narasi bab 4 pembahasan

51
4.1 Hasil Analisis dan Pembahasan 4.2.1 Identifikasi Kinerja Kota Tani dan Kota Tani Utama di Kawasan Agropolitan Sumbing Kinerja Kota Tani dan Kota Tani Utama pada kawasan penelitian dapat diketahui melalui teknik skoring dengan mempertimbangkan jumlah responden pada setiap kecamatan yang akan diteliti. Berikut merupakan hasil skoring berdasarkan kuesioner pada petani di kawasan penelitian. A. Kota Tani Bandongan Pada Kota Tani Bandongan, pengisian kuesioner dilakukan oleh para petani yang tersebar di beberapa desa. Desa-desa tersebut adalah Desa Bandongan, Desa Trasan, Desa Jalegan, Desa Kebonagung, dan Desa Kebonagung. Jumlah responden pada Kecamatan Bandongan adalah sebanyak 22 responden. Hasil pengisian kuesioner pada KT Bandongan dapat dilihat pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Hasil Skoring Kinerja Kota Tani Bandongan Indikator Variabel Frekuensi Skor Rata- rata 1 2 3 V I Komoditas Unggulan Banyaknya jenis komoditas unggulan 5 1 1 6 2, 05 2, 02

Upload: ellen-deviana-arisadi

Post on 29-Sep-2015

36 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

narasi dari tabel bab 4

TRANSCRIPT

4.1 Hasil Analisis dan Pembahasan4.2.1 Identifikasi Kinerja Kota Tani dan Kota Tani Utama di Kawasan Agropolitan SumbingKinerja Kota Tani dan Kota Tani Utama pada kawasan penelitian dapat diketahui melalui teknik skoring dengan mempertimbangkan jumlah responden pada setiap kecamatan yang akan diteliti. Berikut merupakan hasil skoring berdasarkan kuesioner pada petani di kawasan penelitian.

A. Kota Tani BandonganPada Kota Tani Bandongan, pengisian kuesioner dilakukan oleh para petani yang tersebar di beberapa desa. Desa-desa tersebut adalah Desa Bandongan, Desa Trasan, Desa Jalegan, Desa Kebonagung, dan Desa Kebonagung. Jumlah responden pada Kecamatan Bandongan adalah sebanyak 22 responden. Hasil pengisian kuesioner pada KT Bandongan dapat dilihat pada Tabel 4.10Tabel 4.10Hasil Skoring Kinerja Kota Tani BandonganIndikatorVariabelFrekuensi SkorRata-rata

123VI

Komoditas UnggulanBanyaknya jenis komoditas unggulan51162,052,02

Produktivitas komoditas31632,00

Jarak PelayananJarak pelayanan kecamatan814-1,641,93

Lama perjalanan motor ke KTU-1752,23

Kegiatan EkonomiHasil penjualan komoditas unggulan517-1,771,98

Keberadaan industry pengolahan-1572,32

Ketersediaan bahan baku industry61331,86

Daya DukungKesesuaian jenis tanah-11112,502,35

Kesesuaian kemiringan lahan-12102,45

Kesesuaian ketinggian lahan-7152,68

Status lahan pertanian yang dikerjaan-1752,23

Status pekerjaan 175-1,22

Persebaran lokasi lahan pertanian--223

InfrastrukturKondisi jaringan jalan319-1,862,48

Kondisi lebar jalan616-1,72

Kondisi jaringan irigasi-1572,32

Kondisi jaringan air bersih--223,00

Kondisi jaringan listrik--223,00

Kondisi jaringan telekomunikasi--223,00

FasilitasKeberadaan pasar-1662,271,86

Keberadaan pasar khusus komoditas22--1,00

Ketersediaan gudang1111-1,50

Terdapat lembaga swadaya agribisnis-1932,14

Terdapat lembaga keuangan-1662,27

Terdapat fasilitas kredit usaha kecil-1662,27

Terdapat lembaga penelitian-1572,32

Terdapat forum pengembangan61151,95

Terdapat trading house22--1,00

Sumberdaya ManusiaMengerti penggunaan teknologi11471,821,62

Penggunaan teknologi dalam bertani814-1,63

Darimana mendapatkan keterampilan139-1,41

Rata-rata2,07

Sumber: Hasil Analisis dan Kuesioner, 2015

1. Indikator Komoditas UnggulanKomoditas unggulan pada Kota Tani Bandongan memiliki skor rata-rata sebesar 2,02. Berdasarkan pengisian kuesioner oleh para petani, komoditas unggulan pada Kecamatan Bandongan sebagian besar menyatakan sebanyak 2 jenis komoditas, yaitu komoditas padi dan sayuran yang rata-rata menanam tanaman cabai merah.Tanaman padi pada Kecamatan Bandongan menjadi komoditas unggulan, dimana menurut para petani kondisi lahan sawah pada kecamatan ini sangat berair dan susah untuk kering, sehingga yang paling cocok untuk ditanam adalah tanaman padi. Tanaman padi pada Kecamatan Bandongan sudah memiliki nama di Kabupaten Magelang maupun kabupaten-kabupaten sekitar. Padi Bandongan terkenal dengan rasa dan aroma yang khas. 2. Indikator Jarak PelayananJarak pelayanan kecamatan pada Kota Tani Bandongan memiliki skor sebesar 1,63. Nilai yang dapat dibilang kecil ini disebabkan oleh Kecamatan Bandongan yang berbatasan langsung dengan Kota Magelang. Hal ini menyebabkan petani yang ada di desa-desa yang lebih dekat dengan Kota Magelang memilih untuk memasarkan hasil panen mereka di kota. Menurut wawancara dengan Bapak Cahya Edy (Bappeda Kab. Magelang), harga jual hasil panen di Kota dan di KTU Kaliangkrik tidak jauh berbeda, sehingga petani yang berada di desa perbatasan lebih memilih memasarkan hasil panen mereka di kota. Selain untuk menghemat biaya transportasi, biasanya mereka juga sekaligus membeli keperluan yang hanya didapatkan di kota.Untuk waktu tempuh ke KTU Kaliangkrik memiliki skor sebesar 2,23. Dimana dari desa-desa perbatasan dengan kota, memiliki waktu tempuh sekitar 15-30 menit untuk menuju KTU Kaliangkrik.

