modul praktikum analing1

36
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH K006 ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN SEMESTER GANJIL / 2011-2012 Disusun oleh Ni Made Utami Dwipayanti BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Upload: eddy-surya

Post on 05-Aug-2015

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Praktikum Analing1

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH K006 ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

SEMESTER GANJIL / 2011-2012

Disusun oleh Ni Made Utami Dwipayanti

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Page 2: Modul Praktikum Analing1

DAFTAR ISI

I. Komposting .................................................................................................................... 1 II. Analisa Mikroorganisme ................................................................................................ 3 III. Pemeriksaan pH.............................................................................................................. 4 IV. Kekeruhan ...................................................................................................................... 5 V. Suhu ................................................................................................................................ 5 VI. Warna ............................................................................................................................. 5 VII. Alkalinitas ...................................................................................................................... 5 VIII. Kesadahan ...................................................................................................................... 6 IX. Ferro (Besi) .................................................................................................................... 7 X. Percobaan koagulasi ....................................................................................................... 7 XI. Ammonium .................................................................................................................... 8 XII. Nitrit ............................................................................................................................. 10 XIII. Analisa TS, TSS dan TDS ............................................................................................ 11 XIV. Pemeriksaan DO (dissolved oxygen) ........................................................................... 13 XV. Pemeriksaan BOD ........................................................................................................ 15 XVI. Pemerikasaan COD ...................................................................................................... 18 XVII. High Volume Sampling ................................................................................................ 20 XVIII. Gas Ammonia (NH3) ................................................................................................... 23 XIX. Pengukuran Intensitas Suara ........................................................................................ 27 XX. Pengukuran Intensitas Cahaya ..................................................................................... 29 Lampiran FORMAT JURNAL PRAKTIKUM ......................................................................................... 33 SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM .......................................................................... 34

Page 3: Modul Praktikum Analing1

1

I. Komposting

Metode

Takakura Method

Prinsip

Kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai

aktivator. Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Suhu ideal

selama proses pengomposan adalah 40 derajat-50 derajat C. Tumpukan lahan yang terlalu

rendah akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup

material untuk menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan

berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan

bahan organic yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan

tidak ada udara di dalam timbunan. Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan,

maka pH timbunan harus diusahakan tidak terlalu rendah. Bahan mentah yang baik untuk

penguraian atau perombakan berkadar air 50 – 70 %. Kelembaban timbunan secara

menyeluruh diusahakan sekitar 40 – 60 %.

Alat dan Bahan:

Alat

keranjang sampah

golok/pisau/alat pemotong lain

sekop/cetok

sarung tangan

jaring

karung beras

karung goni

pipa PVC

Bahan

sampah rumah tangga sebanyak 1 kg (sudah tercacah)

sekam padi sebanyak 2 kg

kompos jadi sebanyak ¼ Kg

serutan kayu/sapuan halaman sebanyak 2 kg

Page 4: Modul Praktikum Analing1

2

air secukupnya

gula merah yang dicairkan sebanyak 300 ml.

Cara Kerja

1. komposting

Siapkan dan pilihlah keranjang yang berlubang, dan lapisi dengan karung beras.

Fungsi karung beras adalah: (a) membatasi gangguan serangga, (b) mengatur

kelembaban, dan (c) berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang

udara & air.

sampah rumah tangga dipilah terlebih dahulu

cacah sampah hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm

tambahkan serutan kayu dan kompos jadi hingga tercampur merata

masukkan bantalan sekam padi yang telah dibungkus dengan jaring-jaring ke

dalam keranjang sampah yang telah disiapkan sebagai alas dasar. Fungsi bantal

sekam adalah: (a) sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat

pembusukan sampah organik, (b) karena berrongga besar, maka bantal sekam

dapat segera menyerap air dan bau sampah, dan (c) sifat sekam yang kering akan

memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang akan menjadi kompos.

campurkan media kompos jadi ke dalam campuran sampah yang berfungsi

sebagai aktivator/ragi bagi sampah baru

tambahkan gula merah sebagai nutrisi bagi mikroorganisme pengompos.

masukkan campuran sampah lalu diperciki air hingga dapat dipastikan cukup

lembab. Pengukuran kelembaban kompos dilakukan dengan menggenggam

kompos. Jika keluar air dari sela-sela jari maka menandakan bahwa kompos

tersebut kelebihan air dan perlu adanya penambahan bahan kompos. Jika pada saat

digenggam bahan kompos tersebut remah maka kadar air telah mencukupi.

tekan perlahan, jangan terlalu padat

tutup dengan bantalan sekam padi dan karung goni hingga rapat agar bau tidak

terlalu menyengat dan masuk hewan/serangga yang dapat menggangu proses

pengomposan atau lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah

metamorfosis (perubahan) dari belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat

keluar dan mati di dalam keranjang. Pilih kain penutup yang serat atau berpori

besar.

Page 5: Modul Praktikum Analing1

3

Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator

(kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk

kompos akan matang kurang lebih setelah 30 hari pengomposan

selama proses pengomposan, dilakukan pemantauan suhu setiap 7 hari sekali, dan

lakukan pembalikan rutin setiap 3 hari sekali dengan cara mengaduk kompos.

Setelah 30 pengomposan, uji kematangan kompos tersebut dengan menanam biji

tanaman. Jika biji tersebut tumbuh, maka kompos yang dihasilkan dapat

digunakan sebagai pupuk.

II. Analisa Mikroorganisme

Metode

Most Probable Number (MPN)

Prinsip

Mikroorganisme di dalam sample air ditumbuhkan dalam media Lactose Broth (LB) dan

Brilliant Green Lactose Bill Broth dengan konsentrasi berbeda. Pertumbuhan

mikroorganisme dilihat dari gas yang tertangkap pada tabung Durham. Konsentrasi

mikroorganisme kemudian diperkirakan dengan table MPN.

Alat dan Bahan

a. 19 buah tabung reaksi

b. 19 buah tabung Durham

c. Inkubator

d. Pipet

e. Jarum Ose

f. Lampu Spritus

g. Sample air

h. Lactosa Broth (LB)

i. Brilliant Green Lactosse Bill Broth (BGLB)

j. Kapas

Prosedur

Presumptive Test

1. Masukkan LB double (26 gr LB yang dilarutkan dalam 1 ltr aquadest) ke dalam

tabung no 1 – 5. Masukkan LB single (13 gr LB yang dilarutkan dalam 1 ltr

aquadest) ke dalam tabung no 6 dan 7. Masing-masing sebanyak 10 ml dan tutup

dengan kapas.

2. Masukkan tabung Durham dalam posisi terbalik ke dalam setiap tabung berisi LB.

Page 6: Modul Praktikum Analing1

4

3. Panaskan pipet dengan lampu spritus kemudian ambil 10 ml sample air ,

masukkan ke dalam tabung no 1. Pastikan selalu bekerja dekat dengan lampu

spritus untuk mencegah kontaminasi. Lakukan hal yang sama sampai tabung no 5.

