mitigasi dan adaptasi bencana alam

195
Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam

Upload: nesha-mutiara

Post on 16-Apr-2017

953 views

Category:

Education


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

Mitigasi dan Adaptasi Bencana

Alam

Page 2: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

A. Jenis dan Karakteristik Bencana Alam• Upaya mitigasi mengidentifikasi karakteristik

setiap bencana.

• Dengan mitigasi, kita dapat menyusun langkah – langkah yang diperlukan ketika bencana terjadi dan meminimalisasi kerugian yang diakibatkan dari bencana tersebut. Ini juga merupakan tahap memahami karakteristik bencana alam.

Page 3: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Menurut Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana ( BAKORNAS PB ), pemahaman tentang ancaman bencana meliputi pengetahuan secara menyeluruh tentang hal – hal sebagai berikut.

Page 4: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 1.) bagaimana ancaman bahaya timbul• 2.) tingkat kemungkinan terjadinya bencana serta

seberapa besar skalanya• 3.) mekanisme perusakan secara fisik• 4.) sektor dan kegiatan – kegiatan apa saja yang

akan sangat terpengaruh atas kejadian bencana• 5.) dampak dari kerusakan

• Setelah mengetahui hal – hal apa saja yang harus kita kuasai, sekarang coba kita identifikasi bencana yang sering terjadi di Indonesia. Bencana – bencana yang sering terjadi di Indonesia :

Page 5: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 1.) banjir

Page 6: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2.) tanah longsor

Page 7: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 3.) kekeringan

Page 8: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 4.) kebakaran hutan dan lahan

Page 9: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 5.) angin badai

Page 10: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 6.) gelombang badai / pasang

Page 11: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 7.) gempa bumi

Page 12: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 8.) tsunami

Page 13: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 9.) letusan gunung api

Page 14: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 10.) kegagalan teknologi

Page 15: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 11.) wabah penyakit

Page 16: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Upaya mitigasi yang dapat kita lakukan untuk menghadapi berbagai jenis bencana tersebut, dilakukan dengan prinsip – prinsip sebagai berikut.

• 1.) bencana yang terjadi harus kita jadikan pelajaran bagi upaya mitigasi terhadap bencana berikutnya

• 2.) upaya mitigasi membutuhkan kerja sama banyak pihak

• 3.) upaya mitigasi dijalankan dengan aktif• 4.) upaya mitigasi harus mendahulukan kelompok

rentan untuk menghindari korban jatuh lebih banyak• 5.) setiap upaya mitigasi harus selalu dipantau dan terus

– menerus dievaluasi agar didapat hasil yang efektif

Page 17: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Berikut ini adalah beberapa strategi dalam mitigasi bencana alam yang dikemukakan oleh BAKORNAS PB :

mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan yang lebih besar

pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat

agar dapat diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil yang segera tampak

upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah bencana

mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal dalam manajemen dan perencanaan

Page 18: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 1. Banjir

• a. Pengertian

• Aliran air yang tingginya melebihi muka air normal.

• Hal itu menyebabkan genangan pada lahan rendah di sisinya.

Page 19: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Jenis banjir :Banjir akibat hujan lebat. Hal ini menyebabkan kapasitas penyaluran

sistem pengaliran air tidak mampu bekerja dengan baik. Sistem penyaluran air dapat dibagi menjadi sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.

Banjir akibat pasang laut. Pasang laut menyebabkan meningkatnya muka air di sungai.

Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia. Setiap buatan manusia pasti mengalami kerusakan. Bangunan air buatan manusia di antaranya adalah bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.

Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat longsornya tebing sungai. Hal ini menyebabkan bendungan tidak dapat menahan tekanan air.

Page 20: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

tingginya curah hujan

Page 21: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• daya tampung sistem pengaliran air yang telah melampaui batas

Page 22: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• penggundulan hutan

Page 23: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• penumpukan sampah

Page 24: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• padatnya bangunan

Page 25: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Mekanisme Perusakan

• Banjir umumnya mempunyai sifat merusak, baik yang menggenang maupun banjir bandang. Sifat ini didapatkan karena arus air yang cepat dan bergolak dapat menghanyutkan berbagai benda di sekitarnya. Kerusakan akan semakin tinggi ketika aliran air membawa material tanah. Air banjir dapat merusak pondasi bangunan, baik rumah maupun jembatan. Material yang hanyut bersama banjir akan diendapkan setelah surut. Endapan tersebut dapat merusak tanaman, perumahan, dan menimbulkan penyakit.

Page 26: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Kajian Bahaya

• Kajian mengenai bahaya banjir dapat didapatkan melalui data – data yang tepat. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan tingkat kerawanan serta upaya antisipasi banjir.

• Data yang dibutuhkan berasal dari hal – hal berikut.Rekaman kejadian bencana yang terjadi. Data ini

berfungsi sebagai indikasi awal akan datangnya banjir di masa yang akan datang. Melalui data ini dapat ditentukan pola terjadnya banjir periodik ( tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, lima puluh tahunan, atau seratus tahunan ).

