model pengembangan lingkungan kota ekowisata (studi di wilayah kota batu)

28
PDK NASKAH PUBLIKSI MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KOTA EKOWISATA (Studi di Wilayah Kota Batu) Peneliti: Drs. Oman Sukmana, M.Si. Nip.: 132001833 Dibiayai Melalui Proyek DPP UMM Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor: E.d/577/BAA-UMM/VIII/2007 Tanggal, 7 Agustus 2007 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG April, 2008 1

Upload: hendra-thohir

Post on 05-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 1/28

PDK

NASKAH PUBLIKSI

MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

KOTA EKOWISATA

(Studi di Wilayah Kota Batu)

Peneliti:Drs. Oman Sukmana, M.Si.

Nip.: 132001833

Dibiayai Melalui Proyek DPP UMM

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor

Nomor: E.d/577/BAA-UMM/VIII/2007

Tanggal, 7 Agustus 2007

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGApril, 2008 

1

Page 2: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 2/28

HALAMAN PENGESAHAN

1.a. Judul Penelitian :

MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KOTA EKOWISATA

(Studi di Wilayah Kota Batu)

 b. Bidang Ilmu : Sosial

c. Kategori Penelitian : Kategori II

2. Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Drs. Oman Sukmana, M.Si.

 b. Jenis Kelamin : Laki-Laki

c. Gol./Pangkat/Nip : IV-a/Pembina/ 132.001.833.d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e. Fakultas/Jurusan : FISIP/Ilmu Kesejahteraan Sosial

f. Alamat Kantor : Lembaga Penelitian UMMJl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa TimurTlp. (0341) 463513, 464318, 464319

Fax (0341) 460435

g. Alamat Rumah : Pondok Bestari Indah, Blok C-5/268, RT 02/XI,Klandungan, Landungsari, Malang.

Tlp. (0341) 463128, Hp. 08123200709

3. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)4. Jangka Waktu : 1 Tahun (TA. 2007/2008)

5. Biaya Penelitian :

a. Sumber dari UMM : Rp 6.00.000,-

 b. Sumber lain : -

Mengetahui: Malang, April 2008

Dekan FISIP UMM, Ketua Peneliti

Drs. Budi Suprapto, M.Si, Drs. Oman Sukmana, M.Si.

Nip.UMM : 10387090041 Nip. : 132.001.833.

Menyetujui :Ketua Lembaga Penelitian

Universitas Muhammadiyah Malang

DR. Wahyu Widodo, Ir., MS.

Nip.UMM : 110.8909.0128.

2

Page 3: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 3/28

MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KOTA EKOWISATA

(Studi di Wilayah Kota Batu)

Oman Sukmana1

FISIP UMM

AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang bagaimana model pengembangan

kota Batu sebagai kota ekowisata. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Teknik analisa data menggunakan teknik deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth

interview), observasi, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ditentukan di kota Batu. Subjek

 penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga

masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota batu; (2) pemerhati lingkungan kota, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3)

Kalangan LSM.

Kesimpulan hasil penelitian meliputi: (1) Kota Batu memiliki potensi sumberdayaalam dan sosial yang baik sebagai modal pengembangan kota; (2) Kota Batu merupakan

tempat refreshing dan beristirahat yang baik, jika dikemas secara baik dan terintegrasi,

maka Kota Batu sebagai kota Wisata sangat mungkin untuk diwujudkan; (3) Sikapmasyarakat sangat positif dalam mendukung pengembangan kota Batu. Pola hubungan

antara perilaku manusia dan lingkungan dalam konteks pengembangan dan pengelolaan

lingkungan Kota Batu sebagai kota wisata dengan pola hubungan gabungan antara pola

individu dapat menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi (ikut serta) dalam pengelolaan lingkungannya, serta individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (4)

Arah kebijakan pembangunan kota Batu berdasarkan atas visi kota Batu, yaitu: ”Batu,

Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”; (5) Arah pengembanganKota Batu: ke Arah Utara, Barat Laut, Timur Laut dan Barat Daya; pengembangan pada

kawasan Lindung dan Pengembangan pada kawasan budidaya untuk jenis kegiatan

 pertanian. Sedangkan kearah Barat, Timur dan Tenggara adalah fokus pada pengembangan pada kegiatan perkotaan; (6) Berdasarkan paradigma perkembangan kota, maka model

 pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata mengikuti paradigma perkembangan yang

 berorientasi  Rurban Oriented Paradigm (ROP). Sedangkan saran yang bisa disampaikanadalah: (1) Pemerintah Kota Batu perlu lebih optimal lagi dalam mengelola potensi

sumberdaya yang ada di wilayah kota Batu, sehingga dapat mendukung pengembangan

kota Batu sebagai kota wisata yang bervisi ”Batu, Agropolitan Bernuansa Pariwisata

dengan Masyarakat Madani”; dan (2) Model pengembangan kota Batu yang mengarahkepada orientasi Rurban Oriented Paradigm (ROP), sudah relevan dengan kondisi wilayah

kota Batu. Oleh karena itu perlu terus dikembangkan.

Kata kunci: Pengembangan Lingkungan Kota, Ekowisata

1  Oman Sukmana, Drs., M.Si. adalah Staff Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP –

Universitas Muhammadiyah Malang.

3

Page 4: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 4/28

Abstract

This research is conducted to explore on why and how the government implements the

model of the Batu city development as a ecotourism city. The qualitative approach is

utilized in this study with Descriptive-Qualitative implemented in data analysis technique.Whereas the quantitative data is also useful to strengthen the qualitative findings. Indeepth

interview, Observation and documentation, were used as data collection tools. Therespondents of this study were determined purposively that include: The local leaders, and

Residents. While the informants include: the chief of tourism department of Batu city,

ecotourism analyst both from local community and higher education, and NGO-enviroment

 preservation.

The conclusion of research study ares: (1) Batu city have good potentials resources as a

capital for city developmental; (2) Batu city as refreshing area, so it is possible to be

ecotourism city; (3) The community of Batu city are supporting for Batu city developing, as

a ecotourism city; (4) The orientation of Batu city development is based on mission and

vision of Batu city, as: “Batu as agropolitan city, base on Tourism and Civil Society”; and(5) The orientation of Batu city development is using of the Rurban Oriented Paradigm

(ROP)

Key Word: Development of City, Flora Ecotourism.

1.  PENDAHULUAN 

1.1. Latar Belakang 

Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat

 belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara, tempat

mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan manca negara,

tempat rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kota perlu dikembangkan untuk memenuhi

tuntutannya yang terus meningkat. Di dalam menentukan arah kebijakan pengembangannya

 perlu dibuatkan pola perencanaan pengembangan berdasarkan data yang ada dan kebutuhan

yang harus dipenuhi kota tersebut.

