model pendidikan agama dalam keluarga...
TRANSCRIPT
MODEL PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA
MUSLIM
(Studi Kasus di Desa Pulutan Rw 03 Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
TAUFIQUR ROHMAN
NIM. 11111093
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
i
MODEL PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA
MUSLIM
(Studi Kasus di Desa Pulutan Rw 03 Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
TAUFIQUR ROHMAN
NIM 11111093
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
ii
iv
v
MOTTO
ر وذكر الله كثييرا لقد كان لكم في رسولي اللهي أسوة حسنة لمن كان ي رجو الله والي وم الخي
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-ahzab: 21).
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu
mewujudkan mimpiku:
1. Bapak Sofyani dan Ibu Siti Maryam yang telah memberikan mahkota
kasih sayangnya kepadaku dari aku kecil yang tak mengerti apa-apa
hingga kini aku mengerti makna hidup.
2. Kakakku Ika Rahmawati A.Md yang selalu memberikan teladan,
semangat, dan tawa kebahagiaan dalam mengarungi perjalanan hidup.
3. Bapak KH. Drs. Nasafi, M.pd.I selaku pengasuh pondok pesantren Nurul
Asna yang telah sudi menjadi wakil kedua orang tuaku dalam
membimbing dan mendidikku di pondok pesantren Nurul Asna tercinta.
4. Teman-teman saya selama di pondok pesantren Nurul Asna, om kholis,
mizin, birhan, agus kewes, edi prasetyo, mahbub, gus rifky, rudi dan yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas kebersamaan
yang mewarnai perjalanan saya selama belajar di pondok maupun di
kampus, susah, senang, tertawa, bercanda, dan belajar bersama kalian
merupakan tinta yang sangat indah yang tak akan pernah terlupakan yang
terukir dalam hati dan pikiranku. Saya berharap persahabatan
kekeluargaan tidak akan putus sampai kapanpun.
5. Sahabat kampusku Irsyadul Ibad dan Muhammad Mukhib yang telah setia
menemani, menjalin persahabatan yang utuh dan teman-teman PAI C
angkatan 2011 seperjuangan yang telah memberikan banyak kenangan.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga .
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua program studi PAI.
4. Ibu Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Bapak Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.
6. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
ix
ABSTRAK
Rahman, Taufiqur. 2015.Model pendidikan agama dalam keluarga muslim
Studi kasus Di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh, Saerozi M.Ag
Kata Kunci: Model pendidikan Agama dalam keluarga muslim.
Penelitian ini membahas tentang Model Pendidikan Agama dalam
keluarga muslim di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Fokus yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa yang menjadi problematika
pendidikan Islam dalam keluarga muslim di Desa Pulutan Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga dan bagaimana Model pendidikan agama dalam keluarga muslim di
Desa Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jadi kehadiran peneliti
di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai
instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang
mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata
diambil dari para informan/responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan
kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data
tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh
dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah
data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan
dan tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan data.
Dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut: Problematika Pendidikan Agama dalam Kelurga Muslim di Desa Pulutan
RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
faktor kurangnya perhatian dari orang tua dan faktor keteladanan dari orang tua
serta minat anak yang kurang dalam mempelajari agama Islam. Model Pendidikan
Agama dalam keluarga muslim di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga tahun 2015 menggunakan model otoriter dan model demokratis.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Fokus Masalah............................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 6
F. Metode Penelitian....................................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pendidikan Agama Islam.............................................................. 14
1. Pengertian Model ............................................................................... 14
xi
2. Pengertian Pendidikan Islam............................................................... 14
B. Dasar Pendidikan Islam............................................................................ 16
C. Tujuan Pendidikan Islam.......................................................................... 18
D. Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim........................................... 23
1. Pengertian keluarga muslim............................................................. 23
2. Peran Keluarga Muslim terhadap Pendidikan Islam........................ 24
3. Problematika Pendidikan Islam dalam keluarga Muslim................. 26
4. Model Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim........................... 28
5. Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga Muslim......................... 32
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data........................................................................................... 39
1. Letak Geografis ............................................................................... 39
2. Keadaan Demografi .......................................................................... 40
B. Profil Keluarga Muslim di Desa Pulutan RW 03.................................... 44
1. Profil Pendidikan .............................................................................. 44
2. Pekerjaan...................................................... ..................................... 48
C. Temuan Penelitian.................................................................................... 49
1. Urgensi Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa Pulutan
Rw 03................................................................................................ 49
2. Problematika Model Pendidikan Agama dalam Keluarga dalam
keluarga Muslim di Desa Pulutan RW 03......................................... 51
3. Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa Pulutan
RW 03............................................................................................... 55
xii
4. Metode Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa Pulutan
Rw 03 ................................................................................................ 60
BAB IV PEMBAHASAN
A. Problematika Model Pendidikan Agama dalam Keluarga dalam keluarga
Muslim di Desa Pulutan RW 03............................................................... 63
B. Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa Pulutan RW
03.............................................................................................................. 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 74
B. Saran........................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Jumlah Penduduk Menurut golongan Umur..................................... 40
TABEL 3.2 Keadaan penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan...................... 41
TABEL 3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian......................... 42
TABEL 3.4 Sarana Pendidikan Umum................................................................. 43
TABEL 3.5 Sarana Ibadah.................................................................................... 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia,
dimulai sejak lahir sampai meninggal dunia. Dengan kata lain pendidikan
berlangsung seumur hidup yaitu sejak bayi hingga ke liang lahat. Oleh
karena itu, pendidikan adalah aspek utama yang harus ditanamkan oleh
para pendidik dimulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan
Islam merupakan sebuah proses yang mengarahkan manusia kepada
kehidupan yang lebih baik dan yang akan mengangkat derajat
kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan
kemampuan ajarannya (Arifin,1994:14).
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dalam
membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian
rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar dapat menjiwai, menjadi
bagian yang sangat penting dalam dirinya. Yakni, ajaran Islam benar-
benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman
hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap
mental (Syafaat, 2008:15).
2
Dalam agama Islam pendidikan sangat ditekankan kepada
umatnya. Sebab pendidikan akan mengangkat derajat bagi orang-orang
yang berilmu, diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11
menyebutkan:
لكم يا أيها الذين آمنوا إذا قيل لكم تفسحوا في المجالس فافسحوا يفسح الل
الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم وإذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع الل
بما تعمل ون خبير درجات والل
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-
lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan Berdirilah kamu, Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Depag RI,
2005:543).
Dalam praktik di Indonesia ada lembaga pendidikan non formal
dan informal. Pendidikan jalur nonformaladalah pendidikan diluar jalur
sekolah, pendidikan masyarakat dan keluarga.Pendidikan masyarakat dan
keluarga ini termasuk dalam kategori informal.Dalam masyarakat banyak
keluarga muslim yang sering mengikutiPengajian beramai-ramai di surau
atau langgar dengan ustadz kyai atau guru ngaji dan merupakan bagian
kehidupan keagamaan dewasa.Dari mengikuti kegiatan keagamaan itu
Pengalaman keagamaan masa kanak-kanak merupakan modal dasar
keberagamaan selanjutnya.
Namun realitasnya, di masyarakat setelah seseorang dewasa hal
tidak menutup kemungkinan akan terputus atau hilang. Pendidikan dalam
3
keluarga akan membentuk karakter nilai-nilai agama anak. Peran keluarga
dalam membimbing anak akan sangat menentukan sikap kedepan karena
keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar, agama dan kepercayaan, nilai-nilai moral, norma
sosial dan pandangan hidup yang diperlukan anak untuk dapat berperan
dalam keluarga ( Nur Ahid, 2010:100).
Model pendidikan yang baik dari orang tua akan membentuk
perilaku dan moral anak yang akan mengantarkannya dalam menjalani
kehidupan yang baik.Orang tua berperan melindungi dan menjaga
keselamatan keluarga. Orang tua berkewajiban memerintahkan anak-
anaknya untuk taat kepada segala perintah Allah SWT, seperti shalat,
puasa, membaca Al-qur’an dan lain-lain.
Peran keluarga dalam menanamkan nilai agama sangatlah
diperlukan dalam hal mendidik anak. Namun banyak juga terjadi di
masyarakat yang dari kecil dididik agama oleh keluarganya setelah dewasa
banyak yang telah kehilangan agama. Oleh karena itu, orang tua sebagai
central of figure harus semaksimal mungkin mengontrol anaknya
(Achmadi, 1987: 116).
Orang tua harus memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-
anaknya, serta menanamkan nilai agama pada anak yang nantinya akan
memberikan pengaruh positif kepada anak. Mereka akan senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah mengemban tugas mulia yang sudah
4
diperintahkan oleh Allah SWT yaitu menjalankan perintah-Nya serta
menjauhi seluruh larangan-larangan-Nya.
Penelitian ini ditujukan kepada keluarga muslim yang berada di
desa pulutan RW 03 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota
Salatigayang notabenenya mayoritas Desa pulutan yang dulunya
merupakan desa santri tetapi pada akhir-akhir ini mengalami kemerosotan
dalam hal nilai-nilai agama. Banyak dari generasi muda sekarang ini yang
enggan belajar agama. Orang tualah yang harus kembali mengontrol anak-
anaknya untuk kembali mendidik anak agar tercipta keluarga yang di
ridhoi Allah Swt.
Peran keluarga khususnya orang tua dalam mendidik pendidikan
agama bagi anaknya sangat diperlukan anak. Orang tua harus mempunyai
model dalam mendidik keluarga agar berhasil dalam membina keluarga
yang diridhoi Allah SWT.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengetahui secara mendalam tentang “MODEL PENDIDIKAN
AGAMA DALAM KELUARGA MUSLIM (Studi Kasus di Desa
Pulutan Rw 03 Tahun 2015)”.
B. Fokus Masalah
Berdasar pada latar belakang masalah di atas, maka perlu masalah
yang luas ini difokuskan agar dalam pelaksanaan penelitian menjadi jelas.
Adapun fokus masalahnya adalah sebagai berikut:
5
1. Apa yang menjadi problematika orang tua untuk mendidik agama
keluarga muslim di Desa Pulutan RW 03 Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015?
2. Bagaimana model pendidikan agama dalam keluarga muslim di Desa
Pulutan RW 03 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui problematika model pendidikan agama dalam
keluarga muslim di Desa Pulutan RW 03 Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui model pendidikan agama dalam keluarga muslim di
Desa Pulutan RW 03 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga Tahun 2015.
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang
sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan Islam, khususnya
pendidikan dalam keluarga.
2. Praktik
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca
mengenai problematika modelpendidikan agama dalam keluarga
muslim di Desa Pulutan RW 03 Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi model yang tepat dan
memberikan kontribusi pada masyarakat Desa Pulutan RW 03
Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga untuk lebih
mengetahui problematika pendidikan agama bagi anak dalam
keluarga.
E. Penegasan Istilah
Sebelum penulis mengutarakan lebih lanjut, maka penulis tegaskan
istilah-istilah dalam judul diatas sebagai berikut:
Model pendidikan agama adalah Usaha yang lebih Khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya
insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama (Achmadi 1992:103).
Keluarga muslimadalah keluarga yang beragama Islam
sebagaiwadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan
anak (Darajat, 1993:47).
7
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif.
Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara lain dari
kualifikasi atau pengukuran (Ghani, 1997:11).
Sedangkan jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian atau paparan)
mengenai situasi kejadian-kejadian (Suryabrata, 1998:19).Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai
keadaan saat ini.Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang
sekarang ini terjadi atau ada (Mardalis, 2007:26).
Berdasarkan pendapat diatas, pendekatan kualitatif inidimaksudkan
untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian yang ada pada saat
penelitian berlangsung yaitu tentang model pendidikan agama dalam
keluargamuslimdi Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga Tahun 2015.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sangatlah penting sekali,
peneliti bertindak sebagai instrumen langsung ke lapangan sehingga
8
mendapatkan data yang riil dalam meneliti model pendidikan agama
dalam keluargamuslim.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulutan RW 03
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.Adapun alasan peneliti memilih
lokasi tersebut adalah karena di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga tersebut kesadaran untuk mengetahui
pendidikan Islamakhir-akhir ini mulai menurundari faktor-faktor
didikan dari orang tua dalam keluarga.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari
beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik. Penulis
memperoleh sumber informasi riil dan proses observasi data dan
wawancara yang peneliti lakukan secara langsung dengan orang tua,
anak, pendidik anak dari keluarga muslim yang kemudian dianalisis.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa metode yaitu:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Observasi merupakan
hasil suatu perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk
menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau
9
suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan atau
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati
dan mencatat (Mardalis, 2007:63).
Metode observasi ini, penulis gunakan untuk memperoleh
data secara langsung tentang model pendidikan agama dalam
keluargamuslim (Studi kasus di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015). Penulis melakukan
pengamatan secara langsung mengenai keterkaitan antara
modelpendidikan agama dengan keluarga muslim yang mendidik
anak-anaknya.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan
melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang
dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis, 2007:64).
Jadi peneliti akan meneliti subjek penelitian dengan
wawancara langsung guna mendapatkan informasi yang lebih jelas
mengenai Model pendidikan agama dalam keluarga muslim (Studi
kasus di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Tahun 2015).
10
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi dapat dilakukan dengan mencari data
mengenai hal-hal yang beupa catatan-catatan, buku-buku, surat
kabar, notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:188).
Dengan metode dokumentasi penulis gunakan untuk lebih
memperluas pengamatan dan pengumpulan data terhadap sesuatu
yang diteliti oleh peneliti.
6. Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis induktif,
yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk
membangun teori.Metode ini digunakan untuk menganalisis Model
pendidikan agama dalam keluargamuslim (Studi kasus di Desa Pulutan
RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Agar diperoleh data yang akurat, peneliti terjun langsung untuk
observasi dan wawancara. Selain itu juga mengecek hasil wawancara
dan observasi dengan dicocokkan melalui tingkah laku langsung dari
subyek penelitian, sehingga penulis benar-benar mendapatkan data
yang langsung dari keluarga tersebut. Kemudian data tersebut
tentuakan penulis simpulkan dengan perilaku seseorang tersebut.
11
8. Tahap-Tahap Penelitian
Ada tiga tahapan dalam melakukan penelitian yaitu: tahap pra
lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data (Moleong,
2002:85-103).
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan meliputi :
1) Menyusun proposal penelitian
2) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
3) Mengurus izin penelitian
4) Menyiapkan perlengkapan penelitian
5) Menghubungi lokasi penelitian
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi :
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan.
c. Tahap analisis data
1) Pengorganisasian
2) Pemindahan data-data menjadi satuan-satuan tertentu
3) Sintesa data
4) Pengkategorian data
5) Penemuan hal-hal penting dari data penelitian
12
6) Pengecekan keabsahan data.
d. Tahap penulisan laporan, meliputi:
1) Penyusunan hasil penelitian
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Perbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5) Ujian munaqosah skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan dan pembahasan maka penulis
perlu menyusun langkah-langkah sistematis:
1. Bagian Awal
Bagian ini terdiri dari halaman sampul, halaman lembar logo,
halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan
kelulusan, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstrak,
halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar table, serta
daftar lainnya.
2. Bagian Inti
Bagian ini menguraikan isi skripsi yang terdiri dari beberapa bab,
yaitu:
13
BAB I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: Kajian pustaka
Bab ini membahas tentang kajian teoritik mengenai model
pendidikan agama dalam keluargamuslim (Studi kasus di Desa Pulutan
RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015).
BAB III: Paparan data dan temuan penelitian
Bab ini membahas tentang gambaran umum mengenai model
pendidikan agama dalam keluarga muslim (Studi kasus di Desa
Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015).
BAB IV: Pembahasan
Bab ini membahas tentang analisis mengenai model pendidikan
agama dalam keluarga muslim (Studi kasus di Desa Pulutan RW 03
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015).
BAB V: Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dibuat oleh
penulis.
3. Bagian Akhir
Bagian ini terdiri atas daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
riwayat hidup penulis.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Model
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2005:
175). Selain itu juga dapat dipahami sebagai tipe desain atau diskripsi
yang dari suatu sistem yang disederhanakan agar dapat menjelaskan dan
menunjukkan sifat bentuk aslinya. Sedangkan Pendidikan merupakan
proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan
berlangsung sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar
seorang pelayan.Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput
dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan
dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam.
Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006:19)
Pendidikan agama Islam juga bisa di artikan sebagai usaha yang
lebih khusus yang ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan
subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan
15
ajaran-ajaran Islam (Achmadi, 1992:20).
Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama
Islam.Sebagai bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman
(Ramayulis, 2005:21).
Menurut Zakiah Darajat (1992:86), pendidikan agama Islam
ialahusaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Sedangkan
menurut Ahmad Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Majid & Andayani, 2004:130).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan
bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan berdasarkan Alquran dan Al-hadis
untuk mengembangkan fitrah keberagaman subjek didik agar lebih mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Jadi, dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa Model
pendidikan Islam adalah kerangka konseptual atau cara pengubahan sikap
dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
16
berdasarkan Alquran dan Al-hadis untuk mengembangkan fitrah
keberagaman subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
B. Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan
untuk merealisasikan dasar ideal atau sumber pendidikan Islam. Menurut
Hasan Langgulung, dasar operasional pendidikan Islam terdapat enam macam,
yaitu: historis, sosiologis, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan
filosofis, yang mana keenam macam dasar itu berpusat pada dasar filosofis
(Mujib, 2006:44).
Dalam Islam, dasar operasional segala sesuatunya adalah agama, sebab
agama menjadi frame bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan
agama maka semua aktivitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar
lain, dan bernilai ubudiyah. Oleh karena itu dasar keenam diatas perlu
ditambah lagi yaitu agama.
