modul praktikum analing1
TRANSCRIPT
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH K006 ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN
SEMESTER GANJIL / 2011-2012
Disusun oleh Ni Made Utami Dwipayanti
BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DAFTAR ISI
I. Komposting .................................................................................................................... 1 II. Analisa Mikroorganisme ................................................................................................ 3 III. Pemeriksaan pH.............................................................................................................. 4 IV. Kekeruhan ...................................................................................................................... 5 V. Suhu ................................................................................................................................ 5 VI. Warna ............................................................................................................................. 5 VII. Alkalinitas ...................................................................................................................... 5 VIII. Kesadahan ...................................................................................................................... 6 IX. Ferro (Besi) .................................................................................................................... 7 X. Percobaan koagulasi ....................................................................................................... 7 XI. Ammonium .................................................................................................................... 8 XII. Nitrit ............................................................................................................................. 10 XIII. Analisa TS, TSS dan TDS ............................................................................................ 11 XIV. Pemeriksaan DO (dissolved oxygen) ........................................................................... 13 XV. Pemeriksaan BOD ........................................................................................................ 15 XVI. Pemerikasaan COD ...................................................................................................... 18 XVII. High Volume Sampling ................................................................................................ 20 XVIII. Gas Ammonia (NH3) ................................................................................................... 23 XIX. Pengukuran Intensitas Suara ........................................................................................ 27 XX. Pengukuran Intensitas Cahaya ..................................................................................... 29 Lampiran FORMAT JURNAL PRAKTIKUM ......................................................................................... 33 SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM .......................................................................... 34
1
I. Komposting
Metode
Takakura Method
Prinsip
Kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai
aktivator. Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Suhu ideal
selama proses pengomposan adalah 40 derajat-50 derajat C. Tumpukan lahan yang terlalu
rendah akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup
material untuk menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan
berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan
bahan organic yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan
tidak ada udara di dalam timbunan. Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan,
maka pH timbunan harus diusahakan tidak terlalu rendah. Bahan mentah yang baik untuk
penguraian atau perombakan berkadar air 50 – 70 %. Kelembaban timbunan secara
menyeluruh diusahakan sekitar 40 – 60 %.
Alat dan Bahan:
Alat
keranjang sampah
golok/pisau/alat pemotong lain
sekop/cetok
sarung tangan
jaring
karung beras
karung goni
pipa PVC
Bahan
sampah rumah tangga sebanyak 1 kg (sudah tercacah)
sekam padi sebanyak 2 kg
kompos jadi sebanyak ¼ Kg
serutan kayu/sapuan halaman sebanyak 2 kg
2
air secukupnya
gula merah yang dicairkan sebanyak 300 ml.
Cara Kerja
1. komposting
Siapkan dan pilihlah keranjang yang berlubang, dan lapisi dengan karung beras.
Fungsi karung beras adalah: (a) membatasi gangguan serangga, (b) mengatur
kelembaban, dan (c) berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang
udara & air.
sampah rumah tangga dipilah terlebih dahulu
cacah sampah hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm
tambahkan serutan kayu dan kompos jadi hingga tercampur merata
masukkan bantalan sekam padi yang telah dibungkus dengan jaring-jaring ke
dalam keranjang sampah yang telah disiapkan sebagai alas dasar. Fungsi bantal
sekam adalah: (a) sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat
pembusukan sampah organik, (b) karena berrongga besar, maka bantal sekam
dapat segera menyerap air dan bau sampah, dan (c) sifat sekam yang kering akan
memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang akan menjadi kompos.
campurkan media kompos jadi ke dalam campuran sampah yang berfungsi
sebagai aktivator/ragi bagi sampah baru
tambahkan gula merah sebagai nutrisi bagi mikroorganisme pengompos.
masukkan campuran sampah lalu diperciki air hingga dapat dipastikan cukup
lembab. Pengukuran kelembaban kompos dilakukan dengan menggenggam
kompos. Jika keluar air dari sela-sela jari maka menandakan bahwa kompos
tersebut kelebihan air dan perlu adanya penambahan bahan kompos. Jika pada saat
digenggam bahan kompos tersebut remah maka kadar air telah mencukupi.
tekan perlahan, jangan terlalu padat
tutup dengan bantalan sekam padi dan karung goni hingga rapat agar bau tidak
terlalu menyengat dan masuk hewan/serangga yang dapat menggangu proses
pengomposan atau lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah
metamorfosis (perubahan) dari belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat
keluar dan mati di dalam keranjang. Pilih kain penutup yang serat atau berpori
besar.
3
Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator
(kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk
kompos akan matang kurang lebih setelah 30 hari pengomposan
selama proses pengomposan, dilakukan pemantauan suhu setiap 7 hari sekali, dan
lakukan pembalikan rutin setiap 3 hari sekali dengan cara mengaduk kompos.
Setelah 30 pengomposan, uji kematangan kompos tersebut dengan menanam biji
tanaman. Jika biji tersebut tumbuh, maka kompos yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai pupuk.
II. Analisa Mikroorganisme
Metode
Most Probable Number (MPN)
Prinsip
Mikroorganisme di dalam sample air ditumbuhkan dalam media Lactose Broth (LB) dan
Brilliant Green Lactose Bill Broth dengan konsentrasi berbeda. Pertumbuhan
mikroorganisme dilihat dari gas yang tertangkap pada tabung Durham. Konsentrasi
mikroorganisme kemudian diperkirakan dengan table MPN.
Alat dan Bahan
a. 19 buah tabung reaksi
b. 19 buah tabung Durham
c. Inkubator
d. Pipet
e. Jarum Ose
f. Lampu Spritus
g. Sample air
h. Lactosa Broth (LB)
i. Brilliant Green Lactosse Bill Broth (BGLB)
j. Kapas
Prosedur
Presumptive Test
1. Masukkan LB double (26 gr LB yang dilarutkan dalam 1 ltr aquadest) ke dalam
tabung no 1 – 5. Masukkan LB single (13 gr LB yang dilarutkan dalam 1 ltr
aquadest) ke dalam tabung no 6 dan 7. Masing-masing sebanyak 10 ml dan tutup
dengan kapas.
2. Masukkan tabung Durham dalam posisi terbalik ke dalam setiap tabung berisi LB.
4
3. Panaskan pipet dengan lampu spritus kemudian ambil 10 ml sample air ,
masukkan ke dalam tabung no 1. Pastikan selalu bekerja dekat dengan lampu
spritus untuk mencegah kontaminasi. Lakukan hal yang sama sampai tabung no 5.
