modul 1 jalu setiya pradana 102130098 shift 2

8
MODUL 01 DASAR-DASAR PENGUKURAN DALAM ELEKTRONIKA Nama : Jalu Setiya Pradana NIM : 10213098 E-mail : [email protected] Shift : II/1 Asisten : Fredy Tantri (10211021) : Reza A. (10211074) : Yehan S. D. (10209003) Tanggal Praktikum : 15 September 2014 Tanggal Pengumpulan : 20 September 2014 Abstrak Pengukuran adalah hal yang paling mendasar dalam fisika. Pengukuran dilakukan untuk menetukan nilai dari suatu besaran/dimensi. Dalam praktikum ini, pengukuran yang dilakukan antara lain: penentuan tegangan dan arus dalam rangkaian seri dan parallel menggunakan multimeter, penentuan tegangan beban dengan rangkaian setara Thevenin, menentukan dan membandingkan tegangan AC dan DC dengan menggunakan multimeter dan osiloskop, serta menentukan pola Lissajous yang bisa digunakan untuk penentuan frekuensi yang belum diketahui. Setelah praktikum ini didapatkan bahwa untuk rangkaian parallel tegangan untuk semua hambatan sama. Lalu, untuk rangkaian seri memiliki jumlah arus yang sama untuk setiap hambatan. Tegangan yang terbaca dari multimeter adalah tegangan rata-rata (root means square). Bentuk pola Lissajous berbeda untuk setiap perbandingan input CH1 dan CH2. Kata Kunci : Lissajous, Osiloskop, Parallel, Seri, dan Thevenin, 1. Tujuan 1. Menentukan besar tegangan resistor pa- da rangkaian seri dan parallel. 2. Menentukan besar arus resistor pada rangkaian seri dan parallel. 3. Menentukan tegangan beban menggunakan persamaan setara Thevenin . 4. Menentukan tegangan DC mengguna- kan osiloskop dan multimeter. 5. Menentukan tegangan AC mengguna- kan osiloskop dan multimeter. 6. Menentukan pola Lissajous untuk beberapa perbandingan frekuensi CH1 dan CH2 pada osiloskop. 2. Teori Dasar 1. Hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa be- sar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurs dengan beda potensial yang dite- rapkan kepadanya. Secara matematis ditulis 2. Hukum I Kirchhoff. Prinsip dari kekelakan muatan listrik (Hukum I Kirchhoff) mengatakan bahwa Pada setiap titik percabangan dalam sirkuit listrik, jumlah dari arus yang masuk kedalam titik itu sama

Upload: jalu-setiya-pradana

Post on 14-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fisika

TRANSCRIPT

  • MODUL 01

    DASAR-DASAR PENGUKURAN DALAM ELEKTRONIKA

    Nama : Jalu Setiya Pradana

    NIM : 10213098

    E-mail : [email protected]

    Shift : II/1

    Asisten : Fredy Tantri (10211021)

    : Reza A. (10211074)

    : Yehan S. D. (10209003)

    Tanggal Praktikum : 15 September 2014

    Tanggal Pengumpulan : 20 September 2014

    Abstrak

    Pengukuran adalah hal yang paling mendasar dalam fisika. Pengukuran dilakukan untuk menetukan

    nilai dari suatu besaran/dimensi. Dalam praktikum ini, pengukuran yang dilakukan antara lain: penentuan

    tegangan dan arus dalam rangkaian seri dan parallel menggunakan multimeter, penentuan tegangan beban

    dengan rangkaian setara Thevenin, menentukan dan membandingkan tegangan AC dan DC dengan

    menggunakan multimeter dan osiloskop, serta menentukan pola Lissajous yang bisa digunakan untuk

    penentuan frekuensi yang belum diketahui. Setelah praktikum ini didapatkan bahwa untuk rangkaian

    parallel tegangan untuk semua hambatan sama. Lalu, untuk rangkaian seri memiliki jumlah arus yang sama

    untuk setiap hambatan. Tegangan yang terbaca dari multimeter adalah tegangan rata-rata (root means

    square). Bentuk pola Lissajous berbeda untuk setiap perbandingan input CH1 dan CH2.

