mual dan muntah pada kehamilan

Upload: evan-regar

Post on 15-Jul-2015

312 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bagaimana gejala mual dan muntah pada saat kehamilan dapat diterangkan secara ilmiah?

TRANSCRIPT

Gejala Mual dan Muntah pada Kehamilan oleh Evan Regar, 0906508024

Mual (nausea) serta muntah (vomiting), serta perut terasa kembung, adalah keadaan yang sangat sering ditemukan selama kehamilan. Kedua kondisi ini sering disingkat dengan NVP. Hal ini diperkirakan terjadi pada 50% ibu hamil, serta kejadiannya paling banyak di trimester pertama, terutama di usia kehamilan 6 12 minggu. Keluhan ini sering terjadi pada waktu pagi hari, sehingga sering pula disebut sebagai morning sickness.1 Meskipun demikian tidak selalu kondisi ini muncul di pagi hari, karena dapat saja muncul kapan saja. Pada umumnya kondisi ini tidaklah begitu berat, namun dalam taraf ang lebih berat dapat terjadi ekhialngan waktu untuk bekerja (menurunkan produktivitas), serta di sebagian kecil penderita dapat menimbulkan gangguan metabolik (metabolic derangement), seperti dehidrasi, kehilangan berat badan, gangguan metabolik (ketonuria, hipokalemia). Kondisi yang berat ini dikenal dengan hiperemesis gravidarum.2 Insidens ini biasanya muncul dan memuncak di minggu kesembialn gestasional. 60% kasus berakhir dengan sendirinya di akhir trimester pertama, dan sekitar 91% berakhir di minggu keduapuluh kehamilan.2 Nausea dan muntah juga lebih jarang terjadi di wanita ynag lebih tua, telah banyak melahirkan bayi sebelumnya, serta perokok. Mengapa Dapat Terjadi? Ada banyak hipotesis mengenai apa yang mendasari terjadinya NVP. Diduga bahwa kadar hCG yang meningkat sangat berhubungan dengan insidens NVP. hCG dapat meningkatkan produksi estrogen dari ovarium (korpus luteum), sedangkan estrogen sendiri dapat meningkatkan NVP. Pada kondisi bayi kembar ataupun mola hidatidosa, yang ditandai dengan kadar hCG yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan kehamilan biasa, terjadi risiko yang lebih tinggi terhadap NVP. Secara sederhana, dikatakan bahwa NVP terjadi akibat perubahan kadar hormonal secara drastis dan nyata selama kehamilan terjadi.3

Gambar 1 Korelasi antara kadar hCG maternal (dinyatakan dalam satuan mIU/ml) dengan intensitas gejala NVP2 Teori lain yang cukup kuat membuktian gejala ini adalah tentang defisiensi vitamin B. Hal ini dikuatkan dengan suplementasi vitamin B yang mengurangi insidens NVP.

