model pembelajaran yang aktif, kreatif efektif

Upload: redjza-delima

Post on 16-Jul-2015

252 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Pembelajaran layaknya berlangsung dalam suasana yang kondusif, baik bagi guru, terutama bagi siswa, di sekolah dasar telah lama dikembangkan pola

pembelajaran yang menyenangkan (Joyful learning), tetapi tentunya bukan sekedar menyenangkan tetapi juga harus bermakna. Pembelajaran akan bermakna jika ada lesson point yang di dapat oleh siswa bahkan juga guru pada tiap kurun pembelajaran. Lesson point akan didapat jika pembelajaran berkesan, berkesan jika melibatkan semua indra dan aktivitas yang menarik.

Belajar adalah suatu proses membangun makna, proses belajar harus bermakna bagi proses tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis, dalam suasana yang menyenangkan, baik bagi siswa maupun guru. dari Paradigma Mengajar dalam menjadi

pembelajaran

yaitu

Pembelajaran (teaching - learning), dan dalam penilaian proses dan hasil belajar harus berlangsung terus menerus dengan perbaikan-perbaikan pada setiap tahapnya (continous improvement).

KOMPONEN PAIKEMPembelajaran yang aktif Pembelajaran Inovatif Pembelajaran yang kreatif Pembelajaran dikatakan efektif Pembelajaran yang menyenangkan

Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang perlu mengaktifkan semua siswa dan guru, baik secara fisik (termasuk segenap indera) maupun mental, bahkan moral dan spiritual. Misalnya kalau kelas sedang belajar tentang sifatsifat air (IPA), lalu ada percobaan atau eksperimen sederhana, sehingga secara fisik aktif semua indera terlibat, juga berfikir dan menganalisis kenapa permukaan air selalu datar walaupun wadahnya dimiringkan misalnya, terus dikaitkan dengan kebesaran Tuhan menciptakan air bagi kesejahteraan hidup manusia, oleh sebab itu perlu dijaga kelestariannya.z

Pembelajaran Inovatif Kata "inovatif" berasal dari kata sifat bahasa Inggris inovative. Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru). Oleh karena itu, dapat diartikan sebagai pembelajaran yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.

Pembelajaran yang kreatif mempunyai makna, tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan acuan kurikulum, karena kurikulum sekedar dokumen dan rencana, maka perlu dikritisi, perlu dikembangkan secara kreatif, ada seribusatu jalan untuk mempelajari dan memperdalam satu kompetensi tertentu. Jadi ada kreativitas pengembangan kompetensi dasar dan juga ada kreativitas dalam pelaksanaannya di kelas, termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber, bahan dan sarana untuk belajar. Lingkungan dapat bermakna lingkungan fisik, dan sosial, fisik bisa berupa lingkungan alam dan gejala alam sedang lingkungan sosial merupakan segala perilaku manusia dan hubungannya dengan manusia lain, maupun terhadap lingkungan alam. Misalnya pasar, sikap berlalulintas, pelestarian dan perusakan lingkungan oleh manusia dan sebagainya.

Pembelajaran dikatakan efektif jika mencapai sasaran dan tujuan serta banyak hal yang yang "didapat" oleh siswa, bahkan gurupun pada setiap kegiatan pembelajaran mendapatkan "pengalaman baru" sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Agar kita tahu apakah pembelajaran di kelas kita efektif atau tidak, setiap akhir pembelajaran perlu kita lakukan evaluasi, evaluasi yang dimaksudkan disini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi sejenis "perenungan" yang dilakukan oleh guru dan siswa (refleksi) dan didukung oleh data catatan guru, salah satunya mungkin hasil latihan/sejenis tes lisan, tulis maupun perilaku. Kemudian kita simpulkan, sudahkah tujuan yang kita tetapkan telah tercapai, seberapa besar pencapaiannya, apa kekurangan dan kelebihannya serta apa tindak lanjut dan rencana kita berikutnya, yang berupa program perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran yang menyenangkan harus dimaknai secara luas tidak sekedar menyenangkan, tetapi pembelajaran juga harus dapat "dinikmati" oleh pembelajarnya. Pembelajaran dapat dinikmati jika pembelajaran tersebut "mengasyikkan". Mengasyikkan tidak sekedar menyenangkan tetapi ada unsur

ketekunan, inner motivation. mengetahui sesuatu hal selalu ingin tahu lebih lanjut, dan mempunyai

ketahanan belajar lebih lanjut. belajar itu harus Menyenangkan, Mengasyikkan, Menguatkan dan

Mencerdaskan. Selain itu siswa harus dilatih olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah raga.

Koperatif (Cooperative Learning ) Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran Matematika Realistika Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Problem posing dan problem promting Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning) Teams Games Tournament (TGT) Examples dan Non-Examples

Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu:1. 2.

Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran Social System, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran

3.

Principles of Reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa

4.

Support System, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran

5.

Instructional dan Nurturant Effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

Koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap

anggota kelompok terdiri dari 4 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab basil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran membentuk koperatif kelompok adalah informasi, kerja

pengarahan-strategi,

heterogen,

kelompok, presentasi hasil kelompok dan pelaporan kelompok.

