangat sulit
melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena
mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping data harga
yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh
karena itu biaya antara atas dasar harga konstan, biasanya diperoleh dari
perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun
dengan ratio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
Rumus Penghitungan NTB dengan revaluasi :
Keterangan :
NTB = nilai tambah bruto
BA = biaya antara
n = tahun berjalan
k = atas dasar harga konstan 2000
i = sektor/komoditi
b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun dasar harga konstan 2000
diperoleh dengan cara mengalikan ini tambah pada tahun dasar 2000
dengan indeks produksi.
Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari
masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai
indikator produksi misalnya tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya,
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
NTB (n, k, i) = Output (n, k, i) – BA
22
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi
dapat juga dilakukan terhadap penghitungan output dasar atas dasar harga
konstan. Kemudian dengan menggunakan ratio tetap tambah terhadap
output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
Rumus penghitungan NTB dengan Ekstrapolasi :
Keterangan :
NTB = nilai tambah bruto
IP = indeks produksi
N = tahun berjalan
n-1 = tahun sebelumnya
k = atas dasar harga konstan 2000
i = sektor/komoditi
c. Deflasi.
Nilai tambah atas harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara
membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun
dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya
merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan
Besar (IHPB) dan sebagainya. Indeks harga diatas dapat pula dipakai
sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga konstan
dengan indeks harga tersebut.
Rumus Penghitungan NTB dengan Deflasi :
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
NTB (n-1, k, i) . IP (n)
NTB (n, k, i) =100
NTB (n, b, I)NTB (n, k, i) = X 100 IH
23
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Keterangan :
NTB = nilai tambah bruto
IH = indeks harga
n = tahun berjalan
k = atas dasar harga konstan 2000
b = atas dasar harga berlaku
i = sektor/komoditi
d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini, yang deflasi adalah output dan biaya
antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan
biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai
deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya
merupakan indeks harga produsen atau IHPB sesuai dengan cakupan
komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks
harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan
deflasi terhadap biaya antara, di samping karena komponennya terlalu
banyak, juga indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu
dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak
dipakai. Perhitungan komponen penggunaan PDRB atas dasar harga konstan
juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara diatas, tetapi mengingat data
yang tersedia maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 24
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
BAB VURAIAN SEKTORAL DAN KOMPONEN PENGGUNAAN
Uraian Sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang lingkup dari
masing-masing sektor kegiatan ekonomi dan cara-cara penghitungan nilai tambah
bruto (NTB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun
2000 serta sumber data yang digunakannya.
5.1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
5.1.1.Tanaman Bahan Makanan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan misalnya
padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-
sayuran, buah-buahan, kentang dan hasil-hasil produksi ikutannya.
Termasuk pula disini, hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara
sederhana misalnya beras tumbuk, gaplek dan sagu.
Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga
yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan
produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuatum produksi dengan
masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara.
Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap
output yang merupakan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000
dihitung dengan cara revaluasi.
5.1.2. Tanaman Perkebunan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat dan perusahaan misalnya komoditi karet, kopra, kopi,
kapuk, teh, tebu, tembakau, cengkeh dan sebagainya termasuk produksi
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 25
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau
olahan, kopi kering dan teh olahan.
Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan, sedangkan data harga
berupa harga perdagangan besar yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara Pendekatan
Produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuatum produksi dengan
masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya
antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang
merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung
dengan cara revaluasi.
5.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar dan ternak kecil
misalnya sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba serta unggas maupun hasil-
hasil ternak misalnya susu segar, telur dan kulit. Yang dimaksud dengan
produksi peternakan adalah banyaknya ternak yang lahir dan penambahan berat
ternak.
Produksi peternakan dihitung berdasarkan perkiraan dengan
menggunakan rumus :
Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak dan keluar masuk
ternak, diperoleh dari Dinas Peternakan, sedangkan data harga diperoleh dari
Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara Pendekatan
Produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan masing-masing
harganya, kemudian dikurangi dengan biaya antara. Biaya diantara diperoleh
dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil
SKPR. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara
revaluasi.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
Produksi =jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun – awal tahun) + (ternak keluar-ternak yang masuk)
26
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
5.1.4. Kehutanan
Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu bakar, arang,
bambu, rotan dan lain-lain.
Data produksi dan harga diperoleh dari Perum Perhutani. NTB atas
dasar harga berlaku dihitung dengan cara Pendekatan Produksi yaitu mengalikan
terlebih dahulu jenis produksi kehutanan dengan masing-masing harganya,
kemudian dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan
ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar
harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi.
5.1.5. Perikanan
Sub sektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat dan
pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). Data produksi dan
harga diperoleh dari Dinas Perikanan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan Metode
Langsung, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output perikanan
diperoleh dari Dinas Perikanan sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil
perkalian ratio biaya antara terhadap outputnya, besarnya biaya antara diperoleh
dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara
revaluasi.
5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan Gas Bumi
(Migas), pertambangan tanpa migas dan penggalian. Sektor ini mencakup kegiatan-
kegiatan penggalian, pemboran, dan pengambilan segala macam pemanfaatan
misalnya benda non biologis, barang-barang tambang, mineral dan barang galian
yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak
mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 27
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
5.2.1. Pertambangan
Sub sektor ini mencakup komoditi minyak mentah, gas bumi, batubara,
biji emas dan perak. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS).
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara Pendekatan
Produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis produksi dengan
harganya, kemudian dikurangi biaya antara yang diperoleh dari hasil survei yang
dilakukan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
cara revaluasi.
5.2.2. Penggalian
Sub sektor ini mencakup kegiatan penggalian dan pengambilan segala
jenis barang galian, misalnya batu kapur, pasir, batu-batuan dan sebagainya.
Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertambangan, dan Pusat
Pengembangan Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya antara
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. Ratio biaya
antara diperoleh dari Survei penggalian yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik bekerjasama dengan PPTM.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan metode pendekatan
produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan
Besar (IHPB) untuk barang-barang galian.
5.3. Sektor Industri Pengolahan
5.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas)
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan minyak
bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah, minyak diesel, avtur,
avigas, dan sebagainya. Data nilai output dan biaya antara diperoleh dari BPS
melalui survei.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 28
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan
pendekatan produksi yaitu output dikurangi biaya antara.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan metode deflasi
dengan deflatornya IHPB hasil pengilangan minyak bumi.
5.3.2. Industri Tanpa Migas
Sub sektor ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan
industri rumahtangga. Industri besar dan sedang mencakup perusahaan industri
yang mempunyai jumlah tenaga kerja 20 orang atau lebih. Sedangkan industri
kecil 5 sampai 19 orang, dan industri rumahtangga dengan tenaga kerja 1 sampai
4 orang.
NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang, dihitung
dengan menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya
antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Tahunan Industri
Besatr dan Sedang yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
Sedangkan untuk industri kecil dan rumahtangga dilakukan estimasi berdasarkan
indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja, hasil suatu
survei industri kecil dan rumahtangga yang dilakukan BPS.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode deflasi dengan deflatornya IHPB barang-barang industri.
5.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
5.4.1. Listrik
Sub sektor ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga
listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Non
PLN.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan metode
Pendekatan produksi yaitu output output dikurangi biaya antara. Nilai output
diperoleh dari perkalian produksi listrik PLN non PLN dengan tarif listrik yang
datanya diperoleh dari PLN dan survei listrik non PLN, sedangkan biaya antara
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 29
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. Ratio ini
didapat dari survei yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan menggunakan metode
ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks produksi listrik.
5.4.2. Gas Kota
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan gas kota, yang biasanya
diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara (PN Gas).
NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan pendekatan
produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara
diperoleh dari survei gas yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks produksi gas.
