moh badrih makalah fokus penelitian
DESCRIPTION
Moh Badrih Makalah Fokus PenelitianTRANSCRIPT
FOKUS PENELITIANDisarikan dari
“Introducing and Focusing the Study”(John Creswell, 2007)Pembina Matakuliah
Prof. Dr. Dawud, M.Pd([email protected])
MOH BADRIH
UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA2012
A. Pendahuluan
Fokus penelitian dimulai ketika peneliti merumuskan isu atau pun permasalahan dari
penelitian, memformulasikan tujuan utama dari penelitian, dan membuat pertanyaan berkenaan
dengan penelitian tersebut. Kaitannya dengan hal tersebut, peneliti dituntut untuk mengaitkan
semua hal tersebut dengan pendekatan yang digunakan di dalam penelitian. Permasalahan dan
pertanyaan penelitian tidak harus selalu dibuat sebelum rancangan penelitian dibentuk.
Berdasarkan hal tersebut, bagian pengantar ini dapat melingkupi semua elemen pendekatan
yang digunakan, dalam penelitian kualitatif yang terdri dari (naratif, fenomenologi, teori dasar,
etnografi, atau pun studi kasus) yang dianggap paling sesuai. Alur logika mana pun yang dipilih,
ada elemen-elemen yang harus dimiliki untuk dapat menghasilkan topik permasalahan penelitian
yang baik, tujuan penelitian yang sesuai, dan pertanyaan penelitian yang sudah disesuaikan
dengan salah satu jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Bab ini akan
membahas tentang cara-cara supaya semua hal tersebut dapat dilakukan dengan baik.
B. Kajian Diskusi
Bagaimana cara terbaik untuk menulis topik permasalahan supaya dapat benar-benar
menunjukkan cara pendekatan kualitatif yang dipilih?
Bagaimana cara terbaik untuk menulis tujuan penelitian untuk menyatakan orientasi dari
sebuah pendekatan yang digunakan?
Bagaimana pertanyaan utama dapat dibuat dengan baik sehingga jenis pendekatan
penelitian kualitatif yang sesuai dapat diketahui?
Bagaimana pertanyaan pendukung dapat dibuat dengan sesuai sehingga isu yang sedang
didalami di penelitian kualitatif tersebut dapat dimunculkan?
C. Permasalahan Penelitian
Penelitian kualitatif dimulai dengan cara dimunculkannya permasalahan penelitian oleh si
peneliti. Peneliti yang mengkaji bidang kualitatif harus memperkenalkan “permasalahan” yang
menjadi arah dari penelitian tersebut. Penggunaan terminologi “permasalahan” memang sedikit
kurang tepat dan mungkin akan sedikit membingungkan bagi peneliti pemula yang belum
memiliki terlalu banyak pengalaman.
Kegunaan dari dibuatnya permasalahan penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif
adalah untuk memberikan rasional atau kepentingan dari meneliti suatu isu atau “permasalahan”.
Mengapa penelitian ini perlu dilakukan? Pada pembahasa berikut, akan ditunukkan betapa
perlunya penelitian tersebut dilakukan dengan cara mempertimbangkan tentang “sumber”
permasalahan, membingkainya dalam referensi, lalu memampatkan dan menandai teks tersebut
untuk diperlakukan menggunakan salah satu dari lima jenis pendekatan penelitian kualitatif yang
ada.
Buku-buku metodologi penelitian (contohnya Creswell, 2005; Marshall & Roossman,
2006) menyebutkan beberapa sumber terkait dengan permasalahan penelitian. Permasalahan
penelitian biasanya ditemukan dalam kejadian sehari-hari dengan isu tertentu, permasalahan
yang terkait dengan pekerjaan, sebuah agenda penelitian oleh pembimbing, atau referensi
akademis. Dalam sebuah penelitian kualitatif, sangat penting untuk memberikan alasan yang
rasional dan masuk akal tentang mengapa permasalahan yang diangkat penting untuk diteliti.
Alasan paling kuat dan paling rasional tentang dilakukannya sebuah penelitian pasti berasal dari
referensi akademis: kepentingan untuk mengisi atau menambahkan kekosongan atau kekurangan
dalam sebuah referensi atau pun untuk memberikan ruang bagi pihak-pihak yang kebutuhannya
tidak tersampaikan di dalam referensi tersebut. Sebagaimana yang disebutkan oleh Barritt
(1986), kepentingaan penelitian
bukanlah tentang menemukan sebuah elemen baru, seperti di bidang ilmu pengetahuan
alam, tetapi seperti menajamkan kepedulian terhadap pengalaman yang mungkin telah
terlupakan dan terabaikan. Dengan menajamkan kepedulian dan menciptakan dialog,
diharapkan penelitian dapat mengarah pada pemahaman orang-orang yang lebih baik
mengenai hal-hal yang mereka hadapi dan melalui penanaman pemahaman tersebut maka
peningkatan pada level praksis pun dapat dicapai. (hlm. 20)
Selain dialog dan pemahaman, penelitian kualitatif bisa juga mengisi celah di antara
semua referensi yang saat ini telah ada dan menciptakan cara pikir yang benar-benar baru, atau
pun menilai sebuah kasus dalam sebuah kelompok yang menjadi subjek penelitian.
