modul.mercubuana.ac.id · web viewsetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
PerpajakanPokok Bahasan :Mampu mamahami dan menjelaskan tentang pengantar perpajakan
Universitas Mercu Buana Meruya
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK84061 Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Strata Satu Manajemen / PKK 01
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi
Abstract KompetensiPajak merupakan aliran dana dari sektor privat ke sektor publik yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Pajak dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung dan juga dapat digolongkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah dengan tarif tunggal untuk WP badan dan tarif progresif untuk orang pribadi.
Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisis definisi pajak, pungutan lain, fungsi pajak, dasar teori pemungutan pajak, kedudukan hukum pajak, hukum pajak materiil dan hukum pajak formil, penafsiran dalam hukum pajak, perlawanan terhadap pajak, pembagian jenis pajak, tata cara pemungutan pajak dan tarif pajak..
Sejarah Pemungutan PajakSejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan negara, baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial
dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan
pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti
menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum,membayar gaji pegawai, dan lain-
lain.Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura, maka ia diwajibkan
melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum selama beberapa hari lamanya
dalam satu tahun. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi termasuk orang-orang
kaya, dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum
tadi, dengan cara membayar uang ganti rugi. Besarnya pembayaran ganti rugi ditetapkan
sesuai dengan jumlah uang yang diperlukan untuk membayar orang lain yang menggantikan
melakukan pekerjaan itu, yang seharusnya dilakukan sendiri oleh orang kaya yang memiliki
status sosial yang tinggi.
Setelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga
negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan, pajak mendapat tempat
yang leih mantap di antara berbagai pendapatan negara. Dengan bertambah luasnya tugas-
tugas negara maka dengan sendiriya negara memerlukan biaya yang cukup besar.
Sehubungan dengan itu, maka pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela berubah
menjadi pembayaran yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang dan
dapat dipaksakan.
Sumber-sumber Penerimaan NegaraSumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi penerimaan dari beberapa
sektor antara lain :
1. Pajak
2. Kekayaan alam
3. Bea dan Cukai
4. Retribusi
5. Iuran
6. Sumbangan
7. Laba dari Badan Usaha Milik Negara
8. Sumber-sumber lain.
Definisi PajakDefinisi Pajak yang Dikemukakan oleh Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”, dengan penjelasan
sebagai berikut:”dapat dipaksakan” artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih
dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan,
terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya
dengan retribusi.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi :
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan “surplus” nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public investment.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.Djajadiningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan,kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertertu,
tetapi bukan sebagai hukuman,menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum.
Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Dr.N.J.Feldmann :
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Definisi Pajak menurutDr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul Pajak
berdasarkan Asas Gotong Royong, Universitas Padjadjaran Bandung, 1964.
“Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.”
Menurut Prof Dr.P.J.A.Adriani : “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Definisi Pajak dari berbagai ahli di atas, menunjukkan bahwa pajak yang dipungut pada
prinsipnya adalah sama yakni masyarakat diminta menyerahkan sebagian harta yang dimiliki
sebagai kontribusi untuk membiayai keperluan barang dan jasa bagi kepentingan bersama.
Adapun definisi pajak secara resmi yang dimuat dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007
yang merupakan perubahan ketiga atas Undang-undang nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian pajak secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan dana dari sektor
privat ke sektor publik) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat
dipaksakan) data disimpulkan bahwa ciri-ciri pajak antara lain:
1. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta ke
sektor Negara.
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum Pemerintah dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan,baik rutin maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan individual oleh Pemerintah terhadap pembayaran
pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
5. Selain fungsi budgetair yaitu fungsi untuk mengisi kas Negara yang diperlukan untuk
menutuppembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak berfungsi juga mengatur atau
melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (regulair).
Kekayaan AlamBerdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, “Bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sebesar-
besarnya.”
Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Pokok Agraria.Sudargo
Gautama, dalam buku Tafsir Undang-Undang Pokok Agraria menjelaskan bahwa yang
termasuk dalam pengertian menguasai ialah mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan,persediaan, dan pemeliharaannya, menentukan dan mengatur yang dapat
dipunyai atas bagian dari bumi, air dan ruang angkasa, menentukan dan mengatur hubungan
hukum antara orang-orang (subjek hukum) dan pembuatan-pembuatan yang mengenai bumi,
air dan ruang angkasa.