5.4.3. Air Bersih.
Sub sektor ini mencakup kegiatan proses pembersihan, pemurnian dan
proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan
penyaluran baik yang dilakukan oleh Perusahaan Air minum (PAM) maupun
bukan PAM.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari
Survei Air Minum yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks produksi air
minum.
5.5. Sektor bangunan
Sektor ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang
digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya yang dilakukan oleh perusahaan
konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 30
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu
output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara diperoleh dari survei
perusahaan konstruksi AKI non AKI ditambah dengan kegiatan konstruksi yang
dilakukan oleh perorangan (individu).
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan menggunakan
metode deflasi dengan deflatornya IHPB barang bangunan.
5.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
5.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran
Perdagangan besar mencakup kegiatan pengumpulan dan penjualan
kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke
pedagang besar lainnya atau pedagang eceran. Pedagang eceran mencakup
kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau
rumahtangga, tanpa mengubah sifat, baik barang baru atau barang bekas.
NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun
2000 dihitung dengan menggunakan Metode Arus Barang (Commodity Flow)
yaitu output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat
perdagangan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan, dan penggalian,
industri serta barang dari impor dikurangi biaya antara.
5.6.2. H o t e l
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang
dimaksud akomodasi di sini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang,
serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen dan
hotel.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah
kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per kamar. Biaya antara diperoleh dari
perkalian ratio biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 31
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks jumlah kamar
yang terjual.
5.6.3. Restoran
Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan
minuman jadi yang ada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan
yang termasuk dalam subsektor ini seperti bar, kantin, warung kopi, rumah
makan, warung nasi, warung sate, katering dan lain-lain.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara
mengalikan pengeluaran makanan dan minuman perkapita selama setahun
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Biaya antara, diperoleh dari
perkalian ratio biaya antara yang diperoleh dari SKPR dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi deflatornya IHK makanan.
5.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
5.7.1. Angkutan Rel
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan alat angkut kereta api yang sepenuhnya dikelola oleh
PT.KAI.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari
laporan keuangan PT.KAI.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks penumpang
dan barang.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 32
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
5.7.2. Angkutan Jalan Raya
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun
tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan (rental
car), baik dengan atau tanpa pengemudi.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara jumlah
kendaraan umum dikalikan rata-rata output per kendaraan. Biaya antara
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode revaluasi.
5.7.3. Angkutan Laut
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah
domestik oleh Perusahaan Angkuan Laut. NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output
dan biaya antara diperoleh dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks jumlah
penumpang dan barang.
5.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik bermotor maupun tidak
bermotor, serta kegiatan penyeberangan dengan alat angkut kapal ferri.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari biaya antara diperoleh
dari SKPR.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 33
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan menggunakan ekstrapolatornya indeks
jumlah penumpang dan barang.
5.7.5. Angkutan Udara
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang
dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan
penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antaranya
diperoleh dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan menggunakan ekstrapolatornya indeks
jumlah penumpang dan barang.
5.7.6. Jasa Penunjang Angkutan
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan
memperlancar kegiatan pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut, darat
(terminal dan parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang,
ekspedisi laut, jalan tol dan lain-lain.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dari biaya antara diperoleh dari
SKPR.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode deflasi dengan deflatornya indeks harga konsumen (IHK).
5.7.7. Komunikasi
Sub sektor ini mencakup kegiatan pos dan giro, telekomunikasi dan jasa
penunjang komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada
pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket yang diusahakan oleh PT.
Pos Indonesia dan perusahaan swasta lainnya. Telekomunikasi meliputi
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 34
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram,
telepon, dan telex yang diusahakan oleh PT. Telkom dan PT. Indosat. Jasa
penunjang komunikasi meliputi kegiatan yang menunjang kegiatan komunikasi
seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan telepon seluler
(ponsel)
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dari kegiatan pos dan giro, dan
telekomunikasi diperoleh dari laporan keuangan PT. Pos Indonesia, PT. Telkom
dan PT. Indosat. Sedangkan penunjang komunikasi diperoleh dari survei.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah surat yang
dikirim untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk kegiatan
telekomunikasi.
5.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
5.8.1. B a n k
Sub sektor ini mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersial yang
memberikan jasa keuangan pada pihak lain misalnya menerima simpanan
terutama dalam giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman, baik kredit
jangka pendek, menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual
surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan
sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari
Laporan Bank Indonesia. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung
dengan menggunakan metode deflasi dengan deflatornya IHK Umum.
5.8.2. Lembaga Keuangan Tanpa Bank
Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi, Dana, Pensiun, Pengadilan,
Koperasi simpan pinjam dan lembaga pembiayaan (Sewa Guna Usaha, Modal
Ventura, Anjak Piutang Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit).
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 35
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Data output dan biaya antara diperoleh dari
SKPR.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode deflasi dengan deflatornya IHK umum.
5.8.3. Jasa Penunjang Keuangan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal,
dan jasa penunjangnya perantara perdagangan, efek (pialang/broker), penilai
(adjuster), penjamin emisi (undewriter), LKPP (Lembaga Kliring Penyelesaian
dan Penyimpanan), Manejer Investasi, Penasehat Investasi, Rekayasa Dana
(Invesmen Found), biro administrasi efek, tempat penitipan harta atau custodian
dan sejenisnya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Oroduksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Data output dan biaya antara diperoleh dari
SKPR.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK umum.
5.8.4. Sewa Bangunan
Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaaan bangunan dan
tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat
tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen serta usaha persewaan tanah
persil.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian antara
pengeluaran konsumsi rumahtangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah,
sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Nilai biaya antara diperoleh dari
perkalian pengeluaran pemeliharaan rumah perkapita dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 36
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK perumahan.
5.8.5. Jasa Perusahaan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan
notaris), jasa akuntasi dan pembukuan, Jasa pengolahan dan penyajian data, jasa
bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, serta jasa
persewaan mesin dan peralatan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output perkalian jumlah
perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan hasil SKPR. Biaya antara
diperoleh dengan cara mengalikan ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode revaluasi.
5.9. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam 2 sub sektor yaitu sub sektor jasa
pemerintahan umum dan jasa swasta.
5.9.1. Jasa Pemerintahan Umum
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh
pemerintah untuk kepentingan rumahtangga serta masyarakat umum. Sebagai
contoh : jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya.
5.9.1.1. Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan
Sub sektor ini mencakup kegiatan semua departemen dan non
departemen badan/lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan
yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan.
Struktur biaya sektor dari sektor ini tidak memuat/memiliki surplus usaha.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan
pengeluaran dari belanja pegawai pemerintah desa, pemerintah daerah
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 37
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
tingkat II, belanja pegawai pemerintah daerah tingkat I dan pemerintah
Pusat yang merupakan bagian dari belanja pegawai pemerintah daerah
tingkat II ditambah dengan nilai penyusutan.
NTB atas dasar konstan tahun 2000, diperoleh dengan cara
ekstrapolasi dengan indeks jumlah pegawai.
5.9.1.2. Jasa Pemerintah Lainnya
Sub sektor ini mencakup kegiatan menyediakan pelayanan jasa
untuk masyarakat antara lain : jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa
kemasyarakatan lainnya, jasa hiburan dan kebudayaan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari belanja pegawai jasa
pendidikan, jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan, jasa hiburan dan
kebudayaan yang tercakup pada pengeluaran pemerintah pusat, daerah
tingkat I, daerah tingkat II, baik rutin maupun pembangunan yang
dipisahkan dari administrasi pemerintahan dan pertahanan.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000, diperoleh dengan cara
ekstrapolasi dengan indeks jumlah pegawai. Karena belanja pemerintahan
lainnya ini masih bersatu dengan administrasi pemerintahan umum dan
pertahanan maka penghitungannya masih digabungkan di administrasi
umum dan pertahanan.
