mitigasi konflik manusia dan gajah (patroli dan...

12
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 120 MITIGASI KONFLIK MANUSIA DAN GAJAH (PATROLI DAN PENJAGAAN) OLEH ELEPHANT RESPONSE UNIT DI RESORT TOTO PROJO, TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS Muhammad Zazuli 1) dan Bainah Sari Dewi 1) 1) Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Surel: [email protected] ABSTRACT Way Kambas National Park is the natural habitat of sumatran elephant. Human activities cause degradation of elephants habitat. Conservation efforts in controlling human and elephant conflict (HEC) at Toto Projo Resort (Tanjung Tirto and Tegal Yoso village) need to be done. The purposes of this study are to determine (1) patrolling activity of Elephant Response Unit, (2) guarding activity of Elephant Response Unit, and (3) user ERUs benefit. It was conducted in November-December 2014 with the participation of moderate observation method, depht interview, purposive sampling technique, literature study and triangulation methods. Patrolling by ERU during 2011- 2014 showed that the frequency of patrols in year 2011 was 186, 2012 (134), 2013 (161) and 2014 (125). The highest patrol activities in 2014 were in October (19 times). The patrols are often conducted in the morning 06.01 to 12.00 hour (13 times) by ERU Bungurs. Patrol lane (1) determining the patrol direction based on theindication of the wild elephants presence (2) collecting data and information on field condition (3)in ERU camp, considering the data and information for further mitigation measures. Guarding lanes are (1) the information of wild elephants presence at exit point (2) ERU and local people went to the location with belor and firecrackers to prevent elephants entered the plantation (3) ERU and the local people go back to the post.Achieve of ERU in controlling and reducing human and elephant conflicts had rated 100% positively by the users of the ERU program. Keywords : Elephant Response Unit, mitigation, human and elephant conflict, Way Kambas National Park ABSTRAK Taman Nasional Way Kambas merupakan habitat alami gajah sumatera. Aktivitas manusia mengakibatkan daerah jelajah gajah menjadi sempit karena kerusakan habitat. Pengendalian konflik manusia dan gajah (KMG) merupakan upaya konservasi yang perlu dilakukan di Resort Toto Projo (Desa Tanjung Tirto dan Tegal Yoso). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kegiatan patroli oleh ERU, (2) kegiatan penjagaan oleh ERU, dan (3) persepsi pengguna ERU. Penelitian dilakukan pada bulan November- Desember 2014 dengan metode observasi partisipasi moderat, in-depht interview, purposive sampling technique, studi pustaka dan triangulasi (Sugiyono, 2013). Upaya mitigasi patroli tahun 2011-2014 menunjukkan frekuensi patroli tahun 2011 (186), tahun 2012 (134), 2013 (161) dan 2014 (125). Mitigasi dengan patroli tahun 2014 paling tinggi dilakukan pada bulan Oktober 2014 (19 kali). Patroli paling banyak

Upload: dotuyen

Post on 12-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

120

MITIGASI KONFLIK MANUSIA DAN GAJAH (PATROLI DAN PENJAGAAN)

OLEH ELEPHANT RESPONSE UNIT DI RESORT TOTO PROJO, TAMAN

NASIONAL WAY KAMBAS

Muhammad Zazuli1) dan Bainah Sari Dewi1)

1)Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Surel: [email protected]

ABSTRACT

Way Kambas National Park is the natural habitat of sumatran elephant. Human

activities cause degradation of elephants habitat. Conservation efforts in controlling

human and elephant conflict (HEC) at Toto Projo Resort (Tanjung Tirto and Tegal Yoso

village) need to be done. The purposes of this study are to determine (1) patrolling

activity of Elephant Response Unit, (2) guarding activity of Elephant Response Unit,

and (3) user ERUs benefit. It was conducted in November-December 2014 with the

participation of moderate observation method, depht interview, purposive sampling

technique, literature study and triangulation methods. Patrolling by ERU during 2011-

2014 showed that the frequency of patrols in year 2011 was 186, 2012 (134), 2013

(161) and 2014 (125). The highest patrol activities in 2014 were in October (19 times).

The patrols are often conducted in the morning 06.01 to 12.00 hour (13 times) by ERU

Bungurs. Patrol lane (1) determining the patrol direction based on theindication of the

wild elephants presence (2) collecting data and information on field condition (3)in

ERU camp, considering the data and information for further mitigation measures.

