mudhorobah musyarokah

34
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Mudharabah dan musyarakah serta implementasinya”. Makalah ini berisikan informasi tentang mudharabah dan musyarakah atau yang lebih khususnya membahas masalah – masalah yang berkaitan dengan mudharabah dan musyarakah, karakteristik serta implementasi mudharabah dan musyarakah baik secara langsung maupun dalam perbankan syariah. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang mudharabah dan musyarakah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Upload: muhammad-khoirul-aziz

Post on 13-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

salah satu bahasan dalam fiqh muamalah

TRANSCRIPT

Page 1: mudhorobah musyarokah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat serta karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Mudharabah dan musyarakah serta

implementasinya”.

Makalah ini berisikan informasi tentang mudharabah dan musyarakah atau

yang lebih khususnya membahas masalah – masalah yang berkaitan dengan

mudharabah dan musyarakah, karakteristik serta implementasi mudharabah dan

musyarakah baik secara langsung maupun dalam perbankan syariah. Diharapkan

makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang mudharabah dan

musyarakah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Yogyakarta, 08 Maret 2014

Penyusun

Page 2: mudhorobah musyarokah

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Ekonomi islam atau ekonomi syariah di indonesia

semakin cepat ditandai dengan semakin banyaknya jumlah perbankan syariah.

Perbankan syariah merupakan perbankan yang dasar operasionalnya

menggunakan al-qur’an dan as-sunnah. Inovasi produk harus dilakukan oleh

praktisi maupun akademisi ekonomi islam agar produk-produk perbankan

syariah mampu bersaing dengan produk yang ditawarkan oleh perbankan

konvensional.

Inovasi produk yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan

transaksi masyarakat harus sesuai dengan akad-akad yang telah dicontohkan

oleh rosulullah serta para sahabat. Akad-akad dalam transaksi atau muamalah

diantaranya terdapat mudharabah dan musyarakah. Kedua akad ini esensinya

adalah akad kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk

memperoleh atau menghasilkan sesuatu.

Banyak hal yang perlu dikaji mengenai akad mudharabah dan

musyarakah terutama berkaitan dengan implementasinya dalam lembaga

keuangan syariah.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian mudharabah dan musyarakah?

2. Apa landasan hukum mudharabah dan musyarakah?

3. Bagaimana implementasi mudharabah dan musyarakah dalam perbankan

syariah?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian mudharabah dan musyarakah

2. Menjelaskan landasan hukum mudharabah dan musyarakah

3. Menjelaskan implementasi mudharabah dan musyarakah dalam perbankan

syariah

Page 3: mudhorobah musyarokah

1. Mudharabah 1.1 pengertian mudharabah

Kata Mudharabah secara etimologi berasal dari kata darb. Dalam

bahasa Arab, kata ini termasuk diantara kata yang mempunyai banyak arti.

Diantaranya memukul, berdetak, mengalir, berenang, bergabung, menghindar

berubah, mencampur, berjalan, dan lain sebagainya.1 Perubahan makna

tersebut bergantung pada kata yang mengikutinya dan konteks yang

membentuknya.

Secara terminologi, mudharabah diungkap secara bermacam-macam

oleh para ulama madzhab. Diantaranya menurut madzhab Hanafi, “suatu

perjanjian untuk berkongsi didalam keuntungan dengan modal dari salah satu

pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain.”2 Sedangkan madzhab Maliki

menamainya sebagai penyerahan uang dimuka oleh pemilik modal dalam

jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha

dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya.3

Adapun menurut istilah ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh

para ahli, namun di sini penulis hanya mengutip beberapa pendapat saja antara

lain:

a. Menurut Sayyid Sabiq “Mudharabah adalah akad antara dua pihak

dimana salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal)

kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan, dan laba dibagi dua sesuai

dengan kesepakatan”.4

b. M. Syafi’i Antonio mengutip pendapat al-Syarbasyi sebagai berikut:

“Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana

1 Al-Mu’jām al-Wasit, Al-juz’ al-awwal, Cet III, (Kairo, Majma’ al-lughah al-Arabiyah), 1972.2 Ibn. Abidin, Radd al-Mukhtār ‘ala al-Durr al Mukhtār, juz IV, (Beirut: Dar Ihya al-Turas,1987)

hal 483.3 Al-Dasuqi, Hasiyah al-Dasuqi’ala al-Sarh al-Kabir, Juz III, (Beirut : Dar al-Fikr,1989),hal 63.4 Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 218.Lihat pula Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah: Kritik atas

Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004), penerjemah, Arif Maftuhin, cet. II, hlm. 77.

