modul 2: kebijakan penyusunan dokumen...
TRANSCRIPT
MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK
(Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015) & (PP 29/2000 Jo PP 54/2016)
2
PER
ATU
RA
N P
ERU
ND
AN
G U
ND
AN
GA
N
TER
KA
IT K
ON
TRA
K
UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2017
PP NO 29 TAHUN 2000
JO PP NO 54 TAHUN 2016
PERPRES NO 54 TAHUN 2010
JO PERPRES NO 04 TAHUN 2015
PERMEN PU NO 07 TAHUN 2011
JO PERMEN PUPR NO 31 TAHUN 2015
PERATURAN PEMERINTAH NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI JO PERATURAN PEMERINTAH N0 54 TAHUN 2016 (TERKAIT KONTRAK KONSTRUKSI)
4
• Lingkup Pengaturan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi meliputi:
• Pemilihan Penyedia Jasa
• Kontrak Kerja Konstruksi
• Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
• Kegagalan Bangunan
• Penyelesaian Sengketa
• Larangan Persekongkolan
• Sanksi
RUANG LINGKUP (PASAL 2 PP 29/2000 JO 54/2016)
Pasal 2. Ruang Lingkup Lingkup Pengaturan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi meliputi:
5
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
• Pemilihan Penyedia Jasa • Kontrak Kerja Konstruksi • Penyelenggaraan Pekerjaan
Konstruksi
• Kegagalan Bangunan • Penyelesaian Sengketa • Larangan Persekongkolan • Sanksi
Pasal 15. Pengguna Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk : b. Menerbitkan Dokumen Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, atau
Pemilihan Langsung secara Lengkap, Jelas, dan Benar, serta Dapat Dipahami, yang memuat: • Petunjuk bagi Penawaran; • Tata Cara Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, atau Pemilihan
Langsung mencakup Prosedur, Persyaratan, dan Kewenangan; • Persyaratan Kontrak mencakup Syarat Umum dan Syarat Khusus; dan • Ketentuan Evaluasi.
Pasal 15. Pengguna Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk : d. Menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara lengkap, jelas, dan benar
serta dapat dipahami yang memuat : • tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan
kewenangan; dan • Syarat-syarat Kontrak mencakup Syarat Umum dan Syarat Khusus;
Pasal 15. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk :
j. Menandatangani Kontrak Kerja Konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam Dokumen Lelang;
6
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
Pasal 20. Kontrak Kerja Konstruksi 1. Kontrak Kerja Konstruksi pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan
dalam pekerjaan konstruksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk Pekerjaan Perencanaan, kontrak kerja konstruksi untuk Pekerjaan Pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk Pekerjaan Pengawasan.
2. Dalam hal Pekerjaan Terintegrasi, Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dituangkan dalam 1 (satu) kontrak kerja konstruksi.
3. Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibedakan berdasarkan :
7
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
Pasal 15. Pengguna Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk : d. Menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara lengkap, jelas, dan benar
serta dapat dipahami yang memuat : • tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan
kewenangan; dan • Syarat-syarat Kontrak mencakup Syarat Umum dan Syarat Khusus;
Pasal 15. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk :
j. Menandatangani Kontrak Kerja Konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam Dokumen Lelang;
8
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
Pasal 21 Ayat 1. Kontrak Lump Sum Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 1 merupakan: • kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan • jangka waktu tertentu • jumlah harga pasti dan tetap • semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
Pasal 21 Ayat 2. Kontrak Harga Satuan Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 2 merupakan: • kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan • jangka waktu tertentu • berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur
pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu • volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.
9
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
Pasal 21 Ayat 3. Kontrak Biaya Tambah Imbalan Jasa Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Biaya Tambah Imbalan Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 3 merupakan: • kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan • jangka waktu tertentu • jenis-jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti • pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi
pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Pasal 21 Ayat 4. Kontrak Gabungan Lump Sum & Harga Satuan Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan: • Kontrak Gabungan Lump Sum dan/atau Harga Satuan dan/atau Tambah
Imbalan Jasa • 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakati Para Pihak dalam
Kontrak Kerja Konstruksi.