3. Indikator Kegiatan EkonomiKegiatan ekonomi pada KT Bandongan memiliki skor sebesar 1,98. Kegiatan ekonomi disini dibagi menjadi 3, yaitu hasil penjualan (1,77), keberadaan industry pengolahan (2,32), dan ketersediaan bahan baku industry (1,86).Untuk hasil penjualan, sebagian besar petani mengaku bahwa harga komoditas tidak stabil setiap tahunnya. Sehingga keuntungan yang mereka dapatkan juga tidak stabil. Beberapa petani padi yang menjadi responden mengaku bahwa dalam 1 tahun terakhir sudah beberapa kali gagal panen dikarenakan hama tikus.Untuk keberadaan industry pengolahan berdasarkan hasil kuesioner, belum banyak terdapat industry pengolahan hasil panen. Beberapa industry yang ada pada KT Bandongan adalah industry pembuatan tempe, tahu, dan berbagai macam keripik dengan bahan dasar singkong/ubi kayu (slondok, potil).

4. Indikator Daya DukungDaya dukung pada KT Bandongan memiliki rata-rata skor sebesar 2,35 yang terbagi atas kesesuaian jenis tanah (2,50), kemiringan lahan (2,45), ketinggian lahan (2,68). Selain itu juga ada status lahan pertanian (2,23), status pekerjaan (1,22), dan persebaran lokasi lahan pertanian (3,00).Untuk jenis tanah, ketinggian, dan kemiringan lahan pada KT Bandongan, sebagian besar petani merasa ketiganya sudah sesuai untuk tanaman unggulan pada kecamatan mereka, yaitu padi. Mereka beranggapan bahwa tanah yang ada di Kecamatan Bandongan sangat cocok untuk ditanami padi karena kondisinya yang selalu basah dan berlumpur hingga di atas lutut orang dewasa.Para petani di KT Bandongan yang menjadi responden penelitian ini sebagian besar merupakan petani yang menyewa lahan milik orang. Namun ada juga yang sepenuhnya buruh tani dimana mereka hanya mengerjakan lahan milik orang.

5. Indikator InfrastrukturInfrastruktur pada KT Bandongan memiliki rata-rata skor sebesar 2,48. Dimana untuk infrastruktur jaringan air bersih, jaringan listrik, dan jaringan telekomunikasi pada kecamatan ini dalam kondisi yang baik dan dengan mudah didapatkan. Air bersih pada kecamatan ini didapatkan melalui PDAM.Untuk kondisi jaringan jalan, KT Bandongan memiliki skor sebesar 1,86 dan untuk lebar jalan memiliki skor 1,72. Jalanan pada kecamatan Bandongan berdasarkan survey primer dalam kondisi yang baik, namun ditemukan beberapa bagian yang berlubang ataupun bergelombang. Hal ini tentu saja dapat menghambat pemasaran komoditas bahkan dapat membahayakan pengguna jalan tersebut. Untuk kondisi lebar jalannya, pada jalan poros desa dapat dilalui setidaknya oleh 2 mobil. Namun, untuk kondisi lebar jalan dari lahan sawah menuju jalan poros desa, banyak petani yang mengaku hanya dapat dilalui oleh 1 mobil saja, bahkan ada yang hanya dapat dilalui oleh 1 motor. Kondisi tersebut tentu menjadi penghambat untuk memasarkan hasil panen tanaman mereka.

6. Indikator FasilitasFasilitas pada KT Bandongan memiliki skor rata-rata sebesar 1,86. Skor yang cukup rendah ini diakibatkan oleh tidak adanya fasilitas pasar khusus dan tidak adanya trading house. Pasar khusus pada kawasan Agropolitan Sumbing berada pada Desa Kaliangkrik yang merupakan Kota Tani Utama dari Agropolitan Sumbing. Sedangkan untuk trading house pada kawasan penelitian memang belum ada. Selain jawaban dari kuesioner responden, hal ini dipertegas lagi oleh Bapak Cahya Edy (Bappeda Kab. Magelang), bahwa pada kawasan Agropolitan Sumbing belum terdapat trading house atau show room. Namun, untuk sejenis tempat packing atau branding sudah ada, yaitu pada KTU Kaliangkrik.Fasilitas lainnya pada KT Bandongan memiliki kondisi yang rata-rata sudah baik namun belum memberikan manfaat yang optimal. Fasilitas tesebut antara lain adalah pasar, gudang, lembaga swadaya, lembaga keuangan, dan lain-lain. Untuk gudang, menurut hasil pengisian kuesioner, hasilnya seimbang antara skor 1 (tidak ada gudang) dan skor 2 (ada, namun tidak menampung banyak). Hal tersebut berarti bahwa masih banyak petani yang tidak mengetahui bahwa terdapat gudang penyimpanan pada kecamatan mereka, namun gudang tersebut tidak mampu untuk menampung dalam jumlah yang besar.Untuk lembaga swadaya masyarakat sendiri, pada KT Bandongan sudah terbentuk kelompok-kelompok tani. Namun banyak petani yang mengaku bahwa adanya kelompok tani tidak banyak membantu dalam proses bertani. Bahkan banyak diantaranya yang tergabung dalam kelompok tani, namun tidak pernah aktif apabila sedang diadakan perkumpulan maupun sosialisasi.

7. Indikator Sumberdaya ManusiaSumberdaya manusia dalam hal ini adalah petani, pada KT Bandongan memiliki skor rata-rata sebesar 1,70. Dengan rincian mengerti penggunaan teknologi (2,05), penggunaan teknologi dalam bertani (1,63), dan darimana mendapatkan keterampilan (1,41).Hasil skoring tersebut dapat menunjukkan bahwa para petani di KT Bandongan rata-rata sudah mengerti penggunaan teknologi dan dalam kegiatan bertaninya sudah mulai mengkombinasikan penggunaan teknologi modern dengan teknologi sederhana/tradisional. Dimana sebagian besar dari mereka mendapatkan keterampilan/pengetahuan tersebut karena melihat yang sudah ada (turun-temurun), namun ada juga yang mendapatkan keterampilan tersebut dari adanya proses sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah.