1. Dasar Historis
Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengamalan
pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun
peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih
baik.
2. Dasar sosiologi
Dasar sosiologi adalah dasar yang memberikan kerangka sosiobudaya,
yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar ini
17
juga berfungsi sebagai tolok ukur dalam prestasi belajar.
3. Dasar ekonomi
Dasar ekonomi adalah yang memberikan perspektif tentang potensi-
potensi finansial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta
bertanggung jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaannya.
Misalnya, karena pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang luhur, maka
sumber-sumber finansial dalam menghidupkan pendidikan harus bersih,
suci dan tidak bercampur dengan harta benda yang syubhat. Ekonomi
yang kotor akan menjadikan ketidak-berkahan hasilpendidikan.
4. Dasar Politik dan Administratif
Dasar politik dan administrasi adalah dasar yang memberikan bingkai
ideologis yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan dan direncanakan bersama.
5. Dasar Psikologi
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat,
minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik,
tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain.
6. Dasar Filosofis
Dasar filosofis adalah dasar yang memberi kemampuan memilih yang
terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah
kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.
18
7. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama(Mujib,
2006: 44-47).
Dasar pendidikan Islam terdapat pada Q.S Al Alaq ayat 1-5:
م ربك الذي خلق اقرأ باس .١
نسان من علق .٢ خلق ال
اقرأ وربك الكرم .٣
الذي علم بالقلم .٤
نسان ما لم يعلم .٥ علم ال
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Kalam Maksudnya: Allah mengajar manusia
dengan perantaraan tulis baca.
C. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik
setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan
kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya
dimana individu itu hidup (Achmadi, 1992:59).
19
Dalam hal ini, Zakiyah Daradjat mengemukakan:
Tujuan Pendidikan adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi
hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak
terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulia dari
perbuatan, perkataan dan tindakkan apa pun yang dilakukan dengan nilai
mencari ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya, dan menjauhi segala
larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas
kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan
dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian, identitas muslim
akan tampak dalam semua aspek kehidupannya (Roqib, 2009:31).
Adapun tujuan utama pendidikan Islam adalah membina dan mendasari
kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan
ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam secara
benar sesuai pengetahuan agama. Tujuan pendidikan Islam yang sejalan
dengan tujuan ajaran Islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak,
sehingga mencapai tingkat akhlaqul karimah. Faktor kemuliaan akhlak dalam
pendidikan agama Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan
keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan Islam berfungsi untuk
menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera
di dunia dan akhirat (Said, 1994: 38).
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas maka secara umum
dapatlah dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan
kepribadian muslim paripurna (kaffah). Pribadi yang demikian adalah pribadi
20
yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan esensi manusia secara kodrati,
yaitu sebagai makhluk individual, makhluk sosial, makhluk bermoral, dan
makhluk yang ber-Tuhan. Citra pribadi muslim seperti itu sering disebut
sebagai manusia paripurna (insan kamil) atau pribadi yang utuh, sempurna
seimbang dan selaras dengan pola takwa. Dalam hal ini ada beberapa tujuan
pendidikan Islam yaitu tujuan tertinggi, tujuan umum, tujuan khusus
(Achmadi, 1992: 63).
a. Tujuan Tertinggi
Tujuan tertinggi ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan
berlaku umum, karena sesuai dengan konsep Ilahi yang mengandung
kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi dan terakhir ini pada
akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai
ciptaan Allah, yaitu:
1. Menjadikan hamba Allah yang paling taqwa
Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu
semata-mata untuk beribadah kepada Allah Swt.
2. Mengantarkan subjek didik menjadi Khalifatullah fil ard (wakil Tuhan
di bumi) yang mampu memakmurkannya (membudayakan alam
sekitar) dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmah bagi alam sekitarnya,
sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan sebagai konsekuensi
setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.
3. Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai
di akhirat, baik individu maupun masyarakat.
21
Tujuan ini sesuai dengan cita-cita setiap muslim sebagaimana doa
yang paling mencakup dan selalu dimohonkan kepada Allah, Rabbana
atina fid-dunya hasanah, wa fil-akhirati hasanah wa qina azaban-nar.
Ketiga tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal dan
dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat menjadikan
aktivitas pendidikan yang lebih bermakna.
b. Tujuan Umum
Tujuan Umum adalah sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat
di-ukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian
subjek didik.Dalam hal tujuan umum mengenai pendidikan Dr.
Muhammad Fadil Al-Jamali menyimpulkan sebagai berikut:
1. Mengenalkan manusia akan peranannya diantara makhluk dan
tanggung jawab pribadinya dalam hidup ini.
2. Mengenalkan manusia akan hubungannya dengan lingkungan
sosialnya dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
3. Mengenalkan manusia dengan ala mini dan mengajak mereka untuk
mengetahui hikmah diciptanya serta memberikan kemungkinan
kepada mereka untuk mengambil manfaatnya.
4. Mengenalkan manusia dengan pencipta alam (Allah) dan
memerintahkan beribadah kepada-Nya (Achmadi, 1992: 65).
Keempat tujuan tersebut merupakan satu rangkaian atau kesatuan,
dengan kembali kepada Al-qur’an dapat disimpulkan bahwa realisasi
diri sebagai tujuan umum pendidikan Islam tidak lain adalah
22
terpadunya pikir, zikir, dan amal pada pribadi seseorang. Dan ini
merupakan kunci utama untuk sampai pada tujuan tertinggi
“Ma’rifatullah an ta’abud ilallah”.
c. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasionalisasi tujuan
tertinggi dan terakhir dan tujuan umum pendidikan islam. Tujuan khusus
bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana
perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada
kerangka tujuan tertinggi dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut
dapat didasarkan pada:
1. Kultur dan cita-cita suatu bangsa di mana pendidikan itu
diselenggarakan.
2. Minat, bakat, kesanggupan subjek didik.
3. Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.
Dengan demikian tujuan khusus harus tetap mengacu pada tujuan
tertinggi dan senantiasa dijiwai dengan akhlaqul karimah, karena
pendidikan budi pekerti (akhlaq) adalah jiwa dari pendidikan islam dan
Tujuan Akhir Pendidikan Islam adalah berkaitan dengan penciptaan
manusia di muka bumi ini, yaitu membentuk manusia sejati, manusia abid
yang selalu mendekatkan diri kepada Allah, melekatkan sifat-sifat Allah
dalam pribadinya dan menjalankan fungsi-fungsi kehidupannya
sebagaikhalifatul fil ard (Ahid, 2010:46). Hal ini seperti yang diterangkan
dalam Q.S Adz Dzariyat ayat 56:
23
نس إل ليعبدون وما خلقت الجن وال
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam adalah dalam
rangka untuk menumbuhkan pola kehidupan manusia yang utuh melalui
latihan kejiwaan, kecerdasan otak penalaran, perasaan dan indera.Jadi
pendidikan itu harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek
baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, maupun
bahasannya.Pendidik pada dasarnya mendorong semua aspek tersebut ke
arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup (Mansur,
2005:333).
D. Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim
1. Pengertian Keluarga Muslim
Keluarga adalah sanak saudara yang bertalian dengan turunan atau
sanak saudara yang bertalian dengan perkawinan (Poerwadarminta,
2006:553). Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan
dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak,
tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut (Darajat, 1995:47).
Keluarga merupakan sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan
perkawinan. Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam
“satu atap”. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai
suami istri dan saling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya
24
membentuk komunitas baru yang disebut keluarga. Jadi keluarga dalam
bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat
tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia
(Djamarah, 2004:16-17).
Menurut tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia yang
dimaksud Muslim adalah penganut agama Islam atau orang yang memeluk
agama Islam (TPKBBI, 2008: 987). Muslim kalau ditinjau dari segi bahasa
dan istilah asal usul katanya yaitu dimulai dari kata” Islam” berasal dari
bahasa Arab: “salima” yang artinya selamat, dari kata itu terbentuk
“aslama”yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Dari kata
“aslama” itulah terbentuk kata Islam dan pemeluknya disebut Muslim.
Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah, siap
patuh pada ajaran-Nya dan yang pasti orang yang sudah mengucapkan
syahadat berarti dia sudah Muslim, tetapi untuk menjadi muslim yang
sebenarnya setiap orang harus menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan
sebenar-benarnya.
Jadi, Keluarga Muslim menurut penulis adalah keluarga yang
beragama Islam sekaligus menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh
pada ajaran-Nya.
2. Peran Keluarga Muslim terhadap Pendidikan Islam
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
25
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak,
tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut (Darajat, 1995: 47).
keluarga adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan melalui ikatan pernikahan, hubungan kelahiran,
adopsi, atau ikatan darah yang biasanya memiliki tempat tinggal yang
sama (Fatkhurrohman, 2012: 28).
Lingkungan pertama yang mempunyai peran penting adalah
lingkungan keluarga. Disinilah anak dilahirkan, dirawat, dan dibesarkan.
Di sini juga proses pendidikan berawal, Orang tua adalah guru pertama
dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru agama, bahasa, dan sosial
bagi anak. Karena, orang tua (ayah) adalah orang yang pertama kali
melafalkan azan dan iqamah di telinga anak di awal kelahirannya. Orang
tua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar (Musbikin, 2009: 111). Keluarga merupakan lembaga
utama yang dikenal oleh anak. Hal ini disebabkan karena kedua orang
tuanyalah orang yang pertama dikenal, dan diterimanya pendidikan,
bimbingan, perhatian dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang
tua dan anak-anaknya merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan
perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak
didik (Ahid, 2010: 61).
Menurut Ahid (2010: 137-140) peran keluarga dalam pendidikan
meliputi:
a. Dalam bidang jasmani dan kesehatan anak
26
Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong
pertumbuhan anak-anaknya dari segi jasmaniah, baik aspek
perkembangan maupun aspek perfungsian.Didalamnya termasuk
perlindungan, pengobatan dan pengembangan untuk menunaikan
tanggung jawab.
b. Dalam bidang pendidikan akal (intelektual)
Walaupun pendidikan akal dikelola oleh institusi-institusi yang
khusus, tetapi keluarga masih tetap memegang peranan penting dan
tidak dapat dibebaskan dari tanggung jawab. Anak-anak tidak akan
menikmati perkembangan akal yang sempurna, kecuali jika
merekamendapat pendidikan akal dan mendapat kesempatan yang
cukup dirumah.
c. Dalam bidang pendidikan agama
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan
dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak
melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaranagama.
3. Problematika PendidikanIslam dalam Keluarga Muslim
Dalam keluarga muslim terdapat beberapa problematika seperti
keadaan ekonomi, perlindungan terhadap keluarga, keagamaan,
pendidikan, dan kenyamanan yang kurang sehingga dapat mengakibatkan
pendidikan Islam bagi anak cenderung kurang maksimal (Musbikin,
2009:232).
Orang tua yang sibuk bekerja untuk meningkatkan ekonomi
27
keluarga, terkadang sedikit mempunyai waktu luang untuk berinteraksi
dengan anak-anaknya. Pola pertemuan antara orang tua sebagai pendidik
dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orang tua mengarahkan
anaknya sesuai dengan tujuannya yaitu membantu anak memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Orang tua dengan anaknya
sebagai pribadi dan sebagai pendidik, dapat menyingkapkan pola asuh
orang tua dalam mengembangkan disiplin diri anak yang tersirat dalam
situasi dan kondisi yang bersangkutan (Shochib, 2000: 14).
Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak,
menyebabkan anak menjadi ragu akan kemampuan dirinya sendiri. Selain
itu figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak,
menyebabkan anak tidak mempunyai panutan dalam perilakunya.Anak
cenderung mencari keteladanan dari luar orang tuanya yang belum tentu
baik, sehingga perkembangan pendidikan anak berjalan kurang maksimal.
Dalam suatu keluarga biasanya juga menghadapi hambatan-
hambatan lainnya.Dan hal tersebut sebagian besar terdapat pada keluarga
Muslim. Hambatan tersebut antara lain:
a. Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua.
b. Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada
anak.
c. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak.
d. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak,
28
tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.
e. Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.
f. Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas
pada anak.
Zakiyah Darajat (1993:23) menyatakan bahwa rasa kasih sayang
adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok dalam kehidupan manusia. Anak
kecil yang merasa kurang disayangi oleh orang tuanya akan menderita
hatinya, kesehatan badan juga akan menurun, kecerdasannya juga
mungkin akan semakin berkurang, dan kelakuannya mungkin akan
menjadi nakal, keras kepala dan sebagainya.
Dari problematika diatas orang tua harus semestinya mendidik anak
dengan sebaik-baiknya agar anaknya menjadi anak yang berperilaku baik,
menghormati orang tua taat beragama sehingga anakdidik tersebut tidak
mengecewakan orang tua dikemudian hari karena kurangnya perhatian
dari orang tua.
4. Model Pendidikan Islam Dalam Keluarga Muslim
a. Model Otoriter
Pada model otoriter semua kebijaksanaan atau policy dasar
ditetapkan oleh kepala keluarga itu sendiri dan pelaksanaan selanjutnya
ditugaskan kepada bawahannya atau anaknya. Dilihat dari persepsinya
seorang kepala keluarga yang otoriter adalah seseorang yang sangat
egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya
memutarbalikkan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan
29
apa yang secara subyektif di interpretasikannya sebagai kenyataan.
Misalnya, seorang kepala keluarga yang otoriter akan menerjemahkan
disiplin kerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh para bawahannya atau
menyuruh anaknya sebagai perwujudan kesetiaan para bawahan atau
didikannya kepadanya. Padahal sesungguhnya disiplin kerja itu
didasarkan kepada ketakutan bukan kesetiaan. Egonya yang besar
menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan
pribadinya sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadinya tersebut,
berdasarkan nilai-nilai demikian seorang pemimpin yang otoriter akan
menunjukkan berbagai sikap yang menonjolkan “ke-akuan-nya” antara
lain dalam bentuk:
1) Kecenderungan memperlakukan anggota keluargasama dengan alat-
alat lain dalam keluarga seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka.
2) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas
tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan
kebutuhan para bawahan.
3) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan
keputusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan
tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para
bawahan diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakanya
saja.
30
Dengan persepsi nilai-nilai, sikap dan perilaku demikian seorang
kepala keluarga yang otoriter dalam praktek akan menggunakan gaya
kepemimpinan yang:
1) Menuntut ketaatan penuh dari para anggota keluarga,
2) Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan,
3) Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi,
4) Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinnya
penyimpangan oleh bawahan (Sondang Siagian, 1999: 31).
b. Model demokratis
Model pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah
yang demokratis. Memang umum diakui bahwa kepala keluarga yang
demokratis tidak selalu merupakan pemimpin yang paling efektif dalam
kehidupan organisasional karena adakalanya dalam hal bertindak
danmengambil keputusan bisa terjadi keterlambatan sebagai
konsekuensi keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan
keputusan tersebut. Tetapi dengan berbagai kelemahannya pemimpin
yang demokratis tetap dipandang sebagai pemimpin terbaik karena
kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangannya.
Ditinjau dari persepsinya,kepala keluarga yang demokratis
biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari
berbagai unsur dan komponen organisasi, sehingga bergerak sebagai
suatu totalitas.
31
Seorang pemimpin yang demokratis dihormati dan disegani,
bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasional
perilakunya mendorong para bawahannya, menumbuhkan dan
mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Jika dia salah, ia
bersungguh-sungguh mendengarkan pendapat, saran, dan bahkan kritik
orang lain, terutama bawahannya. Seorang pemimpin yang demokratis
akan sangat bangga bila para bawahannya menunjukkan kemampuan
kerja yang bahkan lebih tinggi dari kemampuannya sendiri.
c. Model Laissez Faire atau Bebas
Pemimpin yang Laissez Faire adalah pemimpin yang
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota atau
staff didalam tata prosedur dan apa yang akan dikerjakan untuk
pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Pendapat pemimpin tentang
penilaian yang berupa kritik atau pujian terhadap pribadi, prestasi kerja
anggota atau pelaksanaan program secara umum jarang atau bahkan
tidak sama sekali diberikan kecuali jika anggota memintanya. Ia
berpendapat bahwa tugas pokoknya sebagai pemimpin adalah menjaga
dan menjamin kebebasan itu.
Dalam keluarga yang di hasilkan oleh kepemimpinan
pendidikan semacam itu tidak akan dapat dihindarkan timbulnya
berbagai masalah, misalnya, kekacauan-kekacauan, tabrakan,
kesimpang-siuran kerja dan wewenang, oleh karena pemimpin sama
sekali tidak berperan menyatukan, mengarahkan, mengkoordinir, dan
32
menggerakkan berdasarkan konsep metode tertentu yang sebenarnya
sangat diperlukan oleh setiap kelompok kerja sama didalamnya terdapat
individu-individu yang memiliki banyak perbedaan cita-cita, kecakapan
sifat-sifat khas kepribadian yang unik (Soekarto, 1983: 54).
5. MetodePendidikan Islam dalam Keluarga Muslim
a. Mendidik Melalui Keteladanan
Kurikulum pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan
rancangan yang jelas bagi perkembangan manusia melalui sistemasi
bakat, psikologis, emosi, mental, dan potensi manusia.Untuk
kebutuhan itulah Allah mengutus Nabi Muhammad saw. Sebagai
hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam
mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firman-Nya dalam
surah Al-Ahzab ayat 21 :
واليوم أسوة حسنة لمن كان يرجو الل لقد كان لكم في رسول الل
كثيرا الخر وذكر الل
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Dilihat dari ayat diatas bahwa Rasulullah adalah cerminan dari Al-
qur’an dalam pendidikan Islam yang diutus oleh Allah untuk menjadi
suri tauladan yang baik bagi seluruh alam.
