mi/rommy pujianto menikmati kekuatan foto jurnalistik · program hasil kerja sama antara bank...

1
DINNY MUTIAH FOTO berjudul Bibi Aisha sungguh luar biasa. Foto hasil jepretan fotografer Afrika Selatan Jodi Bieber yang menjadi sampul majalah Time edisi 1 Agustus 2010 itu dalam sekejap mampu mengejutkan dunia. Betapa tidak, dalam gambar itu tergambar dengan jelas tragedi kekerasan keluarga yang harus dialami Aisha, 18, perempuan asal Afghanistan. Hidungnya terpotong sehingga meninggalkan jejak yang bagi sebagian orang mungkin akan terlihat mengerikan. Konon, ayah tiri Aisha sendiri yang melakukan kekerasan itu, sebagai hukuman lantaran Aisha beberapa kali melarikan diri dari suaminya yang kejam. Kini, Aisha sudah menjalani operasi plastik di Amerika Serikat dan bermukim di negara itu. Oleh juri World Press Photo (WPPh) 2010, pada awal 2011 lalu, foto ini dinobatkan sebagai World Press Photo of The Year 2010. Sebuah capaian yang sungguh pantas untuk sebuah foto jurnalistik dengan kekuatan gambar dan cerita di belakangnya yang mampu menyadarkan kita semua bahwa tragedi serupa bisa terjadi di mana saja. Kini, publik di Jakarta bisa menikmati sajian foto luar biasa tersebut bersama foto-foto lain yang menjadi pemenang World Press Photo 2010 dari beberapa kategori yang ada. Termasuk foto hasil bidikan fotografer Indonesia Kemal Jufri yang menyabet juara kedua esai foto kategori people in news berjudul Eruption of Mount Merapi. Untuk ketiga kalinya, Media Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan Panna Foto Institute menggelar World Press Photo Exhibition di Pacic Place, Jakarta. Tahun ini, pameran yang berlangsung 16 Desember 2011 hingga 4 Januari 2012 itu menampilkan sekitar 200 foto jurnalistik terbaik dalam 10 kategori tema. Presiden Direktur Media Indonesia Rahni Lowhur Schad dalam sambutan pembukaannya mengatakan pameran ini merupakan wadah untuk mengingatkan pemirsa atas waktu, keterampilan, dan dedikasi para fotografer untuk menangkap gambar- gambar itu, serta nilai kontribusi historis mereka. “Sebuah foto jurnalistik bisa menjadi simbol abadi dan ampuh untuk menggambarkan konik, isu, kemenangan, dengan cara yang tidak bisa dilakukan liputan lain. Itu sebabnya kami bangga membawa (foto-foto ini) ke Indonesia dalam World Press Photo Exhibition 2011,” tuturnya. Di sisi lain, perwakilan WPPh Paul Ruseler sangat menyambut baik inisiatif Media Indonesia yang konsisten menyelenggarakan IPF dalam beberapa tahun terakhir. Bukti komitmen WPP Exhibition merupakan bagian dari Indonesia Photo Festival (IPF) 2011 yang rangkaian kegiatannya sudah dimulai dari awal Desember lalu. Selain karya foto WPPh, IPF 2011 juga dimeriahkan pameran Permata Photo Journalist Grant 2011 di lantai 4 Pacic Place, Jakarta. Program hasil kerja sama antara Bank Permata dan Panna Foto Institute (mitra WPPh di Indonesia) ini dikemas untuk menggali lebih dalam tentang peranan foto jurnalistik dalam membentuk persepsi publik dan memotret berbagai perubahan sosial, terutama di bidang pendidikan. Sebelumnya, sudah dibuka pameran German Photo Book Award 2011 pada 9-23 Desember 2011 di Goethe Institute. Juga diadakan workshop fotograyang merupakan rangkaian Deutscher Fotobuchpreis 2011. Kegiatan ini diselenggarakan Goethehaus Foundation dengan didukung oleh Media Indonesia. Pada kesempatan itu, penerbit buku foto independen dan pemilik toko buku Schaden.com, Markus Schaden tampil dalam seminar The Passion of Photo Books. Ia banyak bercerita bagaimana suka duka diawal berdirinya Schaden.com. Fotografer sekaligus pembuat buku fotograIn My Room, Jerry Aurum, juga membagi pengalamannya bagaimana membuat buku kumpulan foto atau photobook bersama belasan anggota workshop terpilih. Semua rangkaian kerja bareng Media Indonesia bersama para mitra itu bukanlah acara seremonial belaka. Lebih dari itu, seperti dikatakan Rahni Lowhur Schad, IPF 2011 merupakan bukti komitmen Media Indonesia untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap seni fotograsekaligus meningkatkan kualitas foto jurnalistik di Indonesia. (*/S-2) [email protected] Foto jurnalistik bisa menjadi simbol ampuh untuk menggambarkan konflik, isu, dan kemenangan dengan cara yang tidak bisa dilakukan liputan lain. Menikmati Kekuatan Foto Jurnalistik IND NESIA PHOTO FESTIVAL MINGGU, 18 DESEMBER 2011 HALAMAN 7 MI/ROMMY PUJIANTO WORLD PRESS PHOTO 2011: Pengunjung melihat foto-foto jurnalistik terbaik dunia dalam pameran World Press Photo 2011 di Pacific Place, Jakarta, Jumat (16/12). SIMAK PENJELASAN: President Director of Media Indonesia Rahni Lowhur Schad (kiri) menyimak penjelasan Representative of World Press Photo Paul Ruseler tentang foto pemenang kategori nature karya Thomas P Peschak. KONFERENSI PERS: (Dari kiri) Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong, Direktur Pemberitaan Media Indonesia Saur Hutabarat, Assistant Manager Events at Pacific Place Agman Nataatmaja, Head of Corporate Affairs Permata Bank Leila Djafaar, dan Representative of World Press Photo Paul Ruseler saat konferensi pers tentang Indonesia Photo Festival, Jumat (16/12). BUKU FOTO: Pengunjung memperhatikan berbagai buku foto yang dipamerkan dalam Deutscher Fotobuchpreis 2011 di Goethe Institut, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/12). MI/HARIYANTO MI/HARIYANTO MI/GRANDYOS ZAFNA