    Kata Kunci : Lissajous, Osiloskop, Parallel, Seri, dan Thevenin,

    1. Tujuan

    1. Menentukan besar tegangan resistor pa-

    da rangkaian seri dan parallel.

    2. Menentukan besar arus resistor pada

    rangkaian seri dan parallel.

    3. Menentukan tegangan beban

    menggunakan persamaan setara

    Thevenin .

    4. Menentukan tegangan DC mengguna-

    kan osiloskop dan multimeter.

    5. Menentukan tegangan AC mengguna-

    kan osiloskop dan multimeter.

    6. Menentukan pola Lissajous untuk

    beberapa perbandingan frekuensi CH1

    dan CH2 pada osiloskop.

    2. Teori Dasar

    1. Hukum Ohm.

    Hukum Ohm menyatakan bahwa be-

    sar arus listrik yang mengalir melalui

    sebuah penghantar selalu berbanding

    lurs dengan beda potensial yang dite-

    rapkan kepadanya. Secara matematis

    ditulis

    2. Hukum I Kirchhoff.

    Prinsip dari kekelakan muatan listrik

    (Hukum I Kirchhoff) mengatakan

    bahwa Pada setiap titik percabangan

    dalam sirkuit listrik, jumlah dari arus

    yang masuk kedalam titik itu sama

  • dengan jumlah arus yang keluar dari

    tersebut atau juamlah total arus pada

    sebuah titik adalah nol. Secara

    matematis ditulis

    Dari hukum ini kita dapat menyim-

    pulkan bahwa arus pada setiap

    hambatan pada rangkaian seri adalah

    sama karena tidak ada percabangan

    dalam rangkaian seri.

    ( )

    Gambar 1. Rangkaian Parallel

    Untuk rangkaian parallel karena

    kutub negatif dan positif resistor

    berada pada titik yang sama sehingga

    tegangan untuk setiap resistor adalah

    sama yaitu tegangan total.

    Sehingga,

    Gambar 2. Rangkaian Seri

    3. Rangkaian Setara Thevenin

    Rangkaian setara Thevenin

    merupakan rangkaian kompleks yang

    telah disederhanakan menjadi

    sebuah rangkaian seri yang terdiri dari

    sebuah sumber tegangan dan sebuah

    tahanan (resistor).

    Gambar 3. Rangkaian Pembagi Tegangan

    VTh =

    RTh = R2 +

    4. Pengukuran tegangan.

    Tegangan untuk rangkaian parallel

    adalah sama. Sehingga, kita dapat

    mengukur tegangan dari sebuah

    hambatan dengan cara memasang

    parallel hambatan dengan

    multimeter/voltmeter. Agar

    multimeter/voltmeter tidak

    menganggu sistem yang kita ukur

    maka seharusnya hambatan pada

    multimeter/voltmeter harus sangat

    besar.

    Gambar 4. Pemasangan Voltmeter

    Jangan merangkai seri multimeter

    dengan rangkaian untuk mengukur

    tegangan. Sebab tidak akan ada

    tegangan yang akan terukur

    (rangkaian seolah-olah terputus).

    5. Pengukuran Arus.

    Jumlah arus dalam rangkaian seri

    selalu sama. Sehingga, kita dapat

  • mengukur arus dari sebuah hambatan

    dengan cara memasang seri hambatan

    dengan multimeter/amperemeter.

    Agar multimeter/amperemeter tidak

    menganggu sistem maka hambatan

    pada multimeter/amperemeter

    haruslah sangat kecil.

    Gambar 5. Pemasangan Amperemeter

    Jangan memasang parallel

    Amperemeter dengan rangkaian.

    Sebab hal ini akan menyebabkan

    kerusakan alat.

    6. Osiloskop

    Osiloskop adalah alat untuk

    mengamati bentuk sinyal listrk

    terhadap waktu.

    Gambar 6. Osiloskop

    Dalam osiloskop terdapat tombol

    Volt/div yang digunakan untuk

    mengubah-ubah nilai tegangan per

    kotak; CH1/2 yang digunakan untuk

    memasukan input tegangan; Time/div

    yang digunakan untuk mengubah-

    ubah nilai waktu per kotak.

