modul mekanika teknik 1

119
Modul mekanika teknik 1 — Document Transcript 1. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-8-Modul 11.1. Judul : Gaya ƊGaya dan Keseimbangan GayaTujuan Pembelajaran Umum :Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami pengertian tentang gaya.Tujuan Pembelajaran Khusus :Mahasiswa dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan bagaimanabisa melakukan penjumlahannya1.1.1. Pendahuluan Gaya serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik karena dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya, sedang Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian yang perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya. Contoh : * Suatu kendaraan yang terletak diatas jembatan * Beban roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah suatu beban atau gaya. struktur jembatan gaya 2. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -9- 1.1.2. Pengertian tentang Gaya dan Garis Kerja gaya Gaya adalah merupakan vektor yang mempunyai besar dan arah. Penggambarannya biasanya berupa garis dengan panjang sesuai dengan skala yang ditentukan. Jadi panjang garis bisa dikonversikan dengan besarnya gaya. * Contoh 1 Orang berdiri dengan berat 50 kgPanjang gaya arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi) 1 cm ditunjukkan dengan gambar anak panah ke bawah dengan skala 1 cm = 50 kg Jadi 50 kg adalah

Upload: zeerai88

Post on 28-May-2017

334 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Modul mekanika teknik 1 — Document Transcript

1. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-8-Modul 11.1.

Judul : Gaya ƊGaya dan Keseimbangan GayaTujuan Pembelajaran

Umum :Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami

pengertian tentang gaya.Tujuan Pembelajaran Khusus :Mahasiswa

dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan

bagaimanabisa melakukan penjumlahannya1.1.1. Pendahuluan Gaya

serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik karena

dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya, sedang

Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian yang

perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan

memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami

permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada

suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban

luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya. Contoh : * Suatu kendaraan

yang terletak diatas jembatan * Beban roda kendaraan pada jembatan

tersebut adalah suatu beban atau gaya. struktur jembatan gaya

2. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -9- 1.1.2. Pengertian

tentang Gaya dan Garis Kerja gaya Gaya adalah merupakan vektor

yang mempunyai besar dan arah. Penggambarannya biasanya berupa

garis dengan panjang sesuai dengan skala yang ditentukan. Jadi

panjang garis bisa dikonversikan dengan besarnya gaya. * Contoh 1

Orang berdiri dengan berat 50 kgPanjang gaya arah berat = kebawah

(sesuai arah gravitasi) 1 cm ditunjukkan dengan gambar anak panah

ke bawah dengan skala 1 cm = 50 kg Jadi 50 kg adalah gaya yang

diakibatkan oleh orang berdiri tersebut dengan arah gaya kebawah

yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm

karena panjang 1 cm setara dengan berat 50 kg. * Contoh 2 Batu

diatas meja dengan berat 10 kg Panjang gaya = 1 cm Arah berat =

kebawah (sesuai arah gravitasi) ditunjukkan dengan gambar anak

panah dengan skala 1 cm = 10 kg Jadi 10 kg adalah gaya yang

diakibatkan oleh batu yang menumpu di atas meja dengan arah gaya

ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1

cm karena panjang 1 cm setara dengan gaya 10 kg. * Contoh 3 15 kg

Orang mendorong mobil mogok kemampuan orang mendorong

tersebut adalah 15 kg. 1 cm Panjang gaya Arah dorongan kesamping

kanan ditunjukkan dengan gambar anak panah arah kesamping

dengan skala 1 cm = 15 kg

3. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-10-Jadi 15 kg adalah

gaya yang diberikan oleh orang untuk mendorong mobilmogok dengan

arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak

panahdengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg. Garis

kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya Seperti contoh di

bawah : Contoh * Garis kerja gaya orang yang mempunyai berat 50 kg

tersebut adalah vertikalGaris kerjagaya Orang dengan berat 50 kg

garis kerja gaya 15 kg Garis kerja gaya untuk mendorong mobil mogok

tersebut adalah horisontal Titik tangkap gaya adalah titik awal

bermulanya gaya tersebut. Contoh: mobil mogok diatas jembatan, roda

mobil serta tumpuan tangan orang yang mendorong adalah merupakan

titik tangkap gaya. titik tangkap gaya Titik tangkap gaya 50 kg gaya

4. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -11- 1.1.3. Sifat

Gaya Gaya dan titik tangkap gaya bisa dipindah-pindahkan asal masih

dalam daerah garis kerja gaya Contoh dalam gambar K dan K1 adalah

merupakan gaya. Ga Posisi gaya K lama Posisi gaya K baru mb ar 1.1

garis kerja gaya Posisi gaya K1 lama . K1 Ga mb ar Posisi gaya K1

baru gar is kerja gaya 1.1.4. Penjumlahan Gaya Penjumlahan gaya

bisa dilakukan secara analitis maupun grafis. 1.1.4.1. Penjumlahan

secara grafis Penjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap yang

sama, jadi gaya-gaya tersebut sebidang, bisa secara langsung

dijumlahkan secara grafis. A C

K1, K2 adalah gaya-gaya yang akan dijumlahkan K1 R = K1 + K2 Urut-

urutan penjumlahan

Buat urut-urutan penjumlahan garis sejajar dengan K1 dan K2 di ujung

gaya, (K1 diujung K2 dan sehingga K2 diujung K1 )D K2 B membentuk

bentuk jajaran genjang D.A.C.B

Salah satu diagonal yang Titik tangkap gaya panjang tersebut yaitu R

5. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -12-Gambar 1.2.

Penjumlahan gaya secara grafis Penjumlahan 2 gaya yang sebidang,

tapi titik tangkapnya tidak sama.. Gaya-gaya tersebut bisa dipindahkan

sepanjang garis kerja gaya. Gamb R = K1 + K2 - K1 dan K2 adalah

gaya-gaya ar 1.3 A yang akan dijumlahkan. B Penju - 2 gaya tersebut

tidak mem- Posisi awal (K2)KK2 mlaha 2 punyai titik tangkap yang

sama, tapi masih sebidang. n gayaPosisi awal1 (K1) KK 1 secara 0 C

K1 grafis, yang titik tangkapnya tidak sama Urutan-urutan penjumlahan

- Gaya K1 dipindah searah garis kerja gaya sampai garis kerja gaya K1

bertemu dengan garis kerja gaya K2, pertemuannya di titik 0. - Buat

garis-garis sejajar gaya K1 dan K2 di ujung-ujung gaya yang berlainan

sehingga membentuk suatu jajaran genjang, OABC - Salah satu

diagonal yang terpanjang (R) adalah merupakan jumlah dari K1 dan

K2.

6. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-13- Penjumlahan 3

gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal Penjumlahan tersebut bisa

dilakukan secara bertahap C E R2 R2 = R + K 1 3R1=K1+K2 = K1 +

K2 + K3 R1 R2 A K2

K1, K2 dan K3 adalah gaya-gaya B K1 yang akan dijumlahkan dengan titik

tangkap tunggal. Urut-urutan penjumlahan. 0 K3 D

Jumlahkan dulu K1, K2 dengan cara membuat garis sejajar Gambar 1.4.

Penjumlahan 3 dengan gaya-gaya tersebut (K1, gaya secara grafis K2)

di ujung-ujung gaya yang berlainan sehingga membentuk suatu jajaran

genjang 0ACB

Salah satu diagonal terpanjang yaitu R1 adalah merupakan jumlah K1 +

K2

Buat garis sejajar K3 dan R1 di ujung gaya-gaya yang berlainan sehingga

membentuk jajaran genjang 0CED

Salah satu diagonal terpanjang (R2) adalah jumlah dan R1 dan K3

sehingga sama dengan jumlah antara K1, K2 dan K3. Penjumlahan 3

gaya yang tidak mempunyai titik tangkap tunggal

Penjumlahan tersebut dilakukan secara bertahap

Titik tangkap gaya bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.

7. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -14- (posisi awal)

Urut-urutan penjumlahanK1 R1 = K1 + K2 (Posisi awal)

K1, K2 dan K3 adalah gaya- C K2 gaya yang akan dijumlah- kan.

Kerjakan dulu penjumlahan A antara K1 dan K2 dengan K1 B cara : K2

Tarik gaya K1 dan K2 0 sehingga titik tangkapnya R2 = R1 + K3 bertemu

pada satu titik di = K1 + K2 + K3 O. F

Buat garis sejajar K1 dan K2 D pada ujung-ujung gaya yang berlainan

sehingga membentuk jajaran gen- R1 jang OACB E Posisi awal (K3)

K3

Salah satu diagonal yang 01 terpanjang yaitu R1 adalah Gambar 1.5.

Penjumlahan 3 gaya yang tidak merupakan jumlah dari K1 mempunyai

titik tunggal, secara dan K2. grafis

Tarik gaya R1 dan K3 sehingga titik tangkapnya bertemu pada titik di 01

8. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-15-

Buat garis sejajar R1 dan K3 melalui ujung gaya yang berlainan sehingga

membentuk jajaran genjang 01, D F E, salah satu diagonal yang

terpanjang adalah R2 yang merupakan jumlah antara R1 dan K3

berarti jumlah antara K1 dan K2 dan K3. K3

9. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-16- a K1 b1 D K2 K1

A R K3 K1 B K2 K4 O C c titik tangkap K3 Oƞ d K4 Rƞ e Polygon

Batang Jari-jari Polygon Gambar 1.6. Polygon batang dan jari-jari

polygon

Gaya K1, K2, K3 dan K4 adalah gaya-gaya yang mau dijumlahkan

Untuk pertolongan, perlu dibuat jari-jari polygon (lihat gambar) dengan

cara sebagai berikut : - buat rangkaian gaya K1, K2, K3 dan K4 secara

berurutan dimana tiap-tiap gaya sejajar dengan gaya aslinya (pada

gambar jari-jari polygon). - pangkal gaya K1 dan ujung gaya K4

merupakan jumlah (resultante) gaya K1, K2, K3 dan K4 yaitu R, yang

diwakili oleh garis sepanjang a-e tapi letak titik tangkapnya belum

betul. - Ambil titik 0 sembarang di daerah sekitar R - Tarik garis dari 0

ke ujung-ujung gaya sehingga ketemu titik a, b, c, d, dan e, garis - garis

tersebut diberi tanda titik satu buah ( ) sampai lima buah ( ) pada garis

tersebut. Garis-garis tersebut dinamakan jari-jari polygon. - Dari gaya-

gaya asal yang akan dijumlahkan ditarik garis sejajar O a - Dari titik A

dibuat garis sejajar K1 di (titik A. memotong gaya K2 di titik B ( )

memotong gaya Ob ) Dari titik B dibuat garis sejajar Oc ( ) memotong

K3 di

10. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-17- titik C. Dari titik

C dibuat garis sejajar Od ( ) memotong K4 di D. Dari titik D dibuat garis

sejajar Oe , perpanjangan garis ( ( ) ) ( ) dan garis pada polygon batang

akan ketemu di titik Oƞ yang merupakan titik tangkap jumlah

(resultante) gaya-gaya K1, K2, K3 dan K4. Dari titik Oƞ dibuat garis

sejajar R yaitu garis Rƞ. Jadi Rƞ adalah merupakan jumlah (resultante)

dari gaya-gaya K1, K2, K3 dan K4 dengan titik tangkap yang betul,

dengan garis kerja melewati 0ƞ1.1.4.2. Penjumlahan secara analitis

Dalam penjumlahan secara analitis kita perlu menentukan titik pusat

(salib sumbu) koordinat, yang mana biasanya sering dipakai adalah

sumbu oxy. Didalam salib sumbu tersebut gaya-gaya yang akan

dijumlahkan, diproyeksikan. Contoh : y Pernjumlahan 2 gaya yang

mempunyai titik tangkap tunggal y

K1 dan K2 adalah gaya- gaya yang akan dijumlah- K2 y K2 kan dimana

mempunyai titik tangkap tunggal di O ; K1 Eadalah sudut antara K1 K1

y dengan sumbu ox Fadalah sudut antara K2 E F x dengan sumbu ox

O K2x K1x K1 dan K2 diuraikan searah

Gambar 1.7. Penjumlahan gaya secara analitis dengan sumbu x dan y K1x

= K1 cos E ; K2x = K2 cos F K1y = K1 sin E ; K2y = K2 sin F

11. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -18- Semua

komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah

dengan oy. Rx = K1x + K2x Rx = § Kx Ry = K1y + K2y Ry = § Ky

Jumlah gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari

komponen-komponen tersebut adalah : R= Rx ² ¤ Ry ² Penjumlahan 2

gaya dengan letak titik tangkap berbeda y K1K1y

K1 dan K2 adalah gaya-gaya E yang akan dijumlah-kan dengan letak titik

tangkap K2 berbeda. K1 membentuk sudut EK2y F dengan sumbu ox

K2 membentuk sudut Fdengan sumbu ox.

K1 dan K2 diuraikan searah dengan sumbu x dan y O K1x K2x x K1x = K1

cos E ; K2x = K2 cos F Gambar 1.8. Penjumlahan gaya dengan titik

K1y = K1 cos E ; K2y = K2 tangkap berbeda, secara analitis sin F

Semua Komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang

searah oy. Rx = K1x + K2x Rx = § Kx Ry = K1y + K2y Ry = § Ky

Jumlah gaya-gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis

dari komponen-komponen tersebut adalah :

12. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-19-R= Rx ² ¤ Ry

²1.1.5. Latihan Dua gaya yang mempunyai titik tangkap1. yang sama

seperti seperti pada gambar. K1 K1 = 5 ton dan K2 = 7 ton, sudut yang

dibentuk antara 2 gaya tersebut adalah 45° 45°. K2 Cari besarnya

jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun grafis2. K1

Dua gaya K1 dan K2 tidak mempunyai titik tangkap yang sama K1 = 10

ton dan K2 = 4 ton Garis kerja ke dua gaya tersebut bertemu dan K2

membentuk sudut 60°Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R)

baik secara analitis maupun garfis.3. Empat gaya K1, K2, K3 dan K4,

dengan besar dan arah 5 ton 7 ton 9 ton 4 ton seperti pada gambar 0

K1 K2 K3 K4Cari besar dan arah jumlah gaya-gaya tersebut (R)

dengan cara polygon batang.1.1.6. Rangkuman

Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai besar dan arah serta

diketahui letak titik tangkapnya.

Gaya bisa dipindah-pindah sepanjang garis kerja gaya

Penjumlahan gaya-gaya bisa dilakukan secara grafis ataupun analitis.

Penjumlahan gaya lebih dari 4 buah bisa memakai cara grafis dengan

bantuan polygon batang.

13. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-20-1.1.7. Penutup

Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-

kunci yang ada, secara bertahap. Soal 1 dan 2 ada jawaban secara

analitis dan grafis, sedang soal no. 3 hanya berupa grafis, skor

penilaian ada di tabel bawah untuk mengontrol berapa skor yang

didapat. No. soal Sub Jawaban Jawaban Skor Nilai 1 Analitis R = 11,1

ton sdt = 22,5° dari 50 sumbu x Grafis R = 11,1 ton sdt = 22,5° dari 50

sumbu x 2 Analitis R = 12,5 ton sdt = 30° dari 50 sumbu x Grafis R =

12,5 ton sdt = 30° dari 50 sumbu x 3 Grafis Jari-jari polygon R = 24 ton

50 Polygon batang 501.1.8. Daftar Pustaka 1. Samuel E. French,

ƏDeterminate StructuresƐ ITP (International Thomson Publishing

Company) 1996. Bab I. 2. Suwarno. ƏMekanika Teknik Statis

TertentuƐ UGM bab I. 3. Soemono. ƏStatika IƐ ITB. Bab I1.1.9.

Senarai Gaya = mempunyai besar dan arah Resultante = jumlah

14. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-21-

15. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-22-1.2. JUDUL :

PENGGAMBARAN STRUKTUR DALAM MEKANIKA TEKNIKTujuan

Pembelajaran UmumSetelah membaca bagian ini, maka siswa bisa

memahami secara jelas apa itubentuk-bentuk struktur di bidang teknik

sipil, sehingga dalam menerimapelajaran akan lebih mudah

menerima.Tujuan Pembelajaran KhususMahasiswa dapat

menunjukkan konsep dasar tentang struktur dalam suatubidang Teknik

Sipil, mengerti tentang beban, kolom, balok, reaksi dan gayadalam,

serta bisa menggambar skema struktur dalam mekanika teknik.1.2.1.

Pendahuluan Dalam disiplin ilmu teknik sipil dimana mahasiswa akan

diajak bicaratentang bangunan gedung, jembatan dan lainsebagainya,

maka mahasiswa perlutahu bagaimana cara penggambarannya dalam

mata kuliah mekanika teknik, apaitu beban, balok, kolom, reaksi, gaya

dalam dan bagaimana carapenggambarannya dalam mata kuliah

mekanika teknik.Contoh : a. bentuk gedung bertingkat dalam

penggambaran di mekanika teknik kolom Kolom = tiang-tiang vertical

Balok = batang-batang horisontal balok perletakan Gambar 1.9.

Gambar portal gedung bertingkat dalam mekanika teknik

16. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-23- b. bentuk

jembatan sederhana dalam penggambarannya di mekanika teknik.

balok perletaka n Gambar 1.10. Gambar jembatan dalam mekanika

teknik1.2.2. BebanDidalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang

bisa bergerak umumnya disebut beban hidup misal : manusia,

kendaraan, dan lain sebagainya. Beban yang tidak dapat bergerak

disebut beban mati, misal : meja, peralatan dan lainsebagainya. Ada

beberapa macam beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata.a.

Beban terpusat Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di

suatu tempat.a.1. manusia yang berdiri diatas jembatan P beban

terpusat Penggambaran dalam mekanika teknika.2. Kendaraan

berhenti diatas jembatan P1 P2 P3 Penggambaran dalam mekanika

teknik

17. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-24- Notasi beban

terpusat = P Satuan beban terpusat = ton, kg, Newton, dan

lainsebagainya, Gambar 1.11. Gambar beban terpusat dalam

mekanika teknikb. Beban terbagi rata Beban terbagi rata adalah beban

yang tersebar secara merata baik kearah memanjang maupun ke arah

luas. anak-anak berbaris diatas jembatan q t/mƞ Penggambaran dalam

mekanika teknikNotasi beban terbagi rata = qSatuan beban terbagi

rata = ton/mƞ, kg/cm Newton/mƞ dan lainsebagainya. Gambar 1.12.

Penggambaran beban terbagi rata dalam mekanika teknik

18. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-25-1.2.3.

Perletakany Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah membaca modul

bagian ini, maka siswa bisa memahami pengertian tentang perletakan

dan bagaimana pemakaian perletakan ini pada suatu struktur.y Tujuan

Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar

dan pengertian tentang struktur, konsep pengertian tentang perletakan,

serta konsep kedudukan perletakan dalam suatu struktur.1.2.3.1.

Pendahuluan Dalam bidang teknik sipil kita selalu membicarakan

masalah bangunanseperti bangunan gedung, jembatan, dan

lainsebagainya. Bangunan-bangunantersebut harus terletak diatas

permukaan bumi, hubungan antara bangunantersebut dengan lapisan

permukaan bumi dikaitkan dengan suatu pondasi. Bangunan yang

terletak diatas permukaan bumi disebut bangunan atas,sedang yang

masuk pada lapisan permukaan bumi disebut dengan

bangunanbawah. Hubungan antara bangunan atas dan bawah melalui

suatu tumpuanyang disebut dengan ƠPerletakanơ.Contoh :a.

Hubungan antara bangunan atas jembatan dan bangunan bawah

pondasi. Struktur jembatan (bangunan atas) perletakan Pondasi

Penggambaran pada mekanika (bangunan struktur

19. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-26- Gambar 1.13.

Gambar perletakan jembatan dalam mekanika teknikb. Hubungan

antara bangunan gedung dan pondasi Bangunan gedung (bangunan

atas) muka tanah Perletakan (tumpuan) Pondasi (bangunan bawah)

Penggambaran pada mekanika teknik perletakan Gambar 1.14.

Gambar perletakan gedung (tumpuan)dalam mekanika teknik1.2.3.2.

Macam-Macam Perletakan Dalam mekanika teknik perletakan

berfungsi untuk menjaga struktur supaya kondisinya stabil. Ada 4

macam perletakan dalam mekanika teknik yaitu : rol, sendi, jepit dan

perodel.a. Rol Strukt Bentuk perletakan rol, pada suatu struktur

jembatan yang bertugas untuk menyangga silinder baja sebagian dari

jembatan. (Gambar 1.15) Karena struktur harus stabil maka perletakan

rol tersebut Rv tidak boleh turun jika kena bebanPerletakan rol bila

dilihat dari gambar struktur, atas, olehtersebut bias bergeser dari maka

rol karena itu rolke arah horizontal. jadi tidak bisa mempunyai reaksi

horizontal, bisa berputar jika tersebut harus mempunyai reaksi Gambar

1.15. Skema perletakan roldiberi beban momen jadi tidak mempunyai

reaksi momen.Pada perletakan Penggambaran perletakan rol dalam

bidang mekanika Rol teknik, ada reaksi vertikal. Rv

20. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -27- Balok

jembatan Gambar 1.16. Aplikasinya perletakan rol dalam mekanika

teknik Rv b. Sendi Bentuk perletakan sendi pada suatu Strukt struktur

jembatan, yang bertugas untuk menyangga sebagian dari RH jembatan

(Gambar 1.17). silinder baja Karena struktur harus stabil, maka

perletakan sendi tidak boleh turun jika kena beban dari atas, oleh Rv

karena itu sendi tersebut harusGambar 1.17. Skema perletakan Sendi

mempunyai reaksi vertikal (Rv). Pada perletakan Selain itu perletakan

sendi tidak boleh bergeser horizontal. Oleh karena itu perletakan sendi

harus mempunyai reaksi horizontal (RH), RH sendi tersebut bisa

berputar jika Penggambaran perletakan sendi dalam diberi beban

momen. Jadi sendi tidak mekanika teknik, ada reaksi vertikal dan

horisontal punya reaksi momen. Rv balok jembatan RH Gambar 1.18.

Aplikasinya perletakan sendi c. Jepit di dalam mekanika teknik Rv

Bentuk perletakan jepit dari suatu

21. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -28-

Penggambaran perletakan jepit dalam RH mekanika teknik, ada reaksi

vertikal, horizontal, dan momen RM RV RH Gambar 1.20. Aplikasi

perletakan jepit di dalam mekanika RM teknik R Bentuk perletakan jepit

dari suatu d. Pendel V balok baja struktur, bertugas untuk menyangga

sebagian dari struktur baja (Gambar 1.21.) Pendel tersebut hanya bisa

menyangga sebagian jembatan, hanya searah dengan sumbu pendel

tersebut, jadi pendel hanya mempunyai satu reaksi yangGambar 1.21.

Skema perletakan searah dengan sumbu pendel. pendel pada suatu

RR struktur baja R Penggambaran perletakan pendel dalam mekanika

teknik, ada reaksi searah pendel.

22. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-29- balok baja

Gambar 1.22. Aplikasi perletakan pendel di dalam pende mekanika

teknik l

23. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-30-1.3. JUDUL :

KESEIMBANGAN BENDA Tujuan Pembelajaran Umum Setelah

membaca bagian ini mahasiswa akan bisa mengerti apa yang disebut

keseimbangan pada suatu benda. Tujuan Pembelajaran Khusus

Mahasiswa dapat memahami pengertian keseimbangan dalam suatu

struktur dan syarat-syarat apa yang diperlukan, serta manfaatnya

dalam struktur tersebut.1.3.1. Pendahuluan Dalam bidang teknik sipil

mahasiswa selalu diajak berbicara tentang bangunan gedung,

jembatan dan lain sebagainya. Bangunanƛbangunan tersebut supaya

tetap berdiri, maka struktur-strukturnya harus dalam keadaan

seimbang, hal itu merupakan syarat utama. Apa saja syarat- syaratnya

supaya suatu bangunan tetap seimbang, dan bagaimana cara

menyelesaikannya, mahasiswa perlu mengetahuinya. Contoh : benda

dalam keadaan seimbang (tidak bisa bergerak) kotak lem meja

Gambar 1.23. suatu kotak yang dilem diatas meja1.3.2. Pengertian

tentang keseimbangan Sebuah kotak yang dilem diatas meja, maka

kotak tersebut dalam keadaan seimbang, yang berarti kotak tersebut

tidak bisa turun, tidak bisa bergeser horisontal dan tidak bisa

berguling.a. Keseimbangan vertikal

24. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-31- kalau kotak

tersebut dibebani Pv Kotak secara vertikal (Pv), maka Lem kotak

tersebut tidak bisa turun, yang berarti meja tersebut mampu memberi

perlawanan vertikal (Rv), perlawanan Meja vertikal tersebut (Rv)

disebut Pv Rv reaksi vertikal. Kotak Gambar 1.24. Keseimbangan

vertikal Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di

atas lumpur Kalau kotak tersebut dibebani Lumpur secara vertikal (Pv),

maka kotak tersebut langsung tenggelam, yang berarti Kotak

tenggelam lumpur tersebut tidak mampu memberi perlawanan

secaravertikal (Rv).(Gambar 1.25)Gambar 1.25. Kotak tenggelam

dalam lumpurb. Keseimbangan horisontal Kalau kotak tersebut

dibebani PH Kotak secara horisontal (PH), maka Lem RH kotak

tersebut tidak bisa bergeser secara horisontal, yang berarti lem yang

merekat antara meja kotak dan meja tersebut

25. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-32-mampu Gambar

1.26. Keseimbangan horizontalmemberi perlawanan horisontal (RH),

sehingga bisa menahan kotak untuk tidakbergeser. Perlawanan

horisontal tersebut (RH) disebut reaksi horisontal.Bandingkan hal

tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa dilem

Kalau kotak tersebut dibebani secara kotak yang PH horisontal (PH),

maka bergeser kotak tersebut langsung bergeser, karena tidak ada

yang menghambat, yang berarti meja tersebut tidak mampu memberi

perlawanan horisontal(RH)(Gambar 1.27)Gambar 1.27. Kotak yang

bergeser Karena beban horizontalc. Keseimbangan MomenKalau

kotak tersebut dibebani momen (PM), maka kotak tersebut tidak

bisaberputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara

kotak dan mejatersebut mampu memberikan perlawanan momen (RM),

perlawanan momentersebut (RM) disebut dengan reaksi momen. PM

Kotak Lem Meja

26. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-33-Bandingkan hal

tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa dilem.