5.9.2. Jasa Swasta
Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta,
misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa
perorangan dan rumahtangga.
5.9.2.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan,
riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan
pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang
dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 38
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NTB atas dasar harga belaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari
hasil perkalian jumlah indikator produksi misalnya jumlah murid, jumlah
tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah panti asuhan dan
sebagainya, dengan rata-rata output per masing-masing indikator dari hasil
survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara
dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode revaluasi.
5.9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, kebun binatang,
taman hiburan, pub, bar, karaoke, diskotik, kolam renang dan kegiatan
hiburan lainnya.
NTB atas dasar belaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil
perkalian jumlah pengunjung/penonton dengan rata-rata tarif per
pengunjung/penonton. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya
antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode revaluasi.
5.9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani
perorangan dan rumahtangga misalnya jasa reparasi, pembantu
rumahtangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari
hasil perkalian jumlah masimg-masing jenis kegiatan usaha jasa
perorangan dan rumahtangga dengan rata-rata output per masing-masing
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 39
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
jenis kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya
antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode revaluasi.
5.10. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
5.10.1. Konsep dan Definisi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari semua pengeluaran
atas pembelian barang dan jasa dikurangi dengan hasil penjualan neto dari
barang bekas atau apkiran. Pengeluaran tersebut termasuk pembelian aktiva
berwujud yang tidak dapat diproduksi kembali (kecuali tanah) seperti hasil
karya seni, barang-barang koleksi dan barang antik.Termasuk juga pembelian
barang tahan lama seperti meubeler, sepeda motor, mobil dan barang elektronik
(komputer, TV, radio) dan imputasi sewa rumah sendiri.Pengeluaran konsumsi
rumah tangga juga meliputi nilai barang dan jasa yang dihasilkan untuk
konsumsi sendiri seperti hasil kebun, peternakan, kayu bakar dan biaya hidup
lainnya serta barang-barang dan jasa.
Di samping itu pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan,
rekreasi, pengangkutan dan jasa-jasa lainnya termasuk dalam konsumsi rumah
tangga.Pembelian rumah tidak termasuk pengeluaran konsumsi, tetapi
pengeluaran atas rumah yang ditempati seperti sewa rumah, perbaikan ringan,
rekening air, listrik, telepon dan lain-lain merupakan konsumsi rumah tangga.
5.10.2. Metoda Penghitungan dan Sumber Data
Penghitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat dilakukan
dengan dua pendekatan yaitu:
1). Pengeluaran konsumsi rumah tangga di pasar suatu daerah adalah
pembelian langsung di pasar tersebut baik oleh penduduk maupun
rumah tangga bukan penduduk daerah tersebut (staf kedutaan
asing dan turis domestik maupun asing).
2). Pengeluaran konsumsi rumah tangga meliputi butir satu di atas,
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 40
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
ditambah pembelian langsung penduduk daerah ini yang
dilakukan di luar negeri atau daerah lain, dikurangi pembelian
langsung di pasar domestik oleh rumah tangga di luar penduduk
daerah tersebut (staf kedutaan asing dan turis domestik maupun
asing).
Dalam kasus batas, pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh
penduduk yang sedang melakukan perjalanan ke daerah lain (dalam atau luar
negeri) baik dalam rangka bertugas, urusan bisnis atau untuk keperluan
lainnya sudah terhitung di rumah tangga yaitu melalui konsumsi perkapita.
Sumber data utama perkiraan nilai konsumsi rumah tangga adalah hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kabupaten Tasikmalaya.Dari hasil
Susenas diperoleh data rata-rata konsumsi perkapita seminggu untuk
kelompok makanan dan rata-rata konsumsi perkapita sebulan untuk kelompok
bukan makanan.Harga setiap jenis bahan yang dikonsumsi menggunakan rata-
rata harga eceran dari Statistik Harga Konsumen Kabupaten Tasikmalaya.Di
samping itu digunakan data lainnya seperti PDRB perkapita atas dasar harga
konstan, Indeks Harga Konsumen (IHK) dan jumlah penduduk pertengahan
tahun.
Pengeluaran konsumsi kelompok makanan terdiri dari pengeluaran untuk :
1). Makanan, yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan dan udang
segar dan sejenisnya, ikan dan udang yang diawetkan dan sejenisnya,
daging segar, daging yang diawetkan, hasil ikutan daging, telur dan susu,
sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bahan minuman, bumbu-
bumbuan dan konsumsi bahan makanan lainnya.
2). Makanan dan minuman jadi.
3). Tembakau dan sirih, yang meliputi rokok putih, rokok kretek, cerutu dan
tembakau.
Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan terdiri dari pengeluaran untuk :
a). Perumahan, bahan bakar, air dan penerangan.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 41
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
b). Aneka barang dan jasa.
c). Pakaian, alas kaki dan tutup kepala.
d). Pajak dan asuransi.
e). Keperluan untuk pesta dan upacara.
Total pengeluaran konsumsi rumah tangga keseluruhan diperoleh dari
pengeluaran perkapita setahun dikalikan dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun. Perkiraan pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk tahun-tahun yang
tidak ada data Susenasnya dihitung berdasarkan data Susenas dan elastisitas
pendapatan.
a. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Makanan
Perkiraan konsumsi kelompok makanan digunakan model
fungsieksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa setiap
penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi, tetapi
pada suatu saat (titik jenuh) konsumsi tersebut mulai menurun, dengan bentuk
kurva seperti parabola.
Fungsi eksponensial tersebut adalah:
di mana :
Qi : Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum)
Yi : Pendapatan perkapita sebulan
a : Konstanta
b : Koefisien elastisitas.
Koefisien elastisitas (b) digunakan untuk memperkirakan konsumsi
perkapita tahun yang tidak ada data Susenasnya, setelah dilakukan pengujian.
Konsumsi perkapita tahun lainnya dapat diperkirakan dengan menggunakan
peubah lain yaitu perubahan pendapatan perkapita (atas dasar harga konstan),
dan data konsumsi perkapita (Susenas), menggunakan rumus sebagai berikut:
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
Qi = a . Yi b
C n+1= Cn + ( C n . dp .b )
42
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
di mana :
Cn+1: Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun
ke-(n+1)
C n : Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun
dasar ke-(n)
dp : Perubahan pendapatan perkapita harga konstan tahun ke-n
dengan tahun ke-(n+1)
b: Koefisien elastisitas.
Nilai konsumsi atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan
konsumsi dalam satuan kuantum dengan harga eceran pada tahun yang
bersangkutan.Harga konsumen atau harga eceran merupakan harga yang
dibayar oleh rumah tangga konsumen yang tujuannya untuk dikonsumsi.
Harga tersebut merupakan rata-rata harga eceran di kota dan harga di
pedesaan.
Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan didapatkan dengan
metoda revaluasi artinya konsumsi dalam satuan kuantum dikalikan dengan
harga tahun dasar.
b. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Bukan Makanan
Perkiraan konsumsi rumah tangga untuk kelompok bukan makanan
menggunakan model regresi linier. Artinya setiap kenaikan pendapatan akan
selalu diikuti oleh penambahan permintaan konsumsi kelompok bukan
makanan misalnya permintaan akan pakaian, dsb. Model yang digunakan
sebagai berikut :
di mana :
Qi :Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum)
Yi :Pendapatan perkapita sebulan
a :Konstanta
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
Q i = a + ( b . Yi )
43
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
b:Koefisien elastisitas
Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan pada tahun-tahun
dimana data Susenas tersedia, diperoleh dengan cara mendeflasi nilai
konsumsi (nilai data Susenas) dengan IHK yang sesuai dengan jenis
pengeluaran barang dan jasa yang dikonsumsi.