Page 4: mudhorobah musyarokah

pihak pertama (shabib al-mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan

pihak lain menjadi pengelola, dan keuntungan usaha dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi

ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian

si pengelola”.5

c. Lewis dan Algaoud mendefinisikan mudharabah sebagai sebuah perjanjian

di antara paling sedikit dua pihak dimana satu pihak, pemilik modal

(shahib al-mal atau rab al-mal), mempercayakan sejumlah dana kepada

pihak lain, pengusaha (mudharib), untuk menjalankan suatu aktivitas atau

usaha. Konsekuensinya para pemberi pinjaman memperoleh bagian

tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang telah mereka biayai6

d. Adiwarman mengutip pendapat M. Anwar Ibrahim bahwa “Mudharabah

adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja

dari pihak lain, dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan

mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua,

yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung”.7

Dari keempat definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mudharabah

adalah akad antara dua pihak atau lebih, antara pemilik modal (shahib al-mal)

dengan pengelola usaha (mudhararib) dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang dibagi berdasarkan kesepakatan yang tertuang di dalam

kontrak, dimana bila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka

kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat kelalaian si pengelola usaha (profit and lost sharing).

5 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 95. Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan oleh Ilmi, Lihat Makhalul Ilmi SM, Teori dan praktek Mikro Keuangan Syari’ah: Beberapa Permasalahan dan Alternatif Solusi, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 32; dan Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) penerjemah, Muhammad Ufuqil Muhibin, dkk., cet. II, hlm. 91.

6 Mervvyn Lewis dan Latifa Algaoud, op.cit., hlm. 667 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2007), hlm. 204-205.

Page 5: mudhorobah musyarokah

1.2 landasan hukum mudharabahMudharabah hukumnya adalah boleh sesuai dengan ijma’ (kesepakatan)

ulama.8 Di dalam Al-Qur’an maupun hadis banyak dijumpai ayat maupun hadis

yang menganjurkan manusia untuk menjalankan usaha. Berikut ini akan

dipaparkan beberapa ayat dan hadits berkenaan dengan anjuran untuk melakukan

usaha.

�م� �ك ب ر� من� ف�ض�ال� �غ�وا �ت �ب ت ن�� أ �اح� ن ج� �م� �ك �ي ع�ل �س� �ي ل

Artinya : “tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…” (Q.S. al-Baqarah : 198)

إ : لمطلب ا عبد بن س لعبا ا سيدنا ن كا ل قا نه ا عنهما الله سرضي عبا بن ا روى

ديا وا به ينزل وال بحرا به يسلك ال ن أ حبه صا على شترط ا ربة مضا ل لما ا دفع ذا

به يشترى بة  وال رطبة  دا كبد ت فعل  ذا ن الله  فإ رسول شرطه فبلغ ضمن ذلك

وسلم عليه الله زه  صلى فأجا

Artinya : “Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Sayyidina Abbas ibn Abd al-Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Kemudian hal tersebut disampaikan kepada Rasulullah SAW dan beliau membolehkannya.” (H.R. Thabrani).

فيهن : ث ثال وسلم عليه الله صلى الله رسول ل قا ل قا بيه أ عن صهيب لح صا  عن

للبيع ال للبيت لشعير با �ر لب ا ط خال وأ رضة لمقا وا جل أ لى إ لبيع ا البركة

Artinya : “Dari Shalih ibn Shuhaib bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (H.R. Ibn Majah).

1.3 rukun mudhorobah

Menurut jumhur ulama’, rukun mudhorobah adalah sebagai berikut:

1. ‘Aqidain (dua orang yang berakad) yaitu mudhorib (pengelola modal) dan

shohibul mal (pemilik modal).

