modul 3. hecting hecting aff

18
MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN KLINIK : HECTING DAN HECTING AFF Oleh : Ns. Rondhianto, M.Kep NIP : 198303242006041002 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JEMBER PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHUN 2014

Upload: nikmatul-khoiriyah

Post on 14-Sep-2015

1.000 views

Category:

Documents


118 download

DESCRIPTION

dsfwshnm

TRANSCRIPT

  • MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN KLINIK :

    HECTING DAN HECTING AFF

    Oleh :

    Ns. Rondhianto, M.Kep

    NIP : 198303242006041002

    KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    TAHUN 2014

  • HECTING DAN HECTING AFF

    Oleh:

    Ns. Rondhianto, M.Kep

    Medical Surgical Nursing Departement

    Universitas jember

    Tujuan Instruksional Umum

    Mahasiswa mampu :

    1. Melakukan teknik hecting dan hecting aff dengan benar

    2. Melakukan teknik aseptik dalam melakukan hecting dan hecting aff

    Tujuan Instruksional Khusus

    Mahasiswa mampu :

    1. Mengenal jenis-jenis benang

    2. Mengenal jenis-jenis jarum

    3. Mengenal simpul jahitan

    4. Menutup luka/menjahit luka dengan prinsip aseptik

    5. Mengangkat jahitan dengan prinsip aseptik

    Pendahuluan

    Sebelum membahas lebih jauh tentang jahit menjahit maka perlu sekiranya kita memahami

    monsep dasar dan mengenal dulu tipe-tipe benang dan jarum yang biasa digunakan dalam

    operasi dan juga jenis jahitan yang digunakan.

    1. Mengenal Benang

    Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih benang adalah karakteritik bahan, daya tahan

    dan reaksi jaringan terhadap bahan tersebut serta ukuran benang.

    Karakteristik bahan benang dietentukan oleh kekuatan, daya renggang dan elastisitas,

    kehalusan permukaan, kapilaritas serta reaksi jaringan terhadap benang tersebut.

    Kriteria benang yang ideal adalah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  • Contoh benang

    Pembagian benang:

    1. Absorbable dan Non Absorbable

    Keuntungan :

    a. Absorbable

    1). Dapat diserap oleh tubuh

    2). Tidak meninggalkan benda asing di dalam tubuh melalui reaksi enzimatik

    b. Non Absorbable

    1). Memberikan dukungan jahitan secara permanen

    Kerugian:

    a. Absorbable

    1). Cepat diserap tubuh sehingga daya dukung dalam mepertahankan jaringan tidak

    lama.

    b. Non Absorbable

    1). Meninggalkan benda asing di dalam tubuh

    2). Suture sinus

    3). Suture extrusion.

    1. Monofilament

    2. Dapat digunakan untuk berbagai prosedur

    3. Mudah dipegang] 4. Menimbulkan reaksi jaringan

    yang minimal

    5. Daya renggangnya baik 6. Mampu memperrtahankan

    jaringan yang dijahit 7. Dapat diserap oleh jaringan

    tubuh

    8. Masa penyerapan benang dapat diprediksi, dan

    9. Steril

  • 2. Monofilament dan Meltifilament

    Keuntungan :

    a. Monofilament

    1). Permukaannya halus

    2). Friksi yang ditimbulkan rendah, sehingga akan mengurangi trauma jaringan

    3). Tidak ada tempat transit bagi bakteri

    4). No Capillary

    b. Multifilament

    1). Kuat

    2). Mudah dipegang

    3). Mudah dalam pembuatan simpul

    Kerugian :

    a. Monofilament

    1). Susah untuk dipegang dan dalam membuat simpul

    2). Ends/knot burial

    3). Strecth

    b. Multifilament

    1). Bisa sebagai tempat transit bakteri

    2). Menimbulkan aksi kapilaritas

    3). Menimbulkan trauma pada jaringan (drag and cutting)

    3. Biological dan Synthetics

    Keuntungan :

    a. Biologis

    1). Mudah dipegang dan dalam membuat simpul

    2). Ekonomis

    b. Syntetis

    1). Dapat di absorbsi tubuh dengan mekanisme hidrolisis

    2). Masa absorbsi dapat diprediksi

    3). Lebih kuat

    2. Mengenal Jarum

  • Ada jarum yang dirancang dapat dipegang dengan tangan tetapi ada pula yang dirancang

    dipegang dengan instrument. Bahannya terbuat dari baja tahan karat yang ditutup dengan

    lapisan yang memudahkan jarum tersebut menembus jaringan.

