model manajemen perubahan dalam pengembangan …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/isi-212216030...

209
i MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh Zulfikar Ali Khamdani, S.Pd.I NIM: 212216030 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PROGAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2018

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

i

MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM

PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN WALI SONGO

NGABAR PONOROGO

TESIS

Oleh:

Muh Zulfikar Ali Khamdani, S.Pd.I

NIM: 212216030

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO

2018

Page 2: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

ii

Page 3: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

iii

Page 4: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

iv

Page 5: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

v

ABSTRAK

Zulfikar, Muhammad, Model Manajemen Perubahan dalam Pengembangan Mutu

Pendidikan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo. Tesis,

Progam Studi Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana, Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Iza Hanifudin,

Ph.D.

Kata Kunci: Pesantren, Manajemen Perubahan, Pengembangan Mutu

Pendidikan.

Globlalisasi akan menimbulkan persaingan, persaingan ini akan terjadi

pada segala bidang, tak terkecuali dunia pendidikan, dan lebih khusus dunia

Pondok Pesantren. Melihat perkembangan globalisasi saat ini yang begitu cepat,

terutama pada zaman millenial ini, agar dapat survive mengikuti perkembangan

zaman, pondok pesantren atau lembaga pendidikan tidaklah cukup hanya dengan

memanage serta memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, akan tetapi aspek

yang cukup vital ialah adanya manajemen perubahan. Pembenahan dan perubahan

manajemen pesantren merupakan bagian yang sangat penting dari upaya

pengembangan pendidikan di dunia pesantren. Pengembangan mutu dan kualitas

pendidikan secara sungguh-sungguh adalah kebijakan yang sangat strategis bagi

masa depan.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis proses,

implementasi dan faktor manajemen perubahan di Pondok Pesanten “Wali Songo”

dalam pengembangan mutu pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikannya

yang bermutu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, karena peneliti langsung menggali data di lapangan yaitu PPWS

Ngabar Ponorogo. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat

tahapan yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses implementasi

manajemen perubahan sesuai dengan konsep manajemen perubahan Burnes.

Bahwa perubahan organisasional dapat dilihat sebagai produk dari tiga proses

organisasi yang bersifat independen, yaitu a. The Choice process,

implementasinya ialah menggunakan metode SWOT, memfokuskan pada

peningkatan kualitas mutu bahasa dan al-Qur’an, serta pengambilan keputusan

perubahan diputuskan dalam musyawarah rapat kerja, b. The trajectory process,

implementasinya ialah pembenahan visi, menerapkan tiga komponen penting,

yaitu: Perencanaan mutu, Pelaksanaan dan control mutu, serta, menumbuhkan dan

mempertahankan budaya mutu dengan Total Quality Management (TQM) adapun

c. The change process, implementasinya ialah pendekatan pada mekanisme untuk

mencapai dan hasil perubahan yang mencakup input, proses, dan output yang

berdasarkan mutu. Terkait resistensi timbul dari individual. Faktor Perubahannya

ialah dari great individuals dan Gerakan perubahan (empowerment) dengan

pendekatan Normatif-Reedukatif.

Page 6: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN..………………… iii

PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………….. iv

MOTTO ………………………………………………………………… v

ABSTRAK ……………………………………………………………… vi

PERSEMBAHAN ……………………………………………………… vii

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiv

PEDOMAN TRANSLETERASI ……………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………. 1

B. RUMUSAN MASALAH …………………………………... 11

C. FOKUS PENELITIAN …………………………………….. 11

D. TUJUAN PENELITIAN …………………………………… 11

E. MANFAAT PENELITIAN ………………………………... 12

F. TEMUAN TERDAHULU ……………...………………….. 12

G. METODE PENELITIAN ………………………………….. 16

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ………………………… 29

BAB II KONSEP MANAJEMEN PERUBAHAN DAN MUTU

PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN……………...…….

30

A. Konsepsi Manajemen Perubahan ..……………………… 30

1. Pengertian Manajemen Perubahan ………..…………. 30

2. Tujuan dan Prinsip Manajemen Perubahan ……….…. 33

3. Karakteristik Pendekatan Manajemen Perubahan ……... 35

4. Jenis Manajemen Perubahan …………………………. 42

Page 7: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

vii

5. Masalah Dalam Manajemen Perubahan ……………… 43

6. Target Dalam Manajemen Perubahan ………………... 47

7. Mengelola Manajemen Perubahan Secara Efektif …… 48

8. Ruang Lingkup dan Tahapan Manajemen Perubahan .. 49

9. Model Perubahan ……………………………………… 55

10. Perubahan Sosial ……………………………………… 61

B. Mutu Pendidikan Pesantren ……………………………… 61

1. Pengertian Mutu Pendidikan Pesantren …..…………… 64

2. Karakter Pendidikan Pesantren Yang Bermutu ……….. 66

3. Indikator Mutu Pendidikan Pesantren Yang Bermutu … 71

4. Mendesain Pendidikan Bermutu di Pesantren …………. 73

5. Pengembangan Tiga Sistem Mutu untuk Pendidikan

Pondok Pesantren ………………………………………

78

6. Komponen Strategis Manajemen Mutu Progam

Pendidikan Dalam Pengembangan Pendidikan Pondok

Pesantren ………………………………………………

80

BAB III APLIKASI MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN

DALAM PENGEMBANGAN MUTU PONDOK

PESANTREN WALI SONGO NGABAR……………………

85

A. Data Umum ……………………………………………… 85

1. Profil Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar …………. 85

B. Data Khusus

1. The Choice Process (Proses Pilihan) Perubahan Dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar Ponorogo ………………………………

112

2. The Trajectory Process (Proses Lintasan) Perubahan

Dalam Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar Ponorogo ………………………………

117

3. The Change Process (Proses Perubahan) Dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar Ponorogo ………………………………

126

4. Faktor Manajemen Perubahan Dalam Pengembangan

Page 8: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

viii

Mutu di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

Ponorogo ……………………………………………….

143

BAB IV ANALISIS KRITIS MODEL MANAJEMEN

PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN MUTU DI

PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR ………

146

A. The Choice Process (Proses Pilihan) Perubahan Dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo”

Ngabar Ponorogo …………………………………….......…

146

B. The Trajectory Process (Proses Lintasan) Perubahan Dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo”

Ngabar Ponorogo ……………………………………………

152

C. The Change Process (Proses Perubahan) Dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo”

Ngabar Ponorogo ……………………………………………

162

D. Faktor Manajemen Perubahan Dalam Pengembangan Mutu

di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo………...

181

BAB V PENUTUP ……………………………………………………. 184

A. Kesimpulan ………………………………………………… 184

B. Saran-saran …………………………………………………. 186

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 188

BIOGRAFI ……………………………………………………………... 194

LAMPIRAN ……………………………………………………………. 195

Page 9: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jenis Kegiatan Harian 109

Tabel 3.2. Jenis Kegiatan Mingguan 110

Tabel 3.3. Data Santri TMI 2018-2019 110

Tabel 3.4. Data Guru TMI 2018-2019 111

Tabel 3.5. Data Seluruh Santri Ngabar 111

Tabel 3.6: Analisa Evaluasi Pencapain Progam TMI 125

Tabel 3.7: Mata Pelajaran Unggulan 2018 137

Tabel 4.1: Analisa Evaluasi Pencapain Progam TMI 160

Page 10: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Langkah Analisis Data Model Miles & Huberman 24

Gambar 2.1. Penyebab timbulnya penolakan individu terhadap perubahan 45

Gambar 2.2. Penyebab timbulnya penolakan kelompok terhadap perubahan 47

Gambar 2.3. Model Manajemen Perubahan Burnes 50

Gambar 2.4. Hirarki Konsep Mutu 80

Gambar 2.5. Perencanaan Mutu 81

Gambar 2.6. Pelaksanaan Mutu 82

Gambar 2.7. Evaluasi Mutu 83

Gambar 2.8.Sirkulasi Progam Kegiatan Pondok Pesantren Berdasarkan

Pendekatan Deming

84

Gambar 3.1. Konsep Perencanaan Mutu TMI 122

Gambar 3.2. Jadwal Kegiatan Seleksi Santri Baru 129

Gambar 3.3. SOP Bulis Pagi Al-Azhar 133

Gambar 3.4. Media Sosial Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar 134

Gambar 3.5. Konsep Pencapaian ISO 90001/2015 Ngabar 136

Gambar 3.6. Konsep Manajemen Keuangan Ngabar 140

Gambar 4.1. Konsep Perencanaan Mutu TMI 156

Gambar 4.2.Sirkulasi Progam Kegiatan Pondok Pesantren Berdasarkan

Pendekatan Deming

159

Page 11: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan Tesis ini berdasarkan Surat

Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987 dan

Nomor 0543 b/U/1987 tentang Transliterasi Huruf Arab ke dalam Huruf Latin

adalah sebagai berikut :

A. Konsonan

Huruf-huruf bahasa Arab ditransliterasi ke dalam huruf sebagai berikut:

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif اTidak

dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Sa Ṡ Es (titik di atas) ث

Jim J Je ج

Ha Ḥ Ha (titik di bawah) ح

Kha Kh Ka dan Ha خ

Dal D De د

Za Ż Zet (titik di atas) ذ

Ra R Er ر

Za Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy Es dan Ye ش

Sad Ṣ Es (titik di bawah) ص

Dad Ḍ De (titik di bawah) ض

Ta Ṭ Te (titik di bawah) ط

Za Ẓ Zet (titik di bawah) ظ

Page 12: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

xii

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ain ‘ Apostrof terbalik‘ ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

Ha H Ha هـ

Hamzah ’ Apostrof ء

Ya Y Ye ى

B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Vokal tunggal bahasa Arab

yang lambangnya berupa tanda atau harakat, vokal rangkap bahasa Arab yang

lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya

berupa gabungan huruf.

Contoh vokal tunggal : كسر ditulis kasara

ditulis ja‘ala جعل

Contoh vokal rangkap :

1. Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai (أي).

Contoh: كيف ditulis kaifa

2. Fathah + wāwu mati ditulis au (او).

Contoh: هول ditulis haula

Page 13: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

xiii

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang di dalam bahasa Arab dilambangkan

dengan harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda. Vokal

panjang ditulis, masing-masing dengan tanda hubung (-) diatasnya.

Tanda Nama Huruf Latin Nama

…ا Fathah dan alif â a dengan garis di atas

...ي Atau fathah dan ya

...ي Kasrah dan ya î i dengan garis di atas

...و Dammah dan wau û u dengan garis di atas

Contoh : قال ditulis qâla

ditulis qîla قيل

ditulis yaqûlu يقول

D. Ta marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu : ta’ marbutah yang hidup

atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah

[t]. Sedangkan ta’ marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun,

transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah,

maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh : روضةالاطفال ditulis rauḍah al-aṭfāl

ditulis rauḍatul aṭfāl روضةالاطفال

E. Syaddah

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda tasydid, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan

perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Page 14: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

xiv

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh

huruf kasrah ـــــى, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i).

Contoh : ربنا ditulis rabbanâ

ب ditulis qarraba قر

ditulis al-ḥaddu الحد

F. Kata Sandang Alif + Lam (ال)

Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Kata sandang diikuti huruf syamsiah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang

langsung mengikuti kata sandang itu atau huruf lam diganti dengan

huruf yang mengikutinya.

Contoh : جل ditulis ar-rajulu الر

ditulis as-syamsu الشمس

2. Kata sandang diikuti huruf qamariah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditulis al-.

Contoh : الملك ditulis al-Maliku

ditulis al-qalamu القلم

G. Hamzah

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir kata, maka ditulis

dengan tanda apostrof (’).

H. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.

Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah

lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang

dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bias

dilakukan dengan dua cara, bisa terpisah per kata dan bisa pula dirangkaikan.

Contoh :

ازقين اللهلهوخيرالر وان

Page 15: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

xv

Ditulis Wa innallâha lahuwa khair al-râziqîn

Atau Wa innallâha lahuwa khairurrâziqîn

I. Huruf Kapital

Walaupun dalam sistem huruf Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf kapital tetap digunakan. Penggunakan huruf kapital

sesuai dengan EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk penulisan

huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului

oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Penggunaan huruf

kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang

lengkap demikian dan kalau penulisa itu disatukan dengan kata lain sehingga

ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

Contoh : البخاري ditulis al-Bukhârî

ditulis al-Baihaqî البيهقي

Page 16: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke-19

dewasa ini sangat populer bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola

perusahaan atau lembaga pendidikan tak terkecuali lembaga pendidikan Islam.

Dubrin dalam bukunya Thoyyib, memandang bahwa “Manajemen sebagai suatu

disiplin ilmu atau bidang studi, orang, atau karir.”1 Menurut Holt dalam bukunya

Akdon, mengatakan “Management is the process of planning, organizing,

leading, and controlling that encompases human, material, financial, and

information resources is an organization envirounment”.2 Lebih lanjut Terry

dalam Ondi memberi pengertian bahwa Management is distince process

consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to

determine and accomplish stated objectives by us of human being and others

resources.3 Jadi manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pengalaman, dan pengendalian yang dilakukan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Faktor penentu utama sebuah organisasi, lembaga pendidikan, atau

perusahaan ialah dapat dilihat dari kepemimpinannya. Kepemimpinan yang baik,

akan memanage dengan baik, begitupun sebaliknya, kepemimpinan yang kurang

1 Muhammad Thoyyib, Model Otonomi Manajemen Mutu Perguruan Tinggi Islam di Indonesia,

(Yogyakarta: Cetta Media, 2015), hal. 15 2 Akdon, Srategic Management For Educational Management, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 3

3 Ondi Saondi, Membangun Manajemen Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hal. 3

Page 17: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

2

baik, akan memanage dengan cara yang kurang baik. Hal tersebut, selaras

dengan yang disampaikan Martoyo, bahwa Pemimpin adalah inti dari

manajemen.4 Dapat diartikan bahwa, kesuksesan pada perencanaan,

pengorganisasian, pengevaluasian tergantung banyaknya pada bagaimana seorang

pemimpin itu memimpin. Di samping hal tersebut, sumber daya manusia (SDM)

suatu lembaga pendidikan atau perusahaan harus mumpuni. Para pakar

manajemen mengatakan bahwa untuk dapat berkembang dan berjayanya sebuah

organisasi, harus memiliki power atau daya/kekuatan, daya/kekuatan tersebut

dapat diperoleh dari beberapa sumber yang dapat diberdayakan, salah satunya

ialah sumber daya manusia.5

Melihat perkembangan globalisasi saat ini yang begitu cepat, terutama pada

zaman millenial ini, agar dapat survive mengikuti perkembangan zaman,

organisasi atau lembaga pendidikan tidaklah cukup hanya dengan memanage serta

memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, akan tetapi aspek yang cukup

vital ialah adanya manajemen perubahan. Organisasi publik atau modern harus

menyiapkan dan menempatkan manajer yang mampu memimpin pembaharuan,

kalau tidak demikian, organisasi atau perusahaan tersebut, tak mampu bertahan

dan akan lenyap tergilas oleh situasi, dan kondisi, lantaran tak mampu

menghadapi tuntutan lingkungan yang semakin kompetitif, dan harapan

masyarakat.6 Dalam dunia pendidikan perubahan telah menjadi karakteristik

4 Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: PT. BPFE Yogyakarta, 2000),

hal. 175. 5 Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal. 16

6 Ismail Nawawi, Manajemen Perubahan Teori dan Aplikasi pada Organisasi Publik dan Bisnis,

(Bogor, Ghalia Indonesia, 2014), hal. 1

Page 18: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

3

utama,7 Perubahan selalu mendatangkan ketidakpastian, dan kekawatiran, akan

tetapi tanpa adanya perubahan lembaga atau organisasi tersebut finished.

Pondok Pesantren ialah institusi budaya yang lahir atas prakarsa dan inisiatif

(tokoh) masyarakat dan bersifat otonom, sejak awal berdirinya merupakan potensi

strategis yang ada di tengah kehidupan sosial masyarakat.8Hal senada juga

disampaikan Mujamil, bahwa pondok pesantren ialah “Sesuatu lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan

sistem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem

pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari

leadership kiai seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang

bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal”.9

Ada dua kategori akademik yang sudah diasumsikan jauh-jauh hari oleh para

ilmuan; yakni dominannya kepemimpinan kiai dan kemandirian pengelolaannya.

Sejarah pun memang mencatat, pondok pesantren lahir atas inisiasi sosok kiai dan

partisipasi aktif masyarakat di dalamnya.10

Selain kekuatan kepemimpinan kiai,

terdapat pula aspek kemandirian. Ada dua kontestasi pemaknaan kemandirian

7 Karna Husni, Manajemen Perubahan Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hal. 16

8 A. Halim, Rr. Suhartini, M. Khoirul Arif, A. Sunarto, Manajemen Pesantren, (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2009), hal. 207 9 Mujamil Qomar, Pesantren, (Jakarta; Erlangga, 2008), hal. 2-3

10 Para sejarawan mencatat Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan agama

sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji“ ilmu agama Islam. Pondok Pesantren sebagai

lembaga tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian

(indigenous) Indonesia, sebab keberadaanya mulai dikenal di bumi Nusantara pada periode abad

ke 13 – 17 M, dan di Jawa pada abad ke 15 – 16 M. Pondok pesantren pertama kali didirikan oleh

Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Magribi, yang wafat pada tanggal 12 Rabiul

Awal 822 H, bertepatan dengan tanggal 8 April 1419 M. Menurut Ronald Alan Lukens Bull,

Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan Pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk

menyebarkan Islam di Jawa. Lihat: Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret

Perjalanan (Jakarta: Paramadiana, 1997), hal. 3. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren

(Jakarta: INIS, 1994), hal. 6. Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani

Press, 1997), hal.70. Ronald Alan Lukens Bull, A Peaceful Jihad: Javanese Education and

Religion Identity Construction, (Michigan:Arizona State University, 1997), hal. 70

Page 19: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

4

pondok pesantren, dalam bingkai kesejarahan; pertama, pondok pesantren mandiri

karena kekuatan partisipasi aktif masyarakat sekitar. Kedua, kekuatan

kemandirian pondok pesantren berada pada sosok “kegigihan” kiai

mempertahankan lembaganya tersebut.11

Berdasarkan kategorisasi di atas, para

pakar manajemen pendidikan, mengkategorisasikan kedua model pengelolaan

pondok pesantren tersebut, sebagai sistem manajemen tradisional dalam

pesantren, dimana pengelolaannya berdasarkan pada proses seleksi alamiah. Baik

itu dukungan masyarakat yang kuat, atau kekuatan ekonomis yang dimiliki oleh

para kiai. Hal ini memang sedikit berbeda pada fenomena baru, dimana pondok

pesantren mulai menginternalisasi hal-hal baru ke dalam proses manajerialnya.

Betapapun, dalam pengamatan sehari-hari, kita juga melihat bagaimana

pondok pesantren mengalami proses pengembangan (baca; perubahan)

pengadaptasian diri dari wujud tradisional menjadi modern, dan sangat modern,

dari sisi manajemen. Secara manajerial, pondok pesantren tidak akan bisa

dilepaskan dari mindset berfikir seorang kiai (pemimpin pondok pesantren). Kiai

adalah sumber kapital terkuat dari seluruh elemen-elemen pondok pesantren.

Bahkan, Zamahsyari Dhafier mengatakan pondok pesantren tradisional, secara

manajerial, sangat bertumpu pada kekuatan kapital ekonomi yang dimiliki kiai,

mulai dari sawah, tanah, dan sumber- sumber ekonomi lainnya.12

Kongkretnya, ada beberapa contoh model-model pengelolaan pondok

pesantren profesional dan modern. Di Pasuruan Jawa Timur, Pondok Pesantren

11

Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1984), hal. 17 12

Ibid, hal. 18

Page 20: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

5

Sidogiri, mereka mempunyai banyak produk ekonomi diantaranya ialah; air

minum santri, sarung dan juga percetakan, bahkan majalah yang merupakan

pemasukan bagi mereka.13

Selain brand Sidogiri yang mereka jual di pasaran.

Mereka juga mempunyai koperasi-koperasi yang dibangun di daerah-daerah,

hingga mencapai keseluruh pelosok Jawa Timur. Selain penguatan ekonomi di

atas, Pondok Pesantren Sidogiri menjawab tantangan globalisasi, dengan

meningkatkan kualitas informasi dan teknologinya, hal tersebut terlihat dengan

adanya website Sidogiri.net, aktif dalam media sosial facebook, twitter, youtobe,

dan lain-lain.14

Lebih dari itu, yang menjadi kunci dari semua hal di atas tentu

tidak lain dari kualitas Kepemimpinan dan SDM yang berkualitas dan bermutu.

Sama halnya dengan Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, Pondok Pesantren

Darut Tauhid yang terkenal dengan manajemen tingkat tingginya, yang

memberikan warna baru pondok pesantren yang ada di Indonesia. Serta Pondok-

Pondok lain yang belum tersebut, menunjukkan eksistensinya sampai saat ini, dan

semakin menjadi harapan dan kepercayaan masyarakat.

Fakta-fakta dan fenomena di atas membuktikan bahwa, sistem manajemen

pondok pesantren tidak lagi bertumpu pada resources yang dimiliki oleh kiai.

Pondok pesantren dikelola berdasarkan pada prinsip-prinsip manajerialisme

modern. Eksistensi Pondok Pesantren sampai saat ini membuktikan bahwa adanya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak menjadi masalah. Adanya

13

Menurut data yang ada, dipondok pesantren Sidogiri telah berdiri: Pertama, BMT-UGT (Usaha

Gabungan Terpadu) dengan sembilan cabang. Kedua, BMT-MMU (masalah Mursalah fil-Ummah)

dengan 10 cabang. Ketiga, BPR Untung Suropati, kelima, Kepontren dengan 10 unit usaha dan 5

komoditi unggulan. Kecuali kepontren, secara kelembagaan semua terpisah secara struktural

organisatoris dengan pondok pesantren sidogiri. 14

(Online), https://sidogiri.net/, diakses pada Rabu, 21 Februari 2018 M

Page 21: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

6

perkembangan tersebut, dapat dipecahkan oleh Pondok Pesantren dengan adanya

perubahan-perubahan yang dilakukan menyesuaikan tuntutan moderinisasi dan

globlalisasi, di samping hal itu, tetap mempertahankan keunikan atau kekhasan

dari Pondok tersebut. Sebagaimana tertuang dalam salah satu kaidah “al-

Muhafadhotu ‘ala qadimi al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah”

(menjaga tradisi-tradisi lama sembari menyesuaikan dengan tradisi-tradisi modern

yang lebih baik). Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta

pengembangan mutu merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara

terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam seluruh proses yang ada pada

pondok pesantren, kalau tidak ingin pondok pesantren kalah bersaing dalam

menjalani era globalisasi ini.

Fenomena yang terjadi ialah mayoritas out put Pondok Pesantren kurang

pada penguasaan materi umum, akibatnya banyak santri kesulitan untuk

masuk/diterima di perguruan tinggi sesuai pilihannya, baik di dalam maupun luar

negeri. Hal ini perlu menjadi renungan, dan perlu adanya perubahan, agar kedepan

lulusan pesantren tidak hanya fokus dan handal pada aspek keagamaan/

spiritualitas, akan tetapi dapat membuktikan bahwa lulusan pesantren dapat

menguasai keilmuan umum. Karena hal tersebut merupakan kebutuhan peserta

didik untuk dapat survive pada abad 21 ini. Hal tersebut selaras dengan apa yang

disampaikan Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, saat membuka acara

Education Expo ASESI (Asosiasi Sekolah Sunnah Indonesia) tanggal 29 Oktober

2017, bahwa proyeksi pendidikan abad 21 ada 3 komponen yang mendasar yaitu:

Page 22: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

7

15a. Karakter/Akhlak, meliputi karakter moral (iman, taqwa, jujur, rendah hati),

dan karakter kinerja (ulet, kerja keras, tangguh, tidak mudah menyerah, tuntas), b.

Kompetensi (berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif/kerjasama), c.

Literasi/Keterbukaan wawasan (baca, budaya, teknologi, keuangan).

Beberapa contoh kasus telah terjadi pada dunia pendidikan, mulai dari

moral remaja, dan generasi muda khususnya nampak makin memprihatinkan yang

belum mampu menumbuhkan kader bangsa yang mempunyai karakter, religius,

mandiri dan anti korupsi. Tawuran pelajar banyak terlihat di sana sini, perilaku

kriminal, dan berbagai perbuatan yang a moral dewasa ini banyak dilakukan para

pelajar. Contoh kasus terjadi di Kota Sampang Madura, Siswa menganiaya

gurunya Ahmad Budi Cahyono sampai meninggal dunia, memberi kode keras

betapa moralitas dunia pendidikan perlu mendapat perhatian sangat serius.16

Inilah

bukti bahwa praktik pendidikan yang ada belum mampu menyentuh secara

keseluruhan, domain akal dan terutama menyentuh jiwa dan hati mereka,

sehinggga terlihat orientasi pengembangan intelektual menjadi prioritas utama

dari suatu pendidikan, dan tanpa diimbangi dengan kekuatan spiritual.

Kondisi yang memperhatikan tersebut semakin diperparah dengan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) kita yang masih rendah. Sesuai data yang

dipublikasikan Indeks Berita, menegasakan bahwa pada tahun 2017, kualitas

SDM penduduk Indonesia berada pada posisi yang sangat memprihatinkan, yaitu

berada pada peringkat 113 dari 188 negara. Laporan UNDP (United Nations

15

Online, https://www.youtube.com/watch?v=Nl5-pOnjtS8, dilihat Rabu, 22 November 2017,

pukul 06.00 WIB. 16

Online, http://regional.kompas.com/read/2018/02/03/17174861/guru-yang-tewas-dianiaya-

muridnya-diduga-mengalami-patah-tulang-leher, diakses pada Ahad, 25 Februari 2018, pukul

11.57 WIB.

Page 23: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

8

Development Progam) tersebut, mencakup 3 hal, yaitu; tingkat pendidikan,

kesehatan, serta ekonomi rata-rata masyarakat.17

Di samping hal itu, kualitas

pendidikan Republik Indonesia masuk rangking bawah. Hal tersebut dapat dilihat

dari daftar peringkat progam for International Students Assesment (PISA),

sebagaimana diwartakan, dalam pemeringkatan PISA 2015, posisi Indonesia

berada di urutan ke-72.18

Pondok pesantren lahir atas prakarsa dan inisiatif (tokoh) masyarakat dan

bersifat otonom, yang merupakan potensi strategis yang ada di tengah kehidupan

sosial masyarakat. Potensi dan peran pesantren memberikan potensi dan peran

strategis serta signifikan dalam memberikan sumbangsih bagi peningkatan

keswadayaan, ekonomi, pendidikan, kemandirian dan partisipasi masyarakat. hal

tersebut, senada dengan apa yang di sampaikan Moh. Ali Aziz, bahwa pesantren

di samping sebagai agen perubahan (agent of change), sekaligus sebagai pelopor

kebangkitan umat.19

Globlalisasi akan menimbulkan persaingan, persaingan ini akan terjadi

pada segala bidang, tak terkecuali dunia pendidikan, dan lebih khusus dunia

Pondok Pesantren. Hukum persaingan di mana-mana adalah sama, yaitu siapa

yang unggul, dialah yang akan menjadi pemenangnya. Mereka yang tidak

mempunyai keunggulan, akan menjadi pecundang. Arief Furhan menyampaikan

keunggulan yang amat menentukan ialah keunggulan di bidang ekonomi dan

17

Online, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3455970/peringkat-indeks-

pembangunan-manusia-ri-turun-ini-kata-pemerintah, diakses pada Ahad, 25 Februari 2018, pukul

11.58 WIB. 18 Online, https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20171204/281852938896566, diakses

pada Ahad, 25 Februari 2018, pukul 11.58 WIB 19

A. Halim, Rr. Suhartini, M. Khoirul Arif, A. Sunarto, Manajemen Pesantren, (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2009), hal. 208.

Page 24: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

9

iptek.20

Oleh sebab hal tersebut, lembaga pendidikan, khususnya lembaga

pendidikan pesantren seyogyanya fokus pada pengembangan mutu SDM yang

ada, karena keunggulan ekonomi dan iptek terletak pada keunggulan SDM yang

dimilikinya.

Maka dari itu, pembenahan dan perubahan manajemen pesantren

merupakan bagian yang sangat penting dari upaya pengembangan pendidikan di

dunia pesantren.21

Langkah ini menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya

peningkatan kualitas pendidikan nasional. Peningkatan mutu dan kualitas

pendidikan secara sungguh-sungguh adalah kebijakan yang sangat strategis bagi

masa depan. Banyak contoh negara-negara maju karena berkat perhatian dan

keseriusan mereka terhadap penyiapan sumber daya manusia melalui sektor

pendidikan.

Penelitian tentang manajemen perubahan dalam pengembangan mutu

Pondok Pesantren mengambil tempat di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar

Ponorogo. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada beberapa fakta, pertama,

dari penjajakan awal Peneliti, didapat situasi sosial dari Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar menggunakan sistem pendidikan boarding school sistem modern,

dan kurikulum yang digunakan perpaduan kurikulum Gontor dan pemerintah

(Kemenag). Kedua, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar di samping memiliki

konsen dalam pengembangan nilai-nilai keislaman dan dirosah islamiyah juga

telah melaksanakan perubahan-perubahan dan pengembangan mutu pondok

pesantren hal tersebut terlihat semakin bertambahnya kepercayaan Wali santri

20

Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 2004),

hal. 26. 21

Abdulloh Sukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren, (Ponorogo, Trimurti Press, 2005), hal. xvi

Page 25: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

10

untuk memasukkan anaknya ke pondok tersebut, yang mana, pondok tersebut

pernah mengalami fase kemunduran dengan rendahnya kuantitas santri yang ada,

dan lambat laut, meningkat kembali dan tetap survive sampai sekarang. Di

samping hal tersebut, adanya progam unggulan yaitu progam al-Qur’an, tahfidz,

dan bahasa di Pondok Ngabar sebagai karakteristik pendidikan integratifnya yang

kompetitif.

Dari hasil penjajakan awal serta fakta di atas, penulis mengambil judul

tesis “Model Manajemen Perubahan dalam Pengembangan Mutu

Pendidikan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.”

Page 26: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

11

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan beberapa rumusan

masalah, diantaranya:

1. Bagaimana The Choice Process (Proses Pilihan) Manajemen Perubahan di

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo?

2. Bagaimana The Trajectory Process (Proses Lintasan) Manajemen

Perubahan di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo?

3. Bagaimana The Change Process (Proses Perubahan) di Pondok Pesantren

“Wali Songo” Ngabar Ponorogo?

4. Bagaimana Faktor Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar Ponorogo dalam Pengembangan Mutu Pendidikan Pondok

Pesantren?

C. FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian dalam penelitian ini ialah:

1. Penelitian difokuskan pada proses pilihan, lintasan, dan perubahan dalam

manajemen perubahan dalam pengembangan mutu pendidikan di pondok

pesantren wali songo Ngabar Ponorogo.

2. Faktor apa yang mempengaruhi dan berperan dengan adanya perubahan

tersebut, yang kaitannya dalam pengembangan mutu pendidikan di

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo.

Page 27: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

12

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui dan menganalisis The Trajectory Process (Proses

Lintasan) Manajemen Perubahan Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar

Ponorogo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis The Trajectory Process (Proses

Lintasan) Manajemen Perubahan Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar

Ponorogo.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis The Change Process (Proses

Perubahan) Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor Manajemen Perubahan di

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo dalam Pengembangan

Mutu Pendidikan Pondok Pesantren.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritik

Penelitian bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuwan bagi

pemerhati perkembangan manajemen pendidikan khususnya Manajemen

Perubahan dan sebagai landasan dan rujukan dalam menentukan kebijakan

terkait implementasi dan model Manajemen perubahan dalam pengembangan

mutu pondok pesantren.

2. Manfaat Praktis

Akan merupakan sumbangan yang berharga bagi Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar, khususnya bagi stekholder dalam pengembangan mutu

pondok pesantren.

Page 28: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

13

F. TEMUAN TERDAHULU

1. Ada beberapa studi tentang manajemen perubahan. Yensi Afriza

misalnya, dalam penelitiannya yang berjudul, Implementasi Manajemen

Perubahan oleh Kepala Sekolah (Studi Deskriptif Kualitatif di SMA

Muhammadiyah Bengkulu Selatan), menulis tentang fokus kepala

sekolah dalam mengimplementasikan manajemen perubahan di SMA

terkait aspek pengambillan keputusan, kurikulum, kesiswaan, sarana

pendidikan, tenaga pendidik, keuangan, dan hubungan masyarakat. Dari

beberapa aspek di atas peneliti hanya ingin mendeskripsikan

implementasi manajemen perubahan di sekolah tersebut.22

2. Penelitian semisal dilakukan oleh Antaresti pada tahun 2014 dengan tesis

yang berjudul, Analisis Manajemen Perubahan untuk Peningkatan

Keefektifan Peran Manajer Madya dalam Penerapan Sistem Penjaminan

Mutu.23

Studi kasus di Universitas Katolik Widya Utama. Menurut

peneliti, bahwa kesiapan berubah dari manajer madya masih perlu

ditingkatkan karena hanya dua aspek yang mendapat tanggapan positif

yaitu discrepancy dan appropiateness. Untuk 3 aspek kesiapan berubah

yang lain yaitu aspek principal support, efficacy dan personal valence

terdapat beberapa hambatan yang dapat menurunkan kesiapan berubah

manajer madya. Sebagai change implementer, kemampuan manajer

22

Yensi Afriza, “Implementasi Manajemen Perubahan Oleh Kepala Sekolah: Studi Deskriptif di

SMA Muhammadiyah Bengkulu”, Tesis Magister Manajemen Pendidikan, (Bengkulu: Universiatas

Bengkulu, 2013). 23

Antaresti, “Analisis Manajemen Perubahan Untuk Peningkatan Keefektifan Peran Manajer

Madya Dalam Penerapan Sistem Penjaminan Mutu.,” Tesis Magister Manajemen, (Surabaya:

Universitas Katolik Widya Mandala, 2014).

Page 29: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

14

madya untuk mengelola perubahan yang meliputi kemampuan

komunikasi, memotivasi dan membangun Tim masih perlu ditingkatkan.

Hambatan yang dihadapi manajer madya dalam mengelola perubahan

dapat dikelompokkan menjadi hambatan personal dan hambatan

organisasi. Hambatan personal terkait dengan pengetahuan dan

kemampuan manajer madya untuk mengelola perubahan dalam

penerapan sistem penjaminan mutu. Sedangkan hambatan organisasi

terkait dengan kebijakan manajer puncak, budaya kebebasan akademik

dan sistem yang bersifat loosely coupled.

3. Muhammad Arifin,24

Strategi Manajemen Perubahan dalam

Meningkatkan Disiplin Perguruan Tinggi. Sesuai dengan judulnya, maka

fokus jurnal ini adalah bagaimana strategi yang dilakukan oleh Perguruan

Tinggi dalam menyesuaikan situasi dan kondisi yang sedang dan akan

terjadi. Manajemen perubahan sangat tepat dilakukan dalam

meningkatkan disiplin utamanya pada perguruan tinggi. Manajemen

perubahan itu sendiri adalah merupakan proses, alat, dan teknik untuk

mengelola orang-orang melalui proses perubahan untuk meningkatkan

disiplin, sehingga tujuan lembaga dapat tercapai. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Keberhasilan manajer dalam mengelola perubahan

harus bersinergi dengan disiplin. Manajemen perubahan harus diawali

dengan peningkatan disiplin. Disiplin harus berubah dari yang kurang

menjadi lebih, sebab disiplin adalah ibarat garam dalam suatu masakan

24

Muhammad Arifin, “Strategi Manajemen Perubahan Dalam Meningkatkan Disiplin Perguruan

Tinggi.” Jurnal EduTech, Vol. 3 No. 1 Maret 2017.

Page 30: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

15

yang apabila tidak ada akan sangat mempengaruhi akan cita dan rasa

gulainya. Oleh sebab itu strategi yang baik dalam melaksanakan

manajemen perubahan untuk meningkatkan disiplin akan sangat

bermanfaat terhadap perguruan tinggi.

4. Apri Nuryanto, Manajemen Perubahan Dalam Peningkatan Mutu

Sekolah. Fokus peneliannya berkaitan dengan Berubahnya kurikulum

sekolah dari KTSP menjadi kurikulum 2013, akan membawa perubahan

dalam pengelolaan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai

pimpinan setiap satuan pendidikan harus memahami manajemen

perubahan dan mampu mengelola perubahan agar kinerja sekolah dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013 tercapai pada gradasi yang tinggi.

Secara umum tujuannya adalah agar dapat memahami konsep, dan teori-

teori dalam menjemen perubahan, dan selanjutnya mampu menerapkan

dalam praktik mengelola perubahan sekolah dari kurikulum KTSP

menuju kurikulum 2013.

Jika melihat, setidaknya, dari tiga judul di atas, perbedaan penelitian ini ada

dalam tiga aspek; pertama, bahwa studi manajemen perubahan yang akan peneliti

lakukan tidak hanya mendiskripsikan, akan tetapi peneliti mencoba untuk

menganalisis implementasi dan model manajemen perubahan yang digunakan.

Serta bagaimana implementasi menejemen perubahan dalam pengembangan mutu

Pondok Pesantren. Kedua, penelitian ini mengambil di pondok pesantren dengan

berbagai macam setting social yang bermacam-macam yang akan

mendeskripsikan dan menganalisis dari pondok pesantren tersebut. Ketiga,

Page 31: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

16

penelitian ini berdasarkan pada yang ada di Pondok Ngabar yang memiliki banyak

sistem pendidikan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, penelitian ini murni

membicarakan manajemen perubahan dalam mengembangkan mutu pondok

pesantrennya, melalui aspek-aspek yang ada di pondok pesantren tersebut.

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor

mendefiniskan ”pendekatan kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku (tindakan) yang diamati.25

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya dengan

penelitian lainnya. Bogdan dan Biklen mengajukan lima karakteristik yang

melekat pada penelitian kualitatif, yaitu: naturalistic, descriptive data,

concern with process, inductive, and meaning.26

Sedangkan Lincoln dan

Guba mengulas 10 (sepuluh) ciri penelitian kualitatif, yaitu: latar alamiah,

peneliti sebagai instrumen kunci, analisis data secara induktif, grounded

theory, deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil.27

Berikut adalah deskripsi singkat aplikasi lima karakteristik tersebut

dalam penelitian ini. Pertama, penelitian kualitatif menggunakan latar alami

(natural setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri sebagai

25

Robert C. Bogdan & S.J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods (New York:

John Wiley, 1975), hal. 5. 26

Robert C. Bogdan, & Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education; An introduction

to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982), hal. 4.

27 Lincoln & Guba, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Publishers, 1981), hal. 39-44

Page 32: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

17

instrumen kunci. Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini, peneliti

langsung terjun ke lapangan (tanpa diwakilkan), yaitu di Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar. Kedua, penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data

yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata, gambar-gambar dan

bukan angka-angka. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai

ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkip

wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen dan rekaman lainnya. Ketiga,

dalam penelitian kualitatif, ”proses” lebih dipentingkan daripada ”hasil”.

Sesuai dengan latar yang bersifat alami, penelitian ini lebih memperhatikan

pada proses merekam serta mencatat aktifitas-aktifitas kegiatan yang

dilakukan di tempat penelitian. Keempat, analisis dalam penelitian kualitatif

cenderung dilakukan secara induktif. Artinya bahwa penelitian ini, bertolak

dari data di lapangan, kemudian peneliti memanfaatkan teori sebagai bahan

penjelas data dan berakhir dengan suatu penemuan hipotesis atau teori.

Kelima, makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti berusaha mencari ”makna” dari

”kegiatan-kegiatan yang dijalankan di tempat penelitian.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.28

Dengan pendekatan

studi kasus (case study) atau penelitian lapangan (field research).

28

Tentang pengertian penelitian kualitatif, menurut Locke, Spridouso dan Silverman

adalah:“Qualitative research is interpretative research. As such, the deviates, values and judgment

of the research become state explicitly in the research report. Such openness is considered to be

useful and positive.” (Penelitian kualitatif merupakan penelitian interpretative, dalam kaitan ini,

bisa atau prasangka, penilaian dan pendapat, dari peneliti tertuang secara eksplisit di laporan riset.

Keterbukaan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang sangat berguna dan positif). Bodgan dan

Page 33: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

18

3. Instrumen Penelitian

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan

skenarionya.29

Untuk itu, posisi peneliti dalam penelitian adalah sebagai

instrumen kunci, partisipan penuh, dan sekaligus pengumpul data. Sedangkan

instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.

4. Sumber dan Jenis Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan

lainnya.30

Berkaitan dengan hal itu, sumber dan jenis data dalam penelitian

ini adalah: kata-kata, tindakan, sumber tertulis, foto, dan statistik.

Pertama, kata-kata. Kata-kata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kata-kata orang-orang yang diwawancarai atau informan, yaitu: KH. Heru

Saiful Anwar, MA (Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar), H.

Moh. Zaki Su’adi, Lc., MA., MPI., Ketua Yayasan Pemeliharaan &

Pengembangan Wakaf Wali Songo (dibaca: YPPW-PPWS) dan Koordinator

Sekretariat Pimpinan Pondok, H. Said Abadi, Lc., MA., Direktur Tarbiyatul

Mu’allimin Al-Islamiyah (dibaca: TMI), Kedua, tindakan. Tindakan yang

Taylor dalam Moleong mengartikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

mengasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, gambar dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1997), hal. 3. 29

Pengamatan berperanserta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang

memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama

itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku

tanpa gangguan. Robert C. Bogdan, Participant Observation in Organizational Setting (Syracuse

New York: Syracuse University Press, 1972), hal. 3. 30

Lofland, Analyzing Social Setting: A Guide to Qualitative Observation and Analysis (Belmont,

Cal: Wadsworth Publishing Company, 1984), hal. 47.

Page 34: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

19

dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan orang-orang yang diamati,

yaitu: Manajemen Perubahan Pesantren, model perubahan, serta

pengembangan mutu. Ketiga, sumber tertulis. Meskipun sumber data tertulis

bukan merupakan sumber data utama, tetapi pada tataran relitas peneliti tidak

bisa melepaskan diri dari sumber data tertulis sebagai data pendukung. Di

antara sumber data tertulis dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Keempat, foto. Dalam penelitian ini, foto digunakan sebagai

sumber data penguat hasil observasi, karena pada tataran realitas foto dapat

menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan

untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara

induktif. Dalam penelitian ini ada dua katagori foto, yaitu foto yang

dihasilkan orang lain dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.

