nano material

19
NANOMATERIAL: Sintesis, Karakterisasi, Sifat, dan Peralatan Elektronik Oleh: Benny Rio Fernandez, 10 212 07 029 Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Syukri Arief, M.Eng Program Studi Kimia Pascasarjana Universitas Andalas Padang 2011

Upload: martin-pipin-girsang

Post on 04-Aug-2015

217 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nano Material

NANOMATERIAL:

Sintesis, Karakterisasi, Sifat, dan Peralatan Elektronik

Oleh:

Benny Rio Fernandez, 10 212 07 029

Dibawah bimbingan:

Prof. Dr. Syukri Arief, M.Eng

Program Studi Kimia

Pascasarjana Universitas Andalas

Padang

2011

Page 2: Nano Material

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah nano merupakan simbol yang digunakan untuk menyatakan satu milyar.

Nanometer merupakan satu per satu milyar dari meter, sedangkan nanoteknologi

mengacu pada pekerjaan yang dilakukan pada tingkatan nanometer. Produk yang

dihasilkan dalam skala nanometer dikenal dengan istilah nanomaterial (Allsopp, M et

al., 2007).

Nanomaterial merupakan suatu lompatan terbaru untuk memahami dan

menggunakan suatu material. Ilmu material memulainya dengan merealisasikan

komposisi kimia yang memainkan peranan penting dalam menentukan apa material

penyusun material itu sendiri. Proses pembentukan suatu nanomaterial akan

mempengaruhi sifat dari material itu sendiri, selain itu penambahan aditif juga akan

memodifikasi sifatnya (Enne van Heeren., 2007).

Penggunaan nanomaterial terus dikembangkan dalam dunia industri serta mecari

metoda-metoda yang paling mudah dan menguntungkan dalam segi ekonomi. Dalam

dunia industri, seperti industri otomotif, plastik dan energi, metoda yang digunakan

dalam menghasilkan nanomaterial terus dimodifikasi untuk meningkatkan kualitas

produk dan hasil produksi (Pitkethly., 2004).

Hasil dari suatu material bergantung pada sifat material penyusunnya, sifat ini

tergantung pada struktur atom, komposisi, kecacatan, mikrostruktur dan antarmuka yang

dikontrol oleh sifat-sifat termodinamik dan kinetik.

Penggunaan nanomaterial dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti:

bidang kesehatan/ kedokteran, biologi/ bioteknologi, peralatan elektronik, kimia,

pertanian dan indsutri obat dan makanan. Banyaknya aplikasi dari penggunaan

nanomaterial ini, disebabkan karena materialnya bisa dimanipulasi sampai ukuran yang

sangat kecil (berkisar antara 1 nm – 250 nm) sehingga bisa menjadi lebih efektif dan

efisien dalam penggunaannya.

Dalam bidang elektronik, salah satu metoda yang digunakan untuk membuat

peralatan elektronik dikenal dengan istilah “top down”, yaitu membuat komponen dan

material penyusunnya dalam skala nano dari material awal yang besar. Meskipun

sekarang telah ditemukan metoda lain dengan menggunakan pendekatan penataan

sendiri (self-assembly) atom-atom atau molekul yang dikenal dengan istilah “bottom-

up”. Selain itu, pendekatan metoda top down juga mampu menghasilkan struktur yang

Page 3: Nano Material

sangat kecil dari suatu material, yang mana bisa diaplikasikan untuk komponen-

komponen elektronik dan micro-electro-mechanical system (MEMs).

Begitu pentingnya nanomaterial dalam berbagai bidang, maka tulisan ini akan

mengulas tentang sintesis nanomaterial, karakterisasi, sifat serta penggunaan

nanomaterial sebagai peralatan elektronik.

Page 4: Nano Material

BAB II

ISI

2.1 Sintesis Nanomaterial

Dalam menghasilkan nanomaterial, maka dikenal beberapa metoda yang biasa

digunakan dalam sintesis nanomaterial (yang akan dibahas pada sub-bab selanjutnya),

salah satunya yaitu sintesis fasa gas nanopartikel, yang melibatkan proses kondensasi

gas iner, sintesis uap kimia dan fisika, proses ablasi laser, plasma microwave, aerosol,

dan pelapisan (Vollat., 2008).

