model · pesatnya kemajuan dan perkembangan teknologi saat ini sudah merambah semua lini kehidupan....
TRANSCRIPT
MODELPENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TATA BUSANA
BERBASIS TEKNOLOGI DIGITAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANBALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKATKALIMANTAN TIMUR
2019
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan petunujukNya
sehingga penyusunan Master Model Pengembangan Pembelajaran Tata
Busana Berbasis Teknologi Digital dapat diselesaikan.
Model ini diawali oleh hasil identifikasi permasalahan di lapangan.
Bahwa adanya kebutuhan yang dapat mengefektifkan dan mengefesienkan
waktu bagi pedidik dan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran
tanpa mengurangi komptensi yang hendak dicapai dari kegiatan kursus tata
busana pada lembaga penyelenggara kursus di jenjang level 2. Model ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
peserta didik yang berhubungan dengan pembelajaran tata busana melalui
pembelajaran secara berbasis digital sebagai pengembangan dari
pembelajaran konvensional
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan model. Dan semoga model
ini bisa dimanfaatkan di lembaga penyelenggara kursus tata busana pada khususnya
danmasyarakatpadaumumnya .
Samarinda, Oktober 2019
Pengembang
iii
KATA SAMBUTAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 49 tahun 2016 tentang Rincian Tugas Balai Pengembangan
Pendidikan Anak Usia Dini Dan Pendidikan Masyarakat disebutkan bahwa salah
satu tugas pokok BP PAUD dan Dikmas adalah melakukan pengembangan model
program pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat. Layanan
pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat melalui pengembangan
model ini diharapkan dapat membantu masyarakat memecahkan
permasalahannya melalui program pembelajaran inovatif serta adaptif, dapat
meningkatkan mutu pengelolaan program dan pembelajaran serta mendorong
kemandirian dan kreativitas masyarakat dalam mengelola program dan
pembelajaran PAUD dan Dikmas. Oleh karena itu program - program yang
dihasilkan antara lain dalam bentuk model diupayakan agar dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat, fleksibel dalam penyelenggaraannya, praktis materi
pembelajarannya, dan dapat disesuaikan waktu dan tempat pendidikannya
dengan kondisi masyarakat dimana program itu dilaksanakan.
“Model Pengembangan Pembelajaran Tata Busana Berbasis Teknologi
Digital” ini telah dikembangkan dengan melakukan serangkaian langkah-langkah
pengembangan yang diuji secara akademik oleh para pakar dan praktisi maupun
secara empirik melalui ujicoba terbatas dan uji coba operasional pada lembaga
yang dipilih sebagai tempat penyelerenggarakan ujicoba model ini
Atas nama BP PAUD dan Dikmas Kalimantan Timur, kami menyampaikan
pernghargaan kepada tim pengembang, narasumber akademisi dari Universitas
Mulawarman, narasumber teknis serta seluruh lembaga pendidikan masyarakat
yang telah membantu pelaksanaan pengembangan model ini.
Semoga model ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pelaksanaan
program pendidikan masyarakat dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
sesuai standar kelulusan dari program tata busana. Diharapkan nanti model ini
iv
bisa diadopsi oleh lembaga-lembaga lain yang menyelenggarakan kegiatan yang
sama.
Samarinda, Nopember 2019Kepala BP PAUD dan DikmasKalimantan Timur,
Akhmad Romansyah, S.Pd, M.APNIP. 197102161999031008
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPULHALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................KATA PENGANTAR.........................................................................................................DAFTAR ISI ....................................................................................................................DAFTAR TABEL ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Dasar Hukum ............................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................
BAB II KONSEP MODEL YANG DIKEMBANGKAN .........................................................
A. Pengertian ...............................................................................................
B. Tujuan Program .......................................................................................
C. Karakteristik Program .............................................................................
BAB III PENYELENGGARAAN PROGRAM ......................................................................
A. Standar Kompetensi Lulusan ...................................................................
B. Muatan Kurikulum ..................................................................................
C. Pembelajaran ..........................................................................................
D. Peserta Didik ............................................................................................
E. Pendidik ...................................................................................................
F. Pengelolaan .............................................................................................
G. Sarana dan Prasarana ...............................................................................
H. Pembiayaan .............................................................................................
I. Penilaian .................................................................................................
BAB IV PENJAMINAN MUTU ......................................................................................
A. Bentuk dan aspek pengendalian Mutu ....................................................
B. Teknik pengendalian mutu .......................................................................
C. Tindak lanjut ............................................................................................
BAB V PENUTUP ..........................................................................................................
A. Kekuatan model .................................................................................
B. Peluang Model ...................................................................................
C. Kelemahan Model ..............................................................................
iIiIiiIv
1
1
5
6
7
7
17
17
19
19
24
24
26
26
27
27
28
28
30
30
30
31
32
32
33
33
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Standar Kompetensi Lulusan Tata busana level 2........................ 19
Tabel 5. 1. Komponen pengendalian mutu ................................................. 30
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pesatnya Kemajuan dan perkembangan teknologi saat ini sudah
merambah semua lini kehidupan. Perkembangan ini memiliki dampak
semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan yang dapat
menembus batas waktu, jarak, tempat, dan ruang di seluruh dunia.
Teknologi telah mempengaruhi dan mengubah manusia dalam
kehidupannya sehari-hari, meningkatkan nilai tambah dari sesuatu
pekerjaan atau produk yang dihasilkan, sehingga jika saat ini kita ‘gagap
teknologi’ maka kita akan terlambat dalam menguasai informasi, dan akan
tertinggal pula untuk memperoleh berbagai kesempatan maju, karena
semua sektor saat ini hampir dikendalikan oleh teknologi digital. Pada
hakekatnya teknologi adalah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari
produk yang dihasilkannya agar bermanfaat.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, mempengaruhi
berbagai kehidupan dan memberikan perubahan terhadap cara hidup dan
aktivitas manusia sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan. Pendidikan
mengalami perkembangan yang sangat pesat pula, diantaranya dengan
adanya pembelajaran digital (digital learning). Perubahan ini membawa
dampak pada pembelajaran baik di pendidikan Formal maupun Pendidikan
Nonformal. Pelaku pendidikan baik pendidik, tenaga kependidikan maupun
peserta didik dituntut memiliki kemampuan memahami teknologi sesuai
dengan kebutuhannya atau melek teknologi yang disebut juga memiliki
literasi teknologi, karena teknologi ini akan berperan dalam kehidupan
masa kini dan masa yang akan datang, dimana peran-peran industri yang
menggunakan banyak tenaga manusia mulai digantikan oleh komputer
yang akan menghasilkan berbagai informasi dan telekomunikasi.
