modul ke: manajemen keuangan 3... · tersebut merupakan investasi jangka pendek dari dana...
TRANSCRIPT
Modul ke:
Fakultas
Program Studi
MANAJEMEN KEUANGAN
VENY, SE.MM
3EKONOMI
AKUNTANSI
Analisa Rasio KeuanganAnalisa DupontAnalisa MNA & EVA
Bagian Isi
• Modul1. Analisa Rasio Keuangan2. Analisa Dupont3. Analisa MNA & EVA
• Kemampuan akhir yang diharapkan
Kemampuan menganalisis kondisi dan kinerja keuangan perusahaan
ANALISA RASIO KEUANGAN
Analisa laporan keuangan dilakukan untuk mempermudah penganalisa (analis) memahami kondisi keuangan perusahaan. Dengan melihat angka-angka apa adanya yang tercantum pada neraca dan laba rugi, sering sulit untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi perusahaan.
Pada umumnya berbagai rasio keuangan yang dinilai bisa dikelompokkan menjadi :1. Rasio Profitabilitas – mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba2. Rasio Manajemen Aset – mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aset-asetnya3. Rasio Manajemen Hutang – mengukur bagaimana perusahaan menggunakan pendanaan yang
berasal dari pinjaman 4. Rasio Likuiditas – mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban financialnya yang
harus segera dipenuhi5. Rasio nilai pasar – mengukur bagaimana pasar (para pemodal) menilai perusahaan tersebut
Rasio-rasio Profitabilitas. Ratio-ratio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualannya, dari aset-aset yang dimilikinya, atau dari ekuitas yang dmilikinya. Kemampuan menghasilkan laba dan penjualan bisa berbeda untuk perusahaan dengan bisnis yang berbeda. Sebagai contoh toko yang menjual mebel, sepatu akan mengambil laba per penjualan yang relatif agak besar dibandingkan dengan yang menjual rokok, Mia intantdan sebagainya.
ANALISA RASIO KEUANGAN
Basic Earnings Power (BEP), Rasio ini mengukur kemampuan aset perusahaan menghasilkan laba
operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur maka digunakan laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT). Aset yang digunakan adalah aset-aset yang operasional. Kalau ada aset non
operasional, aset ini perlu dikeluarkan dari perhitungan. Karena dalam perhitungan digunakan
angka-angka yang berasal dari laporan laba rugi (yaitu EBIT) dan dari neraca (yaitu total aset
operasional), maka pertanyaan yang sering muncul adalah “apakah akan digunakan angka (i)
pada awal tahun di neraca, (ii) pada akhir tahun dineraca, ataukah (iii) rata-rata”.
Rasio Basic Earnings Power (BEP) dirumuskan sebagai berikut :BEP = Laba Operasi x 100%
Rata-rata Total AsetUntuk PT. TSR pada tahun 20X2
BEP = 300 x 100%(819 + 878 )/2
BEP = 33.4%
RETURN OF EQUITY
Perhatikan bahwa di sini kita menggunakan angka rata-rata dan semua aset dikategorikan sebagai aset operasional meskipun ada akun sekuritas. Kita asumsikan di sini bahwa aset sekuritas tersebut merupakan investasi jangka pendek dari dana menganggur yang sifatnya sementara. Apabila sekuritas tersebut merupakan investasi jangka panjang (yang apabila dana tersebut “dihilangkan” tidak mengganggu operasi perusahaan), maka aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset non operasional.Kita tidak tahu bagaimana BEP perusahaan-perusahaan lain, tetapi angka 33.4% tersebut nampak cukup tinggi apabila kita bandingkan dengan tingkat bunga rata-rata yang hanya 17.5%
RETURN OF EQUITYRasio ini mengukur seberapa banyak laba yang menjadi hak pemilik ekuitas. Karena itu digunakan laba setelah pajak (EAT). Angka ekuitas yang digunakan sebaiknya juga angka rata-rata. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut.
