muhammadiyah jawa - ahmad najib burhani

228

Upload: zamm-kurasake-tomodachi

Post on 07-Jul-2018

387 views

Category:

Documents


95 download

TRANSCRIPT

Page 1: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 1/227

Page 2: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 2/227

Page 3: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 3/227

Page 4: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 4/227

Muhammadiyah JAWA Oleh Ahmad Najib Burhani

Diterjemahkan dari Te Muhammadiyah’s attitude to Javanese Culture in 1912-1930: Appreciation and ension

Karya Ahmad Najib Burhani, esis Master, Universitas Leiden, Belanda, 2004

Copyright @ Ahmad Najib Burhani, 2004Hak terjemahan pada penerbit Al-Wasat Publishing House, 2010

All rights reserved

Penerjemah: Izza Rohman NahrowiPewajah sampul dan isi: Dinan Hasbuddin AR

Al-Wasat Publishing House Jl. Legoso Raya No. 22 D Ciputat, Jakarta Selatan

elp. 021-7418674, Fax. 021-7414937Email: [email protected]

ISBN: 978-979-19415-0-3

Cetakan I: Juni 2010 M/Rajab 1431 H

Perpusatakaan Nasional : Katalog Dalam Penerbitan (KD )Muhammadiyah Jawa

Oleh Ahmad Najib Burhani

Cetakan I : Juni 2010 M / Jumadil Akhir 1431 Hxxii + 206 hlm., 21 x 14 cm1.Muhammadiyah I. Judul

2.Jawa ISBN: 978-979-19415-0-3

MaklumatDalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan, jika mendapatkan produk

buku AlWasath Publishing House dalam kondisi rusak,silahkan menghubungi [email protected], Telp. 021-7418674

Page 5: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 5/227

Testimoni Tokoh

Muhammadiyah lahir di Yogyakarta yang merupakan pusatkebudayaan Jawa. Pendirinya, Raden Ngabehi MuhammadDarwisy (KH Ahmad Dahlan), adalah abdi dalem pamethakandi Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Namun berbeda dariMartin Luther yang berkata, “Here I stand. I can do no other ”

sebagai pemberontakan terhadap otoritas gereja Katolik,Dahlan mampu mewarnai kraton dan masyarakat Jawa tanpaharus berpisah atau memusuhi. Justru dalam diri Dahlan,Islam dan kejawaan menjadi entitas tunggal, seperti konsepsastra gendingdimana Islam menjadi sastra yang diiringi

gending Jawa. Muhammadiyah adalah Islam varian Jawa yangpaling otentik. Inilah satu gagasan yang diurai buku ini.

Gagasan lain adalah asal-muasal puritanisme dalam tubuhMuhammadiyah. Sebagai gerakan, Muhammadiyah memangbercorak Jawa pedalaman, namun dari sisi ideologi (yangdisebut puritan) ia banyak dipengaruhi nilai-nilai SumatraBarat terutama yang dibawa oleh Haji Rosul dan Islam pesisirmelalui Haji Mas Mansur (Surabaya, Jawa imur). Perbedaan

watak gerakan dan ideologi itulah yang, saya yakin, justrumendorong Muhammadiyah selalu menjaga keseimbanganantara pemurnian (puritanisasi) dan pembaruan (modernisasi)secara proporsional dalam bingkai Islam berkemajuan (al-tawazun bayn al-tajrid wa al-tajdid ). Prinsip inilah yangbelakangan ini ditampilkan dalam konsep dakwah kultural.

Buku ini wajib dibaca oleh mereka yang ingin melihatdialektika Muhammadiyah dengan tradisi lokal Indonesia,satu aspek yang sering dilewatkan para pengkaji gerakan ini.

Alih-alih melihat pengaruh budaya Indonesia, banyak peneliti

Page 6: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 6/227

yang terlalu terfokus melacak pengaruh imur engah,terutama Wahhabi, terhadap Muhammadiyah. erakhir, saya

percaya bahwa gerakan Muhammadiyah memang memilikiakar kultural kuat pada nilai-nilai ke-Indonesiaan. apiMuhammadiyah memilih untuk mensenyawakan nilai-nilaiIslam pada budaya Indonesia untuk adanya “Indonesia yangIslami” dari pada “Islam yang Indonesiawi”.

—M. Din SyamsuddinKetua Umum PP Muhammadiyah 2005-2010

dan Profesor Pemikiran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

In this detailed and nuanced analysis of the early cultureof Indonesia’s leading Islamic modernist movement, theMuhammadiyah, Burhani signicantly revises anachronisticunderstandings of the movement that cast it as puritanically

hostile to Javanese culture. Burhani shows us that the impetusfor Islamic renewal came in large part from Javanese elites deeplyinvolved in traditional court culture, and they undertook thatrenewal not to expunge Javanese culture from Islamic practicebut to promote the distillation of what they saw as Javaneseculture’s Islamic essence. Burhani’s reconstruction of the early

days of the Muhammadiyah in Java adds to a growing literaturethat appreciates the specicities of particular historicalmoments in Javanese apprehensions of Islam. Tis book willbe an important source for students of Indonesian culture andpolitics who need to appreciate the changing relationshipsbetween local and global religious culture across the twentiethand twenty-rst centuries.

— Julia D. HowellProfessor of Anthropology and Deputy Director,

Griffith Asia Institute and Research Expert of the Sociology of Islam,Griffith University, Australia

Page 7: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 7/227

Najib Burhani dalam buku ini telah berhasil menunjuk-kan dengan sangat bagus the other side of Muhammadiyah:

Muhammadiyah Jawa. Pasalnya, sebagai gerakan yang -benaratau salah- sering dianggap mengusung ideologi puritanismeyang biasanya agresif, fanatik, dan kering, Muhammadiyah

Jawa ternyata banyak menunjukkan sisi -atau tepatnyanuansa- lain yang berbeda. Muhammadiyah Jawa lebihmerupakan gerakan etik yang mengutamakan beberapa nuktahpandangan hidup yang dijunjung tinggi orang Jawa yangmementingkan budi pekerti luhur, sikap nrimo lilo lan legowo (ikhlas, bahkan dalam perilaku politik),tepo seliro (tenggangrasa atau toleran melihat praktek keagamaan yang berbeda),dan mengutamakan sikap alon-alon waton kelakon(gradualis)dalam menyebarkan paham keagamaannya. emuan NajibBurhani ini membuktikan bahwa Muhammadiyah bukanlahentitas paham keagamaan yang homogen dan monolitik,melainkan memiliki spektrum pemahaman yang sangatluas: dari Muhammadiyah Al-Ikhlas yang cenderung kakusampai Marmud (Marhainis Muhammadiyah) atau Munas(Muhammadiyah Nasionalis) seperti yang ditemukan oleh

Abdul Munir Mulkan. Dimensi Jawa ternyata sangat menonjoldalam gerakan Muhammadiyah.

—Hajriyanto Y. Tohari Wakil Ketua MPR-RI 2009-2014, Ketua Umum PP Pemuda

Muhammadiyah 1993-1998.

It is often assumed that from its very beginnings in 1912the Muhammadiyah movement was propagating a universaland puritan brand of Islam in line with the thought of theEgyptian reformers and for this reason was very much opposing

Javanese culture. In the present book, which originates from

Page 8: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 8/227

his Leiden University MA thesis, the author studies theMuhammadiyyah movement with a fresh and independent

outlook and demonstrates that this assumption does not holdtrue for its initial phase. In fact, in the rst two decades of itsexistence, the Muhammadiyyah movement greatly appreciatedvarious features of Javanese culture, like etiquette, language,dress, and name giving. Only, after the Muhammadiyyahmovement began to spread outside Java in the 1930-s themovement started to distance itself from this initial positiveattitude, for instance under the inuence of the Minangkabau-based Muslim scholar Haji Rasul. As a result of the newperspective used in this book, it forms a highly important andoriginal contribution to the study of Indonesian Islam and, ona higher analytical level, indeed to the relationship betweenIslam and local culture.

—Nico J.G. Kaptein,Professor of Islamic Studies and the Academic

Coordinator of the Indonesian Young Leaders Programme,Leiden University, the Netherlands

Melalui sebuah kajian sejarah yang teliti, buku ini membuka wawasan pembaca tentang hubungan Muhammadiyahdengan budaya Jawa. Dengan data-data yang bersumberkepada referensi-referensi tertulis yang otentik dan wawancaramendalam dengan nara sumber yang terpercaya, buku inimenegaskan dua tesis penting. Pertama, berbeda dengangerakan pemurnian Islam pada umumnya yang cenderungekslusif dan skripturalistik, Muhammadiyah menampilkankarakternya yang khas sebagai gerakan yang puritan daninklusif. Kedua, Muhammadiyah dan para tokohnya yang taatmengamalkan Islam dan sangat anti sinkretisme, tidak bersikapkonfrontatif terhadap budaya Jawa. Dalam hal tertentu yang

Page 9: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 9/227

tidak bertentangan dengan Islam, Muhammadiyah bahkanbersikap positif dan akomodatif. Dua tesis ini merupakan

sumbangan penting buku ini dalam memperluas khazanahpengkajian sejarah dan gerakan Islam.— Abdul Mu’ti

Dosen IAIN Walisongo, Ketua Umum Pimpinan Pusat PemudaMuhammadiyah 2002-2006

Sebagai gerakan tajdid, sejak kelahirannya Muham-

madiyah memang harus menyikapi kebudayaan lokal Jawayang sering mengandung gaya, konsep-konsep dan keper-cayaan-kepercayaan yang tidak mudah untuk disesuaikandengan Islam yang dianggap ‘murni’. Dengan menyorotisejarah Muhammadiyah dalam perspektif tersebut, dari jamanpendirinya KH Ahmad Dahlan sampai jaman setelah wafatnya,

buku Ahmad Najib Burhani ini merupakan sumbangan yangsangat berharga.—Merle Calvin Ricklefs

Profesor Sejarah di National University of Singapore,anggota the International Council of the Asia Society,

mantan direktur di the Research School of Pacic and Asian Studies,the Australian National University.

Buku ini sangat menarik karena memaparkan telaahsejarah dan budaya tentang Muhammadiyah yang sekarang inidianggap tidak “nJawani ” (baca: jauh dari identitas Jawa dankurang toleran dengan budaya Jawa maupun budaya secaraumum). Sementara secara historis, justru Muhammadiyahsangat kental dengan budaya Jawa. Salah satu penyebabnyamenurut penulis adalah berkembangnya ideologi Wahabidan bercampurnya budaya lain (baca: Padang) dalamMuhammadiyah. idak hanya buat warga Muhammadiyah

Page 10: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 10/227

tetapi siapa pun yang ingin melakukan kajian tentang Islamdi Indonesia, buku ini menjadi referensi yang penting untuk

memahami seberapa jauh pergeseran dan dinamika perubahanpemikiran dan model gerakan organisasi Muhammadiyah—Rahmawati Husein

Ketua Umum Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM)- Amerika Serikat, Kandidat PhD di Universitas exas A&M, Sekretaris

Umum PP Nasyiatul Aisyiah (NA) 1995-2000 dan 2000-2004.

“Muhammadiyah Jawa” provides an original and interestinganalysis of an historical shift from a localized and inclusiveto a more nationalized and religiously stricter orientation ofthe Muhammadiyah. Te recent scholarships have generallyfocused on a puritanistic, often regarded Wahhabi dimensionof this second largest civil association in Indonesia. Tis bookis the rst to problematize the changing relationship betweenan Islamic organization and ethnicity. It offers a fresh approachto how scholars and students—as well as the public at large—appreciate the role of ethnicity —and local culture in general—in shaping religious orientations. It is a must-read to anyoneinterested in Indonesian Islam and religious change in general.

Te rise and development of the Muhammadiyah in theEast Indies were linked to changing Dutch colonial policiesand attitudes as well as an increased number of Islamicactivists and networks and their greater consciousness toreform Muslim societies in the Dutch-colonized areas.Te Javanese civilizational origin of the Muhammadiyahsignicantly helped attract reformist Muslim activists rstin the Sunda areas, but then also Sumatera, Sulawesi, andKalimantan. However, the rst twenty years, Najib Burhaniargues, witnessed prijaji Javanese cultural traits, and it wasonly in the 1930s that particularly Sumatera networks, along

Page 11: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 11/227

with other challenges such as the emergence of the NahdlatulUlama, changed that local characteristics. Najib Burhani

provides a new and important contribution to our analysis ofsuch spatial and cultural change, and therefore it should leadto further research and scholarship on the localization of theMuhammadiyah outside Java and its nationalization and eveninternationalization within the ever increasing globalizingcircumstances.

—Muhamad AliProfessor in Religious Studies Department,

the University of California – Riverside, USA

Page 12: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 12/227

Page 13: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 13/227

xiii

Pengantar Penerbit

A lhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat Rahmat danKaruniaNya, penerbitan Buku “Muhammadiyah

Jawa” dapat hadir dihadapan pembaca.

Membicarakan tentang Muhammadiyah tidak akanpernah ada habisnya, dari segi apapun bisa dilihat, diter- jemahkan, diinterpretasikan dan dianalisis sesuai kacamatayang dipakai oleh pembahas. Dalam kata pengantardari buku Mitsuo Nakamura yang berjudul Matahari

erbit dari balik Pohon Beringin, Prof. Dr. A. Mukti Ali

menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan serba wajah(dzuwujuh). Sebutan ini dimaksudkan untuk mewujudkanaktitas Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa danbernegara, termasuk dalam pelestarian nilai-nilai tradisidan budaya masyarakat.

Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakanterjemahan dari esis Master Saudara Ahmad NajibBurhani berjudul Te Muhammadiyah’s attitude to

Javanese Culture in 1912-1930: Appreciation and ensiondi Universitas Leiden Belanda tahun 2004. Menjadi

Page 14: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 14/227

xivAHMAD NAJIB BURHANI

penting dan strategis untuk diterbitkan dalam edisibahasa Indonesia mengingat isi dan kandungan dalambuku ini merupakan hasil penelitian ilmiah, sehinggasedikit banyak akan sangat berharga dalam merubahpersepsi dan pandangan orang tentang Muhammadiyah,

khususnya yang berhubungan dengan budaya dan tradisi Jawa. Mudah-mudahan dengan membaca buku ini, akansemakin mencerahkan dan memperluas cakrawala berpikirkita tentang Muhammadiyah.

Adalah suatu kehormatan bagi Al-Wasat PublishingHouse untuk dapat membantu menerbitkan buku ini.

Semula, buku ini akan terbit di tahun 2008, namunkarena pertimbangan momentum akan diselenggarakannyaMuktamar Muhammadiyah ke 43 tanggal 3-8 Juli 2010di Yogyakarta, hingga akhirnya diputuskan buku initerbit sebagai bagian dari kado untuk Muktamar 1 AbadMuhammadiyah.

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat dan selamatmembaca.

Jakarta, Juni 2010

Page 15: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 15/227

xv

Muhammadiyah sebagaiRepresentasi “Islam-Jawa”

~Sebuah Pengantar~

“You cannot be a Brahmin in the English countryside” —Julian Pitt-Rivers (1963).

S aya mengambil nukilan kata-kata Pitt-Rivers diatas untuk menunjukkan betapa mustahilnyaMuhammadiyah melepaskan diri dari kebudayaan

Jawa. Meski sering disebut sebagai gerakan puritanismeIslam di Indonesia, Muhammadiyah tak akan bisamelepaskan fakta bahwa ia lahir di Kauman, satu tempatdalam lingkungan tembok Kesultanan Yogyakarta, olehsejumlah abdi dalemKraton tersebut. Ia dibangun denganinspirasi dan kesadaran seorang Islam-Jawatulen, RadenNgabehi Muhamad Darwisy (KH Ahmad Dahlan), setelahbanyak berdialog dengan rekan-rekannya di Boedi Oetomo,guna memodernisasi cara pikir, sistem sosial dan peradabanmasyarakat.

Sampai sekarang pun, ketika organisasi ini mendekatiumur 100 tahun, beberapa pimpinannya tetaplah para

priyayi dari kerajaan Jawa kuno itu, lengkap dengan

Page 16: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 16/227

xviAHMAD NAJIB BURHANI

karakteristik kejawaannya. Karenanya, seperti dikutip

Herman L. Beck (1995), tidak heran jika MuhammadHatta, salah satu proklamator Republik Indonesia dan jugaanggota Muhammadiyah mengatakan, “Muhammadiyahtak akan pernah bisa berhasil melaksanakan programpurikasinya selama ia tak bisa membebaskan diri dariakar-akarnya di Kauman Yogyakarta.”

Pada 2010 ini Muhammadiyah akan melangsungkanMuktamar Satu Abad di Yogyakarta. Ini barangkali menjadimomentum yang tepat untuk mengingat dan merenungkankembali identitas yang sudah lama melekat pada diriorganisasi ini, yaitu sebagai model Islam varian Jawa ataudalam konteks yang lebih pas untuk saat ini, Islam varianIndonesia.

Muhammadiyah dan Identitas KejawaanMungkin belakangan ini terjadi satu pergeseran pan-

dangan di masyarakat. Seolah-olah NU (Nahdlatul Ulama)lebih pas dipandang sebagai representasi Islam-Jawa

daripada Muhammadiyah. Anak-anak muda NU pun jugaterkesan lebih aktif bergelut dengan tradisi Jawa daripadaanak-anak muda Muhammadiyah. Kondisi kasar initentu sangat berbeda dengan catatan-catatan sejarah padadua organisasi terbesar di Indonesia itu. Setidaknya adabeberapa bukti yang memperkuat asumsi ini.

Pertama, jika klasikasi masyarakat Jawa ala CliffordGeertz (1960) dipakai untuk membaca penduduk Jawadi awal abad ke-20, maka NU yang didirikan pada 1926

Page 17: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 17/227

xviiSebuah Pengantar

adalah organisasi para santri dan Muhammadiyah adalah

gerakan para priyayi Muslim. Sebagai perbandingan, parapendiri NU adalah para kyai dari berbagai pesantren di Jawa(seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah).Para pengurus NU awal juga dipenuhi oleh orang-orangdengan nama Arab. Sementara pendiri dan pengurusMuhammadiyah adalah para priyayi Kraton Yogyakarta(seperti Raden Ketib jandana Haji Ahmat dan RadenSosrosugondo).

Kedua, jika kita buka kembali foto-foto dan gambar-gambar kedua organisasi tersebut di awal-awal pendiriannya,maka akan terlihat bahwa para pimpinan NU memakaipakaian yang lebih dekat pada tradisi Arab, sementara caraberpakaian pemimpin Muhammadiyah mendekati budaya

Jawa. Pada Muktamar Muhammadiyah di Solo tahun1929, misalnya, seruan untuk memakai pakaian tradisionalmasuk dalam salah satu aturan bagi peserta Muktamar:

Menjetoedjoei seroean Comite Penerimaan Congres di Solo,kami harap soepaia Oetoesan-oetoesan laki-laki memakai

pakaian kebesaran tjara negerinja masing-masing, jangtidak melanggar Sjara’.Pengoeroes Besar dan Comite poen akan menjamboet

dengan gembira dan berpakaian kebesaran djoega, tjaraDjogja dan Solo. Jang teroetama dipakai di waktoe MalamPenerimaan dan Hari Tamasj-sja.

—Programma dan Agenda Congres Moehammadijah ke-XVIII jang

erbesar di Solo(1929)--

Page 18: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 18/227

xviiiAHMAD NAJIB BURHANI

Ketiga,bahasa Jawa adalah bahasa resmi di Muham-

madiyah sebelum digantikan oleh bahasa Indonesia.Muhammadiyah adalah organisasi pertama di Indonesiayang memperkenalkan khutbah Jum’at dalam vernacularlanguage (bahasa masyarakat setempat). Pesan-pesandalam khutbah Jum’at dianggap Muhammadiyah tidakakan bisa sampai kepada pendengarnya jika memakaibahasa Arab. Karena itu, sangat tidak masuk akal untukmemaksakan penggunaan bahasa asing itu sementaraseluruh pendengarnya adalah orang Jawa. Bahkan, me-nurut kesaksian salah seorang murid Ahmad Dahlan diKweekschool Jetis, Profesor Sugarda Purakawatja, pendiriMuhammadiyah itu pernah mengizinkan murid-muridnyauntuk shalat dengan menggunakan bahasa Jawa jika merekatidak mengerti bahasa Arab.

Keempat,secara organisasi, Muhammadiyah memilikiikatan cukup erat dengan Boedi Oetomo, sebuah organisasiyang ingin membangun kembali budaya Jawa. Seluruhpendiri Muhammadiyah merupakan anggota BoediOetomo. Memang, Dahlan juga bergabung SI (Sarekat

Islam) dan organisasi lain di Jawa. Namun, hanya BoediOetomo-lah satu-satunya organisasi yang secara langgengdiikuti oleh Dahlan, tentu saja selain organisasi yang didiri-annya sendiri.

Kelima,Muhammadiyah tidak pernah menolak upacara grebeg yang diselenggarakan oleh Kraton Yogyakarta.

Penghulu-penghulu yang berperan aktif dalam upacaratradisional di Kraton itu, sejak zaman Ahmad Dahlan,adalah para pimpinan Muhammadiyah. Dahlan sendiri

Page 19: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 19/227

xixSebuah Pengantar

hingga meninggalnya tak pernah melepaskan statusnya

sebagaiabdi dalem pamethakan.

Beberapa Pergeseran SikapMeski masih menyisakan cukup banyak bukti tentang

kedekatan Muhammadiyah dengan kebudayaan Jawa,namun identitas organisasi ini sebagai Islam varian Jawamemang sudah tidak se-kenthal pada masa-masa awalpendiriannya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinyapergeseran ini. Beberapa diantaranya adalah masuk danberkembangnya ideologi Wahabi di organisasi ini, terutamasetelah Mekah dan Madinah dikuasai oleh Saud-Wahabi.Sebagai organisasi yang identik dengan gerakan Wahabi,

Muhammadiyah lantas menjadi kurang toleran terhadaptradisi masyarakat setempat.

Keterlibatan orang-orang dari Padang dalam Muham-madiyah juga memberi pengaruh dalam pembentukan sikaporganisasi ini terhadap budaya lokal. Di Padang, hubunganantara Kaum uo dan Kaum Mudo, juga orang Adat dan

orang Padri, memang kurang harmonis. Kondisi ini lantasmempengaruhi warga Muhammadiyah di Jawa. Apalagi,ideologi Muhammadiyah banyak dipengaruhi oleh ulamabesar dari Padang, Haji Rasul.

Selain kedua hal tersebut, faktor lain yang ikutberpengaruh dalam membentuk karaktek Muhammadiyah

dalam kaitannya dengan kejawaan adalah pembentukanMajlis arjih yang terkesan sangat syari’ah-oriented.Pen-dirian lembaga ini dipelopori oleh Mas Mansur, seorang

Page 20: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 20/227

xxAHMAD NAJIB BURHANI

ulama dari daerah pesisir, Surabaya. Karakteristik keislaman

antara daerah pesisir pantai dan pedalaman (hinterland )memang berbeda. Dulu, keislaman daerah pesisir dikenallebih ketat dibandingkan daerah pedalaman, seperti Yogya-karta.

Namun demikian, seperti dikatakan oleh Hatta, karakterkejawaan Muhammadiyah itu tak akan pernah hilang.Dengan cerdik Mitsuo Nakamura (1993) menyimpulkangerakan Muhammadiyah sebagai berikut:“Reformist Islamis not antithetical to Javanese culture but an integral part of it,and what reformists have been endeavouring is, so to speak, todistil a pure essence of Islam from Javanese cultural traditions.Te nal product of distillation does retain a Javanese avour.”

Penulis Ahmad Najib Burhani

Page 21: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 21/227

xxi

Isi Buku

Muhammadiyah sebagai Representasi “Islam-Jawa”:Sebuah Pengantar~—xv

Muhammadiyah dan Identitas Kejawaan—xviBeberapa Pergeseran Sikap—xix

Pendahuluan—11. Jawa dan Islam—11

Identitas Budaya Jawa—12Paradigma Lama Orientalis—24Paradigma yang Berpusat pada Islam—39Kesimpulan—45

2. Muhammadiyah—49Keraton Yogyakarta—51R.Ng. Ahmad Dahlan sebagai Abdi Dalem—55

Boedi Oetomo dan Ahmad Dahlan—59Pendirian dan Pertumbuhan Muhammadiyah—62Peran Utama Muhammadiyah—67Kesimpulan—77

3. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa—81Karakteristik Anggota—82

Apresiasi Identitas Budaya Jawa—95

Page 22: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 22/227

xxiiAHMAD NAJIB BURHANI

Aturan Perilaku—97Bahasa sebagai Wacana—101Politik Busana—106Nama sebagai Simbol—111Keanggotaan sebagai Identitas—117Respons terhadap Budaya-Dalam Jawa—119Kesimpulan —126

4. Pergeseran Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya

Jawa—129 Akar Pergeseran Sikap—130Pengaruh Para Anggota dari Minangkabau—131Pembentukan Majlis arjih dan Paradigma

Berorientasi Syariat—137Faktor-Faktor Eksternal—143Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa setelah

1930-an—147Kesimpulan—152

Kesimpulan: Ambiguitas Sikap Muhammadiyah—155

Epilog: Toleransi dan Sikap Terbuka: Kekuatan UtamaMuhammadiyah—161

Oleh: Abdul Munir Mulkhan—161

Lampiran-Lampiran—175Lampiran I: Muktamar-Muktamar

Muhammadiyah—175Lampiran 2: Daftar Ketua Umum

Muhammadiyah—179

Daftar Pustaka—181

Indeks—195

Page 23: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 23/227

1

Pendahuluan

P embicaraan mengenai hubungan Muhammadiyahdan budaya Jawa kerap kali menempatkanMuhammadiyah dalam posisi yang sepenuhnya

berseberangan dengan budaya Jawa.1 Sebagai sebuah gerakanpuritan,2 Muhammadiyah sering dipandang menolakunsur-unsur budaya Jawa. Beberapa peneliti, seperti H.M.Federspiel, menyatakan bahwa nama Muhammadiyah itusendiri (yang berarti: para pengikut Muhammad) dan cita-citanya, sudah memberi indikasi bahwa gerakan ini memangbermaksud menghidupkan kembali ajaran-ajaran ortodoks

1Lihat misalnya Herman Beck, “Islamic Purity at Odds with JavaneseIdentity: Te Muhammadiyah and the Celebration of the Garebeg MauludRitual in Yogyakarta” dalam Jan Platvoet dan Karel van der oorns (ed.),Pluralism and Identity: Studies in Ritual Behaviour (Leiden: Brill, 1995),h. 261-83.

2

James L. Peacock dalam penelitian antropologisnya menyimpulkanbahwa Muhammadiyah adalah sebuah gerakan puritan. Lihat James L.Peacock, Purifying Faith: Te Muhammadiyah Movement in IndonesianIslam (Menlo Park, California: Te Benjamin/Cummings PublishingCompany, 1978).

Page 24: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 24/227

2AHMAD NAJIB BURHANI

Islam.3 Karena itulah gerakan ini memurnikan bentuk-

bentuk pengamalan agama. Dalam hal ini tampaklahbahwa Muhammadiyah ingin mengubah budaya Jawa yangsering dinilai penuh ajaran sinkretis.

Padahal, bila fakta sejarah Muhammadiyah diamatisecara jeli, akan terlihat bahwa organisasi ini, serta pendiridan tokoh-tokoh masa awalnya, telah menampakkanapresiasi yang besar terhadap beberapa unsur budaya Jawa.Dengan mengungkap sejarahnya, kita akan menemukanbahwa Muhammadiyah pernah memiliki hubungan yangbaik dengan budaya Jawa. Memurnikan (pengamalan Islam)tak harus berarti menghilangkan atau merusak seluruhunsur budaya Jawa. Dengan menelusuri dan meneliti secaramendalam hubungan Muhammadiyah dan budaya Jawapada masa berdirinya, buku ini berupaya menjembatanikesenjangan keduanya yang terjadi dewasa ini.

Pada beberapa tahun belakangan, para pemukaMuhammadiyah dan sebagian warganya berupaya melaku-kan introspeksi dan memikirkan ulang eksistensi Muham-madiyah. Salah satu di antara banyak hal yang menjadi

perhatian mereka adalah hubungan antara Muhammadiyahdan budaya lokal (indigenous ), termasuk budaya Jawa.Dalam anwir (yang merupakan sidang tertinggi setelahMuktamar) yang diadakan di Denpasar, Bali pada 2002,Muhammadiyah berupaya bersikap lebih ramah dalamhubungannya dengan budaya lokal dengan mengetengahkan

3Howard M. Federspiel, “Te Muhammadijah: A Study of anOrthodox Islamic Movement in Indonesia,” dalamIndonesia 10 (Oktober),Cornell Modern Indonesia Project, 1970, h. 57.

Page 25: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 25/227

3Pendahuluan

tema “Dakwah Kultural untuk Pencerahan Bangsa”. Salah

satu di antara banyak misi anwir ini adalah membuatMuhammadiyah mudah diterima oleh kaum abangan,4 sehingga mereka nyaman dengan Muhammadiyah.

Gagasan mengeratkan hubungan antara Muham-madiyah dan budaya lokal mencuat pertama kali padaMuktamar ke-43 pada tahun 1995 di Aceh. PadaMuktamar ke-44 pada tahun 2000 di Jakarta, gagasan inipun menguat. Pada akhir 2002, pimpinan Muhammadiyahmenyeriusi gagasan ini. Mereka membentuk sebuahtim, yang dinamai im Perumusan Dakwah KulturalPimpinan Pusat Muhammadiyah, yang bertanggung jawabmendalami gagasan ini. im ini terdiri dari lima orang: A.

Watik Pratiknya, Bahtiar Effendy, Abdul Munir Mulkhan,Hajriyanto Y. Tohari, Haedar Nashir, dan Moeslim

Abdurrahman.Kajian dalam buku ini memberikan dukungan pada

gagasan tersebut dengan menelusuri perjalanan Muham-madiyah pada masa-masa awal dalam hubungannya denganbudaya lokal. Memang telah ada banyak kajian tentang

Muhammadiyah. Namun, belum ada kajian yang secarakomprehensif menyentuh misi utama Muhammadiyah(mengemban dan menegakkan ajaran Islam untuk me-

wujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya), yangsecara khusus mengungkap hubungan antara ajaran-ajaran

4Clifford Geertz memperkenalkan istilahsantri dan abangan dalambuku “klasik”-nya,Te Religion of Java (Chicago: University of ChicagoPress, 1976).

Page 26: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 26/227

4AHMAD NAJIB BURHANI

Muhammadiyah dan budaya Jawa pada masa awal. Inilah

kekosongan yang coba diisi oleh buku ini.Untuk memberikan penjelasan yang rinci mengenaihubungan Muhammadiyah dan budaya Jawa, buku ini akanmulai dengan mengulas secara sekilas budaya Jawa, miliudi mana Muhammadiyah berdiri dan bergerak. Denganbegitu akan tampak karakteristik-karakteristik tersendiriyang dimiliki Muhammadiyah di tengah-tengah budaya

Jawa, dan juga hubungan Islam dan kejawaan (kejawen)yang mendapat penekanan dalam buku ini. Dalam hal inibuku ini akan fokus pada tiga hal—Yogyakarta, Kraton,dan Boedi Oetomo—yang memberi pengaruh luas padaMuhammadiyah.

Buku ini membatasi kajiannya pada periode antaratahun 1912, ketika Muhammadiyah didirikan, hingga tahun1930, ketika Muhammadiyah dan budaya Jawa tampakmulai berjauhan. Ada beberapa peristiwa yang memicupergeseran sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa,seperti kemenangan Wahabi untuk menguasai dua kotasuci, Mekah dan Madinah, pada 1924, berdirinya Nahdlatul

Ulama (NU) pada 1926, pembentukan Majlis arjih pada1927, munculnya nasionalisme yang ditandai oleh SumpahPemuda pada 1928, dan Kongres Muhammadiyah ke-19di Bukittinggi pada 1930. Setelah peristiwa-peristiwa ini,Muhammadiyah menjadi semakin menentang budaya

Jawa.

Buku ini menjawab berbagai pertanyaan mengenaihubungan ideologis dan doktrinal antara Muhammadiyahdan budaya Jawa. Sejauh manakah budaya Jawa memberikan

Page 27: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 27/227

5Pendahuluan

pengaruh pada pembentukan Muhammadiyah? Dalam

pembentukannya, bagaimana Muhammadiyah meresponsKeraton Yogyakarta dan lingkungan di sekitarnya? Bagai-mana Muhammadiyah berusaha memurnikan Islamdari pengaruh budaya Jawa? Bagaimana pula identikasiMuhammadiyah sebagai gerakan puritan muncul? Apakahkejawaan selalu bertentangan dengan ajaran-ajaran Muham-madiyah? Mengapa Muhammadiyah setelah periode KiaiDahlan menjadi cenderung kurang menghormati ataumemusuhi budaya Jawa? Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, buku ini akan menelusuri sikapdan pandangan pendiri, para pimpinan, dan para tokohMuhammadiyah pada masa-masa awal.

Mitsuo Nakamura telah membahas bagaimanaMuhammadiyah menghadapi budaya lokal dan kontekssosial ketika mengulas perkembangan Muhammadiyah diKotagede dalamTe Crescent Arises Over the Banyan ree: aStudy of the Muhammadijah Movement in a Central Javanese

own (1976). Buku ini berupaya menguatkan beberapakesimpulan dalam karya Nakamura ini dan menyodorkan

berbagai argumen berbeda yang menyempurnakannya. Yangpaling membedakan buku ini dengan buku Nakamura ituadalah dalam hal sudut pandang, fokus, dan argumentasi.

Sementara karya Nakamura didasarkan pada penelitianantropologis, buku ini utamanya didasarkan pada ajaran-ajaran pendiri dan doktrin-doktrin Muhammadiyah pada

periode awal. Karya Nakamura memang membicarakanbagaimana doktrin dan ajaran Muhammadiyah menyikapibudaya Jawa pada paruh kedua abad kedua puluh, namun ia

Page 28: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 28/227

6AHMAD NAJIB BURHANI

tak membincangkan bagaimana Muhammadiyah menyikapi

budaya Jawa dalam perspektif historis, khususnya pada masaawal. Nakamura juga tidak menjawab pertanyaan mengapaMuhammadiyah menjadi kurang menghargai budaya Jawa.

Kajian buku ini lebih banyak didasarkan pada penelitiankepustakaan. Pertama-tama, kajian ini akan memanfaatkansurvei-survei bibliogras, terutama karya Mukti Ali,Te

Muhammadiyah Movement: A Bibliographical Introduction.Kajian ini kemudian akan menggunakan berbagai kronikdan materi biogra yang ditulis oleh orang Muhammadiyahmaupun yang lain. Bahan-bahan yang paling pentingadalah karya-karya penggerak Muhammadiyah pada paruhpertama dan kedua abad kedua puluh, yang di antaranyaadalah: Djarnawi Hadikusuma, Matahari-matahari

Muhammadiyah; K.R.H. Hadjid, Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan; Yusron Asroe, K.H. Ahmad Dahlan,Pemikiran dan Kepemimpinannya ; Yusuf Abdullah Puar,Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah; dan SolichinSalam, K.H. Ahmad Dahlan: Reformer Islam Indonesia .

Karena kebanyakan kronik dan biogra tersebut

adalah semacam hagiogra, maka untuk mengimbanginyakajian ini akan mengumpulkan informasi yang tersediadari berbagai laporan dan dokumen pemerintah, ter-masuk laporan-laporan Hindia imur Belanda yangterkait dengan kajian ini; publikasi resmi dan tak-resmiMuhammadiyah, yang akan disarikan dan dianalisis.

Bertolak dari sini kita akan mencoba mengamati suasanapada masa perintisan Muhammadiyah. Berbagai buku,kronik, perjanjian, laporan-laporan muktamar, serta karya-

Page 29: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 29/227

7Pendahuluan

karya para fungsionaris Muhammadiyah yang penting

akan digunakan sebagai sumber penting untuk memberigambaran tentang perhatian, tujuan, dan aspirasi gerakan inisemasa Kiai Dahlan. Langkah berikutnya adalah menelaahdan menafsirkan sikap dan pandangan Ahmad Dahlan danpimpinan Muhammadiyah. Yang sama pentingnya adalahmenafsirkan dan memahami pernyataan-pernyataan kunciKiai Dahlan. Pernyataan-pernyataan ini akan ditafsirkandengan melihat juga berbagai aksi, keprihatinan dan keluhanKiai Dahlan. Selain itu, kajian di buku ini juga meninjauinformasi dari berbagai surat kabar dan wawancara.

Langkanya sumber-sumber primer dari Ahmad Dahlanmerupakan petaka tapi juga sekaligus menjadi rahmat. Ituberarti Ahmad Dahlan dan masa awal Muhammadiyahmerupakan teks atau subjek yang netral. Banyak penelitibisa dan memang telah membuat asumsi dalam cara yangberbeda selama mereka mempunyai data dan argumen.Kajian ini bermaksud mengumpulkan data dan men-ciptakan argumen yang akan meretas arah baru bagi kajiantentang Muhammadiyah.

Pada bab pertama buku ini akan digambarkan kontekssosio-kultural dari kelahiran Muhammadiyah. Bab iniakan menyuguhkan latar belakang yang diperlukan gunamemahami berbagai isu yang terjadi kemudian. Babini mencoba menjawab pertanyaan mengenai kekayaankhazanah budaya Jawa dan hubungan antara Islam dan

budaya Jawa. Bab ini juga berupaya mencari jawabanmengenai mengapa Islam dan budaya Jawa tampak sepertidua karakter berbeda yang berseberangan.

Page 30: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 30/227

8AHMAD NAJIB BURHANI

Bab kedua akan diawali dengan uraian mengenai sang

pendiri Muhammadiyah dalam konteks hubungannyadengan budaya Jawa. Untuk itu, bab ini akan melihatbudaya di dalam dan di sekitar Kraton NgayogyakartaHadiningrat (Yogyakarta), salah satu dari dua peradabanistana orang Jawa. Bab ini selanjutnya mengulas hubunganantara Ahmad Dahlan dan Boedi Oetomo. Bagian berikut-nya menjelaskan pembentukan Muhammadiyah dan misi-misinya. Interaksi antara Muhammadiyah dan sekelilingnya,hubungannya dengan gerakan-gerakan lain seperti BoediOetomo, juga dibahas di bab ini. Di sini akan dibuktikanbahwa Muhammadiyah pada masa awal adalah bagian takterpisahkan dari kejawaan.

Bab ketiga, yang menjadi inti buku ini, berupayamembahas sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa.Fokus bab ini adalah bagaimana ideologi Muhammadiyahberkomunikasi dengan “ideologi” yang menjadi bagiandan paket dari budaya Jawa. Pandangan dan wawasanpendiri Muhammadiyah tentang topik ini, bagaimana iamenafsirkan unsur-unsur budaya Jawa, akan disajikan di sini.

Untuk mengorganisasi data, karya ini berusaha menganalisispolitik busana, keanggotaan sebagai simbol, bahasa sebagaiidentitas, ide sebagai identitas dan semacamnya. Buku ini

juga mengkaji sikap Muhammadiyah terhadap budayapermukaan (surface culture ), seperti grebeg, sekaten,

wayang, bahasa dan aksara Jawa, serta busana tradisional. Di

bab ketiga juga akan digambarkan sikap Muhammadiyahterhadap budaya-dalam (deep culture ) Jawa.

Page 31: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 31/227

9Pendahuluan

Bab keempat menerangkan beberapa penyebab per-

geseran sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa. Ada beberapa peristiwa yang bisa dianggap mendorongpergeseran sikap ini, seperti kemenangan Wahabi untukmenguasai Mekah dan Madinah pada 1924, pendirianNahdlatul Ulama pada 1926, pembentukan Majlis arjihpada 1927, kemunculan nasionalisme yang ditandai olehSumpah Pemuda pada 1928, dan Kongres Muhammadiyahke-19 di Bukittinggi pada 1930. Bab ini juga akan memotretsikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa setelah 1930-an.

Setelah bab kesimpulan yang merangkum temuan-temuan penelitian, terdapat beberapa lampiran yangmenggambarkan bagaimana Muhammadiyah memper-lakukan budaya Jawa pada masa sekarang. Lampiran-lampiran ini penting untuk memungkinkan para wargaMuhammadiyah dan juga para peneliti melihat gerakan inisebagai organisasi yang tidak sama dari waktu ke waktu dantak bisa disederhanakan sebagai organisasi dengan karaktertunggal.[]

Page 32: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 32/227

Page 33: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 33/227

11

1

Jawa dan Islam

T elah muncul berbagai perdebatan di kalangan parasarjana mengenai hubungan antara Jawa dan Islam.

Islam-Jawa atau Jawa-Islam adalah persoalan unik. Ada dua pandangan ekstrem tentang masalah ini. Pada satusisi, ada pandangan bahwa Islam hanya memberi pengaruhkecil terhadap Jawa dan kejawaan. Islam hanyalah satuelemen dari banyak elemen kejawaan, yakni: pra-Hindu,Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Karenanya, sarjana

yang ingin mengkaji Jawa seharusnya tidaklah berfokuspada Islam, namun semestinya menaruh perhatian kuatpada unsur-unsur non-Islam dari kejawaan seperti pra-Hindu, Hindu, Buddha dan bahkan Kristen. Beberapapendukung pandangan ini adalah Tomas Raffles, CliffordGeertz, dan James L. Peacock.

Surutnya orientalisme telah mendorong pergeserandalam kajian tentang hubungan antara Jawa dan Islam.Muncullah perspektif baru yang memandang Islam

Page 34: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 34/227

12AHMAD NAJIB BURHANI

sebagai bagian dominan dari kejawaan. Karena itu, setiap

upaya meneliti Jawa seharusnya berfokus pada Islam ataumelihatnya sebagai unsur yang signikan. Pandangan inidianut oleh para peneliti seperti William R. Roff, MarshallG.S. Hodgson, dan Mark R. Woodward.

Di antara dua pandangan ekstrem tersebut, adapandangan tengahan, yang mencoba mengkaji unsur Islamdan non-Islam dalam Jawa secara berimbang dan mencobamenyisihkan pengaruh negatif orientalisme. M.C. Ricklefsdan Andrew Beatty adalah dua pelopor pandangan tengahanini.

Bab ini hendak membahas identitas atau budaya Jawa dantempat Islam dalam kejawaan. Bab ini akan menyuguhkanlatar belakang yang diperlukan untuk memahami secaratepat kelahiran dan peran Muhammadiyah yang akandipaparkan pada bab berikutnya. Pertama-tama, bab inihendak mengkaji kemunculan identitas budaya Jawa. Apaitu kejawaan? Dan mengapa orang menyebut diri “wong

Jawa”? Selanjutnya bab ini berupaya menjawab mengapaIslam dan Jawa tampak menjadi dua karakter berbeda

dan dua kutub yang berseberangan. Dalam hal ini, babini akan mencoba melacak pemisahan Islam dari Jawa danmunculnya istilah-istilah santri-abangan-priyayi.

Identitas Budaya Jawa

anah air orang Jawa adalah Jawa, sebuah pulauberukuran sedang di sisi selatan kepulauan Indonesia.Orang Jawa sebenarnya hanya mendominasi bagian tengah

Page 35: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 35/227

131. Jawa dan Islam

dan separo bagian timur pulau ini. Bagian barat dihuni oleh

orang Sunda, sedangkan bagian yang paling timur dihunioleh orang Madura.5 Sebagai kelompok etnis tersendiri,orang Jawa juga punya budaya tersendiri. Namun, meskipunsetiap orang Jawa di wilayah berbeda akan mengakuibudaya mereka sebagai budaya Jawa, budaya Jawa tidaklahhomogen. Ada perbedaan antara Jawa engah dan Jawa

imur misalnya dalam hal makanan, ritual rumah tangga,kesenian rakyat, dan musik. Sampai taraf tertentu, dimasing-masing wilayah itu pun juga ada banyak perbedaan.Kendati begitu, Yogyakarta dan Surakarta adalah tempat dimana peradaban Jawa yang tinggi tampak nyata.

