mitigasi konflik manusia dan gajah (patroli dan...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
120
MITIGASI KONFLIK MANUSIA DAN GAJAH (PATROLI DAN PENJAGAAN)
OLEH ELEPHANT RESPONSE UNIT DI RESORT TOTO PROJO, TAMAN
NASIONAL WAY KAMBAS
Muhammad Zazuli1) dan Bainah Sari Dewi1)
1)Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Surel: [email protected]
ABSTRACT
Way Kambas National Park is the natural habitat of sumatran elephant. Human
activities cause degradation of elephants habitat. Conservation efforts in controlling
human and elephant conflict (HEC) at Toto Projo Resort (Tanjung Tirto and Tegal Yoso
village) need to be done. The purposes of this study are to determine (1) patrolling
activity of Elephant Response Unit, (2) guarding activity of Elephant Response Unit,
and (3) user ERUs benefit. It was conducted in November-December 2014 with the
participation of moderate observation method, depht interview, purposive sampling
technique, literature study and triangulation methods. Patrolling by ERU during 2011-
2014 showed that the frequency of patrols in year 2011 was 186, 2012 (134), 2013
(161) and 2014 (125). The highest patrol activities in 2014 were in October (19 times).
The patrols are often conducted in the morning 06.01 to 12.00 hour (13 times) by ERU
Bungurs. Patrol lane (1) determining the patrol direction based on theindication of the
wild elephants presence (2) collecting data and information on field condition (3)in
ERU camp, considering the data and information for further mitigation measures.
Guarding lanes are (1) the information of wild elephants presence at exit point (2) ERU
and local people went to the location with belor and firecrackers to prevent elephants
entered the plantation (3) ERU and the local people go back to the post.Achieve of ERU
in controlling and reducing human and elephant conflicts had rated 100% positively by
the users of the ERU program.
Keywords : Elephant Response Unit, mitigation, human and elephant conflict, Way
Kambas National Park
ABSTRAK
Taman Nasional Way Kambas merupakan habitat alami gajah sumatera. Aktivitas
manusia mengakibatkan daerah jelajah gajah menjadi sempit karena kerusakan habitat.
Pengendalian konflik manusia dan gajah (KMG) merupakan upaya konservasi yang
perlu dilakukan di Resort Toto Projo (Desa Tanjung Tirto dan Tegal Yoso). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui (1) kegiatan patroli oleh ERU, (2) kegiatan penjagaan
oleh ERU, dan (3) persepsi pengguna ERU. Penelitian dilakukan pada bulan November-
Desember 2014 dengan metode observasi partisipasi moderat, in-depht interview,
purposive sampling technique, studi pustaka dan triangulasi (Sugiyono, 2013). Upaya
mitigasi patroli tahun 2011-2014 menunjukkan frekuensi patroli tahun 2011 (186),
tahun 2012 (134), 2013 (161) dan 2014 (125). Mitigasi dengan patroli tahun 2014
paling tinggi dilakukan pada bulan Oktober 2014 (19 kali). Patroli paling banyak
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
121
dilakukan pada pagi hari 06.01-12.00 (13 kali) oleh ERU Bungur. Alur patroli adalah
(1) menentukan arah patroli berdasarkan indikasi keberadaan gajah liar (2)
mengumpulkan data dan informasi kondisi di lapangan (3) kembali ke Camp ERU,
mempertimbangkan data dan informasi untuk langkah mitigasi selanjutnya. Alur
penjagaan adalah (1) informasi keberadaan gajah liar di titik keluar gajah (2) ERU dan
masyakarat menuju lokasi dengan membawa belor dan petasan untuk mencegah gajah
masuk ke lahan pertanian (3) ERU dan masyakarat kembali ke pos. Pencapaian ERU
dalam mengendalikan dan mengurangi KMG dinilai 100% positif oleh pengguna
program sesuai dengan tujuan pembentukannya.
Kata kunci : Elephant Response Unit, mitigasi, konflik manusia dan gajah, Taman
Nasional Way Kambas
PENDAHULUAN
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan kawasan pelestarian alam
dimana alasan penetapannya adalah untuk melindungi kawasan yang kaya akan
berbagai satwa liar (Balai Taman Nasional Way Kambas, 2012). Konflik terjadisejak
Way Kambas disahkan menjadi kawasan hutan dan daerah sekitarnya dibuka menjadi
pemukiman danlahan pertanian bagi transmigran serta sejak gajah-gajah dari Lampung
Selatan dan Gunung Madu di “translokasi”kan ke Way Kambas pada tahun 1980.