Guarding lanes are (1) the information of wild elephants presence at exit point (2) ERU

and local people went to the location with belor and firecrackers to prevent elephants

entered the plantation (3) ERU and the local people go back to the post.Achieve of ERU

in controlling and reducing human and elephant conflicts had rated 100% positively by

the users of the ERU program.

Keywords : Elephant Response Unit, mitigation, human and elephant conflict, Way

Kambas National Park

ABSTRAK

Taman Nasional Way Kambas merupakan habitat alami gajah sumatera. Aktivitas

manusia mengakibatkan daerah jelajah gajah menjadi sempit karena kerusakan habitat.

Pengendalian konflik manusia dan gajah (KMG) merupakan upaya konservasi yang

perlu dilakukan di Resort Toto Projo (Desa Tanjung Tirto dan Tegal Yoso). Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui (1) kegiatan patroli oleh ERU, (2) kegiatan penjagaan

oleh ERU, dan (3) persepsi pengguna ERU. Penelitian dilakukan pada bulan November-

Desember 2014 dengan metode observasi partisipasi moderat, in-depht interview,

purposive sampling technique, studi pustaka dan triangulasi (Sugiyono, 2013). Upaya

mitigasi patroli tahun 2011-2014 menunjukkan frekuensi patroli tahun 2011 (186),

tahun 2012 (134), 2013 (161) dan 2014 (125). Mitigasi dengan patroli tahun 2014

paling tinggi dilakukan pada bulan Oktober 2014 (19 kali). Patroli paling banyak

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

121

dilakukan pada pagi hari 06.01-12.00 (13 kali) oleh ERU Bungur. Alur patroli adalah

(1) menentukan arah patroli berdasarkan indikasi keberadaan gajah liar (2)

mengumpulkan data dan informasi kondisi di lapangan (3) kembali ke Camp ERU,

mempertimbangkan data dan informasi untuk langkah mitigasi selanjutnya. Alur

penjagaan adalah (1) informasi keberadaan gajah liar di titik keluar gajah (2) ERU dan

masyakarat menuju lokasi dengan membawa belor dan petasan untuk mencegah gajah

masuk ke lahan pertanian (3) ERU dan masyakarat kembali ke pos. Pencapaian ERU

dalam mengendalikan dan mengurangi KMG dinilai 100% positif oleh pengguna

program sesuai dengan tujuan pembentukannya.

Kata kunci : Elephant Response Unit, mitigasi, konflik manusia dan gajah, Taman

Nasional Way Kambas

PENDAHULUAN

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan kawasan pelestarian alam

dimana alasan penetapannya adalah untuk melindungi kawasan yang kaya akan

berbagai satwa liar (Balai Taman Nasional Way Kambas, 2012). Konflik terjadisejak

Way Kambas disahkan menjadi kawasan hutan dan daerah sekitarnya dibuka menjadi

pemukiman danlahan pertanian bagi transmigran serta sejak gajah-gajah dari Lampung

Selatan dan Gunung Madu di “translokasi”kan ke Way Kambas pada tahun 1980.

Populasi yang semakin padat tentunya mengakibatkan semakin sempitnya daerah

jelajah untuk mencari makan (Sukatmoko, 2006). Taman Nasional Way Kambas adalah

habitat bagi hampir 200 gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) atau 10% dari

total populasi yang masih ada yang diperkirakan tidak lebih dari 2000 ekor (Vesswic,

2013). Konflik manusia dan gajah (KMG) menyebabkan 337 insiden kerusakan

tanaman antara juni 2000-September 2002 (Hedges et al., 2005) dan sedikitnya 15

orang dilaporkan meninggal dan sembilan orang terluka di 11 desa dekat TNWK antara

tahun 1984 dan 1996 (Nyhus et al., 2000). Upaya penanganan KMG telah dilakukan

oleh stakeholder di TNWK yaitu pembuatan kanal, pagar cabe, pemasangan pagar

listrik, patroli dan penjagaan lahan, pembentukan Pam Swakarsa, patroli gajah,

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

122

pembangunan gubuk jaga hingga bantuan peningkatan ekonomi masyarakat (Balai

Taman Nasional Way Kambas, 2013). Awal tahun 2008, Vesswic dan Balai TNWK

berinisiatif untuk mendayagunakan mahout dan gajah latih di PKG dalam upaya

mitigasi KMG. Sekitar akhir tahun 2010 ERU mulai dioperasikan untuk mengendalikan

dan mengurangi KMG.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2014 di Resort Toto

Projo STPN II Bungur Taman Nasional Way Kambas (Gambar 1). Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi moderat dan in-depth

interview. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling technique.

