modul nurbidasari

27
MODUL TEKHNOLOGI KOSMETIK SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR FORMULASI KRIM PEMUTIH DARI GINSENG (Panax ginseng) Oleh : NAMA : NURBIDASARI NIM : 13.01.261 KELAS : Transfer B 2013 SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

Upload: nurbidasari

Post on 27-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Nurbidasari

MODUL TEKHNOLOGI KOSMETIK

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

FORMULASI KRIM PEMUTIH DARI GINSENG (Panax ginseng)

Oleh :

NAMA : NURBIDASARI

NIM : 13.01.261

KELAS : Transfer B 2013

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2014

Page 2: Modul Nurbidasari

KRIM PEMUTIH

GINSENG (Panax ginseng)

A. Tujuan

Untuk mengetahui pembuatan sediaan krim pemutih dari ginseng (Panax

ginseng)

B. Teori Umum

1. Kosmetik

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru

abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga

mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta

industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik

menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Dewasa ini, teknologi kosmetik

begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmacuetical)

atau dikenal dengan istilah kosmetik medik (cosmeceuticals).

Kosmetik berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang mempunyai arti

keterampilan menghias atau mengatur. Pengertian kosmetik dalam Peraturan

Menkes RI no 445 tahun 1998 dijelaskan sebagai berikut :

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan,

dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam,

dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk

membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik memperbaiki bau badan tetapi

Page 3: Modul Nurbidasari

tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit..

(Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976)

Dalam definisi kosmetik tersebut, terdapat kalimat ‘tidak dimaksudkan

untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit’, pernyataan tersebut

mengandung pengertian bahwa penggunaan kosmetika tidak dimaksudkan untuk

mempengaruhi struktur dan faal kulit. Pada tahun 1955, Lubowe menciptakan

istilah Cosmedics sebagai gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat

mempengaruhi faal kulit secara positif tetapi bukan obat, dan menyusul pada

tahun 1982, Faust mengemukakan istilah medicated cosmetics, yakni semacam

kosmetik yang juga bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan

kesehatan kulit, seperti preparat anti ketombe, deodorant, preparat antipespirant,

preparat untuk mempengaruhi warna kulit, dan preparat anti jerawat.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk

kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan

rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari

kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah

penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan

menghargai hidup. (Retno Iswari, 2007:7).

Sementara kosmetika hipoalergik adalah kosmetika yang di dalamnya tidak

mengandung zat-zat yang dapat menyebabkan reaksi iritasi dan sensitasi.

Kosmetika jenis ini merupakan kosmetika yang lebih aman untuk kesehatan

kulit. Banyak bahan-bahan yang sering menimbulkan reaksi iritasi dan sensitasi

Page 4: Modul Nurbidasari

telah dikeluarkan dari daftar kosmetika hipoalergik seperti arsenic compounds,

aluminium sulfat, aluminium klorida, balsam of peru, fenol dan lain-lain.

Kosmetika tradisional adalah kosmetika yang terdiri dari bahan-bahan

yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional. Di samping itu, terdapat

kosmetika semi-tradisional, yaitu kosmetika tradisional yang pengolahannya

dilakukan secara modern dengan mencampurkan zat-zat kimia sintetik ke

dalamnya.

Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh

kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan

setiap hari maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetika cocok untuk

setiap kondisi kulit, jika terjadi ketidakcocokan, akan timbul iritasi pada kulit.

Oleh karena itu, perhatikan kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan

tiap-tiap produk.

Penggolongan kosmetika menurut Nater YP et al berdasarkan

kegunaannya yaitu :

1. Higiene tubuh : sabun, sampo, cleansing.

2. Rias : make up, hair color.

3. Wangi-wangian : deodorant, parfum, after shave.

4. Proteksi : sunscreen dan lain-lain

Page 5: Modul Nurbidasari

2. Krim

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung

tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada

dua yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk

membuat krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan

anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000).

Menurut (Ditjen POM,1995) krim adalah bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan

setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai

emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut

lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau

disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,

yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika

dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.