Page 27: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

Pemetaan topografi. Peta topografi dapat menunjukkan kontur ketinggian sekitar daerah aliran sungai. Melalui data ini dapat ditentukan kemampuan kapasitas sistem hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan.

Data curah hujan. Data ini dipergunakan untuk menghitung kapasitas penyaluran sistem pengaliran.

Page 28: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• e. Gejala dan Peringatan Dinicurah hujan yang tinggitingginya pasang laut dan terjadinya badaidilampauinya ketinggian muka banjir

f. Parameterluas genangankedalaman atau ketinggian air banjirkecepatan aliranmaterial yang dihanyutkan aliran banjirlamanya waktu genangan

Page 29: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• g. Komponen yang Terancam

• 1.) Manusia• a.) meninggal dunia• b.) hilang• c.) luka – luka• d.) mengungsi

• 2.) Prasarana Umum• a.) prasarana transportasi tergenang• b.) fasilitas sosial tergenang, rusak, dan hanyut• c.) rusaknya fasilitas pemerintahan, industri, jasa, dan lainnya• d.) harta benda perorangan• e.) kegiatan pertanian dan perikanan terganggu, akibatnya terjadi

penurunan atau kehilangan produksi

Page 30: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• 1.) Upaya Mitigasi Non Struktural– a.) Pembentukan “ Kelompok Kerja “ ( POKJA ) yang

beranggotakan dinas / instansi terkait. Kelompok ini diketuai oleh Dinas Pengairan / Sumber Daya Air. Tugas kelompok ini melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya – upaya nonfisik penanggulangan mitigsi bencana banjir.

– b.) Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir.

– c.) Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan dan informasi lain. Hal ini untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi terkena banjir serta daerah yang rawan banjir.

Page 31: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

-d.) Menyiapkanpeta daerah rawan banjir dilengkapi dengan “plotting” rute pengungsian, lokasi pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos pengamat debit banjir / ketinggian muka air banjir di sungai penyebab banjir.

-e.) Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini.-f.) Melaksanakan perencanaanlogistik dan penyediaan dana,

peralatan dan material yang diperlukan untuk kegiatan / upaya tanggap darurat.

-g.) Perencanaan dan penyiapan SOP ( Standard Operation Procedure ) / Prosedur Operasi Standar untuk kegiatan / upaya tanggap darurat.

-h.) Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung kepada masyarakat dan penerbitan press release.

Page 32: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• -i.) Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat, SATLAK dan peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian sementara beserta perlengkapannya.

• -j.) Mengadakan rapat – rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK, SATLAK, dan POKJA Antar Dinas / instansi untuk menentukan beberapa tingkat dari resiko bencana bajir berikut konsekuensinya dan pembagian peran di antara instansi yang terkait, serta pengenalan peran di antara instansi yang terkait, serta pengenalan / dismeinasi kepada seluruh anggota SATKORLAK, SATLAK, dan POSKO atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk menyepakati format dan prosedur arus informasi / laporan.

Page 33: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• -k.) Membentuk jaringan lintas instansi / sektor dan LSM yang bergerak di bidang kepedulian terhadap bencana di bidangkepedulian terhadap bencana serta dengan media massa baik cetak maupun elektronik untuk mengadakan kampanye peduli bencana kepada masyarakat termasuk penyaluran informasi tentang bencana banjir.

• -l.) Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan resiko yang terkait serta penggunaan material bangunan yang tahan air /banjir.

Page 34: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2.) Upaya Mitigasi Struktural– a.) Pembangunan tembok penahan dan tanggul di

sepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami untuk mengurangi tingkat debit banjir.

– b.) Pengaturankecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat membantu mengurangi terjadinya bencana banjir. Upaya yang dapat dilakukan di antaranya reboisasi dan pembangunan sistem peresapan serta pembangunan bendungan / waduk.

– c.) Pengerukan sungai, pembuatan sodetan sungai baik secara saluran terbuka maupun tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.

Page 35: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 3.) Peran serta Masyarakat

• a.) Aspek Penyebab– 1.) Tidak membuang sampah / limbah padat ke sungai,

saluran dan sistem drainase.– 2.) Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang

menghalangi atau mempersempit palung aliran sungai.– 3.) Tidak tinggal dalam bantaran sungai.– 4.) Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk

permukiman atau untuk hal – hal lain di luar rencana peruntukannya.

Page 36: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

– 5.) Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air.

– 6.) Menghentikan praktik pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan dengan kaidah – kaidah konservasi air dan tanah

– 7.) Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.

Page 37: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b.) Aspek Partisipatif– 1.) Ikut serta dan aktif dalam latihan – latihan ( gladi )

upaya mtiigasi bencana banjir misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan evakuasi, latihan peringatan dini banjir dsb.

– 2.) Ikut serta dan aktif dalam program desain dan pembangunan rumah tahan banjir antara lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air, dan gerusan air.

– 3.) Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya mtiigasi bencana banjir.