B. Kota Tani KajoranPada Kota Tani Kajoran, pengisian kuesioner dilakukan oleh para petani yang tersebar di beberapa desa. Desa-desa tersebut adalah Desa Kajoran, Desa Sidowangi, Desa Sangen, dan Desa Banjaragung Jumlah responden pada Kecamatan Bandongan adalah sebanyak 24 responden. Hasil pengisian kuesioner pada KT Kajoran dapat dilihat pada Tabel 4.11Tabel 4.11Hasil Skoring Kinerja Kota Tani KajoranIndikatorVariabelFrekuensi SkorRata-rata

123VI

Komoditas UnggulanBanyaknya jenis komoditas unggulan51272,252,15

Produktivitas komoditas31742,04

Jarak PelayananJarak pelayanan kecamatan816-1,792,02

Lama perjalanan motor ke KTU51362,25

Kegiatan EkonomiHasil penjualan komoditas unggulan-2042,171,99

Keberadaan industry pengolahan816-1,58

Ketersediaan bahan baku industry-1952,21

Daya DukungKesesuaian jenis tanah-14102,422,23

Kesesuaian kemiringan lahan-14102,42

Kesesuaian ketinggian lahan-14102,42

Status lahan pertanian yang dikerjaan15-91,75

Status pekerjaan 159-1,38

Persebaran lokasi lahan pertanian--243,00

InfrastrukturKondisi jaringan jalan-2222,082,58

Kondisi lebar jalan31472,17

Kondisi jaringan irigasi-1862,25

Kondisi jaringan air bersih--243,00

Kondisi jaringan listrik--243,00

Kondisi jaringan telekomunikasi--243,00

FasilitasKeberadaan pasar-1682,331,95

Keberadaan pasar khusus komoditas24-1,00

Ketersediaan gudang51631,92

Terdapat lembaga swadaya agribisnis-1772,29

Terdapat lembaga keuangan-1592,38

Terdapat fasilitas kredit usaha kecil-1592,38

Terdapat lembaga penelitian7892,00

Terdapat forum pengembangan48122,29

Terdapat trading house24--1,00

Sumberdaya ManusiaMengerti penggunaan teknologi410102,251,92

Penggunaan teknologi dalam bertani420-1,83

Darimana mendapatkan keterampilan915-1,63

Rata-rata2,14

Sumber: Hasil Analisis dan Kuesioner, 2015

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner yang dilakukan pada 24 responden di kecamatan kajoran, didapatkan bahwa variabel yang memiliki skor rata-rata paling rendah adalah ketersediaan pasar khusus (1,00) dan ketersediaan trading house (1,00) sama halnya dengan Kota Tani Bandongan, bahwa pasar khusus pada agropolitan Sumbing terdapat di Kota Tani Utama Kaliangkrik. Kemudian skor terendah lainnya adalah status pekerjaan (1,38) dan keberadaan industry pengolahan (1,58). Untuk mengetahui kinerja Kota Tani Kajoran, maka dicari rata-rata dari seluruh skor dan didapatkan hasil sebesar 2,14. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa dari skala 1 3, kecamatan Kajoran memiliki kinerja pada tingkat 2.

1. Indikator Komoditas UnggulanKomoditas unggulan pada KT Kajoran memiliki skor rata-rata sebesar 2,33. Dimana sebagian besar responden mengatakan bahwa terdapat lebih dari 2 jenis komoditas yang menjadi unggulan. Di KT Bandongan sendiri, komoditas yang menjadi unggulan adalah tanaman yang ditanam pada lahan kering, seperti jagung, sayuran (cabai merah, kobis) dan tanaman perkebunan yaitu kopi. Sedangkan untuk produktivitasnya sebagian besar responden menyatakan tingkat produktivitasnya sedang dengan jumlah yang naik-turun setiap tahunnya.

2. Indikator Jarak PelayananJarak pelayanan untuk KT Kajoran memiliki nilai skor rata-rata sebesar 2,35. Dengan jarak pelayanan sebesar 2,42 dan lama perjalanan sebesar 2,29. Masyarakat KT Bandongan dalam hal ini petani yang menjadi responden menilai bahwa KT Bandongan memiliki jarak pelayanan antara 5-10 km sebanyak 14 responden dan > 10 km sebanyak 10 responden. Dalam hal ini KT Kajoran untuk cakupan pelayanannya dapat dikatakan sudah baik. Dimana berdasarkan informasi dari para responden bahwa desa-desa yang cukup jauh memasarkan hasil panen mereka di Pasar Kabupaten, yaitu Pasar Kajoran. Namun ada juga yang memasarkan pada para pengempul untuk kemudian di bawa ke STA Kaliangkrik.

3. Indikator Kegiatan EkonomiTidak jauh berbeda dengan KT Bandongan, KT Kajoran dalam hal kegiatan ekonominya sebagian besar responden beranggapan bahwa pada kecamatannya terdapat industry pengolahan dalam jumlah yang tidak banyak. Industri rumahan yang ada menurut para responden adalah industry pembuatan tempe, tahu, berbagai macam keripik berbahan dasar singkong, dan keripik pisang.Untuk bahan bakunya sendiri seluruh responden sepakat bahwa tidak perlu mendatangkan dari daerah lain. Namun, bahan baku tersebut hanya 5 responden yang menganggap masih dapat di ekspor, sedangkan 19 responden lainnya menganggap bahwa bahan baku yang ada digunakan untuk produksi olahan maupun untuk di konsumsi sendiri.

4. Indikator Daya DukungDaya dukung pada KT Kajoran memiliki rata-rata skor sebesar 2,23. Dimana sebagian besar responden menganggap kondisi jenis tanah, kemiringan dan ketinggian lahan untuk tanaman mereka sudah sesuai. Sebagian besar petani di KT Kajoran menanami lahan mereka dengan tanaman sayuran. Dimana Kajoran merupakan dataran tinggi di lereng Gunung Sumbing, memiliki kondisi lahan pertanian kering yang sesuai untuk ditanami berbagai macam sayuran.Sedangkan untuk lokasi persebaran lahan pertanian di KT Kajoran semua sepakat bahwa tersebar merata di semua desa. Untuk status lahan yang dikerjakan sebagian besar merupakan lahan sewa.

5. Indikator InfrastrukturKondisi infrastruktur di KT Kajoran untuk jaringan air bersih, jaringan listrik, dan telekomunikasi dalam keadaan yang baik. Sedangkan untuk kondisi jalannya baik namun masih ditemukan jalan-jalan yang berlubang ataupun bergelombang. Untuk lebar jalannya sendiri, sebagian besar responden menyatakan hanya dapat dilalui 1 mobil, kecuali sudah di jalan poros dapat dilalui oleh 2 mobil. Jalan yang menuju sawah sendiri rata-rata merupakan jalan dari bebatuan/macadam. Untuk jaringan irigasi dalam wilayah penelitian dalam kondisi yang dapat dibilang baik namun belum dirasa optimal. Karena hampir seluruh desa di KT Kajoran lahan pertaniannya adalah lahan kering sehingga air yang dibutuhkan tidak sebanyak untuk lahan pertanian basah. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, petani membuat semacam kubangan di sekitar lahan mereka untuk menampung air yang digunakan untuk menyirami tanaman mereka.

