modul k3lh
DESCRIPTION
k3lhTRANSCRIPT
Bahan ajar SMK
1.1. Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Deskripsi K3
Dalam rangka memasuki era pasar/ perdagangan bebas tingkat negara
negara Asean yang dikenal dengan istilah Asean Free Trade Agreement (AFTA)
dan perdagangan bebas ting kat asia pasifik (APEC) serta per dagangan bebas
tingkat dunia World Trade Organization (WTO) yang akan diberlakukan pada
tahun 2020, dan dalam perdagangan bebas ter sebut K3 merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi bagi industri di Indonesia.
Yang dimaksud dengan pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah langkah atau tahapan yang dilakukan untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya berbagai kecelakaan ditempat kerja. Jenis kecelakaan
yang terjadi antara lain karena faktor pekerja itu sendiri (kemampuan,
pengetahuan dan ketrampilan), faktor salah prosedur penggunaan alat dan faktor
lingkungan sekitar proses kerja berlangsung serta faktor manajemen kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dideskripsikan sebagai
persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja atau karyawan
perusahaan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dijelaskan bahwa ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
yaitu untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadi an lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kece lakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotor an, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi,
suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, pe racunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerja nya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, bina tang, tanaman atau
barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempur nakan pengamanan pada peker jaan yang bahaya
kecelakaan nya menjadi bertambah tinggi.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1970 dijelaskan bahwa kewajiban dan atau hak tenaga kerja adalah untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat ke selamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan ; Menyatakan keberatan kerja pada
pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan ker ja serta alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan diragukan oleh nya kecuali dalam hal-hal
khusus ditentukan lain oleh pegawai peng awas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung jawabkan
Menindaklanjuti upaya untuk menyongsong dan sekaligus memenang kan
era perdagangan bebas, maka pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen
Tenaga Kerja dan Trans migrasi (Depnakertrans) telah mener bitkan suatu
peraturan yang berkait an dengan manajemen K3. Peratur an tersebut adalah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per.05/MEN /1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Didalam Permenaker di atas, pada pasal 2
ayat (1) dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang memper kerjakan tenaga
kerja sebanyak se ratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat meng
akibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja, wajib me nerapkan sistem manajemen K3. Ayat (2) sistem
manajemen kese lamatan dan kesehatan kerja wajib dilaksanakan oleh
pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Okasatria Novyanto (2008) menjelas kan bahwa Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang me liputi struktur organisasi, perencana an,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembang an, penerapan, pencapaian, pengkaji an dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Tujuan dari SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang
melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Sedang kan manfaat yang diperoleh dari penerapan SMK3 bagi
industri atau perusahaan yakni :
a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.
d. Meningkatkan image pasar ter hadap perusahaan.
e. Menciptakan hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan.
f. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.
Tugas Aplikasi KonsepBerdasarkan pembahasan tentang deskripsi K3 di atas, lakukan wawan
cara dengan tenaga kerja dan atau pengusaha dari suatu perusahaan yaitu
berkisar tentang :
1. Apakah pekerja dan atau pe ngusaha mengetahui tentang K3 ?
2. Apakah pekerja mengetahui ke untungan bagi pekerja bila K3 diterapkan pada
suatu perusaha an?
3. Apakah pekerja memperhatikan atau menerapkan K3 pada saat bekerja di
tempat kerja?
4. Apakah pengusaha mengetahui peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang K3?
5. Apakah pengusaha mengetahui keuntungan bagi perusahaan bila K3 diterapkan
pada suatu perusa haan?
6. Apakah perusahaan memiliki struk tur organisasi K3?
7. Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memahami K3 dan tidak
memahami K3.
8. Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memperhati kan atau
menerapkan K3 pada saat bekerja.
9. Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja belum mengetahui K3?
10. Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja tidak menerap kan K3?
A. Persyaratan produksi
B. Keselamatan kerja di tempat kerja
Kesadaran tentang penerapan K3LH dewasa ini semakin meningkat, ter
utama pada organisasi perusahaan yang bergerak di bidang usaha perta nian
atau perkebunan. Kesadaran tentang penerapan K3LH tersebut sejalan
dengan penerapan peraturan sistem manajemen mutu ISO 14000 yaitu bagi
organisasi perusahaan yang memerlukan pe ngakuan standar Internasional.
Untuk mempermudah pelaksanaan penerapan K3 LH tersebut, perlu di ketahui
beberapa pengertian atau istilah-istilah umum yang biasa diper gunakan yaitu
sebagai berikut :
a. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan erat dengan
mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan
lingkungan serta caracara me lakukan pekerjaan.
b. Sasaran Program K3
Sasaran program K3 adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. Tempat tempat kerja
tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian/ perkebunan,
peternakan, perikanan, industri pengolahan, pertambangan, perhubungan, jasa
dan sebagainya.
c. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup maupun
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
digunakan oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha.Tempat kerja tersebut
terdapat sumber-sumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air, maupun di udara yang menjadi ke wenangan suatu badan usaha
atau perusahaan. Dalam bidang perkebunan, yang disebut dengan tempat kerja
adalah tempat dimana kegiatan perkebunan biasa dilaksanakan, yaitu areal
pembibitan, areal penanaman, termasuk laboratorium, dan bengkel pertanian.
d. Perusahaan
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja
dengan tujuan untuk mencari laba atau tidak, baik milik perorangan, kelompok,
swasta maupun milik negara.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan,
baik di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi standar kebutuhan masyarakat.
f. Tujuan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan semua
unsurunsur yang terdapat da lam suatu instansi atau perusahaan dimana
dilakukan kegiatan kerja. Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja
adalah semua personil dan suatu instansi atau perusahaan termasuk didalamnya
adalah pihak manajer, tenaga kerja dan orangorang yang terkait dengan
kegiatan perusahaan tersebut.
g. Penerapan Prosedur K3
Setiap organisasi perusahaan wajib melaksanakan ketentuanketentuan :
Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap pe nerapan sistem
manajemennya
Merencanakan pemenuhan ke bijakan, tujuan dan sasaran pe nerapan K3
Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan
dan mekanisme pen dukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melaku kan tindakan
perbaikan dan pen cegahan.
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara
berkesinambungan de ngan tujuan meningkatkan kinerja.
B.1. Instruksi Kerja Pengendalian Resiko
Dalam melaksanakan pekerjaan, kecelakaan dapat terjadi secara tak
terduga. Untuk menghindari dan meminimalkan terjadinya kecelakaan maka
perlu disusun instruksi kerja. Pembuatan instruksi kerja disesuaikan dengan
keadaan peralatan yang dipakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau
disiapkan oleh perusahaan untuk menghindari ter jadinya kecelakaan kerja,
antara lain :
Pada setiap laboratorium atau bengkel atau ruangan dibuatkan tata tertib yang
harus dipatuhi oleh semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan.
Didalam tata tertib tersebut perlu dijelaskan halhal yang harus dilakukan dan
tidak boleh dilakukan serta ancaman sanksi yang akan dikenakan jika melanggar
tata tertib.
Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus dibuatkan
instruksi kerjanya. Instruksi kerja tersebut langsung ditempelkan pada alat atau
di tempattempat tertentu sedemiki an rupa, sehingga setiap operator alat yang
akan menggunakan alat dapat membaca petunjulk peng operasian alat. Hal ini
untuk meng hindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian alat.
Selain itu, dengan adanya pe tunjuk pengoperasian maka siapa pun yang akan
mengoperasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat
menyebabkan kecelakaan operator atau kerusakan alat.
Pada setiap ruangan agar dibuat kan posterposter keselamatan kerja dan
labellabel yang me nunjukkan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi.
Pem buatan label dan poster tersebut harus dibuat sedemikian rupa se hingga
mudah dibaca bagi setiap orang.
Bahanbahan berbahaya seperti bahan kimia, fungisida, bakterisida, rodentisida,
herbisida, insektisida, pupuk anorganik dan sebagainya, diberikan label dan
tanda dengan menggunakan lambang atau tulisan peringatan pada wadah
adalah suatu tindakan pencegahan yang sangat penting.
Aneka label dan pemberian tanda, diberikan sesuai dengan sifat ba han yang
ada. Beberapa label dan pemberian tanda dapat dipakai dengan menggunakan
lambang yang sudah diketahui secara umum. Dengan demikian masya rakat
mudah mengenal dan me respon maksud dan tujuan label atau tanda atau
lambang yang telah dipasang.
B.2. Dasardasar Keselamatan Kerja dan Resiko
Beberapa ketentuan yang mem bahas dasar-dasar keselamatan ker ja
dan resiko adalah sebagai berikut :
Persyaratan Keselamatan untuk Perkakas, Mesin dan Bahan Kimia Berbahaya
Mengingat sangat bervariasinya per kakas, mesin, bahan kimia berbahaya
dan cara kerja yang diguna kan dalam bidang pertanian (perkebunan), maka
tidak semuanya akan dibicarakan, baik dalam kaitan dengan pemilihan perkakas,
mesin dan bahan kimia berbahaya tetapi prinsipprinsip umum akan diuraikan .
a. Syaratsyarat umum
Semua perkakas, mesin dan bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam
pertanian (perkebunan) harus ::
Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja sesuai ke tentuan dalam
standar internasional atau nasional dan rekomen dari pihak berwenang, apabila
tersedia;
Digunakan hanya untuk pekerja an yang telah dirancang atau dikembangkan,
kecuali jika suatu penggunaan tambahan yang diusulkan telah dinilai oleh
seorang yang kompeten dan telah dinyata kan aman penggunaannya.
Digunakan atau dioperasikan oleh para pekerja yang telah dinilai ber kompeten
dan atau memiliki serti fikat keterampilan yang sesuai.
Perkakas, mesin dan peralatan harus mempunyai disain dan konstruksi yang
baik, dengan mem pertimbangkan prinsip kesehatan, keselamatan dan
ergonomik, dan mereka harus dipelihara dengan kondisi yang baik.
Setiap perkakas, mesin dan peralatan harus secara rutin diperiksa berdasarkan
suatu penilaian yang lengkap dari semua kriteria terkait harus digunakan saat
pemilihan suatu mesin. Hal ini membantu untuk menciptakan suatu Iingkung an
kerja yang sehat dan produktif serta memastikan bahwa mesin tersebut tepat
untuk tujuan yang dimaksudkan.
Pengusaha atau produsen alat dan mesin harus menyediakan instruksi dan
informasi K3 yang jelas dan menyeluruh tentang penggunaan dan pemeliharaan
perkakas dan bahan kimia ber bahaya bagi operator/ pengguna.
Peralatan harus dirancang agar gampang dan aman dalam peme liharaan dan
sedikit perbaikan di tempat kerja. Para pekerja harus dilatih untuk melakukan
pemeli haraan dan perbaikan kecil pada mesin dan peralatan mereka. Jika tidak
bisa dilakukan, seorang yang kompeten harus mudah dihubungi dari tempat
kerja. Fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan pe ralatan dan perkakas harus
di sediakan. Disarankan penyedia an fasilitas perbaikan dan pemeli haraan
peralatan dan perkakas dekat dengan tempat berteduh atau fasilitas perumahan.
Pada tempat perbaikan harus disediakan fasilitas bengkel de ngan perkakas dan
peralatan pemeliharaan yang sesuai, agar pekerjaan pemeliharaan dan re parasi
dilaksanakan dalam kondisi aman, tanpa terganggu oleh kon disi cuaca yang
buruk, serta tidak mengganggu lingkungan di sekitar bengkel.
b. Peralatan tangan
Penggunaan peralatan tangan banyak digunakan untuk jenisjenis
pekerjaan yang ringan dan memerlu kan spesifikasi kerja tertentu. Ada beberapa
hal yang harus diperhati kan dalam penggunaan peralatan tangan, yaitu :
Peralatan tangan untuk memotong dan memisahkan benda harus dibuat dari
baja berkualitas baik sehingga menjaga sisi pe motongan dan efektivitasnya de
ngan pemeliharaan minimum.
Bagian alas dari suatu alat untuk memotong dan memisahkan harus dipasang
dengan aman pada tangkai dengan suatu alat efektif, sebagai contoh baji, paku
keling atau baut.
Tangkai harus memberikan suatu genggaman yang kuat dan harus terbuat dari
kayu berkualitas baik atau bahan lain yang sesuai
Spesifikasi perkakas, seperti ukur an, panjang tangkai dan berat harus sesuai
untuk memenuhi ke butuhan dari pekerjaan dan keada an fisilk dari pemakai.
Jika tidak digunakan, perkakas bersisi tajam harus diberi sarung dengan alat
yang sesuai.
c. Mesin portable
Kendali mesin seperti gergaji rantai, gergaji sikat dan pemotong rumput harus
ditempatkan dengan nyaman dan fungsinya ditandai dengan jelas.
Posisi dan dimensi tangkai harus nyaman bagi operator dalam semua sikap
kerja normal.
Tingkat kebisingan, getaran dan emisi buangan yang berbahaya harus serendah
mungkin sesuai dengan kemajuan teknologi.
Bahan bakar dan minyak pelumas yang digunakan harus da pat dihancurkan
secara biologis (ramah lingkungan) sehingga me ngurangi bahaya polusi gas
buang dan tumpahan.
Semua alat pelindung harus pada tempatnya dan secara teratur diperiksa
kerusakan yang timbul.
d. Permesinan otomatis atau mesin konvensional
Mesin harus dilengkapi dengan alat penahan goncangan, tempat duduk dapat
disetel sepenuhnya untuk pengemudi dan dipasang sabuk pangaman yang
sesuai.
Ruang operator harus dirancang dan ditempatkan sehingga sesuai dengan
ukuran badan operator yang kemungkinan besar meng gunakan mesin tersebut.