Budaya Jawa dikatakan merupakan budaya yangmemadukan unsur-unsur dari pra-Hindu, Hindu, Buddha,dan Islam. Percampuran budaya ini mewujud secara luasdalam seluruh kehidupan orang Jawa, dan menampakkankualitas, titik penekanan, dan bentuk yang berbeda. Konsepkatekisme dalam kehidupan sehari-hari orang Jawa dibentukdan ditentukan oleh budaya tersebut: Bagaimana merekamemperlakukan anak-anak, mendidik mereka, menamai

mereka; bagaimana orang Jawa harus bertindak sebelum,pada saat, dan setelah upacara pernikahan; bagaimanamereka mesti memperlakukan orangtua dan nenek moyangmereka; bagaimana mereka harus berperilaku terhadapmakhluk halus. Konsep mereka tentang “bagaimana”(tatacara) muncul dari doktrin atau loso tertentu.

5Lebih detil tentang Jawa dan budaya Jawa, lihat misalnyaKoentjaraningrat, Javenese Culture (New York: Oxford University Press,1989).

Page 36: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 36/227

14AHMAD NAJIB BURHANI

Berbagai mitos dan cerita digunakan untuk meneguhkan

konsep “tatacara” mereka. Berbagai ritual dilakukan untukmengharapkan berkah atau menghindarkan kemalangan.Dimensi material atau artistik dari budaya muncul darimitos-mitos atau cerita-cerita.6

Namun, konsep identitas budaya terbangun secarasosial dalam konteks historis dan geogras. Identitas ituberubah seiring dengan waktu. Orang akan selalu berpikirdan memutuskan aspek mana dari budaya mereka yangmesti dilestarikan, diubah, atau dibuang. Fenomena inibukan saja kebiasaan yang hanya terjadi di kalangan orang-orang yang punya literasi. Budaya masyarakat pra-literasiatau iliterasi juga senantiasa berubah. Robert N. Bellahmengatakan, “Bahkan masyarakat non-literasi pun jarangsekali stagnan dalam cara yang biasanya tersirat pada istilah‘masyarakat tradisional’.”7 Karena itu, ketika kita bicaratentang budaya Jawa, kita akan menghadapi masalah yangsama. Budaya dan identitas Jawa pada abad ketujuh belas dankedelapan belas tidaklah sama dengan budaya dan identitas

6Untuk melihat secara saksama suatu agama, pandangan, kepercayaan,dan budaya tertentu, Ninian Smart membuat sebuah pendekatandenisional yang berpengaruh. Ia menganalisis agama dan pandanganberdasarkan sejumlah “dimensi”. Ada dimensi ritual atau praktis, doktrinalatau losos, mitis atau naratif, pengalaman atau emosional, etis atauhukum, organisasional atau sosial, material atau artistik, dan politik sertaekonomi. Lihat Ninian Smart, Dimensions of the Sacred, an Anatomy of theWorld’s Beliefs (London: HarperCollinPublishers, 1996).

7

Robert N. Bellah, “Cultural Identity and Asian Modernization”,makalah untuk Cultural Identity and Modernization in Asian Countries:Proceedings of Kokugakuin University Centennial Symposium, Institute for

Japanese Culture and Classics, Kokugakuin University, 1983. Makalah inibisa dilihat di http://www.kokugakuin.ac.jp/ijcc/wp/cimac/.

Page 37: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 37/227

151. Jawa dan Islam

Jawa pada abad ini dan abad-abad sebelum abad ketujuh

belas. Orang Jawa telah melestarikan sebagian unsur daribudaya mereka dan membuang sebagian lainnya. Sebelumkita membicarakan topik ini, kita akan mulai dengan uraiansejarah kemunculan budaya Jawa dan identitas Jawa.

Menurut Ricklefs, Jawa awalnya baru diterima sebagaipenanda identitas sebuah kelompok masyarakat padaawal abad kedelapan belas. Mulanya, Islam adalah salahsatu unsur paling signikan dari identitas Jawa.8 Ricklefsmenguraikan kemunculan identitas Jawa sebagai berikut:

Kita bisa mempertimbangkan sejarah orang-orang yangberbicara dengan bahasa Jawa untuk mencari contoh sejarahtentang variabilitas apa yang dianggap identitas primordial.

Karya-karya sastra pra-Islam dalam bahasa Jawa Kunosering menyebut Jawa sebagai kategori geogras, denganmenggunakan istilah-istilah seperti: Jawa, Bhumi Jawa,

Jawa, Yawamandala, dan sebagainya. Ini tampaknya telahmempunyai aspek etnis dan kebahasaan, karena Jawa di sinidibedakan dari Sunda. api agaknya ide tentang orang Jawatidak disebutkan dalam karya-karya ini. Sejauh yang sayatahu, kita tidak menemukan konsep “wong Jawa” dalam

Jawa Kuno. Dalam teks pra-Islam akhir, angtu Panggelaran,yang ditulis sekitar 1500-1635, kita menemukan istilah“wong Jambudipa” untuk menyebut mereka yang hidupdi pulau Jawa. api itu tidak menunjukkan bahwa orang-orang ini menganggap diri mereka sebagai anggota dari

8M.C. Ricklefs, Te Seen and Unseen Worlds in Java, 1926-1949:History, Literature and Islam in the Court of Pakubuwana II (Honolulu:

Allen & Unwin and University of Hawai’i Press, 1988), h. 330.

Page 38: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 38/227

16AHMAD NAJIB BURHANI

kelompok sosial yang disebut “wong Jawa”. Kalaupun tohmereka begitu, bukti awal ini menunjukkan bahwa identitasini boleh jadi adalah identitas yang baru, bahkan pada akhirabad ketujuh belas.

Catatan-catatan sejarah menunjukkan bahwa identitaslokal—“wong Pajang”, “wong Mataram”, “wong Surabaya”,dan sebagainya—masih kuat pada akhir abad ketujuhbelas. Namun, ada alasan untuk menduga bahwa, sebelum

awal abad kedelapan belas, sebuah identitas “Jawa” mulaiditerima, dan salah satu penanda penting dari identitasini adalah menganut Islam. Buktinya lagi-lagi subtildan bisa diperdebatkan, tetapi mungkin saja ada, sepertisaya terangkan di tempat lain, “perkembangan menujukesadaran etnisitas Jawa yang diartikan sebagai lawan darikeeropaan, yang dicap Islam karena inilah kategorisasi yangmengandung otoritas ilahiah dan pengalaman Jawa.”

Sebelum akhir abad kedelapan belas, agaknya etnisitas Jawa umumnya diartikan berkenaan dengan Islam. HukumIslam tengah diperkenalkan oleh keraton-keraton. Beberapabangsawan dikenal mempunyai komitmen kuat terhadapIslam, terutama Pakubuwana II (1726-49), Mangkunegara I

(1757–95), dan pemimpin Perang Jawa (1825–30) PangeranDipanegara. Ini bukanlah penilaian terhadap ortodoksnyaagama mereka karena, sebagaimana terjadi pada setiap agamabesar dunia termasuk juga pada Islam, ada banyak pengaruhlokal pada persepsi masyarakat tentang keberagamaanmereka. Melainkan, ini mencerminkan sejauh mana Islampenting bagi persepsi orang Jawa tentang diri mereka sebagai

Page 39: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 39/227

171. Jawa dan Islam

suatu kelompok—sejauh yang bisa dinilai berdasar buktiyang ada, yang umumnya berkenaan dengan elit.9

Hubungan harmonis antara Islam dan Jawa retakpada akhir 1828 atau lebih awal setelah meletusnyaPerang Jawa. Pemerintah Belanda adalah arsitek utama dibelakang retaknya hubungan ini.10 Berkaca dari beberapaprotes dan pemberontakan yang kerap muncul di Jawasejak kedatangan mereka hingga 1830-an, terutama Perang

Jawa, Belanda menduga hubungan baik antara Islam danistana-istana Jawa sebagai penyebab utama berbagai protesdan pemberontakan itu. Karenanya, memisahkan Islamdari istana-istana ini adalah jalan keluar bagi masalah ini.Dengan berbuat demikian, Belanda mengira mereka tak

akan menghadapi kesulitan dalam menjajah Jawa.Kini, saat kita membicarakan budaya atau identitas

Jawa, kita harus sadar bahwa orang Jawa tidak punyakonsep yang sama tentang budaya atau identitas ini sepertinenek moyang mereka. Orang Jawa boleh jadi tidak lagimenganggap Islam sebagai unsur tak terelakkan dari identitas

Jawa. Ada banyak orang Jawa Kristen dan Jawa Buddha.Selain itu, kita juga menemukan pembedaan antara budayapetani Jawa dan budaya urban Jawa, atau dalam istilahantropologi, antara tradisi besar ( great tradition) dan tradisi

9M.C. Ricklefs, “Culture, Ethnicity, and Religion as Process: Inter-Culturality as the Key to the Future”, dalamKultur: Te Indonesian Journal for Muslim Cultures , Volume I, Nomor I, 2000, h. 35-7.

10M.C. Ricklefs, Te Seen and Unseen Worlds in Java, 1926-1949 , h.342.

Page 40: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 40/227

18AHMAD NAJIB BURHANI

kecil (little tradition),11 atau dalam pengklasikasian budaya

yang lain, antara budaya-dalam (deep culture ) dan budayapermukaan (surface culture ).12 Dalam buku ini, klasikasiterakhirlah yang digunakan untuk membaca budaya Jawa.

Budaya permukaan meliputi aspek-aspek budaya yangterlihat, seperti makanan, seni, busana, hari besar, upacara,bahasa dan sebagainya. Sedangkan budaya-dalam adalahaspek-aspek budaya yang tak terlihat seperti perasaan,emosi, sikap, dan aturan pergaulan. Budaya-dalam adalahunsur budaya yang tersembunyi, yang tak terlihat di tingkatpermukaan.13

Salah satu aspek yang terlihat, yang kita temukan dalamhidup keseharian orang Jawa adalah bahasa. Bahasa Jawaadalah penanda linguistik orang Jawa. Bahasa ini termasuksub-rumpun Hesperonesia dalam rumpun Malayo-Polynesia. Dalam bahasa Jawa, ada tiga gaya bahasa tutur,yaitu ngoko(tak formal), madya (semi-formal), dan krami(formal). Alfabet Jawa,hanacaraka datasawala padajayanyamagabatanga , yang dikembangkan dalam kesusastraan

11Kategorisasi ini diciptakan oleh Robert Redeld dalam bukunya,Te Primitive World and Its ransformation (Ithaca: Cornell UniversityPress, 1953).

12Lihat Hugo Baetens Beardsmore, “Culture and Stereotypes –Interaction Between Europe and Indonesia,” sebuah makalah pada seminaryang diadakan Kedutaan Besar Indonesia,Indonesia’s Cultural Diversity in

imes of Global Change , Brussels, 17 Desember 2002, h. 1.13Lihat http://www/coedu.usf.edu/esol/Endorsement/ESOL%20

Resource%20Binder/cdeep_and_surface_culture_2.htm.. erminologiESL di http://www.educ.wsu.edu/esl/ESLterms.html. Diakses pada 22Desember 2003.

Page 41: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 41/227

191. Jawa dan Islam

periode Mataram pada abad ketujuh belas dan kedelapan

belas, dikenal sebagai aksara Jawa.14

Ada banyak hari besar di Jawa, tapi yang paling besardan signikan bagi masyarakat Jawa adalah Riyaya (IdulFitri). Hari raya lain di Jawa misalnya Idul Adha (kurban),Mulud (maulid Nabi), satu Sura (tahun baru Jawa),dan Bersih Desa. Di setiap hari besar, orang Jawa selalumenggelarslametan(selamatan).

Aspek lain dari budaya permukaan Jawa adalahkeragamaan makanan dan bentuk penyajian makanan—sego tumpeng(nasi berbentuk kerucut), sego golong(nasibulat) dan semacamnya—yang disajikan saatslametan.Beraneka ragam makanan secara khusus disajikan denganmaksud tertentu. Sehingga, niatan yang berbeda berartimodel makanan yang berbeda pula.

Orang Jawa juga kaya dalam hal seni, seni klasikmaupun seni rakyat. Orang Jawa misalnya punya wayang,gamelan,tembang , beksa dan joged , serta batik. Mereka jugapunya sandiwara rakyat seperti wayang wong , ketoprak ,dan ludruk ; serta tari jalanan sepertikledek , jaranan, dan

janggrung .Orang Jawa juga punya pakaian tradisional sendiri.

Di masa lalu, mereka biasanya mengenakan busana danaksesoris Jawa sepertiblangkon atau kuluk (mirip kopiah),tapih atau tapihan (kain sarung batik perempuan), dan

14Koentjaraningrat, Javanese Culture , h. 12-5. Awalnya, aksara Jawaberasal dari aksara Dewa Nagari dan digunakan dalam inskripsi danmanuskrip setidaknya sejak abad keenam belas dan banyak digunakanhingga abad kedua puluh.

Page 42: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 42/227

20AHMAD NAJIB BURHANI

beskap atau atela(semacam jas tradisional). Batik dikenakan

sebagai pakaian yang paling universal di kalangan masyarakat Jawa. Gaya busana Jawa sering kali adalah penanda statusdan identitas suatu komunitas.15

Dalam beberapa kasus, budaya permukaan merupakansalah satu hasil dan ekspresi luar dari unsur-unsur ter-sembunyi atau unsur-unsur dalam dari budaya Jawa,seperti ikatan kekeluargaan mereka, etika, estetika, sikapterhadap pernikahan, sikap terhadap sakit dan kematian,sikap terhadap yang ilahiah dan supernatural, sikapterhadap kebersihan, dan sebagainya. Koentjaraningratmenjelaskan masalah ini secara terperinci dalam bukunya,

Javanese Culture . Di sini saya akan merujuk ke beberapapenjelasannya saja. Selanjutnya saya akan banyak merujukpenjelasan Clifford Geert dalam bukunya,Te Religion of

Java .Untuk melihat budaya-dalam Jawa secara sekilas,

baiknya kita mulai dari sistem simbol orang Jawa, yang akanmemberikan gambaran tentang keseluruhan sistem budaya

Jawa yang canggih dan berseluk-beluk. Koentjaraningrat

mengatakan bahwa orang Jawa mempunyai sistem klasikasisimbol berdasarkan dua, tiga, lima, dan sembilan kategori.

Sistem yang berdasarkan dua kategori dihubungkan denganide kontras dan antagonisme, dan lebih khusus lagi didasar-kan pada gagasan yang memperlawankan orang dan benda

15 Ahmad Adaby Darban et al.,Kraton Jogja: Te History and CulturalHeritage (Jakarta: Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan IndonesiaMarketing Association, 2002), h. 156.

Page 43: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 43/227

211. Jawa dan Islam

yang punya posisi tinggi (inggil ) dan yang punya posisirendah (andap); gagasan yang memperlawankan orangdan benda yang tidak akrab, jauh dan formal (tebih), danyang akrab, dekat dan tak formal (celak ); gagasan yangmemperlawankan orang dan benda yang ada di sisi kanan( panengen) dan yang ada di sisi kiri ( pangiwa ); gagasan yangmemperlawankan yang suci dan yang profan (biasa ); gagasanyang memperlawankan yang panas (benter ) dan yang dingin

(asrep); dan akhirnya gagasan yang memperlawankan yanghalus (alus ) dan kasar.16 …

Berdasarkan sistem-sistem simbol ini, orang Jawamenjalani kehidupan sehari-hari mereka. Mereka membagidiri mereka sendiri menjadi tiyang alit (biasanya petanidesa) dan priyayi (orang dengan posisi tinggi sepertipegawai negeri). Pergaulan dan enkulturasi orang Jawa

juga didasarkan pada konsep ini (tinggi-rendah, inggil-andap). Nama bayi biasanya mengikuti status orangtuanya.Memberi nama anak yang tak sesuai dengan tingkat sosialorangtua menjadi semacam tabu. Bejo, Slamet, Ngatirah,Paijah adalah contoh nama yang sering diberikan padaanak petani. Kusuma dan Ningrat adalah nama-nama yangsering diberikan pada anak priyayi. Ketika seorang anakbisa bicara, ia diharapkan bicara dengan bahasa formal(krami ) kepada orangtua mereka, orang-orang yang lebihtua, dan orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggidi masyarakat (inggil ). Bersikap rendah hati atau andap-asor dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang punya

16Koentjaraningrat, Javanese Culture , h. 446.

Page 44: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 44/227

22AHMAD NAJIB BURHANI

status lebih tinggi dianggap sebagai aspek perilaku yang

paling penting.Ketika seorang remaja menginjak usia pernikahan,orangtua mereka akan mencarikan pasangan untuk mereka.Orang Jawa melarang pernikahan di antara sesama keluargadekat (celak atau inses), dan menikah dengan seseorangdari keluarga jauh (tebih) dianjurkan. Selain itu, salah satupertimbangan dalam pernikahan adalah petungan, sistemnumerologi Jawa yang membentuk dan mengatur sebagianbesar hidup keseharian orang Jawa. Konsep metasis yangmenjadi sandaran sistem petungan adalahcocok (kesesuaian).Setiap hal yang orang lakukan harus sesuai dengan siklusalam. Dengan menaruh perhatian pada petungan, orang

Jawa berupaya membawa harmoni ke alam semesta.Harmoni memastikan hidup orang bernasib baik.

Sistem yang suci dan yang biasa , juga yang alus danyang kasar , juga berlaku untuk hubungan antara uhandan manusia. Banyak slametan yang diadakan masyarakat

Jawa melambangkan kepercayaan mereka pada yang suci.Seni Jawa juga dibedakan dalam istilah-istilahalus dan

kasar ; seni bangsawan adalahalus , sedangkan seni petaniadalah kasar . Orang Jawa mengelompokkan roh-rohseperti memedi , gendruwo, setan, jim, tuyul , demit , dandayang sebagaimakhluk alus , sedangkan manusia termasukbinatang dan tumbuhan dikelompokkan sebagai makhlukkasar . Segala sesuatu yang terlihat mata manusia adalah

kasar , dan sebaliknya yang tak terlihat mata manusia adalahalus .

Page 45: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 45/227

231. Jawa dan Islam

Contoh dari sistem simbol benteratau anget dan asrep

atau adem adalah tentang kesuburan. Perempuan yangpunya banyak anak dikatakan anget . Sebaliknya, wanitayang tak subur dikatakanadem dan harus pergi ke dukun.

Orang Jawa juga menganggap konsep kanan dan kirisebagai sebuah sistem yang penting. Mereka menggunakantangan kanan untuk hampir segala hal. Menggunakantangan kiri dianggap tak sopan dan tak beradab.

Pola tiga-kategori adalah semacam perbaikan daripola dua-kategori. Setiap hal punya pertengahan atausesuatu yang menetralkan atau menengahi dua hal. Dukunatau tabib adalah semacam penengah antara yang profan(manusia) dan yang suci ( uhan).

Lima-kategori dipakai masyarakat Jawa untukmemancarkan ide tentang stabilitas dan harmoni. Orang

Jawa punya lima hari (Legi , Paing , Pon, Wage , dan Kliwon).Orang Jawa juga menganggap ada lima tempat dalamhirarki setiap desa, tak peduli seberapa besar atau kecil desaitu. Serikat desa-desa Jawa juga terdiri atas lima desa denganyang paling utama di tengah, dan empat lainnya di sebelah

utara, selatan, timur dan barat.Pola terakhir adalah sembilan-kategori. Contohnya

yang paling terkenal adalah konsepwali sanga (sembilan wali) di Jawa.17

17Koentjaraningrat, Javanese Culture , h. 447-51.

Page 46: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 46/227

24AHMAD NAJIB BURHANI

Paradigma Lama Orientalis

Di kalangan para antropolog yang pernah mengkaji Jawa abad kedua puluh, istilahsantri dan abangan18 sangatsering digunakan untuk memotret masyarakat dan budaya

Jawa.19 Kategorisasi sosial ini tidak populer dalam teks-teks tertulis sampai misionaris dan peneliti Belanda, S.E.Harthoorn dan Carel Poensen (1836-1919), mengungkap

fenomena ini untuk pertama kalinya pada 1850-an dan1880-an.20 Poensen mencatat:

18Muhaimin menyebutkan bahwa istilah “abangan” merujuk padapara pengikut Syekh Lemah Abang (Syekh Siti Jenar), tokoh wali sanga yangcontroversial. Lihat A.G. Muhaimin, “Te Islamic raditions of Cirebon:Ibadat and Adat Among Javanese Muslims”, disertasi tak diterbitkan,Canberra: Te Australian National University, 1995. Namun, ini agaknyabertentangan dengan fakta bahwa istilah ini baru populer pertengahanabad ke-19. Sedangkan istilah “santri”, menurut P.J. Zoetmulder, berasaldari bahasa Sansekerta (sastri ). Santri berarti orang yang telah mempelajarikitab suci atau murid yang belajar pengetahuan agama. Menurut DjokoSuryo, istilah ini bisa dilacak dari berbagai sumber. Mungkin berasal darikata Sansekerta sastri , atau dari “satriya” (satria), atau pelajar agama dipesantren, atau kata dalam bahasa Jawa “cantrik” (pelayan, murid), yang

juga dikatakan berasal dari katasastri . Djoko Suryo, “ radisi Santri dalamHistoriogra Jawa: Pengaruh Islam di Jawa”, 31 Oktober 2000, h. 3-4,makalah seminarKebudayaan Jawa yang diselenggarakan oleh Jawa Milist;M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, dalamConversionto Islam, ed. Nehemia Levtzion (New York: Holmes & Meier Publishers,1979), h. 111 catatan 32; Abdul Mukti Ali, “Te MuhammadiyahMovement: A Bibliographical Introduction”, tesis M.A. di Institute ofIslamic Studies, McGill University, Montreal, 1957, h. 11. Saya lebihcondong ke pendapat terakhir. Hubungan “pandhita-cantrik” (guru-murid di pondok Hindu) dialihartikan menjadi “kyai/ulama-santri”.

19Klasikasi budaya Jawa lain yang juga popular di kalanganantropolog adalah pembedaan antara budaya Jawa pesisir dan budaya Jawapedalaman.

20Istilah-istilah itu tidak populer dalam historiogra Jawa, yang

Page 47: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 47/227

251. Jawa dan Islam

… pesantren dan ziarah terus saja menyebarkan pema-haman yang lebih baik tentang ruh dan inti Islam…Memang benar bahwa secara formal agama rakyat adalah… Mohammedanism … tapi secara batiniah ada kekuatan-kekuatan lain yang lebih tua yang masih bekerja… orang[Jawa] membagi diri mereka menjadi dua kelas:bangsa

poetihan dan bangsa abangan. Kelompok pertama terdiriatas sebagian kecil orang … sedangkan kelompok yang lain

mencakup sebagian besar orang…21

Sebelum Poensen menulis “Letters about Islam fromthe country areas of Java, 1886”, Kompeni Hindia imurBelanda dan Pemerintah Belanda beranggapan bahwa orang-orang Jawa adalah Muslim ( Mohammedans ). Pandangan inimenjadi dasar utama kebijakan mereka. Namun, Poensenmelaporkan bahwa orang Jawa membagi diri mereka dalamdua kategori: bangsa putihandan bangsa abangan. Yang

ditulis dalam sumber-sumber Jawa ataupun Eropa, sampai pada 1850-an.Lihat M.C. Ricklefs, “Culture, Ethnicity, and Religion as Process: Inter-Culturality as the Key to the Future”, h. 37; M.C. Ricklefs,Te Seen andUnseen Worlds in Java , h. 344 catatan 32.

21Ini dicatat oleh C. Poensen,Brieven over den Islam uit de binnenlandenvan Java(Leiden: Brill, 1886). Referensi saya adalah C. Poensen, “Lettersabout Islam from the Country Areas of Java, 1886”, dalamIndonesia.Selected Documents on Colonialism and Nationalism, 1830-1942 , ed. danpen. Christian Lambert Maria Penders (St. Lucia, Queensland: Universityof Queensland Press, 1977), h. 242-3. Model kutipan meniru M.C.Ricklefs, “Pengaruh Agama Islam terhadap Budaya Jawa, erutama pada

Abad ke-XIX: Dasar Progama Penelitian Kerjasama dengan PerpustakaanNasional RI,” Oktober 2000, h. 6, makalah seminar Kebudayaan Jawa ,dokumentasi Jawa Milist. Pengutipan makalah Ricklef tidaklah diizinkanoleh penulis kecuali atas seizinnya. Saya mendapat izin dari Ricklefs pada13 Januari 2003 (lewat email).

Page 48: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 48/227

26AHMAD NAJIB BURHANI

pertama merujuk ke kelompok orang yang menganggap

Islam sebagai jalan hidup mereka lahir dan batin, sedangkanyang kedua merujuk mayoritas orang Jawa yang menerimaIslam sebagai agama formal mereka, namun pemikiran danamalan mereka masih dipengaruhi oleh “agama” lainnyayang disebut Jawanisme, sebuah kombinasi berbagai sistempemikiran dan amalan agama, terutama animisme Jawakuno, Hindu/Buddha, dan Islam. 22

Penggambaran Poensen tentang orang Jawa menjadipangkal dibuatnya kebijakan baru oleh PemerintahKolonial. Kategorisasi ini menjaditerminus a quo(pijakanawal) bagi Hindia imur Belanda untuk menempatkanabangan sebagai identitas yang berlawanan dengan Islam.Laporan itu menjadi langkah pertama untuk mengantarsebuah situasi di mana Islam dipertentangkan dengan adat.Pengaruh dari Christiaan Snouck Hurgronje dan Cornelisvan Vollenhoven-lah yang membuat Pemerintah Kolonialmengadopsi adat sebagai sistem hukum di Indonesia danmenyisakan syariat Islam untuk urusan keluarga. KetikaSnouck Hurgronje, yang seorang islamolog, ditunjuk

sebagai penasihat khusus Pemerintah Kolonial untukUrusan Arab dan Bumiputera, ia menyarankan Pemerintahuntuk mendukung dan mendorong para pemangku adat.Cendekiawan Belanda ini menyadari, untuk pertamakalinya, bahwa adat merupakan alat penting untukmelemahkan cengkeraman Islam di Indonesia. Namun,

22C. Poensen, “Letters about Islam from the Country Areas of Java,1886”, h. 241-3.

Page 49: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 49/227

271. Jawa dan Islam

Snouck Hurgronje juga menyadari bahwa adat tak bisa

menghentikan pertumbuhan agama Islam. Ia berpendapatbahwa pemerintah kolonial tak bisa mengandalkan adatuntuk tujuan-tujuan jangka panjangnya. Karena itu,program penting yang harus diterapkan agar PemerintahKolonial tetap bertahan adalah mengakhiri pemisahanantara pemerintah dan yang diperintah, dan agar bisamengalahkan Islam adalah membaratkan Indonesia, mula-mula dengan mengasosiasikan priyayi dengan budayaBelanda dan merusak hubungan mereka dengan Islam.23

Seperti proses Islamisasi di Jawa yang tumbuh pesatsetelah beralihnya istana-istana dari Hindu/Buddha keIslam, proses dari atas ke bawah (top-down) diadopsi olehPemerintah Kolonial untuk membaratkan Indonesia.Priyayi atau kalangan aristokrat Jawa adalah target pertama,salah satunya karena pengaruh mereka di kalangan orangbiasa. Keinginan kelas penguasa, meskipun orang Jawa sadarbahwa kekuasaan tertinggi dimiliki Pemerintah Belanda,diharapkan diikuti oleh kelas-kelas yang lebih rendah.

Akibatnya, kalangan aristokrasi juga menjadi kelompok

pribumi pertama yang menjalin kontak dan hubungandengan peradaban Barat. Westernisasi menggiring priyayi,yang telah kehilangan kedekatan kultural dan politikdengan Islam, untuk lebih menjauh dari Islam. Westernisasi

23Harry J. Benda, “Christiaan Snouck Hurgronje and the Foundation

of Dutch Islamic Policy in Indonesia”, dalamContinuity and Change inSoutheast Asia: Collected Journal Articles of Harry J. Benda (New Haven,Connecticut: Yale University Southeast Asia Studies, 1972), h. 243-5.

Artikel ini pertama kali diterbitkan diTe Journal of Modern History , 30(1958).

Page 50: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 50/227

28AHMAD NAJIB BURHANI

memang menjadi cara jitu untuk mendeislamisasi

Indonesia, khususnya Jawa, dan mendesain model baruIndonesia (“Indonesia modern”).24 Mengingat situasi ini,tak sulit untuk mengerti mengapa priyayi, yang tadinyamenjadi bagian dari santri,25 memisahkan diri dari santri.

Berdasarkan situasi-situasi itu, antropolog Amerika,Clifford Geertz, mempopulerkan trikotomi santri-abangan-priyayi dalam buku klasiknya,Te Religion of Java , yangterbit pertama kali pada 1960. Dia dan semua sarjana Baratlainnya memperlakukan “adat” sebagai identitas berbedayang terpisah dari Islam. Islam dianggap hanyalah salah satuunsur budaya Jawa. Ada banyak unsur yang turut punyaandil dalam terbentuknya budaya Jawa, yakni animisme,Hindu, Buddha, dan Islam. Sarjana-sarjana ini menganggappengaruh Islam hanyalah pada kulit luar atau permukaanbudaya Jawa. Dalam pandangan mereka, struktur yangmendasari sistem kepercayaan Jawa tetaplah bukan Islam.Menurut Geertz, sejak kehadiran agama-agama itu di Jawa,pengaruh Islam di pulau ini lebih sedikit dari tiga agamayang datang lebih awal. Ia berpendapat bahwa animisme

mempunyai andil besar pada kehidupan masyarakat biasa,sementara Hindu/Buddha menancapkan pengaruh kuatpada pandangan hidup kaum elit.

Berdasarkan penelitian antropologis di Pare (yang iasamarkan sebagai Modjokuto), Jawa imur, pada 1950-an, Geertz menyimpulkan bahwa sistem kepercayaan

24H.J. Benda, “Christiaan Snouck Hurgronje”, h. 244.25C.L.M. Penders, Indonesia , h. 242.

Page 51: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 51/227

291. Jawa dan Islam

mayoritas orang Jawa adalah berdasarkan animisme dan

Hindu/Buddha. Geertz mengatakan: Abangan, mewakili penekanan pada aspek-aspek animismedalam sinkretisme Jawa, dan secara luas berhubungandengan kelompok petani dalam masyarakat;santri , mewakilipenekanan pada aspek-aspek Islam dalam sinkretismeitu, dan secara umum berhubungan dengan kelompok

pedagang (dan kelompok petani tertentu juga); dan priyayi ,menekankan aspek-aspek Hindu, dan berhubungan dengankelompok birokrat.26

Slametan atau kenduren yang merupakan ritual utamakaum abangan ditelusuri balik ke tradisi animisme yangtersebar luas di Jawa sebelum datangnya Hindu danBuddha. Slametan punya fungsi ganda; untuk membuattuan rumah merasa slamet (bahagia/puas, aman, teratur,dan diberkati) dan meraih harmoni dalam masyarakat.

Awalnya, dalam kepercayaan animisme, tujuanslametan adalah untuk menenangkan roh-roh. Kata Geertz,slametan menggambarkan “pemikiran orang abangan tentangketeraturan dan pola hidup mereka.”27 Menurut beberapainforman Geertz, inti slametan bukanlah doanya, melainkanmakanan yang aromanya menjadi makanan bagi para arwahsehingga mereka tidak akan mengganggu dan menyusahkanmanusia. Geertz menganggap bahwa dalam masa pra-Islam,

26Buku tersebut diterbitkan pertama kali oleh Te Free Press, Glencoepada 1960. Referensi saya sendiri adalah Clifford Geertz,Te Religion of Java (Chicago: University of Chicago Press, 1976), h. 6.

27C. Geertz, Te Religion of Java , h. 29.

Page 52: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 52/227

30AHMAD NAJIB BURHANI

orang-biasa di Jawa gemar menggelar ritual sepertislametan

dan mempersembahkan sajen ke para arwah. Selain itu,dasar penentuan waktu slametan, yang disebut petungan,yaitu sistem numerologis yang membentuk dan mengaturkehidupan keseharian orang Jawa, dan juga ragam makanandan bentuk penyajiannya—sego tumpeng , sego golong dansebagainya—dalam slametan melambangkan maksud-maksud tertentu yang, menurut Geertz, kuat dipengaruhioleh tradisi non-Islam.28

Kesimpulan Geertz tentang masalah pengobatan,sihir, dan perdukunan mencoba tidak saja mengategorikanpersoalan ini sesuai dengan tiga varian dalam masyarakat

Jawa yang telah ia bayangkan, tapi juga untukmengelompokkan pandangan orang Jawa dalam masalahini dalam tiga kategori: arwah sebagai aktor penentu;berserah pada kekuasaan uhan; dan pandangan sekularberdasarkan paradigma modern atau Barat. Sir EdwardEvan Evans-Pritchard (1902-73), guru besar antropologidi Oxford, dalam buku klasiknya, Withcraft, Oracles, and

Magic among the Azande , mengatakan bahwa jika ada

sesuatu terjadi di Azande, suatu daerah di Sudan selatan,hal itu akan dikaitkan dengan sihir.29 Sementara Geertzmengatakan bahwa di kalangan orang abangan di Jawa,roh/makhluk halus (sepertibangsa alus , memedi , gendruwo,lelembut , setan, jim, tuyul , demit , dan dayang ) merupakan

28C. Geertz, Te Religion of Java , h. 11-85.29E.E. Evans-Pritchard, Witchcraft, Oracles and Magic among the

Azande (Oxford: Clarendon Press, 1976), h. 1 (pertama kali diterbitkanpada 1937).

Page 53: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 53/227

311. Jawa dan Islam

istilah umum yang muncul sepanjang kehidupan mereka.

Pandangan ini terus saja hadir di bawah permukaankehidupan mereka sehari-hari. Segala hal yang terjadi dimasyarakat dihubungkan dengan pandangan tentang roh/makhluk halus. Sistem kosmologis ini terus memaksamereka untuk mencoba menjalin hubungan yang baikdengan roh/makhluk halus.30

Untuk menegaskan kesimpulannya bahwa animismememberi pengaruh besar pada kaum abangan, di akhirbagian pertama bukunya (tentang varian abangan), Geertzmenggambarkan perjuangan Permai (Persatuan RakjatMarhaen Indonesia, yang Geertz terjemahkan sebagaiOrganization of the Indonesian Common People) untukmenghidupkan kembali keyakinan agama orang Jawa yang“asli” dan memurnikan ritual-ritual abangan dari pengaruhIslam. Alih-alih menganggap Islam sebagai bagian daribudaya Jawa, Permai menganggap Islam sebagai musuhyang mencemari kejawaan. Alih-alih memandang Islamsebagai unsur penting kejawaan, Permai menyerang Islamsebagai budaya asing (Arab) yang menjajah dan merusak

“pengetahuan pribumi asli”. Karena itu, salah satuagenda terselubung Permai adalah mengusir Islam danmembangkitkan pola-pola keagamaan orang Jawa yang asli,seperti ramalan kalender, simbolisme makanan, metodedisiplin spiritual, dan moralitas.31

30C. Geertz, Te Religion of Java , h. 87-111.31C. Geertz, Te Religion of Java , h. 112-8.

Page 54: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 54/227

32AHMAD NAJIB BURHANI

Bila keyakinan terhadap makhluk halus, slametan,

dan peran dukun—sebagai pengobat ataupun penyihir—adalah pola paling umum agama abangan, priyayi jugapunya tiga lokus kehidupan agama, yaitu etiket, seni danmistisisme. Orang Jawa menggunakan istilahrasa untukgabungan sopan-santun istana, seni, dan pengamalanmistisisme. Menurut Geertz, rasa adalah konsep Indiayang diterjemahkan oleh orang Jawa sebagai “perasaan”dan “makna”. Rasa dipandang orang Jawa sebagai fondasiutama “untuk mengembangkan analisis fenomenologisterhadap pengalaman subjektif yang segala hal yang lainbisa dikaitkan dengannya.”32

Untuk menegaskan pandangannya bahwa Hindu danBuddha menjadi komponen yang cukup menentukandalam sistem keagamaan priyayi, Geertz menyatakanbahwa sopan-santun adalah terjemahan dari konsep Hindutentang kasta. Pemikiran yang mendasari sopan-santunorang Jawa, terutama sopan-santun berbahasa, adalahuntuk membedakan orang berdasarkan status atau pangkatsosial mereka. Rendah hati dalam berkomunikasi dengan

orang yang punya status sosial sama atau lebih tinggi, yangdiistilahkan andap-asor , adalah aspek perilaku yang palingpenting.33 Selain itu, berdasarkan konsep yang sama (kasta),yang diterjemahkan dan disederhanakan dalam formulasibaru oleh orang Jawa, yang berbeda dari konsep aslinya, seni

Jawa juga dikonstruk dalam dua konsepalus dan kasar . Seni

32C. Geertz, Te Religion of Java , h. 239.33C. Geertz, Te Religion of Java , h. 242.

Page 55: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 55/227

331. Jawa dan Islam

istana adalahalus , sedang seni petani adalahkasar . Asalnya,

menurut salah satu informan Geertz, alus adalah bentukkarya bagi orang-orang dari kasta Brahma dan Satriya.Kasar adalah bentuk karya orang-orang dari kasta Waisya,Sudra dan Pariah.34 Akhirnya, pemikiran utama mistisisme

Jawa, salah satu dari tiga fokus kehidupan keagamaanpriyayi, adalah konsep katekisme, yakni bagaimana orangmenyikapi atau mengendalikanrasa mereka.35

C.L.M. Penders mendukung tesis Geertz denganmengatakan bahwa pada mulanya, orang Jawa, jugamasyarakat lain di Kepulauan Indonesia, memelukIslam hanya satu tingkat di atas pro forma . Dan dalamperkembangannya, Islam tak pernah bisa menggantikanperadaban Jawa tradisional secara total. Islam hanyalahlapisan tipis yang mudah terkelupas di atas keyakinantradisional yang kuat yang merupakan perpaduan animismedan Hindu/Buddha. Inti pemikiran dan amalan orang Jawamasihlah tak islami. Syariat Islam tak pernah menggantikanhukum adat. Gambaran ini menguatkan tesis tersebut,sehingga Penders pun menyimpulkan bahwa kategorisasi

Geertz (santri versus abangan) telah lama ada sejakpermulaan, sejak tahap paling dini dalam hubungan antara

Jawa dan Islam. Pengelompokan itu tidaklah diciptakanoleh seseorang ataupun dibuat-buat.36

34C. Geertz, Te Religion of Java , h. 229-32.35C. Geertz, Te Religion of Java , h. 310-2.36C.L.M. Penders, Indonesia , h. 236-7.

Page 56: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 56/227

34AHMAD NAJIB BURHANI

Sarjana-sarjana Belanda yang disebutkan di atas

(Poensen, Van Vollenhoven, Snouck Hurgronje), sertaGeertz dan Penders, mewakili tipe sarjana model lamadalam menganalisis Jawa. Sarjana-sarjana ini menempatkanIslam dalam posisi inferior. Mereka berpendapat bahwaIslam hanya mempengaruhi aspek-aspek supersial atauminor dari masyarakat dan budaya Jawa. Dalam pandanganmereka, struktur inti sistem kepercayaan orang Jawatetaplah bukan Islam. Pandangan mereka telah dibentukoleh beberapa situasi saling terkait, terutama persepsiBarat tentang Islam yang tampil dalam bentuk paradigmaorientalis yang menampilkan Islam sebagai musuh yangberbahaya. Paradigma ini kemudian diterapkan olehpemerintah kolonial dalam sebuah kebijakan nyata di

jajahan-jajahan mereka dengan tujuan mengabaikan danselanjutnya mengalahkan Islam.37 Dalam hal ini, WillimR. Roff mencatat, “ ampaknya telah ada sebuah hasratluar biasa di kalangan para peneliti ilmu sosial Barat untukmengurangi, secara konseptual, tempat dan peran agamadan budaya Islam, kini dan di masa lalu, di masyarakat Asia

enggara.”38

Dalam konteks Jawa, menurut Woodward, paradigmasemacam ini, yang ia sebut paradigma orientalis anti-Islam, telah tumbuh sejak Sir Tomas Stamford Raffles

37Edward W. Said menggambarkan masalah ini secara apik dalambukunya yang terkenal,Orientalism (New York: Vintage Books, 1979).

38 William R. Roff, “Islam Obscured? Some Reections on Studies ofIslam and Society in Southeast Asia,” dalam Archipel , 20, no. 1 (1985), h.7.

Page 57: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 57/227

351. Jawa dan Islam

menerbitkan magnum opus -nya, Te History of Java (1817).

Catatan Raffles tentang Jawa kemudian digunakan olehpara sarjana Belanda sebagai “kitab suci” mereka untukmemahami Jawa. “Indologie” Belanda dan kebijakan yangdidukungnya jugalah didasarkan pada persepsi ini. Sembarimencoba menyangkal dan merusak eksistensi Islam,Pemerintah Hindia imur Belanda mencoba mendukungsisa-sisa budaya dan agama Jawa pra-Islam. “Karenahal itu menjadi instrumen dominasi, orientalisme lamamengeluarkan semua, kecuali suara-suara pribumi yangpaling jinak, dari wacana ilmiah.”39

Perspektif orientalis lawas seperti inilah yang jugamembentuk pandangan Geertz tentang Jawa, meskipun iasebenarnya lebih dipengaruhi oleh kategori-kategori analisis

Weberian.40 Geertz, mengikuti Max Weber41, menempatkanIslam (santri) dalam posisi berseberangan dengan sistemnilai pribumi (abangan); Islam adalah agama pasar yangbercirikan rasionalisasi dan simplikasi. Ia berbeda dariagama orang desa atau agama Jawa yang didominasi olehirasionalisme dan mistisisme. Dalam kategori Weberian

39Mark R. Woodward, oward a New Paradigm: Recent Developmentsin Indonesian Islamic Tought (Arizona: Arizona State University, 1996),h. 38.

40M.R. Woodward, oward a New Paradigm, h. 5-23.41Max Weber (1864-1920) ialah seorang sejarawan dan pakar ilmu

sosial Jerman. Dalam bukunya, Te Protestant Ethic and the Spirit of

Capitalism, Weber menunjukkan bagaimana Protestantisme Calvinismenjadi fondasi bagi perkembangan kapitalisme. Ia menekankanpentingnya Verstehen, pemahaman tentang apa yang memotivasi manusia,dalam memahami agama. Lihat Fiona Bowie,Te Anthropology of Religion: An Introduction (Oxford: Blackwell Publishers, 2001), h. 77.

Page 58: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 58/227

36AHMAD NAJIB BURHANI

ini, Geertz membagi orang Jawa menjadi santri lawan

abangan.42

Kategorisasi ini tidak dimaksudkan untukmeniru para sarjana Belanda yang merancang kategorisasiini sebagai alat untuk menjinakkan Islam dan menjajah

Jawa. Hal itu semata kategorisasi sosial untuk membedakanmasyarakat rasional dan irasional, dan budaya pasar ataupedagang versus budaya petani.

M.C. Ricklefs mempunyai pandangan serupa para-digma lama ini. api, dia bukan salah satu orientalis lawasyang ingin menjinakkan Islam di Jawa. Paradigma lamamungkin bisa diterapkan hanya pada beberapa sarjanasebelum kemerdekaan Indonesia atau sebelum kemunduranorientalisme lama. Ricklefs menggunakan paradigma lamaini dalam perspektif baru, yaitu perspektif sejarah, yangmencoba menggambarkan sejarah Jawa sebagai prosesberkelanjutan. Dalam buku monumentalnya, Te Seen andUnseen Worlds in Java , misalnya, ia menempatkan Islam dipusat ulasannya. etapi, di beberapa tulisannya, Islam di

Jawa masih digambarkan sebagai kurang toleran ketimbangbeberapa agama sebelumnya.43

42C. Geertz, Te Religion of Java , h. 121; M.R. Woodward, oward aNew Paradigm, h. 29-30.