ROE = Laba Setelah Pajak x 100%(Rata-rata) Ekuitas
Untuk PT. TSR, ROE pada tahun 20X2 adalah,
ROE = 166 X 100%(438 + 517)/2
ROE = 34.8%
RETURN ON INVESTMENT (ROI) atau RETURN ON ASSETS (ROA).
ROI atau ROA menghitung berapa banyak laba bersih setelah pajak dihasilkan oleh total aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini banyak yang menghitung meskipun ada ketidaktepatan ketika kita membandingkan andar laba bersih setelah pajak (berarti laba operasi sudah dikurangi biaya bunga dan pajak penghasilan – yang sebenarnya merupakan hak pemilik ekuitas – dengan total aset (yang sebagian diantaranya mungkin dibiayai dengan hutang).
Rasio ROI atau ROA dinyatakan sebagai, ROA = Laba setelah pajak x 100 %
(Rata-rata) Total AsetROA PT. TSR pada tahun 20X2
ROA = 166 x 100%(919 + 878)/2 = 18.5%
PROFIT MARGIN
Rasio ini mengukur berapa banyak laba operasi (EBIT) dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Jadi perbandingannya dengan menggunakan angka-angka yang ada di laporan laba rugi.Rasionya dinyatakan sebagai :
Profit Margin = Laba Operasi x 100%Penjualan
Untuk PT. TSR profit margin untuk tahun 20X2 adalah :Profit Margin = 300 x 100% = 13,6 %
2.200Profit Margin sering dipergunakan di bisnis perdagangan. Pemilik toko-toko eceran (ritel) sering mengatakan bahwa
(misalnya) “keuntungan yang kami ambil dari setiap penjualan hanya 5%. Hal tersebut berarti bahwa kalau mereka
menjual Rp 100 juta, mereka memperoleh laba operasi Rp 5jt. Beberapa jenis toko menjual produk-produk dengan
profit margin yang sangat tipis (mungkin hanya 2-3%) beberapa produk lainnya dijual dengan profit margin yang lebih
“tebal” (misal sampai 20%).
Produk-produk yang dijual dengan profit margin yang tipis umumnya adalah produk yang perputaran
penjualannya cepat sekali (seperti rokok, sabun dan sebagainya). Pemilik toko membeli hari ini, dalam 2-3 hari
sudah laku terjual. Sedangkan produk dengan profit margin yang lebih tebal biasanya lebih lambat laku terjual
(misal pakaian, sepatu dan sebagainya). Kalau kita beli hari ini, mungkin dalam 1-2 bulan ke depan baru laku
terjual.
RASIO MANAJEMEN ASET
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aset-asetnya. Apabila investasi pada berbagai aset berlebihan, maka total operating capital akan terlalu tinggi, menurunkan Free Cash Flow, yang pada akhirnya akan menekan nilai perusahaan (harga saham). Sebaliknya apabila aset yang dimiliki kurang, maka perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk bisa menjual lebih banyak, mengurangi profitabilitas, mengurangi Free Cash Flow, yang pada akhirnya menekan harga saham. Karena itu diperlukan jumlah yang tepat dari aset yang dimiliki.Beberapa rasio manajemen aset bisa dilihat dari masing-masing jenis aset atau total aset secara keseluruhan.
MENGEAVALUIR PERSEDIAAN : RASIO PERPUTARAN PERSEDIAAN (Inventory Turnover Ratio)Rasio ini mengukur berapa sering (rata-rata) persediaan berganti di gudang. Kalau misalkan persediaan berada digudang rata-rata selama 30 hari, maka berarti dalam setahun rata-rata berputar (turnoverr) 12X. Kalau persediaan terlalu lama tertahan di gudang, maka dana yang tertanam pada persediaan tersebut akan makin besar relatif terhadap penjualan. Misalkan kita punya toko dan setiap kita kulakan sabun mandi, kita beli 10 unit. Sabun tersebut rata-rata terjual 2 unit setiap hari. Dalam 5 hari kita harus sudah kulakan lagi. Bandingkan dengan kalau kita kulakan 20 unit, dan penjualan per hari sebesar 2 unit. Berarti setiap 10 hari kita baru kulakan lagi. Jumlah persediaan kita menjadi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan cara yang pertama.
