model praktek keperawatan profesional · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,...

23
A. Pendahuluan Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Para manajer dalam usaha merampungkan segala pekerjaanya dilakukan dengan kerja sama dengan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang-orang yang ada disekitarnya. Hal ini merupakan fungsi memimpin, apabila para manajer memotivasi bawahannya, mengarahkan kegiatan orang lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan pertentangan diantara anggota, mereka itu, adalah pemimpin. Para manajer dalam usaha merampungkan segala pekerjaanya dilakukan dengan kerja sama dengan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang-orang yang ada disekitarnya Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen keparawatan sejajar dengan proses keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan kegiatan pada semua bentuk organisasi keperawatan baik dirumah sakit, puskesmas, pondok bersalin, pusat perawatan rawat jalan. Pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara professional baik bio-psiko- sosial dan spiritual. Manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staff (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (cotrolling). Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi segala bentuk kegiatan dalam organisasi antara lain keuangan, peralatan dan sumber daya manusia, lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana optimal bagi persyaratan pengawasan perawat-perawat klinis. B. Pengertian MPKP Model Praktek Keperawaan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai- nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Floffart&Woods, 1996 dalam Sitorus, 2005). Model Praktek Keperawaan Profesional (MPKP) mempunyai beberapa tujuan antara lain adalah (1) Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan; (2)Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik keperawatan profesional; (3)Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian keperawatan C. Fungsi Manajemen Keperawatan dalam MPKP Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Untuk memudahkan kegiatan beberapa ahli ada yang meringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau Planning, Organizing, actuating dan controlling yang disingkat (POAC). PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM PENERAPAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) By : Setiadi

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

23 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

A. Pendahuluan

Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Para manajer dalam usaha merampungkan segala pekerjaanya dilakukan dengan kerja sama dengan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang-orang yang ada disekitarnya. Hal ini merupakan fungsi memimpin, apabila para manajer memotivasi bawahannya, mengarahkan kegiatan orang lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan pertentangan diantara anggota, mereka itu, adalah pemimpin. Para manajer dalam usaha merampungkan segala pekerjaanya dilakukan dengan kerja sama dengan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang-orang yang ada disekitarnya

Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen keparawatan sejajar dengan proses keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan kegiatan pada semua bentuk organisasi keperawatan baik dirumah sakit, puskesmas, pondok bersalin, pusat perawatan rawat jalan. Pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara professional baik bio-psiko-sosial dan spiritual. Manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staff (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (cotrolling). Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi segala bentuk kegiatan dalam organisasi antara lain keuangan, peralatan dan sumber daya manusia, lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana optimal bagi persyaratan pengawasan perawat-perawat klinis.

B. Pengertian MPKP

Model Praktek Keperawaan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Floffart&Woods, 1996 dalam Sitorus, 2005). Model Praktek Keperawaan Profesional (MPKP) mempunyai beberapa tujuan antara lain adalah (1) Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan; (2)Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik keperawatan profesional; (3)Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian keperawatan

C. Fungsi Manajemen Keperawatan dalam MPKP

Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Untuk memudahkan kegiatan beberapa ahli ada yang meringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau Planning, Organizing, actuating dan controlling yang disingkat (POAC).

PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM PENERAPAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)

By : Setiadi

Page 2: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

Di Ruang MPKP pendekatan manajemen juga bisa menerapkan fungsi manajemen yang juga terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling).

1. Fungsi Perencanaan MPKP

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan. Tanpa ada proses perencanaan, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staff untuk mencapai tujuan orgnisasi. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas-tugas staff, dan dengan tugas-tugas ini seorang pimpinan akan mempunyai pedoman untuk melaksanakan supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staff untuk menjalankan tugas-tugasnya.

Perencanaan adalah suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standart, fleksibel, seimbang dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dulu. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan memuaskan. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk tiga sampai sepuluh tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku satu sampai dengan lima tahun dan perencanaan jangka pendek dibuat satu jam sampai dengan satu tahun. Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing dalam organisasi.

Dalam manajemen keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan memuaskan. Selama perencanaan perawat manajer menganalisa dan mengkaji sistem, menyusun strategi dan rencana operasional dan memprioritaskan aktivitas yang akan dilakukan. Langkah pengumpulan data terdiri dari pengumpulan informasi tentang pasien, lembaga, masyarakat, tenaga kerja dan desakan-desakan lingkungan. Data yang terkumpul akan menjadi suatu pijakan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang diambil selama tahap perencanaan. Kegiatan perencanaan di ruang MPKP meliputi beberapa kegiatan antara lain perumusan visi, misi, filosofi, menyusun kebijakan, menyusun standar kerja (SOP, SAK) dan sistem informasi manajemen.

a. Perumusan filosofi, visi, misi dan tujuan

Filosofi

Filosofi adalah statemen yang mencerminkan nilai-nilai, visi, dan misi dari suatu organisasi. Filosofi memuat seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Pernyataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dalam institusi atau organisasi.

Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu yang mengemukakan pandangan praktisi dan manajer perawat tentang apa yang mereka yakini dari manajemen dan praktek keperawatan. Idealnya seluruh personal pegawai keperawatan harus berpartisipasi dalam menyeleksi suatu teori atau kerangka kerja konseptual dan filosofi untuk kepentingan praktek. Setelah hal ini disepakatai, para manajer dan seluruh spsesialis keperawatan mulai menyusun suatu pernyataan visi dan misi untuk mengarahkan dan mengintegrasikan aktifitas-aktifitas kelompok. Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan.

Visi

Langkah pertama dalam merencanakan manajemen keperawatan ada membuat kesepakatan terhadap visi dan misi yang akan dijadikan sebagai suatu hal yang dicita-citakan oleh organisasi.

Page 3: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

statemen visi dirancang untuk mengilhami dan memotivasi karyawan untuk mencapai suatu kondisi yang diinginkan. Visi ini dirumuskan bersama oleh kepala ruang dengan memperhatikan masukan-masukan dari stakeholders dan visi seharusnya ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi rumah sakit yang merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan ruang masing-masing.

Misi

Misi seharusnya memberikan arahan dalam mewujudkan visi dan dinyatakan dalam tujuan-tujuan yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu yang mengandung pokok pokok bentuk kegiatan utama yang dapat menjadi landasan hubungan kerja serta pengalokasian sumberdaya ke segenap pihak yang berkepentingan. Misi seharusnya menjadi tolok ukur dalam evaluasi di seluruh unit kerja yang bisa di revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan kebutuhan masyarakat. Misi bagian perawat harus berasal dari misi lembaga keseluruhan dan untuk memutuskan misi diruangan keperawatan para perencana harus terlebih dahulu menilai, lingkungan internal dan external bagian dari keperawatan. Untuk mengetahui bahwa misi yang dibuat realistic para perencana harus mengetahui ukuran dan karakter wilayah jangkauan wilayah, masalah-masalah sosial dan kesehatan yang umum serta kelebihan dan kekurangan para anggota staf keperawatan.

Setelah misi ditentukan para pimpinan keperawatan dan staff harus mengemukakan suatu pernyataan keyakinan untuk mendukung serta mengilhami aktifitas-aktifitas keperawatan. Pernyataan ini mencakup keyakinan para anggota mengenai sifat kehidupan, kesehatan, penyakit, lingkungan, pelayanan keperawatan dan hubungan antara perawat, pasien dan keluarga. Waterman (1982), mengemukakan bahwa nilai-nilai yang tersebar diantara karyawan menpunyai pengaruh yang lebih besar terhadap keberhasilan organisasi daripada melaksanakan struktur organisasi, sumber-sumber ekonomi, atau kemampuan teknologi.

Tujuan

Tujuan adalah pernyataan konkret dan spesifik dimana misi akan dicapai dan filosofi atau keyakinan berlangsung. Tujuan harus hidup yang memuat pernyataan konkret yang menjadi standar agar kinerja dapat diukur. Tujuan dalam keperawatan ini diperlukan dalam semua area dimana pelayanan keperawatan berlangsung. Tujuan memberikan abonement dari produk perawatan kesehatan yang diperlukan oleh pasien.

Setelah filosofi, visi dan misi bagian keperawatan dimunculkan, tujuan departemen harus dikembangkan untuk memenuhi visi dan misi yang dipilih sesuai dengan keyakinan-keyakinan yang dinyatakan oleh kelompok. Jika semua perawat telah menyetujui maka pernytaan-pernyataan visi, misi ini didistribusikan kesemua karyawan keperawatan dan dipasang disetiap unit keperawatan. Para manajer keperawatan berkewajiban menyebarkan visi dan misi akan dikenal luas untuk meningkatkan kreativitas serta membuat para karyawan terfokus pada upaya-upaya kearah pencapaian visi.

Hubungan selanjutnya dalam rantai perencanaan adalah setiap kepala perawat atau coordinator harus mengarahkan para perawat profesionalnya untuk mengembangkan pernyataan tentang filosofi, visi, misi dan tujuan unit keperawatan. Sebagai contoh jika filosofi organisasi mengacu kepada keyakinan agama, maka pernytaan visi, misi dan tujuan juga mencerminkan keyakinan yang sama. Jika visi departemen menyatakan maksud untuk menyiapkan maksud untuk menyiapkan pasien kearah perawatan diri , maka pernyataan visi, misi dan tujuan unit harus juga menyebutkan maksud-aksud yang sama.

Page 4: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

b. Menyusun Kebijakan,

Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan. Analisis kebijakan merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan. Kebijakan yang disusun didalam ruangan MPKP antara lain adalah kedisiplinan, aturan dinas, rotasi, jenjang karir dan lain-lain.