10
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
Pasal 21 Ayat 3. Kontrak Aliansi Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Aliansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan: • kontrak pengadaan jasa • harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan yang belum
diketahui ataupun diperinci secara pasti • pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbal jasa dengan suatu
pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya dan harga kontrak referensi.
11
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
Pasal 22. Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi Sekurang-kurangnya harus memuat dokumen yang meliputi: • Surat Perjanjian yang ditandatangani pengguna jasa dan penyedia jasa yang
memuat: Uraian Para Pihak, Konsiderasi, Lingkup Pekerjaan, Hal-hal Pokok seperti Nilai Kontrak, Jangka Waktu Pelaksanaan, dan Daftar Dokumen-Dokumen yang mengikat beserta Urutan Keberlakuannya;
• Dokumen lelang; • Usulan atau Penawaran; • Berita Acara berisi kesepakatan yang terjadi antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan;
• Surat Pernyataan dari Pengguna Jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa
• Surat Pernyataan dari Penyedia Jasa yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan
12
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
13
Pasal 23. Isi Kontrak Kerja Konstruksi
• Sama dengan bab IV pengikatan pekerjaan konstruksi UU No. 18/1999
Sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai:
• Hak atas kekayaan intelektual, mencakup:
• kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan
• pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki oleh pemegang hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten
Harus memuat ketentuan tentang:
• Pemberian insentif, mencakup:
• persyaratan pemberian insentif
• bentuk insentif
• Sub-penyedia jasa dan/atau pemasok bahan dan/atau komponen bangunan dan/atau peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku
• Bahasa kontrak: bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, namun ditegaskan 1 (satu) bahasa yang mengikat secara hukum
• Kontrak Kerja Konstruksi tunduk pada Hukum yang berlaku di Indonesia
Dapat memuat ketentuan tentang:
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
14
Pasal 31. Kegagalan Pekerjaan Konstruksi
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
Pasal 34. Kegagalan Bangunan
Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
15
Pasal 35. Jangka Waktu Pertanggungjawaban
1) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
2) Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja konstruksi.
3) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja konstruksi.
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
16
Pasal 36. Penilaian Kegagalan Bangunan
1) Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan.
2) Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih, dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa.
3) Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan bangunan mengakibatkan kerugian dan atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum, termasuk memberikan pendapat dalam penunjukan, proses penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang dibentuk dan disepakati oleh para pihak.
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
JO PP N0 54 TAHUN 2016
18
Pasal 1 angka 22
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
Pasal 1 angka 7
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Pasal 1 angka 12
Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
DEFINISI (Pasal 1 Perpres 04/2015)
PA/KPA
PPK ULP/PEJABAT PENGADAAN
ORGANISASI PENGADAAN UNTUK PENGADAAN
MELALUI PENYEDIA BARANG/JASA [Pasal 7 ayat (1) Perpres 04/2015]
Tanda Tangan Kontrak
Kontrak Pra Kontrak
Kewenangan : •HPS • Spesifikasi Teknis • Rancangan Kontrak
PPHP
Kewenangan : • menyusun rencana pemilihan Penyedia B/J • menetapkan Dokumen Pengadaan •menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran; •menilai kualifikasi dan melakukan evaluasi penawaran
Panitia/Pejabat Peneliti
Pelaksanaan Kontrak
Direksi Teknis
ORGANISASI PENGADAAN U/ PENGADAAN MELALUI SWAKELOLA
[Pasal 7 ayat (2) Pepres 04/2015]
PA/KPA
PPK
TIM PELAKSANA SWAKELOLA
ULP/PEJABAT PENGADAAN/TIM
PENGADAAN
Tanda Tangan Kontrak
Kontrak Pra Kontrak
Kewenangan : • HPS,Spesifikasi Teknis • Rancangan Kontrak
PPHP
Kewenangan : • menyusun rencana pemilihan Penyedia B/J • menetapkan Dokumen Pengadaan • menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran; • menilai kualifikasi dan melakukan evaluasi penawaran
Panitia/Pejabat Peneliti
Pelaksanaan Kontrak
Direksi Teknis
PERANGKAT ORGANISASI ULP (Pasal 7 ayat (4) Perpres 04/2015)
Kepala ULP
Sekretariat
Pokja C Pokja B Pokja A
Staf Pendukung
Staf Pendukung
Staf Pendukung
22
ORGANISASI PENGADAAN (Pasal 7 Perpres 04/2015)
PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis
(aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP. PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Tim pendukung antara lain terdiri atas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK), Direksi Lapangan, konsultan pengawas, tim Pelaksana Swakelola, dan lain-lain.