Krim disebut juga salep yang banyak mengandung air, sehingga

memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit. Sebagai vehikulum dapat

dipakai emulsi kental berupa emulsi M/A atau emulsi A/M. Krim lebih mudah

dibersihkan dari kulit dari pada salep yang menggunakan vaseline sebagai

vehikulum.

Page 6: Modul Nurbidasari

Jenis-Jenis Krim Menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut:

1. Krim pendingin (cold cream)

Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat

menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air dalam

minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi bees-wax,

mineral oil, paraffin, dan spermaceti.

2. Krim vitamin (vitamin cream)

Mengandung vitamin B compleks, asam pantotenat, vitamin E,

vitamin A, C, D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini diragukan

manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang efisien

dibanding bila diberikan per oral.

3. Krim urut (massage cream)

Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan

minyak dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk

krim A/M.

4. Krim tangan atau badan (hand and body cream)

Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut

dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab

biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA, atau

vitami

5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream or skin food

Page 7: Modul Nurbidasari

cream)

Tidak memberi makan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi

hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara permanent.

Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil, sun flower oil atau corn oil.

Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik

pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air padda

kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit,

mudah dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak

terjadi penyumbatan dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut

kecuali krim asam stearat.

3. Pemutih Kulit

Pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat

menekan atau menghambat melamin yang sudah terbentuk sehingga akan

memberikan warna kulit yang lebih putih

Sebagian besar pemutih kulit wajah bekerja dengan menghambat

pembentukan melamin melalui jalur inhibisi pada enzim tironase dan bahkan ada

yang bersifat toksik terhadap melamin. Kulit wajah yang lebih putih dan

hilangnya bintik-bintik hitam, bisa diperlihatkan dalam waktu 6 bulan setelah

penggunaan. Efek samping dari penggunaan pemutih kulit, bisa berupa kulit

kemerahan dan iritasi, rasa gatal dan terbakar, pengelupasan kulit dan

merangsang terjadinya kanker kulit .Ada beragam jenis bahan aktif pemutih kulit

dengan tingkat efektifitas yang berbeda-beda. Bahan aktif tersebut antara lain

Page 8: Modul Nurbidasari

hidrokuinon, Monobenzyl Ether HQ, merkuri, arbutin, asam aselaik, asam kojik,

Licorice ekstrac, vitamin E, Vitamin C dan lain-lain.

Pemutih adalah sediaan kosmetik yang dibuat untuk memperbaiki

penampakan kulit dan warna gelap yang menyeluruh/sebagian menjadi lebih

terang dan merata. Sediaan kosmetik pemutih wajah mengandung bahan yang

mampu mencerahkan warna kulit (lightening) dan memutihkan kulit

(bleaching).Warna kulit tergantung pada tiga komponen menurut derajat yang

bervariasi. Jaringan memiliki warna inheren kekuningan akibat kandungan

karoten. Adanya Hb beroksigen dalam dasar kapiler dari dermis memberinya

warna kemerahan. Dan warna kecoklatan sampai kehitaman adalah akibat jumlah

pigmen melanin yang bervariasi. Dari ketiga substansi berwarna ini hanya

melanin yang dihasilkan di kulit. Melanin adalah produk dari melanosit.

Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat pada epidermis, dijumpai di

bawah atau di antara sel-sel stratum basalis dan pada folikel rambut. Asal

embriologi dari melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki

bentuk badan sel bulat tempat bermulanya cabang-cabang panjang yang ireguler

dalam epidermis. Cabang-cabang ini berada di antara sel-sel stratum basalis dan

stratum spinosum (Fitrie, 2004).