    Nilai tegangan adalah jumlah kotak

    pada sumbu vertikal dikalikan nilai

    volt/div, sedangkan nilai waktu/

    periode adalah jumlah kotak pada

    sumbu horizontal dikalikan nilai

    time/div.

    7. Diagram/Pola Lissajous

    Pola Lissajous adalah penampakan

    pada layar osiloskop yang

    mencitrakan perbedaan atau

    perbandingan (beda fase, frekuensi,

    dan amplitudo) dari dua buah

    gelombang input pada probe

    osiloskop. Penggambaran dua buah

    gelombang tergantung pada

    gelombang yang masuk pada

    osiloskop. Gelombang yang masuk

    pada CH1 akan digambarkan sebagai

    sumbu horizontal , dan CH2 sebagai

    sumbu vertical. Lalu, gelombang ini

    diplot dalam satu bentuk dua

    dimensi.

    3. Data

    1. Resistor

    Rangkaian Seri

    Gambar 7. Seri

    R1 R2 R3 R Seri

    9,87 k 4,67 k 2,12 k 16,7 k

    V1 V2 V3 VSumber

    3,11V 1,48 V 0,67V 5,27 V

    I1 I2 I3 ITotal

    0,26 mA 0,26 mA 0,26 mA 0,26mA

    Rangkaian Parallel

  • Gambar 8. Parallel

    R1 R2 R3 R parallel

    9,87 k 4,67 k 2,12 k 1,27 k

    V1 V2 V3 VSumber

    5,27 V 5,27 V 5,27 V 5,27 V

    I1 I2 I3 ITotal

    0,48 mA 1,08 mA 2,44 mA 4,11 mA

    2. Rangkaian Thevenin

    R4 = 216,1

    V4 = 30,6 mV

    3. Osiloskop Arus DC

    Multi-

    meter

    Osilos

    -kop

    Bentuk Gelombang

    12,4 V 12 V

    Gambar 9. Tegangan 12V

    5,3 V 5 V

    Gambar 10. Teganagan 5V

    10,05 V 10 V

    Gambar 11. Tegangan 10V

    4. Osiloskop Arus AC

    Multi-

    Meter(V)

    0,076 V 0,15 V 4,7 V

    Osilo-

    Skop(V)

    0,1 V 0,2 V 6,1 V

    T (Osi-

    loskop)

    23,7 ms 36 ms 20 ms

    T SG 23,8 ms 37,63 ms 20 ms

    Gambar 12. Tegangan AC 0,1 V

    Gambar 13. Tegangan AC 0,2 V

    Gambar 14. Tegangan AC 6,1 V/

    5. Lissajous

    Channel

    1

    Channel

    2

    Pola Lissajous

    20 Hz 40 Hz

    Gambar 15. Pola Lissajous

    1:2

    20 Hz 60 Hz

  • Gambar 16. Pola Lissajous

    1:3

    40 Hz 60 Hz

    Gambar 17. Pola Lissajous

    2:3

    4. Pengolahan Data

    Rangkaian Parallel

    Vsumber= V1 = V2 = V3 = 5,27 Volt

    Itotal = Vsumber /Rparallel = 5,27 / 1,27 k =

    4,14 mA

    I1 = Rparellel *Itotal / R1 = 5,27 / 9,87 k =

    0,53 mA

    I2 = Rparellel *Itotal / R2 = 5,27 /4,67 k =

    1,12 mA

    I3 = Rparellel *Itotal / R3 = 5,27 /2,12 k =

    2,49 mA

    I1* + I2

    * + I3

    * = 0,48 + 1,08 + 2,44 =

    4 mA

    I1 + I2 + I3 = 0,53 + 1,12 + 2,49 = 4,14

    mA

    Rangkaian Seri

    Itotal = I1 = I2 = I3 = Vsumber /Rseri = 5,27 /

    16,7 = 0,32 mA

    V1 = I1 R1 = 0,32m*9,87k = 3,16 V

    V2 = I2 R2 = 0,32m*4,67k = 1,49 V

    V3 = I3 R3 = 0,32m*2,12k = 0,68 V

    V1* + V2

    * + V3

    * = 3,11 + 1,48 + 0,67 =

    5,26 V

    V1 + V2 + V3

    = 3,16 + 1,49 + 0,68 = 5,27

    V

    Ket :

