model pertumbuhan ekonomi melalui …

18
1 MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PUBLIK 1 Komsi Koranti 2 Cicilia Acherika Milenia 12 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 2 ([email protected]) 1 ([email protected]) ABSTRAK Ukuran keberhasilan pembangunan sebuah negara, diukur berdasarkan Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah semakin kompleks dan multidimensional. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi tersebut diasumsikan merupakan kenaikan produk domestik regional bruto, dengan belum memperhitungkan perubahan struktur ekonomi, pertambahan penduduk,dan sistem kelembagaan. Nilai dari Produk Domestik Regional Bruto dikalkulasi berdasarkan besarnya nilai tambah dari penduduk yang terjadi pada suatu periode tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah membuat pemodelan pertumbuhan ekonomi melalui data pembangunan Infrastruktur Publik yang sudah dilakukan di Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian menggunakan variabel independen berupa fasilitas Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan Panjang jalan. Sedangkan variabel dependen penelitian menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Purposive sampling digunakan untuk mengambil sebanyak 56 data pertahun dikabupaten/kota Provinsi Kalimantan Tengah, periode 2013-2016. Berdasarkan analisis regresi linear, terbukti bahwa secara parsial hanya variabel listrik yang memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB. Model yang diperoleh dalam penelitian ini adalah PDRB = 2.187 + 0.616 (Listrik) 0.052 (PDAM) + 0.031 (Panjang Jalan). Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, infrastruktur publik, pembangunan, model PENDAHULUAN Tingkat pertumbuhan perekonomian di suatu negara dapat diprediksi berdasarkan indikator pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Pencapaian tersebut ditentukan oleh kuatnya peranan aspek-aspek ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai kenaikan produk domestik bruto, tanpa memperhatikan ada tidaknya perubahan pada tingkat pertumbuhan penduduk, struktur ekonomi, dan sistem kelembagaan (Arsyad, 2015). Disisi lain pembangunan ekonomi diasumsikan sebagai proses penyebab kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang diiringi oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi, juga berkaitan dengan penunjang kesejahteraan masyarakat dan investasi pembangunan dalam kegiatan perekonomian

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR PUBLIK

1Komsi Koranti

2Cicilia Acherika Milenia

12Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

2([email protected]) 1([email protected])

ABSTRAK

Ukuran keberhasilan pembangunan sebuah negara, diukur berdasarkan Tingkat

pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah

semakin kompleks dan multidimensional. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi

tersebut diasumsikan merupakan kenaikan produk domestik regional bruto,

dengan belum memperhitungkan perubahan struktur ekonomi, pertambahan

penduduk,dan sistem kelembagaan. Nilai dari Produk Domestik Regional Bruto

dikalkulasi berdasarkan besarnya nilai tambah dari penduduk yang terjadi pada

suatu periode tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

membuat pemodelan pertumbuhan ekonomi melalui data pembangunan

Infrastruktur Publik yang sudah dilakukan di Provinsi Kalimantan Tengah.

Penelitian menggunakan variabel independen berupa fasilitas Listrik,

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan Panjang jalan. Sedangkan variabel

dependen penelitian menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Purposive sampling digunakan untuk mengambil sebanyak 56 data

pertahun dikabupaten/kota Provinsi Kalimantan Tengah, periode 2013-2016.

Berdasarkan analisis regresi linear, terbukti bahwa secara parsial hanya variabel

listrik yang memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB. Model yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah PDRB = 2.187 + 0.616 (Listrik) – 0.052 (PDAM) +

0.031 (Panjang Jalan).

Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, infrastruktur publik, pembangunan, model

PENDAHULUAN

Tingkat pertumbuhan perekonomian di suatu negara dapat diprediksi berdasarkan

indikator pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Pencapaian tersebut

ditentukan oleh kuatnya peranan aspek-aspek ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

dianggap sebagai kenaikan produk domestik bruto, tanpa memperhatikan ada

tidaknya perubahan pada tingkat pertumbuhan penduduk, struktur ekonomi, dan

sistem kelembagaan (Arsyad, 2015). Disisi lain pembangunan ekonomi

diasumsikan sebagai proses penyebab kenaikan pendapatan riil perkapita

penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang diiringi oleh perbaikan sistem

kelembagaan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam melakukan analisis

tentang pembangunan ekonomi, juga berkaitan dengan penunjang kesejahteraan

masyarakat dan investasi pembangunan dalam kegiatan perekonomian

2

masyarakat. Pendekatan pembangunan tradisional, menurut Kuncoro (2002)

merupakan pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB.