Sedangkan foto yang dihasilkan oleh peneliti adalah foto yang diambil

peneliti di saat peneliti melakukan pengamatan berperanserta. Sebagai contoh

adalah foto kegiatan Manajemen Perubahan Pondok Pesantren, model

perubahan, pengembangan mutu. Kelima, data statistik. Yang dimaksud

dengan data statistik dalam penelitian ini, adalah bukan statistik alat analisis

sebagaimana digunakan dalam penelitian kuantitatif untuk menguji hipotesis,

tetapi statistik sebagai data. Artinya data statistik yang telah tersedia akan

dijadikan peneliti sebagai sumber data tambahan. Sebagai contoh adalah data

statistik jumlah siswa, jumlah guru, jumlah unit usaha dan jumlah kegiatan.

Page 35: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

20

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Sebagaimana yang ditulis oleh Lincoln dan Guba, maksud dan

tujuan dilakukannya wawancara dalam penelitian kualitatif adalah 1

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain; 2 merekonstruksi

kebulatan-kebulatan yang dialami masa lalu; 3 memproyeksikan

kebulatan-kebulatan yang diharapkan untuk dialami pada masa yang

akan datang; 4 memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi

yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia

(triangulasi); dan 5 memverifikasi, mengubah dan memperluas

konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan

anggota.31

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terbuka.

Maksud wawancara terbuka dalam konteks penelitian ini adalah

orang-orang yang diwawancarai (informan) mengetahui bahwa mereka

sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan

diwawancarai. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah

wawancara terstruktur dan tak terstuktur. Wawancara terstruktur

dilakukan dengan tujuan memperoleh keterangan atau informasi secara

detail dan mendalam mengenai pandangan responden tentang

implementasi manajemen perubahan di Pondok Pesantren Wali Songo

31

Lincoln & Guba, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Publishers, 1981), hal. 266.

Page 36: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

21

Ngabar. Adapun wawancara tak terstruktur artinya pelaksanaan tanya

jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Orang-orang yang

dijadikan informan dalam penelitian ini, ditetapkan dengan cara

purposive sampling dan snowball sampling. Sesuai yang ditulis Sugiono,

bahwa purposive sampling ialah teknik pengumpulan sampel dengan

pertimbangan tertentu.32

Artinya peneliti perlu membuat suatu pedoman,

agar dapat memperoleh data atau informasi yang dimagsud. Sedangkan

snowball sampling, ialah teknik penetuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar.33

Artinya agar data yang didapat,

lebih mendalam dan komprehensif. Adapun wawancara akan dilakukan

kepada KH. Heru Saiful Anwar, MA, sebagai Pimpinan Pondok

Pesantren Wali Songo, Ketua Yayasan, Ketua-ketua lembaga yang ada di

kedua pondok tersebut. data yang diambil dari informan-informan

tersebut ialah 1). Sejarah Pondok, 2). Visi & Misi Pondok, 3). Profil

Pondok Panca Jiwa, 4). Arah & Tujuan Pendidikan dan Pengajaran, 5).

Struktur Lembaga Pondok Situasi Pendidik, dan Peserta Didik, 6).

Kurikulum Yang digunakan, 7). Kegiatan ektrakulikuler, 8). Jumlah unit

usaha 9). Implementasi manajemen Perubahan, 9). Penghambat

manajemen perubahan, dan 10). Pengembangan mutu pondok pesantren.

b. Observasi

Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam ”catatan

lapangan”. Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam

32

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 124 33

Ibid, hal. 125

Page 37: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

22

penelitian kualitatif. Sebagaimana ditegaskan oleh Bogdan dan Biklen

bahwa seorang peneliti pada saat di lapangan harus membuat “catatan”,

setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “catatan

lapangan”. Sebab ”jantung penelitian” dalam konteks penelitian kualitatif

adalah ”catatan lapangan”. Catatan tersebut menurut Bogdan dan Biklen

adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data

dalam penelitian kualitatif.34

Observasi dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian, yaitu berupa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

implementasi manajemen perubahan di Pondok Pesantren dalam

pengembangan mutu pesantren di lembaga pesantren tersebut, seperti

proses pembelajaran, suasana pendidikan di Pondok, proses rapat

pengembangan mutu, dan lain sebagainya. Prosedur ini dimagsud untuk

melengkapi prosedur pengumpulan data yang berasal dari wawancara

dan dokumentasi.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman

(record). Lincoln dan Guba membedakan definisi antara dokumen dan

rekaman. Menurutnya “rekaman” adalah setiap pernyataan tertulis yang

disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu

34

Lihat dalam Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education; An introduction

to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982), hal. 74.

Page 38: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

23

peristiwa. Sedangkan “dokumen” adalah setiap bahan tertulis yang tidak

dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu.35

Menurut Arikunto, dokumentasi didefinisikan sebagai ”setiap bahan

tertulis seperti buku-buku, majalah-majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan lain sebagainya”.36

Tentunya

dalam hal ini ialah catatan tertulis yang sering digunakan untuk

memperoleh data dokumen tentang manajemen perubahan, dan

pengembangan mutu pondok pesantren seperti dokumen perubahan yang

telah dilaksanakan, dokumen hasil evaluasi mutu selama beberapa tahun,

rencana perubahan dan mutu Pondok Pesantren dan lain sebagaianya.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat

kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.37

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep

yang diberikan Miles & Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas

35

Lincoln & Guba, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Publishers, 1981), hal. 228. 36

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 149 37

Analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field

notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to

enable you to present what you have discovered to others. Lihat dalam Robert C. Bogdan dan

Biklen, Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods, hal. 157.

Page 39: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

24

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, dan

datanya sampai jenuh. Aktifitas yang dimaksud meliputi data reduction, data

display dan conclusion, 38

sebagaimana pada gambar berikut:

Pengumpulan

Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan

Gambar 1.1

Langkah Analisis Data Model Miles & Huberman

Data yang ditemukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi di

stakeholder Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar sangat komplek. Untuk itu

peneliti melakukan reduksi data, yaitu kegiatan merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, disesuaikan dengan

fokus penelitian.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data

(data display), yaitu pemaparan data sesuai dengan masing-masing fokus

penelitian dalam bentuk uraian, dan bagan yang menghubungkan antar

katagori. Sebagai langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. 38

Lihat dalam Matthew B. Miles & AS. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep

Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), hal. 16.

Page 40: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

25

7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

a. Pengamatan yang Tekun.

Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang terkait tentang kegiatan Manajemen

Perubahan Pondok Pesantren, unit-unit usaha, dan kegiatan

ekstrakulikuler, kegiatan belajar mengajar, dan pengembangan mutu

pondok pesantren.

Ketekunan pengamatan menyediakan ”kedalaman”. Ketekunan

pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan

pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap

faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan kegiatan-

kegiatan Manajemen Perubahan Pondok Pesantren, unit-unit usaha, dan

kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan belajar mengajar, dan pengembangan

mutu pondok pesantren. kemudian menelaahnya secara rinci sampai pada

suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau

seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.

b. Triangulasi.

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam konteks penelitian ini,

Page 41: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

26

teknik triangulasi yang digunakan hanya tiga teknik, yaitu triangulasi

sumber, triangulasi metode dan triagulasi penyidik.39

1) Pertama, triangulasi dengan sumber

Triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.40

Contoh penerapan triangulasi dengan sumber dalam konteks

penelitian ini adalah menggali kebenaran informan tertentu melalui

berbagai metode dan sumber perolehan data. Selain wawancara, dan

observasi, peneliti menggunakan observasi terlibat (participant

observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan

resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.

2) Kedua, triangulasi dengan metode

Triangulasi dengan menggunakan metode dalam konteks

penelitian ini, digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan

melakukan check data kepada sumber yang sama dengan metode

yang berbeda.41

Aplikasinya dalam penelitian ini adalah

membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda.

Peneliti menggunakan metode wawancara bebas dan terstruktur,

serta peneliti menggunakan wawancara, observasi, atau pengamatan

untuk mengecek kebenarannya.

39

Norman K. Denzin, Sociological Methods (New York: McGraw-Hill, 1978), hal. 65. 40

Michael Quinn Patton, Qualitative Evaluation Methods (Beverly Hills: Sage Publications,

1987), hal. 331. 41

Michael Quinn Patton, Qualitative Evaluation Methods (Beverly Hills: Sage Publications,

1987), hal. 329.

Page 42: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

27

3) Ketiga, triangulasi dengan penyidik

Triangulasi dengan penyidik dalam konteks penelitian ini,

digunakan untuk pengecekan kembali derajat keabsahan data dengan

jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya. Contoh

penerapannya dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah

menggunakan lebih dari satu orang yang berpengalaman dalam

pengumpulan dan analisis data.

c. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi.

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil

sementara yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-

rekan sejawat. Contoh penerapannya dengan sumber dalam konteks

penelitian ini adalah mengumpulkan data yang diperoleh, kemudian dari

data tersebut dicek satu-persatu dalam suatu forum diskusi dengan

sejawat, untuk menyeleksi data-data yang valid dan dibutuhkan oleh

peneliti.

d. Kecukupan Referensial.

Konsep kecukupan referensial dalam konteks penelitian mula-mula

diusulkan oleh Eisner dalam Lincoln dan Guba sebagai alat untuk

menampung dan menyesuaikan dengan data tertulis untuk keperluan

evaluasi.42

Kecukupan referensial dalam proses penelitian ini adalah

dengan mengggunakan camera, tape-recorder, handycam sebagai alat

perekam yang pada saat senggang dimanfaatkan untuk membandingkan

42

Lincoln dan Guba, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Publishers, 1981), hal. 313.

Page 43: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

28

hasil yang diperoleh dengan kritik yang telah terkumpul. Contoh

penerapannya dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah

mempersiapkan semua alat-alat tersebut dalam proses penelitian, serta

menggunakannya ketika proses wawancara, observasi dan pengamatan

pada proses penelitian dilaksanakan.

8. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 4 (empat) tahapan. Yaitu:

(1) tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian,

memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai

keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian, (2)

Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta sambil mengumpulkan

data, (3) Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah

pengumpulan data, dan (4) Tahap penulisan laporan.

Page 44: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

29

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam penelitian ini, maka

penulis menyusun kerangka dengan sistematika sebagai berikut:

Bab Satu: PENDAHULUAN: Yaitu merupakan pola dasar yang

menggambarkan alur pemikiran penulis dalam penyusunan tesis, meliputi: Latar

belakang masalah, rumusan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kajian teoritik dan telaah penelitian terdahulu, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab Dua: KAJIAN PUSTAKA: Funsinya sebagai acuan dasar teori yang

digunakan untuk mengkaji data-data empiris yang diteliti, meliputi: Pengertian

Manajemen, Pengertian Manajemen Pendidikan, Pengertian Manajemen Pondok

Pesantren, dan implementasi dan faktor Manajemen Pondok Pesantren dalam

pengembangan mutu pondok pesantren.

Bab Tiga: PENYAJIAN DATA: Berfungsi sebagai penyajian data empiris

yang subtansinya meliputi: tinjauan umum wilayah penelitian (Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar), serta penyajian data umum dan khusus.

Bab Empat: ANALISIS DATA: Berfungsi sebagai analisis data, yaitu

tentang analisis implementasi Manajemen Perubahan Pondok Pesantren di PPWS,

dan analisis Faktor Manajemen Perubahan di PPWS.

Bab Lima: PENUTUP: Merupakan bab terakhir yang mencakup tentang

kesimpulan, saran-saran, kata penutup, daftar kepustakaan, dan lampiran-lampiran

yang diperlukan.

Page 45: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

146

BAB II

KONSEP MANAJEMEN PERUBAHAN DAN MUTU PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN

A. Konsepsi Manajemen Perubahan

1. Pengertian Manajemen Perubahan

Mengutip pendapat Griffin, manajemen adalah sebuah proses

perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, dan evaluasi aktivitas atau kegiatan

yang ada di dalam organisasi.43

Tony Bush menganggap bahwa manajemen

adalah satu ilmu pengetahuan yang menjelaskan tentang proseduralisme yang

wajib dilalui oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi

yang sudah dicanangkan dan direncanakan sebelumnya.44

Manajemen menurut Warren Bennis, adalah proses penempatan orang

pada posisi yang tepat (getting people to do what needs to be done), agar

tujuan-tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif dan efesien.45

Hani

Handoko mengamini bahwa concern utama logos manajemen adalah cult of

effeciency and effectivity. Efesiensi adalah sebuah nilai yang mengajarkan

setiap program yang dicanangkan organisasi harus tepat waktu dan memiliki

hitungan anggaran yang cukup. Sedangkan efektifitas adalah nilai yang bisa

didapat dari program yang dicanangkan dan orang yang melaksanakan

kegiatan tersebut.46

43

Sebagaimana dikutip Husaeni Usman, Manajemen,”Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan” edisi

3, (Jakarta: Bumi aksara, 2009), hal. 624 44

Tony Bush, Leadership and Management Development (Los Angeles & London: SAGE Pub.

2008), hal. 6 45

Warren Bennis, on Becoming a Leader (Philadelpia; Basic Book Inc, 2009), hal. 34 46

Hani Handoko, Manajemen, (Jogjakarta: BPFE, 2003), hal.7

Page 46: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

31

Adapun pengertian terkait perubahan, Cook memformulasikan konsep

perubahan adalah proses dimana kita pindah dari kondisi yang berlaku

menuju kondisi yang diinginkan yang dilakukan oleh individu, kelompok,

serta organisasi dalam hal bereaksi terhadap kekuatan dinamik internal

maupun eksternal.47

Perubahan merujuk pada sebuah terjadinya sesuatu yang

berbeda dengan sebelumnya. Perubahan bisa juga bermakna melakukan hal-

hal dengan cara yang baru, memasang sistem baru, mengikuti prosedur-

prosedur manajemen baru, mengikuti jalur baru, mengadopsi teknologi baru,

penggabungan (merging), melakukan reorganisasi, atau terjadinya peristiwa

yang bersifat mengganggu (disruptive) yang sangat signifikan.48

Potts dan La Marsh melihat bahwa perubahan merupakan pergeseran dari

keadaan sekarang suatu organisasi menuju keadaan yang diinginkan di masa

depan. Perubahan dari keadaan sekarang tersebut dilihat dari struktur, proses,

orang dan budaya.49

Sementara itu Wibowo menyampaikan perubahan selalu

dimulai dengan inisiatif pandangan pada hasil positif. Hambatan paling

umum untuk keberhasilan perubahan ialah resistensi manusia, yang

menyebabkan resistensi dan perubahan terjadi lebih cepat dan lancar.50

Pandangan para ahli di atas, tentang makna perubahan sangat bervariasi

menurut sudut pandang dan pengalaman masing-masing. Oleh sebab itu,

pengertian-pengertian tersebut, dapat dikombinasikan dan disesuaikan dengan

kondisi yang ada.

47

Ismail Nawawi Uha, Manajemen Perubahan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 2 48

Jeff Davidson, Change Management, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 3 49

Rebecca Potts and Jeanne La Marsh, Master Change Maximize Success, (British, Copyrighted

Material, 2004), Hal. 36. 50

Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal. 242.

Page 47: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

32

Sedangkan manajemen perubahan ialah suatu proses secara sistematis

dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan

untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari

proses tersebut.51

Wibowo juga mengatakan bahwa Manajemen Perubahan

merupakan pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi,

dalam kondisi lingkungan yang bergerak terus-menerus. Dengan demikian,

manajemen perubahan pada hakikatnya adalah merupakan manajemen kinerja

yang bersifat dinamis. Hal yang paling berperan untuk keberhasilan

perubahan ialah sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, peningkatan

kualitas SDM secara terus-menerus merupakan suatu keharusan.52

Dalam industrial management, Lisa Kudray dan Brian Kleiner

mendefinisikan manajemen perubahan sebagai “sebuah proses penyejajaran

(alignment) berkelanjutan sebuah organisasi dengan pasarnya dan

melakukannya dengan lebih tanggap dan efektif daripada pesaingnya.”53

Manajemen perubahan ditujukan untuk memberikan solusi bisnis yang

diperlukan dengan sukses dengan cara yang terorganisasi dan dengan metode

melalui pengeloalaan dampak perubahan pada orang yang terlibat di

dalamnya. Maka dari itu, Manajemen perubahan perlu mengambil pelajaran

dari pengalaman sebelumnya, menjalankan proses perubahan dengan benar,

51

Ibid, hal. 241 52

Wibowo, Manajemen Perubaha…, hal. V 53

Jeff Davidson, Change Management…, hal. 4

Page 48: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

33

dan memberikan peran dan tanggung jawab kepada semua stekholder sesuai

dengan proporsinya.54

Pendekatan dalam manajemen perubahan ialah pertama: mengidenfikasi

siapa, di antara mereka yang yang terkena dampak perubahan, yang mungkin

menolak perubahan; kedua, menelusuri sumber, tipe dan tingkat resistensi

perubahan yang mungkin ditemukan; ketiga, mendesain strategi yang efektif

untuk mengurangi resistensi tersebut. Artinya menerapkan manajemen

perubahan, dapat memperkirakan jumlah resistensi yang mungkin terjadi dan

waktu serta uang yang diperlukan berkaitan dengan resistensi. Hal ini

memungkinkan orang yang harus melakukan perubahan mengukur faktor

penting, seperti apakah perubahan berharga untuk dilakukan dan seberapa

kemungkinan keberhasilan yang diperoleh. Memahami mengapa orang

menolak berubah dan bagaimana mengatasi resistensi ini merupakan inti dari

manajemen perubahan.55

2. Tujuan dan Prinsip Manajemen Perubahan

a. Tujuan Manajemen Perubahan

Tujuan perubahan disatu sisi untuk memperbaiki kemampuan

organisasi dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan

disisi lain, mengupayakan perubahan perilaku karyawan untuk

meningkatkan produktivitasnya. Perubahan harus dilakukan secara hati-

hati dengan mempertimbangkan berbagai hal agar manfaat yang

ditimbulkan oleh perubahan harus lebih besar daripada beban kerugian

54

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 241 55

Ibid, hal 242

Page 49: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

34

yang harus ditanggung. Sementara itu, Wibowo dalam bukunya

Manajemen Perubahan mengatakan bahwa, adanya perubahan untuk

mempertahankan bahkan meningkatkan daya saingnya dalam kompetisi

yang semakin ketat.56

b. Prinsip Manajemen Perubahan

Pada hakikatnya, kehidupan manusia maupun organisasi diliputi oleh

perubahan secara berkelanjutan. Di satu sisi karena adanya faktor

eksternal yang mendorong terjadinya perubahan, di sisi lain perubahan

justru dirasakan suatu kebutuhan internal. Oleh karena itu, perubahan

perlu lebih dipahami untuk mengurangi tekanan resistensi terhadap

perubahan. Resistensi merupakan suatu hal yang wajar dan dapat

diatasi.57

Memahami manajemen dan perubahan merupakan kebutuhan

mutlak, namun tidak cukup. Persoalan berikutnya ialah bagaimana

perubahan tersebut harus dikelola. Pemahaman tentang manajemen

perubahan diperlukan agar kemungkinan keberhasilan suatu upaya

perubahan lebih besar. Untuk itu, manajemen perubahan perlu

mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya, menjalankan proses

perubahan dengan benar, dan memberikan peran dan tanggung jawab

kepada semua stakeholder sesuai proporsinya.58

56

Ibid, hal. 5. 57

Ibid, hal, 81. 58

Ibid, hal. 241.

Page 50: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

35

3. Karakteristik Pendekatan Manajemen Perubahan

Perubahan telah menjadi karakteristik utama dunia pendidikan pada

beberapa tahun terakhir ketika beragam perundang-undangan baru telah

diimplementasikan, tetapi nasehat praktis tentang bagaimana mengelola dan

mengatasi perubahan di sekolah-sekolah sangat sulit dijumpai.59

Dalam dunia

pendidikan, khususnya di sekolah, perubahan telah banyak menimbulkan

tekanan terhadap para guru. Para guru telah mengalami stress. Bahkan, survei

yang telah dilakukan sejak pertengahan tahun 1980-an secara konsisten telah

menunjukkan peningkatan jumlah guru mangkir kerja, peningkatan insiden

fisik dan gangguan psikologis.60

Wibowo mengatakan, ada 2 pendekatan utama untuk manajemen

perubahan, yang dinamakan planed change (perubahan terencana) dan

emergent change (perubahan darurat). Pendekatan yang dipergunakan

tergantung pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Pada situasi tertentu

planed change lebih tepat dan pada kondisi lainnya, mungkin emergent

change lebih cocok.61

a. Perubahan Terencana (Planned change)

Perubahan terencana (Planned change) merupakan perubahan rutin,

berulang-ulang, dan diprediksi dan dikendalikan. Untuk melakukan

perubahan terncana dilakukan empat fase, yaitu sebagai berikut:

59

Achmad Sanusi, Manajemen Perubahan Sekolah, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hal. 16 60

Ibid, hal. 5. 61

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 246

Page 51: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

36

1) Fase eksplorasi: dalam fase ini organisasi menggali dan

memutuskan untuk membuat perubahan spesifik.

2) Fase perencanaan: proses perencanaan menyangkut

mengumpulkan informasi untuk mendiagnosis masalahnya,

menentukan tujuan perubahan dan mendesain tindakan yang

tepat untuk mencapai tujuan, dan membujuk pengambil

keputusan mencapai tujuan serta mendukung perubahan.

3) Fase tindakan: implementasi perubahan menyangkut desain

untuk menggerakkan organisasi menuju perubahan,

menciptakan pengaturan dalam mengelola proses perubahan dan

mendapat dukungan pelaksanaannya, mengevaluasi

implementasi dan umpan balik untuk penyesuaian serta

perbaikan.

4) Fase integrasi: tahapan ini berkaitan dengan konsolidasi dan

stabilisasi perubahan.

b. Pendekatan Darurat (Emergent Approach)

Pendekatan Darurat (Emergent Approach) merupakan perubahan

dengan pendekatan darurat memberikan arahan dengan melakukan lima

gambaran organisasi yang dapat mengembangkan keberhasilan

perubahan, yaitu sebagai berikut:

Struktur organisasi: perubahan struktur menuju pada organisasi

hirarkhi datar dengan lebih banyak delagasi.

Page 52: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

37

1) Budaya organisasi: budaya organisasi mencerminkan perilaku,

sikap, dan pola piker karyawan dalam bekerja.

2) Organisasi pembelajaran: pembelajaran memainkan peran kunci

dalam menyiapkan orang melakukan prubahan atau menolak

perubahan.

3) Perilaku manajerial : dalam perubahan darurat memerlukan

perubahan radikal dalam perilaku manajer.

4) Kekuatan dan politik: meskipun advokasi terhadap perubahan

darurat cenderung melihat kekuatan dan politik dari perspektif

yang berbeda, mereka semua mengenal arti pentingnya

perubahan yang harus dikelola agar perubahan menjadi efektif.62

Jeff Davidson menambahkan bahwa Setiap budaya organisasi adalah

berbeda, untuk itu, Dia mengklasifikasi lingkungan-lingkungan perubahan

menjadi beberapa kategori, agar dalam menyusun rencana manajemen dapat

disusun dengan tepat. Jeff Davidson mengklasifikasikan empat pendekatan

manajemen perubahan, yaitu: a. Pendekatan Rasional-Empiris, b. Pendekatan

Normatif-Reedukatif, c. Pendekatan Kekuasaan-Koersif, dan d. Pendekatan

Lingkungan-Adaptif.63

a. Pendekatan Rasional-Empiris

Pendekatan rasional-empiris untuk perubahan, didasarkan pada

keyakinan bahwa ada perilaku orang-orang yang dapat diprediksi, dan

mereka memberikan perhatian khusus terhadap kepentingan-kepentingan

62

Ibid, hal. 249 63

Jeff Davidson, Change Management…, hal. 63.

Page 53: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

38

diri mereka sendiri. Memahami jenis perilaku ini, member manajer

perubahan sebuah strategi berguna untuk melangkah.

Berapa komponen dari pendekatan ini percaya bahwa target-target

perubahan terselimuti oleh berbagai tahayyul, kebenaran semu, dan

ketidaktahuan, walau tetap memelihara rasionalitas. Target-target

perubahan akan mengikuti kepentingan diri mereka jika itu diungkapkan

kepada mereka yang berarti, tentu saja, bahwa sering kali mereka tidak

mengetahui apa yang terbaik bagi mereka. Orang-orang akan berubah

ketika mereka menerima komunikasi yang efektif dan informatif dan

ketika insentif-insentif bagi perubahan dipandang memadai.64

b. Pendekatan Normatif-Reedukatif

Pendekatan ini menekankan kepada bagaimana seorang Manajer

perubahan dapat mempengaruhi atau bertingkah laku dengan cara-cara

tertentu, yang selanjutnya staf/anggota dapat melakukan perubahan atau

dapat berubah. Orang-orang berubah ketika mereka memiliki suatu

perasaan tersendiri bahwa perubahan adalah demi kepentingan terbaik.

Perubahan paling siap terjadi ketika satu individu termasuk dalm sebuah

kelompok dan mengadopsi sistem nilai-nilai dan keyakinan kelompok.65

c. Pendekatan Kekuasaan-Koersif

Pendekatan ini fokus pada: 1) bagaimana mengenali bahwa orang-

orang pada dasarnya patuh, 2) menjalankan kekuasaan sebagai sebuah

64

Ibid, hal. 65. 65

Ibid, hal. 86.

Page 54: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

39

penggugah perubahan cepat, 3) menjalankan kekuasaan secara tepat, dan

4) bersandar pada sanksi-sanksi dan ketergantungan.

Pendekatan koersif atau kekuasaan yang memaksa untuk manajemen

perubahan digunakan secara semena-mena oleh sebagian pihak, secara

naïf oleh sebagian lain, dan kerap menjadi bentuk standar manajemen

perubahan. Premis utamanya ialah bahwa orang-orang pada dasarnya

patuh dan akan melakukan apa yang diperintahkan dengan sedikit atau

tanpa upaya peyakinan.

Mengupayakan orang-orang agar berubah didasarkan pada

penegakan kewenangan dan ancaman atau pemberlakuan sanksi-sanksi

atas kinerja buruk. Pendekatan ini juga disebut pendekatan kekuatan

penindas. Apapun istilah yang digunakan, penerapannya mengandung

resiko yang besar dan potensi balasannya besar. 66

d. Pendekatan Lingkungan-Adaptif

Pendekatan ini menekankan kepada: 1) meletakkan aturan, 2)

bagaimana dan kapan membuat peraturan, 3) mengatasi kelekatan dengan

norma-norma yang ada, dan 4) mengeksploitasi kekuatan-kekuatan

perusahaan/organisasi.

Premis utama dari pendekatan ini ke manajemen perubahan ialah

bahwa meskipun orang-orang berdasarkan insting mereka berupaya

66

Ibid, hal. 87.

Page 55: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

40

menghindari gangguan atau kerugian, mereka sebenarnya memiliki

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru. 67

Pendekatan dalam melakukan perubahan dapat diproses dengan cara

pulling out atau mencabut cara dan kebiasaan lama atau dapat pula dengan

cara putting up atau menempatkan cara dan kebiasaan baru. Cara untuk

melakukan perubahan, baik dalam skala kecil atau skala besar, adalah tidak

dengan melakukan penghancuran dan mengganti dengan mengurangi pekerja,

me-reenginering proses, merombak struktur, akulturasi kembali seluruh

tenaga kerja, atau menggantingan jaringan sosial dengan jaringan komputer.

Pendekatan perubahan sekarang ini yang terjadi dengan cara tersebut

dikatakan sebagai creative destruction. Pendekatan perubahan sebaiknya

dilakukan dengan creative recombination. Creative recombination adalah

mencabut apa yang sudah kita miliki dan mengkombinasikan kembali dalam

bentuk baru dan berhasil.68

Kurt Lewin mengatakan bahwa no pain, no change. Apabila tidak mau

pusing tidak akan ada perubahan. Abrahamson melihat bahwa hal tersebut

terjadi karena perubahan dilakukan dengan creative destruction. Perubahan

dapat dilakukan tanpa menimbulkan kepusingan, change without pain,

apabila dilakukan dengan creative recombination, mengombinasikan ulang

secara kreatif karena bersifat kurang mengganggu.69

67

Ibid, hal 108. 68

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 230 69

Ibid, hal. 232.

Page 56: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

41

Untuk melakukan perubahan tanpa menimbulkan kepusingan, atau

change without pain, diperlukan adanya lima faktor yang dikombinasikan

atau digabungkan kembali dalam rangka perubahan, yaitu: 1) people (orang),

2) networks (jaringan), 3) culture (budaya), 4) Processes (proses), dan 5)

structure (struktur). 70

Orang dalam suatu organisasi adalah pekerja, yang membangun network

atau jaringan kerja satu sama lain dengan menukar informasi, kebaikan,

sumber daya dan bahkan gosip melalui sistem informal organisasi. Budaya

perusahaan meliputi nilai-nilainya (misalnya dalam pengambilan keputusan

yang dilakukan melalui konsensus), norma-norma, dan peran informal. Proses

merupakan kegiatan pembaharuan, seperti pembelian, produksi atau

distribusi, yang memungkinakan perusahaan/organisasi mengubah masukan

seperti bahan baku, buruh, atau capital menjadi keluaran sebagai produk dan

jasa. Sedangkan struktur, merupakan kotak organisasi, garis komunikasi dan

pelaporan, staffing, dan mekanisme pengawasan yang ditempatkan manajer

untuk memastikan bahwa pekerja menjalankan proses secara efektif dan

efesien.71

Ketika melakukan perubahan melalui creative recombination, bukan

dengan cara menggantikan orang, network, kultur, proses, dan struktur yang

sudah ada dengan menggantikannya dengan yang baru, namun dengan

mengkombinasikan kembali apa yang sudah dimiliki. Dengan kata lain, kita

70

Ibid, hal. 232 71

Ibid, hal. 233.

Page 57: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

42

hanya melihat bagian yang ada di arsitektur organisasi untuk solusi

perubahan.

4. Jenis Manajemen Perubahan

Menurut Sulaksana dalam Haris Chandra, ada tiga jenis perubahan

organisasi menurut sifatnya, yaitu:

a. Smooth incremental change, dimana perubahan terjadi secara

lambat, sistematis dan dapat diprediksi serta mencakup rentetan

perubahan dalam kecepatan konstan.

b. Bumpy incremental change, dimana perubahan ini dicirikan sebagai

periode relatif tenang yang sekali-sekali disela percepatan gerak

perubahan yang dipicu oleh perubahan lingkungan organisasi dan

juga bisa bersumber dari internal seperti tuntutan peningkatan

efesiensi dan perbaikan metode kerja.

c. Discontinous change, dimana perubahan ditandai dengan

pergeseran-pergeseran cepat atas strategi, struktur, budaya, dan

ketiganya sekaligus. Sulaksana dalam Haris Chandra mendefinisikan

discountinous change sebagai frame breaking change, yaitu

perubahan yang bersifat revolusioner dan cepat. Dalam hal ini

mencakup:

1) Reformasi misi dan nilai-nilai inti (core value), yaitu perumusan

ulang misi dan nilai-nilai inti perusahaan.

2) Pergeseran kekuasaan dan status merefleksikan pergeseran basis

persaingan dan sumber daya.

Page 58: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

43

3) Reorganisasi strategi baru memerlukan modifikasi struktur,

sistem dan prosedur, arus kerja, jaringan komunikasi, serta pola

pengambilan keputusan.

4) Eksekutif baru, biasanya berasal dari luar perusahaan.

5. Masalah dalam Manajemen Perubahan

Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan.

Menurut Winardi masalah yang paling sering dan menonjol adalah

“penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam

manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan

atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan

tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam

bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera,

misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan

sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya

loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja

meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya. Sumber

penolakan yang terjadi dalam manajemen perubahan dapat di kategorikan

menjadi dua, yaitu:

a. Penolakan yang dilakukan secara inidivual, setiap individu

mempunyai persoalan pribadi, persepsi dan kebutuhan maka

inidividu punya potensi sebagai sumber penolakan terhadap

perubahan. Penolakan secara inividu terjadi karena:

Page 59: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

44

1) Kebiasaan

Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan

secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena

kita merasa nyaman, menyenangkan. Jika perubahan berpengaruh

besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri,

yaitu penolakan.

2) Rasa aman

Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita

memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi

menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke

padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai.

3) Faktor ekonomi

Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah

soal menurunnya pendapatan. Pegawai menolak konsep 5 hari kerja

karena akan kehilangan upah lembur.

4) Takut akan sesuatu yang tidak diketahui

Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh

karena itu muncul ketidak pastian dan keraguraguan. Kalau kondisi

sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum

pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan

menolak perubahan.

Page 60: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

45

5) Persepsi

Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara

pandang ini mempengaruhi sikap.

Gambar 2.1: Penyebab timbulnya penolakan individu terhadap perubahan

b. Penolakan Organisasional atau kelompok, organisasi pada

hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak

perubahan. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan, yaitu:

1) Inersia Struktural

Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan

tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain

sebagainya menghasilkan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka

besar kemungkinan stabilitas terganggu.

2) Fokus perubahan berdampak luas

Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya

difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu

sistem. Jika satu bagian diubah maka bagian lain pun terpengaruh

olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi

Penolakan

Individu

Rasa Aman

Faktor Ekonomi Kebiasaan

Ketidakpastian Persepsi

Page 61: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

46

baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit

berjalan lancar.

3) Inersia kelompok kerja

Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma

kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota

serikat pekerja, walau sebagai pribadi kita setuju atas suatu

perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma

serikat kerja, maka dukungan individual menjadi lemah.

4) Ancaman terhadap keahlian

Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam

keakhlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer

untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru

gambar.

5) Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang telah mapan.

Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif

seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan para

penyedia dan manajer tingkat menengah.

6) Ancaman terhadap alokasi sumber daya

Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan

sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan

organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah perubahan akan

mengurangi anggaran atau pegawai kelompok kerjanya?

Page 62: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

47

Gambar 2.2: Penyebab timbulnya penolakan kelompok terhadap perubahan

6. Target dalam Manajemen Perubahan

Menurut Winardi dalam manajemen perubahan terdapat target yang perlu

dicapai perusahaan, target tersebut diantaranya:

a. Individu, manajemen perubahan dalam suatu perusahaan melibatkan

sumber daya manusia yang ada. Manajemen perubahan yang terjadi

membuat perusahaan harus melakukan PHK untuk mengganti

dengan yang baru atau perusahaan juga melakukan promosi. Akan

tetapi beberapa perusahaan memilih untuk tidak melakukan PHK,

perusahaan menggunakan cara mempromosikan karyawan lama

tanpa harus melakukan rekuitmen.

b. Teknologi, perubahan teknologi merupakan salah satu cara umum

dengan apa suatu perusahaan di transformasi.

c. Struktural, struktur organisasi merupakan alat untuk membantu

manajemen dalam mencapai tujuannya. Struktur dapat memberikan

gambaran tentang spesialis pekerjaan dan kekuasaan dalam suatu

perusahaan.

Penolakan

Individu

Dampak Luas Perubahan

Inersia Kelompok Inersia Struktural

Ancaman Keahlian Ancaman Alokasi Sumberdaya

Ancaman Kekuasaan

Page 63: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

48

d. Proses-proses, perubahan pada sistem imbalan. Misalnya perubahan

sistem imbalan yang biasanya per jam menjadi gaji.

e. Kultur, perubahan merupakan proses jangka panjang. Perubahan

yang dijalankan suatu perusahaan membawa perusahaan mengenal

nilai-nilai budaya baru yang mendukung.

7. Mengelola Manajemen Perubahan Secara Efektif

Sulaksana dalam Haris Chandra menyatakan untuk mengelolah

manajemen perubahan secara efektif diperlukan kemampuan untuk

menciptakan keseimbangan antara pekerja, sumber daya, gagasan, peluang

dan tuntutan. Dalam hal ini manajemen puncak mempunyai pengaruh yang

kuat, untuk itu manajemen puncak mempunyai tiga ketrampilan kunci agar

dapat mengelolah manajemen perubahan secara efektif, dan tiga kunci

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengelola transisi secara efektif, yaitu dengan membuat strategis

perubahan dan belajar dari perubahan.

b. Menangani budaya organisasi dan perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap budaya peran (role culture) dan budaya tugas (task culture).

c. Positif perubahan organisasi, dengan fokus pada koalisi dominan

yang memilki pengaruh kuat atas keputusan, penggunaan sumber

daya.

Manajer mempunyai basis pengetahuan dan keahlian untuk mengelola

manajemen perubahan secara efektif. Namun tingginya tingkat kegagalan

program manajemen perubahan mengidentifikasikan bahwa sebenarnya

Page 64: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

49

banyak manajer yang tak memenuhi harapan tersebut. Penyebab kegagalan

manajemen perubahan bisa terjadi karena banyak hal, namun kebanyakan

kegagalan bersumber dari dalam organisasi itu sendiri, antara lain:

a. Semua orang dalam organisasi memandang manajemen perubahan

sebagai tujuan daripada sebagai sebuah proses yang memerlukan

perencanaan, persiapan, manajemen proyek dan perhatian konsisten.

b. Visi tentang tujuan jangka pendek maupun jangka panjang tidak

jelas.

c. Peninggalan program manajemen perubahan yang gagal karena

penangan yang buruk menciptakan budaya skeptis (bimbang) dan

cenderung menghindari resiko.

d. Gagal memberikan dukungan, pelatihan dan ketrampilan yang

diperlukan untuk membantu karyawan dalam proses adaptasi dengan

manajemen perubahan.

e. Kurangnya komunikasi yang menyangkut tentang perubahan,

misalnya memberikan informasi kepada karyawan secara bertahap

sehingga beresiko tumbuhnya gosip-gosip.

f. Terlalu memfokuskan upaya perubahan secara sempit pada satu

aspek organisasi dan mengabaikan keterkaitannya pada kehidupan

organisasi.

8. Ruang Lingkup dan Tahapan Manajemen Perubahan

Burnes, mengemukakan bahwa perubahan organisasional dapat dilihat

sebagai produk dari tiga proses organisasi yang bersifat independen, antara

Page 65: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

50

lain: a. The choice process, yang berkaitan dengan sifat, lingkup dan fokus

pengambilan keputusan; b. The trajectory process, yang berhubungan dengan

masa lalu organisasi dan arah masa depan dan hasil tersebut terlihat seperti

hasil dari visinya, magsud dan tujuan masa depan; c. The change process,

yang mencakup pendekatan pada mekanisme untuk mencapai dan hasil

perubahan.72

Hubungan dari ketiga proses terebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Model Manajemen Perubahan Burnes Sumber: Burnes, Managing Change, Essex-England: Pearson Education Limited. 2000:452

Ketiga proses tersebut saling tergantung satu sama lain dan tidak

terpisahkan. Proses ini saling bergantung karena proses perubahan itu sendiri

merupakan bagian integral dari trajectory process, dan pada gilirannya

72

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 253.

Choice

Process

Trajectory

Process

Change

Process

Context

Objectives

Vision

Planning People

Strategy

Focus

Trajectory

Change

Page 66: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

51

merupakan bagian vital dari the choice process. Di dalam masing-masing

proses terdapat sekelompok elemen, atau kekuatan, yang berinteraksi,

berbenturan dengan dan saling memengaruhi dengan cara yang halus dan

kompleks.

a. The Choice Process (Proses Pilihan)

The Choice Process terdiri dari 3 elemen, yaitu sebagai berikut:

1) Organizational Context (Konteks Organisasional)

Salah satu resep standar untuk keberhasilan organisasi adalah

bahwa mereka harus tahu kekuatan dan kelemahannya sendiri,

kebutuhan pelanggan mereka dan sifat lingkungan di mana mereka

bekerja. Akan tetapi, banyak organisasi hanya muncul untuk

memulai mengumpulkan informasi ketika mereka dalam kesulitan.

Oleh sebab itu perlu adanya penggabungan informasi kinerja

masa lalu, sekarang, dan masa depan. Perlu adanya metode untuk

benchmarking kinerja organisasi terhadap sejumlah rentang

pembanding internal maupun eksternal. Metode yang paling sering

digunakan adalah analisis SWOT (Strength (kekuatan), Weaknesses

(Kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman)), dan

PEST (Political (Politis), Economic (ekonomis), Socio-Cultural

(sosio-kultural), dan Technological (teknologis)).73

73

Ibid, hal. 254.

Page 67: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

52

2) Focus of Choice (Fokus Pilihan)

Pada suatu waktu, organisasi yang sukses memfokuskan

perhatiannya hanya pada rentang yang sempit dari isu jangka pendek,

menegah, dan panjang. Salah satunya akan berhubungan dengan

kinerja organisasi, sedangkan lainnya lebih berkepentingan dengan

membangun dan mengembangkan kompetensi atau teknologi tertentu.

Dalam beberapa hal, isunya mungkin hanya menyangkut kepentingan,

sedangkan kasus lainnya mungkin bersifat fundamental bagi ketahan

organisasi.

3) Organzational Trajectory (Lintasan Organisasional)

Arah suatu organisasi dibentuk oleh tindakan masa lalu, tujuan

dan strategi masa depan. Hal ini akan memberikan arah atau

kerangka kerja di mana menunjukkan daya penerimaan, relevansi

atau urgensi masalah, kepentingan dan maksud tindakan. Lintasan

proses meliputi penentuan dan saling memengaruhi antara visi,

strategi dan pendekatan perubahan organisasi.74

b. The Trajectory Process (Proses Lintasan)

Trajectory Process terdiri dari tiga elemen berikut:

1) Vision (Visi)

Visi bertujuan untuk membangkitkan masa depan organisasi

yang berbeda, atau realitas, dengan magsud untuk memilih salah satu

yang paling baik atau cocok. Cummings dan Huse mengembangkan

74

Ibid, hal. 255.

Page 68: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

53

pedoman bagi organisasi untuk membangun visi. Mereka beralasan

bahwa terdapat empat aspek untuk membangun visi, yaitu sebagai

berikut: a) Mission (misi), b) Valued Outcomes (nilai manfaat), c)

Valued Conditions (nilai kondisi), dan d) Mid-Point Goals (tujuan

jangka menengah).75

2) Strategy (Strategi)

Dalam konteks visi, strategi dapat didefinisikan sebagai arus

tindakan yang masuk akal atau konsisten di mana organisasi dapat

direncanakan secara terpusat dan didorong, mereka dapat

didelegasikan dan dibagikan di seluruh organisasi, dan mereka dapat

menjadi tindakan sadar dalam mencari visi, atau tidak sadar, atau

muncul sebagai hasil dari pola masa lalu keputusan, atau distribusi

sumber daya, atau respons saat ini pada masalah dan peluang.