Cara masuk dan keluar dari me sin, seperti anak tangga, tangga dan pintu,
harus di rancang untuk menyediakan tumpuan tangan dan kaki dengan suatu
ketinggian dan jarak yang nyaman.
Mesin harus dilengkapi dengan struktur perlindungan berguling, .
Kabin tempat operator bekerja harus memenuhi persyaratan dan dilindungi dari
obyek yang jatuh.,
Mesin harus dilengkapi suatu alat penyetop yang tidak dapat kem bali sendiri,
mudah dicapai, dan ditandai dengan jelas dari posisi kerja normal operator.
Untuk mesinmesin yang meng gunakan sistem transmisi atau kopling, maka jika
tidak dipakai, persneling harus dalam keadaan tersambung.
Rem parkir harus mampu untuk menjaga mesin dan beban lajunya pada saat
dioperasikan pada la han yang miring,
Pipa pembuangan harus dileng kapi dengan penangkap percikan. Mesin yang
dilengkapi dengan turbo chargers tidak memerlukan penangkap percikan.
1. Pakaian dan Peralatan Pelindung Kerja
Penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja, sangat dibutuhkan
bagi pekerja. Kesadaran tersebut per lu dipelihara dan ditingkatkan untuk
mencapai mutu keselamatan dan ke sehatan kerja serta lingkungan hidup.
a. Pakaian kerja
Pakaian kerja yang dipakai di lapangan, bagi pekerja bidang pertanian,
harus memenuhi beberapa kriteria, secara umum adalah :
Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja tetap kering
dan berada pada temperatur yang nyaman. Untuk bekerja di daerah yang ber
iklim panas dan kering, pakaian yang sesuai harus digunakan untuk menghindari
radiasi panas yang berlebihan dan memudah kan pengeluaran keringat.
Pakaian pelindung yang sesuai harus disediakan jilka ada suatu resiko radiasi
UV atau potensi bahaya biologik, seperti tumbuhan beracun, infeksi dan
binatang.
Pakaian harus mempunyai warna yang kontras dengan lingkungan pertanian
untuk memastikan bah wa para pekerja kelihatan dengan jelas.
Penggunaan alat pelindung diri harus dianggap sebagal suatu upaya terakhir,
bila pengurangan resiko dengan caracara teknis atau organisatoris tidak
mungkin dilakukan. Hanya dalam keadaan ini alat pelindung diri yang
berhubungan dengan resiko spesifik tersebut digunakan.
Alat pelindung diri untuk pekerjaan bidang pertanian dilapangan harus memiliki
fungsi yang spesifik.
Bila pekerjaan dilakukan dengan menggunakan bahan kimia berbahaya, alat
pelindung diri harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan
kimia ditempat kerja.
Alat pelindung diri harus meme nuhi standar internasional atau nasional.
b. Alat pelindung diri
Ada beberapa jenis alat pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di
lapangan sesuai dengan jenis pekerjaanya antara lain: sarung tangan, sepatu
lapangan, topi pengaman, penutup muka, penutup mata, penutup telinga, dan
penutup mulut .
Sarung tangan dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan bahan
kimia beracun, seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan sebagainya.
Untuk jenis sarung tangan yang dipakai adalah sarung tangan yang terbuat dari
karet tidak tem bus bahan cairan. Sedangkan untuk pekerjaan di laboratorium
biasanya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat asbes tahan
panas.
Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang diguna kan adalah
jenis pekerjaan lapang an. Alat ini digunakan untuk me lindungi kaki pada saat
bekerja di lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang berba haya di
lapangan. Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis se patu bot, yang terbuat
dari karet atau plastik. Lihat Gambar 1.1.
Topi pengaman (Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melin dungi kepala dari
kemungkinan bendabenda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat memanen
buah. Lihat Gambar 1.2
Penutup bagian muka diperguna kan untuk jenis pekerjaan lapang an, jika
kondisi lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari
debu yang berterbangan pada saat bekerja. Contoh penutup ba gian muka dapat
dilihat pada Gambar 1.3
Pelindung atau penutup mata. Janis alat ini dipakai untuk me lindungi mata pada
saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari bendabenda yang
berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat bekerja di laboratorium.
Alat pelindung mata sesuai kondisi lapangan dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan hidung
dari bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan pestisida,
gas be racun atau debu. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 1.5.
2. Pelaksanaan Kerja Berdasarkan Rekomendasi Aman; Pengujian dan Sertifikasi Peralatan
Untuk menjamin agar tidak terjadi kecelakaan atau hambatan pada saat
kegiatan dilaksanakan, maka alat alat yang akan dipergunakan harus terlebih
dahulu dilakukan pengecekan yaitu memastikan bahwa alatalat tersebut
berfungsi sesuai rancangan dan dibuat memenuhi syarat kese lamatan kerja
Gambar 1.1 Sepatu Lapangan
Gambar 1.2 Pelindung Kepala (Helmet)
Gambar 1.3 Pelindung Muka
Pengujian peralatan tersebut harus dilakukan oleh lembaga atau institusi
yang berwenang menguji dan me miliki sertifikat untuk peralatan yang
menggunakan mesin dan sensitifitas tinggi. Sedangkan untuk peralatan manual,
jika memungkinkan operator dapat melakukannya sendiri. Pengu jian dilakukan
secara reguler, dan hasil pengujian dilaporkan kepada perusahaan, untuk
dilakukan tindak an semestinya. Peralatan yang me menuhi standar keselamatan
kerja diterbitkan sertifikat. Sedangkan peralatan yang rusak, disarankan untuk
diperbaiki agar dapat berfungsi se bagaimana mestinya.
3. Resiko Pekerjaan Diidentifikasi dan Tindakan Diambil untuk Mengurangi Resiko
Lingkup kerja bidang pertanian, khususnya perkebunan terbagi dalam dua
kategori, yaitu di laboratorium dan di lapangan. Kedua jenis resiko kedua
pekerajan ini berbeda, karena karakteristiknya. Karena itu resiko pekerjaan
dibedakan menjadi; tanpa oksigen kebakaran tidak akan terjadi, dan tanpa
bahan yang mudah ter bakar tak mungkin kebakaran terjadi dan tanpa panas
kebakaran juga tak akan terjadi. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
terjadinya ke bakaran yaitu :
a. Nyala api dan bahan pijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik,
kemudian terbakar dan menyala terus menerus sampai habis. Kemung kinan
terbakar atau tidak suatu bahan tergantung pada :
Sifat bahan padat; yaitu sangat mudah atau agak mudah atau bersifat sukar
terbakar
Ukuran zat; jika suatu zat atau bahan berjumlah sedikit maka tidak cukup
menimbulkan panas sehingga kebakaran tidak akan te jadi.