Dari penjelasan diatas, dapat kita ketahui beberapa mekanisme dari

pemutih wajah. Berikut adalah beberapa mekanisme kerja dari pemutih wajah:

Page 9: Modul Nurbidasari

a. Proteksi sinar matahari (Tabir surya)

Makin gelapnya kulit (tanning) setelah terpapar radiasi matahari (panjang

gelombang: 290-320mm) disebabkan oleh reaksi fisis dan kimiawi

menggelapkan warna melanin yang belum muncul ke luar melanosit, dan

merangsangnya secara cepat untuk masuk ke keratinosit. Selain itu, terpapar

radiasi matahari akan menyebabkan kecepatan sintesis melanin dalam

melanosit mengalami akselerasi, sehingga semakin meningkatkan jumlah

pigmen melanin (Fitrie, 2004)

Mekanisme tabir surya yaitu dengan memberikan tabir sehingga radiasi

matahari dengan panjang gelomang 290-320 nm tidak langsung atau

mengurangi pemapaparannya terhadap kulit.

b. Menghambat aktivitas melanosit

Menghambat aktivitas melanosit dilakukan dengan menghindari cahaya

matahari dan obat-obat fototoksik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa

melanosit akan masuk kedalam keratinosit jika kulit terpapar cahaya matahari.

Selain itu kecepatan sintesis melanin dalam melanosit juga akan meningkat

c. Menghambat sintesis melanin

Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan

peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja

enzim tirosinase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA)

dan kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi, setelah

Page 10: Modul Nurbidasari

melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin.Penghambatan sintesis

melanin dilakukan dengan penghambatan enzim, tirosinase. Obat yang

biasanya digunkan dan mampu menghambat enzim tersebut adalah

hidrokuinon, asam kojik, asam azelaik, ekstrak bengkuang, arbutin.

d. Menghambat produksi melanin

Obat yang dapat digunakan untuk menghambat produksi melanin

diantranya adalah asam askorbat dan glutation.

e. Toksisitas melanosit selektif dan supresi melanogenesis non selektif

Obat yang mempunyai efek toksisitas melanosit selektif adalah merkuri,

isopropil katekol, dan N-asetil sistein yang menyebabkan kerusakan

melanosit. Akibatnya melanin tidak dapat disintesis.Obat yang mempunyai

efek supresan pada melanogenesis non selektif yaitu kortikosteroid dan

indometasin. Obat tersebut bekerja dengan menekan proses melanogenesis

(Zhai, 2009)

f. Memindahkan melanin

Melanin yang sudah disintesis akan menumpuk dan berkumpul di

keratinosit. Obat ini bekerja untuk memindahkan melanin tersebut untuk

segera di metabolisme. Obat yang mempunyai aktivitas tersebut adalah asam

kloroasetik, solutio jessner, asam glikolat

Page 11: Modul Nurbidasari

C. Formula Krim Pemutih

Tiap 60 gram mengandung :

Ekstrak ginseng 5%1

Asam stearat 8%

TEA 4%

Vaselin kuning 30%

Lanolin 20%

Setil alkohol 5%

Propilenglikol 15%

Isopropyl miristat 2%

Metil paraben 0,18%

Propil paraben 0,2%

Alfa-tokoferol 0,05%

Minyak melati 0,01%

Aquadest ad 100%

D. Alasan Penambahan Bahan

1. Ginseng sebagai zat aktif mempunyai efektiivitas sebagai pemutih.

2. Asam stearat dan TEA digunakan sebagai emulgator pada sediaan krim. Krim

dibuat dengan tipe A/M, dimana asam stearat berfungsi sebagai emulgarot

1 J. Y. Lim, K. Ishiguro, and I. Kubo, Tyrosinase inhibitory effects of p-coumaric acid from ginsengleaves, Phytother. Res., 13, 371–375 (1999).

Page 12: Modul Nurbidasari

untuk fase minyk sedangkan TEA berfungsi sebagai emulgator fase air. Asam

staerat merupakan bahan yang sangat stabil.

3. Vaselin kuning berfungsi sebagai emolien.

4. Lanolin digunakan sebagai bahan emolien. Ketika dicampur dengan minyak

tumbuhan atau dengan paraffin dapat menghasilkan krim yang dapat

berpenetrasi ke dalam kulit dan membantu absorpsi obat.

5. Setil alkohol berfungsi sebagai emolien. Setil alkohol stabil terhadap asam,

basa, cahaya dan udara dan tidak menjadi tengik.

6. Propilenglikol digunakan sebagai humektan dan penambah aktivitas metil

paraben dan propil paraben sebagai pengawet

7. Metil paraben berfungsi sebagai pengawet. Metil paraben berfungsi sebagai

pengawet untik fase air.

