(model pendidikan karakter islami pada siswa di smk...
TRANSCRIPT
-
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA
SISWA DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: AHMAD KHOTIBUL UMAM
NIM. 11110158
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
-
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Bismillahirrahmanirrahim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Ahmad Khotibul Umam
NIM : 11110158
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang yang terdapat dalam skripsi ini di kutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 19 Agustus 2014
Yang menyatakan,
Ahmad Khotibul Umam
-
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
�ِ�َ�ُْ
��َّ�ِس َ�ْ�ُ�ُ�وَن ِ��َْْ�ُ�وِف َوَ�ْ�َ�ْ�َن َِ� اِْ �ْ�َ�ِ�ُآْ�ُ$ْ# َ�ْ"َ� ُأ�ٍَّ! ُأْ
َوُ�ْ&ِ�ُ��َن ِ���َِّ, َوَْ� +َ�َ� َأْهُ( اِْ�َ$�ِب ََ��َن َ�ْ"ً�ا َُ�ْ# ِ�ْ�ُ�ُ# اُْْ&ِ�ُ��َن ١١٠2/ال �ان:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (QS. Ali Imran: 110) (Soenarjo, 2008: 94)
PERSEMBAHAN
Buah karya sederhana penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda dan Ibunda Tercinta
2. Kakak-kakakku dan adikku tersayang
3. Teman-teman ku yang selalu membantu ku untuk menyelesaikan tugas akhir
ini
-
Umam, Ahmad Khotibul, 2014, Model Pendidikan Karakter Islami Pada Siswa di
SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014, Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si,
Karakteristik peserta didik SMK Al-Ma’arif Demak yang kebanyakan
berjenis kelamin laki-laki menjadikan mereka kurang lembut dalam pergaulan, sehingga agak susah di atur, solidaritas yang dibangun pada anak-anak SMK terkadang malah menjadikan mereka berperilaku negatif dengan bertengkar hanya karena rasa solidaritas sesama teman, merokok dan berbicara. Ketiga kasus-kasus perkelahian yang selama ini terjadi pada anak SMK hanya disebabkan masalah sepele baik harga diri, solidaritas maupun urusan cinta yang menjadikan mereka mudah bertengkar, menghadapi sebuah masalah, sekolah ini bekerja ekstra keras dalam membimbing karakter peserta didiknya melalui pendidikan karakter, pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter.
Penelitian berfokus pada model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ini bersifat kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, data yang telah di dapat kemudian dianalisis melalui analisis data dengan tiga tahapan yaitu reduksi, penyajian data dan verifikasi atau kesimpulan.
Subyek penelitian adalah staf sekolah dan guru dalam proses penerapan model pendidikan karakter, dimana sumber utama dalam penelitian kepala SMK Al-Ma’arif Demak, wakil kepala sekolah dan guru SMK Al-Ma’arif Demak untuk memperoleh data pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) Model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dilakukan melalui proses penanaman karakter siswa baik di kelas dan diluar kelas, di dalam kelas pendidikan karakter dilakukan dengan memberikan materi yang mengarah pada akhlakul, pelaksanaan di sekolah meliputi kegiatan ibadah harian seperti sholat sunah dhuha dan rowatib, sholat berjamaah dhuhur dan ashar, dzikir dan doa bersama, membaca al-Quran dan hadist Bentuk pengamalan-pengamalan yang dilaksanakan meliputi bagian dari aspek ibadah, al-Qur'an hadits dan aspek akhlak. 2) Penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa yaitu terciptanya siswa yang berakhlakul karimah melalui kebiasaan yang sudah mengkarakter pada diri peserta didik yaitu karakter akhlakul karimah, baik dalam kebiasaan sehari-hari di sekolah maupun di rumah baik dalam hal ibadah maupun sosial.
ABSTRAK
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang atas ijin dan ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Model Pendidikan
Karakter Islami Pada Siswa Di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran
2013/2014” sebagai tugas akhir dalam menempuh gelar Sarjana Strata I jurusan
Tarbiyah program Studi Pendidikan Agama Islam di STAIN Salatiga. Salawat
serta salam tersanjugkan ke pangkuan baginda Rasulullah SAW beserta keluarga,
Sahabat dan pengikutnya yang setia mengikuti tauladannya.
Dilakukannya penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mendeskripsikan model
pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun
pelajaran 2013/2014. 2) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan
model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun
pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.
Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah mendukung selesainya penulisan laporan ini, khususnya bapak dosen
pembimbing (Drs. Abdul Syukur, M.Si) yang setia membimbing kami dalam
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
membekali kami pengetahuan dan ketrampilan baru yang sangat berharga bagi
tugas kami sebagai pendidik.
Tidak kata yang pantas kami haturkan selain ucapan terima kasih atas
segala bantuannya. Semoga jerih payah yang telah dicurahkan mendapat balasan
yang berlipat dari Allah SWT. Akhirnya semoga laporan tindakan ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Salatiga, 19 Agustus 2014
Penulis
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN LOGO ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. vi
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian ........................................................... 8
E. Penegasan Istilah ................................................................ 9
F. Kajian Pustaka .................................................................... 11
G. Metode Penelitian ............................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ......................................................... 23
BAB II MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI
A. Pengertian Model Pendidikan Karakter ............................. 26
B. Landasan Dasar Model Pendidikan Karakter ..................... 34
-
C. Tujuan Model Pendidikan Karakter ................................... 36
D. Metode dalam Model Pendidikan Karakter Islami ............. 41
E. Model Pendidikan Karakter yang Islami ............................ 43
F. Nilai Model Pendidikan Karakter Islami ............................ 50
BAB III MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA
PESERTA DIDIK DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
A. Gambaran Umum SMK Al-Ma’arif Demak ..................... 61
1. Sejarah Berdiri dan perkembangan SMK Al-Ma’arif
Demak........................................................................... 61
2. Letak Geografis SMK Al-Ma’arif Demak .................... 63
3. Identitas Sekolah ........................................................... 63
4. Visi, Misi, dan Tujuan .................................................. 64
5. Struktur Organisasi ....................................................... 65
6. Keadaan Guru dan Peserta didik................................... 66
7. Sarana Prasarana ........................................................... 66
B. Penerapan Model Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-
Ma’arif Demak ................................................................... 67
1. Kurikulum di SMK Al-Ma’arif Demak ........................ 67
2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-
Ma’arif Demak ............................................................. 70
C. Problematika yang Dihadapi dalam Penerapan Model
Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak ... 101
-
BAB IV ANALISIS MODEL PENDIDIKAN KARAKTER
ISLAMI PADA PESERTA DIDIK DI SMK AL-
MA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
A. Analisis Model Pendidikan Karakter Islami Pada Peserta
didik di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran
2013/2014 bagi Pembentukan Perilaku Islami pada
Peserta didik ....................................................................... 104
B. Analisis solusi terhadap Problematika Penerapan Model
Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak .. 119
C. Konfirmasi Teori dengan Hasil Penelitian ......................... 125
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................. 129
B. Saran-saran ......................................................................... 130
C. Penutup ............................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya
adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu
sehingga dapat hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai
bagian dari masyarakat, serta memiliki nilai–nilai moral dan sosial sebagai
pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai Usaha
sadar yang bertujuan dan usaha mendewasakan anak (Sudjana, 2005: 2)
Dalam Undang–undang RI No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1)
disebutkan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Undang-undang RI No 20 tahun 2003: 2)
Fokus utama pendidikan diletakkan pada tumbuhnya kesadaran
kepintaran anak yaitu kepribadian yang sadar diri, kesadaran budi sebagai
pangkal dari kesadaran kreatif. Dari akar dan kepribadian yang sadar diri atau
suatu kualitas budi luhur inilah manusia bisa berkembang mandiri di tengah
lingkungan sosial yang terus berubah semakin cepat. Kualitas pribadi yang
pintar dasar orientasi pendidikan kecerdasan, kebangsaan demokrasi dan
kemanusiaan, ide. (Mulkhan, 2002: 71)
-
Pendidikan iman atau tauhid, bukan sekedar menghafalkan nama-
nama tuhan, malaikat, dan rasul. Inti pendidikan keagamaan ialah penyadaran
diri tentang hidup dan kematian, bagi tumbuhnya kesadaran ketuhanan. Dari
kesadaran seperti ini bisa dibangun komitmen ritualitas, ibadah, hubungan
sosial berdasar harmonis dan ahklak sosial yang karimah. (Mulkhan,
2002:72)
Ironinya dunia pendidikan selama ini kurang menaruh perhatian pada
pertumbuhan pribadi peserta didik yang sering dibiarkan tumbuh alamiah.