Page 38: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

– 4.) Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan pembangunan prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir.

– 5.) Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi banjir setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari banjir.

– 6.) Mengadakan gotong – royong pembersihan saluran drainase yang ada di lingkungannya masing – masing.

Page 39: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2. Tanah Longsor

Page 40: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

a. Pengertian

• Gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau ke luar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

• Longsor dapat dibedakan menjadi 6 jenis :

Page 41: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Longsoran translasi, yaitu bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Page 42: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Longsoran rotasi, yaitu bergeraknya massa tanah dan batuan padabidang gelincir berbentuk cekung.

Page 43: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Pergerakan blok, yaitu perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.

Page 44: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Runtuhan batu, yaitu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau materiallain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.

Page 45: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Rayapan tanah, yaitu jenis tanah longsor yang bergerak lambat.

Page 46: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Rombakan, yaitu terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.

Page 47: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• 1.) Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng• penggundulan hutan menyebabkan pengikatan air

tanah sangat kurang

Page 48: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• batuan endapan gunung api dan batuan sedimen yang mengalami pelapukan.

Page 49: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• jenis tanah yang kurang padat dengan kemiringan lereng yang curam berpotensi mengalami longsor ditambah dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi.

Page 50: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• tingginya intensitas curah hujan

Page 51: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• lereng atau tebing yang terjal

Page 52: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• sering terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal

Page 53: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2.) Proses pemicu longsoran dapat berupa :• peningkatan kandungan air dalam lereng

Page 54: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, dan getaran alat / kendaraan

Page 55: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah.

Page 56: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• pemotongan ‘kaki’ lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga

Page 57: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• menurunnya gaya penahan lereng akibat susutnya muka air

Page 58: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Gejala dan Peringatan Ddini

• muncul retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan, yang biasa terjadi setelah hujan.

Page 59: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok penahan

Page 60: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• tiba – tiba pintu atau jendela rumah sulit untuk dibuka – akibat deformasi bangunan yang terdorong oleh massa tanah yang bergerak.

Page 61: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• tiba – tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.

Page 62: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• air rembesan pada lereng berubah warna menjadi keruh.

Page 63: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• pepohonan atau tiang – tiang miring searah dengan kemiringan lereng

• .

Page 64: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas lereng.

Page 65: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• terjadi runtuhan atau aliran butir tanah / kerikil secara mendadak dari atas lereng.

Page 66: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Parameter

• volume material yang bergerak / longsor ( m3 )• luas daerah yang terkubur ( m2 )• kecepatan gerakan ( cm/hari , m/jam )• ukuran bongkah batuan (diameter, berat, volume)• jenis dan intensitas kerusakan ( rumah )• jumlah korban jiwa ( jiwa )

Page 67: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• e. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• hindari daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan fasilitas utama lainnya

• mengurangi tingkat keterjalan lereng• meningkatkan / memperbaiki dan memelihara

drainase baik air permukaan maupun air tanah• pembuatan bangunan penahan, jangkar ( anchor ),

dan pilling• terasering dengan sistem drainase yang tepat

Page 68: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat

• pembuatan tanggul penahan baik berupa bangunan konstruksi, tanaman maupun parit

• identifikasi daerah yang aktif bergerak• stabilisasi lereng dengan pembuatan teras dan

penghijauan

Page 69: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 3. Kekeringan

• a. Pengertian

• Yaitu ketidakseimbangan ketersediaan air dengan kebutuhan air manusia dan lingkungan.

Page 70: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Menurut BNPB, kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi 2 :

• 1.) Kekeringan Alamiah

• kekeringan meteorologis, akibat tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim.

Page 71: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• kekeringan hidrologis, akibat kekurangan cadangan air dan air tanah.

Page 72: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• kekeringan pertanian, akibat kekurangan cadangan air dalam tanah sehingga tidak mampumemenuhi kebutuhan tanaman.

Page 73: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• kekeringan sosial ekonomi, akibat kekurangan pasokan komoditi ekonomi akibat terjadinya kekeringan meteorologi, hidrologi, dan pertanian.

Page 74: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2. Kekeringan Antropogenik

• Disebabkan oleh ketidakpatuhan manusia pada peraturan, yang dapat dilihat dari kebutuhan air lebih besar dari cadangan yang direncanakan. Juga disebabkanoleh kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber – sumber air akibat perbuatan manusia.