Selanjutnya pertumbuhan angka PDRB dipakai dalam pengukuran pertumbuhan

ekonomi.

Perkembangan ekonomi seharusnya selaras dengan pembangunan ekonomi. Pada

tahap pembangunan yang rendah, infrastruktur yang diperlukan masih terbatas.

Pada tingkat ini, prioritas perkembangan adalah untuk membangun jalan,

jembatan, irigasi, listrik, air bersih, dan infrastruktur lain dalam taraf yang

sederhana. Semakin maju suatu perekonomian, semakin banyak infrastruktur yang

diperlukan oleh suatu negara atau wilayah. Dengan demikian, mengembangkan infrastruktur harus secara terus menerus

dilakukan dan harus diselaraskan dengan kemajuan ekonomi yang telah dicapai

dan yang ingin diwujudkan pada masa yang akan datang. Seperti penelitian

Maimunah, dkk (2017) di Jawa Tengah, bahwa PDRB dipengaruhi oleh Human

capital, Tenaga Kerja dan Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur pada pemerintahan sekarang merupakan keberlanjutan

dari pembangunan infrastruktur yang sudah mulai dan dibangun pada masa

sebelumnya. Infratruktur merupakan tulang punggung perekonomian bangsa.

Selain itu, pembangunan Infrastruktur juga diyakini akan mempercepat dan

memperluas pembangunan ekonomi di setiap wilayah. Secara keseluruhan,

pembangunan infrastruktur yang bisa dinikmati saat sekarang ini merupakan hasil

dari estafet antara pemerintahan sekarang dengan pemerintahan sebelumnya.

Seperti proyek pembangunan jalan tol, program tol laut, pengoperasian bandara-

bandara perintis, pelabuhan-pelabuhan maupun pembangunan desa dan

percepatan daerah tertinggal tidak lain adalah keberlanjutan dari pemerintah

sebelumnya. Sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, bahwa harus ada

strategi untuk merancang agenda pembangunan secara jangka panjang dan melihat

dampak positif dan negatif dari proses pembangunan. Segala upaya yang

dilakukan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki tujuan untuk

meningkatkan perekonomian serta produktivitas masyarakat di Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak provinsi atau daerah-daerah

untuk dikembangkan, masing-masing dari provinsi ini tingkat pertumbuhan

ekonominya berbeda-beda. Semua provinsi melakukan pembangunan infrastruktur

untuk memperbaiki tingkat pertumbuhan ekonomi di daerahnya masing-masing.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh

Syahputri (2013), yang menyatakan faktor-faktor yang dapat membantu

pertumbuhan suatu perekonomian di daerah yaitu fasilitas listrik, air, dan jalan.

Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi yang berada di Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya Sumandiasa, dkk (2016)

menjumpai kondisi di provinsi Bali bahwa hanya listrik dan PMA yang

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB.

Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah yang sedang

melakukan berbagai pembangunan, antara lain bidang infrastruktur jalan,

jembatan, drainase, listrik, air dan sebagainya. Dengan demikian maka perlu

dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis model pertumbuhan

3

ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah melalui pembangunan infrastruktur

Listrik, infrastruktur PDAM, dan infrastruktur Panjang Jalan.

METODE PENELITIAN

Teknik Analisis

Bidang infrastruktur merupakan pendukung utama sistem sosial dan sistem

ekonomi yamg dilaksanakan dalam konteks keterpaduan dan menyeluruh

Kodoatie (2005). Infrastruktur sebagai fasilitas yang dikembangkan bagi fungsi-

fungsi pemerintahan untuk pelayanan publik sebagai satu kesatuan dengan

fasilitas lainnya. Dengan demikian nilai optimasi pelayanan infrastruktur juga

ditentukan oleh keterpaduan tersebut.

