modul struktur-kayu lengkap

Download MODUL STRUKTUR-KAYU lengkap

If you can't read please download the document

Upload: amaliatanjung

Post on 24-Dec-2015

1.097 views

Category:

Documents


439 download

DESCRIPTION

STRUKTUR KAYU 1

TRANSCRIPT

BAB I

SIFAT DAN JENIS KAYU

1.1 PENGERTIAN TENTANG STRUKTUR KAYU.

Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-kuda, rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.

Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan pemerindah (dekoratif).

Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya : pada daerah tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan.

1.2 BENTUK DAN KEGUNAAN KAYU.

Sebagai bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan, khususnya dalam :

Menahan Tarikan.

Kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat, sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada sejajar serat.

Menahan Tekanan (Desak).

Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila dibandingkan dengan sejajar serat.

Menahan Lenturan.

Besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada jenis kayu, besarnya peampang kayu, berat badan, lebar bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu menaan

lenturan maka dapat menahan beban tetap meupun beban kejut/pukulan.

1.3KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KAYU.

Kelebihan Kayu :

Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah. Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik. Relatif mudah dikerjakan dan diganti. Mudah didapatkan, relatif murah. Pengaruh temperatur terhadap perubahan bentuk dapat diabaikan. Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang rendah, sehingga baik untuk partisi. Memiliki sisi keindahan yang khas.

Kekurangan Kayu :

Adanya sifat-sifat kayu yang kurang homogen (ketidak seragaman), cacat kayu (mata kayu, retak, dll.). Beberapa jenis kayu kurang awet. Kekuatannya sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu, kelembaban dan pengaruh waktu pembebanan. Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan struktur bangunan yang makin beskala besar dan tinggi. Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relatif mahal dan ketersediaan terbatas (langka).

JENIS KAYU DI INDONESIA.

Menurut Peraturan Konstruksi Kayu - PKKI (Lampiran 3), dari 3000-4000 jenis pohon yang ada di Indonesia baru sekitar 150 jenis yang telah diselidiki dan dianggap penting dalam perdagangan. Dari jumlah tersebut sebagian merupakan jenis kayu yang penting sebagai bahan struktur.

Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan telah menyusun daftar kayu Indonesia yang terdiri dari 90 jenis kayu penting di Indonesia. Daftar tersebut tercantum selengkapnya pada Lampiran I.

Susunan kayu sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1. terdiri dari susunan sel-sel, dan sel-sel tersebut terdiri dari susunan cellose yang diikat dan disatukan oleh lignine.

Perbedaan susunan sel-sel inilah yang menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis.

Keterangan :

A. Kulit luar.

B. Kulit dalam.

C. Kambium.

D. Kayu gubal.

E. Kayu teras (galih).

F. Hati (puh)

G. Jari-jari teras.

Gambar 2.1. Potongan kayu melintang

Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati, kering dan berfingsi sebagai pelindung bagian dalam kayu.

Kulit dalam (bast), kulit hidup, lunak basah, yang berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun kebagian lain.

Kambium (cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa lapisan sangat tipis (tebalnya hanya berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang memproduksi sel-sel kulit dan sel-sel kayu.

Kayu gubal (sap wood), tebalnya bervariasi antara 1 - 20 cm tergantung jenis kayunya, berwarna keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air (berikut zat-zat) dari tanah ke daun. Untuk keperluan struktur umumnya kayu perlu diawetkan dengan memasukan bahan-bahan kimia kedalam lapisan kayu gubal ini.

Kayu teras atau galih (heart wood), lebih tebal dari kayu gubal yang tidak bekerja lagi. Kayu teras terjadi dari perubahan kayu gubal secara perlahan-lahan. Kayu teras merupakan bagian utama pada struktur kayu yang biasanya lebih awet (terhadap serangan serangga, bubuk, jamur) dari pada kayu gubal.

Hati (puh).

Jari-jari teras (Rays) yang menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk penyimpanan dan peralihan bahan makanan.

Tabel 1.1. Kelas Kuat Kayu Berdasarkan Berat Jenisnya.

KELAS

BERAT JENIS

KUAT LENTUR

KUAT DESAK

KUAT

KERING UDARA

(Kg/Cm2)

(Kg/Cm2)

I

> 0,90

> 1100

> 650

II

0,90 - 0,60

1100

- 725

650 - 425

III

0,60 - 0,40

725

- 500

425 - 300

IV

0,40 - 0,30

500

- 360

300 - 215

V

< 0,30

< 360

< 215

1.5 HUBUNGAN BERAT JENIS DAN KEKUATAN.

Berat jenis menyatakan berat kayu dibagi dengan volumenya, umumnya kayu yang baru ditebang mempunyai kadar air 40 % untuk kayu berat hingga dan 200 % untuk kayu ringan. Kadar air tersebut akan keluar bersamaan dengan mengeringnya kayu hingga mencapai titik jenuh serat (fiber saturation point), yang berkadar lengas kira-kira 2535 %. Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh seratnya, dinding sel menjadi padat,

akibatnya serat-seratnya menjadi kuat dan kokoh. Jadi turunnya kadar lengas kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu.

Berdasarkan berat jenisnya, kayu di Indonesia dibedakan menjadi lima kelas kuat, sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1 (Klasifikasi ini disusun oleh Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan).

1.6`CARA MENINGKATKAN KEAWETAN KAYU.

Upaya meningkatkan keawetan kayu telah lama dilakukan, tujuannnya adalah untuk meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan-serangan serangga (rayap, bubuk, dll.) agar memperpanjang umur kayu.

Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPPH), membagi keawetan kayu menjadi lima kelas awet. Pembagian kelas awet tersebut didasarkan pada kriteria yang terdapat dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Kelas Awet Kayu Berdasarkan Umurnya.

KELAS AWET

I

II

III

IV

V

Selalu berhungan

8

5

3

Sangat

Sangat

dengan tanah lembab.

tahun

tahun

tahun

pendek

pendek

Kayu tidak terlindung

terhadap angin dan

20

15

10

beberapa

sangat

iklim, tetapi dilindungi

tahun

tahun

tahun

tahun

pendek

terhadap air.

Kayu ditempatkan di

tidak

tidak

sangat

beberapa

pendek

tempat terlindung.

terbatas

terbatas

lama

tahun

Kayu ditempatkan di

tidak

tidak

tidak

20

tempat terlindung tapi

terbatas

terbatas

terbatas

tahun

tahun

dirawat, di cat, dsb.

Kayu termakan /

tidak

jarang

agak

sangat

sangat

terserang rayap

cepat

cepat

cepat

Kayu termakan oleh

bubuk kayu, rayap dan

tidak

tidak

hampir

tidak

sangat

serangga lain

tidak

seberapa

cepat

Ada beberapa cara untuk meningkatkan keawetan kayu, diantaranya adalah :

Membakar Kayu.

Salah satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan luar kayu tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan rayap. Cara ini biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam tanah. Cara

ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan mudah masuk dalam

retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu.

Mengetir.

Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua macam tir yang sering dipakai yaitu : kolter dan sweedsteer warnanya coklat muda dan cair.

Penggunaan Karbolium.

Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup dan getahnya masih bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum, misalnya untuk tiang jembatan dalam laut, perahu, dll.

Penggunaan Minyak Kreosoot.

Kayu yang akan di-kreosoot dimasukan kedalam ketel. Kemudian disalurkan uap air, agar getah kayu keluar. Air panas yang tercampur getah dan angin dipompa keluar. Lewat saluran pipa lain minyak kreosoot yang telah dipanasi sampai 60 0 C dimasukan, lalu diproses sampai 10 atmosfir. Penggunaan minyak ini juga bisa disapukan atau dicatkan dibagian luar seperti mengetir.

Proses Burnett.

Proses ini sama dengan proses minyak kreosoot, hanya bahannya yang berbeda yaitu Zn Cl2 berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak dapat digunakan untuk struktur

yang terendam air.

Penggunaan Kopervitriool (Prusi).

Pada proses ini digunakan dua bejana (tangki) khusus. Tangki bagian atas diisi campuran kopervitriool dan air, kayu dimasukan kedalam tangki bagian bawah, sehingga kopervitriool bercampur air akan mengalir dan mengisi pori-pori kayu.

Proses Kijan.

Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair putih yang beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau dan berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara ini tidak baik jika digunakan pada struktur yang berlengas, juga tidak baik dipadukan (komposit) dengan besi.

Proses Wolman.

Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri dari Na Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk bubuk. Kayu yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dalam air yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian dikeringkan.

Berdasarkan SK-SNI 03-3233-1998, tentang Tata Cara Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung sebagai berikut :

Pengawetan adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk memperpanjang masa pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan rumah dan gedung adalah kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III, IV, V dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya. Bahan kayu yang akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses rendaman, permukaan kayu harus bersih dan siap pakai.

