model circuit play mitigasi bencana liquifaksi...

24
Hj. Shofiyanti Nur Zuama, S.Psi., M.Si. dan Dr. Andi Agusniatih, M.Si. Prodi PG PAUD FKIP Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Palu MODEL CIRCUIT PLAY MITIGASI BENCANA LIQUIFAKSI SEBAGAI SUMBER LINGKUNGAN BELAJAR ANAK DI PAUD AL IQRA DAN PAUD QURROTA A’YUN BALAROA KECAMATAN PALU BARAT

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Hj. Shofiyanti Nur Zuama, S.Psi., M.Si. dan

Dr. Andi Agusniatih, M.Si.

Prodi PG PAUD FKIP Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako Palu

MODEL CIRCUIT PLAY MITIGASI

BENCANA LIQUIFAKSI SEBAGAI SUMBER

LINGKUNGAN BELAJAR ANAK DI PAUD

AL IQRA DAN PAUD QURROTA A’YUN

BALAROA KECAMATAN PALU BARAT

*Pernyataan Menteri Pendidikan danKebudayaan, Muhajir Effendy

menyampaikan ada 2.736 gedungsekolah yang terdampak gempa Palu,

Sulawesi Tengah. Gedung sekolahyang paling banyak terdampakterdapat di Kabupaten Sigi.

Kerusakan bangunan sekolah mulaidari berat hingga ringan (Kompas,

2018).

Model circuit play agar anak-anakmemiliki kesiapan maupun kesadaran

bertindak responsif dalam menghadapibencana alam di masa mendatang. Hal ini berarti bahwa mempersiapkan anaksejak dini untuk tanggap bencana yang terjadi di sekitar anak sangat penting

dan perlu mendapat perhatian daripihak pemerintah, dinas pendidikanmaupun sekolah atau yayasan PAUD.

*Survei dan observasi di lokasi yang mewakili daerahyang terdampak bencana, yaitu di daerah Balaroaakibat gempa bumi terjadinya liquifaksi. Ada duaPAUD yang diteliti, yaitu PAUD Al Iqra dan PAUD Qurrota A’yun di Balaroa Kecamatan Palu Barat.

*Hal yang ditemukan selama observasi adalah:

1. Sebagian besar jumlah anak berkurang, dari sekitar102 anak menjadi 60 anak di PAUD AL Iqra. Di PAUD

Qurrota A’yun, lebih dari 100, tersisa 64 anak. Jumlahanak berkurang banyak, karena ada beberapa anak yang

meninggal atau tidak ditemukan lagi, ada yang sudahpindah bersama orangtua, sehingga bisa dipastikan

masih ada rasa trauma yang mendalam, kekhawatiran, dan kecemasan terhadap situasi yang bisa berulang

kembali;

2. Gedung kelas maupun di sekitar sekolahtenggelam dan rubuh akibat liquifaksi. PAUD Al Iqra berpindah tempat hingga 5 kali danPAUD Qurrota A’yun vakum beberapa bulan, baru aktif kembali menjelang penerimaananak didik semester baru tahun 2019-2020;

3. Jumlah anak yang sangat berkurang drastis, tentunya mempengaruhi minat dan motivasianak kembali bersekolah, apalagi masih adaorangtua yang was-was dan terusmendampingi anaknya bersekolah. Anakjarang bermain di halaman, karena takutdengan gemuruh tanah yang ada di halaman.

*CIRCUIT PLAY

*Bentuk circuit play yang dipilih dalampenelitian ini adalah menghubungkan

dengan mitigasi di daerah rawan bencana. Hal ini bertujuan untuk membantu melatihketangguhan dan kekuatan fisik maupunmental anak yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana alam sehingga

diharapkan anak mampu menyelesaikansetiap tantangan yang ada di dalam pos

yang sudah disiapkan.

*Circuit play merupakan permainan yang menggabungkan beberapa alat atau media yang

berfokus pada penggunaan otot-otot kecilmaupun besar sehingga membantu anak-anak

untuk mengembangkan keseimbangan, koordinasi tangan dan mata, dan kekuatan

dasar tubuh. Dapat dilakukan secara berulang-ulang dari satu pos ke pos yang lain sehinggaterbentuk daya tahan tubuh maupun mental

anak, seperti keberanian dan rasa percaya diripada kemampuan dirinya, karena anak mampumenyelesaikan dan menguasai tiap tantangan

dalam rangkaian permainan sirkuit.

