mi/susanto pakai identitas asli beda pendapat soal sp3 ade...

1
Media Indonesia, 05 September 2017

Upload: vuongnga

Post on 29-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MI/SUSANTO Pakai Identitas Asli Beda Pendapat soal SP3 Ade ...bigcms.bisnis.com/file-data/1/2991/23977e2a_Jun17-BankChina... · Informasi dan Transaksi Elek-tronik (UU ITE) itu yang

ANGGOTA Bidang Hukum Pol-da Metro Jaya, Komisaris Adri Desas Furyanto, memper-tanyakan keputusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menganulir surat perintah penghentianpenyidikan (SP3) kasus AdeArmando. Adri menyatakan dasar keputusan hakim ter-sebut rancu.

Dalam amar putusannya, hakim tunggal praperadilan kasus Ade Armando, Aris Ba-wono, menilai ada sejumlah bukti dalam kasus dugaanpelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elek-tronik (UU ITE) itu yang be-lum diuji penyidik. Misalnya, postingan Ade Armando yang diduga melanggar UU ITE

yang terlampir dalam bukti P10 dan P12.

Meskipun demikian, Adrimenyatakan P10 dan P12merupakan bukti yang beri-si unggahan Ade Armandoyang posisinya di luar materi perkara. “Itu di luar postinganyang menjadi perkara ini. Se-betulnya tidak ada kaitannya, tapi dikaitkan,” katanya di PNJaksel, kemarin.

Adri menyebut, setelah SP3 terbit, polisi telah menya-rankan agar Johan Khan se-bagai pihak yang melapor-kan membuat laporan barudengan bukti unggahan Ade Armando yang lain. Polisi, menurut Adri, justru tidak bisa mengaitkan unggahan Ade Armando satu sama lain

dalam satu perkara yangsama.

“Tapi, hakim mengaitkan-nya. Ya menurut kami iya (rancu),” ungkapnya.

Medio Februari 2017, Kepoli-sian Daerah Metropolitan Ja-karta Raya (Polda Metro Jaya) mengeluarkan SP3 kasus AdeArmando. Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda MetroJaya yang kala itu dijabatKomisaris Besar Polisi WahyuHadiningrat mengatakan SP3keluar setelah penyidik me-meriksa sejumlah ahli, yakniahli pidana, bahasa, dan ITE. Mereka berkesimpulan cuitanAde tidak mengandung unsurpidana.

Namun, dalam amar pu-tusan, kemarin, hakim Aris

menyatakan surat Perin-tah Penghentian Penyidik-an Nomor SPPP/22/II/2017/ Ditreskrimsus tanggal 1 Feb-ruari 2017 Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda MetroJaya dan Surat Ketetapan No-mor S Tap/22/II/2017 Ditreskri-mum tentang surat Perintah Penghentian Penyidikan tidaksah. Putusan itu juga berartikasus Ade Armando harusdilanjutkan.

Dalam menanggapi pen-cabutan SP3 ini, Ade Armandomenyatakan siap menerus-kan proses hukumnya. Meski berkeras merasa tidak ber-salah, ia mengaku tidak akan melarikan diri dan siap ko-operatif dengan memenuhipanggilan polisi. (MTVN/P-5)

Beda Pendapat soal SP3 Ade Armando

SEPULUH lembar kertas kon-sep berita diletakan berjajar di meja kayu persegi. Empat orang yang duduk berpencar mengelilingi meja hanya me-lirik lembaran kertas A4 itu.

Lembaran kertas tersebut berisi contoh bentuk beritayang sudah disesuaikan de-ngan karakteristik mediasosial. Seorang pria memim-pin rapat yang digelar diruangan 4x6 meter persegi sebuah rumah mewah JakartaSelatan tersebut. Dia meminta konsep di kertas ditampilkan ke papan tulis putih menggu-nakan infocus.

Saat itu rapat membahassebuah konten berita yang akan diramu menjadi ujaran kebencian dan provokatif ter-

kait Pilkada DKI Jakarta. “Ini harus menjadi trending topic. Semua pasukan segera sebar-kan,” tegas pemimpin rapat, seperti dituturkan Randi (bu-kan nama sebenarnya), 37, kemarin.

Randi ialah mantan koor-dinator konten sebuah media yang khusus membuat ujaran kebencian. Dia bertugas me-nyiapkan konten yang me-nyerang balik dengan unsur SARA dan kasus hukum.

“Yang penting itu hastag dan caption-nya. Itulah yang memancing pembaca un-tuk menyebarkannya. Untuk isinya bisa diplintir dari manasaja,” ungkapnya.

Randi memiliki sebelas buzzer yang bertugas menye-

bar konten yang dia buat. Satubuzzer harus memiliki banyak media sosial termasuk grup WhatsApp. Tidak hanya itu, buzzer harus aktif membuat akun baru setelah beberapaakun diblokir pihak media so-sialnya. Selain konten, Randi memiliki tim untuk membuat ujaran dalam bentuk gambar atau meme.

“Semua buzzer harus me-nyebar link berita itu ke se-mua media sosial. Mereka harus ngelead isu di grup.”

Randi menuturkan war-tawan berkoordinasi de-ngan redaktur atau asisten redaktur, tapi buzzer justru berkoordinasi langsung de-ngan pimpinan kedua setelah pendiri. “Pendirinya ini yang

menjadi bos besar karena dia yang mendapatkan uang dari pemesan berita,” imbuhnya.