Page 75: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• Kekeringan di Indonesia berkaitan erat dengan ENSO ( El Nino Southern Oscillation ) . Dampaknya berpengaruh kuat terhadap wilayah yang dipengaruhioleh sistem muson. Pengaruhnya dapat dilihat dari pola – pola pada keragaman hujan sebagai berikut :

• akhir musim kemarau mundur dari normal• awal masuk musim hujan mundur dari normal• curah hujan musim kemarau turun tajam

dibanding normal• deret hari kering semakin panjang

Page 76: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Mekanisme Perusakan

• menurunnya kesehatan manusia

Page 77: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• gagal panen

Page 78: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• matinya tumbuh – tumbuhan dan tanah menjadi gersang

Page 79: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Harga air bersih meningkat tajam

Page 80: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• banyak hewan yang mati akibat dehidrasi berat

Page 81: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Kajian Indikator Kekeringan

• 1.) Alamiah

• a.) Kekeringan meteorologis / klimatologis

• Curah hujan 70% - 85% dari normal disebut kering

• Curah hujan 50% - 70% dari normal disebut sangat kering

• Curah hujan <50% dari normal disebut amat sangat kering

Page 82: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b.) Kekeringan Hidrologis

• Debit air sungai mencapai periode ulang aliran periode 5 tahunan disebut kering.

• Debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di bawah periode 25 tahunan disebut sangat kering.

• Debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh di bawah periode 50 tahunan disebut amat sangat kering.

Page 83: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c.) Kekeringan Pertanian

• Persentase daun kering : M daun kering dimulai pada bagian ujung daun disebut kering ( terkena ringan s/d sedang ).

• Persentase daun kering : M - % daun kering dimulai pada bagian ujung daun disebut sangat kering ( terkena berat ).

• Persentase daun kering : semua bagian daun kering disebut amat sangat kering ( Puso ).

Page 84: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Bila dinilai dari segi penurunan produksi, terkena ringan s/d berat diperkirakan kehilangan hasil bisa mencapai 75% dengan rata – rata sekitar 50% - dan puso bila kehilangan hasil di atas 95%.

• Untuk kekeringan ditinjau dari kehutanan dinilai dari Keetch Byram Drough Index ( KBDI ) :

• kering ( kekeringan rendah ) : 0 – 999• sangat kering : 1.000 – 1.499• amat sangat kering > 1.500

Page 85: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d.) Kekeringan Sosial Ekonomi

• Kategori : kering ( langka terbatas )• Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : >30 ; <60• Pemenuhan kebutuhan untuk : minum, masak, cuci alat

makan / masak, mandi terbatas• Jarak ke sumber air ( km ) : 0,1 – 0,5

• Kategori : sangat kering ( langka )• Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : >10 ; <30• Pemenuhan kebutuhan untuk : minum, masak, cuci alat

makan /masak• Jarak ke sumber air ( km ) : 0,5 – 3

Page 86: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Kategori : amat sangat kering ( kritis )• Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : <30• Pemenuhan kebutuhan untuk minum dan masak• Jarak ke sumber air ( km ) : >3

• e.) Antropogenik

• Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi bila :• Rawan : bila tingkat penutupan tajuk ( crown cover )

40% - 50%• Sangat rawan : bila tingkat penutupan tajuk 20% - 40%• Amat sangat rawan : bila tingkat penutupan tajuk di

DAS <20%

Page 87: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• f.) Gejala Terjadinya Kekeringan

• menurunnya tingkat curah hujan dalam satu musim

• terjadinya kekurangan cadangan air permukaan air tanah

• kekurangan lengas tanah ( kandungan air dalam tanah ) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman

Page 88: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• e. Komponen yang Terancam Bencana

• 1.) Komponen Sosial• kekurangan pangan

Page 89: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• kebakaran hutan dan lahan

Page 90: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• penurunan kesehatan yang berkaitan dengan debit air rendah

Page 91: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• ketegangan / kerusuhan sosial

Page 92: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2.) Komponen Lingkungan• kerusakan habitat hewan dan tumbuhan

Page 93: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• erosi tanah akibat air dan angin

Page 94: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• dampak atas kualitas air dan udara

Page 95: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• f. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• pengaturan sistem pengiriman data iklim• penetapan skala prioritas penggunaan air menurut historical

right dan azas keadilan• pembentukan POKJA dan posko kekeringan• pengembangan / perbaikan jaringan pengamatan iklim pada

daerah – daerah rawan kekeringan• penyiapan dana, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan

program antisipatif dan mitigasi dampak kekeringan• penyusunan peta rawan kekeringan di Indonesia• penentuan teknologi antisipatif dan sistem pengaliran air irigasi• pengembangan sistem reward dan punishment bagi masyarakat

yang melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan lahan

Page 96: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 4. Kebakaran Hutan dan Lahan

• a. Pengertian

• perubahan pada fungsi hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan akibat penggunaan apiyang tidak terkendali maupun faktor alam yang mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan.

Page 97: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• aktivitas manusia• jenis tanaman yang sejenis dan memiliki titik bakar

yang rendah serta hutan yang terdegradasi• angin dapat memicu dan mempercepat

menjalarnya api• topografi terjal

Page 98: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Mekanisme Perusakan

• Sebagian besar akibat kesengajaan faktor manusia. Mereka banyak menggunakan cara praktis untuk membuka lahan. Kebakaran disebabkan adanya bahan bakar, oksigen, dan panas.