8
Salah satu perhatian pendidikan yang menjadi prioritas untuk
ditingkatkan adalah berkaitan dengan kualitas pendidikan, khususnya
kualitas pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan
kebutuhan akan informasi dan komunikasi terkait dengan kompetensi yang
hendak dicapai oleh peserta didik, dengan didukung oleh sarana teknologi
yang sudah semakian canggih. Saat ini sedang berkembang jaringan tanpa
kabel atau yang dikenal dengan istilah Wireless LAN (WLAN). WLAN semakin
banyak digunakan untuk menghantar jalur komunikasi data sebagai
alternatif lain dari Local Area Network (LAN). Dengan adanya WLAN
beberapa penyedia jasa koneksi internet mulai menyediakan hotspot, yaitu
sebuah area dimana pada pada area tersebut tersedia koneksi internet
wireless yang dapat diakses melalui personal komputer (PC), notebook,
tablet, smartphone maupun perangkat lainnya yang mendukung teknologi
tersebut.
Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada yang sudah tersedia
sebagaimana yang disebutkan di atas, maka pendidik/instruktur dapat
melakukan peningkatan kualitas pembelajaran dengan mengembangkan
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan memanfaatkan
teknologi digital yang tersedia. Pendidikan yang mampu mendukung
pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan
mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya, terutama di era digitalisasi di Jaman Milenia ini, termasuk di
dalamnya pendidikan non formal.
Salah satu satuan pendidikan pada Pendidikan Non formal adalah
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP). LKP menyelenggarakan kursus bagi
peserta didiknya. Kursus merupakan salah satu program kecakapan hidup
vokasional yang ada di masyarakat untuk memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan di dunia kerja maupun
9
dunia industri. Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk
pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar
kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan
kepribadian professional.
Jenis kursus yang ada di selenggarakan masyarakat beragam, salah
satunya adalah kurus menjahit atau tata busana. Kursus menjahit/ tata
busana adalah proses pembelajaran tentang pengetahuan atau
keterampilan menjahit serta memilih, mengatur dan memperbaiki
sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah. Berdasarkan
kurikulum kursus dan pelatihan tata busana jenjang 2 dan 3 berbasis yang
diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Dirjen PAUD
dan Dikmas tahun 2015 disebutkan bahwa Program kursus dan pelatihan
tata busana merupakan program kursus dan pelatihan untuk
menghasilkan penjahit busana. Program kursus dan pelatihan ini
dirancang untuk membekali peserta didik agar memiliki sikap dan tata
nilai, penguasaan pengetahuan operasional lengkap, kemampuan kerja,
serta memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam:
1. Mampu menjahit bagian-bagian potongan bahan menjadi sehelai
pakaian yang dijahit dan diselesaikan sesuai gambar/desain.
2. Mampu membaca sketsa mode/desain, mengukur tubuh, membuat
pola, membuat perencanaan bahan, meletakkan pola di atas kain,
memotong, menjahit dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
desain dan standar yang ditetapkan.
Pemberian keterampilan tersebut diselenggarakan dalam waktu
singkat dalam jangka waktu tertentu berorientasi pada kebutuhan
masyarakat dan dunia usaha/industri” Kursus tersebut dilakukan oleh orang
perorang (reguler) maupun sekumpulan warga masyarakat dengan untuk
10
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental tertentu dalam
menjahit busana, baik yang mandiri maupun yang mendapatkan bantuan
dana pemerintah melalui Program Kecakapan Wirausaha atau Program
Keterampilan Kerja.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Lembaga Kursus dan
Pelatihan (LKP) diharapkan dapat membuat inovasi-inovasi baru dalam
pembelajarannya. Salah satu bentuk pembelajaran yang mendukung
kegiatan ini adalah melalui pembelajaran melalui media online dengan
menggunakan aplikasi yang sudah disiapkan oleh jaringan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan BP PAUD & Dikmas pada tahun
2019 pada 18 lembaga Kursus dan Pelatihan di Kota Balikpapan dan
Samarinda diperoleh data bahwa ke 18 lembaga kursus tersebut belum
satupun yang melaksanakan pengembangan pembelajara tata busana
berbasis digital. Belum ada yang memadukan antara pembelajaran tatap
muka langsung dengan di kelas dengan pembelajaran yang menggunakan
media berbasis aplikasi teknologi digital. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi Lembaga Kursus dan Pelatihan. Menurut Jack Ma (CEO
Alibaba Group) dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018,
menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak
mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, maka 30 tahun mendatang
kita akan mengalami kesulitan besar.
Hasil studi pendahuluan lainnya yaitu pada studi literatur dilakukan
dengan melihat data pokok dan pendidik di manajemen data dapodik tahun
2018, diperoleh data bahwa kursus tata busana merupakaa program kursus
dengan jumlah peserta didik terbanyak sebanyak 33.548 se Indonesia dan
program kursus yang paling banyak diselenggarakan oleh LKP, Program
Menjahit terbesar kedua sebanya 2.133 lembaga setelah bahasa inggris
Bahasa Inggris 2.219 lembaga
11
Melihat tantangan tersebut di atas, maka diharapkan ada model-
model pembelajaran yang dapat membantu lembaga penyelenggara kursus
tata busana agar mampu menyiapkan diri menghadapi era digital saat ini.
Hal ini juga sekaligus menjadi peluang untuk meciptakan model
pengembangan pembelajaran yang dapat dipakai oleh LKP mapun lembaga
penyelenggara kursus lainnya
Model ini merupakan model pengembangan yang dimodifikasi
dari pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah formal, yang
disesuaikan dengan pembelajaran di non formal pada lembaga
penyelenggara kursus dan pelatihan
B. Dasar Hukum
1. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional.
2. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.42 Tahun 2009 tentang
Standar Pengelola Kursus
5. Peraturan Menteri Pendadayagunaan Aparatur Negara No. 15 Tahun
2010 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka
Kreditnya
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 131 Tahun 2014
tentang Standar Kompetensi Lulusan Kursus dan Pelatihan
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 90 Tahun
12
2015 tentang Standar kualifikasi dan kompetensi instruktur pada
kursus dan pelatihan
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat;
C. Tujuan
Tujuan Model Pengembangan Pembelajaran Tata Busana Berbasis
Teknologi Digital adalah
1. Memberikan panduan pada instruktur kursus dalam melaksanakan
pengembangan model tata busana berbasis teknologi digital pada
program kursus tata busana
2. Mengembangkan model pembelajaran tata busana dengan
memadukan pembelajaran tatap muka dengan pemanfaatan
teknologi digital melalui penggunaan aplikasi schoology dan webex
cisco
3. Menambah khasanah bentuk pembelajaran bagi instruktur kursus
dalam melaksanakan pembelajaran
4. Membantu lembaga kursus, khususnya kursus tata busana dalam
menghadapi era digital melalui pengembangan pembelajaran
berbasis digital
13
BAB II
KONSEP DASAR MODEL YANG DIKEMBANGKAN
A. Pengertian
1. Pengembangan Pembelajaran
Pembelajaran yang biasa kita dengar dalam kegiatan interaksi yang
terjadi dalam proses belajar mengajar merupakan istilah dari
perkembangan pengajaran, dimana di dalamnya ada transfer ilmu
pengetahuan dan keterampilan dari pendidik kepada peserta didik.