Secara umum proses pembentukan nanopartikel dapat dibagi kedalam 2 bagian,

yaitu:

1. Bottom-up approach,

2. Top down approach.

Selain itu, tahapan pembentukan partikel dapat dikelompokkan atas beberapa

tahapan penting, yaitu:

1. Nukleasi.

2. Kondensasi atom-atom atau molekul.

3. Koagulasi oleh pertukaran energi permukaan.

4. Agglomerasi atau penggumpalan.

Untuk menghasilkan nanopartikel menggunakan fasa gas, maka yang paling

penting adalah kondensasi gas iner. Prinsip dasar dari proses kondensasi gas iner adalah

bagaimana logam diintroduksi dan diuapkan. Salah satu pendekatan yang paling

mungkin adalah memanaskannya dengan elektron.

Ablasi laser biasanya digunakan untuk menghasilkan nanopowder, yang terdiri

dari dua bagian penting yaitu: pulsed high-power laser dan sistem fokus optik. Proses

sintesis uap kimia dan fisika umumnya mengalami proses acak, dimana spesies aktif,

temperatur, dan kecepatan pendinginan dalam gas mampu mempengaruhi ukuran

partikel dan distribusi ukuran partikel.

2.1.1 Sintesis Nanomaterial Menggunakan Template Alumina Berpori

Shingubara, Shoso melaporkan bahwa sintesis nanomaterial menggunakan cetakan

berupa alumina berpori. Dengan adanya metoda penataan sendiri (self organization),

Page 5: Nano Material

maka material dalam skala nano mampu dihasilkan tanpa menggunakan peralatan

litografi yang mahal, seperti penggunaan sistem sinar elektron.

Alumina berpori dapat dibuat secara elektrokimia melalui oksidasi anoda dari

aluminium dengan menggunakan metoda self organization. Berdasarkan metoda ini,

pembentukan alumina berpori sebagai cetakan dapat dijelaskan dengan dua mekanisme

yang terjadi, antara lain:

1. Pertumbuhan aluminium oksida pada antarmuka antara aluminium dan

alumina karena adanya transpor ion-ion Al3+

, OH-, dan O

2- didalam film

alumina.

2. Terjadinya disolusi dan deposisi aluminium oksida pada antarmuka antara

film alumina dan larutan.

Berdasarkan metoda ini, maka dapat dihasilkan pori alumina sebesar 36 nm

(Gambar I).

Gambar I. Foto SEM dari pori ukuran nano alumina yang dibentuk oleh dua tahap

oksidasi anoda 40 Volt menggunakan 0,15 M asam oksalat. (a) Tampak atas, (b) Penampang melintang.

Gambar Ia menunjukkan bahwa terbentuknya kisi trigonal dari pori alumina

yang memiliki diameter rata-rata 36 nm. Selain itu, Gambar Ib menerangkan bahwa

kedalaman ukuran pori yang dihasilkan adalah 220 nm, lubang bagian bawah yang

Page 6: Nano Material

tertutup memiliki ketebalan 30 nm, sedangkan lubang nano disebelahnya dipisahkan

oleh 50 nm ketebalan dinding-dinding alumina.

Gambar II. Metoda untuk mengontrol lekungan Al menggunakan cetakan SiC diawal perlakuan.

Gambar III. Foto SEM dari susunan karbon nanotube menggunakan cetakan pori

alumina.

Pada Gambar III, menggunakan katalis kobal (Co), pirolisis dari C2H2

dilakukan pada suhu 650oC, dihasilkan karbon nanotube dengan diameter dari 10 nm

sampai dengan beberapa ratus nanometer, dengan panjang diatas 100 µm.

Page 7: Nano Material

Gambar IV. Pola AFM dari dot heksagonal aluminium yang dibentuk pada antarmuka

antara pori alumina dan SiO2.

Selain itu, penelitian ini melaporkan bahwa alumina sebagai cetakan dapat

digunakan untuk menghasilkan nanomaterial sebagai peralatan elektronik, media

penyimpan, dll.

Baron, et al juga mengemukakan bahwa salah satu metoda yang dapat

digunakan untuk menghasilkan peralatan elektronik dalam skala nano adalah

nanoimprin litografi (NIL). Dimana dijelaskan bahwa ada 3 komponen dasar dalam

proses NIL, antara lain (Gambar V):

a. Stempel/ cetakan yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

b. Material yang akan diprint.

c. Peralatan untuk proses printing dengan adanya kontrol temperatur.

