modul mrp bu hesti
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

MANAJEMEN OPERASIONAL
MANAJEMEN PERSEDIAAN
MODUL : 5, 6 & 7
OLEH : Hesti Maheswari SE.,M.Si
PROGRAM KELAS KARYAWANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANAJAKARTA
2008
58

MANAJEMEN PERSEDIAANINVENTORY MANAGEMENT
Persediaan Merupakan bagian yang penting dalam operation management
karena membutuhkan modal atau dana yang cukup besar dana mempengaruhi
penyerahan barang-barang pada para pelanggan. Pengaturan inventory
berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis seperti operation, marketing dan
financial.
Yang dimaksud dengan inventory adalah : bahan baku, barang dalam proses,
bahan pembatu, barang jadi supplies.
Tujuan inventory controll adalah menyediakan persediaan dengan mutu dalam
jumlah dan waktu yang sesuai dengan permintaan. Jumlah yang disediakan
tidak terlalu banyak agar investasi tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu sedikit
agar jika ada kekurangan, harga inventory tidak terlalu mahal.
Permasalahan yang dihadapi dalam inventory controll adalah ;
1. Item mana saja yang harus disediakan atau disimpan di gudang. Suatu item
akan selalu disediakan sebagai suatu persediaan di Gudang atau dibeli.
Yang perlu diperhatikan juga apakah item yang ada akan terus disimpan atau
sudah waktunya ditukar atau diganti. Mungkinsaja banyak itemyang sudah
rusak atau ketinggalan jaman.
2. Berapa jumlah persediaan yang harus dibeli. Kita harus mengetahui terlebih
dahulu biaya-biaya yang berhubungan dengan inventory
3. Kapan waktunya suatu pembelian harus dilakukan. Suatu inventory controll
yang bagaimana yang harus digunakan.
Fungsi persediaan yaitu :
1. Fungsi decoupling dilakukan oleh perusahaan yang mengadakan
pengelompokkan operasional secara terpisah. Memungkinkan operasi
internal dan eksternal mempunyai kebebasan
2. Fungsi economic lot size penyimpanan persediaan bahan dalam jumlah
besar dengan mempertimbangkan adanya discount pembelian, kapasitas
dan kondisi gudang serta keperluan operasi.
3. Fungsi antisipasi penyimpanan persediaan berfungsi sebagai penyelamat
jika terjadi kelambatan datangnya pesanan atau jika ada permintaan
musiman.
59

Biaya yang ditimbulkan oleh persediaan, yaitu :
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carying cost)
Bervariasi langsung dengan kuantitas persediaan, terdiri dari :
Biaya fasilitas penyimpanan
Biaya modal
Biaya keusangan
Biaya asuransi persediaan
Biaya pajak persediaan
Biaya perhitungann fisik dan konsolidasi laporan
Biaya kecurian, rusak dan perampokan
Biaya asuransi
Biaya penanganan persediaan
2. Biaya pemesanan (ordering cost atau procurement cost)
Biaya ekspedisi
Biaya upah
Biaya telepon
Biaya surat-menyurat
Biaya pemeriksaan penerimaan
3. Biaya penyiapan atau pemasangan (set-up cost)
Biaya mesin yang menganggur
Biaya persiapan tenaga kerja langsung
Biaya penjadwalan
Biaya ekspedisi
4. Biaya kehabisan stok (Shortage cost)
Biaya kehilangan penjualan
Biaya kehilangan pelanggan
Biaya pemesanan khusus
Selisih harga
Biaya terganggunya operasi
Biaya tambahan pengeluaran kegiatan manajerial
Jenis-jenis Persediaan
Persediaan bahan baku
Persediaan barang dalam proses
Persediaaan MRO (maintanance and repair operation)
60

Persediaan barang jadi
Manajemen Persediaan
Manajer operasi dapat menetapkan suatu sistem untuk mengelola persediaan.
Terdapat 2 hal yang harus diselelsaikan oleh manajer operasi yaitu :
1. How inventory items can be classified
2. How accurate inventory record can be maintained
How inventory items can be classified Analisis ABC
Analisis ABC membagi persediaan di tangan ke dalam tiga kelompok
berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC merupakan
penerapan persediaan dengan prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan
bahwa memfokuskan sumber daya pada bagian persediaan penting walaupun
jumlahnya sedikit dan bukan pada bagian persediaan yang banyak namun
sepele.
Kelas A (70-80%) Persediaan dengan nilai uang yang tinggi >< volume rendah
Kelas B (30%) Persediaan dengan nilai uang sedang >< volume sedang
Kelas C (5%) Persediaan dengan nilai rendah >< volume tinggi
Contoh :
Silicon chipsInc., produsen chip I mega super cepat, telah mengatur pengelolaan
persediaan yang terdiri atas 10 butir persediaan dengan menggunakan dasar
volume tahunan dalam nilai uang. Yang ditampilkan berikut ini adalah butir-butir
persediaan perusahaan tersebut, permintaan tahunan atas butir tersebut, biaya
per unit, volume tahunan dalam nilai uang dan persentase setiap butir
persediaan terhadap keseluruhan persediaan. Pada tabel di bawah ini kami
tunjukkan butir-butir ini dikelompokkan menjadi klasifikasi ABC
61