Menurut Randi, pemesan ujaran kebencian banyakberasal dari anggota par-tai dan anggota dewan. De-ngan uang sekitar Rp300 juta, sebuah akun media daring yang memuat berita-berita ujaran kebencian bisa dibuat. ”Imbalan kami ya berupa gaji per bulan,” tuturnya.

Randi mengaku menerima sekitar Rp6 juta per bulan. Mayoritas yang menjadi pim-pinan atau koordinator me-rupakan wartawan senior. “Bahkan beberapa dari me-reka wartawan aktif dan sudah punya jaringan kuat.” (Sru/P-1)

Memancing Pembaca Ikut Sebarkan

GOLDA [email protected]

MENTERI Hukum dan HAM Yason-na Laoly menga-takan penggu-

naan media sosial seharusnyamenggunakan akun namaseseorang sesuai dengan iden-titasnya untuk menghindari penyebaran hoax atau beritabohong.

“Hoax harus diberantas. Se-karang ini kita dapat denganmudah memperoleh hoax. Untuk itu perlu penggunan medsos yang bertanggung ja-wab,” kata Yasonna di sela-selaKonferensi internasional ber-tajuk 1st ASEAN Symposium of Criminology di FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Depok, Jabar, kemarin.

Yasonna meminta bila perlumedia provider Facebook, Twitter, Google mewajibkan orang yang mau bikin akunharus betul-betul namanya, harus jelas baik foto dan na-manya.

“Bisa juga barangkali meng-gunakan fi nger print karena

media sosial itu bisa dipakai untuk teororisme,” ucapnya.

Bahkan Yasonna menyebut di beberapa negara, penggu-naan nama asli diwajibkan.Karena itu sebagai bentuk kontrol negara kepada peng-guna media sosial.

“Identitas akunnya harusjelas. Orang enggak bisa sem-barangan dan menggunakanakun abal-abal. Transparansi harus bertanggung jawab danresponsibilitiesnya harus je-las,” ujarnya.

Menurut Yasonna, bangsaIndonesia sangat heterogen dengan level pendidikannya yang tidak sama. Satu telepon seluler bisa digunakan pro-fesor, anak SMP dan SMA. ‘’Semua sekarang bisa dapat smartphone dan bisa pakai me-dia sosial. Mereka tidak tahu informasi yang dikirim benaratau tidak. Level pemahaman tidak sama sehingga posting kemana-mana berita hoax.’’

DilaporkanTerkait dengan berita

hoax,Jonru Ginting kembali dipolisikan terkait status dimedia sosialnya yang diduga

mengandung ujaran keben-cian.

Kali ini, Jonru dilaporkan seorang pengacara bernama M Zakir Rasyidin. Sebelum-nya Jonru sudah dilaporkan Muannas Al Aidid terkait konten yang sama.

“Sebagai warga negara merasa ini tidak bisa dibiar-kan terus-menerus. Postingan ini bisa memicu konfl ik ka-rena nadanya tidak ada yang kesannya mengkritik, tapi ini provokatif semua,” kata Zakir di Sentra Pelayanan Kepoli-sian Terpadu Polda Metro, kemarin.

Zakir menyebut, sejumlah

postingan di akun Facebook Jonru bisa memancing per-pecahan antarsuku maupun agama yang beragam di In-donesia. Zakir meyakini se-jumlah postingan status Jonruyang dibuat sejak 2014 hingga Agustus 2017 sudah masuk ranah pidana yang harusdihentikan polisi.

Laporan Zakir diterimadengan No LP/4184/XI/2017/PMJ/Dit. Reskrimsus tertang-gal 4 September 2017. Jonru dianggap melanggar Pasal 27 ayat 3 jo Pasal 28 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 ten-tang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Sebelumnya Jonru juga di-laporkan Muannas Ali Aidid. Muannas menduga tindakan Jonru di media sosial terse-but tak jauh berbeda dengan organisasi penyebar ujaran kebencian SARA atau hoax, Saracen.

“Kemudian bisa digunakan untuk menyerang kelompok tertentu sebagai pesanan ka-rena itu pernah terjadi dalam dugaan sementara dalam ka-sus Saracen,” kata Muannas.

Menurut Muannas, sejum-lah postingan Jonru di Face-book telah menyerang pihak tertentu. Muannas berharappenyidik bisa mencari aktorintelektual di balik sejumlah postingan itu. (Mtvn/Ant/P-2)

Di beberapa negara pengguna medsos diwajibkan menggunakan nama asli karena sebagai bentuk kontrolnegara kepada pengguna medsos.

Pengguna Medsos HarusPakai Identitas Asli

PEMERIKSAAN PERDANA WALI KOTA TEGAL: Wali Kota Tegal nonaktif Siti Masitha Soeparno dikawal petugas saat tiba di Gedung KPK, Jakarta, kemarin. Siti Masitha yang terjaring dalam operasi tangkap tangan oleh petugas KPK pekan lalu itu menjalani pemeriksaan perdana sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek pengadaan instalasi kesehatan di RSUD Kardinah Tegal bersama dua tersangka lainnya.

MI/ROMMY PUJIANTO

MI/SUSANTO

PEMBUATAN MAKALAH CALON HAKIM MA: Salahsatu calon hakim Mahkamah Agung (MA) Gazalba Saleh membuat makalah saat tes calon hakim MA di ruang Komisi III DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. Lima calon hakim MA menjalani tes lanjutan yaitu membuat makalah.

Orang tidak bisa sembarangan dan memakai akun abal-abal. Transparansi harus bertanggung jawab.

SELASA, 5 SEPTEMBER 2017 HUKUM6

Media Indonesia, 05 September 2017