4. Masukkan 1 ml sample air ke dalam tabung no 6 dan 0,1 ml sample air ke dalam

tabung no 7.

5. Inkubasi semua tabung yang bersisi sample pada suhu 37 selama 2 x 24 jam

6. Hasil positif ditunjukkan dengan tertagkapnya gas dalam tabung Durham

7. Konsentrasi bakteri coliform kemudian ditentukan dengan mencocokkan pada

table MPN

Confirmative Test

1. Siapkan 2 buah tabung reaksi berisi BGLB dan tabung Durham untuk setiap

tabung dari presumptive test yang positif. Masing-masing diberi label 44C dan

37C.

2. Panaskan jarum ose dengan lampu spritus, kemudian pindahkan koloni dari satu

tabung positif ke dalam 2 buah tabung berisi BGLB. Kocok agar homogen.

Lakukan selanjutnya untuk tabung positif lainnya.

3. Inkubasi sesuai dengan suhu pada label selama 2 x 24 jam.

4. Hasil positif pada tabung yang dikinkubasi pada 37C menunjukkan adanya

coliform, sedangkan hasil positif pada inkubasi 44C menunjukkan adanya fecal

coli.

III. Pemeriksaan pH

Alat

pH Meter

Prosedur

Celupkan elektroda pH meter dalam aquadest sebelum melakukan pengukuran dengan

tujuan untuk mengkalibrasi alat. Sesuaikan jarum penunjuk agar menunjukkan nilai pH 7.

Celupkan elektroda pada sample air, baca nilai pH yang ditunjukkan oleh jarum

penunjuk.

Page 7: Modul Praktikum Analing1

5

IV. Kekeruhan

Prosedur

Homogenkan sampel air, masukkan sampel air ke dalam wadah sampel pada alat, tutup

dengan penutupnya, pasangkan pada alat. Baca hasil pengukuran pada monitor.

V. Suhu

Alat

Thermometer air raksa

Prinsip

Air raksa didalam termometer akan memuai akibat temperatur sekelilingnya. Besar

pemuaian akan menunjukkan temperatur lingkungan sekelilinnya.

Prosedur

Celupkan ujung termometer ke dalam sampel air, biarkan sampai pemuaian air raksa

berhenti pada titik suhu tertentu tang merupakan suhu terukur

VI. Warna

Warna Sejati: ukur warna sampel air yang telah dipisahkan dari zat tersuspensi dengan

membandingkan dengan standar warna Pt-Co (Kalium heksakloro Platina (IV) dengan

Kobalt Klorida) = warna coklat kekuning-kuningan

Warna Semu: ukur warna sampel air setelah dikocok

VII. Alkalinitas

Metode

Titrasi Asam dengan indikator Phenophtalein dan Bromophenol biru

Prinsip

Ion hidrokside dikonversi menjadi air sedangkan ion carbonat dikonversi menjadi

bikarbonat dalam suasana asam dengan panambahan larutan HCl. Pada pH lebih rendah

(4,5) ion bikarbonat akan dikonvesi menjadi H2CO3. Total kontribusi ion hidrokside

Page 8: Modul Praktikum Analing1

6

merupakan alkalinitas phenophthalein sedangkan kontribusi bersama ion karbonat dan

bikarbonat plus hidrokside disebut alkalinitas total

Prosedur

5 ml sampel + 1 tetes indikator phenophtalein, kocok, jika tidak berwarna, alkalinitas

phenophtalein = 0, jika berwarna merah muda, titrasi dengan larutan asam hingga warna

hilang, catat volume titrasi sebagai alkalinitas phenophtalein ( dikali 300 = mg/lt CaCO3)

5 ml sampel + 1 tetes indikator bromophenol blue, kocok, jika larutan berwarna kuning,

berarti sampel bersifat asiditas. Jika berwarna biru, titrasi dengan larutan asam hingga

berwarna kuning, catat volume titrasi dan kalikan dengan 300 = mg/lt CaCO3 sebagai

alkalinitas total.

Jika hasil kecil dari 100 mg/lt, ulangi untuk volume sampel 15 ml, volume titrasi

kemudian dikalikan dengan 100.

Manfaat

Alkalinitas menunjukkan kemampuan air untuk menetralkan asam. Pengukuran ini

berguna untuk menentukan tingkat korosifitas air akibat keberadaan Hidrokside, ion

karbonat dan bikarbonat, atau phosphate, silikat, borate, fluoride, dan garam asam organik

VIII. Kesadahan

Metode

Titrasi EDTA (Ethylene-diamine-tetraacetic acid)

Prinsip

Sampel dikondisikan pada pH 10 dengan penambahan larutan bufer, Senyawa komplek

yang terbentuk oleh indikator Calmagite dan ion Mn dan Ca akan berwarna merah violet.

Dengan titrasi EDTA, kelebihan EDTA akan menggantikan warna senyawa komplek

menjadi biru.

Prosedur

5 ml sampel + 5 tetes buffer, kocok, + 1 tetes indikator calmagite, kocok, larutan akan

berwarna merah violet. Titrasi dengan EDTA. Ketika larutan menjadi ungu, kocok 15

Page 9: Modul Praktikum Analing1

7

detik untuk setiap tetesan EDTA hingga larutan berubah menjadi biru. Volume titrasi

dikali 300 = mg/lt CaCO3)

Jika hasil lebih kecil dari 30 mg/lt, ulangi pengukuran sampel dengan volume 50 ml,

volume titrasi kemudian dikalikan 30

Manfaat

Adalah kemampuan air untuk menghambat kerja sabun.

Penurunan kesadahan akan sangat berguna untuk mencegah terbentuknya kerak pada

perpipaan.

IX. Ferro (Besi)

Metode

Colorimetri - visual

Prinsip

Ion besi di dalam sampel direduksi oleh sodium sulfite menjadi ion ferrous. Senyawa

komplek Phenanthroline dengan ion ferrous akan membentuk warna oranye kecoklatan.

Prosedur

5 ml sampel air ditambahkan dengan peraksi HI 3834-0, kocok dan biarkan selama 4

menit, pindahkan ke dalam komparator, bandingkan warna dengan warna pada

komparator, dan baca konsentrasi besi pada komparator.

X. Percobaan koagulasi

Metode

Jar Test

Prinsip

Pada permukaan koloid bermuatan listrik sehingga koloid dalam keadaan stabil, senyawa

koagulan seperti tawas alumunium berkemampuan menstabilisasi koloid sehingga koloid

dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan ukuran lebih besar.

Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2SO4

Page 10: Modul Praktikum Analing1

8

Prosedur

Siapkan 6 buah labu berisi 1 liter sampel air. Tambahkan larutan tawas dengan

konsentrasi berlainan

Aduk dengan 100 rpm selama 1 menit dan 60 rpm selama 10 menit. Biarkan flok

mengendap, amate pembentukan flok, volume flok yang terbentuk dan kualitas air

lainnya untuk menentukan dosis terbaik

Catatan

Banyak jenis koagulan yang dapat digunakan untuk pengolahan air seperti senyawa

aluminium (Al2(SO4)3), senyawa besi (FeCl3, FeSO4), PAC (Poli Aluminium Chloride),

TOPAC, dll

XI. Ammonium

Metode

Nessler - spektrofotometri

Prinsip

NH4+ dalam suasana basa dengan pereaksi Nessler membentuk senyawa kompleks yang

berwarna kuning sampai coklat. Intensitas warna yang terjadi diukur ab

Sorbannya pada panjang gelombag 420 nm.

Pereaksi

1. Pereaksi Nessler

100 gr Merkuri Iodida (HgI2) dan 70 gr Kalium Iodida (KI) dilarutkan dalam

aquadest bebas ammonium. 160 gr larutan NaOH ditambahkan secara hati-hati

(setiap 150 ml). Kemudian diencerkan dengan aquadest sampai volumenya 1 lt.

Biarkan dalam tabung kerucut selama 1 malam, kemudian supernatanya

dimasukkan dalam botol cokelat.

2. Pereaksi Garam Seignette

50 gr Kalium Tartrat tetraidrat (K.Na C4H4O6.4H20) dilarutkan dalam 100 ml

aquadest bebas NH4+.

3. Larutan stok standar NH4+ (1000 ppm)

Page 11: Modul Praktikum Analing1

9

Ditimbang dengan teliti 0,2472 gr NH4Cl yang telah dipanaskan pada suhu 105ºC

selama 1 jam, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest bebas NH4+ (dalam

labu ukur)

4. Larutan standar NH4+ (100 ppm)

10 ml larutan stok standar NH4+ diencerkan dengan aquadest bebas ammonium

sampai volumenya tepat 100 ml.

Prosedur

25 ml contoh air yang jernih (bila keruh harus disaring) ditambahkan 1-2 tetes

pereaksi garam seignette. Kemudian tambhakan 0,5 ml pereaksi Nessler, lalu kocok

dan bairkan selama 10 menit. Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dibuat larutan standar NH4+

dengan konsentrasi 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 ppm

dengan cara mengencerkan larutan standar NH4+ 100 ppm

Lakukan prosedur yang sama seperti terhadap contoh air pada 25 ml tiap larutan

standar

Buat kurva kalibrasi antara absorban vs konsentrasi (ppm). Tentukan slope (ppm/unit

absorban)

Perhitungan

Konsentrasi NH4+ = A x S = ..................ppm

A : absorban sampel

S : kemiringan kurva kalibrasi (ppm NH4+/unit absorban)

Catatan

Contoh air yang akan diperiksa golongan Nitrogen harus secepat mungkin dianalisa,

karena akan terjadi penguraian secara biologis, seperti terjadinya proses nitrifikasi

atau denitrifikasi. Jika tidak memungkinkan dianalisa dengan segera, dapat diawetkan

dengan penambahan H2SO4 sampai pH<2 dan paling lama 28 hari.

Golongan Nitrogen terdiri dariN-organik, NH3 (Ammonia, NH4+ (ammonium), NO2

-

(Nitrit) dan NO3- (nitrat). Pengertian N-Kjedahl terdiri dari N-organik, amonia dan

amonium.

Page 12: Modul Praktikum Analing1

10

Selain metode Nessler, metode analisa lain yang dapat digunakan untuk analisa

amonia dan ammonium adalah metode destilasi yang dilanjutkan dengan titrasi asam

basa, metode colorimetri dengan reaksi phenate dan metode elektroda selektif.

XII. Nitrit

Metode

Reaksi Diazotasi - Spektrofotometre

Prinsip

Nitrit dengan asam sulfanilat dan N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride dalam

suasana asam (pH 2 s.d 2,5) membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu.

Pereaksi

1. Larutan Asam Sulfanilat

0,6 gr asam sulfanilat dilarutkan dalam sedikit air, kemudian ditambahkan 20 ml

HCl pekat. Lalu encerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml.

2. Larutan N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride C4H4O6.4H20

0,5 gr N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride C4H4O6.4H20 dilarutkan

dalam 50 ml aquadest.

3. Larutan stok standar nitrit (1000 ppm)

0,15 gr NaNO2 ditimbang dengan teliti, lalu encerkan dengan aquadest sampai

volumenya 1 lt (dalam labu ukur). Larutan stok standar ini harus distandarisasi

secara iodometri untuk mengetahui konsentrasi yang tepat.

4. Larutan standar nitrit (100 ppm)

10 ml larutan stok standar nitrit 1000 ppm diencerkan dengan aquadest sampai

dengan volumenya 1000 ml dalam labu ukur.

Prosedur

25 ml contoh air yang jernih (bila keruh harus disaring) ditambahkan 1 ml asam

sulfanilat dan 1 ml larutan N-(1-Naphtyl ethylene diamin) dihidrochloride. Lalu

kocok biarkan selama 15 menit. Warna ungu yang terbentuk diukur intensitasnya

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.

Page 13: Modul Praktikum Analing1

11

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dibuat larutan standar nitrit dengan konsentrasi 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 5,0; 7,0 dan 10,0

ppm dengan cara mengencerkan larutan standar nitrit 100 ppm

Lakukan prosedur yang sama seperti terhadap contoh air pada 25 ml tiap larutan

standar

Buat kurva kalibrasi antara absorban vs konsentrasi (ppm). Tentukan slope (ppm/unit

absorban)

Perhitungan

Konsentrasi nitrit = A x S = ..................ppm NO2

A : absorban sampel

S : kemiringan kurva kalibrasi (ppm Nitrit/unit absorban)

Catatan

Satuan yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi golongan Nitrogen salah mg/l

senyawa nitrogen itu sendiri atau mg/lt N. Contoh konsentrasi ammonium 1 mg/lt

NH4+ dikonversikan menjadi satuan mg/lt N.

NltmgltmgNHltmgNHBM

NBM_/7778,0/1

18

14_/

_

_4

4

Senyawa yang dapat mengganggu analisa nitrit dengan metode ini adalah klor bebas

dan nitrogen triklorida (NCl3), juga logam berat seperti Besi(III), Timbal(II),

Merkuri(II), dan Perak(I)

Contoh air untuk analisa nitrit harus secepat mungkin dianalisa, dapat diawetkan

dengan cara pendinginan das waktu 28 jam.