Keadaan zat padat
Cara menyalakan
Gambar 1.4 Pelindung Mata
Gambar 1.5 Masker Pelindung Mulut Saat Menggunakan Pestisida
b. Penyinaran
Terbakarnya bahanbahan yang ber sifat mudah terbakar oleh benda pijar
atau nyala api, tidak harus terjadi karena persentuhan. Semua sumber panas
akan memancarkan gelom bang elektromagnetis yaitu sinar infra merah. Jika
gelombang elektromagnetis me ngenai benda, maka pada benda tersebut akan
dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Akibatnya benda yang disinari
akan bertambah panas dan bila panas tersebut sampai pada titik nyala maka
benda tersebut akan terbakar.
c. Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api maka kebakaran akan terjadi.
Besar kecilnya kebakaran sangat tergantung pada jumlah (volume) gas atau
uap.
d. Percikan api
Pencikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakar nya
campuran gas, uap atau debu dan udara dapat menyala. Biasanya percikan api
tidak dapat menyebab kan benda terbakar. Karena tidak cukup energi dan panas
yang ditim bulkan. Percikan api dapat ditimbul kan oleh hubungan arus pendek,
ataupun oleh terjadinya kelistrikan statis, yaitu akibat pergesekan dua buah
benda yang bergerak.
e. Terbakar sendiri
Kebakaran yang terjadi secara sendiri disebabkan karena seonggok an
bahan bakar mineral padat atau zatzat organik. Kebanyakan, minyak mudah
terbakar, terutama minyak tumbuhtumbuhah. Banyaknya panas yang tejadi
ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan de ngan udara. Karena itu
perlu diiden tifikasi bahan-bahan yang mudah terbakar untuk ditempatkan pada
tempat yang aman.
f. Reaksi kimia
Reaksireaksi kimia dapat menghasil kan panas yang dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran. Fospor kuning teroksidasi sangat cepat bila bersing
gungan dengan udara. Natrium dan kalium akan cepat bereaksi bila tercampur
dengan air, dan akan me lepaskan gas hidrogen yang mudah terbakar jika suhu
udara di atas 400 oC. Asam nitrat yang mengenai bahanbahan organik akan
menye babkan terjadinya nyala api.
g. Kebakaran karena listrik
Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam bidang
pertanian khususnya perkebunan ba nyak menggunakan listrik sebagai sumber
tenaganya. Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan
keselamatan kerja listrik yaitu pedoman keselamatan kerja listrik; menyangkut
tenaga kerja, organisasi dan cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan
pedoman per tolongan terhadap kecelakaan. Perlengkapan pakaian kerja bagi
tenaga kerja yang berkecimpung dengan kelistrikan, harus memiliki sifatsifat
sebagai berikut :
Cukup kuat dan tahan gesekan.
Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada bagian ujung lengan.
Celana panjang.
Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.
Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator.
Topi helm terbuat dari plastik, kuat, dan memiliki sifat isolator sesuai dengan
tegangan yang dihadapi di lapangan.
Sarung tangan panjang, lemas, kuat, dan memiliki daya isolator yang sesuai.
Sarung tangan untuk bekerja adalah lemas, kuat, dan tahan gesekan terhadap
kawat penghantar.
Pedoman instalasi dan syaratsyarat perlengkapan listrik yaitu sebagai berikut:
1). Pemasangan peralatan listrik
Pemasangan transformator, pa nel, sakelar, motor, dan alatalat listrik lainnya, di
tempat kerja harus dilaksanakan sedemikian se hingga tidak terdapat bahaya
kon tak dengan bagianbagian yang bertegangan.
Manakala ruangan dan persyarat an pelayanan memungkinkan, alat alat dan
pesawat listrik harus di tempatkan dalam ruangan ter pisah yang ukurannya
memadai, dan hanya orangorang berkom peten boleh masuk ke dalam ruang
tersebut.
Jika alatalat atau pesawat listrik terpaksa ditempatkan di tempat kerja dalam
ruang produksi, ha rus dibuat pagar pengaman untuk melindungi bagian atau
penghan tar yang bertegangan.
Pagar pengaman berfungsi men cegah kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat
dari kayu, besi pipa, besi siku, kawat baja, besi pelat berlubang atau plastik.
Dalam hal ini, kayu kering atau plastik me miliki sifat yang lebih bailk, karena
zatzat tersebut tidak menghantar kan listrik. Namun, kayu memiliki kerugian
karena mudah terbakar. Rangka besi harus disertai hu bungan ke tanah secara
tepat.
Perlu dipasang papan tanda la rangan masuk bagi mereka yang tidak
berkepentingan dan disertai peringatan "Awas bahaya listrik". Tanda peringatan
di pasang pada tempat masuk ke ruangan, de ngan huruf yang jelas dan mudah
dibaca.
Terdapat kesesuaian dalam ba nyak hal mengenai normanorma bagi pagar
pengaman untuk me sin dan pesawat listrik.
Petugas perawatan peralatan lis trik harus tahu benar bahaya-bahaya yang
berkaitan dengan instalasi listrik dan peralatan lainnya,
Bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan pembuatan tutup
pengaman bagi panel listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Peraturan Instalasi Listrik (PULL) dan per aturanperaturan lain tentang ke
selamatan kerja listrik.
Pemasangan instalasi listrik di perusahaan dan tempat kerja, tergantung dari
konstruksi bangunan, ukuran dan pembagian beban, penempatan mesinmesin,
pesa wat dan alat listrik, keadaan ruang kerja seperti berdebu, panas, lembab,
dan lainlain
2). Sakelar
Apapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis, harus
memenuhi syarat keselamatan. Sakelar untuk keperluan motor, pesawat listrik,
instalasi cahaya dan tenaga, harus ditutup.
Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, karena bagian terbuka yang
bertegangan akan menimbulkan bahaya tekanan arus listrik sehingga dapat
meng akibatkan loncatan api, bila sakelar diputuskan arusnya.
Sakelar tuas harus tertutup, tutup dan poros pegangan (handel) harus
dihubungkan ke tanah
Sakelar tuas harus di pasang sedemikian rupa sehingga bagian yang dapat
digerakkan dalam ke adaan tidak ada hubungan (tidak bertegangan)
Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi, sakelar harus dipasang di
luar batas jangkauan tangan dan pelayanannya dilakukan dengan menggunakan
tongkat pengaman.
Bila pemasangan seperti butir 3 dan 4 tidak dimungkinkan, sakelar tersebut
harus tertutup atau di pagar secara tepat agar tidak membahayakan, sedangkan
pela yanannya tetap dilakukan dengan memakai tongkat pengaman.
Untuk keperluan pemakaian se cara umum, dianjurkan agar di pakai sakelar
putar dan tombol tekan, karena bagian yang bertegangan berada di tempat
tertutup. Sakelar yang dapat me nimbulkan loncatan api harus di pasang dalam
peta penghubung.
Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.
3). Sekring dan pengaman otomatis
Instalasi atau pesawat listrik di amankan dengan penggunaan se kring atau
pengaman otomatis
Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus, manakala ter jadi arus lebih
sebagai akibat ke salahan hubungan tanah, hubung an pendek dan beban lebih.
Pengaman arus lebih yang di tempatkan pada setiap bagian ins talasi yang
diamankan, harus me miliki jenis dan ukuran yang se suai, yaitu memutus arus
apabila arus yang lebih dari batas yang ditentukan melaluinya.