Menurut Ruhimat, dkk (2011) yang dikutip dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau
pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Dalam konsep
pendidikan, pembelajaran diartikan sebagai usaha mengelola
lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara
positif alam kondisi lingkungan tertentu (Miarso, 2004).
Dalam perkembangannya pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Banyak
model pembelajaran yang dapat dilakukan untuk melaksanakan
pengembangan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola
umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola
interaksi peserta didik dengan pendidik/instruktur yang menyangkut
pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model
pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan
pendidik, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip
14
reaksi pendidik dan peserta didik serta sistem penunjang yang
disyaratkan
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di
dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Menurut Joice& Weil (dalam Isjoni, 2013: 50) model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian
rupa dan digunakan untuk meningktakan mutu pembelajaran. Menurut
Amri (2013: 34) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki empat
ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-
ciri tersebut yaitu:
a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Dalam pengembangan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik untuk memperoleh pembelajaran yang efektif dan bermakna,
maka pendidik / instruktur bukan lagi menjadi satu-satunya sumber
belajar dan menjadi fokus pembelajaran, tetapi peserta didik harus
dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari kegiatan
pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter. Pemilihan
berbagai metode, strategi, teknik maupun model pembelajaran
merupakan suatu hal yang utama yang akan sangat menentukan
berjalannya proses pembelajaran.
15
Sistem pendidikan yang terus mengalami perkembangan dari
yang hanya menggunakan sistem konvensional beralih ke sistem yang
serba digital, yang awalnya proses belajar mengajar hanya terjadi di
ruang kelas, namun sekarang proses belajar mengajar tak terikat oleh
ruang dan waktu. Model pembejaran ini disebut “blended learning”
Heinze A dan Procter C,( 2010) menyatakan bahwa “blended
learning is a mixture of the various learning strategies and delivery
methods that will optimize the learning experience of the user”. Hal
tersebut menyatakan bahwa blended learning adalah campuran dari
berbagai strategi pembelajaran dan metode penyampaian yang akan
mengoptimalkan pengalaman belajar bagi penggunanya. Pelaksanaan
strategi ini memungkinkan penggunaan sumber belajar online,
terutama yang berbasis web/blog, tanpa meninggalkan kegiatan tatap
muka (Elliot, 2002:58).
Dari pendapat ahli diatas, pengembang model menyimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang
di rancang untuk menciptakan pembelajaran secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dapat
dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Blended learning sangat cocok untuk diterapkan
pada pembelajaran kursus tata busana di lembaga penyelenggara
kursus karena menggabungkan, mengkombinasikan dan memadukan
sistem pendidikan konvensional dengan sistem yang serba digital.
2. Pembelajaran berbasis teknologi digital
Kemajuan teknologi yang pesat menimbulkan berbagai macam
kegiatan yang dapat dilakukan. Dari kecanggihan tersebut, berbagai
informasi dapat kita peroleh. Pesatnya perkembangan teknologi serta
16
meluasnya instratuktur global, banyak mengubah pola pikir tentang
pendidikan dan berbisnis. Perubahan global dunia pada arus informasi
yang berubah sangat cepat, menyebabkan meningkatnya
kecenderungan manusia terhadap tenologi informasi dan komunikasi
(TIK). Aplikasi teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran yang
merupakan pengembangan teknologi dimulia dengan penggunanaan
Audio Visual Aid (AVA) yang memanfaatkan alat pendengaran dan
penglihatan dalam penyampaian materi pembelajaran, kemudian
berkembang ke teknologi komputer yang telah membantu masyarakat
dari industri menjadi informasi, ditandai dengan tumbuh dan
berkembangnya masyarakat berpendidikan yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi, seperti adanya komputer, baik dari segi
perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware)
(Munir : 2017).
Tahap pembelajaran selanjutnya adalah dengan menggunakan
smartphone berbasis Android, dimana dunia diberikan begitu banyak
kemudahan untuk mengakses dan mengirim informasi melalui
handphone sehingga bisa menghemat waktu dan dana. Perkembangan
ini ditandai dengan peningkatan tahap literasi komputer/ smartphone,
literasi informasi, dan juga tingkat kesejahteraan masyarakat. Faktor-
faktor tersebut saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Selain itu,
minat membaca masyarakat juga semakin meningkat sehingga
berdampak pada pemenuhan berbagai sumber yang mudah dan cepat
diakses. Hal ini juga berdampak pada bidang pendidikan, dimana pembelajaran
mulaidilakukandengandigital.
Pembelajaran digital sebagai salah satu alternatif dalam dunia
pendidikan yang dapat memberikan layanan dan sumber pembelajaran
yang mudah dan cepat diakses. Pembelajaran digital dikembangkan
menuju pada terwujudnya sistem pendidikan terpadu yang dapat
17
membangun konektivitas antar komponen yang ada dalam pendidikan
sehingga pendidikan menjadi lebih dinamis dan fleksibel bergerak
dalam mengadakan komunikasi guna memperoleh dan meraih peluang-
peluang yang ada untuk pengembangan pendidikan. Hal ini harus
diikuti oleh kesiapan seluruh komponen sumber daya manusia baik
dalam cara berpikir, orientasi, perilaku, sikap dan sistem nilai yang
mendukung pemanfaatan pembelajaran digital untuk kemaslahatan
manusia
Salah satu komponen penyelenggaraan pembelajaran pada
Pendidikan Non formal adalah instruktur kursus. Seorang instruktur
harus mau mempelajari, mampu menguasi dan menggunakan IT/TIK
sebagai bagian yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pada
proses pembelajaran, kini sudah hadir istilah blended learning yakni
proses pembelajaran yang memadukan pembelajaran tatap muka
dengan pembelajaran dalam jaringan (daring) berbasis digital. Dengan
adanya blended learning ini, maka seorang instruktur harus
mempelajari berbagai hal yang berkaitan pembelajaran berbasis
teknologi digital, antara lain dengan pembelajaran dalam jaringan,
diantaranya e-learning dan ujian berbasis aplikasi.
Selain mempelajari yang berkaitan dengan pembelajaran
berbasis digital, instruktur pun harus mengembangkan diri dalam
pemanfaatan multi aplikasi pembelajaran berbasis komputer. Multi
aplikasi pembelajaran berbasis komputer ini bisa dalam bentuk multi
aplikasi interaktif atau virtual lab. Hal ini dilakukan agar dalam
pembelajaran kepada peserta didik, peserta didik dapat mencapai hasil
yang diinginkan sesuai kompetensi yang ingin dicapai dalam setiap level
pembelajaran.
Kehadiran multi aplikasi berbasis teknologi digital ini akan
sangat membantu proses pembelajaran, karena dapat menghadirkan
18
sesuatu yang sebelumnya sulit untuk di bawa ke kelas. Dengan
demikian hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin dihadirkan di kelas,
melalui multi aplikasi pembelajaran berbasis digital melalui Informasi
teknologi bisa disajikan dan ditampilkan kepada peserta didik untuk
memberikan pembelajaran yang lebih bermakna.