PA dapat: 1. menetapkan tim teknis; dan/atau 2. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui
Sayembara/Kontes. Tim teknis antara lain terdiri atas tim uji coba, panitia/pejabat peneliti
pelaksanaan Kontrak, dan lain-lain.
23
ULP/Pejabat Pengadaan digunakan untuk pengadaan b/j melalui swakelola oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab & instansi pemerintah lain. Sedangkan Tim Pengadaan digunakan untuk Pengadaan b/j melalui swakelola oleh kelompok masyarakat.
Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat pada organisasi pengadaan barang/jasa tidak terikat tahun anggaran.
Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
ORGANISASI PENGADAAN (Pasal 7 Perpres 04/2015)
24
JENIS KONTRAK
Pembebanan Tahun
Anggaran
Sumber Pendanaan
Jenis Pekerjaan
Cara Pembayaran
Kontrak Lump Sum
Kontrak Harga Satuan
Kontrak Gab LS dan HS
Kontrak Persentase
Kontrak Terima Jadi (Turn Key)
Kontrak Tahun Tunggal
Kontrak Tahun Jamak
Kontrak Pengadaan
Tunggal
Kontrak Pengadaan
Bersama
Kontrak Payung
Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal
Kontrak Pengadaan Pekerjaan
Terintegrasi
PENETAPAN JENIS KONTRAK (Pasal 50 Perpres 04/2015)
KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga; 2. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; 3. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak; 4. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); 5. total harga penawaran bersifat mengikat; dan 6. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
25
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)
KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN Kontrak Harga Satuan merupakan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur
pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu; 2. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada
saat Kontrak ditandatangani; 3. pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa; dan
4. dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
26
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)
KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak yang
merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.
Kontrak Persentase merupakan Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan
berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan 2. pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak.
27
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)
KONTRAK BERDASARKAN PEMBEBANAN TAHUN ANGGARAN Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) Tahun Anggaran. Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
untuk masa lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapatkan persetujuan:
1. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
2. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) bagi kegiatan: penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.
28
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 52 Perpres 04/2015)
Bukti Pembelian
Kuitansi
Surat Perintah Kerja
Surat Perjanjian
Surat Pesanan
29
Pengadaan B/J sampai dgn 10 juta rupiah
Pengadaan B/J sampai dgn 50 juta rupiah
Pengadaan B/PK/JL sampai dgn 200 juta rupiah, utk JK
smp dgn 50 juta rupiah
Pengadaan B/PK/JL diatas 200 juta rupiah, utk JK diatas 50
juta rupiah
Pengadaan B/JL melalui E-Purchasing dan pembelian
online
TANDA BUKTI PERJANJIAN (Pasal 55 Perpres 04/2015)
KET : B/J = Pengadaan Barang/Jasa JK = Jasa Konsultansi B/PK/JL = Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
30
JENIS-JENIS JAMINAN PENGADAAN
(Pasal 67 Perpres 04/2015)
Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa
Jaminan Uang Muka
Jaminan Pelaksanaan
Jaminan Pemeliharaan
JAMINAN PELAKSANAAN (PASAL 70) Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi untuk Kontrak bernilai diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Jaminan Pelaksanaan dapat diberikan oleh Penyedia Jasa Lainnya untuk Kontrak bernilai diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
JAMINAN UANG MUKA (PASAL 69) Jaminan Uang Muka diberikan oleh Penyedia Barang/Jasa terhadap
pembayaran Uang Muka yang diterimanya. Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Muka yang
diterimanya. Pengembalian Uang Muka diperhitungkan secara proporsional pada
setiap tahapan pembayaran.