NO. PERSED. % PERSED YG
DIMASUKKAN DALM STOK
VOL. TAHUNA
N
BI. PER UNIT
VOL THN DLM NILAI UANG
% VOL THN DLM
NILAI UANG
KELAS
A-10286 20% 1.000 $90,00 90.000 38,8% AA-11526 500 154,00 77.000 33,2% A
72%A-12760 30% 1.550 17,00 26.350 11,4% BB-10867 350 42,86 15.001 6,5% BB-10500 1.000 12,50 12.500 5,4% B
23%B-12572 50% 600 14,17 8.502 3,7% CC-14075 2.000 0,60 1.200 0,5% CC-01036 100 8,50 850 0,4% CC-01307 1.200 0,42 504 0,2% CC-10572 250 0,60 150 0,1% CJumlah 100% 232.057 5%
Kriteria selain volume tahunan dalam nilai uang dapat menentukan klasifikasi
butir persediaan. Misalnya, perubahan teknis yang diantisipasi, masalah-
masalah pengiriman, masalah mutu, atau biaya per unit yang tinggi dapat
membawa butir persediaan naik ke dalam klasifikasi yang lebih tinggi.
Keuntungan pembagian butir-butir persediaan ke dalam kelas-kelas
memungkinkan ditetapkannya kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelas
yang ada.
Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup hal-hal di bawah
ini :
1. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok
harus lebih tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C
2. Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B dan C, harus
dikendalikan secara lebih ketat; mungkin karena butir persediaan A ini
ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan
catatan persediaannya harus lebih sering diverifikasi.
3. Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih berhati-hati daripada
meramalkan butir (kelas) persediaan yang lain.
How accurate inventory record can be maintained
Keakuratan catatan mengenai persediaan penting dalam sistem produksi dan
persediaan. Keakuratan ini memungkinkan organisasi untuk dapat membuat
keputusan yang tepat mengenai pemesanan, penjadwalan, dan pengangkutan.
62

Model persediaan
Independent stock
Inventory Models
Dependent stock
Inventory models for independent demand
1. EOQ Model adalah suatu model yang digunakan untuk menentukan
jumlah pembelian yang paling ekonomis.
2 R SEOQ = -------- Jika biaya simpan mrp. persentase dari harga
P I
2 R SEOQ = -------- Jika biaya simpan dalam rupiah
C
R = permintaan dalam 1 tahunS = biaya pemesananP = harga bahan baku per unitC/I = biaya simpan
a. Model deterministik
Situasi persediaan bahan dengan asumsi sebagai berikut :
Pola tingkat penggunaan bahan konstan
Tingkat harga bahan baku per unit sama selama 1 periode, terdapat
cukup banyak di pasaran
Lead time konstan
S, I/C konstan selama satu periode
Model deterministik terdiri dari :
1. Model simple lot size
Contoh :
Kebutuhan bahan baku sebuah perusahaan selama satu tahun adalah
10.000 unit dengan harga Rp 300,- / unit. Biaya pesan Rp 40.000,- dan
biaya simpan 33% dari harga bahan baku per unit. Lead time = 9 hari
dan hari kerja per tahun diperhitungkan 300 hari.
Tentukan :
63

1. EOQ
2. Tentukan ROP
3. Frekwensi pesanan dalam setahun
4. Interval waktu pesanan
Jawab :
EOQ =
Artinya =
ROP = (R x L) : EDY ROP =
Artinya =
Frekwensi pesanan dalam setahun = R/EOQ
Frekwensi pesanan dalam setahun =
Artinya =
Interval waktu pesanan = EOQ/R x EDY
Interval waktu pesanan =
Artinya =
Total cost = (R/EOQ) S + (EOQ/2 ) C
Atau
Total cost = (R/EOQ) S + (EOQ/2 ) PxI
Atau
Total cost = (R/EOQ) S + (EOQ/2 ) C + R x P
2. Model sensitivitas
Analisis ini memberikan petunjuk adanya kesalahan ukuran baik dalam
perhitungan biaya maupun dalam kuantitas persediaan.
64