Dengan hadirnya multi aplikasi dalam proses pembelajaran,
maka instruktur dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kepada peserta didik melalui berbagai sumber, artinya sumber
belajar tidak hanya terbatas pada instruktur saja, tetapi dapat
diperoleh dari berbagai sumber yang sudah tersedia di dunia maya,
tanpa dibatasi ruang dan waktu. Ada banyak bentuk pembelajaran yang
bisa digabungkan dengan pembelajaran tatap muka langsung, tetapi
dalam panduan ini dibatasi pada pelaksanaan proses pembelajaran
melalui schoolgy . Aplikasi ini tidak bisa menggantikan proses
pembelajaran tatap muka langsung pada pelaksanaan kursus tata
busana, tetapi aplikasi ini mendukung proses pembelajaran menjadi
lebih efektif dan efesien sebelum dilaksanakan pembelajaran di dalam
kelas
Pada Model Pengembangan pembelajaran tata busana
berbasis teknologi digital ini, pembelajaran penggunaan teknologi
digital dibatasi pada penggunaan aplikasi yaitu schoology dan webex
cisco. Hal ini dimaksudkan karena kedua aplikasi ini lebih tepat dan
lebih mudah digunakan dalam proses pembelajaran, dibandingkan
aplikasi lain yang dicoba oleh pengembang.
a. Schoology
Schoology merupakan salah satu aplikasi LMS
( Learning Management System) yang berisi fitur-fitur yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran, Learning management
system (LMS) adalah aplikasi sofware atau teknologi berbasis web
19
yang digunakan untuk merencanakan,mengimplementasikan dan
menilai proses pembelajaran (Sicat, 2015). Schoology adalah salah
satu LMS yang gratis, memungkinkan kolaborasi (secara online)
antara peserta didik dengan peserta didik, instruktur dengan
peserta didik, bahkan dengan orang tua (Farmington,2014).
Sepadan dengan hal tersebut, hasil penelitian Sicat (2015)
menunjukkan bahwaSchoologyefektif digunakan untuk menerapkan
blended learning. Tata cara penggunaannya dapat dilihat di panduan
Pengembangan pembelajaran tata busana berbasis teknologi digital untuk
instrukturdanpesertadidik.
Kelebihan dari penggunaan aplikasi ini bagi peserta didik adalah
peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber dengan link yang sudah
dibagikan instrruktur, atau link yangmereka buat/ cari sendiri, dapat melihat
dan membaca materi-materi tanpa harus membuat catatan di buku, hal ini
juga mengurangi penggunaan buku/kertas., Materi sudah tersimpan dalam
folderyangdibuatoleh instrktur sesuaidenganmateri-materi dankompetensi
yang hendak dicapai, peserta didik dapat mengirimkan tugas, dapat melihat
nilai tugasnya, dapatmenyimpan file tugasnya danmelihatnya kembali., serta
setiap saat selalu terhubung untukmelihat pemberitahuan yang didapat dari
instrukturnya. Sedangkan bagi instruktur, penggunaan aplikasi ini
memudahkanuntukmenyimpan filemateri-materi,membuat contoh-contoh
pembelajaran secara langsung melalui visual, dapat membagikan link
pembelajarandari sumber lain, dapatmengabsen peserta didik secara online
dimanapun peserta didik berada sesuai jam pembelajaran yang telah
ditentukan, dapatmelihat kemampuanpesertadidikmelalui tugas-tugas yang
diberikan, dapat menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan
pembelajaran atau informasi lainnya melalui notifikasi pemberitahuan, serta
dapatmemberikan penilaian secara online. Secara keseluruhan penggunaan
aplikasi ini dapatmenghematwaktudanbiayaserta mengurangipenggunaan
20
kertas untuk pembuatan modul pembelajaran dan pemberian soal-soal
tertulis.
Disamping kelebihan, terdapat juga kelemahan dari penggunaan
aplikasi ini yaitu antara lain ; karena pembelajaran ini berbasis digital, maka
sangat tergantungpadakekuatansignal dankemampuanpesertadidikdalam
literasidigital.
b. Webex Cisco
Webex adalah sebuah aplikasi online yang dikembangkan
oleh Cisco yang membuat para pengguna saling berkolaborasi
lewat gambar, video, dan suara dari mana pun secara lebih mudah
(Wikipedia: 2019) WebEx mengkombinasikan komunikasi lewat
Telepon dengan tampilan di layar Komputer.
Pembelajaran melalui webex ini dapat dilihat secara
langsung oleh peserta didik, walaupun tampilannya jika
menggunakan komputer/laptop berbeda jika menggunakan
smartphone. Tata cara penggunaannya dapat dilihat di panduan
Pengembangan pembelajaran tata busana berbasis teknologi digital (Webex
Cisco) untukinstrukturdanpesertadidik.
Padapenggunaankedua aplikasi tersebut, memudahkan peserta
didik dan instruktur dalam mengolah data administrasi dan
pembelajaran menggunakan internet. Lebih mengefesienkan waktu
karena memungkinkan seorang peserta didik melakukan pendaftaran
dari tempat jauh yang ada akses internet. Mereka juga bisa belajar tanpa
harus bertatapmuka di kelas.
3. Kursus
Kursus merupakan salah satu program kecakapan hidup
vokasional yang ada di masyarakat. Istilah kursus merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris yaitu course, yang secara harfiah berarti
21
mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran. Kursus adalah pelajaran
tertentu tentang sesuatu pengetahuan atau kepandaian yang di
berikan dalam waktu yang singkat ( WJS. Poerwadarminta, 2002 : 543 ).
Menurut Soelaiman Yoesoef ( 1986:63 ) menyatakan kursus adalah
lembaga kegiatan belajar mengajar yang di laksanakan dalam jangka
waktu tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor nomor 73 tahun
1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah
yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat, yang memberikan
pengetahuan ketrampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar.
Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2010)
mendefisnisikan ”kursus sebagai proses pembelajaran tentang
pengetahuan atau keterampilan yang diselenggarakan dalam waktu
singkat oleh suatu lembaga yang berorientasi pada kebutuhan
masyarakat dan dunia usaha/industri”.
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk
pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar
kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan
kepribadian professional.
Dasar penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan adalah Undang-
undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kursus dan
pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tujuan kursus dan pelatihan sejalan dengan Undang-undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5, maka kursus dan
pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal
22
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada
masyarakat yang mebutuhkan. Penyelenggaraan program kursus dapat
dilaksanakan oleh lembaga kursus dan pelatihan maupun
lembaga/satuan pendidikan lain, seperti PKBM maupun SKB.
4. Menjahit dan Tata Busana
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang,
pepagan, dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang
(https://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit). Menjahit dapat dilakukan
dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit. Orang
yang bekerja menjahit pakaian disebut penjahit. Pendidikan menjahit
dapat diperoleh di kursus menjahit atau sekolah mode.