Rasio Perputaran Persediaan dinyatakan sebagai berikut,
Perputaran Persediaan = Biaya Operasi(rata-rata) persediaan)
Untuk PT. TSR, perputaran persediaan tahun 20X2 adalah,
Perputaran Persediaan = 1900 = 16,6x(117 + 112)/2
Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam satu tahun rata-rata persediaan berganti sebanyak
16,6x. Kalau dinyatakan dalam hari (kita anggap setahun = 360 hari) maka rata-rata barang ada di
gudang selama = 360 hari + 16,6 = 22 hari (dibulatkan).
Mengevaluir Piutang : Berapa Lama Piutang Dilunasi Oleh Pembeli (Days Sales Outstanding)
Seringkali perusahaan mempersilahkan pembeli hasil produksinya secara kredit. Barang terjual, tapi
uangnya diterima beberapa waktu kemudian. Kita bisa menggunakan pendekatan seperti pada
evaluasi persediaan, yaitu dengan menghitung terlebih dahulu.
RASIO MANAJEMEN ASET
Perputaran Piutang = Penjualan(Rata-rata) piutang
Kemudian menghitung berapa lama piutang dilunasi oleh pembeli, atau Days Sales Outstanding (DSO) sebagai,
DSO = Jumlah hari dalam 1 tahunPerputaran Piutang
Kalau dia terapkan untuk PT. TSR tahun 20X2, makaPerputaran Piutang = 2.200 = 12,7x
(170 + 176)/2Sedangkan DSO nya adalah,
DSO = 360 hari = 28,3 hari12,7
Kita juga bisa menghitung DSO langsung dengan rumus sebagai berikut.
DSO = Rata-rata Piutang
Penjualan Setahun /360 = 173 = 28,3 Hari2200/360
RASIO MANAJEMEN ASET
MENGEVALUIR TOTAL ASET : Rasio Perputaran Aset (Assets Turnover Ratio)Ratio ini mengukur efisiensi penggunaan seluruh aset dalam menciptakan penjualan perusahaan dengan total aset yang lebih sedikit tapi mampu menghasilkan penjualan yang sama, dinilai mempunyai efisiensi penggunaan aset yang lebih baik. Raio yang digunakan adalah, Perputaran Aset = Penjualan
(Rata-rata) Total AsetUntuk PT. TSR pada tahun 20X2,
Perputaran Aset = 2.200 = 2,45x(919 + 878)/2
RASIO-RASIO PENGELOLAAN HUTANG (FINANCIAL LEVERAGE)
Penggunaan hutang bagi perusahaan mempunyai beberapa dampak penting : Dengan menggunakan hutang pemilik perusahaan (pemilik ekuitas) tidak perlu berbagi kepemilikan dengan pemasok danaApabila perusahaan mampu menghasilkan laba dari investasi yang dibiayai dengan hutang tersebut, dan laba tersebut lebih besar dari biaya bunga yang harus dibayar, maka tingkat keuntungan pemilik perusahaan akan diperbesar (leveraged) sebagai akibat penggunaan hutang tersebut, meskipun risikonya juga meningkatPara Kreditur, sewaktu memberi pinjaman, akan memperhatikan jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ekuitasnya semakin aman buat mereka.Bagaimana Perusahaan Dibiayai ?