33
Pendidikan Islam merupakan konsep yang senantiasa menyeru
dijalan Allah.Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk
menjadi teladan dihadapan anak didiknya, bersegera berkorban, dan
menjauhkan diri dari hal-hal hina. Artinya, setiap anak didik akan
meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap ajaran yang
diberikan kepadanya sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari
setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat diaplikasikan.
Begitu juga orang tua, anak-anak harus memilki figur teladan dalam
keluarganya sehingga sejak kecil dia terarahkan oleh konsep-konsep
Islam. Dengan begitu, pendidik dan orang tua harus menyempurnakan
dirinya dengan akhlak mulia yang berasal dari Al-qur’an dan dari
perilaku Rasulullah saw.
Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber
dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia.
Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa
merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan
kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anak-anak
cenderung meniru orang dewasa. Pada hakikatnya, peniruan itu
berpusat pada tiga unsur yaitu kesenangan untuk meniru dan
mengikuti, kesiapan untuk meniru dan setiap peniruan terkadang
memiliki tujuan yang sudah diketahui oleh si peniru atau bisa jadi juga
tujuan itu sendiri tidak jelas bahkan tidak ada.
34
Kegiatan meniru akan meningkat menjadi kegiatan berfikir yang
memadukan kesadaran, keterkaitan, peniruan, dan perasaan bangga
jika pada perkembangannya kesadaran dalam peniruannya meningkat,
peniruan yang berkesadaran ini akan meningkat menjadi ittiba’yang
jenisnya akan terus meningkat bila disertai petunjuk atau pengetahuan
tentang tujuan dan cara peniruan. Melalui konsep peniruan yang
Islami, anak-anak didik akan memahami bahwa meniru dan mengikuti
jejak para pemimpin kaum muslimin generasi pertama akan
memberikan kebahagiaan, kekuatan, kegagahan, dan ketaatan kepada
Allah (Abdurrahman An Nahlawi, 1995:275).
b. Mendidik melalui ‘Ibrah
Ibrah berasal dari kata ‘abara ar-yu’ya yang berarti menafsirkan
mimpi dan memberitahukanimplikasinya bagi kehidupan si pemimpi
atau keadaan setelah kematiannya dan‘abara al-wadiberarti melintasi
lembah dari ujung satu ke ujung yang lain yang berlawanan. Ar-
Raghib berkata bahwa asal makna al-‘ibr adalah melintasi suatu
keadaan ke keadaan lain dan kata ‘ubur dikhususkan untuk makna
melintasi diatas air. Dalam penafsiran Surat Yusuf, Muhammad
Rasyid Ridhamengatakan bahwa al-‘itibar wal ‘ibrah berarti keadaan
yang mengantarkan dari suatu pengetahuan yang terlihat menuju
sesuatu yang tidak terlihat, atau jelasnya berarti merenung dan berpikir
(Abdurrahman An Nahlawi, 1995:279).
35
Model-model ‘ittibar atau pengajaran di dalam Al-qur’an dan As-
sunnah yang suci berbeda-beda selaras dengan beragamnya topik
‘ibrah, ada beberapa ibrah yang dapat memotivasi kegiatan berfikir
dan pengambilan pelajaran.
c. Mendidik melalui Nasihat
Nasihat merupakan cara mendidik yang mengandalkan bahasa,
baik lisan maupun tertulis dalam mewujudkan interaksi antara
pendidik dengan anak didik. Nasihat pada dasarnya bersifat
penyampaian pesan dari sumbernya kepada pihak yang memerlukan
atau dipandang memerlukannya. Di dalam Al-qur’an banyak nasihat
sekaligus cerita mengenai para Nabi dan Rasul terdahulu sebelum Nabi
Muhammad SAW, yang bermaksud menimbulkan kesadaran bagi yang
mendengar atau membacanyaagar meningkatkan iman dan berbuat
amal kebaikan dalm menjalani hidup dan kehidupan (Hadari Nawawi,
1993:221).
Nasihat sekaligus cerita sangat tinggi nilainya dalam pendidikan
islam karena dipergunakan dalam usaha membantu dan mengarahkan
anak didik, agar menjadi orang dewasa yang beriman dan mampu
memanfaatkan waktu dalam mengerjakan sesuatu yang dirihoi Allah
SWT, untuk mengejar keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan hidup
didunia dan akhirat. Sehubungan dengan mendidk melalui nasihat
Allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 138 sebagai berikut:
هـذا بيان للناس وهدى وموعظة للمتقين
36
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Orang tua atau pendidik menasehati dengan cerita nabi dan rasul
terdahulu, dimana cerita tersebut mengandung nasihat yang berguna
bagi anak didik dalam proses belajar seumur hidup atau pendidikan
seumur hidup.
d. Mendidik melalui kebiasaan
Kebiasaan baik harus di bentuk oleh orang tua atau pendidik
dimulai sejak kecil, contoh memberi kebiasaan yang baik pada anak
didik yaitu dengan memberikan contoh yang berkaitan dengan aktifitas
yang dilakukan sehari-hari membiasakan mencuci kaki dan menyikat
gigi sebelum tidur, mencuci kaki sebelum tidur atau juga bisa
memberikan contoh yang berkaitan dalam kehidupan beragama yang
perlu dibentuk agar menjadi tingkah laku yang dilakukan secara
otomatis misalnya kebiasaan mengucapkan salam pada waktu masuk
atau meninggalkan rumah bila ada orang lain. Kebiasaan bangun pagi
dan segera meninggalkan tempat tidur berwudhu, dan menunaikan
shalat subuh. kebiasaan melafalkan lafal basmalahsetiap mulai
pekerjaan dan diakhiri dengan lafal alhamdulillah setelah melakukan
sesuatu. Allah berfirman dalam surat An-nur ayat 27 yaitu:
يا أيها الذين آمنوا ل تدخلوا بيوتا غير بيوتكم حتى تستأنسوا وتسلموا
رون على أهلها ذلكم خير لكم لعلكم تذك
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah
37
yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu
(selalu) ingat.
Untuk itu setiap pendidik terutama orang tua harus mampu
memilih kebiasaan yang baik sifatnya dan berlaku di masyarakat,
untuk dilatih sejak dini pada anak-anaknya. Pemilihan itu harus
didasarkan pada sikap dan tingkah laku yang disukai Allah Swt, dan
juga sebaliknya perilaku buruk yang tidak disukai Allah harus dibuang.
e. Mendidik melalui hukuman
Hukuman sebagai salah satu metode pendidikan mendapatkan
perhatian berat dari para filosof dan pendidik muslim, seperti Ibnu
Sina, Al Gozali, Al Arabi, dan Ibnu Kaldun.
Oleh sebab mereka menyeru para pendidik untuk menggunakan
berbagai metode dalam mendidik anak agar mereka mempunyai
kebiasaan-kebiasaan baik ketika besar, sehingga ketika itu tidak
diperlukan metode hukuman. Hukuman merupakan metode terburuk,
tetapi kondisi tertentu harus digunakan.Oleh karena itu, hendaknya
diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman pada masa
remaja.
f. Mendidik melalui partisipasif
Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa manusia lain, manusia
saling membutuhkan satu dengan yang lain sehingga perlu bekerja
sama agar terwujud kehidupan yang harmonis yang didasari oleh
38
saling percaya mempercayai dan saling hormat menghormati (Hadari
Nahlawi, 1993:235). Demikian juga dalam interaksi pendidikan
terutama antara orang tua dan anaknya. Sehubungan dengan itu Allah
berfirman dalam surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي
أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk
.
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Oleh karena itu mendidik melalui partisipasi dengan melibatkan
anak didik dimaksudkan untuk mendidik mengajak berbuat kebaikan
yang diridhoi Allah Swt. Proses bertukar pikiran antara pendidik
dengan anak didik memberikan kesempatan pada anak didik sesuai
dengan umur dan tingkat perkembangannya untuk ikut serta
memikirkan masalah, baik yang datang dari anak maupun lingkungan
keluarga dan bahkan dari lingkungan sekitar.
39
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Letak Geografis Desa Pulutan
Kondisi geografis desa Pulutan yaitu terletak di samping Jalan lingkar
selatan atau sering disingkat dengan JLS. Sebagian besar masyarakatnya
berprofesi sebagai pedagang ada juga yang berprofesi sebagai petani dan
ada juga yang berprofesi sebagai wirausaha, merantau menjadi TKW.
Secara geografis Desa Pulutan dibatasi oleh :
a. Sebelah Utara : Desa Metes
b. Sebelah Selatan : Desa Kecandran (Winong)
c. Sebelah Timur : Desa Sinoman
d. Sebelah Barat : Desa Jombor dan Candi Rejo
Luas Desa Pulutan RW 03 54,6 ha dan keadaan jarak antara desa Pulutan
dengan laut 12 mil dari darat. Luas lahan berdasarkan kelas lereng :
a. Datar : (0-2 Derajat)
b. Bergelombang : (2-15 Derajat)
c. Curam : (15-40 Derajat)
d. Sangat curam : (>40 Derajat)
e. ketinggian Diatas permukaan laut adalah 450 m.
40
2. Keadaan Demografi
a. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Menurut Data statistik, jumlah penduduk Desa Pulutan RW 03 pada
tahun 2015 berjumlah 655 jiwa terdiri dari 334 jumlah laki-laki dan 321
jumlah perempuan.
Untuk lebih jelasnya Penduduk Desa Pulutan RW 03 menurut golongan
umut dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
No Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-4 33 26 59
2 5-9 17 22 39
3 10-14 29 33 62
4 15-19 37 27 64
5 20-24 31 29 60
6 25-29 31 29 60
7 30-34 32 30 62
8 35-39 29 36 65
9 40-44 28 33 61
10 45-49 26 21 47
11 50-54 22 17 39
12 55-59 19 18 37
Sumber: dokumentasi di Desa Pulutan RW 03
b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Secara umum, penduduk di Desa Pulutan RW 03 tergolong rendah
dalam hal pendidikannya, hal ini terbukti dengan banyaknya penduduk
yang hanya tamat SD karena pemerintah menyemarakkan wajib belajar
41
9 tahun untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dalam kondisi saat
ini pendidikan sangatlah penting dalam menghadapi era modern.
Berikut ini tabel keadaan penduduk Desa Pulutan RW 03
berdasarkan tingkat pendidikannya.
Tabel 3.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Keterangan LK PR JUMLAH
1 Belum
sekolah 44 43 87
2
Belum
tamat/SD
Sederajat
64 38 102
3 Tamat SD 104 121 225
4 Sltp/sederajat 84 75 159
5 SMA 29 36 65
6 Diploma
III/S I 7 7 14
7 S II 2 1 3
8 S III 0
Sumber: dokumentasi di Desa Pulutan RW 03
c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Dalam bidang perekonomian, Desa Pulutan RW 03 sudah
cukup maju di bidang perdagangan maupun di bidang pertanian,
dalam bidang perdagangan masyarakat Pulutan khususnya banyak
yang berdagang disekitar Jalan Lingkar Selatan (JLS) apalagi kalau
pada hari minggu, banyak yang berdagang di daerah Jalan Lingkar
42
tersebut dan di ikuti oleh pedagang-pedagang lain dan pedagang
pendatang yang datang dari berbagai daerah.
Dalam bidang pertanian di Desa Pulutan juga tergolong maju
karena di Pulutan termasuk tanah produktif yang sering ditanami
padi oleh para petani sehingga menghasilkan bahan baku beras.
Selain pedagang dan juga petani ada juga yang bekerja sebagai
pegawai untuk lebih jelasnya apat dilihat di tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
NO PEKERJAAN LK PR JUMLAH
1 Belum/tidak bekerja 42 53 95
2 Mengurus rumah tangga 2 65 67
3 Pelajar/mahasiswa 57 54 111
4 Pensiunan 2 4 6
5 Pegawai negeri sipil 4 5 9
6 Tentara nasional Indonesia 1 1
7 Perdagangan 31 24 55
8 Petani/pekebun 23 12 35
9 Peternak 14 2 16
10 Transportasi 6 6
11 Karyawan swasta 17 8 25
12 Buruh harian lepas 28 19 47
13 Buruh tani/perkebunan 16 21 37
14 Pembantu rumah tangga 3 17 20
15 Tukang cukur 1 1
16 Tukang batu 16 16
17 Tukang kayu 8 8
18 Tukang jahit 7 7
43
19 Mekanik 9 9
20 Dosen 1 1
21 Guru 10 5 15
22 Dokter 0 1 1
23 Sopir 16 16
24 Wiraswasta 28 23 51
25 Lainnya 0
JUMLAH 335 320 655
Sumber: dokumentasi di Desa Pulutan RW 03
d. Sarana Pendidikan Umum
Tabel 3.4 Sarana Pendidikan
No Jenis Pendidikan Gedung
1 PAUD 1
2 TK 1
3 SD 2
4 SMP -
5 SMU -
Sumber: dokumentasi di Desa Pulutan RW 03
e. Sarana Ibadah
Tabel 3.5 Sarana Ibadah
No Sarana Ibadah Gedung
1 Masjid 1
2 Musholla 3
Sumber: dokumentasi di Desa Pulutan RW 03
44
f. Jumlah penduduk berdasarkan agama
Ditinjau dari segi agama, seluruh warga di Desa Pulutan
RW 03 memeluk agama Islam.
3. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Pulutan RW 03
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di lapangan, di
Desa Pulutan RW 03 ini dilengkapi beberapa fasilitas sarana dan
prasarana umum yang tentunya dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat desa tersebut.
Selain keadaan sarana dan prasarana diatas terdapat juga sarana
dalam bidang olahraga terutama di bidang kesenian seperti rebana dan
juga drumblack percussion anak-anak muda yang selalu memeriahkan
kota salatiga dalam acara karnaval, ulang tahun kota salatiga
mengadakan festival drumblack dan pemuda Pulutan juga ikut
memeriahkan dalam acara-acara tersebut.
B. Profil Keluarga Muslim di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
1. Profil Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang penting untuk mengetahui
berbagai macam keadaan di dalam keluarga maupun mayarakat. Untuk
mengetahui kondisi dari beberapa keluarga muslim di Desa Pulutan RW
03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, maka penulis melakukan observasi
45
dan wawancara secara langsung dengan beberapa keluarga muslim di desa
tersebut. Kondisi yang dimaksudkan disini adalah tentang background
agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga muslim.
Dari observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap beberapa
keluarga Muslim Di Desa Pulutan RW 03 menunjukkan adanya perbedaan
tingkat pendidikan dalam masing-masing keluarga muslim. Tingkat
pendidikan orang tua dalam sebuah keluarga berpengaruh pada
pemahaman dan pola pikir pada aspek pendidikan sehingga akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang akan diberikan kepada anaknya.
Orang tua yang pernah mendapat pendidikan agama di pondok pesantren,
dalam memberikan pendidikan agama anaknya akan cenderung lebih
intensif dan lebih tegas dibandingkan dengan orang tua yang mempunyai
latar belakang pendidikan umum. Diantaranya adalah keluarga Bapak Bsr,
Bapak Djmt, Bapak DS yang dulunya pernah belajar sekaligus menimba
ilmu di pondok pesantren. Berikut pernyataan bapak Bsr (24 08 2015)
yang dulu pernah belajar di pondok pesantren tahfidzul qur’an kali beber
wonosobo :
“Saya dulu pernah menimba ilmu-ilmu agama di pondok
pesantren kali beber terletak di daerah wonsobo, saya mondok disitu
sejak lulus dari Sekolah Dasar, sehabis lulus sekolah Dasar langsung
berangkat ke pondok pesantren untuk menuntut ilmu, itu juga
disebabkan dari dorongan orangtua, serta keinginan saya untuk belajar
agama”.
Berikut juga yang disampaikan oleh Bapak Djmt (20 08 2015)
yang dulu pernah belajar di pondok pesantren API Tegal rejo magelang:
“Saya dulu mondok di API Tegal rejo magelang itu sekitar
tahun 1987-1993 Sudah sekitar 6 tahunan saya belajar di pondok
46
pesantren jadi tahu tentang ilmu-ilmu agama baik itu ibadah mahdhoh
ataupun ibadah muamalah”.
Selain Bapak Bsr dan juga Bapak Djmt masih ada lagi yang belajar
di pondok pesantren yaitu Bapak DS (26 08 2015) yang dulu pernah
belajar dipondok pesantren Krapyak yogyakarta:
“Saya dulu pernah belajar di pondok pesantren Ali Maksum
yogyakarta yang kala itu menurut saya belajar di pondok pesantren
merupakan keharusan bagi saya pribadi untuk bisa mengetahui ilmu-
ilmu agama secara dalam, sehingga ketika beribadah kepada Allah
Swt itu bisa merasuk dalam hati jadi saya ya sedikit tahu tentang ilmu-
ilmu agama yang saya peroleh pada waktu mondok di pondok
pesantren”.
Pada umumnya keluarga muslim Di Desa Pulutan RW 03 masih
banyak yang tidak mempunyai latar belakang belajar di pondok pesantren
seperti diantaranya keluarga Bapak Slkn, Bapak Mgn, Bapak Nn, Bapak
Mtd dan Bapak Mkr. Berikut wawancara dari responden yaitu Bapak Slkn
(20 08 2015) yang dulunya belajar lulus dari SMP:
“Saya dulu belajar di sekolah hanya lulus sampai SMP karena
orangtua sudah tidak mampu untuk membiayai sekolah saya,
meskipun saya lulus SMP saya bersyukur masih bisa sekolah”.
