musium di lubang buaya

15
TUGAS KELOMPOK SEJARARAH PRESENTASI LAPORAN HASIL PENELITIAN OBJEK SEJARAH KELAS: X 3

Upload: ahadia-rosalina

Post on 18-Jun-2015

1.924 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Musium di Lubang Buaya

TUGAS KELOMPOK SEJARARAH

PRESENTASI LAPORAN HASIL PENELITIAN OBJEK

SEJARAH

KELAS: X 3

Page 2: Musium di Lubang Buaya

ANGGOTA KELOMPOK

Ahadiya Rosalina M. Dendy Prasetyo M. Arfan Bachri Nurul Hikmatunnisa

Page 3: Musium di Lubang Buaya

OBJEK PENELITIAN: Rapat persiapan pemberontakan Latihan sika relawan di Lubang Buaya Penculikan Letjen TNI A.Yani penganiayaan di Lubang Buaya Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma Pengangkatan Jenazah Proses lahirnya SUPERSEMAR Pelantikan Jendral TNI Soeharto sebagai Pejabat

Presiden RI Tindak lanjut pelarangan PKI Ruang Relik Ruang teatert Ruang pameran foto

Page 4: Musium di Lubang Buaya

PENDAHULUANMonumen Pancasila Sakti merupakan bangunan yang berisi peninggalan-peninggalan sejarah ketika berlangsungnya pemberontakan PKI di RI. Pemberontakan PKI itu bertujuan untuk menerapkan ideologi komunis di Indonesia. Hal ini sangat di tentang oleh masyarakat Indonesia karena bertentangan dengan nilai pancasila, terutama sila pertama yang berbunyi “KETUHANAN YANG MAHA ESA”. PKI melakukan pemberontakan dan pengkhianatan secara terus menerus, oleh karena itu, didirikanlah Monumen Pancasila Sakti ini yang bertujuan untuk menyajikan berbagai kegiatan makar dan pengkhianatan PKI sejak tahun 1945 hingga penumpasannya oleh masyarakat RI dan ABRI.

Page 5: Musium di Lubang Buaya

RAPAT PERSIAPAN PEMBERONTAKANPada bulan September 1965, ketua PKI (D.N Aidit) memerintahkan pimpinan biro khusus (Syam Kamaruzan) untuk menyusun suatu rencana pemberontakan. Syam mengadakan rapat sebanyak 16 kali dengan Pono dan Waluyo selaku anggota pimpinan biro khusus pusat, kepala biro khusu daerah dan oknum-oknum ABRI yang sudah dibina PKI. Kesimpulan rapat tersebut adalah gerakan ini harus dibantu dari Jawa tengah dan Jawa Timur. Dalam rapat dengan oknum ABRI dibahas masalah pelaksanaan yang meliputi personil, logistic, pembagian tugas, penbagian sector, dan sasaran gerakan serta konsep “Dewan Revolusi”. Rapat terakhir memutuskan nama gerakan tersebut, yaitu “Gerakan 30 September”.

Page 6: Musium di Lubang Buaya

LATIHAN SUKARELAWAN DI LUBANG BUAYA

Latihan sukarelawan ini dilakukan pada 5 Juli – 30 september 1965. Latihan ini bertujuan untuk melancarkan pemberontakan PKI. Dalih yang dipakai ialah melatih para sukarelawan dalam rangka konfrontasi terhadap Malaysia. PKI menuntut agar pemerintah membentuk Angkatan ke 5 dengan mempersenjatau buruh dan tani. Anggota0anggota yang dilatih berjumlah kurang lebih 3700 orang yang terdiri atas PR, GERWANI, dan ORMAS PKI lainnya yang ada di Lubang Buaya. Selain di Lubang Buaya, pelatihan juga dilakukan di Rawa Binong, yang berjarak 2 km dari Lubang Buaja. Latihan ini dipimpin oleh oknum ABRI yang sudah dibina PKI.

Page 7: Musium di Lubang Buaya

PENCULIKAN MEN/PANGAD LETJEN TNI A. YANI

Pukul 02.30 tanggal 1 – 10 – 1965, pasukan penculik G30S/PKI sudah berkumbul di Lubang Buaya. Pasukan tersebut bernama Pasopati dan dipimpin oleh Lettu Dul Arief. Pasukan penculik A. Yani memakai seragam Cakrabirawa tiba di sasaran pukul 04.00 dan berhasil melucuti regu pengawal. Mereka memasuki rumah dan bertemu dengan putra A. Yani. Para penculik menyuruh ia untuk membangunkan ayahnya. Penculik mengatakan bahwa A.Yani diminta menghadap presiden sekarang juga. Ketika ingin salin pakaian dan mencuci muka, para penculik melarang A.Yani. A. Yani tidak suka dengan sikap mereka dan kemudian ia menampar salah satu oknum tersebut. Kemudian A. Yani menutup pintu. Beberapa saat kemudian ia diberondong senjata hingga gugur. Dan kemudian A. Yani dibawa ke Lunamg Buaya.

Page 8: Musium di Lubang Buaya

PENGANIAYAAN DI LUBANG BUAYA

Tanggal 1 – 10 – 1965 dini hari, gerombolan G30S/PKI menculik 6 pejabat teras TNI AD dan seorang perwira pertama. Di Lubang Buaya mereka disiksa baik dengan benda tumpil maupun tajam dan kemudian kepalanya ditembak. Sesudah disiksa, mereka dilembarkan ke sumur tua yang sempit. Hal-hal tersebut delakukan oleh Pemuda Rakyat, Gerakan Wanita Indonesia, dan ORMAS PKI lainnya.