Pada tahun-tahun dimana data Susenas tidak tersedia maka nilai
konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku diperoleh dengan metode
model regresi linier yang menghasilkan koefisien elastisitas permintaan yang
dikalikan dengan pendapatan, kemudian mengalikan total nilainya dengan
IHK.
5.11. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah
Tangga (LNPRT)
5.11.1. Konsep dan Definisi
Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) adalah
lembaga formal maupun informal yang dibentuk atau dibiayai oleh perorangan
atau kelompok masyarakat dalam rangka menyediakan jasa pelayanan yang
bersifat non komersial khususnya bagi anggota masyarakat umum tanpa
adanya motivasi untuk meraih keuntungan.
Bentuk LNP yang melayani rumah tangga adalah sebagai berikut :
1. Organisasi Kemasyarakatan,
2. Organisasi Sosial,
3. Organisasi Profesi,
4. Perkumpulan Sosial / Kebudayaan / Olah raga dan Hobi,
5. Lembaga Swadaya Masyarakat,
6. Lembaga Keagamaan,
7. Organisasi Bantuan Kemanusiaan / Beasiswa.
5.11.2.Metoda Penghitungan dan Sumber Data
Perkiraan konsumsi LNPRT dilakukan dengan metoda langsung dari
hasil survei khusus yaitu diperoleh dari penjumlahan output sub sektor jasa
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 44
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
sosial dan kemasyarakatan dikurangi surplus usahanya.
Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 sesuai dengan kegiatan
masing-masing subsektornya, seperti penghitungan menurut lapangan usaha
yaitu metode deflasi dengan menggunakan IHK yang sesuai dengan masing-
masing kegiatan, atau ekstrapolasi dengan menggunakan indeks jumlah unit
kegiatan atau indeks jumlah tenaga kerja.
5.12.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
5.12.1. Konsep dan Definisi
Pengeluaran konsumsi pemerintah didefinisikan sebagai nilai output
atas pelayanan pemerintah dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit–unit yang kegiatannya tidak dapat dipisahkan.
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah sama dengan nilai barang dan jasa
yang digunakan oleh pemerintah untuk konsumsinya pada saat itu.
Output pemerintah tidak dijual sehingga nilainya diukur dengan biaya
produksinya, yaitu jumlah konsumsi antara, konsumsi pegawai, konsumsi
modal tetap dan pajak tak langsung.Pemerintah yang dimaksud di sini adalah
pemerintah pusat dan daerah.Pemerintah daerah dalam hal ini mencakup
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa.
Nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sendiri oleh pemerintah tidak
dapat diperoleh secara langsung karena produksi sektor ini tidak dijual.Oleh
karena itu untuk memperoleh nilainya diperkirakan dari besarnya biaya
produksi yang dikeluarkan.
5.12.2.Metoda Penghitungan dan Sumber Data
Penghitungan konsumsi pemerintah menggunakan data laporan
keuangan Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten / Kota dan Desa yang
diperoleh dari daftar K.1, K.2 dan K.3.Laporan keuangan tersebut meliputi
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran tersebut terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang, belanja pensiun dan subsidi, belanja
pemeliharaan barang, belanja perjalanan dinas dan belanja rutin lainnya.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 45
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Selain itu digunakan juga Neraca Produksi Pemerintah Pusat dan
Pertahanan Keamanan (atas dasar harga berlaku) yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS), data jumlah pegawai negeri sipil pusat dan daerah serta
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).
Pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai dan belanja
pembangunan atas dasar harga berlaku diperoleh dari daftar K.1, K.2 dan K.3.
Untuk memperkirakan konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan
dilakukan pendekatan sebagai berikut :
1). Ekstrapolasi belanja pegawai dengan indeks jumlah pegawai.
2). Deflasi belanja barang dengan IHPB tanpa ekspor tahun yang
sesuai.
5.13. Pembentukan Modal Tetap Bruto
5.13.1 Konsep dan Definisi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) meliputi seluruh
pengeluaran untuk unit produksi yang menambah daya produksi aktiva tetap
dikurangi dengan penjualan dari barang-barang modal bekas ditambah
penjualan barang-barang lain yang berasal dari daerah atau negara lain.
Secara rinci, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terdiri dari :
a). Penambahan bersih (baru atau bekas) oleh produsen, asset berwujud
yang dapat diproduksi kembali yang mempunyai umur satu tahun atau
lebih dan digunakan bukan untuk keperluan militer.
b). Pengeluaran atas peningkatan dan perubahan barang-barang modal
yang diharapkan memperpanjang umur barang tersebut atau dapat
meningkatkan produktivitasnya.
c). Pengeluaran atas reklamasi tanah dan perbaikannya, pengembangan
dan perluasan perkebunan, pertambangan, hutan, lahan pertanian dan
perikanan.
d). Penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil tenaga, susu, bulu
dan pembibitan ternak potong.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 46
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
5.13.2.Metoda Penghitungan dan Sumber Data
Pembentukan Modal Tetap Bruto dihitung berdasarkan pengeluaran
untuk pembelian barang modal oleh masing-masing lapangan usaha.Di
samping itu, pembentukan modal dapat juga dihitung berdasarkan arus barang
atau Commodity Flow.
Pembentukan modal tetap menurut lapangan usaha mencakup sembilan
sektor, yaitu :
1). Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan,
2). Pertambangan dan Penggalian,
3). Industri Pengolahan,
4). Listrik, Gas dan Air Bersih,
5). Bangunan,
6). Perdagangan, Hotel dan Restoran,
7). Pengangkutan dan Komunikasi,
8). Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
9). Jasa-jasa.
5.14. Perubahan Stok
Data mengenai nilai perubahan stok dalam komponen PDRB masih
merupakan perkiraan kasar, karena dihitung dari selisih PDRB dengan komponen
permintaan akhir lainnya seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran
konsumsi pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor neto.
Dengan demikian, didalamnya masih terkandung selisih statistik (Statistical
Discrepancy) yang terdapat pada sektor atau komponen lainnya.
5.15. Ekspor dan Impor
5.15.1. Konsep dan Definisi
Ekspor barang dan jasa merupakan suatu komponen dari permintaan
akhir, tetapi impor merupakan sumber penyediaan barang dan jasa, oleh
karena impor bukan merupakan produksi domestik jadi harus dikurangkan dari
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 47
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
total penggunaan dalam PDRB.Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi
angkutan dan komunikasi, jasa asuransi serta barang dan jasa lain seperti jasa
perdagangan yang diterima pedagang suatu daerah karena mengadakan
transaksi penjualan di luar daerah dan pembayaran biaya kantor pusat
perusahaan induk oleh cabang dan anak perusahaan di luar daerah.
Pembelian langsung di pasar suatu daerah oleh bukan penduduk
termasuk ekspor barang dan jasa, serta pembelian di luar daerah oleh
penduduk daerah tersebut dikatagorikan sebagai impor.Pengeluaran untuk
biaya perjalanan yang dibayar oleh majikan diperlakukan sebagai ekspor dan
impor barang dagangan dan bukan sebagai pembelian langsung.Yang tidak
termasuk ekspor dan impor barang adalah barang milik penduduk atau bukan
penduduk suatu daerah yang melintasi batas geografis suatu daerah karena
merupakan tempat persinggahan, barang untuk peragaan, barang contoh dan
barang untuk keperluan sehari-hari wisatawan mancanegara/domestik.
Ekspor barang antar negara dinilai dengan harga f.o.b. (free on board),
sedangkan impor barang dinilai dengan harga c.i.f. (cost, insurance and
freight).Ekspor jasa dinilai pada saat jasa tersebut diberikan ke bukan
penduduk, sedangkan impor jasa dinilai pada saat jasa diterima oleh
penduduk.Penduduk yang dimaksud di sini adalah lembaga pemerintah,
perorangan, perusahaan swasta, perusahaan negara serta lembaga swasta non
profit yang berada di daerah tersebut.