Contoh :
Kebutuhan bahan baku sebuah perusahaan untuk 1 tahun adalah
150.000 unit dengan biaya pesan Rp 40.000,- dan biaya simpan 20% dari
harga bahan baku Rp 150,-/unit. Perusahaan telah mengadakan
pesanan persediaan 40.000 unit
Apakah jumlah pesanan tersebut berdasarkan Perhitungan EOQ?
Akibat apa yang ditanggung oleh perusahaan dengan pesanan
40.000 unit tersebut?
Jawab :
EOQ =
Artinya =
Total cost tanpa EOQ dan Total cost dengan EOQ
Total cost tanpa EOQ =
Total cost dengan EOQ =
Kerugian =
3. Model angsuran
Untuk menentukan jumlah pembelian bahan baku yang cepat rusak.
Contoh :
Kebutuhan bahan baku udang galah pada pabrik kerupuk selama satu
tahun adalah 1000 ton dengan harga Rp 1.500.000,-/ton. Biaya setiap
kali memesan adalah Rp 50.000,-. Biaya simpan 60% (mahal karena
harus mampu mempertahankan kesegaran uang). Pembelian udang
hanya dari satu pemasok yang mampu melayani 6 ton perhari,
sedangkan kapasitas penyerapan untuk proses pengawetan dan produksi
65

kerupuk 4 ton per hari. Berapakah jumlah pesanan yang paling ekonomis
jika tidak ada stockout?
Jawab :
2 R SEOQ = ---------------------
PI (1 – Y/X)
b. Model Stokastik (probabilistik)
Model deterministik kurang peka terhadap kodisi perusahaan yang bervariasi,
seperti misalnya :
Penggunaan persediaan yang tidak konstan ( R )
Penggunaan harian yang bervariasi (d)
Lead time tidak konstan (L)
Biaya simpan bervariasi (I atau C)
Biaya pesan dan harga tidak konstan (S)
Terjadi stockout cost (B)
Untuk mengantisipasi kondisi ini, perlu ada safety stock
Contoh :
Kebutuhan bahan baku sebuah perusahaan selama 1 tahun 16.000 unit.
Biaya simpan per unit Rp 12,-. Biaya per pesanan Rp 60,-. Biaya stockout
per unit Rp 1,- EDY = 250 hari. Lead time = 10 hari. Data historis kebutuhan
bahan selama lead time adalah :
66

Jumlah kebutuhan (unit)
Frekwensi pernah terjadi
Probabilitas Frekwensi relatifKumulatif
0 5 0.05 0.05150 10 0.10 0.15300 10 0.10 0.25450 15 0.15 0.40600 25 0.25 0.65750 15 0.15 0.80900 10 0.10 0.90
1050 10 0.10 1.00100
Tentukan :
a. EOQ : jumlah pesanan per tahun, kebutuhan rata-rata per hari dan ROP
b. Safety stock optimal dan biaya total minimum
Jawab :
a. EOQ =
Frekwensi pesanan per tahun =
Kebutuhan rata-rata perhari =
ROP =
c. Safety stock optimal (n)= R (pada pr. Optimal) – ROP
Probabilitas optimal = 1 – C : (B (R/Q))
Pada probabilitas optimal = 0.70 jumlah kebutuhan =750
Maka n = 750 – 640 = 110
Total cost = C ( Q/2 + n) + S R/Q + Total stock out cost
67

Kuantitas (unit)
Kekurangan kuatitas
PR B R/Q Perkiraan Stockout
750 0 0.15 40 0900 150 0.10 40 600
1050 300 0.10 40 12001800
2. Production Order Quantity Model (EPQ Model)
Digunakan untuk menghitung jumlah produksi optimal yang ekonomis bagi
perusahaan yang memproduksi bahan bakunya sendiri. EPQ model dipakai
oleh perusahaan industri.
Contoh :
Sebuah perusahaan membutuhkan bahan baku 10.000 unit selama setahun.
Bahan baku tersebut tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri oleh salah satu
pabriknya. Hari kerja dalam setahun pabrik tersebut adalah 250 hari dan
kapasitas produksinya 100 unit/hari. Biaya produksi per unit Rp 5.000,-.
Biaya penyimpanan 20%/unit/tahun, biaya penyiapan mesin (set-up cost)
rata-rata Rp 35.000,-/ siklus produksi dan memerlukan waktu 1 hari
Tentukan :
a. EPQ
b. Tingkat maksimum persediaan bahan yang paling baik
c. Biaya total minimum (set-up & carying cost)
d. ROP
e. Periode produksi dibutuhkan
f. Periode produksi untuk EPQ
Jawab :
Tingkat penggunaan bahan baku/hari (Y) = R/EDY
Maka, Y =
a. 2 R SEPQ = ---------------------
PI (1 – Y/P’)
68