43Ia menyatakan bahwa intoleransi adalah karakteristik yang asingbagi masyarakat Jawa. Dia juga menggambarkan bahwa dalam era Hindu-Buddha, orang Jawa menunjukkan “… suatu keterbukaan dalam masalahagama, suatu kemauan untuk mengikuti gagasan baru tentang yang

spiritual, dan mungkin juga suatu ketertarikan untuk mengikuti sumber-sumber baru kekuatan supernatural …” Islam digambarkan sebagaidipenuhi dengan konfrontasi dan konik terus-menerus dalam agamaitu sendiri, dan dengan agama-agama pra-Islam dan paska-Islam di Jawa.Lihat M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, h. 100-27;

Page 59: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 59/227

371. Jawa dan Islam

Dalam konteks islamisasi di Jawa, Ricklefs mengatakan,

“peralihan orang Jawa ke Islam, setelah enam abad [dariabad keempat belas hingga abad kedua puluh] tidaklahmenyeluruh.”44 Pernyataan ini mirip dengan pernyataanHarry Benda tentang islamisasi Indonesia. Ia mengatakan,“Islamisasi pulau-pulau di kepulauan Indonesia berlangsungselama beberapa abad. Islamisasi ini sebetulnya adalahsebuah proses yang bahkan hingga saat ini belumlahmenyeluruh.”45 Memang benar, menurut Ricklefs, bahwapada akhir abad kedelapan belas, Jawa identik denganIslam, hampir setiap orang Jawa menyebut diri Muslim,tapi itu adalah Islam yang menyimpang, budaya pra-Islammasih berkembang dan hidup dalam keseharian Muslim

Jawa.46 Ricklefs menggambarkan:

Islam menjadi agama hampir semua orang Jawa pada masasetelah abad keempat belas terutama karena ia berhasilmenyesuaikan diri dengan kongurasi agama Jawa yangada sebelumnya. Islam tidak secara mendasar mengubahtema mistik; tapi ia memberinya kosa kata baru, penjelasandan penggambaran baru, seperangkat ungkapan ritual kuatyang baru. Dan ia toleran. Ia memperkaya agama Jawatanpa menuntut diabaikannya ide-ide lama. Begitulah Jawa

M.C. Ricklefs,Te Seen and Unseen World in Java , h. xix dan 333.44M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, h. 100.45Harry J. Benda, Te Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam

under the Japanese Occupation 1942-1945 (Leiden: Foris PublicationsHolland, 1983), h. 9.

46M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, h. 111.

Page 60: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 60/227

38AHMAD NAJIB BURHANI

menjadi masyarakat Muslim, tapi masyarakat di mana Islamhanyalah bagian dari khazanah budaya yang luas.47

Ricklefs juga mengkritisi pandangan, seperti pandanganC.L.M. Penders, bahwa distingsi dalam masyarakat telahada sejak masa hubungan Jawa dan Islam yang paling awal.Ia mengatakan, “… pandangan tentang masyarakat Jawa—hingga 150 tahun terakhir atau lebih—ini merupakansebuah anakronimse jika diterapkan pada Jawa sebelumabad kesembilan belas.”48 Selain itu, ia memberikan buktibahwa pada masa kekuasaan Pakubuwana II, Islam menjadibagian tak terpisahkan dari kejawaan, terutama di lingkarankeraton.49

Ketika berkomentar tentang distingsi masyarakat

Jawa menjadi kelompok santri dan abangan, Ricklefsmengatakan bahwa kategorisasi ini “mungkin tidaklahdisebabkan utamanya oleh ajaran Islam yang lebih kerasyang datang ke Jawa, tapi karena pengaruh penjajahanBelanda, pertumbuhan penduduk yang luar biasa pesat, dankesejahteraan yang menurun.”50 Pandangan semacam ini

juga dianut oleh Andrew Beatty. Namun Beatty tidak hanyafokus untuk menggambarkan catatan sejarah orang Jawa; ia

47M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, h. 126-7.48M.C. Ricklefs, “Islam and Te Reign of Pakubuwana II, 1726-

49”, dalam Islam: Essays on Scripture, Tought and Society: A Festschrift inHonour of Anthony H. Johns , diedit oleh Peter G. Riddell dan ony Street(Leiden: Brill, 1997), h. 237.

49M.C. Ricklefs, “Islam and Te Reign of Pakubuwana II, 1726-49”,h. 237-53.

50M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, h. 117.

Page 61: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 61/227

391. Jawa dan Islam

juga mencoba menggambarkan perkembangan Jawa kini.

Berdasarkan penelitian lapangannya di Banyuwangi pada1990-an, ia mengatakan, “… suatu pemisahan spasial kasaryang mengikuti batasan-batasan agama dan budaya … telahdiduga menjadi karakteristik Jawa sejak tahun-tahun awalabad ini, meskipun tajam-tidaknya pemisahan ini telahberuktuasi seiring perkembangan politik.”51 Beatty jugamengatakan bahwa pemisahan orang Jawa menjadi abangan,santri, priyayi tidaklah kaku. Orang bisa dengan mudahmelewati batas-batas itu. Beatty mengatakan, “… mereka[orang Jawa] bergerak di antara ‘paradigma-paradigmainterpretatif ’ yang berbeda—mereka bisa misalnya melihatpenyakit atau ketakberuntungan yang ‘sama’ terkait dengansihir, kuman, nasib, atau ketakseimbangan mistik.”52

Paradigma yang Berpusat pada IslamRuntuhnya kolonialisme dan dekonstruksi orientalisme

memicu pergeseran dalam paradigma untuk menganalisismasyarakat Jawa. Paradigma orientalis yang terus dipakai

untuk menggambarkan Jawa hingga 1960-an ditantangoleh sebuah perspektif baru yang dinamakan, mengikutiistilah Woodward, paradigma Islam-centred , yang berpusatpada Islam. Woodward mengatakan, “Munculnya sarjana-sarjana pribumi telah membuat para sarjana tak mungkinterus beroperasi di dalam batasan-batasan paradigma lawas

51 Andrew Beatty, Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account (Cambridge: Cambridge University Press, 1999), h. 1.

52 A. Beatty,Varieties of Javanese Religion, h. 4.

Page 62: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 62/227

40AHMAD NAJIB BURHANI

orientalis.”53 Pandangan semacam ini dibela oleh para peneliti

seperti William R. Roff, Marshall G. S. Hodgson, dan MarkR. Woodward. Woodward menggunakan perspektif baruini secara eksplisit dalam deskripsinya tentang hubunganantara Islam dan Jawa di beberapa tulisannya sepertiIslamin Java (1989), “ oward a New Paradigm” (1996) dan“Te Slametan” (1998). Paparan berikut akan bersandarterutama pada ketiga karya Woodward ini.

Menurut Woodward, agama Jawa, di istana dan didesa, tidak punya akar dalam tradisi Hindu/Buddha atauanimisme. idak ada cukup bukti untuk menyimpulkanbahwa peradaban pra-Islam sangat berpengaruh terhadapberbagai keyakinan dan ritus Jawa. Woodward misalnyamengatakan:

Berbekal pendidikan sebagai seorang indolog dan banyakkoleksi buku tentang loso dan ritual Hindu dan Buddha,saya bermaksud melacak asal-usul agama keraton dan rakyat

Jawa ke berbagai purwarupa India yang khas. Beruntungsaya tiba di Yogyakarta empat hari sebelum garebeg maulud ,ritual keraton untuk memperingati hari lahir dan wafatnyaNabi Muhammad. Saya menghabiskan berhari-hari untukmencoba melacak unsur-unsur “Hindu” dari berbagaiideologi dan tampilan ritual dari upacara-upacara yang sayaamati—semuanya sia-sia. Upaya saya untuk menemukanpurwarupa Hindu atau Buddha dari mistisisme Jawatradisional sama mengecewakannya. idak ada sistem

erawada, Mahayana, Saiwa, atau Waisnawa yang telah

53M.R. Woodward, “ oward a New Paradigm”, h. 39.

Page 63: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 63/227

411. Jawa dan Islam

saya pelajari, yang tampak mengandung lebih dari sekadarkemiripan tak berarti bagi orang-orang Jawa yang menjadiinforman saya. Bahkan loso wayang Jawa, yang secaralonggar didasarkan pada epik-epik Hindu Mahabharata danRamayana, tidak tampak ‘bergaya India’.”54

Walau Woodward coba membuktikan bahwa orang Jawa punya akar dalam budaya India, ia malah menegaskan

bahwa Islam mengarahkan tatakrama dan standar etikakehidupan sehari-hari orang Jawa, dalam segala bentukdan keadaan. Islam menjadi agama istana dan agamaresmi. Orang-orang biasa kemudian menyerap tradisi danperadaban istana yang mereka anggap lebih luhur dari tradisidan peradaban mereka sendiri. Demi menjawab pertanyaan

Marshall G. Hodgson tentang “mengapa keberhasilan Islamdemikian menyeluruh,”55 Woodward menyatakan bahwa“Islam telah meresap begitu cepat dan mendalam ke dalamanyaman budaya Jawa karena ia dianut oleh istana-istanakerajaan sebagai landasan bagi negara teokratis.”56

Ann Kumar punya pandangan yang sama dengan

Woodward. Kajiannya tentang peran Islam dalamkehidupan keseharian istana-istana Jawa menunjukkanbahwa Islam memainkan peran penting dalam kehidupan

54M.R. Woodward, Islam in Java: Normative Piety and Mysticismin the Sultanate of Yogyakarta (Arizona: Te University of Arizona Press,1989), h. 2-3.

55Marshall G. Hodgson, Te Venture of Islam. Conscience and Historyin a World Civilization, volume II (dari tiga volume) (Chicago: Universityof Chicago Press, 1974), h. 551.

56M.R. Woodward, Islam in Java , h. 3.

Page 64: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 64/227

42AHMAD NAJIB BURHANI

priyayi pra-modern.57 Kumar melukiskan kegiatan sehari-

hari, keyakinan dan pengamalan agama, serta kegemaranbudaya dari seorang Muslim priyayi Jawa bernama MasRahmat. Menurut Kumar, “Pendekatan keagamaan MasRahmat adalah yang dominan baik pada masa hidupnyamaupun setelahnya, dan menjadi bagian tak terpisahkandari kehidupan jutaan orang Jawa dan Madura.”58 MasRahmat sepenuhnya mencerminkan Islam dan budaya

Jawa.59 Kajian S. Soebardi terhadap literatur istana,SeratCebolek , menghasilkan kesimpulan serupa. Menurutnya,Islam telah menjadi agama istana. Pada masa yang dikajinya,Islam dianut oleh keluarga kerajaan dan priyayi.60

Selanjutnya Woodward juga menegaskan bahwaaksioma-aksioma budaya Jawa tidak lagi dibentuk olehHindu/Buddha atau ajaran-ajaran animisme. Sistem keper-cayaan yang dijunjung tinggi oleh orang Jawa adalah Islam.Islam menentukan arah budaya dan peradaban Jawa.61 Mulanya Islam berakulturasi dan beradaptasi dengan budayadan tradisi pra-Islam. Proses ini kemudian memunculkan

57M.R. Woodward, oward a New Paradigm, h. 35. Ia mengutip dari Ann Kumar, “Javanese Court Society and Politics in the Late EighteenthCentury: Te Record of a Lady Soldier”, Indonesia , No. 29, 1980, h. 1-46.

58 Ann Kumar, Te Diary of a Javanese Muslim: Religion, Politics andthe Pesantren 1883-1886 (Canberra, Faculty of Asian Studies, AustralianNational University, 1985), h. 116.

59 Ann Kumar, Te Diary of a Javanese Muslim, h. 58-106.60S. Soebardi, Te Book of Cabolek (Te Hague: Martinus Nijhoff,

1975); lihat juga Soebardi, “Santri-Religious Elements as Reected in theBook of jentini”, dalamBKI , No. 127, 1971, h. 346-7.

61M.R. Woodward, Islam in Java , h. 4.

Page 65: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 65/227

431. Jawa dan Islam

suatu budaya baru yang selaras dengan nilai-nilai Islam.

Woodward mengatakan, “Di Jawa dan peradaban-peradaban tinggi di Asia enggara lainnya, proses konversitelah begitu menyeluruh sampai-sampai ‘unsur-unsur asli’hampir-hampir tak bisa dikenali. Unsur-unsur yang masihbertahan telah diasimilasi oleh ‘tradisi besar’ sedemikianmenyeluruhnya sehingga secara mendasar mengubahmakna kultural dan/atau keagamaannya.”62

Mengomentari pandangan Maria Penders bahwa “dalambanyak cara … Jawa tidaklah terislamkan, tapi Islamlahyang terjawakan,”63 Woodward menekankan bahwa Jawaadalah sebuah “varian” Islam atau Islam lokal yang tidakbertentangan dengan Islam universal. Universalisme dantranskulturalisme keyakinan, teks, dan ajaran Islam diberipenafsiran baru dan diekspresikan dalam konteks budayadan sejarah Jawa yang khas.64 Selain itu, budaya Jawa, lahirdan batinnya, telah dibentuk sebagai representasi murnidari budaya dan peradaban Islam. Woodward mengatakan,“Jawa adalah istimewa di dunia Islam bukan karena iamempertahankan ide-ide pra-Islam tapi karena cara-cara

62M.R. Woodward, Islam in Java , h. 17.63C.L.M. Penders, Indonesia , h. 236.64M.R. Woodward, Islam in Java , h. 69. Untuk penjelasan lebih lihat

D. Eickelman, “Te Study of Islam in Local Contexts”, dalamContributionsto Asian Studies , 17: 1-16 (1982); Mark Woodward, “Te Slametan:

extual Knowledge and Ritual Performance in Central Javanese Islam”dalam History of Religions , 28 no. I:54-89 (1998). Eickelman mencatatbahwa pola-pola budaya dan agama yang ada sebelumnya, bersama dengankongurasi kekuatan sosial dan ekonomi local, mempengaruhi cara-carabagaimana teks-teks universal, termasuk Qur’an dan hadis, ditafsirkan.

Page 66: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 66/227

44AHMAD NAJIB BURHANI

pribumi dan berseni di mana tradisi Hindu dan Buddha

yang besar telah diislamkan secara begitu menyeluruh.”65

Hodgson juga mempunyai pandangan serupa dengan Woodward. Menurutnya, unsur-unsur Hindu yangdipertahankan tidaklah begitu penting. Dalam budaya

Jawa secara keseluruhan, Hindu hanya memberi sedikitpengaruh.66 Di samping itu, tradisi pra-Islam dicairkan,lalu dibingkai dan ditafsirkan ulang selaras dengan ajaran-ajaran Islam. Hodgson mengatakan, “Mungkin tak adatempat di dunia Islam di mana kisah-kisah kepahlawananyang melegenda dari masa sebelumnya tetap aktif mendapatpenghargaan keagamaan seperti di lingkungan aristokratdi Jawa timur. Ketika bangsawan menerima Islam, tradisi-tradisi ini dirajut ke dalam tasawuf, yang mereka perkayadan beri sentuhan dengan keindahan Jawa yang khas.”67

Akhirnya, berkebalikan dari pandangan Ricklefs bahwa“Di Melayu, menjadi seorang Melayu berarti menjadiseorang Muslim. Di Jawa, menjadi orang Jawa bagikebanyakan adalah menjadi orang Jawa abangan; Muslimsantri dianggap oleh sebagian besar masyarakat Jawa sebagai

seseorang yang hingga taraf tertentu telah menjauhkan diridari lingkungan sosial dan budaya,”68 penelitian tentangMuhammadiyah yang dilakukan di Kotagede oleh MitsuoNakamura pada 1970-an membuktikan bahwa menjadi

65

M.R. Woodward, Islam in Java , h. 17.66M.G. Hodgson, Te Venture of Islam, h. 551.67M.G. Hodgson, Te Venture of Islam, h. 551.68M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, h. 127.

Page 67: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 67/227

Page 68: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 68/227

46AHMAD NAJIB BURHANI

itu, misalnya karena kekuasaan kolonial Belanda, sejak

masa itu orang Jawa tak lagi dianggap mempunyai agamayang tunggal. Menjadi seorang Muslim juga tidak berartimenjadi seorang Muslim yang baik. Sekalipun keadaan inibukan fenomena baru, mulai saat itu, istilah santri (Muslimyang baik) dan abangan (Muslim nominal) muncul, di Jawakhususnya.

Dalam keadaan seperti itu, sarjana mana pun yang ber-maksud mengungkap budaya Jawa, tak pelak akan meng-ajukan pertanyaan, “Apa unsur dominan yang membentukbudaya Jawa?” Untuk menjawab dan menjelaskan per-tanyaan semacam ini, dua model paradigma telah mun-cul: paradigma orientalis lawas dan paradigma yangberpusat pada Islam. Perbedaan yang jelas di antara keduaparadigma ini adalah dalam perhatian terhadap Islamdi Jawa. Paradigma yang pertama mengatakan bahwaislamisasi di Jawa tidaklah menyeluruh, sementara yangkedua mengatakan keberhasilan Islam di Jawa sangat-lah menyeluruh. Dua paradigma ini masih saja diper-debatkan hingga kini. Beberapa sarjana mencoba mem-

bentuk pandangan tengahan baru di antara kedua para-digma ekstrem ini. Pandangan ini mengatakan bahwaproses islamisasi Jawa bukanlah proses yang mulus, tetapimengalami pasang surut dari waktu ke waktu. Hubunganantara Islam dan Jawa tidak selalu harmonis. Singkatnya,bagi orang Jawa, Islam selalu menjadi sebuahcontested

identity , identitas yang diperdebatkan.Dalam perbincangan mengenai hubungan antara Islamdan budaya Jawa, ada tiga istilah yang sering digunakan,

Page 69: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 69/227

471. Jawa dan Islam

yaitu: islamisasi, re-islamisasi, dan jawanisasi. Dua isti-

lah pertama digunakan dengan objek yang sama. Jikabudaya Jawa dianggap tidak islami, istilah islamisasi akandigunakan. Jika budaya Jawa sudah dipandang islami, istilah

jawanisasi yang digunakan. Karena itu, dua istilah itu bisadianggap sebagai istilah-istilah yang dapat dipertukarkanatau punya makna yang sama. Istilah jawanisasi digunakanuntuk menggambarkan penyelarasan Islam terhadapbudaya Jawa. Di bab selanjutnya, islamisasi (re-islamisasi)dan jawanisasi menjadi dua istilah yang terkait erat dengansikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa pada masaawalnya.[]

Page 70: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 70/227

Page 71: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 71/227

49

2

Muhammadiyah

K onteks sosial budaya tak diragukan memberi

pengaruh besar pada cara manusia hidup.Seseorang yang lahir dan tumbuh di suatu

masyarakat, entah di masyarakat Barat atau masyarakatimur, tak bisa sepenuhnya lepas dari lingkungan tempat ia

tinggal. Lingkungan sekitar kita mempengaruhi keputusan-keputusan yang kita buat dalam hidup. Karakteristik-

karakteristik tertentu suatu masyarakat tak pelak membatasidan mengarahkan orang untuk mengungkapkan reaksitertentu terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi.Sebuah konteks memerlukan suatu upaya tersendiri. Hampirsetiap sesuatu adalah produk proses historis.70 Ringkasnya,

70

Misalnya, Persatuan Islam yang tumbuh di sebuah kawasan yangpaling sedikit dipengaruhi oleh budaya Jawa, mengembangkan Islamdalam bentuk yang lebih murni ketimbang Islam yang dikembangkanMuhammadiyah. Lihat Howard M. Federspiel, Islam and Ideology in theEmerging Indonesian State: Te Persatuan Islam (PERSIS), 1923-1957

Page 72: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 72/227

50AHMAD NAJIB BURHANI

tipe masyarakat di mana kita besar jelas memengaruhi cara

kita memandang dunia.Bab ini berupaya menerangkan lingkungan sosialbudaya yang mengilhami didirikannya Muhammmadiyah,yakni lingkungan di mana organisasi ini lahir dan terwarnaikarakteristik-karakteristik tertentu. Budaya Jawa, keraton

Yogyakarta, dan status sebagai seorangabdi dalem daripendirinya merupakan tiga aspek yang mengelilingi danmemberi banyak pengaruh pada Muhammadiyah padamasa awal.

Bab ini dimulai dengan uraian tentang keraton Yogya-karta, “teks”71 paling terpercaya untuk mengkaji hubunganantara Islam dan Jawa.72 Selanjutnya, bab ini akanmengulas pendiri Muhammadiyah dan perannya sebagaiabdi dalem. Pembentukan Muhammadiyah dan tujuan-tujuannya, interaksi antara Muhammadiyah dan keratondan pergerakan lain, seperti Boedi Oetomo, di singgung dibagian akhir bab ini. ujuan bab ini adalah membuktikanbahwa kejawaan adalah bagian tak terpisahkan dariMuhammadiyah pada masa awalnya.

(Leiden: E.J. Brill, 2001), h. 90, 116, 252, 303. Lihat juga Deliar Noer,Te Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942 (Singapore:Oxford University Press, 1973), h. 238-40.

71Mengikuti Claude Levi-Strauss, teks tidaklah saja teks yang tertulis.Segala hal bisa dianggap sebagai teks, termasuk budaya dan bangunan.Lihat misalnya Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), h. 123.

72Lihat Mark R. Woodward, Islam in Java: Normative Piety and Mysticism in the Sultanate of Yogyakarta (Arizona: Te University of Arizona Press, 1989), h. 200.

Page 73: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 73/227

512. Muhammadiyah

Keraton Yogyakarta

Kraton Kasultanan Ngayogyakarta dan KratonKasunanan Surakarta adalah warisan kerajaan MataramIslam73 yang didirikan oleh Panembahan Senopati di KotaGede pada 1578. Kompleks keraton Yogyakarta dibangunoleh Pangeran Mangkubumi setelah Perjanjian Giyantiyang mengakhiri pertikaian dan perang saudara yang

berlarut-larut di dalam keraton Mataram. Perjanjian yangditandatangani oleh Mangkubumi, Pakubuwana III, danVOC (Verenigde Oost Indische Companie) itu membagiMataram menjadi dua kerajaan, Yogyakarta dan Surakarta.Pangeran Mangkubumi dikukuhkan sebagai penguasa

Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat) pada 13 Februari

1755 dengan gelar Sultan Hamengkubuwana I. Atas inisiatif Hamengkubuwana I-lah kota Yogyakartadan keratonnya dibangun. Konstruksi dan arsitekturkeraton ini sangat dipengaruhi oleh selera, loso, danteori politik Sultan. Di Jawa, seperti juga di banyak tempatlain di Asia enggara, struktur kosmos menjadi modelatau pola yang ditiru oleh kerajaan dan istana. Mark R.

Woodward berpendapat bahwa Yogyakarta dibangun sesuaidengan konsep meniru jagat raya ini. Yang membedakanistana Yogyakarta dan istana-istana bercorak India di

Asia enggara, menurut Woodward, adalah konsepkosmologisnya. Prinsip utama dalam mikrokosmos ala

73 Ada dua kerajaan di Jawa yang bernama Mataram; Mataram Hinduyang ada sebelum kerajaan Majapahit, dan Mataram Islam yang didirikanoleh Panembahan Senopati.

Page 74: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 74/227

52AHMAD NAJIB BURHANI

India adalah, meminjam istilah S.J. ambih, “pemerintahan

galaksi” ( galactic polity ), pembentukan suatu istana ataunegara sebagai sebuah “mandala”.74 Filoso yang tersebarluas di Jawa saat itu adalah Islam, karena itu kosmologiIslam menjadi dasar utama pengaturan istana dan negara

Yogyakarta. Woodward mengatakan:

Perbedaan antara keraton Yogyakarta dan istana-istananegara-negara bercorak India berasal dari fakta bahwa merekadidasarkan pada kosmologi yang berbeda. Dalam teori orang

Jawa tentang martabat raja, kekuasaan (kasekten) adalahsubordinat wahyu dan kewalian. Keraton adalah sebuahmodel kosmik, tapi kosmos yang direpresentasikannyaadalah yang islami.75

Semua kompleksitas dan seluk beluk keraton merupa-kan proyeksi dari jalan spiritual tasawuf. Unsur-unsurHindu dan Buddha yang masih bertahan dihadirkan dalamsuatu versi manifestasi dan makna yang baru. Arsitekturdan ikonogra keraton merupakan penjelasan konkrittentang siklus hidup manusia. Struktur keraton Yogyakarta

juga menunjukkan cara-cara seorang manusia bisa menjadimanusia sempurna (insan kamil) atau cara mencapaipenyatuan dengan Allah (wahdatul wujud). Singkatnya,struktur tersebut menggambarkan hubungan antara Allahdan manusia.

74M.R. Woodward, Islam in Java , h. 199.75M.R. Woodward, Islam in Java , h. 200.

Page 75: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 75/227

532. Muhammadiyah

Keraton Yogyakarta adalah sebuah model varian Jawa dariteori tasawuf tentang sifat manusia, asal-usulnya, hubungandengan Allah, dan tujuan akhir. Ia adalah model wujudmanusia sempurna, lengkap dengan tiga makam/mahkotailahiah. Dua Siti Hinggil menghubungkan manusiasempurna/wali/sultan dengan penduduk yang menjadi parapemuja dan, melalui garebeg , dengan kesalehan normatif.Simbolisme kedaton membentuk suatu model teori-teori

tasawuf dan Muslim normatif tentang kehidupan setelahmati, dan menempatkan keraton sebagai pilar jagat dansultan sebagai analog dari aspek transenden Allah. Ia jugamenggambarkan, bahkan secara lebih jelas ketimbangteks-teks yang paling eksplisit, pandangan keraton tentanghubungan antara sultan dan para kawulanya, dan hubungandi antara berbagai formulasi introspektif dan kosmologisdari jalan spiritual.76

Menurut Woodward, keraton merupakan sumberpenting untuk menilai pengaruh Islam di Jawa. Kekon-kritannya menunjukkan bahwa keraton menjadi suatudokumen hidup, seperangkat data komprehensif dan

terpercaya yang masih ada untuk mengetahui apa yang terjadidi Jawa beberapa dasawarsa atau bahkan berabad-abad yanglalu. Simbolisme keraton secara jelas mengartikulasikanteori tentang martabat raja dan menggambarkan pemikiranmendasar yang mengarahkan pengaturan pemerintahan.Istana itu juga melukiskan loso dan sistem kepercayaan

dari para anggota keluarga kerajaan. Sebagai suatu teks,

76M.R. Woodward, Islam in Java , h. 213-4.

Page 76: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 76/227

54AHMAD NAJIB BURHANI

keraton berdiri terpisah dari literatur Jawa dan dari para

informan masa kini. Beberapa sarjana, seperti C. C. Berg,H. J. de Graaf, dan M. C. Ricklefs, meragukan reliabilitasbeberapa teks kesejarahan Jawa seperti babad sebagaisebuah sumber sejarah.77 Karena itu, untuk mengkaji peranIslam di Jawa, Woodward mengatakan, “keraton karenanyaadalah sumber yang paling lengkap dan terpercaya.”78 Fenomena keraton mengungkap bahwa Islam merupakanbagian inheren dan penting dari kejawaan.

Yogyakarta, juga Surakarta, dianggap oleh orang Jawasebagai pusat peradaban. Budaya keraton (estetik, moral,politik, artistik, keagamaan, dan sebagainya) dipandangsebagai intisari budaya di seluruh Jawa. Keraton merupakansumber simbolik penting dari agama orang desa, loso,seni, pengetahuan, dan tulisan. Konsep-konsep Jawa sepertialus dan kasar juga berlaku di sini; budaya keraton adalahalus , sedangkan budaya petani adalah kasar . Raja dankeraton adalah model ideal bagi masyarakat Jawa. Setiapbentuk budaya keraton cenderung diikuti oleh orang-orang

Jawa dalam kehidupan sehari-hari mereka.79 Singkatnya,

kampung-kampung di Jawa secara budaya bergantungpada keraton dan budaya mereka merupakan semacamvulgarisasi dari budaya keraton. Karena itu, untuk mencobamengungkap tradisi Jawa dengan melihat tradisi keraton

77M.R. Woodward, Islam in Java , h. 31-2, 199-200.78M.R. Woodward, Islam in Java , h. 200.79Lihat Clifford Geertz, Te Religion of Java (Chicago: University

Chicago Press, 1976), h. 227-8; Robert Redeld,Te Primitive World andIts ransformation (Ithaca: Cornell University Press, 1953).

Page 77: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 77/227

552. Muhammadiyah

adalah hal yang wajar, meski hal itu tidak selalu memberi

jawaban yang benar.

R.Ng. Ahmad Dahlan 80 sebagai Abdi Dalem

Ahmad Dahlan lahir pada 1868 di suatu daerah yangdisebut Kauman, yang berada di lingkup kawasan keraton

Yogyakarta. Nama asli Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ayahnya, Kyai Haji Abu Bakar bin Kyai Mas Sulaiman,ialah seorang ketib, seorang abdi dalem keraton yangbertanggung jawab untuk urusan keagamaan.81 Ibunya,Siti Aminah, ialah putri seorang pengulu (kepalaabdi dalem

pamethaan) Kesultanan Yogyakarta, yaitu Haji Ibrahim binKyai Haji Hasan.82 Genealogi ini menunjukkan bahwa tak

ayal Ahmad Dahlan ialah keturunan keluarga kyai-priyayi.Dahlan kecil mendapat pendidikan dari orangtuanya.

Ia kemudian belajar berbagai ilmu dari para guru agamamaupun guru umum. Beberapa guru agamanya antara lain

80Sumber saya adalah wawancara pribadi dengan pangeran dan kepalasekretaris Kesultanan Yogyakarta, Gusti Joyo (G.B.P.H. Joyokusumo) pada30 Januari 2003. Ia mengatakan bahwa gelar bangsawan Ahmad Dahlanbukanlah Mas, tapi Raden Ngabehi. Pernyataan Gusti Joyo berbeda daribeberapa sejarawan seperti Alan yang menyebutkan bahwa gelar Dahlanadalah Mas. Gelar Mas ini diwarisi Dahlan dari ayahnya.

81Ia pernah diminta oleh Sultan Hamengkubuwana VII untukmenunaikan haji sebagai badal ayahnya, Sultan HamengkubuwanaVI. Lihat M. Yusron Asroe, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran danKepemimpinannya (Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 1983), h. 21.

82Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan: Reformer Islam Indonesia (Jakarta: Djajamurti, 1963), h. 21.

Page 78: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 78/227

56AHMAD NAJIB BURHANI

Kyai Haji Muhammad Saleh Darat Semarang 83 dan Kyai

Haji Abdul Hamid Lempuyang. Guru umumnya antaralain R.Ng. Sosrosoegondo dan R. Wedana Dwijosewojo.84

Kabarnya, ayah Darwisy menikahkannya dengan Siti Walidah, putri Kyai Haji Muhammad Fadhil, seorang pengulu Yogyakarta, pada 1889. Pada 1890, ayahnyamengirimnya ke Mekah untuk menunaikan haji. Sebelummemulai haji, Darwisy menginap di bangunan khususbernama Rumah Mataram di Jeddah, yang disumbangkanSultan Yogyakarta bagi orang-orang Mataram yang pergiberhaji atau tinggal di sana. Rumah Mataram ini diasuh olehtiga syekh, yakni Syekh Muh. Shadiq, Syekh Abdulgani,dan Abdullah Zalbani. Selain menunaikan haji, Darwisy

juga mendapat kesempatan menimba ilmu dari beberapaulama Nusantara di sana. Di antara gurunya pada haji yangpertama ini, menurut Mukti Ali, adalah Kyai Mahfudz

ermas dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau.85 Suja’menyebutkan bahwa ia juga berguru kepada Kyai NahrawiMuhtaram Banyuman dan Kyai Nawawi Banten.86 Setamathaji, Darwisy mendapatkan nama baru Ahmad Dahlan

83Kabarnya Ahmad Dahlan adalah teman sekamar Hasyim Asy’ari,pendiri Nahdhatul Ulama. Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah (Yogyakarta: erawang,2000), h. 40.

84M.Y. Asroe,Kyai Haji Ahmad Dahlan, h. 22.85 A. Mukti Ali, “Te Muhammadiyah Movement: A Bibliographical

Introduction”, tesis master di Institute of Islamic Studies, McGillUniversity, Montreal, 1957, h. 30, 38-9.

86H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya (Yogyakarta: PimpinanPusat Muhammadiyah Majelis Pustaka, 1989), h. 3.

Page 79: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 79/227

572. Muhammadiyah

dari seorang syekh penganut mazhab Syai, Sayyid Bakri

Syaththâ. ampaknya Dahlan berada di Mekah hanyaselama setahun.87

Ada dua kemungkinan mengapa Muhammad Darwisydiberi nama baru Ahmad Dahlan oleh Sayyid BakriSyaththâ. Sangat mungkin Ahmad Dahlan diharapkan olehSyaththâ untuk mewarisi ajaran Ahmad ibn Zainî Dahlândan menyebarkannya di Indonesia. Masyarakat Indonesiasering kali mengambil nama tokoh terkenal untuk diriatau anak mereka. Dengan begitu mereka berharap akanmendapatkan barokah yang melekat pada nama itu, ataumeraih kebesaran seperti orang yang punya nama itu.

Ahmad Zainî Dahlân ialah mufti paling penting dandisegani di Mekah, yang memangku urusan keagamaandi kota ini sejak 1870 hingga meninggalnya. Ia menganutmazhab Syai, yang juga dianut mayoritas Muslim di Jawa.Di kalangan orang Jawa, Ahmad Zainî Dahlân sangatlahpopuler. Fatwa-fatwanya diikuti sebagai pedomanberbagai aktivitas mereka. Himpunan fatwanya yangberjudul Muhimmat al-Nafâ’is fî Bayân As’ilat al-Hadîts ,

diterjemahkan ke bahasa Melayu dan memang ditujukanuntuk orang-orang Jawah (masyarakat Melayu). AhmadZainî Dahlân meninggal pada 1886, empat tahun sebelumMuhammad Darwisy menunaikan haji.88 Sayyid Bakri

87H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 1-3; M.Y. Asroe,KyaiHaji Ahmad Dahlan, h. 22-3.

88Penjelasan rinci tentang Ahmad Zainî Dahlân dan ketokohannya dikalangan masyarakat Melayu bisa ditemukan diTe Muhimmât al-Nafâ’is:a Bilingual Meccan Fatwa Collection fro Indonesian Muslims from the End

Page 80: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 80/227

58AHMAD NAJIB BURHANI

Syaththâ mungkin menemukan dalam kepribadian Darwisy

beberapa ciri yang ia kira menunjukkan bahwa Darwisy bisamenjadi penerus Ahmad Zainî Dahlân di Jawa, sehinggaia memberinya nama baru Ahmad Dahlan. Kemungkinanlainnya, Sayyid Bakri Syaththâ memberi Darwisy namabaru itu memang semaunya saja. Pada musim haji, orang-orang selalu mendatanginya untuk meminta nama baru.Ketika Darwisy datang kepadanya untuk meminta namabaru, kebetulan nama Ahmad Dahlan-lah yang terlintas dikepalanya.

Ahmad Dahlan ditunjuk sebagai seorangketib, dengangelar ketib amin atau tibamin, setelah kematian ayahnyapada 1896. Sudah menjadi adat di kalangan priyayikeraton bahwa posisi orangtua diwarisi oleh anaknyasetelah ia meninggal. Karena itu, mengikuti tradisi ini,Dahlan mendapat posisi resmi di keraton Yogyakartasebagai penghormatan pada posisi ayahnya sebagaiketib.Salah satu tugasnya adalah memimpin grebeg (upacarakerajaan) sepertiGrebeg Mulud (peringatan kelahiran NabiMuhammad) dan Grebeg Besar (peringatan kelahiran raja).

ugas ini menjadi bagian dari tanggung jawabnya untukmemimpin urusan agama kerajaan. Peran ini membukakan

jalan baginya untuk bisa menjalin hubungan baik denganSultan Yogyakarta.89

of the Nineteenth Century , diberi pengantar oleh Nico Kaptein (Jakarta:INIS, 1997), h. 3-6.

89 A.A. Darban, Sejarah Kauman, h. 10-9.

Page 81: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 81/227

592. Muhammadiyah

Salah satu kejadian penting yang terkait erat dengan

posisi Dahlan sebagai ulama dan seorangabdi dalem adalahketika ia berpendapat bahwa arah kiblat Masjid Agung Yogyakarta tidaklah tepat, sehingga menyarankan dibuatnyaarah kiblat yang baru. Pandangannya berbenturan denganpandangan yang sudah sangat mengakar, yang mengusikpara ulama “mapan”, termasuk pengulu keraton. Reaksiterhadap pandangan baru ini luar biasa; ia diasingkan danpuncaknya langgar -nya dibongkar. Sehubungan dengankejadian inilah Sultan Yogyakarta mengirim Dahlan keMekah lagi.90 Perjalanan kedua Dahlan ke Mekah terjadipada 1903. Agaknya ia tinggal di sana lebih lama daripadaperjalanan pertamanya, yakni sekitar dua tahun. Iamenghabiskan waktunya untuk belajar.

Boedi Oetomo dan Ahmad DahlanPada 1908, seorang asisten dokter, Mas Ngabehi Wahidin

Sudirohusodo, mendirikan Boedi Oetomo (Het SchooneStreven), organisasi Jawa modern pertama, di Yogyakarta.

90Ini terutama didasarkan pada wawancara pribadi saya denganpangeran dan jurubicara Kesultanan Yogyakarta, Gusti Joyo (G.B.P.H.

Joyokusumo) pada 30 Januari 2003. Peneliti Belanda, Rinkes, menyebutbahwa perjalanan Dahlan ke Mekah sama dengan pengusiran sebagaisemacam hukuman untuk tindakan tak populernya. Lihat James L.Peacock,Purifying the Faith: Te Muhammadiyah Movement in Indonesian

Islam (Arizona: Arizona State University, 1992), h. 29. Peacock mengutipdari Mailrapport, Report from Department van Kolonien, Ministerie vanBinnenlnsche Zaken, 1913, 1906/13, Moehammadijah, Jogjakarta.Lihat juga Robert van Niel,Te Emergence of the Modern Indonesian Elite (Leiden: KI LV, 1984), h. 85.

Page 82: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 82/227

60AHMAD NAJIB BURHANI

Salah satu tujuannya adalah melestarikan budaya Jawa dari

serangan budaya Barat dan mengembangkan pendidikandi kalangan masyarakat Jawa. Karena itu Boedi Oetomolebih tepat digambarkan sebagai gerakan budaya, gerakanbudaya Jawa khususnya, dan pada masa awalnya politiktidak menjadi perhatian besar. Keanggotaannya terbatashanya pada kalangan priyayi. Selain itu, Boedi Oetomo

juga membatasi diri hanya di Jawa.91

Ahmad Dahlan menjadi anggota Boedi Oetomopada 1909. Ia diperkenalkan pada organisasi ini oleh MasDjojosumarto, yang juga seorang anggota dan temandekat Dr. Wahidin Sudirohusodo. Ia punya beberapakerabat di Kauman dan sering berkunjung ke sana. Setelahmendapatkan beberapa informasi dari Djojosumarto,berkawan dengan beberapa anggota Boedi Oetomo, danmenghadiri pertemuan-pertemuannya, Ahmad Dahlanmerasa bahwa organisasi ini adalah organisasi yang bisasepenuh hati ia dukung.92 Ia tak punya kesulitan bergabungdan berpartisipasi dalam organisasi ini karena ia memangketurunan kalangan priyayi.

ujuan, karakteristik, dan lingkungan Boedi Oetomomembuat Dahlan merasa nyaman, sehingga ia mau men-

jadi anggota aktif dan belakangan masuk jajaran kepe-mimpinannya. Komitmennya selaku anggota organisasi

91Gambaran lebih lengkap tentang Boedi Oetomo, lihat AkiraNagazumi, Te Dawn of Indonesian Nationalism: Te Early Years of theBoedi Oetomo, 1908-1918 ( okyo: Institute of Developing Economies,1972).

92H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 15-6.

Page 83: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 83/227

612. Muhammadiyah

ini berlanjut hingga setelah didirikannya Muhammadiyah.

Ia bahkan mempersilahkan rumahnya menjadi sekretariatkongres Boedi Oetomo pada 1917.93 Ia tak pernahberhenti menjadi anggota aktif hingga wafatnya pada1923. Belakangan Boedi Oetomo menjadi pendukungutama pembentukan Muhammadiyah. Lebih dari itu,beberapa anggotanya seperti R. Sosrosoegondo tak hanyaturut mengembangkan Muhammadiyah tapi juga menjadianggota aktif organisasi baru ini.94

Para penulis biogra Ahmad Dahlan pada umumnya,seperti Munir Mulkhan, James Peacock, dan Alwi Shihab,95 mengatakan bahwa alasan utama yang mendorong keter-libatan Dahlan dalam Boedi Oetomo adalah untuk menye-barkan Islam di kalangan anggotanya. Kesimpulan initampak masuk akal ketika kita mengetahui bahwa mayoritasanggota Boedi Oetomo adalah Muslim nominal. erdidikdalam pendidikan Belanda, mereka tak begitu pedulidengan agama atau, yang paling buruk, anti-agama. Karenaitu, kehadiran seorang santri dalam organisasi sekular seringdilihat seperti seorang nabi atau kyai yang mendatangi

93Koentjaraningrat, Javanese Culture (Singapore: Oxford UniversityPress, 1989), h. 76-8.

94 Alan, Muhammadiyah: Te Political Behavior of a Muslim Modernist Organization Under Dutch Colonialism (Yogyakarta: GadjahMada University, 1989), h. 158.

95

Alwi Shihab, “Te Muhammadiyah Movement and its Controversy with Christian Mission in Indonesia”, disertasi doktoral, empleUniversity, 1995, h. 180; J.L. Peacock,Purifying the Faith, h. 31; AbdulMunir Mulkhan, Warisan Intelektual KH. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah (Yogyakarta: P . Percetakan Persatuan, 1990), h. 70.

Page 84: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 84/227

62AHMAD NAJIB BURHANI

dunia yang penuh dosa dengan tujuan membujuk orang-

orang untuk kembali ke jalan yang benar.Namun pandangan ini tidaklah diikuti semua penulis.Beberapa penulis seperti H. Suja’ telah mengatakan bahwakeikutsertaan Dahlan dalam Boedi Oetomo dimotivasioleh kesamaan pandangan dan kesesuaian dengan gerakanini. Haji Suja’ mengatakan, “Setelah dua tiga kali K.H.

A. Dahlan menghadiri rapat pengurus Boedi Oetomo,makin jelas dan makin terang akan maksud dan tujuannyaBoedi Oetomo dan tertarik karena cocok dengan pikiranbeliau, lalu mencetuskan rasa hatinya menceburkan dirinyamenjadi anggota Boedi Oetomo …”96

Pendirian dan Pertumbuhan MuhammadiyahMuhammadiyah didirikan oleh Ahmad Dahlan pada

1912. Insipirasi di balik pendirian Muhammadiyah tentusaja terkait dengan interaksi sosial dan kegiatan Dahlandalam Boedi Oetomo. Dari komunikasi sehari-hari mereka,para anggota Boedi Oetomo sangat sadar bahwa perspektif

Dahlan tentang agama dan aksi-aksinya bisa diterima. Ajaranagamanya nyaman, memuaskan, dan sesuai dengan polaberpikir mereka. Bahkan bagi para anggota Boedi Oetomoyang mempunyai kecenderungan teosos atau agnostik,pandangan keagamaan Dahlan cukup mengundangsimpati.97 Karena itu, mereka tidak ragu untuk memberinya

96H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 15.97R. van Niel, Te Emergence of the Modern Indonesian Elite , h. 17.

Page 85: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 85/227

632. Muhammadiyah

kesempatan mengajar anak-anak mereka di Kweekschool

(Sekolah Raja) di Jetis dan di OSVIA (Opleiding SchoolVoor Inlandsche Ambtenaren/Sekolah Pamong Praja)di Magelang ketika Dahlan meminta izin mereka untukmengajarkan agama di sekolah-sekolah itu.98

Sangat mungkin bahwa loso Dahlan tentang keter-bukaan, toleransi, dan pluralitas adalah yang memberikankesan bagus di mata para anggota Boedi Oetomo. Selain itu,etikanya dan prinsipnya untuk menggunakan akal sebagaialat terpenting untuk melihat dan memahami agama, adalahdua alasan lain mengapa Boedi Oetomo tidak berkeberatanbila Dahlan mengajar di sekolah-sekolah pemerintah.99 Rinkes, yang seorang pegawai Belanda, menggambarkankarakter Dahlan sebagai berikut:

lelaki yang energik, militan, dan cerdas berumuran 40-an tahun, jelas punya darah Arab dan sangat ortodokstapi berkesan toleran. …Secara pribadi H. Dahlan cukupmengesankan: kita membincangkan seorang lelaki yangpunya karakter dan kemauan untuk berbuat , yang tak bisadijumpai setiap hari di Hindia Belanda ataupun Eropa.100

Dari diskusi-diskusinya dengan para muridnya mun-cullah ide untuk membentuk sebuah organisasi sebagai

98H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 15-6.99Lihat Achmad Jainuri, Te Formation of the Muhammadiyah’s

Ideology (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 1999), h. 69-118.100Mailrapport, 1914, 1782/14, Moehammadijah, Jogjakarta. Lihat

J.L. Peacock,Purifying the Faith, h. 30.