Populasi yang semakin padat tentunya mengakibatkan semakin sempitnya daerah
jelajah untuk mencari makan (Sukatmoko, 2006). Taman Nasional Way Kambas adalah
habitat bagi hampir 200 gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) atau 10% dari
total populasi yang masih ada yang diperkirakan tidak lebih dari 2000 ekor (Vesswic,
2013). Konflik manusia dan gajah (KMG) menyebabkan 337 insiden kerusakan
tanaman antara juni 2000-September 2002 (Hedges et al., 2005) dan sedikitnya 15
orang dilaporkan meninggal dan sembilan orang terluka di 11 desa dekat TNWK antara
tahun 1984 dan 1996 (Nyhus et al., 2000). Upaya penanganan KMG telah dilakukan
oleh stakeholder di TNWK yaitu pembuatan kanal, pagar cabe, pemasangan pagar
listrik, patroli dan penjagaan lahan, pembentukan Pam Swakarsa, patroli gajah,
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
122
pembangunan gubuk jaga hingga bantuan peningkatan ekonomi masyarakat (Balai
Taman Nasional Way Kambas, 2013). Awal tahun 2008, Vesswic dan Balai TNWK
berinisiatif untuk mendayagunakan mahout dan gajah latih di PKG dalam upaya
mitigasi KMG. Sekitar akhir tahun 2010 ERU mulai dioperasikan untuk mengendalikan
dan mengurangi KMG.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2014 di Resort Toto
Projo STPN II Bungur Taman Nasional Way Kambas (Gambar 1). Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi moderat dan in-depth
interview. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling technique.
Gabungan metode (triangulasi) dipergunakan untuk mendapatkan data yang lengkap,
akurat dan konsisten (verifikasi data) (Sugiyono, 2013). Analisis data dengan cara
deskriptif dan proses analisis data di lapangan menggunakan Model Miles and
Huberman yang bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan
dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis dan teori. (Sugiyono, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada November-Desember 2014, ERU telah melakukan upaya mitigasi yaitu patroli dan
pemantauan (32 kali), patroli dan penggirngan (2 kali) serta penjagaan (51 kali)
(Gambar 1).
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
123
Gambar 1. Upaya mitigasi KMG oleh ERU bulan di November-Desember 2014
pada penelitian upaya mitigasi KMG (patroli dan penjagaan) oleh ERU di
Resort Toto Projo,TNWK.
Upaya mitigasi KMG yang dilakukan ERU di wilayah kerjanya mampu
mengendalikan dan mengurangi KMG sesuai dengan tujuan pembentukannya. Upaya
mitigasi ini merupakan upaya mitigasi jangka pendek. Efek yang ditimbulkan bersifat
sementara dan gajah dapat tetap mendekat ke arah lahan pertanian di lokasi konflik dan
kelompok gajah yang sama. Pemanfaatkan gajah patroli dalam mengatasi KMG
merupakan tindakan yang efektif baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial. Melihat
dari aspek ekologi, teknik ini dapat meminimalisasi perubahan perilaku gajah sumatera,
tidak mengubah bentang alam (seperti teknik pembuatan parit), dan mengurangi resiko
kematian gajah sumatera sehingga populasi satwa langka tetap terjaga. Secara ekonomi,
teknik ini dapat meminimalisasi resiko kerusakan yang terjadi baik kerusakan lahan
pemukiman maupunperkebunan warga. Secara aspek sosial, masyarakat merasa lebih
aman dalam bercocok tanam. Selain itu, konflik lebih cepat tertangani dibandingkan
dengan penggunaan teknik lainnya (Pratama & Dewi, 2012).