EPQ =
b. Tingkat Persediaan Maksimum (IM)
2 R S P’ - YIM = ----------------- ------------
PI P’
IM =
c. Total biaya minimum untuk set-up cost dan carrying cost
TC min = R/EPQ x S + IM/2 x PI
d. ROP = (RxL)/EDY
e. Periode produksi dibutuhkan (periode menghasilkan EPQ)
R/EPQ =
f. Periode produksi untuk EPQ
EPQ/P’ =
3. Quantity Discount Model
Pemasok memberikan potongan harga atas dasar jumlah pembelian.
Prosedur :
69

Menghitung besaran EOQ untuk masing-masing batasan jumlah pada
harga terendah
Menentukan apakah EOQ yang dihitung fisibel, yaitu apakah besaran
EOQ dalam batasan jumlah yang ditawarkan, jika demikian, hitung total
cost untuk kuantitas tersebut, hitung biaya total terendah untuk tiap
tingkat harga dan pilih kuantitas dengan biaya total terendah
Jika EOQ pada langkah pertama tidak fisibel, hitung biaya total untuk
kuantitas terendah yang fisibel pada harga yang terendah
Hitung pembelian dengan harga tertinggi untuk tiap batasan jumlah. Pilih
satu alternatif batas jumlah tertinggi yang mempunyai biaya total terendah
Adakan perbandingan terhadap hasil perhitungan diatas dan pililah
alternatif biaya total yang terendah.
Contoh :
Kebutuhan bahan baku sebuah perusahaan adalah 1000 unit/tahun. Biaya
per pesanan Rp 15.000,-, sedangkan biaya penyimpanan 20%/unit/tahun.
Harga bahan baku untuk pembelian kurang dari 200 unit adalah Rp
500,-/unit. Untuk pembelian antara 201 – 500 unit harga Rp 450,-/unit, dan
antara 501 – 800 unit harga menjadi Rp 400,-/unit serta lebih besar dari 800
unit harganya Rp 300,-.
Diskon yang mana yang sebaiknya diambil perusahaan?
Jawab :
EOQ =
Apakah EOQ ini fisibel?
TC kuantitas harga terendah yang fisibel
TC =
EOQ pada harga diatas terendah
70

EOQ =
Hitung TC
Inventory models for dependent demand
Banyak produk yang permintaannya bersifat dependen. Dependen, berarti
permintaan satu produk berkaitan dengan permintaan untuk produk lainnya.
Permintaan produsen mobil untuk ban mobil dan radiator tergantung pada
produksi mobil itu sendiri. Oleh karena itu jika manajemen telah membuat
peramalan mengenai permintaan barang jadi, jumlah yang diperlukan untuk
setiap komponen dapat dihitung, karena semua komponen itu sifatnya
dependen. Teknik yang dipakai dalam menentukan jumlah persediaan untuk
permintaan yang dependen adalah : MRP (material requirement planning)
Penggunaan model persediaan MRP membutuhkan data-data sebagai berikut :
Jadwal produksi utama (apa yang akan dibuat dan kapan dilakukan)
Spesifikasi atau bill of material (bagaimana produk akan dibuat)
Ketersediaan persediaan (apa yang ada di persediaan)
Pesanan yang harus dipenuhi (apa yang dipesan)
Lead time (berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan berbagai
komponen = waktu antara)
Jadwal Produksi Utama (Master Production Schedule)
Membuat spesifikasi mengenai apa yang akan dibuat dan kapan akan dibuat.
Jadwal ini harus sesuai dengan rencana produksinya. Rencana semacam ini
mencakup berbagai input, seperti rencana anggaran, permintaan konsumen,
kemampuan teknis, ketersediaan tenaga kerja, fluktuasi persediaan, kinerja
pemasok, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Salah satu kekuatan
MRP adalah kemampuannya menentukan secara tepat kelayakan sebuah
jadwal dengan hambatan-hambatan yang ada. Rencana produksi ini
menentukan batas bawah dan batas atas untuk jadwal produksi utama.
Jadwal produksi utama ini memberitahukan kita apa saja yang harus ada
demi memenuhi permintaan dan menepati rencana produksi. Jadwal ini
menetapkan produk-produk apa yang akan dibuat. Banyak organisasi yang
71