Page 86: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 86/227

64AHMAD NAJIB BURHANI

sarana dan alat untuk menyebarkan model paradigma

keagamaannya. Ia merenungkan gagasan ini beberapa haridan membicarakannya dengan teman-temannya. Ia punmengonsultasikan dan mendiskusikan gagasan ini denganpara anggota Boedi Oetomo, Mas Budihardjo dan RadenDwijosewojo (sekretaris pertama kongres Boedi Oetomopertama). Boedi Oetomo mendukung gagasan ini danmenyatakan siap membantu pembentukan gerakan barubernama Muhammadiyah itu.101

Dalam persiapan pembentukan organisasi itu, lagi-lagikerja sama Ahmad Dahlan dan Boedi Oetomo terjalin.

Anggaran dasar, tujuan, cita-cita gerakan ini merupakanhasil dialog dan diskusi yang intensif antara Ahmad Dahlan,teman-temannya, dan para anggota Boedi Oetomo.Hampir semua proses pendiriannya mendapatkan supervisidari Boedi Oetomo.

Untuk memastikan bahwa organisasi ini sah dandiakui oleh Pemerintah, Ahmad Dahlan harus mengajukanpermohonan pengakuan hukum dari Pemerintah Hindia

imur Belanda. Pada masa itu, Pemerintah jarang sekali

memberi izin pendirian sebuah gerakan baru. Untukmenghindari kesulitan ini, Boedi Oetomo menyarankan

Ahmad Dahlan mengirim sebuah permintaan formal atasnama organisasi ini. Untuk itu, tujuh anggota Muham-madiyah harus bergabung dengan Boedi Oetomodan kemudian mereka mengirim permintaan kepada

101H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 17; Alan, Muham-madiyah, h. 158.

Page 87: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 87/227

652. Muhammadiyah

Pemerintah untuk meminta izin pendirian sebuah gerakan

baru.102

Permohonan ini diserahkan pada 18 November1912, dan secara resmi disahkan pada Desember 1912di Lodge Gebouw Malioboro (sekarang DPRD DIY). R.Dwijosewojo mengumumkan izin dari Pemerintah tersebutkepada khalayak.103

Setelah dibentuknya Muhammadiyah, hubunganantara Ahmad Dahlan dan Boedi Oetomo tidak berakhir.Sembari meluangkan waktu dan tenaga untuk memimpinMuhammadiyah, Dahlan tidak pernah berhenti berpar-tisipasi dalam Boedi Oetomo. Bahkan hubungan itu meluasdalam bentuk kerjasama saling menguntungkan di antarakedua organisasi. Beberapa guru Boedi Oetomo mengajardi sekolah-sekolah Muhammadiyah, dan beberapa guruagama Muhammadiyah mengajar di sekolah-sekolahpemerintah seperti H.K.S. di Purworejo, dan OSVIA diMagelang.104 Ketika Muhammadiyah ingin membangunsekolah di Karangkajen Yogyakarta pada 1914, beberapa

102H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 18; M.Y. Asroe,KyaiHaji Ahmad Dahlan, h. 52-3.

103Surat izin dikeluarkan pada 22 Agustus 1914 no. 81, dan kemudiandiperbarui dengan no. 40, 16 Agustus 1920, dan no. 36 pada 2 September1921. Lihat Statuten dan Huishoudelijk Reglement Moehammadijah sertaQa’idah Bahagian-bahagiannja dan Oeroesan-oeroesan Bahagian ‘Aisjijah (Djogjakarta: Hoofdcomite Congres Moehammadijah, 1935), h. 19-21;H. Suja’, Muhammadijah dan Pendirinya , h. 20; M.Y. Asroe, Kyai Haji Ahmad Dahlan, h. 53; A.M. Mulkhan, Warisan Intelektual KH. AhmadDahlan, h. 72; S. Salam,K.H. Ahmad Dahlan, h. 106-9.

104H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 16; S. Salam, K.H. Ahmad Dahlan, h. 29.

Page 88: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 88/227

66AHMAD NAJIB BURHANI

anggota Boedi Oetomo memberi jaminan pada permintaan

pinjaman oleh Ahmad Dahlan.105

Berkembangnya Muhammadiyah ke seantero Jawasangatlah mungkin dikarenakan bantuan Boedi Oetomo.Seperti telah disebutkan, Boedi Oetomo menggunakanrumah Dahlan di Kauman sebagai sekretariat kongres pada1917. Pada waktu itu, banyak orang dari berbagai daerahdi Jawa meminta izin untuk mendirikan cabang-cabangMuhammadiyah di wilayah mereka.106 Koentjaraningratmengatakan:

Selama lima tahun pertama, kegiatan Ahmad Dahlandan Muhammadiyah terbatas di wilayah Kauman di kota

Yogyakarta tempat ia lahir, tapi setelah 1917 organisasi ini

berkembang dengan pesat. Kongres Budi Utomo yang digelardi Yogyakarta tahun itu menyebabkan Muhammadiyahsegera meluas. Karena juga menjadi anggota Budi Utomo,

Ahmad Dahlan mengizinkan rumahnya digunakansebagai sekretariat kongres, dan kegiatan serta ceramahnyapada waktu kongres Budi Utomo itu mengesankan parapeserta sehingga permintaan pembentukan cabang-cabangMuhammadiyah datang dari banyak tempat di Jawa.107

105Kuntowijoyo, “Pengantar”, dalam Alwi Shihab, Membendung Arus: Responss Gerakan Muhammadiyah terhadap Misi Kristen di Indonesia (Bandung: Mizan, 1998), h. xvii. Ia mengutip dari Darmo Konda , 12Desember 1914.

106M.Y. Asroe, Kyai Haji Ahmad Dahlan, h. 28; H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 26.

107Koentjaraningrat, Javanese Culture , h. 79.

Page 89: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 89/227

672. Muhammadiyah

Sayangnya, surat keputusan Pemerintah no. 81 yang

dikeluarkan 22 Agustus 1914, membatasi gerakan ini hanyadi Yogyakarta, sehingga pendirian sejumlah cabang, barudisetujui secara formal setelah surat izin Pemerintah no.40 diberikan pada 16 Agustus 1920, yang memungkinkanMuhammadiyah maju dan mengembangkan cabang-cabangnya dan menarik para anggota di seluruh Jawa.Muhammadiyah diizinkan bergerak di seluruh KepulauanIndonesia dengan sebuah surat keputusan bertanggal 2September 1921.108

Peran Utama MuhammadiyahSebagai gerakan yang sah, Muhammadiyah menyerah-

kan draf anggaran dasarnya sebagai bagian permohonanpengakuan hukum yang diajukannya kepada Pemerintah.

Anggaran dasar Muhammadiyah yang paling awal menye-butkan bahwa tujuan Muhammadiyah adalah:1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad

saw. kepada penduduk bumiputera di dalam residensi

Yogyakarta (pada 1921 diubah menjadi HindiaBelanda); dan2. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.109

108Statuten dan Huishoudelijk Reglement Moehammadijah, h. 19-21;S. Salam,K.H. Ahmad Dahlan, h. 106-9; A.M. Ali, “Te MuhammadiyahMovement”, h. 50.

109S. Salam, K.H. Ahmad Dahlan, h. 109; Alan, Muhammadiyah,h. 154.

Page 90: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 90/227

68AHMAD NAJIB BURHANI

Untuk meraih cita-cita ini, Muhammadiyah bermaksud

melakukan langkah-langkah berikut:1. Mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agamadan pengetahuan umum secara serentak diajarkan.

2. Menyelenggarakan pengajian ajaran Islam di sekolahpemerintah, swasta, dan luar sekolah.

3. Mendirikan langgar dan masjid.

4. Menerbitkan dan membantu penerbitan buku-buku,surat-surat, selebaran, brosur, dan koran yang berisisoal-soal agama.110

Anggaran dasar ini memuat tujuan resmi organisasi.Namun, anggaran dasar ini tak memuat jawaban mengapa

Muhammadiyah didirikan, apa faktor-faktor yang men-dasari pendiriannya, dan apa yang mendorong Dahlanuntuk punya gagasan mendirikan Muhammadiyah.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, langkahyang tepat adalah mengetahui peran-peran Muhammadiyahdalam konteks sosial masa itu. Boleh jadi benar bahwa

awalnya gagasan mendirikan sebuah gerakan tidak datanghanya dari Ahmad Dahlan. Seperti disebut di muka, halitu merupakan hasil diskusi intensif antara Dahlan, paramuridnya, dan Boedi Oetomo. Kabarnya Sultan Yogyakarta

juga terlibat dalam pendirian Muhammadiyah. Gerakan

110Untuk penjelasan menarik kalimat-kalimat kuno anggaran dasarMuhammadiyah ini, lihat Mitsuo Nakamura, Te Crescent Arises over theBanyan ree (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993), h. 47-9;

Alan, Muhammadiyah, h. 154.

Page 91: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 91/227

692. Muhammadiyah

ini adalah sebuah proyek rahasia Sultan untuk menahan

merangseknya misi Kristen dan budaya Barat ke Kesultanan Yogyakarta. Sultan secara diam-diam menyuruh AhmadDahlan, sebagai salah seorangabdi dalem, untuk menanganiproyek ini. Karena memang proyek ini sifatnya rahasia, sayatak bisa menemukan bukti keterlibatan Sultan ini kecualidari sumber-sumber lisan.111 entu Dahlan memainkanperan kunci dalam proses ini. Namun, cerita di balikpembentukan organisasi ini tidak menjelaskan alasan-alasanpersonal dan emosional yang memotivasi Ahmad Dahlan.Untuk mengungkap hal ini, peran Muhammadiyah perluditeliti secara saksama.

Banyak sarjana telah mencoba mempelajari peran-peran Muhammadiyah pada masa awal. idaklah mudahuntuk menentukan mana peran paling penting yangdimainkan gerakan ini. Namun, kita bisa meringkasnyadalam empat poin, yaitu: sebagai gerakan pembaruankeagamaan (yang mengedepankan nalar atau logika dalamteori dan memperbarui sistem pendidikan dalam praksis);sebagai suatu kekuatan politik; sebagai perlawanan terhadap

komunisme dan Kristen; serta sebagai pendukung budaya Jawa (yang mengembangkan sejarah dan kesenian Jawa,dan kawan serta sekutu kalangan priyayi).112

111Keterlibatan Sultan dalam pendirian Muhammadiyah adalahberdasarkan wawancara pribadi saya dengan pangeran Yogyakarta, Gusti

Joyokusumo, di Jakarta pada 30 Januari 2003. Menurutnya, salah satubukti pernyataan ini adalah dukungan material—uang dan tanah—yangdiberikan Sultan kepada sekolah-sekolah Muhammadiyah.

112Sebagai perbandingan, lihat A.M. Ali, “Te MuhammadiyahMovement”, h. 21; A. Shihab, “Te Muhammadiyah Movement”, h. xi;

Page 92: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 92/227

70AHMAD NAJIB BURHANI

Rasionalisasi dan modernisasi adalah dua istilah kunci

yang sering berulang dalam upaya-upaya Muhammadiyahmereformasi urusan agama. Organisasi ini menganjurkanagar kaum Muslim menggunakan akal sebagai alat utamauntuk memahami dan mengamalkan agama. Gerakan inisangat mengapresiasi peran akal dalam perbuatan manusia.Dahlan tidak yakin bahwa masyarakat akan merasa bahagia

jika mereka bisa meniru nenek moyang mereka. Kadangmasyarakat tidak tahu mengapa mereka harus melaksanakanritual-ritual tertentu. Mereka melaksanakan berbagai amalanagama semata untuk menjaga atau menghormati kebiasaanpara pendahulu mereka. Jika mereka menghormati adat paraleluhur, mereka percaya bahwa mereka akan diselamatkandan diberkati, dan jika tidak mereka akan dilaknat. Dahlan

juga mengatakan, “Manusia harus mengikuti aturan dan

Alan, Muhammadiyah, h. 134; dan Fred R. Von Der Mehden, Religion andNationalism in Southeast Asia: Burma, Indonesia, Te Philippines (Madison:Te University of Wisconsin Press, 1963), h. 196. Shihab menyatakanbahwa Muhammadiyah memainkan empat peran yang saling terkait:

mereformasi pengamalan agama, memodernkan masyarakat Muslimdalam kehidupan sosial budaya, berpartisipasi dalam gerakan politik, danmenahan dan melawan penetrasi misi Kristen. Mukti Ali menyebut empatfaktor utama yang mendorong didirikannnya Muhammadiyah, yaituketidakmurnian kehidupan beragama; inesisensi pendidikan agama;kegiatan misionaris Kristen; sikap tak mengindahkan bahkan anti-agamadi kalangan kaum terpelajar. Von Der Mehden mencatat lima pengaruhMuhammadiyah di Indonesia pra-perang: a) penekanan pada rasionalismedan melawan takhyul; b) keyakinan terhadap masyarakat terdidik sebagai

dasar kemajuan politik; c) pengaruh kelas menengah banyak kaumsantri yang bergabung dengan gerakan ini; d) perhatian terhadap budaya Jawa; e) keengganan terhadap komunisme dan Kristen. Menurut Alan,Muhammadiyah punya tiga peran: gerakan pembaruan keagamaan, agenperubahan sosial, dan kekuatan politik.

Page 93: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 93/227

712. Muhammadiyah

syarat yang sah yang sesuai dengan akal pikiran yang

suci.”113

Dalam kongres pertama Al-Islam di Cirebon pada1921, Dahlan menyatakan secara jelas bahwa semua ajaranagama harus diuji oleh akal.114 Mengingat hal ini, takheran bila semua praktik takhyul terus saja dibasmi darisistem keyakinan manusia oleh gerakan ini. Menegaskanpandangan ini, Dahlan lantas menyatakan:

Sesungguhnya tidak ada yang lain dari maksud dan kehendakmanusia itu ialah menuju kepada keselamatan Dunia dan

Akhirat. Adapun jalan untuk mencapai maksud dan tujuanmanusia tersebut harus dengan mempergunakan akal yangsehat. Artinya ialah akal yang tidak terkena bahaya. Adapunakal yang sehat itu ialah akal yang dapat memilih segala hal

dengan cermat dan pertimbangan, kemudian memegangteguh hasil pilihannya tersebut. 115

113 Ahmad Dahlan, “Kesatuan Hidup Manusia” dalam AbdulMunir Mulkhan, Pesan-pesan Dua Pemimpin Besar Islam Indonesia:Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asy’ari (Yogyakarta:P Persatuan, 1986), h. 10. Dikutip dari “ ali Pengiket Hidup” dalam Album Muhammadiyah 1923, diterbitkan Het Bestuur aman PustakaMuhammadiyah, Yogyakarta, 1923, dan Majalah Siaran abligh no.8/83, diterbitkan oleh PP Muhammadiyah Majlis abligh. Artikel inimungkin adalah sebuah brosur yang ditulis oleh Ahmad Dahlan sepertidilaporkan oleh Schrieke pada 1922. Artikel ini diterjemahkan ke bahasaBelanda oleh R. Kamil berjudul, “Het bindmiddle der menschen”. Pada1970-an, Nakamura mengira bahwa artikel ini telah hilang. Lihat MitsuoNakamura, Te Crescent Arises over the Banyan ree , h. 46.

114 Abdul Munir Mulkhan, Islam Murni dalam Masyarakat Petani (Yogyakarta: Bentang, 2000), h. 111.

115Lihat Ahmad Dahlan, “Te Unity of Human Life” dalam CharlesKurzman (ed.), Modernist Islam, 1840-1940: A Sourcebook (New York:Oxford University Press, 2002), h. 346. Abdul Munir Mulkhan, Pesan- pesan Dua Pemimpin Besar Islam Indonesia: Kyai Haji Ahmad Dahlan dan

Page 94: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 94/227

72AHMAD NAJIB BURHANI

Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, gerakan ini yakin

bahwa pendidikanlah yang menjadi sarana utamanya.Karena itu, pendirian sekolah berkait erat dengan perhatianterhadap modernisme dan rasionalisme. Muhammadiyahberusaha memodernkan sistem tradisional yang tersebar luasdi kalangan kaum Muslim di Hindia imur, terutama Jawa.Dengan meniru sekolah-sekolah Belanda, Ahmad Dahlanmemperkenalkan sebuah sekolah model dengan sistem danmetode pendidikan yang baru, seperti dengan menggunakansistem kelas. Di sekolah-sekolah Muhammadiyah, paramurid tidak hanya diajari pelajaran agama, tapi juga ilmu-ilmu umum (sekuler). Upaya lain Muhammadiyah untukmemodernkan umat adalah dengan mendirikan sejumlahlembaga kesejahteraan sosial. Sebenarnya pendirianMuhammadiyah sebagai sebuah organisasi modern itusendiri sudah menjadi bukti nyata niatan gerakan ini untukmemodernkan masyarakat Muslim di Indonesia. Organisasidiyakini menjadi sarana paling baik untuk meraih tujuan-tujuan itu.

Politik menjadi perhatian utama di Indonesia pada

masa Dahlan. Karena itu, setiap organisasi yang ada padamasa itu sangat sulit menghindar dari ikut serta dalamhiruk pikuk politik. Namun, partisipasi Muhammadiyahdalam politik tidaklah secara resmi dimanifestasikan dalamagenda dan aksinya. Kepekaan kebijakan Belanda terhadappolitiklah yang mendesak Muhammadiyah menahan diri

dari kegiatan politik secara formal. Pemerintah Kolonial

Kyai Haji Hasyim Asy’ari (Yogyakarta: P Persatuan, 1986), h. 11.

Page 95: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 95/227

732. Muhammadiyah

tak ragu-ragu menghancurkan setiap orang atau organisasi

yang terindikasi melakukan provokasi politik. Karena itu,Dahlan memilih jalur yang aman untuk memastikan bahwaorganisasinya mencapai tujuan-tujuannya dengan mulus.Bahkan Muhammadiyah meyakini bahwa pendidikanbisa memberi pengaruh besar pada politik. Dampak taktikMuhammadiyah dalam politik telah tampak jelas sebelumdan setelah kemerdekaan Indonesia.116

Dalam buku provokatifnya yang ditulis sebelumPerang Dunia II, G.H. Bousquet mengkritik pemerintahHindia Belanda yang cenderung senang dan mendukungkeberadaan Muhammadiyah. Menurut sarjana Prancis ini,Belanda tidak sadar akan pengaruh pendidikan terhadappolitik. Ia mengatakan:

Dalam bidang politik, Muhammadiyah itu netral, dalamartian menolak untuk secara resmi memihak. ujuannyahanya untuk menyebarkan budaya Muslim. Atas dasarini, berbeda dengan kelompok-kelompok nasionalis,Muhammadiyah sangat disenangi oleh para penguasa.Namun, sangatlah keliru bila menduga bahwa ini berartipara anggotanya tidak mempunyai bias politik. entunyatidaklah sepenuhnya keliru untuk mengatakan bahwamereka itu sama anti-Belandanya dibanding orang-orangnasionalis lainnya, yang Muslim ataupun bukan. Saya bisa

jamin hal ini. Namun pemerintah memberi perhatian besar

116F.R. Von Der Mehden, Religion and Nationalism in Southeast Asia ,h. 197-8; A. Shihab, “Te Muhammadiyah Movement”, h. 192-7.

Page 96: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 96/227

74AHMAD NAJIB BURHANI

kepada perhimpunan ini, suatu sikap yang saya kira tidakmenunjukkan kecerdasan politik.117

Peran Muhammadiyah melawan Kristen awalnyamerupakan upaya bertahan. Hal ini dipicu oleh kegiatanpara misionaris serta sikap diskriminatif dan kebijakan takberimbang dari Pemerintah Kolonial terhadap Islam danKristen. Misionaris Belanda pertama kali datang ke Jawapada 1814. Mereka lantas ditunjuk sebagai pendeta digereja-gereja negara. Di Yogyakarta para misionaris diberiizin formal untuk menjalankan kegiatan mereka setelahBelanda berhasil memaksa Sultan untuk membolehkanmisi Kristen mulai menyebarkan Kristen ke orang-orang

Jawa pada 1889. Sejak saat itu, berkat dukungan luar biasa

dan bantuan dari para penguasa Belanda, Kristen tumbuhpesat di Jawa.118

Belanda tidak saja melindungi kerja-kerja misionaris,tapi juga memberi bantuan nansial untuk menanggungbiaya-biayanya. Ketika Belanda mulai menjalankanPolitik Etis (Ethische Politiek ), orang-orang Kristen adalah

kelompok masyarakat Jawa yang pertama dan utama yangmemperoleh manfaat dari kebijakan itu. Sekolah-sekolahmisi Kristen mulai berperan serta dan memetik keuntungan

117G.H. Bousquet, A French View of the Netherlands Indies , terj. PhilipE. Lilenthal (London: Oxford University Press, 1940), h. 5.

118

H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor voorInlandsche Zaken (Jakarta: LP3ES, 1985), h. 23; James Tayer Addison,Te Christian Approach to the Moslem: a Historical Study (New York:Columbia University Press, 1942), h. 244; D. Noer,Te Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942 , h. 167.

Page 97: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 97/227

752. Muhammadiyah

dari kebijakan “kompensasi” ini.119 Van Niel melukiskan

pesatnya pertumbuhan Kristen di Indonesia sebagai berikut:Pada tahun setelah 1909, kelompok-kelompok misi Kristendengan pesat mengembangkan kegiatan-kegiatan mereka dinusantara. Misi-misi yang bekerja di ranah kesejahteraan dankemajuan ekonomi di kalangan masyarakat Indonesia diberibantuan oleh Negara. Pembatasan pada jumlah dan lokasi

misi dihilangkan sehingga daerah-daerah baru di nusantaradibuka untuk kegiatan misionaris Kristen. Akhirnya misi-misi itu mendirikan sekolah-sekolah yang kurikulumnyadisamakan dengan sekolah-sekolah pemerintah. Sekolah-sekolah Kristen ini segera diakui oleh pemerintah dan diberisubsidi berdasar kriteria yang sama dengan sekolah manapun yang memenuhi standar pemerintah.120

Keberadaan Islam di Jawa terguncang oleh misi Kristen.Karena itu, Ahmad Dahlan merasa perlu menghadapidan memecahkan tantangan ini. Dengan berani Dahlanmengatakan, Islam tak akan hilang dari muka bumi, tetapibisa jadi hilang dari Indonesia jika orang-orang Islam

tidak mempertahankannya.121 Karenanya Muhammadiyahpasang badan untuk melawan secara aktif penetrasi misi-misi Kristen. Dalam hal ini, upaya Muhammadiyah adalahmeniru kegiatan-kegiatan Kristen seperti mendirikan

119 A. Shihab, “Te Muhammadiyah Movement”, h. 243-4.120R. van Niel, Te Emergence of the Modern Indonesian Elite , h. 83.121 A.M. Ali, “Te Muhammadiyah Movement”, h. 33.

Page 98: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 98/227

76AHMAD NAJIB BURHANI

sekolah dan rumah sakit, dan juga melakukan debat

langsung dengan para misionaris.erhadap komunisme, Muhammadiyah mengambilposisi yang tegas dan kukuh.122 Komunisme dianggapsebagai musuh Islam. Muhammadiyah bahkan bersiteguhbahwa setiap sikap yang menghina atau memtnah agamaharus ditentang dan dilawan. Karena itu, dalam SarekatIslam (SI), Muhammadiyah menjadi “faksi” yang secarakeras dan lantang menentang komunisme. Muhammadiyah

juga cukup berperan dalam mengenyahkan unsur-unsurMarxis dari SI pada 1923. Pendirian anti-komunis yangtegas dari Muhammadiyah, membuat Belanda mengurangikeingintahuannya tentang ambiguitas politik Muham-madiyah. Sikap itu juga meyakinkan Pemerintah Kolonialbahwa Muhammadiyah tak akan berniat menyerangPemerintah baik secara politik ataupun dengan perlawananbersenjata.123

Puncak ketegangan antara Muhammadiyah dan PartaiKomunis Indonesia (PKI) terjadi pada 1924. Awalnya, PKIingin menggelar kongres di Yogyakarta. Namun, Yogya

dianggap tempat berbahaya karena kota ini adalah markasorang-orang anti-komunis militan Muhammadiyah danSI. Karena itu, mereka memilih tempat yang lebih aman,

122Sikap tegas Muhammadiyah dalam melawan komunisme baru jelassepeninggal Ahmad Dahlan. Menurut Residen Yogyakarta, Dingemans,Haji Ahmad Dahlan sangat toleran terhadap PKI. Ia membuat beberapakesepakatan antara PKI dan Muhammadiyah. Kesepakatan ini tidakdilanjutkan pada masa-masa kepemimpinan Muhammadiyah berikutnya.M. Nakamura, Te Crescent Arises over the Banyan ree , h. 68.

123 Alan, Muhammadiyah, h. 160 dan 184.

Page 99: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 99/227

772. Muhammadiyah

Kota Gede. Sayangnya, tempat itu tidaklah seaman yang

dikira. Muhammadiyah lokal juga sangat menentang PKI.Sebuah bentrokan nyaris berujung pertumpahan darahdi antara kedua gerakan pada 14 Desember 1924 ketikaPKI dan gerakan massanya, Sarekat Rakjat, mengadakanapel propaganda terbuka dan mendengarkan pidato-pidato

Alimin dan Muso. Para anggota Muhammadiyah yangdipimpin oleh Haji Hajid, Raden Reso, dan Hani, mencobamenghalangi pertemuan yang dihadiri 700-an orang itu.124

Peran Muhammadiyah sebagai sekutu kaum priyayidan pendukung budaya Jawa tergambar dalam hubunganantara Ahmad Dahlan (dan Muhammadiyah) dan BoediOetomo. Singkatnya, sebagaimana dinyatakan Von derMehden, peran ini dimaksudkan untuk mempertahankannasionalisme. Ia mengatakan, “Upaya gerakan pembaruandi Jawa ini untuk melindungi dan memajukan sejarahdan seni Jawa turut memperkuat nasionalisme.”125 SikapMuhammadiyah terhadap budaya Jawa dan priyayi akanmenjadi inti bahasan buku ini. Ulasan yang lebih rincitentang peran ini akan diterangkan di bab berikutnya.

Kesimpulanak seorang pun bisa melepaskan diri dari lingkungan

di mana dia hidup, dari fakta keterkaitannya denganseperangkat keyakinan, gagasan, posisi sosial, atau dari

124M. Nakamura, Te Crescent Arises over the Banyan ree , h. 64-9.125F.R. Von Der Mehden, Religion and Nationalism in Southeast Asia ,

h. 198.

Page 100: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 100/227

78AHMAD NAJIB BURHANI

kegiatan menjadi anggota masyarakat. Aturan universal

ini juga berlaku pada Ahmad Dahlan. Keraton, statusnyasebagaiabdi dalem, dan Boedi Oetomo memberi pengaruhtersendiri pada kehidupan Dahlan. Menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta berarti bahwa ia adalah bagian takterbantahkan dari orang Jawa dan pastilah dipengaruhioleh budaya Jawa. Kecintaannya dan kegiatannya di BoediOetomo adalah bukti kuat keterkaitannya dengan budayadan masyarakat Jawa.

Dalam bingkai budaya itulah Ahmad Dahlan men-dirikan Muhammadiyah pada 1912 di Yogyakarta. BoediOetomo menjadi pendukung utama gagasan mendirikanorganisasi baru ini. Ada empat peran utama yang dimainkanMuhammadiyah dalam masa-masa awal, yakni: sebagaigerakan pembaruan keagamaan (yang mengedepankan nalardan logika dalam teori serta pembaruan sistem pendidikandalam praksis); sebagai kekuatan politik; sebagai perlawananterhadap komunisme dan Kristen; dan sebagai pendukungbudaya Jawa (yang mengembangkan sejarah dan seni Jawa,dan menjadi kawan dan sekutu kaum priyayi).

Dalam pembaruan keyakinan dan amalan agama,Muhammadiyah menggunakan dua metode: rasionalisasidan modernisasi. Dalam politik, dominasi priyayi me-nyebabkan Muhammadiyah mengadopsi sikap ambiguterhadap politik. Pada satu sisi, Muhammadiyah menyata-kan bahwa politik tidaklah termasuk urusannya. Pada sisi

lain, Muhammadiyah memberi kebebasan para anggotanyauntuk ikut serta dalam kegiatan politik dan menggunakangerakan-gerakan lain seperti Sarekat Islam sebagai kendaraanpolitik mereka.

Page 101: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 101/227

792. Muhammadiyah

erhadap Kristen, Muhammadiyah mencoba membela

Islam di Indonesia dari penetrasi misi Kristen denganmendirikan sekolah, rumah sakit, dan dengan terlibat dalamdebat-debat dengan para misionaris. Muhammadiyahmenganggap komunisme sebagai musuh Islam. Karenaitu, tak ada pilihan lain kecuali menentangnya. Akhirnya,dalam sikapnya terhadap budaya Jawa, Muhammadiyahmengembangkan beberapa unsurnya dan merasional-modernkan sebagian unsur yang lain.[]

Page 102: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 102/227

Page 103: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 103/227

81

3

Sikap Muhammadiyahterhadap Budaya Jawa

Dalam membincangkan sikap Muhammadiyahterhadap identitas budaya Jawa, bab ini akanberfokus di antaranya pada bagaimana Muham-

madiyah berinteraksi dengan ideologi, psikologi, dankosmologi budaya Jawa. Di sini akan disajikan pandangan,pemikiran dan pola tindakan keseharian sang pendirigerakan ini dan tokoh-tokoh awalnya, terutama bagaimanasang pendiri menafsirkan unsur-unsur budaya Jawa.Untuk menganalisis data, karya ini mencoba menggalidan mengartikulasikan “ grammar of symbols ”126—mode danbentuk di mana Muhammadiyah memanifestasikan dirinya—dalam politik busana, keanggotaan sebagai simbol, bahasa sebagaiidentitas, seperangkat perilaku, dan nama sebagai identitas. Untuk

126Ninian Smart, Dimensions of the Sacred: An Anatomy of the World’sBeliefs (London: HarperCollins Publisher, 1996), h. 1.

Page 104: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 104/227

82AHMAD NAJIB BURHANI

itu, bab ini mengamati sikap Muhammadiyah terhadap ekspresi-ekspresi budaya permukaan, seperti grebeg dan sekaten, wayang,bahasa dan aksara Jawa, dan busana tradisional.

Bab ini merupakan ulasan singkat beberapa hal yangterabaikan dalam sejarah gerakan modern ini, hal-hal yangdiharapkan memberi kita wawasan baru tentang Muham-madiyah masa awal. Masalah pertama yang akan dibahasdi sini adalah karakteristik para anggota Muhammadiyah.Dilihat dari sini, akan jelas tampak bahwa Muhammadiyahberperilaku dalam pola tertentu.

Karakteristik Anggota Dari pengajuan izin resmi pengakuan Muhammadiyah

sebagai gerakan yang sah, yang diserahkan kepada Gubernur Jenderal pada 1912, bisa diketahui bahwa sembilan pendiriMuhammadiyah kebanyakan adalah abdi dalem keraton

Yogyakarta. Sembilan orang itu adalah:

1. Mas Ketib Amin, Haji Ahmad Dahlan2. Mas Pengulu, Abdullah Sirat3. Raden Ketib jandana, Haji Ahmat4. Haji Abdul Rahman5. Raden Haji Sarkawi6. Mas Gebajan, Haji Mohammad7. Raden Haji Djaelani

8. Haji Anis

Page 105: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 105/227

833. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

9. Mas jarik, Haji Muhammad Pakih127

ujuh dari sembilan pemimpin awal Muhammadiyahini adalah abdi dalem, terlihat dari gelar bangsawan mereka;empat di antaranya bergelar Mas, dan tiga lainnya bergelarRaden. Mereka yang tidak punya gelar bangsawan dalamdaftar ini hanyalah Haji Abdul Rahman dan Haji Anis.Namun, keduanya sangat mungkin jugalah keturunanpriyayi. Ini bisa disimpulkan dari fakta bahwa merekatinggal di Kauman, tempat abdi dalem pamethakanatau

putihan (para pejabat untuk urusan agama) Kesultanan Yogyakarta.

Inti gerakan ini pada masa awal juga kebanyakanterdiri atas abdi dalem atau putra abdi dalem di Kauman.Mereka adalah keluarga, teman dekat, santri dan muridDahlan. Haji Ibrahim, penerus Dahlan, adalah putraKepala Penghulu Yogyakarta, Kyai Haji MuhammadFadhil. Di samping itu ada pula dua putra Wedono HajiHusni, yaitu Haji Hisjam dan Haji Muchtar, serta anak-anak Raden Lurah Haji Hasjim, yaitu Haji Sudjak, HajiFachruddin, Ki Bagus Hadikusumo, Haji Zaini, dan SitiMundjiah.128 Raden Hadji Hadjid juga salah satu pentolanMuhammadiyah yang terkenal. Nama-nama lain, meski

127Extract uit het Register der Besluiten van den Gouverneur Generaalvan Nederlandsch-Indie, Buitenzorg, den 22 sten Augustus 1914, No.81. Lihat Alan, Muhammadiyah: Te Political Behavior of a Muslim Modernist Organization Under Dutch Colonialism (Yogyakarta: GadjahMada University, 1989), h. 152.

128 Alan, Muhammmadiyah, h. 165.

Page 106: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 106/227

84AHMAD NAJIB BURHANI

tidak bertitel bangsawan, boleh jadi jugalahabdi dalem atau

telah menyatu dengan abdi dalem lewat hubungan darahatau pernikahan. Cukuplah beralasan untuk membuatasumsi seperti itu lantaran mereka memang tinggal diKauman, seperti Haji Ma’ruf, atau telah menjadi anggotaBoedi Oetomo. Haji amim dan Haji Abdulgani misalnyaadalah dua dari tujuh orang yang bergabung dengan BoediOetomo, yang merupakan organisasi priyayi, sebagaiprasyarat mengajukan izin kepada Pemerintah untukmendirikan Muhammadiyah.129

Sebagai bagian dari keraton, Kauman disediakan bagipara pejabat istana yang punya tanggung jawab terhadapurusan keagamaan Kesultanan. Semua penduduk Kaumanmempunyai hubungan keluarga. Kauman adalah kampungeksklusif dan penduduknya mempraktikkan endogami.130 Karena itu, sebagian besar orang di Kauman adalah satukeluarga. Sebagai bagian dari keluarga besar Kauman,Dahlan telah berhasil menarik orang-orang kampungpriyayi ini untuk menjadi kelompok utama dalam Muham-madiyah. Dalam hal ini Alan menyatakan:

129Untuk memuluskan proses mendirikan Muhammadiyah, BoediOetomo meminta Ahmad Dahlan mengajukan izin atas nama BoediOetomo. Untuk itu, pertama-tama tujuh orang harus bergabung denganBoedi Oetomo. Mereka adalah Raden Hadji Sjarkawi, Haji Abdulgani,Haji Sjoedja’, Haji Hisjam, Haji Fachruddin, Haji amim, dan Haji

Ahmad Dahlan. H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya (Yogyakarta:Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pustaka, 1989), h. 18.

130 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak IdentitasKampung Muhammadiyah (Yogyakarta: erawang, 2000), h. 2.

Page 107: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 107/227

853. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Dahlan telah bisa membentuk kelompok inti yang sangatkuat yang terdiri atas mereka yang bisa dikatakan mewakilitingkat masyarakat Kauman kelas menengah, dan sepertinyakelas menengah atas. Karena mereka saling terhubungsangat dekat dan akrab, mungkin tidaklah berlebihan untukmenyatakan bahwa Muhammadiyah selama tahun-tahunpembentukan ini kurang lebih seperti perusahaan keluargabesar di mana masing-masing anggota menanam sahamnya

dengan terlibat aktif di dalamnya.131

Selain priyayi santri Kauman, kelompok kedua yangpaling tertarik dengan Muhammadiyah adalah priyayi non-santri, termasuk mereka yang jebolan pendidikan Barat. Adabanyak tokoh terkenal di Muhammadiyah dari kelompokini, seperti Raden Sosrosoegondo, Mas Radji, Mas NgabehiDjojosugito, dan Dr. Soemowidagdo.132 Dalam laporan-laporan tahunan Muhammadiyah pada masa awal, kita bisamelihat bahwa ada banyak nama yang tidak bergelar haji.Banyak bahkan yang menggunakan nama Jawa dengan gelarbangsawan.133 Selain yang disebut tadi, beberapa di antara

131 Alan, Muhammadiyah, h. 166.132 Alan, Muhammadiyah, h. 176; Akira Nagazumi, Te Dawn of

Indonesian Nationalism: Te Early Years of the Budi Utomo, 1908-1918 ( okyo: Institute of Developing Economies, 1972), h. 73.

133Menurut penelitian Sartono Kartodirjo, jumlah haji dan guruagama di Yogyakarta pada akhir 1887 menunjukkan kasus yang menarik.Para guru agama di kota ini hanya 0,03 persen (187 orang) dari total

penduduknya (651.123), sedangkan para haji hanya 0,07 persen (485orang). Data statistik ini menunjukkan bahwa jumlah haji dan guruagama di Yogyakarta adalah yang paling sedikit dibandingkan kota-kotalain di Jawa dan Madura. Dari data ini, tidak heran jika Muhammadiyahtidak didominasi oleh para guru agama dan haji. Sartono Kartodirdjo,

Page 108: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 108/227

86AHMAD NAJIB BURHANI

mereka yang menduduki posisi kepemimpinan adalah:

Raden Pringgonoto (sekretaris keempat pimpinan pusat),Raden Darmosewojo (juru periksa), M. Sastrosoewito(sekretaris pertama Bagian Dakwah), M. Soemodisastro(asisten Bagian Dakwah), R. Danoewijoto (sekretarisBagian Pendidikan), Raden Reksodiharjo (asisten BagianPendidikan), M. Warsodimedjo (asisten Bagian Pustakadan Data), M. Sastrominardjo (sekretaris Bagian PenolongKesengsaraan Umum), M. Drijowongso (sekretaris BagianPenolong Kesengsaraan Umum), dan lain-lain.134

Raden Sosrosoegondo, juga Mas Ngabehi Dwidjosewojo,adalah priyayi terkenal dan tokoh berpengaruh dalamBoedi Oetomo yang membantu Muhammadiyah,seperti dalam pendirian dan penyelenggaraan sekolah.Dwidjosewojo (guru bahasa Jawa di Kweekschool (sekolahguru) Yogyakarta) adalah sekretaris pertama pimpinanpusat Boedi Oetomo. Sosrosoegondo (guru bahasa Melayudi Kweekschool) adalah sekretaris kedua Boedi Oetomo.Ketika majalah dwi-bulanan Boedi Oetomo diluncurkanpada 1910, keduanya menjadi redaktur bersama Mas

Boediardjo. Ketika Volksraad (parlemen dengan kekuasaan

Te Peasants’ Revolt of Banten in 1888, Its Condition, Course and Sequel: A Case Study of Social Movements in Indonesia (‘S-Gravenhage: N.V. DeNederlandsche Boek-en Steendrukkerij v/h H.L. Smits, 1966), h. 332.Lihat juga M.C. Ricklefs, “Six Centuries of Islamization in Java”, dalamConversion to Islam, ed. Nehemia Levtzion (New York: Holmes & MeierPublishers, 1979), h. 114-5.

134Lihat Verslag “Moehammadijah” di Hindia imoer ahoen ke X (Januari-Desember 1923), Djogjakarta (Djawa): Pengoeroes BesarMoehammadijah, h. 14.

Page 109: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 109/227

873. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

sangat terbatas) secara resmi dibuka pada 18 Mei 1918 oleh

Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921), Dwijosewojo menjadi salah satu perwakilan BoediOetomo di Volksraad.135

Di Muhammadiyah, Sosrosoegondo memainkanperanan penting. Dia adalah wakil ketua Bagian Pen-didikan. Sumbangsihnya dalam modernisasi metode dansistem pendidikan Muhammadiyah sangatlah berarti,terutama ketika Muhammadiyah masih dalam masa-masa pembentukan. Sosrosoegondo jugalah yang, dengankekuasaannya sebagai salah satu Dewan Direktur BoediOetomo, mengajukan perlu dan pentingnya memberikanpendidikan agama ke anak-anak di sekolah.136 Mungkinbuah dari gagasannyalah Dahlan diizinkan mengajarkanpelajaran agama di Kweekschool, Jetis, dan OSVIA,Magelang, Jawa engah.

Melanjutkan gagasan ini, Sosrosoegondo lantas meng-anjurkan Muhammadiyah membuka sekolahnya sendiri dimana pendidikan agama dan umum sama-sama diajarkan.Ketika Muhammadiyah berhasil mewujudkan rencana ini

dengan membuka Kweekschool sendiri, Sosrosoegondo,Raden Danuwijoto, dan Mas Djojosoegito memberikan

135 A. Nagazumi, Te Dawn of Indonesian Nationalism, h. 77, 128,165; Alan, Muhammadiyah, h. 158.

136Dalam semi-bulananBoedi Oetomo(Vol. 6, No. 11, 1 Maret 1913,

h. 2-3), Sosrosoegondo menulis artikel berjudul, “Pengadjaran agamadalam sekolah”. Dalam artikel ini, ia mendorong sekolah-sekolah untukmemberikan pendidikan agama setidaknya satu jam per minggu. Agama(Islam) menurutnya adalah kebutuhan semua bangsa. A. Nagazumi,TeDawn of Indonesian Nationalism, h. 73 dan 193.

Page 110: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 110/227

88AHMAD NAJIB BURHANI

sumbangan besar dengan mengajarkan pelajaran-pelajaran

umum. Kontribusi Djojosoegito di Muhammadiyah jauhlebih signikan lagi setelah ia bergabung dengan gerakanpriyayi-santri ini. Dalam surat (besluit ) dari PemerintahBelanda No. 40, 16 Agustus 1920 dan No. 36, 2 September1921, nama Mas Djojosoegito telah disebut sebagaisekretaris Muhammadiyah.137

Djojosoegito jugalah salah satu teman utama Dahlandalam perjalanan-perjalanan keagamaan ataupun dinasnyapada 1922, di antaranya: 1) pembukaan pengajaran Islamdi Hoogere Kweekschool voor Inlandsche Orderwijzers(Sekolah Guru inggi untuk Guru Bumiputra) di Purworejo;2) pembukaan pengajaran Islam di OSVIA (Opleidingschoolvoor Inlandsche Ambtenaren) di Magelang; 3) pertemuantahunan kesepuluh Muhammadiyah di Surakarta.138

Selain nama-nama itu, M. Ng. Soemodirdjo, MasSomowidagdo, Raden Mas Prawirowiworo, dan Mas

Wiryopertomo adalah empat nama penting lain di Muham-madiyah. M. Ng. Soemodirdjo berperan penting dalampendirian organisasi pandu Muhammadiyah (Muham-

madiyah Padvinder, yang nantinya bernama Hizbul Wathan)dan Siswa Praja (organisasi pelajar Muhammadiyah)pada 1920.139 Mas Somowidagdo punya peranan penting

137 A. Nagazumi, Te Dawn of Indonesian Nationalism, h. 73; Alan, Muhammadiyah, h. 170; Solichin Salam,K.H. Ahmad Dahlan: ReformerIslam Indonesia (Jakarta: Djajamurti, 1963), h. 107-9.

138S. Salam,K.H. Ahmad Dahlan, h. 27-30.139Pada 1922, Siswa Praja dipecah menjadi dua organisasi, yaitu

Siswa Praja Prija (SPP) untuk laki-laki, dan Siswa Praja Wanita (SPW)untuk perempuan. A.A. Darban, Sejarah Kauman, h. 49.

Page 111: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 111/227

893. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

dalam menjalankan Bagian Penolong Kesengsaraan

Umum, sementara Raden Mas Prawirowiworo dan Mas Wiryopertomo adalah dua aktivis kunci Bagian PenolongHaji.