6. Indikator FasilitasUntuk fasilitas yang ada di KT Kajoran, sebagian besar responden merasakan bahwa fasilitas-fasilitas yang ada belum membantu secara optimal untuk kegiatan pertanian mereka. Misalnya adalah lembaga keuangan, sama dengan KT lainnya. Masyarakat tidak banyak yang memanfaatkan fasilitas ini. Menurut pendapat dari beberapa responden, mereka tidak percaya ataupun tidak yakin untuk dapat mengembalikan modal karena kegiatan bercocok tanam tidak selalu berhasil, misalnya gagal panen karena adanya hama tikus dan sebagainya. Untuk lembaga swadaya masyarakat dalam hal ini adalah kelompok tani, pada KT Kajoran sudah terdapat kelompok tani, namun sama halnya dengan KT Bandongan, kelompok tani di wilayah ini banyak yang tidak aktif. Mereka tergabung dalam kelompok tani hanya sebatas untuk formalitas saja, apabila diadakan kegiatan sosialisasi ataupun perkumpulan banyak yang tidak menghadiri.

7. Indikator Sumberdaya ManusiaSumberdaya manusia pada KT Kajoran memiliki rata-rata skor sebesar 1,92 yang terbagi atas mengerti akan teknologi (2,25), penggunaan teknologi (1,83), dan darimana mendapatkan keterampilan (1,63). Dari hasil skoring tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar petani sudah mengerti penggunaan teknologi dalam pertanian, sehingga dalam kegiatan bertani pun mereka sudah mengkombinasikan penggunaan teknologi sederhana/tradisional dengan teknologi modern. Untuk darimana mendapatkan keterampilan tersebut sebagian besar responden menyatakan mendapatkan dari proses sosialisasi oleh pemerintah.

C. Kota Tani WindusariPada Kota Tani Windusari, pengisian kuesioner dilakukan oleh para petani yang tersebar di beberapa desa. Desa-desa tersebut adalah Desa Windusari, Desa Kembangkuning, DesaBanjarsari, dan Desa Candisari. Jumlah responden pada Kecamatan Bandongan adalah sebanyak 24 responden. Hasil pengisian kuesioner pada KT Kajoran dapat dilihat pada Tabel 4.12Tabel 4.12Hasil Skoring Kinerja Kota Tani WindusariIndikatorVariabelFrekuensi SkorRata-rata

123VI

Komoditas UnggulanBanyaknya jenis komoditas unggulan41372,212,15

Produktivitas komoditas21842,08

Jarak PelayananJarak pelayanan kecamatan1113-1,672,08

Lama perjalanan motor ke KTU-12122,50

Kegiatan EkonomiHasil penjualan komoditas unggulan-1952,211,97

Keberadaan industry pengolahan1014-1,97

Ketersediaan bahan baku industry-1862,25

Daya DukungKesesuaian jenis tanah-11132,542,42

Kesesuaian kemiringan lahan-9152,63

Kesesuaian ketinggian lahan-11132,54

Status lahan pertanian yang dikerjaan10-142,17

Status pekerjaan 101221,67

Persebaran lokasi lahan pertanian--243,00

InfrastrukturKondisi jaringan jalan-2042,172,59

Kondisi lebar jalan68102,17

Kondisi jaringan irigasi-1952,21

Kondisi jaringan air bersih--243,00

Kondisi jaringan listrik--243,00

Kondisi jaringan telekomunikasi--243,00

FasilitasKeberadaan pasar-2132,132,04

Keberadaan pasar khusus komoditas24--1,00

Ketersediaan gudang6992,13

Terdapat lembaga swadaya agribisnis-1952,21

Terdapat lembaga keuangan-1772,29

Terdapat fasilitas kredit usaha kecil-1592,38

Terdapat lembaga penelitian-10142,58

Terdapat forum pengembangan-8162,67

Terdapat trading house24--1,00

Sumberdaya ManusiaMengerti penggunaan teknologi61082,081,82

Penggunaan teknologi dalam bertani519-1,79

Darimana mendapatkan keterampilan1014-1,58

Rata-rata2,21

Sumber: Hasil Analisis dan Kuesioner, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada Kota Tani Windusari memiliki kesamaan dengan Kota Tani lainnya, yaitu memiliki skor terendah pada variabel keberadaan pasar khusus (1,00) dan keberadaan trading house (1,00). Kemudian skor terendah lainnya adalah darimana mendapatkan keterampilan (1,58), status pekerjaan (1,67), dan jarak pelayanan kecamatan (1,67). Untuk mengetahui kinerja Kota Tani Windusari maka dihitung rata-rata dari keseluruhan skor dan didapatkan rata-rata skor sebesar 2,21. Apabila dibandingkan dengan Kota Tani lainnya, Kota Tani Windusari memiliki skor yang paling tinggi walaupun tidak memiliki selisih yang berbeda jauh.

1. Indikator Komoditas UnggulanKomoditas unggulan pada KT Windusari memperoleh skor rata-rata sebesar 2,23. Dimana menurut para responden, jenis komoditas yang ada pada kecamatan Windusari terdapat lebih dari 2 jenis. Komoditas tersebut berupa tanaman jagung, kopi, dan padi. Sedangkan untuk produktivitasnya sebagian besar responden menyatakan bahwa komoditas tersebut memiliki produktivitas yang rendah dengan hasil produksi yang naik turun setiap tahunnya.

2. Indikator Jarak PelayananKT Windusari memiliki skor rata-rata untuk indikator jarak pelayanan sebesar 2,23 yang terbagi atas jarak pelayanan kecamatan (2,29) dan lama perjalanan ke KTU Kaliangkrik (2,17). Menurut sebagian besar responden, Desa Windusari sebagai Kota Tani sudah mampu melayani kebutuhan masyarakat di Kecamatan Windusari. Untuk waktu tempuh menuju KTU Kaliangkrik sendiri sebagian besar memakan waktu antara 15-30 menit hingga di atas 30 menit perjalanan dengan menggunakan motor.

