modul jepang xi ips

Download Modul Jepang XI IPS

If you can't read please download the document

Upload: azhi-ima-awufi

Post on 05-Dec-2014

88 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Pendudukan Jepang di Indonesia ; ; ;Berasal dari pemikiran Hakko Ichiu (kesatuan keluarga umat manusia) Jepang berusaha membangun masyarakat dunia di bawah kendali mereka dengan melancarkan imperialisme da ekspansi ke Asia Tenggara 8 Maret 1942 panglima tentara Hindia Belanda (H. Ter Poorten) menandatangani piagam penyerahan tanpa syarat di Kalijati kepada Letjen. Hitoshi Imamura

DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA 1. ASPEK POLITIK ; Langkah awal dengan melarang rapat dan kegiatan politik. Dipertegas dengan dikeluarkannya UU. No. 2 yang membubarkan semua organisasi politik dan perkumpulan ; Membentuk Gerakan Tiga A yang berusaha mengerahkan dan merekrut tenaga rakyat yang akan dimanfaatkan dalam Perang Asia Timur Raya ; Gerakan ini tidak mampu bertahan lama karena kekejaman militer Jepang ; Langkah selanjutnya membentuk Putera dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual untuk bekerja sama demi kepentingan perang melawan sekutu ; Organisasi Putera dijadikan wadah oleh tokoh pergerakan Indonesia guna menggalang persatuan dan melakukan konsolidasi kekuatan ; Jepang kemudian membentuk Dinas Polisi Rahasia (Kempetai), tugasnya mengawasi dan menghukum pelanggaran terhadap pemerintah Jepang ; Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, para tokoh pergerakan Nasionalis memilih sikap kooperatif Propaganda yang dilakukan Jepang guna menarik simpati rakyat Indonesia Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu) Melancarkan semboyan 3A Melancarkan simpati lewat pendidikan belajar berbentuk beasiswa pelajar Menarik simpati umat Islam Melancarkan politik Dumping Mengajak tokoh-tokoh perjuangan nasional untuk bergabung Pembentukan badan-badan kerjasama oleh Jepang Putera (Pusat Tenaga Rakyat), tujuannya membujuk kaum nasionalis sekuler dan intelektual agar mengabdi kepada Jepang Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa), merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai profesi

; ; ; ; ; ; ; ;

Pada zaman pendudukan Jepang terdapat tiga pemerintahan militer di Indonesia

; ; ;

Pemerintahan militer Angkatan Darat (Gunseibu), membawahi daerah bagian Tengah (Jawa dan Madura) dengan Batavia sebagai pusat dan diperintah oleh tentara keenam belas pimpinan Hitoshi Imamura Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Rikuyun), membawahi daerah bagian barat (Sumatera) dengan Bukit tinggi sebagai pusat diperintah oleh Tentara Keduapuluh Lima pimpinan Jenderal Tanabe Pemerintahan militer Angkatan Laut (Kaigun), membawahi daerah bagian Timur (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian) dengan Ujung Pandang (Makassar) sebagai pusat pemerintahan, diperintah oleh Armada Selatan Kedua dengan nama Minseifu yang dipimpin oleh Laksamana Maeda Sesuai dengan Osamu Seirei (UU yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Keenam belas) No. 1 Pasal 1/7 Maret 1942 diketahui bahwa jabatan gubernur pada zaman Hindia Belanda dihapuskan dan diganti oleh panglima tentara Jepang di Jawa UU tersebut menjadi pokok dari peraturan ketatanegaraan masa pendudukan Jepang di Indonesia dan diketahui bahwa pembentukan pemerintahan militer di Jawa bersifat sementara Jepang menerapkan Sentralisasi kekuasaan melalui sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang). Jepang membentuk organisasi pemerintahan di tingkat pusat (Departemen) dan Dewan Penasehat (Cuo Sangi In)

; ; ; ;

A. Pemerintahan Militer Jepang

; ; ;

Secara garis besar, susunan pemerintahan militer Jepang terdiri atas : Gunshireikan (panglima tentara), disebut Saiko Shikikan (panglima tertinggi) merupakan pucuk pimpinan Gunseikan (kepala pemerintahan militer Jepang) yang dirangkap oleh kepala staf tentara Staf pemerintahan militer pusat disebut Gunseikanbu yang terdiri atas 5 macam bu (departemen)

; ;

Pada setiap Gunseibu ditempatkan beberapa komandan militer setempat yang bertugas memulihkan ketertiban, keamanan, menanam kekuasaan, dan membentuk pemerintahan setempat, serta wewenang untuk memecat para pegawai Belanda Gunshireikan menetapkan peraturan yang dikeluarkan oleh Gunseikan yang disebut Osamu Kenrei. Peraturan itu diumumkan dalam Kan Po (berita pemerintah), sebuah penerbitan resmi milik Gunseikanbu