Page 9: Musium di Lubang Buaya

PENGAMANAN LANUMA HALIM PERDANAKUSUMA

Soeharto mengeluarkan perintah untuk segera mengamankan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma mengingat kekuatan G30S/PKI berpusat di pangkalan tersebut. Pasukan yang akan melakukan pengamanan adalah 1 yon RPKAD, 1 yon para kujang siliwangi yang diperkuat 1 kompi panser. Pasukan bergerak pukul 03.00 tanggal 2 – 10 – 1965 dari markas kostrad menuju Lapangan Udara Halim Predanakusuma dari arah timur. Mereka tiba di tempat sasaran pukul 06.00 pagi. Lapangan udara tersebut dijaga oleh yon 454/Diponegoro yang diperalat G30S/PKI. Beberapa orang RPKAD berhasil menyusup sampai ketempat parker pesawat terbang, sedangkan anggota lainnya sudah berada di depan yon 454/Diponegoro. Dengan gerakan pendadakan, maka halim berhasil dikuasai pasukan RPKAD dan yon para kujang dan gerakan selanjutnya adalah menguasai Lubang Buaya.

Page 10: Musium di Lubang Buaya

 PENGANKATAN JENAZAH

Setelah menguasai Halim Perdanakusuma, RPKAD melanjutkan gerakanke Lubang Buaya. Setelah daerah itu diamankan, barulah dilakukan gerakan pencarian jenazah perwira-perwira TNI AD yang diculik oleh G30S/PKI. 3 – 10 -1965 sore, diperoleh petunjuk dari anggota POLRI yang pernah ditawan oleh G30S/PKI. Ia memberitahu bahwa perwira-perwira tersebut sudah dibunuh den jenazahnya dikubur sekitar tempat pelatihan musuh. Ternyata jenazah dimasukkan kedalam sumur tua, lalu ditimbun dengan sampah kering. Pengangkatan jenazah dilakukan pada tanggal 4 – 10 – 1965 oleh anggota-anggota kesatuan Intai Para Amfibi (KIPAM) dari Marinir (KKO-TNI-AL) dan anggota RPKAD. Pengangkatan jenazah tersebut disaksikan oleh Mayor Jendral TNI Soeharto.

 

Page 11: Musium di Lubang Buaya

 PROSES LAHIRNYA SUPERSEMAR

Pada tanggal 11 Maret 1966 Kabinet Dwikora bersidang di Istana Negara ditengah memuncaknya demonstrasi mahasiswa menuntut pembubaran PKI, pembersihan cabinet dari oknum-oknum G30S/PKI, serta penurunan harga. Presiden meninggalkan istana setelah tau kalau istana sedang dikepung oleh pasukan tak dikenal, kemudian presiden berangkat ke Istana Bogor. Tiga perwira tinggi TNI AD yakni Mayjen TNI Basuki Rachman, Brigjen TNI M. Yusuf, dan Brigjen TNI Amir Machmud menyusul ke Bogor setelah melapor kepada Soeharto. Soekarno memerintah ke3 perwira tinggi bersama ke3 wakil perdana mentri untuk menyusun surat perintah. Akhirnya lahirlah Surat Perintah 11 Maret 1966 yang berisi tentang pemberian wewenang kepada Soeharto untuk mengambil segala tidakan yang dianggap perlu guna terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi.

Page 12: Musium di Lubang Buaya

 PELANTIKAN SOEHARTO SEBAGAI

PEJABAT PRESIDEN RIPada tanggal 22 Februari 1967, Presiden/Mendataris MPRS/Panglima tertinggi ABRI dengan resmi menyerahkan kekuasaan pemerintahan sehari-hari kepada Soeharto. Siding Istimewa MPRS tanggal 12 Maret 1967 menghasilkan ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967, tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Jendral TNI Soeharto Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai Pejabat Presiden.

Page 13: Musium di Lubang Buaya

TINDAK LANJUT PELARANGAN PKI

Tindak lanjut pelarangan PKI dilakukan pada tanggal 26 Juni 1982. Pada tanggal 12 Maret 1966, PKI berikut semua organisasinya yang seazas/berlindung/bernaung dibawahnya, dibubarkan oleh ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966. Untuk mengantisipasi munculnya bahaya laten komunis,berdasarkan Instruksi presiden No. 10 tahun 1982, Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (KOPKAMTIB) bekerja sama dengan Lembaga Pertahanan Nasional mengadakan Penataran Kewaspadaan Nasional mengadakan Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas). Sejak tanggal 19 September 1991 Tarpadnas diikuti oleh wakil-wakil pemuda dari 27 Propinsi dan berbagai organisasi massa pemuda.

Page 14: Musium di Lubang Buaya

RUANG RELIK

Ruangan ini berisi barang-barang peninggalan para pahlawan revolusi terutama pakaina yang dikenakan pada saat belau gugur, petikan visum dokter, peluru yang diketemukan dalam tubuhnya, tali pengikat, dan lain-lain. Diruangan ini disajikan pula Aqualum (alat bantu pernapasan) dan sebuah radio lapangan yang pernah digunakan jendral Soeharto pada waktu memimpin penumpasan G30S/PKI.

Page 15: Musium di Lubang Buaya

RUANG TEATER

Ruang ini menyajikan VCD yang berisi rekaman bersejarah sekitar pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari Lubang Buaya, pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sidang Mahmilub, serta pengangkatan Pejabat Presiden RI pada tanggal 12 Maret 1967.