Berikutnya dari Bapak Mgn (19 08 2015) yang dulunya juga lulus
sekolah SMP:
“Dulu saya memang lulus sekolah sampai SMP mas, dan saya
rasa lulus SMP sudah cukup karena saya harus membantu orangtua
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”.
Berikutnya dari Bapak Nn (22 08 2015) yang mengenyam pendidikan
sampai lulus SMP:
“Saya dulu belajar di sekolah itu sampai pendidikan SMP dan
setelah itu saya tidak melanjutkan sekolah lagi karena saya harus
membantu adik-adik saya untuk sekolah juga sementara saya
membantu orangtua untuk membiayai adik-adik saya sekolah”.
47
Berikutnya orangtua yang mengenyam pendidikan sampai tingkat
SMA (Sekolah Menengah Atas) misalnya Bapak Mtd (22 08 2015):
“Saya dulu belajar di sekolah sampai lulus SMA dan setelah lulus
saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”.
Berikutnya juga pernyataan dari responden Bapak Mkr (21 08
2015) belajar di sekolah sampai lulus SMA:
“Dulu saya belajar di sekolah sampai lulus SMA dan
setelah lulus saya belajar sedikit-sedikit tentang ilmu agama pada
guru ngaji saya yang berada di kampung, agar tahu agama
seimbang antara sekolah formal umum dengan belajar agama.
Berikut ini juga pernyataan dari responden Bapak Fzn (24 08 2015)
belajar di sekolah dan lulus di perguruan tinggi S1:
“Saya belajar sampai Perguruan tinggi dan setelah itu saya
bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar mendidik anak untuk
belajar, sebagai seorang guru saya berkewajiban mendidik,
membimbing anak-anak didik saya untuk belajar”.
Hasil penelitian melalui observasi dan wawancara dari segi tingkat
pendidikan, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal orang tua
dalam keluarga ini mayoritas lulusan SMP, dan hanya beberapa lulusan
SMA. Ada juga yang orang tua yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar
yaitu Bapak Fzn. Orang tua dalam keluarga muslim yang telah lulus dari
pendidikan SMP misalnya Bapak Slkn, Bapak Mgn, Bapak Nn, sementara
orang tua yang telah lulus dari pendidikan SMA adalah dari bapak Bsr,
Bapak Mtd, Bapak Mkr.
Beberapa lulusan dari program sarjana yaitu Bapak Mnr dan Bapak
Djmt,dan Bapak Fzn yang ketiganya merupakan pendidik disekolah atau
48
berprofesi sebagai guru MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan SD (Sekolah
Dasar), ketiganya sudah menjadi guru PNS (Pegawai Negri Sipil).
2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
hidup bagi keluarga. Dari observasi penulis ke beberapa responden hasil
penelitian dalam segi pekerjaan adalah Bapak Djmt yang berprofesi
sebagai guru di SD (Sekolah Dasar) dan Bapak Mnr berprofesi sebagai
guru di MI (Madrasah Ibtidaiyah), Bapak Fzn berprofesi sebagai guru di
SD (Sekolah Dasar) dan semuanya sudah menjadi Pegawai Negri Sipil
(PNS). Keluarga yang berprofesi sebagai pedagang yaitu Bapak Bsr
berprofesi sebagai pedagang mie ayam, Bapak DS berprofesi sebagai
penjual makanan di rumah makan warung sawah miliknya sendiri
warungnya terletak dipinggir JLS (Jalan Lingkar Selatan) sebelah barat,
Bapak Mgn berprofesi sebagai penjual makanan warung kecil-kecilan di
pinggir JLS serta bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, Bapak Slkn berprofesi sebagai buruh dan Bapak Nn bekerja sebagai
buruh. Bapak Mtd berprofesi sebagai pedagang di warung kelontong
miliknya sendiri. Sedangkan bapak Mkr bekerja sebagai wiraswasta
pedagang.
Hasil penelitian dari segi pendapatan keluarga muslim di Desa
Pulutan RW 03 menunjukkan bahwa dalam mencapai pendapatan
berprofesi sebagai pedagang warung kelontong serta warung kecil-kecilan
jualan makanan ringan rata-rata dalam satu bulan adalah Rp. 800.000 –
49
1.000.000. Mereka yang berprofesi sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah
ataupun di Sekolah Dasar yang sudah PNS seperti Bapak Mnr, Bapak Fzn
dan bapak Djmt memiliki penghasilan sekitar Rp 2.000.000. Adapun
profesi sebagai pedagang pendapatan rata-rata seperti disebutkan diatas hal
ini bisa didapatkan jika pekerjaan mereka lancar dan tingkat penjualan
barang dagangannya laku terjual.
Selain memperoleh pendapatan dari hasil berdagang, ada juga
yang berprofesi sebagai buruh yaitu menjadi kuli bangunan atau bekerja
serabutan (Bapak Slkn, Bapak Nn) yaitu mendapat penghasilan sekitar Rp
.600.000 - 800.000 setiap bulan terkadang juga tidak menentu. Hal ini
sesuai dengan gambaran di lapangan bahwa pekerjaan serta pendapatan
dari masing-masing keluarga sangatlah penting untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
C. Temuan Penelitian
1. Urgensi Pendidikan Agama dalam keluarga Muslim di Desa
Pulutan RW 03
Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim merupakan
pendidikan yang sangat penting karena dimulai dari pendidikan agama
seseorang akan menjadi lebih baik dalam berperilaku.
Pendidikan Agama Islam bagi anak menurut semua informan itu
sangat penting, karena menurut mereka pendidikan agama Islam itu
adalah sesuatu hal yang harus mulai dipelajari oleh anak sejak usia dini
atau bahkan dalam kandungan. Mereka menginginkan agar anaknya
50
dapat mengerti tentang agama, menjadi anak yang lebih baik dari
orang tuanya, saleh salehah, dapat berbakti pada orang tua, bisa
berguna bagi keluarga, masyarakat, agama dan negara. Hal ini seperti
apa yang disampaikan oleh Bapak Mnr (19 08 2015) yang berprofesi
sebagai guru MI dan berpendidikan sampai S1 :
“Pendidikan agama Islam menurut saya sangatlah penting,
karena pendidikan Islam itu untuk mencetak generasi penerus
yang Islami dan untuk memberikan modal dasar bagi anak
dalam menghadapi kerasnya kehidupan dimasa yang akan
datang agar tidak keluar dari jalur dan aturan-aturan agama
Islam”.
Demikian juga yang dikatakan oleh Bapak Mgn (19 08 2015)
yang berprofesi sebagai pedagang makanan kecil berpendidikan lulus
SMP:
“Menurut saya pendidikan agama Islam itu penting karena
dapat membentuk perilaku yang baik untuk dirinya sendiri dan
juga lingkungannya”.
Sedangkan yang dikatakan oleh Bapak Slkn (20 08 2015) yang
berprofesi sebagai Buruh serabutan pendidikan lulus SMP:
“Menurut saya pendidikan Islam itu penting ketika
diterapkan pada anak, meskipun saya kadang-kadang belum bisa
mencontohkan perilaku yang baik untuk anak saya”.
Berikutnya juga dikatakan oleh Bapak fzn (24 08 2015)
berprofesi sebagai guru di sekolah dasar, berpendidikan lulus S1:
“Pendidikan Islam itu menurut saya sangat penting untuk
diajarkan kepada anak agar anak tahu betapa pentingnya belajar
tentang agama Islam sebagai bekal untuk hidup kedepannya
mengikuti perkembangan zaman yang semakin berkembang di
zaman sekarang guna sebagai pedoman hidup didunia dan
diakhirat”.
51
Berikut juga dikatakan oleh Bapak Mtd (22 08 2015) berprofesi
sebagai pedagang berpendidikan lulus SMA:
“Menurut saya pendidikan Islam itu penting ketika
diterapkan pada anak agar anak menjadi mengerti mengenai
pendidikan islam yang mengajarkan segala aspek kehidupan
baik di dunia maupun diakhirat”.
Dari beberapa pendapat yag sudah dipaparkan oleh respoden
bisa dijelaskan bahwa pendidikan agama itu sangat penting bagi anak-
anaknya, pendidikan sebagai pondasi utama dalam menjalankan
perintah Agama dan sebagai bekal untuk menjalankan kehidupan.
2. Problematika Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim
di Desa Pulutan RW 03
Problematika pendidikan agama terjadi di dalam keluarga
Muslim di Pulutan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
penulis lakukan, berikut ini adalah problematika pendidikan agama
dalam keluarga muslim tersebut.
Menurut jawaban dari informan yang ditanyakan oleh penulis
tentang apa saja problematika pendidikan agama dalam keluarga
muslim, hampir semuanya menyatakan pertama keteladanan dari orang
tua. Keteladanan menjadi kendala utama dalam masalah pendidikan.
Problem kedua adalah minat anak yang kurang dalam kegiatan agama
seperti shalat, puasa, mengaji Al-qur’an, membaca kitab kuning,
yasinan, dziba’an dan lain-lain. Hal ini seperti yang disampaikan oleh
Bapak Slkn (20 08 2015) yang berprofesi sebagai buruh serabutan
dengan pendidikan lulusan SMP mengatakan:
52
“Saya masih kurang dalam memberikan contoh yang baik
kepada anak-anak, karena saya sendiri sebetulnya kurang begitu
paham tentang agama, jadi saya tidak bisa mengajarkan mereka
tentang shalat atau mengaji secara langsung, tetapi kalau
masalah berperilaku insya Allah saya berperilaku baik terhadap
anak”.
Hal ini berbeda dengan apa yang diutarakan oleh bapak Fzn (24
08 2015) yang berprofesi sebagai guru SD dengan pendidikan lulusan
sarjana S1 :
“Ya, saya selalu berusaha memberikan contoh yang baik
kepada anak-anak saya, karena anak itu sangat mudah meniru
perilaku dari orang tuanya. Jadi, saya harus memberikan contoh
yang baik terhadap anak saya agar anak saya menjadi anak yang
berperilaku baik”.
Problematika pendidikan agama Islam dalam keluarga muslim
adalah kurangnya sikap keteladanan dari orangtua sekaligus perhatian
orangtua terhadap anaknya dan juga minat anak yang kurang begitu
memperhatikan mengenai pentingnya belajar agama yang merupakan
pondasi utama dalam menjalankan kehidupan.
Di Desa Pulutan RW 03 terutama dalam keluarga muslim pada
dasarnya orang tua dalam mendidik anaknya sudah semangat, hanya
saja faktor anaknyalah yang kurang berminat atau kurang
memperhatikan untuk belajar agama. Seperti yang terjadi pada Saudara
Mzh putra dari Bapak Slkn (20 08 2015) mengatakan:
“Setiap hari bapak saya menyuruh saya untuk belajar
mengaji tujuannya agar saya bisa mengaji membaca Al-qur’an
tetapi saya kurang memperhatikan nasihat-nasihat dari bapak
sehingga saya tidak mengaji lagi dengan alasan malas.
53
Begitu juga yang terjadi pada Saudara IS putra dari Bapak Mgn
(19 05 2015) mengatakan:
“Saya sudah tidak belajar mengaji lagi karena saya sudah
bekerja di pabrik dan ketika pulang sudah larut malam sehingga
ketika saya ingin belajar mengaji ke guru ngaji sudah tidak ada
waktu lagi dan lagi pula dulu saya sudah pernah khatam mengaji
Al-qur’an.
Dan hal ini juga terjadi pada M aw putra dari Bapak NN (23 08
2015)
“Setiap hari saya juga disuruh bapak saya untuk berangkat
belajar mengaji di rumah (Bapak Djmt) akan tetapi saya sering
kali tidak berangkat mengaji karena teman sebaya juga tidak
berangkat sehingga saya ikutan tidak berangkat.”
Selain beberapa anak di atas masih ada lagi anak yang
terkadang enggan untuk belajar mengaji yaitu Brk putra dari bapak
Fzn (24 08 2015)
“Bapak saya setiap hari menyuruh saya untuk belajar ngaji
ke tempat guru ngaji, ya waktunya sehabis maghrib tetapi
terkadang saya merasa malas mau mengaji karena sudah
capek, sehabis pulang sekolah tetapi saya usahakan untuk bisa
mengaji dan shalat lima waktu karena sebetulnya saya juga
ingin belajar lebih dalam soal agama”.
Meskipun ada anak yang kurang memperhatikan tentang
pentingnya Pendidikan Agama Islam namun ada juga anak yang
mempunyai antusias yang bagus mengenai pendidikan Islam
karena juga dorongan dari orang tua sekaligus anaknya juga
berminat untuk mengetahui lebih dalam mengenai pendidikan
agama Islam. Seperti yang terjadi pada saudara Fr wbsn putra
Bapak Mtd (22 08 2015)
54
“Keinginan saya untuk belajar mengaji memang sudah ada
dari kecil, saya disuruh orang tua saya untuk belajar agama
Islam dan dimulai dari dorongan orang tua tersebut saya
menjadi suka dan minat belajar mengaji di tempat guru ngaji”.
Selain saudara Fr Wbsn ada juga anak yang mempunyai
semangat dan minat untuk belajar mengaji yaitu saudara RU putra
Bapak Mkr (21 08 2015) :
“Keinginan saya untuk belajar mengaji terutama belajar
tentang agama memang tumbuh dari sejak kecil karena
dorongan sekaligus motivasi dari orang tua yang tidak henti-
hentinya mengarahkan saya untuk belajar agama lebih dalam”.
Pendidikan agama dalam keluarga Muslim di Desa Pulutan RW 03
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga berjalan dengan kurang efektif
karena antara harapan orang tua dengan keinginan anak berbeda atau
tidak sinkron satu sama lain. Pendidikan agama yang terjadi dalam
keluarga tidak berjalan secara maksimal sesuai dengan harapan orang
tua terutama dari faktor didikan orang tua.
Terdapat orang tua yang kurang memperhatikan anaknya sehingga
anaknya kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua begitu juga
minat dari anak itu sendiri merasa malas untuk belajar. Namun para
orangtua menginginkan agar anaknya mampu belajar pendidikan
agama dengan baik dan dapat berguna bagi keluarga, masyarakat dan
agama. Minat dari anak tentang pendidikan agama Islam pada
umumnya kurang bagus atau bisa dikatakan malas. Namun ada juga
anak yang tertarik dalam dunia pendidikan agama Islam. Adapun anak
yang minatnya bagus itu memang dirinya ingin belajar agama lebih
55
mendalam sehingga anak tersebut masuk belajar agama dipondok
pesantren dan itu dimulai dari faktor dukungan dari orang tua yang
senantiasa membimbing mengarahkan anaknya untuk belajar agama
secara lebih mendalam.
3. Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa
Pulutan RW 03
Model pendidikan agama dalam keluarga muslim merupakan
cara mendidik untuk dapat diterapkan dalam mendidik anak. Dalam
hal ini ada 2 model diantaranya digunakan dalam mendidik anaknya.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa warga Desa
Pulutan RW 03 mengenai bagaimana Model pendidikan Agama dalam
keluarga Muslim dapat diuraikan sebagai berikut:
Model pendidikan agama dalam Keluarga Muslim di Desa
Pulutan RW 03 itu ada 2 yaitu:
a. Model Otoriter
Model otoriter disini dijelaskan bahwa pendidikan yang
diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dididik secara keras atau
orang tua dalam mendidik anaknya bisa disebut egois, karena anak
harus sepenuhnya taat kepada orangtua. Hal seperti yang dilakukan
oleh Bapak Mtd (22 08 2015) yang berprofesi sebagai pedagang
makanan di warung kelontong miliknya sendiri, ia berpendidikan
56
lulusan SMA dengan mendidik anaknya agak keras dan anak harus
patuh kepadanya berikut pernyataannya dalam wawancara:
“Saya mendidik anak saya memang agak keras agar
patuh kepada saya, kadang sampai agak saya marahi gara-
gara tidak segera shalat. Wong ya dulu zaman saya itu,
orangtua justru lebih keras dalam mendidik anak dan
nyatanya memang jadi disiplin dan masih terbawa sampai
sekarang. Saya juga mau anak itu belajar dengan benar sesuai
dengan apa yang saya harapkan, kedepannya bisa menjadi
pribadi yang kuat, kalau anak saya salah ya saya hukum mas,
contohnya pada waktu belajar kok malah bermain ya saya
suruh pulang untuk belajar, saya begitu itu karena saya sangat
sayang kepada anak saya”.
Pernyataan dari orangtua diatas mencerminkan bahwa dalam
mendidik anak, Bapak Mtd (22 08 2015) termasuk menggunakan
model otoriter. Hal tersebut dapat diperjelas dengan hasil
wawancara yang dilakukan kepada saudara Fr Wbsn (22 08 2015)
putra bapak Mtd, berikut ini adalah hasil wawancara kepada
saudara Fr Wbsn:
“Bapak saya memang dari saya kecil itu keras dan
disiplin kalau masalah agama mas, katanya ngikut mbah
dulu memang keras kalau soal agama, apalagi tentang
shalat. Makanya saya dari lulus SD sudah dipaksa lanjut
sekolah sambil ngaji di Pondok Pesantren Futuhiyah
Mranggen, Demak. Sekarang juga saya kalau mau kuliah
harus yang berbasis Islam, makanya saya lanjut kuliah di
perguruan tinggi islam.
Orangtua dalam mendidik anaknya cenderung keras dan
disiplin sesuai dengan apa yang di perintahkannya model otoriter
adalah model yang yang tergolong kaku dalam mendidik anak,
anak disuruh patuh sepenuhnya kepada orangtua.