XIII. Analisa TS, TSS dan TDS

Prinsip

Pengukuran zat padat tersuspensi di dalam air dilakukan dengan prinsip gravimetric

Solid yang akan dianalisa adalah:

1. Total Solid (TS)

Page 14: Modul Praktikum Analing1

12

2. Total Suspended Solid (TSS)

3. Total Dissolved Solid (TDS)

Alat dan Bahan

1. Cawan penguap 1

2. Cawan penguap 2

3. Cawan pijar

4. Kertas saring

5. Oven

6. Water bath

7. Desikator

8. Sampel air

Prosedur

Persiapan

Cawan yang telah dibersihkan dipanaskan pada 600C selama 1 am kemudian

dimasukkan dalam desikator lalu ditimbang sampai konstan. Kertas saring bebas abu

dibasahi dengan aquadest kemudian dipanaskan 105C selama 1 jam, kemudian

dimasukkan dalam desikator dan ditimbang.

1. Berat cawan penguap 1 : a gram

2. Berat cawan penguap 2 : b gram

3. Berat cawan pijar : c gram

4. Berat kertas saring : d gram

a. TS

a. Masukkan 100 ml sample air ke dalam cawan penguap 1, dan uapkan di atas water

bath sampai kering

b. Cawan berisi sample kmd dimasukkan ke dalam oven 105C selama 1 jam

c. Dinginkan cawan tersebut dalam desikator kemudian timbang (e gram)

b. TSS

a. Saring 100 ml contoh air dengan kertas saring bebas abu yang sudah ditimbang.

b. Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan pijar dan

dipanaskan dalam oven 105C selama 1 jam.

Page 15: Modul Praktikum Analing1

13

c. dinginkan dalam desikator, kemudian timbang (f gram)

c. TDS

a. Filtrat sample air diuapkan pada cawan penguap 2 diatas water bath kering

b. Cawan dimasukkan dalam oven 105C selama 1 jam

c. Dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (g gram)

Perhitungan

TS = 1000/100 x (e – a) x 1000 (mg/lt)

TSS = 1000/100 x (f – (c + d)) x 1000 (mg/lt)

TDS = 1000/100 x (g – b) x 1000 (mg/lt)

XIV. Pemeriksaan DO (dissolved oxygen)

Metode

Titrasi Winkler

Prinsip

Oksigen akan mengoksidasi Mn2+

dalam suasana basa membentuk endapan MnO2.

Dengan penambahn alkali iodide dalam suasana asam akan membebaskan iodium.

Banyaknya iodium yang dibebaskan dianalisa dengan metode titrasi iodometris dengan

larutan standar Thiosulfat dan indicator larutan kanji.

Reaksi

Mn2+

+ 2 OH + ½ O2 MnO2 + H2O

MnO2 + 2I- + 4H+ Mn

2+ + I2 + 2H2O

I2 + 2S2O3=

S4O6= + 2I

-

Pereaksi

5. Larutan baku sediaan Sodium thiosulfat 0,1 N

2,428 gr Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan 50 ml air panas dalam gelas kimia.

Tuangkan ke dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan aquadest sampai tanda

batas.

6. Larutan baku Thiosulfat 0,025 N

25 ml larutan baku sediaan diatas dipipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 100

ml. Lalu encerkan dengan aquadest samapi dengan tanda batas.

Page 16: Modul Praktikum Analing1

14

7. Larutan Alkali Iodida (pereaksi oksigen)

50 gr NaOH dan 13,5 gr NaI dilarutkan dalam 100 ml aquadest

8. Larutan asam sulfat pekat

9. Larutan MnSO4

35,4 gr MnSO4 dilarutkan dalam 100 ml aquadest

1. Indikator kanji

2. Larutan KH(IO3)2 0,1 N

Prosedur

1. Standarisasi larutan Thiosulfat Na2S2O3

a. 20 ml larutan KH(IO3)2 dan 10 ml asam sulfat dimasukkan ke dalam labu

Erlenmeyer dan encerkan dengan aquadest sampai volumenya 200 ml.

b. Titrasi dengan larutan thiosulfat, bila titik akhir titrasi hamper tercapai

(warna larutan kuning muda) tambahkan larutan kanji dan teruskan titrasi

sampai tepat warna biru yang baru muncul hilang kembali

322

33

322OSNaVol

IONIOVolOSNaNormalitas

2. Pemeriksaan oksigen terlarut

a. Isi botol BOD dengan contoh air, usahakan jangan sampai ada gelembung

udara, lalu tutup. Masukan 1 ml MnSO4 dan 1 ml larutan alkali iodide

(pereaksi oksigen). Pemasukkan reagen menggunakan pipet 1 ml yang

ujungnya mencapai dasar botol. Tutup kembali, kemudian aduk dengan

cara membolak-balikkan botol samapi larutan homogen.

b. Diamkan 10 menit sampai terlihat ada endapan coklat pada dasar botol

(jika endapan putih berarti tidak ada O2).

c. Tuangkan sebagian isi botol ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 1 ml

asam sulfat pekat. Aduk dan titrasi secepatnya dengan larutan Thiosulfat

1/80 N, tambahkan larutan kanji dan titrasi kembali sampai warna biru

hilang. Catat volume titran.

d. Tambahkan 1 ml asam sulfat pekat ke dalam larutan yang tersisa di dalam

botol BOD. Tutup dan aduk sampai endapan larut kembali. Larutan akan

berwarna kuning coklat. Titrasi dengan larutan Thiosulfat 1/80 N, dengan

menggunakan indicator amilum seperti diatas.

Page 17: Modul Praktikum Analing1

15

Perhitungan

2

81000/

botol

ThioThio

V

NVltmgDO

Catatan:

Selain dengan metode Winkler, oksigen terlarut dapat dianalisa dengan metode

membrane electroda (DO meter) atau dengan metode titrasi lainnya. Pengukuran oksigen

terlarut harus dianalisa secepat mungkin, karena kelarutan oksigen di dalam air sangat

dipengaruhi oleh temperature dan tekanan udara . Senyawa reduktor atau oksidator

(nitrit) dalam air dapat mengganggu pengukuran oksigen terlarut dengan metode Winkler.

Untuk mencegah gangguan tersebut ditambahkan senyawa Natrium Azide (NaN3) ke

dalam pereaksi oksigen.

XV. Pemeriksaan BOD

Umum

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri selama penguraian

senyawa organic pada kondisi aerobic. Dalam hal ni dapat diinterpretasikan bahwa

senyawa organic merupakan makanan bagi bakteri. Parameter BOD digunakan unutk

menentukan tingkat pencemar oleh senyawa organic yang dapat diuraikan oleh bakteri.

BOD adalah uji hayati (bioassay).

Prinsip

Pengukuran BOD terdiri dari pengenceran sample, inkubasi selama 5 hari pada suhu 20C

dan pengukuran oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Penurunan oksigen

terlarut selama inkubasi menunjukkan banyakknya oksigen yang dibuthkan oleh sample

air. Oksigen terlarut dianalisa dengan menggunakan metode titrasi Winkler.