3. Indikator Kegiatan EkonomiTidak berbeda jauh dengan Kota Tani Lainnya, untuk indikator kegiatan ekonomi, hasil penjualan komoditas memiliki harga yang tidak stabil setiap tahunnya. Sedangkan untuk keberadaan industry belum terdapat banyak yang mengolah hasil komoditasnya. Sebagian besar dari mereka hanya menjual langsung dalam bentuk mentah belum diolah. Jenis industry rumah tangga yang ada di Kota Tani Windusari tidak berbeda jauh dengan Kota Tani lainnya, yaitu industry rumah tangga pengolahan tempe, tahu, berbagai jenis keripik, dan biji kopi. Untuk bahan dasarnya sendiri dinilai sudah mencukupi, dan ada beberapa jenis yang mampu dijual ke luar wilayah Kecamatan Windusari.

4. Indikator Daya DukungDaya dukung pada KT Windusari memiliki skor rata-rata sebesar 2,38. Sama halnya dengan kota tani lainnya, pada KT Windusari seluruh responden menganggap kondisi jenis tanah, ketinggian dan kemiringan lahannya sudah sesuai bahkan sangat sesuai. Lokasi agropolitan Sumbing yang berada pada lereng Gunung Sumbing memberikan keuntungan pada suburnya tanah pada kawasan ini, sehingga banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik.Berbeda dengan KT lainnya, responden pada KT Windusari terdapat lebih banyak yang sebagai pemilik lahan dibandingkan dengan yang hanya sewa lahan. Dengan begitu untuk status pekerjaannya pun lebih banyak yang sebagai pemilik sekaligus petani dibandingkan yang hanya buruh tani.

5. Indikator InfrastrukturInfrastruktur yang ada pada KT Windusari sebagian besar dalam kondisi yang baik, sehingga memiliki skor rata-rata yang cukup besar yaitu 2,53. Untuk kondisi jaringan listrik dan telekomunikasi semua responden memberikan penilaian dalam kondisi yang baik. Berbeda dengan Kota Tani lainnya, pada KT Windusari terdapat responden yang memberikan penilaian kurang pada jaringan air bersih. Mereka mengaku belum mendapatkan jaringan air bersih dari PDAM dan mengalami kendala apabila musim kemarau datang.Untuk kondisi jaringan jalan pada KT Windusari memiliki kondisi yang baik, namun masih terdapat beberapa kerusakan seperti jalan berlubang ataupun bergelombang. Sedangkan mengenai lebar jalannya, sebagian besar menyatakan bahwa hanya dapat dilewati dengan 1 mobil (10 responden) dan dapat dilewati oleh 2 mobi (8 responden), namun masih ada responden yang untuk menuju lahan sawahnya hanya dapat dilalui oleh motor.

6. Indikator FasilitasFasilitas-fasilitas yang ada pada KT Windusari sebagian besar dalam kondisi yang baik namun belum mampu untuk membantu kegiatan pertanian secara optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil kuesioner oleh para responden yang sebagian besar memberikan skor 2 untuk variabel-variabel pada indikator fasilitas. Dimana skor 2 menunjukkan bahwa keberadaan fasilitas pada kecamatan tersebut baik, namun belum memberikan manfaat yang berarti bagi kegiatan pertanian mereka. Misalnya adalah forum pengembangan, pada KT Windusari rutin diadakan perkumpulan untuk para kelompok tani dimana seringkali membahas untuk kemajuan kegiatan pertanian di KT Windusari. Para responden yang pernah mengikuti kegiatan tersebut masih banyak yang belum merasakan manfaatnya, walaupun ada sebagian responden yang beranggapan bahwa kegiatan tersebut sangat bermanfaat dan membantu untuk kemajuan kegiatan pertaniannya.

7. Indikator Sumberdaya ManusiaSumberdaya manusia pada KT Windusari memiliki skor rata-rata sebesar 1,82. Sama halnya dengan Kota Tani lainnya, pada KT Windusari para petani sebagian besar sudah mengerti penggunaan teknologi pertanian dan sudah menerapkan teknologi modern disamping teknologi sederhana/tradisional. Dalam mendapatkan keterampilan tersebut sebagian mengaku mengetahui dari apa yang telah dilihat (turun-temurun) dan mendapatkan pengetahuan dari adanya sosialisasi dari pemerintah. Menurut salah satu responden, dengan digunakan teknologi pertanian yang modern pada kegiatan bertani tentu akan memberikan manfaat bagi para petani yang menggunakannya, karena dengan adanya teknologi-teknologi tersebut mampu memudahkan pekerjaan maupun memberikan hasil yang lebih baik dan banyak berkat bantuan teknologi modern tersebut.

D. Kota Tani Utama KaliangkrikPada Kota Tani Utama Kaliangkrik, pengisian kuesioner dilakukan oleh para petani yang tersebar di beberapa desa. Desa-desa tersebut adalah Desa Kaliangkrik, Desa Giriwarno, Desa Maduretno, dan Desa Bumirejo. Jumlah responden pada Kecamatan Bandongan adalah sebanyak 30 responden. Hasil pengisian kuesioner pada KTU Kaliangkrik dapat dilihat pada Tabel 4.13Tabel 4.13Hasil Skoring Kinerja Kota Tani Utama KaliangkrikIndikatorVariabelFrekuensi SkorRata-Rata