57
b. Model Demokratis
Model demokratis adalah model yang bercirikan adanya hak
dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam artian saling
melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan
menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin. Dalam
model demokratis kedua orangtua juga saling berpartisipasi dalam
pendidikan.
Berikut wawancara yang disampaikan oleh Bapak Mkr (21 08
2015) berprofesi sebagai pedagang yang berpendidikan lulusan
SMA:
“kalau saya ya pada awalnya memang memberikan
arahan kepada anak tentang pendidikan Islam dan pentingnya
pendidikan Islam itu dalam kehidupan, tetapi saya juga tidak
memaksakan kepada anak. Anak juga saya berikan kesempatan
untuk menyampaikan pendapatnya sendiri, wong ya kalau
dikerasi anak zaman sekarang malah nantinya melawan orang
tua. Lagi pula sudah tidak jamannya lagi orangtua itu keras
kepada anak”
.
Pernyataan dari orangtua diatas mencerminkan bahwa dalam
mendidik anak, Bapak Mkr termasuk menggunakan model
demokratis. Hal tersebut dapat diperjelas dengan hasil wawancara
yang dilakukan kepada saudara Rzu (21 08 2015) putra bapak Mkr,
berikut ini adalah hasil wawancara kepada saudara Rzu:
“Saya dididik oleh orang tua saya, memang kadang
dimarahi atau diingatkan apalagi kalau misalnya belum shalat
atau tidak mengaji. Namun juga bapak itu tidak langsung
marah-marah karena kadang menanyakan dulu alasan tidak
mengaji, biasanya saya tidak mengaji karena sedang banyak
PR”.
58
Berikut ini juga pernyataan dari Bapak Mgn (19 08 2015) yang
berprofesi sebagai pedagang makanan kecil-kecilan pendidikan
lulus SMP:
“Saya memang dalam mendidik anak tidak terlalu
mengekang anak ya adakalanya saya menasehatinya dan
kadang memarahinya apabila dia salah, tetapi saya juga
mengarahkan anak agar selalu sholat”.
Hal tersebut dapat diperjelas dengan hasil wawancara yang
dilakukan kepada saudara IS (19 08 2015) putra bapak Mgn,
berikut ini adalah hasil wawancara kepada saudara IS:
“Saya dididik oleh bapak saya mengenai belajar agama
kadang dimarahi terkadang juga tidak, ya melihat kesalahan
dari saya pribadi kalau saya tidak melaksanakan shalat saya
dimarahi oleh bapak saya”.
Berikut ini juga wawancara dengan bapak Nn (23 08 2015 )
yang berprofesi sebagai pedagang barang dagangan berpendidikan
lulus SMP:
“Saya mendidik anak saya M aw biasa mas, jarang tag
marahi karena anak saya kalau saya marahi malah malah
anaknya jadi malas mau belajar jadi ya saya biarkan mas
terkadang istri saya yang suka menasehati anak saya agar tidak
malas belajar”.
Hal tersebut dapat diperjelas dengan hasil wawancara yang
dilakukan kepada saudara M aw (23 08 2015) putra bapak Nn,
berikut ini adalah hasil wawancara kepada saudara M aw:
“Saya setiap hari di suruh bapak ibu saya untuk belajar
mengaji tetapi bapak saya dalam mendidik saya jarang
memarahi saya kurang memperhatikan saya karena
kesibukannya bekerja dan terkadang ibu saya yang suka
memberi nasihat pada saat saya tidak berangkat sekolah atau
belajar”.
59
Berikut ini yang disampaikan oleh bapak Fzn (24 08 2015)
yang berprofesi sebagai guru SD dengan pendidikan lulusan sarjana
S1:
“Ya, saya selalu berusaha memberikan contoh yang baik,
terkadang juga marah kalau anak saya tidak mendengarkan
perintah saya, tetapi saya menasehati guna mendidik,
membimbing serta mengarahkan anak saya, karena anak itu
sangat mudah meniru perilaku dari orang tuanya. Jadi, saya
harus memberikan contoh yang baik terhadap anak saya agar
anak saya menjadi anak yang berperilaku baik serta taat dalam
menjalankan perintah agama”.
Hal tersebut dapat diperjelas dengan hasil wawancara yang
dilakukan kepada saudara Brk (24 08 2015) putra bapak Fzn,
berikut ini adalah hasil wawancara saudara Brk:
“Saya dididik orangtua saya sejak kecil dicontohkan
dengan diberi arahan arahan oleh bapak agar bisa menjadi
anak yang berbakti kepada orang tua bisa mengaji bapak itu
orangnya juga tidak terlalu keras tidak langsung memarahi
saya kalau saya ada salah tapi lebih membimbing saya untuk
menasehati”.
Berikutnya juga disampaikan oleh bapak Slkn (20 08 2015)
yang berprofesi sebagai buruh harian dengan pendidikan lulus
SMP:
“Ya saya sudah mengarahkan anak untuk belajar dan saya
tidak terlalu mengekang anak. Saya suruh anak saya untuk
mengaji di guru ngaji ya jujur mas, karena saya juga kurang
bisa mengajari anak ngaji”.
Hal tersebut dapat diperjelas dengan hasil wawancara yang
dilakukan kepada saudara M zh (20 08 2015) putra bapak Slkn,
berikut ini adalah hasil wawancara saudara Mzh:
60
“Saya dididik oleh orangtua saya ya disuruh mengaji,
shalat bapak saya tidak terlalu mengekang saya mas, paling
juga mengarahkan saya untuk belajar”.
Dari Hasil wawancara diatas bahwa anak dididik oleh orang
tuanya dengan menggunakan model demokratis yaitu bersifat
fleksibel untuk perkembangan anak-anaknya adakalanya orang tua
harus memarahi anaknya dan adakalanya juga mengarahkan
membimbing anak agar menjadi anak yang taat pada orang tua dan
agama.
4. Metode Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa
Pulutan RW 03
Metode pendidikan agama dalam keluarga merupakan cara
yang penting yang harus dilakukan oleh para orang tua kepada
anaknya. Orang tua harus mendidik anak dengan semampunya.
Sebagian besar orang tua mendidik anak melalui keteladanan yaitu
dengan memberikan suri tauladan yang baik dengan memberikan
contoh seperti melaksanakan shalat terutama shalat lima waktu dan
juga memberikan pembelajaran yang baik untuk anak didiknya. Seperti
yang disampaikan oleh bapak Fzn (24 08 2015) berprofesi sebagai
guru sekolah dasar pendidikan lulus S1:
“Ya, saya selalu berusaha memberikan contoh yang baik,
terkadang juga saya nasehati guna mendidik, membimbing
serta mengarahkan anak-anak saya, karena anak itu sangat
mudah meniru perilaku dari orang tuanya. Jadi, saya harus
memberikan contoh yang baik terhadap anak saya agar anak
61
saya menjadi anak yang berperilaku baik serta taat dalam
menjalankan perintah agama”.
Demikian juga dengan Bapak Mgn (19 08 2015) berprofesi
sebagai pedagang makanan kecil pendidikan lulus SMP:
“Ya kalau menurut saya, mendidik anak dengan
memberikan contoh yang baik seperti shalat mengaji membaca
Al-Qur’an itu penting untuk diajarkan kepada anaknya dan itu
harus dimulai dari orang tua dulu agar anak dapat meniru
perilaku orang tuanya karena orang tua itu sebagai contoh
untuk anaknya”.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Slkn (20 08 2015) yang
berprofesi sebagai buruh serabutan dengan pendidikan lulusan SMP
mengatakan:
“Saya masih kurang dalam memberikan contoh yang baik
kepada anak-anak, karena saya sendiri sebetulnya kurang
begitu paham tentang agama, jadi saya tidak bisa mengajarkan
mereka tentang shalat atau mengaji secara langsung, tetapi
kalau masalah berperilaku insya Allah saya berperilaku baik
terhadap anak”.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Mtd (22 08 2015) yang
berprofesi sebagai pedagang makanan dengan pendidikan lulusan
SMA mengatakan:
“Insya Allah saya sudah memberikan teladan yang baik
saya dalam mendidik anak, memberikan contoh yang baik
untuk membaca Al-qur’an sehingga anak-anak akan meniru
dan mencontoh orang tuanya begitu mas ketika saya mendidik
anak-anak saya”.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Mkr (21 08 2015) yang
berprofesi sebagai pedagang makanan dengan pendidikan lulusan
SMA mengatakan:
62
“Ya sebagai orang tua saya berusaha memberikan contoh
yang baik bagi anak saya agar anak tahu bahwa orang tuanya
selalu mencontohkan hal-hal yang baik sehingga anak juga ikut
menjalankan mas dengan berbuat baik”.
Berikut ini juga disampaikan oleh bapak Nn (23 08 2015) yang
berprofesi sebagai buruh dengan pendidikan lulus SMP mengatakan :
“Ya saya sudah berusaha memberikan teladan yang baik
dengan mencontohkan shalat untuk anak saya namun, saya
juga sibuk bekerja dan istri saya yang seringkali memberikan
nasehat pada anak”.
Pada Dasarnya, kebutuhan anak akan didikan orang tua sangat
di perlukan bagi anak sebagai figur teladan bagi anak sekaligus contoh
sebagai proses peniruan anak untuk mencontoh teladan orang tua.
Pendidik terutama orang tua harus mampu memilih kebiasaan yang
baik untuk dilatih sejak dini pada anak-anaknya.
63
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pembahasan hasil penelitian
dengan mencoba memberikan interpretasi atau pemahaman terhadap hasil
penelitian yang dilakukan. Upaya ini didasarkan pada persepsi bahwa tujuan
utama dari penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman makna atas
realitas yang terjadi. Bersamaan dengan langkah ini penulis juga berusaha
melakukan analisis dengan cara mencari hubungan yang mungkin terjadi, antara
kenyataan-kenyataan yang ditemukan di lapangan dengan teori yang sudah ada,
sehingga hasil penelitian menjadi lebih bermakna. Berdasarkan hasil penelitian
tentang Model Pendidikan Agama dalam keluarga muslim di Desa Pulutan RW 03
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana model pendidikan Agama Islam,
problematika pendidikan agama dalam keluarga muslim Tahun 2015. Uraian
secara rinci sebagai berikut:
A. Problematika Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa
Pulutan RW 03
Dalam dunia pendidikan pasti muncul permasalahan dalam setiap
pelaksanaannya, baik itu di dalam pemerintahan, sekolah maupun dalam
keluarga. Dalam melaksanakan pendidikan, peran keluarga tidak bisa
dianggap remeh, karena lingkungan pertama yang mempunyai peran penting
dalam pendidikan adalah lingkungan keluarga. Di sinilah anak dilahirkan,
64
dirawat, dan dibesarkan. Di sini juga proses pendidikan berawal. Orang tua
adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru agama,
bahasa, dan sosial bagi anak. Karena, Orang tua adalah orang yang pertama
mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dalam keluarga
terjadi interaksi antara orangtua dengan anak. Dengan mendidik, orang tua
sangat berperan dalam proses pendidikan yang akan diterapkan kepada anak.
Peran keluarga dalam pendidikan meliputi:
1. Dalam bidang Jasmani dan kesehatan anak
Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong
pertumbuhan anak-anaknya dari segi jasmaniah, baik aspek perkembangan
maupun dari aspek perfungsian. Didalamnya termasuk perlindungan,
pengobatan dan pengembangan untuk menunaikan tanggung jawab.
2. Dalam bidang pendidikan akal (intelektual)
Walaupun pendidikan akal dikelola oleh institusi-institusi yang
khusus, tetapi keluarga masih tetap memegang peranan penting dan tidak
dapat dibebaskan dari tanggung jawab. Anak-anak tidak akan menikmati
perkembangan akal yang sempurna, kecuail jika mereka mendapat
pendidikan akal dan mendapat kesempatan yang cukup di rumah.
3. Dalam bidang pendidikan agama
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan
kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-
anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama (Ahid, 2010:137-140).
65
Problematika pendidikan agama dalam keluarga Muslim di Desa
Pulutan RW 03 dapat teratasi dengan baik apabila orang tua bisa
menerapkan peran orang tua dengan sebaik-baiknya dan anak juga harus
meningkatkan belajar agama Islam sehingga terjadi kesesuaian antara
tujuan orang tua dalam mendidik anaknya.
Zakiyah Darajat (1993:23) menyatakan bahwa rasa kasih sayang
adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok dalam kehidupan manusia. Anak
kecil yang merasa kurang disayangi oleh orang tuanya akan menderita
hatinya, kesehatan badan akan menurun, kecerdasannya juga mungkin
akan semakin berkurang, dan kelakuannya mungkin akan menjadi nakal,
keras kepala dan sebagainya.
Problematika pendidikan agama pada anak, pada dasarnya tidak
hanya terjadi di Desa Pulutan RW 03, mungkin pada saat ini banyak
terjadi di Desa-desa bahkan sampai terjadi di keluarga daerah perkotaan.
Problematika yang terjadi di Desa Pulutan RW 03 merupakan fenomena
kejadian yang realistis terjadi dalam keluarga. Bahwa orang tua terkadang
sulit mendidik anaknya karena orang tua yang sibuk bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga anak menjadi kurang
perhatian, kurang bimbingan arahan ditambah lagi faktor minat anak yang
kurang memperhatikan akan pentingnya pendidikan agama Islam. Disini
sangat diperlukan usaha orang tua yang harus selalu mendidik mengontrol
anaknya agar anak tersebut menjadi tertarik untuk belajar agama Islam.
66
Problematika yang terjadi pada anak di Desa Pulutan Rw 03
meliputi faktor lingkungan, teman sebaya yang nakal dan sekaligus
perkembangan teknologi yang semakin maju serta minat anak yang kurang
memperhatikan tentang pentingnya belajar agama Islam. Lingkungan
yang kurang mendukung menjadi problem bagi anak di Desa Pulutan Rw
03 sehingga gairah semangat anak menjadi menurun, akibatnya anak
menjadi malas belajar dan malas untuk berangkat mengaji. Anak ketika
mau berangkat mengaji dan bertemu teman-teman sebaya yang tidak
mengaji akibatnya menjadi terpengaruh untuk tidak berangkat mengaji.
Mereka anak harus pandai-pandai memilih teman agar tidak terjerumus
kedalam hal-hal yang kurang bermanfaat. Orang tua juga harus ikut andil
dalam mengatasi problem anak tersebut.
Keteladanan dari orang tua sangat diperlukan bagi anaknya dalam
melaksanakan pendidikan Islam karena, orang tua adalah contoh teladan
yang paling mudah ditiru dan dekat dengan anak. Namun dalam keluarga
muslim di Desa Pulutan Rw 03 ada beberapa orang tua yang masih
kurang bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Dalam
keluarga seperti ini, para orang tua lebih menyerahkan anaknya kepada
guru atau tokoh yang dirasa patut ditiru oleh anak-anaknya. Ketidak-
mampuan orang tua dalam hal memberikan contoh yang baik disebabkan
kurangnya pengetahuan tentang agama, kesibukan dalam bekerja, dan
merasa bahwa dirinya kurang baik untuk menjadi contoh anaknya.
67
Dapat dilihat dari sebab diatas bahwa orang tua merupakan
pendidik yang paling utama dalam mendidik anaknya sehingga perilaku
yang dilakukan oleh orang tua akan mempengaruhi perkembangan pada
anaknya. Orangtua di Desa Pulutan Rw 03 yang sibuk bekerja untuk
meningkatkan ekonomi keluarga, terkadang mempunyai sedikit waktu
luang untuk berinteraksi dan berkumpul dengan anak-anaknya, orangtua
bisa berkumpul pada anak sehabis kerja padahal, orang tua sudah lelah
capek dan butuh istirahat, sehingga proses interaksi dengan anak menjadi
tidak kondusif.
Jadi, problematika pendidikan agama dalam keluarga muslim di
Desa Pulutan RW 03 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
perhatian, teladan dari orang tua serta faktor minat belajar anak dalam
mempelajari ilmu agama. Namun faktor minat belajar anak untuk
mempelajari ilmu agama merupakan faktor yang paling berpengaruh,
karena keinginan belajar anak tidak sesuai dengan harapan yang
diinginkan orang tua.
B. Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa Pulutan RW
03
Model pendidikan agama adalah kerangka konseptual atau cara
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, bimbingan dan
pelatihan.
68
Adapun tujuan utama Model pendidikan Agama adalah membina dan
mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus
mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat
Islam secara benar sesuai pengetahuan agama (Sa’id, 1994: 38). Tujuan akhir
Model pendidikan Agama Islam adalah berkaitan dengan penciptaan manusia
dimuka bumi ini yaitu membentuk manusia sejati, manusia abid, yang selalu
mendekatkan diri kepada Allah, melekatkan sifat-sifat Allah dalam
pribadinya, dan menjalankan fungsi-fungsi kehidupannya sebagai khalifatul
fil ard (Ahid, 2010: 46). Menjadi manusia yang berakhlaq mulia dan berbudi
pekerti luhur yang di ridhoi Allah Swt.
Dari hasil penelitian penulis tentang model pendidikan Agama dalam
keluarga muslim di desa Pulutan RW 03, penulis dapat menyimpulkan bahwa
model pendidikan agama yang diterapkan di desa Pulutan RW 03 meliputi 2
model tetapi yang berlaku hanya dua model.