Gabungan metode (triangulasi) dipergunakan untuk mendapatkan data yang lengkap,

akurat dan konsisten (verifikasi data) (Sugiyono, 2013). Analisis data dengan cara

deskriptif dan proses analisis data di lapangan menggunakan Model Miles and

Huberman yang bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan

dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis dan teori. (Sugiyono, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada November-Desember 2014, ERU telah melakukan upaya mitigasi yaitu patroli dan

pemantauan (32 kali), patroli dan penggirngan (2 kali) serta penjagaan (51 kali)

(Gambar 1).

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

123

Gambar 1. Upaya mitigasi KMG oleh ERU bulan di November-Desember 2014

pada penelitian upaya mitigasi KMG (patroli dan penjagaan) oleh ERU di

Resort Toto Projo,TNWK.

Upaya mitigasi KMG yang dilakukan ERU di wilayah kerjanya mampu

mengendalikan dan mengurangi KMG sesuai dengan tujuan pembentukannya. Upaya

mitigasi ini merupakan upaya mitigasi jangka pendek. Efek yang ditimbulkan bersifat

sementara dan gajah dapat tetap mendekat ke arah lahan pertanian di lokasi konflik dan

kelompok gajah yang sama. Pemanfaatkan gajah patroli dalam mengatasi KMG

merupakan tindakan yang efektif baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial. Melihat

dari aspek ekologi, teknik ini dapat meminimalisasi perubahan perilaku gajah sumatera,

tidak mengubah bentang alam (seperti teknik pembuatan parit), dan mengurangi resiko

kematian gajah sumatera sehingga populasi satwa langka tetap terjaga. Secara ekonomi,

teknik ini dapat meminimalisasi resiko kerusakan yang terjadi baik kerusakan lahan

pemukiman maupunperkebunan warga. Secara aspek sosial, masyarakat merasa lebih

aman dalam bercocok tanam. Selain itu, konflik lebih cepat tertangani dibandingkan

dengan penggunaan teknik lainnya (Pratama & Dewi, 2012).

18

1

1914

1

32

0

10

20

30

40

Patroli dan Monitoring Patroli dan Penggiringan Penjagaan

Tanjung Tirto Tegal Yoso

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

124

Patroli

Patroli dan penjagaan yang dilakukan ERU telah memenuhi standar minimal

Tim Gajah Reaksi Cepat / SOP elephant flying squad. Patroli adalah suatu kegiatan

pemantauan pergerakan gajah liar di jalur-jalur yang sudah teridentifikasi (Syamsuardi

et al., 2010). Patroli bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait perkembangan

terkini dilapangan. Patroli dilakukan dengan menggunakan gajah captive/tangkapan

yang sudah dilatih (jinak). Gajah captive dikelola oleh negara menurut “Strategy and

Conservation for Sumatra and Kalimantan Elephants 2007-2017” dan salah satu

pemanfaatannya adalah untuk berbagai tujuan salah satunya mitigasi KMG (Riddle &

Stremme, 2011). Gajah captive didayagunakan untuk mitigasi KMG oleh ERU dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Gajah captive yang didayagunakan untuk kegiatan mitigasi KMG oleh ERU

No Gajah Jenis Kelamin Umur Asal Tanggal ditangkap

1 Karnangun Jantan 37 Mesuji 25 Januari 1987

2 Bayu Jantan 21 Lampung Utara 14 Januari 1997

3 Boy Jantan 21 Mesuji 18 Juli 1993

4 Sandi Jantan 20 Karang Anyar 09 Maret 1998

Patroli dilakukan oleh personil ERU (mahout) dengan mengikutsertakan

masyarakat setempat dan polisi hutan. Jenis patroli yang dilaksanakan ERU yaitu (1)

patroli dan pemantaun dengan tujuan untuk mengetahui indikasi pergerakan dan

keberadaan gajah konflik (2) patroli dan penggiringan dimaksudkan untuk menggiring

gajah liar masuk kedalam kawasan TNWK. Adapun hal-hal yang dipertimbangkan

dalam menentukan arah patroli adalah (1) informasi dari Balai TNWK dan tim ERU

tentang keberadaan gajah liar (2) informasi dari masyarakat tentang lokasi gangguan