Peralatan yang digunakan dalam pengawetan dengan proses vakum tekan adalah tangki pengawet, tangki pengukus, tangki persediaan, tangki pencampur, pompa vacum, pompa tekan hidrolik,bejana vakum, pompa pemindah larutan, kompresor, manometer, termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki persediaan, bak pengawet, pompa pemindah larutan, geas ukur, hidrometer termometer, timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan peralatan yang sama seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah tungku panas.

Cara pengawetan sebagai berikut : Pembuatan bahan larutan, dan persiapan kayu yang akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan cara vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panas-dingin.

Setelah kayu diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal yang seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan matahari secara langsung sampai kering udara.

1.7 PERBEDAAN KAYU MUTU A DAN MUTU B.

PKKI Pasal 3 membagi mutu kayu kedalam dua kelas, yaitu mutu A dan mutu B (Tabel 1.3). Perbedaan mutu kayu ditentukan oleh kondisinya (banyaknya dan keadaan cacat - cacat kayu), yaitu mata kayu, wanvlak (cacat kayu akibat terkelupasnya kulit kayu), miring arah serat, retak - retak dan keadaan kadar lengas kayu kering udara.

Tabel 1.3. Klasifikasi Mutu Kayu.

KONDISI KAYU

MUTU A

MUTU B

1.

Kadar lengas kering udara

12 - 18 %

< 300 %

2.

Mata Kayu

d1 < 1/6 h,

d2 < 1/6 b

d1 < 1/4 h, d2 < 1/4 b

d1 < 3,5 cm, d2 < 3,5 cm

d1 < 5 cm, d2 < 5 cm

d1,2

= diameter mata kayu

d1,2 = diameter mata kayu

h

= tinggi kayu

h

= tinggi kayu

b

= lebar kayu

b

= lebar kayu

3.

Wanvlak

e1 < 1/10 b,

e2 < 1/10 h

e1 < 1/10 h, e2 < 1/10 h

e1,2

= lebar/tinggi wanvlak

e1,2 = lebar/tinggi wanvlak

h

= tinggi kayu

h

= tinggi kayu

b

= lebar kayu

b

= lebar kayu

4.

Miring arah serat

tg a < 1/10

tg a < 1/10

5.

Retak -retak

hr < 1/4 b,

ht < 1/5 b

hr

< 1/3 b, ht < 1/4 b

*

1.8 PENGARUH KADAR LENGAS KAYU.

Terdapat tiga macam kadar

lengas pada kayu,

yaitu

: kadar kayu basah (baru

ditebang), kadar lengas

kayu

kering udara, dan

kadar

lengas kayu kering mutlak.

Kayu basah mempunyai

kadar

lengas antara 40 - 200 %, makin lama makin kering

hingga mencapai kadar lengas antara 24 - 30 %.

Proses pengeringan pada kayu mengakibatkan adanya pengerutan, sehingga sel -sel kayu makin padat, dan menjadikan peningkatan kekuatan kayu. Dengan demikian turunnya kadar lengas kayu meningkatkan kekuatan kayu.

Kayu sangat peka terhadap lembab udara, perubahan kadar lengas menyebabkan kayu mengembang dan menyusut dan berpengaruh pada sifat-sifat fisik dan mekaniknya. Hal tersebut menyebabkan kekuatan kayu yang berbeda.

1.9 Soal Latihan Bab I.

Akhir-akhir ini bila dibandingkan dengan bahan baja dan beton penggunaan bahan kayu sebagai bahan konstruksi pendukung beban bangunan tampak tertinggal. Sebutkan 4 (empat) hal utama yang menyebabkan keadaan tersebut dan berikan penjelasannya secara singkat.

Faktor apa yang paling dominan terhadap kekuatan kayu ?

Jelaskan apa dan bagaimana kriteria suatu jenis kayu, sehingga kayu tersebut dinyatakan berada pada kelas awet II.

Suatu jenis kayu yang sama dapat saja mempunyai kekuatan yang berbeda diantaranya diakibatkan oleh berbedanya mutu kayu. Jelaskan mengapa perbedaan mutu kayu (mutu A dan mutu B) menjadikan berbedanya kekuatan kayu.

Mengapa kayu lebih kuat menahan gaya tarik sejajar arah serat dari pada gaya yang bekerja tegak lurus arah serat.

Uraikan secara singkat berbagai usaha untuk meningkatkan keawetan kayu.

Bagaimana usaha yang dapat dilakukan guna menghindari kerugian akibat serangan rayap pada konstruksi bangunan kayu.

BAB II

PERATURAN PERENCANAAN STRUKTUR KAYU

Penggunaan kayu sebagai bahan struktur tidak boleh dirancang hanya berdasarkan pengalaman, perasaan maupun perkiraan. Perhitungan struktur kayu harus didasarkan atas pengetahuan ilmu gaya. Meskipun demikian dalam perancangan, penggunaan pengalaman hasil struktur kayu yang telah ada, dapat memberikan arahan dan pandangan awal yang bermanfaat.

Dengan demikian, mulai penetapan beban yang bekerja, perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada struktur, penetapan ukuran, sambungan dan lain-lain, harus dilakukan secara rasional dan mengacu pada peraturan serta norma keilmuan yang berlaku.

2.1 Aturan Penetapan Pembebanan

Penetapan besarnya muatan-muatan (beban) yang bekerja pada struktur, harus mengacu pada ketetapan / peraturan yang berlaku, misalnya : Dana Normalisasi Indonesia NI-02006, NI-02007, Peraturan-peraturan pembebanan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Tenaga Perum Kereta Api, dan sebagainya.

Menurut kombinasinya, pembebanan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : beban tetap, beban sementara (beban tidak tetap), dan beban khusus. Beban tetap adalah beban yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan dan beban bergerak yang bersifat tetap atau terus menerus seperti berat sendiri, tekanan tanah, tekanan air, barang-barang gudang, kendaraan diatas jembatan, dan sebagainya.

Beban sementara adalah beban yang berlangsung kurang dari 3 bulan dan muatan bergerak yang bersifat tidak tetap atau terus menerus, sepeti berat orang yang berkumpul (misalnya : untuk ruangan pertemuan, kantor, dan sebagainya).

Sedang beban khusus adalah beban tetap atau beban sementara yang di tambah dengan beban yang sifatnya khusus, yaitu beban yang bekerja pada struktur atau bagian struktur yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan atau penurunan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal, dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin serta pengaruh khusus lainnya.

2.2 Ukuran Penampang Balok Minimum

Ukuran penampang balok minimum yang digunakan mengacu pada Pasal 9 dan Pasal 10 PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia), yang isi pokoknya terdapat pada pernyataan dibawah ini.

PKKI Pasal 9 :

Ukuran salah satu sisi (lebar/tinggi) balok kayu yang digunakan sebagai bagian struktur rangka batang paling kecil adalah 4 cm, dengan luas penampangnya lebih besar 32 cm2.

Apabila batang itu terdiri lebih dari satu bagian maka syarat-syarat tersebut untuk keseluruhan tampang.

Untuk struktur dengan paku atau perekat, syarat-syarat tersebut tidak berlaku.

PKKI Pasal 10 :

Perhitungan ukuran dan luas penampang akibat adanya perlemahan, pada batang-batang tarik dan bagian-bagian struktur yang dibebani dengan tegangan lentur harus

diperhitungkan.

Untuk batang yang menahan tegangan desak, perlemahan akibat alat sambung tidak perlu diperhitungkan (dengan catatan bahwa lubang tersebut tertutup oleh alat

sambung).

Tetapi apabila dalam kenyataannya lubang tersebut tidak tertutup, maka lubang tersebut harus diperhitungkan sebagai perlemahan.

2.3 LENDUTAN MAKSIMUM YANG DI IJINKAN.

Penetapan besarnya lendutan yang diijinkan pada struktur kayu, diatur melalui Pasal 12 ayat 5 PKKI, dengan isi pokok sebagai berikut :

Lendutan maksimum yang diperbolehkan, untuk balok pada struktur terlindung 100).

P =

p 2 EI

min

n.lk

2

Imin

=

n.lk2 .P

p 2 .E

dengan,

P

=

Gaya desak yang bekerja (ton).

n

=

Angka keamanan (umumnya memakai 5).

E

=

Modulus elastis (kg/cm2).

lk

=

Panjang tekuk.

p

=

22/7.

Bila,

p2

=

10.

E

=

100 000 kg/cm2 (untuk kayu kelas kuat II).

n

=

diambil 5.

1 P ton

=

1000 P kg

1 lk2 m

=

10 000 lk2 cm2.

5.lk

2 P

5.10000lk

2 .1000P

2

Imin

=

=

= 50 . P. lk

10.100000

10.100000

dengan satuan untuk : Imin (cm4), P (ton), lk (meter).

Sehingga untuk kelas kuat :

I

E

=

125.000 kg/cm2

Imin

=

40 . P . lk2.

II

E

=

100.000 kg/cm2

Imin

=

50 . P . lk2.