Meskipun terdapat banyak pendapat tentang berapa banyak ulasan referensi yang harus
dikerjakan sebelum menginjak penelitian yang sebenarnya, teks kualitatif (Creswell, 2003;
Marshall & Rossman, 2006) mengacu pada pentingnya melakukan ulasan terhadap referensi
sehingga seorang peneliti dapat memberikan alasan mengapa permasalahan tersebut penting
untuk diangkat. Hal tersebut pada akhirnya juga akan dapat membuat hasil penelitian si peneliti
tersebut berada di level yang sama dengan referensi-referensi yang telah ada sebelumnya. Bagi
saya, membayangkan dimana posisi penelitian saya di dalam jajaran referensi-referensi tersebut
bisa cukup membantu saya. Contohnya, seseorang bisa saja mengembangkan sekumpulan
referensi—sebuah pemetaan penelitian (Cresswell, 1994)—dan memperlihatkan topik yang
dimaksud dalam sekumpulan referensi ini dan juga tentang bagaimana penelitian yang diajukan
seseorang bisa sesuai atau pun mengembangkan referensi yang ada.
Selain menentukan sumber dari permasalahan penelitian dan membingkainya melalui
referensi yang ada, peneliti kualitatif perlu memperkenalkan permasalahan yang diangkat dengan
cara yang sekiranya dapat memperlihatkan pendekatan penelitian yang seperti apa yang sesuai
untuk diaplikasikan. Saya yakin bahwa hal ini dapat dilakukan dengan cara menyebutkan tentang
bagaimana jenis pendekatan penelitian yang dipilih pada akhirnya akan berhasil mengisi celah
atau pun kekurangan di dalam referensi-referensi yang terkait dengan permasalahan penelitian.
Contohnya dalam kalimat topik di bagian permasalahan dalam penelitian naratif, saya akan
sangat berharap bahwa si peneliti akan menyebutkan tentang mengapa cerita dari seorang
individu perlu dijabarkan dan bagaimana hal tersebut dapat menjadi sebuah pengalaman
pribadi mengenai permasalahan penelitian. Dalam penelitian fenomenologi, saya akan berharap
bahwa peneliti akan menyebutkan tentang sebuah fenomena tertentu dalam porsi yang lebih
besar dan pengalaman tertentu yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan fenomena tersebut.
Dalam penelitian teori dasar, saya akan berharap dapat belajar lebih banyak mengenai betapa
pentingnya sebuah teori baru yang menerangkan tentang sebuah proses karena teori yang lama
belum cukup jelas dalam memberikan kejelasan, tidak mencukupi bagi populasi, atau sekedar
perlu diperbaiki. Dalam penelitian etnografis, topik permasalahan juga mencakup ide tentang
mengapa penting untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan perilaku budaya dari
sekelompok orang. Bisa juga tentang bagaimana sebuah kelompok termarginalkan dan mereka
didesak untuk tutup mulut tentang hal tersebut. Dalam studi kasus, peneliti bisa membahas
tentang bagaimana penelitian tentang sebuah kasus atau kasus itu sendiri dapat berkontribusi
dalam menjawab permasalahan penelitian. Berdasarkan pada hal tersebut, kepentingan penelitian
atau pun permasalahan yang mengarah padanya dapat dihubungkan secara fokus dengan salah
satu dari lima pendekatan penelitian yang ada.
D. Tujuan Penelitian
Hubungan keterkaitan antara rancangan dan pendekatan akan terus ada dengan disusunnya
tujuan penelitian. Tujuan penelitian berisi gol utama atau “peta jalan” dalam penelitian. Sebagai
bagian yang paling penting dalam penelitian kualitatif, tujuan penelitian harus disusun dengan
hati-hati dan ditulis dengan menggunakan bahasa yang jelas dan singkat. Sayangnya, banyak
peneliti yang menuliskan tujuan penelitian dengan menggunakan bahasa yang masih
mengandung makna implisit dan menyebabkan pembacanya harus berpikir lebih keras untuk
menginterpretasikan dan memahami penelitian yang dibuat oleh peneliti tersebut. Untuk
menghindari terjadinya hal yang seperti itu, saya mencoba membuat “skrip” dari pernyataan ini
(Creswell, 1994, 2003), pernyataan yang berisi beberapa kalimat yang harus diisi oleh para
pembaca.
Tujuan dari penelitian ______________ (naratif, fenomologis, teori dasar, etnografi,
studi kasus) ini adalah untuk _____________ (memahami, mendeskripsikan,
mengembangkan, menemukan) _____________ (fenomena utama dalam penelitian)
untuk ____________ (peserta) di __________ (tempat). Pada tahap penelitian ini,
_______________ (fenomena utama penelitian) akan didefinisikan secara umum sebagai
_________ (definisi umum tentang konsep utama).
Seperti yang terlihat dari skrip tersebut, beberapa istilah dapat digunakan untuk
menemukan pendekatan penelitian kualitatif yang sesuai dengan bagian-bagian penelitian.
Dalam tujuan penelitian,
Penulis menunjukkan pendekatan kualitatif tertentu yang digunakan di dalam penelitian
dengan cara menyebutkan jenisnya. Nama dari jenis pendekatan yang disebutkan harus
muncul pertama kali, sehingga akan tampak lebih menonjol daripada pendekatan yang
digunakan untuk proses pengumpulan data, analisa, dan penulisan laporan.
