modular pada bangunan bertingkat

13
MODULAR PADA BANGUNAN BERTINGKAT Modul adalah unit satuan terkecil pada suatu ruang, yang ditentukan oleh Unit Fungsi Kegiatan Dominan pada suatu fungsi bangunan. Modul berfungsi sebagai patokan dasar dalam menentukan suatu dimensi bentuk, ruang dan struktur. Unit fungsi ditentukan oleh komponen-komponen kegiatan tertentu, misalkan perabot dan area sirkulasinya. Modul yang didapat bisa berupa: - Modul Horizontal Modul horizontal ditentukan oleh dimensi-dimensi horizontal pada suatu unit fungsi (misalkan: kebutuhan ruang). - Modul vertikal Modul vertikal ditentukan oleh dimensi-dimensi vertikal pada suatu unit fungsi (misalkan: ketinggian bangunan). Proses mendesain suatu struktur secara implisit berkaitan juga dengan desain bangunan secara keseluruhan. Hasil akhir rancangan yang kita dapatkan benar-benar merupkan rancangan yang dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi perancangan maupun dari segi strukturnya. Pada banyak bangunan, biasanya ada grid atau pola geometrisnya yang berulang, baik secara vertikal (yang dibentuk oleh dinding pemikul, kolom atau kombinasi dari keduanya) maupun secara horizontal. Susunan pola grid ini tergantung pada persyaratan program ruang bangunan tersebut. Pada bangunan yang menggunakan banyak zona fungsional yang berbeda dimungkinkan untuk penggunaan banyak pola grid struktur. Setiap respon struktural hanya cocok untuk konfigurasi tertentu: - Pola gedung bertingkat banyak (agregasi secara vertikal) beban-beban lateral/horizontal (angin dan gempa) merupakan faktor dominan. - Pada gedung bertingkat rendah (agregasi secara horizontal), beban yang mungkin dominan adalah beban vertikal.

Upload: arif-nur

Post on 14-Jul-2016

735 views

Category:

Documents


135 download

DESCRIPTION

modular bangunan bertingkat

TRANSCRIPT

Page 1: Modular Pada Bangunan Bertingkat

MODULAR PADA BANGUNAN BERTINGKAT

Modul adalah unit satuan terkecil pada suatu ruang, yang ditentukan oleh Unit Fungsi Kegiatan Dominan pada suatu fungsi bangunan. Modul berfungsi sebagai patokan dasar dalam menentukan suatu dimensi bentuk, ruang dan struktur. Unit fungsi ditentukan oleh komponen-komponen kegiatan tertentu, misalkan perabot dan area sirkulasinya.

Modul yang didapat bisa berupa:

- Modul Horizontal

Modul horizontal ditentukan oleh dimensi-dimensi horizontal pada suatu unit fungsi (misalkan: kebutuhan ruang).

- Modul vertikal

Modul vertikal ditentukan oleh dimensi-dimensi vertikal pada suatu unit fungsi (misalkan: ketinggian bangunan).

Proses mendesain suatu struktur secara implisit berkaitan juga dengan desain bangunan secara keseluruhan. Hasil akhir rancangan yang kita dapatkan benar-benar merupkan rancangan yang dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi perancangan maupun dari segi strukturnya.

Pada banyak bangunan, biasanya ada grid atau pola geometrisnya yang berulang, baik secara vertikal (yang dibentuk oleh dinding pemikul, kolom atau kombinasi dari keduanya) maupun secara horizontal. Susunan pola grid ini tergantung pada persyaratan program ruang bangunan tersebut. Pada bangunan yang menggunakan banyak zona fungsional yang berbeda dimungkinkan untuk penggunaan banyak pola grid struktur. Setiap respon struktural hanya cocok untuk konfigurasi tertentu:

- Pola gedung bertingkat banyak (agregasi secara vertikal) beban-beban lateral/horizontal (angin dan gempa) merupakan faktor dominan.