Gambar1 : Contoh perumusan visi, misi, tujuan dalam suatu ruang perawatan

Visi Rungan :

Menjadi ruangan yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Adi Setia Medika dengan pelayanan yang utuh bio-psiko-sosio dan spiritual

Misi Ruangan

Kami melayani pasien dengan layanan sepenuh hati

Kami selalu berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik

Kami akan selalu tersenyum dalam melayani pasien

Kami bekerja dengan berfokus pada kesehatan dan kepuasan pasien

Kami akan optimalisasi sarana pelayanan yang ada dengan baik

Moto Kami :

Kami diciptkan untuk berbuat baik dengan sesama

Tujuan khusus keperawatan penyakit bedah

Memberi asuhan keperawatan kepada klien penyakit bedah secara holistik dan optimal.

Mempersiapkan klien (fisik, mental dan spiritual) yang akan menjalani pembedahan dan menjaga agar klien terhindar dari komplikasi pasca bedah.

Memberi semua bantuan yang diarahkan untuk memelihara rasa aman dan nyaman klien.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien penyakit bedah, digunakan standar asuhan keperawatan dengan lima langkah proses keperawatan.

Memberi penyuluhan kepada klien, sehingga mandiri merawat diri setelah pembedahan maupun setelah klien pulang.

Memelihara hubungan kerja yang harmonis sesama tim kesehatan yang ada di lingkungan kerja.

Menciptakan iklim kerja yang kondusif untuk proses belajar mengajar dalam kegiatan pendidikan bagi peserta didik/magang.

Falsafah keperawatan Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah sakit setia husada perawat meyakini:

Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio, kultur dan spiritual, di mana unsur spiritual merupakan unsur terpenting.

Keperawatan merupakan karya Tuhan Yang Maha Esa bagi umat manusia melalui tim keperawatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan secara optimal, kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama maupun status sosial di tempat pelayanan keperawatan.

Tujuan asuhan keperawatan dicapai melalui anugerah Allah dan usaha bersama tim keperawatan, tim kesehatan lainnya dan klien.

Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan dalam lima tahap untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat serta memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan.

Page 5: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

c. Penyusunan Standart Kinerja,

Salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian ialah perumusan berbagai ketentuan formal yang harus ditaati oleh semua orang dalam organisasi. Secara popular sering dikatakan bahwa ketentuan formal itu berperan sebagai peraturan permainan yang harus ditaati. Beberapa contoh ketentuan formal adalah standart hasil pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu hasil pekerjaan yang harus dipenuhi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan disiplin organisasi yang merupakan salah satu kewaiban yang harus ditunaikan oleh semua organisasi. Disiplin organisasi menyangkut banyak hal antara lain keterikan pada norma-norma moral dan etika, keberadaan ditempat tugas sesuai dengan jam kerja yang berlaku dalam organisasi, kesediakan bekerja lembur apabila diminta, kewajiban melapor kepada atasan apabila seseorang terpaksa mangkir atau sakit, kesediaan ditempatkan dimanapun organisasi beroperasi dan dalam hal tertentu disiplin berpakaian.

Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian kinerja. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena bisa jadi, standar kinerja tersebut belum pernah disusun. Oleh karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan.

Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi dasar tentang apa yang harus dilakukan dan seberapa baik harus melakukannya. Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Setiap standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh. Standart yang harus ada di ruang MPKP antara lain adalah SAK (standar asuhan keperawatan), SOP (standar operasional prosedur) dan Protap (prosedur tetap).

d. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit menjadi faktor penting untuk meningkatkan pelayanan sekaligus penghematan bagi rumah sakit dan kini telah menjadi salah satu standar mutu sebuah "rumah sakit". Otomatisasi/komputerisasi sistim pelayanan dan sistim informasi manajemen merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak lembaga kesehatan dan rumah sakit telah mendapat manfaat dari peralatan canggih ini. SIM Rumah Sakit adalah solusi yang tepat untuk rumah sakit anda.

Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. Sistem Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta kompetensi utama sebuah organisasi dalam menyongsong era Informasi ini.

2. Pengorganisasian

Suatu rencana yang telah dirumuskan akan ditetapkan sebagai hasil penyelenggaraan fungsi organik perencanaan, dan dilaksanakan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam satuan-satuan kerja tertentu. Diperlukan berbagai pengaturan yang menetapkan bukan saja wadah tempat berbagai kegiatan akan diselenggarakan, tetapi juga tata karma yang harus di taati oleh setiap orang dalam organisasi dengan orang-orang lain, baik dalam satu satuan kerja tertentu maupun antar kelompok yang ada. Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas, sebuah perkumpulan,

Page 6: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

badan-badan pemerintahan dan lain sebagainya. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Jadi pengorganisasian merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat, keuangan dan fasilitas.

Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem kerjasama dapat dilihat, antara lain: (1) Ada komunikasi antara orang yang bekerjasama; (2) Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerjasama; (3) Kerjasama itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya manusia, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Apabila serangkaian kegiatan telah disusun dalam rangka mencapai tujuan organisasi, maka untuk pelaksanaan kegiatan tersebut harus diorganisasikan. Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan secara efektif, maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masing-masing. Pengorganisasian diruangan perawatan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode antara lain adalah pembuatan struktur organisasi, daftar dinas dan daftar pasien.

a. Struktur organisasi

Pengorganisasian diruangan MPKP yang ada dirumah sakit rata-rata menggunakan pendekatan modifikasi yaitu metode penugasan tim dan primer. Tenaga perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien

Gambar 2

Struktur Organisasi Ruangan Mawar

Page 7: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

Uraian tugas masing-masing personil diatas antara lain adalah :

a. Kepala ruangan - Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. - Mengorganisir pembagian tim dan pasien - Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya, - Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya, - Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya, - Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak

lanjutinya, - Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya, - Mengatur pembagian tugas staf. - Mengatur dan mengendalikan logistik/adminisrasi ruangan. - Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah - Bersama Perawat primer atau ketua tim mengikuti ronde tim medis. - Mengadakan ronde keperawatan - Menilai kinerja staf ruangan. - Melaksanakan kegiatan administrasi dan jadual dinas. - Mengorientasikan pegawai baru - Menciptakan dan mernelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien/keluarga dan

disiplin petugas kesehatan lainnya dan melakukan supervisi.

b. Ketua tim/perawat primer: - Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. - Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan, - Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-

sama anggota timnya, - Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan, - Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan, - Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya, - Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan, - Menerima operan klien setiap penggantian dinas pagi atau pada saat bertugas. - Melaksanakan pembagian klien pada perawat asosiet/pelaksana - Mengadakan pre/post konferens dengan perawat asosiet/ pelaksana - Mengatur pelaksanaan konsul dan pemerikasaan laboratorium. - Menerima klien baru dan memberi informasi tentang tata terib rumah sakit dan ruangan,

tenaga perawat dan dokter yang merawat dan adminisrasi. - Membuat rencana keperawatan, catatan perkembangan dan resume keperawatan klien - Melakukan diskusi keperawatan kepada perawat asosiate / pelaksana - Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat laporan - Meiakukan tindakan keperawatan tertentu yang membutuhkan kompetensi kompleks - Membuat perencanaan pulang - Memeriksa /mengevaluasi laporan keadaan klien yang telah dibuat PA - Melakukan penyuluhan kepada klien dan keluarga - Menyiapkan pelaksanaan asuhan keperawatan - Menilai hasil pekerjaan keiompok dan mendiskusikan permasalahan yang ada - N{enciptakan kerja samayang harmonis - Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan mengikuti visit/ronde medik - Mengikuti ronde keperawatan - Mengikuti kegiatan ilmiah - Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

Page 8: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

c. Uraian tugas perawat pelaksana:

- Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya. - Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan

keluarganya - Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim. - Melaksanakan timbang terima tugas setiap awal dan akhir tugas dari dan kepada petugas

penggantinya. - Mengikuti pre dan post konferens yang dilakukan. - Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan

didokumentasikan dalam rekam asuhan keperawatan. - Melaksanakan rencana keperawatan - Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan. - Menyiapkan klien untuk pemeriksan dioagnostik/laboratorium pengobatan dan tindakan - Melakukan konsultasi tentang masalah pasien. - Membimbing dan melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga. - Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat - Melakukan dinas rotasi sesuai jadual yang sudah dibuat

Contoh : Pembuatan rencana kegiatan (harian, bulanan dan tahunan)

Jenis perencanaan yang diterapkan diruang MPKP adalah perencanaan jangka pendek yang terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan.

Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference. Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan yang dibuat tiap bulan. Dan setiap akhir tahun kepala ruang melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya

a. Rencana Harian kepala ruangan

Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan.

Berikut isi rencana harian kepala ruangan meliputi asuhan keperawatan, supervisi Katim dan perawat pelaksana, supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit yang terkait

Page 9: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

Tabel 2.1 : Contoh rencana harian kepala ruanga

b. Rencana Bulanan Kepala Ruangan

Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.

Kegiatan yang termasuk rencana bulanan karu

- Membuat jadual dan memimpin case conference

- Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

- Membuat jadual dinas

- Membuat jadual petugas TAK

- Membuat jadual memimpin rapat bulanan perawat

- Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan

- Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana

- Melakukan audit dokumentasi

- Membuat laporan bulanan

RENCANA HARIAN KEPALA RUANGAN Nama Karu :............. Ruangan : ............. Tanggal : ............. Jumlah perawat : ............. Jumlah pasien : .............

WAKTU KEGIATAN

07.30 Operan (Pre Conference), Mengecek SDM, fasilitas, pasien

08.00 Mengecek kebutuhan pasien ( pemeriksaan, kondisi, dll.)

09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru/pasien yang memerlukan perhatian khusus

10.00

Melakukan supervisi kepada ketua tim Ketua tim I : ...............................(nama) Tindakan : .................................................................................................. Ketua tim II : ...............................(nama) Tindakan : ..................................................................................................

11.00

Melakukan supervisi kepada perawat pelaksana Perawat 1 : Nama : .............................. Tindakan : .................................................................................................... Perawat 2 : Nama : .............................. Tindakan : .........................................