*DEFINISI MITIGASI

*Definisi mitigasi dijelaskan olehWardyaningrum (2014), “sebagai setiap

tindakan yang berkelanjutan yang dilakukan untuk mengurangi atau

menghilangkan resiko jangka panjangterhadap harta dan jiwa manusia. Dalam

kaitan ini, mitigasi dapat dikatakansebagai sebuah mekanisme agar

masyarakat dapat menghindari dampakdari bencana yang potensial terjadi”.

*Hal ini diperkuat dengan pendapat Sunarto(2012), “Berdasarkan data kejadian bencanadi beberapa daerah, banyak korban terjadipada anak usia sekolah baik di jam sekolah

atapun di luar jam sekolah, hal inimenunjukkan bahwa pentingnya pengetahuan

tentang bencana dan pengurangan risikobencana diberikan sejak dini untuk

memberikan pemahaman dan pengarahanlangkah-langkah yang harus dilakukan saat

terjadi suatu ancaman yang ada di sekitarnya untuk mengurangi risiko

bencana”.

Proses penelitian dilakukan dari mulai: 1) Tahap Pra

Lapangan; 2) Tahap Kegiatan Lapangan; dan 3) Tahap

Pasca Lapangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

adalah teknik observasi, teknik dokumentasi, dan

teknik wawancara. Pengamatan dilakukan dengan

memperhatikan proses permainan yang dilakukan

anak dari awal hingga akhir permainan dengan dua

model, yaitu matras bermain fisik motorik dan model

circuit play.

Hasil penelitian yang sudah dilaksanakan di PAUD Al Iqra danPAUD Qurrota A’yun Balaroa Kecamatan Palu Barat, denganmenerapkan model circuit play mitigasi bencana liquifaksi

sebagai sumber lingkungan belajar anak, membuat anak-anaksangat tertarik untuk memainkan dan rasa ingin tahu mereka

sangat jelas terlihat dengan memperhatikan tiap gambaryang berbeda dengan berbagai pos yang ada dalam matras

bermain circuit play.

Diantara kedua PAUD yang sudah diteliti tersebut, jelasmenunjukkan perbedaan dalam mengeksplorasi sumber

belajar lingkungan di sekitarnya dan saat model circuit play diterapkan. Peneliti mengawali proses penelitian di PAUD Al Iqra, ada 41 anak yang terlibat aktif dalam bermain circuit play. Sedangkan, di PAUD Qurrota A’yun, ada 52 anak yang

hadir dan terlibat dalam bermain circuit play.

GAMBARAN SUMBER BELAJAR

LINGKUNGAN

PAUD AL IQRA PAUD QURROTA A’YUN

Hasil pengamatan anak yang belum

sesuai harapan saat memainkan model

ini dalam minggu pertama

Ada 15 anak dari jumlah 41 anak Ada 27 anak dari jumlah 52 anak

Hasil pengamatan anak yang belum

sesuai harapan saat memainkan model

ini dalam minggu ketiga

Ada 6 anak dari jumlah 41 anak Ada 16 anak dari jumlah 52 anak

Hasil pengamatan anak yang belum

sesuai harapan saat memainkan model

ini dalam minggu pertama

Ada 8 anak dari jumlah 41 anak Ada 12 anak dari jumlah 52 anak

Hasil pengamatan anak yang belum

sesuai harapan saat memainkan model

ini dalam minggu kedua

Ada 4 anak dari jumlah 41 anak Ada 6 anak dari jumlah 52 anak

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa dari

kedua lokasi PAUD yang menjadi bagian dari korban bencana liquifaksi

ini, PAUD Al Iqra dengan jumlah 41 anak yang bermain dengan model

circuit play mitigasi bencana liquifaksi memiliki sumber belajar

lingkungan yang berbeda dan berpengaruh atau berdampak positif

bagi anak dibanding PAUD Qurrota A’yun dengan jumlah 52 anak.

Selain dari sarana prasarana permainan outdoor yang disiapkan lebih

dari lima macam di halaman sekolah, keaktifan dan keseriusan anak

dalam mengeksplorasi model circuit play, serta adanya peluang dan

dukungan dari guru dalam memberi ruang berekspresi dan menjelajahi

halaman sekolah sehingga pemanfaatan circuit play menjadi lebih

mudah, lebih fokus, lincah dan luwes saat bermain, serta lebih

semangat dilakukan anak-anak di PAUD Al Iqra.