Penulis memaknai bagian penelitian dengan menggunakan kata-kata yang akan tindakan
yang diambil si peneliti dan juga fokus dari pendekatan penelitian. Contohnya, saya
mengasosiasikan kata-kata tertentu dengan penelitian kualitatif, sepertii “memahami
pengalaman” (berguna dalam penelitian naratif), “mendeskripsikan” (berguna dalam
studi kasus, etnografis, dan fenomenologis), “ makna yang terkandung” (terkait dengan
fenomenologis), “mengembangkan atau menghasilkan” (berguna dalam teori dasar), dan
“menemukan” (berguna di semua jenis pendekatan).
Saya menemukan beberapa kata yang biasanya akan digunakan oleh peneliti ketika
menuliskan tujuan penelitian yang difungsikan sebagai petunjuk bagi pembaca supaya
dapat mengetahui tujuan dari dipilihnya jenis pendekatan tertentu (lihat tabel 6.1). Kata-
kata ini tidak hanya mengindikasikan tindakan apa yang diambil oleh peneliti tetapi juga
spesifikasi dan hasil penelitian.
Penulis mengidentifikasi fenomena utama. Fenomena utama adalah satu-satunya konsep
yang digali mendalam dan diujikan di dalam penelitian. Secara umum saya menyarankan
bagi para peneliti kualitatif untuk memfokuskan penelitiannya hanya pada satu konsep
(contoh: reaksi warga kampus terhadap orang bersenjata, atau nilai yang terkandung
dalam penyuka sX) diawal penelitian. Membandingkan satu kelompok dengan kelompok
lainnya dan mencari keterkaitan di antaranya dapat juga disertakan dalam penelitian
sebagai sebuah pengalaman yang didapatkan di tempat penelitian dan dimasukkan dalam
eksplorasi awal dari fenomena utama.
Penulis menunjukkan para peserta dan tempat penelitian, apakah peserta penelitian ini
hanya satu orang individu (contohnya dalam penelitian naratif atau pun studi kasus),
beberapa individu (contohnya dalam teori dasar atau fenomenologi), sebuha kelompok
(contohnya etnografi), atau sebuah situs (contohnya program, kegiatan, aktivitas, atau
sebuah tempat di dalam studi kasus).
Saya menyertakan definisi umum di dalam fenomena utama. Definisi ini bisa jadi susah
untuk dibuat dengan spesifik diawal. Tetapi, contohnya dalam penelitian naratif,
seorang penulis biasanya akan menyebutkan jenis ceriita seperti apa yang akan
dikumpulkan (contohnya fase hidup, kenangan masa kecil, transisi dari masa remaja ke
dunia orang dewasa, kehadiran di pertemuan rehabilitasi pecandu alkohol). Dalam
fenomenologi, fenomena utama yang akan dieksplor dapat dispesifikasikan. Contohnya
adalah makna dari duka, amarah atau bahkan hanya sekedar makna permainan catur
(Aanstoos, 1985). Di dalam teori dasar, fenomena utama dapat diidentifikasi sebagai
sebuah konsep utama yang menjadi kunci menuju proses yang sedang diteliti. Di dalam
etnografi, penulis bisa jadi akan mengidentifikasikan kunci konsep kebudayaan yang
diteliti seperti contohnya peraturan, perilaku, akulturasi, komunikasi, mitos, cerita, atau
konsep lainnya yang direncakan oleh si peneliti untuk diangkat ke dalam penelitian pada
proses awalnya. Pada akhirnyam dalam sebuah studi kasus seperti sebuah studi kasus
“intrinsik” (Stake, 1995), para penulis mungkin akan mendefinisikan batasan kasus, lalu
menjelaskan lebih detail tentang mengapa kasus tersebut terbatas oleh ruang dan waktu.
Jika ingin melakukan sebuah penelitian “instrumental”, maka peneliti dapat
menspesifikasikan dan mendefinisikan secara umum isu yang akan dibahas di dalam
kasus.
Tabel 6.1 Kata-Kata yang Digunakan Untuk Menyatakan Tujuan Penelitian
Naratif Fenomenologi Teori Dasar Etnografi Studi Kasus
Penelitian
naratif
Cerita
Peringatan
Pengalaman
hidup
Kronologi
Fenomenologi
Deskripsi
Pengalaman
Makna
Esensi
Teori dasar
Umum
Mengembangka
n
Proposisi
Proses
Teori substantif
Etnografi
Kelompok
pertukaran
budaya
Perilaku
budaya dan
bahasa
Potret budaya
Tema budaya
Studi kasus
Batasan
Kasus khusus atau pun
kasus kolektif
Kegiatan, proses, program,
individu
Beberapa contoh dari tujuan penelitian yang memperlihatkan lima jenis ppendekatan
penelitian:
Contoh 6.1. Contoh Penelitian Naratif
Dari sebuah penelitian mengenai kemampuan mengandung dari tujuh belas perempuan
yang menggunakan teori naratif:
Di dalam penelitian saya, yang telah melibatkan pengumpulan jawaban dari para
perempuan mengenai pengalaman mereka menjadi ibu, saya akan mencoba mencari tahu
bagaimana para perempuan memikirkan setiap kejadian selama proses mengandung,
mengkonstruksikan setiap kejadian tersebut ke dalam beberapa episode dan karena hal
tersebut mereka dapat menjaga keutuhan hidup mereka. (Miller, 2000, hlm. 309)
Contoh 6.2. Contoh Fenomenologi
Dari sebuah penelitian tentang konsultasi doktoral berkaitan dengan hubungan antar
perempuan:
Dengan semua lika-liku yang berkaitan dengan kuasa dan gender yang terdapat di
akademi, bagaimana sebenarnya hubungan yang terjalin dalam konsultasi doktoral antara
pembimbing perempuan dan siswa perempuan? Karena sebelumnya telah ada referensi
yang membahas tentang hal ini, maka penelitiann fenomologis akan menjadi pendekatan
yang paling sesuai untuk memahami pengalaman sesungguhnya yang dimiliki oleh para
siswa bimbingan perempuan dalam menjawab pertanyaan tersebut. (Heinrich, 1995, hlm.
