modul 6gggh

22
Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran waktu kerja (time study) yang pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator yang sudah terlatih untuk dapat menyelesaiakan pekerjaan secara spesifik, pada tingkat kecepatan normal, serta lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Dilakukannya penghitungan jumlah data yang diperlukan dalam pengukuran kerja waktu kerja juga memengaruhi apakah suatu sampel data yang digunakan sebagai bahan tolok ukur pengukuran tersebut sudah cukup dan seragam ataukah belum. Hal ini dikarenakan jika data yang dijadikan sampel tersebut tidak mencukupi kriteria syarat yang ditentukan maka hasil dari sebuah analisa pengukuran kerja pun nantinya kurang efektif untuk diterapkan. Usaha untuk menentukanlama kerja yang dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan“qualified”) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang Normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Pengukuran kerja seorang operator dalam melakukan pekerjaannya dapat dilihat dari bagaimana kurva

Upload: charis-cfc

Post on 29-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

JGGJGJU

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran waktu kerja (time study) yang pada dasarnya merupakan suatu

usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang

operator yang sudah terlatih untuk dapat menyelesaiakan pekerjaan secara

spesifik, pada tingkat kecepatan normal, serta lingkungan kerja yang terbaik pada

saat itu.

Dilakukannya penghitungan jumlah data yang diperlukan dalam pengukuran

kerja waktu kerja juga memengaruhi apakah suatu sampel data yang digunakan

sebagai bahan tolok ukur pengukuran tersebut sudah cukup dan seragam ataukah

belum. Hal ini dikarenakan jika data yang dijadikan sampel tersebut tidak

mencukupi kriteria syarat yang ditentukan maka hasil dari sebuah analisa

pengukuran kerja pun nantinya kurang efektif untuk diterapkan.

Usaha untuk menentukanlama kerja yang dibutuhkan seorang

Operator (terlatih dan“qualified”) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang Normal dalam lingkungan kerja yang

terbaik pada saat itu.

Pengukuran kerja seorang operator dalam melakukan pekerjaannya dapat

dilihat dari bagaimana kurva belajarnya. Kurva belajar dibutuhkan sebagai alat

analisa perubahan kinerja operator, sehingga demikian dapat dipelajari dan

diperbaiki jika terjadi penurunan kinerja atau kesalahan lainnya untuk dapat

menstandarkan kembali sistem kerjanya

Diperbaiki jika terjadi penurunan kinerja atau kesalahan lainnya untuk dapat

menstandarkan kembali sistem kerjanya.

Page 2: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 2

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada bab ini adalah :

1. Bagaimana cara melakukan penghitungan jumlah data yang diperlukan

dalam pengukuran waktu kerja?

2. Bagaimana melakukan pengukuran waktu kerja dari kurva belajar?

3. Bagaimana menentukan jumlah operator dan factor penyesuaian serta

kelonggaran sesuai dengan kondisi kerja?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada bab ini adalah pengukuran waktu kerja secara

langsung dengan menggunakan jam henti (stop watch) .

1.4 Tujuan Praktikum

Ada 2 tujuan yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum :

1.4.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari praktikum Pengukuran Waktu Kerja adalah agar

praktikan dapat :

a) Mengetahui dan mampu menerapkan teknik-teknik pengukuran waktu

kerja secara langsung (measurement atau time study ) khususnya

dengan menggunakan jam henti dan pengukuran waktu kerja secara

langsung.

b) Dapat memanfaatkan maksimal informasi yang diperoleh dari hasil

pengukuran waktu kerja untuk mengoptimalkan kinerja sistem.

c) Mengetahui rating performansi dan suatu sistem kerja.

d) Memahami manfaat dari kurva belajar (learning curve) dalam

melakukan pengukuran waktu kerja.