123VI

Komoditas UnggulanBanyaknya jenis komoditas unggulan-12182,602,43

Produktivitas komoditas316112,27

Jarak PelayananJarak pelayanan kecamatan-14162,532,77

Lama perjalanan motor ke KTU--303,00

Kegiatan EkonomiHasil penjualan komoditas unggulan-14162,532,42

Keberadaan industry pengolahan-2192,30

Ketersediaan bahan baku industry-17132,43

Daya DukungKesesuaian jenis tanah-14162,532,54

Kesesuaian kemiringan lahan-16142,47

Kesesuaian ketinggian lahan-12182,60

Status lahan pertanian yang dikerjaan12-182,57

Status pekerjaan 121262,10

Persebaran lokasi lahan pertanian--303,00

InfrastrukturKondisi jaringan jalan-2642,132,59

Kondisi lebar jalan512132,27

Kondisi jaringan irigasi-2642,13

Kondisi jaringan air bersih--303,00

Kondisi jaringan listrik--303,00

Kondisi jaringan telekomunikasi--303,00

FasilitasKeberadaan pasar-13172,572,30

Keberadaan pasar khusus komoditas-20102,33

Ketersediaan gudang-19112,37

Terdapat lembaga swadaya agribisnis-20102,33

Terdapat lembaga keuangan-18122,40

Terdapat fasilitas kredit usaha kecil-14162,53

Terdapat lembaga penelitian-13172,57

Terdapat forum pengembangan311162,53

Terdapat trading house1911-1,10

Sumberdaya ManusiaMengerti penggunaan teknologi413132,301,94

Penggunaan teknologi dalam bertani723-1,83

Darimana mendapatkan keterampilan1119-1,70

Rata-rata2,42

Sumber: Hasil Analisis dan Kuesioner, 2015

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada 30 responden di Kota Tani Utama Kaliangkrik, didapatkan skor rata-rata adalah sebesar 2,41. Skor tersebut apabila dibandingkan dengan Kota Tani pendukungnya memang yang memiliki skor paling tinggi dan memiliki selisih yang cukup banyak. Hal tersebut menandakan bahwa perkembangan konsep agropolitan pada kawasan Sumbing memang lebih difokuskan terlebih dahulu pada Kota Tani Utamanya, yaitu pada Kecamatan Kaliangkrik. Namun, dengan skor sebesar 2,41 masih menandakan bahwa Kota Tani Utama Kaliangkrik belum memiliki kinerja yang optimal.

1. Indikator Komoditas UnggulanSebagai Kota Tani Utama yang didukung oleh Kota Tani nya, sudah jelas bahwa pada KTU Kaliangkrik memiliki lebih dari 3 jenis komoditas unggulan. Komoditas-komoditas tersebut berdasarkan apa yang ada pada Kota Tani di bawahnya. Untuk di Kecamatan Kaliangkrik sendiri, komoditas yang menjadi unggulan adalah jagung dan berbagai macam sayuran seperti kobis, cabai merah, kentang, dan bawang daun. Produktivitas komoditas yang ada di KTU Kaliangkrik sendiri memiliki produksi yang sedang dengan jumlah yang naik-turun setiap tahunnya bergantung pada kondisi alam.

2. Indikator Jarak PelayananSebagai Kota Tani Utama, Kecamatan Kaliangkrik sudah seharusnya memiliki radius pelayanan yang lebih luas dibandingkan dengan Kota Tani. Hal ini sudah sesuai apabila dilihat dari hasil kuesioner, dimana sebanyak 16 orang responden menyatakan bahwa radius pelayanannya lebih dari 30 km dan sebanyak 15 orang memilih radius pelayanan sejauh 15-30 km.Berdasakan survey primer, Desa Kaliangkrik yang ditetapkan sebagai Kota Tani Utama Agropolitan Sumbing memang memiliki fasilitas dan infrastruktur yang lebih lengkap dan baik apabila dibandingkan dengan Kota Taninya. Pada KTU Kaliangkrik sudah terdapat Sub Terminal Agribisnis (STA), sehingga dapat menarik para petani yang ada di kecamatan lain untuk memasarkan hasil panen mereka di sini. Hal ini yang membuat jangkauan pelayanan KTU Kaliangkrik lebih luas dibandingkan Kota Taninya.

3. Indikator Kegiatan EkonomiKegiatan ekonomi pada KTU Kaliangkrik, yaitu hasil penjualan komoditas sebanyak 16 responden menyatakan bahwa harga penjualannya tidak stabil, dimana dalam hal ini tergantung pada musimnya. Sedangkan 14 responden lainnya menyatakan harga jual hasil panennya meningkat dari tahun lalu.Pada saat survey primer, yaitu pada pertemuan kelompok tani di BPPK Kecamatan Kaliangkrik, dapat disimpulkan bahwa para petani disini cenderung menanam jenis tanaman yang sama dengan petani tetangga. Hal ini menyebabkan beberapa jenis komoditas yang jarang petani menanamnya mengalami kenaikan harga pada saat masa panen. Oleh sebab itu, pada pertemuan tersebut dilakukan plotting bagi para petani untuk menanam jenis tanaman sayuran apa saja di desanya agar memiliki jenis yang beragam. Dalam pertemuan tersebut agar petani mau untuk mencoba menanam berbagai jenis sayuran, pihak pemerintah memberikan bantuan berupa bibit tanaman.Untuk keberadaan industry pengolahan pada KTU Kaliangkrik, memang lebih banyak dibandingkan dengan Kota Taninya. Namun masih dibilang belum banyak untuk sebuah kawasan agropolitan, sehingga para responden pun mayoritas memberikan penilaian bahwa industry yang ada tidak banyak. Untuk bahan bakunya sendiri, semuanya sudah mencukupi dan tidak perlu melakukan ekspor dari daerah lain mengingat industry disini masih industry kecil rumah tangga dengan jumlah produksi yang tidak banyak. Sehingga bahan baku yang diperlukan cukup dari hasil panen saja ataupun membeli yang ada di Pasar Kaliangkrik.

4. Indikator Daya DukungKTU Kaliangkrik yang sebagian besar berada di ketinggian menyebabkan wilayah ini berhawa sejuk di siang hari hingga cukup dingin di malam hari. Dengan kondisi suhu udara yang demikian wilayah ini menjadi salah satu daerah pusat penghasil sayuran dengan mutu yang baik di wilayah Kabupaten Magelang. Dengan kondisi tersebut, para responden banyak menilai daya dukung dalam hal ini adalah jenis tanah, ketinggian, dan kemiringan lahan dengan skor 3 yaitu sangat sesuai.Untuk persebaran lahan pertanian sama dengan Kota Taninya, yaitu tersebar merata di semua desa. Untuk status lahannya, sebagian besar responden memiliki lahan pertanian milik sendiri. Sebagian besar dari mereka pun bekerja menggarap lahannya, namun ada juga yang memperkerjakan buruh tani untuk menggarap lahannya.

5. Indikator InfrastrukturKTU Kaliangkrik yang berada pada kaki Gunung Sumbing, dimana terdiri atas 20 desa yang sebagian besar berbukit-bukit dengan tanjakan yang cukup berat karena masih banyak jalan menuju desa atau dusun yang masih belum di aspal. Berdasarkan hal tersebut, para responden pada KTU Kaliangkrik sebagian besar menyatakan bahwa kondisi jalan dalam kondisi yang baik namun masih dapat ditemukan kerusakan. Sedangkan untuk infrastruktur lainnya seperti jaringan air bersih, listrik, dan telekomunikasi semua dalam kondisi yang baik.