18
1
1914
1
32
0
10
20
30
40
Patroli dan Monitoring Patroli dan Penggiringan Penjagaan
Tanjung Tirto Tegal Yoso
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
124
Patroli
Patroli dan penjagaan yang dilakukan ERU telah memenuhi standar minimal
Tim Gajah Reaksi Cepat / SOP elephant flying squad. Patroli adalah suatu kegiatan
pemantauan pergerakan gajah liar di jalur-jalur yang sudah teridentifikasi (Syamsuardi
et al., 2010). Patroli bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait perkembangan
terkini dilapangan. Patroli dilakukan dengan menggunakan gajah captive/tangkapan
yang sudah dilatih (jinak). Gajah captive dikelola oleh negara menurut “Strategy and
Conservation for Sumatra and Kalimantan Elephants 2007-2017” dan salah satu
pemanfaatannya adalah untuk berbagai tujuan salah satunya mitigasi KMG (Riddle &
Stremme, 2011). Gajah captive didayagunakan untuk mitigasi KMG oleh ERU dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Gajah captive yang didayagunakan untuk kegiatan mitigasi KMG oleh ERU
No Gajah Jenis Kelamin Umur Asal Tanggal ditangkap
1 Karnangun Jantan 37 Mesuji 25 Januari 1987
2 Bayu Jantan 21 Lampung Utara 14 Januari 1997
3 Boy Jantan 21 Mesuji 18 Juli 1993
4 Sandi Jantan 20 Karang Anyar 09 Maret 1998
Patroli dilakukan oleh personil ERU (mahout) dengan mengikutsertakan
masyarakat setempat dan polisi hutan. Jenis patroli yang dilaksanakan ERU yaitu (1)
patroli dan pemantaun dengan tujuan untuk mengetahui indikasi pergerakan dan
keberadaan gajah konflik (2) patroli dan penggiringan dimaksudkan untuk menggiring
gajah liar masuk kedalam kawasan TNWK. Adapun hal-hal yang dipertimbangkan
dalam menentukan arah patroli adalah (1) informasi dari Balai TNWK dan tim ERU
tentang keberadaan gajah liar (2) informasi dari masyarakat tentang lokasi gangguan
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
125
gajah liar (3) jejak yang ditemukan di dalam kawasan TNWK. ERU melakukan patroli
dan pemantauan sebanyak 29 kali dan patroli dan dua kali penggiringan pada bulan
November-Desember 2014. Selama ERU berjalan, ERU telah melakukan 498 kali
patroli dan pemantauan serta 111 kali patroli pengiringan. (Gambar 2).
Gambar 2. Patroli pemantauan dan penggiringan ERU Desember 2010-Desember
2014 Resort Toto Projo TNWK
Elephant Response Unit melakukan 26 kali patroli dan penggiringan pada tahun 2014.
Dua kali upaya mitigasi tersebut dilakukan pada bulan Desember 2014. Patroli penting
dilakukan sebab masyarakat dapat langsung mendapatkan informasi terkiniterkait
dengan keberadaan gajah liar. Patroli juga menjadi media penyuluhan mengenai
konservasi gajah sumatera, sehingga penilaian negatif tentang keberadaan gajah
sumatera berkurang. Patroli Pada bulan Desember 2014 tercatat 17 kali patroli pada
rentang waktu 06.01-12.00 WIB dan 12 patroli dilakukan pada rentang waktu 12.01-
18.00 WIB.
Penjagaan
Cara sederhana dan mendasar dalam tindakan mitigasi konflik manusia dan
gajah adalah dengan aktif menjaga lahan pertanian (Chong & Norwana, 2005).
Penjagaan adalah pengamanan pada lahan pertanian yang berbatasan dengan kawasan.
0
153
118 128
99
3
3316
33 26
0
50
100
150
200
1 2 3 4 5
Patroli dan Monitoring Patroli dan Penggiringan
Des, 2010 2011 2012 2013 2014
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
126
Penjagaan bertujuan mencegah gajah keluar kawasan Way Kambas. Penjagaan
dilaksanakan oleh personil ERU sebagai kordinator dan masyarakat (Gambar 3) di
lokasi titik keluarnya gajah. Informasi keberadaan gajah liar di titik keluar juga bisa
diperoleh dari laporan personil ERU selepas melaksanakan kegiatan patroli di dalam
kawasan.
Gambar 3. Keterlibatan personel dan masyarakat yang terlibat dalam upaya mitigasi
KMG Bulan November-Desember 2014 di Resort Toto Projo TNWK.