Populasi penelitian berupa data PDRB, Listrik, PDAM, dan data panjang jalan di

provinsi Kalimantan Tengah. Selanjutnya secara purposive sampling, diperoleh

data pertahun dari laju pertumbuhan PDRB, Listrik, PDAM, dan panjang jalan di

kabupaten/kota Kalimantan Tengah periode 2013-2016.

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang bersumber dari www.bps-

kalteng.go.id. Cross Section data digunakan untuk melihat perbedaan data pada

setiap kabupaten/kota, sedangkan Time Series menggambarkan perubahan data

selama periode 2013-2016. Selanjutnya analisis secara kuantitatif dilakukan

dengan tehnik regresi, untuk menguji pengaruh antara variabel Listrik, PDAM,

dan panjang jalan terhadap PDRB. Model untuk memprediksi variabel-variabel

penelitian ini adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y = PDRB X1 = Listrik

a = konstanta X2 = PDAM

b = koefisien garis regresi X3 = Panjang jalan

e = standar error

Uji Asumsi Klasik

Teknik analisis regresi linear bisa digunakan jika kelompok data lolos uji asumsi

klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari Uji Normalitas, Autokorelasi,

Multikolinearitas, dan Heterokesdatisitas (Ghozali, 2017).

Uji normalitas untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi secara

normal, dengan menggunakan grafik maupun Kolmogorov Smirnov. Data

dikategorikan normal atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan, apabila

diperoleh nilai signifikasi lebih dari 0,05.

Uji autokorelasi untuk mendeteksi terjadinya korelasi antar kesalahan pengganggu

pada periode yang berurutan. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan uji

Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan α=5%.

Uji multikoinearitas untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antara variabel bebas. Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF lebih dari 10

dan nilai tolerance kurang dari 0,1.

Uji heterokesdatisitas untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan yang lain. Deteksi

4

heterokesdatisitas dapat dilakukan dengan mengamati pola pada grafik scatter plot

antara SPRESID dan ZPRED.

Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi mampu mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variabel dependen, dengan nilai antara 0 dan 1. Kelemahan

Koefisien Determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model. Oleh karena itu, digunakan nilai adjusted R2, Karena

nilai adjusted R2

dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model.

Uji t

Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2017).

Apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0.05, berarti terdapat pengaruh

signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Uji F

Uji kelayakan model atau uji F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model

regresi yang diestimasi layak atau tidak, dengan menggunakan One Way Anova.

Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan, maka dapat

dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk Domestik Regional Bruto

Nilai PDRB di Provinsi Kalimantan Tengah periode 2013-2016, tertinggi adalah

Palangkaraya (Rp.16,378,088.24) dan terendah adalah Sukamara (1,381,439.55).

Tabel 1

Perhitungan Nilai PDRB Kalimantan Tengah (dalam Rupiah)

Kota Tahun Nilai PDRB

Kota Waringin Barat

2013 10,306,881.50

2014 11,782,723.50

2015 13,128,563.30

2016 14,580,989.00

Kota Waringin Timur

2013 14,006,208.40

2014 15,363,977.50

2015 17,292,454.30

2016 19,622,842.90

Kapuas

2013 19,622,842.90

2014 9,597,740.30

2015 10,757,100.20

2016 12,009,472.40

Barito Selatan 2013 3,767,768.20

2014 4,079,563.10

5

Sumber: www.kalteng.bps (data diolah)

