monitoring dan evaluasi rencana strategis komisi...

55
MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 - 2015 TIM MONEV : BAPPEDA KOTA SURAKARTA

Upload: trinhmien

Post on 13-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

MONITORING DAN EVALUASI

RENCANA STRATEGIS

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS

KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 - 2015

TIM MONEV :

BAPPEDA KOTA SURAKARTA

Page 2: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya atas petunjukNya,maka penyusunan buku Laporan Kegiatan Penanggulangan AIDS di Kota Surakarta Tahun2015 dapat diselesaikan .Pertumbuhan jumlah penderita HIV dan AIDS di Kota Surakarta saat ini sudahmemasuki level endemic yang artinya adalah bahwa di Kota Surakarta bukan hanyaditemukan kasus akan tetapi sudah bisa dilihat potensi kasus . Jumlah penderita HIV danAIDS di Kota Surakarta saat ini berada di posisi ke-2 (dua) terbesar di Provinsi JawaTengah. Perubahan yang terjadi di Kota Surakarta terkait dengan penderita HIV-AIDSadalah pergeseran dari pengguna jarum suntuk atau PENASUN ke ibu rumah tangga.Untuk itu perlu adanya program dan kegiatan yang kreatif dan inovatif dari semuapihak yang tetap sesuai dengan RENSTRA KPAD 2011-2015. Saat ini semua pihak telahberusaha untuk menekan laju pertumbuhan jumlah penderita HIV dan AIDS di KotaSurakarta. Hasil monitoring dan evaluasi yang setiap tahun dilakukan oleh Tim dariBappeda dan seluruh pemangku kepentingan penanggulangan HIV-AIDS, menunjukanproses yang terarah mulai dari adanya RENSTRA, keserasian program dan kegiataninstansi terkait, peran strategis media sebagai sumber dan sarana penyebaran informasihingga peran serta masyarakat dengan pembentukan Warga Peduli AIDS atau WPAdisetiap kelurahan se Kota Surakarta yang dibentuk oleh Komisi Penanggulangan HIV-AIDSDaerah Kota Surakarta (KPAD).Selanjutnya menjadi tugas Pemerintah Kota Surakarta khususnya BAPPEDA untukmemberikan penguatan kapasitas khususnya kapaistas perencanaan bagi komponenWarga Peduli AIDS di Kota Surakarta. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi ProgramPenanggulangan HIV-AIDS ( Monev KPAD ) Kota Surakarta tahun ini digunakann untukmemberikan pelatihan penguatan kapasitas perencanaan bagi WPA ditingkat kelurahansehingga mereka mampu untuk bersinergi dengan pembangunan.Pelatihan ini dipandang perlu untuk menindak lanjuti pengelolaan anggaran hibahyang diberikan oleh Pemeriantah Kota Surakarta kepada WPA sehingga akan terciptaprogram penanggulangan HIV-AIDS yang komprehensif. Seperti yang di instruksikanmelalui Surat Edaran Sekretaris Daerah Kota Surakarta Nomor 910/01 tentang : PersiapanPelaksanaan DPK Tahun 2015, Dalam Rangka Pengelolaan hibah Dana PembangunanKelurahan DPK di masing-masing kelurahan untuk kegiatan yang bertujuanpenanggulangan HIV & AIDS.Harapannya adalah pemberdayaan masyarakat melalui WPA dapat menyusunprogram kegiatan yang tepat sasaran, tepat guna dan tepat waktu untuk efektifitas danefisiensi dengan hasil yang maksimal. Sehingga dengan keterlibatan masyarakat yang tahu,

Page 3: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

iii

sadar, mau dan mampu serta paham akan HIV-AIDS maka angka penderita atau kasus HIV-AIDS yang ada di Kota Surakarta dapat dikurangi dan tidak lagi menjadi daerah endemic.Lebih luas lagi adalah untuk mensinergikan dan meningkatkan peran serta LembagaKemasyarakatan Kelurahan yang telah ada dan dilegitimasi oleh PERDA LKK KotaSurakarta da dapat saling terintegrasi.Akhirnya diucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantutersusunya Buku Laporan Kegiatan Program Monitoring dan Evaluasi PenanggulanganHIV-AIDS di Kota Surakarta Tahun 2015 ini .Surakarta, Juni 2015 . KEPALA

BAPPEDA KOTA SURAKARTA

Ir. AHYANI, MA

Page 4: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Human Immune-deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

yang belum ditemukan obatnya tidak pandang bulu dalam mencari mangsa. Segala usia dan

golongan masyarakat berpeluang sama untuk mengidap virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan tertentu adalah sebuah

pikiran yang sangat usang menyangkut HIV/AIDS. Sebab, kenyataannya, virus itu sangat

dekat dengan kehidupan semua orang.

Di Indonesia, kasus penderita HIV/AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di

Bali, dan sejak saat itu sampai sekarang perkembangan HIV/AIDS di Indonesia juga sudah

sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Dalam Triwulan Juli s.d September 2014

dilaporkan oleh Ditjen PP & PL Kemenkes RI tambahan kasus HIV/AIDS yaitu 7.335 kasus

HIV dan 176 kasus AIDS. Adapun jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d 30

September 2014 yaitu, HIV terdapat 22.869 kasus dan AIDS 1.876 kasus. Secara kumulatif

kasus HIV dan AIDS 1 April 1987 s.d 30 September 2014 adalah HIV sebanyak 150.296

kasus, AIDS sebanyak 55.799 kasus dan yang meninggal sebanyak 8.230 orang.

Jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia menurut jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 1.Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Di Indonesia Menurut Jenis Kelamin

1 April 1987 s.d 30 September 2014

Jenis Kelamin AIDS

Laki-laki 30.001

Perempuan 16.149

Tak Diketahui 9.649

Jumlah 55.799Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 17 Oktober 2014

Sementara itu, jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia menurut faktor risiko dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Di Indonesia Menurut Faktor Risiko

1 April 1987 s.d 30 September 2014

Faktor Risiko AIDS

Heteroseksual 34.305

Homo-Biseksual 1.366

IDU 8.462

Page 5: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

2

Transfusi Darah 130

Transmisi Perinatal 1.506

Tak Diketahui 9.536

Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 17 Oktober 2014

Jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia menurut golongan umur (tidak termasuk

data dari Provinsi DKI Jakarta yang kasus AIDS-nya tidak bisa dikategorikan secara

kelompok umur) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Di Indonesia Menurut Golongan Umur

1 April 1987 s.d 30 September 2014

Golongan Umur AIDS

< 1 238

1 – 4 968

5 – 14 441

15 – 19 1.717

20 – 29 18.352

30 – 39 15.890

40 – 49 5.974

50 – 59 1.874

> 60 551

Tak Diketahui 9.794

Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 17 Oktober 2014

Page 6: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

3

Tabel 4Jumlah Kumulatif Kasus HIV & AIDS di Indonesia Berdasarkan Provinsi

1 April 1987 s.d 30 September 2014

No. Provinsi HIV AIDS1 Papua 16.051 10.1842 DKI Jakarta 32.782 7.4773 Jawa Timur 19.249 8.9764 Jawa Barat 13.507 4.1915 Bali 9.637 4.2616 Jawa Tengah 9.032 3.7677 Kalimantan Barat 4.574 1.6998 Sulawesi Selatan 4.314 1.7039 Riau 2.050 1.104

10 Sumatera Barat 1.136 95211 DI Yogyakarta 2.611 91612 Sulawesi Utara 2.312 79813 Sumatera Utara 9.219 1.57314 Banten 3.642 1.04215 NusaTenggara Timur 1.751 49616 Kepulauan Riau 4.555 38217 Jambi 751 45818 Kalimantan Timur 2.541 33219 Sumatera Selatan 1.652 40920 NusaTenggara Barat 812 49021 Maluku 1.456 52722 Bangka Belitung 510 31923 Lampung 1090 42324 Papua Barat 2.714 1.73425 Bengkulu 308 16026 Sulawesi Tenggara 330 26627 Kalimantan Selatan 526 36428 Maluku Utara 247 16529 NAD/Aceh 162 19330 Kalimantan Tengah 253 10731 Sulawesi Tengah 404 25732 Gorontalo 68 6833 Sulawesi Barat 39 6

Jumlah 150.285 55.799Sumber: Ditjen PP &PL Kemenkes RI, 17 Oktober 2014

Page 7: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

4

No. Propinsi Prevalensi

1 Papua 359.432 Bali 109.523 DKI Jakarta 77.824 Kalimantan Barat 38.655 Sulawesi Utara 35.146 Papua Barat 228.037 Kepulauan Riau 22.758 DI Yogyakarta 26.499 Bangka Belitung 26.08

10 Maluku 34.3711 Sulawesi Selatan 21.2012 Sumatera Barat 19.6413 Jawa Timur 23.9514 Riau 19.9315 Maluku Utara 15.8916 Jambi 14.8117 Jawa Barat 9.7318 Kalimantan Timur 9.3419 Bengkulu 9.3320 Nusatenggara Timur 10.5921 Jawa Tengah 11.6322 Nusatenggara Barat 10.8923 Sulawesi Tenggara 11.9124 Gorontalo 6.5425 Banten 9.8026 Sumatera Selatan 5.4927 Sumatera Utara 12.1228 Kalimantan Tengah 4.8429 Kalimantan Selatan 10.0430 Sulawesi Tengah 9.7531 Lampung 5.5632 NAD/Aceh 4.2933 Sulawesi Barat 0.52

Nasional 23.48

Tabel 5.Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 Penduduk Berdasarkan Propinsi

1 April 1987 s.d 30 September 2014

Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 17 Oktober 2014

Tabel 6.Jumlah Kasus Baru HIV & AIDS dan Kematian

Berdasarkan Tahun Pelaporan 1 April 1987 s.d 30 September 2014

Tahun HIV AIDS Mati1987 5 11988 2 1

1989 5 3

1990 5 -

Page 8: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

5

1991

1992 13 -

1993 24 4

1994 20 4

1995 23 7

1996 42 40

1997 44 5

1998 60 18

1999 94 20

2000 255 76

2001 219 26

2002 345 62

2003 316 115

2004 1.125 316

2005 (HIV: 1987-2005) 859 2.162 574

2006 7.195 3.439 760

2007 6.048 4.434 825

2008 10.362 5.134 937

2009 9.793 5.458 9602010 21.591 6.476 1.1852011 21.031 6.178 825

2012 21.511 8.747 1.489

2013 29.037 6.266 726

2014 s.d. September 22.869 1.876 211

Tidak diketahui 11

Jumlah 150.296 52.782 9.205

15 4

Sumber: Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 17 Oktober 2014

Epidemi HIV dan AIDS telah merata di 33 Provinsi, sehingga diterbitkan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1993 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS

dan diperbaharui kembali melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun

2006 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional yang menjadi dasar hukum untuk

membentuk Komisi Penanggulangan AIDS di tingkat Nasional ke Tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang berfungsi melakukan koordinasi lintas sektoral dan upaya

komprehensif Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.

Angka temuan kasus HIV dan AIDS di Indonesia dimungkinkan akan terus meningkat,

seperti fenomena gunung es yakni kasus yang terjadi sebenarnya lebih besar dari kasus yang

ditemukan. Masih adanya anggapan sebagian masyarakat bahwa HIV dan AIDS merupakan

penyakit sampah masyarakat ( Pekerja Seks, IDU‟ s, Waria ), sehingga perlu dikucilkan

dan didiskriminasi, walaupun dari Tahun 2006 sampai saat ini upaya – upaya pencegahan

melalui sosialisasi terus digalakkan dan ditingkatkan dengan melibatkan peran serta

masyarakat rentan tertular HIV dan AIDS dan upaya penanggulangan komprehensif telah

dilakukan.

Page 9: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

6

Di Indonesia sampai dengan September 2014, terdapat 1.391 layanan Konseling dan Tes

HIV (KT), termasuk Tes HIV dan Konseling yang diprakarsai oleh Petugas Kesehatan

(TIPK); 448 layanan PDP (Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) yang aktif melakukan

pengobatan ARV, terdiri dari 328 RS Rujukan PDP (induk) dan 120 satelit; 87 layanan PTRM

(Program Terapi Rumatan Metadon); 1.180 layanan IMS (Infeksi Menular Seksual); 182

layanan PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak) serta 223 layanan yang mampu

melalukan layanan TB-HIV. Sampai dengan bulan Maret 2014, jumlah Lapas/Rutan/Bapas

yang melaksanakan kegiatan pengendalian HIV-AIDS dan IMS sebagai berikut : 148

Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi); 20

Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan penjangkauan; 78 Lapas/Rutan/Bapas memiliki

Kelompok Dampingan Sebaya (KDS); 45 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan

Konseling dan Tes HIV; 148 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan koordinasi; 9

Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan layanan PTRM serta 127 Lapas/Rutan/Bapas

melaksanakan kegiatan rujukan HIV-AIDS (http://spiritia.or.id/).

