model pembelajaran blended learning

4
Seminar Nasional Ilmu Komputer2014 (SNIKOM) Laguboti, 20 - 24 Agustus 2014 hal 1 Rancang Bangun Model Pembelajaran Berbasis Blended Learning Management System Sebagai Knowledge Sharing Janner Simarmata 1 , Enjang A. Juanda 2 Program Studi Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Medan 1 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2 [email protected] 1 , [email protected] 2 ABSTRAK Sistem pembelajaran di kampus harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan potensinya secara optimal. Selain itu juga penting diperhatikan metode yang digunakan dapat menstimulan potensi dan bakat peserta didik, sehingga dapat mencakup kebutuhan peserta didik dan tantangan perkembangan teknologi. Interaksi dan komunikasi dosen dengan mahasiswa belum optimal (masih terdapat kesenjangan komunikasi). Situasi seperti ini mendorong berbagai lembaga memanfaatkan berbagai sistem pendekatan dalam strategi pembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk meningkatkan efektifitas dan fleksibilitas pembelajaran. Kata Kunci: Blended Learning, Learning Management System, Knowledge Sharing 1. PENDAHULUAN Dari studi yang ada, kendala terbesar e-learning adalah proses interaksi langsung antara dosen dengan mahasiswa. Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Mahasiswa memerlukan feedback dari Dosen dan sebaliknya Dosen juga memerlukan feedback dari mahasiswanya. Hal ini menjawab mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil yang memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Seorang Mahasiswa juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja, asal terkoneksi lewat jaringan. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. Secara sederhana dapat dikatakan seseorang butuh teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran konvensional di ruang kelas. Selain itu e-learning menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan orang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Belajar secara mandiri dibutuhkan motivasi dan kesadaran tinggi dari pembelajarnya. Berdasarkan pertimbangan permasalahan tersebut, metode pembelajaran yang lebih efektif digunakan adalah blended learning, dimana mahasiswa dapat belajar secara mandiri dan secara konvensional, keduanya menawarkan kelebihan- kelebihan yang dapat saling melengkapi. Proses pengajaran blended learning ini dibutuhkan pada mahasiswa yang membutuhkan penambahan pelajaran. 2. BLENDED LEARNING 2.1 Konsep Blended Learning Blended learning sebagai "kombinasi dari dua model pendidikan yang berbeda, pembelajaran tradisional tatap muka (face to face learning) seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 dan pembelajaran jarak jauh (distance learning )". Blended learning menurut Graham (2006) sebagai pengintegrasian pembelajaran tatap muka belajar dan pembelajaran elektronik atau pembelajaran jarak jauh, dengan menggunakan perbedaan teknik, metodologi dan teori belajar di tempat yang sama dan mendukung pembelajaran dengan berbagai teknologi online selama proses pembelajaran di kelas. Gambar 1. Blended Learning Mengkombinasikan Traditional face-to-face dan computer mediated instruction Sebagaimana Brown (2003) menyatakan bahwa blended learning mendukung semua manfaat dari e-

Upload: janner-simarmata

Post on 14-Apr-2017

167 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pembelajaran Blended learning

Seminar Nasional Ilmu Komputer2014 (SNIKOM)Laguboti, 20 - 24 Agustus 2014

hal 1

Rancang Bangun Model Pembelajaran Berbasis Blended Learning Management SystemSebagai Knowledge Sharing

Janner Simarmata1, Enjang A. Juanda2

Program Studi Administrasi Perkantoran – Universitas Negeri Medan1

Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan – Universitas Pendidikan Indonesia2

[email protected], [email protected]

ABSTRAKSistem pembelajaran di kampus harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untukmeningkatkan dan mengembangkan potensinya secara optimal. Selain itu juga penting diperhatikan metodeyang digunakan dapat menstimulan potensi dan bakat peserta didik, sehingga dapat mencakup kebutuhanpeserta didik dan tantangan perkembangan teknologi. Interaksi dan komunikasi dosen dengan mahasiswa belumoptimal (masih terdapat kesenjangan komunikasi).Situasi seperti ini mendorong berbagai lembaga memanfaatkan berbagai sistem pendekatan dalam strategipembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untukmeningkatkan efektifitas dan fleksibilitas pembelajaran.