4. Masukkan 1 ml sample air ke dalam tabung no 6 dan 0,1 ml sample air ke dalam
tabung no 7.
5. Inkubasi semua tabung yang bersisi sample pada suhu 37 selama 2 x 24 jam
6. Hasil positif ditunjukkan dengan tertagkapnya gas dalam tabung Durham
7. Konsentrasi bakteri coliform kemudian ditentukan dengan mencocokkan pada
table MPN
Confirmative Test
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi berisi BGLB dan tabung Durham untuk setiap
tabung dari presumptive test yang positif. Masing-masing diberi label 44C dan
37C.
2. Panaskan jarum ose dengan lampu spritus, kemudian pindahkan koloni dari satu
tabung positif ke dalam 2 buah tabung berisi BGLB. Kocok agar homogen.
Lakukan selanjutnya untuk tabung positif lainnya.
3. Inkubasi sesuai dengan suhu pada label selama 2 x 24 jam.
4. Hasil positif pada tabung yang dikinkubasi pada 37C menunjukkan adanya
coliform, sedangkan hasil positif pada inkubasi 44C menunjukkan adanya fecal
coli.
III. Pemeriksaan pH
Alat
pH Meter
Prosedur
Celupkan elektroda pH meter dalam aquadest sebelum melakukan pengukuran dengan
tujuan untuk mengkalibrasi alat. Sesuaikan jarum penunjuk agar menunjukkan nilai pH 7.
Celupkan elektroda pada sample air, baca nilai pH yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk.
5
IV. Kekeruhan
Prosedur
Homogenkan sampel air, masukkan sampel air ke dalam wadah sampel pada alat, tutup
dengan penutupnya, pasangkan pada alat. Baca hasil pengukuran pada monitor.
V. Suhu
Alat
Thermometer air raksa
Prinsip
Air raksa didalam termometer akan memuai akibat temperatur sekelilingnya. Besar
pemuaian akan menunjukkan temperatur lingkungan sekelilinnya.
Prosedur
Celupkan ujung termometer ke dalam sampel air, biarkan sampai pemuaian air raksa
berhenti pada titik suhu tertentu tang merupakan suhu terukur
VI. Warna
Warna Sejati: ukur warna sampel air yang telah dipisahkan dari zat tersuspensi dengan
membandingkan dengan standar warna Pt-Co (Kalium heksakloro Platina (IV) dengan
Kobalt Klorida) = warna coklat kekuning-kuningan
Warna Semu: ukur warna sampel air setelah dikocok
VII. Alkalinitas
Metode
Titrasi Asam dengan indikator Phenophtalein dan Bromophenol biru
Prinsip
Ion hidrokside dikonversi menjadi air sedangkan ion carbonat dikonversi menjadi
bikarbonat dalam suasana asam dengan panambahan larutan HCl. Pada pH lebih rendah
(4,5) ion bikarbonat akan dikonvesi menjadi H2CO3. Total kontribusi ion hidrokside
6
merupakan alkalinitas phenophthalein sedangkan kontribusi bersama ion karbonat dan
bikarbonat plus hidrokside disebut alkalinitas total
Prosedur
5 ml sampel + 1 tetes indikator phenophtalein, kocok, jika tidak berwarna, alkalinitas
phenophtalein = 0, jika berwarna merah muda, titrasi dengan larutan asam hingga warna
hilang, catat volume titrasi sebagai alkalinitas phenophtalein ( dikali 300 = mg/lt CaCO3)
5 ml sampel + 1 tetes indikator bromophenol blue, kocok, jika larutan berwarna kuning,
berarti sampel bersifat asiditas. Jika berwarna biru, titrasi dengan larutan asam hingga
berwarna kuning, catat volume titrasi dan kalikan dengan 300 = mg/lt CaCO3 sebagai
alkalinitas total.
Jika hasil kecil dari 100 mg/lt, ulangi untuk volume sampel 15 ml, volume titrasi
kemudian dikalikan dengan 100.
Manfaat
Alkalinitas menunjukkan kemampuan air untuk menetralkan asam. Pengukuran ini
berguna untuk menentukan tingkat korosifitas air akibat keberadaan Hidrokside, ion
karbonat dan bikarbonat, atau phosphate, silikat, borate, fluoride, dan garam asam organik
VIII. Kesadahan
Metode
Titrasi EDTA (Ethylene-diamine-tetraacetic acid)
Prinsip
Sampel dikondisikan pada pH 10 dengan penambahan larutan bufer, Senyawa komplek
yang terbentuk oleh indikator Calmagite dan ion Mn dan Ca akan berwarna merah violet.
Dengan titrasi EDTA, kelebihan EDTA akan menggantikan warna senyawa komplek
menjadi biru.
Prosedur
5 ml sampel + 5 tetes buffer, kocok, + 1 tetes indikator calmagite, kocok, larutan akan
berwarna merah violet. Titrasi dengan EDTA. Ketika larutan menjadi ungu, kocok 15
7
detik untuk setiap tetesan EDTA hingga larutan berubah menjadi biru. Volume titrasi
dikali 300 = mg/lt CaCO3)
Jika hasil lebih kecil dari 30 mg/lt, ulangi pengukuran sampel dengan volume 50 ml,
volume titrasi kemudian dikalikan 30
Manfaat
Adalah kemampuan air untuk menghambat kerja sabun.
Penurunan kesadahan akan sangat berguna untuk mencegah terbentuknya kerak pada
perpipaan.
IX. Ferro (Besi)
Metode
Colorimetri - visual
Prinsip
Ion besi di dalam sampel direduksi oleh sodium sulfite menjadi ion ferrous. Senyawa
komplek Phenanthroline dengan ion ferrous akan membentuk warna oranye kecoklatan.
Prosedur
5 ml sampel air ditambahkan dengan peraksi HI 3834-0, kocok dan biarkan selama 4
menit, pindahkan ke dalam komparator, bandingkan warna dengan warna pada
komparator, dan baca konsentrasi besi pada komparator.
X. Percobaan koagulasi
Metode
Jar Test
Prinsip
Pada permukaan koloid bermuatan listrik sehingga koloid dalam keadaan stabil, senyawa
koagulan seperti tawas alumunium berkemampuan menstabilisasi koloid sehingga koloid
dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan ukuran lebih besar.
Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2SO4
8
Prosedur
Siapkan 6 buah labu berisi 1 liter sampel air. Tambahkan larutan tawas dengan
konsentrasi berlainan
Aduk dengan 100 rpm selama 1 menit dan 60 rpm selama 10 menit. Biarkan flok
mengendap, amate pembentukan flok, volume flok yang terbentuk dan kualitas air
lainnya untuk menentukan dosis terbaik
Catatan
Banyak jenis koagulan yang dapat digunakan untuk pengolahan air seperti senyawa
aluminium (Al2(SO4)3), senyawa besi (FeCl3, FeSO4), PAC (Poli Aluminium Chloride),
TOPAC, dll
XI. Ammonium
Metode
Nessler - spektrofotometri
Prinsip
NH4+ dalam suasana basa dengan pereaksi Nessler membentuk senyawa kompleks yang
berwarna kuning sampai coklat. Intensitas warna yang terjadi diukur ab
Sorbannya pada panjang gelombag 420 nm.
Pereaksi
1. Pereaksi Nessler
100 gr Merkuri Iodida (HgI2) dan 70 gr Kalium Iodida (KI) dilarutkan dalam
aquadest bebas ammonium. 160 gr larutan NaOH ditambahkan secara hati-hati
(setiap 150 ml). Kemudian diencerkan dengan aquadest sampai volumenya 1 lt.
Biarkan dalam tabung kerucut selama 1 malam, kemudian supernatanya
dimasukkan dalam botol cokelat.
2. Pereaksi Garam Seignette
50 gr Kalium Tartrat tetraidrat (K.Na C4H4O6.4H20) dilarutkan dalam 100 ml
aquadest bebas NH4+.
3. Larutan stok standar NH4+ (1000 ppm)
9
Ditimbang dengan teliti 0,2472 gr NH4Cl yang telah dipanaskan pada suhu 105ºC
selama 1 jam, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest bebas NH4+ (dalam
labu ukur)
4. Larutan standar NH4+ (100 ppm)
10 ml larutan stok standar NH4+ diencerkan dengan aquadest bebas ammonium
sampai volumenya tepat 100 ml.
Prosedur
25 ml contoh air yang jernih (bila keruh harus disaring) ditambahkan 1-2 tetes
pereaksi garam seignette. Kemudian tambhakan 0,5 ml pereaksi Nessler, lalu kocok
dan bairkan selama 10 menit. Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat larutan standar NH4+
dengan konsentrasi 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 ppm
dengan cara mengencerkan larutan standar NH4+ 100 ppm
Lakukan prosedur yang sama seperti terhadap contoh air pada 25 ml tiap larutan
standar
Buat kurva kalibrasi antara absorban vs konsentrasi (ppm). Tentukan slope (ppm/unit
absorban)
Perhitungan
Konsentrasi NH4+ = A x S = ..................ppm
A : absorban sampel
S : kemiringan kurva kalibrasi (ppm NH4+/unit absorban)
Catatan
Contoh air yang akan diperiksa golongan Nitrogen harus secepat mungkin dianalisa,
karena akan terjadi penguraian secara biologis, seperti terjadinya proses nitrifikasi
atau denitrifikasi. Jika tidak memungkinkan dianalisa dengan segera, dapat diawetkan
dengan penambahan H2SO4 sampai pH<2 dan paling lama 28 hari.
Golongan Nitrogen terdiri dariN-organik, NH3 (Ammonia, NH4+ (ammonium), NO2
-
(Nitrit) dan NO3- (nitrat). Pengertian N-Kjedahl terdiri dari N-organik, amonia dan
amonium.
10
Selain metode Nessler, metode analisa lain yang dapat digunakan untuk analisa
amonia dan ammonium adalah metode destilasi yang dilanjutkan dengan titrasi asam
basa, metode colorimetri dengan reaksi phenate dan metode elektroda selektif.
XII. Nitrit
Metode
Reaksi Diazotasi - Spektrofotometre
Prinsip
Nitrit dengan asam sulfanilat dan N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride dalam
suasana asam (pH 2 s.d 2,5) membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu.
Pereaksi
1. Larutan Asam Sulfanilat
0,6 gr asam sulfanilat dilarutkan dalam sedikit air, kemudian ditambahkan 20 ml
HCl pekat. Lalu encerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml.
2. Larutan N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride C4H4O6.4H20
0,5 gr N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride C4H4O6.4H20 dilarutkan
dalam 50 ml aquadest.
3. Larutan stok standar nitrit (1000 ppm)
0,15 gr NaNO2 ditimbang dengan teliti, lalu encerkan dengan aquadest sampai
volumenya 1 lt (dalam labu ukur). Larutan stok standar ini harus distandarisasi
secara iodometri untuk mengetahui konsentrasi yang tepat.
4. Larutan standar nitrit (100 ppm)
10 ml larutan stok standar nitrit 1000 ppm diencerkan dengan aquadest sampai
dengan volumenya 1000 ml dalam labu ukur.
Prosedur
25 ml contoh air yang jernih (bila keruh harus disaring) ditambahkan 1 ml asam
sulfanilat dan 1 ml larutan N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride. Lalu
kocok biarkan selama 15 menit. Warna ungu yang terbentuk diukur intensitasnya
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
11
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat larutan standar nitrit dengan konsentrasi 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 5,0; 7,0 dan 10,0
ppm dengan cara mengencerkan larutan standar nitrit 100 ppm
Lakukan prosedur yang sama seperti terhadap contoh air pada 25 ml tiap larutan
standar
Buat kurva kalibrasi antara absorban vs konsentrasi (ppm). Tentukan slope (ppm/unit
absorban)
Perhitungan
Konsentrasi nitrit = A x S = ..................ppm NO2
A : absorban sampel
S : kemiringan kurva kalibrasi (ppm Nitrit/unit absorban)
Catatan
Satuan yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi golongan Nitrogen salah mg/l
senyawa nitrogen itu sendiri atau mg/lt N. Contoh konsentrasi ammonium 1 mg/lt
NH4+ dikonversikan menjadi satuan mg/lt N.
NltmgltmgNHltmgNHBM
NBM_/7778,0/1
18
14_/
_
_4
4
Senyawa yang dapat mengganggu analisa nitrit dengan metode ini adalah klor bebas
dan nitrogen triklorida (NCl3), juga logam berat seperti Besi(III), Timbal(II),
Merkuri(II), dan Perak(I)
Contoh air untuk analisa nitrit harus secepat mungkin dianalisa, dapat diawetkan
dengan cara pendinginan das waktu 28 jam.