449)
Contoh 6.3. Contoh Penelitian Teori Dasar
Dalam sebuah penelitian teori dasar mengenai perubahan akademis di jenjang pendidikan
yang tinggi:
Tujuan utama ditulisnya artikel ini adalah untuk menyajikan teoori dasar mengenai
perubahan akademis yang didasarkan pada penelitian yang akan diarahkan dengan
menggunakan dua pertanyaan mendasar: Apa sumber utama darii perubahan akademis?
Proses seperti apa yang mengawali terjadinya perubahan akademis? Untuk tujuan
penulisan artikel ini, teori dasar didefinisikan sebagai teori yang diperoleh dari data yang
akan diambil secara sistematis dan dianalisa melalui metode perbandingan tetap. (Conrad,
1978, hlm. 101)
Contoh 6.4. Contoh Penelitian Etnografis
Dalam sebuah etnografi mengenai budaya “ballpark”:
Artikel ini akan membahas tentang bagaimana pekerjaan dan pembicaraan para pekerja di
stadion mempengaruhi masyarakat dalam memberikan makna tertentu dari baseball. Hal
ini mengungkap bagaimana pekerjaan dan pembicaraan yang terjadi ternyata juga ikut
andil dalam membentuk dan menjaga tradisi ballpark. (Trujillo, 1992, hlm. 351)
Contoh 6.5. Contoh Studi Kasus
Dalam sebuah studi kasus yang menggunakan sudut pandang feminis untuk meneliti
tentang bagaimana para pria mengeksploitasi pekerja perempuan di dunia olahraga tepatnya di
tempat bowling bernama “Roseville Club”:
Meskipun para akademisi telah menunjukkan bahwa olahraga adalah faktor penentu
dalam pembentukkan dan reproduksi ketidaksetaraan gender, tetap saja tidak diberikan
perhatian yang cukup terhadap olahraga dan hubungannya dengan gender hingga saat ini.
Dalam artikel ini kami menunjukkan bagaimana pria mengeksploitasi para pekerja
perempuan di tempat bowling, yang lebih banyak dikunjungi oleh orang dengan usia
lanjut. (Boyle & McKay, 1995, hlm. 556)
E. Pertanyaan Penelitian
Beberapa contoh di atas menunjukkan keterkaitan dari masing-masing permasalahan, pertanyaan
penelitian, dan tujuan penelitian. Untuk kepentingan diskusi ini, saya akan memisah-misahkan
semua hal tersebut, meskipun pada prakteknya beberapa peneliti lebi suka menggabungkan hal
tersebut. Tetapi, dalam beberapa kasus, pertanyaan penelitian terlihat menonjol dan akan mudah
diidentifikasi di dalam sebuah penelitian. Sekali lagi, menurut saya pertanyaan ini akan
memudahkan proses pemilihan pendekatan penelitian yang akan digunakan.
1. Pertanyaan Utama
Beberapa penulis memberikan saran untuk menuliskan pertanyaan penelitian kualitatif
(contohnya Creswell, 2003; Marshall & Rossman, 2006). Khususnya, saya sangat menyukai
konseptualisasi yang dibuat oleh Marshall & Rossman (2006) mengenai pertanyaan penelitian
yang dipilah menjadi empat jenis: eksploratif (contohnya menginvestigasi fenomena yang
belum begitu dipahami), eksplanatif (menjelaskan pola yang terkait dengan fenomena),
deskriptif (mendiskripsikan fenomena), emansipasi (untuk melakukan kegiatan sosial mengenai
fenomena tersebut). Pertanyaan penelitian kualitatif bersifat terbuka, berkembang, dan tidak
langsung; nyatakan kembali tujuan penelitian dengan menggunakan istilah yang lebih spesifik;
dimulai dengan menggunakan kata tanya seperti “apa” atau “bagaimana”, bukannya “mengapa”;
dan juga jangan terlalu banyak (sekitar lima atau tujuh). Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dinyatakan dalam berbagai bentuk, mulai dari “tur besar” (Spradley, 1979, 1980) yang
menanyakan pertanyaan seperti “Ceritakan tentang diri anda,” hingga masuk lebih dalam dengan
pertanyaan yang lebih spesifik.
Saya menyarankan supaya para peneliti memapatkan seluruh penelitiannya menjadi
sebuah pertanyaan yang dapat menjangkau keseluruhan topik dan juga beberapa pertanyaan
pendukung. Menyusun pertanyaan utama ini seringkali akan menuntut sebuah proses kerja kerass
karena begitu luasnya area yang harus dicakup padahal banyak yang sudah terbiasa untuk
membuat pertanyaan yang spesifik, hasil dari pelatihan tradisional. Untuk dapat membuat
pertanyaan dengan cakupan yang luas, saya meminta para peneliti kualitatif untuk menyatakan
pertanyaan umum yang dapat mereka temukan mengenai permasalahan penelitian.