12.00 Hubungan dengan bagian lain terkait Rapat-rapat terstruktur/insidentil

13.00

Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien Istirahat

14.00 Operan Post conference

Page 10: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

Tabel 2.6 : Contoh rencana bulanan kepala ruang

RENCANA BULANAN KARU Bulan : ………………………………………………………

Senin Selasa rabu kamis Jum`at sabtu minggu

1 Rapat Lap. bulanan

2 Supervisi Katim

3 Audit dokumen

4 Penkes keluarga

5 Supervisi PA

6 Audit dok

7 Dst.

Ketua Tim Kepala Ruang (…………) (……………….)

c. Rencana tahunan kepala ruang

Setiap akhir tahun kepala ruang melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya.

Rencana kegiatan tahunan mencakup :

1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang dilakukan dari 4 pilar praktek profesioanal) serta evaluasi mutu pelayanan

2) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim 3) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaianya

yang bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkanya dimasa mendatang

4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melajutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

d. Rencana Harian Ketua Tim Isi rencana harian ketua tim antara lain adalah: - penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya, - Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan

tidak langsung, serta on the job trainning yang dirancang, - Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam.

Page 11: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

Tabel 2.2 : Rencana Harian Ketua Tim / Perawat Prime

e. Rencana Bulanan Ketua Tim Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam timnya yaitu askep dan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah: - Mempersentasikan kasus dalam case conference - Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga - Melakukan supervisi perawat pelaksana

Tabel 2.7 : Contoh rencana bulanan kepala ruang

RENCANA BULANAN KATIM Bulan : ………………………………………………………

Senin Selasa rabu kamis Jum`at sabtu Minggu

1 Rapat ruangan

2 Supervisi PA

3 Supervisi PA

4 Penkes keluarga

5 Supervisi PA

6 Audit dok

7 Dst.

RENCANA HARIAN KETUA TIM/PERAWAT PRIMER Nama perawat:.........................Ruangan : .......................Tanggal : ............................. Nama Pasien : 1.......................... 4.......................... 7.......................... 2.......................... 5.......................... 8.......................... 3......................... 6.......................... 9..........................

WAKTU KEGIATAN

07.30 Operan Pre Conference

08.00

Pasien 1 :........................................................................ ( tindakan ) Pasien 2 :........................................................................ ( tindakan ) Pasien 3 :........................................................................ ( tindakan ) dst

09.00

Melakukan supervisi kepada perawat Perawat I : ....................................(nama) Tindakan : .................................................................................. Perawat II : ....................................(nama) Tindakan : ..................................................................................

10.00 Memimpin terapi kelompok.

11.00

Pasien 1 :.......................................................................... ( tindakan ) Pasien 2 :.......................................................................... ( tindakan ) Pasien 3 :.......................................................................... ( tindakan ) dst

12.00 Istirahat

13.00 Dokumentasi dan supervisi pendokumentasian yang dibuat perawat

14.00 Operand an post conference

Page 12: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

b. Pengaturan Daftar Dinas Ruangan disusun berdasarkan tim

Daftar dinas disusun berdasarkan tim, yang dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu berikutnya bekerja sama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) malam hari dan yang libur.

Tabel 2.8 : Contoh Jadwal Dinas Ruangan A

No Nama Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

1. Karu P

Tim I

Katim PA.1 PA.2 PA.3 PA.4 PA.5

P M S M S P

Tim II

Katim PA.1 PA.2 PA.3 PA.4 PA.5

P M S M S P

Pagi

Sore

Malam

c. Daftar Pasien

Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas berikutnya.

Tabel 2.9 : Contoh daftar pasien di ruangan..A..

No Nama Pasien Dokter Perawat Primer /

Ketua tim

PA/PP

22-10-09 23-10-09 24-10-09

Pagi Sore Malam

1

TIM I 1. sinta 2.Alek 3.Ricak 4.santi 5.Riki 6.Dewi

Dr. Sri Dr. Sri Dr. Ria Dr. Ari Dr. Ria Dr. Ria

Bernan Bernan Bernan Bernan Bernan Bernan

Anto Rina Ja`far Atus Tono Hari

Anton Rina

Jafar Atus

Tono

2 TIM II

TIM I 1. Painten 2.Paidi 3.Paimo 4.Painem 5.Paijan 6.Paito

Dr. Sri Dr. Sri Dr. Ria Dr. Ari Dr. Ria Dr. Ria

Mahendra Mahendra Mahendra Mahendra Mahendra Mahendra

Oki Sukma Nisa Yoga Muji Rida

Oki

Sukma

Nisa Yoga

Muji

Page 13: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

d. Klasifikasi Pasien

Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :

a. Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam

b. Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam

c. Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam

Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut:

a. Kategori I : Perawatan mandiri/self care

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.

b. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.

c. Kategori III : Perawatan total/intensive care

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.

Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat ketergantungan :

a. Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaliknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.

b. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi tiga kriteria) c. Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally (I) pada kolom

yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total.

d. Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya.