PM Kalau kotak tersebut Kotak yang terangkat dibebani momen (PM),

maka kotak tersebut bisa terangkat, karena tidak ada lem yang

mengikat Meja antara kotak dan meja tersebut, yang berarti meja

tersebut tidak mampu memberikanperlawanan momen (RM).Gambar

1.29. Kotak yang terangkat karena beban momend Keseimbangan

Statis PV PM µ Kalau kotak tersebut di lem diatas meja, Kotak PH

yang berarti harus Lem stabil, benda tersebut RH harus tidak bisa

turun, tidak bisa bergeser RV Meja horisontal, dan tidak bisa terangkat.

RM Gambar 1.30. Keseimbangan statis

27. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-34- µ Kalau kotak

tersebut dibebani secara vertikal (PV), tumpuannya mampu memberi

perlawanan secara vertikal pula, agar kotak tersebut tidak bisa turun

syarat minimum RV = PV, atau RV - PV = 0 atau 7V = 0 (jumah gaya-

gaya vertikal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol). µ

Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH ), maka pada

tumpuannya mampu memberi perlawanan secara horisontal (RH ).

Agar kotak tersebut tidak bisa bergeser secara horisontal maka syarat

minimum RH = PH atau RH ƛ PH = 0 atau 7H = 0 (jumlah gaya-gaya

horisontal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol) µ Kalau

kotak tersebut dibebani secara momen (PM ), maka pada tumpuannya

mampu memberi perlawanan secara momen (RM ). Agar kotak

tersebut tidak bisa terpuntir (terangkat), maka syarat minimum RM =

PM atau RM - PM = 0 atau 7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen beban

dan reaksi harus sama dengan nol). µ Dari variasi tersebut diatas,

dapat dikatakan bahwa suatu benda yang stabil atau dalam keadaan

seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : - 7V

= 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus

sama dengan nol) - 7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi

(beban) dan reaksi sama dengan nol) - 7M = 0 (jumlah gaya-gaya

momen antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol).1.3.4.

Latihan 1. Suatu benda diatas meja dengan berat sendiri = 5 kg Pv = 5

kg

28. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-35- Berapa reaksi

vertikal yang terjadi supaya balok tersebut tidak turun ?. Rv = ? 2.

Suatu kantilever (konsol) dengan beban seperti pada gambar. PV = 5

kg PH = 2 kg PM = 5 kgm Cari reaksi-reaksi yang terjadi supaya konsol

tersebut tak roboh.1.3.5. Rangkuman o Macam-Macam Beban - Beban

terpusat; notasi; P; satuan; kg atau ton atau Newton - Beban terbagi

rata; notasi; q; satuan kg/mƞ atau ton/mƞ atau Newton / mƞ o Macam

Perletakan - Rol punya 1 reaksi Rv - Sendi punya 2 reaksi Rv dan RH -

Jepit punya 3 reaksi Rv; RH dan RM - Pendel punya 1 reaksi sejajar

dengan batang pendel o Syarat Keseimbangan Ada 3 syarat

keseimbangan yaitu : 7v = 0 7H = 0 7M = 01.3.6. Penutup

29. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-36- Untuk

mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci

yang ada. Nomor Soal Reaksi yang ada Besar Reaksi Arah 1 Rv 5 kg o

2 Rv 5 kg o RH 2 kg p RM 5 kg m 11.3.7. Daftar Pustaka 1. Suwarno,

ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ UGM Bab I. 2. Soemono ƏStatika

IƐITB Bab I1.3.8. Senarai - Beban = aksi - Reaksi = perlawanan aksi

30. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -37- MODUL 2 :

ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA

PENYELESAIANNYA 2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS

TERTENTU Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini

mahasiswa akan mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis

tertentu. Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa selain dapat

mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu,

mengetahui syarat-syarat apa yang diperlukan dan bagaimana cara

pemanfaatannya. 2.1.1. Pendahuluan Dalam bangunan teknik sipil,

seperti gedung-gedung, jembatan dan lain sebagainya, ada beberapa

macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan

yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan

konstruksi statis tertentu. Mahasiswa diwajibkan memahami struktur

yang paling sederhana sebelum melangkah ke yang lebih kompleks.

Contoh : contoh struktur sederhana yaitu balok jembatan diatas 2

tumpuan. Balok jembatan diatas 2 Balok jembatan perletakan A dan B

B Perletakan A adalah rolA sendi rol Perletakan B adalah sendi

31. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -38- Gambar 2.1.

Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik 2.1.2. Definisi

Statis Tertentu Suatu konstruksi disebut statis tertentu jika bisa

diselesaikan dengan syarat- syarat keseimbangan. Ada beberapa

syarat-syarat keseimbangan Sesuai dengan materi yang sebelumnya

ada 3 (tiga) syarat keseimbangan yaitu : § V ! 0 ( jumlah gaya gaya

vertikal sama dengan nol) § H ! 0 ( jumlah gaya gaya horisontal sama

dengan nol) § M ! 0 ( jumlah momen sama dengan nol) Kalau dalam

syarat keseimbangan ada 3 persamaan,maka pada konstruksi statis

tertentu yang harus bisa diselesaikan dengan syarat-syarat

keseimbangan, jumlah bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan

tersebut maximum adalah 3 buah. Jika dalam menyelesaikan suatu

konstruksi tahap awal yang harus dicari adalah reaksi perletakan,

maka jumlah reaksi yang tidak diketahui maksimum adalah 3. 2.1.3.

Contoh Balok diatas dua perletakan dengana). P beban P seperti pada

gambar. A = sendi dengan 2 reaksi tidakRAH diketahui (RAV dan RAH

adalah A B reaksi-reaksi vertikal dan horizontal di A). RAV RBV B= rol

dengan reaksi tidak diketahui (RBV = reaksi vertikal di B)

32. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -39- Gambar 2.2.

Konstruksi statis tertentu Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3

buah, maka konstruksi tersebut adalah konstruksi statis tertentu. b).

Suatu konstruksi kolom yang berkonsol dengan P perletakan di A

adalah jepit. A = jepit dengan 3 reaksi yang tidak diketahui. RAV =

reaksi vertical di A RAH = reaksi horizontal di A RM RM = momen di A.

RAH Jumlah reaksi yang tidak diketahui ada 3 buah, maka A

konstruksi tersebut adalah statis tertentu. RAV Gambar 2.3. Konstruksi

statis tertentu c) Balok diatas 2 perletakan P A = sendi dengan 2 reaksi

yang tidak diketahui RAV dan RAH (reaksi vertikal dan reaksi

horisontal di A). B = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RBV

dan RBH (reaksi vertical dan reaksi horizontal di B). Jumlah reaksi

yang tidak diketahui adalah 4 A B buah, sedang persamaan syarat

keseimbangan hanyaGambar 2.4. Konstruksi statis ada 3, maka

konstruksi tersebut statis tak tertentu. tidak tertentu

33. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-40-2.1.4. Latihana).

suatu balok ABC berkantilever terletak diatas P dua perletakan dengan

beban P seperti pada gambar. Perletakan A adalah sendi dan di B C

adalah rol. Tunjukkan apakah konstruksi tersebut statisA tertentu atau

bukan. B b).suatu balok ABC terletak diatas dua Pperletakan dengan

beban P seperti padagambar. Perletakan A dan C B adalahsendi.

CTunjukkan apakah konstruksi tersebutstatis tertentu atau bukan.2.1.5.

Rangkuman Konstruksi disebut statis A tertentu, jika bisa diselesaikan

dengan persamaan syarat-syarat keseimbangan. Persamaan syarat-

syarat keseimbangan adalah 3 buah 7V = 0 7H = 0 dan 71 = 02.1.6.

Penutup Untuk mengukur prestasi,mahasiswa bisa melihat kunci dari

soal-soal yang ada sebagai berikut : Jawaban Soal P titik Macam

Perletakan Jumlah C reaksi A Sendi 2 buah A B B sendi 1 buah Total

reaksi 3 buah

34. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-41-Bisa

diselesaikan dengan persamaan syarat keseimbangan. Jadi

konstruksidiatas adalah statis tertentu.b) P B C A Itik Macam

Perletakan Jumlah reaksi A Sendi 2 buah B sendi 2 buah Total reaksi 4

buahPersamaan tidak bisa diselesaikan dengan syarat-syarat

keseimbangan. Jadikonstruksi statis tidak tertentu.2.1.7. Daftar

Pustaka 1. Suwarno ƠMekanika Teknik Statis Tertentuơ UGM bab I 2.

Suwarno ƠStatika Iơ ITB bab I2.1.8. Senarai Konstruksi statis tertentu

= konstruksi yang bisa diselesaikan dengan syarat-syarat

keseimbangan2.2. JUDUL : GAYA DALAMTujuan Pembelajaran

UmumSetelah membaca bagian ini mahasiswa bisa mengetahui apa

yang disebut dengan gaya dalam dan bisa mengetahui bagaimana

cara mencarinya.Tujuan Pembelajaran KhususMahasiswa dapat

menggunakan teori yang telah diberikan untuk menghitung gaya dalam

suatu struktur serta bisa menggambarkan gaya-gaya dalam tersebut

secara rinci pada struktur statis tertentu.2.2.1. Pendahuluan Bangunan

teknik sipil pada umumnya terbuat dari struktur beton, kayu, baja dan

lain-lain. Dalam pembuatanstruktur-struktur tersebut perlu diketahui

ukruan atau yang lazim disebut dengan demensi dari tiap-tiap elemen

35. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -42- strukturnya

(balok, kolom, pelat, dansebagainya). Untuk menentukan demensi-

demensi dari elemen struktur tersebut, memerlukan gaya dalam.

Contoh : a). o Dua buah struktur seperti pada gambar (a) P1 dan (b)

dengan beban (P) dan bentang (l) berbeda. A B o Gaya dalam yang

diterima pada struktur (a) berbeda pula dengan gaya dalam yang L1

diterima oleh struktur (b), maka demensi dari struktur (a) akan berbeda

pula dengan struktur (b). Gambar 2.5. Contoh (a) Gambar 2.6. Contoh

(b) P2 2.2.2. Pengertian tentang Gaya Dalam A B L2 Ada 2 (dua)

orang yang mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, satu kecil, pendek

(A), yang satu lagi besar, tinggi (B). Jika kedua-duanya membawa

barang beban P = 5 kg, maka kedua tangan orang A dan B tersebut

tertegang. P P Untuk A orangnya pendek,kecil dalam membawa beban

P tersebut urat-urat yang ada pada tangannya tertegang dan menonjol

keluar sehingga kita bisa melihat alur urat- P = 5 kg P = 5 kg uratnya.

Namun hal ini tidak terjadi pada B karena orangnya besar, tinggi. Yang

menjadikan urat-urat tangan orang (A) tersebut menonjol sehingga

tampak dari luar adalah karena adanya gaya dalam pada tangan

tersebut A B akibat beban P = 5 kg. Kalau beban P tersebut dinaikkan

secara bertahap, sampai suatu saat tangan A tidak mampu Gambar

2.7. Orang membawa membawa beban tersebut, demikian juga untuk

orang B. beban Beban maksimum yang dipikul oleh orang A akan lebih

kecil dari pada beban maksimum yang bisa dipikul oleh orang B karena

diameter lengan orang A lebih kecil dari diameter lengan orang B.

Suatu balok terletak pada 2 2.2.3. Macam-macam Gaya dalam

perletakan dengan beban P1 seperti pada gambar, maka balok

tersebut akan menderita beberapa gaya dalam yaitu :P P y Balok

menderita beban B beban lentur yang menyebabkanreaksi A RB balok

tersebut berubah RA l bentuk melentur. Gaya dalam yang

menyebabkan Gambar 2.8. Balok diatas 2 perletakan dan pelenturan

balok tersebut menerima beban P (sehingga melendut) disebut momen

yang

36. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-43-

37. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-44- o Balok

tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan

kanan. Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu

batang, maka akan menerima beban gaya dalam yang disebut Normal

yang diberi notasi N. o Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat

adanya reaksi perletakan atau gaya-gaya yang tegak lurus ( B ) sumbu

batang, balok tersebut menerima gaya dalam yang disebut gaya

lintang dan diberi notasi D.2.2.4. Gaya Dalam Momen a). Pengertian

Momen (M) Suatu balok yang terletak diatas 2 c P (kg) q tumpuan

dengan beban seperti pada kg/mƞ gambar, ada beban terbagi rata q

(kg/mƞ)A B dan beban terpusat P (kg). Balok tersebut akan menerima

beban c x lentur sehingga balok akan melendut, l yang berarti balok

tersebut menerimaRA RB (m) beban lentur atau momen. (atau

menerima gaya dalam momen)Gambar 2.9. Balok yang menerima

beban terpusat dan terbagi rataDefinisi Momen adalah perkalian antara

gaya x jarak.Balok yang terletak antara tumpuan A dan B menderita

(menerima) momen. Momen untuk daerah balok antara perletakan A

ke perletakan B dengan variable x bisa ditulis sebagai berikut : I II (1)

Mx = RA . x ƛ q.x. ½ x (dihitung dari kiri ke potongan c-c) Ʀ.(pers. 1)

gaya jarak gaya jarak

38. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-45- Misal kita ambil

potongan c-c yang terletak sejarak x dari A RA (reaksi di A) merupakan

gaya I x = adalah jarak dari RA ke potongan c-c sejauh x qx =

merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh x yang diberi notasi

(Q1 = qx) II ½x= adalah jarak dari titik berat beban terbagi rata

sepanjang x ke potongan c-c q (kg/mƞ) titik berat qx c ½x c Q1= qx x

Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian kiri Kalau dihitung dari

sebelah kanan ke (c-c) I II Mx = RB (l-x) ƛ q (l ƛ x) . ½ (l -x) (dihitung

dari kanan) ƦƦƦ. (pers. 2) Kalau diambil di potongan c-c RB (reaksi di

B) merupakan gaya I (l-x) = jarak dari RB ke potongan c-c Q (l-x) =

merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh (l-x) q (l-x) = Q2 ½ (l-x)

= adalah jarak dari titik berat beban terbagi

39. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-46- II Kalau

menghitung besarnya momen di c- c c q (kg/mƞ) boleh dari kiri

potongan seperti pada titik berat dari q (l-x) persamaan (1) ataupun

menghitung dari kanan potongan seperti pada persamaan (2) dan

hasilnya pasti sama. y Tanda Gaya ½ (l-x) c Q2 = q (l- Dalam x)

Momen l -x tertekan Untuk memberi perbedaan antara momen-

Gambar 2.11. Gambar potongan struktur bagian momen yang

mempunyai arah berbeda, maka tertekankanan perlu memberi tanda

terhadap momen tersebut. tertarik Jika momen tersebut mampu

melentur suatu tertarik balok sehingga serat atas tertekan dan serat

Tanda momen (+) * Tanda momen (+) * bawah tertarik maka momen

tersebut diberi tanda (+) = positif. Demikian juga sebaliknya. Tanda

momen (-) * Gambar 2.12. Tanda momen2.2.5. Gaya Lintang (D) c P

Kalau dilihat, balok yang terletak q (kg/mƞ) (kg) diatas 2 (dua)

perletakan A dan B, menerima gaya-gaya yang c arahnya B (tegak

lurus) terhadap sumbu balok. Gaya- RA gaya tersebut adalah RA ; q

dan RB RB gaya-gaya tersebut yang Gambar 2.13. Gambar balok

menerima memberi gaya lintang terhadap beban

40. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-47- Definisi : Gaya

lintang adalah gaya-gaya yang B dengan sumbu batang. Kalau kita

ambil salah satu potongan antara perletakan A-B yaitu c-c, maka coba

gaya-gaya apa saja yang arahnya B (tegak lurus) terhadap sumbu AB.

y kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka (1) Dc = RA ƛ q x = RA ƛ

Q1 (gaya lintang di c yang dihitung dari kiri potongan) x c q (kg/mƞ) c

Q1=q x RA Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri y Kalau dihitung

dari titik c ke kanan potongan, maka (2) D1 = RB ƛ q (l-x) ƛ P = RB ƛ

Q2 ƛ P (gaya lintang di c yang dihitung dari kanan potongan) P c q

(kg/mƞ) c Q2 = q (l- x) (l ƛ x) RB Gambar 2.15. Potongan balok bagian

kanan

41. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-48- y Tanda Gaya

Lintang P C A B Untuk membedakan gaya lintang, maka RB perlu

memberi tanda (+) dan (-). C Definisi : * Gaya lintang diberi tanda

positif jika C dilihat di kiri potongan titik yang RA ditinjau, jumlah gaya

arahnya ke atas, atau kalau dilihat di kanan RB potongan, jumlah gaya

arahnya keGambar 2.16. Skema gaya lintang dengan tanda positif

(+)Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung

besarnyagaya lintang di c (Dc). C Dilihat dari kiri potongan C, gaya

yang ada hanya RA, jadi jumlah gaya-gayanya yang B sumbu hanya

RA dengan arah RA o (keatas) jadi tanda gaya lintang adalah positip. P

Jika dilihat dari kanan potongan c, gaya yang C ada B terhadap sumbu

adalah RB ( o ) keatas dan P (q ) kebawah. Karena RB adalah RB

merupakan reaksi, maka P > RB sehingga jumlah antara P dan RB

arah ( q ) kebawah,

42. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-49-* P Definisi : D

B A * Gaya lintang diberi tanda negatif, jika dilihat di kiri titik potongan

P D yang ditinjau arahnya kebawah A ( q ) dan bila ditinjau di kanan

titik D B potongan yang ditinjau arahnya ke atas. Gambar 2.17.

Gambar 2 Skema gaya lintang dengan tanda negatif (-)Coba dilihat

pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung

besarnyagaya lintang di D (DD). P D Dilihat dari kiri potongan D, gaya-

gaya yang B RA sumbu hanya RA dan P, karena RA adalah reaksi.

Jadi RA < P, maka resultante gaya-gaya antara RA dan P arahnya

adalah kebawah ( q ), D maka gaya lintangnya tandanya negatif. Jika

dilihat di sebelah kanan potongan gaya- gaya yang B sumbu hanya RB

dengan arah ke RB atas ( o ), Jadi gaya lintangnya tandanya adalah

43. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-50-Jadi untuk

menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya

harus sama.2.2.6. Pengertian Tentang Gaya Normal (N) P Definisi :

Gaya normal adalah gaya-gaya yang A B arahnya sejajar (//) terhadap

sumbu beban balok. * Jadi kalau kita lihat balok yang RA RB seperti

pada Gambar 2.18 yang Gambar 3 Gambar 2.18. Balok tanpa beban

mana tidak ada gaya-gaya yang normal sejajar sumbu batang, berarti

balok tersebut tidak mempunyai gaya normal (N). P P Kalau dilihat

pada Gambar 3.19 dimana ada gaya-gaya yang // Gambar 4 (sejajar)

sumbu batang yaitu P, RA maka pada batang AB (Gambar RBGambar

2.19. Balok menerima beban gaya 3.19) menerima gaya normal

(N)normal sebesar P.* Tanda Gaya Normal - Jika gaya yang ada

arahnya menekan balok, maka tanda gaya normalnya P P adalah

negatif (-) { €€p n €€ }.

44. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-51- - Jika gaya

yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya normalnya P P

adalah positif (+) { n€€ €€p }.2.2.7. Ringkasan Tanda Gaya Dalam M M

tekan tanda momen positif (+) tarik tarik tanda momen negatif (-

tekan )M M tanda gaya lintang positif (+) tanda gaya lintang negatif (-)

tanda gaya normal negatif (-)

45. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-52- tanda gaya

normal positif (+) Gambar 2.20. Ringkasan tanda gaya dalam2.2.8.

Contoh : Penyelesaian Soal 1Sebuah balok statis tertentu diatas 2

perletakan dengan beban seperti padagambar,P1 = 2 2 t (º), P2 = 6t

(¶), P3 = 2t (´)P4 = 3t ; q1 = 2 t/mƞ; q2 = 1 t/mƞ P2 = 6 ton q2 = 1

t/mƞP1 = 2 2 t q1 = 2t/mƞ P1v = 2 t 45 P4 = 3 ton ° C D P = 2t E P1H =

2 t A 3 B RBH RBV 6m RAV 2m 10 2m m

46. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-53- Gambar 2.21.

Balok diatas 2 perletakan dan pembebanannyaDiminta : Gambar

bidang momen, gaya lintang dan bidang normal. (Bidang M, N, dan

D)Jawab : Mencari reaksi verticalDimisalkan arah reaksi vertical di A

RA (µ) keatas dan arah reaksi vertical di B RB (µ) juga keatas.Mencari

RAV dengan 7MB = 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B =

0)RAV.10 ƛ P1R.12 ƛ q1.6.7 ƛ P2.4 + 2.q2.1 = 0 2.12 ¤ 2.6.7 ¤ 6.4

2.1.1RAV = = 13 ton (µ)Karena tanda + berarti arah 10 sama dengan

permisalan (+)Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas

arah momen, yang searahdiberi tanda sama, sedang yang berlawanan

arah diberi tanda berlawanan.RBV 71%!µRBV.10 ƛ q2.q1 ƛ P2.6 ƛ

q1.6.3 + P1R.2 = 0 1.2 .1 ¤ 6.6 ¤ 2.6.3 2.2RBV = = 9 ton (µ) 10Karena

tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan

permisalanyaitu (µ) keatas.Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA)

dan reaksi di B (RB) adalah benar,maka perlu memakai kontrol yaitu §

V = 0(P1R + q1.6 + P2 + q2.2) ƛ (RAR + RBR) = 0(2 + 2.6 + 6 + 1.2) ƛ

(13 + 9) = 0 Beban vertikal Reaksi vertikal

47. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-54-Mencari Raksi

HorizontalKarena perletakan A = rol tidak ada RAH.Perletakan B =

sendi ada RBH.Untuk mencari RBH dengan memakai syarat

keseimbangan ( § H = 0)§H = 0RBH = P1H + P3 + P4 = 2 + 2 + 3 = 7

ton (³)Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D)Dihitung secara

bertahapDaerah C A lihat dari kiriGaya lintang dari C ke A bagian kiri

adalah konstanDA kr = P1R = - 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di

kiri potongan arah gayalintang kebawah (¶)DA kn (gaya lintang (D) di

kanan titik A)DA kn = - P1R + RAR = -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan

arah gaya lintang keatas). A DBeban P1 = 2 2 (45°) bisa

diuraikanmenjadi P1V = 2t (¶) dan P1H = 2t ( ) q1 = 2 P2 = 6 2t t/mƞ

ton P3 = 2 tonC D 6m RA = 13 t X

48. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-55-Variabel x

berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang

dihitungdimulai dari titik C.Dx = -2 + 13 ƛ q1 x = (-P1V + RA ƛ

q1x)Persamaan (Linier) didapatUntuk x = 0 DAkn = -2 + 13 = + 11 ton

2.6 didapat (di kiri potongan arah gayaUntuk x = 6 m DD kr= -2 + 13 ƛ

12 = - 1ton lintang ke bawah)DD kn : sedikit di kanan titik D,

melampaui beban P2.DD kn : -2 + 13 ƛ 12 ƛ 6 = - 7 ton (dikiri potongan

arah gaya lintang ke bawah)Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi

Bidang D sama senilai DD kn (konstan dariD sampai B). Daerah B-E

2m q2 = 1 t/mƞ B E P4 = 3 ton x.2 RBV = 9 tonLebih mudah kalau

dihitung dari kanan dari E menuju B.Variabel x2 berjalan dari E ke

B.DE = 0Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)

49. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-56-DB kn kanan

perletakan B (x2 = 2 m) DB kn = + 2 ton (kanan potonganarah ke

kebawah)DB kr (kiri titik B) DB kr = + 2 ƛ 9 = - 7 ton (kanan potongan

arah ke atas) Melewati perletakan BMENGHITUNG DAN

MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N)Daerah C- dihitung dari kiri

sampai D, P2 tidak termasuk dari C ke D nilaiD gaya normal

konstan.ND kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)Daerah

D- dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batangB dari

D ke B nilai gaya normal konstan).ND kn = (-2 ƛ 2) ton = - 4 ton (gaya

normal menekan batang)NB kr = NDkn = - 4 tonDaerah B- dihitung dari

kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.ENB kn = + 3 ton (gaya

normal menarik batang)Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal

dihitung dari titik C.Dari kiri DBkn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal

menarik batang)MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG

MOMEN (M) Daerah C A C P1V = 2t A P1H = 2t 2m x

50. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-57-Variabel x

berjalan dari C ke AMx = - P1v . x = - 2 x (linier)Untuk x = 0 Mc = 0 x=2

MA = - 2.2 = - 4 tm.(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik

sehingga tanda negatif(-) ). Daerah A D

51. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-58-Gaya-gaya

yang dihitung mulai dari titik C q1 = 2 t/mƞ C P1V = 2t A P1H = 2t D x.1

RAV = 13t 2 6 m mVariabel x1 berjalan dari A ke DMx1 = -P1V (2 + x1)

+ RA.x1 ƛ ½ q1 x1²Mx1 = -2 (2 + x1) + 13 x1 ƛ ½ q1 x12 (persamaan

parabola) = - ½ q1 x12 + 11 x1 ƛ 4MENCARI MOMEN MAXIMUMD

Mx1 !0 d x1d Mx1 ! q1 x1 ¤ 11 ! 0 p x1 ! 5.5.m d x1Letak dimana harga

Mmax = Letak dimana harga (D = 0) lihat pada Gambar2.22.x1 = 5.5 m

Mmax = - ½ .2 (5.5)² + 11.5.5 ƛ 4 = 26.25 tm.

52. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-59-Mencari titik

dimana M = 0Mx1 = - ½ .q1.x12 + 11 x1 ƛ 4 = 0 = x12 ƛ 11 x1 + 4 =

0x1 = 0.3756 m (yang dipakai)x1ƞ = 10.62 m (tidak mungkin)Untuk x1

= 6 MD = -36 + 66 ƛ 4 = + 26 tm Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik

E ke titik B) variabel x2 berjalan dari E ke B q2 = 1 t/mƞ P4 = 3 t B E

2m x2 Dihitung dari kananParabolaMx2 = - ½ q2 x22 didapatUntuk x2

= 0 ME = 0Untuk x2 = 2didapat MB = - ½ . 1.4 = -2 tm

53. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-60- q1 = P2 = 6 q2

= P1V = 2 t 2t/mƞ ton 1t/mƞ C A D P3 = 2 B E P4 = 3 P1H =2t RBH =

ton ton RBV 7t =9 RAV = 13 t ton 11 + 2 + 1 t 2 - - 6 t 7 t t BIDANG D 2

t - 2 4t t + 3 BIDANG N t 5.5 m linier 2 tm parabola - 4 tm - - + 0.286

linier 0.3756 parabola BIDANG M Gambar 2.22. Gambar bidang M, N,

D balok diatas 2 tumpuan

54. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -61- 2.2.9. Contoh

2 Diketahui: KONSOL (CANTILEVER) Suatu konstruksi konsol

(cantilever) dengan P2 = perletkan di D = jepit dengan beban P1 = 2t

q=1 P1 = (¶); P2 = 1t (¶) dan beban terbagi rata q = 1 D 1t t/mƞ 2t t/mƞ

A C B Ditanya : Gambar bidang M, N, D 1m 2m 3m Jawab : Mencari

reaksi di D dengan syarat keseimbangan x1 RD RD = ? 7v = 0 RD ƛ P2

ƛ P1 ƛ q.5 = 0 x2 RD = 2 + 1 + 5.1 = 8 t (o) Untuk menggambar gaya

dalam kita bisa dari kiri atau kanan, pilih yang lebih mudah dalam hal

BIDANG D ini pilih yang dari kanan. 5 Bidang D (dari kanan) 8 + DA kr

= + 2 ton 1t Daerah A B x1 merupakan variabel yang bergerak dari A

ke B BIDANG M Dx1 = 2 + q. x1 Untuk x = 3 DB kn = 2 + 1.3 = 5 ton

(dari kanan potongan arah gaya ke bawah tanda 10.5 positif (+) ). - x2

merupakan variabel yang bergerak dari A ke C 24.5 parabola Daerah B

C32.5 Dx2 = 2 + 1 + q . x2 parabola Untuk x2 = 3 DB kr = 2 + 1 + 1.3 =

6 ton Untuk x2 = 5 DC = 2 + 1 + 5 = 8 ton Bidang A (dari kanan)

Daerah M B linierGambar 2.23. Bidang M, N, MA = 0 D Balok

cantilever

55. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-62- 2 Daerah B -

C : Mx2 = -P1 x2 ƛ P2 (x2 ƛ3) ƛ ½ q x2 : MC = -2.5 ƛ 1.2 ƛ ½ .1.5² = -

24.5 tm ( ) MD : - P1.6 ƛ P2.3 ƛ 5.1 (2.5 + 1) = -12 ƛ 3 ƛ 5.3,5 = 32,5 t

( )2.2.10. Latihan Balok diatas 2 tumpuan. Soal 1 Balok AB dengan

beban P1 = 4t P2 = 4 2t seperti tergambar A = sendi B = rol 45 ° HA A

B P1 = 4 ton P2 = 4 2 ton Ditanyakan; VA RB a) reaksi perletakan 2m

3m 3m b) bidang N, D dan M Soal 2 Balok ADCB dengan beban P ! 3

32 2t P= t seperti tergambar q = 1 t/m A = sendi B = rol 45° HA P1 = 3

2 ton q = 1 ton/m· A D B C Ditanyakan; VA RB a) reaksi perletakan 2m

4m 2m b) bidang N, D dan M

56. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)-63- Soal 3   ¤ 2 2 2t

¢¡   q , t/m HA ° A £ B C P1   2t VA RB 6m 2m 2mBalok ADCB dengan

beban seperti tergambar :A = sendi B = rol ; P1 = 2 ton P2 = 2 2 ton ; q

= 1,5 ton /m·Ditanyakan; a). reaksi perletakan b). bidang N, D dan M

57. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -1-2.2.11. Rangkuman

Dalam suatu konstruksi ada gaya dalam sebagai berikut : M (momen)

dengan tanda + - D (gaya lintang) dengan tanda + - N (gaya normal)

dengan tanda - +2.2.12. PenutupUntuk mengukur prestasi, mahasiswa

bisa melihat kunci dari soal -soal yang ada sebagai berikut :Jawaban

Soal No. 1 Keterangan Titik Nilai Tanda/arah Reaksi vertikal A : VA 4.5

ton o B : RB 3.5 ton o Reaksi horisontal A : HA 4 ton p Gaya normal =

N A²D 4 ton - tekan D²B 0 Gaya lintang = D A²C 4.5 ton + C²D 0.5 ton +

D²B 3.5 ton - Momen = M A 0 C 9 tm + D 10.5 tm + B 0

58. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -2-Jawaban Soal No. 2

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah Reaksi vertikal A : VA 3 ton o B : RB

6 ton o Reaksi horisontal A : HA 3 ton p Gaya normal = N A²D 3 ton -

tekan D²B 0 Gaya lintang = D A ² D kiri 3 ton + D kanan 0 B kiri 4 ton -

B kanan 2 ton + C 0 Momen = M A 0 D 6 tm + B 2 tm - C 0 2 m kanan

4 tm + DJawaban Soal No. 3 Keterangan Titik Nilai Tanda/arah Reaksi

vertikal A : VA 4.625 ton o B : RB 4.375 ton o Reaksi horisontal A : HA

2 ton p Gaya normal = N A²D²B²C 2 ton - tekan Gaya lintang = D A

4.625 ton + D kiri 4.375 ton - D kanan ² B kiri 2.375 ton - B kanan ² C 2

ton + X = 3.08 m kanan A 0 Momen = M A 0 X = 3.08 m 7.13 tm + D

0.75 tm + B 4.0 tm - C 0

59. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -3-2.3. Hubungan Antara

Momen (M) ; Gaya Lintang D dan q(Muatan)Pada gambar terdapat

potongan sepanjang dx batang yang diberi beban terbagi rata (qx),

potongan tersebut antara I dan II sepanjang dx. Dengan beban

sepanjang dx tersebut kita akan mencari hubungan antara beban, gaya

lintang dan momen. qx = beban terbagi rata Mx = momen di potongan I

( ) qx beban ½ dx Dx = gaya lintang di potongan I ( o) qx . dx = berat

beban terbagi rata Sepanjang dx qx.dx Dx + dDx = gaya lintang di

potongan M x + dMx II (¶) Mx Dx D x + dDx batang dDx = selisih gaya

lintang antara Potongan I dan II. Mx + dMx = momen di potongan II ( ) I

II dMx = selisih momen antara I dan II dxGambar 2.24. distribusi gaya

dalam pada balok sepanjang dxKeseimbangan gaya ƛ gaya vertikal 7V

= 0 di potongan IIDx ƛ qx dx ƛ (Dx + d Dx) = 0 (kiri ada Dx (o) dan qx

dx (q) dan kananada Dx + d Dx (q)dDx = - qx dx d Dx ! qx (turunan

pertama dari gaya lintang adalah beban) dxKeseimbangan momen7 M

= 0 di potongan IIMx + Dx dx ƛ qx .dx . ½ dx ƛ (Mx + d Mx) = 0 ½ q. dx²

- 0d Mx = Dx . dx o Kiri ada Mx ; Dx dx dan qx.dx. ½ dx dan kanan ada

Mx + dMx o ½ qx.dx² } 0 karena dx = cukup kecil dan dx² bertambah

kecil sehingga bisa diabaikan.

60. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -4-d Mx ! Dx dx* turunan

pertama dari momen adalah gaya lintang2.4. Balok Miring Pada

pelaksanaan sehari -hari sering kita menjumpai balok yang posisinya

miring seperti : tangga, dalam hal ini kita harus tahu bagaimana

menyelesaikannya. 2.4.1. Pengertian Dasar Balok miring adalah suatu

balok yang berperan sebagai pemikul struktur yang posisinya

membentuk sudut dengan bidang datar, misal : tangga, balok atap dan

lain sebagainya. Pada kenyataan sehari -hari balok-balok tersebut bisa

berdiri sendiri atau digabungkan dengan balok vertikal atau horisontal.

Seperti pada gambar. Dasar Penyelesaian Dalam penyelesaian

struktur, terutama untuk menghitung dan menggambar gaya dalam

adalah (a) sama dengan balok biasa (horizontal). Namun disini perlu

lebih berhati-hati dalam menghitung karena baloknya (b) Gambar 2.25.

Skema balok miring

61. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -5-Dalam hal ini

mahasiswa bisa lebih mendalam dalam pengetrapanpengertian gaya -

gaya dalam pada semua kondisi balok.2.4.2. Contoh soalDiketahui

Suatu balok miring di atas 2 tumpuan, perletakan A = sendi duduk di

bidang horizontal, perletakan B = rol duduk pada bidang miring //

dengan sumbu batang. Beban P 1 = 4 t vertikal di C dan beban P2 = 4t

vertikal di D, dan beban terbagi rata q = 1 t/mƞ dari D ke B dengan

arah vertikal. Ditanya : Gambar bidang M, N, DJawab: q = 1 t/mƞ B rol

P2=4 t P 1=4 RB 3 m = rol jadi reaksinya hanya Di B D satu B sumbu

batang C 5 A E 1m 1m 1m send 3R AH E RAV 4m 4 di B = rol jadi

reaksinya hanya 1m 1m 2m satu B sumbu batang

62. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -6- Gambar 2.26.a.

Pembebanan pada balok miringUntuk mencari reaksi kita lebih cepat

kalau yang dicari reaksi di B dulu.Reaksi di B RB B bidang sentuhRB

dicari dengan 7 MA = 0RB.5 ƛ q.2.3 ƛ P2.2 ƛ P1.1 = 0 18RB.5 ƛ 1.2.3 ƛ

4.2 ƛ 4.1 = 0 RB = ! 3.6 ton (arah R B B sumbu batang) 5Untuk

mencari R AV dicari dulu R AH dengan syarat keseimbangan

horizontal.RAH 7H = 0RAH ƛ RB sin2 = 0 3RAH = .3.6 ton = 2.16 ton

5Mencari R AV dengan 7 M B = 0RAV 7 MB = 0RAV.4 ƛ RAH.3 ƛ P 1.3

ƛ P2.2 ƛ q.2.1 = 0RAV.4 ƛ 2.16.3 ƛ 4.3 ƛ 4.2 ƛ 2.1.1 = 0RAV = 7.12 ton

63. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -7-MENGHITUNG

BIDANG NORMAL (N)Beban P dan q diuraikan menjadi : 1- // sumbu

batang m- B sumbu batang q a E E b q Gambar 2.26.b. Distribusi

beban pada balok miring ® ! q sin E ¾ aGaya yang // sebagai bata ng

menjadi gaya normal (N) ¯ ¿ ° ! q cos E À bGaya yang B sebagai

batang menjadi gaya lintang (D)ND kn = -2q . sin E = -2 .1. 3/5 = -1.2

ton(dari kanan)ND kr = - (4 + 2) sin E = -6 .3/5 = - 3.6 tonNC kr = - (4 +

4 + 2) sin E = -10. 3/5 = - 6 tonMENGHITUNG GAYA LINTANG (D)

(dari kanan)DB kr = - RB = - 3.6 tonDari B ke D Dx = - 3.6 + q.x . cos

EDD kn = - 3.6 + q.2 . cos E= - 3.6 + 2. 4/5 = - 2 tonDD kr = -3.6 + (2 +

4) 4/5 = 1.2 tonDc kr = - 3.6 + (2 + 4 + 4) cos.E!4.4 ton 4/5

64. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -8- 1 t/mƞ B 4t 4t 3m D x C

A 1m 1m 2m 1 t/mƞMENGHITUNG BIDANG MOMEN (M)Dihitung dari

kanan BB ke D 4 4 t RB x 1 tMx = RB . .q.x ² D cos E 2 C x AUntuk x =

0 MB = 0 x cos E 2 1Untuk x = 2 M D = 3.6 . .1.4 ! ¤ 7 tm 4/5 2 E x

3Mc = RB . - q.2.2 ƛ P.1 cos E = 3,6 . 3,75 ƛ 2.2 ƛ 4.1 = + 5.5

tmGambar bidang M, N, D 1 t/mƞ 4t B

65. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -9-Seperti teori

sebelumnya kita bisa menghitung gaya -gaya dalam dari danhasilnya

harus sama. Seperti contoh dibawah ini. Gambar 2.27. Bidang gaya

dalam pada balok miring

66. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -10- PERHITUNGAN

DARI KIRI RAV diuraikan menjadi : RAV. Cos E (gaya B sumbu

batang) RAV . sin% E E RAV. Sin E (gaya // sumbu batang) E RAV .

cos E RAV RAH diuraikan menjadi : R AH sin E RAH. sin E (gaya B

sumbu batang) A ERAH RAH. cos E (gaya // sumbu batang) RAH cos

E N = - (RAV . sin E + RAH . Cos E) RAH = 2.16 t D = + RAV . cos E -

RAH . sin E Sin E = 3/5 Cos E = 4/5 RAV = 7.12 NA kn = - (7.12 . 3/5 +

2.16 . 4/5) = - 6 ton t Gaya normal di C kanan ke D kiri adalah konstan

Di Nc kanan ada pengaruh beban P = 4 ton. NC kn = - [(7.12 ƛ 4). 3/5

+ 2,16 . 4/5] = - 3.6 ton Gaya normal di D kanan ada pengaruh P = 4

ton. NDkn = - [(7,12 ƛ 4 ƛ 4) 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 1,2 ton Gaya normal

dari D ke B linier { NB = - 1.2 + q.2 . sin E NB = - 1,2 + 2.1 . 3/5 = 0 ton

Gaya lintang DA kn = R AV cos E - R AH sin E Gaya lintang dari A kn

ke C kiri adalah konstan. DA kn = 7.12 . 4/5 ƛ 2,16 . 3/5 = 4,4 ton Gaya

lintang di C kanan ada pengaruh P = 4 ton Gaya lintang dari C kanan

ke D kiri adalah konstan Dc kn = (7,12 ƛ 4) 4/5 ƛ 2,16 . 3/5 = 1,2 ton

Gaya lintang di D kanan ada pengaruh P = 4t DD kn = (7,12 ƛ 4 ƛ 4)

4/5 ƛ 2,16 . 3/5 = - 2 ton. Gaya lintang dari D ke B adalah linier karena

ada beban terbagi rata. DB = -2 ƛ 2.1 . 4/5 = - 3,6 ton 2.5. Beban

Segitiga Pada kenyataan di lapangan beban tak hanya terpusat a tau

terbagi rata, namun ada yang berbentuk segitiga seperti beban

tekanan , beban tekanan tanah dan lain sebagainya. 2.5.1. Pengertian

Dasar Beban segitiga seiring terjadi pada kenyataan di lapangan

seperti beban tekanan air dan tekanan tanah. Contoh dinding tangki

dinding tangki air

67. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -11-2.5.2. Gambar 2.28.a.

Diagram beban segitiga

68. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -12- Dasar Penyelesaian

Prinsip dasar penyelesaiannya adalah sama dengan yang lain -lain

namun kita harus lebih hati -hati karena bebannya membentuk

persamaan. Persamaan a x = a t/mƞ x .a l ax A B Px a.l a .lRA = RB =

6 2/3x 1/3x a .l 3 P= ton 2 x Gambar 2.28.b. Beban segitiga pada

strukturMencari Reaksi Perletakan lTitik berat beban P : 2/3 l dari A

atau 1/3 l dari B 1/ 3 l§ M B ! 0 p R A .l P .12/3 ! 0 p R A ! / 3l l P 1/3 l l

1 / 3 l a.l a.lRA ! x ! ton l 2 6 2/3 l§ M A ! 0 p R B .l P . 2 / 3 l ! 0 p R B !

P l 2 / 3 l a.l a.lR ! x ! ton l 2 3Menghitung Bidang D (dari kiri)X =

variable bergerak dari A ke B xDi potongan x ax = . a l Beban segitiga

sepanjang x Px = ½ x. ax x ax ² Beban Px = ½ x . . a ! l 2lPersamaan

gaya lintang : a.l ax ²Dx = RA ƛ Px = (parabola) 6 2l Persamaan

pangkat 2Mencari tempat dimana gaya lintang = 0

69. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -13-D=0 RA ƛ Px = 0 a.l ax

² l² ! p x² ! 6 2. l 3 l² 1 XD ! 0 ! ! l 3 3 3MENGHITUNG BIDANG M xMx =

RA . x ƛ Px . 3 a.l ax ² x = .x . 6 2 .l 3 a .l a = x . x³ (persamaan

pangkat 3 / parabola) 6 6lM max terletak di daerah untuk D = 0 1 x= l 3

3 a.l ¨ 1 3 ¸ a ¨1 ¸M max = © l 3¹ l © l 3¹ 6 ª3 º 6 ª3 º a .l² a.l² = 3 3 18 54

70. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -14-Contoh Perhitungan x

ax = .3 6 x 2/3 x 1/3 x h=3 Jawab : ton/mƞ TOTAL BEBAN A B Px

P=½lxh RA RB 3.6 P= = 9 ton P 2 2 l/3 l/3 7 MB RA.l ƛ P l/3 = 0 RA . 6-

9.2 = l=6 m 0 2 RA = .9 = 3 ton 6 7 MA RB . l ƛ P.2/3 l = 0 RB .6-9.4 =

3,464 m 0 3t + 4 D=0 RB = .9 = 6 ton 6 - BIDANG D 6t Menghitung

Bidang D x = variable bergerak dari A ke B x x ax ! .3 ! Gambar 2.29.

Bidang gaya dalam pada beban 6 2 segitiga Px = ½ x . axx = 0 DA = +

3 tonx = 6 DB = - 6 ton x x x² Px ! . ! + 4 2 4Menghitung Bidang M x

Persamaan gaya lintang Dx = R A ƛ PxMx = RA . x ƛ Px . 3 x² Dx = 3 -

x² x x³ 4 = 3x - . ! 3x BIDANG 4 3 12 Mmax M Tempat dimana gaya

lintang = 0D=0 M max (x = 3,464 m) x² D=0 !3 3 4 ¨ 3,464 ¸ M max

3.3,464 - © ¹ ! 10,392 3,464 ! 6,928 tm ª 12 º2.5.3. LATIHAN Soal 1 :

Balok Miring

71. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -15- P ¥ 3t q ¥ 1 t/m C

Balok miring ABC B ditumpu di A = sendi, B = rol, seperti tergambar

Beban q = 1 t/m· , P = 30° A HA 3 ton Ditanyakan; VA a) reaksi 6m 1m

perletakan b) bidang N, D dan M Soal 2 Portal ACB dengan q = 1.5 t/m

P=4t perletakan A = sendi , B B = rol, seperti tergambar; Beban q = 1

t/m· , P = 3m RB A E 3 ton . HA Ditanyakan; VA a) reaksi 4m 3m

perletakan b) bidang N, D dan M Soal 3 : Balok dengan beban segitiga.

q ¦ t/m X A RHA VA RB L Balok AB dengan beban segitiga seperti

tergambar A = sendi, B = rol Ditanyakan; a) reaksi perletakan c) bidang

N, D dan M Soal 4

72. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -16- q § 3 t/m A RHA B C

RAV RB 4m 2m Balok ABC dengan beban segi tiga q = 3 t/m ditumpu

pada A = sendi , B = rol, seperti tergambar; Ditanyakan; a) reaksi

perletakan b) bidang N, D dan M 2.5.4. Rangkuman - Balok miring

adalah balok yang seiring dipergunakan dalam struktur tangga,

ketelitian perhitungan perlu. - Beban segitiga (() adalah beban yang

terjadi akibat tekanan air dan tekanan tanah, besarnya merupakan

fungsi x. 2.5.5. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa

melihat kunci soal -soal yang ada sebagai berikut :Soal no. 1

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah Reaksi vertikal A : VA 4.12 ton o

Reaksi miring B : RB 5.63 t Atau : H B 2.815 t n VB 4.88 t o Reaksi

horisontal A : HA 3 ton p Gaya normal = N A 9.76 ton - tekan B kiri 1.50

t - tekan B kanan ² C 1.50 t - tekan Gaya lintang = D A 2.16 t + B kiri t -

B kanan ² C 2.6 t + X = 2.88m jarak miring dr A 0 Momen = M A 0 B 3

tm - C 0 X = 2.88 m 3.11 tm +

73. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -17-Jawaban soal no. 2

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah Reaksi vertikal A : VA 6 ton o B : RB

4 ton o Reaksi horisontal A : HA 0 p Data pendukung Sin E 3/5 Cos E

4/5 Gaya normal = N A 3.6 ton - tekan C bawah 0 C kanan ² B 0 Gaya

lintang = D A 5.2 ton + C kiri 0 C kanan ² B 4 ton - Momen = M A 0 C

12 tm(max) + X = 2 m horisontal 9 tm + dari A B 0Jawaban soal no. 3

Keterangan Titik Nilai Tanda/arah Reaksi vertikal A : RAV q.l o 6 B :

RB q.l o 3 Reaksi horisontal A : RAH 0 Gaya normal = N A-B 0 Gaya

lintang = D A «««.. q.l + 6 B «««.. q.l - 3 L 0 X= = 0.5774 L dari A 3

Momen = M A 0 B 0 C L 0.06415 x q + X= ««««. 3 x l2 (max)Jawaban

soal no. 4

74. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -18- Keterangan Titik Nilai

Tanda/arah Reaksi vertikal A : VA 4.5 ton o B : RB 4.5 ton o Reaksi

horisontal A : RAH 0 p Gaya normal = N A²B-C 0 Gaya lintang = D A

4.5 ton + B kiri 3.5 ton - B kanan 1 ton + C 0 X = 2.24m dari B 0

Momen = M A 0 B 0.67 tm - X = 2.24m 3.73 tm +2.5.6. Daftar Pustaka -

Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ, UGM, Bab I - Soemono,

ƏStatika IƐ, ITB, Bab I.2.5.7. Senarai Balok miring = balok yang

membentuk sudut Beban segitiga = besarnya merupakan fungsi x

75. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -19- RB 4/5 RB 3/5 R

Bcatatan : q.2.2 2 = panjang beban terbagi rata 2 = jarak titik berat q ke

titik D. x Di ujung titik A RAV dan RAH diuraikan menjadi gaya -gaya

yang B (tegaklurus) dan // (sejajar) dengan sumbu x = jarak R B ke

sepanjang batang cos E BD xPersamaan garis ax = .a l a .lResultante

Beban : P = ton 2Diketahui :

76. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -20-Balok di atas 2

perletakan A dan B, dengan beban segitiga diatasnya,tinggi beban di

atas perletakan B adalah 3 ton/mƞ= h.Ditanya : Selesaikan dan

gambar bidang gaya dalamnya Pada pelaksanaan sehari -hari sering

dijumpai beban yang berbentuk linier segitiga, seperti bebab Tekanan

tanah dan beban air pada tandon air, bagaimana penyelesaiannya bisa

lihat dalam contoh soal. Balok statis tertentu diatas 2 perletakan

dengan beban U (segitiga) seperti pada gambar. Tahap

penyelesaiannya adalah sebagai berikut : Persamaan a x = a t/mƞ x .a

l ax A B Px a.l a.lRA = RB = 6 2/3x 1/3x a .l 3 P= ton 2 x l 2/3 l 1/3 l

77. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -21- 2.6. Gelagar Tidak

Langsung 2.6.1. Pengertian DasarAda beberapa macam model

jembatan yang ada di lapangan yaitu jembatan yang terbuat dari beton

dan jembatan yang terbuat dari kayu, bambu, dan profil baja. Kalau

jembatan yang terbuat dari beton karena bentuknya bisa dibuat sesuai

dengan yang diinginkan, maka dalam hal ini roda kendaraan bisa

diterima langsung oleh plat lantai yang terbuat dari beton tersebut. Plat

lantai kendaraan yang terbuat dari beton Gambar 2.30. Jembatan

dengan gelagar langsungJembatan yang roda kendaraannya bisa

diterima langsung oleh plat lantai kendaraan yang terbuat dari beton

disebut dengan gelagar langsung. Untuk jembatan yang terbuat dari

kayu, bambu, baja, maka roda kendaraan tidak bisa secara langsung

diterima oleh struktur kayu, bambu atau baja tersebut, melainkan harus

lewat suatu perantara yang disebut dengan gelagar melintang, gelagar

memanjang dan plat lantai dasar (lihat Gambar 2.31). Untuk jembatan

dimana yang roda kendaraan tidak bisa langsung diterima oleh struktur

utama disebut dengan gelagar tidak langsung atau beban tidak

langsung yang mana da lam penggambaran seperti pada Gambar

2.31.

78. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -22-arahmuatan aspa l

Potongan Gel. melintang melintang Gelagar induk Gel. memanjang

Potongan Melintang Gambar 2.31. Skema gelagar tidak langsung dari

suatu jembatan

79. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -23- 2.6.2. Skema

Penggambaran MuatanTidak Langsung dalam Mekanika Teknik Untuk

mempercepat perhitungan maka struktur dengan muatan tak langsung

harus mengalami penyederha naan. gel. memanjang gel. melintang

gel. induk / Gambar 2.32. Penyederhanaan awal, gel. tida k langsung

Gambar 2.33. Penyederhanaan akhir, untuk gel. tidak 2.6.3. Cara

distribusi bebanKarena roda kendaraan tidak langsung diterima oleh

gelagar utama (gel. induk), melainkan lewat perantara gelagar

melintang, maka beban yang diterima oleh gelagar induk tidak selalu

sama dengan beban yang berada diatas jembatan. q kg/mƞ beban

terbagi rata gel. melintang gelagar induk / utama P P beban terbagi

rata tersebut akan ditransfer ke gelagar induk melewati beban terbagi

rata gelagar melintang jadi yang diatas gel. memanjang sebenarnya

beban merata, mas uk ke P P P gelagar induk (utama) menjadi beban

80. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -24- Q Jika beban terpusat

Q berada diantara gel. a b melintang, maka Q tersebut didistribusi

menjadi beban Q 1 dan Q 2. dimana a b P Q2 = Q dan Q1 ! x x Q1 Q2

A Gambar 2.35. Distribusi beban terpusat pada gelagar tidak

langsungBEBAN TAK LANGSUNGContoh :Suatu gelagar yang tidak

langsung mendapat beban q t/m¶ dengan jumlah bentang gel.

memanjanggenap. II I q t/mƞ Potongan I ƛ I = tepat diatas gel.

melintang Potongan II-II = ditengah-tengah gel. melintang gelagar

induk 6P Menghitung momen di potongan I -I II I P/2 P P P P P P/2 M I

(untuk potongan I -I) M I = RA . 2P - P/2 . 2P - P. P 3 q P II I 3qP = 6q

P² - qP² - qP² = 4 q P² (muatan tidak langsung)

81. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -25-Kalau dicek memakai

muatan langsung adalah :M I = beban langsungM I = 3.q P . 2P - ½ q

(2P)² = 6q P² - 2 q P² = 4 q P²Catatan :Besar M (momen) pada titik

balok penghubung (gel. Melintang) bolehdihitung sebagai beban

langsung.Penyelesaian :P=qPRA = RB = 3q PBeban diantara

perletakan P = q PBeban di atas perletakan P/2 = q P/2Perhitungan

Momen IIPada Potongan II q t/mƞ Dengan memakai beban langsung

MII = 3 qP . 1.5 P - ½ q (1.5 P)² II = 4.5 P² - 1.125 qP² P P/2 = 3.375

qP² 3qP ½ qP qP II Jika dihitung dengan beban tidak langsung P P/2 II

M II = 3q P . 1.5P - ½ q P . 1.5 P 3qP - q P . ½ P = 3.25 q P² q t/mƞ

Perbedaan momen (0.125 q P²) q t/mƞ Perbedaan tersebut adalah dari

: P 1 Momen lantai = q P ² ! 0.125 q P ² 8 0.125 qP² kendaraa

82. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -26- Catatan : Momen

tidak langsung (diantara gelagar) MII = M langsung ƛ M. lantai = 3.375

q P² - 0.125 q P² = 3.25 q P² jadi dalam hal ini ada perbedaan nilai

perhitungan momen pada gelagar tak langsung untuk potongan

dibawah gelagar melintang dan potongan diantara gelagar melintang.

Perhitungan gaya lintang (D) ½ P P P P P ½ P P Walaupun beban

terbagi rata, tapi kalau gelagarnya tidak langsung, maka gambar

bidang D (bidang gaya lintang), garisnya 3P 3P bukan linier, namun s

eperti gaya lintang P beban terpusat.2½ PP + P - P 2½ P P Bidang D

Gambar 2.37. Bidang gaya l intang (D) dari gelagar tidak langsung

83. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -27- 2.6.4. Latihan Soal 1:

q = 1.5 t/mƞ Balok AB mendapat beban tak langsung seperti

tergambar, q = 1,5 t/mƞ sepanjang bentang. Ditanyakan : a). Gaya

reaksi V A, A 5 H A , RB 1 2 3 4 B HA b). Bidang N, D, M VA P P P P R

B = 2m Soal 2 : P1=3t P2=1t Balok ABC mendapat beban tak 1m

langsung seperti tergambar, P1 = 1 2 3 4 5 6 3tHA P 2 = 1t B C P P P

P P Ditanyakan : a). Gaya reaksi V A, H A, = 3m RB RB VA b). Bidang

N, D, M. 2.6.5. Rangkuman - Gelagar tidak langsung biasanya terdapat

pada jembatan kayu atau baja - Apapun bentuk beban yang terdapat

diatas jembatan, transfernya ke gelagar utama selalu berbentuk beban

terpusat. 2.6.6. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa

melihat hasil atau kunci - kunci yang ada.

84. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -28-Soal no 1 Keterangan

Titik Nilai Arah / Tanda Reaksi Vertikal A : VA 6t o B : RB 6t oReaksi

Horizontal A : HA 0Beban Pada Titik 1 1,5 t q 2 3,0 t q 3 3,0 t q 4 3,0 t

q 5 1,5 t qGaya Normal = N 1-2-3-4-5 0Gaya Lintang = D 1-2 4,5 t ¤ 2-

3 1,5 t ¤ 3-4 1,5 t 4-5 4,5 t Momen = M A=1 0 2 9 tm ¤ 3 12 tm ¤ 4 9

tm ¤ 5=B 0 ¤Soal No. 2 Keterangan Titik Nilai Arah / Tanda Reaksi

Vertikal A : VA 1,75 t o B : RB 2,25 tReaksi Horizontal A : HA 0Beban

Pada Titik 1 0 2 2t q 3 1t q 4 0 5 0 6 1t qGaya Normal = N 1-2-3-4-5-6

0Gaya Lintang = D 1-2 1,75 t ¤ 2-3 0,25 t 3-4 1,25 t 4-5 1,25 t 5-6

1,00 t ¤ Momen = M A=1 0 2 5,25 tm ¤ 3 4,5 tm ¤ 4 0,75 tm ¤

85. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -29- 5=B 3,0 tm 6=C

0Gaya Normal = N AƛBƛC 0Gaya Lintang = D A 4.5 ton + B kiri 3.5 ton

- B Kanan 1 ton + C 0 X = 2.24 m dari 0 B Momen = M A 0 B 0.67 tm -

X = 2.24 m 3.73 tm +2.6.7. Daftar Pustaka - Soemono, ƏStatika IƐ,

ITB-Bab I - Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ, UGM Bab

I.2.6.8. Senarai Muatan tak langsung = beban tak langsung = beban

yang tak langsung terletak di balok induk.

86. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -30- 2.7. Garis Pengaruh

2.7.1. Pendahuluan Kalau kita meninjau atau melihat suatu jembatan,

maka struktur tersebut selalu dilewati oleh suatu muatan yang

berjalan.Di sisi lain kalau kita meng analisa struktur maka yang dicari

dari struktur tersebut adalah, reaksi-reaksi kemudian gaya -gaya

dalamnya yaitu, gaya momen, gaya lintang dan gaya normal. Jika dua

hal tersebut dipadukan, maka kaitannya adalah : Berapa besarnya nilai

maksimum dari gaya -gaya dalam di suatu tempat di struktur tersebut,

jika ada muatan yang berjalan di atasnya ?. Untuk menjawab hal

tersebut diperlukan suatu garis pengaruh. Garis pengaruh ini sebagai

alat bantu untuk mencari nilai reaksi; gaya momen, gaya lintang, dan

gaya no rmal, jika di atas struktur jembatan tersebut berjalan suatu

muatan. 2.7.2. Pengertian Dasar Untuk mempermudah suatu

penyelesaian, maka didalam suatu garis pengaruh, muatan yang

dipakai sebagai standard adalah beban P sebesar satu satuan (ton

atau kg atau Newto n) yang berjalan diatas struktur suatu jembatan

tersebut. Sedang bentuk garis pengaruh tersebut adalah suatu garis

yang menunjukkan nilai dari apa yang akan dicari tersebut misal :

Reaksi (R) atau gaya momen (M) atau, gaya lintang (D) atau gaya

normal (N) di suatu tempat pada gelagar tersebut. Definisi Garis

pengaruh : adalah garis yang menunjukkan besarnya R (Reaksi), atau

gaya dalam M (Momen), atau N (Normal), atau D (Lintang) disuatu titik

akibat pengaruh dari muatan sebesar 1 ton berjalan.

87. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -31- Contoh 1 : Mencari

garis pengaruh Reaksi (R A dan R B) x x = variabel sesuai letak

(posisi) P yang bergerak P=1 dari titik A ke titik B ton Muatan P = 1 ton

berjalan dari A ke B A B G.P.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A) RA l

RB 7 MB = 0 RA . l ƛ P (l-x) = 0 P(l - x) l x RA = ! ton (linier ) l l G.P. R

A Untuk P di A x=0 RA = 1 ton + Untuk P di B x=l RA = 0 ton1 ton

G.P.RB (Garis Pengaruh Reaksi di B) 7 M A = 0 R B.l ƛ P.x = 0 P.x x

RB = ! ton (linier) G.P. R B l l + 1 ton Untuk P di A x=0 RB = 0 Untuk P

di B x=l RB = 1 ton Gambar 2.38. Gambar garis pengaruh R A dan RB

88. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -32- 2.7.3. Kegunaan dari

suatu Garis Pengaruh X P=1 tA B RA l RB Ini adalah GP.R A (Garis

Pengaruh Reaksi di + A)1t GP.R A Garis ini menunjukkan besarnya

nilai R A sesuai dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar + 1t P=1

GP.R B Ini adalah GP.R B (Garis Pengaruh Reaksi di t B) Garis ini

menunjukkan besarnya n ilai R B sesuaiA C B dengan posisi P yang

berjalan diatas gelagar a b * Jika beban P = 1 ton berada di titik C + y1

sejauh a dari perletakan A dan sejauh b1t GP.RA dari perletakan B,

maka besarnya reaksi di A RA = y1 dan besarnya reaksi di B R B y2 =

y2, dimana GP.R B + 1t b a y1 = ton dan y 2 = ton, jadi P=1 l l Gambar

2.39 t b a RA = ton dan R B = ton l lA D B Gambar 2.39. Kegunaan dari

garis pengaruh c d untuk beban di titik c y3 + * Jika beban P = 1 ton

berada di atas titik D1t GP.RA sejauh c dari perletakan A dan sejauh d

dari perletakan B, maka besarnya reaksi + y4 + di A R A = y3 dan

besarnya reaksi di B GP.RB 1t RB = y4, dimana Gambar 2.40 d c P= 4

y3 = ton dan y 4 = ton, jadi ton l l d cA C B RA = ton dan R B = ton l l a

b Gambar 2.40. Kegunaan digaris + y1 pengaruh untuk beban di1t titik

D GP.R A y2 Bagaimana kalau P tidak sama dengan GP.R B + 1t 1 ton

Jika P = 4 ton terletak di titik c Gambar 2.41. Kegunaan garis

pengaruhRA = 4 .beban tidak=sama atau Maka untuk y1 dan RB 4 . y2

dengan 1 ton 4b 4a RA = dan RB ! l l

89. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -33- P=6 Jika P = 6 ton

terletak ti titik D t Maka RA = 6 . y3 dan R B = 6 y4 atau A D B c d 6d c

RA = ton dan R B ! 6 ton l l y3 + 1t GP.R A Gambar 2.42. Kegunaan

garis pengaruh untuk beban P = 6t y4 + + GP.RB 1t Bagaimana kalau

ada beberapa muatan : P= 4 P2= 6 y Jika di atas gelagar ada muatan

ton ton A C D B P1 = 4t di c, sejarak dari titik A, sejarak b a b c d dari

titik B, dan P 2 = 6t sejarak c dari titik A, sejarak d dari titik B, maka y3

y1 GP.RA 1t + b d RA = 4y1 + 6y3 = 4 . ton ¤ 6 ton y2 1t l l GP.R B y4

+ a c RB = 4 y2 + 6 y4 = 4 ton ¤ 6 ton l lGambar 2.43. Kegunaan garis

pengaruh untuk beban P 1 = 4 ton dan P 2 = 6 ton Beberapa Contoh 1.

Mencari Garis Pengaruh Gaya Lintang (G.P.D) P = 1 ton berjalan dari

A ke B X = variabel yang bergerak sesuai dengan posisi P dari A ke B

C = suatu titik terletak antara A ƛ B

90. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -34- P = 1t G.P. Dc (Garis

Pengaruh Gaya Lintang di x C)A B P berjalan dari A ke C C 7 MA = 0

RB . l ƛ P.x = 0 RA l RB Px x RB = ! ton l l a b Dc dihitung dari kanan x

Dc = -RB = ton (linier) l P = 1t Untuk P di A x=0 Dc = 0 x a Untuk P di

C kr x = a Dc = - ton lA B C P berjalan dari C ke B P (l x ) l x a RA = !

ton l l l G.P. R B Dc dihitung dari kiri - l x + Dc = RA = ton (linier ) l

Untuk P di C kn x=a b/l G.P. R A l a b Dc = ! ton G.P. D c l l ll ! 0 ton

lGambar 2.44. Gambar garis pengaruh gaya lintang

91. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -35- Mencari Garis

Pengaruh Momen (G.P.M) P = 1 ton berjalan dari A ke B x = variabel

yang bergerak dari A ke B sesuai posisi P. P = 1t x G.P. Mc (Garis

Pengaruh Gaya Lintang di C)A B C P berjalan dari A ke C RA l RB Px x

RB = ! ton l l a b Mc dihitung dari kanan x Mc = + RB . b = ¤ . b tm

(linier ) l Untuk P di A x=0 Mc = 0 P = 1t a .b x Untuk P di C x=a Mc = +

tm lA B C P berjalan dari C ke B P (l x ) l x RA = ton ! ton l l Mc

dihitung dari kiri + ¨l x ¸ Mc = + RA . a tm = © ¹ . a tm a.b tm ª l º GP

RB.b l Untuk P di C x=a Mc = GP R A.a ¨l a¸ b © ¹ ! . a . tm G.P. M c ª l

º l ¨l l ¸ Untuk P di B x=l Mc = © ¹ a . tm ª l ºGambar 2.45. Gambar garis

pengaruh = 0 tm momen di c (GP Mc)

92. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -36- 3. Contoh lain

Diketahui : Balok ABC diatas 2 P perletakan A dan B x D B C Ditanya :

Gambar Garis Pengaruh R A, A RB, M D, DD, DBkn 2 m l=6 l 1= 2 m

Jawab : m lx GP.R A : 7 MB = 0 RA = ton l GP.RA - 1/3 t Untuk P di A x

= 0 RA = 1 ton Untuk P di B x = l RA = 0 + 1t Untuk P di C x = 8 l 8 68

2 1 RA = ! ! ton ! ton l 6 6 3 x GP.R B : 7 . M A = 0 RB = ton GP.R B lt

Untuk P di A x=0 RB = 0 + 1t Untuk P di B x=l RB = 1 ton 4 Untuk P di

C x=8 3 8 8 4 RB = ! ! ton l 6 3 2/3 ton GP. MD GP.M D P antara A-D

lihat kanan bagian - x M D = RB . 4 = . 4 tm + lGP.R B.4 Untuk P di A x

= 0 MD = 0 GP.R A.2 Untuk P di D x = 2 m 2.4 4 MD = ! tm 6 3 4 tm P

antara D-C lihat bagian 3 l x M D = RA . 2 = .2 l Untuk P di D x = 2m 1 l

2 62 4 t MD = .2 ! .2 ! tm 1 3 l 6 3 t GP.R B 3 GP.DD Untuk P di B x = 8

m 68 2 - MD = . t ! tm - 63 3 + 2 3 GP.R A

93. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -37- GP.DD P antara A-D

lihat kanan bagian x D D = - RB = - ton l P di A x = 0 DD = 0 P di D x =

2 DD = -2/6 ton = -1/3 ton P antara D-C lihat kiri bagian l x D D = RA =

ton l 62 2 P di D x=2 DD = ! ton 6 3 P di B x=6m DD = 0 68 1 P di C

x=8m DD = ! ton 6 3 GP.DBkr Bkr Bkn B C P antara A-Bkr lihat kanan

bagianA DBkr = - RB GP.DBkr P antara B-C lihat kiri bagian DBkr = +

RA - - 1/3 1t GP.R A t GP.R B GP.DBkn P antara A ƛ B lihat kanan

bagian DBkn = 0 GP.D Bkn P antara B ƛ C lihat kanan bagian 1t +

DBkn = P = 1 ton GP.MB 2 tm P antara A ƛ B lihat kanan bagian MB =

0 GP.M B - P antara B ƛ C lihat kanan bagian M B = -x tm x P di B x=0

MB = 0 P di C x = 2m M B = -2 tm Gambar 2.46. Gambar kn- macam-

macam garis

94. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -38-2.7.4. LATIHAN Soal 1

P ¨ berjalan 1 t bejana A B I RA RB 3m 5m a) Akibat beban P = 1ton

berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GPR A, GPRB, GPD I, GPMI b)

Bila beban 3m berjalan, Ditanya; P1 = P2 = 4t 2t DI (+) max. DI (-)

max. MI max. M max. max. P = 1 t berjalan Soal 2 © A I B C RA RB

4m 5m 3m Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC,

ditanyakan GP R A, GP RB, GP D I, GP MI 3m a) Bila beban berjalan,

Ditanya; RB max. MI max.

95. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -39- 2.7.5. Rangkuman o

Garis pengaruh adalah : garis yang menunjukkan besarn ya reaksi

atau gaya-gaya dalam disuatu titik, akibat muatan berjalan sebesar 1

ton. o Beban yang dipakai untuk garis pengaruh adalah satu satuan

muatan (ton atau kg atau Newton). 2.7.6. Penutup o Untuk mengukur

prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil jawaban sebagai berikut :

Jawaban soal no. 1 Keterangan P = 1 ton di titik Nilai Tanda/arah RA A

1 ton + o B 0 RB A 0 B 1 ton + o DI A 0 3 - t I kiri 8 5 + I kanan 8 MI A 0

B 0 I 15 tm 8 + RA max. = + 5.5 ton D I (+) max. = + 3.3 ton MI max. =

+ 9 tm Mmax. Max. = + 9.1875 tm

96. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -40-Jawaban soal no. 2

Keterangan P = 1 ton di titik Nilai Tanda/arah RA A 1 ton + o B 0 C 0.3

ton - o RB A 0 B 1 ton + o C 1.3 ton + o DI A 0 I kiri 0.4 ton - I kanan

0.6 ton + B 0 C 0.3 ton - MI A 0 B 0 I 2.4 tm + C 1.2 tm - MB A 0 B 0 C

3 TM - RB max. = + 5.175 ton MI max. = + 9.18 tm2.7.7. Daftar

Pustaka - Soemono, ƏStatika IƐ, ITB, Bab I. - Suwarno, ƏMekanika

Teknik Statis TertentuƐ, UGM Bab I.2.7.8. Senarai - Garis pengaruh -

Beban berjalan

97. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -41-MODUL : 3 : ARTI

BALOK GERBER DAN CARA PENYELESAINNYA3.1. Judul : BALOK

GERBERTujuan Pembelajaran UmumSetelah membaca materi ini

diharapkan mahasiswa mengerti apa artibalok gerber serta mengetahui

bagaimana cara menyelesaikan strukturtersebut.Tujuan Pembelajaran

KhususMahasiswa diharapkan bisa mengerti dengan seksama tentang

pengertianbalok gerber, syarat -syarat yang diperlukan untuk

menyelesaikan danmahasiswa bisa menggambarkan bidang -bidang

gaya dalam baloktersebut.3.1.1. Pendahuluan Didalam kenyataan se -

hari-hari jarang dijumpai jembatan y ang berbentang Satu.( ). Untuk

mengatasi penyeberangan sungaiyang mempunyai lebar > 100

mpenampang cukup besar (>100m) ( ) maka dibuatlah suatujembatan

yang berbentang lebih dari satu, sehingga mempunyaiperletakan > 2

buah.a). A B Kalau dilihat pada gambar b, perletakan dari jembatan

tersebut > 2 buah, yaitu 3 buah dimana A = Jembatan berbentang

sendi; B = rol dan C = rol. Kalau di satu perletakan A terdapat 2 reaksi

(karena A = sendi) yaitu R AH dan R AV, perletakan di B terdapat 1

reaksi (karena B = rol) yaitu R BV, perletakan di C ada 1 reaksi (karena

C = rol) yaitu R , maka jumlah

98. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -42-b). A B C Jembatan

berbentang lebih dari satuGambar 3.1. Macam-macam bentang

jembatanJika dalam persamaan keseimbangan hanya punya 3 buah

( 7V = 0; 7H =0; 7M = 0) berarti untuk bisa menyelesaikan struktur

jembatan (b) masihmemerlukan 1 buah persamaan baru lagi, supaya

bilangan yang tidakdiketahui yaitu RAV; RAH; RBV, RCV bisa didapat

sedang untuk konstruksistatis tertentu persamaan yang tersedia hanya

3 buah yiatu 7V = 0; 7H =0; 7M = 0. dalam keadaan tersebut konstruksi

jembatan (b) disebutdengan kontruksi statis tidak tertentu. Kalau 1

(satu) persamaan baru tadi bisa disediakan maka syarat -syarat

keseimbangan masih bisa dipakai untuk menyelesaikan

konstruksijembatan (b) tersebut (4 buah bilangan yang dicari yaitu R

AV; RAH; RBV,RCV dengan 4 buah persamaan yaitu 7V = 0; 7H = 0;

7M = 0 dan 1 (satu)persamaan baru). Dalam kondisi tersebut

konstruksi masih statistertentu, karena masih bisa diselesaikan dengan

syarat -syaratkeseimbangan dan konstruksinya dinamakan dengan

konstruksi balokgerber. Jika 1 (satu) persamaan baru tersebut dengan

memberikan 1 buah perletakanA B D C baru di D yang berbentuk

sendi, maka persamaan baru tersebut adalah 7 M D = 0 Sendi gerber

Sedang titik D tersebut disebu t denganGambar 3.2. Skema balok

gerber sendi gerber3.1.2. Definisi Balok Gerber Dengan uraian seperti

dalam pendahuluan, maka bisa didefinisikanbahwa :

99. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -43-Konstruksi balok

gerber : adalah suatu konstruksi balok jembatan yang mempunyai

jumlah reaksi perletakan > 3 buah, namun masih bisa diselesaikan

dengan syarat - syarat keseimbangan.

100. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -44- Contoh : Suatu

konstruksi balok Sendi gerber gerber ABC dengan perletakan :RAH A

B D A = sendi, dimana ada 2 C reaksi yaitu R AV dan R AH. RAV RBV

RCV B = rol, dimana ada 1 reaksi yaitu R BV. C = rol, dimana ada 1

reaksi yaitu R CV Jadi jumlah reaksi adalah 4 buah yaitu, R ; R ; R dan

Persamaan yang tersedia adalah : 3 (tiga) buah persamaan syarat

keseimbangan yaitu 7V = 0; 7H = 0 dan 7M = 0 1 (satu) buah

persamaan baru yaitu 7 M D = 0 Jadi jumlah persamaan ada 4 (empat)

buah yaitu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 7M D = 0. Kondisi kontruksi

tersebut adalah : Jumlah bilangan yang tidak diketahui = jumlah

persamaan yang ada ( 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 7MD = 0) = jumlah

persamaan (yaitu R AV; RAH; RBV dan R CV) = jumlah bilangan yang

dicari Maka konstruksi tersebut, disebut dengan konstruksi balok ge

rber, yang masih statis tertentu.

101. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -45-3.1.3. Bentuk Sendi

GerberKalau balok gerber tersebut adalah dibuat dari balok beton,

maka bentuk konstruksi gerber tersebut seperti pada gambar. Sendi

gerber D A B C RAH RB R AV RC Detail perletakan D (sendi gerber)

Gambar 3.3. Detail sendi gerber

102. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -46- B D C ARAH RAV

RCV RBV D C B ARAH RAV RCV RBV atau D C RDH RDV R CV RDV

A B DRAH RDH RAV R BV Gambar 3.4. Skema pemisahan balo k

gerberCatatan : Reaksi di balok DC menjadi (beban) pada balok

AB.Jadi kalau diuraikan balok gerber ABC tersebut merupakan

gabungan dari2 balok statis tertentu DC dan ABD, dimana balok DC

tertumpu di balokAB.3.1.4. Menentukan letak sendi gerber beban = q

kg/mƞ B CA

103. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -47- Jika dalam balok

ABC, sendi gerber belum ada, maka konstruksinya masih statis tak

tertentu, dan jika diberi beban terbagi rata sebesar q kg/mƞ, maka

gambar bidang momennya (bidang M) seperti gambar dibawahnya.

Bagaimana cara mencari bidang momen (bidang M) tersebut, untuk

mahasiswa semester I belum bisa mengerjakan, jadi untuk sementara

diterima saja. Kalau dilihat dari sub bab 3.1.2. dimana di titik D dibuat

sendi gerber dengan persamaan Gambar 3.5. Balok statis tak baru 7M

D = 0, maka alangkah tepatnya tentu dan skema jika untuk

menentukan posisi di titik D bidang momennya dicari tempat-tempat

yang momennya Dalam hal seperti tersebut diatas, alternatif tempat

dimana momennya sama dengan nol adalah titik 1 dan 2 yang

posisinya di kiri dan kanan perletakan B. Karena kita hanya

membutuhkan 1 (satu) buah persamaan baru, maka kita cukup memilih

salah sa tu dari 2 (dua) alternatif tersebut sendi gerber diatas, sehingga

struktur bisa diselesaikan. D B C Cara memilih : alternatif (1), jika

kitaa1 A 1 memilih titik (1) sebagai sendi gerber, maka gambarnya

adalah seperti pada 1 Gambar a 1 dimana balok AD terletak di D A

atas balok DBC, balok tersebut jika B Ca2 disederhanakan akan

seperti pada D Gambar a 2, dan jika diuraikan A strukturnya akan

seperti pada gambara3 B a 3. C TIDAK MUNGKIN Apakah mungkin ?

Gambar 3.6. Penentuan sendi gerber yang tak mungkin Perhatikan

104. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -48-Lihat balok AD,

perletakan A = sendi dengan 2 reaksi (R AV, RAH)perletakan D =

sendi dengan 2 reaksi (R DV, RDH), sehingga jumlah reaksiada 4

(empat) buah, sehingga strukturnya adalah statis tidak

tertentu.Perhatikan balok DBC; perletakan B = rol dengan 1 buah

reaksi (R BV);perletakan C = rol dengan 1(satu) buah reaksi (R CV),

sehingga jumlahreaksi hanya ada 2 (dua) buah, karena kedua

perletakan B dan C adalahrol, maka struktur balok DBC tidak stabil

sendi gerber adalah tidak Alternatif 2mungkin. D sendiCgerberb1 2 Jika

yang dipilih adalah titik (2) A B sebagai sendi gerber, maka C

gambarnya adalah seperti gambar Bb2 (b1) dimana balok DC terletak

diatas A balok ABD, balok tersebut jika gambarnya disederhanakan

akan RDH D C seperti pada gambar (b 2), dan jika diuraikan

strukturnya ak an menjadi RDVb3 A B seperti pada gambar (b 3)

apakah RDH D mungkin ?. Perhatikan balok DC yag terletak diatas

balok ABD. Perletakan D = sendi mempunyai 2 (dua) reaksiGambar

3.7. Balok gerber dan cara pemisahannya yaitu R DV dan R DH,

sedangJumlah letak reaksi adalah 3 (tiga), maka konstruksi balok DC

adalahstatis tertentuy Perhatikan balok ABD, perletakan A = sendi,

mempunyai 2 (dua) reaksi yaitu R AH dan R AV, perletak B = rol,

mempunyai 1 (satu) reaksi yaitu RBV. Jumlah total reaksi adalah 3

(tiga) buah, jadi konstruksi balok ABD masih statis tertentu.y Jadi

pemilihan titik (2) sebagai sen di gerber adalah mungkin.

105. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -49-

106. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -50- 3.1.5. Mekanisme

Penyelesaian Balok Gerber A B D Ca Jika ada suatu konstruksi balok

gerber seperti pada gambar a, maka D yang perlu dikerjakan

pertamab11 adalah memisahkan balok tersebut A B C menjadi

beberapa konstruksi balok statis tertentu.b2 D Jika konstruksinya

seperti pada A RD gambar (a), maka kita bisa B memisahkan

konstruksi tersebut RD C menjadi beberapa konstruksi tersebut

menjadi beberapa konstruksi statis tertentu seperti b1 dan b 2 tidak D

pada gambar (b) atau (c), dimanaC1 C gambar (b) terdiri dari gambar

(b 1) A B dan (b 2), demikian juga gambar (c) D C RDC2 RD A B C1

dan C2 mungkin Gambar 3.8. Skema penyelesaian balok gerber

Tinjauan gambar b 1 dan b2

107. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -51-Titik D dari balok

ABD (gambar (b1) menumpu pada titik D pada balok DC,dan jika

dijabarkan (diuraikan) strukturnya akan menjadi seperti gambar(b2),

dimana titik D pada balok ABD menumpu pada titik D balok

DC,sehingga reaksi R D dari balok ABD akan menjadi beban (aksi)

pada titik Dbalok DC. Perhatikan struktur balok ABD (gambar b2), per

letakan A = sendi (ada 2 reaksi); perletakan B = rol (ada 1 reaksi),

perletakan D = sendi (ada 2 reaksi). Jadi total perletakan balok ABD

ada 5 (lima) buah, jadi balok ABD merupakan balok statis tidak

tertentu. Perhatikan balok DC (gambar b2), titik D = be bas (tak

mempunyai tumpuan), jadi tidak ada reaksi, perletakan, c = rol (ada 1

reaksi), jadi jumlah total reaksi hanya ada 1 buah yaitu R CV di C.

Dalam kondisi seperti tersebut diatas balok DC merupakan balok yang

tidak stabil atau labil. Sehingga alternatif (b) adalah tidak

mungkin.Tinjauan gambar (c1) dan (2)Titik D dari balok DC (gambar

(C1) menumpu pada titik D balok ABD, danjika diuraikan strukturnya

akan menjadi seperti pada gambar (C2), dimanatitik D dari balok DC

menumpu pada titik D balok ABD, sehingga reaksi RDdari balok DC

akan menjadi beban (aksi) pada titik D balok ABD. Perhatikan struktur

balok DC gambar (C2), perletakan D = sendi, (ada 2 reaksi),

perletakan C = rol (ada 1 reaksi) total jumlah perletakan ada 3 (tiga)

buah. Jadi balok DC adalah balok statis tertentu Perhatikan struktur

balok ABD (gambar (C2)), perletakan A = sendi (ada 2 reaksi),

perletakan B = rol (ada 1 reaksi) jumlah perletakan ada 3 (tiga) buah.

Jadi balok ABD adalah balok statis tertentu juga. Jadi alternatif (C)

adalah mungkin.

108. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -52- Tahapan

Penyelesaian q Sendi gerber D Pa Kalau kita mempunyai balok A B C

gerber ABC seperti pada gambar (a), yang kemudian diuraikan seperti

pada gambar (b), maka tahapan pengerjaannya adalah sebagai berikut

: P y Balok DC dikerjakan dulu D C sehingga menemukan R D dan R

C. y Reaksi R D dari balok DC RD akan menjadi beban di titik q D dan

balok ABD.b RD RC y Dengan beban yang ada (q) dan beban R D,

maka balok D AB bisa diselesaikan. A y Bidang-bidang gaya dalam B

(M, N, D) bisa diselesaikan sendiri-sendiri pada balok DC dan AB. y

Penggambaran bidang M, N, D balok gerber merupakan

penggabungan dari bidang M, N, D dari masing-masing Gambar 3.9.

Skema pemisahan balok gerber

109. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -53- 3.1.6. Contoh Soal

Suatu struktur balok gerber ABC P=4t q = 2t /mƞ dengan beban seperti

pada gambar. (a) 1m A B A = rol ; B = sendi C S C = rol ; S = sendi

gerber Beban P = 4 ton, dengan jarak 1 m dari A, dan beban terbagi

rata q = 2 4m 2m 6m t/mƞ dari B ke C. Ditanya : Gambar bidang M, N,

D. P=4t Jawab: Struktur balok gerber seperti x pada gambar (a) kalau

diuraikan akan S (b) A menjadi struktur seperti pada gambar Rs = 2

t/mƞ (b). x1 x2 Balok AS harus diselesaikan lebih RA = 3t Rs dahulu,

baru selanjutnya reaksi Rs dari C S balok As menjadi beban / aksi ke B

balok SBC R B = 7 1/3 t 2 Balok A-S (mencari RA dan RS) 3 2 RC = 5 t

tm 8.0287 3 - tm 7 MS = 0 RA. 4 ƛ P.3 = 0(c) tm + P.3 4.3 RA.= ! ! 3t 4

4 + BID. M 7 MA = 0 RS. 4 ƛ P.1 = 0 P.1 4.1 2.833 m RS = ! ! 1t 4 4

5.667 m Reaksi Rs = 1t akan menjadi beban di titik S pada balok S B C

(gambar (b)) 6.33t Balok S B C (mencari RB dan R C) 3t + + 7 MC = 0

- RB.6 ƛ RS.8 ƛ q.6.3 = 0 1t - RB.6 ƛ 1.8 ƛ 2.6.3 = 0 BID. D 2 5 t 44 1 3

RB = t!7 t 6 3 7 MB = 0 RC.6 + RS.2 ƛ q.6.3 = 0 BID. N RC.6 + 1.2 ƛ

2.6.3 = 0 34 Gambar 3.10. Gambar-gambar gaya ! 5 2 / 3t Bidang

Momen (M) 6 dalam balok gerber

110. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -54-Balok A-SDaerah A

P (P = letak beban P = 4t)Mx = RA.x = 3.x (linear)x=0 MA = 0x=1 MP =

3 tm (momen dibawah P)Daerah P SMx = RA.x-P (x-1) = 3.x ƛ 4 (x-

1)x=1 MP = 3 tmx=4 MS = 0Balok SBCDaerah S B (dari kiri)Mx1 = -

Rs.x1 = - 1.x1 (linear) = -x1x1 = 0 Ms = 0x2 = 2 MB = -2 tmDaerah C B

(dari kanan) 1Mx2 = Rc.x2 - .q x2² (parabola) 2 1Mx2 = 5.667.x 2

- .2.x2² 2 = 5.667 x 2 - x2² dMx 2Mencari M max =0 5.667 ƛ 2 x2 = 0 dx

2 = x2 = 2.833 m (lokasi dimana terletak M maxM x2 max =5.667.

2.833 ƛ (2.833)² = 16.0546 ƛ 8.02589 = 8.0287 tm.Mencari titik dimana

momen = 0M x =5,667 x 2 ƛ x22 = 0X2 (5,667-x2 ) = 0 x2 =5,667 m

( Letak dimana momen = 0 )Bidang D ( GAYA LINTANG )

111. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -55-Balok A-SDaerah A

P ( dari Kiri )D2 = + Ra = + 3 + ( Konstan )Daerah P S ( Dari kiri )Dx =

+ R a - P = 3 ƛ 4 = -1 t (Konstan )Balok S Ɗ B CDaerah S B ( Dari

Kiri )Dx = - Rs = -1 t (Konstan)Daerah C B (Dari Kanan)Dx2 = - Rc + q .

x 2 = - 5,667 + 2 . x 2 (Linieair)X2 = 0 Dc = - 5,667 tX2 = 6 Dbkn = -

5,667 + 2.6 = + 6,333 tMencari titik dimana D = 0-5,667 + 2X 2 = 0 X2

= 2,833 m(Letak D = 0 sama dengan letak M max )Bidang N

( Normal )Bidang N tidak ada3.1.6. Latihan

112. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -56- Dalam

mempraktekan teori ƛ teori yang ada di depan ( bagian sebelumnya ),

maka perlu diadakan (diberi) suatu latihan . 1). P = 5t q = 2t/mƞ Suatu

balok gerber S dengan beban dan B C struktur seperti gambar,A

dengan perletakan A = sendi, B = rol 2 C = rol, S = sendi m gerber 5m

2 4m m Beban : P = 5t, 2m dari A q = 2t/mƞ sepanjang bentang SC.

Gambar : bidang-bidang gaya dalamnya (Bidang P=5 2). M, N, D) 2t

45° Suatu balok gerber dengan S beban dan struktur sepertiA B pada

gambar dengan 2m 3m 3m perletakan : A = jepit, B = rol S = sendi

gerber Beban P = 5 2 t dengan sudut 45° terletak di tengah bentang

SB. Gambar : bidang- bidang 3.1.8. Rangkuman o Balok gerber adalah

: - Suatu balok yang mempunyai jumlah reaksi lebih besar dari 3 buah,

tapi masih bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan.

Atau - Rangkaian dari beberapa balok statis tertentu. o Tahap awal

penyelesaiannya adalah : balok tersebu t harus diuraikan lebih dahulu,

dan di sendi gerber ditentukan daerah bagian balok tertumpu

113. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -57- mana yang terletak

diatas (tertumpu) dan mana yang menumpu ( )o Penyelesaiannya

dilakukan secara bertahap dari masing -masing balok tersebut.o Balok

yang salah satu perletakannya tertumpu (menumpang) diselesaikan

terlebih dahulu.o Gambar bidang gaya dalamnya adalah merupakan

gabungan dari masing-masing balok tersebut.3.1.9. Penutup Untuk

mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban dari

soal-soal tersebut diatas sebagai kontrol.Soal No. 1 Keterangan Titik

Harga Arah A 1.4 ton o Reaksi B 7.6 ton o S 4 ton o C 4 ton o

Keterangan Titik Harga Tanda A 0 Momen (M) B 8 tm S 0 (-) C 0 A 1.4

ton (+)Gaya Lintang (D) B kiri 3.6 ton (-) B kanan 4 ton (+) C 4 ton (-)

Gaya Normal (N) - - -

114. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -58-Soal 2 Keterangan

Titik Harga Tanda AV 2.5 ton Reaksi AH 5 ton MA 5 tm S 2.5 ton B 2.5

ton A 5 tm (-) Momen (M) S 0 di P 7,5 tm (+) B 0Gaya Lintang (D) A 2.5

ton (+) B 2.5 ton (-) A 5 ton (-) Gaya Normal (N) S 5 ton (-) P kiri 5 ton

(-)3.1.10. Daftar Pustaka 1. Soemono ƏStatika IƐ ITB bab V 2.

Suwarno. ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ UGM bab V-43.1.11.

Senarai :Sendi Gerber : tempat penggabu ngan balok satu dengan

balok lainnya.3.2. Garis Pengaruh Balok Gerber

115. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -59- 3.2.1. Pendahuluan

Seperti halnya balok diatas 2 perletakan, maka untuk balok gerber

inipun kita harus mencari besarnya reaksi, atau gaya momen (M) atau

gaya lintang (D) atau gaya normal (N), jika ada muatan yang berjalan

diatas balok gerber tersebut. Pengertian dasar dan definisinya sama

dengan garis pengaruh balok diatas 2 perletakan. Standart beban yang

dipakai juga sama yaitu muatan berjalan dengan beban P = 1 t on atau

satu satuan beban. 3.2.2. Prinsip Dasar Yang perlu diperhatikan dalam

membuat garis pengaruh balok gerber adalah : B S C o Harus bisa

memisahkan balok yang(a A) mana yang disangga dan yang mana

yang menyangga. o Dalam gambar sebelah o Balok SC yang disangga

RS RS RC o Balok ABS yang menyangga.(b A B o Kalau ada muatan

berjalan diatas ABS) P RA maka reaksi di S (R S) dan reaksi di C RB

(Rc) tidak ada (Gambar d). o Namun jika ada muatan berjalan diatas

RS RC ada balok S-C maka reaksi di A (R A), reaksi RS ada(c di B (R

B); reaksi di S (Rs) dan reaksi di C) (Rc) semuanya ada (Gambar c).

RA ada R B ada P tidak tidak(d ada ada) reaksi reaksi RA ada RB ada

Gambar 3.11. Reaksi perletakan pada balok gerber dengan muatan

berjalan diatas

116. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -60- Contoh Balok gerber

seperti pada gambar Cari garis pengaruh reaksi -reaksinya x P=1 x1

P=1t t GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A) A S B C P berjalan dari A

ke S x = variable bergerak sesuai posisi P dari A l l ke C a 7 Ms = 0 1 2

P (l1 x ) l1 x RA = ! ton l1 l1 A S Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton Untuk

P di S x = l1 RA = 0 RS RS P dari S ke C tidak ada pengaruh terhadap

B C RA GP.R S (Garis Pengaruh Reaksi di S) GP.R A P dari A ke S Px

x + Rs = !1t l1 l1 P di A x = 0 Rs = 0 P di S x = l1 RS = 1t GP.R S P

dari S ke C tidak ada pengaruh untuk reaksi + di S (Rs) GP.R B (Garis

Pengaruh Reaksi di B) x1 variabel bergerak dari C ke A sesuai

117. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -61- 1t P= 1t 1t GP.R B

x1 + ¨ l2 ¤ a ¸ © © l ¹ ¹ ª 2 º A S B C GP.Rc (Garis Pengaruh Reaksi di

C) P berjalan dari C ke S l x1 Rc = 2 t GP. Rc l2 P = 1t P di C x1 = 0

Rc = 1t x1 - P di B x 1 = l2 Rc = 0 + Rs . a a P di S Rc = ! karena l2 l2

a/l 1t (Rs = 1t) 2 P di A Rs = 0 Rc = 0 Gambar 3.12. Garis pengaruh

reaksi (RA; Rs; RB dan Rc) Jika potongan I -I antara : A3 cari garis

pengaruh D I-I dan M I-I Jika potongan II-II antara : BC cari garis

pengaruh D II-II dan M II-II b c d e GARIS PENGARUH D DAN M x P I

II G.P.DI-I (Garis Pengaruh GayaA B C S Lintang di potongan I -I) I II P

berjalan di kiri potongan I -I l1 a l2 (perhitungan dari kanan potongan)A

DI = - Rs (dari kanan) Rs B

118. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -62-Gambar 3.13. Garis

pengaruh D I-I dan M I-I G.P.MI-I (Garis Pengaruh Momen di Potongan

I-I) P berjalan di kiri potongan I -I (perhitungan dari kanan) Px x M I =

Rs . c = .c ! .c l t1 l t1 Untuk P di A x=0 MI = 0 b.c Untuk P di I-I x=b MI

= l1 P berjalan di kanan potongan (perhitungan dari kiri) l x M I = RA . b

= 1 .b l1 l b c.b Untuk P di I-I x=b MI = 1 .b ! l1 l1 Jika P berjalan dari S

ke C tidak ada M I P d e x S B II C A G.P. D II-II (Garis Pengaruh Gaya

II Lintang di potongan II -II) l1 a l2 P berjalan dari A ke P otongan II

(perhitungan kanan potongan II) A S DII = - Rc (sama dengan g.p. Rc)

119. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -63- Sama dengan g.p.

Sama dengan g.p. Rc RB G.P. M II-II (Garis Pengaruh Momen di

potongan II-II) a/l2. P berjalan dari A ke II (perhitungan b dari kanan

potongan) d/l2 . - e MII = Rc . e (sama dengan GP.Rc x + e) a Untuk P

di S Rs = 1t Rc = - l2 g.p. Rc.e g.p. R B.d a M II = - .e l2Gambar 3.14.

Garis pengaruh D II-II dan d Untuk P di II Rc = M II-II l2 d M II = - .eP

berjalan dari II ke C (perhitungan dari kiri) l2M II = RB . d eUntuk P di II

RB = l2 e e M II = dtm d l2 l2

120. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -64- 3.2.3. MENCARI

HARGA MOMEN DAN GAYA LINTANG DENGAN GARIS PENGARUH

Jika ada suatu rangkaian muatan atau muatan terbagi rata berjalan

diatas gelagar berapa momen maximum di titik C dan berapa gaya

lintang maximum di titik C.A C B Mencari harga Mc a b l Kondisi

muatan seperti pada 1) Mc = P1 y1 + P 2 y2 + P3 y3 * P P2 P3 1 1)

Kondisi muatan seperti pada 2) * Mc = P1ƞ y1ƞ + P2ƞ y2ƞ + P3ƞ y3ƞ +

P4ƞ 2) P 1ƞ P2ƞ P3ƞ P4ƞ y4 ƞ Mc = 7 P.y y1 ƞ y2 y3 y 1 y4 ƞ y2 y3 A

C B Untuk muatan terbagi rata = q t/mƞ GP.Mc d P.a.b x q t/mƞ d Mc =

y.q dx l Mc = ´ y.qdx ! q ´ y dx GP.Mc ´ y dx ! luas bagian yang diarsir !

F + Mc = q F Luas = F q dx = muatan q sejarak dx, dimana dx 0

(mendekati 0) y y = ordinat dibawah dx P 1ƞ P2 ƞ P 3ƞ P 4ƞ Mencari

harga Dc Untuk beban titik GP.Dc + Dc = -P1ƞ y1ƞ + P 2ƞ y2ƞ + P 3ƞ

y3ƞ + P4ƞ y4ƞ y1ƞ y2ƞ y3ƞ y4ƞ Dc = q F - Beban terbagi rata Dc = q F

121. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -65- q t/mƞ Luas = F

GP.Dc + -Gambar 3.15. Mencari gaya lintang (D) dan momen (M)

dengan garispengaruh

122. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -66-3.2.4. Mencari

Momen Maximum di Suatu Titik Pada Gelagar3.2.4.1. Pendahuluan

Pada kenyataannya, muatan yang melewati suatu jembatan adalah

tidak menentu, ada yang lewat sendirian atau merupakan suatu

rangkaian muatan, Dalam kondisi tersebut kita tetap harus mencari

berapa nilai momen maximum di suatu tempat pada gelagar tersebut.

Misal : Suatu gelagar muatan P1 P2 P3 P4 P5 P6 A B C Suatu gelagar

a b Jembatan l Gambar 3.16. Muatan berjalan diatas gelagar Berapa

momen maximum yang terjadi di titik C jika ada suatu rangkaian

muatan seperti pada gambar tersebut melewati jembatan seperti pada

gambar.3.2.4.2. Prinsip dasar perhitungan - Untuk mencari nilai

momen maximum di suatu untuk didalam gelagar maka kita perlu

mencari posisi dimana muatan tersebut berada yang menyebabkan

momen di titik tersebut maximum. - Untuk mencari nilai maximum

tersebut perlu memakai ga ris pengaruh dari gaya dalam yang dicari

sebagai perantaranya.

123. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -67- - Kemudian nilai

maximum tersebut didapat dengan cara mengalikan antara beban yang

terletak diatas gelagar dengan ordinat dari garis pengaruh yang

dipakai. Contoh Mencari Momen Maximum Pada Gelagar Ada suatu

balok terletak diatas 2 perletakan seperti pada Gambar, jika ada

rangkaian muatan yang berjalan diatasnya berapa Mc maximum yang

terjadi. (x P 1ƞ P P 2ƞ P3 P3ƞ P4 P4ƞ P5 P5ƞ P1 2 Jawab :A B C

Mencari Mc max untuk rangkaian muatan berjalan (dari kiri k e (c) (l- c)

kanan) l Jarak rangkaian muatan constant (tetap) l r = posisi awal (x =

posisi kedua y 1ƞ y2 ƞ y 3ƞ y4 ƞ y5 ƞ y1 y2 y4 y5 Pada posisi awal,

ordinat garis y3 pengaruh dinyatakan dengan y 1 C1 s/d yS, atau yơ

Mc = 7 Py yƞ GP.Mc yƞ = P 1 y1 + P 2 y 2 + P 3 y 3 + P 4 yơ y4 + P5 y

5 Gambar 3.17. Perpindahan ordinat untuk muatan berjalan

124. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -68-Muatan bergerak ke

kanan sejauh (x, dimana ordinat garis pengaruhdinyatakan dengan y

1ƞ s/d y5ƞ dan Mc = 7 Pyƞ(dalam hal ini y berubah menjadi yƞ)Jika

ditinjau 2 bagian : - bagian kiri titik C dan - bagian kanan titik CDi kiri

titik C ordinat bertambah yƞ danDi kanan titik C ordinat berkurang yơ

(xyƞ = . c1 c (xyơ = . c1 ( l c)Perbedaan nilai momen ( (M) dari

perpindahan posisi beban adalahsebagai berikut :(Mc = P1 yƞ + P2 yƞ

ƛ P3 yơ ƛ P4 yơ ƛ P5 yơ = (P1 + P2) yƞ - (P3 + P4 + P5) yơ jika (P1 +

P2) = 7 Pl dan (P3 + P4+ P5) = 7 Pr ¨ (x ¸ ¨ (x ¸ = 7 Pl © .c1 ¹ § Pr

© .c1 ¹ ª c º ª l c º ® Pl § Pr ¾ § ( x.c1 ¯ ¿ ! (x.c1 ? l qr A q °c l c À ql

qrql = jumlah beban rata -rata di sebelah kiri titik Cqr = jumlah beban

rata -rata di sebelah kanan titik CJika q l > qr ( M positifJika muatan

bergeser terus ke kanan sehingga P2 melampaui C ql =P1C

125. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -69- ql menjadi kecil

sehingga q l < qr ( M negatif (pergerakan P2 dari kiri C ke kanan C

menjadikan tanda ( M dari positif ke negatif) Jadi Mmax terjadi jika P2

diatas C. M max terjadi jika salah satu muatan di atas potongan

sehingga Pl Pr § !§ atau C l c ql = qr Mmax di suatu titik untuk muatan

terbagi rata Untuk muatan terbagi rata Mc a b max terjadi jika : ql = qr a

b a¤b ! !A B c (l c) l C c (l ƛ c) ql qr qs Gambar 3.18. Posisi beban

terbagi rata untuk Mencari M maximum kiri kana tota n l Mmax terjadi

jika psosisi beb an q l = qr = q s Mencari perkiraan posisi beban dalam

mencari momen max supaya beban di kiri dan di kanan potongan

seimbang, maka bisa diperkirakan secara grafik sebagai berikut :

Gelagar diatas 2 perletakan A -B, digunakan rangkaian muatan

berjalan dengan nomor urut 01, 12, 23,34 dan 45 Cara : buat garis AB

dibawah gelagar, - di ujung bagian kanan (Bƞ) buat muatan tumpukan

beban dari 45; 34; 23;12; dan 01 (dengan skala) - Tarik dari titik 0

(ujung dari beban 01) ke ujung garis bagian kiri (Aƞ) sehingga

membentuk sudut (E)

126. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -70- - Kalau kita mau

mencari dimana letak beban yang mengakibatkan momen di potongan

I maksimum, yaitu dengan menarik garis dari potongan I kebawah,

sampai memotong garis Aƞ -Bƞ di Iƞ. - Tarik dari titik Iƞ sejajar (//)

dengan garis Aƞ0 dan garis tersebut akan memotong tumpukan

muatan di beban 01. - Jadi M I akan maximum jika beban 01 terletak di

atas potongan I. * Bagaimana posisi beban untuk mendapatkan

momen di potongan II maximum. - Dengan cara yang sama, tarik garis

dari potongan II ke bawah sampai pada garis Aƞ-Bƞ dan memotong di

potongan IIƞ. - Dari titik IIƞ ditarik garis // (sejajar) dengan Aƞ ƛ O dan

memotong tumpukan muatan di beban 12. - Jadi M II akan maximum

jika beban 12 terletak diatas potongan II. °1 12 23 34 45 Mmax terjadi

jika q l = qr = qs = tg E 01 ¤ 12 ¤ 23 ¤ 34 ¤ 45 tg E! A III IV B l I II l 0 1

2 3 4 E 5 Aƞ

127. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -71- Iƞ IIƞ IIIƞ IVƞ

BƞGambar 3.19. Mencari posisi muatan untuk mendapatkan Mmax

dengancara grafisM I max terjadi jika muatan OI terletak diatas

potongan I -I.M II max terjadi jika muatan 12 terletak diatas potongan II

-II.M III max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan III -III.M IV

max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan atau mutan45

terletak diatas potongan IV -IV dan diambil yang besar.3.2.5. Mencari

Momen Maximum Maximorum di Suat u Gelagar3.2.5.1. Pendahuluan

Mencari momen maximum maximorum ini berbeda dengan mencari

momen maximum di suatu titik pada gelagar, mencari momen

maximum-maximorum di suatu gelagar ini posisi titiknya tidak tertentu.

Jadi dalam hal ini titik letak dimana momen maximum terjadi, serta

posisi beban yang menyebabkan terjadinya momen maximum harus

dicari. Jadi dalam hal ini-: dicari !!. - Letak posisi titik dimana momen

maximum terjadi. - Letak posisi beban yang menyebabkan momen

maximum.

128. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -72- 3.2.5.2. Prinsip

Dasar Perhitungan - Untuk mencari momen maximum -maximorum di

suatu gelagar ini tidak bisa memakai garis pengaruh karena titik letak

momen maximum terjadi harus dicari. - Dalam mencari momen

maximum -maximorum ini harus memakai persamaan. Contoh 1 P1 P2

P3 P4 P 5 (a Suatu gelagar diatas 2 perletakan A ƛ B ) A B, dan suatu

rangkaian muatan dari P 1 s/d P5. Berapa dan dimana momen

maximum-maximorumnnya ?. P1 P2 P3 P4 P5 Jawab: R1 = resultante

dari P 1 dan P 2 R2 = resultante dari P 3 dan P 4 Rt = resultante dari R

1; R2 dan P3 atau R1 r R2 resultante P 1; P2; P 3; P4; P5 r = jarak

antara Rt dan P 3 a = jarak antara R 1 dan P 3 Rt b = jarak antara R 2

dan P 3 a b Rangkaian muatan terl etak diatas gelagar dan dimisalkan

momen maximum terletak dibawah beban P 3 dengan jarak x dari

perletakan A. r P1 P2 P 4 P5 P3(b 7M di P 3 = 0) RA RB Rt.r = R1 . a ƛ

R2 . b R1 R2 7 MA = 0 a b 1 RB = _P3 .x ¤ R1 ( x a ) ¤ R 2 ( x ¤ ba Rt

lt x Momen dibawah P 3 dengan jarak x dari titik Rt A l

129. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -73- Rt M max terdapat

dibawah P 4 = M4max Dalam hal ini r = jarak antara Rt dengan P 4

Mextrem = Mmax ƛ maximorum adalah tengah-tengah momen yang

terbesar diantara bentang Mmax (1,2,3,4,5). P1 Mmax terjadi dibawah

beban(e A B P 1 M 1 max) r ½ r½ r Dalam hal ini r = jarak antara Rt

dengan P 1. Rt

130. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -74- ½r ½ x l M max

terdapat dibawah P1 = M 1 max P1 P2 P3 P4 P5(f) A Mmax terjadi

dibawah beban B P2 M 2 max tengah- tengah Dalam hal ini r = jarak

antara r Rt dengan P 2. ½ r Rt x=½l+½r M max terdapat dibawah P 2 =

M 2 max P 1 P2 P 3 P4 P 5(g A) Mmax terjadi dibawah beban B P5 M

5 max r tengah Dalam hal ini : r = jarak bentang ½ ½ antara Rt dengan

P 5 r r Rt M max terdapat di bawah P 5 = M 5 x=½l+½rGambar 3.20.

Posisi beban untuk kondisi Mmax 1 s/d Mmax5 Contoh 2 Suatu

gelagar dengan bentang l = 10 P1=8 P2=6 P 3=6 m dan ada suatu

rangkaian muatan berjalan dengan lebar seperti pada 1m 1m gambar.

Cari besarnya momen maximum - A B maximum maximorum. l = 10

Jawab : kondisi beban seperti pada gambar

131. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -75- Kondisi 1 P1 P2 P3

Rt = P 1 + P2 + Dimana M max dibawah P 1 P 3= 20 ton tengah Statis

momen P1 P2 P3 8t 4t 6t terhadap P 1A P 2.1 + P3.2 = 1m 1m 5m B

Rt.x x 6.1 + 6.2 = 20 . x=½l+ l-x x = 5 ½ 0,45 + r 4,55 Rt x= Rt ½

Kondisi 2 Dimana M max dibawah P 2 P1 P2 P3 B A 0,1 tengah-

tengah 4,95 bentang Rt Kondisi 3 Dimana M max dibawah P 3 P1 P2

P3 B tengah-tengah bentang r 4,45 =1.1 4,45 RtGambar 3.21. Posisi

beban untuk mencari momen maximum maximorum 3.2.6. Latihan :

Garis pengaruh pada balok menerus dengan sendi-sendi gerber Soal 1

: P=1t berjalan Balok ABC dengan sendi 2m gerber S seperti

tergambar. S Akibat beban P = 1t berjalan A B C diatas balok,

ditanyakan : I GP R A; GP RB; GP RC

132. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -76- Soal 2 : P = 1 t

berjalan 4m S1 S2A I B C D Balok ABCD dengan sendi gerber S 1 dan

S 2 RA RB RC RD seperti tergambar. 8m 2m 6m 2m 6m a). Akibat

beban P = 1t berjalan diatas balok, ditanyakan; GP RA; GP R B; GP

RC; GP RD GP M I; GP D I; GP M B; GP DB kanan 2 2 b). Akibat

rangkaian beban berjalan, ditanyakan : MI max , M max P1=4 P2=4 P

3=2 t t t maximorum pada balok tersebut. 3.2.7. Rangkuman

133. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -77- - Untuk mengerjakan

garis pengaruh balok gerber, harus tahu dulu bagaimana memisahkan

balok terse but menjadi bagian - bagian yang tertumpu dari bagian

yang menumpu. - Sebelum mengerjakan garis pengaruh gaya -gaya

dalam, perlu dibuat dulu garis pengaruh reaksi, karena dari garis

pengaruh reaksi tersebut garis pengaruh gaya dalam mudah

dikerjakan.3.2.8. Penutup Untuk melihat prestasi mahasiswa dalam

mengerjakan latihan, maka bisa melihat jawaban soal sebagai

berikut :Jawaban :Soal No. 1Keterangan P =1t Titik Nilai Tanda / Arah

RA A 1t ¤ o B 0 S 1/3 t q C 0 RB A 0 B 1t ¤ o S 4/3 t ¤ o C 0 RC A 0 B

0 S 0 C 1t ¤ o

134. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -78-Lanjutan Jawaban

Soal 1Keterangan P =1t Titik Nilai Tanda / Arah MI A 0 I 1,333 tm ¤ B 0

S 0,667 tm C 0 DI A 0 I kiri 1/3 t I kanan 2/3 t ¤ B 0 S 1/3 t C 0 MB A

0 B 0 S 2 tm C 0Soal No. 2a). Keterangan P = 1 dititik Nilai Tanda /

Arah RA A 1t ¤ o B 0 S1 0,25 t q S2 0 C 0 D 0 RB A 0 B 1t ¤ o S1 1,25

t ¤ o S2 0 C 0 D 0 RC A 0 B 0 S1 0 S2 1,333 t ¤ o C 1t ¤ o D 0

135. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -79- Keterangan P = 1

dititik Nilai Tanda / Arah RD A 0 B 0 S1 0 S2 0,333 t q C 0 D 1t ¤ o MI

A 0 I 2 tm ¤ B 0 S1 1 tm S2 0 C 0 D 0Lanjutan Jawaban Soal

2Keterangan P =1t Titik Nilai Tanda / Arah DI A 0 I kiri 0,5 t I kanan

0,5 t ¤ B 0 S1 0,25 t S2 0 C 0 D 0 MB A 0 C 0 S1 2 tm S2 0 C 0 D 0

DB kanan A 0 I kiri 0 I kanan 1t ¤ B 1t ¤ S1 0 S2 0 C 0 Db). MI max = +

14 tm, pada saat P 2 terletak pada titik I

136. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -80- MI max maximum =

+ 14.05 tm, terjadi pada titik dibawah P 23.2.9. Daftar Pustaka -

Soemono, ƏStatika IƐ, ITB, bab V - Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis

TertentuƐ, UGM, bab V-43.2.10. Senarai Balok gerber = balok yang

bisa dipisah -pisah menjadi beberapa konstruksi statis tertentu Sendi

gerber = sendi yang dipakai sebagai penghubung antara balok satu

dengan balok yang lain.

137. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -81-

138. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -82- MODUL 4 :

PELENGKUNG DAN PORTAL 3 SENDI SERTA CARA

PENYELESAIANNYA 4.1. Judul : PELENGKUNG 3 SENDI Tujuan

Pembelajaran Umum Dengan membaca materi ini mahasiswa bisa

mengetahui apa itu arti struktur pelengkung 3 sendi dan tahu

bagaimana menyelesaikan struktur tersebut. Tujuan Pembelajaran

Khusus Setelah membaca materi ini mahasiswa salain mengerti apa

arti struktur pelengkung 3 sendi, mengerti juga kapan struktur itu

digunakan dan tahu cara menyelesaikan struktur tersebut, serta bisa

menggambarkan bidang gaya dalamnya (Bidang M, N, D) 4.1.1.

Pendahuluan Konstruksi pelengkung 3 sendi biasanya dipergunakan

pada konstruksi jembatan, tapi dengan kondisi yang bagaimana ?. (a).

a. Untuk sungai yang lebarnya tidak besar missal : + 30, dan dasar

sungainya tidak terlampau + 30 dalam, pada umumnya dipakai

jembatan balok (b). diatas 2 perletakan bias a seperti pada Gambar

Untuk sungai yang mempunyai lebar cukup berarti misal : + 100 m, dan

dasar sungainya tidak terlampau dalam, maka dibuatlah jjembatan

balok dengan Pilar + 100 m beberapa bentang, seperti pada gambar

(b) yaitu jembatan balok dengan 2 bentang (perletakan di tengah Tapi

bagaimana kalau kit a mendapatkan sungai dengan lebar yang cukup

berarti dan dasar sungai juga cukup dalam, sehingga sulit untuk

membuat pilar di tengah -tengah jembatan ?.(c).

139. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -83- Tiang penyangga

Maka jawabannya adalah konstruksi utama dibuat pelengkung

sehingga tidak memerlukan pilar di tengah -tengah Pelengkung sungai

(Gambar c). Dengan konstruksi pelengkung terse but, gelagar

memanjang, tempat dimana kendaraan lewat bisa tertumpu pada tiang-

tiang sungai penyangga yang terletak pada pelengkung tersebut.

Gambar 4.1. Bermacam-macam bentuk jembatan 4.1.2. Pengertian

tentang Pelengkung 3 Sendi 4.1.2.1. Pengertian Dasar Untuk menjaga

kestabilan dari perletakan, S struktur pelengkung tersebut, kedua

perletakan dibuat sendi. Perletakan A = sendi (ada 2 reaksi V A dan H

A). A B B = sendi (ada 2 reaksi V B dan H B). HA HB Jadi total reaksi

ada 4 (empat) buah, VA VA sedang persamaan dari syarat

keseimbangan hanya 3 (tiga) buah yaitu : Gambar (a) 7 H = 0; 7 V = 0

dan 7 M = 0.Gambar 4.2. Skema pelengkung 3sendi Jadi agar struktur

tersebut bisa diselesaikan secara statis tertentu, maka perlu tambahan

1 (satu) persamaan lagi yaitu 7 Ms = 0 (jumlah momen pada sendi =

0). S = sendi yang terletak pada pelengkung tersebut sehingga struktur

tersebut dinamakan struktur pelengkung 3 sendi atau struktur

pelengkung yang mempunyai 3 buah sendi. 4.1.2.2. Penempatan Titik

s (sendi)

140. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -84-Sendi s yang dipakai

untuk melengkapi persamaan pelengkung 3 s endi terletak di busur

pelengkung antara perletakan A dan B. S Letak sendi tersebut bisa

ditengah-tengah busur pe- lengkung atau tidak. Hal ini tergantung dari

B kondisi lapangan : seperti pada gambar (b), A dimana letak sendi s

tidak di tengah-tengah busur pelengkung (b) Gambar 4.3. Contoh

posisi sendi pelengkung 3 sendi

141. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -85- 4.1.2.3. Pemilihan

Bentuk Pelengkung q kg/mƞ A B Kita kembali ke belakang, kalau kita

RA R B mempunyai balok statis tertentu diatas 2 l (dua) perletakan A

dan B dengan beban terbagi rata q kg/mƞ, maka bidang + momennya

berbentuk parabola dengan Bidang M tanda bidang M adalah positif (+)

dengan parabola nilai maximum di tengah -tengah bentang (c)

1Gambar 4.4. Bidang M struktur statis tertentu 1 = q l² (coba dihitung

lagi sendiri) M= q l² 8 dengan beban terbagi rata 8 dengan persamaan

momenSekarang kalau ditin jau struktur pelengkung 3 sendi dengan

beban terbagi rata 1 diatasnya. Mx = RA.x - q x² q kg/mƞ 2 Struktur

pelengkung dengan bentang = l dan tinggi = f di A ada 2 reaksi VA dan

H A S di B ada 2 reaksi VB dan H B f Kalau kita mau mencari besarnya

momen di 1 potongan E ƛE, maka M E-E = VA.x1- q x12 ƛ HA S HB 2

A B HA.h1 I II VB E l Nilai M E-E dibagi menjadi 2 bagian. h1 f 1 I =

VA . x 1 - q x1 2 2 II = HA.h1 HA HB A B 1 Nilai I = V A . x1 - q x12

sama dengan 2 l persamaan momen gambar (c) yaitu 2 (dua) VA VB

x1 perletakan dan dengan gambar bidang momen

142. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -86- Bidang M. Gambar

nilai I = V A.x1 ƛ ½ q x1² + Bidang M + - Gambar nilai II = H

A.h1Gambar 4.5. Skema NilainyaM pada pelengkung bidang

mengecilHarga momen total adalah sebagai berikut :Nilai I dan nilai II =

nilai tota l M E-E + - = nilai total M E-E + = nilai kecil (saling

menghapus)Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa bentuk

pelengkung itu akan memperkecil nilai momen. 4.1.3. Cara

Penyelesaian 4.1.3.1. Mencari Reaksi Perletakan P1 S Ada 2 (dua)

cara pendekatan penyelesaian untuk mencari reaksi. S1 Pendekatan

1 : hB Jika HA dan V A atau H B dan V B dicari HB hA bersamaan. B

a1 b1 Pendekatan 2 : HA VB Jika V A dan V B dicari dulu A baru H A

dan H B kemudian a bGambar 4.6. Skema gaya dan jarak pada

pelengkung (pendekatan 1)Pendekatan 1VA HA dan V Al dicari

dengan persamaan 7MB = 0 dan 7M S = 0 (bagian kiri) (2 persamaan

dengan 2 bilangan tak diketahui) Gambar (a) 7M B = 0 V A.l ƛ HA. (hA-

hB) ƛ P1.b1 = 0 (1)

143. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -87-7M S = 0 V A.a ƛ

HA.hA ƛ P1.S 1 = 0 (2)(bagian kiri)

144. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -88-Dari 2 persamaan

tersebut diatas yaitu (1) dan (2) maka V A dan H A bisa dicari. HB dan

V B dicari dengan persamaan 7M A = 0 dan 7M S = 0 (bagian kanan) 2

persamaan dengan 2 bidang tidak diketahui 7M A = 0 VB.l + HB (hA ƛ

hB) ƛ P1.a1 = 0 (3). 7M S = 0 VB.l - HB . hB) = 0 (4). (bagian kanan)

Dari persamaan (3) dan (4) maka V B dan H B bisa dicari. Pendekatan

2 P1 S Reaksi horizontal H A dan HB ditiadakan kemudian S1 arahnya

diganti, masing -masing menuju ke arah perletakan yang lainnya

menjadi Ab ¸ dan ¹ Ba f Ba B Dengan arah Ab yang menuju perletakan

B dan a

145. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -89- y Mencari reaksi Av

Pb 7 MB = 0 Av.l ƛ P1. b1 = 0 Av = 1 1 (1) l y Mencari reaksi Bv Pa 7

MA = 0 Bv.l ƛ P1. a1 = 0 Bv = 1 1 (2) l y Mencari reaksi Ab 7 MS = 0

Av.a ƛ P 1.S1 ƛ Ab . f = 0 Av . a P1S1 (bagian kiri) Ab = dengan

memasukkan nilai A v dari f persamaan (1), maka nilai Ab bisa dicari. y

Mencari reaksi Ba 7 MS = 0 Bv.b ƛ Ba . f = 0 Bv . b (bagian kanan) Ba

= dengan memasukkan nilai Bv dari f persamaan (2) maka nilai Ba bisa

dicari. Lihat posisi Ba dan Ab merupakan reaksi yang arahnya miring

Ba ( ¹) dan Ab ( ¸) Ba cos E Ba E Ba sin EAb sin E Ab

146. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -90- Kedua reaksi ini

harus diuraikan menjadi gaya - gaya yang vertical dan horizontalAb

diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu : Ab cos E( ) merupakan uraian

horizontal dan Ab sin E(µ) merupakan uraian vertical sedang.Ba juga

diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu : Ba cos E(³) merupakan uraian

horizontal dan Ba cos E(¶) merupakan uraian vertikal.y Bagaimana

dengan komponen -komponen itu selanjutnya ? Ternyata : Ab cos E =

HA pada cara pendekatan 1 yaitu merupakan reaksi horizontal di A. ( ´)

Ba cos E= HB pada cara pendekatan 2 yaitu merupakan reaksi

horizontal di B. (³) dan : VA (µ) = Av ( µ) + Ab sin E (µ) Pendekatan 1

gambar (a) pendekatan 2 gambar (b) dan VB (µ) = Bv (µ) + Ba sin E

(¶) Pendekatan 1 gambar (a) pendekatan 2 gambar (b)

147. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -91- 4.1.3.2. Mencari

Gaya-gaya Dalam Seperti telah diketahui sebelumnya, gaya-gaya

dalam yang ada pada suatu balok adalah gaya dalam momen (M),

gaya lintang (D) dan gaya normal (N). P x Untuk balok yang lurus,

bukan pelengkung, seperti pada gambar (4.8), maka dengan mudahA

B kita menggambarkan bidang momennya (Bidang a b M) dan bidang

gaya lintangnya (Bidang D).RA l RA Karena bidang M merupakan

fungsi x Mx = RA . x, (x dari 0 ke a) linear dan Bidang bidang D

merupakan nilai konstan Dx = R A (x + dari 0 ke a). P.a.b lRA + Bidang

D - RB Gambar 4.8. Gaya dalam untuk balok diatas 2 perletakan

Bagaimana dengan bidang gaya dalam pada pelengkung ?. x q kg/mƞ

Lihat pada gambar 4.9 disamping, dimana suatu pelengkung 3 sendi

dibebani beban terbagi rata q kg/mƞ. Jika x adalah titik yang ditinjau

bergerak dari A s/d B, maka Mx = V A . x ƛ ½ q x² - HA . y S I = VA . x ƛ

½ q x² gambarnya adalah parabola seperti pada I sub bab 4.1.2.3

Gambar (c). II y II = HA . y HA = konstan nilainya y = jarak titik dasar ke

pelengkungA B HA HB VA VB Gambar 4.9 Pelengkung 3 sendi dengan

beban terbagi rata

148. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -92- y adalah merupakan

persamaan parabola dari pelengkung, dimana pada 4 fx (l x )

umumnya persamaannya adalah : y = l² II = HA.y gambarnya juga

parabola Jadi Mx = I ƛ II merupakan penggabungan 2 parabola yaitu

parabola I dan II yang tidak mudah penggambarannya !. * Bagaimana

dengan bidang D (bidang gaya lintang) Kita lihat titik dimana x berada

di situ ada x Vx dan Hx. Hx Vx = V A ƛ q . x (jumlah gaya -gaya vertikal

S di x kalau di hitung dari bagian kiri) Vx Hx = H A HA HBVA

VBGambar 4.10. Gaya vertical dan horizontal disuatu titik pa da

pelengkung 3 sendi Bagaimana nilai Dx dan Nx ? gaya-gaya tersebut

Vc dan Hx harus diuraikan ke gaya -gaya yang B (tegak lurus) dan //

(sejajar sumbu) Dimana posisi sumbu batang?. Posisi sumbu batang

adalah merupakan garis singgung dimana titik x berada. Garis

singgung tersebut membentuk Garis singgung di sudut E dengan garis

horizontal. x E maka Vx dan Hx harus diuraikan ke

149. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -93- Hx sin E Vx sin E E

Hx E Vx cos E Hx cos Vx E * Uraian Vx ke garis singgung * Uraian Hx

ke garissinggung Gambar 4.11. Uraian Vx dan Hx pada sumbu

batangDx = jumlah komponen yang B garis singgungNx = jumlah

komponen yang // garis singgung, makaDx = Vx cos E - Hx sin E

Jumlah gaya dari Jumlah gaya kiri bagian dengan dari kiri bagian arah

ke bawah arah ke atas tanda (-) tanda (+)Nx = - Vx sin E,x cos E = -

( Vx sin E¤Hx cos E Kedua gaya ini menekan batang tanda (-)Dari

uraian tersebut diatas kalau kita mau menggambar bidang D

(gayalintang) atau bidang N (gaya normal) akan mendapat

kesulitan.Karena setiap letak x berubah garis singgung akan berubah

sudutnya dannilai E akan berubah lihat gambar bawah. Garis singgung

Garis singgung E x di sebelah kanan titik puncak

150. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -94- Gambar 4.12.

Perubahan arah garis singgungBiasanya yang ditanyakan dalam

struktur pelengkung bukanlah bid angmomen (Bid. M); bidang gaya

lintang (Bid. D) ataupun bidang normal(Bid. N). Namun biasanya yang

ditanyakan adalah besarnya nilai momen,nilai gaya lintang, dan nilai

gaya normal di salah satu titik di daerahpelengkung tersebut.Contoh

Penyelesaian Contoh 1 3 t/mƞ Diketahui : Pelengkung 3 sendi dengan

persamaan 4fx(lt x ) parabola y = S l² Ec y = jarak pelengkung dari

garis C horizontal dasar x = aksis yang bergerak secara f=3 horizontal

dari A ke B yc m l = bentang pelengkung f = tinggi pelengkung H H A B

Pelengkung tersebut dibebani secara terbagi rata q = 3 t/mƞ. 2.5 m xc

VA VB 5m 5mGambar 4.13. Pelengkung 3 sendi dengan beban terbagi

rataDintanya : Nilai VA; VB; H; Mc; Dc dan NcDimana c terletak sejarak

x c = 2.5 m dari titik A.

151. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -95-Jawab : Lihat notasi

reaksi yang ada di perletakan A dan B; di A ada V A dan H dan di B

ada V B dan HReaksi horizontal di A ditulis H buk anlah H A demikian

juga, reaksihorizontal di B ditulis H bukanlah H B yang berarti reaksi

horizontal di A(HA) dan di B (H B) adalah sama.HA = HB kenapa ?

dengan mengacu bahwa 7H = 0 dimana beban luarsecara horizontal

tidak ada maka H A = HB = HMencari V A dan VB7 MB = 0 VA . l ƛ q.l.

½ l = 0 VA = ½ .3.10 = 15 ton (o)7 MA = 0 VB . l ƛ q. l. ½ l = 0 VB = 15

ton (o)mencari H7 Ms = 0 (kiri bagian dari S)VA . 5- H . 3 ƛ ½ q . (5)² =

0 V .5 1 / 2.q (5)² 15.5 1 / 2 . 3 . 25H= ! ! 12.5 ton 3 3y Mencari ordinat

titik c guna mencari Mc dengan persamaan parabola y 4 fx (l x ) = l²

untuk x = 2.5 m 4.3.2,5 (10 2,5) yc = ! 2,25 m 10²y Mencari Mc

(momen di titik c) dihitung dari kiri c Mc = VA .Xc ƛ H.yc ƛ ½ .q.Xc² = 15

. 2,5 ƛ 12,5 . 2,25 ƛ ½ . 3 . 2,5² = 0 (nilai momen = 0) y Mencari gaya

normal dan gayaHc Ec lintang Vc Untuk mencari gaya lintang maupun

gaya normal pada potongan x, makaA B Menentukan nilai Ec 2.5m 4 f

x (l x ) 4 f (l 2 x y=   y ! Gambar 4.14. Sudut Ec l² l²

152. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -96- kita perlu mencari

sudut Ec yaitu sudut yang terbentuk antara garis singgung di titik c dan

garis horizontal. Vc = VA ƛ q.x = 15 ƛ 3.2,5 = 7,5 ton (o) Hc = H = 12,5

ton ( ) Dc = Vc cos Ec ƛ Hc sin Ec = 7,5 . 0,8575 ƛ 12,5 . 0,5145 =

6,4312 ƛ 6,4312 = 0 Hc sin Vc sin Ec Ec Ec Hc Ec Vc cos Ec Vc Hc

cos Ec Gambar 4.15. Uraian gaya Vc dan Hc Nc = - (Vc.sin Ec + Hc

cos Ec) = - (7,5 . 0,5145 + 12,5 . 0,8575) = - 14,5774 ton Dari hasil nilai

gaya dalam tersebut tampak bahwa nilai Mc = 0; Dc = 0; Nc = -14,5774

ton, jadi ini jelas bahwa struktur pelengkung ditekankan menerima

gaya tekan. Contoh 2 Diketahui : xc=2.5m S Pelengkung 3 sendi

dengan persamaanxp=2m 4fx(l x ) parabola bentang l = 10 m C l² P=6t

f=3 dan tinggi f = 3 m persis seperti pada yc yp m contoh 1, hanya

beban luar yang HA HB berbeda yaitu P = 6 ton ( ) horizontal

153. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -97-Gambar 4.16.

Gambar pelengkung 3 sendi pada contoh soal

154. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -98-Jawab :Karena ada

beban horizontal maka H A { HBMencari V A dan V BUntuk mencari

VA dan VB perlu tahu tinggi yp untuk Xp = 2 m 4.3.2 (10 2)Yp = ! 1,92

m 10²7 MB = 0 VA . l + P.yp = 0 VA . 10 + 6 . 1,92 = 0 VA = -1,152 ton

(q)7 MA = 0 VB . l - P.yp = 0 VB . 10 - 6 . 1,92 = 0 VB = + 1,152 ton (o)

7v=0 VA + VB = 0 cocokMencari H A dan HB7 M S = 0 (kiri)7 MS = 0

VA . ½ l ƛ HA . f ƛ P ( f ƛ yp ) = 0 - 1,152 . 5 ƛ HA . 3 ƛ 6 (3 ƛ 1,92) = 0 -

5,76 ƛ HA . 3 ƛ 6 . 1,08 = 0 5,76 6,48 HA = ! 4,08 ton (n) 37 M S = 0

(kanan)7 MS = 0 VB . ½ l ƛ H B . f = 0 1,152 . 5 ƛ HB . 3 = 0 HB = 1,92

ton (n)Kontrol 7H = 0 P + HA + HB = 0 6 ƛ 4,08 ƛ 1,92 = 0 (cocok)

155. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -99- Mencari M, Dc dan

Nc Seperti pada contoh 1 yc = 2,25 m Ec = 30,96° sin Ec = 0,5145; cos

E = 0,8575 Mc = - V A .Xc + HA . yc ƛ P (yc ƛ yp) Mc = -1,152 . 2,5 +

4,08 . 2, 25 ƛ 6 (2,25 ƛ C Ec 1,92)P=6 yc = - 2,88 + 9,18 ƛ 1,98 t = 4,32

tm HA HB VA VB Hc sin Hc C Hc Ec Vc Ec EcP Vc sin E Vc cos E Vc

Hc cos Ec HA VA Gambar 4.17. Distribusi Vc dan Hc Vc = 1,152 ton

(q) Dc = - Vc cos Ec ƛ Hc sin Ec Hc = 6 ƛ 4,08 = 1,92 ( ) = -1,152 .