Pertanyaan utama ini dapat dinyatakan dengan menggunakan istilah salah satu dari lima
jenis pendekatan penelitian yang ada. Morse (1994) menyentuh langsung bahasan ini dengan
cara memberikan ulasan mengenai jenis-jenis pertanyaan penelitian. Meskipun dia tidak secara
langsung mengarah pada penelitian naratif atau pun studi kasus, dia sempat menyebutkan tentang
pertanyaan “deskriptiif” mengenai budaya di dalam etnografi, pertanyaan “proses” dalam
penelitian teori dasar, dan pertanyaan tentang “makna” dalam penelitian fenomenologi.
Contohnya, saya mencoba menemukan pertanyaan utama dalam lima penelitian yang disebutkan
di dalam Bab 5.
Dalam sejarah hidup Vonnie Lee, Angrosino (1994) tidak membuat satupun kalimat
utama, tetapi saya dapat menyimpulkan dan menebak bahwa kira-kira pertanyaan utamanya
adalah “Cerita apa yang harus diceritakan oleh Vonnie Lee?” berdasarkan pada tujuan penelitian
yang dia sebutkan. Pertanyaan tersebut berarti menunjukkan bahwa individu dalam naratif
tersebut memiliki sebuah cerita yang mempengaruhi makna hidup dari Vonnie Lee. Dalam
penelitian fenomenologi tentang bagaimana seseorang yang mengidap AIDS menunjukkan dan
menggambarkan mengenai penyakit mereka, Anderson and Spencer (2002) juga tiidak
menyebutkan pertanyaan utama. Tetapi saya dapat menebak bahwa pertanyaannya kira-kira
seperti ini: “Makna seperti apa yang diterima oleh 41 pria dan 17 perempuan yang mengidap
AIDS tentang penyakit mereka?” pertanyaan utama dalam penelitian fenomenologi ini
mengimplikasikan bahwa semua individu yang divonis mengidap AIDS memiliki kesamaan
dalam memaknai hidup mereka. Dalam penelitian teori dasar mengenai perjuangan hidup dan
ketabahan 11 perempuan dalam menghadapi kenyataan bahwa mereka mengalami pelecehan
seksual, Morrow and Smith (1995) juga tidak menyajikan sebuah pertanyaan utama di bagian
pengantar, tetapi mereka sempat menyebutkan tentang beberapa pertanyaan umum yang
mengarahkan mereka dalam mewawancarai beberapa perempuan: “Tolong ceritakan kepada
kami selama anda merasa nyaman, apa yang terjadi kepada anda ketika pelecehan tersebut
menimpa anda?” dan “Apa cara utama yang anda gunakan untuk tetap berjuang hidup?” (hlm.
25). Pertanyaan tersebut mengimplikasikan bahwa si peneliti awalnya mencoba untuk
memahami pengalaman para perempuan tersebut untuk akhirnya menemukan cara untuk
menerima kenyataan dan bertahan hidup (sebagai bagian dari proses teori). Dalam penelitian
etnografi mengenai gerakan sXe yang ditulis oleh Haenfler (2004), lagi-lagi tidak ada
pertanyaan penelitian yang dinyatakan langsung. Tetapu dapat ditebak bahwa pertanyaannya
akan berkisar tentang: “Apa makna inti yang dipegang oleh para anggota gerakan mayoritas,
dan bagaimana para anggotanya mengkonstruksikan dan memahami pengalaman pribadi yang
mereka miliki untuk pada akhirnya menjadi bagian dari sub-kultur?” Pertanyaan ini jelas
menuntut supaya pertama-tama deskripsi dari nilai utama yang dianut dijelaskan dan setelah itu
barulah pemahaman mengenai pengalaman dijabarkan (seperti yang telah disebutkan sebagai
tema dalam penelitian). Pada akhirnya, dalam studi kasus mengenai respon yang diberikan oleh
kampus terhadap insiden penembakan (Asmussen & Creswell, 1995), kami menanyakan lima
pertanyaan pengantar dalam pembukaan yang kami sajikan: “Apa yang terjadi? Siapa yang
mengambil respon setelah kejadian? Respon seperti apa yang muncul selama delapan bulan
setelah terjadinya insiden ini? Konstruksi teoretiis seperti apa yang sekiranya dapat membantu
kami dalam memahami respon yang diberikan oleh kampus dan konstruksi seperti apa dalam
kasus ini dibandingkan dalam kasus lainnya?” (hlm. 576). Contoh ini menunjukkan betapa kita
mudah tertarik ketika pertama kali disajikan tentang pengalaman yang mereka miliki dan dalam
mengembangkan tema yang mewakili respon dari individu dalam kampus.
Sebagaimana yang digambarkan oleh contoh-contoh tersebut, penulis bisa saja
menyatakan pertanyaan utama dengan jelas atau pun secara tersirat. Bagaimana pun cara si
penulis menyatakannya, yang jelas pertanyaan utam pasti ada di penelitian. Dalam menuliskan
jurnal ilmiah, tujuan penulisan digunakan dengan lebih maksimal dalam menyatakan arah
penelitian dan bukannya menggunakan pertanyaan utama. Meskipun demikian, dalam penelitian
individu untuk kelulusan, seperti skripsi atau disertasi, tren yang sedang digunakan adalah
menuliskan keduanya, baik tujuan penelitian atau pun pertanyaan utama.