3) Change

Seperti halnya lintasan organisasi, baik elemen penting dari

proses pilihan dan suatu proses dalam lingkungannya sendiri, sama

halnya diterapkan terhadap perubahan. Visi dan strategi membentuk

dan mengarahkan perubahan.76

Dapat disimpulkan bahwa kita dapat melihat bahwa lintasan proses, di

samping memainkan peran kunci dalam membentuk pilihan, tetapi juga

merupakan suatu proses yang kompleks terdiri dari visi, strategi, dan

perubahan.

75

Ibid, hal. 257. 76

Ibid, hal. 258.

Page 69: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

54

c. The Change Process (Proses Perubahan)

Proses perubahan terdiri dari tiga elemen yang saling berhubungan,

yaitu sebagai berikut:

1) Objectives and Outcomes (Tujuan dan Manfaat)

Sebagian besar usaha perubahan berakhir dengan kegagalan.

Dalam banyak hal, proyek perubahan gagal karena tujuan awalnya

atau hasilnya yang diharapkan tidak dipikirkan dengan baik dan

tidak konsisten. Dalam hal ini, Burnes mengusulkan pendekatan

untuk mengukur kebutuhan untuk dan tipe perubahan yang berusaha

membuat proses membangun objectives dan outcomes lebih keras

dan terbuka. Burnes mempunyai empat pendekatan berikut: a) The

Tringger (pemicu), b) The Remit (pembatalan), c) The Assesment

Team (tim pengukuran), dan d) The Assesment (pengukuran). 77

2) Planning and Change (Merencanakan Perubahan)

Apabila kebutuhan perubahan timbul dari strategi organisasi

atau dengan cara lain, sekali timbul harus terjadi dan dalam bentuk

seperti apa, maka perlu merencanakan bagaimana akan dicapai dan

kemudian bagaimana mengimplementasikan rencana.

Berikut enam kegiatan yang saling berkaitan dalam melakukan

proses perencanaan dan perubahan, yaitu: a) membentuk tim

manajemen perubahan, b) struktur manajemen, c) perencanaan

77

Ibid, hal. 259.

Page 70: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

55

aktivitas, d) perencanaan komitmen, e) audits and post-audits, dan f)

training.78

3) People

Perubahan organisasi dapat mengambil beberapa bentuk,

struktural atau teknis yang memerlukan individu dalam bentuk

perubahan sikap atau perilaku. Sebaliknya, perubahan semakin

memerlukan individu dan kelompok untuk mempertimbangkan

secara radikal terhadap sikapnya tentang bagaimana pekerjaan

diwujudkan, dan bagaimana mereka berperilaku terhadap rekan kerja

internal dan mitra eksternal. Akan tetapi, apapun bentuknya, terdapat

tiga kegiatan yang berhubungan dengan manusia yang perlu

dilakukan, yaitu sebagai berikut: a) menciptakan keinginan untuk

berubah, b) melibatkan orang, dan c) melanjutkan momentum.79

9. Model Perubahan

a. Model Perubahan Lewin

Kurt Lewin (1951) mengembangan model perubahan terencana yang

disebut force-field model yang menekankan kekuatan penekanan. Model

ini dibagi dalam tiga tahap, yang menjelaskan cara-cara mengambil

inisiatif, mengelola dan menstabilkan proses perubahan, yaitu:

unfreezing, changing atau moving dan refreezing.

1) Pencairan (Unfreezing)

78

Ibid, hal. 265. 79

Ibid, hal. 268

Page 71: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

56

Pencairan merupakan tahap pertama yang fokus pada penciptaan

motivasi untuk berubah. Pencairan merupakan usaha perubahan

untuk mengatasi resistensi individual dan kesesuaian kelompok.

Proses pencairan merupakan adu kekuatan antara faktor pendorong

dan faktor penghalang bagi perubahan status quo. Pencairan

dimaksudkan agar seseorang tidak terbelenggu oleh keinginan untuk

mempertahankan status quo dan bersedia membuka diri.

2) Changing atau Moving

Changing atau moving merupakan tahap pembelajaran di mana

karyawan diberi informasi baru, model perilaku baru, atau cara baru

dalam melihat sesuatu. Tujuannya adalah membantu karyawan

dalam mempelajari konsep atau titik pandang baru.

3) Pembekuan kembali (Refreezing)

Refreezing merupakan tahap dimana perubahan yang terjadi

distabilisasi dengan membantu karyawan mengintegrasikan perilaku

dan sikap yang telah berubah ke dalam cara yang normal untuk

melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan memberi karyawan

kesempatan untuk menunjukkan perilaku dan sikap baru.80

b. Model Perubahan Tyagi

Tyagi (2001) beranggapan bahwa model Lewin tersebut belum

lengkap, karena tidak menyangkut beberapa masalah penting. Pendekatan

sistem dalam perubahan akan memberikan gambaran menyeluruh dalam

80

Ibid, hal. 199.

Page 72: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

57

perubahan organisasi. Beberapa komponen sistem dalam proses

perubahan dimulai dengan:

1) Adanya kekuasaan untuk melakukan perubahan

2) Mengenal dan mendefinisikan masalah

3) Proses penyelesaian masalah

4) Mengimplimentasikan perubahan

5) Mengukur, mengevaluasi, dan mengontrol hasilnya.81

c. Model Perubahan Kreitner dan Kinicki

Kreitner dan Kinicki memperkenalkan pendekatan sistem yang dapat

memberikan gambaran menyeluruh atas perubahan organisasional.

Mereka menawarkan kerangka kinerja untuk memahami kompleksitas

perubahan organisasional, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Inputs

Merupakan masukan dan sebagai pendorong bagi terjadinya

proses perubahan. Semua perubahan organisasional harus konsisten

dengan visi, misi, dan rencana strategis. Di dalamnya terkandung

unsur masukan internal dan masukan eksternal yang keduanya

memiliki kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Kondisi

masukan ini sangat mempengaruhi jalannya proses perubahan.

b. Target element of change

Mencerminkan elemen di dalam organisasi yang dalam proses

perubahan. Sasaran perubahan diarahkan pada pengaturan

81

Ibid, hal. 212.

Page 73: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

58

organisasi, penetapan tujuan, faktor sosial, metode, desain kerja dan

teknologi, dan aspek manusia.

c. Outputs

Merupakan hasil akhir yang diinginkan dari suatu perubahan.

Hasil akhir ini harus konsisten dengan rencana strategik. Hasil

perubahan dapat diukur pada beberapa tujuan baik pada tingkat

organisasional, tingkat kelompok maupun tingkat individual.82

d. Model Perubahan Conner

Struktur perubahan Conner digambarkan sebagai hubungan antara

resilience (daya tahan) sebagai pusat dengan pola pendukung yang

berfungsi sebagai penguat pola utama.

e. Model Perubahan Victor Tan

Victor Tan (2002) mengemukakan bahwa untuk mencapai

keberhasilan dalam proses perubahan organisasi, pemimpin harus dapat

menenangkan pikiran dan hati orang. Victor Tan mengintroduksi empat

tahapan yang harus dilalui dalam proses perubahan, yaitu sebagai

berikut:

1) Membuka pikiran

2) Menenangkan hati

3) Memungkinkan tindakan

4) Menghargai prestasi83

82

Ibid, hal. 207. 83 Ibid, hal. 225.

Page 74: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

59

f. Model Perubahan Kotter

Untuk mengatasi kesalahan, proses perubahan dilakukan melalui

delapan tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Menumbuhkan rasa urgensi,

2) Menciptakan koalisi pengarahan,

3) Membangin visi dan strategi,

4) Mengkomunikasikan visi baru,

5) Melibatkan dan memberdayakan karyawan secara luas,

6) Membangkitkan kemenangan jangka pendek,

7) Konsolidasi dan menghasilkan perubahan, dan

8) Menancapkan pendekatan baru ke dalam budaya.

g. Model Perubahan Pasmore

Perubahan menurut Pasmore (1994) berlangsung dalam delapan

tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Persiapan

2) Analisis kekuatan dan kelemahan

3) Mendesain sub-unit baru

4) Mendesain proyek

5) Mendesain sistem kerja

6) Mendesain sistem pendukung

7) Mendesain mekanisme integratif

8) Implimentasi perubahan

Page 75: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

60

h. Model Perubahan Bridges dan Mitchell

Bridges dan Mitchell berpendapat, bahwa perubahan memerlukan

tahapan transisi reorientasi psikologis yang berlangsung lambat, yaitu

melalui tiga proses, sebagai berikut:

1) Saying goodbye

Mengucapkan selamat tinggal pada cara lama. Di atas kertas

adalah logis bergeser ke arah self-managed team, tetapi hal ini

mengakibatkan orang tidak percaya lagi pada supervisor untuk

membuat keputusan.

2) Shifting into neutral

Merupakan tahap yang sulit, penuh ketidakpastian dan

kabingungan. Tahap sulit selama ini merupakan tahap yang sulit,

terutama pada saat merger dan akuisisi, dimana keputusan karier

kebijakan dan aturan main ditinggalkan, sedangkan dua

kepemimpinan mengerjakan masalah kekuasaan dan pengambilan

keputusan.

3) Moving forward

Merupakan tindakan bergeser ke depan dan berprilaku dengan

cara baru. Fase ini memerlukan orang yang memulai berprilaku baru,

meletakkan kompetensi dan nilai risiko.84

84

Ibid, hal. 213.

Page 76: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

61

10. Perubahan Sosial

Terdapat beberapa pendapat mengenai teori perubahan sosial di

masyarakat. Perubahan di tengah masyarakat dapat terjadi oleh beberapa

faktor, antara lain, (1) Bahwa perubahan di masyarakat terjadi karena adanya

ide, pandangan hidup dan nilai-nilai. Menurut teori ini, penyebab utama

perubahan adalah ide, ideologi atau agama. Pendukung teori ini, Max Weber

percaya bahwa ideologi adalah variabel independen bagi perkembangan

masyarakat. (2) Perubahan hanya dapat dilakukan oleh great individuals

(tokoh-tokoh besar). Salah satu pengikut teori ini adalah Thomas Carlyle

yang menyebut bahwa “sejarah dunia adalah biografi orang-orang besar.”85

Menurut Carlyle, perubahan sosial terjadi karena munculnya tokoh-tokoh di

masyarakat yang dapat dipercaya dan menarik simpati sehingga melakukan

perubahan. (3) Gerakan perubahan (empowerment) akan terjadi dengan

munculnya social movement (gerakan sosial) yang terlembaga. Lembaga atau

organisasi sosial semacam Lembaga Swadaya Masyarakat dan pesantren yang

dianggap mampu menghadirkan gerakan perubahan sosial.

B. Mutu Pendidikan Pesantren

Para sejarawan mencatat Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana

pendidikan agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji“ ilmu agama

Islam. Pondok Pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna

keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab

keberadaanya mulai dikenal di bumi Nusantara pada periode abad ke 13-17 M,

85

Thomas Carlyle, “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroes in History” dalam Moh. Ali Aziz

dkk (ed.), Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hal.28-29.

Page 77: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

62

dan di Jawa pada abad ke 15-16 M. Pondok Pesantren pertama kali didirikan oleh

Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Magribi, yang wafat pada

tanggal 12 Rabiul Awal 822 H, bertepatan dengan tanggal 8 April 1419 M.

Menurut Ronald Alan Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan

Pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam di

Jawa.86

Dunia pesantren, menurut Azyumardi Azra adalah dunia tradisional Islam,

yakni dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang

dikembangkan ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu

dalam sejarah Islam. Pengertian ini berbeda dengan pengertian salaf dalam

konteks kaum salafi, di mana definisi kaum salafi adalah mereka yang memegang

paham tentang Islam pada masa awal, yaitu periode sahabat dan tabi’in besar,

yang belum dipengaruhi bid’ah dan khurafat. Karena itulah kaum salafi di

Indonesia sering menjadikan pesantren dan dunia Islam tradisional lainnya

sebagai sasaran kritik keras mereka, setidaknya karena keterkaitan lingkungan

pesantren atau kyai dengan tasawuf atau tarekat.87

Pesantren menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, “asrama tempat

santri atau tempat murid-murid belajar mengaji…”88

Akar kata pesantren berasal

dari kata “santri”, yaitu istilah yang pada awalnya digunakan bagi orang-orang

yang menuntut ilmu agama di lembaga pendidikan tradisional Islam di Jawa dan

Madura. Kata “santri” mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti

86

Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadiana,

1997), hal. 3. 87

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta:

Logos, 2002), hal. 107. 88

Tim Penyususn Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 878.

Page 78: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

63

tempat para santri menuntut ilmu. Dalam pemakaian bahasa modern, santri

memiliki arti sempit dan arti luas. Dalam pengertian sempit, santri adalah seorang

pelajar sekolah agama, sedangkan pengertian yang lebih luas dan umum, santri

mengacu pada seorang anggota bagian penduduk Jawa yang menganut Islam

dengan sungguh-sungguh, rajin shalat, pergi ke masjid pada hari Jum’at dan

sebagainya.89

Sedangkan menurut Johns, sebagaimana dikutip Dhofier, bahwa pesantren

berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan C.C. Berg, juga

dikutip oleh Dhofier, mengatakan bahwa pesantren berasal dari bahasa India,

shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, dan buku-buku

pengetahuan.90

Robson, sebagaimana dikutip Asrohah, berpendapat bahwa kata

santri berasal dari kata Tamil sattiri yang diartikan orang yang tinggal di sebuah

rumah miskin atau bangunan secara umum.91

Pesantren telah menawarkan pendidikan agama kepada mereka yang masih

buta huruf. Disamping itu pesantren juga pernah menjadi satu-satunya institusi

pendidikan milik masyarakat pribumi yang memberikan kontribusi sangat besar

dalam bentuk masyarakat melek huruf (literacy) dan melek budaya (culture

literacy).92

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berorientasi masa depan

tentu memiliki tujuan, kurikulum, visi dan misi dalam usaha membentuk bangsa

89

Clifford Geertz, Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Terjemahan Aswab

Mahasin dari The Religion of Java, Jakarta: Pustaka Jaya, 1983, hal. 268. 90

Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta, LP3ES,

1983, hal. 18. 91

Hasnun Asrohah, Pelembagaan Pesantren: Asal-usul dan Perkembangan Pesantren di Jawa,

Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Informasi Penelitian dan Diklat Keagamaan, 2004, hal. 30. 92

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,

(Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 15.

Page 79: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

64

yang lebih beradab. Adapun tujuan yang dicanangkan oleh pesantren yaitu

pendidikan yang sesuai dengan norma-norma agama Islam dan selalu bersifat

tafaqquh fi ‘l-din.93

1. Pengertian Mutu Pendidikan Pesantren

Kata mutu (kualitas) masuk ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa

Inggris, yaitu quality, dan kata ini sesungguhnya berasal dari bahasa Latin,

yaitu qualitas yang masuk ke dalam bahasa Inggris melalui bahasa Perancis

kuno, yaitu qualite. Dalam kamus lengkap (kamus komprehensif) bahasa

Inggris, kata itu mempunyai banyak arti. Tiga diantaranya: (a) suatu sifat atau

atribut yang khas dan membuat berbeda; (b) standar tertinggi sifat kebaikan;

dan (c) memiliki sifat kebaikan tertinggi.94

Hari Sudrajat, menambahkan

Mutu dalam pendidikan dengan definisi yang relatif mempunyai dua aspek:

a) pengukuran kemampuan lulusan sesuai dengan tujuan sekolah yang

ditetapkan dalam kurikulum, b) pengukuran terhadap pemenuhan kebutuhan

dan tuntutan pelanggan, yaitu orang tua siswa dan masyarakat.95

Pengertian mutu dalam berbagai literatur akademis, memiliki makna

yang cukup beragam. Menurut Ishikawa dalam bukunya Muhammad

Thoyyib, mutu dipandangnya sebagai “Something that contains a meaning of

degree from superiority of the product, as well as goods or survices.”

Muhammad Thoyyib mengartikan bahwa ada ukuran tertentu dimana dimensi

93

Muhammad Ismail, Sistem Pendidikan Pesantren Modern Studi Kasus Pendidikan Pesantren

Modern Darussalam Gontor Ponorogo, dalam jurnal At-Ta’dib, vol. 6. No. 1, (Ponorogo: Fakultas

Tarbiyah ISID, 2011), hal. 148. 94

Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu: Paradigma Baru Manajemen Pendidikan

Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 106 95

Hari Sudrajat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Peningkatan Mutu Pendidikan

Melalui Implementasi KBK, (Bandung: CiptaCekas Grafika, 2005), hal. 2.

Page 80: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

65

mutu dapat dilihat maupun tidak dapat dilihat tetapi secara tidak langsung

memberikan rasa kepuasan terhadap para pengguna jasa pendidikan.96

Nanang Fattah mengatakan bahwa mutu adalah kemampuan (ability)

yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa (services) yang dapat memenuhi

kebutuhan atau harapan, kepuasan (satisfactionz) pelanggan (customers) yang

dalam pendidikan dikelompokkan menjadi dua, yaitu internal dan

eksternal.97

Secara lebih tegas Sallis menyatakan bahwa “Quality is

unification of product attributes that showing its ability on fulfilling

requerements from direct or indirect costomers, implicit, and unimplicit

requirements.”98

Dalam kontek ini, mutu sebagai sebuah kebutuhan dapat

dimaknai sebagai kebutuhan yang tidak hanya untuk masa kini tetapi juga

untuk masa depan. Artinya kepuasan masyarakat terhadap hasil pendidikan

yang dicapai oleh pondok pesantren sesuai dengan harapan masyarakat di

masa kini dan di masa depan.

Maka dilihat dari segi korelasi mutu dengan pendidikan Islam

(pesantren), maka mutu dapat diartikan sebagai kemampuan pesantren dalam

pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen

yang berkaitan dengan pesantren sehingga menghasilkan nilai tambah

terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.99

Artinya

Pesantren dikatakan bermutu jika output yang dihasilkannya mampu

96

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi Manajemen Mutu Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Cetta

Media, 2015), hal. 39. 97

Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2013), hal. 2. 98

Edwards Sallis, Total Quality Management in Education, (New Jersey: Prentice Hal.Inc. 2001),

hal. 21. 99

Mukhamad Ilyasin & Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aditya

Media, 2012), hal. 261.

Page 81: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

66

menyatukan antara pendidikan agama dengan pendidikan umum sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Artinya, keseimbangan dalam diri output

pendidikan pesantren merupakan kebutuhan primer. Keseimbangan antara

aspek yang transendental dengan yang profane dalam formulasi ini dan tujuan

dari Pendidikan Islam tertuang di kerangka terminologi pendidikan Islam

sendiri. Seperti Muhammad Kamal Hasan yang dikutip oleh Yasmadi

memberikan terminologi Pendidikan Islam yaitu suatu proses yang

komprehensif dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan

yang meliputi intelektual, spiritual, emosi dan fisik, sehingga seorang Muslim

disiapkan dengan baik untuk melaksanakan tujuan-tujuan kehadirannya oleh

Tuhan sebagai hamba dan wakilnya di dunia.100

2. Karakter Pendidikan Pesantren yang Bermutu

Mutu dalam pendidikan memiliki Karakteristik yang khas, karena

pendidikan bukanlah industri. Dalam pendidikan, produk pendidikan itu

bukanlah goods (barang) tetapi services (layanan). Pemakai (pelanggan)

pendidikan ada yang bersifat internal dan ekternal. Guru dan siswa adalah

pemakai jasa pendidikan yang bersifat internal. Sedangkan orang tua,

masyarakat dan dunia kerja adalah pemakai eksternal jasa pendidikan.

pemakai ini perlu mendapat perhatian karena mutu dalam pendidikan harus

memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan semua pemakai (stakeholders).

Dalam hal ini pemakai yang menjadi fokus utama pendidikan adalah

“leaners” (peserta didik). Peserta didik yang menjadi alasan utama

100

Muhammad Ismail, Sistem Pendidikan Pesantren Modern…, hal. 148.

Page 82: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

67

diselenggarakan pendidikan, dan peserta didik pula yang menyebabkan

keberadaan lembaga maupun sistem pendidikan.

Sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin maju, masyarakat

dengan tingkat rasionalitas yang memadai, sudah demikian cerdas untuk

menentukan pilihan yang lebih rasional dan berwawasan ke depan, tidak lagi

bersifat emosional dan mengandalkan primordialisme. Mereka memilih

lembaga pendidikan yang bermutu untuk menyekolahkan anak-anaknya pun

sangat rasional dan mempertimbangkan prospek ke depan. Mereka akan

menentukan pilihan kepada lembaga pendidikan yang bermutu yang

dipandangnya ideal, yakni lembaga pendidikan yang mampu

mengembangkan potensi dan akhlak, mampu mengembangkan aspek

intelektual, dan mampu mengembangkan potensi sosial maupun keterampilan

anak didiknya.101

Saat ini, ada kecenderungan kuat di kalangan keluarga Muslim untuk

menyekolahkan anaknya di pesantren, baik karena alasan sistem ataupun

lingkungan sosial dan budaya. Fenomena ini menunjukkan bahwa lembaga

pendidikan pesantren tengah mengalami semacam “kebangkitan” atau

setidaknya menemukan “popularitas” baru. Hal ini menjadi indikasi tentang

harapan orang tua muslim untuk mendapatkan pendidikan Islami yang baik,

kompetitif, dan bermutu bagi anak-anaknya.102

101

Imam Suprayogo, Quo Vadis Madrasah, Gagasan, Aksi, dan Solusi Pembangunan Madrasah,

(Yogyakarta: Hikayat, 2007), hal. 55-56. 102

Sulthon dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Laksbang, 2006), hal.

29.

Page 83: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

68

Salah satu indikator dari pendidikan bermutu adalah kemampuan institusi

pendidikan tersebut melahirkan sumberdaya manusia yang bermutu. Adapun

maksud sumber daya yang bermutu adalah manusia yang memiliki

kemampuan prakarsa, kerja sama, kerja tim, pelatihan kesejawatan, penilaian,

komunikasi, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan,

penggunaan informasi, perencanaan keterampilan belajar dan keterampilan

multibudaya.103

Pendidikan bermutu dapat dilihat dari sisi prestasi siswa, proses

pembelajaran, kemampuan lulusan dalam mengembangkan potensinya di

masyarakat serta dalam hal memecahkan masalah dan berpikir kritis. Oleh

karena itu, perlu mengkaji mutu dari segi proses, produk, maupun sisi internal

dan kesesuaian. Mutu dilihat dari proses adalah efektivitas dan efisiensi

seluruh faktor berperan dalam proses pendidikan. Faktor-faktor tersebut,

misalnya, kualitas pendidik, sarana-prasarana, suasana belajar, kurikulum

yang dilaksanakan, dan manajemen pengelolaannya. Faktor-faktor tersebut

yang akan membedakan mutu pendidikan pesantren, dan mutu proses

pendidikan dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap lulusannya.

Lulusan dari pesantren yang mempunyai faktor-faktor yang mendukung

proses pembelajaran bermutu tinggi akan mempunyai pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang tinggi pula. Atau dengan kata lain,

103

Abdul Hadis dan Nurhayati B., Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.

70-71.

Page 84: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

69

pendidikan yang bermutu pada dasarnya akan menghasilkan sumber daya

manusia yang bermutu pula.104

Selain hal di atas, Pendidikan di pesantren harus memiliki sistem kriteria

tertentu yang menjadi karakteristik pesantren bermutu. Jerome S. Arcaro

mengemukakan Lima karakteristik pendidikan bermutu, yang diidentifikasi

sebagai pilar mutu, yaitu:

1. Visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan customer, baik

customer internal (orang tua, santri, ustadz, dan pengurus pesantren

yang berada dalam sistem pendidikan) maupun customer eksternal

(pihak yang memanfaatkan output proses pendidikan).

2. Mendorong keterlibatan total komunitas dalam program. Setiap orang

harus berpartisipasi dalam transformasi mutu. Mutu bukan hanya

tanggung jawab dewan sekolah atau pengawas, tapi mutu merupakan

tanggung jawab semua pihak.

3. Mengembangkan sistem pengukuran nilai tambah pendidikan.

4. Menunjang sistem yang diperlukan oleh staf dan siswa untuk

mengelola perubahan dengan memiliki komitmen pada mutu.

5. Perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat

produk pendidikan menjadi lebih baik.105

Di samping itu, pesantren selain dituntut untuk memperkuat penanaman

nilai-nilai spiritual (ubûdiyyah) kepada para santri, juga dituntut untuk

104

M. Sukardjo dan Ukim Kamaruddin, Landasan Kependidikan, Konsep dan Aplikasinya,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 83. 105

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah

Penerapan, terj. Yosal Iriantara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 10-14.

Page 85: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

70

memperkaya penanaman aspek tanggung jawab, rasionalitas, dan pemecahan

masalah. Tanggung jawab pada konteks ini diartikan sebagai sikap konsisten

dan disiplin melaksanakan apa yang benar (doing what’s right). Rasionalitas

artinya menggunakan akal sehat atau berorientasi pada pertanyaan mengapa.

Sementara itu, pemecahan masalah adalah mengamalkan apa yang diketahui

dan dikuasai ke dalam tindakan.106

Dalam konteks yang lebih modern, para santri sering dilibatkan secara

langsung dalam unit-unit kegiatan pesantren, seperti dalam pengelolaan unit

usaha koperasi, dan sebagainya. Model eksperimentasi semacam ini dapat

mendorong santri untuk mengembangkan diri, sehingga diharapkan mereka

tidak gagap ketika telah kembali ke masyarakat. Dengan demikian, pesantren

menjadi lembaga pendidikan yang ideal, karena menyediakan laboratorium

kecakapan hidup yang sangat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan

aktualisasi diri para santri.107

Oleh karena itu, pendidikan di pesantren selain menyiapkan berbagai

sumber daya untuk menyiapkan santri yang pandai dalam bidang ilmu

keagamaan dan memiliki perilaku yang agamis, namun juga harus

menyiapkan berbagai sumber daya yang membuat santri pandai dalam

berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, dan seni. Hal tersebut selaras

dengan apa yang di sampaikan Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, saat

membuka acara Education Expo ASESI (Asosiasi Sekolah Sunnah Indonesia)

106

Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, Kontribusi Fiqh Sosial Kyai Sahal

Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 15. 107

M. Dian Nafi‟, et.al. Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: Institute for Training and

Development, 2007), hal. 55.

Page 86: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

71

tanggal 29 Oktober 2017, bahwa proyeksi pendidikan abad 21 ada 3

komponen yang mendasar yaitu:108

1. Karakter/Akhlak

a. Karakter moral (meliputi imam, taqwa, jujur, rendah hati).

b. Karakter kinerja (meliputi ulet, kerja keras, tangguh, tidak

mudah menyerah, tuntas).

2. Kompetensi (berpikir kritis, kreatif, komunikatif,

kolaboratif/kerjasama).

3. Literasi/Keterbukaan wawasan (baca, budaya, teknologi, keuangan).

3. Indikator Mutu Pendidikan Pesantren yang Bermutu

Progam peningkatan mutu pendidikan pesantren selama beberapa dekade

ini terus menerus selalu diupayakan secara maksimal, baik melalui

pembenahan progam pendidikannya maupun pengelolaan organisasinya,

namun mutu pendidikan pesantren yang dicapainya masih belum optimal.

Muhammad Thoyyib memberi alasan bahwa hal tersebut disebabkan

manajemen mutu di pondok pesantren belum mampu memenuhi standar mutu

yang seharusnya dicapai. Realitas itu dapat dilihat dari indikator mutu

pendidikan tinggi yang dihasilkannya seperti halnya daya serap out put

pendidikannya di dunia kerja dan lain sebagainya. 109

Pada aspek indikator tersebut, Atkinson memetakannya dalam 3 hal, “Its

are: a) higher educational quality which is viewed form its ultimate outcome,

108

Online, https://www.youtube.com/watch?v=Nl5-pOnjtS8, dilihat Rabu, 22 November 2017,

pukul 06.00 WIB. 109

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 46

Page 87: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

72

b) higher educational quality which is viewed form its immediate outcome,

and c) higher educational quality which is viewed form its process.”110

Dalam

konteks mutu pendidikan pondok pesantren, relevansinya dengan ketiga

indikator mutu tersebut, dapat didiskripsikan secara lebih komprehensif

sebagai berikut: Pertama, mutu pendidikan pesantren dapat dilihat dari hasil

akhir pendidikan (Ultimate Outcome) yang merupakan esensi semua usaha

dalam pendidikan. Yang menjadi ukuran biasanya tingkah laku lulusan suatu

lembaga pendidikan setelah mereka terjun dalam masyarakat atau dalam

kompetisi dunia kerja. Dengan kata lain taraf mutu pendidikan termasuk

pendidikan pondok pesantren digambaran oleh seberapa jauh tingkah laku

para lulusannya memenuhi tuntunan masyarakat atau dunia kerja seperti yang

lazimnya tercantum dalam tujuan umum pendidikan pondok pesantren.111

Kedua, cara lain untuk melihat mutu pendidikan pondok pesantren ialah

dengan cara mengukur hasil langsung pendidikan (Immediete Outcome).

Hasil ini biasanya tingkah laku peserta didik (berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikapnya) setelah mereka menyelesaikan pendidikan

tingginya. Hasil langsung pendidikan pondok pesantren ini sebagai ukuran

mutu pendidikannya yang meliputi aspek kognitif maupun non kognitif, baik

yang mudah diukur maupun yang sukar diukur, dan baik yang telah

diperkirakan, maupun yang belum diperkirakan. Muhammad Thoyyib

menambahkan ukuran tingkah laku anak didik tidak hanya berupa skor tes

110

Richard Atkinson, Educationing Quality Circles in a College of Futher Education, (Manchester

Monographs: University of Manchester, 1990), hal. 41 111

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 46

Page 88: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

73

tertulis, akan tetapi juga skor jenis tes lainnya dan juga hasil kuantifikasi

pengukuran dengan alat-alat ukur selain tes. 112

Ketiga, gambaran mutu pendidikan pesantren dapat dilihat juga dari

proses pendidikannya sebab proses pendidikan dianggap menentukan hasil

langsung maupun hasil akhir pendidikan. Faktor-faktor proses pendidikan

yang akan dijadikan ukuran mutu pendidikan pondok pesantren harus benar-

benar ada hubungannya dengan hasil pendidikan. Ukuran yang dipakai disini

ialah hasil kuantifikasi kuantitas maupun kualitas faktor-faktor proses

pendidikan yang dikumpulkan dengan alat-alat ukur seperti daftar observasi,

kuesioner, dan wawancara. 113

Hal itu tidak jauh berbeda dengan teori yang

juga dikemukakan oleh Crosby, yang menegaskan bahwa mutu kompetitif

dari suatu pendidikan termasuk pendidikan pondok pesantren dapat dilihat

dari “a) input, b) process, and 3) product that desired by stakeholders.”114

4. Mendesain Pendidikan Bermutu di Pesantren

Tuntutan akan pendidikan di pesantren semakin bermutu semakin

mendesak. Crosby menjelaskan bahwa, orientasi mutu dapat dilihat dari 3

aspek: (1) Mutu in put, (2) Mutu Proses, dan (3) Mutu out put. 115

Pendidikan pesantren perlu didesain sedemikian rupa agar dapat

memenuhi tuntutan masyarakat yang menaruh harapan besar terhadap

pesantren. Sustainabilitas kebermutuan pendidikan pesantren ditentukan oleh

adanya suatu komitmen dan harapan semua pengelola pendidikan untuk

112

Ibid, hal. 46. 113

Ibid, hal. 47. 114

Crosby, Quality is Free, (New York: Mentor Books, 1989), hal. 73 115

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 27

Page 89: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

74

menghasilkan pendidikan yang bermutu. Pendidikan pesantren dituntut untuk

menerapkan manajemen mutu yang mampu menghasilkan pendekatan yang

integratif dan koheren dengan berlandaskan komitmen dan kemauan baik dari

seluruh komponen pesantren. Maka, perlu adanya suatu sistem manajemen

yang fokus, yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan

kepuasan secara berkelanjutan dan terus-menerus.

Salah satu pendekatan/sistem yang dapat diadaptasi dalam manajemen

peningkatan/pengembangan mutu di pesantren adalah Manajemen Mutu

Terpadu (Total Quality Management/TQM). Edward Sallis dalam bukunya

Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan mengatakan TQM ialah usaha

menciptakan “kultur kualitas” dari anggota organisasi yang menekankan

pelayanan kepada pelanggan dan etos kerja yang baik dari struktur

keorganisasian.116

Secara operasional, beberapa hal yang menjadi implementasi TQM

adalah sebagai berikut: Pertama, improvisasi berkelanjutan, artinya pihak

manajemen (pengelola pesantren) hendaknya senantiasa melakukan perbaikan

dan peningkatan secara terus menerus untuk menjamin semua komponen

produksi (sivitas akademika) mendukung kualitas yang diharapkan. Kedua,

menentukan standar-standar kualitas. Seorang pengasuh pesantren harus

mampu menentukan standar-standar kualitas yang harus dipertahankan dan

ditingkatkan bagi terwujudnya kualitas pesantren, baik berupa kualitas

pendidikan, proses pembelajaran, kurikulum, metode, dan evaluasi. Ketiga,

116

Edward Sallis, Manajemen Mutu…, hal. 59.

Page 90: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

75

membangun kultur organisasi yang menghargai kualitas. Keempat,

membangun kesinambungan organisasi terhadap perkembangan dan

kebutuhan zaman dengan banyak melakukan perubahan dan pengawasan.

Kelima, membangun public relation secara harmonis dan dinamis.117

Dalam mengembangkan desain mutu pendidikan yang akan dijalankan,

pihak pesantren harus memahami kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya,

serta mampu menganalisa peluang dan tantangan yang ada. Para pengasuh,

ustadz, dan pengurus pesantren berupaya memanfaatkan kekuatan dan

peluang yang dimiliki serta mencoba untuk mengeliminasi kelemahan dan

tantangan yang ada. Dalam hal ini, Pesantren dapat menggunakan teori Blue

Ocean Strategy, teori ini sebagai media strategis dalam menyikapi berbagai

perubahan, perkembangan, sekaligus peluang (opportunity) dalam kompetisi

dunia pendidikan yang semakin cepat, pesat dan penuh dengan

tantangan.118

Teori ini memiliki kerangka kerja atau metodologi yang dapat

diaplikasikan dalam penerapan strategi, yang meliputi:

1. Memberi poin tambahan berdasarkan pendekatan kepemimpinan.

2. Empat kerangka kerja rintangan organisatoris

3. Pendekatan kelenturan berdasarkan manajemen gerakan ikan

4. Pendekatan advantori yang didukung oleh mobilitas dinamisasi tim

dan organisasi.119

117

Fattah, Konsep Manajemen, MBS, dan Dewan Sekolah, hal. 45. 118

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 26 119

Ibid. hal. 26

Page 91: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

76

Sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan

sosial keagamaan, pengembangan pesantren harus terus didorong. Karena

pengembangan pesantren tidak terlepas dari adanya kendala yang harus

dihadapinya. Apalagi belakangan ini, dunia secara dinamis telah

menunjukkan perkembangan dan perubahan secara cepat, yang tentunya, baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap dunia

pesantren. Terdapat beberapa hal yang tengah dihadapi pesantren dalam

melakukan pengembangannya,120

yaitu: Pertama, image pesantren sebagai

sebuah lembaga pendidikan yang tradisional, tidak modern, informal, dan

bahkan teropinikan sebagai lembaga yang melahirkan terorisme, telah

mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk meninggalkan dunia pesantren.

Hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab sesegera

mungkin oleh dunia pesantren dewasa ini. .

Kedua, sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih kurang

memadai. Bukan saja dari segi infrastruktur bangunan yang harus segera

dibenahi, melainkan terdapat pula yang masih kekurangan ruangan pondok

(asrama) sebagai tempat menetapnya santri. Selama ini, kehidupan pondok

pesantren yang penuh kesederhanaan dan kebersahajaannya tampak masih

memerlukan tingkat penyadaran dalam melaksanakan pola hidup yang bersih

dan sehat yang didorong oleh penataan dan penyediaan sarana dan prasarana

yang layak dan memadai. Ketiga, sumber daya manusia. Sekalipun sumber

daya manusia dalam bidang keagamaan tidak dapat diragukan lagi, tetapi

120

Abdurrahman Mas’ud, Sejarah dan Budaya Pesantren, dalam Ismail Sm (ed): Dinamika

Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama

dengan Pustaka Pelajar, 2002), hal.18

Page 92: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

77

dalam rangka meningkatkan eksistensi dan peranan pondok pesantren dalam

bidang kehidupan sosial masyarakat, diperlukan perhatian yang serius.

Penyediaan dan peningkatan sumber daya manusia dalam bidang manajemen

kelembagaan, serta bidang-bidang yang berkaitan dengan kehidupan sosial

masyarakat, mesti menjadi pertimbangan pesantren.

Keempat, aksesibilitas dan networking. Peningkatan akses dan

networking merupakan salah satu kebutuhan untuk pengembangan pesantren.

Penguasaan akses dan networking dunia pesantren masih terlihat lemah,

terutama sekali pesantren-pesantren yang berada di daerah pelosok dan kecil.

Ketimpangan antar pesantren besar dan pesantren kecil begitu terlihat dengan

jelas. Kelima, manajemen kelembagaan. Manajemen merupakan unsur

penting dalam pengelolaan pesantren. Pada saat ini masih terlihat bahwa

pondok pesantren dikelola secara tradisional apalagi dalam penguasaan

informasi dan teknologi yang masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat

dalam proses pendokumentasian (data base) santri dan alumni pondok

pesantren yang masih kurang terstruktur.

Keenam, kemandirian ekonomi kelembagaan. Kebutuhan keuangan

selalu menjadi kendala dalam melakukan aktivitas pesantren, baik yang

berkaitan dengan kebutuhan pengembangan pesantren maupun dalam proses

aktivitas keseharian pesantren. Tidak sedikit proses pembangunan pesantren

berjalan dalam waktu lama yang hanya menunggu sumbangan atau donasi

dari pihak luar, bahkan harus melakukan penggalangan dana di pinggir jalan.

Ketujuh, kurikulum yang berorientasi life skills santri dan masyarakat.

Page 93: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

78

Pesantren masih berkonsentrasi pada peningkatan wawasan dan pengalaman

keagamaan santri dan masyarakat. Apabila melihat tantangan kedepan yang

semakin berat, peningkatan kapasitas santri dan masyarakat tidak hanya

cukup dalam bidang keagamaan semata, tetapi harus ditunjang oleh

kemampuan yang bersifat keahlian.

5. Pengembangan Tiga Sistem Mutu untuk Pendidikan Pondok

Pesantren.

Dalam pengembangan pendidikan pondok pesantren yang lebih

kompetitif, perhatian terhadap pengembangan mutu pendidikan tingginya

menjadi suatu yang mutlak untuk dilakukan bila ingin menjadi pondok

pesantren yang kompetitif dan eksis di tengah-tengah kompetisi global.

Dalam konteks pengembangan mutu dalam dunia pendidikan pondok

pesantren termasuk dalam hal ini pendidikan pondok pesantren, terdapat 3

sistem mutu yang menurut Sallis dapat dikembangkan secara integrated,

“yaitu pengawasan mutu (quality control), penjaminan mutu (quality

assurance), serta manajemen mutu terpadu (total quality management).121

Secara aplikatif ketiga sistem ini dijelaskan oleh Muhammad Thoyyib,

sebagai berikut: Pertama, pengawasan mutu (quality control) secara teoritis

merupakan konsep mutu yang paling tua, namun hingga kini masih banyak

institusi yang mangaplikasikannya. Sistem itu berfungsi mendeteksi dan

mengeliminasi komponen-komponen dan produk gagal yang tidak sesuai

dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan proses pasca

121

Edward Sallis, Total Quality…, hal 58.

Page 94: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

79

produksi yang melacak dan menolak item-item yang cacat. Tujuannya adalah

melihat apakah produk yang ditargetkan sudah bermutu, dalam arti sesuai

dengan rencana atau tidak. Pusat perhatian terutama tercurah pada mutu

produk. Kalaupun pengawasan dilakukan pada proses, biasanya hanya

bersifat inspeksi yang pada umumnya tidak dikaitkan secara sistematis

dengan usaha meningkatkan mutu produk pendidikan pondok pesantren yang

bersangkutan.122

Kedua, Jaminan Mutu (quality assurance) secara aplikatif sangat berbeda

dengan pengawasan mutu. Jaminan mutu berfungsi menentukan standar mutu

berdasarkan kebutuhan pelanggan objektif dan prosedur-prosedur kerja

(sistem dan proses) yang terinci, tajam, dan ketat. Jaminan mutu ialah cara

memproduksi produk yang bebas cacat dan kesalahan. Kegiatan jaminan

mutu umumnya berbentuk kegiatan monitoring, evaluasi atau kajian (review)

mutu. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun

kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar

minimum pada komponen input, komponen proses, dan hasil atau outcome

sesuai dengan yang diharapkan oleh stake holder.123

Tujuannya dalam istilah

Crosby, “adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects).”124

termasuk

hal ini pendidikan pondok pesantren.

Ketiga, manajemen mutu terpadu (total quality management) merupakan

perluasan dan perkembangan dari jaminan mutu. TQM ialah tentang usaha

122

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi….. , hal. 48. 123

Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),

hal. 2. 124

Crosby, Quality is Free…, hal. 28.

Page 95: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

80

menciptakan sebuah kultur mutu, yang mendorong semua anggota stafnya

untuk memuaskan para pelanggan. Sallis mengatakan bahwa dalam konsep

mutu terpadu pelanggan ialah raja (customer is king).125

Hal ini dapat

diaplikasikan dalam pendidikan pondok pesantren, yaitu bagaimana pondok

pesantren memberikan sesuatu yang diinginkan oleh pelanggan, serta kapan

dan bagaimana mereka menginginkannya. Sallis menambahkan, dengan

kepuasan pelanggan, bisa dipastikan bahwa mereka akan kembali lagi dan

memberi tahu teman-teman dan masyarakat sekitar tentang produk dan

layanan tersebut. secara sederhana konsep perkembangan mutu tersebut dapat

dilihat dalam gambar diagram 2.4. Berikut:126

Gambar 2.4. Hirarki Konsep Mutu

6. Komponen Strategis Manajemen Mutu Progam Pendidikan dalam

Pengembangan Pendidikan Pondok Pesantren.