III

E

=

80.000 kg/cm2

Imin

=

60 . P . lk2.

IV

E

=

60.000 kg/cm2

Imin

= 80 . P . lk2

V

E

=

40.000 kg/cm2

Imin

= 125 . P . lk2

merupakan fungsi dari ukuran penampang, Untuk batang berpenampang persegi panjang Untuk batang berpenampang bulat

dengan, d = diameter batang.

Sehingga dengan berdasarkan rumus-rumus di atas ukuran batang (b, h, atau d) dapat dicari, jika besarnya P, lk, kelas kuat, serta n sudah diketahui.

Contoh :

Mampukah kayu rasamala dengan ukuran 8/12 cm menerima gaya tekan sebesar 1700 kg, jika kondisi struktur terlindung dan bahan permanen. Batang tersebut bertumpu bebas dengan panjang tekuk sebesar lk = 3,00 m.

Penyelesaian :

= 1/12 . h . b3 = 1/64 . p . d4

Imin

Kayu rasamala

Kelas kuat II.

Berat jenis = 0,81.

Kondisi struktur terlindung

b

=

1.

Beban permanen

g

=

1.

Besarnya tegangan ijin berdasarkan kelas kuatnya , untuk kelas kuat II = 85 kg/cm2.

Sehingga setelah memperhitungkan kondisi struktur dan pembebanan, di dapat :

= 85 . b . g

=

85 . 1 . 1 = 85 kg/cm2

s ds //

= 150. g . b . g

=

150 . 0,81. 1 . 1 = 121,5 kg/cm2

s ds //

Kelangsingan batang

l =

lk

imin

=

0,289 . b

imin

imin

=

0,289 . 8 = 2,31 cm

=

300

=

129,8

2,31

Dari daftar berdasarkan

l = 129,8

didapat

w = 5,48

Pw

1700.5,48

Sehingga :

s ds // =

=

= 97,04 kg/cm2

> s ds // = 85 kg/cm2

Fbr

8.12

Dengan demikian

kayu

rasamala

dengan ukuran 8/12 tidak mampu menahan

beban tersebut.

Beban yang dapat ditahan oleh kayu tersebeut sebesar : P = 8 x 12 x 16 = 1586 kg

2. Rencanakan

ukuran batangnya

(jika mempergunakan penampang batang

persegi panjang atau lingkaran). Kayu yang dipakai kelas kuat II, menahan beban desak sebesar 1700 kg, panjang tekuknya sebesar 3,00 m, dan angka keamanan sebesar 5.

Penyelesaian :

Kelas kuat II (dari daftar didapat E = 100.000 kg/cm2), angka keamanan 5, maka

untuk mencari I minimum dapat menggunakan rumus Imin = 50.P.lk2,dengan

satuan untuk Imin = cm4, P = ton, dan lk = meter.

Imin = 50 . P . lk2 = 50 . 1,7 . 32 = 765 cm4.

Untuk balok persegi panjang Imin = 1/12 . h . b3.

Dicoba batang kayu dengan ukuran 8 cm x 12 cm.

Imin = 1/12 . h . b3 = 1/12 . 12 . 83 = 512 cm4 < 765 cm4.

Imin masih telalu kecil sehingga ukuran perlu diperbesar.

Imin

Imin

ds //

Dicoba batang kayu dengan ukuran 10 cm x 12 cm.

Imin = 1/12 . h . b3 = 1/12 . 12 . 103 = 1000 cm4 > 765 cm4.

Ukuran Imin sudah memenuhi syarat.

Sehingga ukuran kayu 10 cm x 12 cm dapat dipakai.

Untuk balok bulat (lingkaran) Imin = 1/64 . p . d4. Dicoba batang kayu berdiameter 11 cm.

Imin = 1/64 . p . d4

=

1/64 . 22/7 . 114

=

718,3 cm4 < 765 cm4.

Imin

masih telalu kecil sehingga ukuran perlu diperbesar.

Dicoba batang kayu berdiameter 12 cm.

Imin = 1/64 . p . d4

=

1/64 . 22/7 . 124

=

1017,36 cm4 > 765 cm4.

Ukuran Imin sudah memenuhi syarat.

Sehingga ukuran kayu dengan diameter 12 cm dapat dipakai.

Gaya desak sebesar 2 ton bekerja pada batang berpenampang bujur - sangkar (b = h), dari kayu kelas kuat II, kondisi terlindung dengan beban tetap. Tinggi tiang sama dengan panjang tekuknya setinggi 3,00 m. Rencanakan dimensi batangnya jika dikehendaki angka keamanan n = 5.

Penyelesaian :

Kayu Kelas Kuat II s = 85 kg/cm2.

Modulus elastis E = 100.000 kg/cm2. Kondisi struktur terlindung b = 1

Beban permanen g = 1

Sehingga dengan memperhitungkan kondisi struktur & pembebanan, didapat :

85 . b . g

=

85 kg/cm2.

s ds //

=

85 . 1 . 1 =

lk

=

L =

3,00 m

= 300 cm.

P

=

2 ton

=

2000 kg.

n.lk2 .P

5.3002.2000

4

Imin

=

=

= 638,97 cm

p 2 .E

3,142.100000

Untuk batang berpenampang bujur-sangkar, Imin = 1/12 . b4

sehingga : b4 =

638,97 . 12

=

7667,64 cm4

b =

9,86 cm ~ 10 cm

Dengan demikian kayu ukuran 10 cm x 10 cm.

Kontrol :

Fbr

=

10 x 10

=

100 cm2.

Imin

=

1/12 . 104

=

833,33 cm4

imin

=

I min

=

833,33

= 2,89 cm.

Fbr

100

lk

300

Kelangsingan batang l

=

=

=103,8

imin

2,89

Dari Lampiran III berdasarkan

l = 103,8

didapat : w = 3,27

tegangan ijin tekuk = 26 kg/cm2

Pw

2000.3,27

Sehingga : s ds // =

=

= 65,4 kg/cm2 2000 kg (aman).

Dari hasil kontrol tegangannya dan gaya tekan yang dapat ditahan, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran batang 10 cm x 10 cm dapat dipakai.

3.4 PERENCANAAN BATANG DESAK BERPENAMPANG GANDA.

Pada batang berganda, untuk menghitung momen lembam terhadap sumbu-sumbu bahan (sumbu X, Gambar 3.4), dapat menganggap batang ganda tersebut sebagai batang tunggal dengan lebar sama dengan lebar jumlah masing-masing bagian, sehingga terdapat ix = 0,289 h.

Untuk menghitung momen lembam terhadap sumbu bebas bahan dapat dipakai rumus sebagai berikut :

Ir = 1/4 (It +3.Ig)

dengan, Ir

=

Momen lembam rencana.

It

=

Momen lembam menurut perhitungan teori.

Ig

=

Momen lembam geser, dengan anggapan masing-masing bagian digeser

hingga berimpit satu sama lain.

Gambar 3.4. Potongan batang berpenampang ganda.

Apabila masing-masing bagian a > 2b, maka dalam menghitung It diambil a = 2b. Masing - masing bagian yang membentuk batang berganda, harus mempunyai momen lembam :

I

>

10.P.l y

2

n

dengan,

I

=

Momen lembam (cm4).

P

=

Gaya desak batang ganda (ton).

ly

=

Panjang tekuk sumbu bebas-bahan (meter).

n

=

Jumlah batang bagian.

Gambar 3.5. Detail Perangkai Batang untuk Lebar < 18 cm dan > 18 cm.

Pada ujung-ujung batang desak, juga pada dua titik yang jaraknya masing-masing dari ujung-ujung batang sepertiga panjang batang, harus diberi perangkai seperti terlihat pada Gambar 3.5.

Jika lebar bagian b < 18 cm harus dipasang 2 batang baut, dan jika b > 18 cm maka harus dipakai 4 baut. Untuk struktur yang memakai paku, maka baut tersebut dapat diganti dengan paku, jumlahnya sesuai dengan keperluan.

Contoh :

Batang ganda terdiri dari dua bagian masing-masing berukuran 4/14 cm dan dipasang pada jarak 12 cm. Hitunglah ix dan iy.

Penyelesaian :

ix = 0,289 . h = 0,289 . 14 = 4,05 cm.

iy

=

I r

Fbr

Fbr = 2 . 4 . 14 = 112 cm2.

Ir = 1/4 (It + 3.Ig)

Lebar a = 12 cm > 2 b = 2 . 4 = 8 cm , sehingga dipakai a = 2 b = 8 cm. It = 2 . 1/12 . 43 . 14 + 2 . 4 . 14 . 62 = 4181,33 cm4

Ig

=

1/12 . (bgab)3 . h

=

1/12 . 83 . 14 = 597,33 cm

=

597,33 cm4

Ir

=

1/4 (4181,33 + 3 . 597,33)

=

1483,33 cm4.

iy

=

1483,33

= 3,651 cm < ix = 4,05 cm

112

Sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan iy sebagai imin (= 3,651 cm).