Pemasangan sekring pada me sinmesin dan peralatan listrik ti dak hanya
ditentukan oleh kekuatan arus, tetapi juga oleh tenaga listrik yang tersedia dari
transformator atau generator, kemung kinan terjadinya hubungan tanah, beban
lebih dan hubungan pen dek yang membahayakan.
Pengaman dengan sekring, melindungi mesin, peralatan, dan tenaga kerja.
Penggunaan sekring harus dise suaikan dengan kuat arus yang tertera pada
sekring.
Sebelum pemasangan, kabel kabel yang bersangkutan harus bebas arus dan
tegangan.
Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan pemeriksaan segera
terhadap faktor penyebab nya seperti adanya hubungan pendek atau beban
lebih.
Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan ukuran yang sama.
Dilarang menggunakan sekring yang telah rusak dan diperbaiki.
Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan instalasi tegangan tinggi, untuk arus
yang besar, dan juga untuk instalasi tegangan rendah.
Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat sesaat dan ada pula
yang disertai perlengkapan perlam batan waktu. Menurut bekerjanya pengaman
otomatis tergantung pada jenis termis dan jenis magnetis. Pengaman otomatis
jenis termis be kerja atas dasar peningkatan suhu, maka tergantung pada suhu
ruang an. Sedangkan pengaman otomatis jenis magnetis, bekerja atas dasar
kuat arus yang melalui jaringan instalasi.
AIat listrik memiliki ukuran pengaman otomatis untuk dipasang. Perawatan
terhadap pengaman otomatis dilaku kan oleh tenaga ahli yang berpe ngalaman.
4. Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya ke bakaran, beberapa hal yang perlu dilakukan
pencegahan dan per lindungan yaitu :
a). Penyimpanan
Dalam pengorganisasian usaha ke selamatan kerja terhadap bahaya
kebakaran, perhatian yang cermat harus diberikan tehadap lokasi dan disain
gudang. Aneka bahan, khusus nya zatzat yang dapat terbakar merupakan
sumber utama terjadinya. Dalam perencanaan gudang atau tempat
penyimpanan bahan, baik sifat maupun bentuk bahan harus diperhatikan. Zat
cair yang memiliki titik nyala lebih kecil dari 320C harus ditempatkan dalam
wadah atau tangki tertutup dan disimpan dalam tangki dan ditempatkan di
tempat yang terpisah atau di luar gudang dan jauh dari bahanbahan lain yang
mudah terbakar.
b). Pengolahan
Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan yang kurang
berbahaya ditinjau dari segi kebakaran, maka resiko dapat dikurangi atau
ditiadakan. Jumlah bahan yang mu dah terbakar sedapat mungkin di kurangi
dalam penggunaannya pada proses produksi. Zat padat yang mudah terbakar
harus diletakkan tersusun rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan.
Bahan cair yang mudah terbakar harus disalur kan ke tempat kerja melalui
pipapipa penyalur atau drumdrum yang di lengkapi dengan pompa tangan. Perlu
dilakukan pengaturan agar ba han cair tidak tumpah ke sekitar, misalnya dengan
penempatan drum drum pada landasan yang me nampung bahan tertumpah.
c). Meniadakan sumber kebakaran
Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara
bahanbahan yang mu dah terbakar dan alat pemanas.
Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah dengan
pengendalian proses secara tepat.
Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang
memadai dan sebaiknya disertai dengan sistem kontrol di antara pemanas dan
ventilasi.
Bahanbahan yang dapat ter ba kar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada
kenaikan suhu.
Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi
standar atau ketentuan yang berlaku
Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi panas
akibat gesekan.
Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja
5. Resiko Bahanbahan Kimia
Bekerja di bidang pertanian atau per kebunan, penggunaan bahan kimia
tidak bisa dihindarkan, terutama da lam pengendalian organisme peng ganggu
tanaman. Untuk menghindari bahaya dari bahanbahan kimia tersebut, ada
beberapa hal yang harus diperhati kan, antara lain bacalah etiket kemasan
bahan kimia yang ada. Kenali sifatsifat bahan kimia ter sebut, apakah bahan
tersebut dapat menyebabkan gangguan atau iritasi terhadap tubuh atau tidak,
dan guna kan alat pelindung, baik untuk ta ngan, muka ataupun hidung agar
terhindar dari bahaya bahan kimia. Penggunaan bahan kimia berbahaya, jika
mungkin harus dikurangi. Jika penggunaannya tidak dapat dihindar kan, maka
harus digunakan dalam batasbatas aman, baik terhadap ma nusia, hasil produksi
dan lingkungan.
6. Keracunan Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang biasa dipergunakan untuk mengen
dalikan hama dan penyakit tanaman. Sifat pestisida tersebut sangat berbahaya
terhadap kesehatan karena dapat menyebabkan sakit atau ke matian.
Berdasarkan cara pengguna annya dikenal insektisida yang di semprotkan
dalam bentuk aerosol maupun pengasapan (fumigan). Keracunan insektisida
cepat terjadi melalui beberapa cara, seperti kulit, mulut atau hisapan udara
melalui hidung. Keracunan melalui kulit mudah terjadi jika kulit terbuka. Ka rena
itu, proses pembuatan larutan dan penyemprotan pestisida harus dilakukan
secara hatihati dan meng gunakan peralatan pelindung agar pestisida tidak
terkena tubuh, seperti penggunaan masker, sarung tangan, pakaian yang
tertutup dan lainya.
Beberapa hal penting agar terhindar dari bahaya keracunan pestisida antara
lain :
Semua pestisida adalah racun berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu
harus dijauhkan dari makanan, minuman dan he wan ternak.
Jangan mencampur pestisida me lebihi takaran yang ditentukan pabrik
pembuatnya.
Perhatikan tandatanda peringatan pada kaleng kemasan, cara pe nyimpanan
dan cara pencampur annya, dan penggunaan.
Alatt pencampur dan penyimpan pestisida harus diletakkan terpisah dari gudang
dan dijauhkan dari jangkauan anak anak.
Hindari kontak langsung antara tubuh dengan pestisida. Kontak dengan
pestisida tidak boleh lebih dari 8 jam setiap harinya, karena dapat terjadi
penyerapan melalui kulit.
Hindari makan, minum dan me rokok sewaktu menyemprot insektisida.
Setelah menyemprot dengan pes tisida, cucilah pakaian dan badan dengan air
yang mengalir dan menggunakan sabun.
Jangan menyemprotkan pestisida berlawanan arah angin
Jika alat penyemprot pestisida tersumbat, jangan sekalikali ditiup atau dihisap
dengan mulut.
Gunakan pelindung badan, ketika melakukan penyemprotan.
Tugas Aplikasi Konsep
1. Lakukan pengamatan dan catat hal-hal berkaitan dengan penerapan prosedur
K3 di perusahaan pertanian atau perkebunan.
2. Berdasarkan data yang Anda kumpulkan berapa jumlah pekerja yang
menerapkan prosedur K3 dan yang tidak menerapkannya.