Salah satu pakar mutu, Juran mendesain komponen manajemen mutu

progam menjadi 3 aspek utama, yaitu: “Quality planning, quality action with

125

Edward Sallis, Total Quality Management…, hal 59. 126

Ibid, hal. 60.

Page 96: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

81

control, and quality evaluation with continous improvement.”127

Ketiga

komponen tersebut saling berkaitan dan bekerja secara integratif. Guna

mewujudkan perubahan, untuk mewujudkan pendidikan pondok pesantren

yang berkualitas, tentunya harus dibangun dan dikembangkan melalui

pengelolaan pondok pesantren yang bermutu dengan mengembangkan ketiga

komponen utama tersebut secara sistematis, matang, dan tepat.

Komponen pertama, perencanaan mutu. Menurut Tampubolon

merupakan “proses identifikasi kebutuhan pelanggan secara objektif dan

secepat mungkin.”128

Proses perencanaan mutu tersebut dititik beratkan secara

seimbang dan proporsional pada tingkatan manajemen mutu teknis maupun

pada tingkatan manajemen strategisnya. Secara lebih operasional desain

perencanaan mutu tersebut, Alcaro mendeskripsikan melalui gambar

berikut:129

Gambar 2.5. Perencanaan Mutu

127

Joseph M. Juran, Juran’s Quality Handbook, (New York: Macmillan, 1991), hal. 73. 128

Daulat Purnama Tampubolon, Perguruan tinggi bermutu: paradigma baru manajemen

pendidikan tinggi menghadapi tantangan abad ke-2, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),

hal. 115. 129

Jerome S. Arcaro, Quality in Education: An Implementation Handbook, (New York: St. Lucie

Press, 1995), hal. 126.

1

Output Identification

3

Customer’s Needs Identification

2

Customer Identification

Quality Planning

Page 97: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

82

Mengambil ungkapan Muhammad Thoyyib,130

bahwa gambar di atas

dapat dipahami bahwa perencanaan mutu merupakan langkah yang paling

menentukan sukses tidaknya pelaksanaan manajemen mutu. Karena dengan

perencanaan mutu, lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan

pesantren, dapat menentukan profil keluaran yang ingin diwujudkannya,

sekaligus dapat membantu pondok pesantren yang bersangkutan untuk

mengidentifikasi atau mendiagnosis pihak-pihak yang layak dan tepat untuk

menjadi pelanggan dan pengguna jasa pendidikan pondok pesantren,

sekaligus menentukan keiinginan sesungguhnya dari pelanggan yang

bersangkutan terhadap mutu jasa pendidikan pondok pesantrennya.

Komponen kedua, yaitu pelaksanaan mutu yang bersifat pengendalian

yang secara subtansial merupakan langkah-langkah (prosedur-prosedur) yang

telah direncanakan secara terkendali sehingga semuanya berlangsung

sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan tercapai

dan terjamin. Selama proses pelaksanaan itu, diadakan juga perbaikan-

perbaikan apabila terjadi kesalahan.131

Secara lebih sederhana desain

pelaksanaan mutu tersebut, alcaro mendeskripsikan sebagai berikut:

Gambar 2.5. Pelaksanaan Mutu

130

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 73. 131

Ibid, hal. 74.

1

Problem Analysis

3

Constraints Identtification

2

Making Problem Solving Probability

Quality Action

Page 98: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

83

Komponen ketiga, yaitu evaluasi mutu yang bersifat peningkatan mutu.

Langkah ini pada dasarnya untuk menemukan informasi tentang perencanaan

dan pelaksanaan mutu yang telah dijalankan sebelumnya, termasuk tentang

produk yang dihasilkan oleh pendidikan pondok pesantren. Sehingga dapat

dilakukan peningkatan (perbaikan) mutu atau inovasi baru dalam usaha

peningkatan mutunya.132

Muhammad Thoyyib menegaskan, dengan demikian

dapat dikatakan bahwa proses (prosedur) dan sistem dalam perencanaan dan

pelaksanaan mutu bahkan dalam peningkatan mutu merupakan sasaran utama

evaluasi, karena itu aspek yang bersifat peningkatan mutu tersebut dapat juga

sebagai evaluasi untuk peningkatan mutu. Alcaro, mendeskripsikan secara

lebih sederhana alur kerja evaluasi mutu progam pendidikan melalui gambar

berikut:

Gambar 2.6. Evaluasi Mutu

132

Ibid, Hal. 75.

Cycle of Continous

Improvement

Deciding Quality Standard

Result Evaluation

Does the process consistently produce

service products complying with he

requests of customers

Cycle of Continous Improvement

Finding Available process of working

Problem Solving

Quality

Evaluation

Page 99: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

84

Secara lebih operasional, Tampubolon menegaskan bahwa “Ada dua

tujuan utama dilakukannya evaluasi mutu tersebut, yaitu a) untuk

pengendalian mutu, dan b) untuk peningkatan mutu.”133

Dalam konteks yang

hampir sama, mutu progam pendidikan termasuk dalam hal ini progam

pendidikan pondok pesantren, dapat pula didesain dalam pola manajemen

yang bersifat sirkuler yang pernah digagas oleh Deming, yang mencakup

tahapan atau proses yang terus berputar yang dikenal dengan siklus PDAC

yang dapat digambarkan sebagai berikut:134

Gambar 2.8. Sirkulasi Progam Kegiatan Pondok Pesantren

Berdasarkan Pendekatan Deming

Lingkaran PDAC tersebut menggambarkan suatu sirkulasi kegiatan yang

berproses dan bersiklus dimana setiap kegiatan pondok pesantren untuk

menghasilkan jasa pendidikan tersebut harus melalui proses sirkulasi tersebut.

133

Daulat Purnama Tampubolon, Perguruan tinggi bermutu…, hal. 92. 134

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 77

Plan

Check

Do Act

1

2

3

4

Proses Proses

Proses Proses

1. Susun Rencana

mutu

berdasarkan

pelanggan

2. Laksanakan

rencana dalam

skala kecil/uji

coba

3. Periksa

kelemahan-

kelemahan dan

perbaiki

4. Laksanakan

sepenuhnya

dengan semua

perbaikan dan

kembali lagi ke

1

Page 100: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

85

BAB III

APLIKASI MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM

PENGEMBANGAN MUTU PONDOK PESANTREN

WALI SONGO NGABAR

A. Data Umum

1. Profil Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

a. Latar Belakang Sejarah

Pondok Pesantren “Wali Songo” terletak di desa Ngabar, Kecamatan

Siman, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Letaknya kira-kira 7

km di sebelah selatan kota Ponorogo, 35 km di sebelah selatan kota

Madiun, 185 km di sebelah Barat kota Surabaya. Didirikan pada tanggal,

4 April 1961 oleh K.H. Muhammad Thoyyib bin Syafi’i seorang ulama

karismatik, keturunan dari desa Bayat, Cirebon yang hijrah ke Ponorogo

untuk berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam.135

Menurut riwayat,

Muhammad Thoyyib masih kerabat dari Kasultanan Cirebon.136

Meski

tidak ada bukti yang otentik yang bisa ditelusuri kecuali pengakuan

beberapa pihak, namun, selain tidak memiliki “trah” garis keturunan dari

Ponorogo, penampilannya mencerminkan seorang juru dakwah yang

datang dari jauh. Baik postur dan bentuk fisiknya menunjukkan beliau

memang bukan dari asli Ponorogo. Ia lebih mirip dengan perawakan

135

Menurut penuturan kerabat yang masih tersisa, sebenarnya K.H. Muhammad Thoyyib

menggembara ke Ponorogo tidak sendirian. Sebagian saudara-saudarinya memilih pergi ke daerah

Kencong Jember karena selain berdakwah mereka mencari daerah agraris yang bisa digunakan

untuk bercocok tanam. Silsilah keluarga K.H. Muhammad Thoyyib dapat dilihat dalam lampiran. 136

Seperti disampaikan oleh ustadz Drs. H. Moh. Bisri, M.A., yang menjabat sebagai Ketua

Majlisu Riyasatil Ma’had, Lembaga tertinggi di lingkungan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

Ponorogo.

Page 101: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Arab. Berpostur tinggi, kurus, berkulit gelap dan selalu memakai pakaian

ala Arab, kafiyah dan sorban. Untuk ukuran sebuah desa, pakaian

tersebut terlihat asing dan tidak biasa. Mayoritas masyarakat Ponorogo

lebih sering berpakaian adat Jawa atau “warok”137

yang menjadi ciri

khasnya. Data-data fisik dan kultur yang dimiliki menguatkan kesan

bahwa beliau memang bukan asli Ponorogo, meskipun belum tentu juga

beliau keturunan Arab.

Pendirian Pondok Pesantren “Wali Songo” telah dirintis sejak lama

sekitar tahun 1920-an. Kiyai Muhammad Thoyyib adalah tokoh sentral

sekaligus ulama’ karismatik di desa Desa Ngabar. Selain menjadi imam

masjid, beliau juga mengajar ngaji di Surau Selatan (Langgar Kidul). Di

sebelah utara desa Ngabar juga terdapat Surau Utara (Langgar Lor) yang

dipimpin oleh tokoh lain yang bernama Imam Bukhori. Kedua surau ini

meski berbeda tempat merupakan cikal bakal lembaga pendidikan

keagamaan di desa Ngabar. Sebenarnya, jauh sebelum kedua langgar ini

ada, telah berdiri masjid desa di sebelah barat Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar. Masjid desa itu dipimpin oleh tokoh agama kiyai Dawud

yang juga memiliki beberapa santri yang tinggal di sekitar masjid. Masjid

ini juga diyakini sebagai lembaga keagamaan tertua, berusia lebih dari

100 tahun. Kegiatan pengajian dan pendidikan agama dilaksanakan pada

sore hari. Namun, masjid besarta lembaga keagamaan berangsur punah

137

Warok secara umum memiliki pengertian orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan

sampai pada pengendapan batin. Warok biasanya seseorang yang sangat dihormati dalam

masyarkat Ponorogo karena memiliki kelebihan ilmu kanuragan dan tempaan fisik lainnya. Secara

lahiriyah, mereka sering menggunakan pakaian khas ala Ponorogo dan hanya bergaul di kalangan

tertentu. Jumlah mereka saat ini sudah hampir tidak ada.

Page 102: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

seiring meninggalnya Kiyai Dawud. Tidak ada seorang pun yang bisa

memastikan siapa dan dari mana asal usul Kiyai Dawud.138

Keberadaan pesantren kecil dengan Kiyai Dawud inilah yang

kemudian menjadi inspirasi bagi Muhammad Thoyyib untuk mendirikan

lembaga pendidikan semisal. Maka beliau merintis pendirian madrasah

diniyyah sore yang bernama Bustanul Ulum. Madrasah ini

operasionalnya diserahkan kepada kedua putra beliau, Ahmad Thoyyib139

dan Ibrohim Thoyyib140

yang merupakan lulusan sekolah formal. Dengan

madrasah dan masjid, cita-cita dakwah K.H. Muhamamd Thoyyib untuk

mengubah masyarakat Ngabar semakin kuat. Beliau ingin masyarakat

Ngabar berubah dan keluar dari kemaksiatan. Masyarakat Ngabar sangat

identik dengan kebiasaan masyarakat Jawa dan kemaksiatan. Judi,

minum-minuman keras, main perempuan dan menyembah benda keramat

menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kultur masyarakat Ngabar.

Wajar bila mereka menentang keras berdirinya masjid yang kemudian

diikuti madrasah. Memang secara dzahir mayoritas masyarakat Ngabar

138

Pidato Pimpinan Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar, K.H. Ibrohim Thoyyib dalam

Resepsi Kesyukuran Peresmian Wakaf dan Reuni pada tanggal 6 Juli 1980, diperkuat oleh

wawancara dengan Bpk. Ahmad Dja’far yang diyakini sebagai kuturunan Kiai Dawud, pada 31

Agustus 2013. 139

Ahmad Thoyyib lahir di desa Ngabar Kecamanatan Siman Kabupaten Ponorogo, putra K.H.

Muhammad Thoyyib ke tiga dari sembilan bersaudara. K.H. Ahmad Thoyyib menimba ilmu di

pesantren tradisional (salafiyah) seperti Pesantren Tegalsari. Beliau yang pertama kali membina

lembaga pendidikan dasar pertama di Ngabar yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar. Beliau lebih banyak mengurus persoalan tanah-tanah wakaf Pondok ketimbang

pendidikan. Sedangkan pendidikan lebih banyak ditangani dua adiknya, K.H. Ibrohim Thoyyib

dan K.H. Ishaq Thoyyib. 140

Ibrohim Thoyyib lahir di Desa Ngabar pada tanggal 30 Juni 1925 dan wafat pada tanggal 5 Mei

2001. Anak ke 4 dari KH. Muhammad Thoyyib, selain pernah nyantri di Pesantren tradisional

seperti Joresan dan Tegalsari juga melanjutkan pendidikan menengahnya di Pondok Modern

Darussalam Gontor mulai tahun 1948 serta diangkat menjadi staf pengajar pada tahun 1952. Lihat

Biografi K.H. Ibrohim Thoyyib yang diterbitkan oleh Sektretariat Pimpinan Pondok Pesantren

“Wali Songo” Ngabar.

Page 103: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

adalah muslim. Tapi dalam hal kepercayan mereka masih

mempertahankan budaya Jawa yang amat kental dengan sinkretisme

yaitu memadukan, mencampur dan menyelaraskan antara tradisi Jawa

dan Islam.141

Mereka masih menjalankan ritual agama Islam, tetap pergi

ke masjid pada bulan Ramadan dan shalat hari Raya Idul Adha dan Idul

Fitri, akan tetapi juga percaya kepada animisme dan dinamisme.142

Usaha Muhammad Thoyyib untuk mendirikan pondok pesantren

tidaklah ringan. Tantangan terbesar justru datang dari masyarakatnya

sendiri. Budaya, adat istiadat dan kebiasaan yang selama ini mereka

jalankan tidak mungkin dihilangkan begitu saja. Dakwah kultural melalui

pendidikan yang kemudian dipilih Muhammad Thoyyib. Beliau

kemudian menyekolahkan anak-anak lelakinya ke pesantren salafiyah di

sekitar Ponorogo. Di antaranya Pesantren Tegalsari yang legendaris, juga

pesantren Joresan143

dan pesantren Gontor. Nantinya setelah

menyelesaikan pendidikan mereka diharapkan dapat merintis berdirinya

lembaga pendidikan Islam di desa Ngabar. Ketiga putra lelaki beliau

yaitu Ahmad Thoyyib, Ibrohim Thoyyib dan Ishak Thoyyib belajar

secara tradisional dengan mengkaji kitab-kitab agama secara

141

Menurut Zamakhsyari dalam kehidupan keagamaan sehari-hari orang Jawa belum biasa

disebut orang Islam. Banyak desa-desa di Jawa yang menyelenggarakan sajian-sajian untuk

danyang desa dan makhluk halus yang menempati batu-batu, pohon, gua, kuburan, sungai dan

lain-lainnya. Lihat Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai

(Jakarta: LP3ES, 1983), hal. 11. 142

Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme dalam Budaya Spiritual Jawa

(Yogyakarta: Narasi, 2006), hal. 76. 143

Pondok Joresan adalah pondok yang berada di desa Joresan, kecamatan Mlarak Kabupaten

Ponorogo sekitar 12 KM dari kota Ponorogo. Pondok Joresan yang dimaksud di sini adalah

pondok Joresan lama yang tidak ada kaitannya dengan pondok Joresan saat ini.

Page 104: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

“sorogan”144

dan secara “weton”145

kemudian melanjutkan pendidikan

agamanya ke Pesantren Gontor yang sudah bersistem modern di bawah

pengasuhan K.H. Imam Zarkasyi. Keterpaduan antara sistem pendidikan

Islam tradisional dan modern ini kelak menjadi dasar sintesa model

lembaga pendidikan baru.

Cita-cita mendirikan lembaga pendidikan yang lebih terarah mulai

dilaksanakan pada tahun 1946 dengan mendirikan madrasah diniyah sore

“Bustanul Ulum al-Islamiyah” yang dipimpin oleh Ahmad Thoyyib.

Pendirian ini menjadi tonggak penting, cikal bakal lahirnya Pondok

Pesantren “Wali Songo” Ngabar. Langkah awal berdirinya tidak berjalan

mulus. Banyak sekali tantangan dan rintangan yang dihadapi, khususnya

dari masyarakat Ngabar sendiri yang merasa terancam akan hilangnya

adat dan kebiasaan yang dilakukan. Maka dengan sekuat tenaga mereka

menghalangi kemajuan madrasah ini secara langsung atau tidak

langsung. Keluarga besar K.H. Muhammad Thoyyib dikucilkan oleh

masyarakat selama hampir enam bulan. Siapapun yang berhubungan

dengan keluarga ini akan menerima konsekuensi yang sama, dikucilkan,

diboikot dan diperangi. Kuatnya tantangan dan rintangan yang dihadapi

hampir membuat Ahmad Thoyyib putus asa. Ayahnya bahkan berpesan

kepada Ahmad Thoyyib, ”lek aku mati, sungginen karo adikmu menyang

144

Sorogan adalah membaca dan memahami kitab secara individual dihadapan kiyai agar terjamin

kebenaran apa yang dipelajarinya. 145

Weton adalah sistem belajar di mana kiyai membaca dan menerangkan isi kitab sedangkan santri

menyimak kitabnya masing-masing.

Page 105: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

kuburan.”146

Namun, rintangan dan halangan tersebut tidak sampai

benar-benar menyurutkan niat, bahkan sebaliknya justru menambah

semangat untuk meneruskan. Madrasah Diniyah kemudian diubah

menjadi Madrasah Ibtidaiyah dan masuk pagi (formal) pada tahun 1950.

Nama Madrasah Diniyah “Bustanul Ulum” diubah menjadi Madrasah

Ibtidaiyah “Mamba’ul Huda.”

Dari model madrasah Ibtidaiyah ini kemudian dapat dikembangkan

lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Pada tahun 1958 berdiri

Madrasah menengah tingkat pertama yang bernama Madrasah

Tsanawiyah Lil Mu’alimin yang kemudian diubah namanya menjadi

“Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah dan Tarbiyatul Mu’allimat al-

Islamiyah” tingkat tsanawiyah dan aliyah. Berdirinya lembaga tersebut

adalah untuk mewadahi murid Madrasah Ibtidaiyah yang melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengingat saat itu sekoah

lanjutan masih sangat langka. Yang ditunjuk dan dipercaya menjadi

kepala sekolah waktu itu adalah Muhammad Fadhil bin Imam Hanafi

hingga tahun 1961.147

Setelah Madrasah ini berjalan tiga tahun (1961)

maka diselenggarakan sistem Pesantren yang di beri nama Pondok

Pesantren “Wali Songo.”

Penamaan “Wali Songo” dinyatakan pertama kali pada pertemuan

pembukaan dan perkenalan dengan santri-santri pertama pada 4 April

146

M. Bisri dan Hariyanto, “Percikan Sejarah Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo

Jawa Tmur.” Kumpulan Bahan Sidang Majlisu Riyasatil Ma’had ke 46 di Ngebel, Ponorogo, pada

tanggal, 26-27 Februari 2011, hal. 11 147

Ibid., hal. 12

Page 106: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

1961 yang secara kebetulan dihadiri oleh sembilan orang santri.148

Atas

usul mereka dan akhirnya disetujui oleh Pimpinan Pondok, pesantren ini

dinamakan “Wali Songo” hingga sekarang. Secara historis dan filosofis,

penamaan “Wali Songo” dikaitkan dengan sembilan wali yang

menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Perjuangan para mubaligh

Islam tersebut begitu berkesan di hati pendiri Pondok Pesantren Ngabar

sehingga memberi nama “Wali Songo” kepada pesantrennya. Pendiri

ingin agar semangat dakwah Islam yang diemban oleh para wali

terdahulu juga meresap dalam jiwa dan sanubari para santrinya. Selain

jiwa dakwah, cara dan metode dakwah para wali tersebut juga dapat

menjadi landasan kelak ketika para santri sudah kembali ke masyarakat.

Sedang secara filosofis, ada keinginan kuat dari pendiri pondok agar

pesantren ini tetap mempertahankan “kultur pesantren” meski

mengadopsi sistem modern dalam pendidikannya. Secara alamiah,

pesantren muncul dan ada di tengah masyarakat, tidak mungkin

memisahkan diri dari masyarakatnya. Maka Pesantren ini diharapkan

terus dapat memberi kemanfaatan bagi masyarakat.149

“Wali Songo” tidak saja menjadi simbol pesantren ini. Secara

ideologis pesantren ini betul-betul ingin mengadopsi model dan jiwa

148

Menurut H. M. Zaini nama-nama santri pertama yang berjumlah Sembilan orang tersebut

adalah: Ahmad dan Kawakib dari Pacitan, Muhammad Nawawi dari Jakarta, Mahmud Sulaiman

dan Sahan dari Riau, Harun al-Rasyid dan Basrah dari Kalimantan dan Muhammad A’ul dan

Aunur Rofiq dari Ujung Pandang. Nama-nama tersebut belum dapat divalidasi hingga saat ini,

mengingat tidak ada pencatatan otentik. Mereka berada di Pesantren ini tidaklah lama, sehingga

menyulitkan penelusuran terhadap siapa saja Sembilan santri pertama tersebut. Lihat H. M. Zaini,

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Jawa Timur (Surabaya: Proyek Penelitian

Keagamaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Departemen Agama RI, 1981), hal. 2. 149

Ibid., hal. 3

Page 107: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

dakwah “Wali Songo”. Salah satunya, dengan tetap mempertahankan

tradisi lokal yang sudah ada sebelum pesantren ini ada.150

Tradisi dan

budaya yang sudah melekat pada masyarakat Ngabar selama tidak

bertentangan dengan akidah dan ajaran pokok Islam lainnya tetap

dipertahankan. Pada kenyataannya sejak lama masyarakat Indonesia telah

hidup dalam kultur dan agama yang majemuk. Agama Budha, Hindu,

animisme dan dinamisme telah ada terlebih dahulu. Islamisasi dan

akulturasi budaya berjalan mulus, salah satunya atas jasa Wali Songo.

Tidak heran bila pesantren ini dalam perkembangannya tetap melibatkan

partisipasi masyarakat lokal Ngabar dalam kegiatan sosial, ekonomi,

pendidikan dan keagamaan. Masjid dan semua fasilitas pondok dibiarkan

terbuka untuk dimanfaatkan masyarakat. Kiai sebagai figur pemimpin

tidak hanya representasi masyarakat pesantren, tapi juga wakil

masyarakat dalam urusan keagamaan.

Penolakan masyarakat yang muncul di awal berangsur hilang seiring

mulai dirasakannya manfaat keberadaan pesantren. Pandangan sepihak

bahwa pesantren hanya lembaga agama yang normatif mulai terkikis

dengan pendekatan kiyai kepada masyarakat. Melalui kerjasama-

kerjasama yang saling menguntungkan antara pondok dan masyarakat.

Figur kiayi sangat berpengaruh besar dalam keberhasilan dakwah

Pesantren “Wali Songo” di Ngabar. Semangat pengabdian dan

konsistensi untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat melalu jalur

150

Prinsip dasar yang dianut pesantren tertuang dalam kaidah, “al-muahafadzhatu ‘ala al-qadim

al-salih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah” (memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil

hal baru yang lebih baik)

Page 108: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

pendidikan keagamaan memunculkan simpati kepada Pesantren sehingga

terciptalah kerjasama untuk saling menguatkan dalam banyak bidang.

b. Visi dan Misi Kelembagaan

Visi (vision) adalah gambaran masa depan tentang apa yang hendak

dicapai oleh lembaga. Visi adalah cita-cita idealis di masa yang akan

datang. Ibarat “kompas” ke arah mana lembaga itu akan dikembangkan.

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar memiliki visi yang diadopsi dari

filosofi dan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang berbasis

pesantren yaitu: “Menjadi lembaga pendidikan Islam yang berjiwa

pesantren, unggul dalam Iman dan Takwa, Ilmu pengetahuan dan

teknologi, bahagia dunia dan akhirat.” Untuk mencapai visi tersebut,

diperlukan usaha dan usaha yang berorientasi kepada:

1) Mendidik dan membentuk generasi unggul yang bertakwa

kepada Allah, beramal shalih, berbudi luhur, berbadan sehat,

berpengetahuan luas, berfikiran bebas, berjiwa wiraswasta dan

cinta tanah air.

2) Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian,

ukhuwah Islamiyah dan kebebasan.

3) Mempersiapkan generasi muslim yang menguasai teknologi,

cakap, bertanggung jawab dan berkhidmat kepada agama dan

masyarakat.

4) Menyelenggarakan pendidikan Islam yang bermutu, dan

konsisten kepada jiwa pesantren.

Page 109: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

5) Menyediakan pendidik yang profesional, sarana dan prasarana

yang memadai dan lingkungan yang Islami.

c. Status Pesantren Wakaf

Pada tradisi pesantren pada umumnya, secara kelembagaan,

pesantren adalah milik kiyai. Kiyai dan keluarga kiyai menjadi pemilik

tunggal seluruh aset yang dimiliki oleh pesantrennya. Karena ia adalah

hak milik, maka ketika kiyai wafat maka ia akan diturunkan kepada ahli

warisnya. Dalam hal ini, pesantren tidak ubahnya sebagai kerajaan kecil

dari sebuah dinasti yang diwariskan kepada generasi berikutnya secara

turun-temurun. Sistem kelembagaan semacam ini memiliki kelebihan

berupa kuatnya ikatan emosional antara pesantren dengan pemiliknya.

Ikatan (bonding) ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab dan

pemahaman yang lebih baik serta sekaligus lebih memungkinkan bagi

upaya transfer nilai-nilai pesantren.151

Namun tentu saja sistem kelembagaan pesantren semacam ini juga

memiliki beberapa kelemahan. Di antaranya adalah bahwa tidak semua

keluarga dapat mengerti dan memahami pondok dengan segala

persoalannya sehingga sangat terbuka kemungkinan bagi kepentingan

dan persoalan keluarga akan muncul dan berubah menjadi kepentingan

dan persoalan pondok. Di samping itu, keberadaan pondok menjadi

sangat bergantung kepada keluarga, karena fihak lain tidak merasa

memiliki, mereka hanya sekedar membantu. Masalah juga akan timbul

151

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Jakarta: Rajawali

Press, 2005), hlm. 117-118.

Page 110: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

berkaitan dengan suksesi kepemimpinan. Karena miliki keluarga, maka

mau tidak mau pemimpin pesantren harus dari keluarga, sekalipun tidak

ditemukan di antara mereka yang memenuhi kualifikasi untuk itu. Hal ini

seringkali menjadi faktor utama mundur dan runtuhnya sebuah

pesantren.152

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar adalah Pondok Pesantren

yang berstatus Pondok wakaf. Secara resmi telah diwakafkan oleh

pendirinya kepada umat Islam pada 22 Sya’ban 1400 H/6 Juli 1980,

bertepatan dengan hari kesyukuran Sembilan tahun yang ke II Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar, dengan disaksikan oleh Menteri Agama

Republik Indonesia, c/q Direktur Jendral Pembinaan kelembagaan

Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia yang waktu

dijabat oleh Bapak Prof. H. Anton Timur Jaelani M.A., para pejabat

pemerintah pusat maupun daerah, pimpinan pondok Modern Gontor, para

alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat. Ikrar Wakaf ini ditandatangani

oleh pihak (wakil) wakif I dan II:K.H. Ahmad Thoyyib dan K.H. Ibrohim

Thoyyib yang kemudian diserahkan kepada nadzir (wakil) wakif yang

berjumlah 15 orang, terdiri dari para alumni dan Keluarga Besar Pondok

Pesantren “Wali Songo” Ngabar yang benar-benar mengerti dan

mengenal dengan baik nilai-nilai dasar dan garis besar haluan Pondok,

dengan amanat agar supaya Pondok Wali Songo:

152

Ibid., hal. 118

Page 111: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

1) Menjadi suatu lembaga pendidikan Islam yang tunduk kepada

ketentuan-ketentuan hukum agama Islam, berkhidmat kepada

masyarakat, menuju kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

2) Menyelenggarakan Pendidikan Islam dari Tingkat Taman

kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

3) Menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang tetap berjiwa Pondok

Pesantren dengan mengutamakan arah pendidikanya kepada:

Taqwa kepada Allah, beramal soleh, berbudi luhur, berbadan

sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas dan berwiraswasta.

4) Menjadi tempat beramal untuk meninggikan kalimat Allah.

5) Tidak berafiliasi kepada partai politik maupun golongan

manapun.153

Dengan diwakafkannya Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar,

maka status kepemilikan Pondok berubah dari milik pribadi menjadi

milik institusi. Konsekuensinya, ahli waris pendiri tidak mempunyai hak

untuk mewaris harta dan aset-aset materi Pondok, sebab Pondok bukan

milik keluarga, tetapi sudah menjadi milik ummat. Karena itu

kelangsungan hidup Pondok bukan hanya menjadi tanggung jawab

keluarga, tetapi telah menjadi tanggung jawab semua umat Islam.

Dengan perubahan status wakaf ini pula, pengelolaan Pondok tidak lagi

menjadi dominasi keluarga keluarga pendiri Pondok atau kiyai. Pertalian

kekerabatan tidak menjadi faktor penentu dalam pengangkatan

153

Warta Tahunan Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Tahun: 2010-2013, Edisi: 31

Page 112: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

kepemimpinan dan kepengurusan Pondok pada semua tingkatan.

Penetapan itu justru lebih didasarkan pada standar dan kriteria yang

mengutamakan kecakapan dan kelayakan.

d. Pemahaman Keagamaan Pesantren

Secara garis besar, Pondok Pesantren “Wali Songo” memegang

prinsip wasathiah (moderasi) dalam banyak hal khususnya masalah

keagamaan. Sikap moderat tidak mengandung arti tidak memiliki prinsip

atau pedoman, tetapi lebih mengedepankan pandangan yang bisa diterima

masyarakat umum selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

agama. Pesantren Ngabar sesuai kulturnya lebih merangkul dan

mewadahi semua faham, sehingga institusi pesantren menjadi lebih

terbuka; tidak terkooptasi oleh madzhab maupun kelompok tertentu.

Bagaimanapun perpecahan dalam tubuh umat Islam menginspirasi

pendiri Pesantren ini untuk menjunjung perbedaan pandangan dan

mengembangkan semangat “ukhuwah diniyyah”. Prinsip “berdiri di atas

dan untuk semua golongan” betul-betul dipegang teguh. Semangat

moderasi ini menjadikan Pondok Pesantren “Wali Songo” mudah

diterima oleh semua golongan maupun organisasi kemasyarakatan

“menjadi perekat umat”, meski dengan konsekuensi seringkali dianggap

tidak “berprinsip” dan memiliki stand yang jelas.154

154

Pendekatan moderat dalam bidang keagamaan sejalan dengan amanat KH. Imam Zarkasyi yang

juga merupakan guru dari KH. Ibrohim Thoyyib. Dalam rapat pengurus Badan Wakaf Pondok

Modern Gontor pada 24 Desember 1977, beliau menyampaikan: “andaikata, guru-guru Pondok

terdiri dari orang-orang yang bersimpati atau anggota Muhammadiyah, murid-muridnya terdiri

dari anak keluarga Muhammadiyah, tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan Pondok

Muhammadiyah.” Selanjutnya beliau juga menegaskan tentang hal yang sama “jika guru dan

Page 113: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Sejalan dengan itu, seluruh penghuni Pesantren diharapkan tidak

menonjolkan identitas atau “ta’ashubiyah” suatu golongan. Di Pesantren

mereka betul-betul diajarkan bersikap bijak dalam memandang

keragaman cara pandang keagamaan. Tidak fanatik terhadap madzhab

tertentu, dan menghukuminya. Identitas ‘kultural’ ini menjadikan santri

Ngabar lebih “cair” dan membaur, mudah diterima di kalangan

masyarakat yang heterogen. Meski nantinya selepas selesai belajar di

Pesantren, mereka diberikan kebebasan untuk memilih atau masuk salah

satu kelompok tertentu yang diyakini dengan tetap berprinsip menjadi

perekat umat. Dalam amaliyah ibadah misalnya, Pesantren ini tidak

mengamalkan kegiatan seperti tahlilan, manakiban, yasinan atau diba’an

yang biasanya dianggap sebagai ciri khas golongan Nahdliyin. Tetapi

dalam segi yang lain, terlihat amalan seperti sholat shubuh dengan do’a

qunut dan membaca wirid secara bersama-sama setelah sholat. Bagi

Pondok Pesantren “Wali Songo” hal-hal tersebut dalam rangka

pembelajaran dan pembiasaan. Mereka diberikan kebebasan untuk

memilih karena setiap kelompok memiliki alasan-alasan sendiri. Hal-hal

yang sifatnya furu’iyah tidak perlu dipertentangkan.155

murid Gontor dari NU, tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan NU.” Lihat KH. Abdullah

Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren, Pengalaman Pondok Modern Gontor (Ponorogo,

Trimurti Press, 2005), hal. 88. 155

Drs. Moh. Zaini dari Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Depag RI menulis, meski

tidak secara resmi disampaikan, faham atau aliran keagamaan yang dianut Pondok Pesantren

“Wali Songo” tidak berbeda jauh dengan pondok-pondok pesantren lain yang mengikuti “Ahlu

sunnah wal-jama’ah” atau yang biasa disebut “Sunni” dengan mengambil teologi Abul Hasan

Asy’ari, mengutamakan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadist, dan juga pertimbangan akal pikiran.

Faham semacam ini biasanya dianut atau diasosiasikan dengan Nahdlotul Ulama’.

Page 114: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Sejalan dengan hal tersebut, masyarakat Ngabar secara mainstream

mengikuti pola keagamaan yang dianut, diamalkan atau diajarkan oleh

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar yakni, tidak fanatik terhadap

madzhab tertentu dan dapat menerima perbedaan pendapat selama dalam

koridor ukhuwah. Hanya, sebagai media pembelajaran bagi masyarakat,

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar mentolerir tradisi keagamaan

yang sifatnya bukan utama. Ini dilakukan dalam rangka dakwah kultural

mengingat obyek dakwah yang dihadapi sangat heterogen. Dakwah

kultural dipilih agar efektif dan mudah diterima. Karena medium yang

dipakai dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.156

e. Nilai dan Norma Pesantren

Menurut Koentjaraningrat, pesantren merupakan lembaga

keagamaan yang sarat akan nilai dan tradisi luhur.157

Nilai (value)

merupakan sebuah konsepsi, konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri

manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Sedangkan norma adalah nilai-nilai budaya yang terkait kepada peranan-

peranan tertentu dari manusia dalam masyarakat.158

Jika nilai merupakan

pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan

ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan

156

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar mengambil model pendekatan para Wali yang

Sembilan dalam “Wali Songo” sebagai acuan berdakwah. Dakwah harus disesuaikan konteks agar

dengan mudah dan diserap oleh masyarakat. Meskipun, belum sepenuhnya mengamalkan ajaran

Islam, dakwah memiliki tahapan dan fase-fase tertentu yang harus dilalui. Dengan tahapan

tersebut, obyek dakwah dapat secara sadar dan perlahan mengikuti seruan dakwah. 157

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia, 1974), hal. 21 158

Ibid., hal.22

Page 115: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

oleh seseorang atau kelompok tindakan wajar dan dapat diterima atau

ditolak.

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar memiliki sejarah

keterikatan (embeddedness) nilai dengan Pondok Modern Darussalam

Gontor Ponorogo, selain faktor geografis, letak yang tidak terlalu jauh,

pendiri dan pengembang Pesantren ini adalah lulusan Gontor. Secara

normatif pula, penerapan nilai yang ada juga banyak dipengaruhi oleh

pandangan hidup (way of life) yang diterapkan di Pesantren Gontor

seperti, panca jiwa, motto, orientasi dan falsafah pondok, meskipun

terdapat perbedaan pada proses adaptasi, pelaksanaan dan kekhasan

masing-masing. Pandangan dan tata nilai yang bersumber dari ajaran

agama dan nilai kepondokan dalam bentuk panca jiwa pondok, motto

orientasi, falsafah dan kearifan lokal seperti ketaatan, ibadah dan alap

barakah berperan secara signifikan dalam kehidupan Pondok Pesantren

“Wali Songo” Ngabar. Dalam komunitas Pesantren Ngabar, nilai dan

norma tersebut kemudian dikenal dengan sunnah pondok yang menjadi

tradisi dan dipegang teguh oleh komunitas Pesantren.

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar menerapkan dan

mengembangkan nilai-nilai kepesantrenan yang dirangkum dalam lima

(5) jiwa (Panca Jiwa) yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari,

ukhuwah Islamiyah dan jiwa bebas. Jiwa keikhlasan dapat dimaknai

sebagai sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong

oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan

Page 116: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

dilakukan dengan niat semata-mata ibadah lillah.159

Sedangkan jiwa

kesederhanaan berarti bahwa kehidupan di dalam Pondok diliputi oleh

suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak

berarti pula miskin dan melarat. Kesederhanaan itu berarti sesuai dengan

kebutuhan dan kewajaran. Kesederhanaan mengandung nilai-nilai

kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam

menghadapi perjuangan hidup.

Sedangkan jiwa berdikari artinya kesanggupan menolong diri

sendiri. Pondok ini harus mampu berdikari, sehingga tidak

menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan dari fihak lain.

Jiwa ukhuwah diniyyah artinya, kehidupan pesantren diliputi suasana

persaudaraan yang akrab, segala suka dan duka dirasakan bersama dalam

jalinan persaudaraan sesama Muslim. Jiwa bebas berarti bebas dalam

berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam

memilih jalan hidup, bahkan babas dari pengaruh negatif dari

luar.160

Selain jiwa-jiwa di atas, Pondok Pesantren “Wali Songo” juga

masih memiliki dan menerapkan nilai-nilai yang digali dari proses

interaksi internal di dalam pesantren.

f. Kelembangaan dan Organisasi

Dalam upaya pencapaian terhadap visi dan misi yang telah

dicanangkan, Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar memiliki struktur

kelembagaan yang dinaungi. Keberadaan lembaga dan badan-badan

159

Dalam filsafat Jawa, keikhlasan sering dimaknai “sepi ing pamrih, nrimo ing pandum”. Tidak

berharap apapun dari apa yang dikerjakan. 160

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan, hal. 101-103

Page 117: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

pesantren dibutuhkan agar manajemen kepesantrenan dapat berjalan

maksimal. Struktur organisasi pesantren ini memiliki hirarki dari atas

hingga ke bawah dengan ketentuan dan peraturan yang sudah disepakati

sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan Angaran Rumah

Tangga Majlisu Riyasatil Ma’had. Lembaga-lembaga tersebut memiliki

spesifikasi dan bidang garapan sendiri, baik di bidang pendidikan,

pengasuhan maupun ekonomi. Lembaga-lembaga pondok tersebut

adalah:

1) Majlisu Riyasatil Ma’had (MRM): Lembaga tertinggi dan

pemegang kebijakan segala perencanaan dan kebijaksanaan baik

di bidang pendidikan dan pengajaran maupun di bidang

pembiayaan serta sarana pendidikan dan pengajaran.

2) Pimpinan Pondok: Pimpinan Pondok diangkat dan dipilih oleh

Majlisu Riyasatil Ma’had dengan masa lima tahun dan dapat

dipilih kembali. Sebagai Pimpinan eksekutif dalam Pondok

Pesantren “Wali Songo” Ngabar, baik dibidang Pendidikan dan

pengajaran, pengasuhan santri maupun di bidang pembiayaan

dan sarananya. Ia adalah mandataris seluruh kebijaksanaan

Majlisu Riyasatil Ma’had.

3) Lembaga-lembaga kependidikan:

a) Tarbiyatul Athfal “al-Manar”: Lembaga pendidikan pre-

school yang diperuntukkan menampung anak-anak usia pra

Page 118: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

sekolah dan mempersiapkan mereka ke jenjang pendidikan

dasar.

b) Madrasah Ibtidaiyah “Mambaul Huda”: Madrasah ini

adalah lembaga yang tertua diantara lembaga-lembaga lain

yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo, dan dari sisnilah

asal mulanya pendidikan Pondok dan adanya lembaga-

lembaga lain.

c) Tarbiyatul Mu’allimin/Mu’allimat al-Islamiyah: Lembaga

pendidikan menengah untuk putra dan putri dengan lama

belajarnya empat atau enam tahun.

d) Institut Agama Islam “Riyadlotul Mujahidin” al-Islamiyah

(IAIRM): Lembaga pendidikan tinggi di lingkungan pondok

untuk menfasilitasi lulusan di bawahnya. Memiliki tiga

fakultas: Tarbiyah, Syariah dan Dakwah.

4) Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf (YPPW-

PPWS):Lembaga ekonomi pondok yang bertugas menjamin

kelangsungan dan kelancaran aktifitas pondok.

5) Majlis Pembimbing Santri (MPS): Lembaga yang bertugas

memberikan bimbingan dan pengasuhan kepada santri-santri

dalam sistem 24 jam terpadu.

6) Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

(KBAPWS): Lembaga yang menaungi dan membina potensi

alumni yang kini hampir berjumlah 8.000 alumni.

Page 119: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

g. Manajemen Pesantren

Pondok Pesantren Wali Songo merupakan lembaga swakelola161

dan

swadana162

yang bersifat mandiri dan tidak menggantungkan

kelangsungannya kepada fihak manapun termasuk pemerintah. Dalam

hal proses pengaturan dan pengelolaan, manajemen pesantren dilakukan

dengan “sunnah” dan tradisi pesantren yang khas, di mana seluruh

elemen di Pondok terlibat secara aktif sebagai bagian dari pembelajaran.

Karenanya, manajemen Pesantren memainkan peran penting agar visi,

misi dan tujuan yang sudah ditetapkan dapat dicapai secara efektif,

efisien, dan optimal. Banyak fihak yang menyatakan bahwa salah satu

kelemahan pesantren adalah soal manajemen. Manajemen pesantren pada

umumnya bersifat tertutup, terpusat, dan kekeluargaan. Pondok Pesantren

“Wali Songo” Ngabar menerapkan suatu manajemen yang berbeda dari

pesantren pada umumnya dengan menjalankan prinsip-prinsip

transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.