Proses NIL sangat fleksibel, biaya murah, dan bersifat biokompatibel. Oleh

sebab itu, NIL memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan metoda

konvensional. Pada proses NIL, salah satu pendekatan yang dianjurkan adalah tanpa

adanya pemberian tekanan yang dinamakan dengan step and flash imprinting

lithography (SFIL). Namun, hal ini sangat sukar dilakukan, sehingga proses pemberian

tekanan tidak bisa dihindari.

NIL merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menghasilkan

peralatan-peralatan opto-elektronik dan sensor. Teknik ini digunakan untuk

menghasilkan dioda emisi cahaya (LED) organik yang mampu menghamburkan cahaya

pada 400 nm untuk polimer berkonjugasi sampai dengan kedalaman 20 nm. Contoh

lainnya dapat diaplikasikan sebagai media penyimpan data, bioelektronik, dan cairan

nano (nanofluid).

Page 8: Nano Material

Gambar V. Skema proses NIL, (a) pemanasan sampel dan stempel/ cetakan, (b) mengaplikasikan cetakan terhadap sampel sambil diberikan tekanan, (c)

proses pendinginan dan pemisahan dari sampel.

2.1.2 Sintesis Nanomaterial Menggunakan Metoda Elektrospining

Elektrospining pertama kali diperkenalkan pada tahun 1934 yang merupakan metoda

terbaru untuk menghasilkan serat dengan diameter yang sangat kecil (Miao et al., 2010).

Gambar VI. Proses pembuatan material dengan skala yang sangat kecil menggunakan metoda Elektrospining.

Peralatan elektrospining terdiri dari suntik, pompa suntik, spinner (pemutar),

kolektor, dan sumber arus. Pada larutan spinning tunggal, larutan dari zat terlarut yang

bersifat volatil dipompakan kemulut suntikan. Selanjutnya dua larutan yang sejajar

dipompakan secara bersamaan tergantung kepada apa yang menjadi inti dan apa yang

menjadi sel dari serat campuran yang kita inginkan (Gambar VI: insert). Arus

Page 9: Nano Material

diberikan antara spinner yang nantinya akan terkumpul pada kolektor. Dengan adanya

arus listrik, maka material akan terdeposisi pada permukaan kolektror.

Ketika arus yang diberikan cukup tinggi, maka larutan menjadi bermuatan

sangat besar, sehingga larutan yang disemprotkan memiliki dua buah tipe gaya

elektrostatik, yaitu (1). Gaya tolakan antar permukaan dan (2). Gaya Coloumb yang

bertolakan dengan medan listrik eksternal. Ketika dicapai titik kritis dari arus, gaya-

gaya elektrostatik ini menyebabkan terbentuknya cairan polimer yang disemprotkan

seperti pola kerucut, yang dinamakan dengan pilinan Taylor. Selanjutnya, dengan

adanya pompa, maka akan menghasilkan pancaran serat yang keluar dari suntikan,

dimana tolakan-tolakan elektrostatik masih terjadi. Ketidakstabilan yang terjadi jika

diberikan arus dibawah nilai kritisnya, menyebabkan pancaran dari cairan polimer akan

terpecah membentuk tetesan-teteasan kecil. Beberapa fenomena ini dinamakan dengan

ketidakstabilan Rayleigh. Oleh sebab itu, pembentukan serat nano ditentukan oleh

beberapa parameter kunci, seperti: konsentrasi larutan, viskositas, tegangan permukaan,

konduktifitas, dan kecepatan alir. Struktur yang dihasilkan akan berbeda-beda jika

parameter ini divariasikan.

Dengan menggunakan metoda elektrospining, Miao, et al telah melaporkan

bahwa dapat menghasilkan material dalam skala yang sangat kecil, sehingga dapat

digunakan sebagai insulator, separator, dan elektrolit; elektroda; kabel nano;

superkapasitor; dan aktuator.

Silikon memiliki kapasitansi yang besar (~4200 mAh/g) dibandingkan dengan

grafit atau logam-logam oksida lainnya. Oleh sebab itu, Si selalu dipertimbangkan

sebagai material anoda yang sangat ideal untuk baterai ion litium yang bisa diisi ulang

dengan kapasitas yang tinggi. Dispersi nanopartikel Si didalam nanopori berdimensi

satu (Gambar VII) merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk membuat

beberapa elektroda dengan kapasitas dan konduktifitas yang tinggi.

Page 10: Nano Material

Gambar VII. Foto SEm dari PAN/PLLA/Si (a-c) dan pori serat nanokomposit C/Si (d-f).

Gambar VII, pilinan dari proses elektrospining serat nano ZnO/NiO

menjelaskan bahwa komposit yang terbentuk memeliki karakteristik bisa dialiri arus

listrik.