Pengembangan suatu wilayah perkotaan akan menimbulkan berbagai konsekuensi

terhadp lingkungan. Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kota harus memperhatikan aspek

lingkungan, termasuk penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau. Proses penataan

ruang akan mendorong pengembangan wilayah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup

masyarakat yang berkeadilan dalam lingkungan yang sehat dan berkesinambungan. Kota

4

Page 5: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 5/28

Batu sebagai kota wisata, dikembangkan kearah kawasan kota ekowisata. Oleh karena itu

 penataan, pengelolaan, dan pengembangan ruang kota Batu adalah merupakan hal yang

 penting dan dapat dijadikan sebagai model penataan, pengelolaan, dan pengembangan

lingkungan kota yang baik.

Kota Batu adalah merupakan kota utama dalam pengembangan wisata di Jawa Timur.

Penataan, pengolaan, dan pengembangan kawasan kota berwawasan ekowisata di kota Batu

dapat dijadikan contoh (model) bagi kota lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang bagaimana model pengembangan kota

Batu sebagai kota ekowisata. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Teknik analisa data menggunakan teknik deskriptif-kualitatif. Teknik

 pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth

interview), observasi, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ditentukan di kota Batu. Subjek

 penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga

masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota batu; (2)

 pemerhati lingkungan kota, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3)

Kalangan LSM.

Dari penelitian ini akan diperoleh informasi dasar tentang model penataan, pengelolaan,

dan pengembangan lingkungan kota yang berwawasan ekowisata. Hasil penelitian juga

dapat dikembangkan sebagai bahan bagi kajian disiplin Psikologi Lingkungan, terutama

dalam mengembangkan konsep rekayasa lingkungan fisik dan sosial (social and phisical

environmental engineering), serta dampaknya terhadap manusia, dan mata kuliah Psikologi

Pariwisata.

1.2.  Rumusan Masalah

Pengembangan lingkungan kota Batu sebagai kota ekowisata, dapat dijadikan suatu

model konsep pengembangan kota yang baik, yang dapat memberikan dampak positif

timbal-balik bagi masyarakat dan lingkungan setempat. Pertanyaan dasar yang muncul

adalah bagaimana model penataan, pengelolaan, dan pengembangan kota tersebut

dilakukan? Bagaimana manfaat positifnya baik bagi masyarakat maupun lingkungan?, dan

sebagainya.

5

Page 6: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 6/28

  Untuk membatasi lingkup penelitian, maka masalah penelitian ini difokuskan pada

aspek-aspek berikut:

(1) Bagaimanakah gambaran kondisi, potensi, dan pemanfaatan lingkungan ekowisata di

kota Batu?

(2) Bagaimana sikap masyarakat dalam pengembangan lingkungan kota Batu sebagai kota

ekowisata?

(3) Bagaimana konsep hubungan antara masyarakat kota Batu dengan lingkungannya?

(4) Bagaimanakah konsep kebijakan pemerintah dalam pengembangan kota Batu sebagai

kota ekowisata?

(5) Bagaimanakah konsep kebijakan pemerintah dalam perencanaan pengembangan tata

kota Batu sebagai kota ekowisata?

(6) Bagaimanakah model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata?

1.3  Tujuan Penelitian

Target hasil (tujuan umum) penelitian ini adalah berupa konsep dan informasi dasar

pengetahuan  yang berkaitan dengan model pengembangan lingkungan kota ekowisata.

Sedangkan secara terinci target luaran (tujuan khusus) penelitian ini adalah untuk

memperoleh konsep dan informasi dasar tentang:

(1) Kondisi dan potensi, dan pemanfaatan lingkungan ekowisata di kota Batu.

(2) Sikap masyarakat dalam pengembangan lingkungan kota Batu sebagai kota

ekowisata.

(3) Konsep hubungan antara masyarakat kota Batu dengan lingkungannya.

(4) Konsep kebijakan pemerintah dalam perencanaan mengembangan tata kota Batu

sebagai kota ekowisata.

(5) Konsep kebijakan pemerintah dalam perencanaan mengembangan tata kota Batu

sebagai kota ekowisata.

(6) Konsep disain (rancangan) ideal pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata.

(7) Model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata.

(8) Bahan materi akademik bagi pengembangan perkuliahan dalam Mata Kuliah

6

Page 7: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 7/28

Psikologi Lingkungan dan Psikologi Pariwisata (Fakultas Psikologi), serta Mata

Kuliah Tingkah laku manusia dan Lingkungan (FISIP). 

2.  TINJAUAN PUSTAKA 

a.  Paradigma Perkembangan Kota

Secara umum terdapat dua macam paradigma pembangunan kota dalam perpsektif

spasial. Paradigma pembangunan kota yang pertama disebut sebagai Urban Oriented

Paradigm  (UOP), dan paradigma kedua dikenal sebagai  Rurban Oriented Development

Paradigm (ROP). Pemahaman kedua macam paradigma pembangunan kota tersebut sangat

 penting agar para penentu kebijakan pembangunan kota dapat memilih paradigma

 pembangunan yang tepat bagi daerahnya (Yunus, 2005).

1) 

Urban Oriented Paradigm (UOP)

Menurut Yunus (2005), Urban Oriented Paradigm (UOP)  adalah suatu paradigma

 pembangunan kota dengan filosofi pembangunannya city is just for urban residents  atau

city is just for the city itself . Kerangka berpikir tersebut dilandasi oleh banyaknya

keberadaan lahan kosong baik di bagian dalam kota dan terlebih lagi diluar kota yang dapat

dimanfaatkan untuk mengakomodasikan struktur fisikal baru. Idealisme menciptakan

 bentuk fisikal kota, secara spasial sangat leluasa dan tidak terkendala oleh permasalahan

yang berarti baik sosial, kultural, ekonomi dan politik. Daerah pinggiran kota (urban fringe

areas) sebagian besar didominasi oleh lahan kosong, atau lahan tidak produktif, sehingga

setiap usaha untuk membangun fungsi-fungsi kekotaan baru sebagai bentuk perkembangan

dan pengembangan baru dapat dilaksanakan.

 2)   Rurban Oriented Paradigm (ROP)

 Rurban Oriented Paradigm (ROP)  adalah suatu paradigma pembangunan kota yangdilandasi filosofi bahwa the development of a city is not just for the city itself but also for

the rural areas. Hal ini didasari oleh adanya suatu kenyataan bahwa kota yang

 bersangkutan dikelilingi oleh lahan pertanian yang produktif serta sector pertanian masih

memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Dalam menentukan kebijakan

spasial pembangunan kota, pemerintah kota harus bertindak ekstra hati-hati serta harus

7

Page 8: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 8/28

mengacu pada konsep sustainable development dengan keempat dimensinya. Pembangunan

kota merupakan bagian integral dari system pembangunan nasional yang tidak dapat

diisolasi dari pembangunan sector lain, khususnya pembangunan di sector rural. Di dalam

system pembangunan nasional, pembangunan kota saling tergantung dengan pembangunan

desa sehingga apabila terjadi kekeliruan penentuan kebijakan pembangunan pada salah satu

sector akan mengakibatkan dampak negative pada sector lain. Di samping itu,

 pembangunan kota tidak boleh hanya mementingkan kebutuhan daerahnya sendiri, seperti

tertuang dalam intra generation dan intra frontier dimension, namun harus selalu

memperhatikan inter generation dan inter frontier-dimension.