Sebuah batang ganda terdiri dari tiga bagian masing-masing berukuran 4/12 cm dan di pasang berjarak 4 cm. Hitunglah ix dan iy.

Penyelesaian :

ix

=

0,289 b = 0,289 . 12 = 3,468 cm.

a

=

4 cm < 2 b = 8 cm,

sehingga a tetap = 4 cm.

Fbr =

3 . 4 . 12 = 144 cm2

Ir

=

1/4

(It

+ 3.Ig)

It

=

3 . 1/12 . 43 . 12 + 2 . 4 . 12 . 82 = 6336 cm4.

Ig

=

1/12 . (bgab)3. h = 1/12 . 123 . 14 = 1728 cm4.

Ir

=

1/4 (6336 + 3 . 1728) =

2880 cm4.

iy

=

2880

= 4,47 cm > ix = 3,468 cm

144

Sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan ix sebagai imin (= 3,468 cm)

Diketahui kayu kelas kuat II dengan mutu A, kondisi struktur terlindung, dan sifat pembebanan sementara. Kayu tersebut digunakan sebagai tiang dan terdiri dari

tiga balok dengan ukuran penampang seperti terlihat pada gambar. Panjang tekuk lk = 2,00 meter. Mampukah kayu tersebut menahan gaya desak yang bekerja

sebesar P = 2,0 ton?

Penyelesaian :

a. Menentukan imin.

ix

=

0,289 b =

0,289 . 14 =

4,05 cm.

Fbr =

14 . 20 =

280 cm2

Ir

=

1/4

(It

+ 3.Ig)

a

=

6 cm < 2 b = 8 cm,

sehingga a tetap = 6 cm

It

=

2 . 1/12 . 83 . 14 +

1/12 . 43 . 14 + 2. 8 . 142

=

33 625,3333 cm4.

Ig

=

1/12 . (bgab)3 . h

= 1/12 . 203 . 14

=

9383,3333 cm4.

Ir

=

1/4 (33 625,3333 + 3 . 9383,3333)

=

15 806,3333 cm4.

iy

=

15806,3333

= 7,408 cm > ix = 4,05 cm

280

Sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan ix sebagai imin (= 4,05 cm).

b.

Kontrol batang.

= 85 kg/cm2.

Kayu Kelas Kuat II

s ds //

Modulus elastis E = 100.000 kg/cm2.

Kondisi struktur terlindung

b

=

1.

sifat beban sementara

g

=

5/4.

Sehingga dengan memperhitungkan kondisi struktur dan pembebanan, di dapat :

= 85 . b . g

=

= 106,25 kg/cm2.

s ds //

85 . 1 . 5/4

lk

=

L =

2,00 m

=

200 cm.

P

=

2 ton

=

2000 kg.

l

lk

200

=

=

= 49,38

imin

4,05

Dari daftar pada Lampiran 2 untuk l = 49,38,

di dapat :

w

=

1,494

71,25 kg/cm2.

s w

=

57 . 5/4

=

P

=

s w . bgab . h

= 71,25 . 20 . 14 = 19 950 kg > P = 2 000 kg (aman).

Dalam perencanaan batang gaya lentur yang terjadi harus lebih kecil dari pada gaya lentur yang diijinkan :

M

s lt =

5ql 4

Imin

=

5.400.ql 3

400

384EI

384E

2000 . 8 . 4003

Imin

=

5.400.8.4003

384.100000

Imin

=

26 666,67 cm4 < I = 32 768 cm4. (struktur cukup aman!).

Dengan demikian kayu ukuran 12 x 32 (cm) dapat dipakai.

3.6 PERENCANAAN BATANG YANG MENERIMA MOMEN & GAYA NORMAL

Tidak jarang suatu gelagar disamping menerima momen juga menerima gaya normal. Misalnya pada batang kuda-kuda, disamping menerima momen akibat adanya beban merata , juga menahan beban berupa gaya batang. Dengan adanya dua beban yang bekerja pada batang tersebut, maka akan menerima tegangan gabungan secara bersamaan, yaitu tegangan lentur dan tegangan tarik atau tegangan desak.

Bila yang terjadi adalah momen dan gaya tarik, maka tegangan gabungan yang terjadi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

M

P

s

=

a

+

< s tr

W

Fnt

dengan,

s

=

Tegangan yang terjadi (kg/cm2).

=

Tegangan tarik yang di ijinkan (kg/cm2).

s tr

M

= Momen yang bekerja pada batang (kg cm).

W

=

Momen tahanan batang (cm3).

P

=

Gaya tarik (kg).

Fnt

=

Luas bersih batang tarik (cm2).

a

=

s tr

s lt

2. Bila yang terjadi adalah momen dan gaya desak, maka tegangan gabungan yang terjadi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

s

=

a

M

+ w

P

=

85 kg/cm2 (aman !).

s ds

Ukuran 14/28 (cm) sudah memenuhi syarat untuk menahan beban tersebut, namun kurang efisien. Yang paling efisien adalah kayu ukuran 12/14 (cm).

3.7 Soal Latihan Bab II dan Ban III.

Dalam kaitannya dengan tegangan ijin kayu, jelaskan perbedaan dan persamaan dari :

Muatan tetap dan muatan sementara.

Kayu mutu A dan Kayu mutu B.

Konstruksi terlindung dan konstruksi tidak terlindung.

Mengapa pada batang-batang tarik yang luasan penampangnya berkurang akibat adanya alat sambung dan sambungan harus diperhitungkan dalam perencanaan ?

Gambarkan dalam suatu bentuk bagan alair, urutan langkah dalam menetapkan tegangan ijin kayu.

Konstruksi Jembatan Kayu akan menggunakan kayu ulin (sering juga disebut kayu besi) dengan mutu A dan pembebanannya merupakan beban sementara. Hitunglah tegangan-tegangan ijin guna perencanaan jembatan kayu tersebut.

Suatu jenis kayu akan dipakai sebagai rangka kuda-kuda yang menahan sebagai beban angin. Dari pengujian diperoleh dat bahwa rerata berat jenis kayu kering adalah 0,53

ton/m3. Bila kayu tersebut bermutu B, berapakah tegangan tekan ijin untuk gaya yang bersudut 450.

Setelah diteliti lebih mendalam ternyata kayu pada soal nomer 5, dalam perdagangan disebut kayu Mahoni. Hitunglah kembali tegangan tekan ijin untuk gaya yang bersudut 450. Kemudian tetapkan besaran ijin yang mana yang sebaiknya dipakai dalam perencanaan dan berikan alasannya mengapa ?

Suatu jenis kayu akan dipakai dalam rangka kuda-kuda yang menahan beban angin. Dari pengujian diperoleh data rata-rata berat jenis kayu kering udara adalah 0,54

ton/m3. Bila kayu tersebut bermutu B, berapakah tegangan desak ijin gaya yang bekerja dengan sudut 450 arah serat kayu ?

Isilah tabel dibawah ini dengan rumus-rumus perhitungan perencanaan dan kontrol

dimensi elemen batang.

Macam Pembebanan

TarikTekan Momen Momen + TarikMomen + Desak

Rumus

Perencanaan

Rumus

Kontrol

Batang tarik kuda-kuda kayu ukuran 8/14 cm menggunakan kayu Jati mutu B, konstruksi terlindung, beban sementara, dan menggunakan sambungan baut dan gigi.

Berapa gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh batang tarik tersebut ?

Bila paku digunkan sebagai alat penyambung, berap besar gaya tarik maksimum yang dapat ditahan ?

Mengapa berbedanya alat penyambung menyebabkan terjadinya perbedaan besaran gaya tarik ?

Gaya tekan sebesar 3500 kg bekerja pada sebatang tiang kayu Mahoni mutu B, konstruksi terlindung dengan beban tetap. Tinggi tiang (sama panjang dengan tekuk batang) adalah 3,75 m.

Rencanakan ukuran tiang bila menggunakan penampang berbentuk lingkaran, bujur sangkar dan persegi panjang dengan h = 2 b.

Dari ketiga macam penampang tiang tersebut, manakah yang paling ekonomis bila ditinjau dari luas penampang tiang.

Empat kombinasi batang berganda yang terdiri dari gabungan tiga kayu ukuran 4/14 cm tersusun sebagaimana gambar dibawah ini. Tinggi tekuk batang 3,6 meter, kayu keruing mutu B, konstruksi terlindung dengan baban tetap.

4

12

12

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4 2 4 2 4

12

12.

Suatu gelagar menerima momen sebesar 600 kgm dan gaya

tarik sebesar 4800 kg. Gelagar tersebut terdiri dari 3 batang

12

kayu tersusun yang berukuran 1 x 8/12 dan 2 x 4/12 (cm)

yang disatukan dengan paku sebagaimana pada gambar

disamping.

4

8

4

Kayu yang dipakai kelas kuat II, mutu A, muatan tetap dan kondisi struktur terlindung.