3. Kumpulkan keterangan/ alasan tentang pekerja yang tidak me nerapkan
prosedur keselamatan kerja
C. Hak dan kewajiban tenaga kerja
Hak Dan Kewajiban Buruh/Pekerja Dalam Pelaksanaan K3 (Pasal 12 Uu
1/1970)
c.1. Kewajiban pekerja :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau ahli K3.
2. Memakai alat pelindung diri.
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
c,2, Hak pekerja :
1. Meminta kepada pengusaha agar melaksanakan semua syarat K3 yang
diwajibkan.
2. Menyatakan keberatan untuk bekerja apabila syarat-syarat K3 dan alat pelindung
diri tidak memenuhi syarat.
C3. Hak Perusahaan :
1. Meminta pekerja untuk mentaati syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk K3
Tindakan Pidana Pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 dengan ancaman hukuman
maksimum 3 (tiga) bulan penjara atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000,-
(Pasal 15 ayat 2 UU No. 1/1970).
D. Sistem manajemen kerja
1.2. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan SOP
A. Penerapan SOP K3
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja para pekerja serta
dalam upaya peningkatan kualitas terhadap tingkat kepuasan pelang gan dari
suatu organisasi perusaha an yang menghasilkan produk ba rang atau jasa
maka diperlukan ada nya Standard Operating Procedure (SOP) atau dikenal
dengan istilah Prosedur Operasi Standar (POS). Produk pertanian atau
perkebunan memiliki sifat relatif mudah rusak, baik pengaruh faktor internal
maupun eksternal. Akibat pengaruh faktor internal yaitu bahwa secara alamiah
produk pertanian atau perkebunan bersifat biologis, sehingga pada proses
penanganan sejak di kebun/ lahan sampai dengan dipanen terjadi proses
metabolisme secara terus menerus. Sehingga produk tersebut perlu prosedur
penanganan atau operasi kerja terstandar agar produk tidak rusak atau
penurunan kualitas. Demikian pula pengaruh faktor eksternal dapat memicu laju
penurunan kualitas produk. Misal pengaruh kekeringan dapat menimbulkan
gangguan fisiologi tanaman yang diusaha kan sehingga dapat terjadi kematian
atau gagal panen. Demikian pula hasil panen yang tidak ditangani secara baik
hingga suhu dan ke lembaban tinggi dalam suatu ruang pasca panen maka
dapat terjadi kerusakan karena infeksi fungi. Memperhatikan fenomena resiko
yang dapat ditimbulkan akibat cara kerja yang tidak baik maka proses kegiatan
pertanian atau perkebunan memerlukan cara-cara kerja yang ber pedoman pada
standar. Penanganan proses produksi di kebun harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip-prinsip budidaya yang baik dan benar yaitu dikenal dengan
istilah Good Agricultural Practices disingkat GAP. Perusahaan perkebunan besar
biasa nya telah memiliki suatu pedoman kerja dan standar prestasi kerja.
Pedoman kerja atau prosedur ope rasi standar disusun untuk pekerjaan di kebun
atau di lahan dan untuk pekerjaan pengolahan hasil dipabrik. SOP atau POS
merupakan uraian tahapan suatu pekerjaan yang harus diikuti oleh pekerja
dalam melakukan suatu pekerjaan. Sifatnya memberi penjelasan bagaimana
suatu proses pekerjaan yang seharusnya dijalan kan secara konsisten, efektif
dan efisien agar dapat dicapai hasil yang berkualitas. Produk berkualitas ada lah
sesuai harapan pelanggan, har ganya terjangkau dan mudah/cepat diperoleh.
B. SOP budidaya pertanian dan SOP pasca panen
SOP budidaya tanaman perkebunan secara prinsip mencakup uraian
tahapan pekerjaan dimulai dari pe kerjaan:
a. Proses budidaya tanaman
Penyiapan lahan
Pembibitan tanaman
Penanaman tanaman
Pemeliharaan tanaman
Pemanenan
b. Standarisasi
c. Sarana budidaya tanaman
d. Pelestarian lingkungan
e. Pengawasan
Sedangkan SOP pada pekerjaan pasca panen meliputi:
a. Proses penanganan pasca panen
b. Standarisasi
c. Sarana pasca panen
d. Pelestarian Lingkungan
e. Pengawasan
SOP budidaya tanaman perkebunan pada setiap komoditas berbeda
sub stansinya. Demikian pula SOP pasca panen pada setiap komoditas ber beda
substansinya. Berikut ini disaji kan contoh kerangka SOP pasca panen kakao.
Anonim ( ) menjelaskan kerangka SOP pasca panen kakao yaitu :
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Maksud
C. Tujuan
D. Ruang lingkup
II. Pengertian
III. Proses Penanganan pasca panen kakao
A. Diagram alir/alur proses
B. Panen
C. Sortasi buah
D. Pemeraman atau penyimpanan buah
E. Pemecahan buah
F. Fermentasi biji
G. Perendaman dan pencucian
H. Pengeringan biji
I.Sortasi dan pengkelasan biji kering
J. Pengemasan dan penyimpanan biji
IV.Standarisasi
V. Prasarana dan Sarana Penanganan pasca panen kakao
VI.Pelestarian Lingkungan
VII. Pengawasan
Tujuan yang ingin dicapai dari pe nerapan SOP Penanganan Pasca Panen
Kakao adalah:
a. Mempertahankan dan meningkat kan mutu biji kakao
b. Menurunkan kehilangan hasil atau susut hasil kakao
c. Memudahkan dalam pengangkut an hasil kakao
d. Meningkatkan efisiensi proses penanganan pasca panen kakao
e. Meningkatkan daya saing hasil kakao
f. Meningkatkan nilai tambah hasil kakao
Tugas Aplikasi Konsep
Setelah menyimak uraian tentang pelaksanaan kerja sesuai dengan SOP maka
jawablah pertanyaan se bagai berikut :
1. Bila suatu perusahaan perkebun an tidak memiliki SOP kegiatan budidaya
tanaman, kesalahan apa saja yang dapat ditimbulkan oleh pekerja?
2. Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman,
apa manfaat bagi pekerja?
3. Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman,
apa manfaat bagi pengusaha?
4. Bila Anda mengamati dua ke lompok pekerja yang satu me ngikuti SOP dan
lainya bekerja tanpa SOP. Kelompok manakah yang akan melakukan proses dan
hasil kerja yang berkualitas. Jelaskan!
Bila bekerja sesuai SOP maka akan diperoleh hasil yang ber kualitas dan
waktu yang efisien. Mengapa demikian?Jelaskan !
1.3. Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan
Kondisi darurat merupakan keadaan berbahaya, biasanya bersifat semen
tara (relatif singkat). Misalnya ke celakaan, kebakaran, dan sebagai nya. Dalam
kondisi berbahaya dan berlangsung dalam tempo tidak ter lalu lama, maka
sangat diperlukan prosedur untuk mengatasinya
.