Prinsip transparansi mendasari seluruh kegiatan pengelolaan

pendidikan dan pengajaran di Pondok. Antara lain transparansi dalam

perencanaan dan pelaksanaan program serta transparansi dalam

penyelenggaraan program-programnya secara terbuka melalui forum-

161

Swakelola yang dimaksud bahwa Pondok Pesantren Wali Songo menerapkan strategi

pendidikan dan pengajarannya secara totalitas. Dikelola sepenuhnya oleh seluruh stakeholder yang

ada di Pesantren. Semua unsur-unsur yang ada di pesantren seperti kiyai, guru, santri, sarana

prasarana baik fisik maupun non fisik dan kegiatan lainnya diorganisir secara independen oleh

pesantren dengan mekanisme tersendiri. 162

Swadana bahwa seluruh dana yang ada di Pesantren dikelola secara mandiri oleh pihak

pesantren secara transparan dan akuntabel. Mengupayakan kecukupan finansial (self-sufficiency)

demi kelancaran pendidikan dan pengajaran di Pesantren.

Page 120: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

forum yang dirancang. Seluruh program-program pesantren dirancang

secara terbuka dan diketahui oleh seluruh masyarakat pondok. Tiap

lembaga diminta untuk selalu melaporkan perkembangan programnya

minimal tiga bulan sekali dan dievaluasi secara komprehensif. Hasil

laporan tersebut selanjutnya menjadi bahan laporan pertanggungjawaban

Pimpinan Pondok di hadapan Majlisu Riyasatil Ma’had setiap enam

bulan sekali.163

Transparansi juga diterapkan dalam manajemen keuangan. Sirkulasi

keuangan Pondok diatur secara transparan dengan administrasi yang

tertib. Setiap lembaga dan organisasi melaporkan sirkulasi keuangannya

kepada pimpinan secara reguler. Di samping itu, semuanya juga siap

untuk diperiksa dan dikontrol setiap saat. Jika terjadi kecurangan atau

kesalahan, kepada yang bertanggung jawab akan diberikan sanksi berat.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar menerapkan manajemen modern dengan pendekatan

tranparansi dan akuntabilitas. Meski dalam kasus-kasus tertentu

pendekatan “kekeluargaan” tetap digunakan.164

h. Sistem Pendidikan dan Pengajaran

Sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren “Wali

Songo” Ngabar dapat dibedakan dan dikelompokkan dalam beberapa

bentuk:

163

Warta Tahunan, Edisi: XXXI, Tahun 2010-2013. 164

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan, hal. 117.

Page 121: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

1) Kurikuler: dilaksanakan dalam wadah Tarbiyatul Mu’allimin

dan Mu’allimat al-Islamiyah. Dilaksanakan secara klasikal pada

pagi hari oleh seluruh guru di bawah tanggung jawab Direktur.

Memiliki dua macam program yaitu “reguler”; untuk lulusan

SD/MI dengan masa belajar 6 tahun dan “Intensif” dengan masa

belajar 4 tahun untuk lulusan SMP/MTs dan di atasnya.

2) Ko-kurikuler: dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah di

bawah bimbingan guru-guru dan santri-santri senior. Kegiatan-

kegiatan Ko-kurikuler tersebut meliputi:

a) Ibadah Amaliah sehari-hari, seperti: sholat berjama’ah,

sholat tahajjud, sholat rawatib mu’akkad, sholat nawafil,

puasa senin kamis, tilawah dan tahfidz al-Qur’an, dzikir,

do’a dan shalawat.

b) Intensive Learning seperti belajar malam (ta’alum al-

muwajjah), pengkajian kitab klasik, latihan retorika,

peningkatan tiga bahasa, cerdas cermat, diskusi, bedah

buku, penerbitan Majalah dinding.

3) Ekstrakurikuler: dilaksanakan di luar jam sekolah oleh pengurus

Organisasi santri (OSWAS). Kegiatannya antara lain; pelatihan

dan praktek berorganisasi, kursus. Baik ko-kurikuler maupun

ekstrakurikuler pelaksanaannya di bawah bimbingan Majlis

Pembimbing Santri (pengasuhan).

Page 122: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Sedangkan kegiatan pembelajaran secara khusus dikelola TMI dan

TMt-I terdiri dari kegiatan harian, tengah tahunan dan tahunan.

1) Kegiatan Harian meliputi: 1. Kegiatan belajar mengajar, 2.

Supervisi proses pengajaran, 3. Pengecekan persiapan mengajar,

4. Pengawasan disiplin masuk kelas, 5. Pengontrolan kelas dan

asrama santri saat pelajaran berlangsung dan 6. Penyelenggaraan

belajar malam bersama wali kelas.

2) Kegiatan Mingguan meliputi: 1. Pertemuan guru setiap Kamis

untuk mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar selama

seminggu. Forum ini juga digunakan oleh Pimpinan Pondok

untuk memberikan pengarahan dan menyampaikan program-

program dan masalah-masalah pondok secara keseluruhan. 2.

Pertemuan ketua-ketua kelas (Jum’at malam).

3) Kegiatan Tengah Tahunan meliputi ujian tengah semester I dan

II dan ujian akhir semester I dan II.

4) Kegiatan Tahunan meliputi: Fathul Kutub yaitu latihan

membaca kitab-kitab berbahasa arab dan kitab

klasik/kontemporer. Fathul Mu’jam yaitu latihan dan ujian

membuka kamus berbahasa Arab maupun Inggris. Manasik Haji

yaitu latihan pelaksanaan ibadah haji. Amaliyat al-Tadris yaitu

praktek mengajar untuk santri kelas VI.

Page 123: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

i. Pengasuhan Santri

Sistem pengasuhan di PPWS ditangani oleh lembaga tersendiri

bernama Majlis Pembimbing Santri. Majlis Pembimbing Santri

merupakan lembaga non-formal yang menjalankan Sistem dan pola

pengasuhan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, seluruh progam

dan kegiatan langsung mendapat arahan dan bimbingan langsung dari

Pimpinan Pondok karena memang tugas dan fungsi Majlis Pembimbing

Santri adalah sebagai tangan kanan Pimpinan Pondok dalam membina

dan mendidik mental santri selama 24 jam, mulai bangun tidur hingga

tidur kembali. Seluruh aktifitas santri diselenggarakan oleh organisasi

pelajar, Organisasi Santri Wali Songo (OSWAS) di bawah arahan dan

bimbingan langsung Majlis Pembimbing Santri.

Sebagai lembaga yang bertanggungjawab atas semua pelaksanaan

pendidikan ekstrakulikuler atau kegiatan non formal, santri dididik agar

memiliki jiwa keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah

dan kebebasan. Selain dari pada itu, MPS juga berusaha menciptakan

lingkungan kehidupan (life environment) pondok yang bertakwa kepada

Allah, beramal sholeh, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan

luas, berfikiran bebas, berbadan sehat, berwiraswasta dan cinta tanah air.

Oleh karena itu, eksistensi dan loyalitasnya dalam membina dan

membimbing santri dipandang sangat urgen. Selain hal itu, MPS juga

berusaha menciptakan lingkungan kehidupan yang alami, penuh rasa

kekeluargaan, kedamaian yang harmonis dan edukatif (tarbawi) serta

Page 124: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

menanamkan dan menumbuhkan jiwa rasa memiliki tanggung jawab

terhadap pondok pesantren “Wali Songo” ngabar kepada seluruh santri

dan juga bertanggung jawab atas berjalannya sunnah pondok secara

konsekuen.

Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan diluar sekolah yang

langsung dibina dan dibimbing oleh asatidz Majlis Pembimbing Santri

(MPS) dan Pengurus Pusat OSWAS. Kegiatan ini terbagi menjadi

kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan.

Kegiatan Harian

No Waktu Jenis Kegiatan

1 03.30-04.30 Bangun pagi, sholat sunnah tahajjud, sholat subuh

berjama’ah

2 04.30-05.00 Muhadastaah pagi (pemberian kosa kata)

3 05.00-06.00 Olahraga, mandi dan kegiatan pribadi

4 06.00-06.30 Sarapan pagi

5 06.30-06.45 Berangkat sekolah dan do’a pagi

6 06.45-12.35 KBM (kegiatan belajar mengajar)

7 12.35-13.45 Sholat Dzuhur berjama’ah dan makan siang

8 13.45-14.45 Pelajaran sore

9 14.45-15.00 Persiapan sholat ‘ashar

10 15.00-15.30 Sholat ‘Ashar berjama’ah dan tilawah al-Qur’an

11 15.30-16.30 Olahraga

12 16.30-17.00 Mandi sore dan persiapan ke masjid

13 17.00-18.15 Tilawah al-Qur’an dan sholat maghrib berjama’ah

14 18.15-19.00 Ta’limu al-Qur’an

15 19.00-19.30 Sholat Isya’ berjama’ah

16 19.30-20.00 Makan malam

17 20.00-21.30 Belajar malam

18 21.30-21.45 Do’a bersama

19 21.45-03.30 Istirahat

Tabel 3.1. Jenis Kegiatan Harian

Page 125: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Kegiatan Mingguan

Hari Waktu Jenis Kegiatan

Jum’at

04.30-04.45

05.00-05.30

05.30-07.00

07.00-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.30-10.00

10.00-11.00

11.00-12.30

12.30-16.30

17.00-17.30

18.15-19.00

Kuliah Shubuh/ceramah agama

Muhadatsah

Olahragapagi

Kerjabakti

Sarapanpagi

Mandi dan persiapan sholat dhuha

Sholat Dhuha berjama’ah dan tilawah al-Qur’an

Istirahat.

Membaca al-Qur’an dan sholat Jum’at berjama’ah

Perizinan.

Ceramah agama (Ust. K. H. Heru Saiful Anwar, MA)

Membaca al-Ma’tsurat.

Sabtu 17.00-17.30

18.15-19.00

Ceramah agama (Ust. Drs. K. H. Moh. Ihsan, M. Ag)

Tartil al-Qur’an (Jamiyyatu al-Qurro’)

Ahad 19.30-20.00 Latihan pidato bahasa Inggris

Senin 13.45-15.00

17.00-17.30

Tahsinu al-Qur’an. Tahfidz al-Qur’an

Ceramah agama asatidz per-kamar

Selasa 05.00-05.30

17.00-17.30

Olahragabersama / laripagi

Ceramah agama (Ust. K. H. Moh. Tholhah, S. Ag)

Rabu 13.45-14.45 Kesenian dan ketrampilan

Kamis 10.30-11.45

13.30-16.00

19.45-21.00

Latihan pidato bahasa arab

Latihan Pramuka.

Latihan pidato bahasa Indonesia

Tabel 3.2. Jenis Kegiatan Mingguan

Data Santri TMI 2018-2019

Kelas Jumlah Kelas Jumlah Kelas Jumlah Kelas Jumlah

I A 30 II A 24 III A 25 I Int A 30

I B 26 II B 26 III B 24 I Int B 29

I C 28 II C 26 III C 24

I D 28 II D 27 III D 24

I E 28 II E 30 III E 27

I F 27 II F 30 III F 24

I G 28

I H 25

Jml 220* Jml 163 Jml 148 Jml 59*

IV A 26 V A 26 VI A 22 III Int A 15

IV B 29 V B 26 VI B 22 III Int B 17

IV C 23 V C 26 VI C 23

IV D 25 V D 24 VI D 26

IV E 26 V E 24 VI E 25

V F 26 VI F 26

VI G 24

Jml 129 Jml 152 Jml 168 Jml 32

Jumlah seluruh santri : 1073

Tabel 3.3. Data Santri TMI 2018-2019

Page 126: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Data Guru TMI 2018-2019

No Jumlah Pend. Terakhir Keterangan

1 160

Sarjana S-2 19 orang

Sarjana S-1 52 orang

Sarjana Muda 02 orang

TMI 87 Orang

Tabel 3.4. Data Guru TMI 2018-2019

Jumlah santri keseluruhan putra-putri

Tahun

akademik

Jenjang Pendidikan Total

TK MI TMI TMt-I PT

1976-1977 120 296 477 0 0 893

1977-1978 117 316 487 0 0 920

1978-1979 122 323 284 67 0 796

1980-1981 126 334 398 82 0 940

1981-1982 123 348 426 84 0 981

1985-1986 0 356 1.506 0 0 1.862

1987-1988 146 357 1.595 0 0 3.155

1989-1990 155 418 1.745 1.676 191 4.185

1991-1992 123 413 1.899 1.690 453 4.578

1992-1993 108 438 1.946 1.705 474 4.671

1993-1994 123 445 2.040 1.803 681 5.092

1994-1995 118 438 1.821 1.934 813 5.124

1995-1996 101 406 1.649 1.727 604 4.487

1996-1997 109 406 1.442 1.616 0 3.573

1997-1998 108 387 1.453 1.501 0 3.449

1999-2000 168 354 772 1.016 346 2.656

2000-2001 115 323 616 731 309 2.094

2002-2003 137 320 559 696 0 1.712

2003-2004 107 341 487 592 302 1.829

2004-2005 105 322 446 563 256 1.692

2005-2006 107 327 410 460 0 1.304

2006-2007 99 314 376 414 240 1.443

2007-2008 103 317 356 415 267 1.458

2008-2009 95 322 366 362 398 1.543

2009-2010 87 298 403 375 401 1.564

2010-2011 102 301 437 388 340 1.568

2011-2012 130 301 544 415 343 1.733

2012-2013 116 298 536 506 328 1.784

2013-2014 89 314 712 583 365 2.063

2014-2015 88 339 793 674 323 2217 2015-2016 83 338 858 774 255 2308 2016-2017 91 355 936 824 236 2.442

2017-2018 83 364 1017 873 244 2.581

2018-2019 87 375 1073 987 278 2.800 Berdasarkan Warta Tahunan PPWS, sebagian data tidak tersedia.

Tabel 3.5. Data Seluruh Santri Ngabar

Page 127: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

B. Data Khusus

A. The Choice Process (Proses Pilihan) Perubahan dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar

Ponorogo.

Konsep perubahan adalah proses dimana kita pindah dari kondisi yang

berlaku menuju kondisi yang diinginkan yang dilakukan oleh individu,

kelompok, serta organisasi dalam hal bereaksi terhadap kekuatan dinamika

internal maupun eksternal. Perubahan merujuk pada sebuah terjadinya sesuatu

yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan bisa juga bermakna melakukan

hal-hal dengan cara yang baru, memasang sistem baru, mengikuti prosedur-

prosedur manajemen baru, mengikuti jalur baru, mengadopsi teknologi baru,

penggabungan (merging), melakukan reorganisasi, atau terjadinya peristiwa

yang bersifat mengganggu (disruptive) yang sangat signifikan.

Tujuan perubahan disatu sisi untuk memperbaiki kemampuan organisasi

dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan disisi lain,

mengupayakan perubahan perilaku karyawan untuk meningkatkan

produktivitasnya. Perubahan harus dilakukan secara hati-hati dengan

mempertimbangkan berbagai hal agar manfaat yang ditimbulkan oleh

perubahan harus lebih besar daripada beban kerugian yang harus ditanggung.

Oleh sebab itu, perlu difikirkan dengan sangat matang serta dirumuskan

dengan sebaik-baiknya agar perubahan yang dilakukan sesaui dengan yang

diharapkan dan menghasilkan tujuan kepada keberhasilan organisasi atau

lembaga. Salah satu resep standar untuk keberhasilan organisasi adalah

Page 128: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

bahwa mereka harus tahu kekuatan dan kelemahannya sendiri, kebutuhan

pelanggan mereka dan sifat lingkungan di mana mereka bekerja.

Di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo untuk merumuskan

perubahan, dilakukannya penggabungan informasi kinerja yang sudah

dikerjakan, dan yang akan dikerjakan. Metode yang digunakannya ialah

dengan menggunakan SWOT (Strength (kekuatan), Weaknesses

(Kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Hal tersebut

sesuai dengan apa yang disampaikan Hardian, S.Pd.I., selaku Koordinator

Pengasuhan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar sebagai berikut:

Untuk mengetahui bagaimana kekuatan organisasi/lembaga kita

mengadakan Rapat Kerja (Raker), yang dilaksanakan sebelum tahun

ajaran dimulai, biasanya ketika Bulan Ramadhan, karena lembaga kami

bulan Ramadhan libur total, yang digunakan untuk raker tersebut, raker

tersebut diikuti oleh seluruh stakeholder, yang mana di dalamnya dibahas

terkiat evaluasi satu tahun yang sudah dilaksanakan, menyusun progam

kerja, dan menyusun RAPB (Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja), ketika evaluasi, kita mengggunaka metode SWOT, untuk

menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan masa depan.165

Hal tersebut sangat penting, dimana dalam merencanakan hal tidak boleh

asal-asal, artinya merencanakan kegiatan ataupun progam tidak boleh asal

jadi, asal buat, dan asal ada, harus matang, dan harus professional. Maka dari

itu, evaluasi setiap tahun ialah hal yang harus di dalam Pondok Pesantren

Wali Songo, sebelum merencanakan progam untuk tahun selanjutanya.

Komitmen bersama harus lebih baik dari tahun ke-tahun dan selalu

mengambangkan mutu dari tahun ketahun suatu hal yang akan dilaksanakan.

Hal tersebut, senada dengan apa yang ditekankan oleh Bapak KH. Heru Saiful

165

Hardian Rdho, Wawancara, Ngabar, 12 Juli 2018.

Page 129: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Anwar, MA., selaku Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar sebagai

berikut:

Acara raker sebagai muhasabah, artinya muhasabah yang sudah

dikerjakan, dan muhasabah perencanaan ke depan. Kami

mengaharapakan keistiqomahan dalam kegiatan, serta selalu

berkomitmen dengan “hari ini harus lebih baik dari pada hari kemaren”.

Segala hal yang sudah kita lakukan harus kita evaluasi, apa

kekurangannya, apa kelebihannya, masing-masing stakeholder harus

paham akan hal tersebut. Membuat kegiatan yang baik merupakan

keharusan, jangan atau tidak boleh asal-asal, (asal buat, asal ada, asal

jadi), harus professional.166

Lebih penting lagi, H. Moh. Zaki Su’aidi, Lc., MA., (HONS), selaku

ketua Yayasan pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf Pondok Pesantren

Wali Songo (YPPW-PPWS) serta merangkap sebagai Koordinator sekretariat

Pimpinan Pondok, dalam sambutannya ketika membuka rapat kerja untuk

tahun ajaran 2018-2019 mengatakan bahwa “Orang yang tidak berfikir masa

depan, tidak berfikir inovasi, orang yang tidak berfikir inovasi, ia akan mati,

maka dari itu, Ngabar harus berubah, dan terus berinovasi. Maka, tidak ada

kata lain bagi Ngabar, untuk terus berubah, berinovasi, dan selalu berfikir ke

depan.”167

Oleh sebab itu, Zaki Su’aidi menambahkan untuk setiap tahunnya

setiap lembaga harus memiliki inovasi-inovasi dan perubahan-perubahan

yang ditawarkan, Beliau menambahkan bahwa perubahan selalu

mendatangkan ketidakpastian, dan kekawatiran, akan tetapi tanpa adanya

perubahan lembaga atau organisasi tersebut finished.

Adapun tahapan-tahapan rapat kerja yang dilakukan di Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar, didesain dengan begitu baik, supaya hasil yang

166

Heru Saiful Anwar, Wawancara, Ngabar, 14 Juli 2018. 167

Pembukaan Rapat Kerja 2018 Pondok Ngabar, Observasi, Ngabar, 01 Maret 2018.

Page 130: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

diharapkan menghasilkan inovasi, perubahan yang lebih baik untuk

pengembangan mutu dan kemajuan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

kedepannya. Adapun tahapannya ialah pertama, Analisis SWOT, kedua,

Penyusunan progam, ketiga, menyusun progam kerja sesuai time line,

keempat, membahas anggaran, kelima, memutuskan anggaran bersama tim

anggaran dan YPPW-PPWS, keenam, Rapat pleno hasil raker dengan

lembaga, ketuju, rapat pleno dan pengesahan hasil raker dengan Pimpinan

Pondok.

Progam peningkatan mutu pendidikan pesantren selama beberapa dekade

ini terus menerus selalu diupayakan secara maksimal, baik melalui

pembenahan progam pendidikannya maupun pengelolaan organisasinya,

namun mutu pendidikan pesantren yang dicapainya masih belum optimal. Hal

tersebut juga terjadi dalam pondok pesantren wali songo, oleh sebab itu,

untuk mengatasi hal tersebut perlu fokus pilihan perubahan, ataupun

pengembangan, supaya peningkatan atau pengembangan mutu pondok

pesantren dapat berjalan maksimal dan sesuai harapan. Pondok Pesantren

Wali Songo dalam dua tahun ini sudah menerapkan hal demikian, artinya ada

fokus pengembangan yang dikejar, fokus pengembangan yang berdasarkan

mutu. Tahun 2107-2018, berfokus pada pengembangan pembangunan dan

infrastruktur, dan tahun ini 2018-2019, fokus pada pengembangan ekonomi

dan Al-Qur’an serta bahasa. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan M.

Awalul Akhyar, S.Sy., selaku Sekretaris YPPW-PPWS sebagai berikut:

Alhamdullillah, kondisi yayasan saat ini semakin tahun semakin

berkembang. Berkembang pesat. Berkembang lebih baik ya, dari pada

Page 131: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

pertama kali saya masuk di yayasan ini. Banyak perubahan yang terjadi

baik dari sisi manajemen keuangan, ekonomi, dan administrasi, dan lain-

lain. Alhamdulillah posisi pada saat ini, tertata dengan baik, teratur dan

menuju tertib. Banyak hal yang ingin kita kembangkan, tapi untuk

memaksimalkannya kita fokus dalam pengembangan satu hal dalam

setiap tahunnya, di samping hal-hal lain kita juga perhatikan. Untuk

tahun kemarin, kita fokus pada pengembangan insfrastruktur, dan tahun

ini, kita fokus pada pengembangan ekonomi.168

Hal senada juga disampaikan M. Fery Irwansyah, S.Pd.I. selaku

Bendahara Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (TMI), sebagai berikut:

Nah ini pengembangan mutu, jadi raker tahun ini orientasinya pada al-

qur’an dan bahasa, misalnya hafalan Al-qur’an, menjadi salah satu syarat

kelulusan santri dari kelas 1-6 ialah hafalan juz amma. Dan itu

berjenjang. Kelas 1, An-Naas-Ad-Dhuha, kelas 2, Ad-Dhuha-An-Naba’,

Kelas 3, Awal Juz 29 sampai pertengahan juz 29, kelas 4, Pertengahan

Juz 29 Sampai akhir juz 29. Kelas 5, mulai awal juz 1 sampai

pertengahan, dan kelas 6, mulai pertengahan juz satu sampai akahir juz 1.

Artinya santtri yang lulus di Pondok Pesantren Wali Songo, paling tidak

sudah mengantongi hafalan al-qur’an sebanyak 3 juz. Dan itu menjadi

syarat kenaikan masing-masing kelas.169

Hal tersebut, sudah diarahkan oleh Bapak Pimpinan Pondok KH. Heru

Saiful Anwar, MA., dalam pembukaan rapat kerja 2018, bahwa tahun ini,

ialah tahun peningkatan mutu, khususnya dalam peningkatan mutu bahasa,

dan mutu Al-Qur’an, sebagaimana yang beliau sampaikan berikut:

Tahun ini ialah tahun peningkatan mutu, terutama kita akan kuatkan pada

penguatan bahasa dan al-Qur’an. Selain itu, di tahun depan MoU harus

kita perbanyak, untuk meningkatkan networking kita. Kita akan usahakan

study banding dengan lembaga-lembaga lain yang sudah lebih baik

dengan kita, untuk kita modifikasi progam-progam yang baik dari

lembaga tersebut dan kita terapkan pada lembaga kita.170

Dari hal tersebut menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo

dalam pengembangan mutu pondok pesantren memusatkan fokusnya pada 1

168

M. Awalul Akhyar, Wawancara, Ngabar, 13 Juli 2018. 169

M. Fery Irwansyah, Wawancara, Ngabar, 06 Juli 2018. 170

Pembukaan Rapat Kerja 2018 Pondok Ngabar, Observasi, Ngabar, 01 Maret 2018.

Page 132: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

atau dua hal dalam setiap tahunnya, agar usaha pengembangan tersebut dapat

membuahkan hasil yang baik.

Suatu perubahan, terutama dalam organisasi ataupun lembaga khususnya

lembaga pondok pesantren sangat penting bagaimana proses pengambilan

keputusan untuk memutuskan sesuatu perubahan. Dalam pengambilan

keputusan suatu organisasi perlu mempertimbangkan masa lalu, tujuan dan

strategi masa depan. Dalam proses tersebut, pondok pesantren wali songo

dalam pengambilan keputusannya melalui musyawarah dari stakeholder

terlebih dahulu. Kaitannya dengan perubahan untuk tahun depan, keputusan

diambil dari hasil rapat kerja setiap tahunnya.

Selain itu, setiap tahun kita sudah melaksanakan rapat kerja. Raker ini

dilaksanakan sebelum ramadhan, selesainya tahun ajaran. Banyak yang

dibahas dalam raker, terkait evaluasi satu tahun, menentukan kelemahan

dan kekuatan, menyusun progam/perubahan, dan terakhir menyusun

RAPB (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja), selama satu tahun

ke depan. RAPB ini sudah dilaksnakan kurang lebih 5 tahun ini.171

Muhammad Zaki Su’aidi juga menambahkan bahwa “hasil rapat kerja

ialah hasil yang otentik dan tidak bisa diganggu gugat. Perubahan yang terjadi

di rapat kerja tidak dapat dirubah tanpa melalui rapat kerja selanjutnya.”172

B. The Trajectory Process (Proses Lintasan) Perubahan dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar

Ponorogo.

The Trajectory Process (Proses Lintasan) Perubahan berhubungan

dengan masa lalu organisasi dan arah masa depan dan hasil tersebut terlihat

seperti hasil dari visinya, magsud dan tujuan masa depan. Sesuai hasil

171

M. Fery Irwansyah, Wawancara, Ngabar, 06 Juli 2018. 172

Pembukaan Rapat Kerja 2018 Pondok Ngabar, Observasi, Ngabar, 01 Maret 2018.

Page 133: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

observasi yang dilakukan Peneliti didapatkan bahwa Pondok Pesantren Wali

Songo dalam ini Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (TMI), pada rapat kerja

2017 telah membenahi visi lembaganya yang lama. Adapaun pembenahannya

sebagai berikut:

Visi Lama:

Menjadi lembaga pendidikan Islam yang berjiwa pesantren, unggul

dalam IMTAQ dan IPTEK, bahagia dunia dan akhirat.

Visi Baru:

Mencetak Insan Berkarakter Pesantren, Unggul dalam prestasi,

Kompetitif di bidang Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab, Bahasa Inggris

dan Sains di Era Global.173

Adanya pembenahan tersebut, dilatarbelakangi karena visi yang lama

masih belum fokus dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang

ada pada lembaga TMI saat ini. Hal tersebut sesuai dengan apa yang

disampaikan Marjuni, S.Pd., M.Pd.I., selaku Wakil Direktur TMI, sebagai

berikut:

Pembenahan visi ini, agar visi yang kita miliki mudah dipahami dan

sesuai dengan situasi kondisi TMI saat ini, dan peluang masa depan. Kita

ingin memfokuskan visi ini pada kebutuhan lembaga, Orang tua,

Pendidik, dan Santri, dengan mempertimbangkan keunggalan yang ada

dalam lembaga TMI itu sendiri.174

Hal senada disampaikan H. Said Abadi, Lc. MA., selaku Direktur TMI

yang menyatakan bahwa kejelasan suatu visi, misi, dan tujuan lembaga itu

harus ada di dalam lembaga TMI, sesuai yang disampaikan dalam sidang

perdana tahun ajaran 2017-2018, beliau menyampaikan sebagai berikut:

Tahun ini, kita merumuskan kembali visi, misi, dan tujuan lembaga TMI,

dimana mestinya kita harus memiliki visi, msi, dan jelas. Maka dari itu di

awal pengajaran ini tahun 2017-2018 kami mensosialisasikan kembali

173

Hasil rapat kerja TMI, tahun 2017. 174

Marjuni, Wawancara, Ngabar, 04 Juli 2018.

Page 134: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

visi yang telah kami rumuskan atau godok pada rapat kerja. Harapnnya

ialah kalau kita memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas, kita akan

mudah menggapai keinginan atau harapan kita, untuk menjadikan

lembaga ini, terus maju, berkembang dengan baik dan bermutu. Adapun

pembenahan visi, misi, dan tujuan lebaga TMI, sebagai berikut:

Visi:

Mencetak Insan Berkarakter Pesantren, Unggul dalam prestasi,

Kompetitif di bidang Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab, Bahasa Inggris

dan Sains di Era Global.

Misi:

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang

Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab/Inggris dan Sains yang berkarakter

pesantren, unggul dan kompetitif.

b. Mengembangkan kemampuan teoritis dan praktis dalam bidang

Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab/Inggris dan Sains.

c. Meningkatkan Mutu yang berkelanjutan dalam Pengelolaan

Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah secara efektif dan efisien.

d. Mengembangkan sarana pendukung pendidikan dan pengajaran

yang memadai.

e. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam

maupun luar negeri guna peningkatan dan pengembangan

kemampuan dalam bidang Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab/Inggris

dan Sains.

Tujuan:

a. Terselenggaranya pendidikan dan pengajaran dalam bidang

Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab/Inggris dan Sains yang berkarakter

pesantren, unggul dan kompetitif.

b. Terwujudnya peningkatan kualitas ustadz dan santri secara

teoritis dan praktis dalam bidang Dirosah Islamiyah, Bahasa

Arab/Inggris dan Sains.

c. Terwujudnya Mutu yang berkelanjutan dalam Pengelolaan

Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah secara efektif dan efisien.

d. Terwujudnya sarana pendukung pendidikan dan pengajaran yang

memadai.

e. Terwujudnya kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam

maupun luar negeri, guna peningkatan dan pengembangan dalam

bidang Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab/Inggris dan Sains.175

Perubahan visi, misi, dan tujuan lembaga TMI tersebut, tidak lepas dari

adanya visi besar Pondok Pesantren Wali Songo yang dirumuskan biro

Sekretariat Pondok, yang dinamai “Ngabar Vision 2020”, dalam visi besar

175

Sidang Perdana tahun ajaran 2017-2018, Observasi, 20 Juli 2017

Page 135: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

pondok tersebut, ada 4 point yang akan atau ingin dicapai pondok pesantren

Wali Songo Ngabar pada tahun 2020, empat point tersebut, disampaikan oleh

H. Moh. Zaki Su’aidi, Lc., MA (Hons), selaku Ketua biro Sekretariat Pondok

sebagi berikut:

Mari berfikir apa yang orang lain (competitor) tidak pikirkan, jangan

biarkan perasaan kalah (inferior) bahwa mereka hebat dan tidak dapat

dikalahkan. Oleh sebab itu, kita harus memiliki prioritas dan fokus. Pada

momentum rapat kerja 2017-2018 ini, biro sekretariat menyusun visi

Ngabar 2020, agar fokus dan pengembangan mutu kita jelas, visi Ngabar

2020 yaitu: Pertama, Advance in Al-Qur’an and Foreign Language,

Kedua, International Accredited ISO 9001-2015, Ketiga, Economy Self-

Sufficiency, dan Keempat, Domestic and International Network.176

Dari keempat visi besar tersebut, tentu sangat tidak maksimal bila

keempatnya difokuskan pada satu tahun ajaran, maka dari itu, Tarbiyatul

Mu’allimin al-Islmiyah Pondok Pesantren Wali Songo, untuk tahun ini

memfokuskan pada bidang pertama, yaitu Advance in Al-Qur’an and

Foreign Language atau dapat diartikan sebagai penguatan al-qur’an dan

bahasa. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan M. Jaelani, sebagai

berikut:

Fokus pengembangan mutu lembaga ini ialah focus pada al-qur’an dan

bahasa. Kita tahu bahwa bahasa ialah kunci dari segala, yang menjadi

kunci untuk meneruskan pendidikan pada jenjang selanjutnya.177

Hal yang sama dirasakan Hardian Ridho Wahyono, pengembangan yang

terjadi dengan baik di Pondok Ngabar, dirasakan wujud dari fokusnya suatu

lembaga memfokuskan pada satu hal pengembangan. Sebagaimana yang

dikatakan sebagai berikut:

176

Hasil Rapat Kerja Pondok Pesantren Wali Songo, Tahun 2017-2018 177

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018

Page 136: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Sangat berbeda. Tergantung visi misinya yang berbeda, karena visi misi

kita pada tahun ini ialah al-Qur’an dan bahasa. Dan mempunyai slogan

“Serving excellent” memberikan pelayanan terbaik baik santri. Pelayan

terbaik untuk santri menjadi tanggung jawab mutlak bagi kami. Setiap

tahun kami berusaha untuk meningkatkan kualitas, menambah kreasi-

kreasi, dan inovasi-inovasi perubahan, untuk tujuan utama kita

memberikan pelayanan terbaik untuk para santri.178

Dari paparan di atas, dalam mengembangkan atau menjalankan visi

perubahannya, pondok pesantren Wali Songo Ngabar, dalam hal ini

Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah memfokuskan dua bidang pada tahun ini,

yaitu al-Qur’an dan Bahasa.

Guna mewujudkan perubahan, sesuai visi yang telah ditentukan untuk

mewujudkan pendidikan pondok pesantren yang berkualitas, tentunya harus

dibangun dan dikembangkan melalui pengelolaan pondok pesantren yang

bermutu dengan mengembangkan strategi-strategi khusus secara sistematis,

matang, dan tepat. Dalam hal ini, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

menerapkan tiga komponen penting, yaitu: a. Perencanaan mutu, b.

Pelaksanaan dan kontrol mutu, serta, c. Evaluasi mutu.

Dalam perencanaan mutu di Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar, Singgih Rahmanu, S.Pd.I., selaku Wakil

Direktur TMI, menjelaskan sebagai gambar berikut:

178

Hardian Ridho, Wawancara, 12 Juli 2018

Page 137: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Gambar 3.1. Konsep Perencanaan Mutu TMI

Secara deskriptif perencanaan mutu di atas dilaksanakan oleh Singgih

Rahmanu sebagai berikut:

Konsep tersebut, direncanakan sedemikian rupa dengan tujuan untuk

mencapai visi yang telah kita rancang. Di situ dijelaskan bahwa Direktur

dan staff, selaku penggerak jalannya lembaga TMI berusaha untuk

mencapai peningkatan kualitas bahasa (bahasa arab dan inggris),

peningkatan kualitas ilmu pengetahuan (dirosat islamiyah dan eksak),

dan managerial. Maka dari itu, fokus strateginya terletak pada penguatan

pada tiga komponen, yaitu Guru, Santri, dan Networking. Kita berusaha

dan mengusahakan meningkatkan kualitas guru pada tiga aspek, yaitu

loyalitas, integritas, dan kapabilitas. Terkait santri, kita berusaha

menumbuhkan motivasi belajar santri. Serta penguatan kerjasama, baik

internal dan eksternal. Serta mengusahakan sistem penjamin mutu dan kaderisasi. Kesemua itu dibingkai dalam satu kesatuan yang saling

menguatkan antara satu komponen dengan komponen yang lainnya.179

Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan H. Zaki Su’aidi, yang

mengatakan sebagai berikut:

179

Singgih Rahmanu, Wawancara, 05 Juli 2018

Page 138: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Maka perlu kita formulasikan ngabar yang mempunyai ciri khasnya

sendiri, yang membedakan antara pondok yang lain. Saya ingin kedepan,

kerjasama jaringan masing-masing lembaga diperkuat. Untuk kemudahan

relasi ngabar dengan instasi atau dunia luar. Mari berfikir, apa yang

orang lain tidak fikirkan, berfikirlah sesuatu yang orang lain tidak

fikirkan. Tentukan standar mutu TMI dari 8 standar, tentukan formula

dan standar yang kita butuhkan. Setiap pertemuan sudah jelas,

peningkatan dan pencapainnya.180

Hal tersebut menggambarkan bahwa, pondok pesantren wali songo

ngabar, dalam hal ini TMI, ingin kualitas pendidikan kedepan semakin

bermutu, dengan perencanaan yang baik.

Adapun terkait pelaksanaan dan kontrol mutu, sesuai hasil wawancara

denga H. Said Abadi, Selaku Direktur TMI mengatakan:

TMI menjadi lembaga paling penting dalam kaitanya peningkatan SDM

di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar serta bertanggung jawab penuh

terkait keberlangsunya kegiatan belajar mengajar. Antara TMI dan MPS

harus selalu berkoordinasi aktif & selaras dalam berjalan. Maju tidaknya

TMI tergantung dengan kekompakan team TMI. Saya

mengklasifikasikan kerja di TMI itu menjadi dua, yaitu: Kerja dalam

tingkat rutinitas (Kelemahannya tidak stabil dan membosankan), dan

Kerja dalam tingkat konseptor. Dalam tingkat rutinitas tersebut, kita

setiap dua minggu sekali musyawarah untuk mengevaluasi, apa yang

telah kita kerjakan, kita perbaiki atau mencari solusi, kemudian kita

kerjakan lagi, kita evaluasi lagi dan kita kerjakan lagi, adapun pada

tingkat konseptor kita evaluasi pada tingkat rapat kerja, dan kita kerjakan

lagi tahun ajaran selanjutnya. Dalam konteks kegiatan belajar mengajar,

yang menjadi inti tugas TMI, pada tahun ini, kita mempunya jargon

“Zero kekosongan kelas”, dan dengan prinsip “al-Muw dhobah wa at-

Tabk r”. al-Muw dhobah, artinya datang tepat waktu atau tidak

terlambat, dan at-Tabk r, artinya tidak mengosongkan kelas.181

Hal senada disampaikan M. Awalul Akhyar, S.Pd.I terkait kontrol

kegiatan sebagaimana yang disampaikan sebagai berikut:

Kita mulai ada quality control, contohnya di kantin, makanan-makanan

yang tidak laku hari ini digoreng lagi, yang saos, di Ngabar Mart, kita

180

Rapat kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018 181

Said Abadi, Wawancara, 01 Juli 2018

Page 139: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

kontrol, tidak hanya asal menyediakan akan tetapi, yang bergizi dan baru.

Produk-produknya kita perbaiki.182

M. Jaelani juga menambahkan sebagai berikut:

Untuk perubahan-perubahan yang dilakukan dimulai adanya ganjalan-

ganjalan dalam kependidikan dan kepengajaran dari tahun-ketahun yang

dievaluasi dan diperbaiki, kemudian dikerjakan lagi apa yang sudah

diperbaiki, dan terus demikian.183

Dikuatkan lagi dengan apa yang disampaikan H. Zaki Su’aidi, beliau

menyampaikan bahwa “siklus atau konsep kegiatan yang kita kerjakan dalam

kehidupan/kegiatan di pondok pesantren wali songo Ngabar ini, yaitu dengan

Plan, Do, Check, Act, artinya kita rencanakan kemudian kita kerjakan apa

yang sudah kita rencanakan, kemudian kita kontrol, evaluasi, dan perbaiki apa

yang telah kita kerjakan, dan kita kerjakan lagi apa yang telah dievaluasi dan

perbaiki tersebut.”184

Kaitannya dengan evaluasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Wali

Songo yang dalam ini TMI, dijabarkan oleh Singgih Rahmanu, S.Pd.I.

sebagai berikut:185

No. Bidang Positif Negatif

1 Guru

1. Motivasi guru meningkat 1. Masih ditemukan Guru tidak

mengajar tanpa keterangan

a. Bersedia diajak

menyusun silabus

2. Masih ditemukan Guru

mengajar tanpa i’dad

b. Bersedia menkjadi

Supervisor

3. Kinerja piket/bulis tasreh

menurun, tidak stabil

c. Bersedia disupervisi 4. Budaya untuk meningkatkan

kompetensi diri belum muncul

d. Bersedia menyusun i’dad 5. Masih rendahnya jumlah Guru

mata pelajaran UN

2. Budaya kerja untuk disiplin

meningkat

6. Pengabdian 1 tahun banyak

yang putus di tengah jalan

2 Santri 1. Budaya disiplin murodzobah 1. Motivasi belajar rendah

182

M. Awalul Akhyar, Wawancara, 13 Juli 2018 183

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018 184

Rapat kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018 185

Singgih Rahmanu, Wawancara, 05 Juli 2018

Page 140: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

wa tabkir meningkat

2. Jadwal petugas upacara

dilaksanakan

2. Rendahnya wawasan santri

terhadap proyeksi masa depan

3. Budaya izin tidak masuk

sekolah meningkat

3. Santri non asrama masih

ditemukan tidak masuk tanpa

keterangan

4. Kemampuan berkolaborasi

dalam seni dan olah raga

4. Budaya menjaga kebersihan

masih rendah

3 Stakeholder

(Internal)

1. Direktur menjalankan fungsi

kontrol secara berkala

1. Apresiasi pada kinerja guru

rendah

2. Fungsi kontrol Direktur

diarahkan pada dua arah: a)

Guru, dan b) Santri.