Pereaksi

a. Larutan Buffer Fosfat

8,5 gr KH7PO4, 21,75 gr K2PO4, 33,4 gr Na2HPO4.7H2O dan MgSO4 serta 1,7

gr NH4Cl dilarutkan dalam 500 ml aquadest dan diencerkan hingga volumenya 1

ltr dan pH larutan harus 7,2.

b. Larutan Magnesium Sulfat

Page 18: Modul Praktikum Analing1

16

22,5 gr MgSO4.7H2O dilarutkan dan diencerkan dengan aquadest hingga

volumenya 1 ltr.

c. Larutan Kalsium Klorida

2,5 gr CaCl2 dilarutkan dan diencerkan hingga volumenya 1 ltr.

d. Larutan Ferri Klorida

0,25 gr FeCl3.6H2O dilarutkan dan diencerkan dengan aquadest hingga

volumenya 1 ltr.

e. Bibit air kotor (sidimen)

Air limbah domestic yang banyak mengandung mikroorganisme dan telah di

aklimatisasi

f. Pembuatan air pengenceran (AP)

1 ml bibit air kotor, 1 ml larutan buffer fosfat, 1 ml larutan FeCl3, 1 ml larutan

CaCl2 dan 1 ml larutan MgSO4 ditambahkan ke dalam 1 ltr aquadest atau aqua

dm. Lalu aerasi selama 30 mnt agar air pengencer jenuh dengan oksigen.

Prosedur

1. Membuat larutan pengencer yang jenuh oksigen

2. Menentukan angka pengenceran sample

8,0 – 9,0 mg O2/lt diencerkan 1x

6,0 – 8,0 mg O2/lt diencerkan 2x – 5x

5,0 – 6,0 mg O2/lt diencerkan 2x – 10x

3,0 – 5,0 mg O2/lt diencerkan 10x – 15x

1,0 – 3,0 mg O2/lt diencerkan 15x – 20x

0,1 – 1,0 mg O2/lt diencerkan 20x – 25x

0,0 – 0,1 mg O2/lt diencerkan 25x – 100x

3. Melakukan pengenceran

a. Setelah diketahui angka pengenceran dari sample air tersebut maka dilakukan

pengenceran contoh air tersebut dengan air pengencer yang telah disediakan.

Banyak air pengencer yang ditambahkan tergantung pada angka pengenceran

tersebut (lihat contoh perhitungan di atas).

b. Setelah diencerkan, masukkan ke dalam dua buah botol BOD yang telah

dikalibrasi volumenya. Salah satu botol BOD tersebut disimpan dalam

incubator 20C selama 5 hari, sedangkan botol BOD yang lainnya diperiksa

kandungan oksigen terlarutnya dengan metode titrasi Winkler.

Page 19: Modul Praktikum Analing1

17

c. Untuk percobaan blanko disiapkan 6 botol BOD. Masing-masing botol diisi

dengan air pengencer. Tiga botol pertama diinkubasi selama 5 hari pada

tempertur 20C. Sedangkan tiga botol lainnya dintentukan kandungan

oksigennya (DO).

4. Pemeriksaan oksigen terlarut

a. Pemeriksaan oksigen terlarut lihat metode titrasi Winkler.

Perhitungan

BOD5hari20C (mg/lt) = ((D0 – D5) - (B0 – B5) x f) x P

Dimana

B0 = DO 0 hari blanko (mg/lt)

B5 = DO 5 hari blanko (mg/lt)

D0 = DO 0 hari sample (mg/lt)

D5 = DO 5 hari sample (mg/lt)

P = angka pengenceran

f = koreksi untuk seeding

f = vol seeding dalam sample : vol seeding dalam blanko

Catatan

1. Karena pemeriksaan BOD merupakan uji hayati (bioassay), keberhasilan percobaan

BOD sangat dipengaruhi oleh kehidupan mikroorganisme. Oleh seba itu, semua zat

yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme harus dihilangkan terlebih dahulu.

Contoh: senyawa pestisida, klor dan sebagainya.

2. Zat asam glutamate-glukosa digunakan sebagai standar pengontrol etelitian kerja

dalm pemeriksaan BOD. Untuk larutan campuran 150 mg asam glutamate dan 150

mg glukosa dalam 1 liter air akan menunjukkan BOD sekitar 231 mg/lt. Secara

teoritis BODnya dapat dihitung.

3. Dalam pemeriksaan BOD, tidak hanya terjadi penguraia senyawa karbon, tetapi juga

terjadi proses nitrifikasi, sehingga hasil BODnya lebih besar dari yang sebenarya.

Untuk itu perlu dicegah proses nitrifikasi dengan penambahan 3 mg 2-chloro-6-

(trichloro methyl) pyridine (TCMP) unutk setiap 300 ml botol BOD.

4. Validitas data hasilpengukuran BOD biasanya ditentukan berdasarkan:

a. DO 5 hari harus lebih besar dari 0,5 mg/lt

b. Penurunan DOnya 30% - 79%

Page 20: Modul Praktikum Analing1

18

5. Pengawetan sampel dilakukan dengan pendinginan. Waktu peyimpanan maksimum

adalah 48 jam (2 hari)

XVI. Pemerikasaan COD

Umum

COD adalah jumlah oksigen yag dibuthkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam

sampel. Parameter COD menunjukkan jumlah senyawa organik dalam air yang dapat

dioksidasi secara kimia. Oksidator yan umum digunakan adalah Kalium dikromat.

Prinsip

Senyawa organic dalam air dioksidasioleh larutan Kalium dikromat dalam suasana asam

sulfat pada temperature 15C. Kelebihan Kalium dikromat dititrasi oleh larutan ferro

ammonium sulfat (FAS) degan indicator ferroin.

Pereaksi

1. Larutan Standar Kalium dikromat 0,25N

12,259 gr K2Cr2O7 p.a. yang telah dipanaskan pada temperature 105C selama 1 jam

ditimbang dengan teliti dan diencerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat 1 lt.

2. Pereaksi Asam sulfat – perak sulfat

5,5 gr Ag2SO4 dimasukkan ke dalam 1 kg H2SO4 pekat dan dibiarkan selama 1 atau 2

hari untuk melarutkan serbuk tersebut.

3. Larutan Indikator Ferroin

1,485 gr 1,1-phenantrolin monohidrat dan 695 mg FeSO4.7H2O dilarutkan dalam

aquadest dan diencerkan hingga volumenya 100 ml. Indikator ini harus dibuat baru.

4. Larutan Ferro Ammonium Sulfat 0,25N

98 gr Fe(NH4)2(SO4).6H2O dilarutkan dalam aquadest. Kemudian tambahkan 20 ml

H2SO4 pekat dan encerkan hingga volumenya 1 lt. Larutan ini harus distandarisasi

setiap hari dengan cara berikut:

10 ml larutan standar K2Cr2O7 0,25 N diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml,

tambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan dinginkan. Titrasi dengan larutan standar FAS

menggunakan mengunakan 2 atau 3 tetes indicator ferroin.