Page 3: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 3

1.4.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari praktikum Pengukuran Waktu Kerja adalah :

a. Mampu menguraikan tujuan dan maksud yang dilakukannya

pengukuran waktu kerja.

b. Mampu menguraikan suatu aktifltas pekerjaan menjadi elemen-elemen

kerja.

c. Mampu menentukan suatu siklus pekerjaan.

d. Mampu menghitung jumlah data yang diperlukan dalam pengukuran

waktu kerja.

e. Mampu menentukan faktor penyesuaian dan kelonggaran sesuai dengan

kondisi kerja.

f. Mampu menghitung data waktu baku.

g. Mampu menetukan waktu baku dengan menggunakan data waktu

gerakan (minimal dengan metode MOST dan MTM).

h. Mampu membuat dan menggunakan kurva dan data waktu siklus yang

diperoleh.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penyusunan laporan praktikum

ini penulis membagi dalam beberapa bab yaitu :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, perumusan

masalah, tujuan praktikum, pembatasan masalah, alat dan bahan yang digunakan,

prosedur praktikum, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk kegiatan praktikum.

Bab III Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada bab ini berisi tentang data pengamatan kerja operator pada waktu

praktikum, serta data diolah dan dihitung untuk pengukuran waktu kerja.

Bab IV Analisa

Pada bab ini berisi tentang analisa pengukuran waktu kerja.

Page 4: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 4

Bab V Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 5: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengukuran Waktu Kerja

Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan da1am merancang atau

memperbaiki suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja mutlak 3

berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan dalam berproduksi. Pengukuran

waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan

lamanya waktu kerja yang dibutuhkkan oleh seorang operator (yang sudah

terlatih) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat

kecepatan kerja yang normal, serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat

itu.

Dengan demikian pengukuran waktu ini merupakan suatu proses kuatitatif,

yang diarahkan untuk mendapatkan suatu kriteria yang obyektif. Study mengenai

pengukuran waktu kerja dilakukan untuk dapat melakukan perancangan atau

perbaikan dari suatu sistem kerja. Untuk keperluan tersebut, dilakukan penentuan

waktu baku, yaitu waktu yang diperlukan dalam bekerja dengan telah

mempertimbangkan faktor-faktor diluar elemen pekerjaan yang dilakukan.

Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan

atas dua kelompok besar :

a. Secara Langsung

Pengukuran waktu dengan jam henti (Stop Watch Jam )

Sampling pekerjaan ( Work Sampling )

b. Secara Tidak Langsung

Data Waktu Baku

Data Waktu Gerakan, terdiri dari :

- Work Faktor (WF) System

- Maynard Operation Sequece Time (MOST System )

- Motion Time Measurement ( MTM System )

4

Page 6: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 6

2.2 Metode Pengukuran Dengan Jam henti

Karakteristik sistem kerja yang sesuai :

Jenis aktivitas pekerjaan bersifat homogen

Aktivitas dilakukan secara berulang - ulang dan sejenis

Terdapat output yang riil, berupa produk yang dapat dinyatakan secara

kuantitatif Langkah - langkah pengukuran waktu kerja dengan jam henti :

Lakukan identifitas pekerjaan yang akan diamati dan diukur waktunya dan

deskripsikan maksud dan tujuan kepada seluruh pendukung sistem kerja

yang diamati.

Kumpulkan semua informasi mengenai proses yang dilakukan pada obyek

pengamatan seteliti mungkin

Uraikan pekerjaan dalam elemen - elemen aktivitas kerja yang lebih kecil

untuk memudahkan pengukuran.

Tetapkan tating performansi operator setiap elemen pekerjaan yang

dilakukan operator.

Lakukan pengukuran waktu kerja setiap elemen pekerjaan yang dilakukan

operator.

Lakukan pengukuran sejumlah yang diperlukan (dengan menggunakan uji

kecukupan data dan uji keseragaman data)

Tetapkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran

Tetapkan waktu baku dan sistem kerja yang diamati Asumsi Dasar Dalam

Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti :

Operator yang diamati memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan

pelaksanaan pekerjaan dengan baik (memiliki kemampuan dan ketrampilan

standart )

Teknik dan metode yang dilakukan dalam sistem pekerjaan yang diamati

harus baku dan standart

Kinerja sistem mampu dikendalikan untuk setiap periode kerja vang

disediakan

Lingkungan pendukung sistem kerja standart, tidak jauh berbeda dengan

saat dilakukan pengukuran.

Page 7: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 7

2.3 Waktu Baku

Penentuan waktu baku :

Waktu siklus : waktu hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam

stop watch.

Waktu normal : waktu kerja telah mempertimbangkan factor penyesuaian

Waktu baku waktu kerja dengan mempertimbangkan factor penyesuaian dan

faktor kelonggaran (allowance ).