2. Pertanyaan Pendukung
Biasanya seorang penulis akan memberikan sejumlah kecil pertanyaan pendukung yang
bertujuan untuk lebih memperjelas pertanyaan utama. Salah satu contoh dalam proses
konseptualisasi pertanyaan-pertanyaan pendukung ini adalah dengan menggunakan baik
pertanyaan permasalahan atau pun pertanyaan topik. Berdasarkan pada Stake (1995), pertanyaan
pendukung tentang isu biasanya mengarah pada perhatian utama atau kebingungan yang ingin
dijawab. Contoh dari pertanyaan yang mengacu pada isu ini adalah:
tidak sederhana atau pun jelas tetapi secara khusus terkait dengan konteks politik, sosial,
historis, dan khususnya konteks personal. . . Isu-isu yang ada akan mengarahkan kita
pada pengamatan, bahkan mencoba menggelitik permasalahan yang ada supaya keluar
dari dalam kasus, pencurahan konflik, latar belakang yang kompleks mengenai
kepedulian manusia. (Stake, 1995)
Pemahaman yang saya miliki mengenai pertanyaan pendukung yang mengarah pada isu
adalah bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut menyeret fenomena yang ternyatakan dalam
pertanyaan utama dan memecahnya menjadi sub-topik untuk diteliti. Pertanyaan utama seperti
“Apa artinya menjadi dosen di perguruan tinggi?” akan dianalisa dalam pertanyaan pendukung
dengan topic seperti “Apa artinya menjadi dosen di dalam kelas? Apa artinya menjadi dosen
yang merangkap sebagai peneliti? Apa artinya menjadi dosen yang merangkap sebagai
pembimbing?” dan seterusnya.
Di sisi lain, pertanyaan pendukung yang berkaitan dengan topik, mencangkup kebutuhan
yang telah diperkirakan sebelumnya untuk memberikan informasi deskriptif. Pertanyaan-
pertanyaan ini, “pencarian informasi dibutuhkan untuk menulis deskripsi kasus. . . Sebuah
kerangka topik akan digunakan oleh beberapa peneliti sebagai strukur konsep utama dan akan
digunakan oleh yang lainnya sebagai titik tolak untuk menuju pada struktur isu” (Stake, 1995,
hlm. 25). Saya memandang pertanyaan pendukung yang berkaitan dengan topic sebagai
pertanyaan yang mengawali langkah-langkah procedural dalam proses penelitian, langkah-
langkah yang biasanya dilakukan dalam salah satu pendekatan penellitian (lihat Bab 4 mengenai
prosedur dari masing-masing pendekatan). Untuk lebih jelas dalam deskripsi, saya akan
menyebutnya pertanyaan pendukung “prosedural” dan bukannya “berkaitan dengan topik”.
Sebagai contoh, dalam penelitian teori dasar langkah-langkah yang harus diambil termasuk juga
mengidentifikasi fenomena utama, situasi yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi, situasi
yang mempengaruhi setelahnya, dan strategi serta konsekuensi yang harus diambil. Dengan
menuliskan pertanyaan pendukung prosedural, penulis dapat merefleksikan prosedur yang
sebenarnya ingin mereka gunakan dalam salah satu dari lima pendekatan penelitian yang ada dan
menandari pilihan pendekatan yang mereka ambil.
Beberapa ilustrasi dalam contoh di bawah ini menunjukkan isu dan pertanyaan
pendukung prosedural yang mengikuti.
Dalam menuliskan narasi biografis, Denzin (1989b) menyarankan bahwa sebaiknya
pertanyaan penelitian mengikuti sebuh format interpretif dan diformulasikan dalam sebuah
pernyataan. Pertanyaan tersebut sebaiknya dimulai dengan “bagaimana” dan bukannya
“mengapa”, dimulai dengan sejarah pribadi yang dimiliki seseorang dan pengumpulan informasi
lainnya pun dapat dimulai. Dari penelitiannya sendiri, Denzin mengilustrasikan jenis-jenis
pertanyaan isu: “Bagaimana emosi, sebagai sebuah bentuk kesadaran, hidup, pengalaman,
diartikulasikan, dan dirasakan?”; “Bagaimana pria dan perempuan pada umumnya hidup dan
mengalami masalah terkait dengan kecanduan alkohol?” (hlm. 50).
Lalu, seseorang dapat menyampaikan pertanyaan pendukung prosedural yang
berhubungan dengan proses atau pun prosedur dari penelitian naratif. Contohnya, pertanyaan
prosedural yang akan disampaikan adalah:
Pengalaman apa saja yang terdapat dalam hidup seorang individu?
Cerita apa saja yang dapat disampaikan berdasarkan pada pengalaman tersebut?
Apa saja “batu loncatan” yang terkandung dalam cerita tersebut?
Teori apa saja yang terkait dengan hidup individu tersebut?
Dalam sebuah contoh tentang penelitian fenomenologis, Rietnen (1986) menyatakan
pertanyaan utamanya dalam penelitiannya mengenai interaksi perawatan-pemerhatian: “Apa
pentingnya bagi pasien untuk mendeskripsikan pengalamannya ketika mendapatkan perawatan?”