Selain mekanisme hormonal, menurunnya motilitas saluran GI (terutama dimediasi oleh progesteron yang merelaksasi otot polos) berimplikasi ke peningkatan waktu pengosongan lambung dan penurunan sekresi asam lambung. MVP adalah mekanisme fisiologis untuk mendukung kehamilan Beberapa ahli berubahasa mencari apakah terdapat manfaat yang nyata dari MVP. Mereka menyimpulkan bahwa NVP dapat meningkatkan pertumbuhan plasenta dengan menurunkan asupan energi ibu, insulin, serta IGF-1, sehingga mengalihkan nutrien menjauh dari jaringan maternal menuju plasenta dan fetus.3 Hal ini dikuatkan dengan fakta bahwa asupan nutrisi yang sedikit berkurang pada kehamilan berkorelasi dengan peningkatan massa plasenta (mild levels of dietary limitation). Oleh karena itu, dihipotesiskan pula bahwa NVP lebih mungkin terjadi pada ibu dengan BMI yang tinggi, walaupun penelitian lebih lanjut masih menunjukkan inkonsistensi antara BMI dengan kejadian NVP. Penjelasan selanjutnya melibatkan fungsi profilaksis terhadap makanan yang berpotensi menimbulkan efek negatif. Fakta yang menguatkan aini adalah kaitan antara tingginya insidens NVP dengan waktu yang sangat penting dalam periode organogenesis, dan juga terjadi peningkatan NVP untuk maakann tertentu. Oleh karena itu NVP diduga berperan sebagai mekanisme defensif mengatasi patogen dan teratogen ang dapat diingesti dari makanan, minuman, tembakau, serta alkohol. Hiperemesis Gravidarum1 Keadaan ini didefinisikan sebagia muntah yang terjadi pada awal kehamilan hingga usia kehamilan 20 minggu yang begitu hebat (apa saja yang dimakan dan diminum dapat dimuntahkan), menganggu pekerjaan sehair-hari, berat badan menurun, deihdari, serta terdapat benda keton dalam urin. Secara sederhana, hiperemesis gravidarum dapat dikatakan sebagai kondisi parah dari NVP, meskipun patogenesis dan patofisiologinya belum dapat ditentukan apakah sama atau berbeda dengan NVP. Meskipun demikian hiperemesis gravidarum dikaitkan dengan hormonal, metabolisme, dan psikologis. Tanda yang khas biasanya nausea, muntah, ptialisme (salivasi berlebihan), tanda dehidrasi (seperti hipotensi postural serta takikardia), hiponatremia, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Faktor risikonya salah satunya adalah defisiensi tiamin. Manajemen y y y y y y y y y Hindari pajanan terhadap bau-bauan serta makanan dan minuman yang dapat memicu mual Makan dalam jumlah sedikit namun sering Tatalaksana umum dengan vitamin B6, antihistamin, prokinetik, serta obat-obat lain Vitamin B 6 secara klinis terbukti menurunkan NVP Doksilamin (suatu antihistamin) di beberapa negara telah ditarik karena diduga menimbulkan teratogenisitas Fenotiazin atau metoklopramid (suatu agen prokinetik, agonis dopamin) biasanya diresepkan jika terapi menggunakan antihistamin gagal Antagonis serotonin (5-HT3), seperti ondansetron, terutama digunakan untuk hiperemesis Terapi alternatif dapat menggunakan jahe (jahe dalam kapsul yang tidak berasa, rupanya signifikan dibandingkan plasebo, dan efeknya mirip vitamin B6) Pada umumnya tidak ditemukan adanya teratogenitas dengan menggunakan obat-obatan antiemesis.

Gangguan Lain pada Sistem Gastrointestinal

Pada umumnya kondisi yang menyebabkan gangguan gastrointestinal disebabkan oleh efek fisiologis hormon progesteron terhadap otot polos. Terjadi penurunan kompetensi sfingter pilori serta sfingter esofageal bawah, disertai dengan meningkatnya tekanan intragastrik diduga akibat akumulasi zat makanan yang terkumpul akibat turunnya motilitas lambung. Keseluruhan efek ini akan dapat menyebabkan aliran balik (refluks) asam lambung, yang menyebabkan kondisi GERD. GERD adalah kondisi yang sangat umum terjadi pada kehamilan (mencakup lebih dari 80%).1 Sekresi asam lambung di lain pihak dapat berkurang, mengurangi kejadian ulkus peptikum selain akibat proses pengosongan lambung yang berkurang.

Gambar 2 Pedoman tatalaksana NVP3 Referensi 1. Siddik D. Kelainan gastrointestinal. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010 2. Niebl JR. Nausea and vomiting in pregnancy . N Engl J Med 2010;363:1544-50. 3. Pepper GV, Roberts SC. Rates of nausea and vomiting in pregnancy and dietary characteristics across populations. Proc. R. Soc. B (2006) 273, 26752679

Lampiran Daftar obat-obatan yang sering digunakan dalam kondisi NVP