XIII. Analisa TS, TSS dan TDS
Prinsip
Pengukuran zat padat tersuspensi di dalam air dilakukan dengan prinsip gravimetric
Solid yang akan dianalisa adalah:
1. Total Solid (TS)
12
2. Total Suspended Solid (TSS)
3. Total Dissolved Solid (TDS)
Alat dan Bahan
1. Cawan penguap 1
2. Cawan penguap 2
3. Cawan pijar
4. Kertas saring
5. Oven
6. Water bath
7. Desikator
8. Sampel air
Prosedur
Persiapan
Cawan yang telah dibersihkan dipanaskan pada 600C selama 1 am kemudian
dimasukkan dalam desikator lalu ditimbang sampai konstan. Kertas saring bebas abu
dibasahi dengan aquadest kemudian dipanaskan 105C selama 1 jam, kemudian
dimasukkan dalam desikator dan ditimbang.
1. Berat cawan penguap 1 : a gram
2. Berat cawan penguap 2 : b gram
3. Berat cawan pijar : c gram
4. Berat kertas saring : d gram
a. TS
a. Masukkan 100 ml sample air ke dalam cawan penguap 1, dan uapkan di atas water
bath sampai kering
b. Cawan berisi sample kmd dimasukkan ke dalam oven 105C selama 1 jam
c. Dinginkan cawan tersebut dalam desikator kemudian timbang (e gram)
b. TSS
a. Saring 100 ml contoh air dengan kertas saring bebas abu yang sudah ditimbang.
b. Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan pijar dan
dipanaskan dalam oven 105C selama 1 jam.
13
c. dinginkan dalam desikator, kemudian timbang (f gram)
c. TDS
a. Filtrat sample air diuapkan pada cawan penguap 2 diatas water bath kering
b. Cawan dimasukkan dalam oven 105C selama 1 jam
c. Dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (g gram)
Perhitungan
TS = 1000/100 x (e – a) x 1000 (mg/lt)
TSS = 1000/100 x (f – (c + d)) x 1000 (mg/lt)
TDS = 1000/100 x (g – b) x 1000 (mg/lt)
XIV. Pemeriksaan DO (dissolved oxygen)
Metode
Titrasi Winkler
Prinsip
Oksigen akan mengoksidasi Mn2+
dalam suasana basa membentuk endapan MnO2.
Dengan penambahn alkali iodide dalam suasana asam akan membebaskan iodium.
Banyaknya iodium yang dibebaskan dianalisa dengan metode titrasi iodometris dengan
larutan standar Thiosulfat dan indicator larutan kanji.
Reaksi
Mn2+
+ 2 OH + ½ O2 MnO2 + H2O
MnO2 + 2I- + 4H+ Mn
2+ + I2 + 2H2O
I2 + 2S2O3=
S4O6= + 2I
-
Pereaksi
5. Larutan baku sediaan Sodium thiosulfat 0,1 N
2,428 gr Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan 50 ml air panas dalam gelas kimia.
Tuangkan ke dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan aquadest sampai tanda
batas.
6. Larutan baku Thiosulfat 0,025 N
25 ml larutan baku sediaan diatas dipipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 100
ml. Lalu encerkan dengan aquadest samapi dengan tanda batas.
14
7. Larutan Alkali Iodida (pereaksi oksigen)
50 gr NaOH dan 13,5 gr NaI dilarutkan dalam 100 ml aquadest
8. Larutan asam sulfat pekat
9. Larutan MnSO4
35,4 gr MnSO4 dilarutkan dalam 100 ml aquadest
1. Indikator kanji
2. Larutan KH(IO3)2 0,1 N
Prosedur
1. Standarisasi larutan Thiosulfat Na2S2O3
a. 20 ml larutan KH(IO3)2 dan 10 ml asam sulfat dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer dan encerkan dengan aquadest sampai volumenya 200 ml.
b. Titrasi dengan larutan thiosulfat, bila titik akhir titrasi hamper tercapai
(warna larutan kuning muda) tambahkan larutan kanji dan teruskan titrasi
sampai tepat warna biru yang baru muncul hilang kembali
322
33
322OSNaVol
IONIOVolOSNaNormalitas
2. Pemeriksaan oksigen terlarut
a. Isi botol BOD dengan contoh air, usahakan jangan sampai ada gelembung
udara, lalu tutup. Masukan 1 ml MnSO4 dan 1 ml larutan alkali iodide
(pereaksi oksigen). Pemasukkan reagen menggunakan pipet 1 ml yang
ujungnya mencapai dasar botol. Tutup kembali, kemudian aduk dengan
cara membolak-balikkan botol samapi larutan homogen.
b. Diamkan 10 menit sampai terlihat ada endapan coklat pada dasar botol
(jika endapan putih berarti tidak ada O2).
c. Tuangkan sebagian isi botol ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 1 ml
asam sulfat pekat. Aduk dan titrasi secepatnya dengan larutan Thiosulfat
1/80 N, tambahkan larutan kanji dan titrasi kembali sampai warna biru
hilang. Catat volume titran.
d. Tambahkan 1 ml asam sulfat pekat ke dalam larutan yang tersisa di dalam
botol BOD. Tutup dan aduk sampai endapan larut kembali. Larutan akan
berwarna kuning coklat. Titrasi dengan larutan Thiosulfat 1/80 N, dengan
menggunakan indicator amilum seperti diatas.
15
Perhitungan
2
81000/
botol
ThioThio
V
NVltmgDO
Catatan:
Selain dengan metode Winkler, oksigen terlarut dapat dianalisa dengan metode
membrane electroda (DO meter) atau dengan metode titrasi lainnya. Pengukuran oksigen
terlarut harus dianalisa secepat mungkin, karena kelarutan oksigen di dalam air sangat
dipengaruhi oleh temperature dan tekanan udara . Senyawa reduktor atau oksidator
(nitrit) dalam air dapat mengganggu pengukuran oksigen terlarut dengan metode Winkler.
Untuk mencegah gangguan tersebut ditambahkan senyawa Natrium Azide (NaN3) ke
dalam pereaksi oksigen.
XV. Pemeriksaan BOD
Umum
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri selama penguraian
senyawa organic pada kondisi aerobic. Dalam hal ni dapat diinterpretasikan bahwa
senyawa organic merupakan makanan bagi bakteri. Parameter BOD digunakan unutk
menentukan tingkat pencemar oleh senyawa organic yang dapat diuraikan oleh bakteri.
BOD adalah uji hayati (bioassay).
Prinsip
Pengukuran BOD terdiri dari pengenceran sample, inkubasi selama 5 hari pada suhu 20C
dan pengukuran oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Penurunan oksigen
terlarut selama inkubasi menunjukkan banyakknya oksigen yang dibuthkan oleh sample
air. Oksigen terlarut dianalisa dengan menggunakan metode titrasi Winkler.