 Rurban Oriented Paradigm (ROP) dilandasi oleh suatu konsep filsafati yang khusus

yaitu:

(1) perkembangan kota tidak boleh hanya untuk kepentingan kota itu sendiri;

(2) kehidupan kota tidak dapat dipisahkan dari kehidupan desa, sehingga program

 pengembangan kota juga harus memperhatikan kepentingan desa;

(3) bentuk kota ideal tidak harus bulat atau mendekati bulat atau bujur sangkar;

(4) bentuk kota ideal tidak harus kompak memadat;

(5) pengertial ideal selalu conform dengan kondisi lingkungan biotic, abiotik dan sosio-

kultural;

(6) pembangunan kota harus memperhatikan intra dimension dan inter dimension baik

terkait dengan keberadaan generasi maupun wilayah.

b. Paradigma Pembangunan Kota di Indonesia

Membahas paradigma pembangunan kota di Indonesia masa kini sangat menarik,

karena banyak fenomena penting yang dapat diuangkap, khususnya terkait dengan aplikasi

 paradigma pembangunan kotanya. Hampir semua kota di Indonesia, kalau bukan

semuanya, menunjukkan perkembangan spasial yang tidak terkendali dan sangat

 bertentangan dengan konsep pembangunan beekelanjutan yang selalu dijadikan sebagai

acuan bagi setiap program pembangunan. Kenyataan di lapangan yang sangat berbeda atau

 bertentangan sama sekali dengan ide sustainable development   seperti dirumuskan oleh

Wolrd Comission on Environment and Development  menimbulkan tanda tanya besar bagi

masyarakat: (1) apakah para penentu kebijakan pembangunan kota benar-benar paham akan

8

Page 9: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 9/28

makna sustainable development ?; (2) apabila mereka paham akan arti pembangunan

 berkelanjutan, mengapa gejala yang sangat bertentangan dengan ide sustainable

development  dibiarkan terus berlanjut sampai sekarang?

Dalam kaitannya dengan upaya manajemen spasial kota, dua permasalahan penting

 perlu ditegaskan lagi, yaitu pertama adalah hilangnya lahan pertanian subur, produktif dan

 beririgasi teknis yang terlalu dini di daerah pinggiran kota. Permasalahan kedua, adalah

terjadinya densifikasi yang tidak terkendali di daerah permukiman bagian dalam kota.

Gejala hilangnya lahan pertanian subur, produktif dan beririgasi teknis di daerah pinggiran

kota, khususnya di Pulau Jawa merupakan gejala yang perlu dihentikan atau paling tidak

diperlambat prosesnya sambil menunggu kemampuan untuk mencari substitusinya. Hal ini

 berkaitan dengan gejala dengan makin melebarnya kesenjangan antara produksi bahan

 pangan dan konsumsinya. Makin meningkatnya jumlah penduduk akan selalu diikuti

dengan makin meningkatnya tuntutan tersedianya bahan pangan yang makin meningkat

 pula, sementara itu makin menurunnya sumber daya pertanian akan selalu diikuti oleh

makin berkurangnya kemampuan untuk menyediakan bahan pangan. Oleh karena hilangnya

lahan pertanian kebanyakan terjadi di sekitar kota-kota dan berubah menjadi lahan-lahan

non-pertanian, maka perhatian serius harus diarahkan pada daerah-daerah tersebut.

Tanpa mengemukakannya secara eksplisit, telah terjadi pengorbanan sektor rural,

khususnya sektor pertanian untuk kepentingan sektor perkotaan. Pengorbanan sektor

 pertanian dianggap bukan merupakan permasalahan serius dan memang seharusnya seperti

itu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa upaya pembangunan kota dan wilayah hanya

mementingkn pencapaian kepentingan jangka pendek, bersifat sektoral dan tidak

mementingkan kepentingan sektor lain yang juga berpengaruh terhadap pembangunan kota

itu sendiri dan bersifat tidak komprehensif. Dengan kata lain sangat bertentangan dengan

konsep sustainable development . Di sinilah tercermin adanya paradigma pembangunan

kota yang bersifat urban oriented . Untuk kota-kota tertentu di luar pulau Jawa, dimana

daerah pinggiran kotanya merupakan lahan tidak produktif, tidak subur peredigma

 pembangunan yang bersifat urban oriented   dapat direkomendasikan, namun untuk kota-

kota lain, khususnya di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali aplikasi paradigma tersebut

sangatlah tidak tepat.

9

Page 10: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 10/28

  Aplikasi ROP merupakan pilihan yang tepat untuk kota-kota yang daerah pinggiran

kotanya merupakan lahan pertanian subur, produktif dan beririgasi teknis. Kebijakan ini

sama sekali tidak bertentangan dengan anti growth concept  atau tidak sama dengan upaya

menghentikan perkembangan kota, karena hal ini bertentangan dengan menghentikan

 peradaban itu sendiri. Paradigma ini diaplikasikan dengan sangat arif dalam menyikapi

kondisi lingkungan abiotik, biotik dan sosio-kultural yang ada. Selama masih ada

kemungkinan memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif, mengapa harus diijinkan

mengorbankan lahan-lahan produktif? Selama masih ada kemungkinan mempertahankan

green belt mengapa jalur hijau atau ruang terbuka hijau yang ada harus dikorbankan?

Pengrobanan lahan pertanian di daerah pinggiran kota juga disebabkan adanya pendapat

yang mengatakan bahwa bentuk ideal adalam kompak dengan jarak antara pusat kota ke

sisi-sisi terluar lahan terbangun kurang lebih sama. Ekspresi keruangan kota seperti ini akan

 berbentuk bulat atau bujur sangkar. Dari sisi kemudahan, efektivitas dan efisiensi

 pembangunan fasilitas kota, bentuk tersebut memang merupakan ekspresi spasial paling

ideal. Namun demikian perlu diingat bahwa kondisi kota yang satu sangat berbeda dengan

kondisi kota yang lain, khususnya terkait dengan lingkungan biotik, abiotik, dan sosio-

kulturalnya seperti telah dikemukakan diatas. Upaya pemaksaan membentuk kota ke dalam

 bentuk tertentu tanpa memperhatikan pertimbangan lingkungan biotik, abiotik dan sosio-

kultural dengan mengorbankan sumber daya alam penting yang ada adalah salah satu

 bentuk pemerkosaan lingkungan (environmental rape).

Evaluasi keberadaan dan potensi sumber daya biotik, abiotik dan sosio-kultural

merupakan tahap awal yang harus ada terlebih dahulu untuk setiap program pembangunan.