Istilah busana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi
kita semua. Istilah busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu
“ bhusana” dan istilah yang popular dalam bahasa Indonesia yaitu
“busana” yang dapat diartikan “pakaian”. Namun demikian pengertian
busana dan pakaian terdapat sedikit perbedaan, dimana busana
mempunyai konotasi “pakaian yang bagus atau indah” yaitu pakaian yang
serasi, harmonis, selaras, enak di pandang, nyaman melihatnya, cocok
dengan pemakai serta sesuai dengan kesempatan. pakaian adalah bagian
dari busana itu sendiri. Sedangkan Tata busana adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara memilih, mengatur dan memperbaiki
sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah.
(http://busanatata21.blogspot.com/2019/01). Menurut Wikipedia dari
Kamus besar bahasa Indonesia Tata busana merupakan suatu disiplin ilmu
dan seni mengenai penerapan desain, estetika, dan keindahan alami
untuk pakaian dan hiasan tambahannya
23
Kursus menjahit tata busana adalah proses pembelajaran tentang
pengetahuan atau keterampilan menjahit serta memilih, mengatur dan
memperbaiki sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah.
Pemberian keterampilan tersebut diselenggarakan dalam waktu singkat
dalam jangka waktu tertentu berorientasi pada kebutuhan masyarakat
dan dunia usaha/industri” Kursus tersebut dilakukan oleh orang perorang
mapun sekumpulan warga masyarakat dengan untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental tertentu dalam menjahit
busana.
B. Tujuan Program
Tujuan pengembangan pembelajaran tata busana berbasis
teknologi digital adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku peserta didik di lembaga kursus yang berhubungan dengan
pengembangan pembelajaran tata busana. Kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah :
1. Memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai komptensi yang
diharapkan pada unit komptensi level 2
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai Indikator yang
diharapkan dicapai pada pengembangan pembelajaran tata busana
berbasis teknologi melalui penggunaan aplikasi scholoogy dan webex
3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kejujuran, tanggung jawab,
ketelitian, kerjasama menghargai pendapat orang lain dan ketekunan
sesuai karakterk yang ingin dikembangkan pada lembaga kurus dan
pelatihan
C. Karakteristik Model
Karakteristik model Pengembangan Pembelajaran Tata Busana
Berbasis Teknologi Digital adalah sebuah model pengembangan
24
pembelajaran yang memadukan model konvensional dikembangkan ke
pembelajaran melalui aplikasi berbasis digital. Dalam pelaksanaannya
pertemuan tatap muka langsung tetap diperlukan, tetapi untuk
mendukung kegiatan tersebut dalam rangka mengefektifkan dan
mengefesienkan waktu, biaya dan tenaga serta dapat memperoleh
bahan belajar dari berbagai sumber, selain instruktur belajar, maka
dikembangkanlah model ini dengan karakteristik :
1. Pengguna model
Pengguna model ini adalah instruktur dan peserta didik pada
Pendidikan Masyarakat yang menyelenggarakan kursus dan
pelatihan Tata busana Level 2
Kriteria Peserta didik kursus menjahit / tata busana
a. Berusia 16-45 tahun
b. Peserta didik level 2 tata busana
c. Pendidikan Minimal SLTP atau sederajat
d. Memiliki kemauan untuk belajar dengan memanfaatkan HP
atau laptop
2. Perangkat
Perangkat model Pengembangan Pembelajaran Berbasis
Teknologi Digital dikembangkan dari KKNI Kursus Tata
Busana serta Standar Kompetensi Lulsan (SKL) tata busana dengan
memasukkannya dalam media jaringan yang digunakan oleh
instruktur, sehingga perangkat/pendukung model ini berupa :
a. Perangkat Pembelajaran Kursus Tata Busana Level 2
b. Bahan Belajar kursus tata busana level 2
c. Panduan Penggunaan scholoogy untuk Instruktrur
d. Panduan Penggunaan schoology untuk peserta didik
e. Panduan Penggunaan Webex Cisco untuk instruktur dan
peserta didik
25
BAB III
PENYELENGGARAAN PROGRAM
A. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan dalam pengembangan pembelajaran
tata busana berbasis teknologi digital adalah Standar Komptensi Lulusan
Tata Busana level 2 berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
serta Standar Kompetensi yang akan dicapai dalam penggunaan teknologi
digital pada program kursus dan tata busana yang disesuaikan dengan
tujuan program, mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
akan dicapai peserta didik dalam pembelajaran tata busana level 2.
Dalam pembelajaran secara tatap muka pencapaian standar
kompetensi sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin
dicapai pada level 2, yaitu :
1. Standara Kompetensi Lulusan Tata Busana Level 2
a. Standar Kompetensi Lulusan Tata Busana Level II
Tabel 3.1 Standar Kompetensi Lulusan Tata Busana
NOStandar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Melaksanakan pelayananprima
1.1. Melakukan komunikasi di tempatkerja
1.2. Memberikan bantuanUntuk pelanggan.
1.3. Menjaga standar prestasipersonal/perorangan
1.4. Melakukan pekerjaansecara tim
2 Mengukur Tubuh 2.1. Menganalisis bentuktubuh pelanggan
2.2. Mengukur bentuk Tubuhpelanggan
3 Membuat pola diatas kain(pola 1)
3.1. Membuat pola diatas kainsesuai dengan ukuranpelanggan
26
3.2. Memeriksa seluruh pola danpelengkap pola.
4 Membuat pola pakaiandiatas kertas pola (pola II)
4.1. Membuat pola dasar dengansalah satu metode yangdipilih sesuai dengan ukuranpelanggan.
4.2. Merubah pola dasar sesuaimodel
4.3 Memeriksa dan mengguntingseluruh pola dan pelengkappola.
5 Merencanakan kebutuhanbahan pakaian
5.1 Mengidentifikasi jenis bahanbaku yang dipilih sesuaidesain dengan bentuk tubuhpelanggan.
5.2 Mengidentifikasi jenis bahanpelengkap sesuai kebutuhan.
5.3 Merencanakan keperluanbahan pakaian sesuai dengankebutuhan
6 Memotong bahan 6.1 Mempersiapkan bahan.6.2 Meletakkan pola diatas
bahan6.3 Memotong bahan.