Pereaksi
a. Larutan Buffer Fosfat
8,5 gr KH7PO4, 21,75 gr K2PO4, 33,4 gr Na2HPO4.7H2O dan MgSO4 serta 1,7
gr NH4Cl dilarutkan dalam 500 ml aquadest dan diencerkan hingga volumenya 1
ltr dan pH larutan harus 7,2.
b. Larutan Magnesium Sulfat
16
22,5 gr MgSO4.7H2O dilarutkan dan diencerkan dengan aquadest hingga
volumenya 1 ltr.
c. Larutan Kalsium Klorida
2,5 gr CaCl2 dilarutkan dan diencerkan hingga volumenya 1 ltr.
d. Larutan Ferri Klorida
0,25 gr FeCl3.6H2O dilarutkan dan diencerkan dengan aquadest hingga
volumenya 1 ltr.
e. Bibit air kotor (sidimen)
Air limbah domestic yang banyak mengandung mikroorganisme dan telah di
aklimatisasi
f. Pembuatan air pengenceran (AP)
1 ml bibit air kotor, 1 ml larutan buffer fosfat, 1 ml larutan FeCl3, 1 ml larutan
CaCl2 dan 1 ml larutan MgSO4 ditambahkan ke dalam 1 ltr aquadest atau aqua
dm. Lalu aerasi selama 30 mnt agar air pengencer jenuh dengan oksigen.
Prosedur
1. Membuat larutan pengencer yang jenuh oksigen
2. Menentukan angka pengenceran sample
8,0 – 9,0 mg O2/lt diencerkan 1x
6,0 – 8,0 mg O2/lt diencerkan 2x – 5x
5,0 – 6,0 mg O2/lt diencerkan 2x – 10x
3,0 – 5,0 mg O2/lt diencerkan 10x – 15x
1,0 – 3,0 mg O2/lt diencerkan 15x – 20x
0,1 – 1,0 mg O2/lt diencerkan 20x – 25x
0,0 – 0,1 mg O2/lt diencerkan 25x – 100x
3. Melakukan pengenceran
a. Setelah diketahui angka pengenceran dari sample air tersebut maka dilakukan
pengenceran contoh air tersebut dengan air pengencer yang telah disediakan.
Banyak air pengencer yang ditambahkan tergantung pada angka pengenceran
tersebut (lihat contoh perhitungan di atas).
b. Setelah diencerkan, masukkan ke dalam dua buah botol BOD yang telah
dikalibrasi volumenya. Salah satu botol BOD tersebut disimpan dalam
incubator 20C selama 5 hari, sedangkan botol BOD yang lainnya diperiksa
kandungan oksigen terlarutnya dengan metode titrasi Winkler.
17
c. Untuk percobaan blanko disiapkan 6 botol BOD. Masing-masing botol diisi
dengan air pengencer. Tiga botol pertama diinkubasi selama 5 hari pada
tempertur 20C. Sedangkan tiga botol lainnya dintentukan kandungan
oksigennya (DO).
4. Pemeriksaan oksigen terlarut
a. Pemeriksaan oksigen terlarut lihat metode titrasi Winkler.
Perhitungan
BOD5hari20C (mg/lt) = ((D0 – D5) - (B0 – B5) x f) x P
Dimana
B0 = DO 0 hari blanko (mg/lt)
B5 = DO 5 hari blanko (mg/lt)
D0 = DO 0 hari sample (mg/lt)
D5 = DO 5 hari sample (mg/lt)
P = angka pengenceran
f = koreksi untuk seeding
f = vol seeding dalam sample : vol seeding dalam blanko
Catatan
1. Karena pemeriksaan BOD merupakan uji hayati (bioassay), keberhasilan percobaan
BOD sangat dipengaruhi oleh kehidupan mikroorganisme. Oleh seba itu, semua zat
yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme harus dihilangkan terlebih dahulu.
Contoh: senyawa pestisida, klor dan sebagainya.
2. Zat asam glutamate-glukosa digunakan sebagai standar pengontrol etelitian kerja
dalm pemeriksaan BOD. Untuk larutan campuran 150 mg asam glutamate dan 150
mg glukosa dalam 1 liter air akan menunjukkan BOD sekitar 231 mg/lt. Secara
teoritis BODnya dapat dihitung.
3. Dalam pemeriksaan BOD, tidak hanya terjadi penguraia senyawa karbon, tetapi juga
terjadi proses nitrifikasi, sehingga hasil BODnya lebih besar dari yang sebenarya.
Untuk itu perlu dicegah proses nitrifikasi dengan penambahan 3 mg 2-chloro-6-
(trichloro methyl) pyridine (TCMP) unutk setiap 300 ml botol BOD.
4. Validitas data hasilpengukuran BOD biasanya ditentukan berdasarkan:
a. DO 5 hari harus lebih besar dari 0,5 mg/lt
b. Penurunan DOnya 30% - 79%
18
5. Pengawetan sampel dilakukan dengan pendinginan. Waktu peyimpanan maksimum
adalah 48 jam (2 hari)
XVI. Pemerikasaan COD
Umum
COD adalah jumlah oksigen yag dibuthkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam
sampel. Parameter COD menunjukkan jumlah senyawa organik dalam air yang dapat
dioksidasi secara kimia. Oksidator yan umum digunakan adalah Kalium dikromat.
Prinsip
Senyawa organic dalam air dioksidasioleh larutan Kalium dikromat dalam suasana asam
sulfat pada temperature 15C. Kelebihan Kalium dikromat dititrasi oleh larutan ferro
ammonium sulfat (FAS) degan indicator ferroin.
Pereaksi
1. Larutan Standar Kalium dikromat 0,25N
12,259 gr K2Cr2O7 p.a. yang telah dipanaskan pada temperature 105C selama 1 jam
ditimbang dengan teliti dan diencerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat 1 lt.
2. Pereaksi Asam sulfat – perak sulfat
5,5 gr Ag2SO4 dimasukkan ke dalam 1 kg H2SO4 pekat dan dibiarkan selama 1 atau 2
hari untuk melarutkan serbuk tersebut.
3. Larutan Indikator Ferroin
1,485 gr 1,1-phenantrolin monohidrat dan 695 mg FeSO4.7H2O dilarutkan dalam
aquadest dan diencerkan hingga volumenya 100 ml. Indikator ini harus dibuat baru.
4. Larutan Ferro Ammonium Sulfat 0,25N
98 gr Fe(NH4)2(SO4).6H2O dilarutkan dalam aquadest. Kemudian tambahkan 20 ml
H2SO4 pekat dan encerkan hingga volumenya 1 lt. Larutan ini harus distandarisasi
setiap hari dengan cara berikut:
10 ml larutan standar K2Cr2O7 0,25 N diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml,
tambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan dinginkan. Titrasi dengan larutan standar FAS
menggunakan mengunakan 2 atau 3 tetes indicator ferroin.