8 Sayyid Sabiq, loc.cit.

Page 6: mudhorobah musyarokah

2. Al-mal (modal) yaitu sejumlah dana yang dikelola oleh mudhorib untuk

digunakan sebagai modal usaha yang diperoleh dari shohibul mal.

3. Ar-ribh (keuntungan) yaitu laba yang diperoleh oleh mudhorib yang

kemudian dibagi bersama dengan shohibul mal sesuai dengan kesepakatan.

4. Al-a’mal (usaha) yaitu usaha/pekerjaan yang dilakukan oleh mudhorib untuk

mengelola al-mal dari shohibul mal.

5. Shighot yaitu serah terima antara mudhorib dan shohibul mal berupa ijab

(ungkapan penyerahan modal) dan qobul (ungkapan menerima modal dan

ungkapan persetujuan kedua pihak).

Menurut Sayyid Saqib (madhab hanafi), rukun mudharabah hanya ijab dan

qobul.

1.4 syarat mudhorobah

Syarat adalah hal-hal yang harus dipenuhi setelah rukun-rukun terpenuhi,

sehingga keberadaan syarat mudharabah terkait dengan rukun-rukunnya. Oleh

sebab itu, syarat-syarat mudhorobah dapat dirinci berdasarkan rukun-rukun yang

telah ditetapkan;

a. Syarat yang terkait dengan orang yang melakukan akad (‘aqidain)

1. Bagi orang yang melakukan akad, disyaratkan mampu melakukan

tasharruf, maka akan dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang

gila, dan orang-orang di bawah pengampuan.

2. Shohibul-mal (pemilik modal) tidak boleh mengikat dan melakukan

intervensi kepada mudhorib dalam mengelola dananya. Ia harus

memberikan kebebasan sepenuhnya kepada mudhorib terhadap hal-hal

yang sudah disepakati. Namun demikian masih diperkenankan membatasi

pada suatu macam barang tertentu, jika pada saat berlangsungnya akad

barang tersebut mudah ditemukan.9

b. Syarat yang terkait dengan modal (al-mal)

9 M. Yazid affandi, fiqh muamalah dan implementasinya dalam lembaga keuangan syariah, (Yogyakarta: logung pustaka, 2009), hlm. 106.

Page 7: mudhorobah musyarokah

1. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila

barang itu berbentuk emas atau perak batangan (tabar) emas hiasan atau

barang dagangan lainnya, maka mudharabah tersebut batal.

2. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal

yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan

tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak, sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati.

3. Modal bukan merupakan pinjaman (hutang).

4. Modal diserahkan langsung kepada mudhorib dan tunai. Jika masih ada

sebagian modal yang dipegang oleh shohibul-mal maka menurut ulama’

hanafi, maliki, dan syafi’i tidak boleh. Namun, ulama’ hambali

membolehkannya, asalkan tidak mengganggu kelancaran usaha.

5. Pengembalian modal dapat dilakukuan bersamaan dengan waktu

penyerahan bagi hasil atau dapat diserahkan pada saat berakhirnya

mudhorobah.

6. Pada prinsipnya, dalam mudhorobah tidak diperkenankan adanya jaminan.

Namun, agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik

modal dapat meminta jaminan pada mudhorib.

c. Syarat yang terkait dengan keuntungan (ar-ribh)

1. Kadar keuntungan harus diketahui, berapa jumlah yang dihasilkan.

Keuntungan tersebut harus dibagi secara proporsional kepada kedua pihak,

dan proporsi (nisbah) keduanya harus sudah dijelaskan pada waktu

melakukan kontrak.10

2. Shohibul-mal berkewajiban menanggung semua kerugian dalam akad

mudhorobah sepanjang kerugian tersebut bukan karena kelalaian

mudhorib. Sebaliknya, mudhorib mengambil risiko tidak memperoleh

apa-apa dari usahanya, seandainya perniagaan tidak menghasilkan

keuntungan.