    Ada tiga komponen dasar jarum, yaitu : bagian belakang, bagian tengah dan bagian ujung

    jarum. Bagian belakang berhubungan dengan benag, ada yang yang tidak berlubang (jenis

    atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis traumatik, misal : Mayo dan French).

    Jarum traumatik Mata jarum 1. elips, 2. mata segi empat, Jarum atraumatik

    3. mata perancis, 4. atraumatik

    Tubuh jarum dapat berbentuk lurus atau melengkung dengan berbagai ukuran panjang,

    diameter serta bentuk penampang. Jenis lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak

    membelok, biasa dipakai untuk menjahit kulit. Sedangkan jenis yang melengkung dapat

    digunakan untuk menjahit kulit atau struktur yang lebih dalam.

    Lengkungan jarum bermacam-macam antara lain , 3/8, 1/2 atau 5/8 lingkaran, lihat

    gambar A di bawah.

    Gambar A Gambar B

    Bentuk ujung jarum bermacam-macam :

    a. Jarum berujung taper

    Traumanya paling minimal, dapat dipakai untuk menjahit jaringan lunak, misal :

    peritoneun.

  • b. Jarum berujung cutting

    Mempunyai 3 sisi tajam, dapat digunakan untuk menjahit jaringan yang mempunyai

    konsistensi liat, seperti kulit atau tendo.

    c. Jarum berujung tapercut

    Bentuk tubuhnya ramping dan mempunyai 3 sisi tajam, biasa dipakai pada jaringan liat

    dengan luka minimal

    d. Jarum taper berujung tumpul

    Biasa dipakai untuk menjahit jaringan yang rapuh, seperti : hepar, ginjal ataupun lien.

    Lihat gambar B diatas

    3. Membuat Simpul

    Dalam membuat simpul yang perlu diketahui adalah (1) jenis simpul, (2) membuat simpul

    dengan satu tangan, (3) Membuat simpul dengan dua tangan, dan (4) membuat simpul

    dengan instrument, serta (5) memotong benang.

    Pada luka benang dipotong sedikit mungkin dengan simpul. Caranya adalah ujung gunting

    yang terbuka disentuhkan ke benang dengan posisi siap memotong, digeser sampai ke

    simpul, diputar miring 45 o kemudian dikalubkan. Pada jahitan jelujur dan jahitan struktur

    yang penting benang simpul dipotong agak panjang untuk mencegah simpul terurai, tetapi

    tetap harus lebih pendek terhadap jarak jahitan berikutnya.

    Perhatian:

    1. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat meninggalkan

    bekas.

    2. Simpul harus dileakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai vaskularisasi yang lebih

    baik.

    4. Penutupan Luka

    Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.

  • Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur

    Jahitan matras dapat berupa matras vertical, horizontal, terputus maupun jelujur.

    Jenis jahitan :

    a. Jahitan simpul tunggal (terputus)

    b. Jahitan jelujur

    c. Jahitan jelujur vertikal (terkunci)

    d. Jahitan matras vertikal

    e. Jahitan matras horizontal

    f. Jahitan intracutan

    Gbr. Jenis-jenis jahitan

    Cara lain yang dapat digunakan untuk menutup luka adalah dengan stapler ataupun agrafe.

    Gambar di bawah berikut adalah cara menutup luka dengan teknik stapler dan agrafe

    Teknik stapler (G) dan Agrafe (H)

    a. Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada pus

    (cairan) jahitan dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan jahitan yang

    lain. ]

    b. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat tetapi

    tidak boleh dipakai di tempat yang perdarahannya (vaskularisasi) kurang.

    c. Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus, maka

    semuanya akan terbuka.