1. Model Pendidikan Otoriter
Model pendidikan otoriter merupakan pendidikan yang keras di
bandingkan model pendidikan yang lain. Pengasuhan dari orangtua yang
kaku, diktator dan memaksa anak untuk patuh terhadap aturan-aturan yang
diberikan oleh orangtua tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak
tentang guna dan alasan dibalik aturan tersebut. Orangtua cenderung
mengekang keinginan anaknya. Dengan persepsi nilai-nilai, sikap dan
perilaku demikian seorang kepala keluarga yang otoriter dalam praktek
akan menggunakan model pendidikan sebagai berikut:
69
a. Menuntut ketaatan penuh dari para anggota keluarga,
b. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan,
c. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi,
d. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya
penyimpangan oleh anggota keluarga (Sondang Siagian, 1999: 31).
Mendidik dengan otoriter ada kelebihan juga ada kekurangannya.
Misalnya orang tua mendidik melalui Hukuman. Mendidik melalui
hukuman yang dilakukan oleh para orangtua di Desa Pulutan RW 03 yaitu
untuk mendidik anak supaya mereka mempunyai kebiasaan-kebiasaan
baik ketika besar.
Model pendidikan agama yang diterapkan pada anak di Desa Pulutan
RW 03 yang meliputi model otoriter ini hanya sedikit orangtua yang
menggunakan model ini. Orang tua mendidik anaknya dengan keras,
dengan menghukum anaknya ketika anaknya salah. Tetapi yang terjadi di
Desa Pulutan Rw 03, sekeras-kerasnya orang tua dalam mendidik dan
menghukum anak tidak ada tindakan atau kontak fisik. Orangtua berusaha
keras agar anaknya tidak melakukan kesalahan. Contohnya: ketika anak
belum melaksakan shalat dan dipantau oleh orangtua anak tersebut tidak
langsung di hukum, tetapi disuruh melaksanakan shalat walaupun
melaksanakan shalat tidak tepat waktu. Tetapi jika anak tidak
melaksanakan shalat secara terus-menerus orang tua menghukum anaknya
dengan keras. Hukuman yang dilakukan oleh orangtua merupakan model
terburuk, maksudnya anak dihukum dengan keras tetapi kondisi tertentu
70
harus digunakan agar anak menjadi disiplin dan menghargai waktu. Oleh
karena itu, hendaknya diperhatikan ketika orangtua mendidik anaknya
dengan menggunakan hukuman agar anak tidak menjadi takut atas
hukuman yang telah diberikan kepadanya.
2. Model Pendidikan Demokratis
Model pendidikan demokratis adalah model yang seimbang antara
menghukum anak dengan mengarahkan anak dengan baik. Artinya orang
tua dalam mendidik anak fleksibel. Model demokratis adalah model yang
bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak sama. Dalam
artian saling melengkapi. Anak dilatih untuk bertanggung jawab dan
menentukan perilakunya sendiri agar dapat disiplin.
Ditinjau dari persepsinya, kepala keluarga yang demokratis biasanya
memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai
unsur dan komponen keluarga, sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
Mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Kepala
keluarga yang demokratis memperlakukan anggota keluarga sebagai
wahana untuk mencapai tujuan bersama. Kepala keluarga bersikap
fleksibel dalam mendidik anak (Sondang, 1999:42).
Model demokratis ini banyak terdapat di Desa Pulutan RW 03.
Model ini kebanyakan terjadi dalam keluarga dimana orangtua
membimbing mengarahkan anak demi menjunjung harkat dan martabat
keluarga. Di Desa Pulutan RW 03 kebanyakan orang tua dalam mendidik
memberi arahan kepada anaknya tidak langsung memarahi ketika anaknya
71
melakukan kesalahan. Contoh ketika anak tidak belajar, orang tua hanya
mengingatkan untuk belajar, tidak marah-marah yang menimbulkan
ketakutan bagi anak.
Model yang demokratis banyak disukai anak di Desa Pulutan RW 03
karena orang tua dalam mendidik tidak keras, tidak kaku mengikuti
perkembangan yang terjadi pada anak. Demokratisnya orang tua di Desa
Pulutan RW 03 ketika anak salah, maka orang tua tetap membimbing
mengarahkan memantau perkembangan anaknya agar bisa menjadi anak
yang shaleh dan saleha taat pada orang tua dan taat dalam menjalankan
perintah agama. Ketika anak tidak berangkat mengaji orang tua juga
memberikan arahan yang terkadang orangtua tersebut marah kepada anak.
Orangtua marah kepada anaknya dalam artian memberikan pemahaman
kepada anak agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang tidak bermanfaat.
Model demokratis yang terjadi di Desa pulutan RW 03 ini ternyata masih
terdapat orangtua yang cenderung kurang memperhatikan anaknya karena
kurangnya pengetahuan orang tua dalam mendidik anaknya sehingga
anaknya dititipkan kepada guru ngaji untuk belajar ilmu-ilmu agama.
3. Tidak ada Model Laissez Faire (bebas)
Model Laissez faire adalah suatu sistem dimana si pendidik
menganut kebijaksanaan tidak ikut campur. Pada model ini anak
dipandang sebagai anak yang berkepribadian bebas, anak adalah subjek
yang dapat bertindak dan berbuat sesuai dari hati nuraninya. Orang tua
membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa yang
72
diinginkannya, kebebasan sepenuhnya diberikan kepada anak. Orang tua
seperti ini cenderung kurang perhatian dan acuh-tak acuh terhadap
anaknya.
Berdasarkan pada model ini penulis tidak menemukan hasil
penelitian yang menggambarkan orang tua di Desa Pulutan Rw 03
mendidik anaknya dengan model Laissez faire atau dengan cara bebas
artinya orang tua tidak memperhatikan sama sekali tentang perkembangan
anaknya. Model Laissez faire seperti ini merupakan menelantarkan anak.
Orangtua kurang memperhatikan perkembangan si anak dan anak
dibiarkan berkembang sendiri tanpa pengawasan orangtua, orangtua lebih
memprioritaskan kepentingan sendiri.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan Penulis
kepada keluarga Muslim di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga, orang tua di Desa tersebut hanya menerapkan dua model
pendidikan yaitu model otoriter dan model demokratis. Hanya sebagian
kecil orang tua mendidik dengan model otoriter dan mayoritas orang tua
mendidik dengan menggunakan model demokratis. Mereka menginginkan
agar anak bisa lebih baik dari orangtua dan menjadi anak yang saleh dan
saleha, dapat berbakti kepada orangtua, bisa berguna bagi keluarga,
agama, dan negara. Sedangkan model Laissez Faire tidak digunakan oleh
orang tua dalam mendidik anak atau bahkan di desa Pulutan RW 03 bisa
dikatakan tidak menggunakan model tersebut.
73
Para orang tua dalam keluarga muslim mendukung tentang
pendidikan agama bagi anaknya, karena menurut mereka pendidikan
agama itu harus dilaksanakan dan diajarkan kepada anak sejak usia dini.
Mereka menginginkan agar anak dapat menjalankan apa yang
diperintahkan oleh ajaran Islam, seperti mengerjakan shalat, puasa, zakat
dan lain-lain.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka penulis
menyimpulkan hasil penelitian bahwa model pendidikan Agama dalam
keluarga muslim di Desa Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga sebagai berikut:
1. Problematika Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa
Pulutan RW 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015
Problematika pendidikan Agama dalam keluarga muslim
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor perhatian dari orangtua,
teladan dari orang tua serta faktor teknologi yang sangat mempengaruhi
dalam proses belajar, sekaligus minat anak dalam mempelajari ilmu
agama yang kurang. Orang tua kurang memperhatikan secara seksama
dalam mendidik anaknya. Minat belajar anak dalam mempelajari ilmu
agama merupakan faktor yang paling berpengaruh, karena keinginan
belajar anak tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan orang tua.
Disamping kendala tersebut, faktor teknologi juga mempengaruhi anak
dalam proses belajar, anak yang sudah terpengaruh dengan handphone,
laptop, tablet, cenderung malas untuk belajar agama secara lebih
mendalam.
75
2. Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim di Desa Pulutan
RW 03 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2015
Dari model pendidikan agama keluarga muslim yang meliputi
Model Otoriter, Demokratis dan Laissez Faire. Orangtua dalam
mendidik anaknya mayoritas mendidik dengan model demokratis.
Orangtua yang mendidik secara otoriter hanya sedikit jumlahnya.
Hanya ada 1 responden dari 6 orangtua di Desa Pulutan RW 03 yang
mendidik dengan model otoriter yaitu orangtua mendidik anaknya
dengan keras dengan menghukum anaknya ketika salah, tetapi sekeras-
kerasnya orangtua dalam mendidik anaknya tidak ada tindakan kontak
fisik. Orangtua berusaha keras agar anaknya tidak melakukan
kesalahan. Sedangkan mayoritas orangtua yang mendidik anaknya
dengan model demokratis ada 5 responden. Orangtua tersebut mendidik
anaknya dengan memberi arahan kepada anaknya, tidak langsung
memarahi ketika anaknya melakukan kesalahan. Pada saat orangtua
sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk mengajari
anaknya mengaji, orangtua tersebut tetap memberikan arahan kepada
anaknya untuk mengaji dengan cara menitipkan anaknya kepada guru
ngaji, sebagai tanggung jawab orangtua terhadap anak.
Pendidikan agama dalam keluarga muslim belum terlaksana
dengan baik, meskipun para orang tua menganggap bahwa pendidikan
Islam itu sangat penting.
76
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Karena orang tua sebagai figur anak dalam keluarga hendaknya agar
lebih menyayangi, memperhatikan dan memberikan fasilitas yang baik
kepada anak-anaknya. Orang tua juga harus bisa menjadi contoh yang
baik bagi anak-anak dan mendorong serta membimbing untuk selalu
disiplin dalam hal melaksanakan pendidikan Islam.
2. Anak hendaklah memperbanyak mengikuti kajian-kajian keislaman
dengan menambah pengalaman melalui buku-buku keislaman
kemudian berusaha mengamalkan dalam perbuatan, pergunakan waktu
sebaik mungkin dan tunjukkan prestasi bagi keluarga, masyarakat,
bangsa dan agama, serta berhati-hatilah dengan menetapkan hati dalam
keimanan yang kokoh, hidup hanya sekali hiduplah yang berarti untuk
bekal hidupmu nanti.
3. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat mempunyai peran yang
penting dalam pendidikan Islam bagi anak. Oleh karena itu perlu
diciptakan suasana yang mendukung akan hal itu baik dilingkungan
keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Faktor
lingkungan yang baik juga akan memberikan pengaruh yang baik bagi
pertumbuhan jiwa anak, memilih teman yang baik adalah anjuran yang
penting untuk menjadi anak yang baik saleh dan salehah yang diridhoi
Allah Swt.
77
4. Apabila orangtua belum bisa mendidik anak secara maksimal
hendaknya orang tua menitipkan anaknya di guru mengaji ataupun
menyuruh anaknya untuk belajar di pondok pesantren agar bisa belajar
tentang pendidikan agama secara lebih mendalam, sehingga dapat
membentuk generasi pemuda yang Islami berlandaskan sesuai Al-
qur’an dan Al-hadist.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Abdurrahman An-Nahlawi. 1995, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan
Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.
Achmadi, 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga.
_______. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media.
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka cipta.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. Bandung: PT.
Syaamil Cipta Media.
Djamarah.2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Fatchurrohman. 2012. Kemitraan Pendidikan Relasi Sinergis antara Sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Salatiga: STAIN Salatiga press.
Ghani, Junaidi. 1997. Dasar-Dasar Pendidikan Kualitatif, Prosedur, Teknik dan
Teori Grounded. Surabaya: PT. Bila Ilmu.
Indrafachrudi, Soekarto. 1983. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mardalis. 2007. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Pt Bumi
Aksara.
Masrin. Surya. 2009. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedeka
Kampung di Desa Peradong Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten
Bangka Barat. Bangka Barat: Jurusan Tarbiyah.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mujib, Abdul & JusufMudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Nawawi, Hadari. 1993, Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Poerwadarminta.2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Ramayulis.2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif
di sekolah, keluarga, dan masyarakat.Yogyakarta.
Sagala, Syaiful. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:
Nimas Multima
Said, Jalaludin Usman. 1994. Filsafat pendidikan agama Islam konsep dan
perkembangan pemikirannya. Jakarta: Raja Grafindo
Shochib, Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri.Jakarta:Rineka Cipta.
Siagian, Sondang. 1999. Teori dan Praktek Kepemimpinan.Jakarta: Rineka cipta.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Suwarno. 1995. Pengantar Umum Pendidikan. Surabaya: Aksara Baru.
Suwarno, Wiji.2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa
Uhbiyah, Nur. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Darajat, Zakiyah. 1993. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.
Bandung:PT. Rosdakarya.
_______. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga. Bandung: CV Rohanna.
LAMPIRAN
Nama : Bapak Nn
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Minggu, 23 agustus 2015
Jam : 13.00 wib
Lokasi : Rumah Bapak Nn
Sumber Data : Bapak Nn
Pendidikan : Lulus SMP
A. Keluarga muslim
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga muslim?
a. Menurut bapak/ibu, seberapa penting pendidikan Islam bagi anak? Ya
penting menurut saya pendidikan agama islam itu sebagai bekal sarana
untuk beribadah kepada Allah Swt.
b. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pendidikan agama Islam bagi
anak, terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi
anak? Kalau menurut saya ya penting untuk bisa membaca Al-qur’an
karena kita sebagai seorang muslim harus bisa membaca Al-qur’an dan
penting juga ketika diajarkan kepada anak.
c. Menurut bapak/ibu, apakah pendidikan Islam bagi anak di desa ini sudah
bagus? Kalau menurut saya, pendidikan di desa ini sudah lumayan bagus
karena di desa ini banyak guru ngaji tetapi anak yang minat cuma sedikit.
d. Apa cara yang telah bapak/ibu lakukan dalam mendidik anak? Anak saya,
saya titipkan pada guru ngaji untuk belajar ilmu-ilmu agama karena saya
sendiri untuk mengajar ngaji juga belum bisa sepenuhnya.
e. Menurut bapak/ibu, cara apa yang paling baik untuk digunakan dalam
mendidik anak? Kalau menurut saya cara yang paling baik adalah
dititipkan pada guru ngaji untuk belajar agama.
f. Apakah Anda selalu memberikan contoh teladan yang baik pada anak? Ya
saya sudah berusaha memberikan teladan yang baik dengan mencontohkan
shalat untuk anak saya namun, saya juga sibuk bekerja dan istri saya yang
seringkali memberikan nasehat pada anak.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut bapak/ibu, apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan
Islam bagi anak? Menurut saya hambatan yang paling utama adalah
faktorb lingkungan karena apabila ada teman yang malas ngaji anak saya
juga ikut-ikutan malas.
b. Apakah Bapak/Ibu sering memperhatikan pendidikan Islam anak, seperti
dengan menyuruh anak anda untuk mengerjakan salat 5 waktu? Jujur saja
saya kurang memperhatikan karena saya juga sibuk bekerja sehingga
perkembangan anak kurang saya perhatikan paling ketika saya dirumah
saya menyuruh anak untuk shalat tetapi kalau diluar rumah tidak.
c. Bagaimana minat anak bapak/ibu terhadap Pendidikan Islam? Kalau saya
lihat anak saya itu merasa malas ketika saya menyuruhnya untuk mengaji,
dia pamit dari rumah mengaji tetapi malah kumpul bersama temannya di
gardu dan saya sudah menegurnya berkali-kali untuk tidak mengulanginya
lagi.
d. Apakah selama ini bapak/ibu sudah menyiapkan fasilitas pendidikan yang
memadai pada anak? Saya belum menyiapkan fasilitas sepenuhnya hanya
saja anak saya belikan al-qur’an untuk mengaji dan alat-alat sekolah untuk
kebutuhan sekolah.
Nama : M aw
Umur :16 tahun
Pekerjaan : pelajar
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Minggu,23 agustus 2015
Jam : 20.00 Wib
Lokasi : Rumah M aw
Sumber Data : M aw
B. Anak
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim?
a. Menurut Saudara, seberapa penting pendidikan Islam bagi saudara? Ya
penting mas, karena pendidikan islam itu mengajarkan kebaikan untuk
belajar membaca Al-qur’an salat puasa.
b. Bagaimana menurut saudara tentang pendidikan agama Islam , terutama
dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi saudara ?
Kalau menurut saya membaca al-qur’an shalat, puasa merupakan
kewajiban yang diperintah Allah swt tetapi untuk menjalankan itu semua
harus belajar dan saya jujur sering bolong-bolong kalau shalat.
c. Bagaimana orang tua saudara dalam mendidik saudara? Orang tua saya
ketika mendidik saya ya diajarkan membaca Al-qur’an mencontohkan
dengan baik serta memberikan nasehat-nasehat ketika saya merasa malas
untuk belajar.
d. Bagaimana minat saudara terhadap Pendidikan Islam? Saya kurang
berminat belajar agama karena susah dan saya sering dimarahi pada waktu
mengaji karena saya blum bisa membaca Al-qur’an secara lancar.
e. Bagaimana sikap orang tua saudara ketika saudara tidak melaksanakan
perintah mengenai pendidikan agama yang meliputi shalat, membaca Al-
qur’an? Ya orang tua biasanya saya disuruh shalat, dan disuruh untuk
mengaji di guru ngaji di desa, ya biasa mas menyuruh saya belajar ngaji
kadang orang tua bersikap biasa ketika saya tidak mengaji terkadang juga
saya di nasehati sama bapak.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut saudara apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan Islam
bagi saudara? Saya merasa malas karena sewaktu mengaji saya sering di
marah-marahi oleh guru ngaji saya , dikarenakan saya belum bisa
membaca Al-qur’an secara benar dan lancar.