Bea dan CukaiBea dan cukai merupakan pungutan negara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
Bea masuk diatur dalam Undang-Undang N0. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas
barang yang masuk atau keluar daerah pabean dan pemungutan bea masuk. Daerah pabean
adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku.
Undang-undang Pabean, Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-undang
Pabean yang dekenakan terhadap barang yang diimpor.
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun
1995 tentang cukai. Contoh barang yang dikenakancukai adalah tembakau dan minuman keras.
RetribusiRetribusi ialah pungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-
jasa yang disediakan oleh negara. Di sini nyata bahwa para pembayar mendapat jasa langsung
(kontra prestasi langsung) dari negara. Orang-orang yang tidak menggunakan jasa yang telah
disediakan, tidak diwajibkan membayar retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian retribusi
adalah :
a. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang;
b. Sifat pungutannya dapat dipaksakan;
c. Pemungutannya dilakukan oleh negara;
d. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum; dan
e. Kontraprestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.
Retribusi yang dipungut oleh pemerintah Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 19 tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam undang-undang ini, yang dimaksud
dengan retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan objek sebagai berikut :
a. Jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan pemanfaatan umum.
b. Jasa Usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersial, dan
c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemda dalam rangka pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan.
IuranIuran adalah pungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa
atau fasilitas yang disediakan oleh negara untuk sekelompok orang. Disini nyata bahwa
kelompok pembayar mendapat jasa langsung (kontraprestasi langsung) dari negara.
SumbanganIstilah sumbangan ini mengandung pikiran, bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk prestasi
pemerintah tertentu, tidak boleh dikeluarkan dari kas umum, karena prestasi itu tidak ditujukan
kepada penduduk seluruhnya melainkan hanya untuk sebagian tertentu saja. Oleh karenanya,
hanya golongan tertentu dari penduduk ini saja yang diwajibkan membayar sumbangan
ini.Apabila pajak dan retribusi pungutannya harus berlandaskan undang-undang, maka dalam
sumbangan pungutannya tidak berdasarkan undang-undang tetapi lebih bersifat pada gotong
royong masyarakat setempat. Pada sumbangan tidak ada sifat paksaan tetapi unsur sukarela,
sipemberi sumbangan dapat merasakan imbalan langsung atas hasil sumbangannya, tetapi
juga sipemberi sumbangan dapat tidak merasakannya sama sekali jika si pemberi sumbangan
tersebut tidak pernah bertempat di suatu wilayah, di mana jalan atau tempat ibadah yang
dibangun merupakan hasil sumbangannya.
Laba dari Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Negara (BUMN) adala badan usaha yang sebagian besar modalnya
merupakan kekayaan negara, BUMN dapat berbentuk PERSERO,PERUM,dan PERJAN. Laba
yang diperoleh BUMN adalah pendapatan negara yang dimasukkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sumber-sumber LainYang termasuk dalam sumber-sumber lain ialah pencetakan uang (deficit spending) dan
pinjaman. Pencetakan uang sering dilakukan oleh beberapa negara. Pemerintah Indonesia
pernah melaksanakannya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan investasi negara, untuk
membiayai pembangunan yang tercermin dalam Anggaran Belanja dan Pembangunan.
Falsafah PajakKarena pemungutan pajak dapat dipaksakan dan tidak memberikan imbalan yang secara
langsung dapat ditunjuk, maka pemungutan pajak harus terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari rakyat (melalui DPR). Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 23 ayat (2) UUD 1945, yaitu
“Segala pajak untuk kegunaan kas negara berdasarkan undang-undang”.
Fungsi PajakAda dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi Budgetair/Financial
Fungsi budgetair/ financial yaitu memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara,
dengan tjuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
2. Fungsi Regulered/Mengatur
Fungsi regulered/ mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.
Contoh :
a. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam rangka
meningkatkan investasi baik investasi dalam negeri maupun luar negeri.
b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan dalam negeri, misalnya tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk
mendorong ekspor produk Indonesia di pasar dunia.
c. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-produk
impor tertentu dalam rangka melindungi produk-produk dalam negeri.
d. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap :
- Minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras;
- Barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
Kebijakan FiskalKebijakan fiskal menurut jhingan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan laju lalu lintas.