RASIO TOTAL KEWAJIBAN DENGAN TOTAL ASET (Liabilities to Assets Ratio).Untuk keperluan analisis keuangan perusahaan, sering kali perlu dibedakan antara kewajiban (liabilities) dan hutang (debt). Debt adalah liabilities yang menimbulkan beban bunga, sehingga muncul akun biaya bunga di laba rugi. Meskipun debat juga merupakan bagian dari liabilities, semuanya harus dilunasi. Tetapi ada juga jenis kewajiban yang tidak menimbulkan beban bunga secara eksplisit, seperti accounts payable, accrued taxes, dan accrued wage..Kreditur biasanya lebih tertarik pada kemampuan perusahaan membayar semua kewajibannya, bukan hanya debat saja. Karena itu rasionya adalah,
Liabitlies to Assets Ratio = Total LiabilitiesTotal Aset
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2, Liabilities to Assets Ratio = (261 + 100) = 0.41
878
Angka ini menunjukkan sekitar 0.59 aset dibiayai oleh ekuitas. Semakin tinggi proporsi
aset yang biayai oleh ekuitas, semakin “aman” kreditur untuk memperoleh kembali
pinjaman yang diberikan.
RASIO HUTANG TERHADAP EKUITAS (Debt to Equity Ratio)
Meskipun digunakan istilah debt, tapi para kreditur akan menggunakan liabilities dalam perhitungan
rasio ini. Rasio ini dinyatakan sebagai,
Dept to Equity Ratio = Total Liabilites Total Ekuitas
Untuk PT. TSR tahun 20X2,
Debt to Equity Ratio = (261 + 100) = 0,70517
KEMAMPUAN MEMBYAR BUNGA Times Interest Earned Ratio (TIE). Ratio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan membayar biaya bunga dengan menggunakan laba operasi yang dihasilkannya. Semakin besar, semakin bagus kemampuannya. Rasio ini dihitung dengan :
TIE = Laba OperasiBiaya Bunga
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2
TIE = 300 = 5.3656
Berarti pada tahun 20X2 PT. TSR mampu menghasilkan laba operasi 5.36x biaya bunga yang harus
dibayar. Apabila TIE <1, maka berarti perusahaan tidak mampu membayar bunga dari laba
operasinya.
DEBT SERVICE COVERAGE (DSC)Kewajiban yang harus dibayar dari penggunaan suatu sumber dana mungkin bukan hanya berasal dari pembayaran biaya bunga. Mungkin ada juga pembayaran angsuran pokok pinjaman dan biaya sewa (Leasing). Kemampuan membayar kewajiban-kewajiban tersebut bukan berasal hanya dari laba operasi, tetapi juga dari depresiasi dan amortisasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur DSC juga dari depresiasi dan amortisasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur DSC adalah :
DSC = EBITDA + Pembayaran SewaAngsuran Pokok PinjamanBiaya bunga + sewa + (1-t)
Misalkan PT. TSR tidak menggunakan pendanaan Leasing sehingga tidak ada pembayaran sewa, tetapi
perlu melunasi angsuran pokok pinjaman sebesar Rp 100 juta pada tahun 20X2 (ditunjukkan turunnya
jumlah hutang jangka panjang dari Rp 200 juta menjadi Rp 100 juta), maka DSCnya adalah :
DSC = 350 + 0 = 1,72 56 + 0 + 100/ (1-0,32)
Angka tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 20X2 perusahaan masih mampu membayar kewajiban financialnya
(dalam bentuk pembayaran bunga dan angsuran pokok pinjaman) dari kegiatan operasinya (yaitu dari EBITDA-nya).
Mengapa jumlah angsuran pokok pinjaman perlu dibagi dengan (1-t) hal ini disebabkan karena sementara bunga bisa
dipakai mengurangi beban pajak, pembayaran angsuran pokok pinjaman tidak bisa. Karena itu perlu dibagi dengan (1-
t).
Kreditur jangak pendek lebih memperhatikan DSC, sedangkan kreditur jangka panjang lebih memperhatikan TIE.