Persamaan kondisi dan situasi pada kegiatan penjagaan adalah sebagai berikut
(1) masyarakat yang terlibat dalam penjagaan adalah masyarakat pemilik lahan
pertanian yang bebatasan langsung dengan kawasan TNWK (2) jenis tanaman di lokasi
penjagaan adalah padi, jagung, singkong, sayur-sayuran atau buah-buahan dan kondisi
tanaman jagung dan padi menjelang panen (3) penjagaan dilakukan pada sore hari
sampai malam hari.Penambahan personil ERU seperti mahout dan gajah latih dalam
kegiatan penjagaan dapat dimungkinkan dengan melihat kondisi dan situasi area
setempat dan tingkat konflik itu sendiri. Penjagaan penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya KMG, dikarenakan keberadaan gajah liar di batas kawasan TNWK dengan
lahan masyarakat dapat diketahui lebih cepat. Penjagaan yang baik oleh ERU dan
masyarakat akan memudahkan penghalauan. Apabila gajah liar telah masuk ke lahan
pertanian masyarakat akan mengakibatkan kerusakan dan upaya mitigasi KMG dengan
51
39
47
0
10
20
30
40
50
60
Personil ERU Masyarakat Masyarakat Mitra Polhut
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
127
penggiringan lebih sulit dilakukan dan memerlukan keterlibatan orang yang lebih
banyak. Gajah liar yang telah masuk ke dalam lahan pertanian dan memakan tanaman
akan menimbulkan kerugian lebih besar. Sebelum adanya ERU, masyarakat juga telah
melakukan penjagaan secara swadaya dan bergotong-royong. Hedges & Gunaryadi
(2009) menyatakan masyarakat di sekitar kawasan menjaga lahan pertanian di menara
pantau/pos penjagaan yang di jaga oleh dua sampai tiga orang setiap malam. Pos
penjagaan/menara pantau dibangun di dekat titik keluar masuk gajah (lintasan aktif).
Masyarakat juga melengkapi diri mereka dengan lampu sorot (blor), HT dan meriam
karbit. Masyarakat merasa terbantu dalam proses penjagaan setelah berjalannya ERU.
ERU melakukan upaya mitigasi KMG penjagaan sebanyak 51 kali pada bulan
November-Desember 2011. Diagram alur kegiatan penjagaan dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Alur penjagaan pada penelitian upaya mitigasi (patroli dan penjagaan) KMG
oleh ERU Resort Toto Projo TNWK, November-Desember 2014.
Persepsi Pengguna Program
Pengguna program ERU adalah pihak yang menggunakan ERU untuk mencapai
tujuan, yaitu mitigasi KMG.Pengguna program ERU adalah Balai TNWK dan Vesswic.
ERU dan masyakarat menuju lokasi dengan membawa blor dan
petasan untuk mencegah gajah masuk ke lahan pertanian
ERU dan masyakarat kembali ke pos
Informasi keberadaan gajah liar di titik keluar gajah yang
merupakan perbatasan kawasan TNWK dan lahan pertanian
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
128
Wawancara mendalam dilakukan pada (1) Kepala Balai TNWK (2) Kepala Seksi
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bungur TNWK (3) Project Manager Vesswic
TNWK (4) Kordinator Lapangan ERU.
Persepsi pengguna program adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan KMG yang ada di TNWK
KMG yang terjadi di Kawasan TNWKkhususnya Desa Tanjung Tirto dan Tegal Yoso
sudah ada sejak tahun 1985 hingga sekarang. Penyebab KMG terus berlanjut adalah
daerah yang berubah menjadi pemukiman atau lahan budidaya merupakan daerah
jelajah masa lalu. Gajah sumatera sering keluar kawasan pada musim hujan dimana
kawasan Way Kambas sangat mendukung untuk tersedianya pakan dan air. Gajah
keluar pada musim hujan dimungkinak karena keberadaan makanan lain (tanaman
pertanian) yang ada di luar kawasan.
2. Langkah-langkah mitigasi konflik yang telah ditempuh dalam menangani konflik
manusia dan gajah
Upaya yang dilakukan adalah dengan penyuluhan, bantuan alat untuk mitigasi,
pembuatan tanggul dan pembentukan MMP (Masyarakat Mitra polisi hutan) yang
berjumlah 10 orang dari setiap 22 desa penyangga Kawasan TNWK.Upaya mitigasi lain
adalah BTNWK dan Vesswic membentuk Elephant Response Unit sehingga upaya
mitigasi konflik lebih cepat jika dibandingkan dengan penanganan oleh PKG.
3. Perkembangan Program Elephant Response Unit
Awal berjalannya ERU, masyarakat Desa Tanjung Tirto dan Tegal Yoso kurang
menyambut baik, hal ini dapat dilihat dari anggapan masyarakat yang menilai bahwa
keberadaan ERU membatasi aktivitas masyarakat di dalam hutan dan tidak
terbangunnya kerjasama dalam kegiatan mitigasi. Seiring berjalannya waktu, dukungan
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
129
positif terhadap ERU mulai muncul. Hal ini dapat dilihat dari terbangunnya
komunikiasi antara personil ERU dengan masyarakat sehingga memudahkan dalam
identifikasi keberadaan gajah dan penanganannya. Meytasari et al., (2014) mengatakan
bahwa praktek pengasuhan gajah Sumatera jinak di ERU juga sudah sesuai. ERU
Bungur juga menjadi tujuan ekowisata bagi wisatawan dalam dan luar negeri.