7 Menjahit dengan mesin II 7.1 Mengoperasikan mesin jahit7.2 Menjahit bagian-bagian
potongan pakaian.8 Mengoperasikan beberapa
jenis mesin jahit8.1 Mempersiapkan berbagai
macam mesin jahit8. 2 Mengoperasikan mesin jahit.
b. Standar Kompetensi Lulusan yang diharapkan dari hasil
Pengembangan pembelajaran tata busana dengan menggunakan
teknologi digital melalui penggunaan aplikasi scoology berbasis
digital adalah :
1) Penggunaan schoology untuk instruktur :
a) Standar Kompetensi
27
Instruktur memahami konsep dan pengelolaan schoology
dalam pembelajaran
b) Kompetensi Dasar
i. Instruktur memahami standar kompetensi yang
hendak diacapai pada kursus tata busana level 2
ii. Instruktur memahami pengertian schoology dan cara
kerjanya
iii. Instruktur dapat membuat akun pembelajaran melalui
schoology
iv. Instruktur dapat melaksanakan pembelajaran tata
busana dan menyampaikan melalui aplikasi schoology
pada peserta didik kursus tata busana
v. Instruktur dapat membuat kelas pembelajaran
dalam Schoology
vi. Instruktur dapat memasukkan materi, evaluasi dan
mengabsen peserta didik
vii. Instruktur dapat membuat ruang kumpulan hasil
pembelajaran peserta didik
viii. Instruktur dapat mengatur akun peserta didik dalam
Schoology
ix. Instruktur dapat mengatur profil peserta didik dalam
Schoology
x. Instruktur dapat menciptakan suasana belajar yang
menarik bagi peserta didik
xi. Instruktur dapat memberikan penguatan kepada
peserta didik
xii. Instruktur dapat membantu peserta didik
menyimpulkan hasil pembelajaran
28
2) Penggunaan schoology untuk peserta didik
a) Standar Kompetensi
Peserta didik memahami konsep pembelajaran dan cara
pembelajaran Tata Busana level 2 melalui penerpanan di
aplikasi schoology
b) Kompetensi Dasar
i. Peserta didik memahami Kompetensi yang hendak
dicapai pada kursus tata busana level 2
ii. Peserta memahami pengertian schoology dan cara
kerja untuk kategori Peserta didik (student)
iii. Peserta didik dapat mencari di internet pada laman
web aplikasi schoology
iv. Peserta didik dapat membuat akun pada schoology
v. Peserta didik dapat memasukkan kode akses ke kelas
pembelajaran dalam aplikasi scoology
vi. Peserta dapat membuka dan mengikuti kelas
pembelajaran di aplikasi schoolgy
vii. Peserta dapat membuka materi ajar/modul/link dan
sumber belajar lainnya yang telah dikirim oleh
instruktur pada aplikasi schoolgy
viii. Peserta dapat mengunduh tugas yang diberikan oleh
instruktur di aplikasi schoolgy
ix. Peserta dapat mengirim jawaban tugas yang berkaitan
dengan kompetensi level 2 kepada instruktur di
aplikasi schoolgy
x. Peserta dapat menyimpan hasil-hasil karyanya di
sumber daya
29
3) Penggunaan webex dalam pembelajaran
Bagi Instruktur
a) Standar Kompetensi
Instruktur memahami konsep pembelajaran 4.0, Dalam
hal ini yang dipilih adalah webex dan cara penggunaannya
untuk menyampaikan materi yang berkaitan dengan
program tata busana
b) Kompetensi Dasar
i. Instruktur dapat membuat kelas pertemuaan untuk
pembelajaran
ii.Instruktur dapat membuka kelas pertemuan
iii. Instruktur dapat mengatur jalannya pertemuan
iv. Instruktur dapat memasukkan materi, baik berupa
power poin, gambar dan maupun video yang terkait
dengan meteri pembelajaran
v.Instruktur dapat mengabsen semua peserta didik
vi. Instruktur dapat memberikan kesimpulan materi
kepada peserta didik
Peserta didik
i. Peserta didik dapat bergabung ke kelas pertemuan
dengan memasukkan email
ii. Peserta didik dapat memasukkan nomor kelas
pertemuan/ link atau barcode
iii. Peserta didik melihat semua partisipant atau peserta
didik yang lain maupun instruktur
iv. Peserta didik dapat menghidupkan auodio
v. Peserta didik dapat membuat chat/pesan kepada
peserta atau instruktur yang dituju untuk bertanya
30
pada saat instruktur menyampaikan materi
vi. Peserta didik dapat membuka video untuk
menampilkan dirinya
vii. Peserta didik dapat berdiskusi, bertanya atau
menjawab pertanyaan di kelas pertemuan
viii. Peserta didik dapat mengikuti materi pembelajaran
yang disampaikan oleh intruktur
ix. Peserta didik dapat mengisi daftar hadir pada link yang
dibagikan
B. Muatan Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran 4.0 adalah kurikulum
kursus dan pelatihan tata busana jenjang 2 dan 3 berbasis Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) . Kompetensi dasar yang diukur dalam
model ini meliputi sikap sikap dan pengetahuan & keterampilan. Sedangkan
dalam pengembangan pembelajaranntya melalui schoology dan webex cisco
lingkup kompetensinya difokuskan pada pencapaian sikap, pengetahuan
dan keterampilan dalam kursus tata busana yang dilakukan dengan
menggunakana aplikasi pembelajaran digital tersebut dengan kompetensi
yang diharapakan pada pembelajaran tata busana level 2.
Profil lulusan kursus dan pelatihan Tata busana pada model ini
adalah dapat memperlihatkan kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan
baik pengetahuan tata busana level 2 maupun penggunaan pembelajaran
berbasis digital (Schoology dan webex) dan kemampuan manajerial.
C. Pembelajaran
Model pengembangan pembelajaran tata busana berbasis teknologi
digital dilaksanakan dengan mengacu pada kurikulum tata busana level 2,
SKL dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Metode yang dipakai adalah
31
demonstrasi, penugasan dan ujicoba pada kursus tata busana dengan
aplikasi yang dipakai. Instruktur dan peserta didik tetap melakukan
pertemuan tatap muka langsung (konvensional), selanjutnya dikembangkan
melalui teknologi digital. Pengembangan pembelajaran ini melalui aplikasi
schoology dan webex cisco. Pada Pengembangan pembelajaran melalui
aplikasi schoology, Instruktur membuat kelas kursus terlebih dahulu yang
diikuti oleh seleuruh peserta didik dengan menggunakan kode akses kelas.
Instruktur memberikan modul dan bahan ajar beserta video-video
pembelajarannya, termasuk tugas-tugas untuk mengukur kompetensi
pengetahuan peserta didik, lalu menggunggahnya ke aplikasi schoology.
Pembelajaran di lakukan seperti di dalam kelas tetapi tidak melalui tatap
muka langsung, namun demikian tetap terjadi komunikasi informasi dua
arah. Peserta didik dapat mengakses pembelajaran dimanapun mereka
berada, dapat berdiskusi dan bertanya, termasuk menjawab soal-soal yang
berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan, lalu mengirimkannya lagi
melalui aplikasi tersebut.Peserta didik juga dapat menyimpan hasil tugas
dan karyanya di bagian sumber daya. Semua kegiatan yang dilakukan di
kelas schoology ini akan tersimpan secara digital, dan dapat dilihat setiap
saat oleh peserta didik.
Pembelajaran digital lainnya adalah melalui webex cisxo, instruktur
dapat tampil secara langsung dan dilihat oleh peserta didik, menyampaikan
materi dan bahan ajar serta contoh-contoh dan langkah-langkah kegiatan
terkait dengan komptensi yang hendak dicapai, peserta didik bisa
bergabung dan melihat secara langsung serta berdiskusi dan berkomunikasi
melalui dunia maya. Kegiatan yang berlangsung di kelas ini dapat direkam
melalui layar desk top oleh peserta didik ataupun instruktur. Hasil rekaman
ini bisa dilihat kembali sebagai bahan pengulangan atau reviuw untuk
penguatan pembelajaran.