8. Propil paraben berfungsi sebagai pengawet untuk fase minyak.

9. Alfa-tokoferol digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan kosmetik.

10. Aquadest digunakan sebagai pembawa yang umum digunakan dalam sediaan

farmasi.

E. Perhitungan Bahan

1. Ekstrak Ginseng :5

100 x 60 gram = 3 gram

2. Asam stearat :8

100 x 60 gram = 4,8 gram

3. TEA :4

100 x 60 gram = 2,4 gram

Page 13: Modul Nurbidasari

4. Vaselin flavum :30

100 x 60 gram = 18 gram

5. Lanolin :20

100 x 60 gram = 12 gram

6. Setil alcohol :5

100 x 60 gram = 3 gram

7. Propilenglikol :15

100 x 60 gram = 9 gram

8. Isopropyl miristat :2

100 x 60 gram = 1,2 gram

9. Metil paraben :0,18100

x 60 gram = 0,108 gram

10. Propil paraben :0,2100

x 60 gram = 0,12 gram

11. Alfa-tokoferol :0,05100

x 60 gram = 0,03 gram

12. Minyak melati :0,01100

x 60 gram = 0,006 gram

13. Aquadest : 60 – 53,66 = 6,34 gram

F. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang bahan satu persatu sesuai perhitungan

3. Metil paraben dilarutkan dengan air panas.

4. Dibuat fase minyak dengan melebur berturut-turut asam stearat, setil alkohol,

lanolin, vaselin flavum, isopropyl miristat dan propil paraben diatas penangas

air, suhu dipertahankan pada suhu 70o C.

Page 14: Modul Nurbidasari

5. Dipanaskan fase air yaitu propilenglikol, ditambakan metil paraben.

6. Dibuat krim dengan cara mencampurkan fase air kedalam fase minyak

kemudian diaduk dengan homogenizer sampai terbentuk krim yang homogen.

Ekstrak ginseng ditambahkan basis krim sedikit demi sedikit pada suhu 55o C

sampai 45o C.

7. Basis krim kemudian dihomogenkan lalu dimasukkan pada sisa basis krim

untuk dilanjutkan dengan pengadukan elektrik.

8. Ditambahkan alfa-tokoferol lalu ditabahkan mimyak melati lalu diaduk

hingga homogen.

G. Evaluasi Sediaan

1. Uji Organoleptis

Diamati sediaan sirup yang meliputi :

Bentuk,

Warna,

Rasa,

Bau

2.  Uji Homogenitas

Dioleskan pada objek glass

Diamati ada partikel atau tidak

3. Uji Daya Lekat

0,5 gram sediaan krim

 Diletakkan pada objek glass pada alat uji daya

Page 15: Modul Nurbidasari

Ditambah beban 500gram

 Diamkan 1 menit

Setelah 1 menit beban diturunkan

Ditarik beban 65gram, catat waktunya

4. Uji Daya Sebar

0,5 gram sediaan

 Diletakkan ditengah alat ekstensometer

Ditimbang dulu penutup  kaca ekstensometer lalu letakkan diatas massa

sediaan selama 1 menit

 Diukur diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil rata-rata

diameter dari beberapa sisi

Ditambahkan 50gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit

Dicatat diameter sediaan yang menyebar

Ditambahkan beban 50gram lagi diamkan selama 1 menit

Dicatat diameter sediaan yang menyebar

Dibuat grafik, hubungkan antara luas dan beban sediaan yang menyebar.

5. Uji Tipe Krim

0,5 gram sediaan

Dimasukkan kedalam objek glass

Ditetesi dengan metilen blue

Ditutup dengan objek glass

Diamati pada mikroskop   

Page 16: Modul Nurbidasari

Digambar penampang yang terlihat

DAFTAR PUSTAKA

Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.

Retno Iswari Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama,Anggota IKAPI

Fitriee.A.A. 2004. Histologi dari melanosit. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59, 62-63, 111-112.

Depkes RI. 1976. Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan. Jakarta:

Depkes RI

Depkes RI. 1997. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI

Page 17: Modul Nurbidasari