JAMINAN PEMELIHARAAN (PASAL 71) Jaminan Pemeliharaan wajib diberikan oleh Penyedia Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus)
Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak harus diberikan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang telah diserahkan
Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai
Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat memilih untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi
Jaminan Pemeliharaan atau retensi besarnya 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak
PENANDATANGANAN KONTRAK (Pasal 86 Perpres 04/2015)
1. PPK menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa untuk ditandatangani.
2. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan. a. Dalam hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului pengesahan
DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan, proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dibatalkan
3. Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.
4. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak.
31
5. Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas nama Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang pihak tersebut adalah pengurus/karyawan perusahaan yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
32
PENANDATANGANAN KONTRAK (Pasal 86 Perpres 04/2015)
PENDAPAT AHLI HUKUM KONTRAK
Sesuai ketentuan dalam Perpres 04/2015 pasal 86 ayat 4 yang berbunyi : “Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak. “
Dalam Permen PUPR Nomor 31 Tahun 2015 :
Pasal 7 Kontrak untuk pekerjaan konstruksi yang bernilai di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) sebelum ditandatangani oleh para pihak, terlebih dahulu harus memperoleh pendapat Ahli Hukum Kontrak atau Tim Opini Hukum Kontrak yang dibentuk oleh K/L/D/I yang bersangkutan.
Pasal 8 (1) Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 yang ditunjuk untuk
memberikan pendapat hukum, harus berdasarkan persetujuan para pihak. (2) Dalam hal tidak diperoleh Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),maka pendapat hukum dapat diperoleh dari Tim Pendapat/Opini Hukum Kontrak
33
1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi: a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak; b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan; c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau d. mengubah jadwal pelaksanaan
2) Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan: a) tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam
perjanjian/Kontrak awal; dan b) tersedianya anggaran.
34
PERUBAHAN KONTRAK (Pasal 87)
3) Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia Barang/Jasa spesialis.
4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Dokumen Kontrak.
5) Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.
35
PERUBAHAN KONTRAK (Pasal 87)
1. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:
a. pembayaran bulanan;
b. pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin); atau
c. pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.
2. Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa senilai prestasi
pekerjaan yang diterima setelah dikurangi angsuran pengembalianUang Muka dan
denda apabila ada, serta pajak.
2.a. Pembayaran untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang.
3. Permintaan pembayaran kepada PPK untuk Kontrak yang menggunakan subkontrak,
harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan
perkembangan (progress) pekerjaannya.
36
PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN (Pasal 89)
4. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (2) dan ayat (2a),
pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan diterima/terpasang untuk:
a. pemberian Uang Muka kepada Penyedia Barang/Jasa dengan pemberian Jaminan Uang Muka;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dapat dilakukan pembayaran terlebih dahulu, sebelum Barang/Jasa diterima setelah Penyedia Barang/Jasa menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan dilakukan;
c. Pembayaran peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang
akan diserahterimakan, namun belum terpasang.
4a. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, termasuk bentuk jaminan diatur oleh Menteri Keuangan.
5. PPK menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi untuk Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.
37
PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN (Pasal 89)
Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak berbentuk Kontrak
Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan Dokumen Pengadaan;
Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Pengadaan;
Penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan Timpang
Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;
Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan dan Biaya Overhead sebagaimana tercantum dalam penawaran;
38
PENYESUAIAN HARGA (Pasal 92)
Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang
tercantum dalam Kontrak awal/adendum Kontrak; Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri,
menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut; Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya adendum
Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan
Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.
Penetapan koefisien Kontrak pekerjaan dilakukan oleh menteri teknis yang terkait. Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan BPS. Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, digunakan indeks harga
yang dikeluarkan oleh instansi teknis.
