modul sosiologi

28
1 BAB I KONSEP SOSIOLOGI 1.1 Pengertian Sosiologi Seorang awam yang baru pertama kali mempelajari sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Selama hidupnya dia menjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Namun demikian, belum berarti bahwa dia adalah seorang ahlii sosiologi. Pasti dia belum mengetahui dengan sesungguhnya apakah ilmu sosiologi itu, dan oleh karena itu perlu dipahamkan lebih dahulu pengertian dasar tentang sosiologi tersebut. Terdapat beberapa definisi sosiologi, namun dalam pembahasan kali inii akan dikemukakan beberapa definisi sosiologi, yaitu: Emile Durkheim menyatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan cara bertindak, berfikir dan merasakan yang mengendalikan individu. Pitirim A. Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang: 1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial ( misalnya, antara gejala ekonomi dengan agama, gejala ekonomi dengan hukum, dan sebagainya) 2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (misalnya, gejala geografis, demografis, biologis dan sebagainya). 3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

Upload: puspitasarinurlia

Post on 23-Jan-2016

253 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

sosiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Sosiologi

1

BAB I

KONSEP SOSIOLOGI

1.1 Pengertian Sosiologi

Seorang awam yang baru pertama kali mempelajari

sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit

tentang sosiologi. Selama hidupnya dia menjadi anggota masyarakat

dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan

sosial atau hubungan antar manusia. Namun demikian, belum berarti

bahwa dia adalah seorang ahlii sosiologi. Pasti dia belum mengetahui

dengan sesungguhnya apakah ilmu sosiologi itu, dan oleh karena itu

perlu dipahamkan lebih dahulu pengertian dasar tentang sosiologi

tersebut.

Terdapat beberapa definisi sosiologi, namun dalam

pembahasan kali inii akan dikemukakan beberapa definisi sosiologi,

yaitu:

Emile Durkheim menyatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu

yang mempelajari fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan

cara bertindak, berfikir dan merasakan yang mengendalikan

individu.

Pitirim A. Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu

yang mempelajari tentang:

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam

gejala-gejala sosial ( misalnya, antara gejala ekonomi dengan

agama, gejala ekonomi dengan hukum, dan sebagainya)

2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial

dengan gejala non sosial (misalnya, gejala geografis,

demografis, biologis dan sebagainya).

3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

Page 2: Modul Sosiologi

2

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa

sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan

proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur

sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma

sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta

lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balim

antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh

timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan kehiduipan politik,

kehidupan hukum dengan kehidupan agama dan sebagainya.

Apabila sosiologi ditelaah dari sudut sifat hakikatnya, maka

akan dijumpai beberapa petunjuk yang akan membantu untuk

menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu. Sifat-

sifat hakikat yang dimaksud mencakup:

Sosiologi termasuk ilmu sosial;

Sosilogi bukan merupakan disiplin normatif akan tetapi

merupakan disiplin yang kategoris, artinya, sosiologi membatasi

diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa

yang seharusnya terjadi. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi

membatasi diri pada persoalan penilaian. Artinya sosiologi tidak

menetapkan kearah mana sesuatu seharusnya berkembang

dalam arti memberikan petunjuk-petunjuk yang menyangkut

kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama

tersebut;

Sosiologi merupakan ilmu murni (pure science) dan bukan

merupakan ilmu pengrtahuan terapan (applied science);

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak. Artinya bahwa

yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam

masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkrit;

Page 3: Modul Sosiologi

3

Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian-pengertian dan

pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang

menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar

manusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur

masyarakat manusia;

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan

rasional;

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum. Artinya,

sosiologi memepelajari gejala yang umum pada setiap interaksi

antar manusia.

1.2 Obyek Sosiologi

Sebagaimana halnya ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi

adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubugan antar manusia,

dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.

Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi

tentang masyarakat (society) seperti misalnya;

Mac iver dan Page yang mengatakan bahwa masyarakat ialah

sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan

kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari

pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.

Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat.

Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan selalu

brubah.

Ralph Linton. Masyarakat merupakan setiap kelompok menusia

yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga

mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka

sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang

dirumuskan jelas.