Soemodirdjo adalah mantri guru StandaardschoolSuronatan. Dari dialah Ahmad Dahlan mendapat infor-masi tentang kepanduan. Ketika pulang dari kegiatandakwah di Solo, Dahlan menyaksikan beberapa remajaberseragam yang berlatih rapi di depan Mangkunegaran.Dahlan tertarik agar remaja Muslim juga punya kegiatansemacam itu. Karena itu dia memanggil Soemodirdjo,dan Sjarbini dari sekolah Muhammadiyah di Bausasran,untuk membincangkan gagasan mendirikan hal serupa.Gagasan ini kemudian diwujudkan dengan mendirikanorganisasi pandu Muhammadiyah pada 1918. Soemodirdjoinilah sepertinya tokoh yang disebut dalam Verslag

Moehammadijah 1923 sebagai asisten pertama Bagianaman Pustaka Muhammadiyah. Sedangkan Sjarbini

nantinya menjadi Brigader Jenderal dalam militer Indonesiasetelah kemerdekaan.140

Ketika Muhammadiyah meresmikan salah satu pantiasuhannya pada 13 Januari 1923, Dr. Mas Somowidagdo(dari Malang, Jawa imur) adalah salah satu tamu penting(selain K.P.A. Adipati Danuredjo, R. . Wirjokoesoemo,

140Verslag “Moehammadijah” 1923, h. 25; S. Salam, K.H. Ahmad

Dahlan, h. 50-1; M. Yusron Asroe, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikirandan Kepemimpinannya (Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 1983), h. 62-5; Restu Gunawan (ed.), okoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: Ir.Soekarno dan K.H. Ahmad Dahlan (Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan RI, 1999), h. 170.

Page 112: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 112/227

90AHMAD NAJIB BURHANI

R.W. Dwijosewojo, Dr. Ofrenga, dan Dr. R. Abdulkadir).

Ia merasa terharu dengan upaya Muhammadiyah mem-bantu orang-orang miskin. Karena itu, ia bergabungdengan Muhammadiyah dan menawarkan keahliannya.Dr. Somowidagdo kemudian ditunjuk sebagai kepalaklinik Muhammadiyah pertama yang didirikan pada 15Februari 1923. Dalam jajaran pimpinan Muhammadiyah,Somowidagdo adalah wakil ketua kedua Bagian Kesejah-teraan Sosial.141

R.M. Prawirowiworo adalah sekretaris Bagian Peno-long Haji yang dibuka pada 1921 dan berada di bawahkepemimpinan dan arahan langsung Ahmad Dahlan.Dialah yang menemani Ahmad Dahlan berundingdengan K. Keller dari perusahaan pemberangkatan hajiBelanda pada 1922. Dialah juga yang membantu Dahlanmemecahkan beberapa masalah pengajaran Islam diHKS Purworejo. Selain menjadi aktivis pengurus besarMuhammadiyah, Prawirowiworo juga menjadi anggotapenting Boedi Oetomo dalam pengurus pusatnya, danutusan Prinsenbond Mataram (organisasi kepangeranan

Kesultanan Yogyakarta) dalam misi Volksraad ke Belanda.Prawirowiworo aktif di Muhammadiyah didorong olehsimpatinya terhadap organisasi ini dan pemimpinnya,

Ahmad Dahlan. Dalam Verslag Moehammadijah 1923,namanya disebut sebagai asisten kedua dalam pimpinan

141Verslag “Moehammadijah” 1923, h. 27 dan 46; H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 63-5.

Page 113: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 113/227

913. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

pusat dan cabang Yogyakarta.142 Di Bagian Penolong Haji,

Mas Wiryopertomo jugalah sangat terkenal. Bersama H.M.Sjoedja’, Wiryopertomo menjadi asisten bendahara. Diadan Sjoedja’ adalah dua orang yang bertanggung jawabmembantu perjalanan haji dari Yogyakarta ke Mekah pada1922.143

Nama-nama priyayi lain yang perlu disebut sebagaitokoh-tokoh yang memberi sumbangan besar pada Muham-madiyah masa awal adalah Raden Wedana Djajengprekoso,M. Djojosumarto, dan menantunya, M. M. Djojodiguno.Djajengprekoso adalah seorang bangsawan yang rumahnyadi Yogyakarta digunakan oleh Muhammadiyah sebagaitempat kongres pada 1925.144 Sementara rumah M.Djojosumarto adalah tempat debat antara Ahmad Dahlandan Pastur Van Driesse.145

Seperti disebut dalam bab sebelumnya, Kongres BoediOetomo pada 1917 yang diadakan di rumah AhmadDahlan berperan penting dalam penyebaran gagasan-

142

Verslag “Moehammadijah” 1923, h. 14-5; H. Suja’, Muhammadiyahdan Pendirinya , h. 41-3; S. Salam, K.H. Ahmad Dahlan, h. 29; A.Nagazumi, Te Dawn of Indonesian Nationalism, h. 118, 206.

143H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya , h. 41-8.144 James L. Peacock, Purifying the Faith: Te Muhammadiyah

Movement in Indonesian Islam (Arizona: Arizona State University, 1922),h. 39. Bandingkan dengan James L. Peacock,Gerakan Muhammadiyah: Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia (Jakarta: Cipta Kreatif, 1986), h.53-4. Saya menemukan beberapa kesalahan dalam penggunaan istilah-istilah Jawa dalam edisi bahasa Inggrisnya. Kesalahan-kesalahan initelah diperbaiki dalam edisi bahasa Indonesianya. Karena itulah sayamenggunakan edisi Inggris maupun Indonesia.

145S. Salam,K.H. Ahmad Dahlan, h. 55.

Page 114: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 114/227

92AHMAD NAJIB BURHANI

gagasan Muhammadiyah ke seluruh Jawa. Beberapa anggota

gerakan priyayi ini tertarik bergabung dan mendirikancabang-cabang Muhammadiyah di tempat mereka ting-gal. Asumsi logisnya, para anggota Boedi Oetomo yangbergabung dengan Muhammadiyah menjadi “faksi”priyayi dalam gerakan Islam ini, kelompok pilar kedua digerakan ini.146 Satu-satunya bukti hal ini adalah pernyataanKoentjaraningrat yang telah dikutip di bab sebelumnya.147

Boleh jadi karena salah satu faksi utamanya adalahpriyayi, Muhammadiyah cenderung berperan ambigudalam politik. Banyak pamong praja dan guru di sekolah-sekolah pemerintah adalah priyayi. ak pelak, lantaranpekerjaan mereka, beberapa priyayi punya hubungan dekatdengan Pemerintah Kolonial. Mereka merasa nyamanmenjadi anggota Muhammadiyah yang, meski tidak kalahnasionalistisnya ketimbang organisasi lain, juga menjalinhubungan kooperatif dengan Pemerintah. entu ada saatketika keikutsertaan mereka di organisasi ini terganggu.

146Sebagaimana di Jawa di mana Muhammadiyah cenderung menarikpara priyayi, dan bukan kyai, di Aceh Muhammadiyah juga menarikbeberapa teuku (tokoh adat), yang menjadi pesaing teungku (tokoh agama).Hamka, Moehammadijah Melaloei iga Zaman (Soematera Barat: MarkazIdarah Moehammadijah, 1946), h. 47, 78-9; Alan, Muhammadiyah,h. 290-2. A. Mukti Ali juga mempunyai kesimpulan yang sama bahwaMuhammadiyah lebih mengesankan Muslim terpelajar, khususnyaMuslim yang mendapat pendidikan Belanda, daripada kalangan tokohagama atau santri yang mendapat pendidikan pesantren. A. Mukti Ali,“Te Muhammadiyah Movement: A Bibliographical Introduction”, tesisM.A. di Institute of Islamic Studies, McGill University, Montreal, 1957,h. 54.

147Lihat juga Deliar Noer, Te Modernist Muslim Movement inIndonesia, 1900-1942 (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1973),h. 76.

Page 115: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 115/227

933. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Ahmad Dahlan pernah mengundang beberapa pemimpin

ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging;Perhimpunan Sosial Demokratik Hindia) untuk memberiinformasi tentang gerakan mereka kepada para anggotaMuhammadiyah. Menanggapi undangan ini, Adolf Baars,Semaun, dan Darsono datang dan memberi ceramah.

Akibat kejadian ini sangat tragis dan drastis; beberapapriyayi meninggalkan Muhammadiyah, kecewa lantarangejolak dengan kelompok kiri radikal ini.148

Kelompok utama ketiga yang menyangga Muham-madiyah adalah para pedagang dan pengusaha. Sangatlahmungkin kegiatan Dahlan sebagai pedagang batik, yangumum diketahui dari biogranya, membuatnya kenaldengan para pedagang dan pengusaha dari luar Yogya-karta. Juga sangat mungkin melalui koneksi inilah parapedagang dan pengusaha nantinya menjadi para pen-dukung Muhammadiyah. Sumbangsih kelompok inikepada Muhammadiyah bisa dilihat dari kepemimpinan dicabang-cabang Muhammadiyah di Surabaya, Pekalongan,Pekajangan, Surakarta, dan Kota Gede.149

Di Pekalongan, Muhammadiyah diketuai Ahmad Rasjid(A.R.) Sutan Mansur, seorang pedagang Minangkabau.Keikutsertaannya di Muhammadiyah sering dianggapsebagai faktor yang menarik para pedagang lain di kota iniuntuk bergabung dengan Muhammadiyah. Ranuwihardjo,pengusaha batik kaya raya, adalah salah satu contoh

148H. Suja’, Muhammadiyah an Pendirinya , h. 61-2.149 Alan, Muhammadiyah, h. 168.

Page 116: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 116/227

94AHMAD NAJIB BURHANI

pebisnis sukses yang bergabung dengan Muhammadiyah

dan kemudian menjadi tokoh terkenal Muhammadiyah dikota ini.150 Banyak pengusaha batik di Pekajangan dan Solo,beberapa pengusaha rokok kretek di Kudus, dan sejumlahpengusaha perak di Kota Gede, juga menjadi pendukungutama Muhammadiyah. Jelas bahwa bukti paling pentingdari partisipasi para pengusaha dan pedagang dalamMuhammadiyah adalah besarnya donasi mereka untukmembantu jalannya organisasi ini.151

Dengan demikian, jelaslah bahwa priyayi santriKauman adalah kelompok pilar pertama Muhammadiyah.

Yang kedua dan ketiga adalah para priyayi nonsantri,termasuk priyayi yang terdidik ala Barat, dan para pedagangdan pengusaha. Semuanya adalah representasi dari kelasmenengah—sangat mungkin adalah kelas menengah atas.Ini tidak berarti bahwa Muhammadiyah pada masa awaltidak punya anggota dari kalangan bawah. Sebagai gerakankeagamaan, Muhammadiyah mencoba menarik orang-orang dari berbagai lapisan, dan sebanyak mungkin. Namun,persentase kalangan bawah di Muhammadiyah pada waktu

itu sangatlah kecil. Pada 1930 misalnya, para petani dankelas pekerja hanya sebanyak 15 persen (petani 10 persen,pekerja 5 persen) dari total anggota Muhammadiyah.152

150 Alan, Muhammadiyah, h. 177, 225.151 Alan, Muhammadiyah, h. 188, 195-6; Verslag “Moehammadijah”

1923. Lihat juga Lance Castles,Religion, Politics, and Economic Behavior in Java: Te Kudus Cigarette Industry , Yale University, Southeast Asia Studies,Cultural Report Series No. 15, 1967.

152 Alan, Muhammadiyah, h. 173-4, 189.

Page 117: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 117/227

953. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Mengingat hal ini, tidaklah mengejutkan bila pada masa

awal Muhammadiyah disebut sebagai organisasi elit. Selainitu, Muhammadiyah sangat jelas adalah sebuah fenomenaurban.153

Apresiasi Identitas Budaya Jawa “Anda tidak bisa menjadi seorang Brahma di pedesaan

Inggris.” Pernyataan ini pertama kali diungkapkan oleh Julian Pitt-Rivers (1963) dalam esainya tentang sosiologiMediteranea.154 Saya menggunakan pernyataan inisebagai titik pijakan untuk menggambarkan betapa duluMuhammadiyah tidak akan mungkin melawan budaya

Jawa. Yogyakarta adalah mikrokosmos masyarakat Jawa.

Yogyakarta juga tempat di mana seni dan adat Jawadilestarikan dan ditempa. Seperti saya perlihatkan di babsebelumnya, Yogyakarta, khususnya keraton, adalah sumberpaling andal untuk menilai budaya Jawa. Karena itu, faktabahwa Muhammadiyah lahir di jantung peradaban Jawatak pelak berarti bahwa gerakan ini tidak dapat dilepaskan

dari identitas budaya Jawa. Di samping itu, dominasiabdi

153 Alan, Muhammadiyah, h. 177.154 ulisannya berjudul, “Te Stranger, the Guest and the Hostile

Host: Introduction to the Study of the Laws of Hospitality” dalam J.G.Peristiany, Contributions to Mediterranean Sociology: Mediterranean RuralCommunities and Social Change (Paris-Te Hague: Mouton & Co, 1968),

h. 16. Lihat juga Mary Bouquet, “’You cannot be a Brahmin in theEnglish Countryside.’ Te Partitioning of Status, and Its Representation Within the Farm Family in Devon”, dalam Anthony P. Cohen, SymbolisingBoundaries: Identity and Diversity in British Cultures (Manchester:Manchester University Press, 1986), h. 22.

Page 118: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 118/227

96AHMAD NAJIB BURHANI

dalem—aliansi antara priyayi santri Kauman dan priyayi

sekular—Kesultanan Yogyakarta dalam organisasi modernini adalah jaminan bahwa budaya Jawa tidak bisa sepenuhnyadihilangkan darinya. Aksi, penampakan, dan penampilanMuhammadiyah pada masa awal sangat ditentukan dandiarahkan oleh nilai-nilai yang melekat dalam budaya Jawadan sistem keyakinan tradisional. Ringkasnya, Muham-madiyah adalah semacam potret sebuah gerakanabdi dalem dan priyayi dalam sebuah kerajaan Jawa.

Berdasarkan penelitian antropologis tentang Muham-madiyah di Kotagede pada 1970-an, Nakamura, guru besarantropologi Universitas Chiba, Jepang, memberi gambarantentang Muhammadiyah dalam kaitannya dengan kejawaan.Ia mengatakan:

Islam reformis bukanlah antitesis budaya Jawa, melainkanbagian integral darinya, dan apa yang telah para reformisperjuangkan adalah, boleh dikatakan, menyaring intisarimurni Islam dari tradisi-tradisi budaya Jawa. Hasil akhirdari penyaringan ini tentu menyimpan citarasa Jawa, samaseperti cairan sangat murni apa pun yang tak bisa kehilangancitarasa lokalnya. api intisari Islam yang universal lebihmendasar, dan itu harus dihargai sebagai yang pertama danutama.155

Di sini setidaknya ada lima segi yang bisa digolongkansebagai apresiasi yang ditunjukkan oleh Muhammadiyah

155Mitsuo Nakamura, Te Crescent Arises over the Banyan ree (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993), h. 141.

Page 119: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 119/227

973. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

terhadap budaya Jawa, yaitu segi perilaku, bahasa, busana,

keanggotaan, dan nama. Ulasan berikut ini menerangkanbagaimana sikap para anggota Muhammadiyah dalam hal-hal tersebut.

Aturan PerilakuPerubahan keyakinan dan perubahan perilaku biasanya

berjalin berkelindan. Seperangkat selera, preferensi, dankebiasaan tertentu dimiliki oleh individu atau kelompokorang tertentu. Seorang priyayi umumnya berperilakudalam batas-batas aturan perilaku, penampilan, dan adatpriyayi. Kecirikhasan yang sama juga bisa berlaku untukkelompok, status, kelas sosial dan sebagainya. Kaidah ini

pun berlaku untuk sebuah gerakan abdi dalem sepertiMuhammadiyah pada masa awal.156

Sebagai bagian, tepatnya bagian inti, dari masyarakat Jawa, tokoh-tokoh ternama Muhammadiyah, termasuk Ahmad Dahlan selaku pendiri dan pemimpin pertama,tidak pernah menyimpang dari apa yang digariskan oleh

adat dan tradisi istana dalam tingkah laku terhadap Sultan Yogyakarta. Peacock menggambarkan ini sebagai berikut:

Kejadian kedua, yang juga diriwayatkan dalam “ ujuh Anekdot”, menunjukkan bahwa, dalam bersikap, Dahlan

156

Untuk pembahasan menarik tentang hal ini, lihat Pierre Bourdieu,Outline of a Teory of Practice , terj. Richard Nice (Cambridge: CambridgeUniversity Press, 1977) dan Pierre Bourdieu,Te Logic of Practice , terj.Richard Nice (Cambridge and Oxford: Polity Press bekerja sama denganBlackwell Publishers, 1995).

Page 120: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 120/227

98AHMAD NAJIB BURHANI

tetap santun dan rendah hati terhadap pihak istana Yogyakarta. Dia ingin menyampaikan pada sang penguasa,Paduka Sri Sultan, saran mengenai penyelenggaraan perayaanGarebeg. Agar Dahlan bisa “bicara bebas dan mengutarakanisi hatinya tanpa merasa silau dengan Paduka Sri Sultan danpara bangsawan kaki tangannya,” sang raja menerima Dahlandi sebuah ruangan gelap pada malam hari. Meski penulisriwayat Dahlan menganggap kejadian itu mencerminkan

keberanian Dahlan bicara kepada sang raja, pembaca Baratlebih terkesan oleh kepatuhan dan kesopanannya; Dahlandi sini bukanlah Luther yang berteriak “Di sini aku berdiri”kepada pangeran.157

Yang saya pahami dari cerita ini, berbeda dari pembacaanPeacock, adalah bahwa, alih-alih menjadi musuh raja danbudaya Jawa, Ahmad Dahlan menunjukkan penghargaannyaterhadap budaya ini. Ia tidak berlaku arogan di hadapanraja dan budaya Jawa, tetapi merasa bahwa ia adalah bagiandari budaya dan kerajaan Jawa. Karena itu, ia bertingkahlaku ala orang Jawa dan menunjukkan watak kepribadianaslinya di hadapan Sultan.

Selaras dengan ini, Muhammadiyah dulu menggunakankalender Jawa (tahun Saka), bersamaan dengan kalender

Arab (Hijriah) dan Gregorian (Masehi) dalam surat-menyurat dan laporan-laporan mereka. Almanak-al-manak Muhammadiyah menunjukkan hal ini. AnggotaMuhammadiyah dulu masih terbiasa menggunakan

kalender Saka, yang diciptakan Sultan Agung pada 1630-

157 J.L. Peacock,Purifying the Faith, h. 29.

Page 121: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 121/227

993. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

an, dalam keseharian mereka.158 Almanak-almanak ini

juga menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak merasaenggan atau bersalah untuk menggunakan pasaran Jawa(lima hari seminggu).159 Muhammadiyah baru mulaimerekomendasikan warganya untuk menggunakankalender Hijriah dalam Kongres ke-26 di Surabaya pada1926.160

Contoh gamblang perilaku Muhammadiyah yang bisadikatakan mengapresiasi budaya Jawa adalah sikapnyaterhadap grebeg . iga grebegbesar secara rutin diadakan diKesultanan Yogyakarta, yaitu Grebeg Mulud (peringatanhari lahir Nabi Muhammad), Grebeg Besar (hari rayakurban), dan Grebeg Pasa (akhir puasa). Ada juga grebeglain yang dilaksanakan secara agak berbeda, yaitu GrebegSultan (peringatan hari lahir Sultan). Di antara grebeg-grebeg ini, Grebeg Mulud atau Maulud dirayakan secarapaling besar-besaran. Dalam grebeg ini, Sekaten selalumenjadi atraksi permanen.161

158M.C. Ricklefs, Te Seen and Unseen Worlds in Java, 1926-1949:

History, Literature and Islam in the Court of Pakubuwana II (Honolulu: Allen & Unwin and University of Hawai’i Press, 1998), h. 37.159Lihat misalnya, Almanak Moehammadijah ke VI , Djokjakarta:

Pengoeroes Besar Moehammadijah Bahagian aman Poestaka, ahoenHijrah 1348/1929-1930 M/1860 ahoen Djawa.

160 andz Hoofdbestuur Moehammadijah: Boeah Congres Moehammadijah XXIII (Mengandung Poetoesan Congres Moehammadijahke 15 Sampai ke 23), edisi kedua (Djogjakarta: Hoofdcomite CongresMoehammadijah, 1938), h. 11.

161Perayaan maulid awalnya bukanlah perayaan Sunni. Perayaanmaulid pertama kali muncul pada masa dinasti Syiah Fathimiyyah diMesir pada abad ke-5 H/11 M. Untuk penjelasan rinci sejarah maulid,lihat N.J.G. Kaptein, Muhammad’s Birthday Festival: Early History in

Page 122: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 122/227

100AHMAD NAJIB BURHANI

Sebagai abdi dalem pamethakan, Ahmad Dahlan

tentu ikut dalam ritual grebeg. Perayaan grebeg sangatmungkin mengandung banyak unsur takhyul. entu sajaboleh jadi Muhammadiyah tidak setuju dengan beberapapraktik yang dilakukan saat grebeg. Dalam kasus ini,bagi sebagian peneliti, apa yang memotivasi perilakupara anggotanya memang masih diperdebatkan. Namun,yang jelas dari hal ini adalah bahwa Ahmad Dahlan tetapsebagai abdi dalem hingga meninggalnya. Bahkan hinggahari ini pun Muhammadiyah tidak mengecam grebeg.162 Muhammadiyah menganggap praktik-praktik grebegsebagai sarana dakwah Islam. Inilah salah satu alasanmengapa Muhammadiyah terus ikut serta dalam ritual-ritual grebeg Kesultanan.163 Sehubungan dengan masalahini, Muhammad Hatta, mantan perdana menteri Indonesiadan anggota Muhammadiyah, menyatakan: gerakanMuhammadiyah tidak akan pernah bisa mewujudkan cita-citanya memurnikan agama jika Muhammadiyah tidakbebas dari akar Kauman Yogyakarta-nya.164

Suatu ketika Ahmad Dahlan menyatakan bahwa para

anggota Muhammadiyah harus menaruh segenap perhatian

the Central Muslim Lands and Development in the Muslim West until the10th/16th Century (Leiden: E.J. Brill, 1993).

162Untuk informasi tentang sikap Muhammadiyah terhadap grebeg,lihat Herman Beck, “Islamic Purity at Odds with Javanese Identity: TeMuhammadiyah and the Celebration of the Garebeg Maulud Ritual in

Yogyakarta” dalam Jan Platvoet dan Karel van der oorn (ed.),Pluralismand Identity: Studies in Ritual Behaviour (Leiden: Brill, 1995), h. 261-83.163A.A. Darban, Sejarah Kauman , h. 107.

164H.L. Beck, “Islamic Purity at Odds with Javanese Identity”, h. 281.

Page 123: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 123/227

1013. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

pada beberapa tradisi Jawa yang tampak menyimpang dari

aturan-aturan Islam. Dia jelas tidak terganggu dan merasabahwa secara perlahan tradisi-tradisi itu akan melemahseiring gerak evolusi dan perubahan sebagai akibat kemajuandalam pendidikan. Pernyataan ini berkaitan dengan prak-tik-praktik yang tampak irasional dari masyarakat desa

Jawa yang dianggap oleh masyarakat kota terpelajar sebagaibagian dari identitas Jawa yang harus dirasionalkan dandimodernkan.

Satu contoh lain penerimaan Muhammadiyah ter-hadap budaya Jawa adalah sikapnya terhadap wayang.Seperti dilaporkan seorang orientalis, R. Kern, kepadaGubernur Jenderal Hindia imur Belanda, dalam kongresMuhammadiyah di Yogyakarta pada 1925, Muhammadiyahmenggelar pertunjukan wayang yang, menurut Kern, isinyasangat sinkretik. Pada masa itu, Muhammadiyah tidakpunya keberatan terhadap produk budaya semacam ini.Penafsiran Qur’an dan loso sinkretik dari sudut pandangkosmologi Jawa yang disuguhkan dalam pertunjukan itudiapresiasi dengan sambutan meriah.165

Bahasa sebagai Wacana Posisi bahasa Arab di dunia Islam dan bagi ibadah umat

Islam menjadi tema diskusi yang sangat penting. Bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an dan hadis, dua sumber

utama ajaran akidah, syariat, dan akhlak Islam. Supremasi

165 J.L. Peacock,Purifying the Faith, h. 40.

Page 124: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 124/227

102AHMAD NAJIB BURHANI

bahasa Arab bagi Muslim mendapat tempat yang nyaris

tak tergoyahkan setelah berkembangnya doktrin teologitentang kemukjizatan al-Qur’an, dan keyakinan tentangkemustahilan meniru bahasa Arab al-Qur’an. Menimbanghal ini, beberapa pemikir Muslim, seperti Rasyid Ridhadan Hasan al-Banna menganggap bahasa Arab sebagai salahsatu “penanda identitas” Muslim.166

Dalam suasana demikian, muncullah perdebatantentang boleh tidaknya menerjemahkan al-Qur’an kebahasa asing (‘ajamî ) dan menggunakan bahasa asing dalamibadah. Ada dua faktor utama yang mendorong perdebatanmengenai penerjemahan al-Qur’an pada awal abad keduapuluh, yaitu: 1) pembentukan komite penerjemahan al-Qur’an ke bahasa urki. Ini berkaitan dengan tumbuhnyasemangat nasionalisme dan keinginan mengubah bahasaliturgi keagamaan, seperti azan, dari Bahasa Arab ke Bahasaurki; 2) Munculnya berbagai terjemahan al-Qur’an dalam

berbagai bahasa dan, secara khusus, adanya kasus penyitaanterjemah al-Qur’an bahasa Inggris karya Muhammad Ali,seorang tokoh Ahmadiyah, oleh pemerintah Mesir. Al-

Jizawi (syekh al-Azhar 1917-1928) mengatakan bahwaterjemah al-Qur’an ke bahasa asing terlarang. Rasyid Ridhamemperkuat pendapat al-Jizawi dengan mengatakan bahwaal-Qur’an tidak boleh diterjemahkan dalam media-mediaSala, termasuk penerbitanal-Manâr dan afsîr al-Manâr .

166Gerard Wiegers, “Language and Identity: Pluralism and the Use ofNon-Arabic Languages in the Muslim West”, dalam Jan Platvoet dan Karelvan der oorn (ed.), Pluralism and Identity , h. 303-4, 323.

Page 125: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 125/227

1033. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Kebijakan ini ditegaskan, menurut Ridha, demi kesatuan

kaum Muslim, secara agama maupun politik.167

Muhammadiyah memilih pandangan yang berbeda.Pandangan Muhammadiyah tampak segaris denganpandangan beberapa cendekiawan Muslim, sepertiMuhammad bin al-Hasan al-Hajawi168 (dari Maroko),bahwa menerjemahkan al-Qur’an ke bahasa-bahasa lainadalah kewajiban kolektif (fardu kifayah).169 Karena itu,Muhammadiyah menerbitkan satu edisi al-Qur’an dalambahasa Melayu dan dua edisi dalam bahasa Jawa (satuberaksara Jawa, dan satu lagi beraksara Latin).170

Selain menerjemahkan al-Qur’an ke bahasa Jawa,Muhammadiyah juga mengambil kebijakan-kebijakan lainuntuk mendukung penggunaan bahasa lokal, terutama Jawadan Melayu, dalam penerbitan. Alih-alih menggunakan

Arab pegon (bahasa lokal dalam aksara Arab) yang umum dikalangan umat Islam kala itu, pada 1915 Muhammadiyahmenerbitkan Soewara Moehammadijah dalam bahasa

Jawa dan Melayu.171 Muhammadiyah juga punya terbit-

167G. Wiegers, “Language and Identity”, h. 317, 320.168 Argumennya didasarkan pada bolehnya menerangkan al-Qur’an

kepada orang awam sebagai cara mendakwahkan Islam. Dia mengutippendapat al-Syathibi, ulama Andalusia abad ke-14, dalam bukunya,al- Muwâfaqât . G. Wiegers, “Language and Identity”, h. 318.169G. Wiegers, “Language and Identity”, h. 303, 318.

170 Verslag “Moehammadijah” 1923, h. 11; G.H. Bousquet, A FrenchView of the Netherlands Indies , terj. Philip E. Lilenthal (London: OxfordUniversity Press, 1940), h. 4.

171Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo, K.H. Ahmad Dahlan (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1999), h. 6; Djarnawi Hadikusuma, Matahari-matahari Muhammadiyah: Dari K.H.A. Dahlan Sampai dengan

Page 126: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 126/227

104AHMAD NAJIB BURHANI

an-terbitan lain beraksara Jawa seperti Pepadanging

Moehammadijah dan Soengoeting Moehammadijah. “Al-Islam Al-Quran”, salah satu karya Dahlan yang masih bisadiakses sekarang, mulanya menggunakan bahasa Jawa.172

Ahmad Dahlan bahkan membolehkan orang meng-gunakan bahasa Jawa dalam salat dan untuk menyampaikankhutbah Jumat.173 Seperti disebut dalam kesaksian orang-orang setempat, Ahmad Dahlan pernah ditanya oleh paramuridnya di Kweekschool Jetis tentang menggunakanbahasa Jawa dalam salat. Menurutnya, orang yang tidakmenguasai bahasa Arab dibolehkan menggunakan bahasadaerahnya dalam salat. Ini adalah kesaksian Profesor SugardaPurbakawatja, salah satu muridnya di Kweekschool Jetis.174 Para khatib di Jawa biasa menyampaikan khutbah dalambahasa Arab. Padahal, sebagian besar jamaah Jum’at tidakmengerti bahasa Arab, sehingga khutbahnya pun tidakdapat dipahami. Karena itu Muhammadiyah menyesuaikan

K.H. Mas Mansur , volume pertama, edisi kedua (Yogyakarta: Persatuan,1978), h. 23.

172Menurut Alwi Shihab, artikel ini ditemukan di perpustakaanMuhammadiyah Surakarta pada 1926. Imam Prakoso Ciptohadiwardoyomenerjemahkan artikel ini dan menerbitkannya diFajar , 11, No. 8 (1960).Lihat Alwi Shihab, “Te Muhammadiyah Movement and its Controversy

with Christian Mission in Indonesia”, disertasi doktoral, Te empleUniversity, 1995, h. 186.

173 andz Hoofdbestuur Moehammadijah: Boeah Congres Moehammadijah XXIII , h. 20.

174Solichin Salam, K.H. Ahmad Dahlan: Reformer Islam Indonesia(Jakarta: Djajamurti, 1963), h. 86.

Page 127: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 127/227

1053. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

cara penyampaian khutbah ini agar lebih tepat sasaran,

yakni dengan menggunakan bahasa lokal.175

Sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa jugaterwujud dalam partisipasinya dalam Jong-Java dankongresnya di Yogyakarta. Perhatian Muhammadiyah ter-hadap bahasa Jawa memberi pengaruh besar terhadapnasionalisme Indonesia. Von der Mehden menyatakan:

Upaya-upaya gerakan reformis tersebut di Jawa untukmelindungi dan memajukan sejarah dan seni Jawa turutmenopang nasionalisme. Upaya perhimpunan ini untukmengembangkan Djawa-dipa, bahasa Jawa rendah yangdigunakan para petani, juga punya nuansa nasionalis. Sepertiterlihat di Irlandia, Wales, India, Finlandia, Catalonia, dan

Uni Afrika Selatan, bahasa bisa menjadi alat yang kuat untukmemisahkan diri dari penindas atau mantan penguasa. Di Jawa kegiatan-kegiatan Muhammadiyah membuat merekaberkembang seperti separatisme serupa.176

175Howard M. Federspiel, “Te Muhammadijah: A Study of anOrthodox Islamic Movement in Indonesia”, dalamIndonesia 10 (October),Cornell Modern Indonesia Project, 1970, h. 66; Harry J. Benda, TeCrescent and the Rising Sun: Indonesian Islam Under the Japanese Occupation1942-1945 (Holland: Foris Publications, 1983), h. 48.

176Fred R. Von Der Mehden, Religion and Nationalism in Southeast Asia: Burma, Indonesia, Te Philippines (Madison: Te University of Wisconsin Press, 1963), h. 198-9.

Page 128: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 128/227

106AHMAD NAJIB BURHANI

Politik Busana

Salah satu cara paling umum untuk mengekspresikanidentitas adalah lewat pakaian. Pakaian yang orang-orangkenakan sering kali tidaklah dipilih semaunya. ak jarangpakaian digunakan sebagai sarana untuk menyampaikanpesan tertentu kepada khalayak. erkadang pakaian jugamembentuk dan mempertahankan batas-batas antara

masyarakat tertentu dan masyarakat lainnya. Pakaian yangdisandang sering berperan sebagai medan pertempuranbagi seorang individu atau kelompok.177 Siapa saya? Darimanakah status atau kelas sosial saya, faksi atau partaisaya, dan aliran saya? Pendeknya, pakaian adalah penandasosial yang paling jelas, bagian simbol sosial penting yang

digunakan untuk menegosiasikan identitas dan batas-batas.178

Pakaian tak hanya menutupi tubuh tapi jugamencerminkan dan mengekspresikan identitas masyarakatdan pandangan hidupnya. Batin sering dicerminkan olehpenampakan lahir. Kadang kita bisa menebak aliasibudaya, politik atau bahkan agama dari seseorang secaratepat dengan melihat atribut luarnya, terutama baju.Cara orang berbusana bisa memberitahukan atau menjadipernyataan kecintaan dan keterkaitan mereka dengan

177Kadang seorang mualaf akan membuang atau bahkan membakarbaju-bajunya yang terkait dengan agama lamanya. Seragam sekolah seringdilempar ke laut setelah lulusan. Sering pakaian digunakan sebagai saranamelanggar hukum.

178Fiona Bowie,Te Anthropology of Religion: An Introduction (Oxford:Blackwell Publishers, 2001), h. 70-81.

Page 129: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 129/227

1073. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

identitas budaya tertentu yang merupakan asal dari

mode berbusana itu.179

Karena itu, cara orang berbusanaadalah rujukan terpercaya untuk menilai aliasi, secarasadar atau tak sadar, kecenderungan, dan cita-cita orang.Dalam konteks ini, salah satu ekspresi orang Jawa adalahdalam cara orang Jawa berbusana. Karena itu, dalamsistemsemantik busana, kita kemudian bisa mengamati salah satucara Muhammadiyah dalam mengapresiasi identitas Jawa.

Pada waktu VOC dan pemerintah kolonial Belandaberkuasa, terutama sebelum 1900, ada beberapa perbedaandalam cara berpakaian antara orang Barat, orang yangsudah berhaji dan Muslim taat, termasuk sebagianpenghulu, dan orang biasa di Hindia imur Belanda.Orang-orang Barat dan mitra mereka mengenakan pakaianBarat yang dilambangkan dengan celana dan dasi. Sebagianpenghulu dan haji menggunakan pakaian Arab (jubah)dan serban. Sementara sebagian orang-biasa mengenakanpakaian Jawa dan sarung.180 Pembedaan semacam ini tidak

179Sjoerd van Koningsveld, “Between Communalism and Secularism:Modern Sunnite Discussions on Male Head-Gear and Coiffure”, dalam

Jan Platvoet dan Karel van der oorn (ed.),Pluralism and Identity , h. 327-34.

180Untuk penjelasan rinci tentang cara berbusana orang Jawa, lihatKees van Dijk, “Sarongs, Jubbahs, and rousers: Appearance as a Meansof Distinction and Discrimination”, dalam Outward Appearances: DressingState and Society in Indonesia , ed. Henk Schulte Nordholt (Leiden: KI LVPress, 1997), h. 39-58. Untuk ulasan rinci perdebatan Muslim tentang cara

berbusana di Indonesia sebelum kemerdekaan, lihat Nico J.G. Kaptein,“European Dress and Muslim Identity in the Netherlands East Indies”,makalah Kongres Internasional tentang Religious Change in PluralisticContexts yang diadakan oleh Leiden Institute for the Study of Religions(LISOR) di Leiden, Belanda, 28-30 Agustus 2003, h. 1-5.

Page 130: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 130/227

108AHMAD NAJIB BURHANI

bisa diterapkan ke para anggota Muhammadiyah. Untuk

menemukan anggota Muhammadiyah yang meniru persisgaya berbusana Arab dalam sehari-sehari mereka ibaratmencari jarum di tumpukan jerami. Mereka lebih sukamengenakan busana tradisional yang, kadang-kadang,dipadukan dengan busana Barat.181

Orientalis terkenal, R. Kern, menulis laporan untukGubernur-Jenderal Hindia Belanda tentang kongresMuhammadiyah di Yogyakarta pada 1925. Ia menceritakanbahwa kongres itu diadakan di sebuah rumah anggotapenting Muhammadiyah, Raden Wedana Djajengprakoso.“ ak ada orang Arab yang hadir … Fahroedin memakaipakaian jalanan gaya Barat, meski dengan penutup kepala

Jawa…”182 Apa yang diungkapkan Kern bertentangandengan apa yang saya inginkan. Kern menyimpulkanbahwa kejawaan absen di kongres itu.183 Alih-alih tak adaidentitas Jawa, dari laporan tersebut, seperti cara berbusanaHaji Fahroedin, terlihat jelas bahwa kejawaan tidakbisa dihilangkan dari Muhammadiyah sepenuhnya. Itudibuktikan oleh cara berpakaian Fahroedin.

181 entang foto-foto para anggota Muhammadiyah pada masa awal,lihat, misalnya, A.A. Darban,Sejarah Kauman, h. 146-65.

182Ketua Muhammadiyah waktu itu adalah K.H. Ibrahim, danFahroedin adalah wakil ketuanya. Namun, Kern menganggap Fahroedinsebagai pemimpin Muhammadiyah sesungguhnya. J.L. Peacock,Purifyingthe Faith, h. 39; J.L. Peacock,Gerakan Muhammadiyah, h. 53-4.

183

“Budaya sinkretik Jawa di sini digantikan dengan budaya SantriMelayu-Indonesia.” Deskripsinya bahwa banyak anak muda tidakmengenakan penutup kepala Jawa, tetapi peci Melayu, adalah buktikesimpulan itu. Peacock, Purifying the Faith, h. 39; Peacock, Gerakan Muhammadiyah, h. 53-4.

Page 131: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 131/227

1093. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Sikap Muhammadiyah yang mendukung kostum

tradisional ditunjukkan dalam kongres-kongresnya.Kongres Muhammadiyah kedelapan belas di Solo pada1929 adalah satu contoh. Dalam buku acara dan agendakongres tersebut, disebutkan bahwa setiap delegasi dimintauntuk menggunakan busana lokal mereka. Instruksi initidak disebut di buku itu sekali, tapi berkali-kali. Dalam“Peringatan bagi Oetoesan”, jelas dinyatakan:

Menjetoedjoei seroean Comite Penerimaan Congres di Solo,kami harap soepaia Oetoesan-oetoesan laki-laki memakaipakaian kebesaran tjara negerinja masing-masing, jang tidakmelanggar Sjara’.

Pengoeroes Besar dan Comite poen akan menjamboet

dengan gembira dan berpakaian kebesaran djoega, tjaraDjogja dan Solo. Jang teroetama dipakai di waktoe MalamPenerimaan dan Hari Tamasj-sja.184

Jelas bahwa praktik ideal anggota Muhammadiyahpada masa awal tidaklah mengenakan gaya busana Arabatau Barat, tetapi mengadopsi pakaian Jawa. Sepertidiperlihatkan dalam logo kongres tersebut, personikasiideal warga Muhammadiyah adalah orang dengan pakaian

Jawa lengkap, dengan aksesoris-aksesoris seperti keris,beskap, blangkon, dan kain batik. Logo tersebut juga

184Programma dan Agenda Congres Moehammadijah ke-XVIII jangerbesar di Solo(Solo: Comite van Ontvangst Congres Moehammadijah,

1929), h. 35. Instruksi ini bisa ditemukan di h. 15.

Page 132: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 132/227

110AHMAD NAJIB BURHANI

menunjukkan bahwa orang Arab dan Barat tidak dianggap

tipe masyarakat ideal.185

Dalam cara berbusana, para pendiri Muhammadiyahpada masa awal menunjukkan ketertarikan pada pilihan dangaya berpakaian ala Jawa. Beberapa anggota Muhammadiyahterkenal sebagai pengusaha batik. Mulai tahun 1910, diKauman beberapa pengusaha batik membentuk kelompokyang populer disebut handel batik.186 Ahmad Dahlansendiri pernah menjadi pedagang batik yang mengadakanperjalanan bisnis ke seluruh Jawa maupun ke luar Jawa.Dalam pakaian yang mereka kenakan, mereka lebih sukagaya pakaian Jawa—dan Barat—bukan gaya Arab. Ini bisadilihat dari penutup kepala dan jas mereka. Dari foto-foto yang masih ada sekarang, kita bisa perhatikan bahwamereka biasanya menggunakan kostum dan aksesoris Jawaseperti blangkon atau kuluk, dan beskap atau atela. Pakaianmereka menuturkan loso dan pilihan budaya mereka.Cara berbusana tokoh-tokoh terkenal Muhammadiyahdulu kontras dengan para tokoh Nahdlatul Ulama, yanglebih menyukai busana Arab.187

185Programma dan Agenda Congres Moehammadijah ke-XVIII jangerbesar di Solo, h. 1, 17, dan 34.

186 A.A. Darban, Sejarah Kauman, h. 89.187Sikap ini mungkin diambil sebagai bagian dari oposisi budaya

terhadap Belanda dan untuk persatuan umat Islam sedunia. NU bahkanmemberi tiga fatwa tentang memakai pakaian Barat: kar (bagi siapa yang

mengenakannya untuk mendakwahkan kekaran), dosa (bagi siapa yangmenggunakannya dengan tidak sadar akan kemurtadan), dan makruh (bagiyang menggunakannya tidak sengaja). Achmad Jainuri,Te Formation of Muhammadiyah’s Ideology (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 1999), h.110 catatan 134. Dia mengutip dari Pengurus Besar “Nahdlatul Ulama”,

Page 133: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 133/227

1113. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Nama sebagai Simbol

Bagaimana nama seseorang dipilih atau diberikanselalu punya arti. Ketika orangtua memberi nama anakmereka, itu tidaklah dilakukan secara suka-suka. Namabisa mengklasikasikan atau membedakan orang. PaulStahl mengatakan, “Nama menghubungkan Anda dengansanak kerabat, nama menempatkan Anda di tengah mereka

yang menganut profesi tertentu, dalam suatu agama, suatukelompok etnis, nama menghimpun Anda dengan parapendahulu dalam keluarga Anda.”188 Dengan demikian,nama pribadi punya hubungan erat dengan identitaspribadi. Dalam konteks ini, tak mengherankan bila orang

Jawa dengan mudah dan segera mengubah nama mereka

dalam kondisi tertentu seperti dalam rites de passage danmomen-momen tragis. Berubah kedudukan sosial, masukagama baru, dan punya status baru adalah beberapa kejadianyang memberi orang Jawa kesempatan untuk menyandangnama baru.

Dengan memperhatikan nama-nama, kita bisa mulaimencoba mengidentikasi apakah seseorang tergabungdalam kelompok tertentu, dan kemudian mengelompokkan

Kumpulan Masalah-masalah Diniyah dalam Muktamar N.U. ke-1 s/d ke-7 (Djakarta: El-Hamidiyah, 1960), h. 25-6. Lihat pula Kaptein, “EuropeanDress and Muslim Identity in the Netherlands East Indies”, h. 17. Diamengutip dari K.H. A. Aziz Masyhuri (ed.), Masalah Keagamaan: Hasil Muktamar dan Munas Ulama Nahdlatul Ulama, Kesatu-1926 s/d kedua puluh sembilan 1994 (Surabaya: PP RMI, 1997), h. 25.

188Paul H. Stahl, “Classication of Names and Identities” dalam PaulH. Stahl, Name and Social Structure: Examples from Southeast Europe , terj.Carvel de Bussy (Boulder: East European Monographs, 1998), h. 193.