10 Dimyaudin djuwaini, pengantar fiqh muamalah, (yogyakarta: pustaka pelajar, 2008), hlm. 229

Page 8: mudhorobah musyarokah

d. Syarat yang terkait dengan usaha (al-a’mal)

Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta

untuk berdagang di Negara tertentu, memperdagangkan barang-barang

tertentu, pada waktu tertentu sementara di waktu lain tidak, karena

persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad mudharabah,

yaitu keuntungan.11

e. Syarat yang terkait dengan sighot

Sighot (ijab dan qobul) harus diucapkan oleh kedua belah pihak untuk

menunjukan kemauan mereka, dan terdapat kejelasan tujuan mereka dalam

melakukan sebuah kontrak.

1.5 Macam-macam mudharabah

Akad mudharabah dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Mudharabah muthlaqoh (unrestricted investment)

Mudhorobah mutlaqoh yaitu akad kerja sama mudhorobah dimana mudhorib

diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal usaha. Mudhorobah jenis ini

lebih memberikan keleluasaan kepada mudhorib untuk mengelola modalnya tanpa

dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan tempat. Namun begitu, tetap harus

secara jujur dan terbuka menyampaikan perkembangan usaha kepada shohibul-

mal.

2. Mudharabah muqoyyadah (restricted investment)

Mudharabah muqoyyadah adalah akad kerja sama mudharabah dimana shohibul

mal menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi mudhorib, baik mengenai

tempat, jenis, dan tujuan usaha.

Mudharabah

Mudharabah muqoyyadah dibagi menjadi 2 :

a. Mudharabah muqoyyadah on balance sheet

11 Sahrani Sohari, Abdullah Ru’fah, Fikih Muamalah, Cet. 1, (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hlm.199

Page 9: mudhorobah musyarokah

Mudharabah muqoyyadah on balance sheet merupakan simpanan khusus

(restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat

tertentu yang harus dipatuhi oleh pihak mudhorib.

b. Mudharabah muqoyyadah off balance sheet

Mudharabah muqoyyadah off balance sheet merupakan penyaluran dana

secara langsung oleh shohibul mal kepada mudhorib, dimana terdapat pihak

ketiga (bank) sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara

shohibul mal dengan mudhorib.

1.6 fatwa DSN MUI tentang mudharabahKetentuan Pembiayaan:12

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh

LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)

membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha

(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian

keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

(LKS dengan pengusaha).

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah

disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta

dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan.

5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk

tunai dan bukan piutang.

6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang

disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

12 Majelis ulama indonesia, fatwa DSN NO:07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang pembiayaan Mudharabah (Qiradh), hlm 3

Page 10: mudhorobah musyarokah

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,

namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat

meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya

dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran

terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme

pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa

DSN.

9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau

melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat

ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.

1.7 skema pembiayaan mudhorobah dalam perbankan syariah

2.

Musyarakah2.1 pengertian musyarakah

Pengertian musyarakah ditinjau dari segi etimologi berasal dari Kata syirkah (

bentuk masdar dari ,(شركة fiil madhi ( ,yang berarti jaringan atau net ( شرك

sekutu atau penyambungan.13

13 Ahmad zuhdi Muhdhar, Kamus kontemporer arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi karya grafika, Tt), hlm 1129

Page 11: mudhorobah musyarokah

Dalam kamus bahasa-Indonesia karangan Prof. DR. Mahmud Yusuf dijelaskan

kata syirkah ( berasal dari kata ( شركة ( - شريكة - شركة - شرك –يشرك

yang artinya berserikat, bersekutu dengan dia.14 ( شرك

Secara terminologi, kata musyarakah diambil dari kata syirkah yang berarti al-

Ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih sehingga antara

masing-masing sulit dibedakan seperti persekutuan hak milik atau persekutuan

usaha.15

Untuk lebih mengetahui tentang definisi syirkah, pengertian syirkah secara

terminologi yang disampaikan oleh Fuqaha mazhab empat sebagai berikut:16

Menurut Fuqaha Malikiyah, Al-Syirkah adalah kebolehan bertasharruf bagi

masing-masing pihak yang berserikat maksudnya masing-masing pihak

memberikan ijin kepada pihak lain dalam mentasharrufkan obyek perserikatan.