Hanya dengan IQ (kognisi) tanpa EQ (psikomotor), dan SQ (afeksi), seorang
lebih berbahaya karena mudah melakukan kejahatan profesional seperti KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme),dan lebih parah lagi apabila menyaksikan anak
muda, pelajar dan mahasiswa yang tidak beta di rumah dan terasing dari
lingkungan sosial. Gejala seperti ini semakin lama nampaknya semakin
meluas dan salah satu sumbernya adalah metode pembelajaran di sekolah
yang menyimpang dan melanggar nilai-nilai dasar kemanusiaan peserta didik.
Hal ini yang dipercaya banyak pihak menjadi penyebab ketergantungan obat,
putus sekolah, perilaku merusak, tawuran antar sekolah, dan perilaku negatif
lainnya. (Mulkhan, 2002: 74)
Kondisi lingkungan masyarakat demikian rentan bagi tumbuhnya
perilaku yang agresif dan menyimpang di kalangan siswa. Hampir setiap hari
kita dapat menyaksikan dalam realitas sosial banyaknya perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh siswa, seperti menurunnya moral dan tata
krama sosial dalam praktik kehidupan sekolah maupun masyarakat yang pada
-
dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal yang dianut
masyarakat sosial. (Mukhtar, 2003: 3)
Oleh karena itu, upaya mencerdaskan anak didik yang menekankan
pada intelektual perlu diimbangi dengan pembinaan karakter yang juga
termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan
oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Karena karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Hal tersebut perlu dilakukan karena melihat realitas yang ada pada
masa sekarang. Dekadensi moral semakin merajalela di negeri ini, di
kalangan masyarakat, anak muda, bahkan termasuk para siswa. Beberapa
tindakan negatif yang sudah menjadi hal yang biasa, seperti
Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan tersebut di atas,
pendidikan berperan penting sebagai salah satu upaya pembentukan dan
perbaikan moral bangsa. Pendidikan merupakan unsur yang tidak dapat
dipisah-pisahkan dari diri manusia. Karena manusia sangat membutuhkan
pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha menggali dan
mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan agama hendaknya dapat
mewarnai kepribadian anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian
dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidup di kemudian hari.
Pendidikan agama selain diberikan oleh orang tua di dalam keluarga juga
-
harus diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin dalam sikap, tingkah
laku, cara menghadapi persoalan dalam keseluruhan pribadinya. (Daradjat,
1996: 107)
Penerapan pendidikan sikap serta nilai yang ada dalam diri manusia
dikembangkan. Manusia pada dasarnya memiliki potensi (nilai dalam diri)
berupa fitrah sejak awal kehidupannya di dunia. Potensi tersebut sebenarnya
mengarah pada kebaikan (tindakan positif). Namun, bersamaan dengan
waktu, banyak hal yang dapat mempengaruhi potensi baik tersebut. Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang di dalam dirinya diberi kelengakapan-
kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki kecenderungan ke arah yang
baik dan buruk. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Asy-Syams:
َوَ?ْ< .َ?ْ< َأْ;َ�َ= َ�ْ� َزآ�3َه� . َ;َ�َْ�ََ�� ُ;ُ:�َرَه� َو8ْ�ََ�اَه� .َو5ٍ6ْ7َ َوَ�� 3�4َاَه���َب َ�ْ� َد�34َه�َ. :5A )١٠ −٧(ا
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S Al-Syamsiyah: 7-10) (Soenarjo, 2006: 596)
Dari ayat tersebut kaitannya dalam pendidikan karakter adalah
berfungsi untuk tetap menjaga kesempurnaan jiwa agar tetap pada fitrah yang
baik terutama bagi anak sekolah menengah kejuruan (SMK) yang belakangan
ini di dalam pemberitaan media terjadi banyak tawuran, mabuk-mabukan,
seks dan perilaku negatif lainnya.
Krisis jiwa (mental) yang dialami oleh anak SMK timbul sebagai
akibat dari terhalangnya seseorang dari apa yang diinginkannya, krisis
-
mental dipengaruhi oleh kondisi sosial dan moral dirinya sendiri. Manusia
akan menjadi sasaran kegalauan psikologis dan fisik, jika ia tidak mampu
mengatasi krisis psikologis dengan cara yang cepat dan tepat, baik secara
hakiki ataupun ilusi.
Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif
Demak peneliti memperoleh informasi: pertama karakteristik peserta didik
yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki menjadikan mereka kurang
lembut dalam pergaulan, sehingga agak susah di atur sebagaimana jika
siswa perempuan. (Wawancara dengan Ibu Kristanti Juni Lestari, S.Pd,
Kepala Sekolah SMK Al-Ma’arif Demak pada tanggal 18 November 2013)
Kedua berdasarkan wawancara dengan guru, solidaritas yang
dibangun pada anak-anak SMK terkadang malah menjadikan mereka
berperilaku negatif dengan bertengkar hanya karena rasa solidaritas
sesama teman, merokok dan berbicara. Ketiga kasus-kasus perkelahian
yang selama ini terjadi pada anak SMK hanya disebabkan masalah sepele
baik harga diri, solidaritas maupun urusan cinta yang menjadikan mereka
mudah bertengkar. (Wawancara dengan Khoirul Amri Kurniawan, S.Pd.I,
guru SMK Al-Ma’arif Demak pada tanggal 18 November 2013)
SMK Al-Ma’arif Demak sebagai salah satu lembaga Islam
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjadikan siswa sekitar
mempunyai karakter kuat sebagai muslim dan berakhlakul karimah melalui
pendidikan karakter.
-
SMK Al-Ma’arif Demak menjadi objek kajian penelitian yang
sedang peneliti lakukan karena sekolah ini merupakan satu-satunya
lembaga pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan Islam yang ada di
kota Demak yang membimbing siswa dengan pendekatan khusus dengan
menggabungkan sistem salaf dan modern dalam mengembangkan peserta
didiknya baik dari segi moral maupun intelektual. Anak usia sekolah
menengah atas di daerah nelayan adalah masa-masa paling rawan, di mana
telah terbentuk geng-geng pada anak, pola hubungan lawan jenis yang
semakin bahaya, pola pikir remaja yang mudah tersulut emosi dan lain
sebagainya menjadikan sekolah ini harus bekerja ekstra keras dalam
membimbing karakter peserta didiknya.
Menurut Juwangi Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk
manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek
fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal.
Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar
sejati) (http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasiratnamegawangi.
pdf, di akses pada tanggal 27 Januari 2013)
Sedangkan Kusuma (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan
untuk kepentingan pertumbuhan individu secara integral, pendidikan karakter
semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada
tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang
diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan
diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang
-
ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai
tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang
saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses
refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil
langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.
Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam
mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah
harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara
praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
lebih lanjut tentang model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-
Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Fokus Penelitian
Berangkat dari latar belakang di atas maka dapat peneliti fokuskan
penelitian pada permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-
Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di
SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan
perilaku Islami pada siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai adalah:
-
1. Untuk mendeskripsikan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di
SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan model pendidikan
karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran
2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.
D. Kegunaan Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan khazanah
dan ilmu pengetahuan tentang pendidikan Islam, khususnya tentang
pendidikan karakter.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru dapat memberikan gambaran tentang pola penerapan
pendidikan karakter dalam menghadapi dekadensi moral yang selama
ini menjadi masalah besar di setiap sekolah.
b. Bagi sekolah dapat memberikan informasi tentang perlunya
menyiapkan pola pendidikan karakter yang baik, melalui sistem
kurikulum maupun pola kebijakan yang mengarah pada terciptanya
karakter siswa yang ber akhlakul karimah.
c. Bagi siswa dapat memberi sumbangan informasi tentang pendidikan
karakter dalam peningkatan kualitas pendidikan saat ini sebagai upaya
pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
-
penguasaan ketrampilan hidup, kemampuan akademik, seni dan
pengembangan kepribadian yang paripurna.
d. Dapat memberi gambaran pada pembaca tentang proses pendidikan
karakter yang dilakukan SMK Al-Ma’arif Demak.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas serta operasional, berikut ini diberikan penjelasan
istilah-istilah utama yang digunakan dalam judul penelitian ini.
1. Model
Model yaitu pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan. (Alwi: 2008, 751)
2. Pendidikan Karakter Islami
Pendidikan adalah “sebagai suatu proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan
manusia biasa”. (Arifin, 2005: 1)
Sedangkan karakter (character) adalah “sikap pribadi yang stabil
hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan
dan tindakan”. (Khan, 2010:1)
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya
berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada
proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan
melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai
-
karakter yang baik. Sedangkan pendidikan karakter Islami adalah setiap
individu dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah)
sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui
pendidikan sehingga akan terbentuk akhlakul sesuai ajaran Islam.
Maksud pendidikan karakter Islami dalam penelitian ini adalah
proses pembentukan fitrah anak SMK Al-Ma’arif Demak menuju manusia
yang berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam, sehingga menjadi
pribadi yang kuat dan muttaqin.
3. Siswa
Siswa adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. (Djamarah,
2000: 51)
Sedangkan maksud siswa di sini adalah orang yang belajar atau
menerima pelajaran di SMK Al-Ma’arif Demak.
4. SMK Al-Ma’arif Demak
SMK Al-Ma’arif Demak adalah sekolah menengah kejuruan Islam
yang terletak di Jalan Sultan Hadiwijaya Demak.
F. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa
penelitian yang dilakukan terdahulu relevansinya dengan judul skripsi ini.
Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah:
-
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Sidik Afandi (2014) mahasiswa
Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga berjudul Penerapan Pendidikan
Karakter Melalui Pembelajaran PAI di SMK N 1 Tengaran Tahun
Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan Usia remaja setingkat
SMK, sering menjadi trending topic, banyak di kota besar anak usia
mereka banyak yang tawuran, terlibat narkotika, bahkan sampai ke tindak
asusila. Pendidikan karakter bertujuan pula untuk mencegah terjadinya hal
tersebut. Sebagai pendukung pembentukan karakter di SMK N 1 Tengaran,
guru PAI memiliki beberapa program untuk membentuk religiusitas peserta
didik, diantaranya adalah pembacaan asma’ul husna ditiap jam 0/ sebelum
kbm dimulai, mengadakan sholat dhuha yang dilakukan secara bergiliran,
mengadakan kajian untuk SKI, Nisa’ (khusus siswa putri), guru,
pemberantasan buta aksara al qur’an, istighosah/ mujahadah, dan beberapa
kegiatan yang berkaitan dengan peringatan hari besar Islam.
Penelitian Muhamad Sidik Afandi mempunyai kesamaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun
perbedaannya terletak pada pendidikan karakter yang dilakukan peneliti
mengarah pada semua mata pelajaran yang dilakukan di kelas maupun di
luar kelas, sedangkan penelitian hanya khusus pada pembelajaran PAI.
Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah justifikasi yaitu menguatkan
pada penelitian di atas.
2. Penelitian yang dilakukan Syarif Anam Muhammad (2013), mahasiswa
Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi
-
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga berjudul Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter dalam Kegiatan Extra Kurikuler Siswa di MAN Salatiga Tahun
2013. Hasil penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler KIR di MAN Salatiga mengandung nilai-nilai pendidikan
karakter seperti yang dirumuskan oleh pemerintah, antara lain: gemar
membaca, jujur, bersahabat, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, kreatif.
Tanpa mengurangi kemungkinan siswa dapat memperoleh nilai pendidikan
karakter yang lain berdasarkan pengalaman pribadinya.
Penelitian Syarif Anam Muhammad mempunyai kesamaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun
perbedaannya terletak pada pendidikan karakter pada penelitian di atas
diarahkan pada siswa MAN sedangkan penelitian peneliti diarahkan pada
anak SMK, sehingga kultur dan proses pelaksanaannya berbeda. Posisi
peneliti pada penelitian di atas adalah komparatif yaitu mendeskripsikan
dan membandingkan bentuk pendidikan karakter pada siswa MAN yang
ada pada penelitian di atas dan pendidikan karakter pada anak SMK yang
peneliti lakukan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Kurniawati (2013), mahasiswa Jurusan
Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga berjudul Pendidikan Karakter dalam
Pendidikan Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan Konsep pendidikan
karakter di indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia dalam rangka
-
pembinaan kepribadian generasi muda yang mencakup 3 aspek yaitu
pengetahuan moral (moral knowing), sikap moral (moral feelling), dan
perilaku moral (moral acting). Konsep pendidikan Islam adalah bimbingan
yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang
secara maksimal sesuai dengan ajaran islam yang meyangkut pembinaan
aspek jasmani, akal, dan hati anak didik. Pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan
nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa indonesia dalam
rangka pembinaan kepribadian generasi muda. Nilai-nilai pendidikan
karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional Indonesia yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab
yang seluruhnya harus mengacu pada tiga komponen yaitu moral
knonwing (pengetahuan moral), moral feelling (merasakan moral), dan
moral acting ( tindakan moral). Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan
pendidikan islam yaitu aspek jasmani, rohani, dan akal.
Penelitian Ida Kurniawati mempunyai kesamaan dengan penelitian
yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun
perbedaannya adalah bentuk penelitian, di mana penelitian yang peneliti
lakukan berupa penelitian lapangan sedangkan penelitian di atas terletak
pada berbentuk kajian literatur, sehingga metode penelitian dan
-
pelaksanaannya berbeda. Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah
komparatif yaitu mendeskripsikan dan membandingkan kajian literatur
yang ada pada penelitian di atas dengan hasil penelitian lapangan yang
peneliti lakukan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk
kualitatif yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa
datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya
(natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau
bilangan sehingga dalam penelitian ini peneliti menggambarkan peristiwa
maupun kejadian yang ada di lapangan tanpa mengubahnya menjadi angka
maupun simbol. (Nawawi, dan Martini, 1996: 174)
Sedangkan pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan
kualitatif yaitu Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan
kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut
secara holistik (menyeluruh) (Moleong, 2002: 3).
Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti mencoba
menggambarkan proses penerapan mendeskripsikan penerapan model
pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak dengan
menggunakan logika-logika serta teori-teori yang sesuai dengan lapangan.