(hlm. 91). Dengan menambahkan sekumpulan pertanyaan prosedural yang berhubungan dengan
prosedur dalam fenomenologi, maka akan terbentuklah pertanyaan pendukung. Contohnya,
untuk menindaklanjuti prosedur Moustaka (1994), dia sebaiknya menanyakan tentang pertanyaan
pendukung yang mengikuti yang berhubungan dengan fenomenologi:
Pernyataan seperti apa yang dapat mendeskripsikan pengalaman?
Tema apa yang muncul dari pengalaman tersebut?
Konteks dan pemikiran seperti apa yang melingkupi pengalaman tersebut?
Secara umum, apa esensi yang terdapat dalam pengalaman tersebut?
Untuk menggambarkan isu dan juga pertanyaan pendukung prosedural dalam sebuah
penelitian, Gritz (1995, hlm. 4) meneliti tentang “profesionalisme guru” sebagaimana dipahami
oleh para guru praktek yang ada di kelas sekolah dasarnya yang dia teliti dalam penelitian
fenomenologinya. Dia menyatakan pertanyaan utama dan juga dua set pertanyaan pendukung,
satu set berupa pertanyaan pendukung yang mengarah pada isu dan satu set lagi prosedural.
Pertanyaan utama
Apa makna dari menjadi seorang guru (bagi guru praktek)?
Pertanyaan pendukung yang mengarah pada isu
Apa pekerjaan seorang guru profesional?
Apa hal-hal yang tidak boleh dilakukan seorang guru profesional?
Apa yang harus dilakukan seseorang supaya tindakannya dapat dikategorikan dalam
“profesionalisme guru”?
Apa kesulitan dan kemudahan dalam menjadi seorang pengajar profesional?
Bagaimana dan kapan pertama kalinya anda memutuskan untuk menjadi profesional?
Pertanyaan pendukung prosedural
Apa makna struktural dari “profesionalisme guru”?
Apa tema dasar dan konsep dasar yang digunakan untuk meninjau standar dari
profesionalisme guru?
Struktur universal apa yang membentuk perasaan dan pemikiran mengenai
“profesionalisme guru”?
Tema structural sejenis yang mana yang akan menjadikan deskripsi tentang
“profesionalisme guru” sebagaimana yang dialami oleh para guru praktek di sekolah
dasar?
Dalam penelitian teori dasar, pertanyaan pendukung prosedural dapat dinyatakan sebagai
aspek dari langkah-langkah pembentukan pertanyaan, seperti contohnya konseptualisasi pada
level awal proses abstraksi (open coding), disagregasi dari tema inti dalam proses analisa data
kualitatif (axial coding), pemilihan kategori inti dan menghubungkannya secara sistematis
dengan kategori lain (selective coding), dan yang terakhir adalah pengembangan proposisi:
Apa kategori umum yang muncul pada proses awal pengulasan data? (open coding)
Apa yang menjadi fenomena yang menjadi sumber permasalahan?
Apa yang menyebabkan munculnya fenomena yang menjadi sumber permasalahan?
Keadaan kontekstual seperti apa yang mempengaruhi hal tersebut? Strategi dan
penyelesaian seperti apa yang dapat diambil mengenai hal tersebut? Konsekuensi apa
yang dihasilkan oleh strategi ini? (axial coding)
Contohnya, dalam proposal disertasi Mastera (1995), dia mengawalinya dengan sebuah
penelitian mengenai proses revisi terhadap kurikulum pendidikan umum yang ada di tiga sekolah
swasta. Rancangan yang dia miliki akan memerlukan dibuatnya pertanyaan pendukung yang
mengarah pada isu dan pertanyaan pendukung prosedural. Pertanyaan pendukung yang
mengarah pada isu yang dia nyatakan adalah “Teori apa yang mampu menerangkan tentang
perubahan dalam proses revisi kurikulum pendidikan umum yang terdapat di tiga sekolah?” dan
“Bagaimana kepala bagian akademis berpartisipasi dalam proses yang terjadi di masing-masing
sekolah?” Dia lalu menyatakan beberapa pertanyaan pendukung prosedural yang terkait secara
khusus dengan open coding dan axial coding:
Bagaimana proses tersebut dilaksanakan?
Kejadian besar apa yang terjadi selama proses berlangsung?
Kesulitan seperti apa yang muncul dalam proses perubahan?
Siapa yang memiliki peran penting? Apa kontribusi yang dilakukan orang tersebut?
Apa hasilnya?
Dalam penelitian lainnya, Valerio (1995) menggunakan pertanyaan pendukung prosedural
langsung dalam penelitian teori dasar langsung dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam analisa data di penelitian teori dasar:
Pertanyaan umum bagi penelitian teori dasar saya adalah: Teori apa yang bisa
menjelaskan kehamilan yang terjadi di kalangan remaja perempuan? Pertanyaan pendukung akan
mengikuti paradigma dalam pengembangan sebuah model teoretis. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan berusaha untuk menggali setiap langkah-langkah pembentukan pertanyaan dan
juga: Kategori umum apa yang muncul dalam open coding? Fenomena utama apa yang muncul?
Bagaimana keadaan setelah akibat yang ditimbulkan? Isu interaksi dan keadaan umum seperti
apa yang mempengaruhi? Apa hasil dan strategi yang muncul karena hal tersebut? (hlm. 3)
Dalam etnografi, seseorang bisa saja memberikan pertanyaan prosedural yang
berhubungan dengan (a) deskripsi dari konteks, (b) sebuah analisa mengenai tema umum, dan (c)
interpretasi dari perilaku budaya (Wolcott, 1994b). Dengan menggunakan teori pendekatan
etnografi milik Spradley (1979, 1980), pertanyaan pendukung prosedural ini harus mewakili 12
langkah dari “urutan keputusan penelitian”. 12 langkah tersebut antara lain:
Situasi sosial seperti apa yang akan diteliti?