Page 134: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 134/227

112AHMAD NAJIB BURHANI

orang. Di Jawa, kita bisa dengan sangat percaya diri

mengidentikasi bahwa orang-orang dengan nama sepertiPaijo, Slamet, Bejo, dan Untung hampir pasti berasal darikeluarga petani. Orang-orang dengan nama-nama akhirseperti Kusuma, Jati, dan Ningrat hampir pasti berasal darikalangan bangsawan. Mereka yang punya nama Ngusman,Ngali, Ngumar, Ngaisah, Ngatijah, Pertimah, Kasan, danKusen kemungkinan besar dari keluarga santri. Misalnya,nama seperti Mas Atmosudigdo, ayahanda Profesor M.Rasjidi (tokoh terkenal di Muhammadiyah dan mantanMenteri Agama), membuat kita bisa mengidentikasi darikelompok mana dia berasal.189

Peristiwa penting, seperti haji, juga mendorong orang Jawa mengubah namanya. Djojotaruno, mertua dari ketuakedua Muhammadiyah, Haji Ibrahim, menggunakannama baru, Haji Abdurrahman, setelah berhaji.190 Haji M.Misbach, Muslim Marxis dan tokoh terkenal perjuangankemerdekaan, punya nama muda Darmodiprono.191 Pangeran Diponegoro, tokoh sentral dalam Perang Jawa1825-1830, punya nama santri Abdul Kamid. Orang-

orang yang sudah punya nama santri pun berganti nama.Muhammad Darwisj berganti nama Ahmad Dahlan setelahberhaji.

189Menurut Rasjidi, ayahnya adalah orang abangan. M. Nakamura,Te Crescent Arises over the Banyan ree , h. 82.

190 Alan, Muhammadiyah, h. 199.191Nor Hiqmah, H.M. Misbach: Sosok dan Kontroversi Pemikirannya

(Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000), h. 1.

Page 135: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 135/227

Muhammadiyah Masa Awal

Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 1921

(dok. Muhammadiyah)

Kongres Muhammadiyah pada 1928 (dok. A.Adabi Darban)

Page 136: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 136/227

Bagian Tabligh (dok. A.A. Daban)

Pani a pendirian pusat Muhammadiyahpada 1929 (dok. A.A. Darban)

Page 137: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 137/227

Kongres Muhammadiyah pada 1931(dok. A.A. Darban)

Para anggota Muhammadiyah di Suronatanpada 1928 (dok. A.A. Darban)

Page 138: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 138/227

Logo Kongres Muhammadiyah ke-18pada 1929

Page 139: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 139/227

Page 140: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 140/227

118AHMAD NAJIB BURHANI

anggaran dasar awal mereka, adalah membangkitkan seni

dan tradisi Jawa asli.192

Di antara anggota Muhammadiyah, tampaknya tidakada pendapat yang sama tentang motif yang mendorong

Ahmad Dahlan dan beberapa anggota Muhammadiyahturut serta dalam Boedi Oetomo. Saya telah membicarakanmasalah ini di bab sebelumnya. Kini tujuan saya adalahmenganalisis hubungan harmonis antara Muhammadiyahdan Boedi Oetomo dalam bingkai apresiasi gerakankeagamaan ini terhadap budaya Jawa. Hubungan baik tidakpernah terjalin di antara dua atau lebih orang atau kelompoktanpa prinsip menghormati. Ini adalah prinsip dasar dalamhubungan antara Ahmad Dahlan (juga Muhammadiyah)dan Boedi Oetomo. Ahmad Dahlan dipercaya sebagai salahsatu pemimpin Boedi Oetomo di Yogyakarta.

Selain itu, Muhammadiyah dan Boedi Oetomo sama-sama punya beberapa kesamaan dalam visi dan misi mereka.Boedi Oetomo tertarik mendidik masyarakat Jawa danini selaras dengan tujuan Muhammadiyah membebaskanmasyarakat Jawa dari takhyul. Dua gerakan ini juga sama-

sama bermaksud melindungi identitas Jawa dari apa yangtampak sebagai serangan oleh budaya Barat. Singkatnya,kesamaan budaya antara dua organisasi ini adalah kuncikecocokan mereka. Persekutuan Muhammadiyah dengansebuah gerakan budaya Jawa, dan keikutsertaan beberapaanggotanya dalam gerakan itu, menjadi indikasi kuat

192 A. Nagazumi,Te Dawn of Indonesian Nationalism, h. 50-92, 165.

Page 141: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 141/227

1193. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

tentang apresiasi dan dukungan gerakan Islam modern ini

terhadap identitas Jawa.Selain menjadi anggota Boedi Oetomo, Ahmad Dahlan(dan Muhammadiyah) juga mempertahankan hubunganyang harmonis dengan “perkumpulan budaya” Jawa lainnyadalam arti luas, yakni Kesultanan Yogyakarta. Posisinya(dan beberapa tokoh terkenal Muhammadiyah) di keratonsebagaiabdi dalem juga menjadi klu penolakannya untukmenentang atau berhadap-hadapan dengan budaya danidentitas Jawa. Kesetiaannya kepada Sultan tak pernahgoyah sampai meninggalnya pada 1923. Salah satu tokohpenting Muhammadiyah, Raden Mas Prawirowiworo,adalah anggota kepangeranan Kesultanan Yogyakarta.

Respons terhadap Budaya-Dalam Jawa Saya telah ungkap di bab sebelumnya bahwa metode

Muhammadiyah menyangkut urusan agama adalahrasionalisasi dan modernisasi. Metode-metode ini, dipadudengan demistikasi dan demitologisasi, adalah dua istilah

penting dalam respons Muhammadiyah terhadap budaya-dalam Jawa.193 Metode-metode ini sebenarnya tidak hanya

193Kuntowijoyo mengklasikasikan aksi-aksi Muhammadiyah padatahap-tahap awal ke dalam lima kategori: ijtihad, tajdid, rasionalisasi,demistikasi, dan etos kerja. Lihat Kuntowijoyo, “Pengantar” untuk edisibahasa Indonesia dari disertasi Alwi Shihab, Membendung Arus: Responss

Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia (Bandung: Mizan, 1998), h. xiii-xxi. Dalam istilah Geertz, pesan Islam,atau dalam konteks ini pesan Muhammadiyah, adalah “rasionalisasi dansimplikasi”. Clifford Geertz,Te Religion of Java (Chicago: University ofChicago Press, 1976), h. 121.

Page 142: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 142/227

120AHMAD NAJIB BURHANI

dimiliki oleh Muhammadiyah. Raden Ajeng Kartini,

srikandi Jawa, dan Boedi Oetomo mendukung metode-metode serupa untuk mereformasi budaya Jawa.Seperti terungkap dalam surat Kartini kepada teman

Belandanya, Stella Zeehandelaar, pada 25 Mei 1899, iamemberontak adat istiadat tradisional Jawa. Ia menuntutperubahan dalam budaya Jawa. Salah satu pernyataannyaadalah: Jika hukum negeri saya mengizinkan, tidak adasesuatu yang ingin aku lakukan selain mengabdikan dirisaya untuk pekerjaan dan perjuangan menjadi wanitabaru di Eropa, tapi tradisi kuno yang tidak bisa dilanggarmemaksa kami tercengkeram dalam tangan-tangannyayang tak mau lepas.194 Meskipun perjuangannya melawankekangan budaya Jawa lemah, Kartini percaya bahwabudaya yang mengucilkannya jauh dari aktivitas modernini akan diperbarui. Ia mengatakan: Suatu hari tangan-tangan itu akan melemah dan membiarkan kita lepas, tapi

waktu itu masih jauh dari kita, sangat jauh. Waktu itu akandatang, setahu saya; mungkin tiga atau empat generasisetelah kita.195

“Progress for the Indies” Boedi Oetomo menyebutkanbahwa salah satu tugas organisasi ini adalah menghilangkanadat hormat yang memberatkan dalam feodalisme

194Raden Adjeng Kartini, Letters of a Javanese Princess , terjemahdari bahasa Belanda oleh Agnes Louise Symmers dan diedit dan diberipengantar oleh Hildred Geertz (New York: W.W. Norton, 1964), h. 31.Kutipan di atas diterjemahkan dari edisi bahasa Inggris ini.195R.A. Kartini, Letters of a Javanese Princess , h. 31. Ku-tipan di atas diterjemahkan dari edisi bahasa Inggris ini.

Page 143: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 143/227

1213. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Jawa, seperti dalam gaya berpidato dan sikap antara

orang yang punya tingkatan rendah dan tinggi.196

jiptoMangoenkoesoemo, salah satu tokoh paling pentingBoedi Oetomo, mencoba melemahkan hirarki tradisional

Jawa, dan lebih menyukai gaya Barat yang lebih santai. Iayakin etiket Jawa, yang secara kaku mendikte hubunganantara orang dari tingkat berbeda, harus direformasidemi membebaskan orang Jawa dari keterbelakangan danmencapai kejayaan Indonesia.197 Salah satu cara mencapaitarget ini adalah dengan mengadopsi busana Barat, sebagaibagian dari Westernisasi. Ini menjadi “sebuah cara untukmenantang dan keluar dari gaya-gaya tradisional, yangdicirikan oleh aturan perilaku yang kaku.”198

Di sini saya akan menyebut beberapa contoh bagai-mana Muhammadiyah mencoba merasionalisasi danmemodernisasi budaya Jawa. Bagi orang Jawa, kesem-purnaan terjadi hanya di masa lalu. Karena itu, mereka selalumencoba mengembalikan apa yang mereka anggap sebagaimasa lalu mereka. Hari ini umumnya dianggap sebagaizaman kalabendu (masa malapetaka, ketidakberuntungan,

196“Progress for the Indies” ini dimuat dalamde Locomotief , Vol. 57,No. 172, 24 Juli, 1908. Lihat “Appendix I” dalam Akira Nagazumi,TeDawn of Indonesian Nationalism, h. 158.

197 A. Nagazumi,Te Dawn of Indonesian Nationalism, h. 46; Kees vanDijk, “Te Indonesian Archipelago from 1913 to 2013: Celebrations andDress Codes Between International, Local, and Islamic Culture”, dalamIslam in the Era of Globalization: Muslim Attitudes towards Modernity andIdentity , ed. Johan Meuleman (Jakarta: INIS, 2001), h. 62.

198K. van Dijk, “Te Indonesian Archipelago from 1913 to 2013”,h. 59.

Page 144: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 144/227

122AHMAD NAJIB BURHANI

kesulitan, dan bencana). Sejarah adalahcakra manggilingan

(roda yang terus berputar, gerak kembali yang abadi).ragedi masa kini adalah titik tolak bagi rahmat di masadepan. Sebagian orang Jawa, di zaman dulu atau zamansekarang, misalnya, terus memimpikan bangkitnya kembalizaman kerajaan besar semi-mitologis masa lalu, sepertiMajapahit, di Indonesia.199

Muhammadiyah, terutama pendirinya, tidak setuju danterus mengkritik loso semacam ini. Dia selalu menegaskanbahwa sejarah tidaklah kembali ke masa lalu, tapi selaludalam proses evolusi. Karena itu, orang harus menyiapkandan merancang sejarah masa depan mereka sendiri.Memimpikan masa lalu harus diganti dengan memimpikanmasa depan. Dia mengatakan, kita tidak seharusnya menolakevolusi alam; evolusi ini terus bergerak menuju kemajuan,dan kemajuan ini dimaksudkan untuk membuat dunia inisejahtera.200 Pernyataan-pernyataan Ahmad Dahlan tentangbagaimana dia berpikir progresif tentang masa depan jugadiungkapkan dalam pengamatannya tentang nasib Islam diIndonesia. Dia mengatakan, “ idak mungkin Islam lenyap

dari seluruh dunia, tapi tidak mustahil Islam hapus daribumi Indonesia, siapakah yang bertanggung jawab?”201 Karena itu, untuk menghindari malapetaka menimpa Islam

199 entang loso Jawa semacam ini, lihat Geertz,Te Religion of Java ,h. 88-9; Mark R. Woodward, Islam in Java: Normative Piety and Mysticismin the Sultanate of Yogyakarta (Arizona: Te University of Arizona Press,1989), h. 31-6; Kuntowijoyo, “Introduction”, h. xviii.

200Hamka, Moehammadijah Melaloei iga Zaman, h. 107.201 A.M. Ali, “Te Muhammadiyah Movement”, h. 33; Hamka,

Moehammadijah Melaloei iga Zaman, h. 22.

Page 145: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 145/227

Page 146: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 146/227

124AHMAD NAJIB BURHANI

Proyek rasionalisasi dan modernisasi budaya Jawa yang

dilakukan Muhammadiyah juga bisa dilihat dalam upaya-upaya untuk menggantikan kepercayaan Jawa kepada roh-roh dengan tauhid, dan simbolisme Jawa yang kaya denganritual yang disederhanakan. Selain itu, Muhammadiyahmengubah mistisisme Jawa menjadi aktivisme. Merujukkepercayaan terhadap roh-roh, Ahmad Dahlan pernahmengatakan bahwa untuk meraih keberuntungan danhidup sukses, orang tidak perlu pergi ke tempat-tempatkeramat atau meminta para arwah. Keberhasilan dalamhidup hanya dapat dicapai dengan berdoa kepada uhandan bekerja.204 Bagi kebanyakan orang Jawa pada masaDahlan, bangsa alus , memedi , gendruwo, lelembut , setan,

jim, tuyul , demit , dayang , memberi jawaban siap saji bagimisteri kehidupan dan pengalaman yang penuh teka-teki.Dari kepercayaan semacam ini, mereka menggelarslametan dan mempersembahkan sajen di tempat-tempat keramat.Konsep keramat terkenal pada waktu itu. Batu dan pohonbesar, senjata pusaka, makam, dipercaya punya semacamkekeramatan.205 Dengan begitu, orang-orang harus meng-

gelar slametan atau memberi sajen ke tempat-tempat itu.Muhammadiyah mengubah kepercayaan semacam inidengan keyakinan terhadap uhan Yang Esa.

204Lihat Kuntowijoyo, “Introduction”, h. xvii. Ia mengutip dariSuwara Muhammadijah, I (1915), No. 2; Hamka, Moehammadijah Melaloei iga Zaman, h. 105.

205Untuk penjelasan mengenai upaya Muhammadiyah membasmikepercayaan semacam ini bisa dilihat di H.M. Federspiel, “TeMuhammadiyah”, h. 70. Lihat pula K.H.M. Mansoer, Risalah auhid danSjirik (Surabaya: Peneleh, 1970), h. 29.

Page 147: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 147/227

1253. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

Orang Jawa sangat terikat dengan simbolisme kaya

mereka. Dalam konteks sistem simbol keagamaan, Muham-madiyah mencoba untuk menyederhanakan. Konsep perwira (kemewahan) dalam ritual pernikahan Jawa cobadiganti dengan konsep samadya (kesederhanaan).206 UpayaMuhammadiyah ini dipelopori oleh Kanjeng PenguluMuhammad Kamaluddiningrat. Ketika menikahkan putri-nya, Umniyah, ia hanya menggunakan 50 persen dari uangpesta yang dipersiapkan. Sisa uangnya disumbangkan keMuhammadiyah.207 Upaya Muhammadiyah untuk me-lancarkan pembaruan sosial bisa dilihat sebagai kritikterhadap beberapa model mistisisme Jawa yang dicirikanpemuasan diri yang tak beralasan. Mistisisme ini banyakmenyebar di kalangan priyayi di era Dahlan. Muham-madiyah mendorong pembaruan sosial sebagai konsekuensidari kesalehan individual. Muhammadiyah memandangtanggung jawab sosial sebagai indikator iman, manifestasisalat, dan inti amal saleh.208 Atas dasar ajaran-ajaran ini,Muhammadiyah melarang anggotanya menjalani asketismeindividual, dan mengharuskan mereka melakukan reformasi

sosial.

206Kuntowijoyo, Muslim anpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya,dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme ransendental (Bandung: Mizan,2001), h. 221.

207 A.A. Darban, Sejarah Kauman, h. 42, 94.208Untuk penjelasan rinci tentang doktrin ini, lihat Jainuri, Te

Formation of the Muhammadiyah’s Ideology , terutama bab III. Lihat jugaK.R.H. Hadjid, Ajaran K.H.A. Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-ayat Al-Qur’an (Yogyakarta: Al-Hikmah, 1977).

Page 148: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 148/227

126AHMAD NAJIB BURHANI

Kesimpulan

erdapat tiga kelompok utama dalam Muhammadiyahpada tahap-tahap awal, yaitu: 1) priyayi-santri Kauman dan2) priyayi non-santri, baik yang tradisional ataupun yang

jebolan pendidikan Barat. Priyayi tradisional umumnyabekerja sebagai abdi dalem keraton, terutama keraton

Yogyakarta. Sedangkan banyak priyayi tamatan pendidikan

Barat bekerja sebagai pamong praja (birokrat) dan guru disekolah-sekolah pemerintah. Kelompok utama ketiga dalamMuhammadiyah adalah para pedagang atau pengusaha.

Dominasi abdi dalem dan priyayi, khususnya diKesultanan Yogyakarta, berarti bahwa Muhammadiyahmengadopsi suatu sikap menarik terhadap identitas budaya

Jawa. Muhammadiyah tidak bisa mengenyahkan unsur-unsur Jawa, terutama unsur-unsur budaya permukaan, daritubuhnya secara menyeluruh. Sikap Muhammadiyah untukturut mempertahankan beberapa praktik keagamaan dalamkeraton seperti perayaan grebeg adalah contoh apresiasinyaterhadap budaya Jawa. Pilihan Muhammadiyah untukmenggunakan bahasa Jawa dan gaya busana Jawa bisadijadikan bukti adanya citarasa Jawa yang menjalar diMuhammadiyah. Selain itu, nama-nama Jawa yang diguna-kan oleh banyak anggota Muhammadiyah, dan keikut-sertaan mereka dalam gerakan-gerakan seperti BoediOetomo menjadi saksi bahwa Muhammadiyah adalahcontoh sebuah gerakan Muslim Jawa.

Namun, Muhammadiyah tidak mengambil unsur-unsurdan kandungan budaya Jawa begitu saja. Muhammadiyahberupaya melemahkan sebagian unsur kuno budaya Jawa

Page 149: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 149/227

1273. Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

dan merasionalkan dan memodernkan sebagian unsur

lainnya. Sikap memimpikan masa lalu, yang banyak dimilikimasyarakat Jawa, digantikan dengan ide kemajuan, danmistisisme digantikan dengan aktivisme. Muhammadiyah

juga berupaya menyederhanakan simbolisme berlebihandalam masyarakat Jawa, dan mengganti ketergantunganorang Jawa pada roh-roh dengan tauhid. Unsur-unsurbudaya Jawa yang dirasionalkan dan dimodernkan olehMuhammadiyah umumnya terkait dengan unsur-unsurbudaya dalam.

Akhirnya, kita bisa menyimpulkan bahwa budaya-permukaan Jawa sangat diapresiasi oleh Muhammadiyahpada masa Dahlan, sedangkan budaya-dalam Jawa sebagianbesarnya dimodernkan dan dirasionalkan. Kita juga bisamengatakan bahwa bagi Muhammadiyah, Islam secarakultural dijawakan, dan Jawa secara substansi diislamkan(dirasionalkan dan dimodernkan); Jawa sebagai sistemideologi atau isme ditolak, tapi Jawa sebagai budayaditerima.[]

Page 150: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 150/227

Page 151: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 151/227

129

4

Pergeseran SikapMuhammadiyah terhadap

Budaya Jawa

B ab ini berupaya menggambarkan beberapa faktorpenting yang tampak membawa perubahan sikapMuhammadiyah terhadap identitas Jawa. Sebelum

menerangkan alasan-alasan utama pergeseran sikap itu,bab ini akan sekilas menggambarkan beberapa contoh

perbedaan sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawasebelum 1930-an dan setelah 1930-an.Pada masa-masa awal, Muhammadiyah mewujudkan

kejawaan dalam banyak cara, dan menjadi potret, ataunyaris identik dengan, sebuah gerakan priyayi Jawa.Muhammadiyah punya keterkaitan kultural yang takterpisahkan dengan peradaban Jawa. Mengikuti prosesevolusi sejarah, unsur-unsur budaya Jawa di Muhammadiyahsecara perlahan melemah. Pergeseran sikap Muhammadiyah,

Page 152: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 152/227

130AHMAD NAJIB BURHANI

dari sangat mengapresiasi ke sikap ambigu, atau bahkan

paling buruknya menolak dan menentang, tidaklah terjaditiba-tiba. Pergeseran itu adalah hasil kontak intelektualdan ideologis internal yang panjang di antara beragamanggota Muhammadiyah dan juga dibentuk oleh beberapapengaruh dari luar. ampaknya sikap baru ini muncul danmenyebar hampir dalam tujuh puluh tahun, atau dari 1927hingga 1995.

Akar Pergeseran Sikap Awalnya Muhammadiyah tidak punya doktrin yang

ketat, atau memaksakan sistematisasi teologis kepada paraanggotanya. Pada tahap-tahap awal, Muhammadiyah lebih

memerhatikan kesejahteraan sosial dan kegiatan pendidikanketimbang keyakinan dan perilaku beragama sepertimasalah-masalah akidah dan syariah. Pendirian Majlis

arjih pada 1927 dan kongres Muhammadiyah kesembilanbelas di Bukittinggi pada 1930 adalah dua peristiwa yangtampaknya menjadi faktor internal yang menyebabkan

pergeseran sikap Muhammadiyah, termasuk sikap terhadapidentitas Jawa. Sedangkan pendirian Nahdlatul Ulama(NU) pada 1926, kemenangan Wahabi menguasai Mekahdan Madinah pada 1924, dan nasionalisme Indonesiayang ditandai Sumpah Pemuda pada 1928 adalah tigafaktor eksternal yang secara tidak langsung mendorong

perubahan sikap-sikap Muhammadiyah. Di sini saya lebihmenaruh perhatian pada masalah-masalah internal dalamMuhammadiyah ketimbang pengaruh-pengaruh luar itu.

Page 153: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 153/227

1314. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

Pengaruh Para Anggota dari Minangkabau

Awal masuknya Muhammadiyah ke Minangkabau bisaditelusuri jejaknya pada upaya-upaya Haji Abdul Karim

Amrullah alias Haji Rasul (lahir di Manindjau pada 1879dan meninggal di Jakarta, 2 Juni 1945), ayahanda dari BuyaHamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Haji Rasul,bersama Haji Abdullah Ahmad dan Syekh Djambek, adalah

para pendiri Muhammadiyah di kawasan ini. Awalnya,Haji Rasul membawa Muhammadiyah ke Minangkabaudari Jawa pada 1925 sebagai salah satu kendaraan untukmenghantam orang-orang komunis yang telah mengusirnyadari Sumatera Tawalib, Padang Panjang, dan menyerangnyasecara pribadi. Muhammadiyah tumbuh pesat di seluruh

Minangkabau setelah PKI mendapat tekanan akibatpemberontakan tak berhasilnya pada 1926.209

Karakteristik Muhammadiyah di Minangkabau, secarapolitik dan budaya, sungguh berbeda dari Muhammadiyahdi Jawa. Muhammadiyah di Minangkabau lebih terlibatsecara langsung dalam politik ketimbang Muhammadiyah

Jawa. Alan telah mengungkap fenomena ini dalamdisertasinya, Muhammadiyah: Te Political Behavior of a

Muslim Modernist Organization under Dutch Colonialism.Di sini saya akan secara ringkas menunjukkan kecen-

derungan (dan diferensiasi) kultural dan relijius dariMuhammadiyah di Minangkabau dan Jawa. Ulasan

209 Alan, Muhammadiyah: Te Political Behavior of a Muslim Modernist Organization Under Dutch Colonialism (Yogyakarta: GadjahMada University Press, 1989), h. 240-6.

Page 154: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 154/227

132AHMAD NAJIB BURHANI

fenomena ini dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk

memberi gambaran yang jelas tentang bagaimana pergeseransikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa muncul.Karakteristik kultural dan relijius Muhammadiyah di

Minangkabau sangat banyak diilhami dan dibentuk olehHaji Rasul sebagai pendiri. “Lebih dari siapa pun yang lain,Hadji Rasul tampak punya cengkeraman kuat terhadapgerakan di sana, dan karenanya tidaklah berlebihan untukmenyatakan Haji Rasul sedikit banyak sinonim denganMuhammadiyah Minangkabau,” tulis Alan.210 Perannyadalam mendirikan dan menyebarkan Muhammadiyah di

wilayah ini tidak tertandingi oleh anggota Muhammadiyahmana pun. Karena itu, dalam urusan agama, Haji Rasuladalah potret sempurna Muhammadiyah Minangkabau.

Haji Rasul dikenal sebagai ulama puritan revivalissejati.211 Dakwahnya seluruhnya dimaksudkan untukmembangkitkan kehidupan keagamaan kaum Muslim diMinangkabau, dan mengajak mereka kembali ke ajaranortodoks Islam dan memurnikan unsur-unsur tak islamidari praktik masyarakat Muslim. “Caranya keras, tanpa

ampun dan tak henti-henti. ablighnya diwarnai kritikdan serangan terhadap semua praktik yang ia tidak setujui;bahkan masalah-masalah kecil pun tak terlewatkan,” tulis

210 Alan, Muhammadiyah, h. 258.211

Alan, Muhammadiyah, h. 258-9. Ia mengutip dari Ph. S. vanRonkel, De Godsdienstige Vershijnselen ter Sumatra’s Westkust (Te Hague:van Hoeve, 1960), h. 17-20, dan Hamka, Ajahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abd. Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatra (Jakarta: Widjaja, 1958), h. 117.

Page 155: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 155/227

1334. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

Deliar Noer.212 Ia memerangi setiap hal ganjil yang ada

dalam masyarakatnya yang, dalam pandangannya, tidaksesuai dengan al-Qur’an dan sunnah.Haji Rasul, misalnya, secara agresif mengkritik sistem

warisan yang umum dipakai di Minangkabau yangmemberi hak waris kepadakemanakan (keponakan, laki-laki ataupun perempuan). Dalam pernyataannya, “merekayang menghukumi tidak dengan hukum yang berasal dari

Allah adalah orang-orang yang menyimpang dari agama,penindas, munak …”213 Dia memaksa para muslimahmenggunakan kerudung dan melarang mereka mengenakankebaya. Dia bahkan menolak adat menggelar kenduriketika ayahnya meninggal pada 1907, sementara AhmadDahlan membiarkan orang-orang menggelar tahlilan tujuhhari ketika ayahnya meninggal, meski itu terjadi pada masalebih awal (1896).214 Karenanya, paradigma keagamaannyamenempatkannya dalam posisi yang sangat berseberangandengan ulama tradisional, Kaum Kolot atau Kaum Kuno

212Deliar Noer, Te Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942 (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1973), h. 37.

213 Alan, Muhammadiyah, h. 261. Ia mengutip dari Mailrapport1453xx/27 : “Moehammadijah-beweging op Sumatra’s Weskust”,berdasar sebuah laporan yang dipersiapkan supervisor administratif lokal(Controleur) van Dam, tertanggal Maninjau, 14 November 1925.

214 James L. Peacock, “Dahlan and Rasul: Indonesian MuslimReformers”, dalam A.L. Becker dan Aran A. Yengoyan (ed.),Te

Imagination of Reality: Essays in Southeast Asian Coherence Systems (Norwood, New Jersey: Ablex Publishing Corporation, 1979), h. 259;D. Noer, Te Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942 , h.37 catatan 20; H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya (Yogyakarta:Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pustaka, 1989), h. 6.

Page 156: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 156/227

134AHMAD NAJIB BURHANI

atau Kaum ua, dan mereka yang biasa disebut Kaum

Adat, orang-orang yang ingin melestarikan adat dan tradisilokal.215

Pada Kongres kesembilan belas Muhammadiyah diBukittinggi pada 1930, Haji Rasul adalah orang yangsecara tegas menolak dan menganggap haram salah saturencana pimpinan pusat Muhammadiyah di Yogyakarta.Pimpinan pusat telah menjadwalkan sebuah sesi pertemuanbersama antara para anggota laki-laki dan perempuan, yangdipisahkan dengan tirai, di mana Siti Haijinah, pemimpin

Aisyiah, akan menyampaikan pidato. Debat sengit terjadiantara para anggota dari Yogyakarta dan para anggota dariMinangkabau. Akhirnya, pendapat Haji Rasul dihargaidan rencana itu diubah.216 Kejadian ini memberi gambaranyang jelas tentang sikap Haji Rasul.

Paradigma keagamaan Haji Rasul yang lebih melihatke dalam, tampak telah berhasil memengaruhi danmembentuk paradigma keagamaan sejumlah tokoh ter-kemuka Muhammadiyah di seluruh Indonesia. A.R. SutanMansur (pemimpin Muhammadiyah Pekalongan waktu itu

dan ketua pimpinan pusat Muhammadiyah 1953-1959)adalah menantunya, suami dari putrinya, Fatimah. A.R.Sutan Mansur pernah menjadi utusan Muhammadiyah di

Aceh dan Kalimantan. Pada masa A.R. Sutan Mansurlahpembukaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah angga

215 Alan, Muhammadiyah, h. 241, 258-9.216 Alan, Muhammadiyah, h. 263-4; J.L. Peacock, “Dahlan and

Rasul”, h. 261.

Page 157: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 157/227

1354. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

Muhammadiyah, dan afsir Anggaran Dasar Muham-

madiyah dimodikasi.217

Di Surabaya, Muhammadiyah diperkenalkan di antara-nya oleh Pakih Hasjim, ulama-pedagang dari Minang-kabau dan mantan murid Haji Rasul. Dakwahnya, sepertigurunya, sering berbenturan dengan pemikiran tradisional.

okoh sezamannya, Mas Mansur (ulama asal Surabayadan ketua Muhammadiyah 1937-1943) menemukanbasis subur Muhammadiyah di Jawa imur.218 Hamka,yang seorang penulis prolik, adalah putra Haji Rasul.Kontribusi Hamka terhadap pembentukan karakter ke-agamaan Muhammadiyah, tentu, tak perlu diragukan ataudipertanyakan lagi.

Revivalisme dan puritanisme radikal Haji Rasul jelasmembedakannya dari Ahmad Dahlan, sang pendiri Muham-madiyah. Dahlan mencoba menafsirkan ajaran-ajaran Islamdalam konteks modern. Sebagian besar kegiatannya adalahperwujudan dan kontekstualisasi ayat-ayat al-Qur’anatau hadis Nabi. Ia mencoba menangkap makna doktrin-doktrin agama, dan menerapkannya dalam reformasi

sosial. Dahlan juga terkenal dengan toleransi, keterbukaan,dan pluralitas.219 Sedangkan Haji Rasul lebih perhatianterhadap ritual dan kegiatan keagamaan Muslim, dan

217Sebelumnya, anggaran dasar Muhammadiyah disebutStatuten danQa’idah Moehammadijah.

218D. Noer, Te Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942 , h. 77, 226.

219 entang pembahasan menarik tentang topic ini, lihat Achmad Jainuri, Te Formation of the Muhammadiyah’s Ideology (Surabaya: IAINSunan Ampel Press, 1999), terutama h. 69-169.

Page 158: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 158/227

136AHMAD NAJIB BURHANI

bukannya, kata Howard Federspiel, “terhadap akomodasi

Islam dengan pendidikan Barat, seperti halnya di Jawa.”220

Ia mengambil salah satu dari dua sisi modernisme Islam,yaitu mengembalikan dan membangkitkan ajaran-ajaranortodoks, dan mengabaikan sisi lainnya, yaitu menafsirkanajaran-ajaran itu dalam makna modern. Karenanya,terlihat logis bila dikatakan bahwa Haji Rasul-lah tokohdan inovator sesungguhnya dari karakter revivalis puritanMuhammadiyah di Minangkabau dan di tempat-tempatlain di Indonesia.221

Alan menegaskan bahwa Haji Rasul adalah “tokohintelektual sesungguhnya dari puritanisme dan revivalis-me di Minangkabau.”222 Lebih dari itu, pengaruh para-digma keagamaannya sangat mungkin tidak terbatas diMinangkabau, tetapi juga di seluruh nusantara. Karena-nya, bisa jadi benar untuk mengklaim bahwa Haji Rasuladalah tokoh intelektual dari revivalisme puritan diMuhammadiyah. Banyak tokoh Muhammadiyah masakini yang mencontoh uanku Syech Nan Mudo (gelar HajiRasul setelah haji). Pergeseran perhatian Muhammadiyah

dari agenda sosial dan pendidikan ke perilaku beragamasebagiannya adalah hasil dari pengaruh kuat paradigmakeagamaan Haji Rasul yang menyusup dan menyebar

220Howard M. Federspiel, “Te Muhammadijah: A Study of anOrthodox Islamic Movement in Indonesia”, dalamIndonesia 10 (Oktober),Cornell Modern Indonesia Project, 1970, h. 58.

221 Alan, Muhammadiyah, h. 260.222 Alan, Muhammadiyah, h. 260.

Page 159: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 159/227

1374. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

ke seluruh tubuh Muhammadiyah. H.M. Federspiel

menyatakan:“… upaya mengenyahkan bid’ah dan khurafat diberiperhatian lebih, tampaknya karena minat pimpinan barudan ekspansi gerakan ini ke Sumatra di mana modernisMuslim telah membahas masalah ini. Selain itu, pada saatinilah masalah-masalah nyata menyangkut bid’ah, yaitu

perubahan dalam ritual-yang-dibenarkan, menjadi terkenaldi Jawa.”223

Pembentukan Majlis arjih dan ParadigmaBerorientasi Syariat

Pendirian Majlis arjih secara formal diresmikan padaKongres Muhammadiyah ketujuh di Yogyakarta pada1928. Majelis ini diketuai Kyai Haji Mas Mansur, ulamadari kawasan pantai utara Jawa, Surabaya.224 Gagasanmendirikan majelis ini muncul dan diputuskan padaKongres Muhammadiyah keenam belas di Pekalongan pada1927. Mulanya, motif di balik pendirian majelis ini adalahuntuk menangani masalah-masalah khilaah. Majelis inibertanggung jawab memutuskan dan memastikan amalan-

223H.M. Federspiel, “Te Muhammadijah”, h. 65.224Karakteristik kuat Islam di kawasan pantai utara Jawa ( pasisir )

adalah puritan. Karakteristik ini umum dibedakan dari karakteristik Islamdi pedalaman yang dicirikan budaya sinkretistis. entang pembedaanantropologis antara budaya pesisir dan budaya pedalaman, lihat misalnyaKoentjaraningrat, Javanese Culture (New York: Oxford University Press,1989), h. 21-2.

Page 160: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 160/227

138AHMAD NAJIB BURHANI

amalan Muslim tertentu, terutama terkait dengan lima

hukum: fardu/wajib, sunnah atau mustahab, mubah,makruh dan haram. Dalam perkembangan selanjutnya,majelis ini tumbuh sebagai lembaga fatwa yang bertanggung

jawab menelurkan pendapat-pendapat hukum. Motiflain dari pendirian majelis ini adalah untuk melindungipersatuan gerakan. Dikhawatirkan, kontroversi-kontroversidi antara anggota Muhammadiyah akan merusak persatuanorganisasi. Karena itu, Muhammadiyah bermaksud me-mediasi kontroversi-kontroversi tersebut dengan men-dirikan Majlis arjih.225

Kekhawatiran ini tampak masuk akal jika kita meng-ingat bahwa Muhammadiyah masih dalam prosesmenguatkan fondasinya. Karena itu, setiap kecenderunganyang mengancam melemahkan persatuan harus diatasi.Namun, pendirian Majlis arjih tampak kontradiktif dengangagasan bahwa tidak ada mazhab dalam Muhammadiyah,dan bahwa al-Qur’an dan sunnah-lah sumber-sumberrujukan kaum Muslim.226 Gagasan-gagasan ini mendorongkaum Muslim untuk menggunakan nalar mereka dalam

memahami dan mengamalkan agama. Logikanya mestinya,tumbuhnya beragam pendapat akan justru didorong.Namun, alih-alih menyuburkan keragaman pendapat,Muhammadiyah membentuk Majlis arjih sebagai suatumajelis dengan fungsi menegaskan dan mendukung pen-

225Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis arjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos, 1995), h. 64; Noer, Te Modernist Muslim Movement inIndonesia, 1900-1942 , h. 80-1.

226 A. Jainuri, Te Formation of the Muhammadiyah’s Ideology , h. 91.

Page 161: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 161/227

Page 162: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 162/227

Page 163: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 163/227

1414. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

baik bagi sebagian besar orang serta mereka yang selaluberpikir secara dalam dan luas.229

Pada 1940, Soekarno mengkritik Muhammadiyah(dan semua gerakan modernis), dengan mengatakan bahwamodel modernisme mereka tampak ambigu. Pada satu sisi,gerakan ini menolak untuk mengikuti mazhab-mazhabyang mapan dan menyatakan maksudnya untuk merujuksecara langsung ke al-Qur’an dan hadis dalam segala hal.Gerakan modernis mendorong dan menuntut penggunaanakal sebagai satu-satunya cara untuk memahami dua sumberutama Islam ini. Namun, pada sisi lain, metodenya tekstualatau skriptural. Akibatnya, metode gerakan modernistampak lebih buruk daripada metode dan hasil ijtihad para

ulama mazhab yang menjadi rujukan kaum tradisionalis.Soekarno menyatakan:

Perbedaan antara kaum muda dan kaum tua disini hanjalah,bahwa kaum tua menerima tiap-tiap keterangan dari tiap-tiap otoritet Islam, walaupun tidak tersokong oleh dalilQur’an dan Hadits, sedang kaum muda hanjalah maumengakui sjah sesuatu hukum, kalau njata tersokong olehdalil Qur’an dan Hadits, dan menolak semua keterangan

jang diluar Qur’an dan Hadits itu, walaupun datangnja

229Saya menggunakan dua sumber, Bahasa Indonesia dan bahasaInggris. Lihat Ahmad Dahlan, “Te Unity of Human Life” dalam Charles

Kurzman (ed.), Modernist Islam, 1840-1940: A Sourcebook (New York:Oxford University Press, 2002), h. 345; Ahmad Dahlan, “Kesatuan HidupManusia” dalam Abdul Munir Mulkhan, Pesan-pesan Dua Pemimpin BesarIslam Indonesia: Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asy’ari ,

Yogyakarta: P Persatuan, 1986), h. 9.

Page 164: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 164/227

142AHMAD NAJIB BURHANI

dari otoritet Islam jang bagaimana besarnja djuapunadanja. etapi interpretasi Qur’an dan Hadits itu, tjaramenerangkan Qur’an dan Hadits itu, belumlah rasionalistis100%, belumlah selamanja dengan bantuan akal 100%.

egasnja: dalam pada mereka hanja mau menerimaketerangan-keterangan Qur’an dan Hadits itu, maka pada

waktu mengartikan Qur’an dan Hadits itu, mereka tidakselamanja mengakurkan pengertiannja itu dengan akal jang

tjerdas, tetapi masih memberi djalan kepada pertjaja butabelaka. Asal tertulis didalam Qur’an, asal tertera didalamHadits jang shahih, mereka terimalah – walaupun kadang-kadang akal mereka tak mau menerimanja. idak merekatjoba adakan interpretasi jang akur dengan akal, tidakmereka tjoba adakan pentafsiran jang dapat diterima olehakal.230

Sejalan dengan proyek purikasi yang diperjuangkandengan pendirian Majlis arjih, Muhammadiyah cenderungmenganggap budaya Arab dari masa Nabi Muhammadsebagai budaya Islam sejati. Para anggota Muhammadiyahkemudian mencoba meniru perilaku dan penampilan

Arab. Dalam konteks ini, proses Arabisasi muncul, tapidengan mengorbankan budaya dan identitas Jawa yangsecara perlahan melemah. Keputusan Majlis arjih pada1932 mengharuskan muslimah memakai kudung (jilbab)

230

Soekarno, “Me-‘Muda’-kan Pengertian Islam,” dalamDibawahBendera Revolusi,Djilid Pertama, jetakan Ketiga (Djakarta: PanityaPenerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964), h. 398. Juga bisa dilihatdalam D. Noer, Te Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942 ,h. 81. Noer mengutip dari Pandji Islam, No. 13 (1 April 1940).

Page 165: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 165/227

1434. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

sebagai aksesoris sehari-hari.231 Selain itu, nama-nama Jawa

juga perlahan menghilang dari anggota Muhammadiyah.Para anggota gerakan ini cenderung menyimpan nama Jawa mereka dan memberi anak mereka nama-nama Arab.Mereka cenderung memandang bahasa Arab lebih tinggidari bahasa Jawa.

Ada berbagai kemungkinan mengapa Muhammadiyahsepeninggal Dahlan lebih cenderung memperbaruiritual daripada melakukan pembaruan sosial. Salah satukemungkinannya adalah pengaruh para anggota dariMinangkabau. Haji Rasul dan murid-muridnya sebagianbesar terdidik di madrasah. Mereka punya pengetahuanterbatas tentang dunia modern. Model fanatisisme danrevivalisme mereka memberi pengaruh besar terhadapmayoritas orang Muhammadiyah.232 Paradigma keagamaanini kemudian mendominasi dan mengarahkan perhatianMuhammadiyah. Namun, proses bagaimana para anggotadari Minangkabau menaklukkan ranah intelektual diMuhammadiyah masih perlu dibuktikan.

Faktor-Faktor EksternalSebelum kemerdekaan Indonesia pada 1945, men-

jamurlah beragam tipe gerakan. Beberapa di antaranya

231D. Noer, Te Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942 , h. 82. Ia mengutip dari Peringatan Congress Muhammadijah 21 (Jogjakarta: Hoofdbestuur Muhammadijah Hindia imur, 1932), h. 131.

232 Alan, Muhammadiyah, h. 259; A. Jainuri, Te Formation of the Muhammadiyah’s Ideology , h. 86-7. Lihat pula H.M. Federspiel, “TeMuhammadijah”, h. 58.

Page 166: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 166/227

144AHMAD NAJIB BURHANI

lebih condong ke politik seperti Partai Nasionalis Indonesia

(PNI) pimpinan Soekarno, sedangkan yang lainnyabergerak di banyak bidang, seperti agama, pendidikan, ataubudaya. Dalam panitia persiapan kemerdekaan dan setelahkemerdekaan (yakni pada 1950-an), gerakan-gerakanini secara informal mengelompok lagi. Perdebatan sengitdalam Konstituante antara partai Islam dan partai lain,terutama partai nasionalis yang tak peduli agama, adalahbukti pengelompokan masyarakat Indonesia.

Sebelum kemerdekaan, terutama pada 1930-an setelahmeninggalnya Ahmad Dahlan, Muhammadiyah menge-lompokkan diri sebagai partai dan gerakan keagamaan.

ren ini kemudian mendorongnya menjadi gerakanpuritan, alih-alih gerakan budaya atau sosial. Seperti sayaterangkan pada bab sebelumnya, Ahmad Dahlan tidakhanya bergabung dengan gerakan keislaman, tapi jugagerakan budaya, yakni Boedi Oetomo, dan gerakan politik,yakni Sarekat Islam. Hubungan antara Ahmad Dahlan(dan Muhammadiyah) dan Boedi Oetomo sangatlah baik.Kerjasama kedua gerakan ini sangat tampak dalam banyak

kegiatan. Secara politik, setelah meninggalnya Dahlan,para anggota Muhammadiyah hanya bergabung denganpartai politik Islam dan tidak bergabung dengan gerakankebudayaan atau partai lain.233

Selain itu, nasionalisme Indonesia dan penyebaranMuhammadiyah ke seluruh nusantara punya pengaruh

233D. Noer menggambarkan secara jelas mengapa beberapa gerakanIslam sering bergabung dalam satu grup. Lihat D. Noer,Te Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942 , h. 247-75.

Page 167: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 167/227

1454. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

terhadap paradigma kultural Muhammadiyah. Muham-

madiyah cenderung menyerap keragaman budaya Indo-nesia. Identitas Jawa kemudian diubah menjadi identitasIndonesia. Bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasanasional dan umum digunakan sebagai bahasa resmiMuhammadiyah. Sikap Muhammadiyah terhadap budayaturut mengikuti selera pemerintah. Dalam situasi ini,Muhammadiyah tercerabut dari budaya Jawa dan lepas dariidentitas Jawa.