Gambar VIII. Foto Optik dari pilinan serat nano NiO/ZnO (a,b), pita jembatan p dan n

dari NiO/ZnO (c), Foto SEM dari serat nano NiO (d), dan diagram

pembentukan pita jembatan serat nano p dan n (e).

Page 11: Nano Material

Gambar IX. Karakterisasi dari sintesis membran nanowire, (a) foto optik dari membran

kriptomelan, (b) Foto SEM dari penampang melintang membran, (c) Foto SEM dengan perbesaran rendah menunjukkan morfologi permukaan, (d)

Foto SEM menunjukkan jaringan nanowire, (e) Foto SEM dengan

perbesaran tinggi menunjukkan pilinan nanowire, (f) Gambar TEM nanowire kriptomelan tunggal, (g) Gambar TEM dengan perbesaran tinggi,

(h) grafik yang menunjukkan hubungan waktu pembasahan dengan fungsi

jumlah air yang diteteskan.

Gambar X. Skema dari superkapasitor.

Gambar X, superkapasitor diketahui sebagai media penyimpan energi yang

baik, kemampuan pengisian dan isi ulang yang cepat, dan tahan lama. Nilai kapasitansi

Page 12: Nano Material

yang tinggi dan besarnya arus pengoperasian merupakan usaha untuk meningkatkan

densiti energi dari superkapasitor. Cara sederhana untuk meningkatkan nilai

kapasitansinya adalah dengan meningkatkan area permukaan dari elektroda

superkapasitor dan serat elektrospun. Serat CNF teraktifasi dibuat menggunakan metoda

elektrospining yang merupakan salah satu material yang bagus sebagai elektroda

superkapasitor.

Gambar XI. Foto FE-SEM dari gulungan PVA/PANI (insert: penampang melintang dari struktur gulungan).

Aktuator bisa mengubah energi listrik dan energi lainnya menjadi pergerakan

mekanik. Salah satu aktuator yang paling umum dikenal adalah polimer penghantar

(conducting polymer), hal ini disebabkan karena material ini memiliki nilai aktuasi yang

rendah dan mampu bekerja dibawah kondisi arus yang sangat rendah. Biasanya serat

dilapisi dengan material polimer penghantar menggunakan metoda elektrospining,

sehingga menghasilkan material berupa serat pilinan/ gulungan seperti (Gambar XI).

Struktur seperti ini memiliki area permukaan yang luas dan porositas yang tinggi,

memungkinkan terjadinya difusi ion-ion pada reaksi elektrokimia.

2.3 Sifat Nanomaterial

Nanomaterial bisa berupa logam, polimer, keramik, dan komposit dengan ukuran 1-100

nm. Dalam skala nano, biasanya sifat material dipengaruhi oleh hukum dari fisik atom

itu sendiri (dan tidak dipengaruhi oleh sifat molekul besar dari materialnya, bulk phase).

Sehingga, secara kimia, fisika, sifat magnet, sifat elektronik, dan sifat optisnya akan

berubah. Karena ukurannya yang sangat kecil dari nanomaterial ini, maka menghasilkan

ukuran kritis terhadap fenomena fisika.

Page 13: Nano Material

Sebagai contoh: sifat magnetik dari material feroelektrik yang dihasilkan akan

memiliki permeabilitas yang tinggi, namun histerisis magnetitnya cenderung tidak ada

dalam material feroelektrik skala nano, dimana nanomaterial ini akan menjadi

superparamagnetik atau superparaelektrik dibawah titik Currie. Material ini memiliki

permeabilitas yang tinggi dan permitifitas dibawah pengaruh medan luar, dan akan

kehilangan magnetisasi atau polarisasi jika medan dijauhkan.

Orang umumnya ingin memahami lebih mendalam mengapa nanopartikel dapat

memiliki sifat atau fungsi yang berbeda dari material sejenis dalam ukuran besar (bulk).

Dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda dengan material sejenis dalam

ukuran besar, yaitu:

1. Karena ukurannya yang kecil, nanopartikel memiliki nilai perbandingan

antara luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan

dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Ini membuat nanopartikel lebih

reaktif. Reaktifitas material ditentukan oleh atom-atom dipermukaan, karena

hanya atom-atom tersebut yang bersentuhan langsung dengan material lain.

2. Ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, maka hokum fisika yang

berlaku lebih didominasi oleh hukum-hukum fisika kuantum.