2015 4,443,051.80

2016 4,889,178.40

Barito Utara

2013 6,010,923.40

2014 6,298,631.70

2015 6,708,086.80

2016 7,358,692.90

Sukamara

2013 2,336,339.40

2014 2,619,748.70

2015 2,884,821.90

2016 3,202,548.40

Lamandau

2013 3,033,848.80

2014 3,358,803.50

2015 3,661,335.80

2016 4,073,063.10

Seruya

2013 5,255,475.20

2014 5,772,755.40

2015 6,265,127.50

2016 6,889,283.70

Katingan

2013 4,305,170.00

2014 4,874,324.10

2015 5,481,002.70

2016 6,127,500.90

Pulang Pisau

2013 2,815,478.20

2014 3,222,252.90

2015 3,649,808.10

2016 4,029,798.30

Gunung Mas

2013 2,982,610.50

2014 3,378,383.20

2015 3,777,425.20

2016 4,232,264.60

Barito Timur

2013 4,444,272.20

2014 4,770,200.90

2015 5,099,025.60

2016 5,627,781.50

Murung Raya

2013 4,849,767.40

2014 5,166,412.70

2015 5,581,919.20

2016 6,153,227.10

Palangka Raya

2013 8,637,942.40

2014 98,296,422.00

2015 11,289,343.50

2016 12,792,940.00

6

Produksi dan Distribusi Listrik

Total Produksi dan Distribusi Listrik di Kalimantan Tengah periode 2013-2016

rata-rata tertinggi adalah Palangkaraya (152,057,884.75 kwh), sedangkan nilai

terendah adalah Seruya sebesar 9,119,006.00 kwh (Tabel 2).

Tabel 2

Total Produksi dan Distribusi Listrik Kalimantan Tengah (dalam kwh) Kota Tahun Total Produksi Listrik

Kota Waringin Barat

2013 141,406,644

2014 159,056,115

2015 174,578,443

2016 179,108,192

Kota Waringin Timur

2013 187,833,327

2014 203,827,929

2015 227,113,790

2016 233,368,622

Kapuas

2013 86,698,420

2014 119,809,473

2015 110,113,520

2016 119,297,281

Barito Selatan

2013 54,043,549

2014 57,728,140

2015 59,529,177

2016 61,612,931

Barito Utara

2013 44,116,144

2014 49,064,710

2015 49,860,146

2016 50,668,149

Sukamara

2013 18,465,149

2014 18,854,735

2015 21,941,872

2016 26,936,190

Lamandau

2013 18,517,801

2014 22,938,443

2015 24,650,971

2016 27,314,683

Seruya

2013 15,560,348

2014 18,408,580

2015 19,057,939

2016 19,917,123

Katingan

2013 23,868,585

2014 59,351,866

2015 68,398,045

2016 71,591,699

Pulang Pisau

2013 38,627,717

2014 45,704,902

2015 53,830,180

7

2016 53,509,626

Gunung Mas

2013 17,049,133

2014 18,591,316

2015 22,359,191

2016 29,611,204

Barito Timur

2013 29,507,590

2014 33,240,290

2015 36,181,284

2016 48,790,164

Murung Raya

2013 21,209,760

2014 24,695,347

2015 25,635,481

2016 27,879,229

Palangka Raya

2013 298,173,420

2014 295,802,062

2015 301,365,369

2016 321,114,169

Sumber: www.kalteng.bps (data diolah)

Produksi Air Minum

Produksi Air Minum di Kalimantan Tengah periode 2013-2016, nilai rata-rata

tertinggi adalah Kotawaringin Timur (11,530,374.46), sedangkan terendah adalah

Sukamara sebesar 244,877.92 (Tabel 3).

Tabel 3

Nilai Produksi Air Minum yang disalurkan di Kalimantan Tengah

(dalam Rupiah)