Page 4: Modul Sosiologi

4

Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-

orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

Meskipun pendefinisian tentang masyarakat cukup

beragam, namun pada dasarnya sama, yaitu mencakup beberapa

unsur:

Manusia yang hidup bersama. Di dalam lmu sosial tak ada ukuran

mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah

manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis angka

minimnya adalah dua orang yang hidup bersama;

Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari

manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati.

Oleh karena itu berkumpulnya manusia, akan timbul manusia-

manusia baru, timbullah sistem komunikasi dan timbullah

peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia

dalam kelompok;

Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan;

Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem

kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap

angota kelompok merasa dirinya terkait satu dengan lainnya.

Sedangkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang ciri-ciri

utama sebagai berikut:

sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan

tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal

sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif;

sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang selalu

berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.

Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang

tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan

hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori.

Page 5: Modul Sosiologi

5

sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori

sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada, dalam

arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori

lama.

bersifat non etis, yakni yang dipersoalkan bukanlah baik buruknya

fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan

fakta tersebut secara analitis.

1.3. Pembagian Sosiologi

Ahli sosiologi yang membuat pembagian sosiologi ke dalam

tiga jenjang adalah Genhard Lenski. Menurutnya terdapat tiga

jenjang analisis dalam sosiologi yaitu : sosiologi mikro, sosiologi

meso dan sosiologi makro. Jenjang sosiologi mikro melihat dampak

sistem sosial dan kelompok primer pada individu; para ahli sosiologi

meso tertarik pada institusi-institusi khas dalam masyarakat mereka;

sedangkan para ahli sosiologi makro mempelajari ciri-ciri masyarakat

secara menyeluruh serta sistem masyarakat dunia.

Sedangkan menurut Randall Collins, berdasarkan pada

dimensi ruang dan waktu, sosiologi dibagi menjadi sosiologi mikro

dan sosiologi makro. Sosiologi mikro melibatkan analisis terinci

mengenai apa yang dilakukan, dipikirkan manusia dalam jangka

waktu pendek (detik, menit, jam) dan pusat perhatiannya pada

individu dan kelompok kecil. Sosiologi makro membahas tentang

analisis proses-proses sosial berskala besar dan berjangka waktu

panjang. Pusat perhatiannya pada masyarakat lokal, regional dan

sebagainya.

Page 6: Modul Sosiologi

6

BAB II

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

2.1. Pendahuluan

Pembahasan mengenai proses sosial yang mencakup ruang

lingkup yang luas merupakan serangkaian studi sosiologi. Proses sosial

didefinisikan sebagai cara-cara hubungan yang dilihat apabila orang

perorang dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan

menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa

yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang

menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dengan

kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara

pelbagai segi kehidupan bersama seperti politik dengan ekonomi,

ekonomi dengan hukum.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh

karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-

aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan

individu, hubungan antara individu dengan kelompok manusia,

maupun antara kelompok dengan kelompok manusia. Interaksi sosial

adalalh kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi

sosial, tak akan ada kehidupan bersama.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada

pelbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan

simpati. Faktkor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara

terpisah maupun dalam keadaan tergabung.

Imitasi merujuk pada pengertian tentang aktivitas seseorang

untuk meniru perilaku orang lain. Faktor sugesti berlangsung apabila

seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal

Page 7: Modul Sosiologi

7

dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Faktor identifikasi

sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan-keinginan

dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain; sifatnya

lebih mendalam dari pada imitasi oleh karena kepribadian seseorang

dapat terbentuk atas dasar proses ini. Sedangkan proses simpati

sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa

tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang

peranan yang sangat penting. Walaupun dorongan utama pada

simpati adalah keinginan memahami pihak lain dan untuk bekerja

sama dengannya. Disinilah lerbedaan utamanya dengan identifikasi

yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang

dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati, karena

mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu yang patut dijadikan contoh.

Proses simpati akan dapat berkembang didalam suatu keadaan

dimana faktor saling mengerti terjamin.