Sifat-sifat yang berubah pada nanopartikel biasanya berkaitan dengan fenomena-

fenomena berikut ini. Pertama adalah fenomena kuantum sebagai akibat keterbatasan

ruang gerak elektron dan pembawa muatan lainnya dalam partikel. Fenomena ini

berimbas pada beberapa sifat material seperti perubahan warna yang dipancarkan,

transparasi, kekuatan mekanik, konduktifitas listrik, dan magnetisasi. Kedua adalah

perubahan rasio jumlah atom yang menempati permukaan terhadap jumlah total atom.

Fenomena ini berimbas pada perubahan titik didih, titik beku, dan reaktifitas kimia.

Perubahan-perubahan tersebut diharapkan dapat menjadi keunggulan nanopartikel jika

dibandingkan dengan partikel sejenis dalam keadaan bulk. Para peneliti percaya bahwa

kita dapat mengontrol perubahan-perubahan tersebut kearah yang diinginkan (Rahma,

Reza., 2008).

Permukaan dan antarmuka sangat penting dalam menjelaskan sifat nanomaterial.

Dalam fasa yang besar (bulky), hanya atom-atom yang relatif kecil yang akan mendekati

permukaan atau antarmuka, sedangkan dalam nanomaterial umumnya semua atom-atom

akan mendekati antarmuka. Implikasi fisika yang dapat diketengahkan dari pengurangan

titik leleh bisa dijelaskan dengan mempertimbangkan distribusi energi permukaan

Page 14: Nano Material

terhadap energi bebas Gibbs dari suatu nanopartikel. Pengurangan titik leleh ini

berbanding terbalik dengan jari-jari partikel. Selain itu, perbedaan sifat antara material

yang besar dengan nanomaterial disebabkan karena adanya perbedaan sifat struktur

elektronik dari permukaannya.

Dunia nanomaterial mampu menghasilkan peralatan-peralatan yang sangat

canggih, seperti mikrsokop elektron dan scanning tunneling microscopy. Selama 20

tahun terakhir telah banyak ditemukan material-material yang memiliki keunikan

dengan sifat-sifat yang sangat bagus. Karbon sperikal yang lebih dikenal dengan

fuleren, C60 ; serat karbon nano; tabung nano; dan nanowires. Karbon nanotube telah

diketahui memiliki sifat yang unik, seperti: kaku dan kekuatan mekanik yang tinggi.

Selain itu juga memiliki kapasitas untuk menghantarkan arus listrik ribuan kali lebih

bagus dibandingkan dengan kabel tembaga, dan konduktifitas panas dua kali lebih

bagus dibandingkan dengan diamon (Motyl., 2004).

2.4 Penggunaan Nanomaterial dalam Peralatan Elektronik

Beberapa nanomaterial dapat diaplikasikan dalam peralatan elektronik, seperti karbon

nanotube dan kuantum dot untuk elektroda, transistor, sirkuit terintegrasi (IC), baterai,

dll.

2.4.1 Elektroda-Karbon nanotube dan Fuleren

Fuleren merupakan senyawa yang dibentuk dari karbon dalam bentuk sperikal

berongga, elips, atau tabung. Fuleren berongga yang paling banyak dikenal sebagai

Fuleren (C60).

Page 15: Nano Material

Gambar XII. Elektroda porpirin-C60-emas dalam sel fotoelektrokimia (Kamat., 2006).

2.4.2 Transistor

Gambar XIII. Ringkasan proses pembuatan integrated circuit (IC) 3-dimensi nanowires, (a) kontak printing dengan adanya pertumbuhan partikel pada

permukaan substrat dari nanowires, (b) tahapan pembuatan IC 3-domensi

nanowires menggunakan kontak printing dan pemisahan layar per layar.

Dewasa ini, umumnya pendekatan yang digunakan untuk menghasilkan 3-

dimensional (3D) peralatan elektronik adalah berdasarkan susunan layar per layar dari

nanowire (NW) seperti diperlihatkan pada (Gambar XIII). Menggunakan core/ shell

germanium/ silikon (Ge/Si) menghasilkan sepuluh tumpukan NW yang bisa mengalami

efek medan transisitor (Field Effect Transistor, FET). Hal ini disebakan karena

Page 16: Nano Material

dihasilkannya celah-celah yang mampu menyimpan electron. Sehingga, dengan adanya

arus yang diberikan, akan mampu tertahan untuk menyimpan dan mensuplainya kepada

material lain jika dibutuhkan.