Kuatkah batang tersebut menahan beban yang bekerja ?

Bila gaya tarik dibedakan, berapa momen maksimum yang dapat ditahan gelagar tersusun tersebut.

Rencanakan kayu yang mampu menahan gaya tarik 3,8 ton dan momen sebesar 2,1 ton meter. Kayu yang dipakai adalah kayu keruing mutu B, dengan sifat pembebanan sementara dan kondisi terlindung.

Suatu tiang kayu bulat berdiameter 14 cm menerima gaya tekan sebesar 2,8 ton. Bila panjang tekuk tiang tesebut adalah 3,6 meter hitung tegangan tekan yang terjadi pada tiang tersebut. Kayu yang diapaki adalah kayu Keruing bermutu B, sifat pembebanan sementara, digunakan diluar ruangan tidak terlindung.

BABIV

SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG

Sebagaimana pada struktur yang lain, pada struktur kayu juga di perlukan sambungan. Sambungan dibutuhkan untuk merangkai elemen batang menjadi suatu struktur. Ada dua macam sambungan yaitu : sambungan titik buhul (yaitu sambungan untuk merangkai buhul / simpul struktur) dan sambungan perpanjangan (yaitu sambungan yang dibutuhkan untuk mendapatkan panjang kayu yang sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan).

Karakteristik sambungan kayu (baik sambungan titik buhul maupun sambungan perpanjangan) tidak kaku artinya bahwa pada sambungan masih terjadi adanya deformasi atau pergeseran pada sambungan, dengan demikian sifat sambungan tersebut tidak dapat menahan momen (atau momennya selalu sama dengan nol).

Tiga hal pokok yang harus diketahui tentang sambungan pada struktur kayu, yaitu :

Macam dan jenis alat penyambung.

Besaran dan arah gaya dari elemen batang yang disambung.

Ukuran-ukuran dan jenis bahan dari elemen batang yang akan disambung.

Alat penyambung yang sering digunakan pada struktur kayu adalah perekat, paku, pasak dan baut. Disamping itu terdapat pula berbagai alat sambung modern , sehingga berdasarkan jenisnya dapat digunakan sebagai berikut :

Sambungan Paku.

Sambungan baut.

Sambungan gigi.

Sambungan perekat (lem).

Sambungan Pasak (baik pasak kayu maupun pasak besi).

Pasak besi misalnya : Split-ring connector, toothet ring connector, Buldog connector, claw plate connector, spike grid connector, dan laian-lain.

Fungsi alat sambung adalah mengalihkan dan menahan gaya-gaya yang terjadi dari elemen batang yang satu kepada elemen batang lain yang akan disambung. Macam gaya yang terjadi dan macam alat sambung, yang biasanya dipakai untuk menahan :

gaya geser perekat, baut, paku, pasak kayu.

lentur baut, paku, pasak.

jungkit pasak.

desak kokot buldog, cincin belah (split-rig connector), dan lain-lain.

4.1 SAMBUNGAN PAKU.

Beberapa keuntungan menggunakan sambungan paku, diantaranya :

Effisiensi kekakuan sambungan cukup besar (efisiensi kekakuan sambungan perekat sekitar 100 %, pasak 60 %, paku 50 %, dan baut 30 %).

Perlemahan relatif kecil (sekitar 10 %) dan dapat diabaikan.

Kekuatan sambungan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh cacat kayu kurang.

Beban pada penampang lebih merata.

Struktur lebih kaku.

Dapat dikerjakan relatif lebih cepat.

Tidak membutuhklan tenaga ahli.

Harga paku relatif murah.

Dipasaran terdapat berbagai jenis, bentuk dan ukuran paku, diantaranya bulat, segitiga, persegi, maupun menggunakan alur spiral. Paling umum digunakan adalah paku berpenampang bulat.

Kekuatan ijin (beban) yang dapat ditahan oleh satu paku = S tergantung pada :

Diameter paku = d (cm).

Tebal kayu = b (cm).

Kelangsingan paku = b/d.

Kekuatan tegangan ijin desak kayu = s ds (kg/cm2).

Menurut PKKI Pasal 15 ayat 3, untuk sambungan yang menyimpang dari daftar

yang terdapat pada Tabel 4.1 dapat diapakai rumus dibawah ini :

a. Untuk sambungan bertampang satu.

S

=

1/2 . b . d . s ds

b

7 d

b. Untuk sambungan bertampang dua.

S = b . d . s ds

b < 7 d

S = 7 . d2 . s ds

b > 7 d

dengan, S

= Gaya yang diijinkan per paku (kg/cm2).

b

=

Tebal kayu (mm).

d

=

Diameter paku (mm).

=

Tegangan ijin desak kayu (kg/cm2).

s ds

Tabel 4.1. Beban Yang Dapat Ditahan Oleh Setiap Paku

No.

Tebal

Diameter Paku

Kelangsingan

S = Kekuatan 1 Paku Tampang Satu (kg)

Kayu

(1/10 mm)

l = b/d

l/b

Bj = 0,3

Bj = 0,4

Bj = 0,5

Bj = 0,6

(mm)

Panjang Paku

= b

(mm)

sds = 75

sds = 100

sds = 125

sds = 150

28/51

(2"BWG12)

7.2

2.5

20

27

34

41

1

20

31/63

(2,5"BWG13)

6.5

3.2

23

31

38

46

34/76

(3"BWG14)

5.9

3.8

25

34

42

51

31/63

(2,5"BWG13)

8.1

2.5

24

33

42

50

2

25

34/76

(3"BWG14)

7.4

3.0

32

40

50

60

38/89

(3,5"BWG16)

6.6

3.6

35

47

59

70

34/76

(3"BWG14)

8.8

2.5

30

40

50

60

3

30

38/89

(3,5"BWG16)

7.9

3.0

38

50

63

75

42/102

(4"BWG17)

6.5

3.4

47

63

78

94

4

35

38/89

(3,5" BWG 16)

9.2

2.5

38

50

63

75

42/102

(3,5" BWG 17)

8.3

2.9

46

61

77

92

5

40

42/102

(3,5"BWG17)

9.5

2.5

46

61

77

92

52/114

(4,5"BWG21)

7.6

2.9

70

94

118

142

Catatan :

Untuk paku yang ukurannya memenuhi syarat sambungan bertampang dua, maka kekuatan

paku menjadi 2xS dari daftar di atas

Syarat-syarat pokok yang harus diperhatikan dalam menggunakan sambungan paku

sebagai berikut :

Kekuatan paku tidak dipengaruhi oleh sudut penyimpangan arah gaya dan arah serat.

Jika paku digunakan pada struktur yang selalu basah (kadar lengas tinggi), maka kekauatan paku harus dikalikan 2/3.

Jika digunakan pada struktur tak terlindung, maka harus dikalikan 5/6.

Jika beban yang ditahan berupa beban sementara, maka kekuatan paku dapat dinaikan 25 % (dikalikan dengan 1,25).

Apabila dalam satu baris terdapat lebih dari 10 batang, maka kekuatan paku dikurangi 10 % (dikalikan 0,90), dan bila lebih dari 20 batang paku, maka kekuatannya dikurangi 20 % (dikalikan 0,80).

Pada struktur dengan sambungan paku, maka paling sedikit di pakai 4 buah paku.

Jarak paku minimum harus memenuhi syarat seperti pada Gambar 4.1. a. Jarak searah gaya :

12 d untuk tepi kayu yang dibebani.

5 d untuk tepi kayu yang tidak di bebani

10 d jarak antara paku dalam satu baris.

Jarak tegak lurus arah gaya.

5 d untuk jarak sampai tepi kayu.

5 d jarak antara paku dalam satu baris.

10d12d

10d10d

10d

5d

5d

5d

5d

5d

Gambar 4.1. Jarak Sambungan Arah Gaya dan Tegak Lurus 8. Panjang paku minimum seperti terlihat pada Gambar 4.2a dan 4.2b.

b1 b2

b1b 2

b1

b2b3

b1 = b2

b1 > 1,5b2

b1 = b3 < b2

lpaku > b1 + b2 + 3d

lpaku > 2,5.b2

lpaku > 2,5.b2

lpaku > b1 + b2 + 3d

Gambar 4.2a. Panjang Paku Minimum Untuk Struktur Tampang Satu.

b1

b2b3

b1

b2b3

b1 = b3 < b2

b1 = b3 < b2

lpaku > 2b1 + b2 + 3d

lpaku > 2b2 + b1

Gambar 4.2b. Panjang Paku Minimum Untuk Struktur Tampang Dua.

Ujung paku yang keluar dari sambungan dibengkokan tegak lurus arah serat, dengan catatan tidak merusak kayu.

Contoh :

1. Sebuah batang kayu melur berukuran 10/14 menahan beban tarik sebesar P = 6000 kg. Struktur terlindung dan beban permanen. Rencanakan sambungannya dengan paku dan Gambarkan.