Faktor-faktor tersebut diatas merupakan persyaratan minimal

yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial,

walaupun dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks

sehingga terkadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara

faktor-faktor tersebut. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa imitasi dan

sugesti terjadi lebih cepat, walau pengaruhnya kurang mendalam bila

dibandingkan dengan identifikasi dan simpati yang secara relatif agak

lebih lambat proses berlangusungnya.

2.2 Syarat-Syarat Terjadi Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak

memenuhi dua syarat, yaitu: adanya kontak sosial dan adanya

komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu

antara orang per-orang, antara individu dengan kelompok manusia

dan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

Page 8: Modul Sosiologi

8

lainnya. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Yang positif

mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif

mengarah suatu pertentangan.

Sedangkan komunikasi memungkinkan kerja sama, akan tetapi

tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu

pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah faham atau

karena masing-masing tidak mau mengalah.

2.3 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama

(cooperation), persaingan (competition), pertentangan dan

akomodasi. Meskipun demikian, kalau dikelompokkan berdasarkan

pokok-pokoknya saja. Proses-proses interaksi meliputi :

Proses-Proses Asosiatif

a. Kerja sama (Cooperation)

Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada

kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan demikian dimulai sejak

masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-

kelompok kekerabatan. Atas dasar itu anak tersebut akan

menggambarkan bermacam-macam pola kerjasama setelah ia

menjadi dewasa. Bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila

orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama

dan harus ada kesadaran tujuan tersebut dikemudian hari

mempunyai manfaat bagi semua.

Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan

terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lain (yang

merupakan out-group-nya). Menurut Charles H. Cooley, kerja

sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang

bersamaaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian

Page 9: Modul Sosiologi

9

terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan

tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang

sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting

dalam kerja sama yang berguna.

Dalam hubungannya dengan kebudayaan masyarakat

maka kebudayaan itulah yang mengarahkan dan mendorong

terjadinya kerjasama. Dalam teori-teori sosiologi akan dapat

dijumpai beberapa bentuk kerjasama (cooperation), yaitu:

kerjasama spontan (spontaneous cooperation), kerjasama

langsung (directed cooperation), kerjasama kontrak (contractual

cooperation), dan kerja sama tradisional (traditional

cooperation). Yang pertama adalah kerjasama yang serta merta

muncul tanpa ada perencanaan terlebuih dahulu, yang kedua

merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, yang ketiga

kerjasama atas dasar tertentu, dan yang keempat merupakan

bentuk kerjasama sebagai bagian dari sistem sosial.

Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, ada lima

bentuk kerjasama, yaitu:

Kerkunan yang mencakup gotong royong dan tolong

menolong;

Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai

pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua

organisasi atau lebih;

Ko-optasi (co-optation), yaitu suatu proses penerimaan

unsur-unsur baru dalam kepeminpinan atau pelaksanaan

politik dalam organisasi, sebagai salah satu cara untuk

menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas

organisasi yang bersangkutan;

Page 10: Modul Sosiologi

10

Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau

lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi

dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk

sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut

kemungkinannya mempunyai struktur yang berbeda;

Join-venture, yaitu kerja sama dalam pengerjaan proyek-

proyek tertentu.

b. Akomodasi (Accomodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu,

untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada

suatu proses. Menunjuk pada keadaan berarti adanya

keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau

kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-

norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam

masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada

usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan yaitu

usaha-usaha mencapai kestabilan. Tujuan akomodasi dapat

berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu: untuk

mengurangi pertentangan, mencegah timbulnya pertentangan

untuk sementara waktu, memungkinkan terjadinya kerja sama

dan mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial

yang terpisah. Adapun bentuk-bentuk akomodasi antara lain :

Coercion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya

dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Dalam hal ini ada

pihak yang berada pada posisi kuat dibandingkan dengan

pihak lawan.

Compromise adalah bentuk akomodasi dimana pihak-pihak

yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai

penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar

Page 11: Modul Sosiologi

11

untuk dapat melaksanakan kompromise adalah bahwa salah

satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami

keadaan pihak lain dan begitu pula sebaliknya.

Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai kompromi

apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup

mencapainya sendiri.

Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada mediasi

diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan

yang ada. Pihak ketiga tersebut bertugas untuk

menyelesaikan masalah secara damai.

Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan

keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi

tercapainya persetujuan bersama.

Toleransi, merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa

persetujuan yang bersifat formal. Kadang-kadang hal ini

muncul secara tidak sadar tanpa direncanakan, hal mana

disebabkan karena adanya watak orang perorang atau

kelompk-kelompok manusia untuk sedapat mungkin

menhindarkan diri dari suatu perselisihan.

Proses Disosiatif

Proses-proses disosiatif sering disebut dengan oppositional

processes, persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada

setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh

kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.

Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, proses-proses

yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :

a. Persaingan

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial,

dimana individu atau kelompok yang bersaing mencari

Page 12: Modul Sosiologi

12

keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu

saat tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara

mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan

ancaman atau kekerasan.

Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni brsifat

pribadi dan tidak pribadi. Yang bersifat pribadi misalnya adalah

memperoleh kedudukan dalam organisasi. Sedangkan yang

bersifat tidak pribadi, yang langsung bersaing adalah keliompok.

Persaingan misalnya dapat terjadi antara dua perusahaan besar

yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah

tertentu.

Tipe-tipe tersebut diatas menghasilkan beberapa bentuk

persaingan, yaitu antara laian:

Persainagan ekonomi. Persaingan di bidang ekonomi timbul

karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan

jumlah konsumen. Persaingan merupakan salah satu cara

untuk memilih produsen-produsen yang baik. Bagi

masyarakat secara keseluruhan hal demikian dianggap

menguntungkan, karena produsen yang terbaik akan

memenangkan persaingannya dengan cara memproduksi

barang dan jasa yang lebih baik dengan harga yang rendah.

Persaingan kebudayaan. Persaingan dalam bidang

kebudayaan terjadi ketika para pedagang barang dari Cina

berdagang di pelabuhan Indonesia. Persaingan dalam bidang

kebudayaan bisa menyangkut bidang pendidikan dan

sebagainya.

Persaingan kedudukan dan peranan. Dalam diri seseorang

maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keinginan

untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai

Page 13: Modul Sosiologi

13

kedudukan serta peranan yang terpandang. Keinginan

tersebut dapat terarah pada suatu persamaan derajat dengan

kedudukan serta peranan pihak lain, atau bahkan lebih tinggi

dari itu.

Persainga ras. Sebenarnya merupakan juga persaingan

dibidang kebudayaan. Perbedaan ras baik karena perbedaan

warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan

sebagainya hanya merupakan suatu perlambang kesadaran

dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan.

Dalam batas-batas tertentu persaingan dapat

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

Menyalurkan keiginan-keinginan individu atau kelompok yang

bersifat kompetitif;

Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai

yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan

dengan baik oleh mereka yang bersaing;

Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks

dan sosial. Persaingan berfungsi mendudukkan individu pada

kedudukan serta peranan yang sesuai dengan

kemampuannya.

Merupakan alat untuk menyaring calon pekerja agar

menghasilkan pembagian kerja yang efektif.

Akibat-akibat persaingan mungkin saja bersifat asosiatif

atau disosiatif. Hasil suatu persaingan terkait erat dengan

berbagai faktor, antara lain:

Kepribadian seseorang. Menurut Charles H.Cooley, bilamana

persaingan dilakukan secara jujur, maka ia akan

mengembangkan rasa sosial dalam diri seseorang.

Page 14: Modul Sosiologi

14

Kemajuan. Persaingan akan mendorong seseorang untuk

bekerja keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi

pembangunan masyarakat. Dengan menimbulkan kegairahan

tersebut, usaha-usaha per individu lazimnya akan mengalami

kemajuan-kemajuan.

Solidaritas kelompok. Selama persaingan dilakukan secara

jujur, solidaritas kelompok tak akan goyah. Persaingan yang

jujur akan menyebabkan individu akan saling menyesuaikan

diri dalam hubungan-hubungan sosialnya sehingga tercapai

keserasian.