5.15.2.Metoda Penghitungan dan Sumber Data
Data ekspor dan impor Kabupaten Tasikmalaya masih sangat
terbatas.Data yang dapat diperoleh hanya transaksi dengan luar negeri.Data
transaksi dengan luar negeri diperoleh dari Statistik Ekspor Impor terbitan
Badan Pusat Statistik (BPS).Data ekspor impor antar pulau/provinsi diperoleh
dari Statistik Bongkar Muat, Terminal Bis, Angkasa Pura melalui Dinas Bea
dan Cukai.
Data lain yang diperlukan adalah IHPB untuk ekspor dan impor yang
diperoleh dari Buletin Ringkas terbitan BPS dan juga data Input-Output Jawa
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 48
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Barat.Nilai ekspor dan impor yang diperoleh dari transaksi barang dan jasa
dengan luar negeri dan antar pulau/provinsi merupakan nilai ekspor impor atas
dasar harga berlaku. Nilai tambah bruto dari nilai ekspor dan impor antar
kabupaten/kota merupakan alokator yang didapat dari BPS Provinsi Jawa
Barat.
Ekspor dan impor antar negara merupakan ekspor impor antar negara
menurut pelabuhan di Jawa Barat, sedangkan ekspor impor antar
pulau/provinsi menggunakan ratio Input-Output Jawa Barat. Nilai ekspor
impor atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mendeflasikan
nilai ekspor impor atas dasar harga berlaku dengan IHPB untuk ekspor dan
impor.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 49
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
BAB VI
TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA
6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI
Salah satu dimensi sasaran pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dengan pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan perbandingannya
dengan Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel A.
Tabel A : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten TasikmalayaDan Provinsi Jawa BaratTahun 2009 – 2011(Persen)
TAHUNLaju Pertumbuhan Ekonomi (%)
Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
(1) (2) (3)
2009 4,15 4,19
2010 4,27 6,20
2011 4,32 6,48
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalayapada tahun 2011 ini
mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,32 persen dibandingkan tahun 2010 yang
hanya mencapai 4,27persenbegitupun LPE Provinsi Jawa Baratmeningkat yaitu
mencapai 6,48persen di tahun 2011, sedangkan pada tahun 2010meningkat lebih
tinggi dari tahun 2009 yang hanya 4,19 persen menjadi 6,20persen. Pada periode
tahun 2009 – 2011 ini, LPE Kabupaten Tasikmalaya terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, begitupun LPE Povinsi Jawa Baratmengalami peningkatan pada
tahun 2009 dengan besaran LPE 4,19 persen menjadi 6,20 persen pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 50
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
dan pada tahun 2011 mengalami percepatan mencapai 6,48persen. Dari periode tahun
yang sama yaitu tahun 2009-2011, peningkatan LPE Kabupaten Tasikmalaya terlihat
tidak terlalu fluktuatif dan lebih moderat salah satu penyebabnya diindikasikan
karena pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) di tahun
2010 dan 2011 masih dikisaran 3,00 persen.
GRAFIK 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Tasikmalayadan Provinsi Jawa Barat (persen)
2009 2010 20110
2
4
6
8
10
12
4.15
4.274.32
4.19
6.2 6.48
JabarKab. Tasik
Walaupun Laju Pertumbuhan Ekonomi antara Kabupaten Tasikmalaya dan
Provinsi Jawa Barat ini sama-sama mengalami peningkatan, namunfaktor pendukung
kinerja perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat disokong
oleh sektor yang berbeda. Provinsi Jawa Baratdi drive oleh sektor industri
sedangkanKabupaten Tasikmalaya mempunyai core business nya di sektor pertanian.
6.2. PERTUMBUHAN SEKTORAL
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 51
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dirinci persektor dapat
memberikan gambaran yang lebih rinci tentang pertumbuhan ekonomi daerah
tersebut. Untuk mengetahui gambaran pertumbuhan perekonomian di Kabupaten
Tasikmalaya dan perbandingannya dengan Provinsi Jawa Barat, dapat melihat tabel
B.
Pada tahun 2011 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restorandi Kabupaten
Tasikmalaya mengalami peningkatan pertumbuhan yang paling tinggi yaitu mencapai
7,31 persen,kemudian sektor Jasa-jasa berada di urutan ke-2 dengan laju sebesar 6,10
persen.Sedangkan sektor yang mempunyai laju pertumbuhan terendah adalah sektor
Listrik, Gas dan Air Minum yaitu dengan 1,48 persen.
Di Provinsi Jawa Barat, sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami
pertumbuhan yang paling tinggi yaitu mencapai 14,93 persen, diikuti sektor
Bangunan dengan lajunya sebesar 14,16 persen. Pertumbuhan terendah di Provinsi
Jawa Barat ada pada sektor Pertambangan dan Penggalian dengan laju -5,09 persen.
Sektor Pertanian mempunyai andil terbesar di Kabupaten Tasikmalaya
dalam pembentukkan PDRB nya, sedangkan di Provinsi Jawa Barat sektor Industri
Pengolahan merupakan penggerak utama perekonomian. Sektor-sektor utama
penggerak ini, walaupun pertumbuhannya bukan merupakan yang tertinggi, namun
perannya sangat besar terhadap pembentukan PDRB di masing-masing
wilayah/region.Untuk analisis lebih lanjut dapat kita lihat nanti pada tabel sumber
pertumbuhan di setiap sektor.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 52
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Tabel B : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya danProvinsi Jawa Barat dirinci menurut sektor Tahun 2011 (Persen)
Sektor
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Kab.
TasikmalayaProp. Jawa Barat
(1) (2) (3)
1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan Kehutanan, Perikanan
2,11 -0,09
2. Pertambangan dan Penggalian 5,86 -5,09
3. Industri Pengolahan 4,35 6,21
4. Listrik, Gas dan Air Minum 1,48 -1,51
5. Bangunan 1,53 14,16
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,31 8,11
7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,43 14,93
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6,03 13,45
9. Jasa-jasa 6,10 7,79
6.3. STRUKTUR EKONOMI
Karakteristik suatu wilayah baik dari sisi demografis, maupun urban dan
rural, akan menentukan beragamnya kegiatan perekonomian wilayah
tersebut,sehingga dapat memberikan warna pada struktur perekonomian suatu daerah.
Hal ini juga karena dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber
daya manusia (SDM) yang tersedia. Sistem ekonomi yang terbentuk pada suatu
wilayah dapat memberikan gambaran bagaimana struktur perekonomian di wilayah
tersebut. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 53
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase PDRB sektoral atas dasar harga
berlaku.
Distribusi persentase PDRB sektoral atas dasar harga berlaku menunjukkan
peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara
keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh
sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase
juga dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan
PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi motor penggerak
pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan.
Struktur Ekonomi secara kuantatif bisa digambarkan dengan menghitung
besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap
nilai total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Untuk melihat struktur ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan
perbandingannya dengan Provinsi Jawa Barat, dapat dilihat pada tabel C.Pada tahun
2011 sektor pertanian masih merupakan “core business” di Kabupaten Tasikmalaya
dengan peranan lebih dari 40,00 persen tepatnya 41,55 persen pada Tahun 2011.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai andil terbesar kedua dalam
pembentukan PDRB di Kabupaten Tasikmalaya di Tahun 2011 dengan andil sebesar
26,16 persen.Kemudian sektor Jasa-jasa peranannya sebesar 11,33 persen merupakan
sektor ketiga terbesar setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran.