32
Pengembangan pembelajaran ini menggunakan pendekatan
partisipatif dan trial and error, serta problem solving . Proses pendekatan ini
mendorong peserta didik memiliki perilaku proaktif dalam kegiatan
pembelajaran. Disamping itu peserta didik diberikan ruang untuk mencoba,
melakukan dan menarik kesimpulan atas percobaan yang dilakukan pada
aplikasi. Mereka juga mencari solusi dari permasalahan yang ada dengan
memadukan antara masalah yang ditemukan pada pembelajaran online,
diskusi secara online dengan tatap muka (konvensionla di kelas) .
D. Peserta Didik
Sasaran model pengembangan pembelajaran berbasis teknologi
digital (schoology dan webex) ini adalah :
1. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran pada jenjang level 2
kursus tata busana,
2. berusia 16-45 tahun
3. Memiliki handphone berbasis android 4G/ laptop yang terkoneksi
dengan internet
4. Memiliki akun email, atau dapat membuat akun email
5. Mempunyai semangat yang kuat untuk belajar
E. Pendidik/ Instruktur
Pengguna utama model pengembangan pembelajaran tata busana
berbasis teknology (schoology dan webex) adalah Instruktur Kursus Tata
Busana pada lembaga penyelenggara kursus dan pelatihan pendidikan
masyarakat pada jalur pendidikan non formal . Instruktur merupakan ujung
tombak keberhasilan pembelajaran ini. Instruktur mempunyai kemampuan
merencanakan, melaksanakan dan menilai proses dan hasil pembelajaran.
Persyaratan Instruktur :
1. Pendidikan minimal SLTA
33
2.Mempunyai pengalaman sebagi instruktur menjahit/tata busana
3.Mampu mengelola pembelajaran dari merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran dan melakukan evaluasi/penilaian
pembelajaran
4.Mempunyai pengetahuan dasar pengoperasian handphone berbasis
android atau mampu mengoperasikan laptop
5.Mempunyai handphone berbasis android/laptop
F. Pengelolaan
Langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis 4.0
(schoology dan webex) pada program kursus tata busana disesuaikan
dengan model pembelajaran yang digunakan. Kegiatan pembelajaran
dikondisikan dengan model pembelajaran yang dipakai, Kapan saatnya
memakai konvensional atau memakai online. Kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan dalam satu pertemuan atau lebih tergantung kebutuhan.
Kompetensi yang harus dicapai menunjukkan aspek yang harus
dikembangkan dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran dilakukan dengan menyiapkan yang
terkait dengan jadwal pembelajaran, materi pembelajaran, penilaian
pembelajaran, serta pengelolaan kelas digital (schoology dan webex cisco)
G. Sarana Prasarana
Pembelajaran secara konvensional dilakukan dilakukan di dalam kelas
kursus, dengan menggunakan prasarana kelas, sedangkan prasana yang
digunakan terkait dengan pembelajaran tata busana seperti mesin jahit dan
peralatan lainnya. Untuk pembelajaran berbasis digital, sarana
pembelajaran yang digunakan adalah handphone atau laptop yang
terkoneksi dengan internet/wifi pada setiap kegiatan pembelajaran, bahan
dan materi berupa soft file.
34
H. Pembiayaan
Pembiayaan model berasal dari DIPA BP PAUD & Dikmas Kalimantan
Timur atau dari sumber lain yang tidiak mengikat. Pembiayaan terutama
diperlukan untuk pembelian kuota internet pada pembelajaran digital.
I. Penilaian
Penilaian dilakukan pada pemenuhan indikator- indikator yang dijabarkan dari tujuan
yang akan dicapai. Indikator tersebut adalah
1. Indikator penilaian dari sikap
a. Perta didik mampu menunjukkan perilaku jujur
b. Perta didik mampu menunjukkan ketelitian
c. Perta didik mampu bekerjasama
d. Perta didik mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya
e. Perta didik mampu menekuni pekerjaannya
f. Perta didik mampu menghargai orang lain
2. Indikator penilaian pengetahuan dan keterampilan tata busana level 2
dilakukan penilaian oleh instruktur di lembaga masing-masing yang
meliputi
a. Pengetahuan dan keterampilan yang dicapai peserta didik sesuai
indikator kompetensi yang diharapkan pada jenjang level 2 kursus
tata busana
b. Mengetahui kelemahan dan masalah yang dialami peserta didik
3. Indikator pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan
pembelajaran tata busana berbasis digital adalah :
a. Peserta didik memahami pembelajaran digital pada kursus tata
busana
b. Peserta didik memahami pengertian schoology dan cara kerja untuk
kategori Peserta didik (student)
35
c. Peserta didik dapat mencari di internet pada laman web aplikasi
schoology
d. Peserta didik dapat membuat akun pada schoology
e. Peserta didik dapat memasukkan kode akses ke kelas pembelajaran
dalam aplikasi scoology
f. Peserta dapat mebuka kelas pembelajaran di aplikasi schoolgy
g. Peserta dapat membuka modul/materi ajar/pemberitahuan/tugas-
tugas yang telah dikirim oleh instruktur pada aplikasi schoolgy
h. Peserta dapat mengunduh tugas yang diberikan oleh instruktur di
aplikasi schoolgy
i. Peserta dapat berdiskusi dan mengirim jawaban tugas kepada
instruktur di aplikasi schoolgy
Penilaian dilakukan dengan cara pengamatan terhadap
keterampilan proses pembelajaran. Skala pengukuran di dasarkan
pada kemampuan yang diperoleh peserta didik dengan memberi
kategori dan skor berdasarkan Pedoman Penilaian Skor (Sukardi,
2009:146) dengan kriteria 5 : Sangat Baik (SB), 4: Baik (B), 3 : Cukup
(C)., 2 : Kurang (K) dan 1 : Sangat Kurang, kriteria tersebut
dijabarkan :
1. : Sangat Kurang : Tidak Dilakukan
2. : Kurang : Dilakukan Tapi masih banyak yang salah
3. : Cukup : Dilakukan tetapi belum tepat
4. : Baik : Dilakukan, sebagian besar sudah tepat,
5. : Sangat Baik : Dilakukan dengan benar dan tepat)
36
BAB IV
PENJAMINANMUTU MODEL
Pengendalian mutu model merupakan kegiatan untuk menjaga
agar pengembangan model yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan
perencanaan yang telah ditentukan. Pengendalian mutu model dilakukan
oleh pihak yang mempunyai kewenangan melakukan kegiatan tersebut,
seperti BP PAUD & Dikmas Kalimantan Timur (tim pengembang model)
dan pengelola dari penggunamodel.
A. Bentuk dan Aspek pengendalian mutu
Kegiatan pengendalian mutu model berupa pemantauan dan evaluasi.