Disorganisasi. Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam

masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur

sosial. Perubahan yang terlalu cepat bisa dipicu oleh adanya

persaingan dalam masyarakat tersebut.

b. Kontraversion

Kontraversion pada hakekatnya merupakan suatu

proses sosial yang berada antara persaingan dengan

pertentangan. Kontraversion terutama ditandai oleh gejala-gejala

adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang dan perasaan

tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan

terhadap kepribadian seseorang. Betuk kontravensi menurut

Leopold Von Wiese, dan Howard Becker, ada lima, yaitu:

Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,

keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,

protes dan mengacaukan rencana pihak lain.

Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain

dimuka umum, memfitnah, mencerca dan sebagainya.

Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-

desus, mengecewakan pihak lain dan seterusnya.

Page 15: Modul Sosiologi

15

Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau

membingungkan pihak lain umpamanya kampanye dalam

partai politik pada saat pemilu.

c. Pertentangan

Merupakan suatu proses sosial dimana individu atau

kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan

menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan/atau

kekerasan. Sebab musabab atau akar-akar dari pertentangan

antara lain: perbedaan antara individu-individu, perbedaan

kebudayaaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial.

Apakah pertentangan membawa akibat-akibat positif

atau negatif, tergantung dari persoalan yang dipertentangkan

dan juga struktur sosial dimana pertentangan yang menyangkut

suatu tujuan, nilai, atau kepentingan. Sepanjang pertentangan

tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam

struktur sosial tertentu, maka pertentangan-pertentangan

tersebut bersifat positif. Oleh karena hal itu mempunyai

kecenderungan untuk memungkinkan adanya penyesuian

kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial dalam

kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu

maupun bagian-bagian kelompok. Salah satu faktor yang dapat

membatasi akibat negatif dari pertentangan adalah sikap

toleransi yang sudah institutionalized (tercernakan).

Pertentangan mempunyai beberapa bentuik khusus:

Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi dua orang sejak

mulai berkenalan sudah saling tidak menyuikai. Apabila

kondisi awal yang buruk ini dikembangkan maka timbul rasa

saling membenci. Masing-masing pihak berupaya

memusnahkan pihak lawannya.

Page 16: Modul Sosiologi

16

Pertentangan rasial. Biasanya disebabkan oleh perbedaan ciri-

ciri badaniah seperti warna kulit.

Pertentangan antar kelas-kelas sosial. Pada umunya

disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan

kepentingan antara majikan dengan buruh.

Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut

baik antara golongan-golongan dalam suatau masyarakat,

maupun antara negara-negara yang berdaulat.

Akibat-akibat yang ditimbulkan dari pertentangan:

Meningkatnya solidaritas in group. Apabila suatu kelompok

bertentangan dengan kelompok lain maka solidaritas antara

warga-waga kelompok biasanya akan bertambah erat.

Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompok.

Melemahnya solidaritas internal kelompok. Bilamana

pertentangan terjadi antara individu-individu dalam kelompok

tersebut, maka solidaritas internalnya akan melemah.

Perubahan kepribadian individu. Pada diri individu yang tidak

terbiasa menghadapi pertentangan kondisi pertantangan

akan menyebabkan merasa tertekan secara psikologis.

Page 17: Modul Sosiologi

17

BAB III

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN

MASYARAKAT

3.1. Pendahuluan

Pada dasarnya manusia tidak bisa melakukan aktivitas untuk

memenuhi kehidupannya secara mandiri tanpa melakukan interaksi

dengan manusia lainnya. Kondisi inilah kemudian yang menimbulkan

kelompok-kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial tersebut

merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup

bersama. Ada beberapa persyaratan tertentu untuk disebut sebagai

kelompok sosial, yaitu :

Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan

sebagian dari kelompok yang bersangkutan;

Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan

anggota yang lain;

Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara

mereka bertambah erat;

Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

Bersistem dan berposes.

3.2. Tipe-Tipe Kelompok Sosial

1. Solidaritas Mekanis dan Solidaritas Organisasi

Menurut Durkheim, kelompok yang didasarkan pada

solidaritas mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang

masih sederhana. Dalam masyarakat demikian kelompok-kelompok

manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan

yang lain. Masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhan

mereka masing-masing dan pada anggotanya belum ada

Page 18: Modul Sosiologi

18

pembagian kerja serta yang diutamakan adalah persamaan perilaku

dan sikap.

Solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang

mengikat masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja yang

rinci dan dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian.

Ikatan utama yang mempersatukan masyarakat adalah

kesepakatan-kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok

profesi.

2. In-group dan Out-group

Menurut Summer, pada in-group biasanya terbentuk atas

dasar faktor simpati dan selalu mempunyai peranan dekat dengan

anggota. Sedangkan pada out-group, selalu ditandai dengan suatu

kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati.

3. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok-

kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-

anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi.

Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi

tadi adalah peleburan individu-individu kedalam kelompok-

kelompok, sehingga tujuan individu menjadi juga tujuan kelompok.

Syarat-syarat kelompok primer adalah sebagi berikut :

Secara fisik anggota-anggota kelompok berdekatan;

Merupakan kelompok kecil;

Adanya kelanggengan hubungan.

Sedangkan sifat hubungannya adalah pribadi dalam arti

bahwa hubungan tersebut melekat berpusat pada kepribadian

seseorang dan tak dapat diganti oleh orang lain. Disamping itu juga

bersifat inklusif; artinya apabila seseorang mengadakan hubungan

primer dengan orang lain, maka maksudnya adalah orang tersebut

Page 19: Modul Sosiologi

19

dengan segala sesuatu yang menyangkut dia, misalnya

perasaannya, kepribadiaannya, temperamennya dan lain-lain.

Adapun kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok

besar yang terdiri dari banyak orang, tidak perlu kenal mengenal

secara pribadi dan sifat hubungannya tidak begitu langgeng.

4. Gemeinschaft (Paguyuban) dan Gesellschaft (Patembayan)

Paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama dimana

anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan

bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut

adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah

dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan

organis.

Sebaliknya, patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat

pokok untuk jangka waktu pendek, bersifat sebagai suatu bentuk

yang eksis dalam alam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya

bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan mesin.

Menurut Ferdinand Tonnies, gemeinschaft (peguyuban)

mempunyai bebera ciri pokok, yaitu :

Intimate, hubungan menyeluruh yang mesra;

Private, hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk

beberapa orang sakja;

Eksklusive, hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan

tidak untuk orang-oran lain di luar kita.

Labih lanjut Tonies mengungkapkan bahwa di dalam setiap

masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu diantara tiga tipe

paguyuban, yakni:

Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by Blood).

Paguyuban yang merupakan ikatan berdasarkan pada ikatan

darah atau keturunan, contoh keluarga.

Page 20: Modul Sosiologi

20

Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft of Place). Paguyuban

yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal,

sehingga dapat saling tolong-menolong, contoh RT, RW dan

lain-lain.

Paguyuban karena jiwa-pikiran (Gemeinschaft of mind).

Paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak

mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak

berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran

yang sama, ideologi yang sama.

Sedangkan geselllschaft (patembayan) terdapat public life

yang artinya bahwa:

Hubungannya bersifat untuk semua orang; batas-batas antara

kami dengan bukan kami kabur. Pertentangan-pertentangan

yang terkaiti antara anggota dapat dibatasi pada bidang-bidang

tertentu, sehingga suatu persoalan bisa dilokalisir.

Mengacu pada hubungan persahabatan yang disebabkan karena

adanya persamaan keahlian, pekerjaan atau pandangan yang

mendorong orang untuk berhubungan secara teratur. Adapun

gesellschaft dilukiskan sebagai kehidupan publik, sebagai orang-

orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap

mandiri, bersifat sementara dan semu.

5. Membership Group dan Reference Group

Menurut Robert K. Merton membership group merupakan

kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota

kelompok tersebut. Sedangkan reference group adalah kelompok

sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok

tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.

3.3. Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur.