FASml
OCrKNormalitasOCrKmlFASNormalitas 722722
5. Merkuri sulfat
19
Digunakan serbuk HgSO4p.a.
Prosedur
1. 20 ml contoh air dimasukkan ke dalam labu refluks, tambahkan 0,4 gr serbuk HgSO4
(penambahan merkuri sulfat tergantung konsentrasi klorida (perbandingan HgSO4 : Cl
= 10 : 1). Tambahkan 10 ml larutan K2Cr2O7 0,25 N dan 30 ml pereaksi H2SO4 pekat
2. Labu refluks dipasang pada kondensor dan dipanaskan selama 2 jam mendidih.
Setelah dingin, kondensor dibilas dengan aquadest. Labu refluks dilepas dari
kondensor, lalu encerkan dengan aquadest hingga volumenya 140 ml.
3. Setelah dingin, titrasi dengan larutan FAS 0,1 N menggunaka 2 atau 3 tetes indicator
ferroin hingga terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah coklat.
4. Diperlukan percobaan blanko dengan aquadest sebagai sampel,dengan cara kerja
sama seperti diatas.
5. Untuk sampel yang mengandung zat organic tinggi atau rendah digunakan volume
sampel bervariasi.
6. Tabel berikut akan menampilkan volume sampel dan pereaksi untuk mendapatka hasil
analisa yang akurat.
ml
sampel
ml
K2Cr2O7
ml
H2SO4
gram
HgSO4
N
FAS
Volume
Akhir
10 5 15 0,20 0,05 70
20 10 30 0,40 0,10 140
30 15 45 0,60 0,15 210
40 20 60 0,80 0,20 280
50 25 75 1,00 0,25 350
Perhitungan
sampelml
CBAltOmgsebagaiCOD
81000/2
dimana
A = ml FAS untuk blanko
B = ml FAS untuk sampel
C = Normalitas FAS
20
Catatan
Gangguan dalam analisa COD adalah ion klorida. Untuk mencegah gangguan tersebut
ditambahkan merkuri sulfat. Banyaknya merkuri sulfat yang ditambahkan tergatung pada
konsentrasi klorida, dengan perbandingan H2SO4 : Cl = 10 : 1.
Jika kadar COD lebih besar dari 750 mg/lt, maka perlu dilakukan pengenceran terlebih
dahulu. Karena zat organic dalam air dapat terurai karena aktivitas mikroorganisme maka
pemeriksaan COD harus secepat mukin dianalisa. Contoh air dapat diawetkan dengan
penambahan asam sampi pH < 2 dan didinginkan, watu penyimpanan yang masih
direkomendasikan adalah 28 hari.
XVII. High Volume Sampling
Prinsip pengukuran:
Udara dihisap melalui filter fiberglass dengan kecepata aliran udara 1.13-1.70 m3/mnt
atau 30-60 cuft. Partikel tersuspensi dengan diameter <100 mikron (diameter
aerodinamik) akan terhisap dan tertahan di permukaan filter. Metode ini digunakan untuk
mengukur konsentrasi partikel tersuspensi di udara ambient dengan satuan µg/m3, dengan
cara menimbang berat partiklat yang tertahan di permukaan filter dan degnan menghitung
volume udara yang terhisap. Metode ini munkgin dilengkapi dengan pengatur kecepatan
aliran udara, untuk memastikan laju aliran udara konstan. Sampel yang terkumpul dapat
digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif senyawa-senyawa yang berada
dalam bentuk partikel. Senyawa yang dapat dianalisis antara alain: senyawa organic,
(PAN), nitrat, sulfat, logam-logam berat, ion ammonium dan ion fluorida.
Sensitivitas:
Sampling yang dilakukan selama 24 jam dengan kecepatan aliran udara 1.70 m3/mnt (60
cuft/mnt) akan mampu mengukur partikulat dengan konsentrasi yang rendah (1 µg/m3).
Jika konsentrasi di udara ambient cukup tinggi, maka sampling dapat dilakukan selama 6-
8 jam. Waktu sampling yang direkomendasikan adalah 24 jam.
Gangugan-ganguan:
Partikulat yang berminyak, seperti: photochemical smog atau asap pembakaran kayu yang
dapat menutupi filter sehingga aliran udara akan menurun; hal lain adalah partikel yang
mengandung senyawa higroskopis atau partikel dengan kelembaban tinggi yang akan
memberikan akibat yang sama.
21
Presisi dari akurasi:
Konsentrasi partikel tersuspensi di udara ambient sebesar 112 µg/m3 akan memberikan
standar deviasi relative sebesar 9% (10 µg/m3); sedangkan untuk konsentrasi 39 µg/m3
standar deviasi relative akan sebesar 15 (6 µg/m3). Akurasi sangat dipengaruhi oleh
perubahan kecepatan aliran udara selama sampling berlangsung. Karenanya alat pengukur
aliran udara pada dasarnya diperlukan dalam metode ini.
Peralatan:
- Peralatan sampling: Face plate (plat bag. Depan) dan gasket, Adapter filter, dan
Motor Pompa Vakum.
- Ketiga alat tersebut dilindungi dengan shelter (gambar 1).
- Hi-Vol Sampler harus mampu menghisap udara melalui filter fiberglass berukuran
20.3x25.4 cm dengan kecepatan aliran udara minimum 1.13 µg/m3 (30 cfm) dan
mampu beroperasi selama 24 jam.
- Unit Kalibrasi, unit kalibrasi orifice yang terdiri dari pipa logam berukuran
diameter dalam (ID) 7.62 cm (3”) dan panjang 15.9 cm (6.25”).
- Neraca Analitik dengan ketelitian 0.1 mg.
- Designator untk mengkondisikan filter sebelum dan setelah sampling dilakukan.
Pereaksi (Reagent):
Filter yang secara baku digunakan adalah filter fiberglass dengan sfisiensi 99% untuk
diameter partikel 0.3 µm. Tidak direkomendasikan pengunaan kertas filter biasa yang
umum dipakai di laboratorium.