membuat jadwal utama dan “menetapkan” bagian rencana yang sifatnya
harus segera dilaksanakan. Bagian yang telah ditetapkan ini kemudian
dinamakan jadwal yang “fixed/tegas/beku”. Perubahan-perubahan yang
boleh dilakukan adalah yang berada di luar jadwal tetap. Jadwal produksi
utama merupakan suatu pernyataan produksi, bukannya peramalan
permintaan. Jadwal ini menunjukkan produk-produk yang akan dibuat.
Jadwal utama dapat berwujud :
1. Suatu produk akhir dalam perusahaan yang proses produksinya
berkelanjutan (memproduksi agar dapat menyimpan)
2. Suatu pesanan konsumen dalam perusahaan yang menggunakan job
shop (memproduksi untuk memenuhi pesanan)
3. Suatu modul dalam perusahaan yang proses produksinya berulang
(merakit produk agar dapat menyimpan)
Bills of Material
Unit yang akan diproduksi sering dispesifiksiksn dalam bill of material (BOM).
Bill 0f material adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan
bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Produk yang
berada diatas segala tingkatan di sebut induk, sedangkan yang berada di
bawah tingkatan disebut komponen atau anak.
Contoh :
Permintaan Fun Lawn untuk produk A adalah 50 unit. Setiap unit A
memerlukan 2 unit B dan 3 unit C. Setiap unit B memerlukan 2 unit D dan 3
unit E. Lebih jauh lagi, setiap unit C memerlukan satu unit E dan 2 unit F.
Dan setiap unit F memerlukan satu unit G dan 2 unit D. Maka permintaan
untk B, C, D, E, F dan G sangat dependen terhadap permintaan untuk A.
Dengan informasi ini, kita dapat membuat struktur produk untuk produk yang
terkait.
72

Tingkat Struktur Produk A
Menentukan jumlah unit dari setiap produk yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan :
KOMPONEN PERHITUNGAN TOTALA 50B 2x50 100C 3x50 150D 2x100 + 2x300EFG
Ketersediaan persediaan (arsip persediaan yang akurat)
Pesanan yang harus dipenuhi (Pesanan pembelian yang sudah jatuh tempo)
Lead time untuk setiap komponen
Komponen Lead Time
A 1
B 2
C 1
D 1
E 2
F 3
73

G 2
Bagan Struktur Produk Fase Waktu
Rencana kebutuhan material kotor untuk 50 unit produk A
Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8
A
B
C
D
E
F
G
Manajemen MRP
Rencana kebutuhan material bukanlah hal yang statis, karena system MRP
semakin terintergrasi dengan teknik just in time (JIT), maka kita kan membahas
kedua hal ini.
Dinamika MRP
Daftar kebutuhan bahan dan rencana kebutuhan material diubah dengan
terjadinya perubahan desain, jadwal, dan proses produksi. Apalagi,
perubahan terjadi pada kebutuhan material di saat jadwal produksi induk di
modifikasi. Terlepas dari apa pun penyebab perubahan, model MRP dapat
disesuaikan untuk mencerminkan adanya perubahan ini. Dengan demikian,
sebuah jadwal kebutuhan yang terus diperbarui bisa dibuat.
Oleh karena adanya perubahan yang terjadi dalam data MRP, maka proses
menghitung ulang kebutuhan MRP sekitar sekali seminggu merupakan hal
74

biasa. Beruntungnya, kekuatan utama MRP adalah kemampuan
perencanaan ulang yang tepat waktu dan akurat. Meski demikian, banyak
perusahaan tidak ingin bereaksi terhadap penjadwalan atau perubahan
jumlah yang kecil sekalipun mereka meyadarinya. Perubahan yang sering
ini menghasilkan apa yang disebut kegelisahan sistem ( system
nervousness) dan jika diterapkan, dapat menciptakan malapetaka pada
departemen pembelian dan produksi. Sebagai konsekwensinya, personel
MO mengurangi kegelisahan seperti itu dengan cara mengevaluasi
kebutuhan dan dampak perubahan sebelum mengajukan permintaan ke
departemen lain. Ada dua alat bantu yang sangat menolong saat berusaha
mengurangi kegelisahan seperti MRP.
- Alat bantu yang pertama adalah pagar waktu (time fences)
memungkinkan sebuah segmen jadwal induk dirancang sebagai ”tidak
untuk dijadwal ulang”. Segmen jadwal induk ini tidak akan diubah
selama terjadinya regenerasi jadwal secara berkala.
- Alat bantu yang kedua adalah pegging. Pegging berarti menelusuri BOM
(bill of materials) ke atas mulai dari komponen hingga ke barang induk.
Dengan melakukan pegging ke atas, perencana produksi dapat
menentukan penyebab munculnya kebutuhan dan membuat keputusan
mengenai keharusan mengubahan jadwal.
Dengan MRP, manajer operasi dapat bereaksi terhadap dinamika dunia
nyata. Seberapa sering manajer berharap untuk menghadapi perubahan
tersebut pada perusahaan memerlukan keputusan profesional. Lebih dari
itu, jika kegelisahan disebabkan oleh perubahan yang sah, maka respon
yang sesuai mungkin dengan menyelidiki lingkungan produksi-bukan dengan
melakukan penyesuaian melalui MRP.
MRP dan JIT
MRP adalah sebuah teknik perencanaan dan penjadwalan dengan lead time
tetap, sementara just in time adalah sebuah cara untuk memindahkan
material secara cepat dan efisien. Lead time yang tetap bisa menjadi
sebuah keterbatasan.
Sebagai contoh : lead time untuk menghasilkan 50 unit bisa sangat berbeda
dengan lead time untuk menghasilkan 1 unit. Pembatasan ini mempersulit
perpaduan antara JIT dan MRP. Dalam banyak hal, bagaimana pun, sebuah
sistem MRP yang dikombinasikan dengan JIT memberikan yang terbaik bagi
75