6. Indikator FasilitasFasilitas-fasilitas yang ada pada KTU Kaliangkrik sebagian besar sama dengan kondisi pada Kota Tani, yang membedakan adalah pada KTU Kaliangkrik terdapat Sub Terminal Agribisnis (STA) dalam hal ini adalah pasar khusus pemasaran komoditas unggulan. STA Kaliangkrik sendiri mulai beroperasi sejak tahun 2013, dengan kondisi yang masih baru para responden beranggapan bahwa kinerja STA ini masih belum optimal. Menurut pihak Bappeda, Bapak Cahya Edy, bahwa STA Kaliangkrik masih belum berhasil seperti STA Sewukan yang ada pada Agropolitan Merapi-Merbabu. Pada STA Kaliangkrik, pelaku pasarnya hanyalah para petani di Kabupaten Magelang, bahkan hanya petani di Kecamatan pada Agropolitan Sumbing. Sehingga apabila dibandingkan dengan STA Sewukan, STA Kaliangkrik tidak seramai pada STA Sewukan, dimana pada STA Sewukan pelaku pasarnya bahkan ada yang dari kabupaten tetangga.Pada kondisi idealnya, pada Kota Tani Utama seharusnya terdapat trading house/show room untuk hasil olahan komoditas unggulan. Namun pada kondisi eksistingnya, pada KTU Kaliangkrik belum terdapat trading house. Namun berdasarkan penuturan Bapak Cahya Edy, bahwa pada KTU Kaliangkrik sudah terdapat ruang untuk packing atau grading.

7. Indikator Sumberdaya Manusia

4.2.2 Kinerja Kota Tani dan Kota Tani Utama Berdasarkan Kriteria PembentuknyaUntuk mengetahui kinerja Kota Tani dan Kota Tani Utama pada kawasan agropolitan Sumbing, dilakukan dengan menggunakan komparasi skor eksisting dan skor ideal yang didapatkan dari kriteria pembentuk KT dan KTU yang telah ditentukan sebelumnya.

Tabel 4.15Komparasi Skor Eksisting dengan Skor Ideal

Struktur AgropolitanIndikator/kriteriaSkor EksistingKondisi IdealSkor IdealSesuai/Tidak Sesuai

Kota TaniBandonganKomoditas Unggulan2,02Memiliki beberapa komoditas unggulan pada setiap kota tani2,0 2,5Sesuai

Jarak Pelayanan1,93Radius pelayanan 10-15 km dengan jarak tempuh jam perjalanan ke KTU2,0 2,5Tidak sesuai

Kegiatan Ekonomi1,98Memiliki budidaya pertanian dan UMKM bahan baku komoditas unggulan2,0 2,5Tidak sesuai

Daya Dukung2,34Memiliki morfologi lahan yang sesuai dengan komoditas unggulan2,0 2,5Sesuai

Infrastruktur2,48Memiliki infrastruktur standar perkotaan dengan fungsi yang optimal2,0 2,5Sesuai

Fasilitas1,86Memiliki fasilitas penyimpanan, pasar, dan lembaga swadaya2,0 2,5Tidak sesuai

Sumberdaya manusia1,62Memiliki sumberdaya petani yang mampu menggunakan teknologi pertanian2,0 2,5Tidak sesuai

56156 jiwaJumlah penduduk 15.000-75.000 jiwa atau 3.000-15.000 KK-Sesuai

Kota TaniKajoranKomoditas Unggulan2,15Memiliki beberapa komoditas unggulan pada setiap kota tani2,0 2,5Sesuai

Jarak Pelayanan2,02Radius pelayanan 10-15 km dengan jarak tempuh jam perjalanan ke KTU2,0 2,5 Sesuai

Kegiatan Ekonomi1,99Memiliki budidaya pertanian dan UMKM bahan baku komoditas unggulan2,0 2,5Tidak Sesuai

Daya Dukung2,23Memiliki morfologi lahan yang sesuai dengan komoditas unggulan2,0 2,5Sesuai

Infrastruktur2,58Memiliki infrastruktur standar perkotaan dengan fungsi yang optimal2,0 2,5Sesuai

Fasilitas1,95Memiliki fasilitas penyimpanan, pasar, dan lembaga swadaya2,0 2,5Tidak Sesuai

Sumberdaya manusia1,90Memiliki sumberdaya petani yang mampu menggunakan teknologi pertanian2,0 2,5Tidak Sesuai

52403 jiwaJumlah penduduk 15.000-75.000 jiwa atau 3.000-15.000 KKSesuai

Kota TaniWindusariKomoditas Unggulan2,15Memiliki beberapa komoditas unggulan pada setiap kota tani2,0 2,5Sesuai

Jarak Pelayanan2,08Radius pelayanan 10-15 km dengan jarak tempuh jam perjalanan ke KTU2,0 2,5Sesuai

Kegiatan Ekonomi1,97Memiliki budidaya pertanian dan UMKM bahan baku komoditas unggulan2,0 2,5Tidak Sesuai

Daya Dukung2,42Memiliki morfologi lahan yang sesuai dengan komoditas unggulan2,0 2,5Sesuai

Infrastruktur2,59Memiliki infrastruktur standar perkotaan dengan fungsi yang optimal2,0 2,5Sesuai

Fasilitas2,04Memiliki fasilitas penyimpanan, pasar, dan lembaga swadaya2,0 2,5Sesuai

Sumberdaya manusia1,82Memiliki sumberdaya petani yang mampu menggunakan teknologi pertanian2,0 2,5Tidak Sesuai

48144 jiwaJumlah penduduk 15.000-75.000 jiwa atau 3.000-15.000 KKSesuai

Kota Tani Utama KaliangkrikKomoditas Unggulan2,43Memiliki beberapa komoditas unggulan sesuai dengan kota tani pendukung>2,5Tidak Sesuai

Jarak Pelayanan2,77Radius pelayanan 15-35 km>2,5Sesuai

Kegiatan Ekonomi2,42Memiliki kegiatan agroindustri menengah dan besar dengan bahan baku komoditas unggulan>2,5Tidak Sesuai

Daya Dukung2,54Memiliki morfologi lahan yang sesuai dengan komoditas unggulan>2,5Tidak Sesuai

Infrastruktur2,59Memiliki infrastruktur standar perkotaan dengan fungsi yang optimal>2,5Sesuai

Fasilitas2,30Memiliki fasilitas penyimpanan, pasar, trading house, lembaga penelitian, forum pengembangan kawasan, dan lembaga keuangan agribisnis>2,5Tidak Sesuai