Adapun jumlah ODHA yang sedang mendapatkan pengobatan ARV sampai dengan

bulan September 2014 sebanyak 45.631 orang. Pemakaian rejimennya adalah 97,03% (44.275

orang) menggunakan Lini 1 dan 2,97% (1.356 orang) menggunakan Lini 2.

Dalam Buku Laporan Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV 2012, Depkes – KPA

disebutkan bahwa Proporsi Estimasi Populasi Kunci di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

adalah sebagai berikut :

Diagram 1Proporsi Estimasi Populasi Kunci di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

Adapun Proporsi Estimasi Orang Dengan HIV di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Diagram 2Proporsi Estimasi Orang Dengan HIV di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

Page 10: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

7

Kasus HIV dan AIDS di Provinsi Jawa Tengah Kumulatif Tahun 1993 S/D 31

Desember 2014 terdapat 10.804 kasus HIV dan AIDS dengan perincian HIV : 5.871 kasus,

AIDS : 4.933 dan yang meninggal : 1.192 orang. Hal ini dapat diketahui dari diagram berikut

ini :

Diagram 3Jumlah Kasus HIV dan AIDS

Di Jawa Tengah Tahun 1993 – 31 Desember 2014

Page 11: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

8

Diagram 4Kasus Kumulatif HIV dan AIDS Yang Dilaporkan

20 Besar Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah 1993 s/d 31 Desember 2014

Gambar 1Kasus Kumulatif HIV dan AIDS

Yang dilaporkan Di Jawa Tengah 1993 s/d 31 Desember 2014

Page 12: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

9

Diagram 5Distribusi Kasus AIDS Menurut Jenis KelaminDi Jawa Tengah 1993 s/d 31 Desember 2014

Diagram 6Distribusi Kasus AIDS Menurut Kelompok Umur

Di Jawa Tengah 1993 s/d 31 Desember 2014

Diagram 7Faktor Risiko Penularan Kasus AIDS

Di Jawa Tengah 1993 s/d 31 Desember 2014

Page 13: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

10

Diagram 8Distribusi Kasus AIDS Menurut Jenis Pekerjaan

Di Jawa Tengah Tahun 1993 s/d 31 Desember 2014

Gambar 2Rumah sakit yang melayani ODHA dan ARV di Provinsi Jawa Tengah

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014

Terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2006 Tentang

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mengamanatkan Komisi Penanggulangan AIDS

Nasional untuk memimpin upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia secara intensif,

sistematis, dan terkoordinasi. Hal ini menandai terjadinya intensifikasi penanggulangan AIDS.

Selain itu terdapat Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2007 Tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penanggulangan HIV/AIDS di Daerah.

Dalam upaya pencapaian tujuan dengan adanya dukungan peraturan yang mendukung

program Penanggulangan HIV/AIDS dari Tingkat Nasional sampai Kabupaten/Kota,

Page 14: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

11

berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/144/1/2006 Tanggal 8 Juni

2006 Tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS dan Sekretariat KPA, maka

Pemerintah Kota Surakarta membentuk KPA dan menetapkan Kelompok Kerja untuk

memperlancar pelaksanaan tugas – tugas Penanggulangan sejak tahun 2006 sampai sekarang.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pokok KPA Kota Surakarta, telah menyusun Rencana

Strategis lima tahunan ( 2007 – 2011 ) dan ( 2011 – 2015 ) yang dikembangkan atas arahan

kebijakan RPJMD dan Penanggulangan HIV dan AIDS secara komprehensif, terpadu dan

berkesinambungan dari semua sektor.

Dalam rangka mengatasi epidemi HIV dan AIDS, Pemerintah Kota Surakarta telah

melakukan pembenahan di berbagai bidang khususnya alokasi dukungan anggaran di bagian

layanan kesehatan dan kesejahteraan sosial. Komitmen kuat semua unsur sangat dibutuhkan

untuk memberikan penyadaran bahwa epidemi HIV dan AIDS adalah tanggungjawab

bersama Pemerintah dan Masyarakat untuk bahu membahu menekan penyebaran HIV dan

AIDS. Berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/98/1/2012 Tanggal 20

November 2012 Tentang Pembentukan Komisi, Kelompok Kerja dan Sekretariat

Penanggulangan AIDS, Kota Surakarta telah membentuk Komisi, POKJA dan Sekretariat

KPA Kota Surakarta yang dalam operasional pelaksanaan kerja Penanggulangan HIV dan

AIDS mengoptimalkan 6 kelompok kerja (POKJA).

Adapun POKJA – POKJA tersebut adalah :

1. POKJA Pencegahan dan Penjangkauan

2. POKJA Layanan Kesehatan dan Care Support and Treatment (CST)

3. POKJA Penguatan Manajemen

4. POKJA Harm Reduction ( Penggurangan Dampak Buruk Penggunaan Jarum

Suntik )

5. POKJA Pemberdayaan

6. POKJA PMTS

7. POKJA MONEV

Pemerintah Kota Surakarta telah menerbitkan Surat Edaran Sekretariat Daerah Kota

Surakarta Nomor 910/10 Perihal Persiapan Pelaksanaan Dana Pembangunan Kelurahan

Tahun 2013 yang mengamanatkan alokasi 5% dari Dana Pembangunan Kelurahan di masing-

masing Kelurahan untuk kegiatan yang bertujuan menanggulangi HIV/AIDS oleh Warga

Peduli AIDS dan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2014 Tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune

Deficiency Syndrome.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan Monitoring dan Evaluasi Rencana

Strategis Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta Tahun 2011 - 2015.

Page 15: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

12

B. Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Anggota KPA yanng terdiri dari SKPD, LSM,

Masyarakat Peduli AIDS ( WPA ) dalam upaya mendorong tercapainya Visi “Solo Bebas

HIV dan AIDS Tahun 2015”.

2. Mengetahui perkembangan program Penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan di

Kota Surakarta.

3. Memantau kasus HIV dan AIDS di Surakarta untuk menentukan arah kebijakan

Pemerintah Kota.

Page 16: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

13

BAB II TINJAUANPUSTAKA

A. HIV/AIDS

1. Pengertian HIV/AIDS

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired

artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan, immune berarti sistem

kekebalan tubuh, deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan

gejala. AIDS adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak

sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain karena

sistem kekebalan tubuhnya menurun terus secara drastis. Virus yang menyebabkan

penyakit ini adalah Human Immune-deficiency Virus (HIV). Dewasa ini dikenal dengan

juga 2 tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1,

sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi

gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan

masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih

pendek. Virus HIV ini ditemukan pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih,

seperti darah, cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan

vagina, air susu ibu, dan cairan otak. (Demartoto, 2010a)

AIDS yang disebabkan oleh virus HIV ini adalah bagian dari keluarga atau

kelompok virus yang disebut lentivirus. Lentivirus seperti HIV ditemukan dalam lingkup

luas primata non-manusia. Virus HIV bekerja secara terus menerusmemperlemah sistem

kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel

darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4)

memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi dan berguna untuk menjaga

kekebalan tubuh. HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh, tetapi virus ini juga

merusak otak dan sistem saraf pusat.

2. Sejarah dan Perkembangan HIV/AIDS

Kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1959 yaitu ditemukan pada

seorang meninggal dunia (di Kongo, Afrika) karena penyakit yang belum terindentifikasi.

Beberapa tahun kemudian, analisis terhadap contoh darah orang tersebut dianggap sebagai

kasus pertama infeksi HIV di dunia.

Pada tahun 1981, para dokter (di Los Angeles, California dan New York)

melaporkan adanya kasus Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP) dan sejenis kanker

yang jarang terjadi yaitu Sarkoma Kaposi yang menjangkiti para pasien pria gay.

Kemudian The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat

Page 17: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

14

menyebarluaskan temuan ini, dan kumpulan gejala penyakit ini disebut sebagai GRID

(Gay Related Immune Deficiency) yaitu menurunnya kekebalan tubuh yang terjadi akibat

homoseksual di antara gay. Namun pada tahun 1982, sindrom ini dicari kaitannya dengan

kondisi darah dan kemudian teridentifikasi bahwa hal ini tidak hanya terjadi pada

kalangan pria gay tapi juga pada perempuan, laki-laki heteroseksual, pecandu narkotika,

penderita hemofilia,penerima tranfusi darah, dan bahkan bayi. Oleh karena itu, sindrom

ini akhirnya direvisi namanya menjadi AcquiredImmune Deficiency Syndrome (AIDS).

(Demartoto, 2010a)

3. Gejala-gejala HIV/AIDS

Kebanyakan orang yang sudah tertular HIV tidak mengetahui bahwa dirinya sudah

terserang virus berbahaya itu. Baru beberapa minggu sesudah itu, orang terinfeksi sering

kali menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare. Selain itu, penderita juga

sering merasa tidak sehat meski dari luar tampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi

ini biasa disebut dengan sindrom HIV akut. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam

beberapa minggu. Dalam waktu 3-6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif karena

telah terbentuk antibodi. Masa 3-6 bulan ini disebut window periode, dimana penderita

dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif. Setelah

melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada masa ini

virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung

cukup panjang yaitu 5-10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown

AIDS.

Sebenarnya gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Namun begitu, beberapa

gejala umum yang terjadi adalah :

a. Rasa lelah yang berkepanjangan.

b. Sering terserang demam dengan suhu lebih dari 38 derajat celcius disertai keringat

pada malam hari tanpa sebab yang jelas.

c. Berat badan menurun secara mencolok.

d. Pembesaran kelenjar di leher, ketiak, lipatan paha tanpa sebab yang jelas.

e. Bercak merah kebiruan di kulit seperti terkena kanker kulit.

f. Terus-menerus terkena diare tanpa sebab yang jelas.

g. Ada bercak putih atau luka di mulut.

Walaupun sudah muncul gejala-gejala penyakit, belum tentu seseorang yang

mengalaminya sudah terserang HIV/AIDS sebab gejala-gejala itu juga dijumpai pada

penyakit-penyakit lain. Jalan satu-satunya untuk mengetahui sudah tertular HIV/AIDS

adalah dengan cara pemeriksaan darah. (Mundiharno, 1997 : 9-10).

Page 18: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

15

4. Penularan HIV/AIDS

HIV sebenarnya tidak mudah menular dibandingkan dengan virus dari penyakit

lainnya seperti virus influenza. Virus HIV ini hanya terdapat dalam darah, air mani, air

liur, air kemih, cairan vagina, dan air susu ibu. Walaupun HIV/AIDS adalah penyakit

yang sangat berbahaya, tetapi hanya ada tiga cara penularannya yaitu :

a. Melalui hubungan seksual, baik heteroseks maupun homoseks tanpa pelindung

dengan pasangan terinfeksi HIV. Risiko akan bertambah besar apabila ada penyakit

kelamin lainnya yang diderita pasangan. Risiko penularan dari pihak pria kepada

wanita lebih besar daripada sebaliknya.

b. Melalui darah yaitu dengan menjalani tranfusi darah yang mengandung HIV atau

melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya seperti alat tusuk akupuntur, alat tusuk tato,

alat tindik yang dipakai secara bersama-sama atau bekas dipakai oleh pengidap HIV.

Paparan terhadap darah yang terinfeksi HIV dapat terjadi sebagai akibat darah yang

ditranfusikan tidak disterilkan terlebih dahulu melalui penggunaan alat-alat suntik dan

jarum suntik yang tidak disuci-hamakan, misalnya oleh pemakai obat suntikan

intravena atau yang lain.

c. Dan ibu hamil yang mengidap HIV ke anak yang dikandungnya, sebelum, selama,

atau beberapa saat setelah melahirkan (penularan perinatal).

Tidak ada bukti penularan HIV melalui cara lain, misalnya melalui saluran

pernapasan atau pencernaan. Juga tidak melalui hubungan sosial biasa dalam ruang

lingkup apapun, apakah di rumah, di sekolah, tempat kerja, ataupun penjara. HIV juga

tidak ditularkan melalui gigitan nyamuk, makanan, air kakus, kolam renang,

menggunakan bersama-sama alat-alat makan dan minum atau obyek lain seperti pakaian

bekas dan telepon. Berciuman belum menunjukkan risiko penularan. Meskipun belum ada

bukti, secara teoritis ada risiko penularan HIV jika melakukan cium basah (cium lidah).

(Mundiharno, 1997 : 10).

B. Teori Sistem

Secara umum para ahli teori organisasi melihat organisasi dari 2 sudut pandang, yaitu:

1. Sudut pandang yang melihat suatu organisasi sebagai satu kesatuan unit yang

memiliki suatu tujuan, seperti yang dianut oleh para ahli teori klasik dan neo-klasik,

sering juga disebut dengan pendekatan goalistic. Pendekatan ini memusatkan

perhatian pada pembagian kerja dalam pencapaian tujuan organisasi, pada prosedur

kerja yang ditetapkan untuk mencapai tujuan itu, dan sebagainya. Analisisnya sangat

ditandai oleh analisis alat-tujuan, serta penempatan rasionalitas yang mendasari

bekerjanya berbagai aktivitas dalam organisasi. Pendekatan ini mempunyai

Page 19: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

16

kelemahan yang berkaitan dengan hubungan saling pengaruh antar elemen dalam

organisasi, hubungan antara organisasi dengan lingkungan sekitarnya.