2.3.1 Manfaat Waktu Baku

Penjadwalan produksi (Production Schedulling )

Perencanaan kebutuhan tenaga kerja ( Man Power Planning )

Perencanaan sistem kompensasi

Menunjukkan kemampuan pekerja berproduksi

Mengetahui besaran - besaran performansi sistem kerja berdasar data

produksi aktual

2.3.2 Faktor Penyesuaian

Maksud dimasukkannya faktor penyesuaian adalah untuk menjaga

kewajaran kerja, sehingga tidak akan terjadi kekurangan waktu karena terlalu

idealnya kondisin kerja yang diamati. Faktor penyasuaian dalam pengukuran

waktu kerja dibutuhkan untuk menentukan waktu normal dari operator yang

berada dalam sistem kerja tertentu.Beberapa metode dalam menentukan besar

faktor penyesuaian, antara lain :

Metode shumard

Metode Westinghouse

Metode Obyektif

Metode Bedaux atau sintesis

Page 8: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 8

2.3.3 Faktor Kelonggaran (allowance)

Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada

operator untuk melakukan hal - hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu

baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili

sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain :

Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah ( fatique )

Kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan

Pemberian faktor kelonggaran dan penyesuaian secara bersama - sama,

selayaknya dapat dirasakan adil (fair), baik dari sisi operator maupun dari sisi

manajemen.

2.4 Kurva Belajar

Kurva belajar menunjukkan tingkat penguasaan operator terhadap pekerjaan

yang dilakukannya (kondisi dan metode kerja sudah distandarkan). Kurva belajar

ini penting untuk diketahui dalam melakukan pengukuran waktu kerja.

Pengukuran kerja dilakukan pada keadaan operator sudah terlatih dan menguasai

dengan baik metode pekerjaan yang dilakukannya. Tingkat penguasaan ini dapat

dilihat dari kurva belajar. Perumusan matematis dari kurva belajar adalah sebagai

berikut :

Y=KX−A

Dimana :

Y = Waktu siklus

X = Siklus ke n : n = 1, 2, 3,….

K = Konstanta

A = Konstanta

Page 9: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 9

2.5 Cara Westinghouse

Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap

menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan,

usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap factor terbagi dalam kelas – kelas

dengan nilai masing- masing.

Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi enam kelas dengan ciri-

ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini :

1. Super Skill

Secara bawahan cocok sekali dengan bawahannya.

Bekerja dengan sempurna.

Tampak seperti telah terlatih dengan baik.

Gerakan-gerakannya sangat halus tetapi sangat cepat sehingga sulit

untuk diikuti.

Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.

Perpidahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak

terlampau terlihat karena lancar.

Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang

apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah

pekerja yang baik.

2. Exxelent Skill

Percaya diri sendiri.

Tampak cocok dengan pekerjaanya.

Terlihat telah terlatih dengan baik.

Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-

pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.

Gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dikerjakan tanpa kesalahan.

Menggunakan peralatan dengan baik.

Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.

Page 10: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 10

Bekerjanya cepat tetapi halus.

Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.

3. Good Skill

Kwalitas hasil baik.

Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada

umumnya.

Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerjaan lain yang

keterampilannya lebih rendah.

Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.

Tidak memerlukan banyak pengawasan.

Tidak keragu-raguan.

Bekerja stabil.

Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.

Gerakan-gerkannya cepat.

4. Average Skill

Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.

Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan.

Tampak sebagai pekerja yang cakap.

Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan.

Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.

Tampak cukup terlatih dank arena mengetahui seluk-beluk

pekerjaannya.

Bekerja cukup teliti.

Secara keseluruhan cukup memuaskan.

5. Fair Skill

Tampak terlatih tapi belum cukup baik.

Mengenai peralatan dan lingkungan secukupnya.

Page 11: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 11

Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan.

Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

Tampak sepert tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah

ditempatkan dipekerjaan itu cukup lama.

Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak

tidak selalu yakin.

Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

Jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh outputnya akan sangat

rendah.

Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

6. Poor Skill

Tidak bias mengkoordinasikan tangan dan pikiran.

Gerakan-gerakannya kaku.

Kelihatan tidak yakin pada urutan-urutan gerakan.

Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yng bersangkutan.

Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaan.

Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.

Sering melakukan kesalahan-kesalahan.

Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

Tidak bias mengambil inisiatif sendiri.

Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang

membedakan kelas seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan,

kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, bekas-bekas latihan dan hal-hal lain

yang serupa. Untuk usaha cara Westing house membagi juga atas kelas-kelas

dengan ciri masing-masing, yang dimaksudkan dengan usaha disini adalah

kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan

pekerjaannya. Berikut ini ada 6 (enam ) kelas usaha dengan ciri-cirinya :

Page 12: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 12

a. Excessive Eefort

Kecepatan sangat berlebihan.

Usaha sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan

kesehatannya.

Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari

kerja.

b. Exelent Effort

Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.

Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa.

Penuh perhatian pada pekerjaannya.

Banyak memberi saran-saran.

Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.

Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.

Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.

Bangga atas kelebihannya.

Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.

Bekerjanya sistematis.

Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen keelemen lainnya tidak

terlihat.

c. Good Effort

Bekerja berirama.

Saat-saat menganggur sangat sedikit bahkan kadang-kadang tidak ada.

Penuh perhatian pada pekerjaannya.

Senang pada pekerjaannya.

Kecepatan baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.

Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.

Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang hati.

Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.

Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.

Page 13: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 13

Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.

d. Average Effort

Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.

Bekerja dengan stabil.

Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.

Set up dilaksanakan dengan baik.

Melakuka kegiatan-kegiatan perencanaan.

e. Fair Effort

Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.

Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.

Kurang sungguh-sungguh.

Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.

Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.

Alat-alat yang dipaki tidak selalu yang terbaik.

Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.

Terlampau hati-hati.

Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.

Gerakan-gerakannya tidak terencana.

f. Poor Effort

Banyak membuang-buang waktu.

Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.

Tidak mau menerima saran-saran.

Tampak malas dan lambat bekerja.

Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat

dan bahan-bahan.

Tempat kerjanya tidak diatur rapi.

Tidak peduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai.

Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.

Page 14: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 14

Set up kerjanya terlihat tidak baik.

Yang dimaksud dengan kondisi kerja pada cara Westinghouse adalah kondisi

fisik lingkungannya Seperti keadaan pencahayaan, temperature, kebisingan

ruangan. Kondisi kerja dibagi 6 (enam) kelas yaitu ideal, exellent, good, average,

fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena

berdasarkan karateristik masing-masig pekerja membutuhkan kondisi ideal

sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk satu pekerjaan dapat saja

dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan yang lain. Pada dasarnya

kondisi ideal adalah kondisi yang cocok bagi pekerjaan yang bersangkutan, yaitu

yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaiknya kondisi poor

adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan

sangat menghambat pencapaian performance yang baik.

Konsistensi perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap

pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak semuanya sama, waktu

penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus

kesiklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Sebagaimana halnya

dengan faktor-faktor lain, Konsisternsi juga dibagi 6 (enam) kelas yaitu : perfect,

exellent, good, average, fair, dan poor.

Tabel 2.1 Penyesuaian menurut Westinghouse

Faktor Kelas Lambang PenyesuaianKeterampilan Super Skill A1 + 0,15    A2 + 0,13  Exellent B1 + 0,11    B2 + 0,08       Usaha Good C1 + 0,06    C2 + 0,03  Average D 0,00  Fair E1 - 0,05    E2 - 0,10  Poor F1 - 0,16    F2 - 0,22       

Page 15: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 15

Usaha Excessive A1 + 0,13    A2 + 0,12  Exellent B1 + 0,10    B2 + 0,08  Good C1 + 0,05    C2 + 0,02  Average D 0,00  Fair E1 - 0,04    E2 - 0,08  Poor F1 - 0,12    F2 - 0,17       Kondisi Kerja Ideal A + 0,06  Exellently B + 0,04  Good C + 0,02  Average D 0,00  Fair E - 0,03  Poor F - 0,07       Konsistensi Perfect A + 0,04  Exellent B + 0,03  Good C + 0,01  Average D 0,00  Fair E - 0,02  Poor F - 0,04

Page 16: Modul 6GGGH

Modul 2 : Pengukuran Waktu Kerja 16

2.6 MAY TAG

Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur uji kecukupan data

memerlukan tabel berikut :

Tabel 2.2 Jumlah Pengamatan yang Diperlukan (N) untuk 95% Convidence Level dan 5% Degree

of Accuracy (Precision)