39
PENYESUAIAN HARGA (Pasal 92)
Rumus penyesuaian harga :
Hn = Harga Satuan pada saat pekerjaan dilaksanakan; Ho = Harga Satuan pada saat harga penawaran; a = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead;
Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan overhead maka a = 0,15.
b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat
kerja, dsb; Penjumlahan a+b+c+d+....dst adalah 1,00. Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan
(mulai bulan ke-13 setelah penandatanganan kontrak). Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan ke-12 setelah penanda-
tanganan kontrak.
40
Hn = Ho (a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+.....)
Rumus penyesuaian nilai kontrak :
Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian Harga Satuan; Hn = Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah
dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian Harga Satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
41
Pn = (Hn1xV1) + (Hn2xV2) + (Hn3xV3) + .... dst
1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:
a. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak. a.1. Penyedia tidak mampu menyelesaikan pekerjaan walaupun diberikan
kesempatan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan;
a.2. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan s.d 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan;
b. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya & tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau
d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
42
PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK (Pasal 93)
(1a) Pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.1. dan huruf a.2., dapat melampaui Tahun Anggaran.
(2) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa:
a) Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b) sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan;
c) Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan
d) Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.
(3) Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kelompok Kerja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia Barang/Jasa yang mampu dan memenuhi syarat
43
PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK (Pasal 93)
1. Dokumen Pengadaan melalui pelelangan/seleksi internasional ditulis
dalam 2 bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. 2. Dalam hal terjadi penafsiran berbeda, maka dokumen yang berbahasa
Indonesia dijadikan acuan.
44
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PELELANGAN/ SELEKSI INTERNASIONAL (TERKAIT BAHASA DLM KONTRAK) (Pasal 101)
Pasal 19 Perpres 04/2015
(1) Penyedia Barang/Jasa dalam Pelaksanaan PBJ wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
n. tidak masuk dalam Daftar Hitam. Pasal 124 Perpres 04/2015
(1) K/L/D/I membuat Daftar Hitam yang memuat identitas Penyedia Barang/Jasa yang dikenakan sanksi oleh K/L/D/I
(3) K/L/D/I Menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional
Pasal 134 Perpres 04/2015 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis operasional tentang Daftar Hitam,
pengadaan secara elektronik, dan sertifikasi keahlian Pengadaan Barang/Jasa, diatur oleh Kepala LKPP paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan.
46
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM
47
Pasal 2 Ruang Lingkup a. Perbuatan yang dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam; b. Tata Cara pengenaan sanksi pencantman dalam Daftar Hitam; dan c. Pembatalan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
48
Pasal 3 (1) Pengenaan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam diberikan kepada
Penyedia Barang/Jasa saat proses pemilihan dan/atau pelaksanaan kontrak. (2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam
apabila : a. Berusaha mempengaruhi Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan/pihak
lain yang berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan/Kontrak dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Melakukan Persekongkolan dengan Penyedia B/J lainnya untuk mengatur Harga Penawaran di lar prosedur pelaksanaan Pengadaan B/J, sehingga mengurangi/menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan orang lain
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
49
Pasal 3 (2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam apabila :
b. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan B/J yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan
d. Mengundurkan diri setelah batas akhir pemasukan penawaran dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan;
e. Mengundurkan diri dari pelaksanaan kontrak dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh PPK;
f. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak secara bertanggung jawab;
g. Berdasarkan hasil pemeriksaan APIP terhadap pemenuhan penggunaan produksi dalam negeri dalam PBJ, ditemukan adanya ketidakesuaian dalam penggunaan B/J Produksi dalam negeri
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
50
Pasal 3 (2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam apabila :
h. Ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan Penyedia B/J i. dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK yang disebabkan oleh
kesalahan Penyedia B/J j. Tidak bersedia menandatangani BA Serah Terima Akhir Pekerjaan k. terbukti terlibat kecurangan dalam pengumuman pelelangan l. dalam evaluasi ditemukan bukti adanya persaingan usaha yang tidak sehat
dan/atau terjadi pengaturan bersama antar peserta, dan/atau peserta dengan Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan/PPK
m. Dalam klarifikasi kewajaran harga, Penyedia B/J menolak menaikkan nilai jaminan pelaksanaan untuk penawaran di bawah 80% HPS
n. hasil pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)