  • d. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan benang

    di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam menghentikan

    perdarahan, tetapi kadang kala jaringan mengalami iskemia.

    e. Jahitan intracutan dilakukan dengan cara menjahit daerah di bawah kulit (kutan).

    Jahitan model ini akan menghasilkan nilai estetika yang lebih baik. Biasa dilakukan

    untuk operasi bedah plastik.

    HECTING

    A. DEFINISI

    Hecting atau menjahit adalah teknik yang digunakan dalam menutup luka, yang

    dimaksudkan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua permukaan luka

    tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya luka dapat sembuh per primam

    intentioneum (sembuh primer).

    B. TUJUAN

    1. Menutup luka

    2. Menpertemukan tepi-tepi luka agar dapat menyatu

    3. Mencegah terjadinya infeksi pada luka yang terbuka

    4. Mempercepat penyembuhan luka (luka sembuh primer)

    5. Mencegah kontaminasi kuman sekunder (port de entry)

    C. INDIKASI

    Indikasi hecting adalah dilakukan ketika ada luka terbuka pada kulit yang mengganggu

    integeritas jaringan. Hecting juga dilakukan untuk menghentikan perdarahan pada luka

    yang terbuka.

    D. KONTRAINDIKASI (--)

    E. KOMPLIKASI

    1. Infeksi

  • .

    gbr. Luka yang mengalami

    infeksi

    2. Tattooing

    Komplikasi ini jarang

    ditemukan. Komplikasi ini tidak akan muncul jika dilakukan perawatan luka secara teratur.

    3. Scarring

    Timbulnya jaringan scar merupakan hal yang alamiah dalam proses penyembuhan luka.

    Biasanya jaringan scar akan mengalami degradasi seiring dengan penyembuhan luka itu

    sendiri. Namun demikian bagi mereka yang mempunyai bakat keloid, jaringan scar/parut

    akan membesar dan menggangu secara kosmetik. Oleh karena itu untuk mereka yang

    mempunyai bakat timbulnya keloid sebaiknya digunakan jahitan intrakutan untuk

    meminimalkan timbulnya keloid.

    4. Dehiscence

    Dehisiensi merupakan jahitan yang terlepas dari jaringan (breakdown). Hal ini dapat

    diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah teknik yang buruk saat menjahit,

    tegangan luka, kekurangan nutrisi dan infeksi. Insidensi kematian akibat dehisiensi pada

    pasien bedah umum adalah 25%.

    F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

    Hal-hal yang harus

    diperhatikan dalam

    ketrampilan hecting

    adalah, sbb :

    1. Pilihlah ukuran, tipe dan bahan benang sesuai dengan jenis dan kondisi luka (kaji kondisi luka)

    2. Pilihlah ukuran, tipe jarum sesuai dengan keadaan luka 3. Perhatikan dalam membuat simpul. Jika simpul terlalu ketat, luka

    akan terasa nyeri dan jahitan dapat meninggalkan bekas. 4. Simpul harus diletakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai

    vaskularisasi yang lebih baik. 5. Jarak antara masing-masing jahitan adalah 1 cm (perhatikan

    gambar dibawah) 6. Pertahankan teknik aseptik selama dilakukan prosedur tindakan.

    Infeksi merupakan masalah yang sangat signifikan. Untuk

    menghindari terjadinya infeksi maka dalam melakukan tindakan menjahit diperlukan teknik aseptik. Sebelum luka dijahit, maka perlu dilakukan debridement terlebih dahulu (bila luka terkontaminasi/luka kotor) untuk membuang jaringan yang sudah mati (perhatikan gbr disamping)

  • Gbr. Jarak antar tepi luka

    G. PROSEDUR KERJA

    KETRAMPILAN JAHITAN KULIT TERPUTUS (BEDAH MINOR) DENGAN MENGGUNAKAN

    INSTRUMEN WAKTU MENYIMPUL

    No TINDAKAN RASIONAL

    1.

    2.