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

125

gajah liar (3) jejak yang ditemukan di dalam kawasan TNWK. ERU melakukan patroli

dan pemantauan sebanyak 29 kali dan patroli dan dua kali penggiringan pada bulan

November-Desember 2014. Selama ERU berjalan, ERU telah melakukan 498 kali

patroli dan pemantauan serta 111 kali patroli pengiringan. (Gambar 2).

Gambar 2. Patroli pemantauan dan penggiringan ERU Desember 2010-Desember

2014 Resort Toto Projo TNWK

Elephant Response Unit melakukan 26 kali patroli dan penggiringan pada tahun 2014.

Dua kali upaya mitigasi tersebut dilakukan pada bulan Desember 2014. Patroli penting

dilakukan sebab masyarakat dapat langsung mendapatkan informasi terkiniterkait

dengan keberadaan gajah liar. Patroli juga menjadi media penyuluhan mengenai

konservasi gajah sumatera, sehingga penilaian negatif tentang keberadaan gajah

sumatera berkurang. Patroli Pada bulan Desember 2014 tercatat 17 kali patroli pada

rentang waktu 06.01-12.00 WIB dan 12 patroli dilakukan pada rentang waktu 12.01-

18.00 WIB.

Penjagaan

Cara sederhana dan mendasar dalam tindakan mitigasi konflik manusia dan

gajah adalah dengan aktif menjaga lahan pertanian (Chong & Norwana, 2005).

Penjagaan adalah pengamanan pada lahan pertanian yang berbatasan dengan kawasan.

0

153

118 128

99

3

3316

33 26

0

50

100

150

200

1 2 3 4 5

Patroli dan Monitoring Patroli dan Penggiringan

Des, 2010 2011 2012 2013 2014

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

126

Penjagaan bertujuan mencegah gajah keluar kawasan Way Kambas. Penjagaan

dilaksanakan oleh personil ERU sebagai kordinator dan masyarakat (Gambar 3) di

lokasi titik keluarnya gajah. Informasi keberadaan gajah liar di titik keluar juga bisa

diperoleh dari laporan personil ERU selepas melaksanakan kegiatan patroli di dalam

kawasan.

Gambar 3. Keterlibatan personel dan masyarakat yang terlibat dalam upaya mitigasi

KMG Bulan November-Desember 2014 di Resort Toto Projo TNWK.

Persamaan kondisi dan situasi pada kegiatan penjagaan adalah sebagai berikut

(1) masyarakat yang terlibat dalam penjagaan adalah masyarakat pemilik lahan

pertanian yang bebatasan langsung dengan kawasan TNWK (2) jenis tanaman di lokasi

penjagaan adalah padi, jagung, singkong, sayur-sayuran atau buah-buahan dan kondisi

tanaman jagung dan padi menjelang panen (3) penjagaan dilakukan pada sore hari

sampai malam hari.Penambahan personil ERU seperti mahout dan gajah latih dalam

kegiatan penjagaan dapat dimungkinkan dengan melihat kondisi dan situasi area

setempat dan tingkat konflik itu sendiri. Penjagaan penting dilakukan untuk mencegah

terjadinya KMG, dikarenakan keberadaan gajah liar di batas kawasan TNWK dengan

lahan masyarakat dapat diketahui lebih cepat. Penjagaan yang baik oleh ERU dan

masyarakat akan memudahkan penghalauan. Apabila gajah liar telah masuk ke lahan

pertanian masyarakat akan mengakibatkan kerusakan dan upaya mitigasi KMG dengan

51

39

47

0

10

20

30

40

50

60

Personil ERU Masyarakat Masyarakat Mitra Polhut

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

127

penggiringan lebih sulit dilakukan dan memerlukan keterlibatan orang yang lebih

banyak. Gajah liar yang telah masuk ke dalam lahan pertanian dan memakan tanaman

akan menimbulkan kerugian lebih besar. Sebelum adanya ERU, masyarakat juga telah

melakukan penjagaan secara swadaya dan bergotong-royong. Hedges & Gunaryadi

(2009) menyatakan masyarakat di sekitar kawasan menjaga lahan pertanian di menara

pantau/pos penjagaan yang di jaga oleh dua sampai tiga orang setiap malam. Pos

penjagaan/menara pantau dibangun di dekat titik keluar masuk gajah (lintasan aktif).