2. Untuk mendorong investasi yang optimal secara sosial.
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
4. Untuk stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan internasional.
5. Sebagai upaya untuk menanggulangi inflasi.
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional.
Dalam perekonomian kontemporer, komponen pendapatan pajak sebagai bagian dari kebijakan
fiskal dipandang sebagai kebijakan yang memiliki peranan dan pengaruh yang sangat signifikan
dalam pembangunan ekonomi, terutama karena :
1. Adanya pajak merupakan piranti yang penting di dalam mengekang permintaan yang
semakin meningkat terhadap barang-barang konsumsi yang ditimbulkan oleh proses
pembangunan.
2. Perpajakan tidak hanya hanya bertujuan untuk mendapatkan penerimaan yang lebih besar,
tetapi juga berperan sebagai perangsang untuk menabung dan melakukan investasi.
3. Untuk menstransfer sumber daya manusia kepada pemerintah agar digunakan lebih
produktif.
4. Perpajakan harus memperbaiki pola investasi di dalam perekonomian.
5. Salah satu tujuan perpajakan adalah untuk mengurangi jurang perbedaan pendapat si kaya
dan si miskin.
6. Perpajakan harus memobilisasikan surplus ekonomi untuk pembangunan secara
berkesinambungan.
Pendekatan PajakPajak sebagai objek studi dapat didekati dari berbagai segi :
1. Segi Ekonomi
Dalam pendekatan ini, pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap
masyarakat penghasilan seseorang,pola konsumsi, harga pokok, permintaan dan
penawaran.
2. Segi Pembangunan
Dalam pendekatan ini pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya
terhadap pembangunan. Pajak baru bermanfaat terhadap pembangunan kalau jumlah pajak
lebih besar dari pengeluaran rutin sehingga terdapat public saving yang dapat digunakan
untuk pembangunan.
Pajak tidak selalu berguna bagi pembangunan. Pajak yang mempunyai manfaat terhadap
pembangunan, apabila pajak setelah digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, masih
terdapat sisa (public saving) yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan melalui
investasi publik.
Dari segi pembangunan pajak dapat ditinjau sebagai alat fiscal policy atau kebijakan fiskal.
Dalam kebijakan fiskal, kedua fungsi pajak dikombinasikan sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi pembangunan. Masalah pokok dalam
pembangunan adalah investasi. Investasi ini berasal dari tabungan swasta maupun
tabungan pemerintah. Investasi tabungan masyarakat tidak dapat diserahkan sepenuhnya
kepada kehendak dan kerelaan golongan swasta, melainkan harus diserahkan sepenuhnya
kepada deposito berjangka.
3. Segi Penerapan Praktis
Dalam pendekatan ini, yang diutamakan adalah penerapannya, siapa yang dikenakan, apa
yang dikenakan, berapa besarnya, bagaimana cara menghitungnya,tanpa banyak
menghiraukan segi hukumnya, termasuk kepastian hukumnya.
Dasar Teori Pemungutan Pajak1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu
rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai premi asuransi karena memperoleh
jaminan perlindungan tersebut.
2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya
perlindungan) masing-masing orang.Semakin besar kepentingan seseorang terhadap
terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai
dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2
pendekatan yaitu :
- Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang.
- Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan material yang harus
dipenuhi.
Contoh :
Tuan A Tuan BPenghasilan/bulan Rp 2 juta Rp 2 jutaStatus Menikah dengan 3 Anak Bujangan
Secara objektif PPh untuk Tuan A sama besarnya dengan Tuan B, karena mempunyai
penghasilan yang sama besarnya. Secara subjektif PPh untuk Tuan A lebih kecil dari pada
Tuan B, karena kebutuhan materiil yang harus dipenuhi Tuan A lebih besar.
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.
Sebagai warga negara yang berbakti,rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran
pajak adalah suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti
menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.Selanjutnya
negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
pemeliharaankesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat
lebih diutamakan.
Kedudukan Hukum FiskalMenurut Prof Dr.Rochmat Soemitro,SH. Hukum Pajak mempunyai kedudukan di antara hukum-
hukum sebagai berikut :
1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.