Menurut Fuqaha Hanabilah, Al-Syirkah adalah persekutuan dalam hal hak dan

tasharruf. Menurut Fuqaha Syafi’iyah, Al-Syirkah adalah berlakunya hak atas

sesuatu bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan. Sedangkan menurut

Fuqaha Hanafiyah, Al-Syirkah adalah akad antara pihak-pihak yang berserikat

dalam hal modal dan keuntungan.

Ulama lain selain ulama empat mazhab di atas, mengemukakan beberapa

pendapat tentang definisi syirkah, pendapat tersebut dikemukakan oleh :

a. Menurut Hasbi Ash Shiddiqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah

akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja

pada suatu usaha dan membagi keuntungannya.17

14 Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: yayasan penyelenggara, penterjemah/penafsiran Al quran, t.t), hlm 196

15 Ghufron A Masadi, Fiqh Muamalah kontekstual, (Jakarta: PT Raja grafindo persada, tt),hlm 191

16 Wahbah Al-Zuhailiy, Al Fiqh al Islamiy waadillatuhu, (Damaskus: Dar Al-Fiqr, 1989),Hlm 792-793

17 TM Hasbi ash Shiddiqie, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974),Hlm 89

Page 12: mudhorobah musyarokah

b. Menurut Muhammad Al Syarbini al Khatib, yang dimaksud dengan syirkah

adalah akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan

keuntungan.18

c. Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama dengan serikat dagang yakni dua

orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama dalam dagang dengan

menyerahkan modal masing-masing dimana keuntungan dan kerugiannya

diperhitungkan menurut besar kecilnya modal masing-masing.19

d. Menurut Imam Taqiyuddin Ibnu Abi Bakar Ibnu Muhammad al Husaini yang

dimaksud syirkah adalah ibarat penetapan sesuatu hal untuk dua orang atau lebih

dengan cara yang telah diketahui.20

Setelah kita membahas tentang definisi syirkah menurut para ulama kiranya

dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah akad antara dua atau

lebih orang yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan. Hasil pendapatan

atau keuntungan ditentukan sesuai dengan kesepakatan bersama diawal, sehingga

kerugian ditanggung secara proporsional sampai batas modal masing-masing.

2.2 landasan hukum musyarakah

Al-Syirkah dalam Al Qur’an sebagai landasan Hukum antara lain terdapat dalam

surat Al Nisa’ Ayat 12.21

فإن ….. كانوآ أآثر من ذلك فهم شر كآء فى ….. الثلث

Artinya : …. Tetapi jika saudara seibu tersebut lebih dari seorang maka mereka bersekutu dalam bagian sepertiga…. ( Al Nisa’ 12)

Dalam surat Al Shaad ayat 24 juga diterangkan tentang dasar hukum dari Syirkah

ini.22

و إن كثيرا من الخلطآء ليبغى بعضهم بعضعلى إال الذين أمنوا

18 H. Hendi suhendi, Fiqh muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2002), hlm 12519 ibid hlm 126-12720 Imam Taqiyuddin abi Bakar ibnu Muhammad al husaini, Kifayat Al akhyar, Fii Al

Ghoyati al Ikhsari, (Semarang: Toha Putra,tt) Juz 1, Hlm 280.21 Departemen agama RI, Al Qur’a n Al Karim Dan terjemahnya, (Semarang: CV Toha

Putra) Hlm 63.22 Ibid, Hlm 38

Page 13: mudhorobah musyarokah

( ص : ٢٤ )........... وعملوا الصالحات و قليل ما هم

Artinya : Sesungguhnya kebanyakan orang-orang berserikat sebagian mereka berbuat aniaya terhadap sebagian lainnya kecuali mereka yang beriman dan beramal sholeh dan mereka ini amat sedikit. (shaad 24)