• d. Kajian Bahaya• prediksi cuaca untuk mengetahui datangnya musim kering /

kemarau• monitoring titik api• menetapkan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan• pemetaan daerah rawan bencana kebakaran• pemetaan daerah tutupan lahan serta jenis tanaman sebagai

bahan bakaran

Page 99: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• e. Gejala dan Peringatan Dini

• aktivitas manusia menggunakan api di kawasan hutan dan lahan

• tumbuhan yang meranggas• kelembapan udara rendah• kekeringan akibat musim kemarau• peralihan musim menuju kemarau• meningkatnya migrasi satwa ke luar habitatnya

Page 100: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• f. Parameter Menurut BNPB

• luas areal yang terbakar ( hektar )• luas areal yang terpengaruh oleh kabut asap ( hektar

)• fungsi kawasan yang terbakar ( taman nasional,

cagar alam, hutan lindung, dll )• jumlah penderita penyakit saluran pernapasan atas (

ISPA )• menurunnya keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa liar• menurunnya fungsi ekologis• tingkat kerugian ekonomi yang ditimbulkan

Page 101: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• g. Komponen yang Terancam

• kerusakan ekologis

Page 102: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• tanah yang terbuka akibat hilangnya tanaman

Page 103: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• penurunan kualitas kesehatan masyarakat

Page 104: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran lahan dan hutan

• peningkatan masyarakat peduli api ( MPA)• peningkatan penegakan hukum• pembuatan waduk ( embung ) di daerahnya untuk

pemadaman api• pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan,

perkebunan, pertanian dengan hutan• melakukan penanaman dengan tanaman yang

heterogen

Page 105: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 5. Angin Badai

• a. Pengertian

• Adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih.

• Terjadi di wilayah tropis.

Page 106: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• perbedaan tekanan udara yang ekstrim

• c. Mekanisme Perusakan

• Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan atau menyebabkan kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras. Paduan keduanya dapat menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir.

Page 107: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
Page 108: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
Page 109: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Kajian Bahaya

• Bahaya angin dapat dipantau dari data kecepatan dan arah angin.

• Lembaga yang mengawasinya adalah stasiun dan satelit meteorologi.

• Angin badai dipengaruhi oleh faktor topografi, vegetasi, dan pemukiman.

Page 110: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
Page 111: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• e. Gejala dan Peringatan Dini

Page 112: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

f. Parameter

• Level 1 : kecepatan angin 120 – 153 km/jam• Tingkat kerusakannya sedikit.

• Level 2 : kecepatan angin 154 – 177 km/jam• Tingkat kerusakannya sedang.

• Level 3 : kecepatan angin 178 – 209 km/jam• Tingkat kerusakannya luas.

• Level 4 : kecepatan angin 210 – 249 km/jam• Tingkat kerusakannya hebat.

• Level 5 : kecepatan angin >250 km/jam• Tingkat kerusakannya sangat hebat.

Page 113: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• g. Komponen yang Terancam

• bangunan yang terbuat dari kayu• material bangunan tambahan seperti papan, seng,

asbes, dsb.

Page 114: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• tiang – tiang kabel listrik

Page 115: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• kapal – kapal di sekitar pantai

Page 116: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• struktur bangunan dirancang mampu bertahan terhadap gaya angin

• pembangunan fasilitas perlindungan dari serangan angin badai

• penghijauan untuk meredam gaya angin• kesiapsiagaan dalam menghadapi angin badai• untuk para nelayan, supaya menambatkan atau

mengikat kuat kapal – kapalnya

Page 117: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 6. Gelombang Pasang / Badai

• a. Pengertian

• Pergerakan naik turunnya muka air laut. Gerakan ini akan membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal.

Page 118: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Gelombang periode singkat ( wave of short period ) dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.

• Gelombang periode panjang ( wave of long period ) disebabkan oleh beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Contoh : gelombang pasang surut ( astronomical tide / tidal wave ) , gelombang tsunami, dan gelombang badai ( storm wave ).

Page 119: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Gelombang pasang surut ( pasut ) merupakan gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan planet – planet lain terutama dengan bulan dan matahari.

• Menurut faktor pembangkitnya, pasang surut dibagi menjadi pasang purnama ( pasang besar, spring tide ) dan pasang perbani ( pasang kecil, neap tide ).

• Setiap tanggal 1 dan 15 ( saat bulan mati dan bulan purnama ), posisi bulan – bumi – matahari berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pasang purnama. Tinggi pasang sangat besar dibanding pasang pada hari – hari lain.

Page 120: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Setiap tanggal 7 dan 21, bulan dan matahari membentuk sudut siku – siku terhadap bumi. Kondisi ini menyebabkan gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling mengurangi.

• Gelombang badai ( storm wave ) merupakan gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis.

• Kondisi ini berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Meski Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis, namun siklon tropis memengaruhi terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.

• Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang mempunyai angin berputar ( siklonik ) yang berasal dari daerah tropis dengan kecepatan rata – rata ( 36 – 64 ) knots di sekitar pusatnya. Siklon tropis tumbuh aktif di daerah lintang bumi ( 100 – 200 ) LU / LS.