Adapun aspek-aspek yang akan dimonitor dan dievaluasi adalah
sebagai berikut
Tabel 5 1. Komponen pengendalian mutu
B. Teknik Pengendalian Mutu
Kegiatan pemantauan dilakukan melalui kegiatan pengamatan
(observasi) secara langsung dan tidak langsung dan wawancara.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data respon peserta didik
No Komponen Aspek Indikator Keberhasilan1 Peserta
didikResponmengikutitahapan model
Minimal 70 % memenuhiaspek observasi
2 Pendidik Responmemandutahapan model
Minimal 75 % memenuhiaspek observasi
3 Penilaian Hasil Terdapat peningkatanpengetahuan,keterampilan dan perilakupeserta didik
37
dan kemampuan instruktur dalam memandu penerapan model.
Wawancara ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang (1)
Perencanan sebelum penerapan model (2) Intensitas penerapan
model, dan (3) Kendala selama penerapan model.
Evaluasi dilakukan dengan menganalisa hasil pemantauan dengan
didasarkan pada indikator keberhasilan seperti tabel di atas. Kegiatan
analisis sangat diperlukan untuk mengetahui penyebab belum
dipenuhinya indikator keberhasilan yang ditetapkan.
C. Tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan dengan merujuk hasil evaluasi. Tindak lanjut
berupa perbaikan-perbaikan dalam rangka pemenuhan indikator
keberhasilan.
38
BAB V
PENUTUP
Model pengembangan pembelajaran tata busana berbasis
teknologi digital pada program kursus tata busana merupakan model yang
dikembangkan untuk memberikan memberikan panduan pada instruktur
dan peserta didik program kursus tata busana dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis dteknologi digital di lembaganya. Model ini
merupakan pendukung dan pelengkap bagi pembelajaran yang bersifat
konvensional. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
berbasis digital agar instruktur memiliki kesiapan dalam menghadapi arus
digital yang begitu derasnya termasuk disektor pendidikan, dapat
mengefektifkan dan mengefsienkan waktu belajar, mengurangi
penggunaan kertas, serta dapat melek digital
Karakteristik model ini adalah mengintegrasikan konsep
pembelajaran konvensional dengan melakukan pengembangan
pembelajaran dengan metode lain, yaitu melalui e-learning dengan
berbasis digital. Kompetensi yang hendak dicapai adalah kompetensi yang
sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan Standar
Kompeteni Lulusan (SKL,) yang dikeluarkan oleh Direktorta Pembinaan
Kursus dan Pelatihan Dirrektorat Jenderal PAUD dan Dikmas untuk Kursus
Tata Busana, dan juga kompetensi menjalankan pembelajaran digital
untuk mengukur sikap, pengetahuan dan keterampilan mengikuti
pembelajaran berbasi digital melalui penggunaan dan penerapan aplikasi
schoology dan webex cisco. Dalam pengembangan model ini terdapat
kekuatan, kelemahan dan peluang untuk pengembangan model ini yaitu :
A. Kekuatan
1. Memberikan panduan yang mudah dipahami dan diterapkan oleh
pendidik dalam melaksanakan pengembangan pembelajaran
39
berbasis teknologi digital melalui aplikasi schoology dan webex
cisco
2. Mendukung upaya pemerintah dalam menghadapi perkembangan
teknologi dan informasi khususnya di era digital saat ini
B. Peluang
1. Belum adanya lembaga kursus tata busana yang melaksanakan
pengembangan pembelajaran tata busana berbasis digital di
Kalimantan Timur, sehingga model ini bisa menjadi peluang
pengembangan pembelajaran yang dapat diterapkan di lembaga
kursus tata busana
2. Menjadi peluang untuk memenuhi kebutuhan lembaga kursus
tata busana dalam memberikan panduan-panduan
pembelajaran digital yang diperlukan
C. Kelemahan Model
1. Model ini berbasis online/jaringan, karena itu kekuatan signal
sangat diperlukan
2. Penggunaan Handphone lebih cepat diakses bagi yang sudah
menggunakan Handphone berbasis 4G
3. Perbedaan jenis Handphone mempengaruhi perbedaan
tampilan pencarian laman di Handphone pengguna
4. Sumber daya dan kompetensi setiap orang berbeda dalam
menjalankan aplikasi berbasis digital
5. Konten pada mobile phone tidak selengkap pada penggunaan
laptop atau komputer
40
DAFTAR PUSTAKA
Undang_ Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional
Bahar Ayunara, Cara Mudah Import Soal ke Schoology dengan FormatBlackboard Quiz Generator, http://www.ahzaa.net/2019/03/cara-import-soal-format-blackboar quiz. html, diakses tanggal 28 Juni 2019
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan. 2014, Standar Kompetensi LulusanKursus dan Pelatihan Tata Busana jenjang Level 2 dan 3 berbasis KKNI,Ditjen PAUD, Nonformal dan Informal Kemdikbud, Jakarta.
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan. 2015, Kurikulum Kursus danPelatihan Tata Busana jenjang Level 2 dan 3 berbasis KKNI, Ditjen PAUD,Nonformal dan Informal Kemdikbud, Jakarta.
Lestari Wiwin, Pengembangan e-learning dengan schoology SebagaiSuplemen Pembelajaran Fisika Pada Materi Hukum Gravitasi Newton,Skripsi, Universitas Lampung, 2016
Media E-Learning Schoology, http://www.geografikita.com/ 2015/12/media-e-learning-schoology.html, diakses tanggal 13 maret 2019
Muhammad Yahya, 2018, Era Industri 4.0: Tantangan dan PeluangPerkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, Disampaikan pada SidangTerbuka Luar Biasa Senat Universitas Negeri Makassar Tanggal 14 Maret2018
Munir, 2017, Pembelajaran Digital, Alfabeta, Bandung
Mustopo, Ali, 2019, Paradigma Pendidikan dalam Menghadapi Revolusi Industri4.0, https://radarkudus.jawapos.com/ diakses tanggal 6 Agustus 2019
Najib Ainun, Mengenal Learning Mangement System : Schoology, VideoPembelajaran, edumedia, Youtube
Oemar Hamalik, 2001. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, CV MandarMaju, 2001
Perbedaan Blended Learning dan E-Learning,2018, https://sevima.com/ diaksestanggal 2 september 2019
41
Sugiyono. 2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sukardi, 2012Metodelogi Penelitin Pendidikan, Yogyakarta: PT Bumi Aksara,
Sicat, A. S., & Ed, M. A. (2015). Enhancing College Students ’
Tribun Medan - Tribunnews.com. Menjadi Guru Pembelajar di Era RevolusiIndustri 4.0 https://www.kompasiana.com/altip/. 20 Desember 2018
Wikipedia, Tata Busana, https://id.wikipedia.org/wiki/ Tata_busana diaksestanggal 3 September 2018
Wikipedia, Cisco Teleperence, https://id.wikipedia.org/wiki/ Cisco_TelePresence,Diakses tanggal 17 Maret 2019
42