Kata Kunci: Blended Learning, Learning Management System, Knowledge Sharing

1. PENDAHULUANDari studi yang ada, kendala terbesar e-learning

adalah proses interaksi langsung antara dosendengan mahasiswa. Bagaimanapun belajarmerupakan proses dua arah. Mahasiswa memerlukanfeedback dari Dosen dan sebaliknya Dosen jugamemerlukan feedback dari mahasiswanya. Hal inimenjawab mengapa program e-learning tidak selalumendapat hasil yang memuaskan. Seringkali materisudah banyak dan tersedia dengan lengkap. SeorangMahasiswa juga bisa belajar kapan saja dan di manasaja, asal terkoneksi lewat jaringan. Namun tetapsaja tingkat penggunaan materi-materi e-learningtersebut tergolong rendah. Secara sederhana dapatdikatakan seseorang butuh teman dan butuhfeedback langsung. Sama seperti yang kita rasakandalam pembelajaran konvensional di ruang kelas.

Selain itu e-learning menciptakan kesankesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahanlama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorangsudah malas dan tidak terlalu termotivasi untukmelanjutkan pembelajarannya. Bukan karenamaterinya tidak bagus atau sistem online dari materiyang disajikan kurang interaktif, melainkan orangmerasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain.Belajar secara mandiri dibutuhkan motivasi dankesadaran tinggi dari pembelajarnya.

Berdasarkan pertimbangan permasalahantersebut, metode pembelajaran yang lebih efektifdigunakan adalah blended learning, dimanamahasiswa dapat belajar secara mandiri dan secarakonvensional, keduanya menawarkan kelebihan-kelebihan yang dapat saling melengkapi. Prosespengajaran blended learning ini dibutuhkan pada

mahasiswa yang membutuhkan penambahanpelajaran.

2. BLENDED LEARNING2.1 Konsep Blended Learning

Blended learning sebagai "kombinasi dari duamodel pendidikan yang berbeda, pembelajarantradisional tatap muka (face to face learning) sepertiyang ditunjukkan pada gambar 1 dan pembelajaranjarak jauh (distance learning )". Blended learningmenurut Graham (2006) sebagai pengintegrasianpembelajaran tatap muka belajar dan pembelajaranelektronik atau pembelajaran jarak jauh, denganmenggunakan perbedaan teknik, metodologi danteori belajar di tempat yang sama dan mendukungpembelajaran dengan berbagai teknologi onlineselama proses pembelajaran di kelas.

Gambar 1. Blended Learning MengkombinasikanTraditional face-to-face dan computer mediated

instruction

Sebagaimana Brown (2003) menyatakan bahwablended learning mendukung semua manfaat dari e-

Page 2: Model Pembelajaran Blended learning

Seminar Nasional Ilmu Komputer2014 (SNIKOM)Laguboti, 20 - 24 Agustus 2014

hal 2

learning termasuk pengurangan biaya, efisiensiwaktu dan kenyamanan lokasi untuk peserta didikserta pemahaman pribadi dan memotivasi penyajianinstruksi tatap muka.

Ada telah banyak definisi lain dari blendedlearning yang diajukan dalam literatur.Sederhananya, Singh (2003) mendefinisikan blendedlearning sebagai program pembelajaran di manalebih dari satu bentuk pengiriman yang digunakandengan tujuan mengoptimalkan hasil belajar danbiaya pelaksanaan program. Oleh karena itu, Diamengusulkan untuk memperbaiki definisi ini sebagai"blended learning” berfokus pada optimalisasipencapaian tujuan pembelajaran dengan menerapkanteknologi pembelajaran pribadi "benar" untukmengamati gaya belajar pribadi "benar" untukmentransfer keterampilan "benar "untuk personalyang" benar "pada waktu " benar ".

Model Blended learning berisi berbagai aktivitaskegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning,dan kegiatan belajar mandiri. Blended learningsebagai model campuran pembelajaran yangdipimpin instruktur tradisional, pembelajaran onlinesecara synchronous, belajar mandiri denganasynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasistugas dari seorang dosen.

Tujuan blended learning adalah untukmenggabungkan pengalaman belajar kelas tatapmuka dengan pengalaman belajar secara online.Secara keseluruhan, model blended learningmengacu dengan integrasi atau campuran yangdisebut e-learning, alat dan teknik pengiriman tugasdengan pengajaran tatap muka tradisional yangdigambarkan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Model Blended Learning

2.2 Learning Management SystemLearning management systems (LMS)

memfasilitasi perencanaan, manajemen, danpengiriman konten untuk e-learning. LMS dapatmengelola daftar pendaftaran siswa dalam suatupelajaran, mengelola akses dengan login, file kuliahdan catatan kuliah, serta dukungan kuis danpenilaian, jadwal tugas-tugas, mendukungkomunikasi e-mail, mengelola forum diskusi, dandukungan chatting. Sistem ini mendukung

komunikasi banyak-ke-banyak antara peserta didikdan antara peserta didik dan instruktur (Solomon &Marlene, 2008).