Tabel 2.10 : Klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan

Kriteria ketergantungan Jumlah pasien perhari sesuai kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst

Perawatan minimal : 1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2. Makan dan minum dilakukan sendiri 3. Ambulasi dengan pengawasan 4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift 5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil 6. Pengobatan prosedur memerlukan pengobatan

Perawatan parsial : 1.Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu dilakukan sendiri 2.Observasi tanda-tanda vital setiap 4 Jam

Page 14: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

3.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali 4.Folley kateter, intake ouput dicatat 5.Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur

Perawatan total : 1.Segalanya diberi bantuan 2.Posisi yang diatur, observasi tanda- tanda vital setiap 2 jam 3.Makan memerlukanNGT, inravena terapi 4. Pemakaian suction 5. Gelisah/disorientasi

Jumlah total pasien per hari

Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam Sudarsono, 2000) tentang jumlah tenaga perawat di rumah

sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat

ketergantungan pasien seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.11 : Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang

∑ klien KLASIFIKASI PASIEN

MINIMAL PARSIAL TOTAL

Pagi siang malam pagi siang malam pagi siang malam

1 0.17 0.14 0.10 0.27 0.15 0.07 0.36 0.30 0.20

2 0.34 0.28 0.20 0.54 0.30 0.14 0.72 0.60 0.40

3 0.51 0.48 0.30 0.18 0.45 0.21 1.08 0.90 0.60

Dst

Dari tabel diatas, dapat diambil contoh : Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan perawatan total), maka jumlah perawat yang dibutuhkan: a. Dinas pagi : 3 x 0,17 = 0,51 14 x 0.27 = 3,78 5 x 0,36 = 1,90 Jumlah 6,90 → 6 orang b. Dinas siang 3 x 0,14 = 0,42 14 x 0.15 = 2.10 5 x 0,30 = 1,50 Jumlah 4,02 → 4 orang c. Dinas malam 3 x 0,10 = 0,30 14 x 0.07 = 0,98 5 x 0,20 = 1,00 Jumlah 2,26 → 2 orang

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah kebutuhan perawat untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang.

Page 15: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

Pada ruang MPKP, penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari. Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah dan variasi pasien di ruang rawat tersebut. Kepala ruangan mengalokasikan setiap pasien baru pada tim tertentu dengan mempertimbangkan beban kerja tim tersebut. Beban kerja dapat terkait dengan jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.

Tabel 2.13 : Perkiraan Jumlah Kebutuhan Perawat Di ruang berdasarkan Klasifikasi Pasien

Hari ke

Kualifikasi

Jumlah pasien

Jumlah kebutuhan perawat Ket.

Min Int Total Pagi Sore Malam

1 12 9 6 27 6.63 4.83 3.30

2 14 8 3 25 5.62 3.06 2.56

3 11 9 5 25 6.05 4.39 2.73

4 9 11 7 27 7.02 5.01 3.07

5 12 12 8 30 7.44 5.28 3.24

6 13 6 11 30 7.90 6.02 3.92

7 11 7 11 29 7.70 5.89 3.79

8 8 10 11 29 8.02 5.92 3.70

9 9 9 11 29 7.92 5.91 3.73

10 12 7 9 28 7.17 5.88 3.49

11 13 7 8 28 6.98 5.27 3.39

12 13 7 7 27 6.62 4.97 3.19

13 14 4 6 24 5.62 4.36 2.88

14 9 10 8 27 7.11 5.16 3.10

15 12 8 9 29 7.44 5.58 3.56

16 16 6 7 29 6.68 5.84 3.42

17 13 9 6 28 6.80 4.97 3.06

18 15 9 6 30 7.40 5.25 3.30

19 12 8 9 29 7.40 5.58 3.56

20 9 6 14 29 8.19 6.36 4.12

21 8 9 10 27 7.39 5.47 3.43

22 9 12 7 28 7.29 5.16 3.14

Rata - rata 7.11 5.28 3.35

Dari tabel diatas, dengan kapasitas tempat tidur 32 buah, diperlukan perawat sebagai berikut :

Jumlah kebutuhan perawat setiap hari : 7.11 + 5.28 + 3.35 = 15.74 → 16 orang

Libur/cuti : ± 5 orang

Jumlah tenaga yang dibutuhkan :

16 orang + 5 orang + 1 kepala ruangan + 4 orang perawat primer = 26 orang

D. Pengarahan (actuating)

Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif. Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan pengawasan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action.

Page 16: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan produktif. Para anggota organisasi akan bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian, keterampilan, dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan organisasi apabila kepada mereka diberikan penjelasan yang lengkap tentang hakikat, bentuk, dan sifat tujuan yang hendak dicapai. Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi dan komunikasi efektif, serta kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan ruang perawatan.

1. Program motivasi Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.

2. Manajemen konflik, MPKP merupakan pendekatan baru, maka kemungkinan menimbulkan konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM yang ada (MPKP). Selain itu dalam implementasi MPKP, Kepala subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak) dan katim agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mencegah dan menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada penyelesaian konflik dengan win-win solution.