A. Penanganan Kondisi Darurat di Lapangan (Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan)
Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan, yang dihadapi
oleh pekerja dalam bidang pertanian, khususnya di bidang perkebunan. Resiko
tersebut mulai dari halhal yang kecil seperti anggota tubuh terluka, digigit hewan
berbisa, keracunan bahan kimia/ pestisida dan lainlain yang mungkin terjadi. Bila
bekerja di lapangan, biasanya lokasi tempat bekerja jauh dari pemukiman. Jika
terjadi kecelakaan maka kepada setiap pekerja harus dibekali kemampuan untuk
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan Pertama (PP)
adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat
kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan per olongan
dari tenaga medis. Hal Ini berarti :
a. Pertolongan Pertama harus diberi kan secara cepat walaupun pe rawatan
selanjutnya tertunda.
b. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit bukan
menambah sakit korban.
Umumnya para pekerja bidang pertanian berada di lapangan, bekerja
dalam kelompok kecil di lokasi ter pisah, sehingga setiap pekerja harus dilatih
tentang PP. Beberapa ke trampilan dasar yang perlu dikuasai adalah bagaimana
melakukan resusitasi jantung paru (RJP), bagaimana mengatasi korban
tersedak, bagaimana mengatasi korban per darahan, bagaimana mengatasi kor
ban patah tulang, bagaimana me ngatasi korban luka bakar dan lain sebagainya.
Pelatihan pertolongan pertama harus dilakukan secara berulang pada interval
yang teratur, untuk memasti kan bahwa ketrampilan dan penge tahuan tidak
ketinggalan jaman atau dilupakan. Ketetapan tentang fasilitas PP dan personil
yang terlatih harus ditetapkan melalui peraturan Alat atau kotak PPPK yang
dirawat dengan baik harus siap tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap
pencemaran, kelembaban dan ko toran. Wadah ditandai dengan jelas dan tidak
berisi apapun selain peralat an PPPK. Semua operator harus diberitahu tentang
lokasi peralatan PPPK dan prosedur untuk mem peroleh persediaan. Kotak
PPPK
B. Prosedur Penanganan Darurat di ikuti Berdasarkan Standar Pe rusahaan
dan Persyaratan Kerja
Bagi organisasi perusahaan perke bunan besar, biasanya dalam pe
nanganan kondisi darurat mengguna kan prosedur sesuai standar yang te lah
ditetapkan. Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di tempat ker ja, ada
beberapa hal yang harus dipahami oleh semua pihak, antara lain :
a. Pengusaha harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi
resiko keselamat an dan kesehatan kerja secara sistematis yang mungkin timbul
dari pekerjaan di bidang pertanian /perkebunan.
b. Identifikasi meliputi potensi baha ya dan resiko yang nyata dan potensi timbulnya
kecelakaan ker ja dan situasi darurat.
c. Untuk masingmasing kegiatan dan tugas harus dilakukan eva luasi resiko. Setiap
resiko harus diidentifikasi dan dicatat.
d. Prosedur harus dipelihara untuk mengevaluasi resiko dan penga ruh dari potensi
bahaya yang ter identifikasi, dengan memperhati kan frekuensi kecelakaan yang
sering terjadi.
e. Berdasarkan hasil evaluasi resiko, perusahaan harus menetapkan tujuan untuk
menurunkan resiko sampai tingkat serendah mungkin, dan melaksanakan
tindakan pen cegahan yang sesuai.
f. Para manajer, penyelia dan peker ja harus terlibat dalam identifikasi resiko dan
pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan atau ling kungan kerja.
Pasmajaya (2008) menjelaskan bah wa prinsip dasar penanganan keada an
darurat di antaranya :
a. Pastikan Anda bukan menjadi kor ban berikutnya. Seringkali lengah atau kurang
berpikir panjang bila menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum menolong korban,
pe riksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
b. Pakailah metode atau cara per tolongan yang cepat, mudah dan efesien.
c. Pergunakanlah sumber daya yang ada; baik alat, manusia maupun sarana
pendukung lainnya. Bila bekerja dalam tim, buatlah pe rencanaan yang matang
dan dipahami oleh seluruh anggota.
d. Buatlah catatan usaha-usaha per tolongan yang telah dilakukan yakni memuat
identitas korban, tempat dan waktu kejadian. Catatan tersebut berguna bagi
penderita untuk mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.
Gambar 1.6 Kotak PPPK
Sedangkan tahapan secara umum pertolongan pertama yaitu :
a. Jangan Panik
b. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
c. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
d. Perhatikan tanda-tanda shock
e. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
f. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Beberapa contoh kasus dan tindakan pertolongan pertama (pasmajaya, 2008)
yaitu sebagai berikut:
a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak
kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan te naga, dehidrasi
(kekurangan cair an tubuh), hiploglikemia, animea.
Gejala Penanganan
Perasaan limbung Pandangan berkunang-kunang Telinga berdenging Nafas tidak teratur Muka pucat Biji mata melebar Lemas Keringat dingin Menguap berlebihan Tak respon (beberapa menit) Denyut nadi lambat
Baringkan korban dalam posisi terlentang Tinggikan tungkai melebihi ting gi jantung Longgarkan pakaian yang me ngikat dan
hilangkan barang yang menghambat pernafasan
Beri udara segar Periksa kemungkinan cedera lain Selimuti korban Korban diistirahatkan beberapa saat Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi,
posisi stabil kemudian rujuk ke instansi ke sehatan
b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami ke kurangan cairan. Hal
ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang ma suk.
Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi
disebabkan ka rena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak
keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala Penanganan
Gejala dehidrasi ringan Kekurangan cairan 5% dari berat badan Penderita merasa haus Denyut nadi lebih dari 90 kali per menitGejala dehidrasi sedang Kekurangan cairan antara 5%-10% dari berat badan Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit Nadi lemah Sangat hausGejala dehidrasi berat
Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
Mengganti elektrolit yang le mah
Mengenal dan mengatasi kom plikasi yang ada
Memberantas penyebabnya Rutinlah minum jangan
tunggu haus
Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan Hipotensi Mata cekung Nadi sangat lemah, sampai tak terasa Kejang-kejang
c. Asma yaitu penyempitan/ gangguan saluran pernafasan
Gejala Penanganan
Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
Terdengar suara nafas tambah an Otot Bantu nafas terlihat me nonjol (dileher) Irama nafas tidak teratur Terjadinya perubahan warna kulit
merah/pucat/ kebiruan/ sianosis) Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Tenangkan korban Bawa ketempat yang luas dan sejuk Posisikan ½ duduk Atur nafas Beri (bantu) oksigen bila diperlukan
d. Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan
keras
Gejala Penanganan
Warna kebiruan/merah pada kulit Nyeri jika di tekan Kadang disertai bengkak
Kompres dingin Balut tekan Tinggikan bagian luka
e. Luka yaitu suatu keadaan terputus nya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba
karena kekerasan/injury.