FASml

OCrKNormalitasOCrKmlFASNormalitas 722722

5. Merkuri sulfat

Page 21: Modul Praktikum Analing1

19

Digunakan serbuk HgSO4p.a.

Prosedur

1. 20 ml contoh air dimasukkan ke dalam labu refluks, tambahkan 0,4 gr serbuk HgSO4

(penambahan merkuri sulfat tergantung konsentrasi klorida (perbandingan HgSO4 : Cl

= 10 : 1). Tambahkan 10 ml larutan K2Cr2O7 0,25 N dan 30 ml pereaksi H2SO4 pekat

2. Labu refluks dipasang pada kondensor dan dipanaskan selama 2 jam mendidih.

Setelah dingin, kondensor dibilas dengan aquadest. Labu refluks dilepas dari

kondensor, lalu encerkan dengan aquadest hingga volumenya 140 ml.

3. Setelah dingin, titrasi dengan larutan FAS 0,1 N menggunaka 2 atau 3 tetes indicator

ferroin hingga terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah coklat.

4. Diperlukan percobaan blanko dengan aquadest sebagai sampel,dengan cara kerja

sama seperti diatas.

5. Untuk sampel yang mengandung zat organic tinggi atau rendah digunakan volume

sampel bervariasi.

6. Tabel berikut akan menampilkan volume sampel dan pereaksi untuk mendapatka hasil

analisa yang akurat.

ml

sampel

ml

K2Cr2O7

ml

H2SO4

gram

HgSO4

N

FAS

Volume

Akhir

10 5 15 0,20 0,05 70

20 10 30 0,40 0,10 140

30 15 45 0,60 0,15 210

40 20 60 0,80 0,20 280

50 25 75 1,00 0,25 350

Perhitungan

sampelml

CBAltOmgsebagaiCOD

81000/2

dimana

A = ml FAS untuk blanko

B = ml FAS untuk sampel

C = Normalitas FAS

Page 22: Modul Praktikum Analing1

20

Catatan

Gangguan dalam analisa COD adalah ion klorida. Untuk mencegah gangguan tersebut

ditambahkan merkuri sulfat. Banyaknya merkuri sulfat yang ditambahkan tergatung pada

konsentrasi klorida, dengan perbandingan H2SO4 : Cl = 10 : 1.

Jika kadar COD lebih besar dari 750 mg/lt, maka perlu dilakukan pengenceran terlebih

dahulu. Karena zat organic dalam air dapat terurai karena aktivitas mikroorganisme maka

pemeriksaan COD harus secepat mukin dianalisa. Contoh air dapat diawetkan dengan

penambahan asam sampi pH < 2 dan didinginkan, watu penyimpanan yang masih

direkomendasikan adalah 28 hari.

XVII. High Volume Sampling

Prinsip pengukuran:

Udara dihisap melalui filter fiberglass dengan kecepata aliran udara 1.13-1.70 m3/mnt

atau 30-60 cuft. Partikel tersuspensi dengan diameter <100 mikron (diameter

aerodinamik) akan terhisap dan tertahan di permukaan filter. Metode ini digunakan untuk

mengukur konsentrasi partikel tersuspensi di udara ambient dengan satuan µg/m3, dengan

cara menimbang berat partiklat yang tertahan di permukaan filter dan degnan menghitung

volume udara yang terhisap. Metode ini munkgin dilengkapi dengan pengatur kecepatan

aliran udara, untuk memastikan laju aliran udara konstan. Sampel yang terkumpul dapat

digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif senyawa-senyawa yang berada

dalam bentuk partikel. Senyawa yang dapat dianalisis antara alain: senyawa organic,

(PAN), nitrat, sulfat, logam-logam berat, ion ammonium dan ion fluorida.

Sensitivitas:

Sampling yang dilakukan selama 24 jam dengan kecepatan aliran udara 1.70 m3/mnt (60

cuft/mnt) akan mampu mengukur partikulat dengan konsentrasi yang rendah (1 µg/m3).

Jika konsentrasi di udara ambient cukup tinggi, maka sampling dapat dilakukan selama 6-

8 jam. Waktu sampling yang direkomendasikan adalah 24 jam.

Gangugan-ganguan:

Partikulat yang berminyak, seperti: photochemical smog atau asap pembakaran kayu yang

dapat menutupi filter sehingga aliran udara akan menurun; hal lain adalah partikel yang

mengandung senyawa higroskopis atau partikel dengan kelembaban tinggi yang akan

memberikan akibat yang sama.

Page 23: Modul Praktikum Analing1

21

Presisi dari akurasi:

Konsentrasi partikel tersuspensi di udara ambient sebesar 112 µg/m3 akan memberikan

standar deviasi relative sebesar 9% (10 µg/m3); sedangkan untuk konsentrasi 39 µg/m3

standar deviasi relative akan sebesar 15 (6 µg/m3). Akurasi sangat dipengaruhi oleh

perubahan kecepatan aliran udara selama sampling berlangsung. Karenanya alat pengukur

aliran udara pada dasarnya diperlukan dalam metode ini.

Peralatan:

- Peralatan sampling: Face plate (plat bag. Depan) dan gasket, Adapter filter, dan

Motor Pompa Vakum.

- Ketiga alat tersebut dilindungi dengan shelter (gambar 1).

- Hi-Vol Sampler harus mampu menghisap udara melalui filter fiberglass berukuran

20.3x25.4 cm dengan kecepatan aliran udara minimum 1.13 µg/m3 (30 cfm) dan

mampu beroperasi selama 24 jam.

- Unit Kalibrasi, unit kalibrasi orifice yang terdiri dari pipa logam berukuran

diameter dalam (ID) 7.62 cm (3”) dan panjang 15.9 cm (6.25”).

- Neraca Analitik dengan ketelitian 0.1 mg.

- Designator untk mengkondisikan filter sebelum dan setelah sampling dilakukan.

Pereaksi (Reagent):

Filter yang secara baku digunakan adalah filter fiberglass dengan sfisiensi 99% untuk

diameter partikel 0.3 µm. Tidak direkomendasikan pengunaan kertas filter biasa yang

umum dipakai di laboratorium.

Prosedur:

Sampling:

Filter fiber yang digunakan harus dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan sikat

kecil. Filter dikondisikan selama 24 jam, kemudian ditimbang dengan neraca analitik

(pemberian nomor pada filter dilakukan sebelum penimbangan). Sebelum sampling

dilakukan, filter tidak boleh digulung/dilipat. Untuk pengamanan selama perjalanan, filter

dapat disimpan di dalam kantong plastic. Setelah filter dipasang dengan rapi di antara

face plate dan gasket, sampler dihidupkan dan setelah berjalan 5 menit catat kecepatan

aliran udara. Biarkan sampling berlangsung 6, 8, atau 24 jam. Sebelum sampling berakhir

catat kembali kecepatan aliran udara. Setelah sampling berakhir, face plate dibuka dan

Page 24: Modul Praktikum Analing1

22

filter fiber dilipat sedemikian rupa sehingga bagian yang mengandung partikel tersuspensi

saling berhadapan.