Kota Tahun Nilai PDAM

Kota Waringin Barat

2013 10,050,462.10

2014 11,749,426.00

2015 11,769,427.00

2016 13,150,827.00

Kota Waringin Timur

2013 23,205,121.70

2014 22,389,814.00

2015 22,389,815.00

2016 24,250,187.00

Kapuas

2013 11,288,522.97

2014 14,481,669.00

2015 14,481,649.00

2016 15,131,661.00

Barito Selatan

2013 6,731,445.70

2014 7,040,531.00

2015 7,040,531.00

2016 9,473,902.00

Barito Utara

2013 9,360,885.25

2014 9,384,974.00

2015 9,384,975.00

2016 9,614,304.00

8

Sukamara

2013 412,400.35

2014 493,921.00

2015 493,921.00

2016 550,723.00

Lamandau

2013 1,523,847.00

2014 1,795,382.00

2015 795,382.00

2016 1,824,429.00

Seruya

2013 938,755.31

2014 157,409.00

2015 993,298.00

2016 1,487,161.00

Katingan

2013 1,785,100.56

2014 2,397,059.00

2015 2,397,058.00

2016 2,226,352.00

Pulang Pisau

2013 2,022,691.33

2014 2,244,329.00

2015 2,244,330.00

2016 4,273,265.00

Gunung Mas

2013 3,415,558.42

2014 3,531,386.00

2015 3,531,386.00

2016 3,979,743.00

Barito Timur

2013 2,571,765.70

2014 3,566,484.00

2015 3,358,047.00

2016 3,795,901.00

Murung Raya

2013 1,186,584.98

2014 1,661,141.00

2015 1,713,798.00

2016 2,909,932.00

Palangka Raya

2013 17,035,414.54

2014 1,513,431.00

2015 1,513,431.00

2016 18,252,168.00

Sumber: www.kalteng.bps (data diolah)

Panjang Jalan

Data panjang jalan di Kalimantan Tengah periode 2013-2016, disajikan pada

Tabel 4. Nilai rata-rata tertinggi adalah Kapuas (1,962,991.00) sedangkan

terendah adalah Sukamara sebesar 328,252.25.

Tabel 4.

Panjang Jalan di Kalimantan Tengah (dalam Meter) Kota Tahun Nilai Panjang Jalan

Kota Waringin Barat 2013 2,406,330.00

2014 2,466,760.00

9

2015 2,466,760.00

2016 2,469,750.00

Kota Waringin Timur

2013 2,026,700.00

2014 2,059,280.00

2015 2,024,060.00

2016 2,024,060.00

Kapuas

2013 2,852,480.00

2014 3,060,790.00

2015 4,891,300.00

2016 4,891,300.00

Barito Selatan

2013 716,870.00

2014 1,146,570.00

2015 1,013,570.00

2016 1,013,570.00

Barito Utara

2013 608,340.00

2014 625,740.00

2015 625,740.00

2016 758,140.00

Sukamara

2013 377,640.00

2014 385,570.00

2015 512,900.00

2016 512,900.00

Lamandau

2013 721,060.00

2014 495,370.00

2015 672,540.00

2016 672,540.00

Seruya

2013 781,970.00

2014 781,970.00

2015 453,800.00

2016 453,800.00

Katingan

2013 442,240.00

2014 475,580.00

2015 740,380.00

2016 784,370.00

Pulang Pisau

2013 1,087,750.00

2014 1,154,320.00

2015 994,750.00

2016 994,750.00

Gunung Mas

2013 737,940.00

2014 737,940.00

2015 737,740.00

2016 737,940.00

Barito Timur 2013 934,280.00

2014 965,470.00

10

2015 968,970.00

2016 968,970.00

Murung Raya

2013 630,680.00

2014 1,116,970.00

2015 919,550.00

2016 919,550.00

Palangka Raya

2013 911,830.00

2014 911,830.00

2015 911,830.00

2016 911,830.00

Sumber: www.kalteng.bps (data diolah)

Analisis Statistik Deskriptif

Perhitungan analisis deskriptif data penelitian adalah seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LN_Y 56 6.37 7.99 6.7938 .29163

LN_X1 56 7.19 8.51 7.7233 .39520

LN_X2 56 5.20 7.38 6.5623 .51584

LN_X3 56 2.87 6.69 5.9354 .49438

Valid N (listwise) 56

Sumber: Data diolah

Rata-rata PDRB adalah 6.7938, dengan nilai terendah di Sukamara (6.37%) dan

nilai tertinggi di Palangkaraya (7.99%). Standar deviasi (0,29163) menunjukan

bahwa kondisi rata-rata PDRB sangat beragam, dengan jarak nilai rata-rata

terendah dan tertinggi yang tidak jauh.

Rata-rata listrik adalah 7.7233, nilai terendah 7.19% di Seruya, nilai tertinggi

8.51% di Palangkaraya, dengan Standar Deviasi 0.39520.