Prosedur:
Sampling:
Filter fiber yang digunakan harus dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan sikat
kecil. Filter dikondisikan selama 24 jam, kemudian ditimbang dengan neraca analitik
(pemberian nomor pada filter dilakukan sebelum penimbangan). Sebelum sampling
dilakukan, filter tidak boleh digulung/dilipat. Untuk pengamanan selama perjalanan, filter
dapat disimpan di dalam kantong plastic. Setelah filter dipasang dengan rapi di antara
face plate dan gasket, sampler dihidupkan dan setelah berjalan 5 menit catat kecepatan
aliran udara. Biarkan sampling berlangsung 6, 8, atau 24 jam. Sebelum sampling berakhir
catat kembali kecepatan aliran udara. Setelah sampling berakhir, face plate dibuka dan
22
filter fiber dilipat sedemikian rupa sehingga bagian yang mengandung partikel tersuspensi
saling berhadapan.
Analisis:
Sebelum ditimbang, filter hendaknya dikondisikan kembali di dalm desikator selama 24
jam.
Kalibrasi Hi-Vol Sampler:
Sebelum digunakan, Hi-Vol Sampler harus dikalibrasi dahulu dengan menggunakan:
- Metode Rotameter
- Metode Draft Gauge atau kalibrasi Orifice
Perhitungan:
Konversi kecepatan aliran udara dari cuft menjadi m3/mnt.
Volume udara yang dihisap:
V= ½ x [(Q1+Q2) x T]
Keterangan:
V : volume udara yang terhisap (m3)
Q1: kecepatan aliran udara awal (m3/mnt)
Q2: kecepatan aliran udara akhir (m3/mnt)
T : waktu sampling (mnt).
Hitung konsentrasi partikel yang tersuspensi:
SP= (Ws-W0) x 106 x 1/v
Keterangan:
SP : konsentrasi partikel tersuspensi (µg/m3)
Ws : berat filter fiberglass setelah sampling (g)
W0 : berat filter fiberglass sebelum sampling (g)
106 : konversi dari g menjadi µg.
23
Gambar 1:
Picture 1. High Volume Sampler
XVIII. Gas Ammonia (NH3)
Metode: Indophenol
Prinsip:
Amonia (NH3) di udara ambient diserap oleh larutan H2SO4 membentuk Ammonium
Sulfat. Amonium Sulfat yang terbentuk direaksikan dengan phenol dan antrium
hipokhlorit yang dalam suasana basa akan memberntuk Indophenol yang berwarna biru.
Warna biru yang terjadi dianalisis secara colorimetri. Reaksi dipercepat dengan
penalbahan Natrium Nitroprussid.
Sensitivitas:
Sampling degnan kecepatan aliran udara 1-2 liter, konsentrasi yang dapat di ukur 20-700
µg/m3 (0.025-1 ppm) dengan waktu sampling 1 jam. Batas pengukuran terkecil adalah
0,02 µg/ml penyerap.
Sampler Motor
Flow Recorder (Optional)
Filter Adaptor
Flow Meter
24
Ganguan-ganguan:
Ammonia yang terdapat dalam partikulat dapat terukur jika tidakdigunakan filter selama
sampling berlangsung.
Adanya FE3+, Cr3+ dan ion mangan degnan konsentrasi sebesar mg akan memberikan
ganguan positif. Sedangakan ion Cu akan menghambat reksi pembentukan warna. Untuk
mengurangi ganguan tersebut dapat ditambahkan EDTA.
Nitrit dan Sulfit dengan konsentrasi 100x konsentrasi NH3 akan memberikan ganguan.
Formaldehida akan memberikan ganguan negative sebesar 10-15%.
Ganguan yang dapat disebabkan oleh partikulat dapat dicegah degnan menggunakan filter
selama sampling berlangsung.
Peralatan:
Pompa Vacuum
Flow meter
Absorber: dapat digunakan fritted bubbler, midget impinger atau gas scrubber.
Spektrofotometer
Peralatan gelas.
Pereaksi:
Larutan Penyerap H2SO4 0,1N:
Encerkan 2,3 ml H2SO4 pekat (18M) dengan aquadest sampai volume 1 liter.
Larutan Natrium Nitroprussid:
2,0 g Natrium Nitroprussid dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Larutan ini stabil selama 2
bulan jika disimpan dalam lemari es.
Larutan NaOH 6,75M:
Larutkan 270 g NaOH dalam 1 liter aquadest, kemudian didihkan sampai volumenya 600
ml untuk menghilangkan ammonia. Tambah aquadest sampai volumenya 1 liter. Simpan
larutan ini dalam botol plastik.
Larutan Stock natrium Hipokhlorit:
Buat larutan Natrium Hipokhlorit 3.7% (0,1N) dengan cara mengencerkan Natrium
Hipokhlorit 5-6% dengan aquadest. Larutan ini stabil selama 2 bulan, jika disimpan
dalam lemari es.
Larutan Stock Phenol 45% (v/v):
Phenol dilebur dalam water bath pada suhu 600C, kemudian 45 ml (50g) phenol tersebut
diencerkan dengan methanol sampai volumenya 100 ml. Larutan ini stabil selama 2 bulan
jika disimpan dalam lemari es.
25
Larutan Buffer:
Larutkan 50 g Na3PO3.12H2O dan 74 ml larutan NaOH 6.75 dalam 1 liter aquadest.
Larutan Hipokhlorit:
Campurkan 30 ml larutan NaOH 6,75M dan 30 ml larutan stock natrium Hipokhlorit,
kemudian encerkan degnan aquadest sampai volumenya 100 ml. Larutan ini hanya stabil
selama 1 hari.
Larutan Phenol:
Campurkan 20 ml larutan stock phenol 45% dan 1 ml larutan natrium Nitroprussid 20%,
kemudian encerkan dengan aquadest sampai volumenya 100 ml. larutan ini stabil selama
4 jam.
Larutan Stock Standar Ammonia:
3,18 g NH4Cl atau 3,88 g (NH4)2SO4 dilarutkan dlam 1 liter aquadest. Kemudian
tambahkan CHCl3 sebagai pangawet. Larutan ini stabil selama 2 bulan.
Larutan Standar Ammonia:
10 ml larutan stock standar Ammonia diencerkan degnan larutan penyerap (H2SO4 0,1N)
sampai volumenya 1 liter (1 ml= 10 µg NH3).
Kalibrasi:
- Siapkan 6 buah labu ukur 25 ml, masukkan ke dalam masing-masing labu ukur
0.0 ml, 0.2 ml, 0.4 ml, 0.6 ml, 1.0 ml, dan 1.5 ml larutan standar Ammonia.
- Tambahkan 10 ml larutan penyerap ke dalam masing-masing labu ukur.
- Tambahkan 2 ml larutan Buffer, 5.0 ml larutan phenol, dan 2.5 ml larutan natrium
Hipokhlorit dan kocok. Encerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat 25 ml
dan biarkan selama 30 menit.