RASIO-RASIO LIKUIDITASLikuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban Financial yang harus segera dipenuhi (kewajiban jangka pendek). Kewajiban Financial jangka pendek terlihat pada neraca sebagai kewajiban lancar. PT. TSR pada tahun 20X2 mempunyai kewajiban lancar sebesar RP 261 juta. Apakah perusahaan bisa melunasinya tahun depan ? Rasio-rasio yang bisa dipergunakan adalah,
RASIO LANCAR ATAU CURRENT RATIO (CR)Rasio ini mengukur seberapa banyak aset lancar bisa dipakai untuk melunasi kewajiban lancar. Dinyatakan dalam rumus,
CR = Aset LancarKewajiban Lancar
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2, CR = 328 = 1,26
261
Artinya, seandainya semua aset lancar perusahaan diubah menjadi kas, maka jumlah kas tersebut
bisa dipakai untuk melunasi kewajiban lancarnya lebih dari cukup (yaitu 1,26 kali)
QUICK atau ACID TEST RATIO
Karena persediaan merupakan akun yang paling lama untuk berubah menjadi kas (yaitu harus berubah dulu menjadi piutang), dan tingkat kepastian nilainya rendah (nilai persediaan mungkin tidak seperti yang tercantum pada neraca seandainya dijual, terutama untuk barang dalam proses), maka akun persediaan dikeluarkan dari perhitungan. Dengan demikian rasionya dinyatakan sebagai :Quick Ratio = Aset Lancar – Persediaan
Kewajiban LancarUntuk PT. TSR pada tahun 20X2.
Quick Ratio = 328 – 112 = 0.83261
Nampak bahwa kalau persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan, jumlah kas dan piutang tidak cukup
untuk membayar kewajiban lancarnya.
RASIO NILAI PASAR
Rasio ini mengukur bagaimana pasar modal (para pemodal) menilai suatu perusahaan. Bisa terjadi dua
perusahaan menghasilkan laba setelah pajak yang sama, tetapi pasar menilai mereka tidak sama. Demikian
juga bisa terjadi dua perusahaan mempunyai nilai buku ekuitas yang sama, tetapi pasar memberikan nilai
pasar yang berbeda. Beberapa rasio yang sering dihitung adalah,
PRICE EARNINGS RATIO (PER)Rasio ini membandingkan harga saham per lema (yang ditentukan di pasar modal) dengan laba per lembar saham atau Earnings per share (EPS). EPS dihitung dengan membagi EAT dengan jumlah lembar saham, PER dihitung dengan :
Misalkan jumlah lembar saham PT. TSR adalah 1 juta lembar, dan harga saham pada akhir tahun 20X2 sebesar Rp 600. Karena EAT pada tahun 20X2 sebesar RP 166 juta, maka EPS = Rp 166 juta : 1 juta = RP 166Maka, PER PT. TSR pada tahun 20X2,
PER = Harga Saham per LembarLaba per lembar saham
PER = 600 = 3.6166
Apabila pasar modal efisien, rasio ini mengindikasikan pertumbuhan laba perusahaan.
Semakin tinggi PER, para pemodal memperkirakan pertumbuhan laba perusahaan
semakin tinggi.
MARKET TO BOOK VALUE RATIO (MBV) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) rasio ini disebut sebagai Price to Book Value (PBV). Rasio membandingkan antara harga saham per lembar dengan nilai buku ekuitas per lembar. Karena itu dinyatakan sebagai :MBV = Harga saham per lembar
Nilai buku ekuitas per lembar saham
Dari neraca pada 20X2 diketahui bahwa nilai buku ekuitas sebesar Rp 517 juta. Dengan jumlah lembar
saham sebanyak 1 juta lembar maka nilai buku ekuitas per lembar saham = Rp 517 juta + 1 juta = Rp 517
Karena itu MBV PT. TSR pada tahun 20X2 adalah :
MBV = 600 = 1,16517
Semakin tinggi MBV (atau PBV) menunjukkan penilaian para pemodal yang makin baik terhadap suatu
perusahaan. Angka 1,16 menunjukkan bahwa para pemodal menghargai PT. TSR 0,16 di atas ekuitas
yang sudah diinvestasikan.