keduanya. MRP menyediakan jadwal induk yang baik dan gambaran
kebutuhan yang akurat, sementara JIT mengurangi persediaan barang
setengah jadi. Dua pendekatan untuk mengintegrasikan kedua sistem ini
yaitu :
1. Pendekatan Bucket kecil
MRP adalah alat yang sempurna untuk manajemen sumber daya dan
penjadwalan pada fasilitas yang menitikberatkan pada proses, yaitu,
pusat kerja (job shop). Fasilitas seperti ini termasuk bengkel, rumah
sakit, dan restoran, dimana lead time relatif stabil dan diperkirakan
terdapat keseimbangan yang buruk antara pusat kerja. Jadwal sering
dipicu oleh pesanan kerja dan ukuran lot adalah ukuran daftar kebutuhan
bahan yang sudah diperbesar. Pada perusahaan semacam ini, MRP
dapat diintegrasikan dengan JIT melalui langkah berikut.
Langkah 1 : Mengurangi ”bucket” MRP dari mingguan menjadi harian
dan mungkin dalam hitungan jam. Bucket adalah unit
waktu dalam sebuah sistem MRP.
Langkah 2 : Penerimaan terencana yang menjadi bagian dari sebuah
pesanan yang direncanakan perusahaan dalam sebuah
sistem MRP dikomunikasikan ke area kerja untuk tujuan
produksi dan mengurutkan produksi.
Langkah 3 : Persediaan dipindahkan ke pabrik berbasis JIT
Langkah 4: Ketika produk telah diselesaikan, produk kemudian
dipindahkan ke persediaan (biasanya berupa persediaan
barang jadi) dengan cara biasa. Penerimaan produk ini ke
dalam persediaan mengurangi jumlah yang diperlukan
untuk pesanan yang direncanakan berikutnya dalam sistem
MRP
Langkah 5 : Sebuah sistem yang dikenal sebagai back flush digunakan
untuk mengurangi saldo persediaan. Black flush
menggunakan daftar kebutuhan bahan untuk mengurangi
jumlah komponen dari persediaan ketika setiap unit
diselesaikan
2. Pendekatan Arus yang diseimbangkan
MRP mendukung perencanaan dan penjadwalan yang diperlukan untuk
operasi berulang, seperti pada lini perakitan Harley Davidson, Whirlpool,
76