2.4.3 Sirkuit balik (IC Inverse)

Hong et al, melaporkan bahwa adanya keadaan terperangkap dari arus berupa elektron

didalam suatu media, menyebabkan terbentuknya suatu sistem yang dikenal dengan

transistor. Elektron yang terperangkap ini bisa menyebabkan terjadinya pengurangan

elektron didalam canel, sehingga menghasilkan suatu efek daya hantar. Kabel nano ZnO

yang kasar dengan diameter yang relatif kecil memiliki fraksi lebih signifikan dari

daerah pengurangan elektron, hal ini disebabkan karena adanya elektron yang

terperangkap jika dibandingkan dengan kabel nano ZnO yang halus. Hal ini

mengindikasikan bahwa kabel nano ZnO halus dengan diameter yang besar mampu

beroperasi sebagai deplesi elektron/ pengurangan elektron, meskipun kabel nano ZnO

kasar juga memiliki kemampuan serupa (Gambar XIV).

Gambar XIV. (Atas) penampang melintang dari elektroda, kabel nano ZnO dan layar

dielektrik, (bawah) diagram pita keseimbangan dari kabel nano dengan FET pada Vg = 0 volt untuk (a) kabel nano ZnO halus, (b) kabel nano ZnO

kasar.

Page 17: Nano Material

Gambar XV. Ilustrasi dari inverter balik dalam bentuk D-mode dan E-mode FET.

Gambar XVI. Bentuk peralatan dari sirkuit yang diinginkan menggunakan kabel nano

ZnO.

Page 18: Nano Material

BAB III

KESIMPULAN

Nanomaterial merupakan suatu lompatan terbaru untuk memahami dan menggunakan

suatu material. Penggunaan nanomaterial terus dikembangkan dalam dunia industri serta

mecari metoda-metoda yang paling mudah dan menguntungkan dalam segi ekonomi,

yang dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti penggunaannya sebagai peralatan

elektronik. Hasil dari suatu material bergantung pada sifat material penyusunnya, sifat

ini tergantung pada struktur atom, komposisi, kecacatan, mikrostruktur dan antarmuka

yang dikontrol oleh sifat-sifat termodinamik dan kinetik sampai skala atomik.

Pendekatan bottom-up dan top down merupakan salah satu alternatif dalam

menghasilkan nanomaterial yang dapat digunakan untuk elektroda, sirkuit, transistor,

kapasitor, dan baterai.

Page 19: Nano Material

DAFTAR PUSTAKA

Baron, A., Szewieczek, D., Nowosielski, R., Selected Manufacturing Techniques of

Nanomaterials, Journal of Achievements in Materials and Manufacturing

Engineering, vol.21, issues.1-2, 2007, pp.83-86

Henne van Heeren, Nano Materials, RTO-EN-AVT-129bis, 2007.

Hong, Woong-Ki., Jo. G., Choe. M., Park. W., Yoon. J., Lee. T., Tuning of

Electronic Characteristics of ZnO Nanowire Transistors and Their Logic Device

Application, Proc. Of SPIE, vol. 7768, 2010.

Kamat, Prashant., Carbon Nanomaterials: Building Blocks in Energy Conversion

Devices, The electrochemical Society Interface, 2006, pp.45-47

M. Allsopp., A. Walter., D. Santillo, Nanotechnologies and nanomaterials in

electrical and electronic goods: A review of uses and health concerns, GLR-TN-

09-2007, 2007.

Miao, J., Miyauchi, M., Simmons, T.J., Dordick, J.S., Linhadt, R.J.,

Electrospinning of Nanomaterials and Applications in Electronic Components

and Devices, Journal of Nanoscience and Nanotechnology , vol.10, 2010,

pp.5507-5519

Motyl, Edmund., Energy-Saving Materials and Technologies-Nanomaterial, New

Smart Materials, Prace Naukowe Podstaw Elektrotechniki i Elektrotechnologii

Politechnikii Wroclawskiej, No. 39, vol.14, 2004, pp.42-48

Pitkethly, Michael., Nanomaterials: The Driving Force, Nanotoday, ISSN 1369 7021,

2004, pp. 20-29

Shingubara, Shoso, Fabrication of Nanomaterials using Porous Alumina Templates,

Journal of Nanoparticle Research, vol. 5, 2003, pp.17-30

Vollat, Dieter., Nanomaterials: An Introduction to Synthesis, Properties, and

Application, Environmental Engineering and Mangement Journal, vol.7, No.6,

2008, pp.865-870