Page 21: Modul Sosiologi

21

Pada dasarnya kelompok-kelompok sosial yang tidak

teratur dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu:

kerumunan dan publik. Kerumunan. Ukuran utama adanya

kerumunan adalah kehadliran orang-orag secara fisik. Sedikit

banyaknya batasan kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat

dan selama telinga dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut

segera mati, setelah orang-oranmg bubar dan karena itu kerumunan

merupakan kelompok sosial yang bersifat sementara.

Kerumunan jelas tidak terorganisir. Ia dapat mempunyai

pimpinan akan tetapi tidak mempunyai sistem pembagian kerja

maupun sistem pelapisan sosial. Artinya interaksi di dalamnya

bersifat spontan dan tidak terduga, serta orang-orang yang hadlir

dan berkumpul mempunyai kedudukan yang sama Identitas sosial

seseorang biasanya tenggelam apabila orang yang bersangkutan ikut

serta dalam suatau kerumunan.

Publik. Publik lebih merupakan kelompok yang tidak

merupakan kesatuan. Intearksi terjadi secara tidak langsung melalui

alat-alat komunikasi. Adanya alat penghubung semacam itu lebih

memungkinkan publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas

dan lebih besar. Akan tetapi karena jumlahnya yang sangat besar,

maka tidak ada pusat perhatian yang tajam dan karena itu kesatuan

juga tidak ada.

MASYARAKAT PEDESAAN (RURAL COMMUNITY) DAN

MASYARAKAT PERKOTAAN (URBAN COMMUNITY).

Dalam masyarakat modern sering dibedakan antara

masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan

antara keduanya pada hakikatnya bersifat gradual. Agak sulit untuk

memberikan batasan apa yang dimaksudkan dengan perkotaan, oleh

Page 22: Modul Sosiologi

22

karena adanya hubungan antara konsentrasi penduduk dengan gejala-

gejala sosial yang dinamakan urbanisme.

Warga masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang

lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan

warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya

berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakar

pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat

adanya pekerjaan tukang kayu, tukang genteng dan bata, namun inti

pekerjaan mereka adalah pertanian. Meskipun hidup di pertanian,

tidak semuanya memiliki tanah sendiri. Di Jawa misalnya, dikenal

adanya empat macam sistem pemilikan tanah, yaitu:

Sistem milik umum atau milik komunal dengan pemakaian beralih-

alih;

Sistem milik komunal dengan pemakaian bergiliran;

Sistem komunal dengan pemakaian tetap;

Sistem milik individu.

Sedangkan di luar Jawa, misalnya di Sumatra, di samping pertanian

penduduk pedesaan juga berkebun, misalnya kebun karet, lada,

kelapa sawit dan sebagainya.

Secara umum penduduk pedesaan di Indonesia memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

Kehidupannya sangat tergantung dan terikat dengan tanah (earth-

bound)

Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien, karena belum

dikenalnya mekanisasi dalam pertanian,

Golongan orang-orang tua memegang peranan penting,

Hubungan antara penguasa dengan rakyat berlangsung secara

tidak resmi

Page 23: Modul Sosiologi

23

Sedangkan masyarakat perkotaan adalah masyarakat kota

yang tidak tentu jumlah penduduknya. Ada beberapa ciri menonjol

pada masyarakat kota, yaitu:

Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan

kehidupan keagaam di pedesaan;

Cenderung individualistis;

Pembagian kerja juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata;

Jalan pikirannya lebih rasional;

Penghargaan terhadap waktu lebih menonjol;

Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota.

Page 24: Modul Sosiologi

24

BAB IV

INSTITUSI DAN PENGENDALIAN SOSIAL

4.1 Pendahuluan

Institusi sosial atau pranata sosial menunjuk pada adanya

unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Menurut

Koentjaraningrat, pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan

dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk

memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan

masyarakat.

Institusi sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa

fungsi, yaitu:

Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana

mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi

masalah, utamanya menyangkut kebutuhan-kebutuhan;

Menjaga keutuhan masyarakat;

Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan

sistem pengendalian sosial. Artinya sistem pengawasan

masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Fungsi-fungdi di atas menyatakan bahwa apabila seseorang hendak

mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu maka harus pula

memperhatikan secara teliti lembaga-lembaga kemasyarakatan di

masyarakat yang bersangkutan.