Kita bisa menghitung MBV bank Mandiri dan Unilever pada tabel 5.3 yaitu MBV (mandiri) = 2.49 dan
MBV Unilever = 15.30
BAGAIMANA MENGGUNAKAN RASIO-RASIO KEUANGAN Pada umumnya digunakan dua cara untuk menafsirkan rasio-rasio keuangan. Dengan menggunakan asumsi bahwa metode akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan konsisten dari waktu ke waktu, dan sama dengan dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan lain (kalau ternyata berbeda, maka analis keuangan perlu melakukan penyesuaian), maka rasio-rasio keuangan yang dihitung bisa ditafsirkan dengan :Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan dimasa yang lalu.Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan-perusahaan lain dalam suatu industri.Cara kedua relatif lebih baik karena bisa mengetahui kedudukan relatif perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Apakah kita berada di atas rata-rata, di bawah rata-rata atau termasuk rata-rata. Sayangnya ada kecenderungan untuk menjadi makin sulit mengelompokkan perusahaan ke dalam satu industri yang sama, karena banyak perusahaan yang tidak hanya menjalankan satu jenis bisnis saja.Cara lain adalah dengan membandingkan rasio keuangan dengan kebijakan yang diambil perusahaan. Beberapa rasio keuangan bisa dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan seperti dalam hal, penjualan kredit dan persediaan. Misalkan perusahaan mengambil kebijakan kredit menjuala secara kredit dengan jangka waktu 3 bulan.
Dengan demikian maka periode rata-rata pengumpulan piutang seharusnya juga akan sekitar 90 hari, atau perputaran piutang sebanyak 4x dalam satu tahun. Perusahaan mungkin juga merumuskan kebijakan persediaan barang jadi sebesar 1 bulan penjualan. Apabila kebijakan dirumuskan seperti itu, maka perputaran persediaan barang jadi akan berkisar 12x dalam satu tahun. Sayangnya tidak semua jenis rasio bisa dibandingkan dengan kebijakan keuangan, sehingga penggunaan perbandignan dengan rasio tahun lalu dan/atau industri lebih sering dipergunakan.Tabel 5.7 Rasio keuangan beberapa jenis industri perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010
Industri Profit Margin
(%)
ROE (%) ATO *(x) DER PER PBV
Rokok
Semen
Obat-obatan
Makanan terbaik
14,2
30,1
13,8
11,1
35,4
25,7
10,9
27,8
1,83
0,84
1,29
1,58
0,92
0,63
1,44
2,90
19,87
16,64
10,43
6,18
7,08
4,65
2,89
2,10
ATO = Asset Turnover = Perputaran Aset
ANALISIS KEUANGAN SISTEM DU PONT DAN ANALISIS BASIC EARNINGS POWERDua sistem analisis keuangan yang menggunakan rasio keuangan, yaitu sistem Du Pont dan Basic Earnings Power, perlu kita pahami kesamaan dan perbedaannya. Kedua analisis tersebut memusatkan analisis pada ROE, semakin tinggi ROE akan makin baik bagi pemilik ekuitas. Tetapi meggunakan pendekatan yang berbeda.Sesuai pendekatan Du Pont maka :ROE = ROA x Equity MultiplierIngat ROA (atau ROI) menunjukkan rasio antara laba setelah pajak dengan total Asset. Sedangkan Equity multiplier menunjukkan rasio antara total Asset dengan equity. Semakin banyak hutang yang digunakan semakin besar equity multipliernya.Jadi analisa Du pon mengatakan bahwa apabila suatu perusahaan menggunakan hutang yang makin banyak (berarti equity multipliernya, makin tinggi) tetapi mampu memperoleh ROA yang sama, maka perusahaan tersebut akan mempunyai ROE yang lebih tinggi.Rumus Du Pont tersebut apabila kita terapkan untuk PT. TSR pada tahun 20X2 hasilnya adalah :