Di sinilah awal kebijakan harus dibuat, khususnya untuk menentukan bagian-bagian mana

dari daerah pinggiran kota yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan fisikal kota yang

disusun berdasarkan prioritas. Oleh karena keterkitan pnentuan prioritas pemilihan daerah

ini terkait dengan : (1) produktivitas lahan; (2) kesuburan lahan; (3) keberdaan saluran

irigasi. Dengan teknik skorsing dan memanfaatkan teknik geographic information. Kisaran

skor prioritas adalah dari prioritas paling tinggi dan prioritas paling rendah. Prioritas paling

tinggi berkaitan dengan paling tidak subur, paling tidak produktif dan tidak adanya saluran

irigasi dan prioritas paling rendah adalah paling subur, paling produktif dan beririgasi

teknis dengan kontinuitas alirn air sepanjang waktu. Oleh karena uraian ini hanya

10

Page 11: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 11/28

menekankan pada perspektif spasial, maka beberapa tinjauan lain seperti aspek biotik dan

sosio-kultural tidak dikemukakan di dalam paragraf ini dan pada kesempatan yang berbeda

akan dibahas secara mendalam sebagai pembobot penentuan skor prioritas. Namun, dari

ketiga perspektif spasial yang dikemukakan tersebut, secara cepat penentuan prioritas dapat

dilaksanakan dengan mudah. Hasil evaluasi dapat dipetakan, sehingga pengarahan

 pengembangan spasial kota dapat dilaksanakan.

ROP dilandasi oleh suatu konsep filsafati yang khusus yaitu: (1) perkembangan kota

tidak boleh hanya untuk kepentingan kota itu sendiri; (2) kehidupan kota tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan desa, sehingga program pengembangan kota juga harus

memperhatikan kepentingan desa; (3) bentuk kota ideal tidak harus bulat atau mendekati

 bulat atau bujur sangkar; (4) bentuk kota ideal tidak harus kompak memadat; (5) pengertian

ideal selalu konform dengan kondisi lingkungan biotik, abiotik dan sosio-kultural; (6)

 pembangunan kota harus memperhatikan intra-dimension dan inter-dimension baik terkait

dengan keberadaan generasi maupun wilayah.

C. Pengertian Ekowisata

Menurut Damanik dan Weber ( 2006), Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan

wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan

sebagai lawan dari wisata missal. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari wisata

missal adalah karakteristik produk dan pasar. Perbedaan ini tentu berimplikasi pada

kebutuhan perencanaan dan pengelolaan yang tipikal.

Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang

menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Masyarakat

Ekowisata Internasional mengartiaknnya sebagai perjalanan wisata alam yang

 bertanggungjawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas that conserves the

environment and improves the well-baing of local people). Dari definisi ekowisata tersebut,

maka ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu: pertama, Ekowisata sebagai

 produk; Kedua, Ekowosita sebagai pasar; dan ketiga, Ekowisata sebagai pendekatan

 pengembangan.

11

Page 12: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 12/28

  Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya

alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya

 pelestarian lingkungan. Sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode

 pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata ssecara ramah lingkungan. Kegiatan

wisata yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian

lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata. Pihak yang berperan

 penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour

operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan tanggungjawab tersebut.

Menurut Deklarasi Quebec (Damanik dan Weber, 2006) menyebutkan bahwa ekowisata

merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan

yang membedakannya dengan bentuk wisata lain. Di dalam praktek hal itu terlihat dalam

 bentuk wisata yang: (a) secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya; (b)

melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan wisata

serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka; dan (c) dilakukan

dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kelompok kecil.

Dengan kata lain, ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang

memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan

 peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri.

Dari berbagai definisi ekowisata, maka selanjutnya dapat diidentifikasi beberapa prinsip

dari ekowisata, yaitu:

(1) Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya

lokal akibat kegiatan wisata.

(2) Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi

wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.

(3) Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal

melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau

konservasi.

(4) Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui

kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.

(5) Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan

menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.

12

Page 13: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 13/28

(6) Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan

wisata.

(7) Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan

kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud

hak asasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam

 pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.

3. METODOLOGI PENELITIAN

a. Disain Penelitian:

Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu model penelitian

yang berusaha untuk membuat gambaran/paparan dan menggali secara cermat sertamendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa melakukan intervensi dan hipotesis.

Pendekatan penelitian utama yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sehingga

data yang utama adalah bersifat kualitatif. Akan tetapi untuk melengkapi analisis data

kualitatif, maka akan ditampilkan dan diperkuat pula dengan data-data yang bersifat

kuantitatif, dengan pemahaman bahwa penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif

yang dilengkapi dan diperkuat dengan data kuantitatif. Analisa kualitatif yang

digunakan adalah deskriptif-induktif, sedangkan data kuantitatif yang digunakan

adalah prosentase dalam bentuk tabulasi.

Jadi sesuai dengan tujuan penelitian, maka untuk data kualitatif disajikan dalam

 bentuk deskripsi induktif. Sedangkan untuk data kuantitatif (data-data yang dapat

dikategorikan dalam bentuk angka-angka) analisis yang digunakan adalah deskriptif-

kuantitatif berupa persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabulasi frekuensi ataupun

cross tabulation (tabulasi silang).

b. Penentuan Lokasi :

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau dipilih secara sengaja. Karakteristik

wilayah penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu kota Batu. Kota

Batu merupakan kota yang wisata utama di Jawa Timur, yang teruma diarahkan sebagai

kota ekowisata.

13

Page 14: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 14/28

c. Penentuan Subjek Penelitian:

Subjek penelitian ditentukan dan dipilih secara sengaja sesuai dengan karakteristik

 penelitian, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan

informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota Batu; (2) pemerhati lingkungan

kota, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM.

d. Teknik Pengumpulan Data : 

Dalam penelitian ini, secara garis besar proses pengumpulan data menggunakan 3

(empat) metode pokok yang saling berkaitan dan melengkapi, yaitu :

(1) Indeept Interview

Teknik wawancara mendalam akan dilakukan baik terhadap subjek maupun informan,

yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan

 penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota batu; (2) pemerhati lingkungan Kota,

 baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM.

Hasil wawancara akan direkam dengan menggunakan alat rekam Walkman.

(2) Observasi

Teknik obeservasi dilakukan terhadap berbagai area ekowisata yang ada di kota Batu.

Observasi akan difokuskan pada kondisi dan karakteristik lingkungan ekowisata, dsb.