Gejala Penanganan
Terbukanya kulit Pendarahan Rasa nyeri
Bersihkan luka dengan anti septic (alcohol/boorwater)
Tutup luka dengan kasa steril/ plester Balut tekan (jika pendarahan nya
besar) Jika hanya lecet, biarkan ter buka
untuk proses pengeringan luka
f. Luka bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat
membakar).
Gejala Penanganan
Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen
Perhatikan keadaan umum penderita Pendinginan yaitu dilakukan de ngan
membuka pakaian penderita/ korban. Kemudian, merendam dalam air atau air mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk daerah wajah, cukup di kompres air.
Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat melekat pada luka
Penderita dikerudungi kain pu tih Luka jangan diberi zat yang tak larut
dalam air seperti mentega, kecap Khusus untuk luka bakar di daerah
wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh
g. Gigitan binatang; gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupa kan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang
me ngancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis;
yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko
infeksi pada gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa.
Gejala Penanganan
Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik.
Bila pendarahan, segera dira wat kemudian dibalut.
h. Gigitan ular; tidak semua ular ber bisa, akan tetapi hidup penderita/ korban
tergantung dari ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan
ambillah sikap menganggap bahwa ular tersebut berbisa. Sifat bisa atau racun
ular terbagi menjadi 3, yaitu :
Gejala Penanganan
Hematotoksin (keracunan dalam) Neurotoksin (bisa/racun menye
rang sistem saraf) Histaminik (bisa menyebabkan
alergi pada korban)
Terlentangkan/ baringkan pen derita dengan bagian yang ter gigit lebih rendah dari jantung.
Tenangkan penderita, agar pen jalaran bisa/racun ular tidak se makin cepat
Cegah penyebaran bisa pende rita dari daerah gigitan yaitu:
Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkak an untuk membendung se bagian
aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi alir an arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
Letakkan daerah gigitan dari tubuh Lakukan kompres es Usahakan agar penderita se tenang mungkin,
bila perlu berikan petidine 50 mg/im un tuk menghilangkan rasa nyeri.
Perawatan luka Hindari kontak luka dengan larutan asam
KMn04, yo dium atau benda panas Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan ke
dalam lukanya, bila perlu pengeluar an ini dibantu dengan pe ngisapan melalui breast pump sprit atau dengan isapan mu lut sebab bisa ular tidak ber bahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
Perbaikan sirkulasi darah Kopi pahit pekat Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
i. Gigitan lipan
Gejala Penanganan
Ada sepasang luka bekas gigit an Sekitar luka bengkak, rasa ter bakar, pegal
dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya se telah 4-5 jam
Kompres dengan air dingin dan cuci dengan obat antiseptik
Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
j. Gigitan Lintah dan Pacet
Gejala Penanganan
Pembengkakan, gatal dan ke merah-merahan (lintah)
Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/ air garam
Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal
Kemudian hal yang perlu diketahui seorang pekerja dalam memberikan
pertolongan kepada pihak lain dapat berupa evakuasi korban. Bentuk bantuan
evakuasi korban yaitu me rupakan salah satu tahapan dalam pertolongan
pertama untuk memin dahkan korban ke lingkungan yang aman dan nyaman,
agar men dapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip evakuasi adalah :
a. Dilakukan jika mutlak perlu
b. Menggunakan teknik yang baik dan benar
c. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk me nyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
bahkan kematian.
Alat Pengangkutan
Untuk melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat
bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi
(medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan,
yaitu:
a. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pe
ngangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan. Bila petugas penolong
satu orang maka korban dapat dievakuasi dengan cara :
Dipondong; untuk korban ringan dan anak-anak
Digendong; untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
Dipapah; untuk korban tanpa luka di bahu atas
Dipanggul/digendong
Merayap posisi miring
Bila petugas penolong dua orang maka korban dapat dievakuasi dengan
memperhatikan yaitu pengangkutannya tergantung cidera penderita tersebut dan
diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk
mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung. Karena itu cara
evakuasi dapat dilakukan dengan cara:
Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
Model membawa balok
Model membawa kereta
b. Alat bantu evakuasi
Selain manusia, alat bantu evakuasi dapat digunakan :
Tandu permanen
Tandu darurat
Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
Tali/webbing
2. Pelaporan, Pencatatan, Penyelidik an dan Pemberitahuan Penyakit dan
Kecelakaan Kerja.
Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang kece
lakaan dan penyakit akibat kerja ha rus dilaksanakan untuk :
a. Menyediakan informasi yang da pat dipercaya tentang kecelakaan dan penyakit
akibat kerja pada tingkat perusahaan.
b. Mengidentifikasi permasalahan ke selamatan dan kesehatan kerja utama yang
timbul dari kegiatan perkebunan.
c. Menentukan prioritas tindakan.
d. Meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
e. Memantau keefektifan tingkat ke puasan keselamatan dan kesehat an kerja.
Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh
pengusaha, mengenai pengaturan, pelaporan, pencatatan dan pemberi tahuan
informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keadaan berikut
merupakan hal yang harus dilaporkan dan diberitahukan :
a. Semua kecelakaan fatal
b. Kecelakaan kerja yang menye babkan hilangnya waktu kerja, dan kerugian tidak
bermakna.
c. Semua penyakit akibat kerja, yang terjadi pada setiap orang, apakah orang yang
dipekerjakan atau usaha mandiri.
Untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal, pencatatan
pada tingkat perusahaan diperluas dari syaratsyarat yang ditetapkan di atas,
yaitu kecelakaan selama per jalanan pulang pergi, kecelakaan dan kejadian
berbahaya yang tidak me nyebabkan hilangnya waktu kerja.
Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang ke
celakaan dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar. Semua
kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis dengan
menggunakan suatu format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang harus diberitakan dan format standar pemberitahuan
yang disaran kan harus ditetapkan melalui peratur an secara nasional.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang
disyaratkan oleh peraturan, antara lain kepada :
a. Keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin:
b. Otoritas yang kompeten;
c. Otoritas gantirugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau penjamin
asuransi)
d. Badan/ instansi yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja
nasional.
e. Badan/instansi lain yang terkait.
Tugas Aplikasi Konsep
Jelaskan makna dari P3K !
1. Bila Anda seorang pekerja me mahami tentang K3, persiapan apa saja berkaitan
dengan P3K ?
2. Jenis kecelakaan apa saja yang sering terjadi pada kegiatan bu didaya
tanaman ?
3. Ketrampilan apa saja yang harus Anda miliki agar dapat mengobati diri sendiri
atau menolong orang lain yang mendapat suatu ke celakaan kerja ?
Tugas Penyelesaian Masalah1. Para pekerja di perkebunan, biasa nya bekerja secara terpencar sesuai ancak
atau blok-blok tanaman. Da lam melakukan tugasnya, pekerja sering
berhadapan dengan resiko kecelakaan binatang buas dan berbisa. Berkaitan
dengan kondisi di atas, perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan agar
Anda selamat dalam bekerja di lapangan ?
2. Tindakan apa sebagai pertolongan pertama yang akan Anda berikan kepada
teman saudara bila terluka atau terkena gigitan ular ?