Dari penjelasan diatas, maka suatu learningmanagement system bertujuan untuk memindahkanproses belajar dan mengajar tersebut ke dalam mediaelektronik computer-based. Peran pengajar di-otomatisasi sehingga dapat memberikan prosespengajaran kepada pelajar, sedangkan pelajar hanyaperlu masuk kedalam suatu single portal untukmengakses materi pembelajaran (learning object)yang dituju. Maksudnya disini adalah pada saatseorang pelajar ingin mengakses learning objectyang dituju (content) maka pelajar hanya perlumasuk ke dalam suatu portal dan mengakses courseyang telah disediakan secara lengkap yang berisikanbahan-bahan materi, pengkategorian materi, targetpenyelesaian kursus, dan evaluasi hasil belajar.

2.3 Sharing KnowledgeMenurut Davenport (1998), knowledge sharing

digunakan dalam istilah lain yaitu knowledgetransfer. Menurut mereka, kata transfermenggambarkan tingkat efektivitas pendistribusianpengetahuan yang lebih baik. Karena istilah transferterdiri atas dua tindakan yaitu pengiriman(transmisi) pengetahuan kepada penerima danpenyerapan pengetahuan oleh penerimanya. Menurutpengertian ini, dengan menyediakan knowledge diportal yang dapat diakses semua anggota organisasi,belum dapat disebut sebagai knowledge transfer,karena belum tentu dibutuhkan, dipahami dandimanfaatkan oleh orang yang mengaksespengetahuan tersebut.

Knowledge Sharing terjadi antar individu dalamsuatu komunitas, dimana individu berinteraksi danberbagi pengetahuan dengan individu lainnyamelalui ruang maya atau tatap muka sehingga unitanalisis dalam knowledge sharing adalah individu.Di sisi lain, knowledge transfer terjadi antar grup,antar unit bahkan antar organisasi atau perusahaan,dimana sebuah grup berinteraksi dengan grup laindalam rangka membagi atau mentransferpengetahuan. Oleh karena itu, untuk analisis dalamknowledge transfer adalah tim atau unit/departemen.

Penelitian mengenai knowledge sharing banyakdilakukan di berbagai bidang seperti di manajemenperusahaan, pemasaran, dan juga di perguruantinggi. Knowledge sharing (KS) adalah sebuahtindakan menyebarkan pengetahuan yang dimilikiseseorang kepada orang lain dalam suatu organisasi.Knowledge sharing mengacu pada penyediaaninformasi dan cara (know-how) untuk membantudan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah,membangun ide baru, atau mengimplementasikankebijakan atau prosedur, (Wang & Noe, 2010).Knowledge sharing merupakan proses penyampaiankeahlian, wawasan, atau pemahaman seseorangkepada orang lain sehingga penerima dapatmenggunakan knowledge tersebut untuk

Page 3: Model Pembelajaran Blended learning

Seminar Nasional Ilmu Komputer2014 (SNIKOM)Laguboti, 20 - 24 Agustus 2014

hal 3

menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik (Chen,Chen, dan Kinshuk, 2009).

Knowledge sharing pada dasarnya muncul ketikaseseorang termotivasi untuk mengakses jaringan,mengkaji pertanyaan yang di-posting, memilih yangingin dan dapat dijawab, dan menyediakan waktuuntuk merumuskan dan mem-posting jawaban atautanggapan. Dalam konteks vitual learning,kesuksesan knowledge sharing bergantung padajumlah dan kualitas interaksi antar pelajar, sertakemauan dan kemampuan menggunakanpengetahuan, (Liao, 2006).

Dalam Chummings (2003), mereviewliteraturnya mendeskripsikan knowledge sharingdalam lima konteks yang secara umum dapat dilihatGambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Lima Konteks Knowledge Sharing

3. Model Pengembangan Blended LearningModel pengembangan yang akan digunakan

adalah model siklus hidup pengembangan sistem airterjun yang terstruktur (structured waterfall systemsdevelopment life-cycle model), (Passerini & Granger,1999), seperti yang ditunjukkan pada gambar 4dibawah ini.