Walaupun sektor Pertanian masih merupakan sektor dominan pembentukkan
PDRB di Kabupaten Tasikmalaya, namun perannya di tahun 2011 ini dibandingkan
tahun 2010 turun, dimana distribusi persentase tahun 2010 tercatat 42,89 persen,
sedangkan pada tahun 2011 turun menjadi 41,55 persen. Tetapi secara absolut nilai
tambah di sektor pertanian ini pada periode tahun yang sama tetap mengalami
peningkatan yaitu dari Rp. 5.478,19 milyar menjadi Rp. 5.788.06 milyar. Hal ini
dimungkinkan dengan data yang ada yaitu padi sawah yang mempunyai rata-rata
produksi 64,53 ton/ha dibandingkan tahun 2010 yang rata-rata produksinya 64,50
ton/ha. Dan padi gogo yang meningkat produktivitasnya yaitu mencapai 31.775 ton di
tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 22.190 ton.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 54
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Tabel C : Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tasikmalaya danProvinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011(Persen)
SektorDistribusi Persentase (%)
Kab. Tasikmalaya Prov. Jawa Barat
(1) (2) (3)
1. Pertanian, Peternakan,Perkebunan, Kehutanan,Perikanan
41,55 11,98
2. Pertambangan dan Penggalian 0,23 2,02
3. Industri Pengolahan 7,98 37,16
4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,86 2,55
5. Bangunan 1,70 3,99
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,16 22,58
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,19 7,70
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 4,01 2,84
9. Jasa-jasa 11,33 9,17
Di lain pihak sektor-sektor yang mengalami peningkatan perannya dari tahun
2010 ke tahun 2011 adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dari 24,65 persen
andilnya pada tahun 2010 menjadi 26,16 persen di tahun 2011. Dan sektor Jasa-jasa
yang mengalami peningkatan dari 11,17 persen (tahun 2010) menjadi 11,33 persen
(tahun 2011).
Sektor-sektor yang perannya rendah adalah sektor pertambangan dan
penggalian; dan sektor listrik, gas dan air minum, masing-masing mempunyai andil
tidak lebih dari 1(satu) persen yaitu 0,23 persen dan 0,86 persen.
Dalam publikasi ini, juga ditampilkan tabel- tabel yang berisi
pengelompokan sektor-sektor yang termasuk dalam penghitungan PDRB ke dalam 3
(tiga) kelompok sektor yaitu :
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 55
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
1. Sektor Primer : Sektor yang tidak mengolah bahan baku melainkan hanya
mendayagunakan sumber - sumber alam seperti tanah dan segala yang
terkandung didalamnya. Sektor ini meliputi sektor pertanian serta sektor
pertambangan dan penggalian.
2. Sektor Sekunder : Sektor yang mengolah bahan baku baik dari sektor
primer maupun sektor sekunder itu sendiri, menjadi barang lain yang
lebih tinggi nilainya. Sektor ini meliputi sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air minum serta sektor bangunan.
3. Sektor Tersier : Sektor yang produksinya bukan dalam bentuk fisik,
melainkan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran, Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi, serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
serta Sektor Jasa-jasa.
Untuk lebih rincinya kontribusi menurut kelompok sektor di Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalayadapat dilihat pada tabel D dibawah ini :
Tabel D : Distribusi Persentase PDRB Kabupaten TasikmalayaDan Provinsi Jawa BaratAtas Dasar Harga Berlaku
Menurut Kelompok SektorTahun 2009-2011 ( persen )
Kelompok SektorKabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
2009 2010 2011 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Primer 43,71 43,12 41,77 14,61 14,26 14,00
2. Sekunder 10,99 10,88 10,54 47,11 44,32 43,70
3. Tersier 45,30 46,00 47,69 38,62 41,05 42,29
Dari tabel D di atas terlihat bahwa kelompok sektor primer di Kabupaten
Tasikmalaya pada periode tahun 2009-2011 sedikit demi sedikit andilnya terus
mengalami penurunan. Tahun 2009 distribusi kelompok sektor primer masih tercatat
43,71 persen, menurun menjadi 43,12 persen di tahun berikutnya, dan menurun lagi
di tahun 2011 ini menjadi 41,77 persen. Pergeseran distribusi ini berdampak pada
kenaikan andil terhadap kelompok sektor sekunder dan tersier yang andilnya terus
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 56
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun pada periode yang sama (lebih rinci pada
Tabel D di atas).
Grafik 2. Distribusi PDRB Menurut Kelompok Sektor Kab. Tasikmalayadan Prov. Jawa Barat Tahun 2011 (Persen)
Berbeda dengan Provinsi Jawa Baratdimana di Kabupaten Tasikmalaya
kelompok sektor sekunder mempunyai andil terendah, di tingkat Provinsi Jawa
Baratkelompok sektor sekunder yang paling dominan pada periode Tahun 2009–2011
dengan andilnya masing-masing lebih dari 40,00 persen tepatnya 47,11 persen; 44,32
persen; dan 43,70persen. Hal ini menandakan bahwa Provinsi Jawa Baratmerupakan
daerah industri, ini ditunjukkan dengan peranan sektor industri pengolahan yang
mencapai 37,16persen tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya terhadap
pembentukkan PDRB Jawa Barat.
6.4. PDRB PERKAPITA
Indikator yang sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran
masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau Percapita Income.
Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat
kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik.
Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang
mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
41.77
10.54
47.69
Kab. Tasikmalaya
Primer SekunderTersier
14.00
43.70
42.29
Prov. Jawa Barat
Primer SekunderTersier
57
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
yang masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB
perkapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan
faktor produksi dan transfer yang masuk dan keluar. Angka PDRB per kapita
diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Tabel E di bawah menujukkan perkembangan pendapatan perkapita/PDRB
perkapita di Kabupaten Tasikmalaya.
PDRB Perkapita Kabupaten Tasikmalaya dalam periode Tahun 2009 – 2011,
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan secara agregat terus
bertambah dan selalu tumbuh positif.
Tabel E : PDRB Perkapita Kabupaten TasikmalayaTahun 2009-2011
TahunAtas Dasar
Harga Berlaku ( rupiah )
Pertumbuhan (%)
Atas Dasar Harga Konstan
( rupiah )
Pertumbuhan (%)
( 1 ) ( 2 ) (3) ( 4 ) (5)
2009 6.942.553,00 12,48 3.083.273,10 2,99
2010 7.384.790,88 6,37 3.189.949,56 3,46
2011 8.211.479,85 11,19 3.392.114,12 6,34
Tahun 2009 PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku Kabupaten
Tasikmalaya sebesar Rp.6.942.553,00atau tumbuh sebesar 12,48persen. Naik menjadi
Rp. 7.384.790,88dengan pertumbuhannya yang 6,37persen di tahun berikutnya. Pada
Tahun 2011 PDRB Perkapita Kabupaten Tasikmalaya menembus angka Rp. 8 juta
tepatnya Rp. 8.211.479,85dengan pertumbuhan 11,19persen.
6.5. PDRB MENURUT PENGGUNAAN
PDRB menurut penggunaan dihitung dengan cara menghitung komponen
pengeluaran akhir (final demand) yang terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah
tangga, pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 58
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
(LNPRT), pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto
(investasi), perubahan stok dan ekspor dan impor sehingga menggambarkan
bagaimana penggunaan barang dan jasa oleh masyarakat.
Karena keterbatasan sampel, maka ketujuh komponen PDRB Menurut
Penggunaan tersebut dalam publikasi ini digabungkan menjadi empat komponen,
yang terdiri dari :
1.) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup : Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Lembaga Non Profit Yang
Melayani Rumah Tangga (LNPRT);
2.) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah;
3.) Pembentukan Modal Tetap Bruto;
4.) Lainnya yang mencakup : Perubahan stok, ekspor dan impor.