0,8575 ƛ 1,92 . 0,5145 = -1,9757 ton Nc = + Vc sin Ec ƛ Hc cos Ec

156. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -100- = 1,152 . 0,5145 ƛ

1,92 .0,8575 = - 1,0537 ton4.1.4. Latihan Untuk mempraktekan teori -

teori yang ada diuraian depan, maka perlu diadakan suatu lat ihan

sebagai berikut :1). q=2 P = 6t S Suatu pelengkung 3 sendi ABS

dengan beban c terbagi rata q = 2 t/mƞ sepanjang setengah bentang;

dan P = 6t vertical terletak sejarak 2 f=3 m horizontal dari B. m HA 2m

Ditanyakan : VA; HA; VB; HB; Mc; Nc; Dc A B HB 2m VA VB 4m

4mPersamaan Parabola : 4 f x (l x )y= l²2). Suatu pelengkung sendi

ABS dengan beban q=3 terbagi rata q = 3 t/mƞ sepanjang setengah

bentang dan P = 4 ton horizontal terletak di sejarak 2 m dari A. c S P =

4t Ditanyakan : VA; HA; VB; HB; Mc; Nc; Dc f=4 m A HA HB B 4 f x (l x

) Persamaan parabola : y = Xp=2 m l² Xc=3 m VA VB 5m 5m

157. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 101- 4.1.5. Rangkuman

o Pelengkung 3 sendi adalah struktur jembatan yang dipergunakan

untuk penampang sungai yang mempunyai dasar cukup dalam. o

Struktur tersebut masih merupakan struktur statis tertentu yang bisa

diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan. o Yang biasanya

dicari dalam struktur pelengkung adalah nilai momen, gaya lintang dan

gaya normal di salah satu titik. Sedang bidang momen, bidang ga ya

lintang dan bidang normal tidak dihitung karena penggambarannya

cukup kompleks. 4.1.6. PenutupUntuk mengukur prestasi, mahasiswa

bisa melihat sebagian jawaban darsoal -soal tersebut diatas sebagai

kontrol. Soal No. 1 Keterangan Titik Nilai Arah / Tanda Reaksi Vertikal

A 7,5 ton o B 6,5 ton o Reaksi Horizontal A 4,667 ton p B 4,667 ton n

Data Pendukung yc 2,25 m yƞ 0,75 Sin E 0,6 Cos E 0,8

158. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -102- Momen C 0,5625

tm (-) Gaya Lintang C ~0 - Normal C 5,8336 ton (-)Soal No. 2

Keterangan Titik Nilai Arah / Tanda Reaksi Vertikal A 10,226 ton o B

4,774 ton o Reaksi Horizontal A 1,9675 ton p B 5,9675 ton n Data

Pendukung yc 3,36 m yƞ 0,64 Sin E 0,539 Cos E 0,842 Momen C

7,3672 tm (+) Gaya Lintang C 2,184 ton (-) Normal C 5,6854 (-)4.1.7.

Daftar Pustaka 1. Soemono ƠStatika Iơ ITB, bab 2. Suwarno

ƠMekanika Teknik Statis Tertentuơ, UGM, bab4.1.8. Senarai

Pelengkung sendi : struktur pelengkung di suatu jembatan dimana

salah satu sendinya (selain perletakan), berfungsi supaya pelengkung

tersebut menjadi statis tertentu.

159. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 103- 4.2. Garis

Pengaruh Pelengkung 3 Sendi 4.2.1. Pendahuluan Seperti pada balok

diatas dua perletakan, s truktur pelengkung 3 sendi difungsikan

sebagai jembatan yang mana diatasnya selalu ada muatan yang

berjalan. Untuk mencari besarnya gaya dalam (momen, gaya lintang)

pada suatu titik dipelengkung tersebut perlu adanya garis pengaruh.

4.2.2. Pengertian Dasar Pengertian tentang garis pengaruh pada

pelengkung 3 sendi sama dengan pengertian garis pengaruh pada

balok menerus, yaitu besarnya reaksi atau gaya -gaya dalam disuatu

tempat yang diakibatkan muatan berjalan sebesar satu satuan muatan.

4.2.3 Prinsip penyelesaian. a. Garis Pengaruh Reaksi x P G.P. V A dan

V B (garis pengaruh reaksi di A dan B) S Px P berjalan dari A ke B, 6

MA = 0 VB = lVA VB VB Untuk P di A ; x = 0 VB = 0 f Untuk P di B ; x =

l V B = 1 ton H H 6 MB = 0 l a b P (l x) VA = ton (linier) l G.P V B Untuk

P di A ; x = 0 V A = 1 ton (+ 1t Untuk P di B ; x = l VA = 0 G.P VA

G.P.H (Garis Pengaruh reaksi horizontal) (+) HA = HB (karena beban

hanya vertikal)1t Jika P berjalan dari A ke S (li hat bagian kanan S)

G.P. H 6 MS = 0 V B . b ƛ H . f = 0, P. a . b l .f VB . b Px b H= = . ton (di

persamaan atas V B = VB . b VA . a f l f f f Px ) lGambar 4.18. Garis

pengaruh V A, V B danH

160. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 104- Untuk P di A ; x =

0 p H = 0 P. a .b Untuk P di S ; x = a p H = ton l.f Jika P berjalan dari S

ke B (lihat bagian kiri S): 6MS = 0 VA . a - H.f = 0 a H = VA . f ton P ( l

x ) a ton P (l x ) H= f dipusatkan VA = l l Untuk P di B ; x = l H=0 P. a.b

Untuk P di S ; x = a H= ton l .f G.P. M C (Garis Pengaruh Momen dititik

C). u v Jika P berjalan di kanan Potongan C (dari C ke B), maka lihat

kiri potongan (kiri C). M C = VA . u - H . c I II (dibagi menjadi dua

bagian I dan II)VA VB f P dikiri potongan C (dari A ke C) lih at c kanan

potongan.A B MC = VB . v - H . c H H I II (dibagi menjadi dua bagian I

dan II) a b Bagian I VA . u dan V B . v sama dengan l G.P. bagian I

G.P. M C pada balok di atas dua perletakan (+) Untuk P di C maka M

C = P . u . R P . u .v l l C u v G.P. bagian II VA (-) VB P. a .b c l .f

Bagian II H.C = G.P. H x C G.P. M C Garis Pengaruh Total (M C) sama

dengan jumlah dari garis pengaruh bagian I dan bagian II (+ (-)

161. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 105- Gambar 4.19.

Gambar GP.Mc C. Garis Pengaruh Gaya Lintang (D) dan Normal (N) u

v VA G.P. N dan D Jika P berada dikanan C (lihat dari A ke C) S C D

VA V C = VA H VA sin D HC = H VA diuraikanVA VB f VA cos D D

menjadi gaya C yang sejajar ( // ) dan ( ^ ) garis B H H singgung di C,

VA sin D dan V A cos D. a b H cos HC = H D H diuraikan l E menjadi

gaya- G.P. NC bagian I D Q gaya yang sin E Sin sejajar ( // ) l H sin

dan tegak lurus (+) ( - ) v sin E l yaitu H cos D dan H sin D, sehingga:

NC = - (VA sin D + H cos D )GP VB sin I IID GP. V A Sin DC = VA cos

D - H sin D D I II GP NC Bagian II I -> identik dengan G.P. Gaya

Lintang (- P. a . b balok diatas 2 perletakan untuk G.P. Gaya cos E ) l .f

normal perlu dikalikan sin D dan untuk G.P Gaya Lintang perlu

dikalikan cos D

162. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 106- GP NC Total ( I

dan II ) v sin E l II identik dengan garis (-) pengaruh gaya horizontal

a .b (H), untuk GP. Gaya normal cos E l .f perlu dikalikan cos E dan

G.P. NC untuk GP. Gaya lintang v cos E perlu dikalikan cos sin E l (-) v

cos E Mencari Nilai E l (+) Persamaan parabola 4fx (lt x ) VB cos E VA

cos E y= l² GP.DC bagian II 4f ( lt 2 x ) Pab yƞ = - sin E l² lf Mencari

nilai E u Persamaan parabola cos E l GP DC Total (I + II) 4fx (l x ) y= l²

(-) 4f ( l 2 x ) y = l² v cos E Untuk nilai x tertentu E bisa dicari l. a b G.P.

D C sin E l. fGambar 4.20. Garis pengaruh gaya lintang (D) dan gaya

normal (N)

163. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 107- 1. Contoh Soal x P

Diketahui : suatu pelengkungan 3 sendi seperti pada gambar S dengan

persamaan parabola: C EC 4 fx ( l x ) Y= l² Ditanyakan : G.P reaksi

dan G.P. Nc dan Dc f =3 m Jawab : H H GP V A A B § MB = 0 VB P (l

x) lx VA 5m 5m VA = ton = ton l l 2.5 l Untuk P di A x=0 VA = 1 ton m

Untuk P di B x=l VA = 0 G.P. VA (+) G.P. V B1t § MA = 0 Px x G.P. V B

VB = ton ! ton l l t (+) 1tUntuk P di A x=0 VB = 0 Untuk P di B x= l VB =

1 ton G.P. H G.P. H (+) 5/6 P berjalan antara A - S (lihat kanan S) Px x

§ MA = 0 VB = ! l l 1 § MS = 0 VB l - H.f = 0 2 Gambar 4.21. GP VA; VB

dan H dari VB . 5 - H. 3 = 0 H= pelengkung 3 sendi VA . 5 3 ( l x ) 5

(10 x ) 5 H= . ! t l 3 10 3 Untuk P di B x = 10 H=0t Untuk P di S x=5 H=

105 5 5 5 5 . ! ! t µ 10 3 10 3 6 .a.b 1.5.5 5 Atau H = ! ! t l. f 10.3 6

164. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 108- S C i VA VA cos E

VA sin E VC = VA HC = H ECA B G.P. NC Bagian I H cos E (+ 0.1286

t EC 0.3858 (-) H sin E G.P. NC Bagian (-) NC = - (VA sin E + H cos E)

0.714 t I II DC = VA cos E - H sin E G.P NC I II 0.5144 Mencari nilai EC

t 4 f .x (l x ) 4.3 (10 x ) Y= ! ( l² 10² -) 4 f ( l x ) 4 . 3 x (10 2 x ) 0.9712

Y = ! l² 10² (-) 4.3 (10 5) 60 3 0,2143 G.P.D C Untuk x = m y = ! ! Bag.I

100 100 5 (+) y =3/5 = arc tg EC 0.643 EC = 30.96º sin E = 0.5145 1

cos E = 0.8575 G.P. DC bag. II .G.P. NC NC = - (VA sin E + N cos E)

(-) 0.42875 I II I untuk P di C x = 2.5 m VA = ¾ t VB = ¼ (-) G.P. D C t I

VA sin E = ¾ . 0,5145 = 0,3858 0.4286 VB sin E = ¼ . 0,5145 = 0,1286

0,428 II H cos E 8 Untuk P di S H cos E = 5/6 . 0,8575 = 0,714Gambar

4.22. GP Nc dan Dc pada G.P. D C pelengkung 3 sendi DC = V A cos

E - H sin E Untuk P di C x = 2,5

165. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -109-4.3. Muatan tak

langsung untuk pelengkung 3 sendi4.3.1. Pendahuluan Seperti pada

balok menerus, pada pelengkung 3 sendi ini pun terdapat muatan yang

tak langsung. Pada kenyataannya tidak pernah ada muatan yang

langsung berjalan diatas gelagar pelengkung 3 sendi, yang melewati

diatas pelengkung 3 sendi harus melalui gelagar perantara. Gelagar

perantara Kolom perantara Pelengkungan

166. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -110- SGambar 4.23.

Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi4.3.2. Prinsip dasar Prinsip

dasar penyelesaiannya sama dengan muatan tak langsung pada balok.

Muatan akan ditransfer ke struktur utama, dalam hal ini pelengkung 3

sendi, melewati gelagar perantara dan kemudian ke kolom perantara. q

= kg/mƞ P a b R1 R2 R3 R4 R5 R6 q kg/mƞ P R1 R2 R3 R5 R4 R6 S P

P P P P L =5P

167. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -111- . . . . . . (a). Kondisi

pembebanan (b). transfer beban lewatkolom perantara P q = kg/mƞ R1

R2 R3 R4 R5 R6 P P a P b P P(c) Perhitungan nilai R (beban yang

ditransfer)R1 = q . ½ P = ½ qPR2 = q . P = qPR3 = q . ½ P + (b/P ). P

= ½ qP + (L/P )P aR4 = P PR5 = R6 = 0 Gambar 4.24. Distribusi beban

pada pelengkung 3 sendi 1t 1t q = 1 t/mƞ 2 3 4 a a5 6 S

168. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 112- Contoh. Muatan

Tak Langsung Pada Pelengkung 3 Sendi. Suatu konstruksi pelengkung

3 sendi dengan muatan tak langsung seperti . . pada gambar. Prinsip

penyelesaian sama dengan muatan tak langsung pada balok

sederhana diatas 2(dua) perletakan. . . Beban dipindahkan ke

pelengkungan melalui gelagar. Menjadi (R1; R2; R3; . . R4 dan R5) a b

R2 = R3 = ½ P.qton R4 = 0.5 ton R2 R4 R5 R1 C R3 R5 = 1.5 ton R6 S

e . Vc = Av ƛ R1 Hc = H . Yc Mc = VA.Xc-R2.e-HA.Yc HA HB Vc =

VA.Xc-R2.e-HA.Yc Nc = -(Vc . sinE + Hcos E) VA VB Dc = Vc. Cos E -

Hc sin E Vc Vc sin E Hc cos EVc cos E Ec C C Hc Hc sin E Gambar

4.25. Distribusi beban pada pelengkung 3 sendi 4.4. Garis pengaruh

gelagar tak langsung pada pelengkung 3 sendi 4.4.1. Pendahuluan

169. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 113- Seperti biasanya

pada sutau jembatan tentu selalu dilewati muatan yang berjalan

diatasnya, untuk itu garis pengaruh selalu diperlukan untuk mencari

reaksi atau gaya-gaya dalam (M,N,D) disuatu ttitik pada gelagar

tersebut. 4.4.2. Prinsip Dasar Sama seperti pada balok diatas gelagar

tak langsung 2 tumpuan, transfer beban hanya disalurkan lewat kolom

perantara. Beban standart yang dipakai adalah muatan berjalan

sebesar satu satuan. (1 ton, atau 1 kg atau Newton) . P P P P Seperti

garis pengaruh pada gelagar . . . . tak langsung diatas-atas 2 tumpuan.

Bagaimana garis pengaruh momenA B dipotongan I pada gambar

dengan C I D E gelagar tak langsung (gambar a). ½ ½ Gambar b

adalah gambar garis P P pengaruh mome n dipotong I + (GP M I)

untuk gelagar langsung dengan puncak dibawah 1,5 P . 2,5 P 15

potongan I, dengan ordinat ! P 1,5P .25P 15 P 8 puncak adalah ! P 4P

8 GP M I untuk gelagar langsung Kalua gelagarnya tak langsung,

maka kalau diperhatikan bebanGambar 4.26. Garis pengaruh momen

di tak pernah lewat diatas potongan I untuk gelagar potongan I, karena

potongan I langsung tersebut terletak diantara P P P gelagar lintang C

dan D. P 54,33 54,33 54,33 54,33 Kalau muatan berada diatas gelagar

C ƛ D beban tak penuh melewati A B tepat pada potongan I C I D E P

y1 y + C D y2 I P1 P2 GP M I gel. langsung Beban tersebut selalu

ditransfer ke y1 y2 gelagar lewat titik C dan D dengan C I D nilai P1

dan P2. Jadi ordinat yang bawah titik I adalah (P1.Y1 + P2.Y2). Jika

letak

170. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 114- potongan I

ditengah -tengah C-D GP. M I gel. taklangsung maka ordinat dibawah

potongan I adalah ½ y 1 + ½ y2 ½ y1 + ½ y C I DGambar 4.27. Garis

pengaruh m omen di potongan I untuk gelagar tak langsung y1 y2 ½ y1

+ ½ y Jadi garis pengaruh untuk gelagar tak langsung sama dengan

garis pengaruh pada gelagar langsung dengan pemotongan puncak

dipap ar dimana titik tersebut berada. Pemaparan pada gelagar

disebelah kiri dan kanan dimana titik berada seperti pada gambar d.

Contoh Suatu struktur pelengkug 3 sendi dengan gelagar tak langsung

seperti pada gambar. Gambarkan Garis pengaruh Mc , Dc dan Nc

171. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 115- Penyelesaian;

Untuk garis pengaruh gelagar tak langsung. C Penyelesaiannya sama

dengan beban langsung, S Cuma dipapar pada bagian gelagar yang

bersangkutan. yc . f . GP Mc = VA§x H.yc µ . ] H H I II VA VB Q . R . .

a . b GPMc bagian I pemaparan P.Q.Y I + l GPMc bagian II pemaparan

- II P.a .b yc l.f G.P. Mc total (bag I + bag II) P.Q.Y + - lpemaparan

G.P.Nc = - (Av sin E + H cos E ) P.a .b yc Sin E l.f - P.a .b cos E lf

pemaparan pemaparanG.P.Dc = Av cos E - H sin E Cos E - P.a.b sin E

lf pemaparan Gambar 4. 28. 4.5. Judul : Portal 3 sendi 4.5.1.

Pendahuluan

172. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -116- Bentuk dengan

suatu struktur adalah bermacam-macam, bisa berupa balok menerus,

balok gerder, pelengkung 3 sendi dan gelagar lainnya. Kalau dibagian

sebelumnya ada struktur pelengkung 3 sendi, maka bentuk lain dari

struktur tersebut adalah portal 3 sendi sepeti tergambar dibawah ini S

A B Gambar 4.29. Bentuk portal 3 sendi Portal 3 sendi adalah suatu

penyederhanaan sederhana dari pelengkung 3 sendi supaya

penyelesaiannya lebih sederhana dan tidak perlu memakai gelagar

yang tak langsung.4.5.2. Prinsip Dasar Prinsip dasar penyelesaian nya

sama dengan pelengkung 3 sendi yaitu memakai 2 pendekatan

Pendekatan I

173. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -117- S2 P1 P2 P1 S a1

b1 a2 b2 h B h HB h VB A HA VA a b L Gambar 4.30. Arah reaksi -

reaksi dari portal 3 sendi untuk penyelesaian dengan cara pendekatan

I Prinsip penyelesaiannya sama den gan pada pelengkung 3 sendi

yaitu memakai 2 pendekatan.Pendekatan I 2 cara seperti pada

pelengkung 3 sendi. 7 MA = 0 VB.l + HB.hƞ ƛ P2 . a2 ƛ P1 . a1 = 0 VB

dan H B dapat 7 MS = 0 VB.l + HB. (h ƛ hƞ) ƛ P2 . S 2 = 0 ditentukan

(dari kanan) 7 MB = 0 VA.l + HA.hƞ ƛ P 1 . b1 ƛ P2 . b2 = 0 VA dan H A

dapat 7 MS = 0 VA.a + HA.h ƛ P 1 . S1 = 0 ditentukan (dari kiri)

Pendekatan II

174. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -118- P1 P1 P2 S S1 S

S2 a1 b1 a2 b2 h B h BA h BV A AB AV a b L P1 P1 S fƞ ff ƞ B BA BV

A AB AV a b L Av ƞ AB HB B BA Bv Ɲ A HA Gambar 4.31. Arah reaksi

portal 3 sendi dengan cara pendekatan II

175. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -119-Cara 2 7 MB = 0

Av.l ƛ P1 . b 1 ƛ P2 . b 2 = 0 P1.b1 ¤ P2 .b 2 Av = l 7 MA = 0 Bv.l ƛ P1 .

a1 ƛ P2 . a2 = 0 P1.a 1 ¤ P2 .a 2 Bv = l 7 MS = 0 (kiri) Nilai HA . f ƞ A B

. f = HA . f Ɲ Av.a ƛ P1 . S 1 ƛ AB . f = 0 .a ¤ P1 . S1 AB = Av f 7 MS =

0 (kanan) HB . f ƞ Nilai Bv.b ƛ P2 . S 2 ƛ BA . f = 0 BA . f = HB . f Ɲ Bv .

b P2 . S 2 BA = f AB dan B A diuraikan HA = AB cos E HB = BA cos E

Av Ɲ = A B sin E Bv Ɲ = B A sin EMaka :VA = Av + Av ƝVB = Bv ƛ Bv

ƝHA = AB cos EHB = BA cos EContoh

176. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -120-Suatu struktur portal

3 sendi seperti pada gambar , selesaikanlah strukturtersebut. P =1 m

P1 Penyelesaian; q 2t/m S 4t § D Memakai pendekatan 2 C 7 MB = 0

4m Av.l ± q . 3 . 4,5 - P.1 = 0 5m (fƞ) AB Av.6 ± 2.3. 4,5 ± 4.1 = 0 HA

27 ¤ 4 B Av = ! 5 1 / 6 ton 2m Av BA 6 HB B 7 MA = 0 Bv Av.l ± P.5 -

q . 3 . 1,5 = 0 3m 3m Av.6 ± 4.5 ± 2.3 . 1,5 = 0 20 ¤ 9 Bv = ! 4 5 / 6 ton

HA 6 E MS = (dari kiri) AB BA Av Ɲ Av . 3ƛ2.3 . 1,5ƛ HA.5 = 0 E Bv Ɲ 4

5/6 . 38 HB = ! 1.3 ton

177. n HB 5Gambar 4.32. Skema reaksi yang terjadi VA = Av ƛ

Avƞ dalam portal 3 sendi = 5 1/6 ƛ 0,4333 = 4,7334 tHA = 1,3 ton VB =

Bv + 0,4333 mAvƞ = H A . tg E = 4 5/6 + 0,4333 = 5,2666 tAvƞ = 1,3 .

2/6 = 0,4333 ( q) Kontrol : 7 V =0Bvƞ = 0,4333 (o) 6 + 4 = 4,7334 +

5,2666 Kontrol : 7 H =0 4t P1 q 2t/m HA ( ) = HB (n) S D C PusatA 1.3t

A 4.7334t 1.3t B B 5,2666 t

178. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 121- Bidang M

(momen) 5,2 tm 7,8 tm Mc = -HA . 4 = -1,3.4 = - 5,2 - S - tm - C D -

Mmax teletak di D = 0 x = 2,3667 m (daerah cs) x = 2,3667 Mx = -HA .

4 + A VA . 2,3667 ƛ ½ . q (x²) BIDANG M x Mx = -1,3 . 4 + 4,7334 . B

1,2666 t 2,3667 ƛ ½ . 2 (2,3667)²4,7334 + = -5,2 + 11,20254 ƛ 5,60127t

- 5,2666 t = 0,40127 tm (M max) - 4 MD = -HB . 6 = -1,3 . 6 = - 7,8 tm +

Momen dibawah beban P 1,3 t BIDANG D MP=VB.1 H B.6 = 5,2666.1

ƛ 1,3 t 7,8 1,3 t - 1,3 t = - 2,5334 tm Bidang D (gaya lintang) - - Daerah

A-C D = -HA = -1,3t Daerah C-D Dx = VA ƛ qx 4,7334 t BIDANG N Di S

x=3m 5,2666 t Ds = 4,7334 ƛ 6 = -1,2666 tm Daerah B-D D = -HB = -

1,3 tGambar 4.32. Bidang M, N, D portal 3 sendi Bidang N (gaya

Normal) Daerah A-C N = -VA = -4,7334 ton Daerah C-D N = -HA = -HB

= -1,3 ton Daerah B-D N = -V B = - 5,2666 tm

179. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 122- 4.6. JUDUL :

BALOK GERBER PADA PORTAL 3 SENDI 4.6.1. Pendahuluan

Seperti pada balok menerus diatas 2 perletakan, maka untuk

memperpanjang bentang, dibuat balok gerber dari portal 3 sendi

dengan skema struktur seperti pada Gambar (a). S S1 C (a) S = sendi

dari portal 3 sendi S1 = sendi gerber A B C RS1 Rc Gambar 4.33. RS1

Skema pemisahan struktur gerber S portal 3 sendi menjadi 2 bagian

(b ) - Prinsip penyelesaian dasar seperti pada Balok gerber biasa.

4.6.2. Prinsip Penyelesaian Dasar - Dipisahkan dulu struktur gerber S1

C tersebut menjadi 2 ba gian, dimana kedua-duanya harus merupakan

R S1 R S1 konstruksi statis tertentu. S - Harus pula diketahui mana

struktur yang ditumpu dan mana pula struktur yang menumpu. -

Struktur yang ditumpu diselesaikan dulu dan reaksinya

merupakanGambar 4.34. Skema pemisahan struktur beban pada

struktur yang gerber portal 3 sendi menumpu.

180. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -123-4.6.3. Contoh

PenyelesaianGERBER PADA PORTAL 3 SENDI P1 q t/mƞ S S1 C S =

sendi portal S1 = sendi gerber A B Penyelesaian sama dengan prinsip

pada balok gerber P1 Balok S 1-C merupakan struktur yang ditumpu

dari portal 3 sendi RS1 RC q t/mƞ RS1 S A B S, merupakan struktur

yang menumpu. Reaksi R S1 pada struktur S1-C merupakan beban

pada struktur portal HA HB sendi A B S 1. A B Baik struktur S 1-C

ataupun struktur A B S 1 kedua-duanya VA VB merupakan struktur sta

- tis tertentuGambar 4.35. Pemisahan struktur gerber portal 3

sendiPenyelesaian kedua struktur tersebut, baik S 1-C maupun A B S

1diselesaikan seperti biasanya, termasuk penyelesaian gaya -

gayadalamnya.

181. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 124- 4.7. Garis

Pengaruh Gerber Pada Portal 3 Sendi 4.7.1. Pendahuluan Seperti

biasanya, bahwa jembatan gerber pelengkung 3 sendi selalu dimuati

oleh suatu kendaraan yang berjalan. Jadi untuk menghitung besarnya

reaksi, besarnya momen serta gaya lintang disuatu titik memerlukan

suatu garis pengaruh. 4.7.2. Prinsip Dasar Untuk menghitung garis

pengaruh tersebut perlu diketahui mana struktur yang ditumpu dan

mana yang menumpu. S Seperti pada gambar (a) dan (b)(a) S1 C

struktur S,C adalah yang ditumpu sedang struktur ABS 1 adalah

struktur yang menumpu Kalau muatan berada diatas struktur ABS1,

maka RS 1 dan Rc A B di struktur S 1C tidak ada, namun sebaliknya

jjika muatan berada C S1 diats S1C maka reaksi-reaksi di struktur ABS

1 ada. S(b) A B Gambar 4.36. Pemisahan struktur pada gerber portal 3

sendi 4.7.3. Contoh Penyelesaian

182. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 125- GARIS

PENGARUH GERBER PORTAL 3 SENDI P x u v E C Aƞ D S Bƞ S1 f

H H A B c a b d e l d l - GP.R Al ¤c + 1t l l ¤d C 1t l - l GP.R B V + l c d

+ + l l GP.DD - Q l a.d GP.RB GP.RA l.f a.bb.c + l .f +l .f -

GP.ND=GP.H d.a u.v a.b a.b .f ! l l l. f l GP.M D cb cb l l Gambar 4.37.