Masyarakat juga melengkapi diri mereka dengan lampu sorot (blor), HT dan meriam

karbit. Masyarakat merasa terbantu dalam proses penjagaan setelah berjalannya ERU.

ERU melakukan upaya mitigasi KMG penjagaan sebanyak 51 kali pada bulan

November-Desember 2011. Diagram alur kegiatan penjagaan dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Alur penjagaan pada penelitian upaya mitigasi (patroli dan penjagaan) KMG

oleh ERU Resort Toto Projo TNWK, November-Desember 2014.

Persepsi Pengguna Program

Pengguna program ERU adalah pihak yang menggunakan ERU untuk mencapai

tujuan, yaitu mitigasi KMG.Pengguna program ERU adalah Balai TNWK dan Vesswic.

ERU dan masyakarat menuju lokasi dengan membawa blor dan

petasan untuk mencegah gajah masuk ke lahan pertanian

ERU dan masyakarat kembali ke pos

Informasi keberadaan gajah liar di titik keluar gajah yang

merupakan perbatasan kawasan TNWK dan lahan pertanian

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

128

Wawancara mendalam dilakukan pada (1) Kepala Balai TNWK (2) Kepala Seksi

Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bungur TNWK (3) Project Manager Vesswic

TNWK (4) Kordinator Lapangan ERU.

Persepsi pengguna program adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan KMG yang ada di TNWK

KMG yang terjadi di Kawasan TNWKkhususnya Desa Tanjung Tirto dan Tegal Yoso

sudah ada sejak tahun 1985 hingga sekarang. Penyebab KMG terus berlanjut adalah

daerah yang berubah menjadi pemukiman atau lahan budidaya merupakan daerah

jelajah masa lalu. Gajah sumatera sering keluar kawasan pada musim hujan dimana

kawasan Way Kambas sangat mendukung untuk tersedianya pakan dan air. Gajah

keluar pada musim hujan dimungkinak karena keberadaan makanan lain (tanaman

pertanian) yang ada di luar kawasan.

2. Langkah-langkah mitigasi konflik yang telah ditempuh dalam menangani konflik

manusia dan gajah

Upaya yang dilakukan adalah dengan penyuluhan, bantuan alat untuk mitigasi,

pembuatan tanggul dan pembentukan MMP (Masyarakat Mitra polisi hutan) yang

berjumlah 10 orang dari setiap 22 desa penyangga Kawasan TNWK.Upaya mitigasi lain

adalah BTNWK dan Vesswic membentuk Elephant Response Unit sehingga upaya

mitigasi konflik lebih cepat jika dibandingkan dengan penanganan oleh PKG.

3. Perkembangan Program Elephant Response Unit

Awal berjalannya ERU, masyarakat Desa Tanjung Tirto dan Tegal Yoso kurang

menyambut baik, hal ini dapat dilihat dari anggapan masyarakat yang menilai bahwa

keberadaan ERU membatasi aktivitas masyarakat di dalam hutan dan tidak

terbangunnya kerjasama dalam kegiatan mitigasi. Seiring berjalannya waktu, dukungan

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

129

positif terhadap ERU mulai muncul. Hal ini dapat dilihat dari terbangunnya

komunikiasi antara personil ERU dengan masyarakat sehingga memudahkan dalam

identifikasi keberadaan gajah dan penanganannya. Meytasari et al., (2014) mengatakan

bahwa praktek pengasuhan gajah Sumatera jinak di ERU juga sudah sesuai. ERU

Bungur juga menjadi tujuan ekowisata bagi wisatawan dalam dan luar negeri.

4. Keberhasilan ERU dalam mitigasi konflik manusia dan gajah

ERU telah berhasil memenuhi tujuan pembentukannya yaitu mengendalikan dan

mengurangi konflik manusia dan gajah dan dampaknya kepada komunitas di sekitar

TNWK. Jika ada gajah bergerak ke arah Resort Toto Projo, tim ERU dapat langsung

melakukan patroli dan penggiringan. Informasi tentang keberadaan gajah bisa cepat

diterima oleh masyarakat.