2. Pendekatan yang lebih melihat hubungan antar elemen, baik yang ada di dalam

organisasi, maupun dengan lingkungan sekitarnya yang tersusun dari elemen-

elemen yang saling berhubungan. Oleh karena itu pendekatan ini sering dikatakan

sebagai pendekatan yang sistematik. Pendekatan sistemik menaruh perhatian pada

organisasi yang mempunyai tujuan sebagai suatu sistem yang komplek, bahkan

sistem kehidupan (living system) yang terdiri dari elemen-elemen yang saling terjadi

hubungan dan proses yang terjadi dalam hubungan tersebut. Pendekatan ini

memungkinkan para ahli melihat organisasi secara menyeluruh, baik hubungan antar

elemen dalam organisasi maupun hubungan antara organisasi dengan lingkungan

sekitarnya. Apabila ada yang hilang atau tidak berfungsi akan mengganggu sistem

itu sebagai keseluruhan.

Sistem pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut:

1. Bagian dari sistem bersifat dinamis, berinteraksi satu sama lain, saling

berhubungan, dan saling tergantung satu sama lain.

2. Suatu sistem dapat tersusun dari beberapa sub sistem, sub sistem dapat tersusun

dari beberapa sub-sub sistem yang secara keseluruhan harus dilihat sebagai bagian

dari sistem.

3. Setiap sistem memiliki tujuan proses, norma, perangkat peran, struktur sendiri,

dan pola-pola tertentu.

4. Sistem pada dasarnya bersifat terbuka (open system) dengan ciri adanya masukan

energi, keluaran, proses di dalam sistem, masukan informasi, umpan balik negatif

dan sebagainya.

Melihat organisasi sebagai suatu sistem, didalamnya terdapat minimal 3

sub sistem, yaitu:

1. Sub sistem teknis yang menunjuk pada aspek formal. Sistem teknis terdiri dari

aturan diberlakukan, distribusi wewenang dan tanggung jawab dilakukan, jenjang

hirarki atas tugas-tugas disusun.

2. Sub sistem sosial menunjuk pada aspek non formal. Sistem sosial terjadi karena

terjadinya saling berinteraksi para karyawan, baik sejajar atau lintas hirarki,

membentuk kelompok sosial yang sifatnya spontan. Kelompok sosial ini memiliki

tujuan, peran, struktur maupun normanya sendiri.

3. Sub sistem kekuasaan menunjuk pada aspek non formal. Sub sistem kekuasaan

terjadi karena tingkah laku orang dalam organisasi yang sangat bervariasi, ada

yang lebih kuasa dari yang lain, ada yang mempunyai pengaruh lebih luas

sehingga terjadi deferensiasi kekuasaan yang berdasar pada besar kecilnya

Page 20: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

17

kekuasaan yang dimiliki dalam organisasi dan menciptakan struktur kekuasaan

dalam organsiasi.

Pada kenyataannya, ketiga sub sistem tersebut tidak dapat saling dipisahkan

dan saling mempengaruhi, saling tergantung, sub sistem yang satu menjadi

lingkungan sub sistem lainnya, dan menjadi bagian dari sistem yang lebih besar,

organisasi, masyarakat. Kondisi ini menghasilkan interaksi antar sub sistem maupun

antar sistem dan terbentuk pula perilaku organisasi sebagai refleksi dari hasil

pengaruh sub sistem dan sistem yang berbeda. Konsekuensinya, organisasi selalu

mengalami pergeseran dari rancangan awalnya sebagai akibat dari bekerjanya sub

sistem maupun sistem yang ada. Organisasi selalu menanggapi perubahan sutuasi

yang terjadi dengan menciptakan keseimbangan yang dinamis.

Perkembangan dalam masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi adalah

berkembangnya organisasi sebagai entitas yang kompleks. Organisasi yang demikian

ditandai dengan sejumlah ciri, antara lain:

1. Berskala besar

2. Memiliki berbagai tujuan

3. Teknologi canggih

4. Menggunakan banyak sumber daya manusia yang tersebar dalam suatu

wilayah yang luas sehingga tidak selalu dapat melakukan interaksi temu muka

5. Mempunyai tingkat spesialisasi yang tinggi

6. Memiliki latar belakang, persepsi, kepercayaan, sikap yang berbeda.

Kompleksitas organisasi dipengaruhi lingkungannya yang juga selalu berubah

dengan cepat sehingga merupakan suatu sistem yang tidak dipahami hanya dari

memahami ukuran, fungsi, maupun strukturnya secara terpisah. Berkembangnya teori

sistem karena apresiasi fungsi organisasi dan bagaimana memahami organisasi

berinteraksi dengan lingkungannya karena organisasi merupakan suatu susunan

tertentu untuk mencapai tujuan tertentu sehingga organisasi tersusun atas berbagai

komponen yang terintegrasi dan masing-masing komponen melakukan aktivitasnya

sendiri.

Menurut teori sistem, suatu sistem dapat dibagi 2 yaitu:

1. Sistem tertutup (closed system), merupakan suatu sistem yang beroperasi tanpa

pengaruh lingkungan, contohnya pandangan para ahli teori klasik yang

memusatkan perhatiannya pada struktur formal dan peranan dari struktur formal.

2. Sistem terbuka (open system), melihat adanya pengaruh timbal balik antara

organisasi dengan lingkungannya dan menempatkan lingkungan sebagai faktor

yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh organisasi.

Para ahli dari teori sistem/neostrukturalis mengembangkan berbagai model,

Page 21: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

18

diantaranya oleh Tavistock, Homans, “overlapping group” dari Likert, “overlapping

role-set” oleh Kahn yang mengkaji hubungan dan interaksi antara organisasi dengan

lingkungan. Model-model tersebut secara garis besar menghasilkan beberapa

penjelasan sebagai berikut :

1. Perubahan pada suatu bagian dari sistem atau subsistem akan selalu membawa

pengaruh terhadap bagian atau subsistem yang lain dari sistem tersebut.

2. Organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka yang terdapat mekanisme

masukan proses keluaran berlangsung dan itu berarti terdapat mekanisme terhadap

lingkungan.

Suatu jaringan kerja dari kegiatan interaksi dan perasaan dari orang-orang dalam

organisasi terbentuk oleh karena bekerjanya sistem internal maupun sistem eksternal.

Kelompok-kelompok dalam organisasi saling tumpang tindih dan berkait satu sama lain

melalui hubungan antar individu. Terdapat perangkat peran yang saling tumpang tindih

dan saling kait mengkait, setiap individu memainkan peran masing-masing sesuai dengan

yang diharapkan dari masing-masing orang.

Prinsip-prinsip organisasi diikuti lebih patuh pada industri-industri dengan teknologi

yang stabil dibanding dalam industri dengan teknologi yang dinamis Masing-masing

bagian dari organisasi bersifat fungsional, bekerja dengan dan bereaksi terhadap suatu

bagian tertentu saja dari lingkungan yang berbeda dan bagian yang lain dari organisasi.

Model yang dikembangkan di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan suatu

sistem yang komplek. Organisasi menerima masukan dari lingkungan dan kemudian

menstransformasikannya menjadi keluaran untuk kembali disodorkan kepada lingkungan.

Proses ini berulang atau melingkar (recycling process) yang tiada henti. Pendekatan

sistem memberikan sumbangan yang besar dalam evolusi perkembangan teori organisasi

modern yang dikenal dengan teori sistem umum (General System Theory). Pada

prinsipnya General System Theory menggunakan sistem sebagai dasar memahami

fenomena organisasi, yaitu fungsi dan saling interaksi antara organisasi dengan

lingkungannya. Beberapa ciri inti dari General System Theory ini antara lain bahwa

organisasi sebagai suatu sistem memiliki bagian-bagian:

1. Individu dalam organisasi

Adanya individu/orang dalam organisasi menyebabkan organisasi dapat beraktivtas.

Individu mempunyai latar belakang, sikap, motivasi yang berlainan dan bersama-

sama, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Individu dipengaruhi dan

mempengaruhi lingkungannya.

2. Setiap organisasi selalu tersusun berdasarkan prinsip, peraturan, dan prosedur

tertentu untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik dan ini berkaitan dengan

formalisasi organisasi.

Page 22: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

19

3. Interaksi sosial antar individu dalam organisasi menghasilkan berbagai bentuk

hubungan sosial yang tidak selalu formal sifatnya. Perilaku sosial yang spontan ini

kemudian memiliki pola tertentu sehingga memunculkan kelompok informal dalam

organisasi untuk memenuhi kebutuhan sosialnya yang tidak dapat dipenuhi oleh

organisasi.

4. Setiap organisasi memiliki sistem hirarki/sistem berjenjang yang membentuk

piramida yang dapat menunjukkan posisi sosial individu dalam organisasi dan

meberikan peran dan status tertentu.

5. Situasi lingkungan aktivitas organisasi dapat terdiri dari berbagai macam, misalnya

lingkungan fisik yang memberikan pengaruh besar pada keterampilan, motivasi,

persepsi, prestasi dan kepuasan kerja.

6. Sebagai suatu sistem, bagian-bagian dan organisasi saling berhubungan satu sama

lain. Antara satu bagian dengan bagian lain dari sistem itu saling tergantung, masing-

masing memiliki tugas yang khusus, terspesialisasi dan berlainan. Terdapat

pembagian kerja yang terintegrasi di antara bagian-bagian dari suatu organisasi

sebagai suatu sistem. Sistem ini menunjukkan adanya hubungan antar bagian dalam

sistem.

7. Bekerjanya masing-masing bagian dan saling hubungan antar bagian dalam

organisasi itu menunjuk pada suatu proses yang saling berkaitan (linking processes).

8. Setiap sistem senantiasa memiliki tujuan tertentu, demikian juga organisasi sebagai

sistem juga memiliki tujuan tertentu. Oleh karena adanya upaya pencapaian tujuan

ini maka setiap organisasi selalu terdapat interaksi, kestabilan, kemampuan

beradaptasi, dan berkembang.

Teori ini juga melihat arti penting dari pengawasan atau kontrol sebagai

mekanisme untuk menciptakan keseimbangan dari organisasi. Pelaksanaan dari fungsi

pengawasan atau kontrol ini nampak secara jelas dalam konsep cybernetics, yang

menekankan aspek pengawasan atau kontrol dari suatu sistem melalui penggunaan

umpan balik dari lingkungan sistem itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas maka unsur-

unsur dalam sebuah sistem adalah :

1. Input

Input ini merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk

berfungsinya sebuah sistem seperti sistem atau Komisi Penanggulangan AIDS Kota

Surakarta, maka masukannya berupa potensi anggota Komisi Penanggulangan AIDS

Kota Surakarta, seperti : sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran

(dana) dan lain sebagainya.

2. Proses

Proses adalah berbagai kegiatan dalam Komisi Penanggulangan AIDS Kota

Surakarta. Kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk

Page 23: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

20

menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana contoh

dalam sistem atau Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, maka yang

dimaksud dengan proses adalah berbagai program dan kegiatan dalam Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta.

3. Output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam sistem atau

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta hasilnya dapat berupa luaran program

dan kegiatan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta yang berkualitas, efektif

dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh anggota Komisi Penanggulangan

AIDS Kota Surakarta khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga anggota

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta menjadi Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas, terampil, cerdas, inovatif, berkarakter serta memiliki

kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam mencegah, menangkal, menanggulangi

dan mengantisipasi berbagai masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda.

4. Dampak

Akibat yang dihasilkan dari sebuah hasil dari sistem disebut dampak, yang terjadi

relatif lama waktunya. Setelah hasil tercapai, maka dampaknya akan menjadikan

anggota Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta yang berkualitas, terampil,

cerdas, inovatif, berkarakter serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial

dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah

kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda

5. Umpan balik

Umpan balik merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini

terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Umpan balik dalam sistem atau Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta dapat

berupa kualitas anggota Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta yang juga

dapat menjadikan input yang selalu meningkat (Azwar, 2010)

Page 24: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

21

BAB III METODEMONEV

A. Lokasi Monev

Monev ini dilakukan di Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta yang

terdiri dari 7 Kelompok Kerja (POKJA) yaitu : POKJA Pencegahan dan Penjangkauan;

POKJA Layanan Kesehatan dan Care Support and Treatment (CST); POKJA Penguatan

Manajemen; POKJA Harm Reduction ( Penggurangan Dampak Buruk Penggunaan

Jarum Suntik ); POKJA Pemberdayaan; POKJA PMTS dan POKJA MONEV.