Kecenderungan puritan Muhammadiyah yang kuatdalam urusan agama tentu saja dipengaruhi oleh keme-nangan Wahabi di Arab Saudi ketika mereka menaklukkanMekah pada 1924, pendirian organisasi tradisionalbernama Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya pada1926, dan kebijakan Kolonial yang memisahkan danmempertentangkan Islam dan adat. Wahabi bertekadmemurnikan praktik-praktik keagamaan di Arab, ter-utama di sekitar dua kota suci, Mekah dan Madinah,dan ingin menghapus mazhab-mazhab dan langsungkembali ke Qur’an dan Sunnah.234 Gema gerakan asing

ini memberi Muhammadiyah dukungan eksternal dalam

234Untuk gambaran bagaimana sebagian anggota Muhammadiyahbangga akan Wahabi, lihat misalnya, Hamka, Moehammadijah Melaloei

iga Zaman (Soematra Barat: Markaz Idarah Moehammadijah, 1946),h. 10 dan 108. Julukan atau ejekan “Wahabi di Indonesia” kepadaMuhammadiyah diangap sebagai kehormatan oleh Muhammadiyah.

Sorakan sambutan dari orang-orang Borneo (Kalimantan) pada KongresMuhammadiyah ke-24 di Banjarmasin tahun 1932 adalah “Wahabi!! Wahabi!! Wahabi!!” LihatGoebahan Congress Moehammadijah ke-24 diKalimantan (Bandjarmasin), dipersiapkan oleh Radjab Gani (Soerabaja:M.S. Ibrohim, 1932), h. 14.

Page 168: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 168/227

Page 169: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 169/227

1474. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

Sikap Muhammadiyah terhadap Budaya Jawa

setelah 1930-anSejauh ini kita telah mengungkap beberapa embrio

dari pergeseran sikap Muhammadiyah terhadap sebagianunsur budaya Jawa mulai 1930-an kemari. Namun,Muhammadiyah tetap mengambil sikap netral terhadapsebagian unsur budaya Jawa. erhadap grebeg dan wayang

misalnya, Muhammadiyah masih mempunyai pandanganmoderat hingga kini; sikap Muhammadiyah tidakmembenci, tapi juga tidak bangga membela manifestasi-manifestasi budaya ini. Pada 1993, A.R. Fakhruddin,ketua Muhammadiyah waktu itu, mengatakan bahwa diatidak keberatan dengan ritual grebeg dan pengembangan

modernnya seperti dangdut disko.237

Praktik sekaten dalamgrebeg maulud dianggap sebagian anggota Muhammadiyah,terutama mereka yang di Yogyakarta, sebagai praktik yangislami. Sekaten dianggap berasal dari kata syahadatain.Karena itu, tidak ada alasan untuk mencegah anggotaMuhammadiyah ikut serta dalam praktik ini, dan bahkanmenyampaikan ceramah dalam sekaten.238

Menyangkut wayang, sebagian anggota Muhammadiyahhanya mengapresiasi seni ini dengan satu syarat, yaknibila wayang itu adalah wayang yang diperbarui. Wayangtradisional yang penuh dengan ajaran sinkretik harus

237Herman Beck, “Islamic Purity at Odds with Javanese Identity: TeMuhammadiyah and the Celebration of the Garebeg Maulud Ritual in

Yogyakarta”, dalam Jan Platvoet dan Karel van der oorn (ed.),Pluralismand Identity: Studies in Ritual Behaviour (Leiden: Brill, 1995), h. 272.

238H. Beck, “Islamic Purity at Odds with Javanese Identity”, h. 273.

Page 170: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 170/227

148AHMAD NAJIB BURHANI

diganti wayang yang mengandung ajaran Islam. Akibatnya,

beberapa dalang kemudian menciptakan wayang bentukbaru yang disebut wayang sadat atau wayang wali. Salahsatu perbedaan antara wayang sadat dan wayang tradisionaladalah logika cerita wayang. Demitologisasi dan rasionalisasicerita-cerita wayang adalah bagian penting wayang sadat.Kekuatan ajaib yang tampak irasional misalnya digantimenjadi kekuatan duniawi biasa. Pakaian para pemainnya

juga adalah busana Muslim. Muktamar Muhammadiyahke-42 di Yogyakarta pada 1990 menampilkan pertunjukan

wayang sadat dengan dalang Suryadi dari rucuk Klaten.239 Pertunjukan wayang ini sangat berbeda dari pertunjukan

wayang pada Kongres Muhammadiyah ke-14 di Yogyakartapada 1925, ketika wayang Jawa yang dipentaskan sangatlahsinkretik dari sisi isi dengan dalang dari Solo, Imam Bisri.240

Dalam soal grebeg dan wayang kita bisa melihat duacontoh sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawapada 1990-an. Yang bisa disimpulkan dari dua contohini, dibandingkan sikap Muhammadiyah terhadap grebegdan wayang sebelum 1930-an, adalah adanya semacam

pergeseran sikap; dari sikap netral ke kecenderungan untuk

239Kuntowijoyo, Muslim anpa Masjid: Esai-esai Agama dan Politikdalam Bingkai Strukturalisme ransendental (Bandung: Mizan, 2001), h.213-6. Lihat pula Ki Enthus Susmono, “Membumikan Wayang pada

Al-Quran”, makalah Halaqah arjih: Dialektika Agama dan PluralismeBudaya Lokal yang diadakan oleh Pusat Studi Budaya UMS, Majlis arjihPP Muhammadiyah dan Ford Foundation, Surakarta, 5-7 Maret 2002. KiEnthus Susmono adalah dalang dari egal.

240 James L. Peacock, Purifying the Faith: Te Muhammadiyah Movement in Indonesian Islam (Arizona: Arizona State University, 1992),h. 40.

Page 171: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 171/227

1494. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

merasionalisasi kesenian Jawa. Faktor-faktor internal di

Muhammadiyah berperan penting dalam proses ini, yaituparadigma yang berpusat pada syariah dan pengaruhanggota-anggota revivalis puritan dari Padang.

Berubahnya sikap para anggota Muhammadiyah dalamcara mereka berbusana, menamai, dan bahasa mereka,sebagian besar dipengaruhi oleh satu faktor utama eksternal,yakni munculnya identitas nasional Indonesia. BusanaBarat dan peci, misalnya, dulu—dan masih—digunakansebagai simbol nasionalisme.241 Karenanya, para anggotaMuhammadiyah, terutama dari Yogyakarta dan Solo,mengubah penutup kepala formal mereka dari blangkonke peci. Namun, beberapa anggotanya, seperti JenderalSoedirman,242 masih sering menggunakan blangkon sebagaibagian dari penampilan formal maupun informal.243 BahasaIndonesia telah diadopsi sebagai bahasa nasional sejakSumpah Pemuda pada 1928. Sejak saat itu, sebagian besarpertemuan gerakan-gerakan di Indonesia diadakan dalam

241Soekarno memberi sumbangan besar dalam menjadikan pecisebagai sebuah simbol nasional. Ia memperkenalkan gagasan menggunakanpeci ini pada Juni 1921. Lihat Kees van Dijk, “Te Indonesian Archipelagofrom 1913 to 2013: Celebrations and Dress Codes Between International,Local, and Islamic Culture”, dalam Islam in the Era of Globalization: Muslim Attitudes towards Modernity and Identity , ed. Johan Meuleman(Jakarta: INIS, 2001), h. 63.

242 Jenderal Soedirman adalah pendiri entara Nasional Indonesia,dan mantan pemimpin Hizbul Wathon di Banyumas. Lihat Hamka, Moehammadijah Melaloei iga Zaman, h. 98; Prole of Muhammadiyah: Muhammadiyah Facing the Global Era , ed. Agus Basri et. al. (Jakarta: BankPersyarikatan, 2003), h. 10.

243Lihat misalnya patung-patung Jenderal Soedirman di seluruhIndonesia.

Page 172: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 172/227

150AHMAD NAJIB BURHANI

Bahasa Indonsia. Muhammadiyah juga turut menggunakan

bahasa ini dalam berbagai terbitan, rapat, dan sebagainya.244

Menurut Hamka, Bahasa Indonesia digunakan sebagaibahasa utama dalam kongres-kongres Muhammadiyahpada 1930-an karena bahasa ini bisa mempersatukankeragamaan ide para anggota Muhammadiyah dari berbagaitempat di Indonesia.245 Sejalan dengan perkembangannasional, generasi baru di Indonesia kemudian lebih sukamenggunakan nama-nama Indonesia dan internasional,seperti nama Arab dan Inggris.

erhadap budaya-dalam Jawa, tidak terdapat pergeseranyang signikan pada Muhammadiyah sebelum dan setelah1930-an. Perbedaan di antara dua periode ini adalah:sebelum 1930-an Muhammadiyah lebih perhatian denganagenda pendidikan dan kesejahteraan sosial, sedangkansetelah 1930-an, Muhammadiyah banyak memerhatikankeyakinan dan amalan agama. Karenanya, sikapnya terhadapbudaya Jawa lebih jelas dari masa-masa sebelumnya.Pada masa kepemimpinan Mas Mansur pada 1936-1942,Muhammadiyah memberi perhatian penuh terhadap

persoalan akidah. Segera setelah terpilih, Mas Mansurmemperkenalkan program baru “Langkah Muhammadiyah1938-1940”. Bagian paling penting dari aksi baru ini adalah

244 andz Hoofdbestuur Moehammadijah: Boeah Congres Moehammadijah XXIII (Mengandung Poetoesan Congres Moehammadijahke 15 Sampai ke 23), edisi kedua, Djogjakarta: Hoofdcomite CongresMoehammadijah, 1938, h. 29, 34.

245Hamka, Moehammadijah Melaloei iga Zaman, h. 57.

Page 173: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 173/227

1514. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

pemurnian kepercayaan agama.246 Mas Mansur sendiri

turut mengajarkan dan menyebarkan ide-idenya tentangiman dan tauhid di sekolah-sekolah Muhammadiyah.Menurut Hadikusuma, Mas Mansur adalah tokoh yangmembangun teologi Muhammadiyah.247 Dia pula orangyang menggariskan ideologi Muhammadiyah.248 Salah satubukti pentingnya adalah buku Mas Mansur, Risalah auhiddan Sjirik . Dalam buku ini dia menjelaskan bagaimanapara anggota Muhammadiyah harus mengatasi beberapapraktik orang Jawa seperti kepercayaan terhadap dukun dankesaktian batu, pohon, kuburan, dan sebagainya. Dalambuku ini, Mansur mengomentari kehidupan sehari-seharidi Indonesia.249 Ia dengan tegas mengutuk slametan dankepercayaan terhadap roh dalam buku ini.250

246H. Djarnawi Hadikusuma, Matahari-matahari Muhammadiyah:Dari K.H.A. Dahlan Sampai dengan K.H. Mas Mansur , volume pertama,edisi kedua (Yogyakarta: Persatuan, 1978), h. 43-4.

247H.D. Hadikusuma, Matahari-matahari Muhammadiyah, h. 47.248Hamka, Moehammadijah Melaloei iga Zaman, h. 107.249Lihat K.H.M. Mansoer, Risalah auhid dan Sjirik (Surabaya,

Peneleh, 1970), h. 8-63; A. Mukti Ali, “Te Muhammadiyah Movement: A Bibliographical Introduction”, tesis master di Institute of Islamic Studies,McGill University, Montreal, 1957, h. 90-1.

250Untuk gambaran jelas dan rinci harapan Mas Mansur terhadapMuhammadiyah bisa dilihat dari artikelnya, “Desa Sjanggit” dalam Almanak Moehammadijah ke VI , Djokjakarta: Pengoeroes BesarMoehammadijah Bahagian aman Postaka, ahoen Hijrah 1348/1929-

1930 M. / 1860 ahoen Djawa, h. 108-11. Beberapa karakteristik DesaSjanggit adalah: 1) orang-orang belajar agama secara serius, 2) merekapunya perilaku yang baik, 3) mereka rajin melaksanakan salat, 4) merekapunya keterampilan dalam olahraga dan gagah berani, dan 5) tak adaperempuan di desa ini.

Page 174: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 174/227

152AHMAD NAJIB BURHANI

Kesimpulan

Pada tahap-tahap awal Muhammadiyah tidak berhadap-hadapan secara frontal dengan budaya Jawa. Bahkan,Muhammadiyah menganggap beberapa unsur kejawaansebagai bagian integral dari identitasnya. Keadaan ini goyahsetelah 1930-an. Beberapa latar belakang yang bisa dilihatsebagai embrio pergeseran sikap Muhammadiyah terhadap

budaya Jawa ini adalah: 1) bergabungnya sejumlah tokohMuslim Sumatra yang punya keyakinan puritan, yangdipelopori oleh Haji Rasul; 2) pendirian Majlis arjih yangmembawa pengaruh dalam terbentuknya paradigma syariah-centred di Muhammadiyah; 3) situasi-situasi eksternalyang juga mendorong pergeseran sikap Muhammadiyah,

yaitu kemenangan Wahabi di Arab Saudi, nasionalismeIndonesia, dan berdirinya Nahdlatul Ulama.Berubahnya orientasi pimpinan Muhammadiyah dari

pendidikan dan kegiatan kesejahteraan sosial ke konsentrasiterhadap pembaruan akidah dan amalan agama, turutdibentuk oleh pengaruh dari kelompok Sumatra diMuhammadiyah. Orientasi baru Muhammadiyah ini kemu-dian hingga taraf tertentu diteruskan menjadi penentangankuat terhadap beberapa unsur budaya Jawa, sepertikepercayaan terhadap kesaktian dukun. PembentukanMajlis arjih berarti bahwa Muhammadiyah menempatkansyariah di posisi tertinggi dari visi dan misinya. Segalasesuatu harus ditelaah dari sudut pandang syariah, termasukseni. Wayang sadat adalah salah satu contoh campur tanganagama di bidang seni. Sementara itu, faktor-faktor eksternalberhasil mencegah Muhammadiyah terpaku pada budaya

Page 175: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 175/227

1534. Pergeseran Sikap Muhammadiyah ...

Jawa. Faktor-faktor itu mengarahkan Muhammadiyah

untuk mengadopsi identitas Indonesia dan terbuka padapengaruh-pengaruh internasional.[]

Page 176: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 176/227

Page 177: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 177/227

155

Kesimpulan:

Ambiguitas SikapMuhammadiyah

Muhammadiyah masa awal dikenal dengansikap ambigunya terhadap politik. Meskipunsentimen politiknya adalah sama anti-Belanda-

nya dengan gerakan-gerakan nasionalis lain, PemerintahKolonial Belanda menganggap Muhammadiyah gerakanyang rasional dan tak berbahaya. Dalam ranah budaya(budaya Jawa) Muhammadiyah juga bergulat dengansikap ambigu serupa. ak bisa disangkal, hampir semuapendiri Muhammadiyah adalah para abdi dalemkeraton.Muhammadiyah pun memelihara hubungan erat dengankeraton. Namun, Muhammadiyah bertujuan merasionalkanpraktik-praktik tradisional dan memodernkan sistem sosial.Logikanya, ini berarti Muhammadiyah punya agenda

memperbarui adat-adat sinkretik dan menyerang struktursosial feodal aristokratik yang mendominasi masyarakat

Jawa dan keraton menjadi porosnya.

Page 178: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 178/227

156AHMAD NAJIB BURHANI

Ahmad Dahlan, sang pendiri, memberi gambaran

paling pas tentang ambiguitas Muhammadiyah terhadapbudaya Jawa. Ia tetap menjadi abdi dalem yang patuhdan setia pada keraton Yogyakarta hingga akhir hayatnya.Meskipun ia pemimpin sebuah organisasi modern, iatetap mengamalkan nilai-nilai Jawa seperti menunjukkankerendahan hati dan takzim kepada orang yang berstatuslebih tinggi, terutama sultan. Salah satu perjuanganDahlan adalah menyederhanakan simbolisme Jawa yangkaya, seperti slametan, dengan memperkenalkan bentukyang lebih sederhana. Namun, penghormatannya terhadaplingkaran elit keraton membuatnya tetap diam tentangadat istana untuk mengadakan grebeg , yang merupakanslametan besar-besaran. Masuk akal untuk menganggapbahwa alasan Dahlan untuk punya sikap ambigu adalahkarena ia ingin melindungi organisasi barunya. Selain dariPemerintah Kolonial, ia juga membutuhkan pelindung darikalangan bumiputra untuk menjamin keberlangsungangerakannya. Dalam konteks ini, tentulah sultan yang bisamenjadi pelindung itu.

Faktor lain yang menyebabkan Muhammadiyahtampak mempunyai sikap ambigu terhadap budaya

Jawa adalah sejarah di belakang pendiriannya. Salah satupendukung utama pendirian Muhammadiyah adalahBoedi Oetomo. Selain itu, dua dari tiga pilar utamaMuhammadiyah adalah priyayi santri dan priyayi non-

santri. Sejalan dengan kepentingan para pendukung utamadan anggota dominannya, Muhammadiyah menaruhperhatian besar pada kesejahteraan sosial dan kegiatan

Page 179: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 179/227

157Kesimpulan: Ambiguitas Sikap Muhammadiyah

pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dan klinik-

klinik kesehatan. Agenda memodernkan dan merasionalkankeyakinan agama dianggap proyek sekunder. Dalam masaini, Muhammadiyah sangat apresiatif terhadap budaya-permukaan Jawa. Bahkan mayoritas anggotanya sepenuhnyadipengaruhi oleh budaya itu. Kejawaan adalah salah satuidentitas signikannya. Ada lima bukti yang menunjukkanapresiasi Muhammadiyah terhadapsurface-culture Jawa: 1)Muhammadiyah mengekspresikan sopan-santun ala Jawa;2) Muhammadiyah lebih menyukai bahasa Jawa dalamterbitan-terbitannya, komunikasi keseharian, dan hinggatingkat tertentu dalam ritual ibadah; 3) Muhammadiyahmenggunakan gaya busana Jawa sebagai seragam resminya;4) para anggota Muhammadiyah biasa menggunakannama-nama Jawa; 5) Muhammadiyah ikut serta dalamgerakan-gerakan budaya Jawa. erhadapdeep-culture Jawa,Muhammadiyah tampak mengadopsi sikap yang jugaditunjukkan gerakan-gerakan modern di Indonesia lain-nya, seperti Boedi Oetomo. Muhammadiyah menerimabeberapa unsur dari budaya-dalam Jawa dan merasionalkan

atau memodernkan sebagian lainnya.Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa pada masa-masa awal

Muhammadiyah barang kali adalah potret ideal hubunganIslam dan Jawa. Dengan menggunakan konsep Jawa,curigamanjing warangka (belati menyesuaikan sarungnya), bisadikatakan bahwa dalam konteks Muhammadiyah, Islam

dianggap curiga , sedangkan warangka -nya adalah budaya Jawa. Dengan menggunakan konsep sastra gending yangdiperkenalkan Sultan Agung (1603-1645), raja Mataram

Page 180: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 180/227

158AHMAD NAJIB BURHANI

paling berkuasa dan berpengaruh, bisa dikatakan bahwa

Islam adalah sastra , sedang budaya Jawa adalah gending (melodi)-nya; Islam adalah dzat (isi), sedangkan budaya Jawa adalah sifat. Dengan demikian, Muhammadiyahadalah sebuah varian Islam (Jawa).251

Pengaruh beberapa anggota dari Sumatera dankemenangan Wahabi menaklukkan Mekah dan Madinahpada 1924 memaksa gerakan ini menaruh perhatianlebih serius terhadap keyakinan dan perilaku beragamadibanding sebelumnya. Orang-orang Sumatera lebihpuritan ketimbang anggota-anggota dari Jawa. Meskipuntujuan resmi pendirian Majlis arjih pada 1927 adalahuntuk melindungi persatuan Muhammadiyah dan me-mecahkan masalah-masalah hukum agama yang diper-selisihkan, tak bisa disangkal bahwa majelis ini menandaipergeseran sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa.Dalam politik, pada 1930-an Muhammadiyah jugacenderung mengelompokkan diri dengan gerakan-gerak-an keagamaan lainnya. Salah satu dampak tren-tren baruini pada Muhammadiyah adalah berkurangnya daya

tarik Muhammadiyah bagi kalangan priyayi non-santri.Kepentingan-kepentingan mereka tak lagi klop denganprogram-program Muhammadiyah. Semakin para priyayisantri dan pedagang dominan di Muhammadiyah, semakin

251

Damardjati Supadjar,Filsafat Sosial Serat Sastra Gending (Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru, 2001), h. 30, 77; Kuntowijoyo, Muslim anpa Masjid:Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme

ransendental (Bandung: Mizan, 2001), h. 173. Kuntowijoyo mengutipdari Serat Sastragendhing (Yogyakarta: Perpustakaan Pakualaman, 1990).

Page 181: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 181/227

159Kesimpulan: Ambiguitas Sikap Muhammadiyah

tidak berminatlah para priyayi non-santri. Ini menandaisebuah rentetan dalam perkembangan Muhammadiyah.Setelah ini, Muhammadiyah menjadi gerakan Islam secaramurni. Kaum priyayi nonsantri lebih suka meninggalkanMuhammadiyah dan bergabung dengan beberapa gerakannasionalis atau gerakan kultural. Meskipun, menurut M.C.Ricklefs dan Andrew Beatty, berpisahnya priyayi non-santri dari priyayi santri terutama adalah hasil rekayasaPemerintah Belanda di masa kolonial dan keteganganpolitik di Indonesia setelah kemerdekaan (1945).

Setelah 1930-an, peran Muhammadiyah sebagaiorganisasi puritan lebih tampak dibanding sebelumnya.Pada masa ini, teologi Muhammadiyah disistematiskandan dikodikasi. Mas Mansur, santri dari daerah pasisir ,

Ambiguitas sikap Muhammadiyah: Agama (jilbab), tradisi lokal (tari), danmodernisasi (muktamar/kongres). [Dok. Arif Nur Kholis]

Page 182: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 182/227

160AHMAD NAJIB BURHANI

Surabaya, banyak memengaruhi proses sistematisasi dan

kodikasi teologi Muhammadiyah. Pada masa ini pula,hubungan Muhammadiyah dengan budaya Jawa tidaksebaik masa sebelumnya. Kehadiran priyayi yang non-santri

juga sangat kecil. Namun, kehadiran priyayi santri yangterus berlanjut, terutama dari Kauman, memastikan bahwaMuhammadiyah tidak bisa menghilangkan unsur-unsurbudaya Jawa sepenuhnya. Hingga tingkat tertentu, merekamasih dipengaruhi budaya Jawa, meskipun mereka tidaklahsemilitan priyayi yang non-santri. Sehingga, kejawaanmasih menjadi bagian dari Muhammadiyah. Dalamkonteks ini, purikasi berdiri sejajar dengan sebagian nilai-nilai Jawa. Hasilnya adalah sikap ambigu: secara lahiriahMuhammadiyah masih dipengaruhi kejawaan; namunsecara batiniah Muhammadiyah melawan kejawaan.

Kini beberapa anggota Muhammadiah, terutama darikota Yogyakarta, masih terus mengadopsi sikap AhmadDahlan terhadap kejawaan. Inilah jawaban mengapaMuhammadiyah tidak bisa menyingkirkan budaya Jawasecara menyeluruh. Inilah pula jawaban mengapa Muham-

madiyah kurang puritan dibandingkan dengan PersatuanIslam (Persis) yang tumbuh di daerah Sunda.[]

Page 183: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 183/227

161

Epilog

Toleransi dan Sikap Terbuka:Kekuatan Utama Muhammadiyah

Oleh: Abdul Munir Mulkhan

B uku Najib ini membahas secara khusus sikapMuhammadiyah terhadap budaya Jawa, terutamapada periode awal antara tahun 1912 hingga

1930. Walaupun demikian dari berbagai temuannyatentang responss gerakan Islam modern tertua dan terbesardi Indonesia atas tradisi Jawa itu terungkap banyak ke-cenderungan yang belakangan ini mulai merasuki organisasitersebut. Bisa disebut bahwa buku ini adalah sebuah cincindari mata-rantai kecenderungan baru perkembanganMuhammadiyah sejak kemerdekaan RI tahun 1945 yangmulai mengembrio sesudah tahun 1930-an.

Saya menyebut kecenderungan itu sebagai era ideologisatau ideologisasi dalam perkembangan Muhammadiyahsebagai suatu tahapan sesudah tahapan kultural pada era

Page 184: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 184/227

162AHMAD NAJIB BURHANI

generasi pendiri antara tahun 1912 sampai tahun 1930-an.

Di masa inilah lahirnya lembaga tarjih yang di kemudianhari menjadi arus utama gerakan berbeda dari arus utamaperiode awal yang begitu terbuka dan bekerjasama denganhampir semua kekuatan sosial lokal dan nasional. Dalamhal ini bisa disebut hubungan simbiosis Muhammadiyahdengan Boedi Oetomo sebagai bagian dari keterbukaangerakan ini atas budaya Jawa. Saya menyebut juga perilakuSu para aktivis gerakan di tingkat nasional seperti generasipendiri Kiai Ahmad Dahlan. ampak adanya hubunganantara sikap toleran, terbuka dan Su tanpa tarekat denganapresiasi atas budaya Jawa dan budaya asing lainnya.

Salah satu kecenderungan lain yang muncul dan patutdicermati generasi muda aktivis gerakan ini ialah sikapyang cenderung berorientasi ke dalam (inwardly ) bukanberororientasi keluar (outwardly ). Kecenderungan ini boleh

jadi berkaitan dengan perubahan sikap Muhammadiyahatas budaya Jawa, juga atas tradisi Su dan atas sikapadaptif terbuka atas budaya asing dan kritis. Sikap yangbelakangan dikenal dengan toleransi itu sebenarnya

merupakan kekuatan dan ruh gerakan yang terus-menerusperlu dihidupkan. Karena itu buku ini penting dibacasemua aktivis muda dan pendukung Muhammadiyah.

Dalam Ketetapan Hoof Bestuur Muhammadiyah tahun1924 tentang pendidikan pasal 7 perihal murid dinyatakanbahwa murid sekolah Muhammadiyah itu disediakan bagi

anak-anak orang Islam dan bukan Islam. Dalam kurikulumdijelaskan mengenai pelajaran bahasa bumi (lokal) yaitumenulis dan membaca bahasa Jawa dengan huruf dan

Page 185: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 185/227

163Epilog: Toleransi dan Sikap Terbuka

tulisan Jawa bagi daerah di Jawa, Sunda bagi daerah di Jawa

Barat dan Melayu di daerah lainnya. Muhammadiyah jugasedang menerbitkan Kitab Alquran dalam bahasa dan huruf Jawa. Berita itu bisa dibaca dalam Suara Muhammadiyahterbitan bulan Maret dan April tahun 1924.

Di saat yang sama poliklinik Muhammadiyah menye-diakan santunan bagi rakyat miskin, orang-orang ionghoadan Belanda. Bersamaan itu pula gerakan ini juga menerimaderma dari bangsa-bangsa lain yang beragama bukan Islam.Kepedulian gerakan ini pada penderitaan orang lain melaluiPKO (lalu PKU dan berubah lagi) dengan lembaga rumahmiskin, yatim-piatu dan santunan bagi gelandangan,membuat gerakan ini cepat berkembang dan memperolehdukungan dari berbagai kalangan, baik Muslim atauNasrani juga Konghucu dan Buddha.

Sikap toleran dan terbuka serta adaptif terhadap peng-alaman kebaikan dari bangsa-bangsa lain seperti itu justruantara lain membuat gerakan ini mendapat sorotan dankritikan tajam bahkan cemooh. Mudah didengar ketika ituorang menyatakan bahwa; “Muhammadiyah itu merupakan

Kristen alus, kar, agama baru, apa yang dilakukan (sepertipenerjemahan Alquran, khutbah jumat dengan bahasalokal) merupakan perusakan agama Islam dari dalam danmenghilangkan kesucian agama Islam, ajarannya sesat.”Kalimat-kalimat seperti ini merupakan bagian dari cemoohpublik terhadap warga Muhammadiyah dan organisasinya

di berbagai daerah di tahun-tahun awal gerakan ini berdirihingga tahun 1950-an. Ketika Muhammadiyah menyebarke suatu daerah di tahun-tahun tersebut, aktivisnya akan

Page 186: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 186/227

164AHMAD NAJIB BURHANI

segera memperoleh dampratan dengan cap-cap miring

seperti itu.Di satu sisi sikap tersebut merupakan pembangkitanenergi dari luar bagi kegiatan Muhammadiyah padaera awal gerakan ini berdiri, tumbuh dan berkembang.Kemudian hari, gerakan ini terkesan anti Jawa, anti Sudan anti budaya asing, dan dikenal sebagai gerakan yangkelahirannya dipandang sebagai perlawanan atas gejalaKristenisasi. Padahal sejak awal gerakan ini justru banyakterinspirasi tradisi bangsa-bangsa modern yang Nasrani danbangsa-bangsa yang hadir bersama masuknya kolonialisme.Rumah sakit, panti asuhan, kepanduan, sekolah modern,sistem organisasi, pengembangan aksi-aksi sosial santunanterhadap gelandangan, orang jompo, korban perang, orang-orang terlantar, banyak diadopsi dari apa yang dilakukanorang-orang Belanda ketika itu.

Kiai Dahlan mengambil fungsi-fungsi pragmatis darikaum Kristiani dalam mencapai tujuan-tujuan sosial. Ia

juga terinspirasi oleh gerakan pemurnian Wahabi untukmenemukan substansi ajaran Islam, selain alasan-alasan

rasional dari Abduh dan Rasyid Ridha. Namun tetapnjawani sebagai orang Jawa dengan laku santun yang diambil daritradisi Su. Generasi aktivis pada periode berikutnya lebihcenderung mengambil yang lebih tehnis dalam menyusundoktrin gerakan sehingga muncul kesan gerakan ini antitradisi Jawa, anti Su dan anti budaya asing.

Kesan tersebut jauh berbeda dengan fakta bahwa KiaiDahlan, sang pendiri, adalah priyayi Jawa yang juga abdidalem Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Pada suatu

Page 187: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 187/227

165Epilog: Toleransi dan Sikap Terbuka

era, aktivis gerakan ini dengan bangga menyebut dirinya

sebagai penganut ajaran Wahabi sementara sulit ditemukanpada kehidupan generasi awal yang dapat dinisbatkan padatradisi Wahabi. Gerakan ini kemudian juga dikenal sebagaigerakan puritan yang gencar membersihkan praktik Islamdari tradisi lokal. Sementara aksi-aksi sosial dan budayayang dulu menjadi fokus Muhammadiyah seperti yangbelakangan menjadi tema sentral LSM, kini terasa asingdalam gerakan ini.

Beberapa fakta justru menunjukkan hal sebaliknyadengan gerakan Muhammadiyah pada masa generasiawal yaitu generasi pendiri. Kiai Ahmad Dahlan sendiridisebut oleh Farid Makruf sebagai seorang pelaku Suyang Ghazalian selain priyayi Jawa yang tetap pada posisiabdi dalem ketika memegang posisi pimpinan gerakanMuhammadiyah. Menurut Gusti Joyo (KGBH Joyo-kusumo), adik HB X, ada peran kerajaan yang cukupsiginikan dalam kelahiran gerakan ini.

Berbagai paradoks tersebut menjadi jernih jikamembaca buku karya A. Najib Burhani ini. Buku ini

merupakan laporan penelitian tesis untuk memperolehgelas master dalam bidang teologi dan seni di UniversitasLeiden Belanda. Laporannya akan memberikan informasiterutama tentang hubungan Muhammadiyah dengantradisi Jawa tersebut. Karena itu buku ini perlu dibacaaktivis dan pengamat gerakan Muhammadiyah. Demi-

kian pula persoalan mengenai sejak kapan sebenarnyaMuhammadiyah terkesan anti tradisi Jawa, anti su dananti budaya asing tersebut.

Page 188: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 188/227

166AHMAD NAJIB BURHANI

Ada baiknya kita mencoba mencermati dokumen-

dokumen lama yang terbit sekitar waktu kelahiran gerakanMuhammadiyah di tahun 1912. Dalam sebuah dokumenbertanggal 20 Desember 1912 Masehi dinyatakan bahwa

Anggaran Rumah angga Muhammadiyah yang pertamaberlaku sejak tanggal 23 Januari 1915 Masehi. ertulisdi dalam dokumen bahwa tanggal Masehi itu bertepatandengan 12 Maulud 1333 Hijriyah dan 1845 Aboge (?) tahun

Jawa. Dokumen ini bisa menjadi bukti tentang hubunganMuhammadiyah pada periode awal dengan budaya dantradisi Jawa atau ke-Jawa-an.

radisi dan budaya Jawa tidaklah identik denganKejawen sebagai pandangan hidup, tetapi suatu kehalusanbudi dan tata laku serta orientasi spiritual yang dalambanyak hal berdekatan dengan tradisi Su. Di sinikeberartian kesimpulan Farid Makruf yang menyatakanbahwa Kiai Dahlan sebagai seorang Su yang Ghazalian.Hal ini juga diperkuat oleh kecenderungan umum generasiawal Muhammadiyah yang sustik seperti tampak padakarya Ki Bagus Hadikoesoemo yang berjudulPustaka Boedi

itu.Ke-Jawa-an juga terlihat dalamSuara Muhammadiyah

yang awalnya diterbitkan dalam bahasa Jawa. Bukan hanyadalam gaya pakaian Kiai Ahmad Dahlan, ke-Jawa-an itu jugaterlihat dalam respons gerakan ini terhadap tradisi Sekaten,Grebeg Kraton dan unggah-ungguh dalam tingkah laku

keseharian. Penelitian Najib Burhani telah memperjelashubungan Muhammadiyah generasi awal dengan ke-Jawa-an tersebut. Sikap itu mulai berubah sesudah tahun 1930-

Page 189: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 189/227

167Epilog: Toleransi dan Sikap Terbuka

an di saat orientasi kekuasaan aktivis pergerakan nasional

dan keagamaan mulai terbawa arus nasional “PerangKemerdekaan”.Selain persoalan ke-Jawa-an, yang kini kurang mendapat

perhatian ialah sikap Kiai terhadap Menir (orang-orangBelanda dan asing lain). idak banyak warga persyarikatanmengenal Muhammadiyah dengan baik saat gerakanIslam terbesar di dunia ini dipimpin Kiai Ahmad Dahlan.Sebutan anggota Muhammadiyah saat itu meliputi MenirBelanda bukan Muslim dan bukan warga negara Indonesia.Ini bisa kita baca dalam Statuten (AD) dan HuishoudelijkReglement (AR ) yang diajukan Hoofbestuur (PP) 20Desember 1912 ke Guberbur Jendral Hindia Belanda,berlaku sejak 23 Januari 1915 Masehi bertepatan 12Maulud 1333 Hijriyah dan 1845 (Aboge?).

Dalam artikel 1 ayat 2 dinyatakan bahwa tujuan gerakanini ialah: “memadjoekan (modernisasi?)hal Igama kepadaanggota-anggotanja .” Artikel 4 menyatakan: “ Maka anggota-anggotanja perhimpoenan itu, jaitoe anngota biasa, eerledendan donateur atau jang soeka menolong .” Anggota biasa ialah

anggota yang biasa kita kenal sekarang. api tidak demikiandengan anggota eerleden dan anggota donatur.

Eerleden ialah:“Jang mendjadi eerelid ditetepkan didalamalgemeene vergadering dengan voorstelnja Bestuur, jaitoe orang

jang telah banjak djasanja pada perhimpoenan.” Anggotademikian itu bisa terdiri dari orang atau perkumpulan

yang mempunyai jasa besar terhadap Muhammadiyah.Sementara “Jang mendjadi donateur boleh sembarang orangtiada dipandang memegang Igama apa djoega atau bangsa

Page 190: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 190/227

168AHMAD NAJIB BURHANI

apa joega, djoega boleh mendjadi donateur, semoeanja per-

himpoenan jang telah mendapat idin dari Negri.” Persoalan menarik yang perlu dicermati dalam duniaglobal yang terbuka saat ini bagi aktivis Muhammadiyahialah bagaimana hubungan aktivis persyarikatan denganorang-orang beda agama dari segala bangsa. Apa yangtertuang dalam naskah di atas dan juga sikap Kiai itulah yangkini disebut inklusif dan pluralisme seperti hasil penelitiandisertasi Ahmad Jainuri, walaupun istilah demikian belumdikenal.

Berdasar pemahaman yang insklusif itu pula, Kiaidengan Muhammadiyahnya membuat klasikasi anggotadengan tiga macam. Anggota pertama disebut anggotabiasa dan dua lainnya disebut anggota khusus atau istimewayang ketika itu disebut eerleden dan donatur. Dua jenisanggota ini berbeda dari anggota biasa, karena keduanyatidak memiliki hak bersuara dalam rapat-rapat resmiMuhammadiyah.

Dari klasikasi anggota tersebut menjadi wajar jikabanyak dokter-dokter Belanda yang Nasrani bekerja di

Rumah Sakit Muhammadiyah di Yogyakarta dan Surabayatanpa dibayar. Di antara mereka dan keluarganya besertaorang-orang Belanda lainnya kita dapati banyak yangmenjadi donatur bagi pembiayaan kegiatan rumah sakit,sekolah dan berbagai panti (jompo, gelandangan, yatimpiatu). Lihat juga penangggalan surat Kiai Dahlan yang

ditujukan kepada Penguasa Kolonial ketika itu yang tidakhanya menggunakan penganggalan Masehi dan Hijriyahtetapi juga penanggalan Jawa.

Page 191: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 191/227

169Epilog: Toleransi dan Sikap Terbuka

Ini sebuah cerita lain yang bisa dijadikan bahan

kajian tentang toleransi dan sikap adaptif tersebut di atas. Akhir Maret dan awal April 2007, hadir dua tamu warga Amerika. Seorang tamu beragama Yahudi karena seorangRabi, satunya lagi tidak jelas agamanya karena di Amerikatanda kartu penduduk tidak mencantumkan agama. Rabiitu namanya Rabbi Abraham Cooper, usia sekitar 50-antahun, kedudukannya sebagai Associate Dean dari Simon

Wiesenthal Center. Seorang lagi yang tak jelas agamanyanamanya (mungkin juga Yahudi) Bret Stephens (usia sekitar30-an) seorang wartawan senior Wall Street Journals.

Apa hubungan kedua tamu warga Amerika tersebutdengan Kiai Ahmad Dahlan yang wafat bulan Februari1923, akan dijelaskan dalam hubungan Anggaran Dasar(AD) dan Anggaran Rumah angga (AR ) pertama di atas.Hal ini juga berkaitan dengan sikap terbuka Kiai Dahlanyang ketika itu merupakan salah satu kekuatan dan dayatarik bagi banyak orang dari beragam agama dan kelas sosialterhadap Muhammadiyah. Sikap Kiai dan generasi awalpersyarikatan itu patut direnung ulang dalam peneguhan

ideologi yang kini gencar diperbincangkan.Saat makan siang di Wisma Kodel bersama Soegeng

Soerjadi dan Sukardi Rinakit serta CEO LibForAllFoundation (C. Holland aylor) berlangsung sebuahdialog hangat dengan Rabbi Abraham Cooper. Abrahammenyatakan peluang masuk surga bagi para pengikut Rasul

Muhammad (Saw) seperti pemeluk agama lainnya yangtaat dan saleh. Pendapat Abraham yang Yahudi seperti itumungkin terasa aneh bagi para pembaca. api itulah yang

Page 192: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 192/227

170AHMAD NAJIB BURHANI

bisa kita dengar dari seorang Yahudi dan yang bisa kita lihat

dari tingkah lakunya.Ketika mau naik lift, saya persilahkan kepada Abrahamuntuk masuk duluan atas pertimbangan ikramu al-dhaif (menghormati tamu). Sebaliknya, Abraham justru memintapenulis masuk lebih dahulu dengan alasan penulis lebih tua.Sikap serupa penulis lihat di diri Bret Stephens. Di sebuahkafe Hotel berbintang Jakarta, si bule wartawan itu sibukmenyiapkan jajanan yang disajikan presmanan bagi semuapadahal ia tamu di Indonesia,opo tumon. Usia si wartawanyang 30-an membuatnya lebih energik, tapi tingkahlakunya membuat kesan tersendiri tentang tata sopan-santun wartawan dari negeri yang selama ini sering dicapkar itu. Ketika saya tanyakan kepadanya mengapa Andalakukan itu semua, ia jawab karena ia ingin menghormatiyang lebih tua.

Saat bersin, penulis dibuat terkejut mendengar reaksispontan Bret yang menyahut dengan ucapan “Saloom”.Penulis pun menyatakan bahwa sikap Bret itu seperti seorangseorang Muslim saleh. Mendengar itu, setengah bertanya “I

am muslim?!” sambil tersenyum senang. Mungkin pembacamempunyai penafsiran berbeda terhadap fakta-faktatersebut, namun melalui interaksi seperti itu kita bisa salingmengenal perilaku masing-masing sekaligus mengenalkansikap hidup kita dari keyakinan keagamaan yang kitapegang teguh.

Berbagai fakta empiris tersebut mengingatkan kembaliapa yang pernah penulis baca beberapa tahun lalu di sebuahdokumen tua tentang anggota Muhammadiyah pada masa

Page 193: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 193/227

171Epilog: Toleransi dan Sikap Terbuka

Kiai Ahmad Dahlan. Dalam dokumen itu dinyatakan

anggota yang disebut donatur yaitu semua orang dari segalabangsa dan agama yang mendukung kegiatan gerakanini melalui pemberian sumbangan berupa sejumlah uangsecara rutin seperti dikemukakan di depan.

Beda lagi dengan Holland C. aylor (CEO LibForAllFoundation dari North Carolina) yang sangat percayapada berkah orang-orang suci seperti terlihat dengansikap hormatnya kepada ulama dan kiai. Istrinya seorangMuslimah alumnus Universitas Muhammadiyah Ma-gelang. Ia mengaku Muslim, walaupun entah salat atautidak. Saat berkunjung ke desa Sendang Ayu Lampung

engah (Kampung ransmigran penulis), disambut wargasetempat di masjid.

iba waktu Zhuhur dan salat jamaah pun diseleng-garakan. ak ada pilihan bagi Holland kecuali mengikutisalat dan memilih tempat di samping penulis agar bisameniru gerakan penulis dalam salat jamaah, katanyamemberi alasan. Selesai salat, penulis katakan bahwa salat

jamaah dalam keluarga Muhammadiyah itu sepi tidak

heboh seperti di tempat lain, tanpa pujian yang dilantunkandengan keras, tampak sepi dan hening. Justru karena suasanahening dan sepi itu, katanya, ia bisa merasakan nikmatnyasalat seperti laku semedi yang sering ia lakukan.

Kisah-kisah sekilas itu bisa memberi apresiasi dokumenlama tentang jenis anggota Muhammadiyah yang disebut

donatur dari pemeluk agama apa saja dan bangsa apa saja.Dari sini peluang dakwah bisa terbuka kepada siapa sajadari bangsa mana pun juga. Sesudah itu, terserah kepada

Page 194: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 194/227

172AHMAD NAJIB BURHANI

mereka yang bersangkutan apakah menjadi muslim yang

baik atau tetap dalam keadaan semula. Persoalan pentingyang selalu harus dilakukan ialah “jangan pernah bosanmenampakkan wajah rahmah perilaku Islam”.

Akhir dari semua usaha dakwah itu ialah penyerahansepenuhnya pada kehendak atau takdir uhan, karena hanyaDialah yang menentukan seseorang memperoleh petunjukatau tidak. Menir yang bersedia menjadi donatur itumungkin merupakan langkah awal ia mengenal kebagusanIslam. Melalui proses kekaguman serupa atas gagasan dasarcinta-kasih yang dilihat dalam diri dan perilaku Kiai AhmadDahlan itulah seorang elite priyayi Jawa, dr. Soetomokemudian menjadi aktivis Muhammadiyah.

Dalam banyak hal buku ini memberi informasi yangtampaknya berbeda dari keterangan yang selama ini kitamiliki. Namun satu hal pasti, buku ini ditulis berdasarpenelitian ilmiah dengan sejumlah bukti otentik dan datayang dapat dipertanggungjawabkan. Bagi aktivis gerakanini selain selalu perlu meneguhkan doktrin persyarikatansecara konsisten, juga perlu bersikap kritis dan korektif

sehingga bisa melihat segala sesuatu secara objektif dan jernih.