- Pada gedung bertingkat rendah (agregasi secara horizontal), beban yang mungkin dominan adalah beban vertikal.

Pola grid dengan konfigurasi segi empat adalah pola yang paling banyak digunakan dan efisien dalam penempatan ruang-ruangnya. Namun pola-pola yang lain dimungkinkan tergantung dari bentuk dasar bangunannya.

Suatu denah bangunan diasumsikan terdiri atas sederetan modul yang mempunyai susunan dan dimensi masing-masing ruang sesuai dengan persyaratan program pada bangunan tersebut.

- Proses awal desain struktur dimulai dengan meletakkan elemen-elemen/titik tumpuan (kolom dan dinding pemikul) yang dimaksudkan untuk memikul elemen struktur horizontal (sistem satu arah atau dua arah).

- Apabila grid struktur berbentuk bujur sangkar, sistem horizontal satu arah atau dua arah dapat digunakan.

Page 2: Modular Pada Bangunan Bertingkat

- Sistem dua arah umumnya lebih cocok pada bentang pendek/menegah (5-13m). Sistem satu arah umumnya digunakan pada bentang panjang (>18m) karena tidak banyak tersedia konstruksi dua arah berbentang panjang (mis: Beton pra-tekan, sistem rangka ruang baja).

Gambar 1. Ilustrasi kebutuhan ruang pada bangunan tinggi

Banyak bangunan yang menggunakan lebih dari satu pola struktural (misalkan: bangunan super blok). Beberapa alasannya antara lain:

- Persyaratan program ruang bangunan yang menuntut perbedaan dimensi fungsional yang berbeda.

- Memenuhi kendala fisis seperti kondisi pondasi tidak seragam mengharuskan penggunaan grid struktur yang berbeda untuk lokasi yang berbeda pada satu bangunan.

Page 3: Modular Pada Bangunan Bertingkat

gambar 2. Program ruang pada super blok

Apabila lebih dari satu pola struktur yang digunakan pada satu bangunan, maka masalah yang paling mendasar adalah menentukan titik pertemuan yang pada umumnya memerlukan perlakuan khusus. Beberapa alternatif penyelesaian digambarkan sebagai berikut:

- Penggunaan balok yang didesain khusus terhadap gaya torsi atau penggunaan struktur dinding pemikul.

- Mempertemukan kedua grid yang berbeda menjadi salah satu grid yang membentuknya.

- Memisahkan kedua sistem grid tersebut dengan ruang perantara.

- Pemisahan kedua sistem grid struktur utama (misalkan beton) dengan struktur ketiga/struktur perantara (grid struktur biasanya lebih kecil daripada sistem grid utama dan struktur lebih ringan, misalkan baja).

- Dengan interpenetrasi pola sebagai variasi dari cara perataan dasar.

Page 4: Modular Pada Bangunan Bertingkat

gambar 3. Sistem grid struktur

Pada grid struktur rangka dapat dikelompokkan atas:

1. Ditinjau dari jarak bentang:

- Grid rata (1 arah atau 2 arah)

- Grid berirama (1 arah atau 2 arah)

2. Ditinjau dari jumlah bentang:

- Struktur rangka 1 bentang

- Struktur rangka 2 bentang

- Struktur rangka 3 bentang

- Struktur rangka bentang banyak

3. Ditinjau dari arah grid:

- Arah grid 90 derajat

- Arah grid 45 derajat

- Arah grid 60 derajat

- Arah grid radial (khusus lingkaran)

Pola grid struktur dinding pemikul dapat dikelompokkan atas:

1. Ditinjau dari jarak bentang:

- Gri rata (1 arah atau 2 arah)

- Grid berirama (1 arah atau 2 arah)

2. Ditinjau bentuk dinding pemikul:

Page 5: Modular Pada Bangunan Bertingkat

- Dinding pemikul bidang (1 arah atau 2 arah)

- Dinding pemikul patahan (patahan siku, sudut dan lengkung)

- Dinding pemikul tabung (tabung persegi dan tabung lengkung)

- Struktur rangka bentang banyak.