B. Jenis Monev

Monev ini menggunakan metode evaluasi berupa On-going evaluation. Menurut

Cernea dan Tepping (1977) On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada

saat program atau kegiatan itu masih/sedang dilaksanakan, yang dimaksudkan untuk

mengetahui ada/tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan dibanding program atau

rencana yang telah ditetapkan; sekaligus (jika ditemukan penyimpangan) segera

merumuskan langkah-langkah pengamanan untuk mengantisipasinya. Dengan demikian,

penyimpangan yang terjadi tidak terlalu besar, dan segera dapat diluruskan sesuai dengan

yang direncanakan, demi tercapainya tujuan kegiatan seperti yang direncanakan, baik

kuantitatif maupun kualitatif, pada waktu yang ditetapkan (Mardikanto, 2011 : 44).

Dalam hal ini tim monev mengkaji serta mengevaluasi input, proses dan output dari

pelaksanaan Rencana Strategis Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta Tahun

2011 – 2015 .

C. Jenis dan Sumber Data

Data diperoleh melalui sumber data primer dan sumber data sekunder. Yang

dimaksud dengan data primer dalam monev ini adalah data yang diperoleh langsung dari

sumber atau informannya, yakni: Pengurus dan anggota Komisi Penanggulangan AIDS

Kota Surakarta, SKPD terkait dan masyarakat. Data sekunder berupa dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan dengan monev dan data monografi.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam monev ini jumlah sampel tidak menjadi titik perhatian yang penting karena

teknik sampling yang digunakan dalam monev ini adalah secara total sampling yaitu

teknik pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh sampel yaitu Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta.

Page 25: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

22

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam monev ini adalah observasi,

indepth interview, dokumentasi dan Focus Group Discussion (FGD)

1. Observasi ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan melihat keberadaan

organisasi Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, fasilitas Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, sarana dan prasarana pendukung Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta.

2. Indepth Interview, yaitu wawancara dengan menggunakan petunjuk wawancara

untuk mendapatkan informasi yang mendalam dengan cara berwawancara bebas, dan

bertanya langsung kepada informan. Wawancara dengan menggunakan teknik

tersebut dilakukan secara terbuka dan bebas sehingga informan tidak merasa takut

dalam menyatakan pendapatnya. Wawancara dilakukan dalam suasana yang bebas,

luwes dan lebih menekankan pada suasana yang akrab. Teknik wawancara tersebut

mampu mengorek dan menangkap kejujuran informasi berkaitan dengan persepsi,

sikap, dan perasaan mereka yang sebenarnya.

3. Focus Group Discussion (FGD) dengan para stake holders terkait dengan Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta yaitu Pengurus dan anggota Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, SKPD terkait dan Masyarakat di Kota

Surakarta.

4. Dokumentasi, yaitu cara untuk memperoleh data melalui dokumen Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, data monografi dan data-data sekunder

lainnya.

F. Validitas Data

Validitas data digunakan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai

dengan apa yang ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan

tentang dunia kenyataan memang benar sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Dalam

monev ini, validitas data dilakukan dengan cara triangulasi, yakni teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk

keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.

Menurut Patton ada 4 macam triangulasi, yaitu: triangulasi sumber; triangulasi

metode; triangulasi teori; triangulasi penyidik (Sutopo, 2002:78-79; Moleong, 2004).

Dalam monev ini yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber

dimaksudkan untuk memperoleh derajat kepercayaan yang lebih tinggi dengan cara

Page 26: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

23

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui sumber informasi yang berbeda. Prosedur ini dapat dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut.

1. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dilakukan

secara pribadi.

2. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Dengan menggunakan metode triangulasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan

dan menjamin validitas hasil monev.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif. Data yang terkumpul diklasifikasikan,

dianalisis, dideskripsikan secara kualitatif dan bila diperlukan juga dilengkapi dengan

pengungkapan secara kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam monev ini

adalah model analisis interaktif (Interactive Model of Analysis) yang memiliki tiga

komponen yakni data reduksi, data display, dan conclution drawing (Sutopo, 2002 ).

Page 27: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Surakarta

Gambaran Umum Kota Surakarta ini disusun berdasarkan pada data statistik Kota

Surakarta Dalam Angka Tahun 2013.

1. Letak Geografis dan Adiministratif Kota Surakarta

Secara geografis wilayah Kota Surakarta tergolong sebagai wilayah yang

strategis. Letak strategis Kota Surakarta karena wilayahnya berada di dataran rendah

yang merupakan pertemuan beberapa gunung disekitarnya yaitu Gunung Lawu di bagian

Timur dan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di bagian Barat. Keberadaan wilayah

Kota S u r a k a r t a di dataran rendah dan berada diantara pegunungan tersebut

menjadikan melimpahnya sumber air. Terdapat beberapa sungai yang mengalir di

wilayah Kota Surakarta yai tu Sungai Pepe, Anyar dan Jenes yang kesemuanya

bermuara di Sungai Bengawan Solo sebagai kebanggaan warga Kota Surakarta.

Kota Surakarta terletak di daerah Provinsi Jawa Tengah bagian Selatan dan

merupakan penghubung antara Daerah Provinsi Jawa Tengah bagian Timur dan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administratif batas Kota Surakarta

sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali,

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar;

sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo; sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Sukoharjo dan K a b u p a t e n Karanganyar.

Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 km2 yang terbagi dalam lima

Kecamatan (Kecamatan Laweyan. Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon,

Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari) dan 51 Kelurahan. Pada tahun 2013

j u m l a h RW tercatat sebanyak 601 dan j u m l a h RT sebanyak 2.708. Dengan

j u m l a h Kepala Keluarga (KK) sebesar 151.817 KK, maka rata-rata j u m l a h KK

set i ap RT berkisar sebesar 56 KK setiap RT. Sebagian besar pcnduduk S u r a k a r t a

berada di Kecamatan Banjarsari, karena Kecamatan Banjarsari merupakan Kecamatan

yang paling luas (1,48 1.10 meter persegi) dan memi l ik i jumlah Kelurahan paling

banyak (terdapat 13), RW (terdapat 175), serta RT (terdapat 874).

Letak geografis Kota Su rakar ta yang st rategis , ya i t u berada di tengah-tengah

daerah pendukung sekitarnya, serta Kota Surakarta sebagai pusat perekonomian dan

kebudayaan daerah sekitarnya telah menjadikan Kota Surakarta tumbuh menjadi

perkotaan yang dinamis. Pertumbuhan kota yang semakin melaju menyisakan persoalan

perkotaan yang semakin kompleks bagi Kota Surakarta, seperti permasalahan

kesehatan (HIV/AIDS), lingkungan, kependudukan, tata ruang kota. transportasi,

kriminalitas, dinamika penduduk, serta permasalahan-permasalahan sosial lainnya. Hal

itulah juga menjadikan Kota Surakarta lebih dinamis dan mengalami perubahan yang

Page 28: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

25

cepat jika dibandingkan daerah-daerah lain disekitarnya.

2. Komposisi Penduduk Kota Surakarta

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi nasional (SUSENAS) Tahun 2013

Penduduk Kota Surakarta mencapai 507.825 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar

94,69 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 95

peduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2013

mencapai 13.331 jiwa/km2. Tahun 2013 Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat

di kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.109. Dengan tingkat kepadata yang

tinggi akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti perumahan, kesehatan dan

juga tingkat kriminalitas.

Berdasarkan data Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2013 bahwa perbandingan

rasio penduduk laki-laki dan perempuan peningkatannya sangat kecil sekali yaitu tidak

mencapai 1 %. Kota Surakarta berada di lokasi yang strategis, memiliki potensi

ekonomi dan budaya yang lebih jika dibandingkan daerah-daerah sekitarnya, sehingga

sering kali menjadi daya t a r ik bagi warga luar Kota Surakarta. Jumlah pmduduk

berdasarkan data statistik tersebut dan berdasarkan fakta di lapangan mungkin sekali

jauh berbeda karena banyaknya pendatang, b a i k pendatang yang tinggal menetap

maupun pendatang yang hanya berkunjung ke Surakarta untuk bekerja maupun

berwisata. Mengingat bahwa Kota Surakarta sebagai kota tujuan wisatawan.

3. Mata Pencaharian Penduduk Kola Surakarta

Pada tahun 2013 kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata di Surakarta mulai

mengalami penurunan setelah tahun 2012 seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan domestic dan mancanegara. Hal ini menjadi dorongan bagi Pemerintah Kota

Surakarta untuk terus meningkatkan upaya-upaya mengadakan event-event yang bertaraf

internasional, seperti: Solo Batik Carnival, Solo International Ethnic Music (SIEM)

Festival, Solo Kota Difabel Internasional dan sebagainya.

Perekonomian Kota Surakarta bertumpu pada potensi perdagangan, jasa,

pendidikan, pariwisata dan olahraga. Tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan tercatat

sebanyak 2.043.520 wisatawan Nusantara (wisnus) dan 30.500 wisatawan

mancanegara (wisman) sedangkan tahun 2012 tercatat sebanyak 2.097.125 wisnus dan

35.797 wisman. Pada tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta sebesar

298,4 milyar jumlah tersebut meningkat dari 231,6 milyar pada tahun 2012. Surakarta

sebagai kota budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan,

pariwisata dan olahraga, tidak mengherankan apabila mata pencaharian penduduk di

Kota Surakarta sebagian besar berada di sektor perdagangan dan jasa.

Pada tahun 2013 penduduk laki-laki Surakarta yang berumur 15 tahun ke atas

yang bekerja jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan.

Page 29: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

26

Jumlah penduduk laki - laki yang bekerja sebanyak 147.983 yang tersebar di sembilan

sektor usaha.

Mayoritas penduduk Surakarta bekerja di sektor Perdagangan (Perdagangan,

Rumah Makan, Akomodasi) berjumlah 84.693 dan sektor Jasa (Pendidikan, Kesehatan,

Administrasi Pemerintahan) berjumlah 68.331. Di sektor perdagangan laki-laki tidak

mendominasi, jumlah laki-laki yang bekerja di sektor perdagangan hanya mencapai

37.775. Sementara di delapan sektor usaha lainnya didominasi laki-laki, meliputi: sektor

pertanian, perikanan: 1.586; sektor pertambangan: 365; sektor industri pengolahan:

30.406; sektor l i s t r ik , gas dan air: 430; sektor konstruksi: 10.701; sektor angkutan.

pergudangan, dan komunikasi: 28.648: sektor keuangan 11.479; sektor jasa

(pendidikan. kesehatan, administ ras i pemerintahan) 26.593.

Dominasi pekerjaan laki-laki Surakarta di sektor-sektor usaha tidak hanya pada

sektor-sektor yang diidentikkan dengan pekerjaan yang rnengandalkan kekuatan fisik

saja, seperti: sektor pertambangan, sektor konstruksi, maupun sektor angkutan,

pergudangan dan k o m u n i k a s i . Di sektor keuangan dan industri pengolahan yang

identik dengan pekerjaan perempuan pun laki-laki mendominasi. Berdasarkan data

tersebut menunjukkan lak i - l ak i sebagai tulang punggung ekonomi keluarga, leb ih

banyak mendapat tempat di sektor-sektor pub l ik di Kota Surakarta.

Sementara kebutuhan hidup minimum di Surakarta perkembangannya selama

empat tahun terakhir mulai dari tahun 2010-2013 semakin meningkat. Pada tahun 2010

Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) mencapai Rp. 835.138,- meningkat menjadi Rp.

1.090.000,- pada tahun 2013. Peningkaian kebutuhan hidup minimum kota t e r s e b u t

direspon dengan semakin meningkatnya Upah Minimum Kota (UMK). Upah Minimum

Kota (UMK) Surakarta pada tahun 2010 sebesar Rp. 785.000,- menjadi Rp. 1.145.000.-

pada tahun 2013.

Jumlah pencari kerja laki - laki di Surakarta pada tahun 2013 jumlahnya lebih

banyak dibandingkan perempuan. Laki-laki yang mencari pekerjaan di Surakarta

jumlahnya 4.539, didominasi laki-laki pencari kerja berpendidikan Sarjana (SI)

sebanyak 2.300. Pencari kerja laki-laki dibandingkan dengan pencari kerja perempuan

berdasarkan tingkat pendidikan Sarjana (SI) jumlahnya lebih kecil 3.279, namun

berdasarkan tingkat pendidikan SLTA perbedaannya sangat mencolok. Pencari kerja

laki-laki berpendidikan SLTA sebanyak 1.863.

Data ini menunjukkan laki-laki berpendidikan SLTA yang ingin bekerja lebih

banyak dibandingkan dengan perempuan. Dorongan kemandirian ekonomi laki-laki

sebagai bentuk tanggungjawab laki-laki sebagai tulang punggung keluarga secara

naluriah oleh laki-laki direspon dengan segera bekerja ketika mendapatkan pendidikan

yang cukup. Bekerja sambil meneruskan pendidikan dipi l ih agar dorongan

kemandirian ekonomi tetap terjaga dalam konstruksi laki-laki. Ketika pekerjaan

Page 30: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

27

memberikan banyak keuntungan sebagai bentuk kemandirian ekonomi, seperti tidak

lagi mengantungkan penuh dari orang tua, pendidikan tidak menjadi penting untuk

diperhatikan oleh laki-laki.

4. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Surakarta

Komposisi penduduk Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan empat tahun

berturut-turut dari tahun 2010 - 2013 menunjukkan penduduk dengan tingkat

pendidikan tamat akademi/PT dan tamat SMA semakin bertambah jumlahnya.

Pertambahan yang mencolok pada golongan tamatan SMA, dari 125.035 pada tahun

2010 menjadi 160.163 pada tahun 2013. Sedangkan tingkat pendidikan tamat SMP

semakin menurun dari tahun 2010 sebanyak 106.847 menjadi 103.045 pada tahun

2013. Peningkatan tingkat pendidikan ini menunjukkan secara bertahap penduduk

Kota Surakarta telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dasar wajib 9 tahun.

Sementara, tingkat partisipasi pendidikan laki-laki lebih rendah dibandingkan

dengan perempuan. Tingkat partisipasi pendidikan laki-laki umur 7-24 tahun di

Surakarta pada tahun 2013 sebesar 27.760 lebih rendah dibandingkan tingkat partisipasi

pendidikan perempuan yang mencapai 31.349. Tren naiknya tingkat partisipasi

pendidikan laki-laki dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2010 - 2013 pun lebih

lambat jika dibandingkan dengan tren naiknya tingkat partisipasi pendidikan

perempuan. Pada tahun 2013 jumlah murid yang mengulang ( t i dak naik kelas dan

tidak lulus) dari tingkat pendidikan SD jumlahnya 1.179, SLTP jumlahnya 216, dan

SLTA jumlahnya 47 dan murid laki-laki yang putus sekolah dari tingkat pendidikan SD

jumlahnya 18, SLTP jumlahnya 119,dan SLTA jumlahnya 13.

5. Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta

Jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2013 tidak mengalami

perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap jumlah tenaga kesehatan yang ada

seperti : dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya.

Fasilitas kesehatan di Kota Surakarta juga berperan dalam mencegah penyebaran

virus HIV/AIDS sehingga dapat menekan laju penyebaran virus HIV/AIDS tersebut.

Kota Surakarta mempunyai berbagai jenis fasilitas kesehatan seperti dalam tabel berikut

ini :

Page 31: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

28

Tabel 7

Fasilitas Kesehatan Kota Surakarta

No. Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah1.2.

3.

4.

5.

Rumah SakitPuskesmasPuskesmas DTPPuskesmas TTPPuskesmas PembantuPuskesmas Keliling Roda 4Sarana Pelayanan FarmasiGudang Farmasi 1 1Apotik 161 161Toko Obat 21 21Anggaran Kesehatan bersumberAPBD Kota SurakartaAPBD Prop. JatengAPBNTenaga Kesehatan:Dokter SpesialisDokter UmumDokter GigiPerawatBidanTenaga farmasiSanitarian

Kesehatan masyarakatTenaga Gizi

12 buah

4 buah13 buah26 buah17 buah

1 buah161 buah21 buah

76.201.330.01081.252.0005.193.772.000

154178512.06829431035988

Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2013

Dari seluruh fasilitas kesehatan yang ada di Kota Surakarta yang menyediakan

fasilitas Voluntary Counseling and Testing (VCT) ada 2 Rumah Sakit yakni Rumah

Sakit Dokter Moewardi (RSDM) dan Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta serta 2

Puskesmas yakni Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah.

6. Situasi Epidemi HIV dan AIDS di Kota Surakarta dari Oktober 2005 s.d Maret

2015

Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Surakarta dari Oktober 2005

s.d Maret 2015 di Kota Surakarta, terdapat 1565 kasus HIV/AIDS yang terdiri dari HIV

532 kasus dan AIDS 1.033 kasus. Adapun yang meninggal dunia sebanyak 449 orang.

Pada umumnya mereka dirawat di rumah sakit Dr Moewardi Kota Surakarta yakni

sebanyak 559 kasus dan 60 kasus di rawat di rumah sakit Dr Oen Surakarta. Menurut

Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Surakarta, estimasi ODHA sebanyak 1.565

kasus. Hal ini dapat diketahui pada tabel berikut ini :

Page 32: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

29

Tabel 8Data Kasus HIV-AIDS Surakartadari Oktober 2005 s/d Maret 2015

Tahun HIV AIDS Jml Kumulatif HIV AIDS Jml Kumulatif

SOLO & SEKITARNYA SURAKARTA

2005 2 2 4 4 1 0 1 1

2006 27 19 46 50 8 5 13 14

2007 23 30 53 103 8 8 16 30

2008 47 47 94 197 22 9 31 61

2009 37 73 110 307 15 20 35 96

2010 60 115 175 482 16 17 33 129

2011 77 123 200 682 15 18 33 162

2012 57 158 215 897 7 18 25 187

2013 84 203 287 1184 19 38 57 244

2014 87 204 291 1475 18 47 65 309

2015 31 59 90 1565 6 10 16 325

Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, April 2015

Untuk lebih jelasnya perihal jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Surakarta

berdasarkan jenis kelamin, faktor resiko dan pekerjaan dapat dilihat dari diagram 10,

diagram 11 dan diagram 12 berikut ini :

Diagram 10Kasus HIV / AIDS di Kota Surakarta

Berdasarkan Jenis Kelamin Oktober 2005 – Maret 2015

Page 33: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

30

Diagram 11Kasus HIV / AIDS di Kota Surakarta

Berdasarkan Faktor Resiko Oktober 2005 – Maret 2015

Diagram 12Kasus HIV / AIDS di Kota Surakarta

Berdasarkan Pekerjaan Oktober 2005 – Maret 2015

Adapun jumlah ODHA yang sedang mendapat pengobatan ARV

di Kota Surakarta kumulatif /Bulan Januari - Maret 2015 dapat diketahui dari diagram

berikut ini :

Page 34: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

31

Diagram 12Jumlah ODHA yang sedang mendapat pengobatan ARVdi Kota Surakarta kumulatif /Bulan Januari - Maret 2015

Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, April 2015

Diagram 13Pasien Aktif Mengikuti Program Terapi Metadhon

Klinik PTRM di Surakarta Bulan Januari – Maret 2015

Terdaftar : Rumah Sakit dr Moewardi : 77; Puskesmas Manahan : 137B. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Surakarta

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional yang untuk selanjutnya disingkat KPAN

dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006 Tentang Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional. KPA bertugas untuk mengkoordinir kegiatan- kegiatan

Page 35: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

32

yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan pencegahan, penanggulangan sehingga akan

terwujud penurunan angka HIV/AIDS.

KPA Kota Surakarta dibentuk sejak tahun 2005 dan berkantor di Kompleks Kantor

Balai Kota Surakarta. Sekarang berkantor di Jalan Alun - Alun Utara Surakarta Kode Pos

57113. KPA merupakan lembaga koordinasi dan bukan lembaga sosialisasi bahaya

HIV/AIDS. Semua SKPD Kota Surakarta merupakan anggota KPA yang diharapkan dapat

mengkomunikasikan dan menginformasikan tentang bahaya HIV/AIDS kepada seluruh

lapisan masyarakat sesuai dengan bidang pelayanan masing-masing SKPD tersebut. Selain

itu, yang menjadi anggota KPA bukan hanya seluruh SKPD Kota Surakarta tetapi juga

semua institusi dan lembaga yang dianggap berkaitan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Surakarta.

Dalam menjalankan tugasnya, KPA Kota Surakarta berdasar dan berpegang pada

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/28-A/1/2010 Tanggal 22 Maret 2010

Tentang Pembentukan Komisi, Kelompok Kerja (Pokja) Dan Sekretariat Penanggulangan

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Kota Surakarta.

Tabel 9Susunan Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta

No Kedudukan dalam Keanggotaan Nama/Jabatan dan Instansi1. Sekretaris Penuh Waktu Drs. Harsojo Soepodo, MM2. Pengelola Program Drs. Prawoto Mujiyono3. Pengelola Administrasi/Keuangan Hariyanti, A.Md

Sumber : Keputusan Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/98/1/2012

Berdasarkan tabel diatas terlihat susunan sekretariat KPA dimana sekretariat ini

berkantor setiap hari Senin-Jumat dan menjalankan semua program KPA dalam upaya

penanggulangan HIV/AIDS di Kota Surakarta. Dalam Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 443.2.05/28-A/1/2010 terdapat juga uraian mengenai susunan keanggotaan KPA dan

susunan kelompok kerja yang terdiri dari berbagai pihak. Dengan demikian, semua SKPD

dan institusi lain yang terkait dengan penanggulangan AIDS telah menjadi anggota KPA dan

memiliki tugas dan tanggungjawab sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing.

Setiap SKPD dan institusi yang tergabung dalam keanggotaan KPA ini berkoordinasi

bersama dan membuat rencana strategis untuk jangka waktu 5 tahun. Seluruh rencana yang

dibuat memiliki visi yang sama yaitu untuk menanggulangi HIV/AIDS dalam upaya

penurunan angka penularan HIV/AIDS di Kota Surakarta. Dalam prakteknya, setiap SKPD

harus memiliki program-program penanggulangan HIV/AIDS yang terkait dengan bidang

masing-masing SKPD dimana seluruh anggaran biayanya akan masuk pada APBD Kota

Surakarta. Program-program tersebut contohnya adalah pada Dinas Komunikasi dan

Informasi membuat baliho, brosur, leaflet, atau penyelenggaraan dialog televisi dan radio

tentang bahaya HIV/AIDS.

Page 36: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

33

Agar pencegahan dan penanggulangan AIDS di Kota Surakarta lebih efektif maka

perlu merubah susunan keanggotaan KPA sebagaimana tercantum dalam Keputusan

Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/28-A/1/2010 Tentang Pembentukan Komisi, Kelompok

Kerja (Pokja) Dan Sekretariat Penanggulangan Acquired Immunodeficiency Syndrome

(AIDS) Kota Surakarta. Untuk itu diterbitkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor

443.2.05/98/1/2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Walikota Surakarta Nomor

443.2.05/28-A/1/2010 Tentang Pembentukan Komisi, Kelompok Kerja (Pokja) Dan

Sekretariat Penanggulangan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Kota Surakarta.

1. Dasar Hukum Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta Dalam Pencegahan dan

Penanggulangan HIV dan AIDS

a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2006 Tentang Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional.

b. Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Tengah Nomor 443.22.36/2009

Tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi.

c. Surat Keputusan Walikota Surakarta

1) Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/131/2005 Tentang

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta

2) Surat Keputusan Walikota Surakarta 2006 : 443.2.05/144/1/2006 Tentang

Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta

3) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 4-A Tahun 2008 Tentang

Penanggulangan HIV dan AIDS.

4) Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/10/2009 Tentang

Pembentukan ,Komisi, Pokja, Sekretariat Penanggulangan HIV & AIDS

Kota Surakarta.

5) Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 443.2.05/28 –A/1/2010 Tentang

Perubahan Surat Keputusan Walikota No:443.2.05/10/2009 Tentang

Pembentukan , Komisi, Pokja , Sekretariat Penanggulangan HIV & AIDS

Kota Surakarta.

6) Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 448.2.05/98/1/22012 Tentang

Perubahan Kedua Atas Keputusan Walikota nomor 443.2.05 /28-A/I/2010

Tentang Pembentukan Komisi , Kelompok Kerja (Pokja) dan Sekretariat

Penanggulangan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) Kota

Surakarta

2. Dasar Program Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta

a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2006 Tentang Komisi

Page 37: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

34

Penanggulangan AIDS Nasional.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum

Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah.

c. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor

3/PER/MENKO/KESRA/III tahun 2007 Tetang Susunan, Tugas dan Fungsi

Keanggotaan Komisi Penanggulangan AIDS Tahun 2007-2010.

d. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor

7/PER/MENKO/KESRA/III tahun 2007 Tentang Strategi Nasional

Penanggulangan HIV dan AIDS Indonesia Tahun 2007-2010

e. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor

8/PER/MENKO/KESRA/III tahun 2007 Tentang Pedoman Nasional Monitoring

dan Pelaporan HIV dan AIDS di Seluruh Indonesia.

f. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pencegahan dan

Penanggulangan HIV dan AIDS.