-
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data, sehingga peneliti hadir di lapangan penelitian
untuk mendapatkan data, sedangkan kehadiran peneliti tidak setiap hari,
hanya waktu-waktu tertentu yang mengharuskan peneliti mencari data.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan mendeskripsikan SMK Al-Ma’arif
Demak yang terletak di Jalan Sultan Hadiwijaya Kota Demak. SMK Al-
Ma’arif Demak menjadi objek kajian penelitian yang sedang peneliti
lakukan, karena sekolah ini merupakan satu-satunya lembaga
pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan Islam yang ada di kota
Demak yang membimbing siswa dengan pendekatan khusus dengan
menggabungkan sistem salaf dan modern dalam mengembangkan
peserta didiknya baik dari segi moral maupun intelektual. Anak usia
sekolah menengah atas di daerah nelayan adalah masa-masa paling rawan,
di mana telah terbentuk geng-geng pada anak, pola hubungan lawan jenis
yang semakin bahaya, pola pikir remaja yang mudah tersulut emosi dan
lain sebagainya menjadikan sekolah ini harus bekerja ekstra keras dalam
membimbing karakter peserta didiknya.
4. Sumber penelitian
Sedangkan sumber data merupakan subyek dari mana data dapat
diperoleh secara rinci, data tersebut adalah data lapangan:
-
a. Data yang berasal dari kepala SMK Al-Ma’arif Demak, yang meliputi:
sejarah berdiri dan perkembangan SMK Al-Ma’arif Demak keadaan
umum SMK Al-Ma’arif Demak dan pola penerapan model pendidikan
karakter yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak.
b. Data yang berasal dari wakil kepala sekolah dan guru SMK Al-Ma’arif
Demak yang meliputi: pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman
agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang
diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan
karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak
c. Inventarisasi yang berupa data-data yang ada pada SMK Al-Ma’arif
Demak antara lain berupa: papan atau data-data SMK Al-Ma’arif
Demak, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang berkaitan dengan model
pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data
yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun
data yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literatur peneliti
menelaah buku-buku, karya tulis, karya ilmiah maupun dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian untuk selanjutnya
dijadikan sebagai acuan dan alat utama bagi praktik penelitian lapangan.
Adapun untuk data empirik, peneliti menggunakan beberapa
metode, yaitu:
-
a. Observasi, yaitu metode yang digunakan melalui pengamatan yang
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan keseluruhan alat indera. (Arikunto, 1998: 149) Data
yang dihimpun dengan teknik ini adalah proses pelaksanaan model
pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak yang dilakukan di
kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini peneliti berkedudukan
sebagai non partisipan observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap
hari berada di sekolah tersebut, hanya pada waktu penelitian.
b. Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui
komunikasi langsung antara pewawancara (interviewer) dengan
responden (subyek yang diwawancarai atau interviewed). Dalam
wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara semi
structured, karena bentuk wawancara ini tidak membuat peneliti kaku,
melainkan lebih bebas dan luwes dalam melakukan wawancara.
(Yusuf, 2003: 87) Metode interview ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi terhadap data-data yang berkaitan dengan segala sesuatu
tentang penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-
Ma’arif Demak baik mulai pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman
agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang
diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan
karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak.
Objek yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan siswa.
-
c. Dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari
data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data itu berupa
catatan harian, memori atau catatan penting lainnya. Adapun yang
dimaksud dengan dokumen di sini adalah data atau dokumen yang
tertulis (Sarlito, 2000: 71-73). Metode dokumentasi ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi terhadap data-data yang berkaitan
dengan gambaran umum madrasah dan dokumen-dokumen yang
terkait dengan penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK
Al-Ma’arif Demak.
6. Analisis Data
Analisis data yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. (Moleong, 2002: 7) Analisis data adalah mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Sehingga dapat ditemukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis
(ide) kerja seperti yang disarankan data. (Moleong, 2002: 103)
Langkah-langkah analisis data yang dimaksud sebagai berikut:
a. Data Reduction
Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya .Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan terkumpul,
proses data reduction terus dilakukan dengan cara memisahkan catatan
-
antara data yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilih-
pilih. (Sugiyono, 2005: 92)
Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan
data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode
dokumenter. Seperti data hasil observasi mulai dari alasan sampai
problematika penerapan model pendidikan karakter Islami di
pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan,
langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika
dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif
Demak yang dilakukan pihak sekolah, guru dan siswa. Semua data itu
dipilih-pilih sesuai dengan masalah penelitian yang peneliti pakai. Data
yang peneliti wawancara di lapangan juga dipilih-pilih mana data yang
berkaitan dengan masalah penelitian seperti hasil wawancara mengenai
komponen-komponen pembelajaran mulai dari tujuan sampai evaluasi.
Semua data wawancara itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan
masalah penelitian.
b. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data
ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram
dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami.
-
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Menurut Miles and Huberman sebagaimana dikutip
Sugiyono menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. (Sugiyono, 2005: 95)
Data yang peneliti sajikan adalah data dari pengumpulan data
kemudian dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah
penelitian, selanjutnya data itu disajikan (penyajian data). Dari hasil
pemilihan data maka data itu dapat disajikan seperti data tentang alasan
dilakukan model pendidikan karakter, proses pelaksanaan, pengalaman
yang diberikan, termasuk data proses pembelajaran di dalam kelas dan
di luar kelas.
c. Verification Data / Conclusion Drawing
Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh
Sugiyono mengungkapkan verification data / conclusion drawing yaitu
upaya untuk mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan
pemahaman peneliti. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan
kesimpulan yang kredibel. (Sugiyono, 2005: 99)
-
Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses
dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih-
pilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses
menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu
temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang
tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
detesis atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. (Sugiyono,
2005: 99) Dalam hal ini diketahui relevansi penerapan model
pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak
Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada
siswa.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan Data yang peneliti gunakan adalah pengecekan
keabsahan data menggunakan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Ada empat macam trianggulasi yang digunakan sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori yaitu:
-
a. Trianggulasi dengan sumber
Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
b. Trianggulasi dengan menggunakan metode
Terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa data dengan metode yang
sama.
c. Trianggulasi penyidik
Adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali dengan derajat
kepercayaan data.
d. Trianggulasi dengan teori
Berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Data trianggulasi yang peneliti gunakan adalah trianggulasi sumber
yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan,
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
melalui metode kualitatif. Disamping itu agar penelitian ini tidak berat
sebelah maka penulis menggunakan teknik members check (Moleong,
2002: 178-179)
-
Jadi maksud dari penggunaan pengelolaan data ini adalah peneliti
mengecek beberapa data (members check) yang berasal selain kepala
sekolah seperti wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan staf orang tua di
SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan agar pembaca skripsi segera
mengetahui pokok-pokok pembahasan skripsi, maka penulis akan
mendeskripsikan ke dalam bentuk kerangka skripsi.
Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian muka,
bagian isi dan bagian akhir.
1. Bagian Muka
Bagian muka terdiri dari halaman judul, lembar berlogo, judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel.
2. Bagian Isi/Batang Tubuh Karangan
Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab
terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut :
Bab pertama adalah Pendahuluan, mencakup: latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua berisi tentang teori model pendidikan karakter Islami
yang merupakan landasan teori yang menggambarkan teori-teori tentang
-
model pendidikan karakter dan kegunaannya dalam pembentukan
perilaku Islami, landasan teori ini merupakan telaah pustaka yang
peneliti pakai untuk menunjukkan bahwa penelitian skripsi ini
mempunyai landasan secara keilmuan. Bab kedua ini terdiri dari
pengertian model pendidikan karakter, landasan dasar model pendidikan
karakter, tujuan model pendidikan karakter, metode dalam model
pendidikan karakter, model pendidikan karakter yang Islami, dan nilai
model pendidikan karakter Islami.