2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum ini dapat
dirinci lagi sebagai berikut :
- Hukum Tata Negara
- Hukum Tata Usaha ( Hukum Admnistratif)
- Hukum Pajak
- Hukum Pidana
Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik.Dalam
mempelajari bidang hukum, berlaku apa yang disebut Lex Specialis derogate Lex Generalis,
yang artinya peraturan hukum lebih diutamakan dari peraturan umum atau jika sesuatu
ketentuan belum atau tidak diatur dalam peraturan umum atau jika sesuatu ketentuan belum
atau tidak diatur dalam peraturan khusus, maka akan berlaku ketentuan yang diatur dalam
peraturan umum. Dalam hal ini peraturan khusus adalah hukum pajak, sedangkan
peraturan umum adalah hukum publik atau hukum lain yang sudah ada sebelumnya.
Hukum pajak menganut paham imperative, yakni pelaksanaannya tidak dapat ditunda.
Misalnya dalam hal pengajuan keberatan, sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal
Pajak bahwa keberatan tersebut diterima, maka Wajib Pajak yang mengajukan keberatan
terlebih dahulu membayar pajak, sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berbeda dengan
hukum pidana yang menganut paham oportunitas, yaitu pelaksanaannya dapat ditunda
setelah ada keputusan lain.
Hukum Pajak Materiil dan HukumPajak FormilHukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan
rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum pajak yakni:
1. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerapkan antara lain
keadaan,perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang
dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tariff), segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan
wajib pajak.
Contoh : UU Pajak Penghasilan.
2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum memuat anatara lain:
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu pajak.
b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai
keadaan,perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
c. Kewajian Wajib Pajak, misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-
hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.
Contoh : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Perlawanan Terhadap pajakPerlawanan (Hambatan) terhadap pemungutan pajak.
1. Perlawanan pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem Perpajakan yang (mungkin) sulit dipahai masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuknya antara lain :
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang
(menggelapkan pajak).
Pembagian atau PengelompokanPajakPembagian atau pengelompokkan jenis pajak.
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain .
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nlai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut lembaga pemungutannya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas :
- Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
- Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Parkir.
Cara Pemungutan Pajak1. Stelsel Pajak
Pemungutan Pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
a. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan
yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan
kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah
penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel).
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga
pada awal tahun pajak sudah dapatditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk
tahun pajak berjalan.
Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila
besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan, maka
wajib pajak harus menambah. Sebaliknya jika lebih keci kelebihannya dapat diminta
kembali.
Asas Pemungutan Pajak1. Asas domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri .
Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
3. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Sistem Pemungutan Pajaka. Official Assesment System
Adalah suatu sIstem pemungutan yang memberI wewenang kepada pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
2. Wajib Pajak bersifat pasif.
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assesment System
Adalah suatu sIstem pemungutan pajak yang memberI wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.
2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. Witholding System
Adalah suatu pemungutan pajak yang memberI wewenang kepada pihak ketiga bukan
fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain
fiskus dan Wajib Pajak.
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak.Ada dua cara yang mengatur timbulnya utang pajak :
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan oleh fiskus.Ajaran ini diterapkan
pada official assessment system.
2. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seorang dikenai pajak karena suatu
keadaan dan perbuatan.Ajaran ini diterapkan pada self assesment system
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Daluwarsa
4. Pembebasan atau penghapusan.
Tarif PajakAda macam tarif
1. Tarif sebanding/proporsional.
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai
pajak.
Contoh :
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Besarnya tariff Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun
adalah Rp 3.000,00.
3. Tarif Progresif
Persentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
Contoh : pasal 17 UU Pajak Penghasilan untuk wajib Pajak orang pribadi dalam negeri :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
Menurut kenaikan persentase tarifnya, tariff progresif dibagi :
a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar.
b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap
c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil.
4. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil, bila jumlah dikenai pajak semakin besar.
Daftar Pustaka :1. Erly Suandi, 2008, Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat (ES)
2. Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Jakarta.
3. Primandita F, dkk, 2009, Kompilasi UU pajak, Penerbit Salemba Empat (PF)
4. Teguh Hadi Wardoyo, Amin Subiyakto, Sapto Windi Wargo, 2013, Taxation, Penerbit
TaxSys
5. Wirawan B. Ilyas, Rudy Suhartono, 2012, Perpajakan, Penerbit Mitra Wacana Media