(3) Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengkaji dan menganalisis berbagai data,

dokumen, arsip, dsb., yang berkaitan dengan pengembangan lingkungan kota Batu.

e. Jadwal Penelitian:

Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu mulai bulan

Agustus2007-Mei 2008, pada tahun akademik 2007/2008.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian, maka selanjutnya dapat dijelaskan hal-hal sebagai

 berikut:

(1) Kota Batu memiliki panorama yang indah sejuk dengan suhu udara minial 14,9º C dan

maksimal 24º C serta mempunyai spesifikasi khusus yaitu dikelilingi Gunung

14

Page 15: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 15/28

Panderman, Gunung Banyak, Gunung Welirang, Gunung Bokong, dengan potensi

obyek dan daya tarik yang beraneka ragam, antara lain: (1) Taman Rekreasi, meliputi:

Taman rekreasi alun-alun Seribu Satu Bunga Kota Batu, Jawa Timur Park, Taman

Rekreasi Selecta, Taman Rekreasi Songgoriti, Taman Rekreasi Tirta Nirwana

Songgoriti; (2) Obyek wisata alam, meliputi: Pemandian air panas Cangar, Pemandian

air panas Songgoriti, Air terjun Coban Rais, Air terjun Coban Talun, Bumi Perkemahan

Cangar, Bumi Perkemahan Brantas, dll; (3) Obyek wisata sejarah, meliputi: Hotel

Selecta, Candi Supo Songgoriti, Patung Ganesha Torongrejo, Makam Ritual Belanda

Kuno, Goa Jepang Cangar, Goa Jepang Tlekung; (4) Obyek wisata

Souvenir/Handycraft, meliputi: Home industri kerajinan Batik Kota Batu, Home indutri

kerajinan Gerabah, Home indutri kerajinan Gong, Home indutri kerajinan Onyx, Pusat

industri Jamu Toga Materia Medika, Pusat home indusrti jamu ragil, asih, Pusat

kerajinan Jenang, Kripik, Tempe, Sari apel, Selsi Apel, Strawberi; (5) Obyek wisata

minat khusus, meliputi: Lasing olah raga Paralayang Gunung Banyak, Arung jeram,

Sepeda Gunung/Motor, Arthorium Sumber Brantas, Wisata Agro Apel Punten;(6)

Obyek wisata agro/wisata desa, meliputi: Kusuma agro wisata, wisata desa Bunga

Sidomulyo dan Gunung Sari, wisata agro apel Punten;(7) Obyek wisata budaya (Adat),

meliputi: Sedekah Bumi, Tari Sembrono, Tari Jaranan, Campur Sari, Slametan Desa,

dan lain-lain;(8) Obyek wisata religi, meliputi: Masjid An-Nur, Gereja

Kristen/Katolik/Protestan, Klenteng, Vihara Budha, Pure;(9) Obyek wisata Kuliner,

meliputi: warung makan khas Jawa, Bethania, Bebek Kuali, Batusuki Restaurant,

Jajanan Sore Alun-alun, dan lain-lain.

(2) Berdasarkan kondidi alamnya, Kota Batu merupakan tempat refreshing dan beristirahat

yang baik. Keadaan ini disebabkan karena suasana lingkungan yang mendukung, jauh

dari polusi dan ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai. Dilihat dari kondsi iklim

yang dingin, Kota Batu sangat sesuai untuk pengembangan pariwisata yang terkait

dengan wisata peristirahatan. Hal ini ditunjang dengan banyaknya tujuan wisata dan

fasilitas penunjang wisata yang jika dikemas secara baik dan terintegrasi, maka Kota

Batu sebagai kota Wisata sangat mungkin untuk diwujudkan.

(3) Sikap masyarakat kota Batu sangat positif dan mendukung pengembangan kota Batu

sebagai kota Pariwisata. Sedangkan berkaitan dengan konsepsi hubungan antara

15

Page 16: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 16/28

 perilaku manusia dan lingkungan dalam konteks pengembangan dan pengelolaan

lingkungan desa wisata bunga dan desa wisata adat/budaya, maka dapat dianalisis

dengan mengacu antara lain kepada konsep Woodworth, dimana menyatakan bahwa

 pola hubungan antara individu dan lingkungan dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis,

yaitu: (1) individu dapat bertentangan dengan lingkungannya; (2) individu dapat

menggunakan lingkungannya; (3) individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan

lingkungannya; dan (4) individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam konteks ini, maka pola hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan dalam

konteks pengembangan dan pengelolaan lingkungan Kota Batu sebagai kota wisata

dengan pola hubungan gabungan antara pola individu dapat menggunakan

lingkungannya, individu berpartisipasi (ikut serta) dalam pengelolaan lingkungannya,

serta individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(4) Arah kebijakan pembangunan kota Batu berdasarkan dari Pola Dasar Pembangunan

Kota Batu yang memuat komitmen politis daerah tentang: visi, misi serta arah

kebijakan pembangunan daerah yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan

dan kebutuhan nyata daerah, serta aspirasi masyarakat. Visi Kota Batu adalah: ”Batu,

Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”. Sedangkan Misi

 pembangunan Kota Batu berdasarkan Visi Kota Batu: (1) Peningkatan imen dan taqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta pengamalan Pancasila secara konsisten dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang madani;

(2) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang ditandai dengan

meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan, ketrampilan dan penguasaan ilmu

 pengetahuan dan teknologi (IPTEK) guna menghadapi era globalisasi serta mengelola

sumber daya alam yang berbasisi pada pertanian dan pariwisata yang berwawasan

lingkungan; (3) Pengembangan system ekonomi kerakyatan yang selaras dengan

 berkembangnya dunia usaha ekonomi lemah dengan industrin pariwisata dan pertanian

dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat serta

mengurangi kesenjangan social ekonomi maupun kemiskinan dan pengangguran; (4)

Perwujudan pelayanan prima pada masyarakat, yang meliputi penyediaan utilitas,

kemudahan perijinan dan fasilitas umum lainnya; (5) Perwujudan kehidupan social

yang dinamis dan berkembangnya seni budaya serta olah raga untuk menunjang

16

Page 17: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 17/28

 pariwisata daerah; (6) Perwujudan kelestarian lingkungan hidup dan terkendalinya tata

ruang wilayah; (7) Perwujudan kualitas kehidupan berpolitik yang demokratsi dan

dewasa serta penegakkan hokum dan hak asasi manusia; (8) Perwujudan Pemerintahan

yang Baik dan Bersih (Good Governance); dan (9) Perwujudan keamanan dan

ketertiban masyarakat.

(5) Adapaun skenario pengembangan Kota Batu berdasarkan kondisi fisik, ekonomi dan

social budaya yang terdapat pada:

a. Pengembangan Kota Batu ke Arah Utara, Barat Laut, Timur Laut dan Barat Daya

adalah: (1) Pengembangan pada kawasan Lindung terkait dengan keberadaan hutan

yang ada di sekitar G.Rawung, G. Anjasmoro, G. Tunggangan, G. Welirang, G.

Kembar, G. Arjuno, G. Panderman, dan G. Srandil. Selain itu kawasan ini juga

 banyak terdapat sumber mata air dan sungai hulu yang keberadaannya perlu

dipertahankan dan dilestarikan; (2) Pengembangan pada kawasan budidaya untuk

 jenis kegiatan pertanian (tanaman pangan dan tanaman hotikultura) dan obyek wisata

alam maupun wisata rekreasi terutama di Desa Tulubgrejo, Desa Sumbergondo, Desa

Gunungsari, Desa Bulukerto dan Desa Bumiaji.

 b.Pengembangan Kota Batu kearah Barat, Timur dan Tenggara adalah: (1)

Pengembangan pada kegiatan perkotaan dengan mengelompoknya kegiatan

 permukiman yang di dukung sarana dan prasarana perkotaan terutama di kelurahan

dan desa di Kecamatan Batu dan Kecamatan Junrejo; (2) Pengembangan pada

kegiatan pertanian tanaman pangan, hotikultura dan pariwisata.