Nama : Bapak Mkr
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta pedagang
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Jum’at,21 agustus 2015
Jam : 13.00 Wib
Lokasi : Rumah bapak Mkr
Sumber Data : Bapak Mkr
Pendidikan : Lulus SMA
A. Keluarga muslim
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga muslim?
a. Menurut bapak/ibu, seberapa penting pendidikan Islam bagi anak? Menurut
saya sangat penting karena pendidikan untuk anak kalau tidak didasari oleh
pendidikan agama anak akan tidak thu norma-norma agama.
b. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pendidikan agama Islam bagi anak,
terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi anak?
Menurut saya juga penting mendidik anak dengan dimulai mengajarkan
membaca Al-Qur’an supaya anak lebih mengenal ayat-ayat Al-qur’an sebagai
acuan dalam belajar agama Islam.
c. Menurut bapak/ibu, apakah pendidikan Islam bagi anak di desa ini sudah
bagus? Menurut saya belum begitu bagus karena di desa ini rata-rata dorongan
dari orang tua untuk pendidikan anak kurang sehingga mengakibatkan anak
juga enggan untuk belajar agama.
d. Apa cara yang telah bapak/ibu lakukan dalam mendidik anak? Ya saya sudah
mengarahkan anak untuk belajar agama memberikan contoh yang baik bagi
anak dan menyediakan fasilitas yang cukup bagi anak dan saya juga
membiayai kebutuhan-kebutuhan yang lain dan saya mendidik anak tidak
kaku kok kadang saya berikan arahan kepada anak saya tidak serta merta
marah-marah kepada anak.
e. Menurut bapak/ibu, cara apa yang paling baik untuk digunakan dalam
mendidik anak? Memberikan contoh atau suru tauladan yang baik kalau
sekiranya orang tua tidak mampu mendidika anak dengan baik sebaiknya anak
di masukkan di pondok pesantren.
f. Apakah Anda selalu memberikan contoh teladan yang baik pada anak? Ya
sebagai orang tua saya berusaha memberikan contoh yang baik bagi anak
saya. Agar anak tahu bahwa orang tuanya selalu mencontohkan hal-hal yang
baik sehingga anak juga meniru mas dengan berbuat baik.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut bapak/ibu, apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan
Islam bagi anak? Hambatan saya dalam pendidikan saya tidak bisa
mengawasi anak secara maksimal karena saya juga sibuk bekerja untuk
kebutuhan sehari-hari.
b. Apakah Bapak/Ibu sering memperhatikan pendidikan Islam anak, seperti
dengan menyuruh anak anda untuk mengerjakan salat 5 waktu? Ya tentu,
saya setipa hari selalu memperhatikan perkembangan-perkembangan anak
namun, saya juga tidak bisa memantau dalam shalat lima waktu secara
intensif karena anak juag mempunya kewajiban untuk belajar di
sekolahan.
c. Bagaimana minat anak bapak/ibu terhadap Pendidikan Islam? Minat anak
saya terhadap pendidikan agama islam saya kira juga berminat dalam
mendalami ilmu tersebut karena saya amati perkembangan anak saya lebih
tertarik dalam hal agama.
d. Apakah selama ini bapak/ibu sudah menyiapkan fasilitas pendidikan yang
memadai pada anak? Saya rasa sudah tetapi saya juga membatasi dalam
menyiapkan fasilitas-fasilitas pada anak agar tidak begitu terpengaruh
dengan hal-hal yang tidak di inginkan.
Nama : Reza Ubaidillah
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : pelajar
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : 21 agustus 2015
Jam : 14.00 wib
Lokasi : rumah reza ubaidillah
Sumber Data : Reza Ubaidillah
B. Anak
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim?
a. Menurut Saudara, seberapa penting pendidikan Islam bagi saudara? Sangat
penting karena pendidikan agama adalah pendidikan paling utama di
bandingkan dengan pendidikan yang luat
b. Bagaimana menurut saudara tentang pendidikan agama Islam , terutama
dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi ? Menurut
saya itu merupakan hala yang wajib dilakukan sebagai seorang muslim
saya mersa bahwa anak adalah generasi penerus bagi para orang tua.
c. Bagaimana minat saudara terhadap Pendidikan Islam? Sebenarnya saya
berminat mendalami ilmu-ilmu agama tetapi saya juga terpengaruh
lingkungan sehingga saya terkadang tidak mengaji
d. Bagaimana orang tua saudara dalam mendidik saudara mengenai
pendidikan agama yang meliputi shalat, membaca Al-qur’an? Kalau
menurut saya orang tua sudah berusaha berusaha maksimal mendidik dari
mengarahkan saya dalam hal membaca al-qur’an.
e. Bagaimana sikap orang tua anda ketika saudara tidak menjalankan
perintah agama shalat, membaca Al-qur’an? Ya orang tua saya melihat
saya dulu mas tidak langsung memarahi saya dan menyuruh saya untuk
segera melaksanakan perintah agama tersebut.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut saudara apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan Islam
bagi saudara? Yang menjadi hambatan saya adalah jujur kalau saya sendiri
kurang berminat dalam hal mempelajari pendidikan Islam karena saya lebih
tertarik dalam bidang elektronik.
Nama : Bapak Mgn
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta pedagang
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Rabu,19 agustus 2015
Jam : 15.30 wib
Lokasi : Rumah bapak Mgn
Sumber Data : Bapak Mgn
Pendidikan : Lulus SMP
A. Keluarga muslim
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga muslim?
a. Menurut bapak/ibu, seberapa penting pendidikan Islam bagi anak?Menurut
saya pendidikan agama Islam itu penting karena dapat membentuk perilaku
yang baik untuk dirinya sendiri dan juga lingkungannya”.
b. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pendidikan agama Islam bagi anak,
terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi anak?
Menurut saya juga penting mendidik anak dengan dimulai mengajarkan
membaca Al-Qur’an untuk praktek shalat sebagai pondasi karena shalat
sebagai kewajiban umat muslim untuk menjalankan kewajiban.
c. Menurut bapak/ibu, apakah pendidikan Islam bagi anak di desa ini sudah
bagus? Menurut saya belum begitu bagus karena di desa ini rata-rata
dorongan dari orang tua untuk pendidikan anak kurang sehingga
mengakibatkan anak juga enggan untuk belajar agama.
d. Apa cara yang telah bapak/ibu lakukan dalam mendidik anak? Ya saya
sudah mengarahkan anak untuk belajar dan saya tidak terlalu mengekang
anak.
e. Menurut bapak/ibu, cara apa yang paling baik untuk digunakan dalam
mendidik anak? Ya gini mas caranya pelan-pelan dulu kita mendidik anak
lalu kita arahkan dengan memberi ontoh yang baik dulu.
f. Apakah Anda selalu memberikan contoh teladan yang baik pada anak? Ya
tentu mas, sebagai orang tua saya berusaha memberikan contoh yang baik
bagi anak saya semampu saya.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut bapak/ibu, apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan
Islam bagi anak? Hambatannya mas kalau saya sendiri terkadang saya juga
sibuk bekerja pulang sudah kesel harus istirahat anak terkadang juga kurang
saya perhatikan.
b. Apakah Bapak/Ibu sering memperhatikan pendidikan Islam anak, seperti
dengan menyuruh anak anda untuk mengerjakan salat 5 waktu? Ya tentu,
saya setiap hari selalu memperhatikan perkembangan-perkembangan anak
namun, saya juga tidak bisa memantau dalam shalat lima waktu secara lebih
karena saya juga bekerja.
c. Bagaimana minat anak bapak/ibu terhadap Pendidikan Islam? Minat anak
saya terhadap pendidikan agama islam kayanya kurang berminat untuk itu
saya harus selalu mengarahkan agar jangan sampai tidak melaksanakan
sahalat lima waktu.
d. Apakah selama ini bapak/ibu sudah menyiapkan fasilitas pendidikan yang
memadai pada anak? Ya belum sepenuhnya mas, kalau anak saya mintanya
macam-macam ya tidak saya kasih.
Nama : Saudara IS
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Pelajar lulus SMA
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Rabu, 19 agustus 2015
Jam : 20.00 Wib
Lokasi : Diwarung kelontong JB
Sumber Data : Saudara IS
B. Anak
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim?
a. Menurut Saudara, seberapa penting pendidikan Islam bagi saudara? ya
penting karena pendidikan agama adalah pendidikan paling utama di
bandingkan dengan pendidikan yang lain.
b. Bagaimana menurut saudara tentang pendidikan agama Islam,
terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi
saudara ? Menurut saya, ya penting mas, masak ya orang islam tidak
bisa membaca Al-qur’an ya saya sedikit-sedikit bisa membaca Al-
qur’an ya shalat juga penting mas.
c. Bagaimana minat saudara terhadap Pendidikan Islam? Sebenarnya
saya berminat mendalami ilmu-ilmu agama tetapi saya juga
terpengaruh lingkungan sehingga saya terkadang tidak mengaji
karena lingkungan juga mempengaruhi mas dan terkadang capek mas
habis pulang kerja kok malah disuruh untuk mengaji.
d. Bagaimana orang tua saudara dalam mendidik saudara mengenai
pendidikan agama yang meliputi shalat, membaca Al-qur’an? Kalau
menurut saya orang tua sudah berusaha berusaha maksimal mendidik
dari mengarahkan saya dalam hal membaca al-qur’an.orang tua saya
tidak terlalu keras dalam mendidik tidak mengekang anaknya.
e. Bagaimana sikap orang tua anda ketika saudara tidak menjalankan
perintah agama shalat, membaca Al-qur’an? Ya orang tua saya
bertanya dulu kepada saya kenapa kok tidak mengaji kalau alasannya
masuk akal orang tua tidak mara-marah kepada saya.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut saudara apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan Islam
bagi saudara? “Saya sudah tidak belajar mengaji lagi karena saya sudah
bekerja di pabrik dan ketika pulang sudah larut malam sehingga ketika saya
ingin belajar mengaji ke guru ngaji sudah tidak ada waktu lagi dan lagi pula
dulu saya sudah pernah khatam mengaji Al-qur’an.
Nama : Bapak Slkn
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Kamis,20 agustus 2015
Jam : 15.30 Wib
Lokasi : Rumah bapak Slkn
Sumber Data : Bapak Slkn
Pendidikan : Lulus SMP
A. Keluarga muslim
1. Bagaimana Model Pendidikan agama dalam Keluarga muslim?
a. Menurut bapak/ibu, seberapa penting pendidikan Islam bagi anak? Menurut
saya pendidikan Islam itu penting ketika diterapkan pada anak, meskipun
saya kadang-kadang belum bisa mencontohkan perilaku yang baik untuk
anak saya”.
b. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pendidikan agama Islam bagi anak,
terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi anak?
Menurut saya penting mengajarkan membaca Al-Qur’an pada anak agar
anak tahu agama.
c. Menurut bapak/ibu, apakah pendidikan Islam bagi anak di desa ini sudah
bagus? Menurut saya akhir-akhir ini belum begitu bagus karena rata-rata
anak muda zaman sekarang jarang ngaji.
d. Apa cara yang telah bapak/ibu lakukan dalam mendidik anak? Ya saya
sudah mengarahkan anak untuk belajar dan saya tidak terlalu mengekang
anak. Saya suruh anak saya untuk mengaji di guru ngaji ya jujur mas, karena
saya juga kurang bisa mengajari anak ngaji.
e. Menurut bapak/ibu, cara apa yang paling baik untuk digunakan dalam
mendidik anak? Ya kalau saya sebisa mungkin mengasih contoh kepada
anak untuk shalat dan lain-lain.
f. Apakah Anda selalu memberikan contoh teladan yang baik pada anak?
Ya belum mas, Saya masih kurang dalam memberikan contoh yang baik
kepada anak-anak, karena saya sendiri sebetulnya kurang begitu paham
tentang agama, jadi saya tidak bisa mengajarkan mereka tentang shalat atau
mengaji secara langsung, tetapi kalau masalah berperilaku insya Allah saya
berperilaku baik terhadap anak”.
2. Apa Problematika Pendidikan agama dalam keluarga muslim
a. Menurut bapak/ibu, apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan
Islam bagi anak? Yang menjadi hambatan itu anak kalau di beri contoh
disuruh ngaji tetapi malah alasan lain-lain termasuk lingkungan sekitar yang
sangat mempengaruhi perkembangan anak sekaligu pengaruh teknologi
yang semakin maju.
b. Apakah Bapak/Ibu sering memperhatikan pendidikan Islam anak, seperti
dengan menyuruh anak anda untuk mengerjakan salat 5 waktu? Ya tentu
mas, saya setiap hari selalu memperhatikan perkembangan-perkembangan
anak kalau saya di rumah anak saya saya suruh shalat lima waktu itu.
c. Bagaimana minat anak bapak/ibu terhadap Pendidikan Islam? Minat anak
saya terhadap pendidikan agama Islam kayanya kurang berminat untuk itu
saya harus selalu mengarahkan agar jangan sampai tidak melaksanakan
shalat lima waktu. Anak cenderung mencari uang bukan mengaji.
d. Apakah selama ini bapak/ibu sudah menyiapkan fasilitas pendidikan yang
memadai pada anak? Ya belum sepenuhnya mas, kalau anak saya mintanya
macam-macam ya tidak saya kasih karena juga keterbatasan ekonomi
keluarga.
Nama : M zh
Umur :18 tahun
Pekerjaan : pelajar
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Kamis,20 agustus 2015
Jam :19.30 Wib
Lokasi : Rumah M zh
Sumber Data : M zh
B. Anak
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim?
a. Menurut Saudara, seberapa penting pendidikan Islam bagi saudara? Ya
penting , karena pendidikan islam itu sebagai pengetahuan agar saya
mengerti beribadah kepada Allah.
b. Bagaimana menurut saudara tentang pendidikan agama Islam , terutama
dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi saudara ?
Kalau menurut saya membaca Al-qur’an shalat itu penting mas
walaupun saya kadang-kadang tidak membaca Al-qur’an tetapi menurut
saya ya penting mas.
c. Bagaimana orang tua saudara dalam mendidik saudara? Saya dididik
oleh orangtua saya ya disuruh mengaji, shalat, bapak saya tidak terlalu
mengekang saya mas, paling juga mengarahkan saya untuk belajar.
d. Bagaimana minat saudara terhadap Pendidikan Islam? Ya dalam diri
Saya berminat mas tetapi mau memulainya itu hlo mas yang susah
sering males apalagi kalau sudah bertemu samateman-teman jadi lupa
belajar.
e. Bagaimana sikap orang tua saudara ketika saudara tidak melaksanakan
perintah mengenai pendidikan agama yang meliputi shalat, membaca
Al-qur’an? kadang orang tua bersikap biasa ketika saya tidak mengaji
terkadang juga saya di nasehati sama bapak.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut saudara apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan Islam
bagi saudara? Saya merasa malas mas, apalagi kalau sudah bertemu teman-
teman jadi lupa untuk belajar.
Nama : Bapak Mtd
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Sabtu, 22 agustus 2015
Jam :16.00 Wib
Lokasi : Rumah bapak Mtd
Sumber Data : Bapak mtd
Pendidikan : Lulus SMA
A. Keluarga muslim
1. Bagaimana Model Pendidikan agama dalam Keluarga muslim?
a. Menurut bapak/ibu, seberapa penting pendidikan Islam bagi anak?
Menurut saya pendidikan Islam itu penting ketika diterapkan pada anak
agar anak menjadi mengerti mengenai pendidikan islam yang mengajarkan
segala aspek kehidupan baik di dunia maupun diakhirat.
b. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pendidikan agama Islam bagi anak,
terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi
anak? Menurut saya penting mengajarkan membaca Al-Qur’an praktik
shalat pada anak, agar anak tahu karena sebagai orang islam saya harus
benar-benar mendidik anak saya agar menjadi orang yang baik.
c. Menurut bapak/ibu, apakah pendidikan Islam bagi anak di desa ini sudah
bagus? Menurut saya akhir-akhir ini menurun mas karena menurut saya
baiknya orang tua dan anak kurang memperhatikan tentang pentingnya
pendidikan agama sehingga banyak anak-anak yang cenderung tidak
mengaji.
d. Apa cara yang telah bapak/ibu lakukan dalam mendidik anak?
Saya mendidik anak saya memang agak keras agar patuh kepada saya,
kadang sampai agak saya marahi gara-gara tidak segera shalat. Wong ya
dulu zaman saya itu, orangtua justru lebih keras dalam mendidik anak dan
nyatanya memang jadi disiplin dan masih terbawa sampai sekarang. Saya
juga mau anak itu belajar dengan benar sesuai dengan apa yang saya
harapkan, kedepannya bisa menjadi pribadi yang kuat, kalau anak saya
salah ya saya hukum mas, contohnya pada waktu belajar kok malah
bermain ya saya suruh pulang untuk belajar, saya begitu itu karena saya
sangat sayang kepada anak saya”.
e. Menurut bapak/ibu, cara apa yang paling baik untuk digunakan dalam
mendidik anak? Ya kalau saya sebisa mungkin mengasih contoh kepada
anak untuk shalat belajar mengaji membaca Al-qur’an harapan saya agar
anak saya menjadi orang yang sholeh.
f. Apakah Anda selalu memberikan contoh teladan yang baik pada anak?
Insya Allah saya sudah memberikan teladan yang baik, Saya dalam
mendidik anak, memberikan contoh yang baik untuk membaca Al-qur’an
sehingga anak-anak akan meniru dan mencontoh orang tuanya begitu mas
ketika saya mendidik anak-anak saya”.