Page 121: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• -Tinggi swell ¼ m = setinggi paha ( tinggi gelombang ) || 2 – 3 ‘

• -Tinggi swell ½ m = setinggi pinggang || 3 – 4 ‘

• - Tinggi swell 1 m = setinggi pinggang hingga kepala || 5 – 6 ‘

• - Tinggi swell 1 ¼ m = hingga 1K kali di atas kepala || 6 – 8 ‘

• - Tinggi swell 1 ½ m = lebih dari 1K kali tinggi kepala || 8 – 10 ‘

• - Tinggi swell 2 m = lebih dari 2 kali tinggi kepala ||10 – 12 ‘

• - Tinggi swell 2 ½ m = lebih dari 2K kali tinggi kepala || 12 – 15 ‘

Page 122: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• - Tinggi swell 3 m = sekitar 3 kali tinggi kepala || 15 – 18 ‘

• - Tinggi swell 3 – 4 m = 3 – 4 kali tinggi kepala || 18 – 24 ‘

• - Tinggi swell 4 – 5 m = 4 – 5 kali tinggi kepala || 24 – 32 ‘

• - Tinggi swell 5 – 6 m = 5 – 6 kali tinggi kepala || 32 – 40 ‘

• - Tinggi swell 6 – 7 m = 6 – 7 kali tinggi kepala || 40 -48 ‘• - Tinggi swell 7 – 8 m = 7 – 8 kali tinggi kepala || 50- 60 ‘

Page 123: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• angin dengan kecepatan besar di atas permukaan laut

• perbedaan tekanan atmosfer• interaksi antara angin dan air• kedalaman air• kemiringan dasar• panjang daerah tempat angin berembus dengan

kecepatan dan arah konstan ( fetch )• gelombang angin di lokasi pembangkitnya ( seas )• gelombang yang setelah menjalar menjadi lebih

landai dan berpuncak panjang ( swell )

Page 124: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Mekanisme Perusakan

• gelombang pasang /badai ( high tide ) dalam periode yang cukup lama ( dapat merusak ) kehidupan dan bangunan di daerah pantai.

Page 125: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• gelombang badai ( storm surge ) dapat memutar air dan menimbulkan gelombang yang tinggi. Hal ini dapat mengganggu pelayaran dan berpotensi menenggelamkan kapal.

Page 126: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Kajian Bahaya

• Siklon tropis dapat menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrim. Daerah lintasan siklon tropis adalah wilayah perairan Indonesia, sebelah utara Australia dan Pasifik barat dan sampai Laut Cina Selatan.

• e. Gejala dan Peringatan Dini

• Pemantauan gejala sistem konvergensi tekanan rendah dapat berkembang menjadi tropical depresi dan tumbuh menjadi tropical siklon.

Page 127: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• f. Parameter

• tinggi gelombang ( meter )• panjang sapuan gelombang pasang ke daratan ( m

atau km )• luas daerah yang terkena sapuan gelombang

( km3 )

Page 128: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• g. Komponen yang Terancam

• struktur bangunan yang ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu

• material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan utama seperti papan, seng, asbes, dll

Page 129: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• bangunan – bangunan sementara atau semipermanen

Page 130: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• bangunan – bangunan yang dimensi lebarnya sejajar dengan garis pantai

Page 131: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• bangunan dan fasilitas telekomunikasi, listrik, dan air bersih

Page 132: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• kapal –kapal penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya yang terletak di sekitar pantai

Page 133: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• jembatan dan jalan di daerah dataran pantai

Page 134: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• sawah, ladang, tambak, kolam budidaya perikanan

Page 135: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

pembangunan tembok penahan ombak

Page 136: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• reklamasi pantai

Page 137: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• pembangunan pemecah ombak ( break water )

Page 138: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• penataan bangunan di sekitar pantai

Page 139: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• pengembangan kawasan hutan bakau

Page 140: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 7. Gempa Bumi

• a. Pengertian

• Berguncangnya bumi akibat tumbukan antarlempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api, dan runtuhan batuan.

• Kekuatan gempa yang paling besar disebabkan tumbukan antarlempeng bumi dan patahan aktif.

Page 141: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• proses tektonik• aktivitas sesar di permukaan bumi• pergerakan geomorfologi secara lokal• aktivitas gunung api• ledakan nuklir

Page 142: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Mekanisme Perusakan

• Energi getaran gempa akan dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Akibatnya, struktur bangunan pun dapat mengalami kerusakan. Getaran gempa dapat memicu tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya. Bencana ikutan akibat gempa di antaranya kebakaran, kecelakaan industri, dan transportasi.