3. Tugas dan Fungsi Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta

a. Mengkoordinasikan perumusan penyusunan kebijakan , strategi dan langkah-

langkah yang diperlukan dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS sesuai

kebijakan , strategi, dan pedoman yang ditetapkan oleh Komisi Penanggulangan

AIDS Nasional.

b. Memimpin , mengelola , mengendalikan, memantau dan mengevaluasi

pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Surakarta.

c. Menghimpun , menggerakkan , menyediakan dan memanfaatkan sumber daya

berasal dari pusat , daerah, masyarakat, dan bantuan luar negeri secara efektif dan

efisien untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS.

d. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang

tergabung dalam keanggotaan Komisi Penangglangan AIDS Kota Surakarta

e. Mengadakan kerjasama regional dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS .

f. Menyebarluaskan informasi mengenai upaya penanggulangan HIV dan AIDS

kepada aparat dan masysrakat.

g. Memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat dan Lurah dan Pemerintah Desa /

Kelurahan dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

h. Mendorong terbentuknya LSM / Kelompok Peduli HIV dan AIDS .

i. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS

serta menyampaikan laporan secara berkala dan berjenjang kepada Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional.

Page 38: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

35

4. Kewenangan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta

a. KPA secara berjenjang merinci dan membagi secara jelas kegiatan

penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan aparat, jajaran kesehatan , serta

masyarakat.

b. KPA secara berjenjang dan berkesinambungan melakukan sosialisasi kepada

seluruh aparat pemerintah daerah , lembaga pendidikan , lembaga swasta ,

lembaga kemasyarakatan, yang dibentuk oleh masyarakat termasuk lembaga adat

, lembaga keagamaan , tokoh adat , tokoh agama dan masyarakat.

c. Dalam pelaksanaan Kebijakan , strategi dan langkah-langkah penanggulangan

HIV dan AIDS, Bupati/ Walikota menugaskan :

1) Camat memimpin, mengkoordinasikan pelaksanaan dan mobilisasi

sumberdaya yang ada di Kecamatan.

2) Kepala Desa / Kelurahan melaksanakan upaya penanggulangan HIV dan

AIDS di Desa.

d. Pelaksanaan upaya penanggulangan HIV dan AIDS dibantu oleh lembaga

pendidikan , lembaga swasta , lembaga kemasyarakatan, tokoh adat, tokoh agama,

dan tokoh masyarakat.

5. Program-program KPA Kota Surakarta yang dilakukan antara lain :

a. Mengkoordinir semua anggota KPA dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di

Kota Surakarta

b. Melaksanakan rapat koordinasi setiap satu bulan sekali dengan semua anggota

KPA

c. Merekap data dari LSM, klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) dan klinik

Voluntary Counseling and Testing (VCT) setiap bulan sekali

d. Menyediakan layanan kesehatan bagi korban terinfeksi HIV/AIDS bekerjasama

dengan pihak Dinas Kesehatan. Layanan kesehatan yang dimaksud adalah

penyediaan klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) di Puskesmas Manahan dan

Puskesmas Sangkrah dan penyediaan klinik Voluntary Counseling and Testing

(VCT) di Rumah Sakit Dr.Moewardi dan Rumah Sakit Dr.Oen. Pemeriksaan

kesehatan dilakukan pertama di klinik IMS terlebih dahulu, apabila sudah

diketahui status HIV/AIDS nya ternyata positif maka dirujuk ke klinik VCT untuk

pemeriksaan yang lebih lengkap dan menyeluruh. Semua pemeriksaan ini gratis

untuk masyarakat yang berasal dari wilayah Kota Surakarta melalui program

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) sedangkan untuk

masyarakat diluar Kota Surakarta ada biaya yang harus ditanggung tetapi masih

relatif terjangkau.

Page 39: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

36

e. Membentuk dan mengarahkan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) yang bertugas

untuk menyampaikan informasi tentang bahaya HIV/AIDS yang dilakukan oleh

teman-teman sebaya yang berasal dari kelompok profesi sama (peer educator)

misalnya seorang WPS (Wanita Pekerja Seks) menjadi peer educator untuk WPS

yang lain, seorang gay menjadi peer educator untuk gay yang lain, dan

seterusnya.

f. Menyelenggarakan training untuk para peer educator yang dilakukan secara

berkala.

g. Mempersiapkan manajer kasus yang akan memantau secara khusus parakorban

yang sudah terbukti positif terkena HIV/AIDS.

h. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Walikota di tingkat Daerah dan

kepada Gubernur di tingkat Provinsi.

6. Dukungan Pemerintah

Dukungan Pemerintah Kota Surakarta dalam penanggulangan HIV/AIDS berupa dana

hibah APBD tahun 2010, 2011, 2012 , 2013, 2014 yang dipergunakan untuk :

a. Sosialisasi kepada masyarakat dan populasi kunci.

b. Pemberian makanan tambahan bagi ODHA

c. Pembuatan Media KIE

d. Pemeriksaan CD-4 bagi ODHA

e. Sarana dan prasarana pendukung lain.

f. Pelatihan kader Warga Peduli AIDS (WPA) dan peningkatan pengetahuan bagi

pegiat HIV dan AIDS.

g. Memfasiltasi kegiatan kawan-kawan LSM dalam pedampingan pada masyarakat

dan populasi kunci.

h. Menfasilitasi WPA dalam pembuatan perencanaan dan sekaligus rencana tindak

lanjutnya.

i. Memfasilitasi Pelatihan Peer Educator di semua populasi kunci dalam

membantu penyebarluasan informasi pada teman sebayanya.

j. Memberikan dukungan LSM dalam melaksanakan pendampingan populasi kunci

k. Menyusun rencana strategis kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS secara

komprehensif dan berkesinambungan .

l. Mengkoordinir semua kegiatan yang terkait pencegahan dan penanggulangan

HIV dan AIDS yang dilakukan semua anggota KPA Kota Surakarta seperti :

GOWs (Gabungan Organisasi Wanita Surakarta) (Progres); PKK (TP KK) se-

Surakarta (Progres); Karang Taruna; FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama);

Bhayangkari; Persit Chandra Kirana; AURI; Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Informasi (Dishubkominfo) : Pada komunitas Terminal Tirtonadi dan lain-lain.

Page 40: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

37

7. Kegiatan, Target dan Capaian Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta

2011-2015

Tabel 10

Kegiatan, Target dan Capaian

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta 2011-2015

No Kegiatan Target Capaian Keterangan

1. Distribusi kondom 80.828 78.000 pcs/3

bln

90 %

2. Layanan Alat Suntik Steril

(LASS)

531 penasun 76 /orang/ 3

bulan

15 %

3. Kegiatan yang berupa

dukungan , sosialisasi,

pelatihan dan penguatan sudah

berjalan lancar dengan

melibatkan berbagai

stakeholders dan LSM.

10 kegiatan Terlaksana

dan tercapai

sesuai

dengan yang

diharapkan

100 %

4. Sosialisasi LayananKomprehensifBerkesinambungan (LKB)pada Warga Peduli AIDS(WPA)

51 WPA 51 WPAsudahtersosialisasiLKB - SUFA

Sudahterlaksanapada bulanOkt „14

5. Penguatan dan pertemuan PEWPS dan LBT .

20 orang 38 Orangsudahmenjadi PE

Merekasepakatuntukmendukungprogram

6. Pembuatan media KIE, Tas,Topi, Leaflet

Outletkondom danpopkun

Sudahtercapai

7. Supervisi pada WPA 6Kelurahan

6 institusi Pucangsawit, Tegalharjo,Kerten, Jajar.

8. Persiapan penyusunan Perwali2015

Mei 2015 Progres lanjut

9. Pertemuan Pokja PMTS Paparanperencanaanprogram2015

Tercapai progres

10. Dukungan sosialisasi HIV &AIDS pada populasi kunci

4 tempathotspot

Tercapaimobileklinik

PelaksanaLSM

Page 41: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

38

11. Pelatihan pemulasara jenazahyang terinfeksi HIV/AIDS

60 takmirbersamapengurusjenazah.

Tercapai

12. Pelatihan PE untuk perwakilankaryawan pada perusahaan diKota Surakarta

10Perusahaan

Tercapai Dinsosnakertrans

13. Sosialisasi HIV & AIDS padakegiatan Masa OrientasiSekolah (MOS) tingkatSekolah

SLTP danSLTA Se-KotaSurakartabaik negerimaupunswasta

Progres Dikpora

14. Pelatihan perencanaan danpenganggaran di SKPD

28 April2015

15. Penyusunan PeraturanWalikota Surakarta terkaitdengan penanggulanganHIV/AIDS di Kota Surakarta.

sedangdalamproses.

Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, April 2015

C. Monitoring dan Evaluasi SKPD Kelurahan, Kecamatan, dan Anggota KPA.

1. POKJA Pencegahan dan Pejangkauan.

Koordinator kegiatan pencegahan dan penjangkauan dilakukan oleh Bidang Promosi

Kesehatan.

a. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan pada kelompok SKPD Kelurahan :

1) Kegiatan pada tatanan program partisipasi masyarakat melalui Warga Peduli

AIDS telah dilakukan sejak Tahun 2012. Kegiatan yang telah dilakukan di 51

Kelurahan adalah menset-up lembaga sosial yaitu Organisasi Warga Peduli

AIDS.

2) Kegiatan WPA di 51 Kelurahan berupa sosialisasi baik secara oral kepada

masyarakat resiko tinggi dan masyarakat umum melalui peringatan Hari AIDS

sedunia (setiap 1 Desember), Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN)

(setiap bulan Mei).

3) WPA melakukan pemetaan komunitas resiko tinggi masyarakat perwilayah

Kelurahan.

4) Dukungan kegiatan Warga Peduli AIDS menggunakan alokasi dana DPK 5 %,

sehingga hampir 51 Kelurahan dapat melakukan penyuluhan secara intensif

kepada semua anggota masyarakat.

b. Hasil Monitoring dan Evaluasi pada kelompok sasaran SKPD anggota KPA Kota

Surakarta

Dari 40 anggota KPA hanya beberapa SKPD yang aktif melakukan

sosialisasi dan penyuluhan dengan menyisipkan kegiatan sosialisasi HIV dan

Page 42: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

39

AIDS dalam anggaran kegiatan yang berhubungan langsung dengan

stakeholder SKPD sehingga secara anggaran tidak bisa secara jelas.

SKPD yang aktif dalam perannya sebagai anggota KPA diantaranya :

1) Dinas Kesehatan

a) Melalui bidang promosi kesehatan melakukan penyuluhan ke sekolah dan

ibu rumah tangga beresiko tinggi.

b) Melalui Bidang P2PL melakukan Sarasehan HIV & AIDS bagi anak

sekolah tingkat SMU dan SMK di Surakarta.

c) Sekrening awal ibu hamil terhadap penularan HIV & AIDS dengan info

sesi dan konseling dini HIV & AIDS.

2) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

a) Sosialisasi HIV & AIDS pada kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS)

tingkat Sekolah

b) Diklat Nasionalisme dan Karakter Bangsa.

3) Bapermas,PP,PA & KB ;

a) Dukungan Kampaye pencegahan melalui kondom di lokasi kelompok

berisiko tinggi (Risti)

b) Melakukan kampaye HIV dan AIDS bagi masyarakat yang dikemas dalam

peringatan Hari AIDS dan Malam Renungan AIDS.

c) Pembuatan materi KIE IMS, HIVdanAIDS.

d) Pembuatan materi Info sesi HIV dan AIDS di kelompok ibu – ibu PKK

e) Sosilisasi kesehatan reproduksi di kelompok Ibu RT.

f) Penguatan Warga Peduli AIDS melalui pelatihan dan roadsho sosialiasi

g) Workshop

4) Dinas Pariwisata

a) Sosialisasi bagi kelompok Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia

(PHRI) Kota Surakarta.

5) Dinas Perindustrian dan Perdagangan

a) Bekerjasama dengan KPA untuk roadshow sosialisasi keacara Pelatihan

UMKM

6) Dinas Sosial, Naker dan Transmigrasi

a) Pembekalan Informasi HIV dan AIDS bagi Perusahaan dalam rangka K3

b) Melakukan razia WPS dan memberikan sosialiasi HIV & AIDS di wanita

utama.

7) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi

a) Pembuatan Materi KIE Leaflet

b) Dialog Interaktif di RRI

c) Kampaye pencegahan HIV di wilayah terminal

Page 43: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

40

8) Bagian HUMAS Setda Kota Surakarta

a) Roadshow sosialisasi HIV dan AIDS di 51 Kelurahan

9) Bagian Hukum dan HAM

a) Memfasilitasi terbentuknya Peraturan Daerah terkait HIV & AIDS Kota

Surakarta

10) Kantor Kementerian Agama

a) Sosilisasi HIV & AIDS bagi mubalig

b) Pembuatan materi info sesi HIV & AIDS bagi khutbah Jum‟ at.

11) Rumah Tahanan Klas I

a) Sosialisasi bagi warga binaan pemasyarakat yang baru.

b) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi acara peringatan Hari Kemerdekaan ,

Ulang Tahun RUTAN

c) Lomba Poster dan pembuatan KIE pendukung program pencegahan HIV

dan AIDS.

c. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kelompok LSM atau Non SKPD

1) Dalam program penanggulangan HIV dan AIDS, di Kota Surakarta dilakukan

penjangkauan dan pendampingan oleh LSM Mitra Alam dan LSM Lentera.