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, Prinsipnya adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan

mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual yaitu :

Modeling

(pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi, tujuan,

pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh) Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun. mengarahkan,

mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), Learning nirnunity (seluruh siswa partisipatif .dalam belajar kelompok atau individual, Minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan) Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan) Constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis) Reflection (review, rangkuman, tindak lanjut) Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran), penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara

Pembelajaran Matematika Realistik (Realistik Mathematics Education) Dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided re'nvention dalam mengkontruksi konsep aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matakognisi). Prinsipnya adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi),pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitaninterkoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

Problem posing

yaitu

pemecahan yaitu

masalah

dengan kembali

melalui masalah

elaborasi,

merumuskan

menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisanhitungan, mencari alternatif, menyusun soalpertanyaan.

Problem prompting Pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep, prinsip, aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, is telah berpartisipasi.

Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning) Ramsey (1993) mengemukakan bahwa

pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

Teams Games Tournament (TGT) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.

Examples dan Non-Examples Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok,

bimbingan penyimpulan, visualisasi dan refleksi.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PENUGASAN KELAS

EVALUASI

Efektivitas Pembelajaran dimulai dari perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru. Sernakin baik dan rinci perencanaan yang dibuat guru akan semakin besar peluang pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif Perencanaan yang disusun dalam kerangka MBS adalah suatu perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, strategi dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan untuk mencapai kompetensi serta kriteria evaluasi. Perencanaan yang didasarkan pada kebutuhan peserta didik memungkinkan guru untuk melakukan yang terbaik dalam proses pembelajaran. Keberagaman peserta didik di dalam kelas dapat dilihat dari berbagai unsur yaitu daya serap dan kemampuan peserta didik berbeda latar belakang, budaya peserta, tingkat kecerdasan peserta, dan kepribadian peserta didik

Pembelajaran efektif hanya dapat terjadi apabila guru mampu berkomunikasi secara efektif. Terdapat 4 unsur pokok dalam komunikasi yaitu pesan, sasaran komunkasi, sumber, dan media. Pesan adalah bahan ajar yang akan disampaikan, instruksi - instruksi untuk pelaksanaan proses pembelajaran, tugas tugas, dan rencana - rencanakegiatan lainnya. Sasaran adalah pesertaSumber pesan adalah guru, dan media kornunikasinya adalah bahasa, simbol, atau alat pernbelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Dalam konteks pembelajaran aktif, guru bukan sumber utama dalam pernbelajaran, rnelainkan lebih Sebagai fasilitator yang mengantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensinya dengan menggunakan berbagai sumber yang ada, dengan menggunakan komunikasi yang efektif baik secara verbal maupun non verbal.

Pembelajaran efektif harus didukung oleh pengembangan strategi pembelajaran yang mampu membelajarkan peserta didik. Strategi pernbelajaran yang efektif didasarkan pada sejauh mana pembelajaran dapat rnelibatkan peserta didik secara aktif. Salah satu contoh pelibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran adalah strategi pembelajaran dengan penugasan (task style), seperti diskusi kelas. Dalarn konteks penugasan (diskusi), guru dapat membimbing dan memberikan bantuan dengan memilihkan model memulai dan mengakhiri diskusi, dan hasil diskusi. Masih banyak strategi clan pendekatan yang dapat dikembangkan dengan mendasarkan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalarn proses pembelajaran seperti recieprocal Style, diScovery style, collabbartive learning, cooperative learning. dan sebagainya. Jika strategi pembelajaran yang digunakan dapat melibatkan peserta didik secara aktif Maka learning by doing yang direkomendasi UNESCO dan ciri PAIKEM dapat diwujudkan di kelas atau sekolah.

Pembelajaran efektif dipengaruhi oleh sejauh mana guru mampu mengelola dan menguasai kelas dengan baik. Beberapa indikator penting yang menunjukkan ciri pengelolaan dan penguasaan kelas oleh guru adalah meriguasai bahan ajar atau materi, tampil energik, ceria dan optimis, sehingga senantiasa menarik peserta didik untuk belajar. Namun demikian, indikator itu belum cukup. Setidaknya ada delapan langkah yang harus dilakukan guru agar mampu mengelola dan menguasai kelas dengan baik. Kedelapan langkah tersebut ialah Persiapan yang cermat, tetap menjaga dan terus mengembangkan rutinitas, bersikap tenang dan penuh percaya diri, bertindak dan bersikap profesional, mampu mengenali perilaku yang tidak tepat, menghindari langkah mundur, berkomunikasi dengan orang tua secara aktif serta menjaga kemungkinan munculnya masalah.

Dengan mengacu kepada KTSP dan konsep belajar tuntas, maka peran evaluasi sangat penting agar pembelajaran efektif. Di samping berguna untuk mengetahui pencapaian komptensi peserta didik, juga infomasi yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan untuk perencanaan pembelajaran berikutnya. Dalam konteks pencapaian kompetensi peserta didik, hasil evaluasi dapat menggambarkan peserta didik yang telah dan belum mencapai Standar kompetensi minimal yang ditetapkan sekolah. Perlakuan terhadap peserta didik yang telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dapat dilakukan dengan pengayaan, sedangkan peserta didik yang belum mencapai kompetensi dapat diberikan remedial. Siklus perencanaan evaluasi merupakan sebuah siklus proses pembelajaran. yang seharusnya dilakukan agar pembelajaran dapat efektif.