Model pengembangan ini terdiri dari 5 faseutama yaitu:(a) AnalysisPada fase analisis, instruktur membutuhkan focuspada pengembangan konten berdasarkan tidak hanyapada sasaran pembelajaran, namun juga padaanalisis target populasi, karakteristik fisik danpersonal.(b) DesignPada fase disain adalah untuk mengidentifikasimodel pembelajaran untuk instruksi dan penerapanstrategi mengirimkan model ini ke dalam lingkunganpembelajaran asinkronus (asynchronous learningenvironments).(c) DevelopmentBila storyboard telah ditetapkan dengan dukunganlayout kognisi maka fase pengembangan akanmenghasilkan bahan pelajaran dan rencana pelajaranberdasarkan spesifikasi fase perancanganhypermedia dan selama fase ini, media yang akan

digunakan untuk instruktur dikembangkan dandidigitalisasi.(d) EvaluationFase evaluasi mencakup mereview produk selamadan setelah produksi (evaluasi formatif dan sumatif).Evaluasi formatif adalah proses feedback yangsedang berjalan selama produksi terjadi pada setiapfase pengembangan materi, tujuannya untukmengevaluasi peningkatan instruksi sebelum versiterakhir (final) diterapkan. Sedangkan evaluasisumatif dilakukan setelah versi final dari instruksiditerapkan.(e) DeliveryTahap pengiriman mengacu pada pengiriman aktualdari instruksi, baik komputer berbasis kelas, ataulaboratorium. Fase ini harus mempromosikan'pemahaman materi, mendukung siswa dalampenguasaan tujuan, dan memastikan dalam transferpengetahuan siswa dari pengaturan instruksionaluntuk lingkungan kerja mereka.

Gambar 4. Model Pengembangan BlendedLearning

4. Rancangan Awal PenelitianDesain awal penelitian yang akan diusulkan

mendapatkan sebuat gambaran arsitektur sepertipada gambar 5 berikut:

Page 4: Model Pembelajaran Blended learning

Seminar Nasional Ilmu Komputer2014 (SNIKOM)Laguboti, 20 - 24 Agustus 2014

hal 4

Gambar 5. Desain Awal KonsepKnowledge Management dan BlendedLearning

5. PENUTUPPembelajaran berbasis blended learning dimulai

sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itujuga sudah terjadi adanya kombinasi (blended).Terjadinya pembelajaran awalnya karena adanyatatap muka dan interaksi antara pengajar danpembelajar, setelah ditemukan mesin cetak makaguru memanfaatkan media cetak.

Pada saat ditemukan media audio visual, sumberbelajar dalam pembelajaran mengkombinasi antarapengajar, media cetak, dan audio visual. Namunterminologi blended learning muncul setelahberkembangkanya teknologi informasi sehinggasumber dapat diakses oleh pebelajar secara offlinemaupun online. Saat ini, pembelajaran berbasisblended learning dilakukan dengan menggabungkanpembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologiaudio, teknologi audio visual, teknologi komputer,dan teknologi m-learning (mobile learning).

PUSTAKABrown, R. (2003). Blending learning: Rich

experiences from a rich picture. Training andDevelopment in Australia , 30 (3), 14-17.

Chen, I.Y.L., Chen, N.-S., dan Kinshuk (2009) :Examining the Factors Influencing Participants’Knowledge Sharing Behavior in Virtual LearningCommunities, Educational Technology &Society, 12 (1), 134–148.

Chummings, J. (2003) : Knowledge Sharing: AReview of the Literature, The World Bank,Washington, D. C.

Davenport, Thomas. (1998). Working Knowledge:HowOrganization Manage What They Know.Havard Business School Press. Boston.

Graham C.R. (2006). Blended learning systems:Definition, current trends, and future directions.The Handbook of Blended Learning Global

Perspectives, Local Designs. (Ed: Bonk, C.J. &Graham, C.R.). Pfeiffer. San Francisco.

Liao, L-F. (2006) : The Impact of Teacher’s Powersto Knowledge Sharing Behavior and LearningSatisfaction in Distance-Learning Environment,Journal of Information, Technology, and Society,2.

Passerini, K & Granger, M.J (1999). Adevelopmental model for distance learning usingthe Internet, Department of ManagementScience, School of Business and PublicManagement, The George WashingtonUniversity, Washington DC.

Tersedia:http://www.tlu.ee/~kpata/haridustehnoloogiaTLU/elearningdesignmodels.pdf [20 Juni 2013]

Singh, H. (2003) Building effective blended learningprograms, Educational Technology, 43, 51-54.

Solomon Negash, Marlene V. Wilcox. (2008).Handbook of Distance Learning for Real-Timeand Asynchronous Information TechnologyEducation.

Wang S., dan Noe R.A. (2010) : KnowledgeSharing: A review and Directions for FutureResearch, Human Resource ManagementReview, 20, 115–131.