2. Belum mempunyai konsep

kaderisasi yang jelas dan

standar

3. Memotivasi Guru TIM TMI

untuk menjalankan tugas ke-

TMIan

3. Jumlah guru Tim TMI untuk

menjalankan tugas ke-TMI-an

masih kurang

4. Direktur TMI menyusun

rencana strategis

(RENSTRA) 5 tahun

5. Direktur berusaha

mewujudkan Visi–Misi–

Tujuan yang telah disusun

4 Daya Dukung

(Eksternal)

1. Sarana prasarana disediakan

Yayasan yang baik

1. Sering terjadi pemikiran/konsep

Direktur tidak dipahami oleh

komponen lain (Pimpinan,

yayasan, dll)

2. Motivasi kerja Guru

meningkat

2. Jalinan kerjasama antara TMI

dan lembaga lain

3. Kesediaan yayasan untuk

mendukung progam baik

TMI tentang buku

3. Sering terjadi kebijakan

Sekretariat pondok yang tidak

sesuaikan dengan

progam/konsep TMI

4. Rapat & evaluasi Pimpinan

lembaga setiap bulan

4. Fasilitas olah raga belum

lengkap

Tabel 3.6: Analisa Evaluasi Pencapain Progam TMI

Evaluasi diatas baik berkaitan dengan pengembangan mutu lembaga

pendidikan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, sebagai bahan

kebijakan untuk tahun ajaran selanjutnya dalam menentukan dan membuat

progam prioritas dalam pengembangan lembaga. Serta untuk menjaga budaya

perbaikan terus menerus dan harus lebih baik dari tahun ketahun sebagaimana

yang digaungkan oleh Direktur TMI dalam hal ini H. Said Abadi, Lc. MA.,

sebagaimana berikut:

Page 141: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Saya masuk Ngabar mulai tahun 2010, saya melihat datanya, total santri

Ngabar 445 Santri, dan sekarang sudah mencapai 1065 Santri. Maka

kesyukuran ini bisa menjadi ujian, atau kesyukuran ini benar-benar suatu

ujian bagi kita. Oleh sebab itu, saya menghimbau kepada guru-guru

sekalian untuk berubah. Terkait perlakuan kita harus berbeda, cara

mengajar kita harus berbeda, cara niat kita harus berbeda, juga dengan

semangat berbeda, lebih semangat, lebih tinggi, dan lebih baik dari

sebelum-sebelumnya.186

Senada dengan apa yang disampaikan H. Said Abadi, Lc., MA. Di atas,

H. Zaki Su’aidi juga menyampaikan kepada seluruh stakeholder pondok

untuk memastikan adanya continuous quality improvement dalam setiap

langkah dalam masing-masing lembaga.187

C. The Change Process (Proses Perubahan) dalam Pengembangan Mutu

di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

Dalam proses perubahan mencakup pendekatan pada mekanisme untuk

mencapai hasil perubahan. Di samping itu, akan digali hal apa saja yang

berubah, apa tujuan dan manfaat yang kaitannya pada pengembangan mutu

dari hasil perubahan yang dilakukan, hambatan, dan pelaku perubahan.

Dalam proses perubahan yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar, diawali dengan adanya perencanaan. Perencanaan tersebut

dimusyawarahkan dan disetujui dalam rapat kerja tahunan pondok setiap

tahunnya, hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan M. Very di atas bahwa

setiap tahunnya Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar melakukan raker, yang

mana dalam rapat kerja tersebut dibahas tentang SWOT, Progam kerja, dan

RAPB (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja). Raker tersebut menjadi

mutlak adanya karena pada saat itu, perubahan yang akan dilaksanakan pada

186

Sidang Umum Guru, Observasi, 19 Juli 2018 187

Rapat kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 142: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

tahun ajaran baru dimusyawarahkan dan disetujui oleh Pimpinan Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar.

Dalam Pendidikan dan pengajaran yang dalam hal ini menjadi tanggung

jawab penuh Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI) yang ada di Pondok

Pesantren Wali Songo yang tidak lepas dari proses in put, proses, dan out put,

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar fokus dalam peningkatan kualitas

mutu, dan perubahan dalam ketiga proses tersebut. Zaki Su’aidi mengatakan

bahwa:

Kalau inputnya baik, prosesnya baik, maka hasilnya baik. Kalau in

putnya jelek, prosesnya baik, maka hasilnya sedang, dan kalau in putnya

jelek, prosesnya jelek, dapat dipastikan hasilnya jelek. Maka dari itu in

put harus bagus, dan proses harus bagus.188

Maka dari itu, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar serius akan hal

tersebut dan membuat strategi-strategi dan perubahan-perubahan agar

hasilnya baik.

Kaitannya dalam input misalnya, ada dua input dalam lembaga

pendidikan TMI, yaitu input Peserta didik, dan Pendidik. Dalam proses input

Peserta didik, Pondok Pesantren Wali Songo melakukan banyak perubahan

yang hubungannya pada pengembangan mutu pondok pesantren tersebut.

Diantara perubahannya ialah pertama, Breifing Penguji Seleksi Peserta didik,

kegiatan tersebut sudah berjalan dua tahun ini, yang tujuannya sebagai

penyamaan persepsi antara masing-masing penguji untuk menentukan standar

kelulusan ujian dalam penerimaan santri baru tersebut, hal tersebut sesuai

dengan yang disampaikan H. Moh. Zaki Su’aidi sebagai berikut:

188

Rapat kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 143: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Jangan terlalu mengenang-ngenang masa masa lalu, orang yang selalu

mengenang-ngenang masa lalu, ialah “romantisme”, selalu berfikir masa

lalu dan lupa untuk berfikir masa depan. Hari ini ngabar berumur 57

tahun, bagi kita, kita harus bangga dan menjadi ngabarian yang mencintai

pondok ngabarnya. Ini adalah suatu kemajuan dan perubahan, kita

mengadakan briefing bagi penguji santri baru yang akan masuk di

ngabar. Apakah pentingnya? Kalau kita amati, problem santri kita

tergantung bagaimana input santri kita, teori pendidikannya mengatakan

bahwa “kalau bahannya bagus, prosesnya bagus, hasilnya bagus. Kalau

bahannya jelek, prosesnya bagus, hasilnya sedang. Kalau bahannya jelek,

prosesnya jelek, hasilnya bisa dipastikan jelek.

Adanya briefing ini untuk menentukan standar dan kualitas santri yang

akan disepakti untuk diterima, agar mendapatkan santri/bahan yang

berkualitas. Maka dari itu, perlu adanya seleksi bagi calon santri yang

akan masuk ke Ngabar. Maindsite bahwa pondok tidak boleh menolak

santri, tidak boleh dimaknai mentah-mentah, artinya kalau fasilitas tidak

memadai, sarana pembelajaran terbatas, apakah kita tetap akan menerima

santri? Tentu itu dapat dikatakan dzolim. Di samping hal itu, Ngabar

sudah saatnya meningkatkan kualitas, dengan mendapatkan input yang

berkualitas, maka konsep seleksi di Ngabar ini, dengan penentuan

standarnya merupakan hal yang sangat baik.189

Senada dengan apa yang disampaikan di atas, M. Very Irwansyah juga

menambahkan, dalam proses penerimaan santri baru ada standar santri yang

berhak diterima di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, standar yang

disepakati ialah pertama, dapat membaca al-Qur’an, minimal dapat membaca

panjang pendek, kedua, dapat menulis kalimat bahasa arab minimal tiga

sampai empat huruf, sebagaimana yang dikatakan sebagai berikut:

Alhamdulillah kondisi TMI saat ini, saya kira lebih baik, kenapa? Karena

adanya inovasi-inovasi dari Direktorat, yang saat ini ada 3, satu Direktur

dan dua wakil direktur. Beliau-beliau masih muda-muda, mungkin masih

mudanya beliau banyak inovasi-inovasi dan perubahan yang dilakukan di

TMI. Dan disini yang mencolok dalam perubahan itu ialah masalah

manajemen penerimaan santri baru, yang saya tahu, dua tahun ini sudah

menerapkan sistem penerimaan yang diperketat, dengan tujuan santri

yang masuk, siap untuk dididik. Jadi siap dididik, standarnya ialah “bisa

membaca al-qur’an”, artinya santri baru yang belum bisa membaca al-

qur’an dapat dipastikan tidak bisa diterima. Karena itu menjadi

189

M. Zaki Su’aidi, Wawancara, 08 Juni 2018

Page 144: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

bekal/dasar utama karena mayoritas pelajaran yang ada berbahasa

Arab.190

Perubahannya dalam proses in put yang kedua, ialah Proses penerimaan

selesai dalam sehari, atau “One day One Process”. Perubahan tersebut

dilakukan untuk menunjukkan profesionalitas panitia penerimaan, dan

menunjukkan pelayanan terbaik kepada peserta didik dan wali santrinya, serta

segera mendapatkan kepastian dengan cepat. Adapun prosesnya ialah

sebagaimana gambar di bawah ini:191

Gambar 3.2. Jadwal Kegiatan Seleksi Santri Baru

Dalam proses in put Pendidik, juga sama halnya. Pendidik yang baik

akan mendidik peserta didik dengan baik, dan menghasilkan peserta didik

yang baik. Hal ini sangat vital adanya, tidak terbantahkan bahwa Pendidik

merupakan unsur utama dalam baiknya proses pendidikan. konsep pendidikan

di Ngabar ialah “apa yang kami lihat, apa yang kamu dengar dan apa yang

kamu rasakan ialah pendidikan”. Maka dari itu, sesuai apa yang disampaikan

190

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 191

Dokumen Seleksi Penerimaan santri Baru 2018

Page 145: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

KH. Heru Saiful Anwar, MA. selaku Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar bahwa “Pendidik di Ngabar harus siap dicontoh, harus dapat

membimbing, harus siap mengarahkan, dan harus siap membuat lingkungan

yang mendidik.”192

Senada akan hal tersebut, H. Said Abadi, MA. selaku

Direktur TMI juga mengatakan “1000 kata-kata yang bijak akan kalah

dengan keteladanan”.193

Oleh karena pentingnya Pendidik tersebut, Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar sangat serius memperhatikan hal tersebut, dan

menaikkan standar seleksi kualitas Guru yang akan mendidik santri-santri

Ngabar. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan M. Very Irwansyah

sebagai berikut:

Untuk in put Pendidik, juga bertambah dengan bertambahnya in put

santri. Yang dulu, hanya memilih guru yang berkeinginan untuk

mengabdi, untuk dua tahun ini, kita memberikan kebijakan pengabdian

wajib. Artinya lulusan Wali Songo wajib mengabdikan ilmunya selama 1

tahun, belum diberikan ijazanya sebelum masa pengabdian itu berakhir.

Dari pengabdian wajib itu, pondok memilih 30 lulusan terbaik, untuk

mengabdi di Pondok, selebihnya dapat mengabdi di Pondok alumni, atau

pondok sekitar. In put guru-guru baru yang masih segar itu, dan

kualitasnya menegah ke atas, adalah suatu yang luar biasa untuk

pengembangan mutu. Dari ketiga puluh itu, tidak semua mengabdi 1

tahun, akan tetapi sepertiganya mengabdi selama 4 tahun. Dan yang

niatnya 1 tahun, banyak yang berubah menjadi 4 tahun.194

Masih ada hubungannya apa yang disampaikan di atas, kemajuan dan

pengembangan mutu di pondok Pesantren Wali Songo Ngabar ini, dengan

merekrut Guru pengabdian baru yang berkualitas di atas, juga dalam rangka

pengkaderan Pendidik, yang mana bertujuan untuk kelangsungan pendidikan

di Ngabar serta mempertahan konsep countinius quality improvement.

192

Heru Saiful Anwar, Wawancara, 15 April 2018 193

Said Abadi, Wawancara, 01 Juli 2018 194

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018

Page 146: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Maka dibuatkannya tiga konsep pengkaderan guru pengabdian baru

Ngabar, yaitu sebagaimana yang dijelaskan oleh H. Moh. Zaki Su’aidi,

sebagai berikut:

Konsep pengakaderan di Pondok pesantren wali songo ialah dengan

konsep tiga lapis. Oleh sebab itu, diadaknnya konsep pengabdian wajib

bagi lulusan Ngabar. Konsep pengabdian tersebut ada 3 bentuk, yaitu: 1.

A1 (a. Mengabdi selama 4 tahun, b. Kuliah di IAIRM (Institut Agama

Islam Riyadlotul Mujahidin) dan atau universitas lain hingga S-1 , dan c.

Mengajar pagi dan melaksanakan tugas-tugas pondok). 2. A2 (a.

Mengabdi 4 sampai 5 tahun, b. Disekolahkan atau dikuliahkan (D-1/S-1),

dan c. Kembali ke pondok selama 2 kali masa kuliah atau belajarnya).

Dan 3. B (a. Kuliah di luar dengan mendapat bantuan fasilitis bahan

kebutuhan di luar, dan b. Mengabdi diri di pondok setelah tamat).

Pondok pesantren wali songo ngabar ingin dan bercita-cita untuk mandiri

dalam segala bidang kedepannya.195

Hal tersebut sesuai dengan harapan Drs. KH. Moh Ihsan, M.Ag. selaku

Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar yang mengatakan sebagai

berikut:

Tugas utama kita, yaitu bagaimana menyelesaikan tahun ajaran baru ini,

dengan baik, lancar, dan bahkan dengan memuaskan. Segala hal yang

ada, kegiatan yang akan kita jalankan harus kita kembangan. Tahun ini

kemungkinan ialah tahun yang sulit dengan tantangan yang akan terjadi,

terutama dengan bebarengannya tahun politik, maka perlu dikondisikan,

disiapkan seluruhnya baik ancaman, potensi, dan kelemahannya, untuk

mendapatkan solusi akan tantangan tersebut.196

Selanjutnya berkaitan dengan proses, gerakan perubahan yang terjadi

sangatlah massif, inovasi-inovasi progam, serta perbaikan-perbaikannya yang

belandaskan mutu sangatlah terlihat dan dirasakan. Dalam perkembangan

TMI, beberapa perubahan yang terjadi, yang mempunyai dampak dalam

pengembangan mutu TMI, dapat dideskripsikan penulis sebagai berikut:

Pertama, Perubahan Struktur Direktorat. Direktur yang baru ialah H. Said

195

Rapat Kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018 196

Moh. Ihsan, Wawancara, 25 Juni 2018

Page 147: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Abadi, Lc., MA., dibantu dua wakilnya yaitu Marjuni, M.Pd.I, dan Singgih

Rahmanu, S.Pd.I., Direktur yang masih muda tersebut banyak membawa

perubahan di TMI, tiga tahun pasca pemilihan mereka bertiga menjabat

sebagai orang tertinggi dalam lembaga TMI tersebut, banyak membawa

perubahan-perubahan dalam pengembangan mutu di Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar, khusunya dalam bidang pendidikan dan pengajarannya. Hal

tersebut diamini oleh M. Very Irwansyah, S.Pd.I., selaku Bendahara TMI,

sebagaimana yang dikatakan sebagai berikut:

Alhamdulillah saya kira lebih baik, kenapa? Karena adanya inovasi-

inovasi dari Direktorat, yang saat ini ada tiga, Direktur dan dua wakil

direktur. Beliau-Beliau masih muda-muda, mungkin masih mudanya

beliau banyak inovasi-inovasi dan perubahan yang dilakukan di TMI.197

Kedua, Kegiatan Berdasarkan Sistem. Sesuai Observasi yang peneliti

lakukan, peneliti temukan dalam setiap kegiatan dan aktivitas TMI sudah

melakunnya sesuai sistem yang terstandar yang telah dibuatnya.198

Salah satu

contohnya sebagai gambar berikut:

197

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 198

Kunjungan Tempat Penelitian, Observasi, 20 Juli 2018

Page 148: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Pra KBM

KBM Jam 1 - 3

Istirahat Pertama

Istirahat Jam kedua

1. Bulis wajib datang pukul 06.30 WIB, dan mengisi daftar hadir kedatangan pada Koordinator2. Membuka seluruh ruangan kantor, labolatorium bahasa, Komputer, dan IPA.3. Mengontrol, menindak santri yang terlambat pada awal masuk, mempersiapkan barisan sebelum doa

bersama, dan membantu bagian kesiswaan dalam mengontrol terkait disiplin seragam.4. Membersihkan dan menata seluruh ruangan kantor, ruangan dapur sebelum kedatangan guru.5. Menyediakan sarana transportasi (motor) untuk keperluaan kontrol dan perjalanan bulis

1

2

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

Bulis Al-Azhar TMI

KBM Jam 4 – 5

KBM Jam 6 - 7

Pasca KBM

1. Mengontrol kegiatan KBM Jam 1 – 3, Mencatat guru yang terlambat & tidak mengajar di dalam jurnal harian,Menghubungi guru yang tidak hadir, dan Mengisi/mengganti ruang kelas yang kosong.

2. Mengambil nasi, teh untuk Guru pada jam ke-2, mengisi ulang kembali, galon-galon air minum yang habis pada setiapkantor, dan menyediakan kopi, teh dan gula pada setiap galon air minum yang ada, jika habis.

1. Mengontrol, menindak santri yang terlambat, dan mengontrol terkait disiplin seragam.

1. Mengontrol kegiatan KBM Jam 4 - 5, Mencatat guru yang terlambat & tidak mengajar di dalam jurnalharian, Menghubungi guru yang tidak hadir, dan Mengisi/mengganti ruang kelas yang kosong.

1. Mengontrol, menindak santri yang terlambat, dan mengontrol terkait disiplin seragam.

1. Mengontrol kegiatan KBM Jam 6 - 7, Mencatat guru yang terlambat & tidak mengajar didalam jurnal harian, Menghubungi guru yang tidak hadir, & mengganti kelas yang kosong.

1. Mengunci seluruh ruangan kantor, (labolatorium bahasa, Komputer, dan IPA ).2. Mengarahkan santri untuk segera ke masjid sekaligus mengumpulkan absensi3. Evaluasi kinerja bulis

Gambar 3.3. SOP Bulis Pagi Al-Azhar

Artinya, segala hal, kegiatan, dan aktivitasnya sudah diatur dalam

standard operating procedure (SOP).

Ketiga, Berbasis IT. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, menyadari

betul dengan perkembangan zaman yang semakin maju dengan kemajuan

informasi dan teknologi yang ada. Diantaranya pembelajaran yang berbasis

IT, pembuatan jadwal dengan menggunakan sistem Asc, adanya SIAP

(Sistem Informasi Administrasi Pondok) semisal SIAKAD yang ada di

perguruan-perguruan tinggi, dan lain-lain. Sebagaimana hasil wawancara

Peneliti dengan M. Very Irwansyah, sebagai berikut:

Ada lagi terkait pembuatan jadwal, yang dulu masih manual, sekarang

sudah menggunakan sistem aplikasi yaitu Asc. Dengan sistem itu

bentrokan jadwal dapat diatasi dan lebih cepat dan tidak menguras

banyak fikiran. Yang sebelumnya dapat mencapai satu bulan dalam

menyusun jadwal pelajaran.

Page 149: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Contoh lain yaitu adanya SIAP (Sistem Informasi Administrasi Pondok),

semisal SIAKAD pada perguruan tinggi, yang masing-masing santri

mempunya akun loginnya masing-masing. Yang mana dalam SIAP

tersebut, segala informasi terkait pendidikan dan pengajaran terangkum

di dalamnya. Biodata guru, biodata santri, pengumuman, hasil ujian,

pengumuman kelulusan, dan lain-lain. Barang kali Pondok Pesantren

yang satu-satunya menggunakan hal seperti ini ialah Ngabar. Ini menjadi

kebanggaan dan kemajuan, dan terus mengadopsi hal-hal yang sekiranya

bagus, untuk kita praktikkan atau bawa ke dalam pondok. Yang dulu

pengumuman dengan menggunakan surat, sekarang itu semua sudah

lewat SIAP tersebut.199

Keempat. Public Relation yang berjalan baik. Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar, memanfaatkan betul media sosial untuk memberikan

informasi pengembangan yang ada di Ngabar. Segala kegiatan, informasi-

informasi, serta progam-progam sebisa mungkin dan sebaik mungkin dishare

di media sosial yang dimilikinya seperti Facebook, instagram, twitter,

website, dan lainnya sebagaimana yang Peneliti Temukan sebagai berikut:200

Gambar 3.4. Media Sosial Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

Kelima, Penguatan Mutu SDM. Beberapa kegiatan-kegiatan dan

progam-progam dalam penguatan mutu SDM yang ada di Tarbiyatul

199

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 200

IT Wali Songo, Observasi, 21 Juli 2018

Page 150: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Mu’allimin al-Islamiyah Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dapat

dijabarkan peneliti sesuai dengan hasil rapat kerja TMI 2018, sebagai berikut:

Progam Peningkatan Mutu Guru: 1. Pelatihan Guru Al-Qur’an, 2.

Ta`hil materi bahasa Arab dan Inggris, 3. Ta`hil materi pondok, 4.

Standarisasi penyusunan I’dad ujian lisan untuk kelas II dan III, 5.

Konsorsium Penyusunan I’dad semua mata pelajaran, secara bertahap, 6.

Pelatihan IT (Informasi dan Teknologi), 7. Ta`hil Guru Mata Pelajaran

Umum (eksak), 8. Workshop Parenting untuk Wali Kelas, dan 9.

Supervisi Pendidik.

Progam Peningkatan Mutu Santri: 1. Cerdas cermat, 2. Olimpiade

Bahasa, 3. Lomba Ketrampilan Santri (IT & SAINS), 4. Olimpiade al-

Qur’an, 5. Mendatangkan ahli bahasa dari luar (Native Speaker), 6.

Menyusun divisi khusus yang mempersiapkan santri mengikuti olimpiade

atau lomba di luar pondok, dan 7. TMI menjadi penyelenggara lomba

antar sekolah.201

Keenam, fokus pada pencapaian visi. Terkait visi bersama yang ingin

dicapai Pondok Pesantren Wali Songo pada pembahasan sebelumnya, yaitu

visi Ngabar 2020 yaitu: Pertama, Advance in Al-Qur’an and Foreign

Language, Kedua, International Accredited ISO 9001-2015, Ketiga, Economy

Self-Sufficiency, dan Keempat, Domestic and International Network.Ngabar

pada setiap tahunnya memfokuskan pada pencapain satu dari keempat visi

yang ada. Oleh sebab itu, Ngabar pada tahun 2018-2019 memfokuskan pada

peningkatan mutu bahasa dan al-Qur’an. Oleh karena itu, TMI mengupayakan

dan mengusahakan pelatihan-pelatihan yang kaitannya dengan peningkatan

kualitas Guru pada kedua fokus tersebut, sebagaimana yang disampaikan H.

Said Abadi, sebagai berikut:

Adapun progam peningkatan guru, guna meningkatkan SDM yang ada,

kami mengadakan beberapa kegiatan, diantaranya ialah Pelatihan Guru,

terutama untuk guru-guru materi bahasa arab dan inggris, pokonya guna

untuk peningkatan bahasa.202

201

Hasil Rapat Kerja TMI Tahun 2018. 202

Said Abadi, Wawancara, 01 Juli 2018

Page 151: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Moh. Zaki Su’aidi menambahkan, untuk mencapainya, ada beberapa hal

yang perlu dilaksanakan untuk mencapai fokus visi tersebut, sebagaimana

yang disampaiakan sebagai berikut:

Saya mengharapkan bagi pengajar dan pendidik di pondok pesantren wali

songo untuk: 1. Wajib berbahasa (bahasa inggris atau bahasa arab), 2.

Memperbanyak slogan dan syiar-syiar berbahasa arab atau inggris, 3.

Sambutan-sambutan acara atau kegiatan berbahasa, 4. Seminar atau

simposium terkait bahasa, dan 5. Menambahkan kader-kader bahasa.203

Untuk mencapai visi yang kedua, yaitu International Accredited ISO

9001-2015, maka perlu ada strategi khusus dan perlahan-lahan sudah

disiapkan dari jauh-jauh hari. Moh. Zaki Su’aidi mengkonsep hal tersebut,

sebagaiman yang disampaikannya berikut ini:

Salah satu progress kedepan TMI yaitu mengusahakan lembaga ini

setara/sesuai dengan lembaga-lembaga yang bertaraf terstandarisasi,

maka dari itu pengusahaan ISO (International Organization for

Standardization) ialah suatu keniscayaan. Konsep ISO Ngabar kedepan

akan di jelaskan pada diagram sebagai berikut:

Gambar 3.5. Konsep Pencapaian ISO 9001/2015 Ngabar

203

M. Zaki Su’aidi, Wawancara, 08 Juni 2018

1. Badan Akreditasi

2. ISO 90001/2015

Standar Penjaminan

Mutu Pendidikan

Plan. Do. Check. Do

C Q I Continous Quality Improvement

TMI menentukan Standarnya, dan

merancang strateginya

Untuk mereliasisasikan

dengan tentatif waktu

SIAP (Sistem

Informasi Administrasi

Pondok)

Page 152: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Ketuju, Peningkatan Standarisasi Lulusan. Perubahan pada

standarisasi lulusan lebih ditingkatkan, dengan harapan lulusan Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar, memiliki kualitas yang baik. Sesuai hasil rapat

kerja TMI 2018, perubahan yang terjadi sebagaimana berikut:204

a. Nilai rata-rata santri minimal 4.5.

b. Akumulasi Ghoib tidak lebih dari 20 hari per semester.

c. Jika terjadi bolos/Ghoib untuk beberapa jam pelajaran dalam sehari,

maka diakumulasi menjadi Ghoib satu Hari.

d. Wajib Hafal Juz ‘amma sesuai dengan Standar Juz ‘Amma yang

ditentukan untuk tiap kelasnya.

1) Kelas 1, sesuai target dari markaz al-qur’an

2) Kelas 2 sampai Al-Fajr

3) Kelas 3 dan I int sampai Al-Buruj

4) Kelas 4 dan 3 int sampai At-Takwir

5) Kelas 5 sampai An-Naba’

e. Nilai suluk minimal 8.

f. Lunas Tanggungan Administrasi.

g. Tuntas dan Telah mengikuti semua ujian.

h. Mata pelajaran unggulan yang nilainya harus di atas rata-rata,

sebagai syarat mutlak kenaikan kelas, ialah: KELAS

I II III I INT. III INT. IV & V

1. Bahasa Arab

2. Al-Qur’an

3. Imla’ 4. B. Inggris

5. Fiqih

6. MTK

1. Nahwu

2. Shorof

3. B. Inggris 4. Imla’

5. Al-Qur’an

6. MTK

1. Nahwu

2. Shorof

3. B. Inggris 4. Imla’

5. Al-Qur’an

6. MTK

7. Grammar

1. Nahwu

2. Shorof

3. B. Inggris 4. Imla

5. Al-Qur’an

6. MTK

1. Nahwu

2. Shorof

3. B. Inggris 4. Imla’

5. Al-Qur’an

6. MTK

7. Grammar

1. Nahwu

2. B. Inggris

3. Imla’ 4. MTK

5. Grammar

Program Pelajaran Unggulan 2018

No Mata Pelajaran

Kelas dan Jumlah Jam Dalam Satu Minggu

VI V IV III Int III II

I Int I

IPA IPS IPA IPS IPA IPS IPA IPS

aw ak

KKM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Imla’ 1 2 4 2 2 4,5

2 Nahwu 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4

3 Shorof 1 1 1 3 4 4

4 Bhs. Arab 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 7 4 5 5

5 Al Qur’an 2 6 6 6 6

6 Fiqih 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 5

7 Bhs. Inggris 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 3 5

8 Grammar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4

9 Matematika 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3

Jumlah jam setiap minggu 13 13 12 12 12 12 12 12 13 20 24 26 20 4,6

Jumlah pelajaran setiap kelas 6 6 6 6 6 6 7 7 8 8 5 7 6

Tabel 3.7: Mata Pelajaran Unggulan 2018

i. Santri dinyatakan naik kelas jika nilai rata-rata umum mencapai 4,5

dan nilai materi unggulan di atas rata-rata.

204

Hasil Rapat Kerja TMI Tahun 2018.

Page 153: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Selain yang di atas, M. Very Irwansyah juga menambahkan bahwa mulai

tahun ini, lulusan Pondok Pesantren Wali Songo harus hafal 3 Juz, artinya

bagi santri yang tidak hafal dapat dipastikan belum dapat lulus dari pondok

Ngabar. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikannya sebgai berikut:

Hafalan Al-qur’an, menjadi salah satu syarat kelulusan santri dari kelas

1-6 ialah hafalan juz amma, dan itu berjenjang. Kelas 1, an-Naas sampai

ad-Dhuha, kelas 2, ad-Dhuha sampai an-Naba’, Kelas 3, Awal Juz 29

sampai pertengahan juz 29, kelas 4, Pertengahan Juz 29 Sampai akhir juz

29. Kelas 5, mulai awal juz 1 sampai pertengahan, dan kelas 6, mulai

pertengahan juz satu sampai akhir juz 1. Artinya santri yang lulus di

Pondok Pesantren Wali Songo, paling tidak sudah mengantongi hafalan

al-qur’an sebanyak 3 juz, dan itu menjadi syarat kenaikan masing-masing

kelas.205

Untuk peningkatan lulusan, Moh. Zaki Su’aidi juga menambahkan

sebagai berikut:

Untuk mencapai hal tersebut, disini pondok pesantren wali songo ngabar

yang akan dilaksanakan oleh Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (TMI),

merumuskan progam-progam tambahan yang fungsi dan tujuannya untuk

peningkatan kualitas lulusan peserta didik, diantaranya ialah 1. Semua

santri dianjurkan untuk membaca al-quran sebelum pembelajaran

dimulai, 2. Melaksanakan sholat dhuha, dan 3. Hafal tiga juz menjadi

syarat lulusan Ngabar.206

Kedelapan, Standarisasi Materi. Perubahan lain di Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar dalam hal ini Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah, sudah

memulai standarisasi materi, materi mata pelajaran, materi ujian lisan. Hal

tersebut dimagsudkan untuk setiap guru-guru memiliki wawasan dan

pandangan serta sepahaman yang sama, lain pada itu, kaderisasi guru

terbangun dan terbentuk dalam proses kegiatan standarisasi tersebut. Dengan

demikian penyampaian materi kepada santri sama antar guru-guru, yang

205

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 206

M. Zaki Su’aidi, Wawancara, 08 Juni 2018

Page 154: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

dalam kegiatannya dinamakan ta’hil, sebagaimana yang disampaikan H. Said

Abadi, sebagai berikut:

Ta’hil mata pelajaran diadakan untuk untuk penyamaan persepsi

pemahaman masing-masing pengajar, serta untuk peningkatan kualitas

pendidik, pada materi yang ditahilkan tersebut. Ta’hil bersifat praktis,

langsung dengan apa yang akan diajarkan.207

M. Jaelani juga menyampaikan hal yang sama sebagai berikut:

Selain itu, adanya ta’hil mata pelajaran, baik umum maupun materi

pondok, yang tujuan ta’hil tersebut belajar dengan guru senior untuk

kaderisasi bagi guru yang masih junior dalam mata pelajaran tersebut,

yang tidak lain untuk peningkatan kualitas.208

Kesembilan, Manajemen Keuangan. Perubahan yang cukup fenomenal

yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, adanya sistem manajemen

keuangan pondok. Dengan menggunakan sistem yang baru ini, Pondok

Pesantren Wali Songo dapat mengetahui kekuatan uang yang ada selama satu

tahun. Dengan itu, pondok dapat mengukur dan mengarah-ngarah progam-

progam, pengembangan-pengembangan yang akan dikerjakan dan

direncanakan. Sebagaimana yang disamapaikan oleh M. Awalul Akhyar,

S.Sy. selaku Sekretaris Yayasan yang merangkap sebagai Tim RAPB sebagai

berikut:

Manajemen keuangan didasari, bagaimana saat itu Ngabar belum dapat

mengetahui kekuatan dan kelemahan keuangan selama paling tidak 1

tahun. Masih menggunakan cara yang lama. Tanpa ada perencanaan,

belum jelas pemasukannya dari mana, bagaimana kekuatan uang untuk

satu tahun kedepan, dan tidak terencana dengan baik, bahkan biasanya

dana yang dikeluarkan membengkak dan belum dapat memperhitungkan

kekuatan keuangan pondok. Untuk perubahannya yaitu menggunakan

“Manajemen Keuangan” dengan sistem RAPB (Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja), yang itu Alhamdulillah menuju tahun keempat,

207

Said Abadi, Wawancara, 01 Juli 2018 208

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018

Page 155: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

jadi dengan adanya pengaturan dan perencanaan yang baik, merupakan

indikator bahwa lembaga tersebut baik. Kita berangkat dari problem-problem, kenapa kegiatan-kegiatan tidak

berjalan maksimal, sebagai penanggung jawab materil, yang bertugas

untuk menyediakan keuangan, belum bisa mengelola keuangan seluruh

lembaga yang ada di pondok pesantren Wali Songo. Dengan adanya

RAPB itu, kami bisa mengelola keuangan dengan sangat baik, terencana

dan mempertimbangkan priority, utility, and activity (Prioritas apa yang

mau dijalankan, progam apa yang mau dijalankan, pada tahun itu).

Adapun konsep Manajemen Keuangan/Pembiayaan di Ngabar dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.6. Konsep Manajemen Keuangan Ngabar

Dari gambar tersebut, dapat dijabarkan secara deskriptif sebagai berikut:

Pertama, Budgeting. Dalam aplikasinya, Akhyar menjelaskan bahwa

konsep pembiayaan di Pondok Pesantren Wali Songo di awali dengan

penganggaran oleh setiap lembaga yang ada di Pondok Pesantren Wali

Songo untuk keperluan, kegiatan, pemeliharaan, investasi, dan kebutuhan

masing-masing lembaga untuk satu tahun kedepan. Penganggaran

dilakukan setelah adanya hasil rapat kerja satu tahun masing-masing

lembaga, artinya penganggaran tidak bisa dilakukan, jika lembaga belum

jelas terkait kegiatan yang akan dilakukan satu tahun kedepan.

Penganggaran dirancang oleh masing-masing lembaga terlebih dahulu,

kemudian disidangkan dengan team RAPB209

untuk dianalisis

kebutuhan/keperluan, dan terakhir dirapat plenokan dengan Pimpinan

Pondok untuk disahkan.

Kedua, Accounting. Setelah disahkannya anggaran selama satu tahun

masing-masing lembaga oleh Pimpinan Pondok, masing-masing

bendahara dari setiap lembaga mengatur anggaran perbulan, yang

nantinya pencairan dana masing-masing lembaga diadakan setiap bulan,

begitupun pelaporannya. Permohonan anggaran dan pelaporan realisasi

anggaran dilakukan di awal bulan. Penganggaran pada tanggal 6-10 pada

awal bulan, dan untuk pelaporan realisasi anggaran pada tanggal 1-5.

209

Team yang bertanggung jawab penuh terkait pembiayaan yang ada di Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar, yang mengawasi, mengatur, dan mengarahkan terkait keuangan di Pondok.

Auditing

Konsep Manajemen

Pembiayaan Pendidikan

di Ngabar

Accounting

Budgeting

Page 156: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Bendahara masing-masing lembaga harus mengikuti role yang telah

ditentukan, kalau melanggar diberkan sanksi berupa tidak cairnya

anggaran pada bulan tersebut. Penganggaran harus sesuai dengan

kebutuhan yang dirancang pada awal tahun, dan pelaporan harus sesuai

dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Ketiga, Auditing. Terakhir, team RAPB di Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar, selalu mengevaluasi jalannya pembiayaan yang ada di Pondok

Pesantren Wali Songo dengan diadakannya evaluasi bulanan dengan

mendatangkan seluruh bendahara masing-masing lembaga, guna

mengukur, dan mengevaluasi jalannya pembiayaan masing-masing

lembaga. Kemudian di akhir tahunnya diadakan tutup buku keuangan

untuk melihat berapa total pendapatan dan berapa total pengeluaran,

apakah sesuai dengan apa yang telah di Anggarkan pada awal tahun.

Serta untuk mengukur kekuatan keuangan apakah defisit atau surplus,

yang nantinya sebagai acuan untuk tahun selanjutnya agar lebih baik

lagi.210

Kesepuluh, Networking. Moh. Zaki Su’aidi mengatakan bahwa:

“The World is flat”, maka, kerja sama kelembagaan dan jaringan

(networking) harus diperkuat. Oleh sebab itu, ada dua pendekatan:

Pertama Alumni, yaitu dengan: 1. Menjadikan alumni menjadi

organisasi tunggal, untuk saat ini memang belum, Akan tetapi fokus awal

kita pada alumni per-angkatan, itu lebih mudah untuk disatukan dan

diberdayakan, 2. Grant data base, dan 3. Proyek kerja bersama semisal

membuat wisma alumni, biro haji, dan lain-lain. Kedua Birokrasi, yaitu

dengan: 1. Pendekatan formal, 2. Lobby dan pendekatan kekeluargaan, 3.

Intersifikasi humas, dan 4. Muhibbah ke kampus-kampus dan

menjadikan MoU.211

Terakhir, berkaitan dengan output. Lulusan Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar paling tidak sudah memiliki bekal terkait akademik, maupun

non akademik. Mereka tidak hanya kuat dalam penguasaan agama, akan

tetapi juga tetap mengerti dan menguasai keilmuwan umum. Hal tersebut

dapat dilihat dari keterimaan lulusan Ngabar di perguruan-perguruan tinggi

baik dalam negeri maupun luar negeri. Baik perguruan tinggi umum, maupun

perguruan tinggi negeri yang agama. Sesuai data di atas lulusan Ngabar,

210

M. Awalul Akhyar, Wawancara, 14 Juli 2018 211

Rapat Kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 157: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

kedepan akan hafal 3 juz, yaitu juz 1, 29, dan 30. Serta menguasai dua bahasa

internasional yaitu bahasa arab dan bahasa inggris. Hal tersebut sesuai yang

disampaikan M. Jaelani sebagai berikut:

TMI sudah mengeluarkan banyak alumni, lebih dari ribuan, dari situ

terlihat kekuatan dan output TMI itu bagaimana dan kelemahannnya.

Terkait output, ada jaminan lulusan wali songo hafal satu juz, jaminan

bisa berbahasa Arab dan Inggris, dan siap terjun dalam masyarakat. Dan

Alhamdulillah, dengan fokusnya Ngabar pada pengembangan mutu, lima

tahun ini, setiap tahunnya ada santri yang lolos tes di perguruan tinggi

luar negeri, ada ke yang ke Mesir, Madinah, Inggris, Turki, dan lain-

lain.212

M. Very Irwansyah juga menambahkan sebagai berikut:

Alhamdullillah untuk outputnya bermacam-macam, karena memang

diantara mereka karakternya berbeda-berbeda, ada yang dominan pada

akademik, ada yang dominan pada segi ekstrakulikuler, dan lain-lain.

Kalau segi akademik, Alhamdulillah 3-4 tahun ini, setiap tahunnya

banyak lulusan Ngabar yang diterima di perguruan tinggi di Luar negeri.

(Mesir, Madinah, Turki, dan Sudan).213

Akan tetapi, di samping semakin banyaknya santri Ngabar yang diterima

di perguruan tinggi luar negeri, Moh. Zaki Su’aidi mengatakan bahwa “belum

ada presentase yang jelas terkait keterimaan lulusan Ngabar pada perguruan

tinggi umum favorit, dalam maupun luar negeri, kuantitasnya masih

sedikit.214

Terkait halangan dalam adanya perubahan tentunya ada yang menerima

perubahan tersebut, dan menolak perubahan tersebut. Individu ataupun

kelompok organisasi yang menolak perubahan, terkenal dengan sebutan

resistensi. Hal tersebut tentunya tidak jauh beda dengan perubahan-perubahan

yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo, tentu resistensi tersebut suatu

212

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018 213

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 214

Rapat Kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 158: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

yang sangat lazim adanya. Sesuai yang disampaikan M. Jaelani sebagai

berikut:

Awal mula disampaikan, ada beberapa guru yang menolak, untuk

mengatasinya ialah ketika di awal masuk, diberikan pengertian, dan

menjadi kesepakatan hasil raker, yang disusun dari banyak stakeholder,

dan akhirnya memaklumi.215

Senada dengan hal di atas, M. Awalul Akhyar juga menyampaikan hal

yang sama sebagai berikut:

Penolakan dengan adanya perubahan pasti ada, sebesar apapun

perubahan yang dilakukan, sebesar itu pula yang terjadi, ya ketika

merapikan keuangan, ada yang menetang, tidak perlu dengan manajemen

keuangan, termasuk quality control tadi juga adanya penolakan.

Kita berusaha untuk memusyawarahkan terlebih dahulu, dan

menyakinkan, bahwa perubahan ini untuk kebaikan pondok kedepannya.

Kita datang ke rumahnya, walaupun ketika kita datang ke rumahnya,

tetap ada penolakan, Tapi tetap kita jalankan, dan pada akhirnya mereka

yang menolak juga menerima, karena adanya peningkatan dari perubahan

tersebut.216

M. Zaki Su’aidi menambahkan bahwa “Hanya organisasi yang mengatasi

perubahan, yang dapat survive, bertahan, dan melangkah maju”.217

D. Faktor Manajemen Perubahan Dalam Pengembangan Mutu di

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo.

Sesuai hasil wawancara Peneliti di Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar, dalam hal ini Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar kondisi pengembangan mutu di Pondok semakin baik

dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan

yang disampaikan M. Very Irwansyah sebagai berikut:

215

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018 216

M. Awalul Akhyar, Wawancara, 14 Juli 2018 217

Rapat Kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 159: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Alhamdulillah, Kondisinya saya kira lebih baik, kenapa? Karena adanya

inovasi-inovasi dari Direktorat, yang saat ini ada tiga, satu Direktur dan 2

wakil direktur. Beliau-beliau masih muda-muda, mungkin masih

mudanya beliau banyak inovasi-inovasi dan perubahan yang dilakukan di

TMI.218

Senada dengan data di atas M. Jaelani mengatakan hal yang sama,

sebagai berikut:

Ketika awal masuk, hingga sekarang, TMI mengalami banyak

perkembangan, karena banyaknya kritikan terhadap lembaga ini, maka

dari kritikan dan saran kita terima, dan mencari formula dan

memperbaiki dari kritikan dan saran tersebut, untuk menjadi lebih baik.

Dan kita jalankan lagi. Dilihat dari jumlah santrinya, santri pada saat ini

berjumlah 1073, dan tiga tahun ini sudah menolak. Yang pada awal

pengabdian saya dulu, tidak kurang 300-an santri, meningkat hampir tiga

kali lipat, Alhamdulillah kepercayaan masyarakat semakin baik pada

pondok pesantren wali songo.

Lain dari pada itu, sesuai data yang Peneliti temukan di Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar, adanya perubahan yang terjadi, diputuskan di

dalam rapat kerja (raker) yang diadakan setiap tahunnya yang berlandaskan

atau diawali dari adanya kemampuan lembaga tersebut melihat kekuatan,

kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki lembaga tersebut, hal

tersebut sesuai dengan yang disamapaikan M. Very Irwansyah sebagai

berikut:

Ya kita melihatnya ke semua sisi, kalau sisi dari segi peserta didik, itu

bisa kita lihat dari hasil ujian awal tahun dan akhir tahun, yang

predikatnya kurang berapa, cukup berapa, baik berapa, dan baik sekali

berapa. Dari hasil itu, kita menilainya. Kalau dari segi pendidik, itu dari

komitmen guru dalam muwadhobah wattabkir, (tidak terlambat masuk

kelas, dan tidak pernah meninggalkan mengajar). Selain itu kita ada

Supervisi pendidik setiap tahun, hal ini yang menjadi dasar kami untuk

dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan lembaga kami.