Page 143: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
Page 144: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Kajian Bahaya

• kajian mengenai kejadian – kejadian gempa bumi di masa lalu

• identifikasi sistem patahan dan pemetaan daerah rawan gempa bumi

• e. Gejala dan Peringatan Dini

• kejadian mendadak• belum ada metode untuk pendugaan secara

akurat

Page 145: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• f. Parameter

• waktu kejadian gempa bumi ( jam, menit, detik )• lokasi pusat gempa bumi di permukaan bumi /

episenter ( koordinat lintang dan bujur )• kedalaman sumber gempa bumi ( km )• kekuatan / magnitudo gempa bumi ( skala richter)• intensitas gempa bumi ( MMI )

Page 146: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• g. Komponen yang Terancam

• perkampungan padat• bangunan dengan desain teknis yang buruk• bangunan industri kimia dapat menimbulkan

bencana ikutan

Page 147: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran / gempa

• perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan

• rencanakan penempatan permukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana

• zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan

• pendidikan kepada masyarakat tentang gempa bumi• pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana

dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama

Page 148: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 8. Tsunami

• a. Pengertian

• Gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran.

Page 149: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi / perpindahan massa tanah / batuan yang sangat besar di bawah air ( laut / danau )

• tanah longsor di bawah tubuh air / laut• letusan gunung api di bawah laut dan gunung api

pulau

Page 150: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Mekanisme Perusakan

• Tsunami mempunyai kecepatan berbanding lurus dengan kedalaman laut. Jika kedalaman laut semakin dalam, maka kecepatan tsunami semakin besar. Kecepatan tsunami akan semakin berkurang karena gesekan dengan dasar laut yang semakin dangkal. Hal tersebut menjadikan tinggi gelombang di pantai menjadi semakin besar. Berkurangnya kecepatan menyebabkan adanya penumpukan massa air.

Page 151: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Kecepatan tsunami saat mencapai pantai berkurang menjadi sekitar 25 – 100 km / jam. Gelombang ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai. Tsunami akan kembalinya air ke laut setelah mencapai puncak gelombang ( run – down ). Meski berhenti, gelombang ini akan menyeret segala sesuatu ke laut.

Page 152: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Kajian Bahaya

• kejadian – kejadian tsunami didata dan dijadikan data base untuk mengetahui karakteristik tsunami

• identifikasi sistem tektonik, struktur geologi dan morfologi daerah dasar laut khususnya di sekitar zona tumbukan ( subduction zone )

• pemetaan daerah resiko bencana tsunami

Page 153: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• e. Gejala dan Peringatan Dini

• gelombang air laut datang secara mendadak• pada umumnya didahului dengan gempa bumi besar

dan pasang susut laut• terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa

bumi dengan waktu tsunami di pantai

• f. Parameter

• ketinggian tsunami yang naik ke daratan ( run – up )• panjang sapuan tsunami ke daratan ( m atau km )• luas daerah yang terkena sapuan gelombang ( km2 )

Page 154: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• g. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami

• pembangunan Tsunami Early Warning System ( TEWS )

• pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai

• penanaman mangrove serta tanaman lainnya untuk meredam gaya air tsunami

• pembangunan tempat – tempat evakuasi yang aman• pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya

tsunami

Page 155: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 9. Letusan Gunung Api

• a. Pengertian

• Gunung api adalah bentuk timbunan yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan dari bagian dalam bumi.

Page 156: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b. Penyebab

• pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas

• proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng / kulit bumi

• akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi

Page 157: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c. Mekanisme Perusakan

• Bahaya letusan gunung api dapat dibagi menurut waktu kejadiannya, yaitu :

• 1.) Bahaya Utama ( primer )

• *Langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung.

• *Jenis bahayanya berupa :

Page 158: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• awan panas ( piroclastic flow )

Page 159: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• hujan abu lebat

Page 160: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

leleran lava ( lava flow )

Page 161: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• gas beracun

Page 162: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2.)Bahaya Ikutan ( sekunder )

• *Terjadi setelah proses peletusan berlangsung.

• *Terjadi akibat adanya penumpukan material di bagian atas. Ketika musim hujan, material tersebut akan terbawa oleh air hujan sebagai banjir ( lahar ).

Page 163: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• d. Kajian Bahaya

• identifikasi gunung api aktif• tingkat aktivitas gunung api berdasarkan catatan

sejarah• penelitian dengan metode geologi, geofisika, dan

geokimia dapat untuk mengetahui aktivitas / kegiatan gunung api

Page 164: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• e. Gejala dan Peringatan Dini

• 1.) Status Kegiatan Gunung Api

• a.) Aktif – Normal ( level 1 )• ||baik secara visual, maupun dengan instrumentasi

tidak ada gejala perubahan kegiatan.

• b.) Waspada ( level 2 )• || berdasarkan hasil pengamatan visual dan

instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah ( solfatara / fumarola ) meningkat dari nilai normal.

Page 165: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• c.) Siaga ( level 3 )• || kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan

visual dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya.

• d.) Awas ( level 4 )• || semua data menunjukkan bahwa letusan utama

segera menjelang. Letusan – letusan asap / abu sudah mulai terjadi.

Page 166: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2.) Mekanisme Pelaporan

• a.) Aktif – Normal• • || setiap 2x sehari dilaporkan kegiatan gunung api

dari pos PGA ke Kantor DVMBG melalui radio SSB. Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat Gunung Api ke Kantor DVMBG ditembuskan kepada Pemprov dan PemKab.