Selain dasar hukum yang termaktub dalam Al Qur’an dasar hukum Syirkah

diperkuat oleh hadist Rasulullah SAW.23

فقال : ( مسلم ) عليه السالم اللهيد على الشر يكين ما لم يتخاو نا

Artinya : Pertolongan Alloh tercurah atas dua pihak yang berserikat keduanya tidak saling berkhianat (HR Muslim)

Dan juga diperkuat dalam hadist yang terdapat dalam kitab Al Maraghi.24

عن : أبى هريرة اللهرضى عنه قال قال اللهرسول اللهصلى عليه

و : : سلم اللهقال تعالى أنا ثالث لشرا يكين ما لم يخن أحدهما

رواه ) أبو داود و صححه صاحبه . ( الحاكم فإذا خان خرجت من بينهما

Artinya : Dari Abi hurairah RA, Ia berkata bahwasanya Rasulullah SAW, telah bersabda menceritakan firman Allah: aku (Allah) adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat. Selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat pada temannya, apabila berkhianat maka aku (Allah) keluar dari mereka (HR. Abu Daud dan dianggap shahih oleh Hakim)

Dari hadist di atas dijelaskan bahwa dua orang atau lebih yang berserikat atau

mengadakan perkongsian selama keduanya tidak saling berkhianat pada yang lain

maka pertolongan Allah senantiasa tercurah dalam kerjasama tersebut. Namun

apabila ada kecurangan yang dilakukan oleh salah satu dari mereka maka Allah akan

mencabut curahan perlindungan itu. Berdasarkan keterangan Al Qur’an dan Al Hadist

Rasulullah tersebut di atas pada prinsipnya seluruh Fuqaha sepakat menetapkan

bahwa hukum syirkah adalah Mubah, meskipun mereka memperselisihkan keabsahan

hukum beberapa jenis syirkah.

23 Wahbah Al-Zuhailiy, Op. Cit.,, Hlm 79224 Al Hafid Bu Khijrol Al Asqolani, Bulughun Al Marom min Adillatul Ahkam, (Semarang:,CV

Toha Putra, tt), Hlm 187.

Page 14: mudhorobah musyarokah

2.3 rukun musyarakah

Dikalangan mazhab Hanafi menyatakan bahwa rukun akad hanya sighat

al-‘aqad, yaitu ijab dan Kabul, begitu pula dengan rukun musyarokah. Adapun

rukun musyarakah yang disepakati oleh jumhur ulama adalah :25

a. Shigat (lafal) ijab dan qabul

Sighat al-aqad merupakan rukun akad yang terpenting, karena melalui akad

inilah diketahui maksud setiap pihak yang melakukan akad (transaksi). Sighat

al-aqad dinyatakan melalui ijab dan qobul, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tujuan akad itu harus jelas dan dapat dipahami

2. Antara ijab dan Kabul harus dapat kesesuaian

3. Pernyataan ijab Kabul itu harus sesuai dengan kehendak masing-masing,

dan tidak boleh ada yang meragukan

b. Pelaku akad (‘aqidain), yaitu para mitra usaha

Pihak-pihak yang melakukan akad harus cakap hukum seperti berkompeten

dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

c. Obyek akad (ma’qud alaih), yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan

keuntungan (ribh).

2.4 syarat musyarakah

Syarat-syarat musyarokah dapat digolongkan berdasarkan rukun-

rukunnya. Secara terperinci syarat-syarat tersebut yaitu:

a. Syarat yang terkait dengan aqidain

1. Akil dan baligh

Menurut jumhur ulama’ syarat ini mutlak berlaku bagi semua

transaksi. Namun, madhab Hanafi sedikit berbeda dengan menyebut

mumayyiz sebagai syarat untuk orang-orang yang melakukan

transaksi.

2. Memiliki kemampuan dan kompetensi dalam memberikan atau

menerima kuasa perwakilan. Jika obyek musyarokah dikelola

25 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, Cet. 1, (Jakarta:Zikrul Hakim,2003),hlm.54.