2. Apa Problematika Pendidikan agama dalam keluarga muslim
a. Menurut bapak/ibu, apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan
Islam bagi anak? Yang menjadi hambatan itu kalau saya teknologi
hanphone itu mas terkadang anak saya ketika saya nasehati berikan
pengarahan malah mainan handphone .
b. Apakah Bapak/Ibu sering memperhatikan pendidikan Islam anak, seperti
dengan menyuruh anak anda untuk mengerjakan salat 5 waktu? Ya tentu
mas, saya setiap hari selalu memperhatikan perkembangan anak ketika anak
belum shalat saya suruh untuk shalat.
c. Bagaimana minat anak bapak/ibu terhadap Pendidikan Islam? Minat anak
saya terhadap pendidikan agama Islam sudah bagus dari kecil saya didik
dengan pendidikan agama dan saya sekolahkan dipondok pesantren dan
saya melihat keinginannya untuk belajar agama lebih mendalam.
d. Apakah selama ini bapak/ibu sudah menyiapkan fasilitas pendidikan yang
memadai pada anak? Ya sudah mas, saya fasilitasi tetapi saya juga
membatasi kalau sekiranya itu penting ya saya berikan fasilitas
Nama : Frd wbsn
Umur :18 tahun
Pekerjaan : pelajar
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Sabtu, 22 agustus 2015
Jam : 19.30 Wib
Lokasi : dimasjid Al-hanif
Sumber Data : Frd wbsn
B. Anak
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim?
a. Menurut Saudara, seberapa penting pendidikan Islam bagi saudara?
Menurut saya penting mas karena dari pendidikan Islam tersebut bisa
menjadi pribadi yang baik berperilaku dan berbudi pekerti yang luhur.
b. Bagaimana menurut saudara tentang pendidikan agama Islam , terutama
dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi saudara ?
Kalau menurut saya membaca Al-qur’an praktik shalat itu penting dan
harus ditumbuhkan dalam diri pribadi agar menjadi anak yang taat
beragama.
c. Bagaimana orang tua saudara dalam mendidik saudara? “Bapak saya
dalam mendidik saya dari kecil itu keras dan disiplin kalau masalah
agama mas, katanya ngikut mbah dulu memang keras kalau soal agama,
apalagi tentang shalat. Makanya saya dari lulus SD sudah dipaksa lanjut
sekolah sambil ngaji di Pondok Pesantren Futuhiyah Mranggen,
Demak. Sekarang juga saya kalau mau kuliah harus yang berbasis
Islam, makanya saya lanjut kuliah di perguruan tinggi islam.
d. Bagaimana minat saudara terhadap Pendidikan Islam? Saya berminat
untuk mendalami pendidikan Islam dan sejak kecil saya sudah diajari
mengaji dan saya disuruh bapak untuk belajar di pondok pesantren
untuk belajar agama.
e. Bagaimana sikap orang tua saudara ketika saudara tidak melaksanakan
perintah mengenai pendidikan agama yang meliputi shalat, membaca Al-
qur’an? Sikap orang tua saya ketika saya tidak melaksanakan perintah, saya
langsung dimarahi oleh bapak saya sehingga saya harus patuh pada bapak
saya.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut saudara apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan Islam
bagi saudara? Ya mungkin saat ini saya belum mendapatkan hambatan
dalam belajar karena sampai saat ini saya masih belajar dipondok pesantren
ketika saya mempunyai problem saya bertanya kepada ustadz saya.
Nama : Bapak Fzn
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Guru SD
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Jum’at,24 agustus 2015
Jam : 16.00 Wib
Lokasi : Rumah bapak Mkr
Sumber Data : Bapak Mkr
Pendidikan : Lulus SMA
A. Keluarga muslim
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga muslim?
a. Menurut bapak/ibu, seberapa penting pendidikan Islam bagi anak?
Pendidikan Islam itu menurut saya sangat penting untuk diajarkan kepada
anak agar anak tahu betapa pentingnya belajar tentang agama Islam
sebagai bekal untuk hidup kedepannya mengikuti perkembangan zaman
yang semakin berkembang di zaman sekarang guna sebagai pedoman
hidup didunia dan diakhirat.
b. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pendidikan agama Islam bagi anak,
terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi
anak? Menurut saya juga penting mendidik anak dengan dimulai
mengajarkan membaca Al-qur’an karena dengan membaca al-qur’an akan
menanamkan jiwa-jiwa islami pada anak serta anak dapat mengetahui
pentingnya belajar tentang agama.
c. Menurut bapak/ibu, apakah pendidikan Islam bagi anak di desa ini sudah
bagus? Menurut saya belum begitu bagus karena di desa ini rata-rata
dorongan dari orang tua untuk pendidikan anak kurang sehingga
mengakibatkan anak juga enggan untuk belajar agama. Meskipun di desa
sudah banyak guru ngaji.
d. Apa cara yang telah bapak/ibu lakukan dalam mendidik anak? “Ya, saya
selalu berusaha memberikan contoh yang baik, terkadang juga marah
kalau anak saya tidak mendengarkan perintah saya, tetapi saya menasehati
guna mendidik, membimbing serta mengarahkan anak saya, karena anak
itu sangat mudah meniru perilaku dari orang tuanya. Jadi, saya harus
memberikan contoh yang baik terhadap anak saya agar anak saya menjadi
anak yang berperilaku baik serta taat dalam menjalankan perintah agama”.
e. Menurut bapak/ibu, cara apa yang paling baik untuk digunakan dalam
mendidik anak? Memberikan contoh atau suri tauladan yang baik kalau
sekiranya orang tua tidak mampu mendidika anak dengan baik sebaiknya
anak di masukkan di pondok pesantren.
f. Apakah Anda selalu memberikan contoh teladan yang baik pada anak? Ya
sebagai orang tua saya berusaha memberikan contoh yang baik bagi anak
saya. Agar anak tahu bahwa orang tuanya selalu mencontohkan hal-hal
yang baik sehingga anak juga meniru mas dengan berbuat baik.
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut bapak/ibu, apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan
Islam bagi anak? Hambatan saya dalam pendidikan saya tidak bisa
mengawasi anak secara maksimal karena saya juga harus mengajardi
sekolah dasar.
b. Apakah Bapak/Ibu sering memperhatikan pendidikan Islam anak, seperti
dengan menyuruh anak anda untuk mengerjakan salat 5 waktu? Ya tentu,
saya setiap hari selalu memperhatikan perkembangan-perkembangan anak,
namun saya juga tidak bisa memantau dalam shalat lima waktu secara
intensif karena saya juga mempunyai kewajiban untuk mengajar di
sekolahan.
c. Bagaimana minat anak bapak/ibu terhadap Pendidikan Islam? Minat anak
saya terhadap pendidikan agama islam saya kira juga berminat dalam
mendalami ilmu tersebut karena saya amati perkembangan anak saya lebih
tertarik dalam hal agama. Dan rencana ke depan anak saya pondokkan ke
pondok pesantren.
d. Apakah selama ini bapak/ibu sudah menyiapkan fasilitas pendidikan yang
memadai pada anak? Saya rasa sudah tetapi saya juga membatasi dalam
menyiapkan fasilitas-fasilitas pada anak agar tidak begitu terpengaruh
dengan hal-hal yang tidak di inginkan dan saya fokuskan untuk belajar
lebih serius masalah agama.
Nama : Brk
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : pelajar
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : 24 agustus 2015
Jam : 19.30 wib
Lokasi : rumah saudara Brk
Sumber Data : Brk
B. Anak
1. Bagaimana Model Pendidikan Agama dalam Keluarga Muslim?
a. Menurut Saudara, seberapa penting pendidikan Islam bagi saudara?
Menurut saya sangat penting karena pendidikan Islam adalah
mengajarkan segala aspek kehidupan yang sudah diatur oleh agama
dan al-qur’an sebagai pedomannya.
b. Bagaimana menurut saudara tentang pendidikan agama Islam,
terutama dalam hal membaca Alquran, praktik salat, serta puasa bagi ?
Menurut saya itu merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebagai
seorang muslim saya merasa bahwa anak adalah generasi penerus bagi
para orang tua untuk itu saya bersungguh-sungguh dalam belajar
tentang agama.
c. Bagaimana minat saudara terhadap Pendidikan Islam? Saya tertarik
berminat dan ingin mendalami ilmu-ilmu agama agar menjadi seorang
muslim yang bener taat beribadah.
d. Bagaimana orang tua saudara dalam mendidik saudara mengenai
pendidikan agama yang meliputi shalat, membaca Al-qur’an? “Bapak
saya setiap hari menyuruh saya untuk belajar ngaji ke tempat guru
ngaji, ya waktunya sehabis maghrib tetapi terkadang saya merasa
malas mau mengaji karena sudah capek, sehabis pulang sekolah tetapi
saya usahakan untuk bisa mengaji dan shalat lima waktu karena
sebetulnya saya juga ingin belajar lebih dalam soal agama”.
e. Bagaimana sikap orang tua anda ketika saudara tidak menjalankan
perintah agama shalat, membaca Al-qur’an? Sikap orang tua saya
ketka tidak menjalankan shalat menasehati saya dan menegur supaya
saya melaksanakan shalat da beliau tidak langsung memarahi saya dan
menyuruh saya untuk segera melaksanakan perintah agama tersebut,
2. Apa Problematika Pendidikan Agama dalam keluarga muslim
a. Menurut saudara apa saja yang menjadi hambatan dalam pendidikan Islam
bagi saudara? Yang menjadi hambatan saya adalah terkadang saya merasa
malas mau mengaji karena sudah capek, sehabis pulang sekolah tetapi saya
usahakan untuk bisa mengaji dan shalat lima waktu karena sebetulnya saya
juga ingin belajar lebih dalam soal agama”.
Nama : Bapak Bsr
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Senin, 24 agustus 2015
Jam : 16.00 wib
Lokasi : Rumah Bapak Bsr
Sumber Data : Bapak Bsr
Pendidikan : Lulusan dari ponpes Tahfidhul Qur’an kali beber
C. Tokoh Masyarakat
a. Bagaimana keadaan atau proses pendidikan Islam pada masa lalu di desa
Pulutan? Apakah ada perbedaan dengan masa sekarang ini ? Pada zaman
dahulu itu orang-orang ramai-ramai pada berangkat mengaji di pondok
pesantren nurul asna dan aktif mengikuti pengajian tetapi pada zaman
sekarang anak sudah jarang untuk mengaji.
b. Bagaimana menurut bapak tentang pentingnya pendidikan Islam bagi
anak dalam keluarga muslim? Pendidikan Islam itu penting faktor paling
penting dan yang paling dominan adalah pendidikan di lingkungan
keluarga karena anak dididik pertama di lingkungan keluarga untuk
dikenalkan pada pendidikan yang islami
c. Menurut bapak, apa saja yang menjadi problematika pendidikan Islam
bagi anak dalam keluarga muslim? Kalau menurut saya, yang menjadi
problem adalah terutama faktor lingkungan karena linkungan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak, teman sebaya yang baik juga
akan berpengaruh baik tetapi kalau temannya jelek anak juga akan
mengikuti temannya, faktor teknologi juga berpengaruh karena realitanya
banyak anak yang mengenal teknologi namun lupa mengaji dll karena
keasyikan bermain. Faktor orang tua kurang mendukung serta anak kurang
minat untuk belajar agama.
d. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan oleh bapak/ibu untuk mengatasi
problematika pendidikan dalam keluarga muslim? Upaya yang harus
dilakukan adalah teknologi harus dibatasi selaku orng tua harus selalu
mengontrol perkembangan anaknya.
Nama : Bapak DS
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : 26 agustus 2015
Jam : 16.30 Wib
Lokasi : Rumah DS
Sumber Data : Bapak DS
Pendidikan : Lulusan dari ponpes Ali-Maksum Yogyakarta
C. Tokoh Masyarakat
a. Bagaimana keadaan atau proses pendidikan Islam pada masa lalu di desa
Pulutan? Apakah ada perbedaan dengan masa sekarang ini ? Pada zaman
dahulu itu orang-orang ramai-ramai pada berangkat mengaji di masjid
bentuknya ngaji sorogan al-qur’an tetapi sekarang anak-anak sudah tidak
semarak seperti dulu lagi sekarang jarang sekali anak yang masih mengaji
di guru ngaji.
b. Bagaimana menurut bapak tentang pentingnya pendidikan Islam bagi
anak dalam keluarga muslim? Pendidikan Islam itu penting sekali untuk
perkembangan anak serta anak harus dipantau diawasi secara cermat dan
orang tua harus sungguh-sungguh dalam mendidik anak.
c. Menurut bapak, apa saja yang menjadi problematika pendidikan Islam
bagi anak dalam keluarga muslim? Kalau menurut saya, yang menjadi
problem adalah terutama faktor lingkungan dan pengaruh teknologi yang
semakin canggih sehingga anak terbawa arus dalam dunia teknologi dan
meninggalkan mengaji. karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak, teman sebaya yang baik juga akan berpengaruh baik
tetapi kalau temannya jelek anak juga akan mengikuti temannya.
d. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan oleh bapak/ibu untuk mengatasi
problematika pendidikan dalam keluarga muslim? Upaya yang harus
dilakukan adalah teknologi harus dibatasi selaku orng tua harus selalu
mengontrol perkembangan anaknya. Orang tua harus senantiasa sungguh-
sungguh dalam mendidik anaknya agar timbul gairah keagamaan.
Nama : Bapak Muniri
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Guru MI
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Rabu,19 agustus 2015
Jam : 16.00 Wib
Lokasi : Rumah Bapak Muniri
Sumber Data : Bapak Muniri
Pendidikan : Lulus S1
D. Pendidik
a. Bagaimana menurut bapak tentang pentingnya pendidikan Islam bagi
anak dalam keluarga muslim? Pendidikan Islam bagi anak dalam keluarga
muslim sangatlah penting untuk mencetak generasi penerus yang islami
dan untuk memeberikan modal dasar bagi anak dalam menghadapi
kerasnya kehidupan di masa yang akan datang agar tidak keluar dari jalur
atau aturan-aturan agama islam.
b. Menurut bapak, apa saja yang menjadi problematika pendidikan Islam
bagi anak dalam keluarga muslim? Ptoblematikanya banyak sekali
diantaranya adalah faktor lingkungan sekirtar yang tidak mendukung,
mungkin dib rumah orang tua sudah mengajarkan norma-norma agama
namun, ketika keluar dari rumah dan telah bergabung dengan teman-
temannya yang beraneka ragam dapat membuat anak menjadi keluar dari
norma-norma agama.
c. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan oleh bapak/ibu untuk mengatasi
problematika pendidikan dalam keluarga muslim? Yang kami lakukan
untuk mengatasi problematika tersebut adalah selalu mengontrol anak-
anak dan selalu memberikan binaan dan bimbingan agar anak-anak selalu
berpegang teguh terhadap norma-norma agama.
Nama : Bapak Djmt
Umur : 52 Tahun
Pekerjaan : Guru SD
Alamat : Pulutan Rw 03
Hari/ tanggal : Kamis,20 agustus 2015
Jam : 16.30 wib
Lokasi : Rumah Bapak Djmt
Sumber Data : Bapak Djmt
Pendidikan : Lulus S1
D. Pendidik
a. Bagaimana menurut bapak tentang pentingnya pendidikan Islam bagi
anak dalam keluarga muslim? Pendidikan Islam bagi anak dalam keluarga
muslim sangatlah penting untuk mencetak generasi penerus yang islami.
Sebagai bekal untuk hidup didunia dan diakhirat.
b. Menurut bapak, apa saja yang menjadi problematika pendidikan Islam
bagi anak dalam keluarga muslim? Ptoblematikanya banyak sekali
diantaranya adalah faktor lingkungan sekirtar yang tidak mendukung,
mungkin di rumah orang tua sudah mengajarkan norma-norma agama
namun, ketika keluar dari rumah dan telah bergabung dengan teman-
temannya yang beraneka ragam dapat membuat anak menjadi keluar dari
norma-norma agama. Orang tua harus memantau perkembagan anak.
c. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan oleh bapak/ibu untuk mengatasi
problematika pendidikan dalam keluarga muslim? Yang kami lakukan
untuk mengatasi problematika tersebut adalah selalu mengontrol anak-
anak dan selalu memberikan binaan dan bimbingan agar anak-anak selalu
berpegang teguh terhadap norma-norma agama serta mengajari kebaikan
kepada anak .
1. Foto Dokumentasi wawancara dengan Bapak Mnr, sebagai Pendidik di
Desa Pulutan.
2. Foto Dokumentasi Wawancara dengan Bapak Bsr, sebagai orang tua di
Desa Pulutan.
3. Foto Dokumentasi wawancara dengan Bapak Mgn, sebagai Salah Satu Orangtua
di Desa Pulutan.
4. Foto dokumentasi dengan saudara IS anak didik
5. Foto dokumentasi dengan salah satu orang tua yaitu Bapak Slkn
6. Foto dokumentasi dengan Bapak DS, orangtua di desa Pulutan RW 03
7. Foto wawancara dengan anak
8. Foto dokumentasi wawancara terhadap MZH
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : TAUFIQUR ROHMAN
Tempat Tanggal Lahir : Salatiga, 12 September 1993
Alamat : Pulutan kidul Rt 02 Rw 03 Desa Pulutan Kec.
Sidorejo Kota Salatiga.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK : TK Roudhotul Athfal Lulus tahun 1999
2. SD : MI Ma’arif Pulutan Lulus tahun 2005
3. MTs : SMP Muhammadiyah Kota Salatiga Lulus Tahun
2008
4. SMA : MAN 1 Kota Salatiga Lulus Tahun 2011