Page 167: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• b.) Waspada

• || selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat laporan mingguan yang disampaikan kepada Kepala Badan Geologi

• c.) Siaga dan Awas

• || Tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan evaluasi mingguan disampaikan kepada Direktur DVMBG ditembuskan kepada Kepala Badan Geologi, Pemprov / Pemkab, BAKORNAS PB, dan Direktorat Keselamatan Penerbangan.

Page 168: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• f.) Parameter

• besarnya letusan• jenis letusan• arah aliran material• volume material letusan yang dimuntahkan ( m3 )• lama letusan berlangsung ( detik, menit, jam, hari)• radius jatuhan material ( km2 ) dan ketebalan

endapannya ( m )

Page 169: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• g. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana

• 1.) Strategi Mitigasi

• *lokasi pemanfaatan lahan untuk aktifitas harus jauh dari kawasan rawan bencana

• *hindari daerah aliran lava dan atau lahar• *penerapan bangunan yang tahan terhadap

tambahan beban akibat abu gunung api dan api• *membuat barak pengungsian yang permanen di

sekitar gunung api yang sering meletus• *membuat fasilitas jalan evakuasi

Page 170: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2.) Upaya Pengurangan Bencana

– a.) Sebelum Krisis / Letusan– *mengamati kegiatan gunung api– *menentukan status kegiatan gunung api– *melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui

sejarah kegiatan suatu gunung api di masa lalu– *melakukan pemetaan kawasan rawan bencana– *membuat cek /sabo dan untuk mengarahkan aliran

lahar

Page 171: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

– b.) Saat Krisis / Letusan– *memberangkatkan tim tanggap darurat ke lokasi

bencana– *meningkatkan pengamatan– *menentukan status kegiatan gunung api dan

melaporkannya sesuai dengan protap– *memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov /

Pemkab sesuai dengan protap, termasuk saran pengungsian penduduk.

Page 172: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

– c.) Setelah Krisis / Letusan – *menurunkan status kegiatan gunung api– *menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan

volume material letusan– *mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya

sekunder ( lahar )– *memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov /

Pemkab / sesuai dengan protap, termasuk pengembalian pengungsi dan potensi ancaman lahar

Page 173: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

B. Sebaran Daerah Rawan Bencana Alam di Indonesia

• 1. Peta Sebaran Gunung Api di Indonesia

Page 174: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2. Peta Resiko Gempa Bumi di Indonesia

Page 175: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 3. Peta Resiko Tanah Longsor di Indonesia

Page 176: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 4. Peta Resiko Kebakaran Hutan di Indonesia

Page 177: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 5. Peta Resiko Gelombang Ekstrim di Indonesia

Page 178: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 6. Peta Resiko Tsunami di Indonesia

Page 179: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 7. Peta Resiko Banjir di Indonesia

Page 180: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 8. Peta Resiko Kekeringan di Indonesia

Page 181: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 9. Peta Resiko Cuaca Ekstrim di Indonesia

Page 182: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

C. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam

• Agar upaya mitigasi bencana alam yang akan dilakukan dapat berhasil, kita harus yakin bahwa bencana alam dapat tidak lagi bersifat ‘tak terelakkan. Fokus ditujukan kepada bantuan dan kedaruratan, seperti :

Page 183: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Pemenuhan pangan

Page 184: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Penampungan darurat

Page 185: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Kesehatan

Page 186: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Pengatasan krisis

Page 187: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Upaya pengurangan resiko bencana juga harusmemerhatikan kearifan lokal ( local wisdom ) dan pengetahuan tradisional ( traditional knowledge ).

• Kita juga harus mengarahkan masyarakat agar aktif mengakses saluran informasi untuk pengurangan resiko bencana.

Page 188: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 1. Bahaya ( Hazards )

• Fenomena alam ataupun buatan yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi manusia maupun kerusakan lingkungan.

• Menurut United Nations – International Strategy for Disaster Reduction ( UN – ISDR ), bahaya dibedakan menjadi 5 kelompok :

Page 189: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Bahaya beraspek geologi

Page 190: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Bahaya beraspek hidrometeorologi

Page 191: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Bahaya beraspek biologi

Page 192: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Bahaya beraspek teknologi

Page 193: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• Bahaya beraspek lingkungan

Page 194: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 2. Kerentanan (Vulnerability )

• Kondisi masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Tingkat kerentanan ditinjau dari kerentanan fisik ( infrastruktur ), sosial kependudukan, dan ekonomi.

Page 195: MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

• 3. Resiko Bencana ( Disaster Risk )

• Interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya ( hazards ).

• Ancaman bahaya alam bersifat tetap sebagai konsekuensi pembentukan roman muka bumi.

• Semakin tinggi bahaya, kerentanan dan ketidakmampuan, maka semakin besar pula resiko bencana yang dihadapi.