Sumberdaya manusia1,94Memiliki sumberdaya petani yang mampu menggunakan teknologi pertanian>2,5Tidak Sesuai

53875 jiwaJumlah penduduk 75.000-225.000 jiwa atau 3.000-15.000 KK

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan hasil komparasi antara skor eksisting dan skor ideal pada tabel di atas, maka dapat diketahui indikator yang tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16Tabel 4.16Ketidaksesuaian Kondisi Eksisting dengan Kondisi IdealLokasiIndikator Tidak Sesuai

KT Bandongan1. Kegiatan Ekonomi2. Fasilitas3. Sumberdaya Manusia

KT Kajoran Kegiatan Ekonomi Fasilitas Sumberdaya Manusia

KT Windusari Kegiatan Ekonomi Sumberdaya Manusia

KTU Kaliangkrik Kegiatan Ekonomi Fasilitas Sumberdaya Manusia

Sumber: Hasil Analisis, 2015

4.2.3 Penentuan Arahan Pengembangan Kawasan Agropolitan SumbingDalam merumuskan arahan pengembangan kawasan Sumbing sebagai agropolitan, dilakukan dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Arahan yang dibuat sesuai dengan kondisi eksisting pada setiap kecamatan pada kawasan inti agropolitan Sumbing yang diketahui berdasarkan survey primer maupun hasil skoring dari para responden penelitian.Berdasarkan hasil skoring yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diketahui indikator bahkan variabel apa saja yang tidak sesuai dengan kondisi idealnya, hal tersebut menjadi isu untuk menjadi acuan dalam pengembangan kawasan agropolitan Sumbing ini. Dari isu-isu tersebut selanjutnya dapat dilakukan proses analisis untuk merumuskan arahan yang dikaitkan dengan kondisi eksisting lapangan, hasil analisis skoring, serta dikaitkan dengan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pengembangan kawasan agropolitan. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana arahan pengembangan yang dapat dilakukan untuk masing-masing Kota Tani dan Kota Tani Utama.A. Kota Tani BandonganKecamatan Bandongan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Magelang yang memiliki struktur wilayah dengan didominasi persawahan yang berbukit-bukit. Dari hasil observasi di lapangan yaitu melalui pengamatan langsung dan hasil kuesioner kepada petani, diketahui bahwa pada KT Bandongan terdapat beberapa indikator yang belum sesuai dengan kondisi idealnya. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa variabel atau bahkan seluruh variabel dalam setiap indikator dalam kondisi yang tidak optimal. Berikut ini akan dijelaskan arahan untuk masing-masing indikator yang masih perlu untuk ditingkatkan pada KT Bandongan.1. Indikator Kegiatan EkonomiUntuk indikator kegiatan ekonomi, kondisi idealnya adalah memiliki budidaya pertanian dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan bahan baku komoditas unggulan. Seharusnya dengan kondisi ideal yang seperti itu, KT Bandongan sudah memiliki kondisi yang ideal. Namun apabila dilihat dari jumlahnya, keberadaan UMKM pada KT Bandongan masih dapat dikatakan sedikit. Berdasarkan hasil tinjauan literature didapatkan bahwa keberadaan UMKM memiliki banyak peran penting yang dapat membantu proses pembangunan ekonomi. Dimana dengan adanya UMKM dapat menyediakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan dan arus urbanisasi berlebih (Tambunan, 2002). Dalam penelitian ini diketahui bahwa keberadaan industry rumah tangga yang ada masih dalam jumlah yang sedikit serta bahan baku yang ada masih belum mampu untuk di ekspor ke wilayah lain. Minimnya jumlah industry tersebut juga dibarengi dengan tidak adanya modal para masyarakat untuk melakukan usaha pengolahan komoditas unggulan serta terbatasnya pangsa pasar. Di samping itu juga rendahnya produktivitas hasil olahan yang disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM UMKM dalam penguasaan teknologi dan pemasaran. Oleh karena itu arahan yang dapat diberikan untuk KT Bandongan, yaitu:a. Peningkatan kualitas SDM dengan memberikan sosialisasi/penyuluhan terkait teknik pengolahan komoditas unggulan untuk meningkatkan hasil produksi.b. Peningkatan kualitas SDM dengan pengenalan teknologi yang tepat dalam upaya memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan.

2. Indikator Fasilitas3. Indikator Sumberdaya Manusia

B. Kota Tani KajoranC. Kota Tani WindusariD. Kota Tani Utama Kaliangkrik

KTU Kaliangkrik

KTU Kaliangkrik memiliki jumlah penduduk sebesar 53.875 jiwa dengan penduduk bermatapencaharian sebagai petani yang mendominasi yaitu sebanyak 37.668 atau sekitar 69,9%. Berdasarkan hasil perbandingan skor eksisting dan skor ideal pada KTU Kaliangkrik ternyata hanya memiliki 8 variabel yang dianggap sudah sesuai. Variabel yang telah memiliki skor 3,00 pada KTU Kaliangkrik adalah jenis komoditas, jarak pelayanan, lama perjalanan, persebaran lahan, jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi, dan jumlah penduduk.KTU Kaliangkrik sebagai lokasi dengan hirarki paling tinggi seharusnya memiliki kondisi optimal untuk setiap kriteria pembentuknya. Namun pada kenyataannya, masih banyak kondisi yang belum berfungsi dengan optimal.1. Indikator Komoditas UnggulanPada indikator ini, variabel yang belum memiliki skor ideal adalah produktivitas komoditas. Para responden sebagai pelaku kegiatan pertanian sebagian mengaku bahwa hasil panen pada setiap kali tanam hasilnya sedang dan dengan jumlah yang naik turun setiap tahunnya. Penyebab dari tidak menentunya hasil panen salah satunya adalah dalam pemilihan bibit, dimana beberapa petani tidak mampu untuk membeli bibit dengan kualitas yang paling baik dan menggunakan bibit dengan kualitas yang biasa.2. Indikator Jarak PelayananPada indikator ini semua variabel sudah memiliki skor ideal, yaitu memiliki radius pelayanan 15-35 km. Dimana para responden memberikan penilaian yaitu antara 15-30 km hingga lebih dari 30 km. Sedangkan untuk lama perjalanan semua responden sudah menjawab dengan waktu kurang dari 15 menit.3. Indikator Kegiatan EkonomiIndikator ini terdiri atas 3 variabel yaitu hasil penjualan, keberadaan industry, dan ketersediaan bahan baku.