KESIMPULAN

Upaya mitigasi patroli tahun 2011-2014 ditemukan frekuensi patroli tahun 2011

(186), tahun 2012 (134), 2013 (161) dan 2014 (125). Mitigasi dengan patroli tahun 2014

paling tinggi dilakukan oktober 2014 (19 kali). Waktu patroli paling tinggi dilakukan

pada pagi hari 06.01-12.00 (13 kali) oleh tim ERU Bungur. Alur patroli adalah (1)

menentukan arah patroli berdasarkan indikasi keberadaangajah liar (2) mengumpulkan

data dan informasi kondisi dilapangan (3) kembali ke Camp ERU, mempertimbangkan

data dan informasi untuk langkah mitigasi selanjutnya. Alur penjagaan adalah (1)

informasi keberadaan gajah liar di titik keluar gajah (2) ERU dan masyakarat menuju

lokasi dengan membawa belor dan petasan untuk mencegah gajah masuk ke lahan

pertanian (3) ERU dan masyakarat kembali ke pos. Pencapaian ERU dalam

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

130

mengendalikan dan mengurangi KMG dinilai 100% positif oleh pengguna program

sesuai dengan tujuan pembentukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Way Kambas. 2012. Sekilas informasi Taman Nasional Way

Kambas Kab. Lampung Timur, Provinsi Lampung. Lampung Timur.

Balai Taman Nasional Way Kambas. 2013. Evaluasi Kegiatan Pam Swakarsa

Penanggulangan Tahun 2013 dan Pemantapan Pam Swakarsa Tahun 2014.

Lampung Timur.

Chong DKF & Norwana D. 2005. Guidelines on the Better Management Practices for

the Mitigation and Management of Human-Elephant Conflict in and around Oil-

Palm Plantations in Indonesia and Malaysia, Version 1. WWF-Malaysia. Petaling

Jaya.

Hedges S & Donny G. 2009. Reducing human-elephant conflict: do chillies help deter

elephants from enetring crop fields?. Oryx. 44(1): 139–146.

Hedges S, Martin JT, Arnold FS, Margaret FK, Donny G, & Aslan. 2005. Distribution,

status, and conservation needs of asian elephants (Elephas maximus) in Lampung

Province, Sumatra, Indonesia. Biological Conservation. 124 (2005): 35–48.

Meytasari P, Bakrie S, & Herwanti S. 2014. Perilaku makan dan menggaram gajah

sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Resort Pemerihan Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan. J. Sylva Lestari. 2(2): 79–88.

Nyhus PJ, Tilson R, & Sumianto. 2000. Crop – raiding elephants and conservation

implication at Way Kambas National Park, Sumatra, Indonesia. Oryx. 34: 262–

274.

Pratama, MDP & Dewi BS. 2012. Mitigasi konflik manusia dan gajah sumatera

(Elephas maximus sumatranus) menggunakan gajah patroli di Resort Pemeriham

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. J. Sains Mipa. 18(3): 91–100.

Riddle HS & Stremme C. 2011. Captive elephants – an overview. Journal of

Threatened Taxa. 3(6): 1826–1836.

Setiawan, T. 2015. Peta Lokasi Penelitian Resort Toto Projo Taman Nasional Way

Kambas. Tidak dipublikasikan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

3 November 2015

131

Sukatmoko. 2006. Sampai Kapankah Gajah Jadi “Musuh”Petani?. Warta Konservasi.

Edisi IV. BTNWK. Lampung Timur.

Syamsuardi, Sukmantoro W, Muslino, Nukman, Fadhli N, Purwoko A, Riyadin, Heri E,

& Prawoto J. 2010. Prosedur Operasional Standar Untuk Elephant Flying Squad

(Pasukan Gajah Reaksi Cepat) dalam Mitigasi Konflik Manusia dan Gajah. Tim

Flying Squad. Pekanbaru.

Vesswic. 2013. Sumatran Elephants and Mahouts Working for Conservation Elephant

through Conservation Response Unit of WayKambas, Lampung, Sumatra: Final

Report. Vesswic.