Dari skenario pengembangan Kota Batu diatas, untuk pengembangan kawasan

lindung dan kawasan budidaya diterapkan pada Kawasan Lindung meliputi: (a)

Kawasan hutan yang mempunyai kemiingan 40% dan ketinggian 2.000 meter DPL; (b)

Kawasan rawan bencana baik bencana dari gunung berapi, longsor dan erosi akibat

 penggundulan hutan; (c) Kawasan sempadan sungai, sumber mata air dan dibawah

Saluran Udara Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi (SUTT/SUTET); (d) Kawasan peresapan

air. Kawasan Budidaya, meliputi: (a) Kegiatan perkotaan diarahkan dikawasan yang

 berada di ketinggian 600 – 1.000 meter dpl dan kawasan yang mempunyai kelerengan

0– 15% dan memiliki aksesbilitas dengan daerah sekitarnya; dan (b) Kegiatan pertanian

yang ada diskeitar kawasan lindung adalah kegiatan pertanian tanaman keras dan

17

Page 18: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 18/28

 perkebunan yang mempunyai fungsi penyangga dari kawasan lindung yang ada di

sekitarnya. Dan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan dan holtikultura diarahkan

disekitar kawasan penyangga.

(6) Berdasarkan paradigma perkembangan kota, maka model pengembangan kota Batu

sebagai kota ekowisata mengikuti paradigma perkembangan yang berorientasi  Rurban

Oriented Paradigm (ROP).  Rurban Oriented Paradigm (ROP) adalah suatu paradigma

 pembangunan kota yang dilandasi filosofi bahwa the development of a city is not just

 for the city itself but also for the rural areas. Hal ini didasari oleh adanya suatu

kenyataan bahwa kota yang bersangkutan dikelilingi oleh lahan pertanian yang

 produktif serta sector pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian

nasional.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan:

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan hl-hal sebagai berikut: (1) Kota

Batu memiliki potensi sumberdaya alam dan sosial yang baik sebagai modal

 pengembangan kota; (2) Kota Batu merupakan tempat refreshing dan beristirahat yang

 baik, jika dikemas secara baik dan terintegrasi, maka Kota Batu sebagai kota Wisata sangat

mungkin untuk diwujudkan; (3) Sikap masyarakat sangat positif dan mendukung

 pengembangan kota Batu sebagai kota Wisata, sedangkan pola hubungan antara perilaku

manusia dan lingkungan dalam konteks pengembangan dan pengelolaan lingkungan Kota

Batu sebagai kota wisata dengan pola hubungan gabungan antara pola individu dapat

menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi (ikut serta) dalam pengelolaan

lingkungannya, serta individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (4) Arah

kebijakan pembangunan kota Batu berdasarkan dari Pola Dasar Pembangunan Kota Batu

yang memuat komitmen politis daerah tentang: visi, misi serta arah kebijakan

 pembangunan daerah yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan

nyata daerah, serta aspirasi masyarakat. Sedangkan Visi Kota Batu adalah: ”Batu,

Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”; (5) Arah pengembangan

Kota Batu: ke Arah Utara, Barat Laut, Timur Laut dan Barat Daya; pengembangan pada

kawasan Lindung dan Pengembangan pada kawasan budidaya untuk jenis kegiatan

18

Page 19: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 19/28

 pertanian. Sedangkan kearah Barat, Timur dan Tenggara adalah fokus pada pengembangan

 pada kegiatan perkotaan; (6) Berdasarkan paradigma perkembangan kota, maka model

 pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata mengikuti paradigma perkembangan yang

 berorientasi Rurban Oriented Paradigm (ROP). 

b. Saran:

1. Pemerintah Kota Batu perlu lebih optimal lagi dalam mengelola potensi sumberdaya

yang ada di wilayah kota Batu, sehingga dapat mendukung pengembangan kota Batu

sebagai kota wisata yang bervisi ”Batu, Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan

Masyarakat Madani”.

2. Model pengembangan kota Batu yang mengarah kepada orientasi  Rurban Oriented

 Paradigm (ROP), sudah relevan dengan kondisi wilayah kota Batu. Oleh karena itu

 perlu terus dikembangkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, E., & Sujarto, D. 2005. Kota Berkelanjutan. Bandung: Alumni.

Budihardjo, E. 1999. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Alumni.

Damanik, J., & Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi.

Damanik, J., Kusworo, H.A., & Raharjana, D.T. (peny.). 2005. Penanggulangan

Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta: Kepel Press.

Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Bayu Media.

Kurnianto, Y.C. 2007. Tragis, Ruang Terbuka Hijau Hanya Dianggap Pelengkap

(Online),(http://air.bappenas.go.id/openPDF.php?fn=doc/pdf/klipping/Tragis%20Ruang%20Terbuka%20Hijau%20Hanya%20Dianggap%20Pelengkap.pdf ,

Diakses tanggal 4 Desember 2007).

Irwanto. 1998. Focus Group Discussion :Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat kajian

 pembangunan masyarakat - Unika Atmajaya.

19

Page 20: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 20/28

Moleong, Lexy J. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mardalis. 1998. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara.

Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya

Paramita.

Pitana, I Gde, & Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Purba, Jonny. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Salim, Agus (Peny.). 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: TiaraWacana.

Sanapiah Faisal. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito, W. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.

Singarimbun, Masri, & Sofian Effendi (ed.). 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES.

Sukmana, Oman. 2003. Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan. Malang: Bayu Media.

Sukmana, Oman. 2006. Model Pengelolaan Lingkungan Binaan Desa Wisata Bunga padaKawasan Ekowisata (Studi di Desa Sidomulyo, Kota Batu). Malang: Lemlit

UMM.

Soemarwoto, Otto. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Syafrinal. 2003. Perencanaan Tata Ruang Landasan Program Pengembangan Wilayah dan

Sektor. Madani: Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 6 (Nomor 2): 224-236.

Verdiansyah, C. (ed.).2005. Politik Kota dan Hak Warga Kota. Jakarta: Penerbit Kompas.

Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya.Jakarta: Pradnya Paramita.

Yunus, H.S. 2005. Manajemen Kota Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustakan Pelajar.