Bab ketiga membahas paparan data dan temuan penelitian yang
mengkaji model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-
Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014, adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari keseluruhan penelitian ini, karena penelitian ini berbentuk
kualitatif lapangan maka diperlukan satu bab untuk mengetahui keadaan
lapangan penelitian ini. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu sub bab
pertama tentang gambaran umum SMK Al-Ma’arif Demak Tahun
Pelajaran 2013/2014, sub bab kedua tentang penerapan model pendidikan
karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak dan terakhir sub
bab ketiga tentang problematika yang dihadapi dalam penerapan model
pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak.
Bab keempat adalah pembahasan yang menganalisis penerapan
model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak
Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.
-
Bab kelima adalah penutup yang merupakan kesimpulan dari
seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban
terhadap permasalahan yang terkandung dalam penelitian ini. Bab ini
juga mengemukakan saran sebagai kelanjutan dari kesimpulan yang
dihasilkan peneliti dalam penelitian ini.
-
BAB II
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI
A. Pengertian Model Pendidikan Karakter
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2005: 175). Selain itu
juga dapat dipahami sebagai tipe desain atau diskripsi yang dari suatu sistem
yang disederhanakan agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk
aslinya (Komaruddin, 2006: 152). Sedangkan Pendidikan merupakan proses
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan berlangsung
sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dalam proses
mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi baik
antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya; antar daerah dan
antar berbagai jenjang dan jenisnya (Arifin, 2005: 75).
Menurut Frederick Y. Mc. Donald (t.th: 4) dalam bukunya Educational
Psychology mengatakan: Education is a process or an activity which is
directed at producing desirable changes into the behavior of human beings.
Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang menunjukkan perubahan
yang diharapkan pada tingkah laku manusia.
Menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid (t.th.: 169) belajar
adalah:
-
��Hة F"; !8��4
-
akhlak. Dan hal tersebut dilakukan dengan pembinaan dan pembiasaan.
Karena sesungguhnya manusia sejak awal memiliki potensi baik (fitrah).
Manusia selaku makhluk Tuhan dibekali berbagai potensi yang dibawa sejak
lahir dan salah satunya adalah fitrah (Shihab, 2004: 282). Menurut M. Arifin
(2005: 70), bahwa fitrah manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan yang
benar dan yang salah, kemampuan ini diperoleh dari proses pendidikan yang
telah mempengaruhinya.
Untuk mendapatkan pengertian tentang pendidikan karakter secara
keseluruhan, maka dalam sub bab ini akan diuraikan masing-masing unsur dari
pendidikan dan karakter secara terpisah.
Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli John Dewey,
seperti yang dikutip oleh M. Arifin (2005: 1) menyatakan bahwa pendidikan
adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya terkandung dalam
istilah al-tarbiyah (proses pengasuhan pada fase permulaan pertumbuhan
manusia), al-ta’lim (pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan dan
menyusul melaksanakan pengetahuan itu), dan al-ta’dib (tidak sekedar transfer
ilmu, tetapi juga pengaktualisasiannya dalam bukti). Dari ketiga istilah
tersebut yang paling populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah
al-tarbiyah, sedangkan al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali (Langgulung,
2006: 5). Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses di mana
-
semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang
dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang
baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk
membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang
ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik (Rosyadi, 2004: 35).
Dari pengertian pendidikan yang telah diuraikan, maka dapat dipahami bahwa
pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
terkonsep serta terencana untuk memberikan pembinaan dan pembimbingan
pada peserta didik (anak-anak). Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak
hanya berorientasi pada daya pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi
emosional yang dengan pembinaan dan bimbingan akan dapat membawa
perubahan pada arah yang lebih positif.
Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan
potensi manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan
belajar, sehingga terjadilah perubahan (positif) di dalam kehidupan pribadinya
sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam
sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai
yang melahirkan akhlaq al-karimah atau menanamkannya, sehingga dengan
pendidikan dapat terbentuk manusia yang berbudi pekerti dan berpribadi luhur.
Dalam pandangan Andragogy (2004: 4), seorang anak dianggap memiliki
potensi dan kemampuan serta pengalaman dan tugas pendidikan adalah untuk
mengaktualkannya (Suharsono, 2003: 146).
-
Yahya Kahn (2010: 1), menyatakan karakter (character) adalah attitude
pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis,
integrasi pernyataan dan tindakan.
Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani charassein, yang artinya
“mengukir”. Dari bahasa ini yang dimaksud sifat utama ukiran adalah melekat
kuat di atas benda yang diukir. Tidak mudah usang ditelan oleh waktu atau
terkena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan mnghilangkan
benda yang diukir ini merenda dengan gambar atau tulisan tinta yang hanya
disatukan di atas permukaan benda. Karena itulah, sifatnya juga berbeda
dengan ukiran, terutama dalam hal ketahanan dan kekuatannya dalam
menghadapi tantangan waktu (Muslich, 2011: 71).
Menurut Simon Philips sebagaimana di kutip oleh Masnur Muslich (2011: 70)
karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, myang
melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Pengertian ini
sama dengan beberapa pengertian akhlak dalam beberapa literatur, ini karena
dari beberapa versi hampir sama dinyatakan bahwa akhlak dan karakter adalah
sama-sama yang melekat dalam jiwa dan dilakukan tanpa pertimbangan.
Dari beberapa pengertian karakter di atas ada dua versi yang agak berbeda.
Satu pandangan menyatakan bahwa karakter adalah watak atau perangai
(sifat), dan yang lain mengungkapkan bahwa karakter adalah sama dengan
akhlak, yaitu sesuatu yang melekat pada jiwa yang diwujudkan dengan
perilaku yang dilakukan tanpa pertimbangan. Tapi sebenarnya bila
-
dikerucutkan dari kedua pendapat tersebut adalah bermakna pada sesuatu yang
ada pada diri manusia yang dapat menjadikan ciri khas pada diri seseorang.
Karakter sama dengan kepribadian, tetapi dipandang dari sudut yang berlainan.
Istilah karakter dipandang dari sudut ”penilaian”, baik-buruk, senang-benci,
menerima-menolak, suatu tingkah laku berdasarkan norma-norma yang dianut.
Istilah kepribadian dipandang dari sudut “penggambaran”, manusia apa adanya
tanpa disertai penilaian. Menurut Nana Syaodiah Sukmadinata (2003:136),
kepribadian dalam bahasa Inggris disebut personality, yang berasal dari bahasa
Yunani per dan sonare yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata
personae yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng
tersebut. Kepribadian diartikan dalam dua macam. Pertama, sebagai topeng
(mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat,
yang semua mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real
personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
Seperti dalam bukunya Child Development, Elzabeth B. Hurlock (2003, 524)
menyebutkan bahwa :
The term "personality" comes from the Latin word "persona". Personality is the dinamis organization within the individual of those psychophysical system that determine the individual's unique adjustments to the environment. Istilah personality berasal dari kata Latin persona yang berarti topeng. Kepribadian adalah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamai dalam diri suatu individu yang unik terhadap lingkungan.
Dari konotasi, kata personal diartikan bagaimana seseorang tampak pada orang
lain dan bukan pribadi yang sesungguhnya. Apa yang dipikir, dirasakan, dan
siapa dia sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan “make up” (polesan luar)
-
psikologis seseorang dan sebagian besar terungkap melalui perilaku. Karena
itu, kepribadian bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan
merupakan kualitas perilaku total seseorang.
Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk pola sifat atau
karakter baik mulai dari usia dini, agar karakter baik tersebut tertanam dan
mengakar pada jiwa anak. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak
hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada
proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui
pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang
baik. Dalam pendidikan karakter, setiap individu dilatih agar tetap dapat
memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan
melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk
akhlakul karimah.
Menurut Bambang Q-Anees dan Adang Hambali (2008: 103) ada dua
paradigma dasar pendidikan karakter, pertama, paradigma yang memandang
pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih
sempit (narrow scope to moral education). Pada paradigma ini disepakati
telah adanya karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada peserta didik.
Kedua, melihat pendidikan dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang
lebih luas. Paradigma ini memandang pendidikan karakter sebagai sebuah
pedagogi, menempatkan individu yang terlibat dalam dunia pendidikan
sebagai pelaku utama dalam pengembangan karakter. Paradigma kedua
-
memandang peserta didik sebagai agen tafsir, penghayat, sekaligus pelaksana
nilai melalui kebebasan yang dimilikinya.
Pendidikan karakter tidaklah bersifat teoritis (meyakini telah ada konsep yang
akan dijadikan rujukan karakter), tetapi melibatkan penciptaan situasi yang
mengkondisikan peserta didik mencapai pemenuhan karakter utamanya.
Penciptaan konteks (komunitas belajar) yang baik, dan pemahaman akan
konteks peserta didik (latar belakang dan perkembangan psikologi) menjadi
bagian dari pendidikan karakter (Q-Anees dan Hambali, 2008: 104). Perilaku
yang dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagai bukti dari karakter, pendidikan
karakter tidak meyakini adanya pemisahan antara roh, jiwa, dan badan. Karena
harus ini melalui perkataan, keyakinan, dan penindakan. Tanpa tindakan,
semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah apa-apa. Tanpa keyakinan,
tindakan dan perkataan tidak memiliki makna. Tanpa pernyataan dalam
perkataan, penindakan dan keyakinan tidak akan terhubung.
Jadi model Pendidikan karakter di sini yang dimaksud adalah kerangka
konseptional pendidikan dengan proses membiasakan anak melatih sifat-sifat
baik yang ada dalam dirinya sehingga proses tersebut dapat menjadi kebiasaan
dalam diri anak. Dalam pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk
mencerdaskan anak dalam aspek kognitif saja, akan tetapi juga melibatkan
emosi dan spiritual, tidak sekedar memenuhi otak anak dengan ilmu
pengetahuan, tetapi juga dengan mendidik akhlak anak dipersiapkan untuk
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan respek terhadap
lingkungan sekitarnya.
-
B. Landasan Dasar Model Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang berakhlak
mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan dasar dari pada
pendidikan karakter adalah sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003,
yaitu :
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan karakter didasarkan pada UU Sisdiknas karena dalam uraian
undang-undang tersebut salah satu tujuan dari pendidikan adalah dapat
mengembangkan potensi manusia. Yang mana arah dari pengembangan
potensi tersebut adalah terwujudnya akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan
maksud dan tujuan daripada pendidikan karakter.
Selain itu, pendidikan karakter juga sesuai dengan Al-Qur’an :
aَْ3S
ُ�ُ# اَ )َ�َ��ُ�ْ# �ِّْ� Jُ�ُْ�ِن ُا�Zَ #ْ�ُ$ِ�َ3 َ�ْ�َ�ُْ�َن �Vً"ْPَو3ََ�َ�َواeُ َاْ : )F� )٧٨َوْاZَْ�َ\�َر َوْاVِ;ْZََ
-
pendidikan secara operasional bersifat hidayah (petunjuk). Kaitannya dengan
pendidikan karakter adalah bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha
pendidikan dalam proses pengembangan potensi (fitrah) manusia dari sisi
eksternal yang berupa pengaruh lingkungan.
Dalam hadits Rasulullah Muhammad SAW dikatakan
,"� eا I�g eل: ?�ل ر�4ل ا�? ,� eا TWة ر�Kه� Tا� � ,�K>�K h���; ة�J; I� >�K Zد ا�و#�4: �� �� �����ء ه( ��SFن !"�� !"�Hاو�K\�7,.أوK7�S:, آ� ��$Q ا eة ا�J;) :,� eا TWة ر�K�8ل أ�� ه�K #d ,ء�>� �� ��";
�c )K>H� Z ��"�k اe ذj ا
-
menerima agama Islam. Pendidikan adalah upaya seseorang untuk
mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan
pribadi seseorang (Armai, 2004: 3 – 8).
C. Tujuan Model Pendidikan Karakter
Model pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia
secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik,
emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain
itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar sejati)
(Supriyogo, http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasi).
Sedangkan Koesoema (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan
untuk kepentingan pertumbuhan individu secara integral, pendidikan karakter
semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada
tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang
diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan
diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang
ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai
tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang
saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses
refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil
langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.
Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam
mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah
-
harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara
praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah.
Sedangkan Koesoema (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan
untuk kepentingan pertumbuhan individu secara intergral, pendidikan karakter
semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada
tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang
diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan
diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang
ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai
tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang
saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses
refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil
langsung yang dapat dievaluasi secara objektif .
Tujuan pembentukan karakter menghendaki adanya perubahan tingkah
laku, sikap dan kepribadian pada subjek didik tersebut sebagaimana dijelaskan
dalam surat Ali Imran ayat 10 sebagai berikut:
�ِ���3ِس َ��ُۡ�ُ�وَن ِ�ٱَۡ�ُۡ�وِف َوَ��َۡ��َۡن َِ ۡ��َ�ِۡ�ُآ�ُ$#ۡ َ�"َۡ� ُأ�3ٍ! ُأۗ,ِ3� ...ٱُۡ�َ�ِ� َوُ�&ِۡ�ُ��َن ِ�ٱ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah ... (QS. Ali Imran: 110) (Soenarjo, 2008: 94)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pembentukan karakter
melalui pendidikan karakter berisi:
-
1. Pembentukan insan saleh
Insan saleh adalah manusia yang mendekati kesempurnaan.
Manusia yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan, berhubungan
dengan Allah, memelihara dan menghadap kepada-Nya dalam segala
perbuatan yang dikerjakannya dan segala perasaan yang berdetak
dijantungnya. Ia adalah manusia yang mengikuti jejak langkah Rasulullah
dalam pikiran dan perbuatannya (Langgulung, 2008: 137).
Pembentukan insan saleh ini juga berhubungan dengan kedudukan
manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Ia mempunyai tanggung jawab
dan risalah ketuhanan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, ia akan
selalu menuju dan mendekati kesempurnaan walaupun kesempurnaan itu
sulit dicapai, karena pada hekekatnya kesempurnaan hanya milik Allah
semata.
2. Pembentukan masyarakat saleh
Masyarakat saleh adalah masyarakat yang percaya bahwa ia
mempunyai risalah untuk umat manusia, yaitu risalah keadilan, kebenaran
dan kebaikan. Suatu risalah yang kekal selama-lamanya, tak akan
terpengaruh oleh faktor waktu dan tempat (Langgulung, 2008: 139).
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang harus diwujudkan
dalam suatu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya, sehingga
perubahan yang terjadi pada dirinya itu akan menciptakan arus perubahan
yang akan menyentuh orang lain.
-
Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam
mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah
harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara
praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah.
Jadi, pada intinya pendidikan karakter adalah bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan dan membentuk manusia secara keseluruhan
serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Yang tidak hanya memiliki
kepandaian dalam berpikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga
melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang positif.