Analisis:

Sebelum ditimbang, filter hendaknya dikondisikan kembali di dalm desikator selama 24

jam.

Kalibrasi Hi-Vol Sampler:

Sebelum digunakan, Hi-Vol Sampler harus dikalibrasi dahulu dengan menggunakan:

- Metode Rotameter

- Metode Draft Gauge atau kalibrasi Orifice

Perhitungan:

Konversi kecepatan aliran udara dari cuft menjadi m3/mnt.

Volume udara yang dihisap:

V= ½ x [(Q1+Q2) x T]

Keterangan:

V : volume udara yang terhisap (m3)

Q1: kecepatan aliran udara awal (m3/mnt)

Q2: kecepatan aliran udara akhir (m3/mnt)

T : waktu sampling (mnt).

Hitung konsentrasi partikel yang tersuspensi:

SP= (Ws-W0) x 106 x 1/v

Keterangan:

SP : konsentrasi partikel tersuspensi (µg/m3)

Ws : berat filter fiberglass setelah sampling (g)

W0 : berat filter fiberglass sebelum sampling (g)

106 : konversi dari g menjadi µg.

Page 25: Modul Praktikum Analing1

23

Gambar 1:

Picture 1. High Volume Sampler

XVIII. Gas Ammonia (NH3)

Metode: Indophenol

Prinsip:

Amonia (NH3) di udara ambient diserap oleh larutan H2SO4 membentuk Ammonium

Sulfat. Amonium Sulfat yang terbentuk direaksikan dengan phenol dan antrium

hipokhlorit yang dalam suasana basa akan memberntuk Indophenol yang berwarna biru.

Warna biru yang terjadi dianalisis secara colorimetri. Reaksi dipercepat dengan

penalbahan Natrium Nitroprussid.

Sensitivitas:

Sampling degnan kecepatan aliran udara 1-2 liter, konsentrasi yang dapat di ukur 20-700

µg/m3 (0.025-1 ppm) dengan waktu sampling 1 jam. Batas pengukuran terkecil adalah

0,02 µg/ml penyerap.

Sampler Motor

Flow Recorder (Optional)

Filter Adaptor

Flow Meter

Page 26: Modul Praktikum Analing1

24

Ganguan-ganguan:

Ammonia yang terdapat dalam partikulat dapat terukur jika tidakdigunakan filter selama

sampling berlangsung.

Adanya FE3+, Cr3+ dan ion mangan degnan konsentrasi sebesar mg akan memberikan

ganguan positif. Sedangakan ion Cu akan menghambat reksi pembentukan warna. Untuk

mengurangi ganguan tersebut dapat ditambahkan EDTA.

Nitrit dan Sulfit dengan konsentrasi 100x konsentrasi NH3 akan memberikan ganguan.

Formaldehida akan memberikan ganguan negative sebesar 10-15%.

Ganguan yang dapat disebabkan oleh partikulat dapat dicegah degnan menggunakan filter

selama sampling berlangsung.

Peralatan:

Pompa Vacuum

Flow meter

Absorber: dapat digunakan fritted bubbler, midget impinger atau gas scrubber.

Spektrofotometer

Peralatan gelas.

Pereaksi:

Larutan Penyerap H2SO4 0,1N:

Encerkan 2,3 ml H2SO4 pekat (18M) dengan aquadest sampai volume 1 liter.

Larutan Natrium Nitroprussid:

2,0 g Natrium Nitroprussid dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Larutan ini stabil selama 2

bulan jika disimpan dalam lemari es.

Larutan NaOH 6,75M:

Larutkan 270 g NaOH dalam 1 liter aquadest, kemudian didihkan sampai volumenya 600

ml untuk menghilangkan ammonia. Tambah aquadest sampai volumenya 1 liter. Simpan

larutan ini dalam botol plastik.

Larutan Stock natrium Hipokhlorit:

Buat larutan Natrium Hipokhlorit 3.7% (0,1N) dengan cara mengencerkan Natrium

Hipokhlorit 5-6% dengan aquadest. Larutan ini stabil selama 2 bulan, jika disimpan

dalam lemari es.

Larutan Stock Phenol 45% (v/v):

Phenol dilebur dalam water bath pada suhu 600C, kemudian 45 ml (50g) phenol tersebut

diencerkan dengan methanol sampai volumenya 100 ml. Larutan ini stabil selama 2 bulan

jika disimpan dalam lemari es.

Page 27: Modul Praktikum Analing1

25

Larutan Buffer:

Larutkan 50 g Na3PO3.12H2O dan 74 ml larutan NaOH 6.75 dalam 1 liter aquadest.

Larutan Hipokhlorit:

Campurkan 30 ml larutan NaOH 6,75M dan 30 ml larutan stock natrium Hipokhlorit,

kemudian encerkan degnan aquadest sampai volumenya 100 ml. Larutan ini hanya stabil

selama 1 hari.

Larutan Phenol:

Campurkan 20 ml larutan stock phenol 45% dan 1 ml larutan natrium Nitroprussid 20%,

kemudian encerkan dengan aquadest sampai volumenya 100 ml. larutan ini stabil selama

4 jam.

Larutan Stock Standar Ammonia:

3,18 g NH4Cl atau 3,88 g (NH4)2SO4 dilarutkan dlam 1 liter aquadest. Kemudian

tambahkan CHCl3 sebagai pangawet. Larutan ini stabil selama 2 bulan.

Larutan Standar Ammonia:

10 ml larutan stock standar Ammonia diencerkan degnan larutan penyerap (H2SO4 0,1N)

sampai volumenya 1 liter (1 ml= 10 µg NH3).

Kalibrasi:

- Siapkan 6 buah labu ukur 25 ml, masukkan ke dalam masing-masing labu ukur

0.0 ml, 0.2 ml, 0.4 ml, 0.6 ml, 1.0 ml, dan 1.5 ml larutan standar Ammonia.

- Tambahkan 10 ml larutan penyerap ke dalam masing-masing labu ukur.

- Tambahkan 2 ml larutan Buffer, 5.0 ml larutan phenol, dan 2.5 ml larutan natrium

Hipokhlorit dan kocok. Encerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat 25 ml

dan biarkan selama 30 menit.

Intensita warna biru yang terjadi diukur dengan kurva spektrofotometer pada apnjang

gelombang 630 nm. Buat kurva kalibrasi antara Absorban degnan konsentrasi NH3

dan tentukan slopenya.