Intensita warna biru yang terjadi diukur dengan kurva spektrofotometer pada apnjang
gelombang 630 nm. Buat kurva kalibrasi antara Absorban degnan konsentrasi NH3
dan tentukan slopenya.
Prosedur:
- Susunan alat sampling:
Filter----------- Midget ---------- Flow meter ------------Pompa
26
10 ml larutanpenyerap dalam midget impinger yang dirangkai dengan flow mwter
dan pompa vaccum. Sampling dilakukan selama 1 jam dengan kecepatan aliran
udara 1-2 liter/menit.
Analisis:
- Setelah sampling, larutan penyerap dipundahkan secara kuantitatif dalam labu
ukur 25 ml. Tambahkan 2 ml larutan Buffer, 5.0 ml larutan Phenol, dan 2.5 ml
larutan Hipokhlorit dan kocok. Encerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat
25 ml dan biarkan selama 30 menit.
- Intensitas warna biru yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 630 nm.
Perhitungan:
NH3 (µg/m3)= (A x k) / (V)
Keterangan:
A : absorbansi sample
k : Slope (µg/unit absorban)
V : volume udara pada 250C dan 760 mmHg.
Picture 2. Sususnan Peralatan Sampling
Needle Valve
To Air Pump
Flow meter
TRAP
IMPINGER
NEEDLE VALVE FLOW CONTROL
27
XIX. Pengukuran Intensitas Suara
Prinsip:
Tingkat kebisingan dapat ditentukan oleh dua factor yaitu: intensitas suara, yang
dinyatakan dalam dB dan durasi pemaparan kebisingan, dinyatakan dalam jam atau
menit.
Decibel (dB) merupakan pengukuran unit logaritma yang menyatakan suatu kuantitas
Fisik (power atau intensitas) yang dapat berdasarkan pada suatu reference level tertentu.
Satu decibel = sepersepuluh satu bel (B).
Decibel pada umumnya digunakan untuk pengukuran kuantitas suara berdasarkan
reference 0 dB. Reference level ditetapkan pada “0” berdasarkan intensitas suara standar
manusia. Semakin besar intensitas (amplitude) suara → semakin keras suara:
Intensitas Suara = decibels (dB)
dB = 10 log Intensitas suara
Intensitas suara standar
- 0 db = ketiadaan suara
- Ambang pendengara = 0 dB 1000 Hz
28
Tabel 1. Beberapa Contoh Intensitas Suara
Bunyi Intensitas Suara (dB)
Gemerisik daun 15
Bisikan 30
Percakapan normal 60
Vacuum cleaner 75
Teriakan 80
Suara motor 90
Suara tak nyaman 120
Suara menyakitkan telinga 140
Lalu lintas padat 100
Amplifier 120 – 140
Tabel 2. Pembatasan waktu dan tingkat kebisingan yang diterima
Waktu (Jam/hari) Tingkat kebisingan
(dBA) Waktu (Jam/hari)
Tingkat kebisingan
(dBA)
8 90 1.5 102
6 92 10 105
4 95 0.5 110
3 97 <0.25 115
2 100
Contoh perhitungan:
Once a statistically valid L10(h) has been obtained, the Leq(h) can be
calculated as follows:
Leg(h) = 10log1/N NΣi=1n; 10Li/10 (2-1)
Where Leq(h) is the hourly, A-weighted, equivalent sound level,
N is the number of sound level readings taken to obtain a statistically valid L10 ni is the number of sound level readings in the ith class.
Li is the level of the ith sound level reading taken during the measurement period.
Problem No. 1: Compute the Leq(h) of the sound level readings shown in
figure 2.
L10 = 49 +1-3dBA
L10 Criterion met after 50 samples
29
Figure 2: Noise Level Readings (Source: Sketch 3.4 page 3.9, Fundamentals and Abatement of Highway
Traffic Noise
Leg(h) = 10log1/N NΣi=1n; 10Li/10 Leg(h) = 10log1/50 [Σ (8)(1049/10) + (27)(1047/10) + (15)(1045/10)]
= 10log2463010/50 = 10log49260 = 47 dBA
XX. Pengukuran Intensitas Cahaya
Prinsip
Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat
langsung dibaca.
Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam
bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik
diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
Alat
30
Luxmeter
Prosedur
Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.
Penentuan titik pengukuran
1. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.
2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada
setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut
dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan
kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 1.
Gambar 1 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10 m2
b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap
3 (tiga) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara
10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 2.
31
Gambar 2 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10 m2 – 100
m2
c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan
luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 3.
Gambar 3 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas lebih dari 100 m2
Persyaratan pengukuran
1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan.
2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
Tata cara
1. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.
32
2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.
4. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan
setempat, dan untuk intensitas penerangan umum.
5. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.
6. Catat jenis lampu yang digunakan: Pijar/Gas halogen/ Germicidal/ Fluorescent/
Natrium/ Infrared
33
FORMAT JURNAL PRAKTIKUM
Hari/Tanggal : ___________________________________________________
Judul Praktikum : ___________________________________________________
Metoda : ___________________________________________________
Prinsip : ___________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
Alat dan Bahan : ___________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
No Prosedur Pengamatan
Perhitungan :
Diketahui
Pengawas Praktikum
( )
34
SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM
a. Judul praktikum
b. Landasan teori:
mengapa parameter tersebut bias menjadi indicator kualitas
lingkungan
teori-teori mengenai parameter yang diukur;
sifat,
sumber,
konsentrasi di lingkungan, dll serta
manfaat pengukuran parameter tersebut
c. Metode dan Prinsip
d. Alat dan Bahan
e. Prosedur (dibuat dalam bentuk poin, tidak tabel)
f. Hasil / Data
g. Perhitungan
h. Pembahasan antara lain mencakup
pembahasan mengapa prinsip atau metode tersebut yang digunakan
dalam pengukuran parameter tersebut
pembahasan mengenai kesesuaian prinsip pengukuran dengan
pengerjaan praktikum,
pembahasan mengenai setiap langkah dalam pengukuran dan
alasan/tujuan dilakukannya langkah tersebut
pembahasan hasil pengukuran,
ulasan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sehingga
diperoleh akurasi pengukuran yang baik,
dibahas pula kesalahan-kesalahan pegukuran yang terjadi selama
praktikum.
hal-hal lain yang anda rasa perlu
i. Kesimpulan dan Saran
catatan:
kemiripan laporan antara 2 kelompok akan menerima sanksi berupa pengurangan
nilai sebesar 30% bagi kedua kelompok
Laporan dapat dibuat pada kerta bekas maupun dengan tulisan tangan