B. Struktur Pemerintahan Sipil masa Pendudukan Jepang

C Dampak kebijakan militer Jepang di bidang politik dan birokrasi ; Terjadinya perubahan struktur pemerintahan dari sipil ke militer ; Terjadi mobilitas sosial vertikal (pergerakan soial ke atas dalam birokrasi) dalam ;masyarakat Indonesia Pengaruh baik berupa pelajaran berharga cara mengatur pemerintahan, karena kesempatan yang diberikan pemerintah Jepang dalam jabatan penting (Gubernur, Residen, Kepala Polisi)

2. ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL ; Sistem pemerintahan ekonomi pemerintah Jepang : ; Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang, dengan jalam menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, bank, dan perusahaan penting ; Menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sangsi yang berat guna mencegah meningkatnya harga barang ; Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem Autarki ; Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem Autarki dengan konsekuensi tugas rakyat beserta kekayaannya dikorbankan untuk kepentingan perang ; Sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang, pakaian compang-camping, penyakit gatal-gatal, dsb ; Pembebanan dalam menyerahkan bahan makanan dengan alokasi 30 % untuk pemerintah, 30 % untuk lumbung desa, dan 40 % menjadi hak milik.

;

Dampak yang ditimbulkan di bidang sosial

; Menghancurkan sumber daya alam ; Menimbulkan krisis ekonomi yang mengerikan

; Tingginya tingkat kematian ; Kerja paksa untuk kepentingan perang yang berkedok kerja bakti (Kinrohosi) ; Eksploitasi terhadap kaum wanita Indonesia, dijadikan wanita penghibur (Jung huLanfu)

;

Dampak positif kebijakan pemerintah Jepang di bidang Sosial

; Pembentukan Tonarigami (Rukun Tetangga) untuk memudahkan pengawasan dan ;mengorganisir kewajiban rakyat, serta mempermudah pengawasan dari pemerintah Desa Diterapkannya sistem birokrasi Jepang dalam pemerintahan di Indonesia sehingga terjadi perubahan dalam lembaga sosial di berbagai daerah

3. ASPEK KEBUDAYAAN Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Pada masa Belanda, Anda tentu masih ingat, yang dapat merasakan pendidikan formal untuk rakyat pribumi hanya kalangan menengah ke atas, sementara rakyat kecil (wong cilik) tidak memiliki kesempatan. Sebagai gambaran diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat: 1. Kulit putih (Eropa) 2. Timur Aing (Cina, India dll) 3. Pribumi Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini sebagai satu bentuk warisan Jepang.

Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan. Dengan melihat kondisi tersebut, Anda akan mendapatkan dua sisi, yaitu kelebihan dan kekuarangan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas. Sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru. Kondisi di atas tidak terlepas dari target pemerintah Jepang melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia Timur Raya, namun dengan jalan yang salah, karena harus melalui peperangan Asia Timur Raya. Satu hal yang paling menarik untuk Anda cermati adalah pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang ( kimigayo) . Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna. Ada hal yang perlu diketahui dari kebijakan pemerintah Jepang di bidang budaya yakni berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian di dalam masyarakat Indonesia. Adanya tradisi kebaktian, kerja keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melaui semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari analisa aspek militer).

3. ASPEK KEHIDUPAN MILITER Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia - Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus 42 Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943). Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.

a 9 Maret 1943 didirikan gerakan Seinendan (Barisan Pemuda). Pelantikannya dilakukan . 29 April 1943, dengan anggota 3500 pemuda. Tujuannya untuk melatih dan mendidik para pemuda, agar mampu menjaga dan mempertahankan tanah air dengan kekuatan sendiri. Persyaratan untuk menjadi Seinendan adalah: pemuda berusia 14 - 23 tahun. Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda. Simaklah gambar 4 diatas, selanjutnya simak uraian materi berikutnya!

b Pembentukan Barisan Pelajar ( Gokutai) untuk pelajar SD - SLTA, seperti terlihat pada . gambar 5 berikut ini:

c Pembentukan Barisan bantu Polisi ( Keibodan), dengan syarat yang lebih ringan dari . Seinendan, usia yang diprioritaskan 23 - 25 tahun. Untuk Keibodan ini ada keharusan untuk setiap desa (ku) yang memiliki pemuda dengan usia tersebut dan berbadan sehat wajib menjadi Keibodan. Sistem pengawasan Keibodan ini diserahkan pada Polisi Jepang. Ada beberapa istilah Keibodan sesuai dengan wilayah atau daerahnya seperti di Sumatera disebut dengan Bogodan sedangkan di daerah Angkatan Laut, khususnya di Kalimantan disebut dengan Borneo Konon Hokokudan dengan jumlah pasukan 28.000 orang. d Pembentukan barisan pembantu Prajurit Jepang ( Heiho) April 1943. Anggota Heiho . adalah pemuda berusia 18 - 25 tahun, dengan pendidikan terendah SD. Mereka akan ditempatkan langsung pada angkatan perang Jepang (AL - AD). Walaupun berstatus pembantu prajurit tetapi mereka dilatih untuk mampu menggunakan senjata dan mengoperasikan meriam-meriam pertahanan udara. Bahkan saat perang semakin hebat mereka diikutsertakan bertempur ke front di Solomon dan tempat lain. Disinilah para pemuda kita mendapat tempat latihan militer yang sesungguhnya dengan kemampuan yang tinggi. e Pembentukan Barisan Semi Militer khusus direkrut dari golongan Islam dengan nama : . Hizbullah (Tentara Allah) diantaranya tokoh Otto Iskandinata dan Dr. Buntaran Martoatmojo. f . Pembentukan Pasukan Pembela Tanah Air ( PETA) tanggal 3 Oktober 1943 dilakukan oleh Letjen Kumakici Harada melalui Osamu Seiri no. 44 yang mengatur tentang pembentukan PETA. Pembentukan PETA ini, Jepang bercermin dari Perancis saat menguasai Maroko dengan memanfaatkan pemuda Maroko sebagai tentara Perancis. Secara khusus penjelasan tentang PETA, akan lebih diperluas, karena peranan anggota PETA ini sangat besar dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankannya. Disinilah inti dari kekuatan militer RI nantinya (sering diistilahkan dengan embrio dari TNI). g Pembentukan Jawa Hokokai . Memasuki tahun 1944 kondisi Jepang bertambah buruk. Satu persatu wilayahnya berhasil dikuasai Sekutu, bahkan serangan langsung mulai diarahkan ke negeri Jepang sendiri. Melihat kondisi tersebut pada tanggal 9 September 1944 PM Kaiso mendeklarasikan janji kemerdekaan untuk Indonesia di kemudian hari. Janji ini sematamata untuk memotivasi bangsa Indonesia agar tetap setia membantu perjuangan militer Jepang dalam menghadapi Sekutu. Beberapa hari sesudah janji kemerdekaan dibentuklah Benteng perjuangan Jawa ( Jawa Sentotai) ini merupakan badan perjuangan dalam Jawa Hokokai, bahkan organisasi lainpun dibentuk seperti Barisan Pelopor ( Suisyintai) dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno, Sudiro, RP. Suroso, Otto Iskandardinata dan Dr. Buntaran Martoatmojo. Melalui bentuk-bentuk pelatihan militer di atas, Anda akan dapat memahami sisi positif dan negatif yang dapat dirasakan para pemuda Indonesia. Para pemuda kita tidak hanya dilatih kemampuan dan keterampilan militernya dalam menggunakan senjata tetapi sikap dan mental merekapun tanpa sadar dibentuk dengan suatu semangat Bushido (sikap para ksatria militer Jepang) baik disiplin, keuletan/daya juang yang tinggi, kerja keras, jujur dan berani menghadapi tantangan serta memiliki tanggung jawab. Sikap mental yang seperti ini akan menjadi kekuatan tersendiri dari para pemuda Indonesia dalam menghadapi kekejaman tentara Jepang seperti dalam pemberontakan PETA. Di sisi lain akan menjadi bekal dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia menghadapi tentara Sekutu, baik yang tergabung dalam laskar-laskar rakyat maupun yang akan menjadi tentara Inti Republik Indonesia. Seperti terlihat pada gambar 6 berikut ini.

Bagaimana dampak negatifnya? Anda tentu sudah dapat membayangkannya bagaimana bentuk eksploitasi (pengerahan) fisik terjadi, baik pada saat pelatihan maupun sesudah menjadi Tentara Sukarela yang dikirim untuk berperang. Mereka yang berada pada usia produktif (aktif 20 - 40 tahun) harus berjuang dengan taruhan nyawa demi membela kepentingan bangsa lain. Sementara bagi mereka yang tidak terjun langsung ke medan juang, tenaga mereka dipersiapkan untuk menyediakan fasilitas perang mulai dari perlengkapan fisik sampai pada penyediaan logistik/bahan makanan untuk tentara.

-

Peranan PETA dalam Kegiatan Pergerakan Nasional Indonesia pada Masa Pendudukan JepangPETA adalah suatu kesatuan militer bersenjata, yang dibentuk atas inisiatif Gatot Mangkupraja sehingga keberadaan PETA ada di bawah pengaruh Putera. Untuk membimbing dan mengawasi gerak gerik PETA, ditempatkan sejumlah pelatih (instruktur) yang berpangkat perwira ( Shidokan) dan bintara ( Shido Kasyikan) dari kalangan bangsa Jepang. Pada awalnya pembentukan organisasi PETA ini adalah untuk memenuhi kepentingan peperangan Jepang di lautan Pasifik dalam menghadapi Sekutu namun dalam perkembangan selanjutnya PETA sangat besar manfaatnya bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemenangan dalam perjuangan fisik membela dan mempertahankan kemerdekaan RI menghadapi Sekutu dan NICA serta Jepang sendiri. Para pemuda yang terlatih dalam PETA ini, nanti akan menjadi tenaga inti dalam pembentukan Tentara Nasional Indonesia. Seperti terlihat pada gambar 9 berikut ini.

Apakah Anda kenal tokoh di bawah ini seperti Jendral Sudirman, Jendral Achmad Yani atau Jendral A.H. Nasution? Mereka adalah mantan tentara PETA yang akhirnya memegang kendali dalam mengamankan dan menjaga keamanan wilayah RI seperti juga Jendral Bambang Sugeng, Jendral Soeharto, Jendral Umar