218

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018

Page 160: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Senada dengan data di atas M. Jaelani mengatakan hal yang sama,

sebagai berikut:

Terkait progam-progam perubahan yang akan dikerjakan sudah

direncanakan pada rapat kerja yang dilakukan sebelum tahun ajaran baru

berlangsung. Pada raker itu dibahas segala hal, tentang kebutuhan-

kebutuhan atau yang akan dilaksanakan pada satu tahun yang akan

datang.219

219

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018

Page 161: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

146

BAB IV

ANALISIS KRITIS MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM

PENGEMBANGAN MUTU DI PONDOK PESANTREN

WALI SONGO NGABAR

A. The Choice Process (Proses Pilihan) Perubahan Dalam Pengembangan

Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

The Choice process, yang berkaitan dengan sifat, lingkup dan fokus

pengambilan keputusan. Ada 3 elemen yang menaungi yaitu: 1. Organizational

Context (Konteks Organisasional), 2. Focus of Choice (Fokus Pilihan), dan 3.

Organzational Trajectory (Lintasan Organisasional).

Dari penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa di Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar Ponorogo untuk merumuskan perubahan, dilakukannya

penggabungan informasi kinerja yang sudah dikerjakan, dan yang akan

dikerjakan. Metode yang digunakannya ialah dengan menggunakan SWOT

(Strength (kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (peluang), dan

Threats (ancaman). Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Hardian,

S.Pd.I., selaku Koordinator Pengasuhan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

sebagai berikut: Untuk mengetahui bagaimana kekuatan organisasi/lembaga kita

mengadakan Rapat Kerja (Raker), yang dilaksanakan sebelum tahun ajaran

dimulai, raker tersebut diikuti oleh seluruh stakeholder, yang mana di dalamnya

dibahas terkiat evaluasi satu tahun yang sudah dilaksanakan, menyusun progam

kerja, dan menyusun RAPB (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja), ketika

Page 162: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

147

evaluasi, kita mengggunaka metode SWOT, untuk menentukan kekuatan,

kelemahan, peluang, dan tantangan masa depan.220

KH. Heru Saiful Anwar, MA. selaku Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar menambahkan bahwa acara raker sebagai muhasabah, artinya muhasabah

yang sudah dikerjakan, dan muhasabah perencanaan ke depan. Kami

mengaharapakan keistiqomahan dalam kegiatan, serta selalu berkomitmen dengan

“hari ini harus lebih baik dari pada hari kemaren”. Segala hal yang sudah kita

lakukan harus kita evaluasi, apa kekurangannya, apa kelebihannya, masing-

masing stakeholder harus paham akan hal tersebut. Membuat kegiatan yang baik

merupakan keharusan, jangan atau tidak boleh asal-asal, (asal buat, asal ada, asal

jadi), harus professional.221

Dalam hal ini Peniliti melihat adanya rapat kerja yang menjadi media atau

kegiatan untuk mengawali perubahan sangatlah tepat. Artinya adanya evaluasi,

menganalisis kekuatan dan kelemahan lembaga, dan rencana ke depan merupakan

implementasi awal suatu proses perubahan. Selain hal tersebut penggunaan

metode benchmarking kinerja organisasi terhadap sejumlah rentang pembanding

internal maupun eksternal menggunakan SWOT sudahlah benar. Hal tersebut

sesuai dengan elemen pertama dalam The Choice process (Proses Pilihan)

perubahan yaitu Organizational Context (Konteks Organisasional). Dimana

Wibowo mengatakan Salah satu resep standar untuk keberhasilan organisasi

adalah bahwa mereka harus tahu kekuatan dan kelemahannya sendiri, kebutuhan

220

Hardian Rdho, Wawancara, Ngabar, 12 Juli 2018. 221

Heru Saiful Anwar, Wawancara, Ngabar, 14 Juli 2018.

Page 163: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

148

pelanggan mereka dan sifat lingkungan di mana mereka bekerja. Adapun metode

yang sering digunakan ialah SWOT dan PEST.222

Gerakan perubahan digaungkan pada lembaga pendidikan Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar yang mana H. Moh. Zaki Su’aidi, Lc., MA., (HONS), selaku

Ketua Yayasan pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf Pondok Pesantren Wali

Songo (YPPW-PPWS) serta merangkap sebagai Koordinator Sekretariat

Pimpinan Pondok, dalam sambutannya ketika membuka rapat kerja untuk tahun

ajaran 2018-2019 mengatakan bahwa “Orang yang tidak berfikir masa depan,

tidak berfikir inovasi, orang yang tidak berfikir inovasi, ia akan mati, maka dari

itu, Ngabar harus berubah, dan terus berinovasi. Maka, tidak kata lain bagi

Ngabar, untuk terus berubah, berinovasi, dan selalu berfikir kedepan.”223

Beliau

menambahkan bahwa perubahan selalu mendatangkan ketidakpastian, dan

kekawatiran, akan tetapi tanpa adanya perubahan lembaga atau organisasi tersebut

finished.

Adanya gerakan perubahan, inovasi, dan selalu berfikir kedepan tersebut,

Penulis melihatnya sangat berkorelasi dengan mutu pendidikan. Adanya

perkembangan tersebut, dapat diartikan bahwa Pondok Pesantren dengan

adanya perubahan-perubahan yang dilakukan, menyesuaikan tuntutan

moderinisasi dan globalisasi, agar pondok pesantren tidak kalah bersaing

dalam menjalani era globalisasi ini. Hal tersebut selaras dengan yang

disampaikan Mukhamad Ilyasin & Nanik Nurhayat bahwa korelasi mutu dengan

222

Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal. 254 223

Pembukaan Rapat Kerja 2018 Pondok Ngabar, Observasi, Ngabar, 01 Maret 2018.

Page 164: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

149

pendidikan Islam (pesantren) ialah mutu dapat diartikan sebagai kemampuan

pesantren dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-

komponen yang berkaitan dengan pesantren sehingga menghasilkan nilai tambah

terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.224

Kaitannya dengan konteks Focus of Choice (Fokus Pilihan) perbahannya,

sesuai data yang ditemukan Peneliti yaitu fokus pengembangan yang dikejar,

fokus pengembangan yang berdasarkan mutu. Tahun 2107-2018, berfokus pada

pengembangan pembangunan dan infrastruktur, dan tahun ini 2018-2019, fokus

pada pengembangan ekonomi dan al-Qur’an serta bahasa.225

Senada dengan yang

di atas, M. Very juga menambahkn bahwa orientasi pada tahun 2018-2019 ialah

al-Qur’an dan bahasa.226

Hal tersebut, sudah diarahkan oleh Bapak Pimpinan

Pondok KH. Heru Saiful Anwar, MA., dalam pembukaan rapat kerja 2018, bahwa

tahun ini, ialah tahun peningkatan mutu, khususnya dalam peningkatan mutu

bahasa, dan mutu al-Qur’an.227

Berdasarkan hasil temuan di atas, menunjukkan bahwa Pondok Pesantren

Wali Songo dalam pengembangan mutu pondok pesantren memusatkan fokusnya

pada satu atau dua hal dalam setiap tahunnya, agar usaha pengembangan tersebut

dapat membuahkan hasil yang baik. Lain dari pada itu, fokus pilihan perubahan,

ataupun pengembangan tersebut, sebagai upaya peningkatan dan pengembangan

mutu pondok pesantren dapat berjalan maksimal dan sesuai harapan. Pondok

Pesantren Wali Songo dalam dua tahun ini sudah menerapkan hal demikian,

224

Mukhamad Ilyasin & Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aditya

Media, 2012), hal. 261. 225

M. Awalul Akhyar, Wawancara, Ngabar, 13 Juli 2018. 226

M. Fery Irwansyah, Wawancara, Ngabar, 06 Juli 2018. 227

Pembukaan Rapat Kerja 2018 Pondok Ngabar, Observasi, 01 Maret 2018.

Page 165: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

150

artinya ada fokus pengembangan yang dikejar, fokus pengembangan yang

berdasarkan mutu.

Hal tersebut sesuai dengan elemen kedua dalam The Choice process (Proses

Pilihan) perubahan yaitu Focus of Choice (Fokus Pilihan). Wibowo mengatakan

bahwa pada suatu waktu, organisasi yang sukses ialah organisasi yang dapat

memfokuskan perhatiannya pada rentang yang sempit dari isu jangka pendek,

menegah, dan panjang. Salah satunya akan berhubungan dengan kinerja

organisasi, sedangkan lainnya lebih berkepentingan dengan membangun dan

mengembangkan kompetensi atau teknologi tertentu.228

Kaitannya dengan pengambilan keputusan perubahan, Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar memutuskannya pada rapat kerja (raker) tahunan, sebagaimana

yang disampaikan M. Very Irwansyah, bahwa Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar, setiap tahun melaksanakan rapat kerja. Raker ini dilaksanakan sebelum

Ramadhan, selesainya tahun ajaran. Banyak yang dibahas dalam raker, terkait

evaluasi satu tahun, menentukan kelemahan dan kekuatan, menyusun

progam/perubahan, dan terakhir menyusun RAPB (Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja), selama satu tahun ke depan.229

Dalam pembuakaan

rapat kerja tahunan, Moh. Zaki Su’aidi juga mengatakan bahwa “hasil rapat kerja

ialah hasil yang otentik dan tidak bisa diganggu gugat. Perubahan yang terjadi di

rapat kerja tidak dapat dirubah tanpa melalui rapat kerja selanjutnya.”230

Dari hal tersebut, Peneliti menilai bahwa pondok pesantren wali songo dalam

pengambilan keputusannya melalui musyawarah dari stakeholder terlebih dahulu.

228

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 255. 229

M. Fery Irwansyah, Wawancara, Ngabar, 06 Juli 2018. 230

Pembukaan Rapat Kerja 2018 Pondok Ngabar, Observasi, Ngabar, 01 Maret 2018.

Page 166: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

151

Kaitannya dengan perubahan untuk tahun depan, keputusan diambil dari hasil

rapat kerja setiap tahunnya. Hal tersebut sesuai dengan elemen ketiga dari The

Choice process (Proses Pilihan) perubahan yaitu Organzational Trajectory

(Lintasan Organisasional). Wibowo menjelaskan bahwa arah suatu organisasi

dibentuk oleh tindakan masa lalu, tujuan dan strategi masa depan. Hal ini akan

memberikan arah atau kerangka kerja di mana menunjukkan daya penerimaan,

relevansi atau urgensi masalah, kepentingan dan maksud tindakan. Lintasan

proses meliputi penentuan dan saling memengaruhi antara visi, strategi dan

pendekatan perubahan organisasi.231

Suatu perubahan, terutama dalam organisasi ataupun lembaga khususnya

lembaga pondok pesantren sangat penting bagaimana proses pengambilan

keputusan untuk memutuskan sesuatu perubahan. Hal tersebut tidak hanya

menyangkut hari ini, akan tetapi berpengaruh pada masa depan, yang dalam hal

ini terkait pengembangan mutu. Secara lebih tegas Sallis menyatakan bahwa

“Quality is unification of product attributes that showing its ability on fulfilling

requerements from direct or indirect costomers, implicit, and unimplicit

requirements.”232

Dalam kontek ini, mutu sebagai sebuah kebutuhan dapat

dimaknai sebagai kebutuhan yang tidak hanya untuk masa kini tetapi juga untuk

masa depan. Artinya kepuasan masyarakat terhadap hasil pendidikan yang dicapai

oleh pondok pesantren dalam hal ini Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dapat

sesuai dengan harapan masyarakat di masa kini dan di masa depan.

231

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 255. 232

Edwards Sallis, Total Quality Management in Education, (New Jersey: Prentice Hal.Inc. 2001),

hal. 21.

Page 167: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

152

B. The Trajectory Process (Proses Lintasan) Perubahan dalam

Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar

Ponorogo.

The trajectory process, yang berhubungan dengan masa lalu organisasi dan

arah masa depan dan hasil tersebut terlihat seperti hasil dari visinya, magsud dan

tujuan masa depan. Terdiri dari tiga elemen, yaitu: 1. Vision (Visi), 2. Strategy

(Strategi), dan 3. Change.

Dari penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa di Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar Ponorogo didapatkan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo dalam

ini Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI), pada rapat kerja 2017 telah

membenahi visi lembaganya yang lama. Adapun pembenahannya sebagai berikut:

Visi Lama: “Menjadi lembaga pendidikan Islam yang berjiwa pesantren, unggul

dalam IMTAQ dan IPTEK, bahagia dunia dan akhirat.”Visi Baru: “Mencetak

Insan Berkarakter Pesantren, Unggul dalam prestasi, Kompetitif di bidang

Dirosah Islamiyah, Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Sains di Era Global”.233

Adanya pembenahan tersebut, dilatarbelakangi karena visi yang lama masih

belum fokus dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada

lembaga TMI saat ini. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Marjuni,

S.Pd., M.Pd.I., selaku Wakil Direktur TMI, mengatakan bahwa Pembenahan visi

ini, agar visi yang kita miliki mudah dipahami dan sesuai dengan situasi kondisi

TMI saat ini, dan peluang masa depan. Kita ingin memfokuskan visi ini pada

kebutuhan lembaga, Orang tua, Pendidik, dan Santri, dengan mempertimbangkan

233

Hasil rapat kerja TMI, Observasi, tahun 2017.

Page 168: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

153

keunggalan yang ada dalam lembaga TMI itu sendiri.234

Hal tersebut sesuai dengan

yang disampaikan Wibowo bahwa Visi bertujuan untuk membangkitkan masa

depan organisasi yang berbeda, atau realitas, dengan magsud untuk memilih salah

satu yang paling baik atau cocok.235

Hal senada disampaikan H. Said Abadi, Lc. MA., selaku Direktur TMI yang

menyatakan bahwa kejelasan suatu visi, misi, dan tujuan lembaga itu harus ada di

dalam lembaga TMI, sesuai yang disampaikan dalam sidang perdana tahun ajaran

2017-2018, beliau menyampaikan bahwa “Tahun ini, kita merumuskan kembali

visi, misi, dan tujuan lembaga TMI, dimana mestinya kita harus memiliki visi,

misi yang jelas. Maka dari itu di awal pengajaran ini tahun 2017-2018 kami

mensosialisasikan kembali visi yang telah kami rumuskan atau godok pada rapat

kerja. Harapnnya ialah kalau kita memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas, kita

akan mudah menggapai keinginan atau harapan kita, untuk menjadikan lembaga

ini, terus maju, berkembang dengan baik dan bermutu. Pembenahan visi tersebut,

diikuti dengan pembenakan Misi dan tujuan. 236

Hal tersebut selaras dengan

Wibowo bahwa terdapat empat aspek untuk membangun visi, yaitu sebagai

berikut: a) Mission (misi), b) Valued Outcomes (nilai manfaat), c) Valued

Conditions (nilai kondisi), dan d) Mid-Point Goals (tujuan jangka menengah).237

Perubahan visi, misi, dan tujuan lembaga TMI tersebut, tidak lepas dari

adanya visi besar Pondok Pesantren Wali Songo yang dirumuskan biro Sekretariat

Pondok, yang dinamai “Ngabar Vision 2020”, dalam visi besar pondok tersebut,

234

Marjuni, Wawancara, Ngabar, 04 Juli 2018. 235

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 257. 236

Sidang Perdana tahun ajaran 2017-2018, Observasi, 20 Juli 2017 237

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 257.

Page 169: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

154

ada 4 point yang akan atau ingin dicapai pondok pesantren Wali Songo Ngabar

pada tahun 2020, empat point tersebut, disampaikan oleh H. Moh. Zaki Su’aidi,

Lc., MA (Hons), selaku Ketua biro Sekretariat Pondok sebagai yaitu: Pertama,

Advance in Al-Qur’an and Foreign Language, Kedua, International Accredited

ISO 9001-2015, Ketiga, Economy Self-Sufficiency, dan Keempat, Domestic and

International Network.238

Dari keempat visi besar tersebut, tentu sangat tidak maksimal bila

keempatnya difokuskan pada satu tahun ajaran, maka dari itu, Tarbiyatul

Mu’allimin al-Islmiyah Pondok Pesantren Wali Songo, untuk tahun ini

memfokuskan pada bidang pertama, yaitu Advance in Al-Qur’an and Foreign

Language atau dapat diartikan sebagai penguatan al-qur’an dan bahasa. Hal

tersebut sesuai dengan yang disampaikan M. Jaelani Fokus pengembangan mutu

lembaga ini ialah fokus pada al-qur’an dan bahasa.239

Peneliti melihat bahwa adanya fokus pada salah satu pencapian visi dari

empat visi yang dicanangkan sangatlah baik. Hal tersebut berkaitan dengan

kemampuan lembaga dalam mencapai atau merealisasikan visi tersebut. Selain hal

tersebut, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dalam hal ini Tarbiyatul

Mu’allimin al-Islamiyah (TMI), semakin fokus dalam pemenuhan kebutuhan

pelanggan (customer) baik internal maupun eksternal Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar. Hal tersebut selaras dengan pandangan Jerome S. Arcaro, bahwa

salah satu kriteria Pondok Pesantren itu bermutu atau tidak ialah tergantung

bagaimana visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan customer, baik

238

Hasil Rapat Kerja Pondok Pesantren Wali Songo, Tahun 2017-2018 239

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018

Page 170: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

155

customer internal (orang tua, santri, ustadz, dan pengurus pesantren yang berada

dalam sistem pendidikan) maupun customer eksternal (pihak yang memanfaatkan

output proses pendidikan).240

Guna mewujudkan perubahan, sesuai visi yang telah ditentukan untuk

mewujudkan pendidikan pondok pesantren yang berkualitas, tentunya harus

dibangun dan dikembangkan melalui pengelolaan pondok pesantren yang bermutu

dengan mengembangkan strategi-strategi khusus secara sistematis, matang, dan

tepat. Hal tersebut senada dengan Wibowo, bahwa: strategi dapat didefinisikan

sebagai arus tindakan yang masuk akal atau konsisten di mana organisasi dapat

direncanakan secara terpusat dan didorong, mereka dapat didelegasikan dan

dibagikan di seluruh organisasi, dan mereka dapat menjadi tindakan sadar dalam

mencari visi, atau tidak sadar, atau muncul sebagai hasil dari pola masa lalu

keputusan, atau distribusi sumber daya, atau respons saat ini pada masalah dan

peluang.241

Dalam hal ini, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar menerapkan tiga

komponen penting, yaitu: a. Perencanaan mutu, b. Pelaksanaan dan control mutu,

serta, c. Evaluasi mutu. Hal ini selaras dengan pandangan Juran yang mendesain

komponen manajemen mutu progam menjadi 3 aspek utama, yaitu: “Quality

planning, quality action with control, and quality evaluation with continous

improvement.”242

Dalam konteks perencanaan mutu, Singgih Rahmanu, S.Pd.I. selaku Wakil

Direktur TMI, menjelaskan sebagai gambar berikut:

240

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu…, hal. 10-14. 241

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 257. 242

Joseph M. Juran, Juran’s Quality Handbook, (New York: Macmillan, 1991), hal. 73.

Page 171: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

156

Gambar 4.1. Konsep Perencanaan Mutu TMI

Secara deskriptif perencanaan mutu di atas dijelaskan oleh Singgih Rahmanu

bahwa Direktur dan staff, selaku penggerak jalannya lembaga TMI berusaha

untuk mencapai peningkatan kualitas bahasa (bahasa Arab dan Inggris),

peningkatan kualitas ilmu pengetahuan (dirosat islamiyah dan eksak), dan

managerial. Maka dari itu, fokus strateginya terletak pada penguatan pada tiga

komponen, yaitu Guru, Santri, dan Networking. Kita berusaha dan mengusahakan

meningkatkan kualitas guru pada tiga aspek, yaitu loyalitas, integritas, dan

kapabilitas. Terkait santri, kita berusaha menumbuhkan motivasi belajar santri.

Serta penguatan kerjasama, baik internal dan eksternal. Serta mengusahakan

sistem penjamin mutu dan kaderisasi. Kesemua itu dibingkai dalam satu kesatuan

yang saling menguatkan antara satu komponen dengan komponen yang lainnya.243

243

Singgih Rahmanu, Wawancara, 05 Juli 2018

Page 172: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

157

Hal tersebut menurut Peneliti menggambarkan bahwa, Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar, dalam hal ini TMI, ingin kualitas pendidikan ke depan

semakin bermutu, dengan perencanaan yang baik. Dari perencanaan di atas

tergambar jelas tujuan yang ingin diwujudkan oleh lembaga TMI. Mengambil

ungkapan Muhammad Thoyyib, bahwa perencanaan mutu merupakan langkah

yang paling menentukan sukses tidaknya pelaksanaan manajemen mutu. 244

Adapun terkait pelaksanaan dan kontrol mutu, sesuai hasil wawancara denga

H. Said Abadi, Selaku Direktur TMI mengatakan bahwa TMI menjadi lembaga

paling Urgent dalam kaitanya peningkatan SDM di Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar serta bertanggung jawab penuh terkait keberlangsunya kegiatan belajar

mengajar. Maju tidaknya TMI tergantung dengan kekompakan Team TMI. Saya

mengklasifikasikan kerja di TMI itu menjadi dua, yaitu: Kerja dalam tingkat

rutinitas (Kelemahannya tidak stabil dan membosankan), dan Kerja dalam

tingkat konseptor. Dalam tingkat rutinitas tersebut, kita setiap dua minggu sekali

musyawarah untuk mengevaluasi, apa yang telah kita kerjakan, kita perbaiki atau

mencari solusi, kemudian kita kerjakan lagi, kita evaluasi lagi dan kita kerjakan

lagi, adapun pada tingkat konseptor kita evaluasi pada tingkat rapat kerja, dan kita

kerjakan lagi tahun ajaran selanjutnya. Dalam konteks kegiatan belajar mengajar,

yang menjadi inti tugas TMI, pada tahun ini, kita mempunya jargon “Zero

kekosongan kelas”, dan dengan prinsip “al-Muw dhobah wa at-Tabk r”. al-

244

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 73.

Page 173: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

158

Muw dhobah, artinya datang tepat waktu atau tidak terlambat, dan at-Tabk r,

artinya tidak mengosongkan kelas.245

Dari data tersebut Peneliti melihat bahwa budaya mutu dalam pelaksanaan di

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dalam hal ini Tarbiyatul Mu’allimin al-

Islamiyah (TMI) sudah berjalan. Adanya konsep “Zero kekosongan kelas”, dan

dengan prinsip “al-Muwadhobah Wattabkir” tersebut selaras denga konsep

tujuan mutu Crosby, “adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects).”246

Selain hal tersebut, dalam tingkat rutinitas dijelaskan bahwa setiap dua

minggu sekali musyawarah untuk mengevaluasi, apa yang telah dikerjakan,

kemudian diperbaiki atau mencari solusi, kemudian dikerjakan lagi, dievaluasi

kembali dan dan dikerjakan lagi. Moh. H. Zaki Su’aidi juga menyampaikan

bahwa “siklus atau konsep kegiatan yang dikerjakan dalam kehidupan/kegiatan di

pondok pesantren wali songo Ngabar ini, yaitu dengan Plan, Do, Check,

Act.”247

Hal tersebut selaras dengan pola manajemen yang bersifat sirkuler yang

digagas oleh Deming, yang mencakup tahapan atau proses yang terus berputar

yang dikenal dengan siklus PDAC yang dapat digambarkan sebagai berikut:248

245

Said Abadi, Wawancara, 01 Juli 2018 246

Crosby, Quality is Free…, hal. 28. 247

Rapat kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018 248

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 77

Page 174: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

159

Gambar 4.2. Sirkulasi Progam Kegiatan Pondok Pesantren

Berdasarkan Pendekatan Deming

Dalam konteks evaluasi mutu, Singgih Rahmanu, S.Pd.I. menjelaskan

konsepnya sebagai berikut:249

No. Bidang Positif Negatif

1 Guru

1. Motivasi guru meningkat 1. Masih ditemukan Guru tidak

mengajar tanpa keterangan

a. Bersedia diajak

menyusun silabus

2. Masih ditemukan Guru

mengajar tanpa i’dad

b. Bersedia menkjadi

Supervisor

3. Kinerja piket/bulis tasreh

menurun, tidak stabil

c. Bersedia disupervisi 4. Budaya untuk meningkatkan

kompetensi diri belum muncul

d. Bersedia menyusun i’dad 5. Masih rendahnya jumlah Guru

mata pelajaran UN

2. Budaya kerja untuk disiplin

meningkat

6. Pengabdian 1 tahun banyak

yang putus di tengah jalan

2 Santri

1. Budaya disiplin

murodzobah wa tabkir

meningkat

1. Motivasi belajar rendah

2. Jadwal petugas upacara

dilaksanakan

2. Rendahnya wawasan santri

terhadap proyeksi masa depan

3. Budaya izin tidak masuk

sekolah meningkat

3. Santri non asrama masih

ditemukan tidak masuk tanpa

keterangan

4. Kemampuan berkolaborasi

dalam seni dan olah raga

4. Budaya menjaga kebersihan

masih rendah

3 Stakeholder 1. Direktur menjalankan 1. Apresiasi pada kinerja guru

249

Singgih Rahmanu, Wawancara, 05 Juli 2018

Plan

Check

Do Act

1

2

3

4

Proses Proses

Proses Proses

5. Susun Rencana

mutu

berdasarkan

pelanggan

6. Laksanakan

rencana dalam

skala kecil/uji

coba

7. Periksa

kelemahan-

kelemahan dan

perbaiki

8. Laksanakan

sepenuhnya

dengan semua

perbaikan dan

kembali lagi ke

1

Page 175: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

160

(Internal) fungsi kontrol secara

berkala

rendah

2. Fungsi kontrol Direktur

diarahkan pada dua arah: a)

Guru, dan b) Santri.

2. Belum mempunyai konsep

kaderisasi yang jelas dan

standar

3. Memotivasi Guru TIM TMI

untuk menjalankan tugas ke-

TMIan

3. Jumlah guru Tim TMI untuk

menjalankan tugas ke-TMI-an

masih kurang

4. Direktur TMI menyusun

rencana strategis

(RENSTRA) 5 tahun

5. Direktur berusaha

mewujudkan Visi – Misi –

Tujuan yang telah disusun

4 Daya Dukung

(Eksternal)

1. Sarana prasarana

disediakan Yayasan yang

baik

1. Sering terjadi

pemikiran/konsep Direktur

tidak dipahami oleh

komponen lain (Pimpinan,

yayasan, dll)

2. Motivasi kerja Guru

meningkat

2. Jalinan kerjasama antara TMI

dan lembaga lain

3. Kesediaan yayasan untuk

mendukung progam baik

TMI tentang buku

3. Sering terjadi kebijakan

Sekretariat pondok yang tidak

sesuaikan dengan

progam/konsep TMI

4. Rapat & evaluasi Pimpinan

lembaga setiap bulan

4. Fasilitas olah raga belum

lengkap

Tabel 4.1: Analisa Evaluasi Pencapain Progam TMI

Evaluasi di atas baik dalam kaitannya pengembangan mutu lembaga

pendidikan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, sebagai bahan kebijakan

untuk tahun ajaran selanjutnya dalam menentukan dan membuat progam prioritas

dalam pengembangan lembaga. Serta untuk menjaga budaya perbaikan terus

menerus dari tahun ke tahun dan harus lebih baik dari tahun ke tahun. Senada

dengan konsep di atas, H. Zaki Su’aidi juga menyampaikan kepada seluruh

stakeholder pondok untuk memastikan adanya continuous quality improvement

dalam setiap langkah dalam masing-masing lembaga.250

Dari konsep evaluasi di atas, dapat dianalisis bahwa Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar, dalam hal ini TMI ingin menumbuhkan dan mempertahankan

250

Rapat kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 176: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

161

budaya mutu di lembaga TMI. selain itu, budaya mutu yang telah terbangun

tersebut, diusahakan untuk terus berlanjut dari hari ke-hari, dan perbaikan terus

menerus. Hal tersebut menurut Tampubolon, bahwa “Ada dua tujuan utama

dilakukannya evaluasi mutu tersebut, yaitu a) untuk pengendalian mutu, dan b)

untuk peningkatan mutu.”251

Serta hal tersebut, termasuk dalam salah satu

implementasi dari Total Quality Management (TQM) yang digagas oleh Edward

Sallis yang menjelaskan dalam bukunya yaitu improvisasi berkelanjutan. Artinya

pihak manajemen (pengelola pesantren) hendaknya senantiasa melakukan

perbaikan dan peningkatan secara terus menerus untuk menjamin semua

komponen produksi (sivitas Pondok Pesantren) mendukung kualitas yang

diharapkan.252

251

Daulat Purnama Tampubolon, Perguruan tinggi bermutu…, hal. 92. 252

Edward Sallis, Manajemen Mutu…, hal. 59.

Page 177: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

162

C. The Change Process (Proses Perubahan) dalam Pengembangan Mutu di

Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

Setelah membahas terkait dengan The Choice Process (Proses Pilihan) dan

The Trajectory Process (Proses Lintasan), selanjutnya akan dibahas terkait The

Change Process (Proses Perubahan) dalam pengembangan mutu di Pondok

Ngabar. Dalam The Change Process (proses perubahan), mencakup pendekatan

pada mekanisme untuk mencapai dan hasil perubahan. Di samping itu, akan digali

hal apa saja yang berubah, apa tujuan dan manfaat yang kaitannya pada

pengembangan mutu dari hasil perubahan yang dilakukan, hambatan, dan pelaku

perubahan.

Sesuai data yang Peneliti temukan sebelumnya, yang terdapat di dalam proses

pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, tidak lepas

dari proses in put, proses, dan out put. Peneliti melihat banyaknya perubahan-

perubahan yang terjadi di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dalam

peningkatan kualitas mutu, dan perubahan dalam ketiga proses tersebut. hal

tersebut sesuai dengan yang disampaikan Zaki Su’aidi, bahwa adanya korelasi

antara in put, proses, dan out put, Zaki Su’aidi menjelaskan kalau inputnya baik,

prosesnya baik, maka hasilnya baik. Kalau inputnya jelek, prosesnya baik, maka

hasilnya sedang, dan kalau inputnya jelek, prosesnya jelek, dapat dipastikan

hasilnya jelek. Maka dari itu input harus bagus, dan proses harus bagus.253

Maka

dari itu, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar serius akan hal tersebut dan

membuat strategi-strategi dan perubahan-perubahan agar hasilnya baik. Hal itu

253

Rapat kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 178: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

163

tidak jauh berbeda dengan teori yang juga dikemukakan oleh Crosby, yang

menegaskan bahwa mutu kompetitif dari suatu pendidikan termasuk pendidikan

pondok pesantren dapat dilihat dari “a) input, b) process, and 3) product that

desired by stakeholders.”254

Dalam proses input, ada dua input dalam lembaga pendidikan TMI, yaitu

input Peserta didik, dan Pendidik. Dalam proses input Peserta didik, Pondok

Pesantren Wali Songo melakukan banyak perubahan yang hubungannya pada

pengembangan mutu pondok pesantren tersebut. Diantara perubahannya ialah

pertama, Breifing Penguji Seleksi Masuk Peserta didik, kegiatan tersebut sudah

berjalan dua tahun ini, yang tujuannya sebagai penyamaan persepsi antara masing-

masing penguji dan menentukan standar kelulusan ujian dalam penerimaan santri

baru tersebut.

H. Moh. Zaki Su’aidi menambahkan Adanya briefing ini untuk menentukan

standard dan kualitas santri yang akan disepakti untuk diterima, agar mendapatkan

santri/bahan yang berkualitas. Maka dari itu, perlu adanya seleksi bagi calon santri

yang akan masuk ke Ngabar. Maindsite bahwa pondok tidak boleh menolak santri,

tidak boleh dimaknai mentah-mentah, artinya kalau fasilitas kita tidak memadai,

sarana pembelajaran terbatas, apakah kita tetap akan menerima santri? Tentu itu

dapat dikatakan dzolim. Di samping hal itu, Ngabar sudah saatnya meningkatkan

kualitas, dengan mendapatkan input yang berkualitas, maka konsep seleksi di

Ngabar ini, dengan penentuan standarnya merupakan hal yang sangat baik.255

Senada dengan apa yang disampaikan di atas, M. Very Irwansyah juga

254

Crosby, Quality is Free, (New York: Mentor Books, 1989), hal. 73 255

M. Zaki Su’aidi, Wawancara, 08 Juni 2018

Page 179: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

164

menambahkan, dalam proses penerimaan baru ada standar santri yang berhak

diterima di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, standar yang disepakati ialah

pertama, dapat membaca al-Qur’an, minimal dapat membaca panjang pendek,

kedua, dapat menulis kalimat bahasa arab minimal tiga sampai empat huruf. 256

Dalam proses in put Pendidik, juga sama halnya. Pendidik yang baik akan

mendidik peserta didik dengan baik, dan menghasilkan peserta didik yang baik.

Hal ini sangat vital adanya, tidak terbantahkan bahwa Pendidik merupakan unsur

utama dalam baiknya proses pendidikan. konsep pendidikan di Ngabar ialah “apa

yang kami lihat, apa yang kamu dengar dan apa yang kamu rasakan ialah

pendidikan”. Maka dari itu, sesuai apa yang disampaikan KH. Heru Saiful Anwar,

MA., selaku Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar bahwa “Pendidik di

Ngabar harus siap dicontoh, harus dapat membimbing, harus siap mengarahkan,

dan harus siap membuat lingkungan yang mendidik.”257

Senada akan hal tersebut,

H. Said Abadi, MA., selaku Direktur TMI juga mengatakan “1000 kata-kata yang

bijak akan kalah dengan keteladanan”.258

Oleh karena pentingnya Pendidik

tersebut, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar sangat serius memperhatikan hal

tersebut, dan menaikkan standar seleksi kualitas Guru yang akan mendidik santri-

santri Ngabar.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa adanya tujuan dan manfaat yang akan

dituju dari perubahan tersebut. Wibowo menambahkan Sebagian besar usaha

perubahan berakhir dengan kegagalan. Dalam banyak hal, proyek perubahan gagal

karena tujuan awalnya atau hasilnya yang diharapkan tidak dipikirkan dengan

256

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 257

Heru Saiful Anwar, Wawancara, 15 April 2018 258

Said Abadi, Wawancara, 01 Juli 2018

Page 180: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

165

baik dan tidak konsisten.259

Selain hal tersebut, kaitannya dengan pengembangan

mutu Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar briefing ini penting guna memastikan

santri yang akan masuk ke Ngabar, ialah santri yang berkualitas, yang sesuai

standar yang telah tersepakati.

Adapun terkait input guru, yang menaikkan standar seleksi kualitas Guru

adalah yang paling utama untuk diperhatikan. Bagaimanapun Guru menjadi kunci

keberhasilan pembelajaran. Pendidik yang baik akan mendidik peserta didik

dengan baik, dan menghasilkan peserta didik yang baik. Pemberlakuan kebijakan

pengabdian wajib. Artinya lulusan Wali Songo wajib mengabdikan ilmunya

selama satu tahun dan dari pengabdian wajib itu, pondok memilih 30 lulusan

terbaik ialah strategi yang tepat dalam pemenuhan Pendidik-Pendidik yang

berkualitas. Hal ini penting, karena kalau mengacu pada teori yang dikemukakan

Crosby di awal, proses input menjadi proses paling utama untuk proses-proses

pendidikan selanjutnya. Hal tersebut selaras dengan salah satu dari implementasi

TQM, yaitu menentukan standar kualitas. 260

Dalam hal ini, seorang pengasuh

pesantren harus mampu menentukan standar-standar kualitas yang harus

dipertahankan dan ditingkatkan bagi terwujudnya kualitas pesantren, baik berupa

kualitas Peserta didik, Pendidik, pendidikan, proses pembelajaran, kurikulum,

metode, dan evaluasi.

Perubahan dalam proses in put yang kedua, ialah Proses penerimaan yang

selesai dalam sehari, atau “One Day One Process”. Perubahannya tersebut

dilakukan untuk menunjukkan profesionalitas panitia penerimaan, dan

259

Wibowo, Manajemen Perubahan…, hal. 259. 260

Edward Sallis, Manajemen Mutu…, hal. 59.

Page 181: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

166

menunjukkan pelayanan terbaik kepada peserta didik dan wali santrinya, serta

segera mendapatkan kepastian dengan cepat. Hal tersebut positif, menunjukkan

bahwa Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar mendorong atau mengutamakan dan

memuaskan pelanggan, yang dalam hal ini Wali Santri dan calon Santri yang akan

masuk ke Ngabar. Hal tersebut selaras dengan konsep mutu Sallis, bahwa

pelanggan ialah raja (customer is king).261

Dalam konteks Proses, gerakan perubahan yang terjadi sangatlah massif,

inovasi-inovasi progam, serta perbaikan-perbaikannya yang belandaskan mutu

sangatlah terlihat dan dirasakan. Dalam perkembangan TMI, beberapa perubahan

yang terjadi, yang mempunyai dampak dalam pengembangan mutu TMI, dapat

dideskripsikan penulis sebagai berikut:

1. Perubahan Struktur Direktorat.

Hasil wawancara Peneliti denga M. Very Irwansyah ditemukan bahwa

adanya perubahan struktur TMI tiga tahun dengan mengganti pucuk

kepemimpinan Direktorat. Direktur yang baru ialah H. Said Abadi, Lc., MA.,

dibantu dua wakilnya yaitu Marjuni, M.Pd.I, dan Singgih Rahmanu, S.Pd.I.,

Very mengatakan bahwa Direktur yang masih muda tersebut banyak

membawa perubahan di TMI, tiga tahun pasca pemilihan mereka bertiga

menjabat sebagai orang tertinggi dalam lembaga TMI tersebut, banyak

membawa perubahan-perubahan dalam pengembangan mutu di Pondok

261

Edward Sallis, Total Quality Management…, hal 59.

Page 182: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

167

Pesantren Wali Songo Ngabar, khusunya dalam bidang pendidikan dan

pengajarannya.262

Hal tersebut merupakan faktor kunci ada banyaknya proses perubahan

yang terjadi, di samping masih muda-muda yang mempunyai semangat muda,

ketiga Direktur tersebut dilihat dari gelar yang didapatnya ialah lulusan strata

dua (S-2), serta salah satunya lulusan al-Azhar Kairo. Tidak dapat dipungkiri

bahwa hal paling berperan dalam suatu perubahan ialah SDM. Hal tersebut

selaras dengan yang disampaikan Wibowo bahwa manajemen perubahan

pada hakikatnya adalah merupakan manajemen kinerja yang bersifat dinamis.

Hal yang paling berperan untuk keberhasilan perubahan ialah sumber daya

manusia (SDM). Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM secara terus-

menerus merupakan suatu keharusan.263

2. Kegiatan Berdasarkan Sistem.

Hasil Observasi Peneliti yang dilakukan, ditemukan bahwa dalam setiap

kegiatan dan aktivitas TMI sudah melakunnya sesuai sistem yang terstandar

yang telah dibuatnya. Artinya, segala hal, kegiatan, dan aktivitasnya sudah

diatur dalam standard operating procedure (SOP). Sebagai contoh SOP Bulis

al-Azhar, SOP Perizinan Santri, SOP Perizinan Guru, dan lain-lain. 264

Ada beberapa keuntungan yang akan didapat lembaga yang mengatur

segala aktivitas dan kegiatan berdasarkan SOP. Pertama, keberlangsungan

kegiatan yang terstandar dari tahun-ketahun. Kedua, kemudahan dalam

pelaksanaan kegiatan. Ketiga, kemudahan dalam evaluasi serta perbaikan

262

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 263

Wibowo, Manajemen Perubaha…, hal. V 264

Kunjungan Tempat Penelitian, Observasi, 20 Juli 2018

Page 183: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

168

yang terus dilakukan. Dan keempat, kaderisasi yang mudah. Hal tersebut

sesuai dengan salah satu kriteria dari lima kriteria pendidikan bermutu ala

Jerome S. Arcaro, yaitu menunjang sistem yang diperlukan oleh staf dan

siswa untuk mengelola perubahan dengan memiliki komitmen pada mutu.265

3. Berbasis IT.

Sesuai data yang Peneliti dapatkan, hasil wawancara dengan M. Very

Irwansyah bahwa banyak pembelajaran yang berbasis IT, pembuatan jadwal

dengan menggunakan sistem Asc, adanya SIAP (Sistem Informasi

Administrasi Pondok) semisal SIAKAD yang ada di perguruan-perguruan

tinggi. Terkait pembuatan jadwal, yang dulu masih manual, sekarang sudah

menggunakan sistem aplikasi yaitu Asc. Dengan sistem itu bentrokan jadwal

dapat diatasi dan lebih cepat dan tidak menguras banyak fikiran. Yang

sebelumnya dapat mencapai satu bulan dalam menyusun jadwal pelajaran.

SIAP (Sistem Informasi Administrasi Pondok), semisal SIAKAD pada

perguruan tinggi, yang masing-masing santri mempunyai akun loginnya

masing-masing. Yang mana dalam SIAP tersebut, segala informasi terkait

pendidikan dan pengajaran terangkum di dalamnya. Biodata guru, biodata

santri, pengumuman, hasil ujian, pengumuman kelulusan, dan lain-lain.

Barang kali Pondok Pesantren yang satu-satunya menggunakan hal seperti ini

ialah Ngabar. Ini menjadi kebanggaan dan kemajuan, dan terus mengadopsi

hal-hal yang sekiranya bagus, untuk kita praktikkan atau di bawa ke dalam

265

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah

Penerapan, terj. Yosal Iriantara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 10-14.

Page 184: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

169

pondok. Yang dulu pengumuman dengan menggunakan surat, sekarang itu

semua sudah lewat SIAP tersebut.266

Hal tersebut pencapain besar bagi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar,

bahwa perkembangan informasi dan teknologi tidak menjadi ancaman, masih

banyak hal positif yang perlu diterapkan di Pondok Pesantren. Abdurrahman

Mas’ud menyampaikan bahwa terdapat beberapa hal yang tengah dihadapi

pesantren dalam melakukan pengembangannya, salah satunya ialah

Manajemen Kelembagaan. Manajemen merupakan unsur penting dalam

pengelolaan pesantren. Pada saat ini masih terlihat bahwa pondok pesantren

dikelola secara tradisional apalagi dalam penguasaan informasi dan teknologi

yang masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses

pendokumentasian (data base) santri dan alumni pondok pesantren yang

masih kurang terstruktur.267

4. Public Relation yang berjalan baik.

Hasil Observasi yang kami lakukan didapatkan bahwa Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar, memanfaatkan betul media sosial untuk memberikan

informasi pengembangan yang ada di Ngabar. Segala kegiatan, informasi-

informasi, serta progam-progam sebisa mungkin dan sebaik mungkin dishare

di media sosial yang dimilikinya seperti facebook, instagram, twitter,

website.268

Hal tersebut, selain sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam

melaporkan proses kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, Peneliti juga

266

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018 267

Abdurrahman Mas’ud, Sejarah dan Budaya Pesantren, dalam Ismail Sm (ed): Dinamika

Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama

dengan Pustaka Pelajar, 2002), hal.18 268

IT Wali Songo, Observasi, 21 Juli 2018

Page 185: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

170

melihat media sosial tersebut, menjadi sarana efektif untuk eksistensi dan

promosi lembaga tersebut.