dan ribuan tempat lain. Dalam lingkungan ini, porsi perencanaan MRP
dikombinasikan dengan pelaksanaan JIT. Porsi JIT menggunakan
kanban, sinyal visual, dan para pemasok yang dapat diandalkan untuk
menarik material melalui fasilitas. Dalam sistem ini, pelaksanaan dicapai
dengan mempertahankan arus material yang diseimbangkan secara hati-
hati ke area perakitan dengan ukuran lot kecil.
Teknik Penentuan Ukuran Lot
Sebuah system MRP adalah cara yang sangat baik untuk menentukan jadwal
produksi dan kebutuhan bersih. Bagaimana pun ketika terdapat kebutuhan
bersih, maka keputusan berapa banyak yang perlu dipesan harus dibuat.
Keputusan ini disebut keputusan penentuan ukuran lot (lo-sizing decision). Ada
berbagai jalan untuk menentukan ukuran lot dalam sebuah system MRP yaitu :
1. Lot for lot
2. EOQ (economic order quantity)
3. PPB (part period ballance)
1. LOT FOR LOT
Lot for lot adalah teknik penentuan ukuran lot, yang memprediksi secara cepat
dan tepat berapa yang diperlukan atau dibutuhkan. Keputusan ini konsisten
dengan sasaran system MRP, yaitu memenuhi kebutuhan permintaan yang
terikat. Maka, sebuah system MRP harus menghasilkan unit hanya jika
dibutuhkan, dengan tidak ada persediaan pengaman dan tidak ada antisipasi
pesanan yang akan dating. Bila pesanan yang sering terjadi ekonomis dan
teknik persediaan just in time diterapkan, maka lot for lot menjadi sangat efisien.
Meski demikian bila biaya setup cukup besar atau manajemen tidak mampu
untuk menerapkan JIT, maka lot for lot menjadi mahal.
Contoh :
Speaker Kits, Inc, ingin menghitung biaya pemesanan dan penggudangan
persediaannya dengan criteria lot for lot. Speaker Kits telah menentukan bahwa
untuk rakitan speaker 12”, biaya setup $ 100 dan biaya penyimpanan $ 1.
Jadwal produksi seperti yang digambarkan dalam kebutuhan bersih untuk
perakitan, adalah sebagai berikut :
77

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kebutuhan kotor 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
Jadwal penerimaan
Persediaan di tangan (35)
Kebutuhan bersih
Terima pesanan
Pesan
Biaya penyimpanan $ 1/unit/minggu ; biaya setup $100; lead time 1 minggu
Biaya setup total = ____________
Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kebutuhan kotor 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
Jadwal penerimaan
Persediaan di tangan (35)
Kebutuhan bersih
Terima pesanan
Pesan
Biaya penyimpanan $ 1/unit/minggu ; biaya setup $100; lead time 1 minggu
Total cost = __________________
Perhitungan R selama 10 minggu =
Perhitungan R selama 1 tahun =
EOQ =
Maka setiap kali melakukan pesanan sebanyak : ____________
78

Part Period Balancing (PPB)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kebutuhan kotor 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
Jadwal penerimaan
Persediaan di tangan (35)
Kebutuhan bersih
Terima pesanan
Pesan
Biaya penyimpanan $ 1/unit/minggu ; biaya setup $100; lead time 1 minggu
Total cost = ________________
Perhitungan EPP (economic part period) =
MRP Dalam Sektor Jasa
Permintaan untuk banyak jasa atau barang-barang jasa dikelompokkan sebagai
permintaan terikat ketika permintaan tersebut secara langsung dihubungkan atau
diturunkan dari permintaan untuk jasa lain. Sebagai contoh : dalam sebuah
restoran di mana roti dan sayur-mayur termasuk dalam makanan yang dipesan,
maka permintaan untuk keduanya terikat pada permintaan untuk makanan yang
dipesan. Makanan adalah barang akhir sementara roti dan sayur-mayur adalah
komponennya.
Contoh lain : rumah sakit, terutama ketika berurusan dengan operasi yang
memerlukan peralatan, material, dan pasokan. Banyak pemasok rumah sakit
menggunakan teknik ini untuk meningkatkan penjadwalan dan manajemen
persediaan pembedahan yang mahal.
Perencanaan Sumber Daya Distribusi
Saat teknik-teknik yang terikat digunakan dalam rantai pasokan, mereka disebut
sebagai perencanaan sumber daya distribusi. Perencanaan sumber daya
distribusi (distribution resource planning-DRP) adalah sebuah rencana pengisian
ulang persediaan berfase waktu untuk semua tingkat rantai pasokan. Prosedur
79