Proses Pertumbuhan Institusi Sosial

1. Norma-norma masyarakat

Supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat

berjalan sebagaimana diharapkan, maka dirumuskanlah norma-

norma masyarakat. Mula-mula norma terbentuk secara tidak

Page 25: Modul Sosiologi

25

sengaja. Namun lama kelamaan norma-norma tersebut dibuat

secara sadar.

Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat morma-norma

tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat macam

pengertian,yaitu:

Cara (usage) menunjukan pada suatu bentuk perbuatan. Norma

ini mempunyai kekuatan yang sangat lemah. Cara (usage) lebih

menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat.

Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan

hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari

individu yang dihubunginya.

Kebiasaan (folkways), mempunyai kekuatan mengikat yang

lebih kuat dibandingkan dengan cara. Kebiasaan diartikan

sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang

sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai

perbuatan tersebut. Menurut Mac Iver dan Page, kebiasaan

merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat.

Tata kelakuan (mores), mencerminkan sifat-sifat yang hidup

dari kelompok menusia yang dilakukan sebagai alat pengawas,

secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap

anggota masyarakat yang lain. Tata kelakuan di satu pihak

memaksakan suatu perbuatan dan dilain pihak melarangnya,

sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota

masyarakat menyesuaikan perbuatan dengan tata kelakuan

tersebut.

Adat istiadat (custom), merupakan tata kelakuan yang kekal

serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.

Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan

Page 26: Modul Sosiologi

26

menderita sanksi yang keras yang terkadang pemberlakuannya

secara tidak langsung.

Agar norma-norma yang ada di masyarakat bisa diterima dan

dijadikan pegangan bagi masyarakat dalam menciptakan tertib

sosial, maka perlu adanya pelembagaan norma yang ada. Suatu

norma dikatakan telah melembaga (institutionalized), apablia norma

tersebut: diketahui; dipahami, atau dimengerti; ditaati; dan dihargai

Sistem Pengendalian Sosial

Pengertian engendalian sosial menurut Barger adalah

berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan

anggotanya yang membangkang. Sedangkan menurut Joseph S.

Roucek, pengendalian sosial adalah segala proses baik yang

direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau

bahkan memaksa warga masyarakat untuk mematuhi kaidah-kaidah

dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Jadi pengendalian sosial bisa

dilakukan oleh individu terhadap individu, atau individu terhadap

kelompok, suatau kelompok terhadap kelompok lainnya.

Tujuan pengendalian sosial adalah untuk mencapai

keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam

masyarakat.

Cara Pengendalian Sosial

Persuasif. Cara ini biasanya dilakukan melalui jalan damai dengan

meyakinkan masyarakat tentang perlunya mentaati suatu norma,

kaidah dan nilai sosial, biasanya dilakukan dalam ruang lingkup

terbatas.

Paksaan. Lebih sering diperlukan pada masyarakat yang berubah,

karena di dalam keadaan seperti itu, pengendalian sosial juga

berfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah baru yang

menggantikan kaidah-kaidah lama yang telah goyah. Cara ini

Page 27: Modul Sosiologi

27

biasanya dipilih sebagai alternatif-alternatif terakhir ketika berbagai

cara sudah tidak efektif lagi.

Sifat Pengendalian Sosial

Preventif. Merupakan usaha pencegahan terhadap terjadinya

gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan

keadilan. Contoh: Pendidikan formal dan informal.

Represif. Bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah

mengalami gangguan. Contoh: Penjatuhan sanksi pada pelanggar

hukum.

Gabungan keduanya

Pola Pengendalian Sosial

Individu terhadap individu

Individu terhadap kelompok sosial atau sebaliknya.

Kelompok sosial terhadap kelompok sosial.

Wujud Pengendalian Sosial

Pemidanaan. Standard pemidanaan merupakan suatu larangan

yang apabila dilanggar akan mengakibatkan penderitaan bagi

pelanggarnya.

Kompensasi. Patokannya adalah kewajiban dimana inisiatif untuk

memprosesnya berada pada pihak yang dirugikan.

Page 28: Modul Sosiologi

28