3. Supervisi

Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna pembinaan.

Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan.

Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan.

Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.

Supaya hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan.

Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua

Page 17: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.

Diruang MPKP supervsi berjenjang dilakukan sebagai berikut :

- Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana

- Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat pelaksana - Ketua tim melakukan pengawasan terhadap perawat pelaksana

Materi supervisi disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruang materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim supervise terkait dengan kemampuan pengelolahan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan, sedangkan untuk perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Agar supervise dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staff maka perlu disusun standart dan jadual pasti dalam supervise.Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala ruangan menyusun rencana terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai rencana bulanan.

4. Pendelegasian Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses sebagai berikut : a. Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan b. Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas c. Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan d. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuaanya e. Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas f. Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer

harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang etrjadi

g. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai h. Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan

Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepeda perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.

Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.

a. Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Bentuknya antara lain adalah: - Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara

tugas kepala ruang karena alasan tertentu - Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif - Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan yang telah direncanakan. b. Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir ,

sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang berhalangan. Mekanisme yang dilakukan adalah sebagai berikut : - Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua tim untuk

menggantikan tugas kepala ruang - Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu anggota tim

(perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim

Page 18: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

- Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personiltersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.

Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah:

- Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian - Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang berkompetemn dan setara

dengan kemampuan yang digantikan tugasnya - Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan tertulis - Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi

rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi - Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan

hasilnya

5. Komunikasi efektif

Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi, komunikasi yang kurang baik dapat mengganggun kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan. Beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP antara lain adalah operan, pr conferen dan post conferen: a. Operan

Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu.

b. Pre conferen

Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).

c. Post conferen

Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).

d. Ronde Keperawatan

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan melibatkan klien untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan oleh ketua Tim atau penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.

Karakteristik pelaksanan ronde keperawatan antara lain:

Page 19: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

- Klien dilibatkan secara langsung - Klien merupakan fokus kegiatan - Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama - Kosuler memfasilitasi kreatifitas - Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk

meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah

Tujuan :

- menumbuhkan cara berfikir secara kritis - Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien - Meningkatkan vadilitas data klien - Menilai kemampuan justifikasi - Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja - Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.

Peran perawat primer dan perawat pelaksana dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :

- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien - Menjelaskan masalah keperawatan utama - Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan - Menjelaskan tindakan selanjutnya - Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

Peran perawat primer lain dan atau konsuler

- Memberikan justifikasi - Memberikan reinforcement - Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional - Mengarahkan dan koreksi - Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

E. Fungsi Pengendalian

Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai.

Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan eksis tanpa adanya perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan sebelumnya. Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus diperhatikan yaitu:

1. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan dalam system Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.

2. Agar standar pengawasan berfungsi efektif maka harus dipahami dan diterima oleh setiap anggota organisasi sebagai bagian integral, misalnya sistem standar kendali mutu harus dianggap normal dan perlu.

3. Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan. Ada dua tujuan pokok, yaitu: (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk dijadikan patokan guna membandingkan dengan prestasi. Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat memotivasi seluruh anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi. Karena tantangan biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya upaya untuk mencapai standar yang sulit mungkin dapat membangkitkan semangat yang lebih besar untuk mencapainya daripada kalau yang harus dipenuhi itu hanya standar yang mudah. Namun demikian,

Page 20: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

jika terget terlampau tinggi atau terlalu sulit kemungkinan juga akan menimbulkan patah semangat. Oleh karena itu tidak menetapkan standar yang terlampau sulit sehingga bukan meningkatkan prestasi, malah menurunkan prestasi

4. Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Di sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan, kewenangan dan tugas-tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job discription).

5. Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai pengekangan.

6. Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan, dan dimana tindakan korektif harus diambil.

7. Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternatif perbaikan, menentukan tindakan perbaikan.

8. Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, mengecek timbulnya masalah yang serupa.

Dalam bidang keperawatan pengendalian merupakan upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar)yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP.

Kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang diharapkan, perhatian serius perlu diberikan kepada berbagai dasar pemikiran yang sifatnya fundamental, beberapa di antaranya dibahas berikut ini.

1. Orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efisiensi. Bekerja secara efisien berarti menggunakan sumber-sumber yang tersedia seminimal mungkin untuk membuahkan hasil tertentu yang telah ditetapkan dalam rencana. Sudah umum diterima sebagai kebenaran ilmiah dan kenyataan dalam praktik menunjukkan pula bahwa sumber-sumber yang tersedia atau mungkin disediakan oleh organisasi apa pun untuk mencapai tujuannya selalu terbatas, yaitu berupa dana, tenaga, sarana, prasarana, dan waktu. Keterbatasan demikian menuntut penggunaan yang sehemat-hematnya dari semua dana dan daya yang dimiliki dengan tetap menghasilkan hal-hal yang ditargetkan untuk dihasilkan.