Tabel F : PDRB Menurut Penggunaan Kabupaten TasikmalayaAtas Dasar HargaBerlaku Tahun 2009-2011 (juta rupiah)
Uraian 2009 2010 2011**)
[1] [2] [3] [4]
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
9.959.312,0211.028.407,8
411.866.890,2
1
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1.715.757,08 1.875.487,60 2.041.152,53
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
1.094.653,60 1.199.972,30 1.287.016,56
4. Lainnya -855.719,60-
1.331.960,74-
1.263.249,09
Jumlah11.914.003,1
012.771.907,0
013.931.810,2
2**) Angka Sangat Sementara
Pengeluaran akhir konsumsi rumah tangga meliputi seluruh pengeluaran
yang dilakukan oleh anggota rumah tangga suatu penduduk, baik pengeluaran untuk
makanan maupun bukan makanan serta pengeluaran konsumsi lembaga non profit.
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 59
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Nilai konsumsi rumah tangga seperti yang terlihat di tabel F ini jika dibagi jumlah
penduduk pertahun maka akan terlihat rata-rata besarnya pengeluaran perkapita
masyarakat Kabupaten Tasikmalaya baik untuk makanan maupun non makanan yang
meliputi pengeluaran untuk sandang, pendidikan, perumahan, pengeluaran kesehatan,
barang-barang tahan lama, rekreasi dsb.
Pengertian lembaga Non Profit secara umum adalah setiap lembaga nirlaba
yang independen dan tidak terpengaruh oleh institusi pemerintah. Secara khusus Bank
Dunia mendefinisikan Non Government Organization atau kemudian juga
diterjemahkan organisasi pemerintah adalah organisasi swasta yang bergerak dalam
kegiatan-kegiatan pengentasan kemiskinan, mengangkat dan menyuarakan berbagai
kepentingan orang miskin atau pihak yang terpinggirkan, memberikan pelayanan
sosial dasar, atau melakukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Nilai konsumsi dari tahun 2009 sampai dengan 2011 selalu mengalami
kenaikan sesuai dengan pertumbuhan penduduk, kenaikan harga dari barang dan jasa,
serta meningkatnya daya beli masyarakat. Nilai komponen ini bergerak dari Rp.
9.959,31 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp. 11.028,41milyartahun 2010 dan
meningkat lagi di tahun 2011 hingga mencapai Rp. 11.866,89 milyar.
Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari pemerintah membutuhkan
anggaran yang digunakan untuk keperluan belanja rutin pegawai dan keperluan
pembiayaan pembangunan. Besar kecilnya pengeluaran konsumsi Pemerintah
dipengaruhi oleh komponen belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan
penyusutan,serta penerimaan barang dan jasa. Peran yang dimiliki oleh pemerintah
ini digunakan terutama untuk membiayai kegiatan-kegiatan pelayanan yang tidak
dapat dilakukan oleh pihak swasta.Jumlah pengeluaran pemerintah ini merupakan
salah satu komponen penting dari PDRB. Selama periode tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011 pengeluaran pemerintah secara nominal selalu semakin membesar dari
tahun ke tahunnya sesuai dengan peningkatan pada APBD dan APBN. Pada tahun
2011 pengeluaran konsumsi pemerintah mencapai Rp. 2.041,15 milyar.
Salah satu komponen pengeluaran PDRB adalah Investasi.Dalam konteks
PDRB Penggunaan, dikenal sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 60
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
PMTB menggambarkan adanya proses penambahan dan pengurangan barang modal
pada tahun tertentu. PMTB disebut sebagai “bruto” karena di dalamnya masih
terkandung unsur penyusutan, atau nilai barang modal sebelum diperhitungkan nilai
penyusutannya. PMTB adalah semua pengadaan barang modal untuk
digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap (fixed assets).
Walaupun dalam perkembangan ilmu ekonomi ditemukan bahwa ada
perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat penambahan stok modal dan
angkatan kerja.Perbedaan ini merupakan faktor residual sebagai hasil peningkatan
produktivitas faktor-faktor produksi dari perubahan teknologi dan peningkatan
kualitas SDM.Atas dasar itu berkembang konsep modal manusia.Berdasarkan
penelitian menunjukkan investasi tersebut telah menghasilkan sumber pertumbuhan
yang tidak kalah pentingnya dengan investasi modal fisik.Informasi mengenai
investasi yang ada dalam publikasi ini adalah investasi modal fisik.
Di dalam andilnya terhadap perkembangan ekonomi di Kabupaten
Tasikmalaya, komponen PMTB pada periode tahun 2009-2011 ada di kisaran 9,00
persen dimana pada tahun 2009besaran PMTB Rp. 1.094,65milyar atau besaran andil
9,19 persen, naik menjadi Rp. 1.199,97 milyar (andil 9,40 persen)pada tahun
2010dan tahun 2011 ini mencapai Rp. 1.287,02 milyar dengan peranan 9,24 persen.
Grafik 3. Distribusi PDRB Menurut Penggunaan Kabupaten TasikmalayaTahun 2009 – 2011 (persen))
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011
Kons. RT Kons. Pemerintah
PMTB Lainnya-20
0
20
40
60
80
100 83.59
14.49.19
-7.18
86.35
14.689.4
-10.43
85.18
14.659.24
-9.07
200920102011
61
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Tabel G : PDRB Menurut Penggunaan Kabupaten TasikmalayaAtas Dasar HargaKonstan Tahun 2009-2011 (juta rupiah)
Uraian 2009 2010 2011**)
[1] [2] [3] [4]
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
4.268.914,42
4.459.377,694.605.191,4
4
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 934.373,58 958.000,06 994.589,96
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 547.376,86 568.606,58 585.845,99
4. Lainnya -459.509,68 -469.004,94 -430.478,38
Jumlah5.291.155,1
85.516.979,39
5.755.149,02
**) Angka Sangat Sementara
Jika dilihat secara riil (tanpa pengaruh inflasi) komponen PMTB dari tahun
2009-2011 selalu mengalami peningkatan pula yaitu dari Rp. 547,38 milyar pada
tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 568,61 milyar pada tahun 2010 dan mencapai Rp.
585,84 milyar pada tahun 2011. Denganlaju komponen PMTBdari tahun 2010-2011
yaitu masing-masing sebesar 3,88 persen dan 3,03 persen.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mempunyai laju tercepat di tahun 2011
yaitu dengan 3,82 persen, sedangkan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga lajunya
sebesar 3,27 persen.
Komponen Lainnya bernilai negatif dikarenakan Kabupaten Tasikmalaya
lebih banyak melakukan impor dibandingkan ekspor. Ekspor dan impor disini tidak
hanya barang dan jasa dari dan ke luar negeri tetapi ekspor dan impor antar daerah
yaitu barang dan jasa yang masuk dan keluar daerah Kabupaten Tasikmalaya. Selain
itu perubahan stok dari tahun 2009 sampai 2011 cukup fluktuatif. Data mengenai nilai
perubahan stok dalam komponen PDRB masih merupakan perkiraan kasar, karena
dihitung dari selisih PDRB dengan komponen permintaan akhir lainnya seperti
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, LNPRT, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Ekspor neto. Dengan demikian,
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 62
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
didalamnya masih terkandung selisih statistik (Statistical Discrepancy) yang terdapat
pada sektor atau komponen lainnya.
6.6. ANALISIS ANDIL LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (SOURCE OF GROWTH) KABUPATEN TASIKMALAYA
Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah diperlukan
sebagai dasar utama untuk perumusan pola kebijakan pembangunan ekonomi daerah
di masa mendatang. Dengan diketahuinya secara teruji faktor-faktor tersebut, maka
kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah terutama akan diarahkan untuk
menggerakan faktor-faktor tersebut sehingga kegiatan pembangunan ekonomi daerah
akan dapat digerakkan secara lebih terarah. Dalam hal ini, asumsi yang melandasi
analisis ini perlu diperhatikan agar kondisi dimana kebijaksanaan yang dirumuskan
berlaku dapat ditegaskan sehingga pengambil keputusan tidak keliru menerapkan
kebijaksanaan tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1. Tanah dan Kekayaan Alam lainnya
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan.