Page 15: mudhorobah musyarokah

bersama-sama, maka kemampuan dan kompetensi disyaratkan ada

pada dua-duanya. Jika yang mengelola obyek akad tersebut salah satu

pihak, maka syarat ini hanya berlaku bagi pengelola dana.

b. Syarat yang terkait dengan obyek akad (ma’qud alaih)

1. Modal berupa modal mitsli (barang yang bisa ditimbang, ditakar, dan

boleh diakad salam), harta mitsli adalah harta yang dapat ditemukan

padanannya dipasaran.

2. Sama dalam jenis dan sifatnya, sekiranya barang tersebut bercampur

maka tidak bisa dibedakan.

3. Keuntungan bisa dikuantifikasikan, artinya masing-masing partner

mendapatkan bagian yang jelas dari hasil keuntungan bisnis, bisa

dalam bentuk nisbah dan persentase.

4. Penentuan pembagian bagi hasil (keuntungan) tidak bisa disebutkan

dalam jumlah nominal yang pasti, karena hal ini bertentangan dengan

konsep syirkah untuk berbagi dalam keuntungan dan resiko atas usaha

yang dijalankan.

c. Syarat yang terkait dengan sighot

Sighot dalam akad musyarokah disyaratkan berupa ucapan yang lugas

yang menunjukan adanya izin dalam pengelolaan dana. Maka jika ucapan

hanya terbatas pada memberi pengertian melakukan kerjasama

(bersyarikat) saja, tanpa adanya izin dari kedua belah pihak yang

berserikat, maka akad ini dianggap tidak sah. Namun demikian, menurut

qoul adzhar kata yang memberi pengertian berserikat saja, dianggap sudah

memenuhi persyaratan jika hal tersebut telah menjadi kebiasaan di

masyarakat. Dalam hal ini sahnya akad musyarokah didasarkan pada urf

yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.26

2.5 macam-macam musyarakah

musyarakah secara umum dibagi menjadi 2 yaitu:

26 M. Yazid affandi, fiqh muamalah dan implementasinya dalam lembaga keuangan syariah, (Yogyakarta: logung pustaka, 2009), hlm. 125.

Page 16: mudhorobah musyarokah

1. Syirkah al-amlak

Syirkah al-amlak yaitu dua orang atau lebih memiliki harta bersama tanpa

melalui akad syirkah. Syirkah jenis ini dibagi menjadi dua:

a. Syirkah ihtiyari (perserikatan dilandasi pilihan orang yang berserikat)

yaitu perserikatan yang muncul akibat keinginan dua orang atau lebih

untuk mengikatkan diri dalam satu kepemilikan.

b. Syirkah jabr yaitu sesuatu yang ditetapkan menjadi milik dua orang atau

lebih tanpa kehendak mereka.

2. Syirkah al-uqud

Syirkah al-uqud adalah syirkah yang akadnya disepakati dua orang atau lebih

untuk mengikatkan diri pada perserikatan modal dan keuntungan.

a. Syirkah al-inan

Syirkah al-inan yaitu akad kerjasama dimana kedua belah pihak ikut

berkontribusi dalam modal, usaha, dan berhak atas keuntungan yang

diperoleh. Dalam syirkah al-inan jumlah modal dan usaha yang dilakukan

tidak sama sehingga pembagian keuntungan pun tidak sama. Sehingga

apabila terjadi kerugian, maka dibagi berdasarkan prosentase modal

masing – masing pihak.

b. Syirkah al-muwafadhah

Syirkah al-muwafadhah adalah akad kerjasama dimana modal serta

kontribusi usaha kedua pihak harus sama baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya sehingga keuntungan dan kerugian yang diterima dibagi

secara sama rata.

c. Syirkah al-wujuh

Syirkah al-wujuh adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih

yang memiliki reputasi dan prestise yang baik serta ahli dalam berbisnis.

Mereka membeli barang secara kredit (tidak dengan uang cash), kemudian

menjualnya dengan tunai.

d. Syirkah al-abdan (syirkah al-a’mal)

Page 17: mudhorobah musyarokah

Syirkah al-abdan adalah perserikatan antara dua orang atau lebih dalam

bentuk kerja (tanpa modal) untuk menerima pekerjaan secara bersama-

sama dan berbagi keuntungan.