Penyeleasaian :

Sebagai plat sambung dipakai ukuran 2 x 5/14

Berdasarkan daftar ukaran paku dipakai paku ukuran 3,5 BWG 16, dengan berat jenis kayu melur = 0,50 didapat kekuatan satu paku S = 63 kg untuk tampang satu.

Jumlah paku yang dibutuhkan = 6000/63 = 95,2 buah ~ 96 buah.

Dipakai 4 baris paku dengan jarak = 14/5 = 2,8 cm > 5d

Jumlah paku setiap baris = 96/4 = 12 buah.

Karena jumlah paku per baris lebih dari 10 paku, maka kekuatan satu paku harus dikurangi 10 % (atau dikalikan dengan 0,9).

Sehingga kekuatan satu paku menjadi S = 63 kg . 0,9 = 56,7 kg.

Dengan 4 baris jumlah paku menjadi n = 6000/56,7 = 106 buah.

Masing -masing setiap baris = 106 / 2.4 = 13,25 buah ~ dipakai 14 buah paku.

5 x 2,8

14

5cm

14 x 4cm

5cm

3 10 3

Gambar 4.3.

2. Batang tarik berukuran 2 x 4/12 (cm) terbuat dari kayu Damar (agathis). Gaya yang ditahan P = 4 ton, yang disebabkan oleh beban sementara pada struktur terlindung. Rencanakan dengan sambungan paku.

Penyelesaian :

Akibat beban sementara koreksi kekuatan = 1,25.

Akibat struktur tak terlindung koreksi kekuatan = 5/6.

Plat penyambung yang digunakan 1 x 4/12 dan 2 x 4/12.

Dipakai paku ukuran 4 BWG 7, diambil dari daftar paku bulat, maka didapat

diameter paku d = 0,457 cm.

Berat jenis kayu melur berdasarkan daftar pada Lampiran 1, didapat g = 0,47 sehingga didapat tegangan ijin desak s ds = 118 kg/cm2.

3

3

12

3

3

2

4

4

4

2

6

5

5

5

6

6

5

5

5

6

Gambar 4.4.

Sambungannya merupakan sambungan tampang dua,

sehingga kekuatan untuk

satu paku didapat :

S

=

d . b . s ds

= 0,457 . 4 . 118 = 215,7 kg atau

S

=

7 . d2 . s ds

= 7 . 0,4572 .

118 = 172,5 kg.

Kekuatan satu paku yang di pakai adalah S terkecil, yaitu S = 172,5 kg.

Akibat kondisi pembebanan dan

kelembaban, kekuatan paku harus dikalikan

dengan angka koreksi, sehingga kekuatan ijin per paku :

S

=

1,25 . 5/6 .

172,5

=

180

kg.

Jumlah paku yang dibutuhkan (untuk P = 4 000 kg) :

n

=

4000 / 180 = 22,2 buah ~ 24 buah.

Sehingga di pakai jumlah paku sebanyak 24 buah (masing-masing 12 buah).

3. Dari sebuah titik buhul kuda-kuda, diketahui batang diagonalnya berukuran 1 x 6/12 dan batang horisontalnya berukuran 2 x 3/12. Sifat pembebanan permanen P = 1100 kg, kondisi struktur terlindung, dengan berat jenis kayu g = 0,5. Rencanakan sambungannya dengan paku.

Penyelesaian :

Dari daftar (Tabel 4.1 ) kita pilih paku ukuran 3 BWG 10, dengan berat jenis kayu g = 0,5 kita dapatkan kekuatan per paku S = 50 kg untuk sambungan tampang satu.

Karena struktur terlindung dengan beban permanen, maka b = g = 1.

Sehingga jumlah paku yang dibutuhkan = 1100 / 50 = 22 buah.

Untuk satu tampang digunakan paku sebanyak 12 buah (2 x 12 = 24 buah).

Jarak tegak lurus arah gaya diagonal = 12/4 = 3 cm > 5d = 5.3,4 = 17 mm = 1,7 cm.

Jarak tegak lurus arah gaya hosrisontal = 12/5 = 2,4 cm > 5d = 1,7 cm.

Jarak searah gaya diagonal = 10 d = 10 . 3,4 = 34 mm = 3,4 cm < 3,8 cm.

12cm

2,4

2,4

12cm

2,4

2,4

2,4

3

3

3

3

Gambar 4.5.

3

4.2 SAMBUNGAN BAUT.

Alat sambung baut merupakan alat sambung yang mudah diadakan bongkar pasang, tetap masih banyak dipakai walaupun masih banyak kelemahan dan kekurangannya, diantaranya : efisiensinya rendah (30 %) dan deformasinya besar (bergesernya sambungan akibat beban), serta perlemahannya cukup besar yaitu sekitar 20 % s/d. 30 %.

Kekuatan sambungan baut, tergantung pada :

Kekuatan baut dalam menahan beban.

Deformasi atau bergesernya sambungan.

Kekuatan ijin kayu.

Persyaratan sambungan telah diatur secara rinci pada PKKI Pasal 14 : Ayat 1. Alat sambung baut harus dibuat dari baja St-37 (U-23).

Ayat 2. Lubang harus dibuat secukupnya dan kelonggarannya harus lebih kecil dari 1,5 mm.

Ayat 3. Diameter baut paling kecil 10 mm (3/8), bila tebal kayu lebih besar 8 cm maka diameter baut minimum 12,7 mm (1/2).

Ayat 4. Baut harus disertai pelat yang tebalnya minimum 0,3d dan maksimum 5 mm dengan garis tengah 3d, atau jika mempunyai bentuk segi empat lebarnya 3d. Jika bautnya hanya sebagai pelengkap maka tebal pelat dapat diambil minimum

0,2d dan maksimum 4 mm.

Ayat 5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan sesuai dengan klasifikasi kekuatan kayu (Kelas Kuat I, II, dan III). Agar sambungan dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya, maka besarnya S untuk lb = b/d harus diambil sebagai berikut :

Golongan I.

Sambungan bertampang satu (lb = 4,8).

S

=

50 . d . b1

(1 - 0,6 sin a).

S

=

240

. d2 (1 - 0,6 sin a).

Sambungan bertampang dua (lb = 3,8).

S

=

125

. d . b3

(1 - 0,6 sin a).

S

=

250

. d . b1

(1 - 0,6 sin a).

S

=

480

. d2 (1 - 0,35 sin a).

Golongan II.

Sambungan bertampang satu (lb = 5,4).

S

=

40 . d . b1

(1 - 0,6 sin a).

S

=

215

. d2 (1 - 0,35 sin a).

Sambungan bertampang dua (lb = 4,3).

S

=

100

. d . b3

(1 - 0,6 sin a).

S

=

200

. d . b1

(1 - 0,6 sin a).

S

=

430

. d2 (1 - 0,35 sin a).

Golongan III.

Sambungan bertampang satu (lb = 6,8).

S

=

25 . d . b1

(1 - 0,6 sin a).

S

=

170

. d2 (1 - 0,35 sin a).

Sambungan bertampang dua (lb = 4,3).

S

=

60 . d . b3

(1 - 0,6 sin a).

S

=

120

. d . b1

(1 - 0,6 sin a).

S

=

340

. d2 (1 - 0,35 sin a).

dengan, S

=

Kekuatan sambungan (kg).

a

=

Sudut antara arah gaya dan arah serat.

b1

=

Tebal kayu tepi (cm).

b3

=

Tebal kayu tengah (cm).

d

=

Garis tengah baut, diameter baut (cm).

Ayat 6. Bila dalam sambungan bertampang satu, salah satu batngnya besi (baja) serta sambungan bertampang dua pelat penyambung besi (baja), kekuatan per baut (S) dapat dinaikan 25 %.

Ayat 7. Bila baut dipakai pada konstruksi yang tak terlindung, maka kekuatan S dikalikan dengan faktor sebesar 5/6. Bila dipakai pada konstruksi yang terendam air, maka S dikalikan dengan faktor 2/3.

Ayat 8. Untuk konstruksi yang disebabkan oleh kekuatan tetap dan tidak tetap maka kekuatan dikalikan dengan faktor 5/4.

Ayat 9. Penempatan baut harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Arah gaya searah serat kayu (Gambar 4.6). Jarak minimum :

Antara sumbu baut dan ujung kayu :

Kayu muka yang dibebani

= 7 d dan > 10 cm.

Kayu muka yang tidak dibebani

=

3,5 d.

Antara sumbu baut dalam arah gaya

=

5 d.

Antara sumbu baut tegak lurus arah gaya = 3 d.

Antara sumbu baut dengan tepi kayu= 2 d.

2d

2d

2d

2d

5d5d 5d

3,5d untuk gaya desak

7d dan > 10 cm untuk gaya tarik Gambar 4.6. Sambungan baut yang menerima beban searah serat.

Arah gaya tegak lurus arah serat (Gambar 4.7). Jarak minimum :

Antara sumbu baut dan tepi kayu (// terhadap gayanya).