Prosedur:

- Susunan alat sampling:

Filter----------- Midget ---------- Flow meter ------------Pompa

Page 28: Modul Praktikum Analing1

26

10 ml larutanpenyerap dalam midget impinger yang dirangkai dengan flow mwter

dan pompa vaccum. Sampling dilakukan selama 1 jam dengan kecepatan aliran

udara 1-2 liter/menit.

Analisis:

- Setelah sampling, larutan penyerap dipundahkan secara kuantitatif dalam labu

ukur 25 ml. Tambahkan 2 ml larutan Buffer, 5.0 ml larutan Phenol, dan 2.5 ml

larutan Hipokhlorit dan kocok. Encerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat

25 ml dan biarkan selama 30 menit.

- Intensitas warna biru yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 630 nm.

Perhitungan:

NH3 (µg/m3)= (A x k) / (V)

Keterangan:

A : absorbansi sample

k : Slope (µg/unit absorban)

V : volume udara pada 250C dan 760 mmHg.

Picture 2. Sususnan Peralatan Sampling

Needle Valve

To Air Pump

Flow meter

TRAP

IMPINGER

NEEDLE VALVE FLOW CONTROL

Page 29: Modul Praktikum Analing1

27

XIX. Pengukuran Intensitas Suara

Prinsip:

Tingkat kebisingan dapat ditentukan oleh dua factor yaitu: intensitas suara, yang

dinyatakan dalam dB dan durasi pemaparan kebisingan, dinyatakan dalam jam atau

menit.

Decibel (dB) merupakan pengukuran unit logaritma yang menyatakan suatu kuantitas

Fisik (power atau intensitas) yang dapat berdasarkan pada suatu reference level tertentu.

Satu decibel = sepersepuluh satu bel (B).

Decibel pada umumnya digunakan untuk pengukuran kuantitas suara berdasarkan

reference 0 dB. Reference level ditetapkan pada “0” berdasarkan intensitas suara standar

manusia. Semakin besar intensitas (amplitude) suara → semakin keras suara:

Intensitas Suara = decibels (dB)

dB = 10 log Intensitas suara

Intensitas suara standar

- 0 db = ketiadaan suara

- Ambang pendengara = 0 dB 1000 Hz

Page 30: Modul Praktikum Analing1

28

Tabel 1. Beberapa Contoh Intensitas Suara

Bunyi Intensitas Suara (dB)

Gemerisik daun 15

Bisikan 30

Percakapan normal 60

Vacuum cleaner 75

Teriakan 80

Suara motor 90

Suara tak nyaman 120

Suara menyakitkan telinga 140

Lalu lintas padat 100

Amplifier 120 – 140

Tabel 2. Pembatasan waktu dan tingkat kebisingan yang diterima

Waktu (Jam/hari) Tingkat kebisingan

(dBA) Waktu (Jam/hari)

Tingkat kebisingan

(dBA)

8 90 1.5 102

6 92 10 105

4 95 0.5 110

3 97 <0.25 115

2 100

Contoh perhitungan:

Once a statistically valid L10(h) has been obtained, the Leq(h) can be

calculated as follows:

Leg(h) = 10log1/N NΣi=1n; 10Li/10 (2-1)

Where Leq(h) is the hourly, A-weighted, equivalent sound level,

N is the number of sound level readings taken to obtain a statistically valid L10 ni is the number of sound level readings in the ith class.

Li is the level of the ith sound level reading taken during the measurement period.

Problem No. 1: Compute the Leq(h) of the sound level readings shown in

figure 2.

L10 = 49 +1-3dBA

L10 Criterion met after 50 samples

Page 31: Modul Praktikum Analing1

29

Figure 2: Noise Level Readings (Source: Sketch 3.4 page 3.9, Fundamentals and Abatement of Highway

Traffic Noise

Leg(h) = 10log1/N NΣi=1n; 10Li/10 Leg(h) = 10log1/50 [Σ (8)(1049/10) + (27)(1047/10) + (15)(1045/10)]

= 10log2463010/50 = 10log49260 = 47 dBA

XX. Pengukuran Intensitas Cahaya

Prinsip

Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat

langsung dibaca.

Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam

bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik

diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.

Alat

Page 32: Modul Praktikum Analing1

30

Luxmeter

Prosedur

Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.

Penentuan titik pengukuran

1. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila

merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.

2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada

setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut

dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.

Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan

kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 1.

Gambar 1 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10 m2

b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik

potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap

3 (tiga) meter.

Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara

10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 2.

Page 33: Modul Praktikum Analing1

31

Gambar 2 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10 m2 – 100

m2

c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang

dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.

Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan

luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 3.

Gambar 3 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas lebih dari 100 m2

Persyaratan pengukuran

1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan.

2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.

Tata cara

1. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.

Page 34: Modul Praktikum Analing1

32

2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran

untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat

sehingga didapat nilai angka yang stabil.

4. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan

setempat, dan untuk intensitas penerangan umum.

5. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.

6. Catat jenis lampu yang digunakan: Pijar/Gas halogen/ Germicidal/ Fluorescent/

Natrium/ Infrared

Page 35: Modul Praktikum Analing1

33

FORMAT JURNAL PRAKTIKUM

Hari/Tanggal : ___________________________________________________

Judul Praktikum : ___________________________________________________

Metoda : ___________________________________________________

Prinsip : ___________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

Alat dan Bahan : ___________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

No Prosedur Pengamatan

Perhitungan :

Diketahui

Pengawas Praktikum

( )

Page 36: Modul Praktikum Analing1

34

SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM

a. Judul praktikum

b. Landasan teori:

mengapa parameter tersebut bias menjadi indicator kualitas

lingkungan

teori-teori mengenai parameter yang diukur;

sifat,

sumber,

konsentrasi di lingkungan, dll serta

manfaat pengukuran parameter tersebut

c. Metode dan Prinsip

d. Alat dan Bahan

e. Prosedur (dibuat dalam bentuk poin, tidak tabel)

f. Hasil / Data

g. Perhitungan

h. Pembahasan antara lain mencakup

pembahasan mengapa prinsip atau metode tersebut yang digunakan

dalam pengukuran parameter tersebut

pembahasan mengenai kesesuaian prinsip pengukuran dengan

pengerjaan praktikum,

pembahasan mengenai setiap langkah dalam pengukuran dan

alasan/tujuan dilakukannya langkah tersebut

pembahasan hasil pengukuran,

ulasan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sehingga

diperoleh akurasi pengukuran yang baik,

dibahas pula kesalahan-kesalahan pegukuran yang terjadi selama

praktikum.

hal-hal lain yang anda rasa perlu

i. Kesimpulan dan Saran

catatan:

kemiripan laporan antara 2 kelompok akan menerima sanksi berupa pengurangan

nilai sebesar 30% bagi kedua kelompok

Laporan dapat dibuat pada kerta bekas maupun dengan tulisan tangan