    V* = Tegangan nyata (yang diukur)

    I* = Arus nyata (yang diukur)

    VTh =

    = ( )

    ( ) = 0,93 V

    RTh = R2 +

    = 4,67 k+

    ( )

    ( ) =

    6,42 k

    VL= VR4 =

    = 30,3 V

    Rtotal = R1 +{(R2+R4)||R3} = 11,35 k

    Itotal = 5,27 / 11,35 k = 0,46 mA

    VR4= 0,72 V

    V rms = Vp /

    V 1rms = V1p / = 0,1 / = 0,071 V

    V 2rms = V2p / = 0,2 / = 0,14 V

    V 3rms = V3p / = 6,1 / = 4,31 V

    5. Analisis

    Dalam Percobaan , kita mendapatkan

    hasil yang berbeda dengan hasil teori.

    Contohnya adalah pada pengukuran arus.

    Arus teori dan arus percobaan memiliki

    nilai yang berbeda tetapi hampir sama. Ini

    disebabkan sebab dalam multimeter

    memiliki nilai hambatan dalam yang bila

    dirangakai dengan resistor akan

    mempengaruhi nilai arus. Begitu pula,

    dengan tegangan. Selain itu, penjumlahan

    seluruh arus dalam rangkaian parallel

    tidak sama dengan arus total. Selain

    pengaruh dari hambatan dalam multi-

    meter, ketika kita mengukur hambatan

    tersebut pasti ada energi atau daya yang

    hilang menjadi panas. Namun, ketika kita

    mengukur arus total kita seakan

    mengukur arus sumber bukan arus total

    pada rangkaian tersebut. Hal ini juga

  • terjadi pada pengukuran tegangan pada

    rangkaian seri.

    Ada perbedaan ketika kita mengukur

    tegangan menggunakan multimeter

    dengan osiloskop. Saat pengukuran

    tegangan DC tidak terjadi perbedaan

    yang berarti (multimeter memiliki

    ketelitian yang lebih tinggi). Namun,

    ketika kita mengukur tegangan AC aka

    nada perbedaan yang signifikan, yaitu:

    Osiloskop memberikan nilai tegangan

    yang sesungguhnya (fungsi sinus/

    cosinus), namun multimeter memberikan

    nilai pasti. Sebenarnya tegangan yang

    terbaca oleh multimeter adalah tegangan

    rata-rata (root means square), yang

    nilainya adalah tegangan puncak AC

    dibagi akar dua.selain itu, perbedaan

    antara multimeter dan osiloskop adalah

    jika osiloskop kita harus menghitung

    berapa besar nilai tegangan tersebut

    dengan cara mengalikan konstanta (s per

    div atau v per div) dengan jumlah kotak.

    Tapi jika kita mengukur dengan

    multimeter kita mendapatkan hasil

    pasti/nilai.

    Jika kita menggunakan cara biasa maka

    nilai dari tegangan beban sangat jauh

    berbeda(0,72 V dengan 30,6V). Namun,

    ketika kita menggunakan cara thevenin

    maka hasilnya mendekati nilai tegangan

    nyata. Sehingga untuk mencari nilai

    tegangan hambatan akan valid kita

    menggunakan cara thevenin. Hasil

    pengukuran antara penggunaan cara biasa

    dengan thevenin berbeda karena dalam

    penggunaan thevenin, sebelumnya

    rangkaian terbuka dan yang akan

    memiliki tegangan dalam hal ini adalah

    R1 dan R3 karena R2 adalah rangkaian

    terbuka. Namun, ketika dipasang R4

    (tidak tetap) maka tegangan dalam R3

    tetap karena R4 adalah hanya hambatan

    beban (tidak tetap). Sehingga tegangan

    yang dimiliki R3 sama dengan tegangan

    yang dimiliki R4+R2(susunan seri).