2) Strategi pendampingan kepada semua komunitas Resiko Tinggi, dengan

melakukan penjangkauan untuk dilakukan IMS dan VCT.

3) Kegiatan pendampingan dan pejangkauan dikolaborasikan dengan tiga pilar

Pencegahan, Pengobatan dan Pendampingan.

4) Pencegahan yang dilakukan dengan memberikan info sesi tentang dasar penularan

serta pencegahan terhadap HIV & AIDS dan pasca pengobatan adanya

pendampingan klien dalam akses layanan lanjutan terpapar IMS dan HIV & AIDS.

5) Anggaran kegiatan di kelompok Non SKPD masih menggunakan dukungan

lembaga donor seperti GF dan Charitas untuk Kelompok Dukungan ODHA.

2. POKJA Pelayanan dan Penguatan ( CST )Kota Surakarta

Operasional dari pelaksanaan kegiatan dukungan layanan dan CST Penanggulangan

HIV & AIDS 80% masih menggunakan bantuan lembaga donor Global Fund. Anggota

POKJA ini meliputi : Klinik VCT RS. Dr. Moewardi selaku koordinator program; Klinik

VCT RS. Dr. OEN; Dinas Kesehatan dengan 4 PKM dan 1 RS Layanan Komprehensif

Berkesinambungan; PMI dan BBKPM.

Program kerja yang telah dilakukan berkaitan dengan kerja pelayanan kesehatan

telah diset up dari 2005 sampai sekarang, di Tahun 2013 dengan perluasan program LKB

pada 4 Puskesmas terpilih yang dianggap mampu merepresentatifkan layanan masyarakat

di Kota Surakarta.

a. Evaluasi program yang telah dilakukan oleh Layanan Kesehatan melalui Layanan

Page 44: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

41

Komprehensif Berkesinambungan ( LKB ).

b. LKB di Surakarta telah melakukan upaya – upaya pencegahan HIV dan

Pendampingan pada ODHA secara maksimal dari proses Pre Test, Post Test, dan

pendampingan kasus HIV melalui buddies dari KDS “ Soloplus “.

c. Dari pelaksanaan perawatan, dukungan dan pengobatan dari 8 layanan VCT di

Kota Surakarta yaitu :

1) Jumlah Klien yang dikirim tes : 19.633

2) Jumlah yang melakukan tes HIV : 20.458

3) Jumlah yang mengambil hasil : 17.737

4) Jumlah HIV + : 1538

5) Jumlah yang diberi ARV : 584

3. POKJA Penguatan Manajemen

a. Operasional kegiatan dalam POKJA penguatan Manajemen dilakukan pada

sinkronisasi program yang memberikan wadah bagi anggota KPA dan anggota

POKJA KPA melakukan inventarisisasi program dan melakukan evaluasi program.

b. Kegiatan mempunyai tujuan pada Penguatan SDM yang mendukung pelaksanaan

rencana kerja penanggulangan HIV & AIDS.

c. Dukungan kegiatan Non SKPD berupa :

1) Pelatihan kader komunitas berisiko tinggi (Risti) dan Warga Peduli AIDS.

2) Pemetaan wilayah komunitas

3) Penguatan jejaring layanan bagi ODHA

4) Penguatan Tim SDM layanan Kesehatan bagi Penanggulangan HIV & AIDS.

5) Penguatan ODHA dan Jaringannya.

d. Kegiatan SKPD meliputi :

1) Jejaring antar anggota KPA melalui Rapat Koordinasi (Rakor) 3 bulanan dan

6 bulanan KPA

2) Lokakarya

3) Pelatihan Kader WPA sebagai kader Pusat Informasi Kesehatan masyarakat.

4) Visitisasi antar anggota

4. POKJA Harm Reduction

a. Koordinator kegiatan POKJA Harm Reduction ( HR ) yaitu Ka.Bid. YANKES Dinas

Kesehatan Kota Surakarta, dimana secara operasional kegiatan HR berada di RS. Dr.

Moewardi dan Puskesmas Manahan.

b. Anggota POKJA HR terdiri dari Dinas Kesehatan, RS. Dr. Moewardi,

SATNARKOBA POLRESTA, RUTAN, Puskesmas Manahan dan LSM Mitra Alam

sebagai pedamping IDU‟ s.

Page 45: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

42

c. Layanan Harm Reduction di Kota Surakarta meliputi konseling Adiksi, Rumatan

Methadone, dukungan CST dan Dukungan ODHA bersama keluarga.

d. Program HR atau dikenal dengan Program Terapi Rumatan Methadone (PTRM) telah

menangani 30 klien Penasun yang akses methadone setiap bulannya.

e. Kegiatan dan operasonal klinik methadone masih menggunakan dukungan dana

lembaga donor HCPI yang akan selesai pada bulan September 2015.

f. Pendampingan dan penjangkauan klein Penasun dilakukan oleh LSM Mitra Alam

dengan dukungan HCPI.

g. POKJA HR selalu melakukan koordinasi lintas sektoral dalam rangka penguatan

dukungan keberlanjutan program Yankes.

5. POKJA PEMBERDAYAAN

a. Koordinator POKJA Pemberdayaan di mandatori oleh Kepala Bidang Pemberdayaan

Masyarakat di BAPERMAS,PP,PA&KB Kota Surakarta.

b. Operasional kegiatan masih belum bisa berjalan maksimal

c. Tahun 2014, POKJA hanya melakukan kegiatan Rakor dan Pembinaan WPS yang

kena razia di Wanita Tama dan Mobile Layanan Kesehatan IMS, HIV dan AIDS.

d. Pembagian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi 20 ODHA warga Surakarta

yang diberikan melalui Rumah Singgah Lentera.

e. Keadaan WPA sebagai ujung tombak pemberdayaan masyarakat akan

kepedulian dan pemahaman tentang HIV & AIDS dan penanggulangannya

masih belum memiliki konsep yang terstruktur sehingga program kurang

spesifik.

6. POKJA Pencegahan Melalui Transmisi Seks (PMTS)

a. Koordinator POKJA adalah Ka. Bid. KB

b. Operasional kegiatan POKJA dibagi menjadi 4 ( empat ) komponen yang melibatkan

SKPD, Layanan Kesehatan, LSM atau POKJA Wilayah Resti dan KPA

c. Dalam POKJA PMTS secara kinerja harus mampu menggerakkan adanya :

1) Anggota POKJA PMTS ; Ka.Bid KB, Ka. Bid. P2PL, Ka.Bid. Perencanaan

DISPARTA, Ka.Bid. SATPOL, MUI, dan LSM beserta POKJA Komunitas.

2) Dukungan pemegang kebijakan di SKPD untuk aktif dan berperan dalam

pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS yang berkesinambungan

melalui partisipasi aktif sesuai bidang SKPD

3) POKJA Komunitas KPA meliputi POKJA Kestalan, POKJA Jalak, POKJA

BATRAS dan POKJA Salon.

4) Kegiatan di POKJA PMTS telah berjalan dengan adanya komitmen antar 4

komponen dalam target pejangkauan, dukungan layanan kesehatan,

Page 46: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

43

ketersediaan kondom atau alat pencegahan HIV & AIDS di lokalisasi.

5) KPA mampu mencukupi kebutuhan logistik bagi masyarakat resiko tinggi

maupun yang rentan penularan HIV & AIDS.

7. POKJA MONEV

a. Program Penanggulangan HIV dan AIDS telah menerapkan Sistem Informasi HIV dan

AIDS ( SIHA ) di kelompok layanan, sehingga memberikan kemudahan akses informasi

bagi anggota POKJA untuk melakukan monitoring dan Evaluasi kegiatan.

b. Sudah berjalannya laporan rutin lintas layanan ke KPA, sebagai sumber data satu pintu.

c. Adanya outlet kondom di wilayah Kelurahan dengan tanggung jawab WPA setempat,

dimana masyarakat akan mudah dalam mengaksesnya.

d. Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan oleh Pokja ini melalui BAPPEDA Kota

Surakarta dilakukan secara rutin setiap tahun untuk menghindari adanya penyimpangan

program dan kegiatan serta memberikan rekomendasi terhadap keberlanjutan program.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Rencana Strategis Komisi Penanggulangan

AIDS Kota Surakarta 2011-2015 dapat diketahui dari beberapa aspek :

1. Aspek Kebijakan

a. Dalam merespons situasi epidemi HIV/AIDS di Kota Surakarta, Pemerintah Kota

Surakarta telah mengambil kebijakan, termasuk Rencana Strategis yang didukung

dengan berbagai peraturan, Surat Keputusan, dan pedoman pelaksanaan,

pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta dan pelaksanaan

program layanan. Peraturan dan Surat Keputusan merupakan landasan legal bagi

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta dan segenap jajaran untuk bekerja dan

mendapatkan dukungan pembiayaan untuk pelaksanaan program dan kegiatan

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta melalui Anggaran Pembangunan dan

Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta. Hal ini merefleksikan komitmen

Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS.

Keberadaan Peraturan Daerah, Surat Keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis tentang pembentukan komisi dan upaya penanggulangan bermaksud

menjamin pelaksanaan kebijakan.

b. Rencana Strategis Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta Tahun 2011-2015

merupakan penjabaran kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam menanggulangi

HIV dan AIDS. Rencana Strategis memuat tujuan penanggulangan, rencana strategis

penanggulangan melalui program-program layanan dan penguatan kelembagaan,

strategi dasar, dan prinsip manajemen pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

Page 47: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

44

program. Terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan program dan kegiatan

dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Surakarta antara lain :

1) Masalah HIV dan AIDS belum dianggap masalah prioritas baik oleh sektor

kesehatan maupun sektor pembangunan terkait.

2) Dukungan politik yang belum memadai terhadap program promosi kondom dan

pengurangan dampak buruk NAPZA suntik padahal kedua program ini

merupakan program pokok upaya penanggulangan HIV/AIDS.

3) Rencana Strategis menjelaskan strategi dasar upaya penanggulangan, tetapi belum

spesifik atau belum jelas bagaimana strategi pelaksanaan program dalam konteks

menghadapi tantangan program.

c. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta dalam melakukan koordinasi dan

arahan pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan program

penanggulangan HIV dan AIDS belum optimal, meskipun berbagai Surat Keputusan

mengenai upaya penanggulangan bahkan pembiayaan juga telah diterbitkan.

d. Dalam mendukung pelaksanaan kebijakan program penanggulangan HIV dan AIDS,

berbagai Pokja (Kelompok Kerja) dibentuk sesuai kebutuhan yang melibatkan

perwakilan sektor terkait dan masyarakat, namun Pokja yang ada belum melibatkan

optimal LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) Peduli AIDS, anggota unsur instansi

atau SKPD terkait, keterwakilan masyarakat kurang terlihat. Anggota LSM Peduli

AIDS kurang dilibatkan dalam rapat koordinasi maupun sosialisasi kebijakan atau

rekomendasi hasil rapat Pokja.

2. Aspek Program

a. Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan

mengendalikan penularan HIV/AIDS, antara lain dengan menyediakan layanan

konseling dan tes HIV sukarela; layanan perawatan, dukungan dan pengobatan;

layanan Infeksi Menular Seksual; layanan jarum suntik steril; layanan rumatan

metadhon; serta layanan terpadu TB-HIV.

b. Hasil monitoring dan evaluasi menyatakan bahwa para petugas pelayanan kesehatan

menyatakan bahwa pihak Pemerintah Kota Surakarta perlu meningkatkan kemitraan

strategis dengan lembaga-lembaga formal dan non formal agar efektif melakukan

sosialisasi terkait pencegahan HIV dan AIDS. Selain itu pemerintah Kota Surakarta

dapat merangkul organisasi keagamaan dan organisasi kepemudaan seperti karang

taruna untuk melakukan sosialisasi, terutama terhadap warga yang beresiko tinggi

terhadap HIV dan AIDS serta masyarakat umum, sehingga warga tersentuh informasi

dan bisa merubah perilaku mereka dalam menjalankan pola hidup yang lebih sehat.

c. Salah satu tantangan terberat penanggulangan HIV dan AIDS adalah kendala

stigmatisasi terhadap orang yang terinfeksi yang bisa datang dari berbagai kelompok

Page 48: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

45

masyarakat, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan

kerja, sekolah, serta lingkungan komunitas lainnya.

d. Masih sangat diperlukan penguatan kapasitas khususnya kepada perencana

program SKPD untuk keberlanjutan dan konsistensi serta keterkaitan dan

kesinambungan pada perencanaan dan penganggaran program baik internal

SKPD dan atau anatar SKPD .