PENGOLAHAN LAHAN BERKONTUR

Hunian di atas tanah tidak rata memiliki keunikan dibandingkan dengan rumah berlantai satu (tanpa lantai atas), yang berada di atas tanah tidak berkontur. Rumah berlantai satu memang tidak meletihkan karena tidak ada tangga yang setiap saat akan mengantarkan tubuh kita dari lantai satu ke lantai yang lain. Keunikan lain yang tidak di dapat lahan datar adalah pemandangannya. Pada lahan ini muka bangunan akan dapat terbentuk menjadi dua sisi. View yang dihasilkan jauh lebih menarik. Tipe-tipe kontur:

Page 6: Modular Pada Bangunan Bertingkat

Perbedaan ketinggian tanah dapat menjadi nilai lebih terhadap lokasi hunian apabila karakteristik topografi tanah menjadi bagian dari desain bangunannya sehingga menjadi ciri khas hunian. Dalam hal ini ada salah satu cara pengolahan lahan berkontur untuk didirikan sebuah hunian: Sistem Cut and Fill

Untuk mengolah perancangan bangunan di atas tanah miring dapat dilakukan cut and fill (gali dan uruk). Istilah ini mnegandung arti bahwa dilakukan pemotongan atau penggalian dan pengisian atau pengerukan semata-mata pada keperluan untuk mempermudah meletakkan lantai-lantai bangunan, agar dapat menciptakan ruangan-ruangan di kemiringan permukaan tersebut. Jadi, metode cut and fill sama sekali tidak meratakan total kemiringan tanah, tetapi harus diartikan mengolah rancangan bangunan atau rancangan potongan dengan sejauh mungkin memanfaatkan potensi-potensi dan kemungkinan-kemungkinan khas yang diberikan oleh kemiringan tanah tersebut.

(Anatomi Potongan oleh Ir. Setyo Sorpiadji Soepadi)

PENGOLAHAN BANGUNAN PADA LAHAN BERKONTUR

Penyesuaian rumah pada topografi tapak merupakan tuntunan penting. Sesuai kemiringan lerengan gunung dapat dimanfaatkan rumah split-level atau rumah sengkedan sebagai berikut:

Rumah split-level yang berdiri sendiri, berderet, dan sebagainya pada lerengan <10% ( <6°), rumah seperti ini dikerena topografi tanah merupakan lerengan landai, maka memiliki dua lantai yaitu dibagian bawah dan di bagian atas lerengan, biasanya dengan beda tinggi setengah tingkat rumah.

.

Rumah sengkedan yang berdiri sendiri, berderet, dan sebagainya pada lerengan >10% ( >6°), merupakan rumah yang karena topografi tanah merupakan lerengan yang agak terjal, meka memiliki susunan tingkat rumah yang sesuai garis kontur, dengan beda tinggi selalu satu tingkat rumah.

Page 7: Modular Pada Bangunan Bertingkat

Rumah sengkedan yang tersusun ( terraced houses ) pada lerengan ±20% (± 11°)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hunian membangun di atas tanah yang berkontur:

Menyesuaikan bangunan dengan kontur tanah, sebaiknya bangunan yang akan dibangun mengikuti lekukan tanah yang ada.

Cek kepadatan tanah untuk membangun pondasi bangunan Penggunaan Split level akan membuat bangunan lebih menarik Jika kontur tajam, sebaiknya memanfaatkan ruang pada kontur menjadi bagian dari

bangunan Menyesuaikan posisi split level untuk mendapatkan view yang terbaik Memilih material yang kuat secara konstruksi untuk menopang bangunan Menganalisis kondisi iklim sekitar sebelum menentukan desain bangunan Memperhatikan jalur buangan air dan sumber air pada site, untuk menjadi

pertimbangan dalam membuat sistem drainase Jika menginginkan split level yang landai, sebaiknya menggunakan sistem cut and

fill pada kontur, sehingga bisa disesuaikan dengan desain bangunan Mempertimbangkan pula posisi dan bentuk sirkulasi agar tidak menyulitkan pengguna

bangunan

PENCEGAHAN EROSI PADA LAHAN

Konservasi tanah atau penyelamaatan tanah adalah sebuah kecapan pengaturan dalam pencegahan terhadap erosi oleh zat kimia atau organik akibat dari industri atau limbah rumah tangga. Berikut ini beberapa tindakan konservasi tanah:

Countur Farming, yakni dengan melakukan penanaman pada lahan dengan berdasar pada garis kontur. Dengan demikian, sistem perakarannya bisa membantu menahan tanah.

Terassering, yakni dengan melakukan penanaman berdasarkan sistem teras demi teras. Tujuannya untuk mencegah terjadinya erosi pada tanah yang dipicu oleh pengaruh kuat gravitasi.

Membuat tanggul pasangan merupakan langkah untuk menahan hasil erosi. Contour Plowing, yaitu dengan membajak tanah searah dengan garis kontur. Dengan

demikian akan muncul alur tanam yang horizontal. Contour Strip Cropping, yakni dengan melakukan kegiatan bercocok tanam dan

membagi bidang-bidang pada tanah tersebut dalam bentuk yang sempit juga memanjang. Pemetaan ini harus ikut pada garis kontur dengan demikian bentuknya akan berbelok-belok.

Pemupukan, cara mencegah erosi yang satu ini bertujuan untuk mengembalikan vitalitas tanah sehingga ia tidak akan mudah tergerus oleh air, es maupun angin.

Reboisasi, langkah ini sangat signifikan. Dengan menanami kembali lahan gundul maka potensi erosi bisa ditekan seminimal mungkin. Langkah reboisasi ini juga harus

Page 8: Modular Pada Bangunan Bertingkat

bersinergi dengan pelarangan menebang pepohonan sembarangan utamanya di daerah yang rawan erosi.

Drainase, yakni dengan mengatur sirkulasi air demi untuk memaksimalkan kesuburan tanah. Ingat, tanah yang subur lebih solid dan tidak mudah terkikis.

Cara mencegah erosi lainnya adalah dengan membangun atau memasang tembok batu rangka besi di pinggiran sungai. Langkah ini sangat efektif dalam mengurangi resiko terjadinya bencana alam erosi sungai.

A. Metode Vegetatif , Metode vegetatif untuk konservasi tanah di antaranya sebagai berikut: Pemilihan vegetasi tertutup, yaitu menutup lahan dengan menanam tanaman yang

dapat tumbuh di lahan kritis. Pencegahan erosi, yaitu dengan cara membuat sengkedan pada lahan yang miring atau

dengan penamanan tumbuhan di daerah lahan miring yang dapat mengikat tanah. Pengaturan kadar garam dalam tanah. Pengendalian keasaman tanah. Meningkatkan kelestarian organisme tanah yang menguntungkan. Pencegahan remediasi tanah dari kontaminasi zat kimia atau zat biologis. Mineralisasi tanah harus seimbang.

B. Metode Mekanik, Metode mekanik untuk konservasi tanah di antaranya sebagai berikut: Pengolahan tanah berkontur. Pengolahan tanah secara minimum. Mengatur alur angin. Adanya rotasi tanaman, jadi tanah tidak hanya ditanam satu jenis tanaman saja,

melainkan adanya penggantian jenis tanaman. Pembuatan pematang, teras, atau gundulan tanah.

Page 9: Modular Pada Bangunan Bertingkat

Sumber:

http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/12020-5-138293296772.doc

http://dokumen.tips/documents/pengolahan-lahan-berkontur.html

Page 10: Modular Pada Bangunan Bertingkat

MODULAR STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT

DI LAHAN BERKONTUR

DISUSUN OLEH:

ARIF NUR YANTO 145060500111030

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

Page 11: Modular Pada Bangunan Bertingkat

UNIVERSITAS BRAWIJAYA