Yunus, H.S. 2006. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

*****

20

Page 21: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 21/28

 

LAMPIRAN I:

BIODATA LENGKAP

1. Ketua Peneliti:

a.  Identitas :

1. Nama Oman Sukmana, Drs., M.Si.

2. Nip. 132.001.833.

3. Tempat/Tgl. Lahir Sumedang/ 09 Pebruari 1966

4. Jenis Kelamin Laki-Laki

5. Pangkat/Gol. Pembina/ IV-a

6. Jabatan Fungsional Lektor Kepala

7. Jabatan Struktural Pembantu Dekan III FISIP UMM

8. Bidang Keahlian -  Ilmu Kesejahteraan Sosial

-  Psikologi Sosial & Psikologi Lingkungan

9. Alamat Kantor Bidang Kemahasiswaan UMM

Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang.

Tlp./Fax.: (0341) 464320

10. Alamat Rumah Pondok Bestari Indah, Blok C-5 No. 268, Rt 02/Rw XI,

Klandungan, Landungsari, DAU, Malang, Jawa Timur.

Tlp.: (0341) 463128; Hp. : 08123200709

11. Alamat e-mail [email protected]

b. Riwayat Pekerjaan:

No. Pekerjaan Tahun Ket.

1. Dosen PNS Dpk. di FISIP UMM 1991 s/d sekarang

2. Pembantu Dekan III FISIP UMM 1999 s/d 2009

3. Sekretaris Jurusan Ilmu Kesejahteraan

Sosial, FISIP UMM.

1998 s/d 1999

21

Page 22: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 22/28

c. Riwayat Pendidikan:

No Jenjang

Pendidikan

Kota/Negara Tahun

Lulus

Bidang Studi

1. SD Negeri Pari,

Kec. Buahdua

Sumedang/Indonesia 1980 -

2. SMP Negeri III Sumedang/Indonesia 1983 -

3. SMA Negeri I Sumedang/Indonesia 1986 IPA

4. S-1 FISIP UNPAD Bandung/Indonesia 1991 Ilmu KesejahteraanSosial

5. S-2 PROGRAMPASCASARJANA

UNPAD

Bandung/Indonesia 1997 Psikologi Sosial

d. Riwayat Kepangkatan/Golongan/Jabatan:

1. Pangkat/Golongan:

No. Jenjang Kepangkatan/Gol. TMT Ket.

1. CPNS 01 Maret 1992

2. Penata Muda/III-A 01 September 1993

3. Panta Muda TK I/III-B 01 Oktober 1998

4. Penata/III-C 01 Oktober 2001

5. Penata TK. I/III-D 01 April 2004

6. Pembina/IV-A 01 April 2006

2. Jabatan Fungsional:

No. Jenjang Jabatan Fungsional TMT Ket.

1. Asisten Ahli Madya 01 September 19942. Asisten Ahli 01 Juli 1998

3. Lektor Muda 31 Desember 2000

4. Lektor (Impasing) 01 Januari 2001

5. Lektor Kepala 01 Desember 2003

e. Pengalaman Pelatihan/Manajemen Kegiatan mahasiswa:

No. Kegiatan Kedudukan Tahun Tempat

1. Pembina Kemahasiswaan PD III FISIP 1999-2009 FISIP UMM

2. Pembina UKM IKBAMA Pembina UKM 2000-2002 UMM

3. Pelatihan PP OPPEK Peserta 2002 Batu/Malang

4. PIMNAS 2006 Koordinator

LKTM

2006 UMM/Malang

5. P2KK Instruktur 2007 UMM/Malang

6. LDKM Pemateri 2007 UMM/Malang

7. Supervisor KKN Supervisor 2005-sekarang UMM

8. Pelatihan Soft Skill Peserta 2007 Surabaya/Dikti

22

Page 23: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 23/28

f. Pengalam Kursus/Magang:

No. Jenis Kursus/Magang Tanggal/Bulan

 /Tahun

Tempat

1. Kursus Analisa Statistik Sosial 1997 Yogyakarta,

(Prof. Sutrisno Hadi, Drs.,

MA.)2. Magang Praktek Pekerja

Sosial Medis di Rumah Sakit

1998 Rumah Sakit Fatmawati

Jakarta

3. Kursus Bahasa Inggris

Program SP-1

April-Mei 2006 KBA UMM

4. Kursul TOEFL Preparation Maret-April

2008

KBA UMM

g. Mata Kuliah yang Dibina:

No. Nama Mata Kuliah Fakultas/Jurusan Ket.

1. Psikologi Lingkungan Psikologi2. Metode Pekerjaan Sosial FISIP/Kesejahteraan Sosial

3. Metode Penelitian Sosial FISIP/Ilmu Komunikasi

4. Tingkah laku Manusia danLingkungan Sosial

FISIP/Kesejahteraan Sosil

5. Etika Profesi FISIP/Kesejahteraan Sosial

6. Sosiologi dan Politik Ekonomi Ekonomi

h. Pengalaman Riset :

No. Judul Riset Tahun

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pengaruh Modeling dan Reinforcement dari Kyai terhadap TingkahLaku Prososial Santri (Penelitian DPP UMM)

Hubungan Antara Persepsi Mengenai Nilai-Nilai Sosial

Kemasyarakatan dalam Islam dengan Prasangka Sosial (Penelitian

DPP UMM)

Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial

Daerah Kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresivitas Remaja(Penelitian DPP UMM)

Proses Asimilasi Sosial dalam Komunitas Masyarakat Bauran EtnisArab-Jawa (Penelitian Dosen Muda/Dikti)

Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis

Arab-Jawa (Studi di kampung Embong Arab Kota Malang) (PenelitianDasar/Dikti)

Profil dan Proses Pengelolaan Badan Pelayanan Sosial Panti Asuhan

1998

1999

2000

2002

2002

2002

23

Page 24: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 24/28

 

7.

8.

9.

10.

11.

13.

14.

Muhammadiyah (Studi pada Panti Asuhan Muhammadiyah diLingkungan Daerah Muhammadiyah Kota Malang) (Penelitian Bidang

Ilmu/DPP UMM)

Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Lingkungan Hutan Melalui

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di DesaBulukerto, Kecamatan Bumiaji, Batu. (Penelitian P2U/DPP UMM)

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan Melalui

Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal

(Studi pada masyarakat miskin pedesaan di wilayah kecamatan Pujon,Kabupaten Malang)

(Penelitian PBI/DPP UMM)

Pola Mekanisme Efektif Program Penyaluran Kompensasi Subsidi

BBM (PKPS-BBM) bagi Masyarakat Miskin Pedesaan (Studi

terhadap pelaksanaan program BLT di wilayah kecamatan Ngajum,kabupaten Malang) (Penelitian P2U/DPP UMM)

Efektifitas Program Penyaluran Kompensasi Pengurangan Subsidi

BBM (PKPS-BBM) Bidang Kesehatan bagi Masyarakat MiskinPedesaan

(Studi di Wilayah Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang).

Model Pengelolaan Lingkungan Binaan Desa Wisata Bunga padaKawasan Ekowisata(Studi di Desa Sidomulyo, Kota Batu).