4. Keberhasilan ERU dalam mitigasi konflik manusia dan gajah
ERU telah berhasil memenuhi tujuan pembentukannya yaitu mengendalikan dan
mengurangi konflik manusia dan gajah dan dampaknya kepada komunitas di sekitar
TNWK. Jika ada gajah bergerak ke arah Resort Toto Projo, tim ERU dapat langsung
melakukan patroli dan penggiringan. Informasi tentang keberadaan gajah bisa cepat
diterima oleh masyarakat.
KESIMPULAN
Upaya mitigasi patroli tahun 2011-2014 ditemukan frekuensi patroli tahun 2011
(186), tahun 2012 (134), 2013 (161) dan 2014 (125). Mitigasi dengan patroli tahun 2014
paling tinggi dilakukan oktober 2014 (19 kali). Waktu patroli paling tinggi dilakukan
pada pagi hari 06.01-12.00 (13 kali) oleh tim ERU Bungur. Alur patroli adalah (1)
menentukan arah patroli berdasarkan indikasi keberadaangajah liar (2) mengumpulkan
data dan informasi kondisi dilapangan (3) kembali ke Camp ERU, mempertimbangkan
data dan informasi untuk langkah mitigasi selanjutnya. Alur penjagaan adalah (1)
informasi keberadaan gajah liar di titik keluar gajah (2) ERU dan masyakarat menuju
lokasi dengan membawa belor dan petasan untuk mencegah gajah masuk ke lahan
pertanian (3) ERU dan masyakarat kembali ke pos. Pencapaian ERU dalam
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
130
mengendalikan dan mengurangi KMG dinilai 100% positif oleh pengguna program
sesuai dengan tujuan pembentukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Taman Nasional Way Kambas. 2012. Sekilas informasi Taman Nasional Way
Kambas Kab. Lampung Timur, Provinsi Lampung. Lampung Timur.
Balai Taman Nasional Way Kambas. 2013. Evaluasi Kegiatan Pam Swakarsa
Penanggulangan Tahun 2013 dan Pemantapan Pam Swakarsa Tahun 2014.
Lampung Timur.
Chong DKF & Norwana D. 2005. Guidelines on the Better Management Practices for
the Mitigation and Management of Human-Elephant Conflict in and around Oil-
Palm Plantations in Indonesia and Malaysia, Version 1. WWF-Malaysia. Petaling
Jaya.
Hedges S & Donny G. 2009. Reducing human-elephant conflict: do chillies help deter
elephants from enetring crop fields?. Oryx. 44(1): 139–146.
Hedges S, Martin JT, Arnold FS, Margaret FK, Donny G, & Aslan. 2005. Distribution,
status, and conservation needs of asian elephants (Elephas maximus) in Lampung
Province, Sumatra, Indonesia. Biological Conservation. 124 (2005): 35–48.
Meytasari P, Bakrie S, & Herwanti S. 2014. Perilaku makan dan menggaram gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Resort Pemerihan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan. J. Sylva Lestari. 2(2): 79–88.
Nyhus PJ, Tilson R, & Sumianto. 2000. Crop – raiding elephants and conservation
implication at Way Kambas National Park, Sumatra, Indonesia. Oryx. 34: 262–
274.
Pratama, MDP & Dewi BS. 2012. Mitigasi konflik manusia dan gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) menggunakan gajah patroli di Resort Pemeriham
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. J. Sains Mipa. 18(3): 91–100.
Riddle HS & Stremme C. 2011. Captive elephants – an overview. Journal of
Threatened Taxa. 3(6): 1826–1836.
Setiawan, T. 2015. Peta Lokasi Penelitian Resort Toto Projo Taman Nasional Way
Kambas. Tidak dipublikasikan.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung
3 November 2015
131
Sukatmoko. 2006. Sampai Kapankah Gajah Jadi “Musuh”Petani?. Warta Konservasi.
Edisi IV. BTNWK. Lampung Timur.
Syamsuardi, Sukmantoro W, Muslino, Nukman, Fadhli N, Purwoko A, Riyadin, Heri E,
& Prawoto J. 2010. Prosedur Operasional Standar Untuk Elephant Flying Squad
(Pasukan Gajah Reaksi Cepat) dalam Mitigasi Konflik Manusia dan Gajah. Tim
Flying Squad. Pekanbaru.
Vesswic. 2013. Sumatran Elephants and Mahouts Working for Conservation Elephant
through Conservation Response Unit of WayKambas, Lampung, Sumatra: Final
Report. Vesswic.