Garis pengaruh pada gerber portal 3 sendi GP.RA

183. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -126- l xRA = ton l l cP di

E x=-c RA = ton l lP di A x=0 RA = ! 1 ton lP di B x=l R A = 0 ton dP di

S 1 x=l+d RA = - ton lGP.RB xRB = ton l cP di E x=-c RB = ton lP di A

x=0 RB = 0 tonP di B x=l R B = 1 ton l ¤dP di S 1 x=l+d RA = ton lGP.

DDP berada antara E D lihat kanan potongan DD = -RBP berada

antara D C lihat kiri potongan D D = RAGP. N DGaris pengaruh N D

sama dengan g.p nilai H. xP berada antara E lihat kanan S RB = l7 Ms

= 0 (lihat kanan s) RB . b ƛ H.f = 0 b H = RB . . ~ g.p. R B f c c l c.bP di

E RB = p H ! x p ND ! l l f lf

184. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -127- a a b a.bP di S RB

= p H ! x p ND ! l l f lf l xP berada antara DC lihat kiri S RA = t l7 Ms =

0 (lihat kiri s) RA . a ƛ H.f = 0 R A .a H= f b a abP di S RA = b p H ! . p

N D ! l l f lf b a abP di S 1 RA = b p H ! . p N D ! l l f l fGP.MDP berada

antara D CM D = RA . Q - H . f I III = RA Q = Garis pengaruh M D

diatas 2 perletakan Q.VP di D MD = lII = H . f = Garis pengaruh H x

f.4.8. Latihan : Garis pengaruh pada Pelengkung dan Portal tiga sendi

185. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -128- Untuk memacu

mahasiswa belajar maka perlu diberi latihanSoal 1. S P = 1 t berjalan

4m C Pelengkung 3 sendi seperti tergambar. yc f= 4 Pelengkung

mengikuti persamaan H H parabola:A H H B y = 4fx (l - x) / l² 8m 8m

Akibat beban P = 1t berjalan diatas pelengkung, ditanyakan : VA VB

G.P. VA , G.P. H, G.P. N C , G.P.D C , G.P. M CSoal 2. S C D Portal 3

sendi ABCD seperti tergambar f=3m Akibat beban P = 1t berjalanAB

EE diatas portal, ditanyakanL H 4m H G.P VA , G.PH, G.P N C bawah ,

4m 4m 4m VA VB G.P D C bawah, G.P NC kanan, G.P D C

kananPortal 3 sendi adalah suatu portal yang kondisinyamasih statis

tertentu. Gerber portal 3 sendi adalah suatu rangkaian antaraportal 3

sendi dan balok statis tertentu, dimana dalam

penyelesaiannyamerupakan gabungan dari penyelesaian masing -

masing struktur statistertentu tersebut.

186. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -129-4.9.

Rangkuman4.10. Penutup Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa,

perlu melihat jawaban soal-soal tersebut seperti dibawah ini.

Keterangan P = 1t dititik Nilai Tanda / Arah VA A 1t + o B 0 Di A = H A

0 + p S 1t B 0Data pendukung Yc 3m Y = tng E 0.5 Sin E 0.447 Sin E

0.894 Keterangan P = 1t di titik Nilai Tanda / Arah NC A 0 C kiri 0,335t

- C kanan 0.782t - S 1,1175t - B 0 DC A 0 C kiri 0,447t - C kanan

0,447t + S 0 B 0 MC A 0 C 1,5t m + S 1,0t m - B 0

187. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -130-Soal No. 2

Keterangan P = 1t di titik Nilai Tanda/ Arah VA A 1t + o B 0 Di A = H A

0 S 1,333t + p B 0 NC bawah A 0 C bawah 0,384t - C kanan 0,084t - S

1,336t - B 0 DC bawah A 0 C bawah 0,60t - C kanan 0,20t - S 0,40t - B

0 NC kanan A 0 S 1,333t - B 0 DC kanan A 0 C bawah 0,25t - C kanan

0,75t + B 0 MC A 0 C 1t m + S 2t m - B 04.11. Daftar Pustaka

Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ, UGM Bab VI dan VII

188. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -131-4.12. Senarai

Pelengkung 3 sendi : struktur pelengkung yang masih statis tertentu

Portal 3 sendi = struktur portal yang masih statis tertentu Gerber

pelengkung 3 sendi = gabungan antara pelengkung 3 sendi dan balok.

Gerber portal 3 sendi = gabungan antara portal 3 sendi dan

balok.MODUL 5 : ARTI KONSTRUKSI RANGKA BATANG DAN CARA

PENYELESAIANNYA5.1. JUDUL : KONSTRUKSI RANGKA BATANG

(K.R.B.)

189. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -132-5.1.2. Tujuan

Pembelajaran UmumSetelah membaca materi ini mahasiswa

diharapkan bisa mengerti arti serta cara menyelesaikan struktur

konstruksi rangka batang.5.1.3. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah

membaca materi ini mahasiswa bisa mengetahui bentuk -bentuk KRB

serta bisa menyelesaikan struktur tersebut dengan beberapa cara

pendekatan yang telah dijalankan diajarkan serta tahu persyaratan-

persyaratan yang diperlukan.5.1.4. PendahuluanDalam membuat suatu

struktur bangunan maka kita harus menyesuaikan dengan material

yang ada terutama dengan nilai harga yang paling murah. Jika

materialnya dari beton, maka struktur bisa dibuat sesuai dengan

keinginan perencana, tapi kalau materialnya dari kayu, ba mbu atau

baja, maka kita harus merangkai material tersebut. Rangkaian dari

material bambu, kayu atau baja tersebut disebut dengan konstruksi

rangka batang. Missal : Rangka batang dari suatu jembatan Rangka

batang dari suatu kuda - kuda Gambar 5.1. Bentuk-bentuk dari suatu

konstruksiBentuk RangkaianKonstruksi rangka batang tersebut

merupakan rangkaian dari be ntuksegitiga.Kenapa bentuk ( tersebut

dipilih !.

190. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -133-Bentuk segitiga (()

tersebut dipilih karena segitiga tersebut adalah suatubentuk yang

mantap (stabil) tidak mudah berubah. Bagaimana jikabentuk tersebut

segiempat ( )bentuk segiempat ( ) tersebut tidak stabil. Psegiempat

mudah berubah menjadi jajaran genjang.5.1.5. Bentuk Konstruksi

Rangka Batang5.1.5.1. Bentuk K.R.B. = Suatu konstruksi yang terdiri

dari batang -batang yang berbentuk segitiga Segitiga (bentuk teta p).

Untuk menyambung titik sudut digunakan plat buhul / simpul. Pada

konstruksi baja sambungan -sambungan pada plat buhul digunakan

baut, paku keling atau las. Pada konstruksi kayu memakai baut, pasak

atau paku.

191. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -134- K.R.B = segitiga

yang dihubungkan melalui plat buhul pada titik buhulnya titik buhul I

titik buhul Gambar 5.2. Bentuk Konst ruksi Rangka Batang + + Batang

+ + + + + + Plat buhul Titik buhul Paku keling / baut Gambar 5.3. Detail

I, salah satu sambungan Titik buhul sebagai sambungan tetap / stabil,

tapi dalam perhitungan titik buhul ini dianggap SENDI.

192. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -135-K.R.B. Pada

Jembatan K.R.B. Ruang terdiri dari 2 K.R.B. sisi 1 K.R.B. atas (ikatan

angin atas) 1 K.R.B. bawah (ikatan angin bawah) K.R.B. Ruang bisa

dipisahkan menjadi K.R.B. Bidang. Gambar 5.4. Bentuk konstruksi

rangka batang pada jembatan 5.1.5.2. Perletakan : 1 sendi dan 1 lagi

merupakan rol karena konstruksi statis tertentu Sendi 2 Reaksi Rol 1

Reaksi

193. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 136- RH Perletakan

sendi ada 2 reaksi R V = Reaksi vertikal RV R H = Reaksi horizontal

Perletakan rol ada 1 reaksi R V = Reaksi vertikal RV 5.1.5.3.

Konstruksi Statis Tertentu Pada K.R.B. (Konstruksi Rangka Batang)

Konstruksi statis tertentu adalah suatu konstruksi yang masih bisa

diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan ; 7H = 0 3

persamaan keseimbangan 7V = 0 7M = 0 Jadi maximum harus ada 3

reaksi yang tidak diketahui (3 bilangan yang tidak diketahui)

Pendekatan Penyelesaian Konstruksi Rangka Batang K.R.B.

merupakan kumpulan dari batang -batang yang mana gaya -gaya

batang tersebut harus diketahui. Dalam hal ini gaya -gaya batang

tersebut beberapa gaya tarik atau tekan. Pada konstruksi dibawah ini

(Gambar 5). Jumlah bilangan yang tidak 4 8 2 4 6 diketahui : Reaksi =3

Jumlah 5 7 9 Jumlah batang = 13 1 12 3 11 Bilangan yang tidak

diketahui = 3 + 13 = 16 1 2 6 10 13 8 3 5 7RH RV RV Gambar 5.5.

Konstruksi rangka batang bidang

194. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -137-Titik simpul :

dianggap sendiJadi tiap-tiap titik simpul ada 2 persamaan Yaitu : 7V =

0 7Kx = 0 atau 7H = 0 7Ky = 0Pada gambar (5.5) ad a 8 titik simpul jadi

ada 2 x 8 persamaan = 16 persamaanDari keseluruhan konstruksi : 3

reaksiAda 16 bilangan yang tidak diketahui 13 gaya batangAda 16

persamaan Konstruksi statis tertentu(karena masih bisa diselesaikan

dengan syarat -syarat persamaankeseimbangan)5.15.4. Rumus Umum

Untuk K.R.B. 7k=b+r k = banyaknya titik simpul (titik buhul) b = jumlah

batang pada K.R.B. r = jumlah reaksi perletakan5.1.6. Rangka Batang

GerberSeperti pada balok menerus, maka pada konstruksi rangka

batangpun ada balok gerber 2 4 4 7 6 12 8 10 19 12 23 14 3 5 18 22 1

8 9 11 13 15 16 20 24 26 2 6 10 14 17 21 25 1 15 3 5 7 S 9 11 13 rol A

B C Sendi rol C Rol (Sendi Gerber)

195. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -138- Gambar 5.6.

Rangka batang gerberA = sendiB = rolS = sendi gerberC = rolJumlah

reaksi perletakan = 4 1 sendi + 2 rol 2 2Jumlah batang = 26Jumlah

bilangan yangtidak diketahui = 30Jumlah titik simpul = 15Persamaan

yang tersedia = 2 x 15 = 30 persamaan.Ada 30 bilangan yang tidak

diketahui dan tersedia 30 persamaan Konstruksi statis

tertentuKonstruksi statis tertentu5.1.7. Prinsip PenyelesaianAda

beberapa cara penyelesaian K.R.B. 1. Keseimbangan titik buhul a.

Cara analitis dengan menggu nakan 7.Kx = 0 dan 7.Ky = 0 b. Cara

grafis dengan metode Cremona

196. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -139- 2. Metode

Potongan : a. Cara AnalitisMetode Ritter b. Cara GrafisMetode

Cullman 3. Metode Penukaran batang5.1.8. Keseimbangan Titik

SimpulDalam bagian ini hanya membahas teori tentang keseimbangan

titik simpul saja. a. Penyelesaian secara analitis Cara

menyelesaikannya dengan keseimbangan titik simpul. y 7H=0 7.Kx =0

7.V = 0 ata 7.Ky = 0 semua gaya yang searah x x dijumlahkan

demikian juga yang searah y dan resultantenya harus sama dengan

rol.b. Distribusi BebanKonstruksi rangka batang merupakan gelagar

tidak langsung, jadi kalau ada beban terbagi rata atau beban titik yang

terletak di tengah-tengah antara 2 titik simpul (gelagar lintang) harus

diuraikan menjadi beban titik pad simpul -simpul terdekat. P1 =

distribusi akibat P beban terbagi rata P2 = distribusi akibat Akibat

beban terbagi rata P1 P2 P3 beban P dan P P3 = distribusi akibat

beban P Akibat

197. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -140- c. Contoh distribusi

beban pada konstruksi Rangka batang q = 1 t/mƞ (muatan terbagi rata)

4m A B 4m 4m 4m 4mMuatan terbagi rata tersebut dijadikan mua tan

terpusat pada titik -titiksimpulnya. 2t 2t A B 4t 4t 4t Gambar 5.8. Beban

terbagi rata didistribusikan menjadi beban titik

198. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 141- 5.1.9. Contoh Soal

1 Suatu konstruksi Rangka Batang dengan beban sebesar P = 4 ton

seperti pada gambar !. selesaikan struktur tersebut. P A B 4t RA = RB

= P P P P Gambar 5.9. Konstruksi rangka batang dengan beban P = 4t

Mencari reaksi perletakan 7 M A = 0 RB . 4 P - 4 . P = 0 RB = 1t 7 MB

= 0 RA . 4 P - 4 . 3P = 0 RA = 3t Pemberian notasiUntuk

mempermudah penyelesaian, tiap -tiap batang perlu diberi notasi.

Untuk batang atas diberi notasi A 1; A2 dan A 1ƞ; A 2ƞ Untuk batang

bawah diberi notasi B 1, B2 dan B1ƞ, B2ƞ Untuk batang diagonal diberi

notasi D 1; D2 dan D 1ƞ; D2ƞ Untuk batang vertikal diberi notasi V 1;

V2 dan V 1ƞ; V 2ƞ serta V 3 Tiap-tiap titik simpul diberi nomor urut dari

I s/d X.

199. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -142- II A1 IV A2 VI A2 ƞ

VIII A1 ƞ IX D1 D2 D 2ƞ D 1ƞ V1 V2 V3 V2 V1ƞ P I III V VII X B1 4t B2

Bƞ2 Bƞ1 3t 1 P P P P Gambar 5.10. Pemberian notasi pada gaya -

gaya batangPenyelesaian keseimbangan titik simpul diselesaikan

dengan memakaisyarat-syarat keseimbangan pada titik simpul yaitu 7

Kx = 0 dan 7 Ky =0Jadi keseimbangan pada tiap -tiap titik tersebut bisa

diselesaikan jikaterdapat maximum 2 batang yang tidak diketahui,

karena hanyamenyediakan 2 persamaan yaitu 7Kx = 0 dan 7 Ky =

0.CatatanMulailah bekerja pada titik simpul yang mempunyai 2 batang

yang tidakdiketahui.y sebelum mengerjakan perlu perjanjian tanda

terhadap gaya -gaya batangnyuay (Anggapan) / perjanjian pada K.R.B.

titik simpul Batang tertekan dengan tanda ( -) (gaya menuju titik simpul)

Batang tertarik dengan tanda (+) (gaya menjauhi titik simpul)

Penyelesaian Mulai dari titik simpul yang mempunyai 2 batang tak

diketahui Titik I Anggap dulu semua batang yang tidak diketahui V1

adalah batang tarik. Jika hasil positif berarti anggapan kita betul batang

betul-betul tertarik. B1 Jika hasil negatif berarti anggapan kita salah

batang tertekan. Dalam penjumlahan, gaya yang searah diberi tanda

sama.

200. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -143- 3t 7V=0 3 t + V1 =

0 V1 = -3 ton (berarti batang tekan) 7H=0 B1 + 0 = 0 B1 = 0 (batang

nol) V1 B1 = 0 Batang A1 dan D1 dianggap tarik dan batang D1

diuraikan menjadi gaya batang horizontal dan vertikal.Titik II V1 = - 3 t

(menuju titik simpul) ½ A1 3t 2 V1 Batang D 1 diuraikan menjadi arah

vertikal½ ½ D1 2 dan arah horizontal ½ D1 2. 2 D1 7V=0 - 3 t + ½ D1

2=0 ½ D1 2= 3 D1 = 3 2 t (tarik) 7H=0 A 1 + ½ D1 2= 0 A1 = - ½ D 1

2= - ½ . 3 2 . 2 A1 = - 3 ton (tekan)Titik III Batang V 2 dan B2 dianggap

tarik V2 Batang D1 = 3 2 (tarik) diuraikan menjadi 3 2 batang vertikal =

3 t dan horizontal = 3t 3t 7V=0 4 t ƛ 3 t ƛ V2 = 0 3t V2 = 1 t (tarik) B2 B1

= 0 7H=0 B2 ƛ 3 t = 0 B2 = 3 t (tarik) P = 4t

201. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -144- Batang A 2 dan D2

dianggap tarik.Titik IV Batang D 2 diuraikan menjadi gaya A2 horizontal

dan vertikal ½ D 2 2 3t ½ D2 2 ½ D2 7V=0 ½ D2 2 + 1 t = 0 2 D2 = - 2 t

(tekan) 1t D2 7H=0 3 + A 2 + ½ D2 2 = 0 3 + A 2 ƛ 1 ton = 0 A 2 = - 2

ton (tekan)Titik VI Batang A 2ƞ dan V 3 dianggap tarik 2t A2 ƞ 7V=0 V3

= 0 ton 7H=0 A2 ƞ + 2 t = 0 A2ƞ = - 2 t (tekan) V3 = 0 Batang D 2ƞ dan

B 2ƞ dianggap tarikTitik V Batang D 2ƞ diuraikan horizontal dan vertikal

0t ½Dƞ 2 7V=0 ½ D 2ƞ 2 + 0 ƛ 1 t = 0 2 2 Dƞ2 D 2ƞ = 2 t (tarik) 1t

7H=0 B2ƞ + 1t ƛ3 t + 1t = 0 1t B2ƞ = 1 ton (tarik) 3t ½ D 2ƞ 2 B2ƞTitik

VIII Batang A 1ƞ dan V 2ƞdianggap tarik 7H=0 2 t + A1 ƞ ƛ 1 t = 0 2t

A1ƞ = - 1 t (tekan) 2t A1 ƞ 7V=0 1 + V2ƞ = 0 V2ƞ = - 1t (tekan) V2ƞ

202. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -145-

203. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -146-Titik VII ½ D 1ƞ 2

Batang D 1ƞ dan B 1ƞdianggap tarik D 1ƞ Batang D 1ƞ diuraikan

menjadi ½ 1t D 1ƞ 21t ½ D 1ƞ 2 B1ƞ 7V=0 ½ D 1ƞ 2 ƛ 1 t = 0 D 1ƞ = 2

t (tarik) 7H=0 B1ƞ- ½ D1ƞ 2 - 1t = 0 Bƞ + 1 ƛ 1 = 0 B ƞ = 0tTitik X V1ƞ

7V=0 1t + V1ƞ = 0 V 1ƞ = - 1t (tekan) B1ƞ = 0 RB = 1t

204. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -147-Kontrol ke Titik IX

7V=0 V1ƞ ƛ ½ D1ƞ 2 =0 A1 ƞ = 1 t (tekan) 1t ƛ ½ . 2 . 2 !0 V 1ƞ = 1 t

(cocok) D1ƞ = 2 (tarik) 7H=0 A1ƞ ƛ ½ D1ƞ 2 = 0 1ƛ½ . 2. 2 = 0 (cocok)

DAFTAR BATANG GAYA BATANG A1 -3t A2 -2t A2 ƞ -2t A1 ƞ -1t B1 0

B2 3t B2ƞ 1t B1ƞ 0 V1 -3t V2 1t V3 0 V2ƞ -1t V1ƞ -1 t D1 3 2t D2 - 2t D

2ƞ 2t D 1ƞ 2tBatang B 1 dan B1ƞ = 0, menurut teoritis batang -batang

tersebut tidak ada,tapi mengingat K.R.B. terbentuk dari rangkaian

bentuk ( maka batang inidiperlukan.Batang atas pada umumnya

batang tekanBatang bawah pada umumnya batang tarik.

205. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 148- Contoh Soal 2

Suatu konstruksi Rangka Batang, dengan notasi seperti pada ga mbar,

beban sebesar 3 ton terletak di titik simpul III Jumlah batang = 9 = b II

A V Jumlah reaksi = 3 = r 12P D1 D2 D3 V1 V2 Jumlahg titik simpul =

6 = k I B1 B2 B3 VI 2k=b+r 2x6=9+3 A III IV B konstruksi .r.b. statis

tertentu 2t P 3t P P 1t Mencari Reaksi 7 MB = 0 2 RA = x3t=2t 3 7 MA

= 0 1 RB = x3t=1t 3 Titik Simpul I Batang D 1 dan B1 dianggap tarik

Batang D 1 diuraikan ke arah vertikal dan horizontal sebesar ½ D 1 2

½ D1 2 D1 7 Ky = 0 ½ D1 2 + 2t = 0 2 D1 = - . 2 = - 2 2 t . (tekan) ½ D1

2 2 B1 7 Kx = 0 B1 - ½ D1 2 = 0 B1 = 2 ton (tarik) 2 t (reaksi)

206. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 149- Titik III Gaya

batang V1 dan B2 dianggap V1 tarik 7 Ky = 0 V1 = 3 ton (tarik) B2 7 Kx

= 0 B2 = 2 ton (tarik) 2t 3t Titik II Gaya batang A dan D2 dianggap tarik

7 Kx = 0 ½ D2 2 ½ D1 2 A ½ D1 2 - 3t ƛ ½ D2 2 = 0 ½ D2 2 = -3 t + ½ .

2 2 . 2 = -3 + 2 = -1 (tekan)D1 = 2 2 D2 = - 2 t (tekan) D2 3t ½ D2 2 7

Ky = 0 ½ D1 2 A + ½ D1 2 + ½ D2 2 = 0 A + ½ . 2 2. 2 - ½ . 2. 2 = 0 A

= 1 ƛ2 = -1t (tekan) Titik IV Gaya batang V2 dan B3 dianggap tarik 7 Ky

= 0 V2 ½ D 2 2 - V2 = 0 D2 = 2t V2= ½ . 2 . 2 = 1 t (tarik) B3 7 Kx = 0

B2 = 2t B3 ƛ B2 + ½ D2 2 = 0 B3 = 2 - ½ . 2 . 2 = 1 t (tarik) Titik VI

Gaya batang D3 dianggap tarik 7 Ky = 0 D3 ½ D3 2 + 1t = 0 D3 = - 2 .

1t D3 = - 2 t (tekan) 7 Kx = ½ D 3 2 + B3 = 0 - ½ . 2 . 2 + B3 = 0 B3 =

1t

207. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) - 150- B3 = 1t 1t Kontrol

Titik V 7 Kx = 0 A = 1t A ƛ ½ . D3 2 =0 1t ƛ ½ . 2. 2 = 0 (cocok) D3 V2 =

1t 5.1.10. Latihan : Konstruksi Rangka Batang Untuk mendorong

mahasiwa belajar maka perlu dibuatkan suatu latihan sebagai berikut :

Soal 1 A1 A2 Konstruksi Rangka Batang D1 D2 seperti tergambar D3

D4 D5 D6 3 P1 = 6t ; P2 = 3tRAH E E m A B1 B2 B3 Ditanyakan :

P1=6 P2=3 RB a). Gaya reaksi RAV t t b). Gaya-gaya batang P P P P=

4m P2 = 600 kg Soal 2 Kuda-kuda konstruksi Rangka Batang seperti

tergambar. P1 = 600 kg 8 P3 = 400 kg Beban ; P 1 = 600 kg 10 P2 =

600 kg P3 = 400 kg 9 5 13 Ditanyakan: 7 11 6 12 R AH 45° 45° a).

Gaya ƛ Reaksi B b). Gaya- gaya batang A 1 2 3 4 RAV RB 3m 3m 3m

3m

208. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -151-5.1.11. Rangkuman

o KRB merupakan rangkaian dari bentuk ( (segitiga) o Dalam KRB

yang dicari adalah gaya -gaya batangnya, bisa berupa gaya tarik, atau

gaya tekan. o Tiap-tiap titik simpulnya dianggap sendi. o Pencarian

gaya-gaya batang, hanya bisa diselesaikan jika jumlah gaya batang

yang tidak diketahui max hanya 2.5.1.12. Penutup Agar mahasiswa

bisa mengontrol pekerjaan latihan, maka mahasiswa bisa melihat

jawaban dibawah ini :Jawaban :Soal No. 1 Keterangan Titik / Gaya

Nilai Arah / Tanda Reaksi vertikal A : RAV 5t o B : RB 4t oReaksi

Horizontal A : RAH 0Data Pendukung Sin E 0,835 Cos E 0,555 Gaya

Batang A1 6,667 t Tekan - A2 5,333 t Tekan - B1 3,333 t Tarik + B2

6,000 t Tarik + B3 2, 667 t Tarik + Gaya Batang D1 6,00 t Tekan - D2

6,00 t Tarik + D3 1,20 t Tarik + D4 1,20 t Tekan - D5 4,808 t Tekan -

D6 4,808 t Tarik +

209. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) -152-Soal No. 2

Keterangan Titik / Gaya Nilai Arah / Tanda Reaksi Vertikal A : RAV 850

kg o B : RB 750 kg oReaksi Horizontal A : RAH 0 Gaya Batang § 850

kg Tarik + 2 850 kg Tarik + 3 750 kg Tarik + 4 750 kg Tarik + 5 1202 kg

Tekan - 6 0 7 424 kg Tekan - 8 778 kg Tekan - 9 500 kg Tarik + 10 778

kg Tekan - 11 283 kg Tekan - 12 0 13 1061 kg Tekan -5.1.13. Daftar

Pustaka - Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ, UGM Bab -

Soemono, ƏStatika IƐ, bab5.1.14. Senarai - Konstruksi Rangka Batang

: Suatu rangkaian batang -batang yang berbentuk ( (segitiga) - Titik

simpul : dianggap sendi.