dan logika DRP memiliki kesamaan dengan MRP, DRP, membutuhkan hal
berikut :
1. Kebutuhan kotor, yang sama dengan prediksi permintaan atau penjualan
yang diperkirakan
2. Tingkatan persediaan minimum untuk memenuhi tingkat layanan
pelanggan
3. Lead time yang akurat
4. Definisi struktur distribusi
Dengan DRP, permintaan yang diperkirakan menjadi kebutuhan kotor.
Kebutuhan bersih ditentukan dengan mengalokasikan persediaan yang tersedia
ke kebutuhan kotor. Prosedur DRP dimulai dengan peramalan di tingkat eceran (
atau titik paling jauh dari jaringan distribusi yang sedang dipasok). Semua
tingkatan lainnya dihitung. Sebagaimana MRP, persediaan kemudian ditinjau
dengan tujuan untuk memenuhi permintaan. Sehingga persediaan akan tiba
ketika diperlukan, dan kebutuhan bersih di offset (dikurangi untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan) oleh lead time yang diperlukan. Jumlah pelepasan
pesanan yang direncanakan menjadi kebutuhan kotor di tingkat berikutnya
sepanjang rantai distribusi.
Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Kemajuan dalam sismtem MRP II (sebuah sistem yang memungkinkan, dengan
menggunakan MRP, data persediaan ditambahkan dengan variabel sumber daya
yang lain; maka MRP menjadi perencanaan sumber daya material) telah
mendorong pengembangan sistem Perencanaan Sumber Daya Manusia.
Perencanaan Sumber Daya Manusia (Enterprise Resource Planning-ERP)
adalah software yang memungkinkan perusahaan untuk :
1. Mengotomatisasi dan mengintegrasikan banyak proses bisnis
2. berbagi data base dan praktik bisnis yang umum diseluruh perusahaan
3. Menghasilkan informasi dalam waktu terkini
Tujuan dari sebuah sistem ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis
perusahaan secara utuh, mulai dari evaluasi pemasok hingga penagihan
pelanggan. Sasaran ini jarang dapat tercapai, tetapi sistem ERP terus
berkembang bagaikan sebuah payung yang menyatukan berbagai sistem
khusus. Hal ini dapat terpenuhi dengan cara menggunakan sebuah database
80

terpusat untuk membantu aliran informasi di antara fungsi bisnis. Fungsi bisnis
mana yang disatukan, dan bagaimana caranya, berbeda satu sama lain
tergantung pada kondisi yang ada.
Sistem ERP pada umunya menyajikan informasi manajemen keuangan dan
sumber daya manusia. Sistem ERP juga mencakup :
1. Software manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management) untuk
mendukung komunikasi antar vendor yang canggih, e-commerce, dan
aktivitas yang penting bagi logistik dan pergudangan yang efisien.
Gagasannya adalah untuk menyatukan operasi (MRP) dengan bagian
pengadaan, manajemen bahan, dan para pemasok, serta menyajikan alat
yang diperlukan untuk mengevaluasi keempat bagian tadi.
2. Software manajemen hubungan pelanggan (Customer Relationship
Management) untuk masukan bagi bisnis. CRM didesain untuk
membantu menganalisis penjualan, menargetkan kepada pelanggan yang
paling menguntungkan, dan mengelola tenaga penjualan.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem ERP
Kelebihan :
1. Menyediakan pengintegrasian antara proses rantai pasokan, produksi,
dan administrasi
2. Menciptakan database yang umum dan sama
3. Dapat memperbaiki, merekayasa, ”proses yang terbaik”
4. Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi di antara unit dan lokasi bisnis
5. Memiliki sebuah database software dengan pengkodean yang bisa
didapatkan dengan mudah tanpa pemesanan khusus
6. Dapat memberikan sebuah keuntungan strategis dibandingkan dengan
pesaing
Kekurangan :
1. Sangat mahal untuk membeli, bahkan lebih mahal lagi untuk melakukan
penyesuaian
2. Penerapan mungkin membutuhkan perubahan besar pada perusahaan
dan proses yang dimilikinya.
3. Sangat rumit dan banyak perusahaan tidak dapat menyesuaikan diri
4. Melibatkan sebuah proses berkelanjutan untuk penerapan, yang mungkin
tidak akan pernah berhenti
81

5. Keahlian dalam ERP terbatas, sehingga menimbulkan masalah
berkelanjutan dalam kepegawaian.
QUIZ
Soal I
Permintaan untuk subperakitan S adalah 100 unit dalam minggu ke-7. Setiap
unit S memerlukan 1 unit T dan 2 unit U. Setiap unit T memerlukan 1 unit V dan
2 unit W serta 1 unit X. Setiap unit U memerlukan 2 unit Y dan 3 unit Z. Sebuah
perusahaan membuat semua barang. Perusahaan tersebut membutuhkan waktu
2 minggu untuk membuat S, 1 minggu untuk membuat T, 2 minggu untuk
membuat U, 2 minggu untuk membuat V, 3 minggu untuk membuat W, 1 minggu
untuk membuat X, 2 minggu untuk membuat Y dan 1 minggu untuk membuat Z.
a. Buatlah sebuah struktur produk.
b. Siapkan sebuah struktur produk berfase waktu
Soal II
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BB bruto 30 40 30 70 20 10 80 50
Biaya penyimpanan $2,50/mingguBiaya setup = $150Lead time 1 mingguPersediaan awal 40
a. Buatlah sebuah solusi Lot for Lot dan hitunglah biaya total yang relevan untuk data pada table diatas
b. Buatlah sebuah solusi EOQ dan hitunglah biaya total yang relevan untuk data dalam table diatas
82