Bagaimana seharusnya seseorang melakukan penelitian ini?
Apa yang harus direkam dalam situasi tersebut?
Apa yang harus diamati dalam situasi tersebut?
Domain budaya seperti apa yang muncul dari pengamatan terhadap situasi tersebut?
Penelitian spesifik seperti apa yang nantinya dapat dilakukan?
Taksonomi seperti apa yang muncul dari penelitian terfokus?
Jika dipertimbangkan dengan lebih mendalam, penelitian seperti apa yang kiranya dapat
dibuat?
Komponen seperti apa yang muncul dari penelitian seperti ini?
Tema apa yang muncul?
Penemuan budaya apa yang didapat dalam penelitian?
Bagaimana seharusnya etnoggrafi tersebut dibuat?
Dalam membuat format pertanyaan penelitian yang bagus dalam penelitian studi kasus
tentang serangan bersenjata yang kami buat (Asmussen & Creswell, 1995), saya akan
menuliskan ulang pertanyaan yang dimunculkan dalam artikel tersebut. Untuk menandai kasus
dalam sebuah kampus termasuk seluruh warga kampus tersebut, saya akan menuliskan
pertanyaan utamanya—“Apa respon yang diberikan kampus terhadap insiden serangan
bersenjata yang terjadi di universitas Midwestern?”—lalu saya akan menyajikan pertanyaan
pendukung yang mengarah pada isu yang akan menjadi dasar dari penelitian saya (meskipun
kami mengajukan pertanyaan ini lebih seperti pertanyaan utama, sebagaimana telah
diberitahukan):
1. Apa yang terjadi?
2. Siapa saja yang terlibat dalam memberikan respon terhadap insiden tersebut?
3. Apa tema dari tindakan yang diberikan selama sekitar delapan bulan setelah kejadian
tersebut?
4. Konstruksi retorika seperti apa yang akan membantu kita dalam lebih memahami
tindakan yang diambil kampus?
5. Konstruksi seperti apa yang membedakan kasus ini dengan kasus lainnya?
Lalu, saya akan menyatakan pertanyaan pendukung prosedural:
1. Bagaimana baiknya deskripsi mengenai (kasus) kampus dan kejadian setelahnya
diberikan?
2. Tema apa yang muncul dalam proses pengumpulan informasi? (analisa materi kasus)
3. Bagaimana seharusnya tema-tema ini diinterpretasikan dalam teori sosial dan psikologi
yang lebih luas? (pelajaran yang didapat dari kasus yang disertai dengan referensi)
Contoh tersebut menunjukkan bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif, seseorang dapat
menuliskan pertanyaan pendukung yang mengarah pada isu mengenai topik yang dibahas dan
menggunaka istilah yang menandai kerja yang dilakukan dalam pendekatan penelitian. Juga,
pertanyaan pendukung prosedural dapat digunakan untuk memperjelas langkah-langkah yang
diambil selama prosedur pengumpulan data, analisa, dan konstruksi format naratif dilakukan.
Rangkuman
Dalam bab ini, saya mengajukan tiga topik tentang pengantar mengenai penelitian kualitatif:
permasalahan penelitian, tujuan penelitian, dan pertanyaan penelitian. Meskipun yang saya bahas
adalah aspek umum dalam merancang masing-masing bagian dalam penelitian kualitatif, saya
menghubungkan topik-topik tersebut dengan lima pendekatan penelitian yang telah disebutkan di
awal buku ini. Permasalahan penelitian sebaiknya mampu mengindikasikan sumber isu yang
akan mengarahkan alur penelitian lalu dibingkai dalam istilah yang didasarkan pada referensi
yang ada dan dihubungkan dengan salah satu pendekatan penelitian dengan menggunakan
pilihan kata yang mencerminkan jenis pendekatan penelitian tersebut. Tujuan peneitian juga
harus memuat istilah yang dapat menunjukkan jenis pendekatan tertentu yang digunakan.
Termasuk di dalamnya adalah komentar-komentar mengenai tempat penelitian atau pun orang-
orang yang menjadi subjek penelitian. Pertanyaan penelitian juga harus mampu menunjukkan
jenis pendekatan yang dilakukan, dengan cara menggunakan istilah yang tepat dalam
menyatakan pertanyaan utama, yaitu pertanyaan paling umum mengenai penelitian yang akan
mencakup seluruh bahasan. Setelah pertanyaan utama, ada juga pertanyaan pendukung dan saya
telah menunjukkan model penyajian pertanyaan berdasarkan teori Stake (1995) yang
mengelompokkan pertanyaan pendukung ke dalam dua set: pertanyaan pendukung yang
mengarah pada isu dan pertanyaan pendukung prosedural. Set pertanyaan yang pertama akan
membagi fenomena utama menjadi beberapa sub-topik penelitiand an set yang kedua berisi
langkah-langkah yang diambil dalam pendekatan penelitian. Pertanyana pendukung prosedural
menunjukkan bagaimana peneliti akan menyajikan dan menganalisa informasi.