Sering kali kita dapati fakta seorang aktivis darisebuah gerakan keagamaan merasa paling tahu tentangdoktrin gerakan yang dianutnya daripada orang lain.Pemimpin Muhammadiyah misalnya sering kali merasa

paling tahu tentang Muhammadiyah yang dipimpinnya,tentu seharusnya demikian, tapi dari mana dan apasumber dari keyakinan tersebut tentu juga harus dapat

Page 195: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 195/227

173Epilog: Toleransi dan Sikap Terbuka

dipertanggungjwabkan. Buku ini adalah karya salah se-

orang aktivis Muhammadiyah yang mencoba membacaulang dokumen-dokumen lama yang kini jarang disentuholeh pimpinan Muhammadiyah. Salah satu penyebabnyakarena dokumen-dokumen itu sudah sangat langka.

Karena itu penting aktivis Muhammadiyah membacabuku ini, terutama terkait bagaimana hubungan Muham-madiyah dengan tradisi Jawa atau Ke-Jawa-an. Dari bukuini kita bisa memperoleh kekayaan informasi yang bergunabagi peneguhan ideologi gerakan ini yang belakanganini menjadi wacana publik persyarikatan. Bukan hanyaberkaitan dengan tradisi Jawa tapi juga tradisi lokal yangmenjadi kunci pembuka bagi komunikasi gerakan inidengan rakyat kebanyakan.[]

Page 196: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 196/227

Page 197: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 197/227

175

Lampiran-Lampiran

Lampiran I: Muktamar-MuktamarMuhammadiyah

Muktamar Nama Tahun Tempat Keterangan

Muktamarke-1

AlgemeeneVergadering 1912 Yogyakarta

Muktamarke-2

AlgemeeneVergadering 1913 Yogyakarta

Muktamarke-3

AlgemeeneVergadering 1914 Yogyakarta

Muktamarke-4

AlgemeeneVergadering 1915 Yogyakarta

Muktamarke-5

AlgemeeneVergadering 1916 Yogyakarta

Muktamarke-6

AlgemeeneVergadering 1917 Yogyakarta

Muktamarke-7

AlgemeeneVergadering 1918 Yogyakarta

Muktamar

ke-8

Algemeene

Vergadering1919 Yogyakarta

Muktamarke-9

AlgemeeneVergadering 1920 Yogyakarta

Page 198: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 198/227

176AHMAD NAJIB BURHANI

Muktamar

ke-10

Algemeene

Vergadering1921 Yogyakarta

Muktamarke-11

Jaarvergader-ing 1922 Yogyakarta

Muktamarke-12

Perkumpulan Tahunan 1923 Yogyakarta

Muktamar

ke-13Congres ke-13 1924 Yogyakarta

Muktamarke-14

Congres (RapatBesar) Tahunanke-14

1925 Yogyakarta

Muktamarke-15 Congres ke-15 1926 Surabaya

Muktamarke-16 Congres ke-16 1927 Pekalongan

Muktamarke-17 Congres ke-17 1928 Yogyakarta

Muktamarke-18 Congres ke-18 1929 Solo

Muktamarke-19 Congres ke-19 1930 Bukittinggi

Muktamarke-20 Congres ke-20 1931 Yogyakarta

Muktamarke-21 Congres ke-21 1932 Makassar

Muktamarke-22 Congres ke-22 1933 Semarang

Page 199: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 199/227

177Lampiran-Lampiran

Muktamar

ke-23Congres ke-23 1934 Yogyakarta

Muktamarke-24 Congres ke-24 1935 Banjar-

masin

Muktamarke-25

Congres Se-perembatAbad

1936 Betawi

Muktamarke-26 Congres ke-26 1937 Yogyakarta

Muktamarke-27 Congres ke-27 1938 Malang

Muktamarke-28 Congres ke-28 1939 Medan

Muktamarke-29 Congres ke-29 1940 Yogyakarta

Muktamarke-30 Congres ke-30 1941 Purwokerto Dibatalkan

MuktamarLuar Biasa

CongresDharurat 1944 Yogyakarta

Pertemuancabang diseluruh Jawa“Baru”

MuktamarLuar Biasa

CongresDharurat 1946 Yogyakarta

Pertemuancabang dansub-cabang diseluruh Jawadan Madura

Muktamarke-31 Muktamar ke-1 1950 Yogyakarta Yang pertamasetelah Indo-

nesia merdeka

Page 200: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 200/227

178AHMAD NAJIB BURHANI

Muktamar

ke-32

Muktamar

ke-321953 Purwokerto

Muktamarke-33

Muktamarke-33 1956 Medan

Muktamarke-34

Muktamarke-34 1959 Yogyakarta

Muktamar

ke-35

Muktamar

ke-351962 Jakarta

Muktamarke-36

Muktamarke-36 1965 Bandung

Muktamarke-37

Muktamarke-37 1968 Yogyakarta

Muktamarke-38

Muktamarke-38 1971

Ujungpan-dang

Muktamarke-39

Muktamarke-39 1975 Padang

Muktamarke-40

Muktamarke-40 1978 Ujungpan-

dang

Muktamarke-41

Muktamarke-41 1985 Surakarta

Muktamarke-42

Muktamarke-42 1990 Yogyakarta

Muktamarke-43

Muktamarke-43 1995 Aceh

Muktamarke-44 Muktamarke-44 2000 Jakarta

Muktamarke-45

Muktamarke-45 2005 Malang

Page 201: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 201/227

179Lampiran-Lampiran

Lampiran 2: Daftar Ketua Umum

MuhammadiyahNO. NAMA PERIODE

1 K.H. Ahmad Dahlan 1912-1923

2 K.H. Ibrahim 1923-1932

3 K.H. Hisjam 1932-1936

4 K.H. Mas Mansur 1936-1942

5 Ki Bagus Hadikusumo 1942-1953

6 Abdurrasjid Sutan Mansur 1953-1959

7 Muh. Junus Anies 1959-1962

8 K.H. Ahmad Badawi 1962-1968

9 K.H. Faqih Usman 1968

10 K.H. A.R. Fachruddin 1968-1990

11 K.H. Ahmad Azhar Basyir 1990-1994

12 Prof. M. Amien Rais 1994-199813 Prof. Ahmad Syai Maarif 1998-2005

14 Prof. M. Din Syamsuddin 2005-2010

Page 202: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 202/227

Page 203: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 203/227

181

Daftar Pustaka

Alan. Muhammadiyah: Te Political Behavior of a Muslim Modernist Organization Under Dutch Colonialism. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989.

Ali, A. Mukti. “Te Muhammadiyah Movement: ABibliographical Introduction.” esis master di Institute ofIslamic Studies, McGill University, Montreal, 1957.

Almanak Moehammadijah ke VI.Djokjakarta: Pengoeroes BesarMoehammadijah Bahagian aman Poestaka, ahoen Hijrah1348 / 1929-1930 M. / 1860 ahoen Djawa.

Almanak Moehammadijah ke IX. Djokjakarta: H.B.Moehammadijah Bg. aman Poestaka, 1351 H. / 1932-

1933 M. Amrullah, Haji Abdul Malik Karim (HAMKA). Moehammadijah

Melaloei iga Zaman. Soematera Barat: Markaz IdarahMoehammadijah, 1946.

-----. Ajahku: Riwajat Hidup Dr. H. Abd. Karim Amrullah danPerdjuangan Kaum Agama di Sumatera. Jakarta: Widjaja,1958.

-----. Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia . Djakarta: BulanBintang, 1961.

Page 204: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 204/227

182AHMAD NAJIB BURHANI

Anam, Choirul. Pertumbuhan Perkembangan Nahdlatul Ulama.Sala: Jatayu, 1985.

Angelino, A.D.A. de Kat.Colonial Policy.2 vol. terj. G.J. Reiner.Te Hague: M. Nijhoff, 1931.

Anies, Mohammad Junus. “Pemandangan di atas Kemadjuan Agama Islam dan Pergerakan Muhammadiyah Hindia

imur ahun 1928” dalam Almanak Muhammadiyah 1348(1929-1930). No. VI. Pengoeroes Besar Moehammadijah

Bahagian aman Poestaka.-------. Pemandangan Agama Islam dan Kaoem Moeslimin.

Djogjakarta: Pengoeroes Besar Moehammadijah, bagianaman Poestaka, 1929.

-------.Kenalilah Pemimpin Anda. Yogyakarta: P.P. MuhammadijahMajlis Pustaka, t.t.

Arin, M. . Muhammadiyah: Potret Yang Berubah.Surakarta:Institute Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial Budaya danKependidikan, 1990.

Asroe, Yusron, M. Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran danKepemimpinannya, Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 1983.

Bachtiar, Harsya, W. “Te Religion of Java: A Commentary.”

Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia.No. 5 (1973).Beardsmore, Hugo Baetens. “Culture and Stereotypes –

Interaction Between Europe and Indonesia.” Makalahdisampaikan pada seminar oleh Kedutaan Besar Indonesiabertajuk Indonesia’s Cultural Diversity in imes of GlobalChange.Brussels. 7 Desember 2002.

Beatty, Andrew. Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account.Cambridge: Cambridge University Press, 1999.

Beck, Herman. “Islamic Purity at Odds with Javanese Identity:Te Muhammadiyah and the Celebration of the Garebeg

Page 205: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 205/227

183Daftar Pustaka

Maulud Ritual in Yogyakarta” dalam Jan Platvoet and Karelvan der oorn (eds.). Pluralism and Identity: Studies in RitualBehaviour.Leiden: Brill, 1995.

Bellah, Robert N. “Cultural Identity and Asian Modernization.”Makalah untuk Cultural Identity and Modernization in AsianCountries: Proceedings of Kokugakuin University CentennialSymposium.Institute for Japanese Culture and Classics,Kokugakuin University, 1983.

Benda, Harry J. Te Crescent and the Rising Sun: Indonesian IslamUnder the Japanese Occupation 1942-1945.Holland: ForisPublications, 1983.

-----. “Christiaan Snouck Hurgronje and the Foundation ofDutch Islamic Policy in Indonesia” dalam Ahmad Ibrahimand Sharon Siddique (ed.). Reading on Islam in South East

Asia.Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1985.

-----. “Christiaan Snouck Hurgronje and the Foundation ofDutch Islamic Policy in Indonesia” dalamContinuity andChange in Southeast Asia: Collected Journal Articles of Harry J.Benda.New Haven, Connecticut: Yale University Southeast

Asia Studies, 1972.

Berita ahunan Moehammadijah Hindia imoer 1927. H.B.

Moehammadijah, 1929.Boeah Congres Minangkabau 1930. Jogjakarta: H.C. Congres

Moehammadijah, 1930.

Boeah Congres Moehammadijah Seprempat Abad.Djogjakarta:Honfdcomite Congres Moehammadijah, 1936.

Boland, B.J., and Farjon, I. Islam in Indonesia: A Bibliographical

Survey. Dordrecht: Holland, 1983.Bouquet, Mary. “‘You cannot be a Brahmin in the English

Countryside.’ Te Partitioning of Status, and Its

Page 206: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 206/227

184AHMAD NAJIB BURHANI

Representation Within the Farm Family in Devon” dalam Anthony P. Cohen, Symbolising Boundaries: Identity andDiversity in British Cultures,(Manchester: ManchesterUniversity Press, 1986)

Bourdieu, Pierre. Outline of a Teory of Practice. erj. RichardNice. Cambridge: Cambridge University Press, 1977.

-----. Te Logic of Practice. erj. by Richard Nice. Cambridgedan Oxford: Polity Press bekerja sama dengan Blackwell

Publishers, 1995.Bousquet, G.H. A French View of Te Netherlands Indies.erj.

Philip E. Lilenthal, London: Oxford University Press, 1940.

Bowie, Fiona. Te Anthropology of Religion: An Introduction.Oxford: Blackwell Publishers, 2001.

Castles, Lance.Religion, Politics, and Economic Behavior in Java:

Te Kudus Cigarette Industry. Yale University, Southeast AsiaStudies, Cultural Report Series No. 15, 1967.

Dahlan, Ahmad K.H. “Kesatuan Hidup Manusia” dalam AbdulMunir Mulkhan, ed. Pesan-pesan Dua Pemimpin Besar IslamIndonesia, Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim

Asy‘ari. Yogyakarta: P Persatuan, 1986.

-----. “Te Unity of Human Life” dalam Charles Kurzman ed. Modernist Islam, 1840-1940: A Sourcebook.New York:Oxford University Press, 2002.

Darban, Ahmad Adabi. Sejarah Kauman: Menguak IdentitasKampung Muhammadiyah. Yogyakarta: erawang, 2000.

Darban, Ahmad Adaby, et. al. Kraton Jogja: Te Historyand Cultural Heritage. Jakarta: Kraton NgayogyakartaHadiningrat dan Indonesia Marketing Association, 2002.

Day, Clive. Te Policy and Administration of the Dutch in Java.New York: Te Macmillan Company, 1904.

Page 207: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 207/227

185Daftar Pustaka

van Dijk, Kees. “Sarongs, Jubbahs, and rousers: Appearance as aMeans of Distinction and Discrimination” dalam Outward

Appearances: Dressing State and Society in Indonesia.ed. HenkSchulte Nordholt. Leiden: KI LV Press, 1997.

-----. “Te Indonesian Archipelago from 1913 to 2013:Celebrations and Dress Codes Between International, Local,and Islamic Culture” dalamIslam in the Era of Globalization:

Muslim Attitudes towards Modernity and Identity.ed. Johan

Meuleman. Jakarta: INIS, 2001.Djamil, Fathurrahman. Metode Ijtihad Majlis arjih

Muhammadiyah. Jakarta: Logos, 1995.

Eickelman, D. “Te Study of Islam in Local Contexts” dalamContributions to Asian Studies17: 1-16, 1982.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.ESL erminology dalam http://www.educ.wsu.edu/esl/

ESLterms.html. Diakses pada 22 Desember 2003.

Evans-Pritchard, E. E. Witchcraft, Oracles and Magic among the Azande.Oxford: Clarendon Press, 1976.

Federspiel, Howard M. “Te Muhammadijah: A Study of anOrthodox Islamic Movement in Indonesia” dalamIndonesia,No. 10, Oktober, 1970.

-----. Islam and Ideology in the Emerging Indonesian State: TePersatuan Islam (PERSIS), 1923 to 1957.Leiden: E.J. Brill,2001.

Furnival, J.S. Colonial Policy and Practice: A Comparative Studyof Burma and Netherlands India.Cambridge: CambridgeUniversity Press, 1948.

Page 208: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 208/227

186AHMAD NAJIB BURHANI

Geertz, Clifford. “Modernization in A Muslim Society: TeIndonesian Case” dalam Robert N. Bellah, ed.Religion andProgress in Modern Asia.New York: Te Free Press, 1965.

-------. Te Religion of Java.Chicago: University of ChicagoPress, 1976.

Goebahan Congress Moehammadijah ke 24 di Kalimantan(Bandjarmasin). Disiapkan oleh Radjab Gani. Soerabaja:M.S. Ibrohim, 1932.

Gunawan, Restu, ed. okoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan:Ir. Soekarno dan K.H. Ahmad Dahlan. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan RI, 1999.

Haanie, A.D. Islamisme dan Materialisme. Djogjakarta: DrukkerijPPPB, 1934 H.

Hadikusuma, Djarnawi. Matahari-matahari Muhammadiyah:

Dari K.H.A. Dahlan Sampai dengan K.H. Mas Mansur.Volume pertama. Edisi kedua. Yogyakarta: Persatuan, 1978.

Hadjid, K.R.H. Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta:Siaran, t.t.

-------. Ajaran K.H.A. Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-ayat Al-Qur’an. Yogyakarta: Al-Hikmah, 1977.

Himpunan Putusan Madjlis ardjih Muhammadijah.Edisi kedua. Jogjakarta dan Djakarta: P.P. Muhammadijah, 1390/1971.

Hiqmah, Nor. H.M. Misbach: Sosok dan Kontroversi Pemikirannya. Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000.

Hodgson, Marshall G. Te Venture of Islam: Conscience andHistory in a World Civilization.Volume dua (dari tiga

volume). Chicago: University of Chicago Press, 1974.Ingelson, John.In Search of Justice: Workers and Unions in Colonial

Java, 1808-1926.Singapore: Oxford University Press, 1986.

Page 209: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 209/227

187Daftar Pustaka

Jainuri, Achmad.Te Formation of Te Muhammadiyah’s Ideology1912-1942. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1999.

Joyokusumo, G.B.P.H. Jakarta. Wawancara, 30 Januari 2003.

Kaptein, N.J.G. Muhammad’s Birthday Festival: Early History inthe Central Muslim Lands and Development in the MuslimWest until the 10th/16th Century.Leiden: E.J. Brill, 1993.

-----. Te Muhimmât al-Nafâ’is: a Bilingual Meccan FatwaCollection for Indonesian Muslims from the End of theNineteenth Century. Jakarta: INIS, 1997.

-----. “European Dress and Muslim Identity in the NetherlandsEast Indies.” Makalah Kongres Internasional ReligiousChange in Pluralistic Contextsyang diadakan oleh LeidenInstitute for the Study of Religions (LISOR) di Leiden,Belanda. 28-30 Agustus 2003.

Karim, M. Rusli. “Gagasan KH. Ahmad Dahlan: Banyakyang Belum Dioperasionalkan” dalam Rusli Karim, ed.,

Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar. Jakarta:Rajawali Press, 1986.

Kartini, Raden Adjeng.Letters of a Javanese Princess.Diterjemah-kan dari bahasa Belanda oleh Agnes Louise Symmers dandiedit dan diberi pengantar oleh Hildred Geertz. New York:

W.W. Norton, 1964.Kartodirdjo, Sartono. Te Peasants’ Revolt of Banten in 1988, Its

Condition, Course and Sequel: A Case Study of Social Movementsin Indonesia.‘S-Gravenhage: N.V. De Nederlandsche Boek-en Steendrukkerij v/h H. L. Smits, 1966.

Koentjaraningrat. Javanese Culture.Oxford: Oxford University

Press, 1985.van Koningsveld, Sjoerd. “Between Communalism and

Secularism: Modern Sunnite Discussions on Male Head-

Page 210: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 210/227

188AHMAD NAJIB BURHANI

Gear and Coiffure” dalam Jan Platvoet dan Karel vander oorn (ed.). Pluralism and Identity: Studies in RitualBehaviour.Leiden: Brill, 1995.

Kumar, Ann. “Javanese Court Society and Politics in the LateEighteenth Century: Te Record of a Lady Soldier” dalamIndonesia.No. 29. 1980.

-----. Te Diary of a Javanese Muslim: Religion, Politics and thePesantren 1883-1886. Canberra, Faculty of Asian Studies,

Australian National University, 1985.Kuntowijoyo. “Pengantar” dalam Alwi Shihab. Membendung

Arus: Responss Gerakan Muhammadiyah terhadap MisiKristen di Indonesia.Bandung: Mizan, 1998.

-----. Muslim anpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politikdalam Bingkai Strukturalisme ransendental.Bandung:

Mizan, 2001.Laffan, Michael Francis. Islamic Nationhood and Colonial

Indonesia, Te Umma Below the Winds. London:RoudledgeCurzon, 2003.

Mansoer, Kjai M. Risalah auhid dan Sjirik.Surabaja: Peneleh,t.t. (1949 ?).

-----. Risalah auhid dan Sjirik.Surabaja: Peneleh, 1970.Mangkoeto, S.J. Soetan. Pedoman Penjiaran Moehammadijah.

Ditashihkan oleh j.m. A.R. Soetan Mansoer. PadangPandjang: Hadji Abdoellah Noer, 1936.

Mehden, Fred R. Von Der. Religion and Nationalism in Southeast Asia: Burma, Indonesia, Te Philippines.Madison: TeUniversity of Wisconsin Press, 1963.

Muhaimin, A.G. “Te Islamic raditions of Cirebon: Ibadatand Adat Among Javanese Muslims.” Disertasi doktoral.Canberra: Te Australian National University, 1995.

Page 211: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 211/227

189Daftar Pustaka

Mulkhan, Abdul Munir. Warisan Intelektual KH. AhmadDahlan dan Amal Muhammadiyah. Yogyakarta: PercetakanPersatuan, 1990.

-----. Islam Murni dalam Masyarakat Petani. Yogyakarta: Bentang,2000.

Nagazumi, Akira.Te Dawn of Indonesian Nationalism: Te EarlyYears of the Budi Utomo, 1908-1918. okyo: Institute ofDeveloping Economies, 1972.

Nakamura, Mitsuo. Te Crescent Arises over the Banyan ree. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993.

van Niel, Robert. Te Emergence of the Modern Indonesian Elite.Leiden: KI LV, 1984.

Noer, Deliar. Te Modernist Muslim Movement in Indonesia1900-1942. Singapore: Oxford University Press, 1973.

Peacock, James L. Muslim Puritans: Reformist Psychology in SouthEast Asian Islam. Berkeley: University of California, 1978.

-----. “Dahlan and Rasul: Indonesian Muslim Reformers” dalam A.L. Becker dan Aram A. Yengoyan (ed.).Te Imagination ofReality: Essays in Southeast Asian Coherence System.Norwood,New Jersey: Ablex Publishing Corporation, 1979.

-----. Gerakan Muhammadiyah: Memurnikan Ajaran Islam diIndonesia. Jakarta: Cipta Kreatif, 1986.

-----. Purifying the Faith: Te Muhammadiyah Movement inIndonesian Islam. Arizona: Arizona State University, 1992.

Panggoegahing Islam.Soerakarta: Pimpinan MoehammadijahSoerakarta, Bagian aman Poestaka, 1928.

Penders, C.L.M. Indonesia: Selected Documents on Colonialismand Nationalism, 1830-1942. Brisbane: University ofQueesland Press, 1977.

Page 212: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 212/227

190AHMAD NAJIB BURHANI

Pitt-Rivers, Julian. “Te Stranger, the Guest and the Hostile Host:Introduction to the Study of the Laws of Hospitality” dalam

J.G. Peristiany. Contributions to Mediterranean Sociology: Mediterranean Rural Communities and Social Change.Paris-Te Hague: Mouton & Co, 1968.

Poensen, C. “Letters about Islam from the Country Areas of Java,1886” dalam Indonesia. Selected Documents on Colonialismand Nationalism, 1830-1942. ed. dan terj. Christian

Lambert Maria Penders. St. Lucia, Queensland: Universityof Queensland Press, 1977.

Prole of Muhammadiyah: Muhammadiyah Facing the GlobalEra. ed. Agus Basri et. al. Jakarta: Bank Persyarikatan, 2003.

Programma dan Agenda Congres Moehammadijah ke-XVIII jangerbesar di Solo.Solo: Comite van Ontvangst Congres

Moehammadijah, 1929.

Puar, Yusuf Abdullah. Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Antara, 1989.

Qaidah Moehammadijah Bahagian Hizboel Wathan Hindiaimoer. Jogjakarta: H.B. Moehammadijah, 1927 (?).

Qaidah Moehammadijah Bahagian aman Poestaka. Jogjakarta:H.B. Moehammadijah, 1929.

Reglement Moehammadijah Bahagian P.K.O. Jogjakarta: H.B.Moehammadijah, 1927 (?).

Redeld, Robert. Te Primitive World and Its ransformation.Ithaca: Cornell University Press, 1953.

Ricklefs, M.C. “Six Centuries of Islamization in Java” dalamConversion to Islam.ed. Nehemia Levtzion. New York:Holmes & Meier Publishers, 1979.

-----. “Islam and Te Reign of Pakubuwana II, 1726-49” dalamIslam: Essays on Scripture, Tought and Society: A Festschrift

Page 213: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 213/227

191Daftar Pustaka

in Honour of Anthony H. Johns.Diedit oleh Peter G. Riddelldan ony Street. Leiden: Brill, 1997.

-----. Te Seen and Unseen Worlds in Java, 1926-1949: History,Literature and Islam in the Court of Pakubuwana II.Honolulu: Allen & Unwin dan Univeristy of Hawai’i Press,1998.

-----. “Pengaruh Agama Islam terhadap Budaya Jawa, erutamapada Abad ke-XIX: Dasar Programa Penelitian Kerjasama

dengan Perpustakaan Nasional RI.” Makalah untuk seminarKebudayaan Jawa,dokumentasi Jawa Milist.Oktober 2000.

-----. “Culture, Ethnicity, and Religion as Process: Inter-Culturality as the Key to the Future” dalam Kultur: TeIndonesian Journal for Muslim Cultures,Vol. I, No. I, 2000.

Roff, William R. “Islam Obscured? Some Reections on Studies

of Islam and Society in Southeast Asia” dalam Archipel,29,no. 1, 1985.

Safwan, Mardanas and Sutrisno Kutoyo.K.H. Akhmad Dahlan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1999.

Said, Edward W. Orientalism.New York: Vintage Books, 1979.

Salam, Solichin. K.H. Ahmad Dahlan: jita-tjita dan

Perdjuangannja. Djakarta: Depot PengadjaranMuhammadijah, 1962.

-----. K.H. Ahmad Dahlan: Reformer Islam Indonesia.Djakarta:Djaja Murni, 1963.

-----. Muhammadijah dan Kebangunan Islam di Indonesia.Djakarta: N.V. Mega, 1965.

Salam, Junus. K.H.A. Dahlan: Amal dan Perdjoangannja.Djakarta: Depot pengadjaran Muhammadijah, 1968.

Page 214: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 214/227

192AHMAD NAJIB BURHANI

Shihab, Alwi Abdurrahman. “Te Muhammadiyah Movementand Its Controversy with Christian Mission in Indonesia.”Disertasi doktor. emple University, 1995.

-----. Membendung Arus: Responss Gerakan Muhammadiyahterhadap Misi Kristen di Indonesia.Bandung: Mizan, 1998.

Shairaishi, akashi. An Age in Motion: Popular Radicalism in Java, 1912-1926. Ithaca dan London: Cornell UniversityPress, 1990.

Smart, Ninian. Dimensions of the Sacred, an Anatomy of theWorld’s Beliefs.London: HarperCollinPublishers, 1996.

Soebardi, S.Te Book of Cabolek.Te Hague: Martinus Nijhoff,1975.

-----. “Santri-Religious Elements as Reected in the Book ofjĕ ntini” dalam BKI,No. 127, 1971.

Soedja’, H. Muhammadiyah dan Pendirinya. Yogyakarta: P.P.Muhammadiyah, Majlis Pustaka, 1989.

Soedjatmoko. Etika Pembebasan, Pilihan Karangan tentang: Agama, Kebudayaan, Sejarah dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta:LP3ES, 1996.

Soengoeting Moehammadijah. Moehammadijah 1927.

Stahl, Paul H. “Classication of Names and Identities” dalamPaul H. Stahl, Name and Social Structure: Examples FromSoutheast Europe. erj. Carvel de Bussy. Boulder: EastEuropean Monographs, 1998.

Statuten dan Huishoudelijk Reglement Moehammadijah sertaQa‘idah bahagian-bahagiannja dan Oeroesan-oeroesan

Bhagian ‘Aisjijah.Djogjakarta: Hoofdcomite Moeham-madijah, 1935.

Page 215: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 215/227

193Daftar Pustaka

Steenbrink, Karel A. Dutch Colonialism and Indonesian Islam. Amsterdam: Rodopi B.V., 1993.

Suminto, H. Aqib. Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoorvoor Inlandsche Zaken. Jakarta: LP3ES, 1985.

Supadjar, Damardjati. Filsafat Sosial Serat Sastra Gending. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001.

Suryo, Djoko. “ radisi Santri dalam Historiogra Jawa: PengaruhIslam di Jawa.” Makalah untuk seminarKebudayaan Jawayang diselenggarakan oleh Jawa Milist.Oktober 2000.

Susmono, Ki Enthus. “Membumikan Wayang pada Al-Quran.” Makalah untuk Halaqah arjih: Dialektika Agama danPluralitas Budaya Lokal.Pusat Studi Budaya UMS, Majlisarjih PP Muhammadiyah dan Ford Foundation. Surakarta.

5-7 Maret 2002.

andz Hoofdbestuur Moehammadijah: Boeah Congres Moehammadijah XXIII (Mengandung Poetoesan Congres Moehammadjah ke 15 Sampai ke 23).Edisi kedua. Djogjakarta: Hoofdcomite Congres Moehammadijah,1938.

Verslag “Moehammadijah” di Hindia imoer ahoen ke X (Januari-December 1923),Djogjakarta (Djawa): Pengoeroes BesarMoehammadijah, 1924.

Von der Mehden, Fred R. Religions and Nationalism in Southeast Asia.Medison: University of Wisconsin, 1963.

Wiegers, Gerard. “Language and Identity: Pluralism and theUse of Non-Arabic languages in the Muslim West” dalam

Jan Platvoet dan Karel van der oorn (ed.).Pluralism and

Identity: Studies in Ritual Behaviour.Leiden: Brill, 1995.

Page 216: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 216/227

194AHMAD NAJIB BURHANI

Woodward, Mark. Islam in Java: Normative Piety and Mysticismin the Sultanate of Yogyakarta. ucson: University of ArizonaPress, 1989.

-----. oward a New Paradigm: Recent Developments in IndonesianIslamic Tought. Arizona: Arizona State University, 1996.

-----. “Te Slametan: extual Knowledge and Ritual Performancein Central Javanese Islam.” InHistory of Religions.28 no.I:54-89, 1998.

Yusuf, M. Yunan.Pandangan eologi K.H. Ahmad Dahlan. Jakarta:Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Lembaga Pengkajian danPengembangan, 1995.

Page 217: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 217/227

195

Indeks

A abangan, 3, 12, 24, 25, 26, 28,

29, 30, 31, 32, 33, 35, 36,38, 39, 44, 46, 112

abdi dalem, xv, xix, 50, 55, 59,69, 78, 82, 83, 84, 95, 96,97, 100, 119, 126, 155,156, 164, 165

abdi dalem pamethakan, xix,83, 100

Abdul Kamid, 112 Abdullah Sirat, 82

Abdul Mukti Ali, 24 Abdul Munir Mulkhan, 3, 61,71, 141, 161, 184

Abdul Rahman, 82, 83 Aceh, 3, 92, 134, 178 Achmad Jainuri, 63, 110, 135 Addison, James Tayer, 74 Ahmad Adaby Darban, 20, 56,

84 Ahmadiyah, 102 Ahmad Jainuri, 168

akidah, 101, 130, 150, 152al-Banna, Hasan, 102al-Hajawi, Muhammad bin al-

Hasan, 103 Ali, Muhammad, 102

Al-Jizawi, 102 Alwi Shihab, 61, 66, 104, 119,188

A. Najib Burhani, 165 Anggaran Dasar, 134, 135, 169 Anggaran Rumah angga, 134,

166, 169animisme, 26, 28, 29, 31, 33,

40, 42anti-Belanda, 155 Aqib Suminto, 74 Arab Saudi, 145, 152 A.R. Fakhruddin, 147aristokratik, 155 A.R. Sutan Mansur, 134

arwah, 29, 30, 124 Asia enggara, 34, 43, 51atela, 20, 110 Atmosudigdo, 112

Page 218: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 218/227

196AHMAD NAJIB BURHANI

A. Watik Pratiknya, 3 Azande, 30, 185

BBahasa Jawa, 18Bahtiar Effendy, 3Bali, 2Banjarmasin, 145

batik, 19, 93, 94, 109, 110Beardsmore, Hugo Baetens, 18Beatty, Andrew, 12, 38, 39, 159Bejo, 21, 112Belanda, 6, 17, 24, 25, 26, 27,

34, 35, 36, 38, 46, 59, 61,63, 64, 67, 71, 72, 73, 74,76, 88, 90, 92, 101, 107,108, 110, 120, 155, 159,163, 164, 165, 167, 168,187, 193

Bellah, Robert N., 14, 186beskap, 20, 109, 110blangkon, 19, 109, 110, 149Boedi Oetomo, xv, xviii, 4, 8,

50, 59, 60, 61, 62, 63, 64,65, 66, 68, 77, 78, 84, 86,87, 90, 91, 92, 117, 118,119, 120, 121, 126, 144,156, 157, 162

Bousquet, G.H., 73, 74, 103Bowie, Fiona, 35, 106budaya Jawa, xvii, xviii, 1, 2, 4,

5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14,15, 18, 20, 24, 28, 31, 34,41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,

49, 60, 69, 70, 77, 78, 79,81, 95, 96, 97, 98, 99,101, 105, 117, 118, 120,121, 124, 126, 127, 129,132, 145, 147, 148, 150,152, 155, 156, 157, 158,160, 161, 162, 166

budaya lokal, xix, 2, 3, 5Buddha, 11, 13, 17, 26, 27, 28,

29, 32, 33, 36, 40, 42, 44,52, 163Budihardjo, 64Buya Hamka, 131

Ccakra manggilingan, 122Catalonia, 105Cirebon, 24, 71, 188Cooper, Abraham, 169curiga manjing warangka, 157

DDakwah Kultural, 3Damardjati Supadjar, 158Danoewijoto, 86Danuwijoto, 87Darmosewojo, 86Denpasar, 2Djarnawi Hadikusuma, 6, 103,

151Djawa-dipa, 105Djojosumarto, 60, 91Djoko Suryo, 24

Page 219: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 219/227

197Indeks

dr. Soetomo, 172dukun, 23, 32, 151, 152Dwijosewojo, 56, 64, 65, 87,

90

Eenkulturasi, 21Eropa, 25, 45, 63, 120

Evans-Pritchard, Edward Evan,30

FFarid Makruf, 165, 166Federspiel, H.M., 1, 124, 137,

143Federspiel, Howard, 136Finlandia, 105

Ggamelan, 19garebeg maulud, 40Garut, 13, 15, 117, 160, 163Geertz, Clifford, xvi, 3, 11, 28,

29, 54, 119gendruwo, 22, 30, 124Ghazalian, 165, 166grebeg, xviii, 8, 58, 82, 99, 100,

126, 147, 148, 156

Grebeg Besar, 58, 99Grebeg Kraton, 166Grebeg Mulud, 58, 99Grebeg Pasa, 99

Gregorian, 98Gubernur Jenderal, 82, 87, 101Gusti Joyo, 55, 59, 165Gusti Joyo (KGBH

Joyokusumo), 165

HHaedar Nashir, 3

Haji Fachruddin, 83, 84Haji M. Misbach, 112Haji Mohammad, 82Haji Rasul, xix, 131, 132, 133,

134, 135, 136, 143, 152Haji Sudjak, 83Hajriyanto Y. Tohari, 3Hamengkubuwana I, 51Harthoorn, S.E., 24Hasyim Asy’ari, xvii, 56, 71,

72, 141Herman Beck, 1, 100, 147Hesperonesia, 18Hijriah, 98, 99Hindia Belanda, 63, 67, 73, 74,

108, 167, 193Hindia imur Belanda, 6, 25,

26, 35, 64, 101, 107Hindu, 11, 13, 24, 26, 27, 28,

29, 32, 33, 36, 40, 41, 42,44, 51, 52

Hizbul Wathan, 88Hodgson, Marshall G.S., 12Hoof BestuurMuhammadiyah,

162

Page 220: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 220/227

198AHMAD NAJIB BURHANI

Hoofdcomite CongresMoehammadijah, 65, 99,150, 193

IIdul Adha, 19India, 32, 40, 41, 51, 52, 105,

185

insan kamil, 52inses, 22intelektual, 130, 136, 143inwardly, 162Irlandia, 105islamisasi, 37, 46, 47Islam varian Jawa, xvi, xix

J janggrung, 19 jaranan, 19 Jawa Buddha, 17 Jawa Kristen, 17 Jawa kuno, xv, 26 jawanisasi, 47 Jawanisme, 26 Jawa imur, 13, 28, 89, 135 Jawa vis-à-vis Kristen, 45 Jepang, 96 joged, 19 Jong-Java, 105

jubah, 107

K

kain batik, 109kalabendu, 121kalender Arab, 98kalender Hijriah, 99Kalimantan, 134, 145, 186Kartini, 120, 187Kasan, 112kasekten, 52katekisme, 13, 33Kauman, xv, xvi, 55, 56, 58,

60, 66, 83, 84, 85, 88, 94,96, 100, 108, 110, 125,126, 160, 184

Kaum Mudo, xix Kaum uo, xix

kenduren, 29keris, 109Kern, R., 101, 108ketoprak, 19KH Ahmad Dahlan, xv khutbah Jum’at, xviiiKi Bagus Hadikusumo, 83, 179kledek, 19Kliwon, 23Koentjaraningrat, 13, 19, 20,

21, 23, 61, 66, 92, 137,187

kosmologi Jawa, 101Kota Gede, 51, 77, 93, 94K.P.A. Adipati Danuredjo, 89

Kraton Ngayogyakarta, 8, 20,184K.R.H. Hadjid, 6, 125

Page 221: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 221/227

199Indeks

Kristen, 11, 17, 45, 66, 69, 70,74, 75, 78, 79, 119, 123,163, 188, 192

kuluk, 19, 110Kumar, Ann, 41, 42Kuntowijoyo, 66, 119, 122,

124, 125, 148, 158, 188Kurzman, Charles, 71, 141,

184

Kusen, 112Kusuma, 21, 112Kweekschool, xviii, 63, 86, 87,

88, 104Kweekschool Jetis, xviii, 104Kyai Haji Abu Bakar bin Kyai

Mas Sulaiman, 55

LLatin, 103L. Beck, Herman, xviLegi, 23LibForAll Foundation, 169,

171

literasi, 14Lodge Gebouw Malioboro, 65logo kongres, 109ludruk, 19

M

Madinah, xix, 4, 9, 130, 145,158Madura, 13, 42, 85, 117, 177Magelang, 63, 65, 87, 88, 171

magnum opus, 35Mahayana, 40Mailrapport, 59, 63, 133Majapahit, 51, 122Majelis Pustaka, 56, 84, 133Majlis arjih, xix, 4, 9, 130,

137, 138, 139, 140, 142,148, 152, 158, 185, 193

Malayo-Polynesia, 18

Markaz IdarahMoehammadijah, 92, 145,181

Marxis, 76, 112Masehi, 98, 166, 167, 168Mas Prawirowiworo, 88, 89,

119Mas Somowidagdo, 88, 89M. Drijowongso, 86Mehden, Fred R. Von Der, 70,

105Mekah, xix, 4, 9, 56, 57, 59,

91, 130, 145, 158Melayu, 44, 57, 86, 103, 108,

163

memedi, 22, 30, 124Minangkabau, 56, 93, 131,132, 133, 134, 135, 136,143, 183

misionaris Kristen, 70, 75, 123Modjokuto, 28Moeslim Abdurrahman, 3Mohammedans, 25moralitas, 31M. Rasjidi, 112M. Sastrominardjo, 86

Page 222: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 222/227

200AHMAD NAJIB BURHANI

M. Sastrosoewito, 86M. Soemodisastro, 86Muhammad Darwisy, xv, 55,

57Muhammad Fadhil, 56, 83Muhammad Hatta, xvi, 100Muhammad Pakih, 83Muktamar Muhammadiyah,

xvii, 148, 175

Muktamar Satu Abad, xviMukti Ali, 6, 24, 56, 70, 92,151

Muslim Marxis, 112M. Warsodimedjo, 86

NNahdlatul Ulama, xvi, 4, 9,

110, 111, 130, 145, 152,182

Nakamura, Mitsuo, xx, 5, 44,45, 68, 71, 96

Ngaisah, 112Ngali, 112

Ngatijah, 112Ngayogyakarta Hadiningrat, 8,

20, 51, 184Ngumar, 112Ngusman, 112Ningrat, 21, 112NU, xvi, xvii, 4, 110, 130, 145,

146

O

Ofrenga, 90opo tumon, 170Oracles, 30, 185Orientalis, 24, 108OSVIA, 63, 65, 87, 88outwardly, 162Oxford, 13, 30, 35, 50, 61, 71,

74, 92, 97, 103, 106, 133,137, 141, 184, 185, 186,187, 189

PPadang Panjang, 131Paijo, 112

Paing, 23Pakih Hasjim, 135Pakubuwana II, 15, 16, 38, 99,

190, 191Pangeran Diponegoro, 112Paradigma, 24, 34, 36, 39, 46,

134, 137, 143Pariah, 33Peacock, James L., 1, 11, 59,

91, 133, 148Pekajangan, 93, 94Pekalongan, 93, 134, 137, 176pembaruan, 69, 70, 77, 78,

125, 143, 152Penders, C.L.M., 28, 33, 38, 43

Penders, Maria, 25, 43, 190pengulu keraton, 59Perang Jawa, 16, 17, 112Perjanjian Giyanti, 51

Page 223: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 223/227

201Indeks

Persatuan Islam (Persis), 160Pertimah, 112petungan, 22, 30Pitt-Rivers, Julian, xv, 95PKI, 76, 77, 131Poensen, Carel, 24Politik Etis, 74Pon, 23pra-Hindu, 11, 13

pra-modern, 42Prancis, 73Prawirowiworo, 88, 89, 90,

117, 119Pringgonoto, 86Prinsenbond Mataram, 90priyayi, xv, xvii, 12, 21, 27, 28,

29, 32, 33, 39, 42, 55, 58,60, 69, 77, 78, 83, 84, 85,86, 88, 91, 92, 93, 94, 96,97, 117, 125, 126, 129,156, 158, 159, 160, 164,165, 172

priyayi Jawa, 42, 129, 164,165, 172

priyayi non-santri, 85, 126,156, 158, 159priyayi santri, 85, 94, 96, 156,

158, 159, 160purikasi, 139, 142, 160puritanisme, xv, 135, 136Purworejo, 65, 88, 90Pustaka Boedi, 166

R

Raden Ketib jandana Haji Ahmat, xviiRaden Sosrosoegondo, 85, 86Raden Sosrosugondo, xviiRaffles, Tomas, 11Raffles, Tomas Stamford, 34Ranuwihardjo, 93re-islamisasi, 47Reksodiharjo, 86Revivalisme, 135Ricklefs, M.C., 12, 15, 17, 24,

25, 36, 37, 38, 44, 86, 99,159

Ridha, Rasyid, 102, 164Risalah auhid, 124, 151, 188

rites de passage, 111Riyaya, 19R.Ng. Ahmad Dahlan, 55Roff, William R., 12, 34, 40Roff, Willim R., 34R. Sosrosoegondo, 61R. . Wirjokoesoemo, 89

SSaiwa, 40Sarekat Rakjat, 77Sarkawi, 82Sartono Kartodirjo, 85sastra gending, 157

sego golong, 19, 30sego tumpeng, 19, 30semi-mitologis, 122Serat Cebolek, 42

Page 224: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 224/227

Page 225: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 225/227

203Indeks

VOC, 51, 107Vollenhoven, Cornelis van, 26

W Wage, 23 Wahabi, xix, 4, 9, 130, 145,

146, 152, 158, 164, 165 wahdatul wujud, 52

Wahidin Sudirohusodo, 59, 60 Waisnawa, 40 Waisya, 33 Wales, 105 wali sanga, 23, 24 Wall Street Journals, 169 wayang, 8, 19, 41, 82, 101,

147, 148 wayang sadat, 148 wayang wali, 148 wayang wong, 19 Weber, Max, 35 Wedana Djajengprakoso, 108 Wisma Kodel, 169 Withcraft, 30

wong Jawa, 12, 15, 16 wong Mataram, 16 wong Pajang, 16 wong selam, 45 wong Surabaya, 16 Woodward, Mark R., 12, 35,

40, 50, 51, 122

Y

Yahudi, 169, 170 Yogyakarta, xv, xvi, xvii, xviii,xx, 1, 4, 5, 8, 13, 40, 41,45, 50, 51, 52, 53, 54, 55,56, 58, 59, 61, 65, 66, 67,68, 69, 71, 72, 74, 76, 78,82, 83, 84, 85, 86, 89, 90,91, 93, 95, 96, 97, 98, 99,100, 101, 104, 105, 108,112, 118, 119, 122, 123,125, 126, 131, 133, 134,137, 141, 147, 148, 149,151, 156, 158, 160, 168,175, 176, 177, 178, 181,182, 183, 184, 185, 186,

189, 192, 193, 194 Yusron Asroe, 6, 55, 89 Yusuf Abdullah Puar, 6

Z Zeehandelaar, Stella, 120

Page 226: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 226/227

Page 227: Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

8/18/2019 Muhammadiyah Jawa - Ahmad Najib Burhani

http://slidepdf.com/reader/full/muhammadiyah-jawa-ahmad-najib-burhani 227/227