Kayu muka yang dibebani

= 5 d.

Kayu muka yang tidak dibebani

=

2 d.

Antara baut dengan baut searah gaya

=

5 d.

Antara baut dengan baut tegak lurus gaya = 3 d.

5 d

2d

5 d

5d

2 d

5d

5d

7d dan > 10 cm

2d 3d 2d

2d 3d 2d

Gambar 4.7. Sambungan Baut yang menerima Beban Tegak Lurus Arah Serat

a

2d

2d

2d

2d

5-6d 5-6d

7 d dan > 10 cm 5-6d 5-6d 2d Gambar 4.8. Sambungan baut yang menerima bebat membentuk sudut a.

Arah gaya membentuk sudut a (antara 00 - 900) dengan arah serat kayu. Jarak minimum :

Antara sumbu baut dan tepi kayu.

Yang dibebani searah gaya

=

5 d

s/d. 6 d.

Yang tidak dibebani

=

2 d.

Antara baut dengan sumbu baut

= 5 d

s/d. 6 d.

Antara baut dengan baut searah gaya = 3 d.

Diameter baut yang biasanya ada dipasaran : 3/8

=

0,98 cm.

1/2

=

1,27 cm.

5/6

=

1,59 cm.

3/4

=

1,91 cm.

7/8

=

2,22 cm.

1

=

2,54 cm.

Contoh :

Sebuah batang kayu jati dengan berat jenis = 0,75 disambung antara sesamanya dengan baut. Gaya yang harus dipikul sebesar 6 ton. Kondisi struktur terlindung dengan beban tetap. Ukuran kayu 16/20. Rencanakan sambungannya dengan baut.

Penyelesaian :

Kayu jati termasuk golongan dengan kelas kuat II.

Kondisi struktur terlindung & beban permanen

b = g = 1.

Direncanakan dengan baut berdiameter f =

3/4 = 1,91 cm.

Golongan kelas kuat II dengan sambungan tampang dua, didapat kekuatan perbaut

S

=

100

. d . b3

=

100

. 1,91

. 16

=

3060 kg

S

=

200

. d . b1

=

200

. 1,91

. 8

=

3060 kg

S

=

430

. d2

=

430

. 1,912

=

1570 kg

diambil S yang terkecil =

1570 kg.

Baut yang dibutuhkan = 6000/1570 = 3,82 ~ 4 buah.

Jarak antar sumbu baut searah serat = 5d = 5 . 1,91 = 9,55 cm ~ 10 cm.

Jarak sumbu dengan unjung sambungan = 7d = 7 . 1,91 = 13,37 cm ~ 15 cm.

Jarak baut ke tepi tegak lurus serat, diambil = 5 cm > 2d = 2 . 1,91 = 3,82 cm.

Jarak antar baut tegak lurus serat, diambil = 10 cm > 2d = 2 . 1,91 = 3,82 cm.

5 cm

S

S

10 cm

5 cm

15

10

15

15

10

15

8 cm

S

S

16 cm

8 cm

Gambar 4.9. Sambungan Baut

4.3 SAMBUNGAN GIGI.

Pada sambungan titik buhul kayu banyak ditemui sambungan gigi, misalnya pada kuda-kuda, jembatan rangka dan sebagainya, sebagai pertemuan antara batang tepi dengan batang diagonal. Sambungan gigi itu berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya desak. Gaya desak itu akan membentuk sudut a dengan sumbu batang tepi, haruslah kita usahakan agar bidang-bidang pertemuan kedua batang tersebut serongnya terhadap arah sama, agar tercapailah tekanan desak maksimum yang ekonomis. Disamping itu kita usahakan agar gigi itu sekecil mungkin.

Banyak cara untuk membuat arah gigi sambungan, salah satu yang paling ekonomis dan baik adalah agar gigi dibuat menurut garis bagi sudut luar sambungan (Gambar 4.10). Didalam perhitungan sambungan gigi, adanya baut dianggap hanya sebagai baut lekat saja, sehingga tidak diperhitungkan. Baut ini dapat diganti dengan sengkang.

Adapun tentang bentuk dari pada sambungan gigi ada beberapa macam ragam dan modelnya, diantaranya adalah :

Sambungan gigi tunggal.

Sambungan gigi rangkap.

Sambungan gigi dengan pelebaran.

Sambungan gigi dipertinggi

Sambungan Gigi Tunggal.

Pasal 16 Ayat 1 PKKI telah menetapkan aturan tentang sambungan gigi

tunggal, sebagai berikut : Pada sambungan gigi gesekan antara kayu dengan kayu di dalam perhitungan harus di abaikan. Untuk sambungan gigi tunggal, dalamnya gigi tidak boleh melebihi suatu batas, yaitu :

tm < 1/4

h

untuk

a < 50

o

tm < 1/6

h

untuk

a < 60

o

Panjang kayu muka lm harus dihitung =

S.

Cosa

dan lm > 15 cm.

t // .b

dengan, h

=

Tinggi batang mendatar.

b

=

Lebar batang horisontal.

tm = Tinggi gigi miring. tv = Tinggi gigi vertikal.

a = Sudut antara batang diagonal dan horisontal.

b = Garis bagi sudut luar.

lm = Panjang kayu di muka sambungan gigi.

= Gaya batang diagonal.

// = Tegangan ijin geser batang horisontal.

Agar dalam perencanaan sambungan gigi memenuhi syarat teknis , maka perlu ditetapkan tinggi yang dibutuhkan dari pada sambungan gigi (tv atau tm). Pada Gambar 4.10, gaya S diuraikan menurut arah kemiringan gigi dan tegak lurus kemiringan giginya, sebagai berikut :

N =

S . cos 1/2

a

tm =

tv / cos 1/2

a

Jika N sejajar arah serat, maka s ds = s ds // , Tetapi karena pada batang diagonal N membentuk sudut 1/2 a dengan arah serat maka :

s ds = s ds 1/2 a = s ds // - ( s ds // - s ds^ ) sin 1/2 a

dan nilai inilah yang harus dipakai.

N

Selanjutnya,

s ds 1/2 a =

tm .b

S.cos1 2a.cos1 2a

Sehingga didapat,

s ds 1/2 a

=

tv .b

tv

=

S.cos2

1 2a

b.s ds1 2a

a/2

N

S

tm

S

b/2

b/2

tm

a

tv

h

lm

= 40

. 0,7

. 1.1

. 5/4 = 35 kg/cm2.

muka bertambah besar lagi pula garis kerja gaya S tidak akan tergeser dari sumbu batang, sehingga eksentrisitas dapat dihindarkan.

Gigi dibuat menurut garis bagi sudut luar dan perhitungan besarnya tv tidak berubah sama sekali. Apabila besarnya lm masih belum memenuhi syarat, maka dapatlah gigi itu ditarik kebelakang seperti dalam gambar 4.12.c. Tetapi usaha ini banyak menimbulkan keberatan-keberatan, yaitu disini timbul eksentrisitas lagi dan tambahan pula pada takikan itu akan mudah timbul retak. Untuk itu sebaiknya cara yang terakhir tidak dipakai.

Apabila dalam perhitungan panjang lm terlalu besar, maka ada beberapa macam usaha untuk memenuhi syarat-syarat struktur, yaitu : Dipakai gigi rangkap, memperlebar batang kayu (setempat saja), mempertinggi batang kayu (setempat saja), menggunakan kokot pada bidang takikan.

2. Sambungan Gigi Rangkap.

Pasal 16 Ayat 2 PKKI menyebutkan bahwa untuk sambungan dengan gigi rangkap dalamnya gigi kedua harus memenuhi syarat seperti pada sambungan gigi tunggal. Disamping itu harus memenuhi pula tm2 - tm1 > 1 cm (Gambar 4.13).

Dengan membuat gigi rangkap eksentrisitas dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali. Gigi rangkap mempunyai kejelekan, bahwa dalam pelaksanaan oleh tukang - tukang kayu gigi tersebut sering dibuat tidak sesuai ukurannya, sehingga gaya yang dipikul oleh masing-masing gigi tidak sesuai dengan perhitungan kita.

S

b/2

S1

S2

b/2

a

tv1

tm1

tv2

tm2

lm1

h

lm2

Gambar 4.13. Gigi rangkap.

Didalam hal ini hendaklah diusahakan agar kedua gigi itu dibebani gaya yang sama besar (atau hanya berbeda sedikit). Disamping itu dipandang dari sudut keamanan, gaya geser H seluruhnya dianggap didukung oleh gigi kedua (yang belakang) saja.

Panjang kayu muka,lm2 = S.Cos a

t // .b

Untuk memenuhi syarat : tm2 - tm1 > 1cm dan S1 = S2 , maka gigi kedua tidak dapat dibuat menurut garis bagi sudut luar, melainkan dibuat tegak lurus batang serong.