    TAHAP PERSIAPAN Persiapan Perawat: a. Lakukan pengkajian: baca catatan

    keperawatan dan medis b. Rumuskan diagnosa terkait c. Buat perencanaan tindakan (intervensi) d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta

    perawat lain membantu jika perlu e. Cuci tangan dan siapkan alat Persiapan Alat: a. Baki beralas dan bertutup, berisi:

    b. Peralatan hecting (hecting kit) steril, terdiri dari:

    Nail foder : 1 buah

    Jarum dan benang hecting : silk/ethilon

    no. 3/0 : 1set

    Pinset sirurgis: 1 buah

    Hak kulit

    Klem hemostatik : 2 buah

    Korentang/tang desinfeksi: 2 buah

    Kom kecil: 3 buah

    Duk klem :2 buah

    Gunting benang steril

    Cairan desinfektan: betadin 10% dan

    atau alkohol 70%.

  • 3.

    Cairan toileting luka :NaCl dan perhidrol

    3%

    Kassa steril : 12 buah

    Sofratule: 1 buah

    Sarung tangan steril 1 buah

    c. Set anastesi :spuit 5cc dan lidokain 2 %

    d. Perlak dan pengalas e. Duk lubang f. Bengkok dan tempat sampah

    Persiapan Pasien: Pastikan klien (identitas, letak luka dan jenis

    jahitan yang akan dilakukan)

    1 2 3 4 5 6 7

    8 9 10 11

    12

    13 14 15

    16

    17

    18

    TAHAP KERJA (PELAKSANAAN) Berikan salam, perkenalkan/sebutkan nama dan

    tanggung jawab perawat Panggil klien dengan nama kesukaannya Jelaskan prosedur, tujuan, dan lamanya tindakan

    pada klien Berikan kesempatan klien bertanya. Jaga privasi klien Siapkan alat-alat bedah dan duk lubang Atur posisi klien di meja operasi dan letakkan

    perlak dan pengalas di bawah tempat yang akan

    dilakukan tindakan penjahitan. Cuci tangan steril Pakai sarung tangan steril Dekatkan peralatan ke meja operasi klien Toileting daerah sekitar medan operasi

    menggunakan larutan betadine dengan gerakan

    dari dalam keluar Tutup dengan duk lubang dan pasang duk klem

    sesuai medan operasi. Lakukan anastesi lokal intradermal. Lakukan toileting luka dengan NaCl-perhidrol-

    NaCl. Gunakan pinset berberigi halus untuk sedikit

    mengangkat tepi luka. Pasang jarum lengkung no.3/0 pada klem

    pemegang jarum diantara 2/3 depan dan 1/3

    belakang dan kunci klem. Tusukkan jarum pada kulit dengan posisi tegak

    lurus dengan posisi tangan pronasi penuh,

    dengan siku membentuk sudut 90o dan bahu

    adduksi. Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka didekat

    tempat yang dijepit pinset dengan mengangkat

    kulit dan kulit ditegangkan. Dorong jarum maju dengan gerakkan supinasi

  • 19

    20

    21

    22

    23

    24

    25 26

    27

    28 29 30 31 32 33 34 35

    36

    pergelangan tangan dan adduksi bahu serentak,

    dalam arah melengkung sesuai dengan

    lengkungan jarum. Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung

    jarum ditarik dengan klem pemegang jarum

    dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa

    3-4 cm dari kulit. Tusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari

    dalam dengan kedalaman yang sama (1cm) dan

    cara yang sama. Tangan kiri memegang benang yang lebih

    panjang dan tangan kanan memegang klem

    pemegang jarum. Buat lilitan benang panjang dengan klem

    pemegang jarum. Jepit dan tarik benang pendek dengan klem

    pemegang jarum Ulangi gerakan no.23-26 dua kali. Potong bagian benang dengan menyatukan

    ujung gunting yang terbuka pada benang digeser

    sampai simpul diputar miring 45o dan

    dikatubkan. Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka

    saling bertemu. Letakkan simpul jahitan di tepi luka. Jahit kulit sampai seluruh luka tertutup. Evaluasi hasil jahitan. Tutup luka dengan sofratul dan kassa lalu

    plester. Buka duk lubang taruh di tempat sampah Lepaskan sarung tangan dan buang Rapikan peralatan kembali Posisikan klien pada posisi yang nyaman dan kaji

    status perdarahan. Cuci tangan

    1 2 3 4 5

    TAHAP TERMINASI/EVALUASI

    Evaluasi respon klien Kaji TTV: RR, Nadi, status hemodinamika

    Berikan reinforcement positif Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik

    1 2 3

    DOKUMENTASI

    Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam

    catatan perawatan

    Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP Catat pengkajian status hemodinamuka dan

    keadaan luka klien

  • HECTING AFF

    A. DEFINISI

    Hecting aff adalah prosedur pengangkatan jahitan pada jahitan luka yang hampir

    sembuh, sembuh dan pada luka yang terdapat komplikasi (pus) dengan tujuan untuk

    mengeluarkan pus agar luka lebih cepat sembuh.

    B. TUJUAN

    Tujuan dari pengangkatan jahitan adalah agar tepi luka yang sudah menyatu dapat

    segera sembuh. Sisa benang tidak menjadi benda asing bagi tubuh sehingga tidak

    terjadi inflamasi.

    C. INDIKASI

    Indikasi pengangkatan jahitan adalah :

    1. Luka sudah mulai sembuh (7-10 hari)

    a. Wajah : 3-4 days

    b. Scalp: 5 days

    c. Trunk: 7 days

    d. Arm or leg: 7-10 days

    e. Foot: 10-14 days

    2. Mengeluarkan pus dari luka

    3. Luka mengalami dehisiensi sehingga perlu dilakukan jahitan ulangan.

    D. KONTRA INDIKASI

  • Kontraindikasi dilakukannya hecting aff adalah luka belum sembuh dan jaringan belum

    menyatu (kuarang dari 3 hari) Hecting aff biasanya dilakukan setelah hari ke-7 post

    operasi.

    E. KOMPLIKASI

    Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan hecting aff adalah:

    1. Pada luka yang belum sembuh benar dapat terjadi dehisiensi.

    2. Benang yang tertinggal pada saat hecting aff dapat menjadikan luka mengalami

    iritasi dan bisa menimbulkan infeksi sekunder.

    3. Penggunaan pinset sirurgis bergerigi tajam dapat menyebabkan terjadinya luka

    sekunder.

    F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tindakan hecting aff, meliputi:

    1. Periksa order untuk dilakukan tindakan hecting aff.

    2. Kaji kondisi luka sebelum melakukan tindakan hecting aff

    3. Gunakan teknik aseptik dalam tindakan hecting aff.

    4. Hindari kontaminasi dari alat, prosedur maupun dari diri perawat.

    5. Gunakan zat antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan hecting aff.

    G. PROSEDUR KERJA

    Untuk melakukan hecting aff atau pengangkatan jahitan yang benar maka kita harus

    memenuhi langkah-langkah sebagai berikut:

    Gbr. Teknik hecting aff

    1. Jahitan dipegang dengan pinset sirurgis pada simpul 2. Angkat jahitan setinggi cm dari permukaan kulit 3. Masukkan gunting disela-sela antara simpul dengan kulit,

    lalu gunting benang tersebut.

    4. Tarik benang sesuai dengan simpulnya. Lihat gambar!

  • PROSEDUR KERJA KETRAMPILAN HECTING AFF

    No TINDAKAN RASIONAL

    1.

    2.

    3.

    TAHAP PERSIAPAN Persiapan Perawat: a. Lakukan pengkajian: baca catatan

    keperawatan dan medis b. Rumuskan diagnosa terkait c. Buat perencanaan tindakan (intervensi) d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta

    perawat lain membantu jika perlu e. Cuci tangan dan siapkan alat Persiapan Alat: a. Baki beralas dan bertutup, berisi: b. Peralatan hecting (hecting aff kit) steril,

    terdiri dari:

    Pinset sirurgis: 1 buah

    Pinset anatomis : 2 buah (desinfeksi)

    Kom kecil: 2 buah (betadine dan NaCl)

    Gunting benang steril

    Cairan desinfektan: betadin 10% dan atau

    alkohol 70%.