Dalam Tabel Source of Growth dibawah dapat diterangkan andil dari
masing-masing sektor termasuk sub sektornya terhadap terciptanya persentase laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tasikmalaya pada periode tahun 2009-2011.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tasikmalaya pada periode
tahun 2009-2011 cukup stabil di kisaran 4,00 persen. Pada periode tahun tersebut laju
pertumbuhannya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari 4,15 persen
(tahun 2009), naik 4,27 persen pada tahun 2010, meningkat lagi mencapai 4,32 di
tahun 2011 ini.
Pada tabel H. menunjukkan sektor Pertanianyang masih menjadicore
business di Kabupaten Tasikmalaya dengan peranan 41,55 persen dalam
pembentukan PDRB di Kabupaten Tasikmalaya di Tahun 2011 memberikan andil
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 63
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
lebih kecil dibanding Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap pembentukan
LPE tahun 2011. Sektor pertanian dengan andil laju pertumbuhan sebesar 0,95 persen
lebih kecil dibandingkan andil laju pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel &
Restoranyang mencapai 1,59 persen. Dengan kenyataan yang demikian, maka
Perdagangan, Hotel & Restoran dan sektor Pertanian merupakan sektor-sektor
dominan pendongkrak kinerja perekonomian di Kabupaten Tasikmalaya.Sedangkan
sektor yang memberikan andil terkecil terhadap pembentukan LPE di Kabupaten
Tasikmalaya di tahun 2011 adalah sektor Pertambangan dan Penggalian dengan
shareterkecil tepatnya 0,01 persen.
TABEL H. SOURCE OF GROWTH PDRB KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2009 -2011 MENURUT LAPANGAN USAHA (PERSEN)
No. LAPANGAN USAHA 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 1,07 1,93 0,95
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,00 0,00 0,01
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,33 0,21 0,32
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,08 0,07 0,02
5. BANGUNAN 0,05 0,02 0,01
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 1,76 0,95 1,59
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0,13 0,41 0,26
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 0,21 0,14 0,23
9. JASA-JASA 0,52 0,97 0,93
LPE KABUPATEN TASIKMALAYA 4,15 4,27 4,32
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
6.7. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA PER KECAMATAN
Bila dilihat agregat per kecamatan, Kecamatan Singaparna merupakan
kecamatan pembentuk PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011 terbesar yaitu Rp.
728,95 milyar, diposisi selanjutnya berturut-turut Kecamatan Ciawi, Manonjaya,
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 64
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
Karangnunggal dan Cikalong masing-masing sebesar Rp. 595,29 milyar, Rp. 558,46
milyar,Rp. 545,91 milyar dan Rp. 512,10 milyar. Sedangkanyang terkecil ialah
Kecamatan Karangjaya dengan nilai Rp. 107,59 milyar.
Dari tabel turunan PDRB Tahun 2011 atas dasar harga konstan 2000
kecamatan didapatkan indikator ekonomi yaitu laju pertumbuhan ekonomi di masing-
masing kecamatan pada tahun 2011.
Laju pertumbuhan ekonomi per kecamatan yang paling tinggi ada
diKecamatan Singaparna yaitu sebesar 5,09 persen, kemudian Kecamatan Rajapolah
dan Sukarame yaitu sebesar 5,01 persen dan 4,90 persen. Kecamatan dengan laju
pertumbuhan ekonomi terkecil ialah Kecamatan Karangjaya dengan LPE 3,65 persen.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di Tabel Idan J.
TABEL I : PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA PER KECAMATAN MENURUT LAPANGAN
USAHA TAHUN 2010 -2011 ATAS DASAR HARGA BERLAKU (JUTA RUPIAH) (Di Rangking Dari Yang Terbesar)
NO KECAMATANPDRB BERLAKU
2010*) 2011**)(1) (2) (3) (4)1 Singaparna 660.140,21 728.952,322 Ciawi 524.592,40 595.286,403 Manonjaya 509.245,22 558.461,654 Karangnunggal 538.181,91 545.906,425 Cikalong 467.692,05 512.104,696 Sukaraja 445.799,13 487.839,917 Cipatujah 426.639,32 466.380,148 Rajapolah 390.935,24 452.108,189 Sodonghilir 404.524,22 441.782,4710 Cikatomas 392.804,37 428.885,0111 Cisayong 381.838,54 416.833,2012 Pagerageung 373.309,88 407.241,1613 Salawu 358.036,79 390.541,1314 Cigalontang 347.681,08 378.827,4015 Salopa 336.709,78 366.843,2416 Sukarame 331.049,22 361.004,6917 Jatiwaras 330.580,77 359.977,8118 Cibalong 326.867,43 356.006,8419 Mangunreja 319.749,98 348.410,9320 Bantarkalong 315.583,87 343.788,1521 Leuwisari 310.345,21 337.844,56
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 65
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NO KECAMATANPDRB BERLAKU
2010*) 2011**)(1) (2) (3) (4)22 Parungponteng 305.966,59 332.945,9023 Tanjungjaya 298.912,56 325.158,7124 Pancatengah 296.485,63 322.534,7625 Sariwangi 286.427,23 311.525,3826 Sukaratu 279.557,94 303.899,3427 Cineam 270.782,80 294.219,5428 Taraju 253.449,79 275.332,9029 Jamanis 253.352,35 275.249,5830 Padakembang 240.999,29 261.653,6731 Sukaresik 240.245,41 260.803,7232 Kadipaten 236.781,61 256.814,3833 Puspahiang 228.886,91 248.414,3634 Gunungtanjung 208.445,55 225.889,3035 Bojonggambir 208.290,45 225.840,5836 Sukahening 204.316,30 221.404,5937 Culamega 195.220,80 211.490,5938 Bojongasih 171.803,18 186.015,5439 Karangjaya 99.676,01 107.591,08
KABUPATEN TASIKMALAYA 12.771.907,02 13.931.810,22*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara
TABEL J : LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TASIKMALAYA PER KECAMATAN MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2011 (PERSEN)
(Di Rangking Dari Yang Terbesar)
NO KECAMATAN LPE 2011(1) (2) (3)1 Singaparna 5,092 Rajapolah 5,013 Sukarame 4,904 Sukahening 4,825 Ciawi 4,736 Manonjaya 4,687 Pagerageung 4,648 Mangunreja 4,639 Sukaraja 4,6210 Cineam 4,5911 Kadipaten 4,5712 Cisayong 4,5313 Cipatujah 4,5314 Tanjungjaya 4,3315 Leuwisari 4,3116 Sukaresik 4,3017 Jamanis 4,2918 Sariwangi 4,2619 Bojonggambir 4,18
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 66
Bappeda Kabupaten Tasikmalaya BPS Kabupaten Tasikmalaya
NO KECAMATAN LPE 2011(1) (2) (3)20 Salopa 4,1621 Jatiwaras 4,1422 Karangnunggal 4,1423 Sukaratu 4,1324 Sodonghilir 4,1325 Gunungtanjung 4,1026 Cikatomas 4,1027 Salawu 4,0828 Cikalong 4,0829 Cibalong 4,0730 Taraju 4,0531 Padakembang 4,0032 Bojongasih 3,9533 Parungponteng 3,9334 Cigalontang 3,9035 Pancatengah 3,8636 Culamega 3,8537 Puspahiang 3,7538 Bantarkalong 3,6639 Karangjaya 3,65KABUPATEN TASIKMALAYA 4,32
*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara
PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 – 2011 67