Rata-rata PDAM adalah 7.3123, nilai terendah 5.20% di Sukamara, nilai tertinggi

10.37% di Kotawaringin Timur, dengan standar deviasi 1.40577.

Rata-rata nilai Panjang Jalan adalah 5.9354, nilai terendah 2.87% di Sukamara,

nilai tertinggi 6.69% di Kapuas, dengan Standar deviasi Panjang Jalan 0.49438.

Uji Asumsi Klasik

Uji Kolmogrov-Smirnov (Tabel 6) menunjukkan bahwa nilai signifikasi Asymp.

Sig. (2-tailed) 0.200 > 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data

penelitian ini dikategorikan berdistribusi normal.

Tabel 6

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 56

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .97234487

11

Most Extreme

Differences

Absolute .101

Positive .101

Negative -.056

Test Statistic .101

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: data diolah

Berdasarkan uji multikolinieritas (Tabel 7) terlihat bahwa variabel independen

Listrik (LN_X1), PDAM (LN_X2), dan Panjang Jalan (LN_X3) mempunyai nilai

tolerance lebih dari 0,10 dan Variance Inflaction Factor (VIF) kurang dari 10.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada

data penelitian.

Tabel 7

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

LN_X1 .443 2.259

LN_X2 .482 2.075

LN_X3 .788 1.270

Sumber: data diolah

Pada Gambar 1. Grafik Scatterplot menunjukkan data yang tersebar diatas dan

dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y serta tidak membentuk pola tertentu.

Dengan demikian terbukti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada data,

sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi.

Gambar 1

12

Untuk lebih menjamin keakuratan hasil, maka dilengkapi dengan uji glesjer

(Tabel 8). Uji glesjer menunjukkan bahwa nilai signifikan semua variabel

independen yaitu Listrik sebesar 0,00, PDAM sebesar 0,451, dan Panjang Jalan

sebesar 0,575. Dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Tabel 8

Hasil Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.187 .488 4.484 .000

LN_X1 .616 .093 .835 6.641 .000

LN_X2 -.052 .068 -.092 -.760 .451

LN_X3 .031 .056 .053 .565 .575

Sumber: Data diolah

Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian yaitu uji Durbin-Waston,

dengan nilai sebesar 1,944 yaitu kurang dari 2. Sesuai Ghozali (2017) hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model regresi tersebut. Masalah

ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Tabel 9

Hasil Uji Autokorelasi

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

.797a .636 .615 .18097 1.660

a. Predictors: (Constant), LN_X1, LN_X2, LN_X3

b. Dependent Variable: LN_Y

Sumber: Data diolah

Regresi Linear

Teknik untuk memprediksi model penelitian adalah regresi linear berganda.

Regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

(explanatory) penelitian (Listrik, PDAM, dan Panjang Jalan) terhadap variabel

dependen PDRB (Ghozali, 2017), dengan hasil seperti tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10

Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.187 .488

LN_X1 .616 .093 .835

LN_X2 -.052 .068 -.092

LN_X3 .031 .056 .053

a. Dependent Variable: LN_Y

Sumber: data diolah

13

Berdasarkan Tabel 10, diperoleh konstanta 2.187 dan nilai koefisien variabel

Listrik 0.616, PDAM -0.052, dan Panjang Jalan 0.031. Dengan demikian model

yang dapat dibentuk adalah:

PDRB Kalimantan Tengah= 2.187 + 0.616 (Listrik) – 0.052 (PDAM) + 0.031

(Panjang Jalan).

Nilai PDRB konstan sebesar 2.187 jika tidak ada perubahan pada Listrik, PDAM,

dan Panjang Jalan. Nilai koefisien Listrik 0.616, berarti terjadi hubungan yang

positif antara Listrik dengan PDRB Kalimantan Tengah. Koefisien PDAM - 0.052

, artinya terjadi hubungan yang negatif antara PDAM dengan PDRB Kalimantan

Tengah. Nilai koefisien Panjang jalan sebesar 0.031, berarti terjadi hubungan yang

positif antara Panjang jalan dengan PDRB Kalimantan Tengah.

Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu (0 < 2 R < 1), hasil koefisien determinasi yang

menunjukkan nilai adjusted R Square (Tabel 11).

Tabel 11

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Nilai adjusted R Square pada penelitian ini adalah 0,636 (Tabel 11). Berarti

63,6% proporsi keragaman nilai PDRB dapat dijelaskan oleh nilai variabel Listrik,

PDAM, dan Panjang Jalan melalui hubungan linier. Sedangkan 36.4% dijelaskan

oleh sebab-sebab lain diluar model penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan PDRB di Indonesia tersebut, antara lain adalah Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, inflasi, Penanaman Modal Asing,

Penanaman Modal Dalam Negeri, Pengeluaran pemerintah daerah, dan tenaga

kerja (Nasution, 2010). Menurut Vidyattama (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan PDRB di Indonesia, antara lain adalah investasi,

modal manusia (human capital), populasi, belanja pemerintah daerah, infrastruktur

dan perdagangan terbuka.

Uji t

Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara parsial di dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali. 2017).

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .797a .636 .615 .18097

a. Predictors: (Constant), LN_X1, LN_X2, LN_X3

b. Dependent Variable: LN_Y

Sumber: Data diolah

14

Tabel 12

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.187 .488 4.484 .000

LN_X1 .616 .093 .835 6.641 .000

LN_X2 -.052 .068 -.092 -.760 .451

LN_X3 .031 .056 .053 .565 .575

Sumber: data diolah

Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada Tabel 12. Pada variabel Listik (LN_X1)

mempunyai nilai t 6.641 dengan tingkat signifikansi 0.00. Nilai signifikansi 0.00

lebih kecil dari 0.05 sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara

variabel Listrik terhadap PDRB.

Listrik memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di

Kalimantan Tengah. Hal ini menandakan bahwa peningkatan energi Listrik dapat

menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Kalimantan Tengah. Nilai koefisien beta yang positif menandakan bahwa Listrik

berpengaruh terhadap Laju pertumbuhan PDRB. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan Syahputri (2013) yang membuktikan bahwa Listrik

berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Namun, hasil penelitian ini

berlawanan dengan studi terdahulu yang dilakukan oleh Winanda (2016) yang

membuktikan bahwa Listrik tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB.

Pada PDAM mempunyai nilai t sebesar -0.760 dengan tingkat signifikansi 0,451.

Berdasarkan nilai signifikansi 0,451 (lebih besar dari 0.05), maka dapat

disimpilkan bahwa tidak terdapat berpengaruh antara variabel PDAM terhadap

PDRB. Variabel PDAM memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap PDRB di Kalimantan Tengah. Hal ini menandakan bahwa konsumsi air

bersih di provinsi Kalimantan Tengah sangat banyak dibandingkan dengan

pendapatan daerah di provinsi tersebut. Hasil penelitian ini berlawanan dengan

studi terdahulu yang dilakukan Winanda (2016) yang membuktikan bahwa

PDAM berpengaruh signifikan terhadap PDRB.

Pada Panjang Jalan mempunyai nilai t sebesar 0.565 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0.575. Berdasarkan nilai signifikansi 0.575 (lebih besar dari 0.05), maka

tidak ada berpengaruh antara variabel Panjang Jalan terhadap PDRB.Jalan

memberikan pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap PDRB di

Kalimantan Tengah. Hal ini menandakan bahwa akses jalan yang berada di

provinsi sudah cukup memadai di provinsi Kalimantan Tengah tersebut tetapi

masih perlu diadakan pembangunan jalan untuk membenahi jalan-jalan yang

rusak. Hasil penelitian ini sama dengan studi terdahulu yang dilakukan oleh

Winanda (2016) yang membuktikan bahwa Jalan tidak berpengaruh signifikan

terhadap PDRB. Namun, berbeda dengan hasil penelitian studi terdahulu yang

dilakukan oleh Fahlevi (2016) yang membuktikan bahwa Jalan berpengaruh

signifikan terhadap PDRB.