2. Adanya efektifitas kerja dalam organisasi Jika seseorang berbicara tentang efektivitas sebagai orientasi kerja, artinya yang menjadi sorotan perhatiannya adalah tercapainya berbagai sasaranyang telah ditentukan tepat pada waktunya denganmenggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Artinya, jumlah dan jenis sumber-sumber yang akan digunakan sudah ditentukan sebelumnya dan dengan pemanfaatan sumber-sumber itulah, hasil-hasil tertentu harus dicapai dalam batas waktu yang telah ditetapkan pula. Efektivitas menyoroti tercapainya sasaran tepat pada waktunya untuk disediakan sumber dan sarana kerja tertentu yang dianggap memadai

3. Produktivitas merupakan orientasi kerja Ide yang menonjol dalam membicarakan dan mengusahakan produktivitas maksimal simalisasi hasil yang harus dicapai berdasarkan dan dengan memanfaatkan sumber dana dan daya yang telah dialokasikan sebelumnya. Dalam praktik, ketiga orientasi kerja tersebut diterapkan sekaligus dalam menjalankan roda organisasi.

Page 21: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

4. Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan sedang berlangsung Kegiatan ini untuk mencegah jangan sampai terjadi penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan. Dengan perkataan lain pengawasan akan bersifat preventif untuk mencegah berbagai hal negatif. manajer sebagai pelaksana fungsi pengawasan harus mampu mendeteksi berbagai petunjuk kemungkinan timbulnya berbagai hal negatif dalam menjalankan roda organisasi. Demikian pula halnya dengan setiap manajer yang harus selalu mengamati segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sehingga apa yang terjadi tidak lagi dipandang sebagai pendadakan.

5. Tidak ada manajer yang dapat mengelak dari tanggung jawabnya melakukan pengawasan. Para pelaksana adalah manusia yang tidak sempurna. Dengan sifat dasar ketidaksempurnaan ini para pelaksana kegiatan tidak akan luput dari kemungkinan berbuat khilaf bahkan juga berbuat kesalahan, sehingga setiap saat perlu pengawasan dan bimbingan. Penyimpangan dan pemborosan belum tentu terjadi karena kesengajaan, terjadi ada faktor lainnya yang menjadi penyebabnya antara lain kekurangan ketrampilan, kurang pengetahuandan faktor lain yang sejenis, sehingga perlu bimbingan serta pengawasan setiap saat.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi :

1. Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja 2. Melakukan pengukuran prestasi kerja 3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart 4. Mengambil tindakan korektif

Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standart yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.

Terdapat tiga katagori audit keperawatan, yaitu :

1. Audit struktur Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP dan rekam medic, pelanggan (internal maupun external). Standart dan indikator diukur dengan mengunakan cek list.

2. Audit proses Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent, atau peer review. Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi. Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.

3. Audit hasil Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka dekubitus.

Indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator pelayananasuhan keperawatan dapat bersumber dari sensus harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan di ruang rawat inap. Beberapa indikator mutu yang digunakan diruangan keperawatan antara lain adalah indikator mutu umum dalam bentuk BOR, ALOS, TOI, BTO, NDR, GDR dan indikator mutu khusus dalam bentuk survey dan audit seperti kejadian infeksi nosokomial, kejadian cedera, survey masalah pasien, audit dokumentasi asuhan keparawatan, survey masalah baru, kepuasan pasien, keluarga, kepuasan tenaga kesehatan yaitu perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Page 22: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

1. Indikator Mutu Umum a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. BOR sering disebut juga : 1) Percent of Occupancy 2) Occupancy Percent 3) Occupancy Ratio

Periode penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan internal Rumah Sakit, bisa mingguan, bulanan, tribulan, semester, atau bahkan tahunan. Lingkup penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan internal rumah sakit, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup rumah sakit (seluruh bangsal). Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80-90 %. Standar BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-85%. Angka-angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis rumah sakit, misalnya rumah sakit penyakit khusus tentu beda polanya dengan rumah sakit umum, begitu pula rumah sakit disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat “kesuksesan” BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat. Sebagai catatan bahwa semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di unit tersebut. Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan (kepuasan pasien menurun) dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari

telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. e. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.

Page 23: MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL · keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989). Proses manajemen

f. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar rumah sakit.

2. Indikator mutu khusus a. Kejadian infeksi nosokomial

Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama dalam perawatan dirumah sakit.

b. Kejadian cedera Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera

c. Kondisi pasien 1) Audit dokumentasi asuhan keparawatan

Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP.

2) Survey masalah baru Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standart Nanda untuk pasien baru opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan).

3) Kepuasan pasien dan keluarga Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang dilakukan diruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.

Keempat fungsi manajemen ini merupakan suatu rangkaian (proses) kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai atau masih ada kesenjangan pihak manajemen harus mampu menganalisa kembali kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen. Untuk itu fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar unjuk kerja yang jelas yang digunakan untuk menilai hasil kegiatan staff atau unit kerja. Apakah ada penyimpangan dan jika ada penyimpangan kegiatan manajerial ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang telah terjadi.