    Dalam praktik terbukti bahwa teori ini

    benar, walaupun ada perbedaan nilai.

    Perbedaan ini dikarenakan karena

    pembulatan nilai dari tegangan dan

    hambatan ketika menganalisis secara

    teori.

    Pola Lissajous akan sama untuk satu

    perbandingan yang sama. Cara untuk

    menentukan perbandingan dari pola

    Lissajous adalah dengan menarik garis

    secara vertical dan horizontal. Jumlah titik

    dari perpotongan garis vertikal dengan

    pola Lissajous menunjukan jumlah

    perbandingan dari sumbu x (CH 1).

    Selain itu, Jumlah titik dari perpotongan

    garis horisontal dengan pola Lissajous

    menunjukan jumlah perbandingan dari

    sumbu y (CH 2).

    Dalam pengukuran tegangan DC dalam

    osiloskop dengan multi meter adalah

    hampir sama. Dalam osiloskop terbaca 12

    V dan dalam multimeter terbaca 12,4 V.

    hal ini terjadi karena keakuratan alat

    (osiloskop dan multimeter) berbeda

    (multimeter memiliki keakuratan yang

    lebih). Selain itu adalah keterbatasan mata

    manusia untuk membaca osiloskop.

    Sebenarnya tegangan yang terbaca oleh

    multimeter adalah tegangan rata-rata (root

    means square), yang nilainya adalah

    tegangan puncak AC dibagi akar dua.

    Lalu, perioda yang diberikan oleh

    osiloskop dengan SG adalah hampir

    sama. Ini disebabkan, keterbatasan mata

  • manusia untuk membaca osiloskop secara

    presisi.

    6. Kesimpulan

    1. Dari hasil percobaan yang kami

    lakukan . Didapatkan bahwategangan

    untuk rangkaian seri dan parallel

    berturut-turut adalah

    Rangkaian Seri

    V1 V2 V3 VSumber

    3,11V 1,48 V 0,67V 5,27 V

    Rangakaian Parallel

    V1 V2 V3 VSumber

    5,27 V 5,27 V 5,27 V 5,27 V

    2. Nilai arus untuk rangakain sei dan

    parallel berturut-turut adalah

    Rangkaian Seri

    I1 I2 I3 ITotal

    0,26 mA 0,26 mA 0,26 mA 0,26mA

    Rangakaian Parallel

    V1 V2 V3 VSumber

    5,27 V 5,27 V 5,27 V 5,27 V

    3. Tegangan beban dari rangkaian setara

    Thevenin yang kami dapatkan adalah

    30,6 mVolt.

    4. Nilai tegangan DC menggunakan

    multimeter adalah 12,4 Volt, 5,3 Volt,

    10,05 Volt.

    Nilai tegangan DC menggunakan

    osiloskop adalah 12 Volt, 5 Volt, 10

    Volt.

    5. Nilai tegangan AC menggunakan

    multimeter adalah 0,076 Volt, 0,15

    Volt, 4,7 Volt.

    Nilai tegangan AC menggunakan

    osiloskop (tegangan puncak) adalah

    0,1 Volt, 0,2 Volt, 6,1 Volt.

    6. Dari percobaan kami mendapatkan

    Pola Lissajous 1:2

    Pola Lissajous 1:3

    Pola Lissajous 2:3

    7. Referensi

    1. Halliday, David , Robert Resnick and

    Jearl Walker. Fundamental of Physic

    8E (Extended). New York : Willey &

    Sons, Inc. (Page. 692)

    2. Halliday, David , Robert Resnick and

    Jearl Walker. Fundamental of Physic

    8E (Extended). New York : Willey &

    Sons, Inc. (Page. 683)

    3. www.elektronika123.com/mengukur-

    arus-dan-tegangan/ (diakses 19

    September 2014 pukul 19.00)

  • 4. Tantri, Fredy. Modul 01 Dasar-

    Dasar Pengukuran Dalam

    Elektronika.pdf.

    5. www.sentra-

    edukasi.com/2009/06/materi-elektro-

    kurva-lissajous.html (diakses 19

    September 2014 pukul 23.00)