Contoh :

Batang tepi diagonal

dan batang mendatar mempunyai ukuran yang sama 12/16

= 85 kg/cm2,

(cm), mempunyai : s ds //

s

ds^

= 25 kg/cm2, t

// = 12

kg/cm2. Sudut a =

300, S = 5500 kg. Beban permanen, struktur

terlindung. Rencanakan

dengan sambungan

gigi rangkap.

Penyelesaian :

Mencari tegangan ijin.

Gigi belakang,

s ds = s ds a = s ds // - ( s ds //

- s ds^ ) sin a

= 85 - (85 - 25) sin 30

= 55 kg/cm2.

Gigi muka,

s ds

= s ds 1/2 a = s ds // - ( s ds // - s ds^ ) sin 1/2 a

= 85 - (85 - 25) sin 15

= 69,47 kg/cm2.

Mencari ukuran gigi belakang (tv2 dan tm2).

Besarnya S2 diambil = 1/2 . S = 1/2 . 5500 = 2750 kg.

Tinggi gigi belakang, tv2

=

S2 .cos 2

a

=

2750.cos 2 30

0

= 3,125 cm < h = 4 cm

12.55

b.s dsa

dipakai tinggi gigi belakang

4 cm = 1/4 h.

Kemiringan gigi belakang,

tm2

=

tv 2

=

4

= 4,6 cm.

cosa

cos 300

Dengan demikian gigi kedua dapat mendukung gaya S2 = 12 . 4,6 . 55 = 3036 kg.

Mencari ukuran gigi muka (tv1 dan tm1). Besarnya S1 = S - S2 = 5500 - 3036 = 2464 kg.

S

.cos 2

1 2a

2464.cos 2 150

Tinggi gigi muka,

tv1

=

1

=

= 2,78 cm.

12.69,47

b.s ds1 2a

dipakai tinggi gigi belakang

3 cm, sehingga tv2 - tv1 = 1 cm

Kemiringan gigi muka,

tm1

=

tv1

=

3

= 3,46 cm.

cosa

cos 30

0

Mencari panjang muka gigi (panjang penyaluran = lm).

S

1

.cosa

2464.cos 300

Panjang kayu muka,

lm1

=

=

= 14,8 cm ~ 15 cm.

12.12

t // .b

S

2

.cosa

3036.cos 300

Panjang kayu belakang,

lm2

=

=

= 18,26 cm

12.12

t // .b

Menurut lukisan dalam gambar 4.14. yang menentukan ukuran adalah lm1 = 15 cm.

S = 5500 kg

75

0

S1

S2

0

300

75

3

3,6

4,6

4

15

12

33,1

Gambar 4.14. Gigi rangkap.

3. Sambungan Gigi Dengan Pelebaran.

Baik batang

horisontal

(vertikal)

maupun diagonal pada titik buhul itu

diperlebar dengan menempatkan papan-papan pelebaran dikedua sisi batang asli. Hubungan antara batang asli yang horisontal (vertikal) dengan papan-papan sambungannya mudah diselesaikan. Untuk menempatkan pelebaran itu cukup digunakan beberapa baut lekat saja, sebab sambungan itu merupakan sambungan desak.

b/2

b/2

a

tv

tm

h

lm

Gambar 4.15. Sambungan gigi di perlebar menurut sudut luar

4. Sambungan Gigi di Pertinggi.

Dengan mempertinggi batang mendatar besarnya tv dapat diperbesar hingga memenuhi syarat-syarat perhitungan. Pekerjaan dan perhitungan menjadi lebih sederhana. Batang-batang mendatar dipertinggi sebesar tv menurut perhitungan, sehingga disini tidak diperlukan pembuatan gigi (Gambar 4.16).

Cukuplah sudah jika papan-papan tambahan itu dibuat bentuknya yang sesuai dengan giginya. Sebagai alat sambung dapat dipergunakan kokot, cincin belah, baut biasa, paku, dan sebagainya. Alat-alat sambung itu harus dapat mendukung gaya mendatar H seluruhnya. Kejelekan dari pada cara ini, adalah kayu muka akan menjadi terlalu besar, berhubung besarnya jarak minimum yang dituntut oleh letaknya alat-alat sambung.

b/2

b/2

tv

tm

a

lm

h

Gambar 4.16. Sambungan Gigi di Pertinggi.

4.4 Soal Latihan Bab IV

Pada sebuah titik buhul sebuah rangka batang, diketahui batang D1 berukuran 2/12 cm

dan batang horizontal berukuran 2 x 3/12 cm membentuk sudut 45 derajat dengan batang horizontal. Gaya tekan yang bekerja pada D1 sebesar S = 1150 kg dan

merupakan beban permanen pada konstruksi terlindung. Kayu yang dipakai dari jenis Meranti dengan berat jenis 0,5. Rencanakan sambungan dengan menggunakan paku.

Pada sebuah titik buhul konstruksi rangka untuk kuda-kuda, bertemu 4 batang, ukuran batang V (vertikal) 1 x 3/12 cm, batang D (diagonal) 1 x 3/12 cm, batang horisontal

(H1 dan H2) masing-masing 2 x 3/12. Batang D membentuk sudut 40 derajat terhadap batang H. Gaya yang bekerja V = 0,5 ton (tekan) dan H1 = 2,1 ton (tarik). Konstruksi terlindung dan beban permanen. Selesaikan sambungan pada titik buhul tersebut dengan sambungan paku, jika dipakai kayu jenis Albizia dengan Bj = 0,3.

3. Pada sebuah titik bertemu 4 buah batang kayu yakni H1, V, D dan H2. Batang V meneruskan gaya tarik 1,175 ton. Batang horisontal berukuran 1 x 8/14 cm dan batang vertikal 2 x 4/12 cm. Sambungan tidak boleh menonjol kebawah karena akan dipasang plafon. Konstruksi terlindung beban permanen. Rencanakan sambungan batang V dan

H dengan baut (batang D tidak dipersoalkan). Kayu yang dipakai kayu Meranti kelas kuat II.

Batang kayu Danar dengan ukuran 8/16 cm dan 10/16 cm harus dihubungkan sesamanya dengan baut. Gaya yang diteruskan adalah 1,5 ton yang disebabkan beban sementara. Konstruksi tak terlindung. Hitung jumlah baut dan gambar penempatannya dengan baik..

Suatu batang tarik dari kayu Suren dengan Bj = 0,5 yang digunakan untuk rangka atap dengan pembebanan permanen, berukuran 1 x 8/14 cm menahan gaya tarik sebesar 0,4 ton. Batang tersebut harus disambung sesamanya dengan baut. Rencanakan sambungan tersebut.

Sambungan antara kaki kuda-kuda dengan balok tarik yang terbuat dari kayu kelas kuat II (Bj = 0,60). Sudut sambungan 40 derajat, konstruksi terlindung dan beban permanen. Rancang sambungan dengan gigi dan lenkapi dengan gambar.

Ditentukan gaya batang diagonal 4200 kg, sudut a = 35 derajat, Konstruksi terlindung beban pernmanen, dengan s ds // = 85 kg/cm2, dan s ds^ = 25 kg/cm2. Ukuran batang keduanya adalah 16/16 cm. Diminta sambungan dengan gigi.

Suatu titik buhul kuda-kuda, dengan ukuran batang mendatar dan batang diagonal dengan ukuran 14/16 cm dengan Bj = 0,70 membentuk sudut 400. Gaya desak yang bekerja S = 8500 kg. Diminta dengan sambungan gigi (kalau perlu diperlebar).

Perbedaan Sistem Atap Konvensional Dengan Sistem Pryda :

Keterangan

Sistem Konvensional

Sistem Pryda

1.

Jarak Tiap Kuda-Kuda

3 M

1,2 M

2.

Ukuran Kayu

8/12 ; 8/15

4/7 ; 4/10 ; 4/12 ; 4/15

3.

Pemasangan Kayu

Dengan Gording &

Tanpa Gording & Kaso

Kaso

4.

Sistem Kayu

Kuda-Kuda, Gording,

Kuda-Kuda Langsung

Kaso Lalu Reng

Reng

5.

Sambungan Kayu

Di Cuak Disambung

Dipotong Lurus

Paku Dan Baut

Disambung Dengan Pelat

Pryda Baja

6.

Kubikasi Kayu

Lebih Banyak

Lebih Sedikit

7.

Proses Pembuatan

Lambat

Sangat Cepat

8.

Kualitas Kayu

Kurang Terjamin

Terjamin Karena Pasti

Karena Kadang Tidak

Diserut 4 Sisi

Diserut

9.

Sistem Anti Rayap

Dicat / Dikuas /

Direndam 24 Jam Dengan

Disemprot

Ccb (Chrom Copper

Borron)

10.

Garansi

Tidak Pasti

5 (Lima) Tahun Untuk

Struktur Dan Anti Rayap

11.

Perhitungan Struktur

Kebiasaan Tukang

Dihitung Dengan

Komputer

12.

Pengerjaan

Alat Manual

Mesin Berpresisi Tinggi