    Kassa steril : 6 buah

    Kapas alkohol

    Sofratule: 1 buah

    Sarung tangan steril 1 buah

    c. Perlak dan pengalas d. Bengkok dan tempat sampah Persiapan Pasien: Pastikan klien (identitas, letak luka dan jenis

    jahitan yang akan diangkat )

    1

    TAHAP KERJA (PELAKSANAAN) Berikan salam, perkenalkan/sebutkan nama dan

    tanggung jawab perawat

  • 2 3 4 5 6 7

    8 9 10 11

    12 13 14

    15

    16 17 18 19 20 21 22 23 24

    25

    Panggil klien dengan nama kesukaannya Jelaskan prosedur, tujuan, dan lamanya tindakan

    pada klien Berikan kesempatan klien bertanya. Jaga privasi klien Siapkan alat-alat hecting aff Atur posisi klien dan letakkan perlak dan

    pengalas di bawah tempat yang akan dilakukan

    tindakan pengangkatan jahitan. Cuci tangan. Pakai sarung tangan steril Dekatkan peralatan ke tempat tindakan Buka plester dan kassa penutup luka dengan

    menggunakan pinset anatomis dan kapas

    alkohol. Buang kapas alkohol dan kassa tersebut ke

    dalam bengkok. Letakkan pinset anatomis ke bengkok juga. Dengan pinset anatomis lakukan toileting daerah

    luka dan sekitarnya menggunakan kassa yang

    telah dicelupkan ke dalam larutan betadine

    kemudian NaCl dengan gerakan dari dalam

    keluar. Gunakan pinset sirurgis untuk mengangkat

    simpul jahitan setinggi cm. Masukkan gunting benang steril diantara simpul

    jahitan dan permukaan kulit. Gunting benang jahitan tersebut. Dengan pinset sirurgis, tarik benang jahitan yang

    telah dipotong tersebut keluar. Ulangi gerakan no.15-18 tersebut sampai jahitan

    terangkat semua. Evaluasi kondisi luka. Tutup luka dengan sofratul dan kassa lalu

    plester. Lepaskan sarung tangan dan buang Rapikan peralatan kembali Posisikan klien pada posisi yang nyaman dan kaji

    status perdarahan. Cuci tangan

    1 2 3 4 5

    TAHAP TERMINASI/EVALUASI

    Evaluasi respon klien

    Kaji TTV: RR, Nadi, status hemodinamika Berikan reinforcement positif

    Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik

    1

    DOKUMENTASI

    Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam

  • 2 3

    catatan perawatan

    Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP Catat pengkajian status hemodinamuka dan

    keadaan luka klien

    DAFTAR PUSTAKA

    Ben Taylor and Ardeshir Bayat, 2006, Basic plastic surgery techniques and principles:

    Choosing the right suture material, www.bmj.com, didownload pada tanggal 28

    Januari 2006

    Ben Taylor and Ardeshir Bayat, 2006, Basic plastic surgery techniques and principles: How

    to suture, www.bmj.com, didownload pada tanggal 28 Januari 2006

    La Morte, Wayne, 2002, Basics of Wound Closure and Healing, www.bumc.bu.edu,

    didownload pada tanggal 29 Januari 2006.

    Ranger, Singh D., 2002, Simple technique for the retention of a subcuticular suture,

    www.bmj.com, di download pada tanggal 29 januari 2006.

    Sjamsulhidayat, R dan Wim de Jong, 1998, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta

    Shodiq, Abror, 2004, Surgical Sutures and Needles, Intalasi Bedah Sentral RS. Dr. Sardjito

    Yogyakarta, Tidak diterbitkan, Yogyakarta.

    Smeltzer, Suzanne C. And Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

    Vol.1, EGC, Jakarta

    Thorek, Philip and Carl T. Linden, 1992, Atlas of Surgical Techniques, EGC, Jakarta.

    Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press,

    Surabaya.

    TUGAS MANDIRI :

    A. Dokumentasi Tondakan:

    Jenis Tindakan :

  • Hari/Tanggal :

    Hasil :

    Kesimpulan :

    B. Tugas