2.6 fatwa DSN MUI tentang musyarakahBeberapa Ketentuan:27

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),

dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit

menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau

dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan

memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan

perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan

setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam

proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk

mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi

wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan

memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian

dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau

menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

27 Majelis ulama indonesia, fatwa DSN NO:08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang pembiayaan Musyarakah, hlm 2-4

Page 18: mudhorobah musyarokah

a. Modal

1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau

yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset

perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan

sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih

dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para

mitra.

2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,

menyumbangkan atau menghadiahkan modal

musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar

kesepakatan.

3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak

ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya

penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar

pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi

kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh

melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan

dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan

tambahan bagi dirinya.

2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas

nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan

masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan

dalam kontrak.

c. Keuntungan

1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk

menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu

alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

Page 19: mudhorobah musyarokah

2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara

proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak

ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi

seorang mitra.

3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika

keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau

prosentase itu diberikan kepadanya.

4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan

jelas dalam akad.

d. Kerugian

Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara

proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya Operasional dan Persengketaan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.

2.7 skema pembiayaan musyarakah dalam perbankan syariah

Page 20: mudhorobah musyarokah

PENUTUP

1. Kesimpulan Mudharabah merupakan akad antara dua pihak atau lebih, antara pemilik

modal (shahib al-mal) dengan pengelola usaha (mudhararib) dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang dibagi berdasarkan kesepakatan yang tertuang di

dalam kontrak, dimana bila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka

kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat kelalaian si pengelola usaha (profit and lost sharing). Mudharabah

memiliki beberapa rukun yaitu ‘aqidain, al mal, ar ribh, al a’mal, dan sighot.

Mudharabah terbagi menjadi dua macam yaitu mudharabah muthlaqoh dan

mudharabah muqoyyadah.

Musyarakah merupakan akad antara dua atau lebih orang yang berserikat

dalam hal modal dan keuntungan. Hasil pendapatan atau keuntungan ditentukan

sesuai dengan kesepakatan bersama diawal, sehingga kerugian ditanggung secara

proporsional sampai batas modal masing-masing. Musyarakah memiliki beberapa

rukun yaitu ‘aqidain, sighat, dan ma’qud alaih. Musyarakah terbagi menjadi dua

macam macam yaitu syirkah syirkah al amlak dan syirkah al uqud.

2. Rekomendasi

Akad mudharabah dan musyarakah yang telah dikenal dan dirumuskan oleh

ulama-ulama klasik, seyogyanya dapat di gunakan untuk mempermudah

pengembangan transaksi dalam lembaga keuangan di era modern ini dengan tetap

memperhatikan syarat dan rukun dari akad mudharabah dan musyarakah itu

sendiri tanpa menghilangkan sedikitpun makna dan tujuan dari kedua akad

tersebut.

Page 21: mudhorobah musyarokah

Daftar Pustaka

Affandi, Yazid, fiqh muamalah dan implementasinya dalam lembaga keuangan

syariah. Yogyakarta: logung pustaka, 2009.

Syafi’i Antonio, Muhammad, bank syariah: dari teori ke praktek. Jakarta: gema

insani press, 2001

Karim, Adiwarman, bank islam: analisis fiqh dan keuangan. Jakarta: raja grafindo,

2007.

Djuwaini, Dimyaudin, pengantar fiqh muamalah. Yogyakarta: pustaka pelajar, 2008.

Sahrani Sohari dan Abdullah Ru’fah, fikih muamalah. Bogor: ghalia indonesia, 2011.

Zulkifli, Sunarto, panduan praktis transaksi perbankan syariah. Jakarta: zikrul

hakim, 2008.

Suhendi, H. Hendi. Fiqh muamalah. Jakarta: raja grafindo, 2002.

Al-zuhaili, Wahbah, Al Fiqh al Islamiy waadillatuhu. Damaskus: dar al-fiqr, 1989.

Ash shiddiqie, TM Hasbi, pengantar fiqh muamalah. Jakarta: bulan bintang, 1974.

A Masadi, Gufron, fiqh muamalah kontekstual. Jakarta: raja grafindo, tt.