Konsep Penataan dan Pengelolaan Ruang Publik pada Wilayah

Perkotaan (Studi di Wilayah Kota Malang)

KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN BINAAN DESA

WISATA ADAT DAN DESA WISATA BUNGA PADAKAWASAN EKOWISATA (Studi di Desa Punten dan Desa

Sidomulyo, Kota Batu-Malang) (DIKTI/ Penelitian

Fundamental/2007)

2004

2005

2005

2006

2006

2007

2007

24

Page 25: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 25/28

i. Publikasi :

No. Karya Ilmiah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan (Buku, Penerbit Bayu Media, 1998).

Etika Profesi Pekerjaan Sosial (Buku, Penerbit Aditya Media, 1999).

Psikologi Sosial (Diktat Kuliah, 2001).

Perilaku Beragama dalam Perspektif Psikologi Modern (Jurnal Ilmiah Bestari,1997).

Pengangguran dan Kesejahteraan Sosial (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI,Januari-April, 1998).

Reformasi dan Agenda Politik Indonesia (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI,

September-Desember 1998).

Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (Buku Ajar, tahun 2002).

Kekeradan Masa dalam Persfektif Psikologi Kriminal (Jurnal Legality, Jurnal

Ilmiah Hukum, Volume 10 nomor 2, September 2002-Januari 2003.

Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial daerah

kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresif Remaja (Jurnal Psikodinamik,

Volume 7, No. 1, Januari 2005).

Sosiologi dan Politik Ekonomi (Buku, edisi pertama Nopember tahun 2005,

UMM Press).

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan melalui Pengembangan

Institusi dan Modal Sosial Lokal (Jurnal “Humanity”, Volume I, Nomor 1,

September 2005).

Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa

(Jurnal Publica, Volume 2 Nomor 1, Januari 2005).

Metode Pekerjaan Sosial (Buku Ajar, 2006)

Psikologi Pariwisata (Buku Ajar, 2007)

25

Page 26: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 26/28

 j. Pengabdian pada Masyarakat:

No Bentuk Pengabdian

pada Masyarakat

Bentuk

Kegiatan

Tempat /

Instansi

Tanggal

Sumber

Dana Ket.

1 2 3 4 5 6 7Memberi latihan/penyuluhan/penataran/ceramah

pada masyarakat, meliputi:

1. Melaksanakan Program

Sosialisasi dan Simulasi

PEMILU 2004 padasiswa SMU Widya

Dharma Turen, Kec.

Turen, Kab. Malang.

Insidental:

Penyuluha

n,Pelatihan,

Simulasi

SMU

Widya

DharmaTuren,

Kec.

Turen,Kab.

Malang.

14

Pebruari

2004

DPP

FISIP

UMM

2 Melaksanakan ProgramSosialisasi dan Simulasi

PEMILU 2004 padaMasyarakat Desa

Sidomulyo, Kota Batu.

Insidental:Penyuluha

n,Pelatihan,

Simulasi

DesaSidomuly

o, KotaBatu

24Pebruari

2004

DPPFISIP

UMM

3. Pemateri “Pengawasan

Kampanye, Pemungutandan Penghitungan Suara

PEMILU Legisltif”. Pada

acara Rakernis

PANWASLU Kab.Malang.

Insidental:

Penyuluhan,

Pelatihan,

Hotel

SELECTA, Batu.

25-26

Pebruari2004.

PANWA

SPEMILU Kab.

Malang

4. Penyuluhan tentang

Pemberdayaan

Masyarakat di DesaBalesari, Kec. Ngajum,

Kab. Malang.

Insidental:

Penyuluha

n

Balai

Desa

Balesari,Kec.

 Ngajum,

Kab.Malang

21-23

Agustus

2005

KKN

UMM

5 Penyuluhan tentang

“Proses dan MekanismePengawasan PILKADA

Kabupaten Malang”.

Pada masyarakat Desa Ngajum, Kec. Ngajum,

Kab. Malang.

Insidental:

Penyuluhan,

Pelatihan,

Balai

Desa Ngajum,

Kec.

 Ngajum,Kab.

Malang.

24-25

Juni2005

KKN

UMM

26

Page 27: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 27/28

6. Penyuluhan tentng‘Peran Ibu dalam

keluarga”, pada ibu-ibu

PKK RT 02/RWXI, DesaLandungsari, Kec. Dau,

Kab. Malang.

Insidental:Penyuluha

n, Diskusi

RT02/RW

XI, Desa

Lndungsar i, Kec.

Dau, Kab.Malang.

22 Des.2006

Mandiri

7 Penyuluhan & Pelatihan

Pengelolaan LingkunganSosial Desa Wisata

Bunga.

Insidental:

Penyuluhan,

Pendampi

ngan.

Desa

Sidomulyo, Kec.

Bumiaji,

Kota Batu

Semeste

r Ganjil2007/20

08

DPP

UMM

Memberi pelayanan kepada masyarakat atau

kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan

tugas pemerintah dan pembanguna, meliputi:

8. Panitia Idhul Aha 1426

H, RW XI. DesaLandungsari, Kec. Dau,

Kab. Malang.

Insidental RW XI,

DesaLndungsar 

i, Kec.

Dau, Kab.

Malang.

10

Januari2006

-

9. Panitia Idhul Aha 1427

H, RW XI. DesaLandungsari, Kec. Dau,

Kab. Malang.

Insidental RW XI,

DesaLndungsar 

i, Kec.

Dau, Kab.Malang.

31 Des.

2006

-

10. Khotub pada KhutbahShalat Jumat dengan

Tema: ”Hidup

Bermasyarakat”.

Insidental MasjidAl-Hilal,

RW XI,

DesaLandungs

ari, Kec.

Dau, Kab.Malang.

17Maret

2006

-

11. Khotub pada Khutbah

Shalat Jumat dengan

Tema: ”KewajibanMencari Ilmut”.

Insidental Masjid

Al-Hilal,

RW XI,Desa

Landungs

ari, Kec.

Dau, Kab.Malang.

08 Sept.

2006

-

27

Page 28: Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

8/16/2019 Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Di Wilayah Kota Batu)

http://slidepdf.com/reader/full/model-pengembangan-lingkungan-kota-ekowisata-studi-di-wilayah-kota-batu 28/28

12 Memberi PelayananKepada Masyarakat

sebagai Ketua Rukun

Tetangga (RT) 02, RWXI, Desa Landungsari,

Kec. Dau, Kab. Malang.

Insidental RT02/RW

XI, Desa

Landungsari, Kec.

Dau., Kab.Malang.

Periode2007/

2012

-

12. Melaksanakan Fungsi

sebagai LembagaHikmah dan Kebijakan

Publik PDM Kabupaten

Malang.

Insidental PDM Kab.

Malang

Periode

2005/2010

-

k. Pengalaman Kunjungan Luar Negeri:

No. Negara Tahun Acara

1. Singapura dan Malaysia 2003 Studi Banding Pendidikan Tinggi

dan Kemahasiswaan.2. Australia, Perth 2005 Studi Banding Pendidikan ke

Murdoch University, Curtin

Universitay, Universiry of

Western Australia (UWA)

Malang, April 2008

Oman Sukmana, Drs., M.Si.

*****