ROE = 18,5% x [{(919 + 878)/2} / {(438 + 517)/2}]= 18,5% x 1,881= 34,8%
Analisis Basic Earnings Power (BEP) menggunakan permikiran bahwa peningkatan ROE bisa dilakukan dengan meminjam lebih banyak asal dana pinjaman tersebut bisa menghasilkan BEP yang lebih besar dari tingkat bunga pinjaman. Yang kedua, ROE akan meningkat apabila BEP makin tinggi.Berikut diilustrasikan contoh numerikal untuk menjelaskan kedua analisis tersebut dan mengapa sebenarnya kedua analisis tersebut (yaitu sistem Du Pont dan BEP) mempunyai pemikiran yang sama untuk dapat meningkatkan ROE.Misalkan ada dua perusahaan, PT. Anna dan PT. Paramita, mempunyai ROA yang sama, yaitu 10% dalam setahun. Laba setelah pajak kedua perusahaan tersebut masing-masing RP 2100 dengan total aset masing-masing sebesar Rp 21.000. PT. Anna tidak mempunyai hutang, sedangkan PT. Paramita mempunyai hutang Rp 10.000, dengan bunga 12% setahun. Kedua perusahaan membayar pajak penghasilan 30%.Sesuai dengan pendekatan Du Pont, maka mestinya PT. Paramita mempunya ROE yang lebih tinggi (karena ROA-nya sama sedangkan hutangnya lebih besar). Berapa ROE kedua perusahaan tersebut ?
Tabel 5.8 Perbandingan ROA, ROE, dan BEP, PT. ANNA dan PT. PARAMITAPT. ANNA PT. PARAMITA
EBIT
Bunga
3000
0
4.200
0,12 x Rp 10.000 = 1.200
Laba Sebelum Pajak
Pajak (30%)
3000
0
3000
900
EAT 2100 2100
Total Aset
Hutang
Ekuitas
21000
21000
21000
10000
11000
ROA
ROE
BEP
= (2100 /21000) x 100% = 10%
= (2100 /21000) x 100% = 10%
= (3000/21.000) x 100% = 14,3%
=(2100/21000) x100% =10%
=(2100/11000) x 100% = 19,1%
= (4200/21000) x 100% = 20%
Bagaimana menghitung ROE dana BEP kedua perusahaan tersebut ? kita mulai menghitungnya dari bawah,
mulai dari baris EAT (laba setelah pajak). Kedua perusahaan memperoleh EAT yang sama, yaitu Rp 2100.
Karena tarif pajak penghasilan yang dibayar sebesar 30%, maka laba sebelum pajak = Rp 2100/0,7 = Rp 3000.
PT. Anna tidak menggunakan hutang, dan karenanya tidak membayar bunga, maka EBIT (laba sebelum bunga
dan pajak) juga sebesar Rp 3000 PT. Paramita membayar bunga Rp 1.200 (karena mempunyai hutang RP
10.000 dengan bunga 12%), maka EBITnya = Rp 4.200
PT. Paramita mempunyai hutang Rp 10000, maka ekuitasnya = Rp 21.000 – Rp 10.000 = RP 11.000. Sedangkan PT. Anna karena tidak mempunyai hutang, ekuitasnya = total asetnya, yaitu Rp 21.000Perhitungan rasio-rasio keuangan tinggal menggunakan angka-angka yang sudah kita hitung tadi. Rasio-rasio keuangan tersebut menunjukkan bahwa ROE Paramita > ROE Anna, seperti yang tadi dijelaskan oleh analisis Du Pont. Mengapa bisa demikian ? Analisis BEP memberikan jawabnya. Karena (1) BEP Paramita > BEP Anna, dan (2) BEP Paramita > dari suku bunga pinjaman.