15

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Model penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

PDRB Kalimantan Tengah: 2.187 + 0.616 (Listrik) – 0.052 (PDAM) + 0.031

(Panjang Jalan)

Infrastruktur Listrik terbukti berpengaruh terhadap Laju pertumbuhan PDRB. Hal

ini menandakan bahwa peningkatan energi Listrik dapat menjadi salah satu cara

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah.

Sebaliknya infrastruktur PDAM dan Panjang jalan terbukti tidak berpengaruh

terhadap Laju pertumbuhan PDRB.

Saran

Kecilnya proporsi keragaman nilai PDRB dapat dijelaskan oleh nilai variabel

penelitian ini, merupakan peluang bagi peneliti berikutnya untuk menambahkan

variabel-variabel yang lain. Variabel-variabel tersebut antara lain public utilities

(tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan,

bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi.

Infrastruktur listrik merupakan satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap

PDRB. Dengan demikian infrastruktur listrik perlu ditingkatkan karena terbukti

bahwa peningkatan energi Listrik dapat menjadi salah satu cara untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2015. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-5.

Penerbit YKPN, Yogyakarta.

Fahlevi, M. Fazri, Eddy Gunawan. 2016. Analisis Pengaruh Infrastruktur

Ekonomi dan Social Capital Terhadap PDRB di Provinsi Aceh. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Unsyiah, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. pp.88-95.

Ghozali, Imam. 2017. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Edisi ke-5. Penerbit Badan Penelitian UNDIP, Semarang.

Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Penerbit Pustaka

Pelajar. Yogyakarta.

Kuncoro Mudrajat. 2002. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan

Kebijakan, Akademi Peremajaan Perusahaan. YKPN, Yogyakarta.

Maimunah Siti, Indah Manfaati Nur, dan Abdul Karim. Pemodelan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Provinsi Jawa Tengah Menggunakan

Regresi Kuantil. Statistika, Vol. 5, No. 1, Mei 2017.

Nasution, Syahrir Hakim. 2010. Pengantar Ekonomi Makro. Usu press, Medan.

Sumandiasa, I Ketut, Ni Made Tisnawati, I G.A.P Wiranti. 2016. Analisis

Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan, Listrik, dan PMA Terhadap

Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 1993-2014. E-Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vol.5, No.7, Juli 2016. pp. 729-947

16

Syahputri, Evanti Andriani. 2013. Analisis Peran Infrastruktur Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat 2008-2012. Fakultas

Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Vidyattama, Yogi. 2010. A Search for Indonesia's Regional Growth Determinants.

ASEAN Economic Bulletin, Vol.27, No.3 Desember 2010. pp. 281-294.

Winanda, Ade Ayu. 2016. Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadapPertumbuhan

Ekonomi di Bandara Lampung. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas

Lampung, Lampung.

www.bps-kalteng.go.id (diakses tanggal 10 Januari 2019)

www.kalteng.bps (diakses tanggal 14 Januari 2019)

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Nomor Pengunggahan

SURAT KETERANGANNomor: 449/PERPUS/UG/2020

Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : KOMSI KORANTI, IR., MM., DRNomor Penulis : 910168Email Penulis : [email protected] Penulis : Puri Bojong lestari 1, c/9

Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FILKOM/KA/PENELITIAN/449/2020Judul Penelitian : Model Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pembangunan Infrastruktur PublikTanggal Penyerahan : 17 / 06 / 2020

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

Dicetak pada: 18/06/2020 19:44:52 PM, IP:116.206.8.11 Halaman 1/1

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Nomor Pengunggahan

SURAT KETERANGANNomor: 449/PERPUS/UG/2020

Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : KOMSI KORANTI, IR., MM., DRNomor Penulis : 910168Email Penulis : [email protected] Penulis : Puri Bojong lestari 1, c/9

Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FILKOM/KA/PENELITIAN/449/2020Judul Penelitian : Model Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pembangunan Infrastruktur PublikTanggal Penyerahan : 17 / 06 / 2020

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

Dicetak pada: 09/08/2020 23:08:19 PM, IP:116.206.9.6 Halaman 1/1