Dalam hal ini Abdurrahman Mas’ud menyampaikan bahwa terdapat

beberapa hal yang tengah dihadapi pesantren dalam melakukan

pengembangannya, salah satunya ialah image pesantren sebagai sebuah

lembaga pendidikan yang tradisional, tidak modern, informal, dan bahkan

teropinikan sebagai lembaga yang melahirkan terorisme, telah mempengaruhi

pola pikir masyarakat untuk meninggalkan dunia pesantren. Hal tersebut

merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab segera, dan menjawab opini

tersebut.269

Hal tersebut, sesuai dengan salah satu implementasi TQM yang

dikembangkan oleh Edward Sallis, yaitu membangun public relation secara

harmonis dan dinamis.270

5. Penguatan Mutu SDM.

Melihat hasil Penelitian sebelumnya dalam penguatan mutu SDM,

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dalam hal ini TMI mengadakan

kegiatan-kegiatan dan progam-progam yang kaitannya untuk peningkatan

mutu Guru, dan mutu Santri. Diantara progam dan kegiatan peningkatan mutu

Guru tersebut ialah 1. Pelatihan Guru Al-Qur’an, 2. Ta`hil materi bahasa

Arab dan inggris, 3. Ta`hil materi pondok, 4. Standarisasi penyusunan I’dad

ujian lisan untuk kelas II dan III, 5. Konsorsium Penyusunan I’dad semua

mata pelajaran, secara bertahap, 6. Pelatihan IT (Informasi dan Teknologi), 7.

Ta`hil Guru Mata Pelajaran Umum (eksak), 8. Workshop Parenting untuk

269

Abdurrahman Mas’ud, Sejarah dan Budaya Pesantren…, hal.18 270

Fattah, Konsep Manajemen, MBS, dan Dewan Sekolah, hal. 45.

Page 186: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

171

Wali Kelas, dan 9. Supervisi Pendidik. Sedangkan Santri dengan 1. Cerdas

cermat, 2. Olimpiade Bahasa, 3. Lomba Ketrampilan Santri (IT & SAINS), 4.

Olimpiade Al-Qur’an, 5. Mendatangkan ahli bahasa dari luar (Native

Speaker), 6. Menyusun divisi khusus yang mempersiapkan santri mengikuti

olimpiade atau lomba di luar pondok, dan 7. TMI menjadi penyelenggara

lomba antar sekolah.271

Hal tersebut Peneliti melihat sangat tepat, karena untuk mewujudkan

perubahan, serta untuk mewujudkan pendidikan pondok pesantren yang

berkualitas, tentunya harus ditingkatkan dan dikembangkan melalui

peningkatan SDM yang ada. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan

Sulthon dan Khusnuridho bahwa Salah satu indikator dari pendidikan

bermutu adalah kemampuan institusi pendidikan tersebut melahirkan

sumberdaya manusia yang bermutu. Adapun maksud sumber daya yang

bermutu adalah manusia yang memiliki kemampuan prakarsa, kerja sama,

kerja tim, pelatihan kesejawatan, penilaian, komunikasi, penalaran,

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penggunaan informasi,

perencanaan keterampilan belajar dan keterampilan multibudaya.272

6. Fokus pada pencapaian visi.

Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa ada empat fokus visi yang

ingin dicapai semuanya pada tahun 2020, yaitu Pertama, Advance in Al-

Qur’an and Foreign Language, Kedua, International Accredited ISO 9001-

2015, Ketiga, Economy Self-Sufficiency, dan Keempat, Domestic and

271

Hasil Rapat Kerja TMI Tahun 2018. 272

Abdul Hadis dan Nurhayati B., Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.

70-71.

Page 187: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

172

International Network. Pada setiap tahunnya, Ngabar memfokuskan pada

pencapain satu dari keempat visi yang ada. Oleh sebab itu, Ngabar pada tahun

2018-2019 memfokuskan pada peningkatan mutu bahasa dan al-Qur’an. Oleh

karena itu, TMI mengupayakan dan mengusahakan pelatihan-pelatihan serta

progam-progam yang kaitannya dengan peningkatan kualitas bahasa dan al-

Qur’an. Diantara usahanya ialah dengan 1. meningkatkan SDM melalui

pelatihan Guru, terutama untuk guru-guru materi bahasa Arab dan inggris, 2.

Wajib berbahasa (bahasa inggris atau bahasa Arab), 3. Memperbanyak slogan

dan syiar-syiar berbahasa arab atau inggris, 4. Sambutan-sambutan acara atau

kegiatan berbahasa, 5. Seminar atau simposium terkait bahasa, dan 6.

Menambahkan kader-kader bahasa.273

Memfokuskan pencapian pada satu visi dari empat visi yang ingin dicapai

lembaga pendidikan Pondok Pesantren Wali Songo merupakan tindakan yang

tepat. Peneliti melihat dengan memfokuskan pencapaian dengan progam-

progam yang ada tersebut, dapat memaksimalkan pencapaian yang ingin

dicapai oleh Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Hal tersebut sesuai

dengan salah satu kriteria dari Lima kriteria pendidikan bermutu ala Jerome

S. Arcaro, yaitu visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan customer,

baik customer internal (orang tua, santri, ustadz, dan pengurus pesantren yang

berada dalam sistem pendidikan) maupun customer eksternal (pihak yang

memanfaatkan output proses pendidikan).274

273

M. Zaki Su’aidi, Wawancara, 08 Juni 2018 274

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah

Penerapan, terj. Yosal Iriantara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 10-14.

Page 188: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

173

7. Peningkatan Standarisasi Lulusan.

Harapan dan keinginan yang besar dalam benak Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar untuk terus menghasilkan kualitas lulusan yang berkualitas.

Oleh sebab itu, dari hasil penelitian sebelumnya tergambar jelas peningkatan

standar lulusan yang ditingkatkan oleh Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah

diantaranya ialah nilai rata-rata santri minimal 4.5, nilai suluk minimal 8,

menentukan progam-progam unggulan dan harus di atas rata-rata, dan harus

hafal tiga juz al-Qur’an.275

Dalam mencapainya usaha perubahan yang

dilakukan ialah sebagaimana yang disampaikan Moh. Zaki Su’aidi yaitu

merumuskan progam-progam tambahan yang fungsi dan tujuannya untuk

peningkatan kualitas lulusan peserta didik, diantaranya ialah; a. Semua santri

dianjurkan untuk membaca al-quran sebelum pembelajaran dimulai, b.

Melaksanakan sholat dhuha, dan c. Hafal tiga juz menjadi syarat lulusan

Ngabar.276

Dari data di atas Penulis melihat penentuan standar lulusan yang

diterapkan di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar sangatlah tepat. Adanya

standarisasi tersebut didasari bahwa salah satu cara mengukur bagaimana

lembaga pendidikan itu bermutu atau tidak dari kualitas lulusan yang ada. Hal

tersebut selaras dengan Atkinson dalam Muhammad thoyyib memetakan tiga

indikator, untuk menilai lembaga pendidikan tersebut bermutu, salah satunya

ialah higher educational quality which is viewed forms its ultimate

275

Hasil Rapat Kerja TMI Tahun 2018. 276

M. Zaki Su’adi, Wawancara, 08 Juni 2018

Page 189: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

174

outcome.277

Dapat diartikan bahwa mutu pendidikan pesantren dapat dilihat

dari hasil akhir pendidikan (Ultimate Outcome) yang merupakan esensi

semua usaha dalam pendidikan. Dengan kata lain taraf mutu pendidikan

termasuk pendidikan pondok pesantren digambaran oleh seberapa jauh

tingkah laku para lulusannya memenuhi tuntunan masyarakat atau dunia kerja

seperti yang lazimnya tercantum dalam tujuan umum pendidikan pondok

pesantren.

8. Standarisasi Materi.

Sesuai Penelitian sebelumnya bahwa perubahan yang terjadi dalam

Pondok Pesantren Wali Songo ialah standarisasi materi-materi mata

pelajaran, materi ujian lisan. Hal tersebut dimagsudkan untuk setiap guru

memiliki wawasan dan pandangan serta sepahaman yang sama. Lain pada itu,

kaderisasi guru terbangun dan terbentuk dalam proses kegiatan standarisasi

tersebut. dengan demikian penyampaian materi kepada santri tidak berbeda

pemahaman antar guru-guru, yang dalam kegiatannya dinamakan ta’hi.l278

Penentuan standar tersebut, yang diterapkan di Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar, sesuai dengan implementasi Total Quality Management

(TQM) yang digagas oleh Sallis yaitu menentukan standar-standar

kualitas.279

Artinya Seorang Pengasuh pesantren ataupun Direktur harus

mampu menentukan standar-standar kualitas yang harus dipertahankan dan

ditingkatkan bagi terwujudnya kualitas pesantren, baik berupa kualitas

277

Muhammad Thoyyib, Model Otonomi…, hal. 46 278

Said Abadi, Wawancara, 01 Juli 2018 279

Edward Sallis, Manajemen Mutu…, hal. 59.

Page 190: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

175

pendidikan, proses pembelajaran, kurikulum, metode, dan evaluasi, serta

bahan ajar.

9. Manajemen Keuangan.

Sesuai hasil penelian sebelumnya, adanya Perubahan yang cukup

fenomenal yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, adanya sistem

manajemen keuangan pondok. Dalam aplikasinya, sesuai hasil wawancara

dengan M. Awalul Akhyar, bahwa adanya manajemen keuangan didasari,

bagaimana saat itu Ngabar belum dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan

keuangan yang dimilikinya. Masih menggunakan cara yang lama. Tanpa ada

perencanaan, belum jelas pemasukannya dari mana, bagaimana kekuatan

uang untuk satu tahun ke depan, dan tidak terencana dengan baik, bahkan

biasanya dana yang dikeluarkan membengkak dan belum dapat

memperhitungkan kekuatan keuangan pondok. Untuk perubahannya yaitu

menggunakan “Manajemen Keuangan” dengan sistem RAPB (Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja). Dengan konsep Budgeting, Accounting,

dan Auditing.

Peneliti melihat, dengan menggunakan sistem yang baru ini, Pondok

Pesantren Wali Songo dapat mengetahui kekuatan uang yang ada selama satu

tahun. Dengan itu, pondok dapat mengukur dan mengarah progam-progam,

pengembangan-pengembangan yang akan dikerjakan dan direncanakan.

Dapat diartikan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar sesuai jalur

dalam proses pengembangannya. Hal tersebut sesuai dengan ucapan

Abdurrahman Mas’ud, bahwa terdapat beberapa hal yang tengah dihadapi

Page 191: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

176

pesantren dalam melakukan pengembangannya, salah satunya ialah

kemandirian ekonomi kelembagaan.280

Kebutuhan keuangan selalu menjadi

kendala dalam melakukan aktivitas pesantren, baik yang berkaitan dengan

kebutuhan pengembangan pesantren maupun dalam proses aktivitas

keseharian pesantren. Tidak sedikit proses pembangunan pesantren berjalan

dalam waktu lama yang hanya menunggu sumbangan atau donasi dari pihak

luar, bahkan harus melakukan penggalangan dana di pinggir jalan. Dengan

adanya manajemen keuangan, hal tersebut dapat teratasi dengan baik.

10. Networking.

Sesuai penelitian sebelumnya, ada dua pendekatan yang dijalankan

pondok pesantren Wali Songo dalam kerjasama kelembagaan dan jaringan

tersebut, yaitu: Pertama Alumni, yaitu dengan: 1. Menjadikan alumni

menjadi organisasi tunggal, untuk saat ini memang belum, Akan tetapi fokus

awal kita pada alumni per-angkatan, itu lebih mudah untuk disatukan dan

diberdayakan, 2. Grant data base, dan 3. Proyek kerja bersama semisal

membuat wisma alumni, biro haji, dan lain-lain. Kedua Birokrasi, yaitu

dengan: 1. Pendekatan formal, 2. Lobby dan pendekatan kekeluargaan, 3.

Intersifikasi humas, dan 4. Muhibbah ke kampus-kampus dan menjadikan

MoU.281

Hal tersebut tepat menurut Peneliti, adanya Peningkatan akses dan

networking merupakan salah satu kebutuhan untuk pengembangan pesantren.

Penguasaan akses dan networking dunia pesantren masih terlihat lemah,

280

Abdurrahman Mas’ud, Sejarah dan Budaya Pesantren…, hal.18 281

Rapat Kerja 2018, Observasi, 01 Maret 2018

Page 192: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

177

terutama sekali pesantren-pesantren yang berada di daerah pelosok dan kecil.

Maka dari itu, adanya konsen terhadap peningkatan dan banyaknya

networking, menjadi ukuran kualitas mutu lembaga pendidikan, dalam hal ini

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.282

Adapun dalam konteks output, sesuai data dari penelitian sebelumnya

dijelaskan bahwa Lulusan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar paling tidak

sudah memiliki bekal terkait akademik, maupun non akademik. Mereka tidak

hanya kuat dalam penguasaan agama, akan tetapi juga tetap mengerti dan

menguasai keilmuwan umum. Hal tersebut dapat dilihat dari keterimaan lulusan

Ngabar di perguruan-perguruan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri. Baik

perguruan tinggi umum, maupun perguruan tinggi negeri yang berbasis agama.

Sesuai data di atas lulusan Ngabar, kedepan akan hafal 3 juz, yaitu juz 1, 29, dan

30. Serta menguasai dua bahasa internasional yaitu bahasa Arab dan bahasa

inggris.283

Hal tersebut menunjukkan bahwa lulusan Pondok Pesantren Wali Songo

Ngabar dapat besaing dan eksis dalam lembaga pendidikan dalam negeri maupun

luar negeri. Selain hal tersebut, ada jaminan mutu yang didapat oleh lulusan

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Dalam kata lain relevansi indikator mutu

terpenuhi. Hal tersebut senada dengan konsep Atkinson, yang membagi indikator

mutu menjadi tiga, yaitu: “Its are: a) higher educational quality which is viewed

form its ultimate outcome, b) higher educational quality which is viewed form its

282

Abdurrahman Mas’ud, Sejarah dan Budaya Pesantren…, hal.18 283

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018

Page 193: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

178

immediate outcome, and c) higher educational quality which is viewed form its

process.”284

Lain dari pada itu, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, berusaha untuk

melahirkan atau menumbuhkan pribadi-pribadi yang unggul, utuh, dan

berakhlaqul karimah untuk kemuliaaan dan kejayaan Islam dan kaum muslimin.

Hal ini menampik anggapan bahwa pesantren hanya fokus dan handal pada aspek

keagamaan/mendidik spiritualitas peserta didik saja, akan tetapi Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar membuktikan bahwa lulusan pesantren tidak hanya

menguasai terkait hal-hal agama saja, akan tetapi dapat menguasai keilmuan

umum. Hal tersebut selaras dengan apa yang di sampaikan Anies Baswedan

Gubernur DKI Jakarta, saat membuka acara Education Expo ASESI (Asosiasi

Sekolah Sunnah Indonesia) tanggal 29 Oktober 2017, bahwa proyeksi pendidikan

abad 21 ada 3 komponen yang mendasar yaitu:285

1. Karakter/Akhlak

a. Karakter moral (meliputi imam, taqwa, jujur, rendah hati)

b. Karakter kinerja (meliputi ulet, kerja keras, tangguh, tidak mudah

menyerah, tuntas)

2. Kompetensi (berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif/kerjasama)

3. Literasi/Keterbukaan wawasan (baca, budaya, teknologi, keuangan).

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar selalu menekankan dan membiasakan

pendidikan spiritual/akhlak terlebih dahulu dalam hal ini peningkatan mutu al-

284

Richard Atkinson, Educationing Quality Circles in a College of Futher Education, (Manchester

Monographs: University of Manchester, 1990), hal. 41 285

Online, https://www.youtube.com/watch?v=Nl5-pOnjtS8, dilihat Rabu, 22 November 2017,

pukul 06.00 WIB.

Page 194: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

179

Qur’an, sebelum aspek yang lain, implikasinya terbentuknya sikap dan adap yang

baik dalam diri santri sebelum mendapatkan ilmu yang lain. Hal tersebut

sangatlah penting untuk santri kedepannya, karena adap atau sikap yang baik lebih

penting dari pada berilmu tapi tidak beradap. Hal tersebut, sesuai dengan apa yang

di sampaikan Syekh Abdul Qadir al-Jailani, bahwa “orang yang beradap lebih

dihargai daripada orang yang berilmu”.

Dalam konteks halangan perubahan, tentu setiap perubahan adanya halangan,

yang terkanal dengan sebutan resistensi. Sesuai penelitian sebelumnya dalam

perubahan yang terjadi di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar terjadi adanya

penolakan dari sebagian Pendidik yang ada di Pondok Ngabar. Akan tetapi setelah

diberikan pengertian, dan menjadi kesepakatan hasil raker, yang disusun dari

banyak stakeholder, dan akhirnya memaklumi.286

Di samping itu, walaupun ketika

kita datangin ada tetap ada penolakan, Tapi tetap kita jalankan, dan pada akhirnya

mereka yang menolak juga menerima, karena adanya peningkatan dari perubahan

tersebut.287

Dari hal ini Peneliti menilai cara yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar sudah tepat dengan adanya musyawarah atau raker sebelum adanya

perubahan. Karena bagaimanapun adanya perubahan tentu ada pihak yang

menolak terhadap perubahan tersebut. Sebesar apapun perubahan yang dilakukan,

sebesar itu pula yang terjadi. Menurut Winardi masalah yang paling sering dan

menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Oleh sebab itu,

286

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018 287

M. Awalul Akhyar, Wawancara, 14 Juli 2018

Page 195: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

180

Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya

penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa The Change Process (Proses

Perubahan) Dalam Pengembangan Mutu di Pondok Pesantren “Wali Songo”

Ngabar Ponorogo sudah mencakup ketiga elemen proses perubahan, yaitu

Objectives and Outcomes (Tujuan dan Manfaat), Planning and Change

(Merencanakan Perubahan), dan People. Dan telah mencakup pendekatan pada

mekanisme untuk mencapai dan hasil perubahan. Yang dalam perubahannya telah

sesuai dengan implementasi dari Total Quality Management (TQM), namun

adanya kekuarangan dan kelemahan di tiap-tiap tahapannya haruslah dikaji dan

disempurnakan untuk kemudian mencari solusi untuk menutupi dan

menanggulangi kekurangan dan kelemahan tersebut, untuk ketercapaiannya mutu

yang ditetapkan dan diharapkan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.

Page 196: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

181

D. Faktor Manajemen Perubahan dalam Pengembangan Mutu di Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo.

Sesuai penelitian sebelumnya, Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah Pondok

Pesantren Wali Songo Ngabar kondisi pengembangan mutu di Pondok semakin

baik dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi. M. Very Irwansyah

mengatakan bahwa adanya inovasi-inovasi dari Direktorat, yang saat ini ada tiga,

satu Direktur dan dua Wakil Direktur. Mereka masih muda-muda, dengan

mudanya Mereka banyak inovasi-inovasi dan perubahan yang dilakukan di

TMI.288

M. Jaelani juga mengatakan bahwa ketika awal masuk pengabdian, hingga

sekarang, TMI mengalami banyak perkembangan, karena banyaknya kritikan

terhadap lembaga ini, maka dari kritikan dan saran kita terima, dan mencari

formula dan memperbaiki dari kritikan dan saran tersebut, untuk menjadi lebih

baik. Dari kritikan tersebut yang telah diperbaiki TMI jalankan kembali.

Alhamdulillah, dilihat dari jumlah santrinya, santri pada saat ini berjumlah 1073,

dan tiga tahun ini sudah menolak santri karena keterbatasan sarana-prasarana,

yang pada awal pengabdian saya dulu, tidak kurang 300-an santri, meningkat

hampir tiga kali lipat. Alhamdulillah kepercayaan masyarakat semakin baik pada

pondok pesantren wali songo.

Lain dari pada itu, sesuai data yang Peneliti temukan hasil wawancara dengan

M. Jaelani, di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, adanya perubahan yang

terjadi, diputuskan di dalam rapat kerja (raker) yang diadakan setiap tahunnya

288

M. Very Irwansyah, Wawancara, 06 Juli 2018

Page 197: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

182

yang berlandaskan atau diawali dari adanya kemampuan lembaga tersebut melihat

kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki lembaga tersebut.289

Di samping data di atas, sesuai data sebelumnya Peneliti melihat adanya

perubahan yang terjadi di Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah banyak dipengaruhi

oleh usaha untuk mencapai visi Ngabar 2020 yang menjadi visi besar Pondok

Pesantren Wali Songo, yang kaitannya dengan Tarbiyatul Mu’allimin al-

Islamiyah.

Hal tersebut, dapat dianalisis bahwa perubahan yang terjadi di Tarbiyatul

Mu’allimin al-Islamiyah dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu dengan

adanya perubahan Pemimpin, adanya rapat kerja yang mana dalam rapat kerja

tersebut ide-ide, gagasan, dan pandangan dimusyawarahkan dan ditetapakan untuk

dilaksanakan, serta usaha bersama untuk mencapai visi, misi, dan tujuan untuk

pencapain bersama. Adanya faktor Pemimpin dari perubahan yang terjadi di

Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah selaras dengan salah satu teori yang

dikembangkan Thomas Carlyle yang menyebut bahwa “sejarah dunia adalah

biografi orang-orang besar.”290

Menurut Carlyle, perubahan sosial terjadi karena

munculnya tokoh-tokoh di masyarakat yang dapat dipercaya dan menarik simpati

sehingga melakukan perubahan. Perubahan hanya dapat dilakukan oleh great

individuals (tokoh-tokoh besar).

Kaitannya dengan adanya rapat kerja yang mana dalam rapat kerja tersebut

ide-ide, gagasan, dan pandangan dimusyawarahkan dan ditetapakan untuk

dilaksanakan, serta usaha bersama untuk mencapai visi, misi, dan tujuan untuk

289

M. Jaelani, Wawancara, 07 Juli 2018 290

Thomas Carlyle, “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroes in History” dalam Moh. Ali Aziz

dkk (ed.), Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hal.28-29.

Page 198: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

183

pencapain bersama, selaras dengan faktor perubahan yang dipengaruhi oleh

Gerakan perubahan (empowerment) akan terjadi dengan munculnya social

movement (gerakan sosial) yang terlembaga. Lembaga atau organisasi sosial

semacam Lembaga Swadaya Masyarakat dan pesantren yang dianggap mampu

menghadirkan gerakan perubahan sosial.

Kaitannya dengan pendekatannya, sesuai data yang di atas dapat dianalisis

bahwa pendekatan perubahan yang terjadi di Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah

Pondok Pesantren Wali Songo ialah Pendekatan Normatif-Reedukatif. Jeff

Davidson menjelaskan bahwa Pendekatan ini menekankan kepada bagaimana

seorang Manajer perubahan dapat mempengaruhi atau bertingkah laku dengan

cara-cara tertentu, yang selanjutnya staf/anggota dapat melakukan perubahan atau

dapat berubah. Orang-orang berubah ketika mereka memiliki suatu perasaan

tersendiri bahwa perubahan adalah demi kepentingan terbaik. Perubahan paling

siap terjadi ketika satu individu termasuk dalm sebuah kelompok dan mengadopsi

sistem nilai-nilai dan keyakinan kelompok.291

291

Jeff Davidson, Change Management, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 86.

Page 199: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

184

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian, analisis, dan pembahasan terhadap temuan hasil

penelitian tentang model manajemen perubahan dalam pengembangan mutu di

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada aspek The Choice process (Proses Perubahan), berkaitan dengan

sifat, lingkup dan fokus pengambilan keputusan. Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar sesuai 3 elemen yang menaungi yaitu: a. Organizational

Context (Konteks Organisasional), b. Focus of Choice (Fokus Pilihan),

dan c. Organzational Trajectory (Lintasan Organisasional). Dalam hal

Organizational Context (Konteks Organisasional), menggunakan metode

SWOT untuk merumuskan perubahan, dilakukan penggabungan

informasi kinerja yang sudah dikerjakan, dan yang akan dikerjakan, yang

dilakukan di dalam rapat kerja (raker). Dalam hal Focus of Choice

(Fokus Pilihan), memfokuskan pada peningkatan kualitas mutu bahasa

dan al-Qur’an. Sedangkan dalam hal Organzational Trajectory (Lintasan

Organisasional), yang berkaitan dengan pengambilan keputusan

perubahan diputuskan dalam musyawarah, dalam hal ini rapat kerja.

2. Pada aspek the trajectory process (Proses Lintasan), berhubungan dengan

masa lalu organisasi dan arah masa depan dan hasil tersebut terlihat

seperti hasil dari visinya, magsud dan tujuan masa depan. Terdiri dari

Page 200: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

tiga elemen, yaitu: 1. Vision (Visi), 2. Strategy (Strategi), dan 3. Change.

Dalam hal Vision (Visi), Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar telah

membenahi visi lembaganya yang lama. Yang dilatarbelakangi karena

visi yang lama masih belum fokus dengan kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman yang ada pada lembaga TMI saat ini untuk menjadikan

lembaga ini, terus maju, berkembang dengan baik dan bermutu. Dalam

hal Strategy (Strategi), menerapkan tiga komponen penting, yaitu: a.

Perencanaan mutu, b. Pelaksanaan dan control mutu, serta, c. Evaluasi

mutu. Sedangkan dalam hal Change atau perubahannya menumbuhkan

dan mempertahankan budaya mutu di lembaga TMI dengan

mengimplementasikan Total Quality Management (TQM).

3. Pada aspek The Change Process (Proses Perubahan), dalam

pengembangan mutu di Pondok Ngabar mencakup pendekatan pada

mekanisme untuk mencapai dan hasil perubahan yang mencakup input,

proses, dan output. Dalam proses input, perubahan yang terjadi dalam

pengembangan mutu pondok berupa: a. Input Peserta didik dengan (dapat

membaca al-Qur’an dan menulis tulisan Arab) serta proses penerimaan

yang selesai dalam sehari, atau “One Day One Process”, b. Input

Pendidik, dengan menaikkan standar seleksi kualitas Guru, serta

merekrut 30 lulusan TMI terbaik. Dalam proses, adanya a. Perubahan

Struktur Direktorat, b. Kegiatan Berdasarkan Sistem, c. Berbasis IT, d.

Public Relation yang berjalan baik, e. Penguatan Mutu SDM, f. Fokus

pada pencapaian visi, g. Peningkatan Standarisasi Lulusan, h.

Page 201: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Standarisasi Materi, i. Manajemen Keuangan, dan j. Penguatan

Networking. Dalam proses output, a. memiliki bekal terkait akademik,

maupun non akademik, b. Kuat dalam penguasaan agama, akan tetapi

juga tetap mengerti dan menguasai keilmuwan umum, c. Jaminan hafal 3

juz al-Qur’an, serta d. menguasai dua bahasa internasional yaitu bahasa

Arab dan bahasa inggris. Adapun resistensi yang timbul dari individual.

4. Pada aspek faktor manajemen perubahan dalam pengembangan mutu

pondok pesantren Wali Songo Ngabar dalamhal ini Tarbiyatul Muallimin

al-Islamiyah (TMI), ialah faktor great individuals dengan adanya

perubahan Direktorat, dan Gerakan perubahan (empowerment) akan

terjadi dengan munculnya social movement (gerakan sosial) yang

terlembaga. Adapun terkait pendektan perubahannya ialah Pendekatan

Normatif-Reedukatif.

B. Saran

Untuk perbaikan dan hasil yang lebih baik, perlu disarankan beberapa hal

berikut ini:

1. Dalam Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI), yang bertanggung

jawab terkait pendidikan dan pengajaran yang ada di Pondok Pesantren

Wali Song Ngabar, dalam proses pemilihan perubahan untuk

pengembangan mutu lembaganya tidak hanya merumuskan untuk satu

tahun kedepan artinya perlu merumuskan pengembangan mutu untuk 5

tahun dan 10 tahun lembaga ini yang akan dicapainya, hal tersebut dapat

Page 202: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

berupa RENSTRA (Rencana Strategis) dan RIP (Rencana Induk

Pengembangan).

2. Untuk terus menilai terkait pelaksanaan implementasi TQM di Tarbiyatul

Mu’allimin al-Islamiyah Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar untuk

menjadikan lembaga ini, terus maju, berkembang dengan baik dan

bermutu, dari tahun ke-tahun continuous quality improvement, perlu ada

lembaga khusus yang mengontrol dan menjamin jalannya mutu di

lembaga tersebut yaitu lembaga penjaminan mutu yang belum ada di

TMI, agar perbaikan kualitas terus-menerus dapat terjamin.

3. Masih sedikitnya penguatan jaringan kelembagaan (networking) lembaga

ini baik kerjasama antar lembaga pendidikan atau instansi baik dalam

maupun luar negeri, oleh sebab itu, penguatan dan memperbanyak

networking ialah hal yang perlu dipriotaskan untuk eksistensi, kesuksesan,

dan kemudahan lembaga ini pada masa depan.

4. Faktor pemimpin yang handal, berintegritas, dan professional ialah faktor

terbesar dalam proses perubahan yang ada dalam suatu lembaga manapun,

faktor Pemimpin ialah kunci untuk keberhasilan lembaga tersebut dalam

pengadaan dan penciptaan inovasi-inovasi baru untuk pengembangan

mutu lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan Tarbiyatul

Mu’allimin al-Islamiyah. Oleh sebab itu, kaderisasi yang kuat perlu

dilaksanakan untuk penciptaan kader-kader handal dan berintegritas

sebagai penerus estafet kepemimpinan yang ada di Ngabar, agar terus

berkembang, dan bermutu dari tahun-tahun yang akan datang.

Page 203: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Said. Wawancara, 01 Juli 2018

Afriza, Yensi. “Implementasi Manajemen Perubahan Oleh Kepala Sekolah: Studi

Deskriptif di SMA Muhammadiyah Bengkulu”, Tesis Magister Manajemen

Pendidikan, (Bengkulu: Universiatas Bengkulu, 2013).

Akdon, Srategic Management For Educational Management, (Bandung: Alfabeta,

2009)

Akhyar, M. Awalul. Wawancara, Ngabar, 13 Juli 2018.

Antaresti, “Analisis Manajemen Perubahan Untuk Peningkatan Keefektifan Peran

Manajer Madya Dalam Penerapan Sistem Penjaminan Mutu.,” Tesis

Magister Manajemen, (Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala,

2014).

Anwar, Heru Saiful. Wawancara, Ngabar, 14 Juli 2018.

Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan

Tata Langkah Penerapan, terj. Yosal Iriantara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005)

Arcaro, Jerome S. Quality in Education: an Implementation Handbook, (New

York: St. Lucie Press, 1995).

Arifin, Muhammad. “Strategi Manajemen Perubahan Dalam Meningkatkan

Disiplin Perguruan Tinggi.” Jurnal EduTech, Vol. 3 No. 1.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)

Asrohah, Hasnun. Pelembagaan Pesantren: Asal-usul dan Perkembangan

Pesantren di Jawa, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Informasi

Penelitian dan Diklat Keagamaan, 2004.

Atkinson, Richard. Educationing Quality Circles in a College of Futher

Education, (Manchester Monographs: University of Manchester, 1990).

Azra,Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium

Baru, (Jakarta: Logos, 2002).

Bennis, Warren. On Becoming a Leader (Philadelpia; Basic Book Inc, 2009).

Biografi K.H. Ibrohim Thoyyib, diterbitkan oleh Sektretariat Pimpinan Pondok

Pesantren “Wali Songo” Ngabar.

Page 204: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Bisri, M. dan Hariyanto, “Percikan Sejarah Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

Ponorogo Jawa Tmur.” Kumpulan Bahan Sidang Majlisu Riyasatil Ma’had

ke 46 di Ngebel, Ponorogo.

Bush, Tony. Leadership and Management Development (Los Angeles & London:

SAGE Pub. 2008).

C. Bogdan, Robert. & Taylor, S.J. Introduction to Qualitative Research Methods

(New York: John Wiley, 1975).

C. Bogdan, Robert. dan Biklen, Qualitative Research for Education; An

introduction to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982).

C. Bogdan, Robert. Participant Observation in Organizational Setting (Syracuse

New York: Syracuse University Press, 1972).

Carlyle, Thomas. “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroes in History” dalam

Moh. Ali Aziz dkk (ed.), Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2005).

Crosby, Quality is Free, (New York: Mentor Books, 1989).

Davidson, Jeff. Change Management, (Jakarta: Prenada Media, 2005).

Denzin, Norman K. Sociological Methods (New York: McGraw-Hill, 1978).

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai

(Jakarta: LP3ES, 1983).

Dokumen Seleksi Penerimaan santri Baru 2018.

Endraswara, Suwardi. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme dalam Budaya

Spiritual Jawa (Yogyakarta: Narasi, 2006).

Fattah, Nanang. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012).

Furchan, Arief. Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gama

Media, 2004).

Geertz, Clifford. Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa,

Terjemahan Aswab Mahasin dari The Religion of Java, (Jakarta: Pustaka

Jaya, 1983).

Page 205: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Hadis, Abdul. dan Nurhayati B. Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2010).

Halim, A. Suhartini, Rr. Khoirul Arif, M. Sunarto, A. Manajemen Pesantren,

(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2009).

Handoko, Hani. Manajemen, (Jogjakarta: BPFE, 2003).

Hasil Rapat Kerja Pondok Pesantren Wali Songo, Tahun 2017-2018.

Hasil Rapat Kerja TMI Tahun 2018. .

http://regional.kompas.com/read/2018/02/03/17174861/guru-yang-tewas-

dianiaya-muridnya-diduga-mengalami-patah-tulang-leher, diakses pada

Ahad, 25 Februari 2018.

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3455970/peringkat-indeks-

pembangunan-manusia-ri-turun-ini-kata-pemerintah, diakses pada Ahad, 25

Februari 2018.

https://www.pressreader.com/indonesia/jawapos/20171204/2818529388965

66, diakses pada Ahad, 25 Februari 2018, pukul 11.58 WIB

https://sidogiri.net/, diakses pada Rabu, 21 Februari 2018 M.

https://www.youtube.com/watch?v=Nl5-pOnjtS8, dilihat Rabu, 22 November

2017.

Husni, Karna. Manajemen Perubahan Sekolah, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2015).

Ihsan, Moh. Wawancara, 25 Juni 2018.

Ilyasin, Mukhamad. & Nurhayati, Nanik. Manajemen Pendidikan Islam,

(Yogyakarta: Aditya Media, 2012).

Irwansyah, M. Fery. Wawancara, Ngabar, 06 Juli 2018.

Ismail, Muhammad. Sistem Pendidikan Pesantren Modern Studi Kasus

Pendidikan Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo, dalam jurnal

At-Ta’dib, vol. 6. No. 1, (Ponorogo: Fakultas Tarbiyah ISID, 2011).

IT Wali Songo, Observasi, 21 Juli 2018.

Jaelani, M. Wawancara, 07 Juli 2018.

Page 206: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Juran, Joseph M. Juran’s Quality Handbook, (New York: Macmillan, 1991).

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia,

1974).

Kunjungan Tempat Penelitian, Observasi, 20 Juli 2018.

Lincoln & Guba, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Publishers,

1981).

Lofland, Analyzing Social Setting: A Guide to Qualitative Observation and

Analysis (Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company, 1984).

Lukens Bull, Ronald Alan. A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion

IdentityConstruction, (Michigan:Arizona State University, 1997).

Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:

Paramadiana, 1997).

Marjuni, Wawancara, Ngabar, 04 Juli 2018.

Martoyo, Susilo. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: PT. BPFE

Yogyakarta, 2000).

Mas’ud, Abdurrahman. Sejarah dan Budaya Pesantren, dalam Ismail Sm (ed):

Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2002).

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994).

Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UIN Malang Press,

2009).

Miles, Matthew B. & Huberman, AS. Michael. Analisis Data Kualitatif, terj.

Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992).

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997).

Nafi’, M. Dian. et.al. Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: Institute for

Training and Development, 2007).

Nawawi, Ismail. Manajemen Perubahan Teori dan Aplikasi pada Organisasi

Publik dan Bisnis, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2014).

Patton, Michael Quinn. Qualitative Evaluation Methods (Beverly Hills: Sage

Publications, 1987).

Page 207: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Pembukaan Rapat Kerja 2018 Pondok Ngabar, Observasi, Ngabar, 01 Maret

2018.

Potts, Rebecca. and La Marsh, Jeanne. Master Change Maximize Success,

(British, Copyrighted Material, 2004).

Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2003).

Qomar, Mujamil. Pesantren, (Jakarta; Erlangga, 2008).

Rahmanu, Singgih. Wawancara, 05 Juli 2018.

Rdho, Hardian. Wawancara, Ngabar, 12 Juli 2018.

Sallis, Edwards. Total Quality Management in Education, (New Jersey: Prentice

Hal.Inc. 2001).

Sanusi, Achmad. Manajemen Perubahan Sekolah, (Bandung: Pustaka Setia,

2015).

Saondi, Ondi. Membangun Manajemen Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama,

2014).

Sidang Perdana tahun ajaran 2017-2018, Observasi, 20 Juli 2017.

Sidang Umum Guru, Observasi, 19 Juli 2018.

Su’adi, M. Zaki. Wawancara, 08 Juni 2018.

Sudrajat, Hari. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Peningkatan

Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK, (Bandung: CiptaCekas

Grafika, 2005).

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015).

Sukardjo, M. dan Ukim Kamaruddin, Landasan Kependidikan, Konsep dan

Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).

Sulthon dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Laksbang,

2006).

Suprayogo, Imam. Quo Vadis Madrasah, Gagasan, Aksi, dan Solusi

Pembangunan Madrasah, (Yogyakarta: Hikayat, 2007).

Page 208: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

Tampubolon, Daulat Purnama. Perguruan tinggi bermutu: paradigma baru

manajemen pendidikan tinggi menghadapi tantangan abad ke-2, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2001).

Thoyyib, Muhammad. Model Otonomi Manajemen Mutu Perguruan Tinggi Islam

di Indonesia, (Yogyakarta: Cetta Media, 2015).

Tim Penyususn Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Usman, Husaeni. Manajemen,”Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan” edisi 3,

(Jakarta: Bumi aksara, 2009).

Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 1997)

Warta Tahunan Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar Tahun: 2010-2013,

Edisi: 31.

Warta Tahunan, Edisi: XXXI, Tahun 2010-2013.

Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Rajawali Press, 2012).

Zaini, H. M. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Jawa Timur

(Surabaya: Proyek Penelitian Keagamaan, Badan Penelitian dan

Pengembangan Agama, Departemen Agama RI, 1981).

Zarkasyi, Abdullah Syukri. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren

(Jakarta: Rajawali Press, 2005).

Zarkasyi, Abdulloh Sukri. Manajemen Pesantren, (Ponorogo, Trimurti Press,

2005).

Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, Kontribusi Fiqh Sosial

Kyai Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantren, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007)

Page 209: MODEL MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN …etheses.iainponorogo.ac.id/4873/1/ISI-212216030 dengan Watemark.… · PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO TESIS Oleh: Muh

CURRICULUM VITAE

Muh Zulfikar Ali Khamdani, dilahirkan di

Ponorogo, tanggal 12 Oktober 1992, putra dari bapak

Kateman dan ibu Misringah.

Pendidikan TA Al-Manar PPWS diselesaikan

tahun 1999, Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Huda PPWS

tahun 2005, Tarbiyatul Mualimin Al-Islamiyah (tingkat

MTs dan MA) PPWS Ngabar tahun 2011, Strata 1

ditempuh di Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin

PPWS jurusan Tarbiyah mengambil konsentrasi

Pendidikan Agama Islam, lulus tahun 2016, dan pada

tahun yang sama melanjutkan studi di Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri

Ponorogo, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

Selain aktif menjadi mahasiswa pasca sarjana IAIN Ponorogo, adalah guru

pengabdian di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar masa bakti 2011-sekarang.

Pengalaman organisasi diantaranya: Bagian Keamanan dan Olah Raga Konsulat

Ponorogo periode 2009-2010, Bagian Keamanan Organisasi Santri Wali Songo

(OSWAS/OSIS) periode 2009-2010, Bagian Pengasuhan Santri Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar sebagai Sekretaris tahun 2011-2013, Sekretaris Pimpinan

Pondok tahun 2013-2016, Sekretaris Bagian Akademik Pondok Pesantren Wali

Songo Ngabar tahun 2016-sekarang. Ketua Alumni PPWS angkatan 2011 periode

2016-2025, ketua kelas Manajemen Pendidikan Islam IAIN Ponorogo tahun 2016-

sekarang, dan Ketua Pemuda Kumpulan Ngabar Timur tahun 2018-sekarang.

Pengalaman yang pernah diikuti antara lain: Pramuka Bayangkara Polres

Ponorogo angkatan 31 tahun 2009, Organitation Basic Training (OBT) tahun

2010 yang diselenggarakan oleh konsulat Ponorogo, Diklat Kepemimpinan,

Kesekretariatan, dan Kebendaharaan (DK3) yang diselenggarakan tahun 2010

OSWAS, Kursus Mahir Dasar (KMD) tahun 2010, Pelatihan Manasik Haji tahun

2011 yang diselenggarakan PPWS, Kursus Mahir Tingkat Lanjutan (KML) tahun

2011, Pelatihan Peningkatan SDM guru olah raga Pondok Pesantren se-Jawa

Timur tahun 2011 yang diselenggarakan oleh Kanwil Kemenag Prov. Jatim,

Penataran Guru Baru PPWS tahun 2011 yang diselenggarakan oleh PPWS,

Workshop Pendidikan “Guru & Tanggung Jawab Profesional Pendidikan” tahun

2013 yang diselenggarakan oleh PPWS, WorkShop Pendidikan “The Art of

Teaching” tahun 2013 diselenggarakan oleh PPWS, Seminar Pendidikan “Room

Management” tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Pondok

Pesantren (FKPP), Pelatihan Sertifikasi Guru Pengajar Metode Ummi tahun 2015

yang diselenggaran oleh UMMI Foundation.