3. Hambatan Dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS

a. Belum semua anggota KPA melaksanakan tugas dan fungsi sebagai anggota KPA

b. Belum semua anggota KPA menganggarkan untuk kegiatan HIV dan AIDS atau

menyelipkan kegiatan HIV dan AIDS di kegiatan yang ada.

c. Dalam pelaksanaan Rapat koordinasi anggota KPA , yang hadir selalu berganti

orang, sehingga tidak memahami dan tidak berkelanjutan terkait dengan program

yang telah direncanakan sebelumnya.

d. Peer Educator yang telah dilatih , belum semua berjalan dengan baik, dikarenakan

tingginya mobilitas mereka, dan rata-rata populasi kunci tidak mempunyai tingkat

pendidikan yang baik.

e. Kesadaran memakai kondom dalam seks beresiko juga belum sesuai dengan yang

diharapkan , sehingga temuan kasus IMS atau HIV masih tetap ada.

f. Kurangnya program pemberdayaan masyarakat tentang upaya pencegahan dan

penanggulangan HIV & AIDS yang dilakukan oleh SKPD.

g. Upaya penguatan kapasitas keluarga yang memiliki resiko tinggi masih belum

maksimal dilakukan baik dalam bentuk kelompok ataupun pendampingan.

h. Layanan Kesehatan dan akses informasi tentang ketersediaan layanan VCT, ARV dll

terkait HIV & AIDS masih belum maksima; dalam penyebarannya.

Page 49: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

46

BAB V

PENUTUP

Penanggulangan HIV dan AIDS memasuki babak baru dalam implementasinya.

Kondisi sosial dan ekonomi yang berubah cepat sangat berpengaruh pada upaya

penanggulangan HIV dan AIDS. Adapun beberapa kesimpulan yang muncul, antara lain

adalah :

A. Kesimpulan

1. Input

a. Keberlangsungan program belum dapat dipastikan.Masih terdapat kesenjangan

sumber daya keuangan (money) dan sumber daya manusia (man) untuk memenuhi

kebutuhan program dan kegiatan di Kota Surakarta, baik sebagai pemimpin,

pengelola maupun pelaksana program, karena masih belum adanya kejelasan

(nomenklatur) dukungan pendanaan dari bantuan untuk program HIV pada masa-

masa yang akan datang. Dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 72 Tahun

2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS sudah ada

kejelasan bahwa sumber dana berasal dari APBD, hanya jumlah yang diperlukan

belum bisa dipenuhi. Oleh karena itu, penting untuk mengupayakan mobilisasi

pendanaan yang bersifat domestic (Lokal) misalnya dengan Corporate Social

Responsibility.

b. Jangkauan untuk mencapai universal access masih belum memadai karena

keterbatasan dana (money) untuk implementasi program di Kota Surakarta, baik

untuk program pencegahan pada populasi kunci (WPS, Penasun, Waria, LSL dan

pasangannya), pencegahan penularan dari ibu ke anak, perawatan, dukungan dan

pengobatan bagi ODHA yang membutuhkan, maupun mitigasi dampak.

c. Untuk mengubah perilaku, diperlukan kontak intensif kepada populasi kunci,

(diperkirakan minimal 8 kali setiap tahun), sehingga diperlukan dukungan

sumberdaya baik sebagai pelaksana program (man) maupun pendanaan (money)

untuk memastikan program intervensi dapat dilaksanakan.

d. Penggunaan kondom secara konsisten masih rendah karena program yang

dilaksanakan masih belum mempunyai dukungan lingkungan yang memadai (baik

oleh organisasi keagamaan maupun masyarakat lainnya) serta adanya kesulitan

dalam menjangkau pelanggan pekerja seks (High Risk Man).

2. Proses

1) Sistem layanan kesehatan dan komunitas masih lemah.Sistem kesehatan perlu

diperkuat untuk menangani HIV dan AIDS antara lain di bidang pencegahan,

diagnostik, pengobatan dan perawatan, keamanan transfusi darah dan kewaspadaan

Page 50: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

47

universal. Sistem komunitas melalui LSM dan organisasi/jaringan populasi kunci

perlu diperkuat untuk dapat lebih berperan aktif dan menjangkau populasi kunci.

2) Masih perlu peningkatan tata kelola kepemerintahan yang baik untuk koordinasi

antar sektor/SKPD, harmonisasi kebijakan, manajemen, penyediaan informasi

strategik, monitoring dan evaluasi serta implementasi program.

3) Masih perlu peningkatan lingkungan yang lebih kondusif, untuk mengurangi stigma

dan diskriminasi, ketidaksetaraan gender dan pelanggaran Hak Asasi Manusia

dengan melibatkan organisasi masyarakat dan keagamaan serta sektor pendidikan.

4) Pemerintah Kota Surakarta perlu melakukan survailans tes HIV yang menyeluruh,

yang dimulai dari surveilans rutin, sentinel dan khusus terhadap kalangan tertentu.

5) Perlu dukungan lebih kuat dari lembaga hukum terhadap program penanggulangan

HIV dan AIDS.

6) Perlu mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat terkait penanggulangan Napza-

HIV.

7) Perlu peningkatan koordinasi dan kerjasama internal dan eksternal antara Rumah

Sakit, Puskesmas, layanan kesehatan lainnya dan LSM dalam akses layanan

rujukan.

3. Output

Cakupan program (coverage) khususnya terhadap populasi kunci dan populasi

umum yang diukur dari seluruh populasi kunci yang dijangkau oleh program

komunikasi perubahan perilaku, diantaranya program edukasi, komunikasi pendidikan

sebaya, penilaian risiko individu/kelompok, dan akses terhadap kondom dan alat

suntik, program VCT, IMS serta perawatan, dukungan dan pengobatan. Selain itu ada

perkembangan program Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Surakarta yaitu

terbentuknya Warga Peduli HIV dan AIDS (WPA).

4. Outcome

Hasil pelaksanaan Rencana Strategis Komisi Penanggulangan AIDS Kota

Surakarta 2011 - 2015 telah dapat merubah perilaku berisiko menjadi perilaku aman

dari kelompok kunci maupun populasi umum, baik perilaku pencegahan maupun

perilaku pengobatan, namun masih ada stigma dan diskriminasi terhadap pengidap

HIV dan AIDS. Hal ini dapat diketahui dari beberapa data dan informasi terkait

kekerasan terhadap ODHA.

5. Impact

Dampak epidemi dan program HIV dan AIDS di Kota Surakarta dapat

diketahui dari data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Surakarta dari Oktober

2005 s.d Maret 2015 di Kota Surakarta, terdapat 1565 kasus HIV/AIDS yang terdiri

dari HIV 532 kasus dan AIDS 1.033 kasus. Adapun yang meninggal dunia sebanyak

449 orang. Pada umumnya mereka dirawat di rumah sakit Dr Moewardi Kota

Page 51: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

48

Surakarta yakni sebanyak 559 kasus dan 60 kasus di rawat di rumah sakit Dr Oen

Surakarta.

B. Saran

1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Surakarta perlu menjadi salah satu prioritas

dalam program pembangunan di Kota Surakarta. Untuk mencapai hal ini perlu

dilakukan advokasi khusus kepada pihak Pemerintah Kota Surakarta.

2. Disamping menetapkan target-target kuantitatif program, Rencana Strategis Komisi

Penanggulangan AIDS Kota Surakarta ke depan perlu menjelaskan strategi mencapai

target-target tersebut dan strategi mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan program.

Untuk itu maka dokumen Rencana Strategis Komisi Penanggulangan AIDS Kota

Surakarta harus ditindaklanjuti dengan memperjelas peran Kelompok Kerja dan SKPD

yang terkait.

3. Penanggung jawab masing-masing program dan layanan kesehatan harus mengacu

kepada Rencana Strategis Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta. Untuk

mewujudkan hal ini, Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta harus melakukan

fasilitasi dalam menyiapkan rencana kerja, termasuk pembiayaan, petunjuk

pelaksananaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis).

4. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta perlu melakukan fasilitasi pembuatan

payung hukum setiap program dan layanan kesehatan; meyakinkan harmonisasi

berbagai Peraturan Daerah dan aturan hukum terkait lainnya; melakukan negosiasi

dengan pemerintah Kota Surakarta untuk mencari mekanisme legal pendanaan SKPD

dan LSM penanggung jawab program dan layanan kesehatan; dan melakukan advokasi

kepada pemerintah Kota Surakarta dan sektor terkait untuk kebutuhan penjangkauan

yang melibatkan LSM.

5. Meningkatkan kompetensi anggoata Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta,

penyelenggara program dan penyelenggara layanan kesehatan dalam kemampuan

menggunakan data, menentukan masalah prioritas, mengembangkan dan menguji

pendekatan strategis pemecahan masalah program.

6. Mengupayakan penambahan tenaga layanan kesehatan, diprioritaskan melalui APBN

atau APBD.

7. Mengembangkan berbagai pendekatan inovatif dan strategis untuk menjangkau populasi

kunci atau kelompok berisiko tinggi, terutama untuk testing dan perubahan perilaku.

Upaya ini dapat dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta bersama

pemangku kepentingan lainnya dalam bentuk pertemuan dan atau melakukan studi ke

Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota lain atau lembaga lain.

Page 52: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

49

8. Mengembangkan sistem informasi tentang HIV/AIDS yang komprehensif agar dapat

menghasilkan informasi yang lebih akurat sesuai kebutuhan, dan lebih memudahkan

akses informasi oleh masyarakat luas dan berbagai pihak yang berkepentingan.

9. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta memfasilitasi koordinasi di antara sektor

(SKPD) terkait, LSM dan pihak-pihak terkait melalui forum diskusi yang teratur dan

pelibatan LSM dalam pelaksanaan kegiatan program dan layanan kesehatan.

10. Perlu menyiapkan strategi memandirikan upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota

Surakarta agar program dan layanan kesehatan tidak rentan terhadap kelangsungan

bantuan donor asing.

11. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta bersama dengan sektor dan LSM

terkait mengembangkan dan melaksanakan penelitian operasional yang dapat

memandu pengembangan, perbaikan kebijakan program dan layanan kesehatan. Riset

operasional mencakup studi keberhasilan program, surveilans remaja, afirmasi LBT,

koordinasi kebijakan, program dan aksi di lapangan diarahkan untuk memperbaiki

kebijakan dan program.

12. Memperbaiki strategi sero-surveilans dengan lebih fokus pada beberapa populasi

kunci: wanita penjaja seks; LSL; penasun; dan pada ibu hamil yang mewakili populasi

umum/rendah. Surveilans perlu memperhatikan kesamaan metodologi dari waktu ke

waktu, termasuk besar dan cara penarikan sampel, dan metode pengukuran anti body

HIV.

C. REKOMENDASI

1. Perlu dilakukan penguatan kapasitas anggota KPA Kota Surakarta dalam

hal perencanaan dan penganggaran terkait sinkronisasi program

Penangulangan HIV-AIDS khususnya kepada SKPD terkait ;

2. Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) KPAD Kota Surakarta harus

diperbaharui untuk kesinambungan dan keberlanjutan program

penanggulangan HIV-AIDS tahun 2015-2019 mengacu kepada Kajian

Tehnokratis RPJMD Kota Surakarta tahun 2015-2019;

3. Perlu adany sarana dan prasarana informasi dan komunikasi yang terbuka

dan konsisten terkait dengan upaya dan capaian penangulangan HIV-AIDS

yang mudah diakses, terbuka dan tersistem baik yang sifatny langsung dan

media;

4. Pentingnya kajian dan penelitian terkait penyebaran , penanganan ,

peanggulangan dan rehabilitasi serta perkembangan dari penyakit HIV-

AIDS yang dapat dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan terkait

Penangulangan HIV-AIDS ;

Page 53: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

50

5. Perlu adanya standart operasional prosedur yang pasti dan berlaku sama

mulai dari pelayanan, penanganan, pencegahan, dan penanggulangan

hingga rehabilitasi medis dan sosial .

6. Perlu ditinjau ulang kebijakan, kelembagaan, struktur dan mekanisme serta

keterlibatan masyarkat dalam upaya pemberdayaan keluarga.

Page 54: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan

51

DAFTAR PUSTAKA

Azwar , Azrul . 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan.Yogyakarta : Bina Rupa Aksara.

Demartoto, Argyo. 2010. Perilaku Laki-laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-laki (LSL)untuk melakukan test HIV di Kota Surakarta. Laporan Penelitian (Tidak diterbitkan).

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Saku Kesehatan 2012 Visual DataKesehatan Provinsi Jawa Tengah Triwulan II Tahun 2012. Semarang : Dinas KesehatanProvinsi Jawa Tengah.

Ditjen PPM & PL Depkes Rl. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/dSeptember 2014. (Serial Online) http://www.spiritia.or, id

Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2013

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.

Mundiharno. 1997.Perilaku Seksual Berisiko Tertular PMS dan HIV/AIDS (Kasus Sopir TrukAntar Propinsi).Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan (PPK) Universitas GadjahMada.

Sutopo, HB. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Praktis, Surakarta:Universitas Sebelas Maret.

Page 55: MONITORING DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS KOMISI ...bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/SOSBUD/92/... · kekebalan tubuh tersebut. Virus yang hanya menyerang golongan