Selain itu, pendidikan karakter juga berfungsi untuk menumbuhkan
kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada dasarnya merupakan penghayatan diri
sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga
negara, sebagai bagian dari lingkungan serta menyadari dan mensyukuri
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai
modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun lingkungannya. Jika kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan,
sebagai makhluk sosial dan makhluk lingkungan, serta kesadaran diri akan
potensi diri dapat dikembangkan akan mampu menumbuhkan kepercayaan diri
pada anak, karena mengetahui potensi yang dimiliki, sekaligus toleransi
kepada sesama teman yang mungkin saja memiliki potensi yang berbeda.
Jadi, pada intinya pendidikan karakter adalah bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan dan membentuk manusia secara keseluruhan
serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Yang tidak hanya memiliki
-
kepandaian dalam berpikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga
melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang positif.
Selain itu, pendidikan karakter juga berfungsi untuk menumbuhkan
kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada dasarnya merupakan penghayatan diri
sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga
negara, sebagai bagian dari lingkungan serta menyadari dan mensyukuri
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai
modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun lingkungannya. Jika kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan,
sebagai makhluk sosial dan makhluk lingkungan, serta kesadaran diri akan
potensi diri dapat dikembangkan akan mampu menumbuhkan kepercayaan diri
pada anak, karena mengetahui potensi yang dimiliki, sekaligus toleransi
kepada sesama teman yang mungkin saja memiliki potensi yang berbeda.
D. Metode dalam Model Pendidikan Karakter Islami
Koesoema (2007: 212-217) mengajukan 5 (lima) metode pendidikan
karakter (dalam penerapan di lembaga sekolah) yaitu mengajarkan,
keteladanan, menentukan prioritas, praktis prioritas dan refleksi.
1. Mengajarkan. Pemahaman konseptual tetap dibutuhkan sebagai bekal
konsep-konsep nilai yang kemudian menjadi rujukan bagi perwujudan
karakter tertentu. Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman
pada peserta didik tentang struktur nilai tertentu, keutamaan, dan
maslahatnya. Mengajarkan nilai memiliki dua faedah, pertama,
memberikan pengetahuan konseptual baru, kedua, menjadi pembanding
-
atas pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Karena itu, maka
proses mengajarkan tidaklah monolog, melainkan melibatkan peran serta
peserta didik
2. Keteladanan. Manusia lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat.
Keteladanan menepati posisi yang sangat penting. Guru harus terlebih
dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Peserta didik akan meniru
apa yang dilakukan gurunya ketimbang yang dilaksanakan sang guru.
Keteladanan tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari seluruh
manusia yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Juga bersumber dari
orang tua, karib kerabat, dan siapapun yang sering berhubungan dengan
peserta didik. Pada titik ini, pendidikan karakter membutuhkan lingkungan
pendidikan yang utuh, saling mengajarkan karakter.
3. Menentukan prioritas. Penentuan prioritas yang jelas harus ditentukan
agar proses evaluasi atas berhasil atau tidak nya pendidikan karakter dapat
menjadi jelas, tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat terfokus dan
karenanya tidak dapat dinilai berhasil atau tidak berhasil. Pendidikan
karakter menghimpun kumpulan nilai yang dianggap penting bagi
pelaksanaan dan realisasi visi lembaga. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan memiliki kewajiban. Pertama, menentukan tuntutan standar
yang akan ditawarkan pada peserta didik. Kedua, semua pribadi yang
terlibat dalam lembaga pendidikan harus memahami secara jernih apa nilai
yang akan ditekankan pada lembaga pendidikan karakter ketiga. Jika
lembaga ingin menentukan perilaku standar yang menjadi ciri khas
-
lembaga maka karakter lembaga itu harus dipahami oleh anak didik , orang
tua dan masyarakat.
4. Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting setelah penentuan
prioritas karakter adalah bukti dilaksanakan prioritas karakter tersebut.
Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana
prioritas yang telah ditentukan telah dapat direalisasikan dalam lingkungan
pendidikan melalui berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu.
5. Refleksi. Berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang telah dialami masih
tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum dikaitkan, dipantulkan
dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi juga dapat disebut sebagai proses
bercermin, mematut-matutkan diri ada peristiwa/konsep yang telah
teralami.
E. Model Pendidikan Karakter yang Islami
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan dengan
potensi, yaitu disebut dengan fitrah (potensi baik). Dalam kaitannya dengan
pembentukan akhlak adalah bahwa fitrah dalam diri dapat dikembangkan
dengan pendidikan, yang kemudian dapat terbentuk akhlak manusia.
Kata fitrah memiliki arti seperti dalam kata �A7أ .�J; .k�� yang
dimaksud kata di atas adalah ciptaan asal atau blue print yang diciptakan
Allah SWT kepada manusia, dalam blue print itu, pada diri manusia diberikan
sumber daya atau potensi menuju pada tujuan diri manusia yaitu ن�S7qا k��
#K�8� �S]أ I; untuk menciptakan manusia menjadi Abid dan khalifah, yang
ujungnya nanti menuju kebahagiaan dunia Akhirat.
-
Kata-kata yang biasannya digunakan dalam Al-Qur'an untuk
menunjukkan bahwa Allah SWT menyempurnakan pola dasar penciptaan atau
melengkapi penciptaan itu adalah kata ja’ala yang artinya menjadikan, yang
diletakkan dalam satu ayat setelah kata khalqa dan ansyaa, perwujudan dan
penyempunaan selanjutnya diserahkan pada manusia (Achmadi, 2005: 41).
Misalnya:
ِإ�37 َ�8ْ�ََ�� اْ�Sَ7tَِن ِ�� 6َJْs7ٍ! َأ�Aَ�ٍْج hُ��َ�ْ�َ:َ;َ ,ِ"�ِ$َHْ37 4َِ"�ً� َ�ِ\"�ًاSesungguhnya kami telah menciptakan (kholaqna) manusia dari setetes air mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya. Karena itu Kami jadikan(ja’alna) dia mendengar dan melihat. (Q.S. Al-Insan: 2) (Soenarjo, 2008: 1003).
ُ�ُ# اْ3Saَ َواَْ�ْ�َ\�َر َواَْ�ْ;Vَِ
-
Kedua, penciptaan yang menggunakan kata fathara sudah final,
manusia tinggal melaksanakan atau mewujudkannya.
Ketiga, pernyataan Allah SWT setelah kata-kata ja’ala menunjukkan
potensi dasar yang merupakan bagian integral dari fitrah manusia, seperti
pendengaran, penglihatan, akal-pikiran sebagai SDM. Berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku sebagai potensi sosial. Semua itu baru bermakna bagi kehidupan
manusia apabila manusia mensyukurinya, dalam artian maupun
menggunakannya dengan baik, memelihara dan meningkatkan daya gunanya.
Menurut Aisyah Abdurrahman binti Syaty penggunaan kata ja’ala merupakan
kelengkapan potensi manusia untuk melihat dan mengembangkan fitrahnya
(Achmadi, 2005: 42-43).
Kata fitrah dalam ayat di atas berkonotasi pada paham Nativisme, di mana
dalam paham ini menyatakan bahwa perkembangan manusia secara mutlak
ditentukan oleh potensi dasarnya, yaitu pembawaan atau faktor keturunan
(hereditas) (Iman, t.th: 27).
Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW:
� اsyْهِ�يv ?�ل : 5ُ7ُ�K �7�H�H< اe : أ �7�H�H< أن أ ��d>] eل : ?�ل ر�4ل ا�? ,� eا TWر >Hأ�T7�H أ���4! ��
�Iَ ْاJْ6َِ�ِة, َ >َُ�ْKُ 3Zْ�دٍٍ ِإ
�", و #�4 : َ�� ِ�ْ� َ�ْ�ُ eا I�g
َKُ 3َ�ا7ِِ, َأْو\�َKُ َدا7ِِ, َأْوv��َKُ hُ7ِِ,َ;َ�َ�َ�ا�Sَv:.(ي���� hروا) Telah menceritakan kepada kita, Abdan telah mengabarkan kepada kita,
Abdullah telah mengabarkan kepada kita Yunus dari Zuhri, telah mengabarkan kepada kami Abu salamah bin Abdurrohman, sesungguhnya Abu Hurairah ra. Berkata: Tiada seorangpun anak yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari). (Al-Bukhari, t.th: 413)
-
Dari Hadits tersebut di atas, jelas bahwa meskipun manusia lahir
dengan fitrahnya (potensi baik) untuk menjadikan manusia baik (insan kamil)
tetap memerlukan pendidikan dan pembinaan. Nah, dalam kaitannya fitrah
dengan pendidikan karakter adalah bahwa pendidikan karakter berfungsi untuk
mengembangkan potensi-potensi baik yang ada dalam diri manusia, sehingga
potensi itu tetap terjaga pada kebaikan. Fitrah baik tidak menjamin manusia
akan menjadi baik selamanya, karena manusia hidup di lingkungan yang
mampu mempengaruhi atau bahkan merubah fitrah tersebut. Dalam
pendidikan karakter ditanamkan nilai-nilai dan karakter-karakter yang dapat
mengembangkan potensi manusia.
Sebagai manusia yang dibekali akal dan pikiran diperlukan proses
pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan potensi itu ke jalan yang baik
terutama menuju terciptanya insan kamil yang mempunyai akhlakul karimah.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Abdul Fattah Jalal sebagaimana dikutip
Ahmad Tafsir (2003: 39) bahwa, “kata ‘Aqala dalam Al Quran kebanyakan
dalam bentuk fi’il (kata kerja); hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda)”.
Lebih lanjut Abdul Fattah Jalal mengatakan bahwa, “kata ‘aqal menghasilkan
‘aqaluhu, ta’qilana, na’qilu, ya’qiluha dan ya’qiluna dimuat dalam Al Quran
di 49 tempat. Kata albab, jamak kata lubbun yang berarti akal terdapat di 16
tempat dalam Al Quran”.
Oleh karena itu pula pembangunan tidak mungkin berjalan hanya
dengan kesenangan melontarkan fitnah pada lawan-lawan politik atau hanya
mencari kesalahan orang lain. Yang diperlukan dalam pembangunan ialah
-
keikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi. Sesuai nya kata dengan
perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi
kepada hari depan dan pembaharuan.
Dengan adanya penerapan pendidikan tersebut, maka akan
terbentuklah sosok manusia cerdas, kreatif dan berakhlakul karimah yang siap
membangun “peradaban dunia” yang lebih baik dengan landasan iman dan
takwa kepada Allah.
Pendidikan modern adalah pembinaan yang hanya terfokus pada
perkembangan jasmani saja, sehingga terdapat persoalan mendasar yaitu
pendidikan tidak berhasil dalam membangun masyarakat seutuhnya. Manusia
yang dididik dalam paradigma yang demikian akan mengalami kekosongan
bathiniah atau akan kehilangan ruh pendidikannya. Justru yang terjadi
sebaliknya, pendidikan menghasilkan pribadi-pribadi yang cenderung
konsumtif, bermewah-mewah, dan berpacu untuk mencapai prestasi yang
setinggi-tingginya tanpa mengindahkan cara dan perilaku yang baik,
mekanisme kerja yang berkualitas, dan menjunjung tinggi kesederhanaan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nahlawy (2003: 123-124) bahwa
Pendidikan Islam yang meletakkan segala perkara dalam posisi yang alamiah
memandang segala aspek perkembangan manusia sebagai sarana mewujudkan
karakter ideal, yaitu penghambaan dan ketaatan pada Allah SWT serta
pengaplikasian nilai-nilai Islam dan syari’at dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan usaha yang demikian diharapkan dapat mencetak anak didik yang
tidak hanya pandai, dan berprestasi, namun juga mempunyai karakter iman
-
dan akhlak al-karimah. Karena Islam memelihara aspek yang lebih luas baik
dari aspek fisik maupun mental- spiritual, intelektual, perilaku, sosial dan
pengalaman.
Islam menganut pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak,
intelektual yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,
prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam membentuk karakter, juga bertujuan
mempersiapkan untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ia juga bertujuan
mengembangkan tujuan pribadinya dan memberinya segala pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang berguna disamping mengembangkan ketrampilan
diri sendiri yang berkesinambungan tidak terbatas oleh waktu dan tempat
kecuali taqwa. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 282.
#ٌ"�ِ َوا��8ُ3ا ا�3َ, َوv��َKُُُ�ُ# ا�3ُ, َوا�TْPَ v)�ُ�ِ ,ُ3ٍء َ…Bertaqwalah kamu kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan mengajarmu, sebab Allah SWT maha mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqoroh: 282) (Soenarjo, 2008: 71).
Sistem nilai atau sistem moral yang dijadikan kerangka acuan yang
menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim ialah
nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah,
yang diturunkan kepada utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW.
Nilai dan karakter Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan
terpadu, tidak terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain
berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan moralitas itu mengandung aspek
normatif (kaidah, pedoman) dan operatif (menjadi landasan amal perbuatan).
-
Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan
komponen atau subsistem adalah sebagai berikut:
a. Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam.
b. Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi
kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
c. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang
didorong oleh fungsi-fungsi psikologis nya untuk berperilaku secara
terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukan nya, yaitu Islam.
d. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung
interelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini
timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup
yang banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya
(Arifin, 2003: 126).
Perlu dijelaskan bahwa apa yang disebut "nilai" adalah suatu pola
normatif yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem
yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-
fungsi bagian-bagiannya. Nilai lebih mengutamakan berfungsinya
pemeliharaan pola dari sistem sosial.
Sedangkan pengertian "norma" di sini ialah suatu pola yang
menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu bagian (unit) atau
kelompok unit yang ber aspek khusus dan yang membedakan dari tugas-tugas
kelompok lainnya (Arifin, 2003: 128).
-
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia namun ilmu
itu harus diletakkan secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai
kebaikan dan kemanusiaan, begitu juga dalam proses pendidikan karakter
anak, perlu penanaman nilai akhlak dengan baik agar nantinya akhlak yang
dimiliki oleh anak dapat berkembang dan berguna bagi dirinya dan
lingkungannya.
F. Nilai Model Pendidikan Karakter Islami
Secara umum nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan
sikap dan perilaku dalam hubungan dengan tuhan, diri sendiri, masyarakat dan
alam sekitar, mengutip pendapat Lickona pendidikan karakter secara
psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral
reasoning), perasaan berlandasan moral (moral feeling), dan perilaku
berasaskan moral(moral behavior).
Secara umum nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan
sikap dan perilaku dalam hubungan dengan tuhan, diri sendiri, masyarakat dan
alam sekitar. Mengutip pendapat Lickona (2003),”pendidikan karakter secara
psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral
reasoning), perasaan berlandasan moral (moral feeling),dan perilaku
berasaskan moral (moral behavior)
Nilai-nilai karakter bersumber dari agama, pancasila, budaya dan
tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan hasil kajian puskur, nilai karakter
yang diimplementasikan di sekolah meliputi (Pusat Kurikulum Badan
-
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun 2011).
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
No Nilai Deskripsi
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-sebaiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
-
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya
bangsa.
12. Menghargai
prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13. Bersahabat/
Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
14. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
-
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya.
17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
Sedangkan wujud nilai dalam pendidikan k