Upload: ngomien

Post on 26-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DINNY MUTIAH

FOTO berjudul Bibi Aisha sungguh luar biasa. Foto hasil jepretan fotografer Afrika Selatan Jodi Bieber yang menjadi sampul majalah

Time edisi 1 Agustus 2010 itu dalam sekejap mampu mengejutkan dunia.

Betapa tidak, dalam gambar itu tergambar dengan jelas tragedi kekerasan keluarga yang harus dialami Aisha, 18, perempuan asal Afghanistan. Hidungnya terpotong sehingga meninggalkan jejak yang bagi sebagian orang mungkin akan terlihat mengerikan.

Konon, ayah tiri Aisha sendiri yang melakukan kekerasan itu, sebagai hukuman lantaran Aisha beberapa kali melarikan diri dari suaminya yang kejam. Kini, Aisha sudah menjalani operasi plastik di Amerika Serikat dan bermukim di negara itu.

Oleh juri World Press Photo (WPPh) 2010, pada awal 2011 lalu, foto ini

dinobatkan sebagai World Press Photo of The Year 2010. Sebuah capaian yang sungguh pantas untuk sebuah foto jurnalistik dengan kekuatan gambar dan cerita di belakangnya yang mampu menyadarkan kita semua bahwa tragedi serupa bisa terjadi di mana saja.

Kini, publik di Jakarta bisa menikmati sajian foto luar biasa tersebut bersama foto-foto lain yang menjadi pemenang World Press Photo 2010 dari beberapa kategori yang ada. Termasuk foto hasil bidikan fotografer Indonesia Kemal Jufri yang menyabet juara kedua esai foto kategori people in news berjudul Eruption of Mount Merapi.

Untuk ketiga kalinya, Media Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan Panna Foto Institute menggelar World Press Photo Exhibition di Pacifi c Place, Jakarta. Tahun ini, pameran yang berlangsung 16 Desember 2011 hingga 4 Januari 2012 itu menampilkan sekitar 200 foto jurnalistik terbaik dalam 10 kategori tema.

Presiden Direktur Media Indonesia Rahni Lowhur Schad dalam sambutan pembukaannya mengatakan pameran

ini merupakan wadah untuk mengingatkan pemirsa atas waktu, keterampilan, dan dedikasi para fotografer untuk menangkap gambar-gambar itu, serta nilai kontribusi historis mereka.

“Sebuah foto jurnalistik bisa menjadi simbol abadi dan ampuh untuk menggambarkan konfl ik, isu, kemenangan, dengan cara yang tidak bisa dilakukan liputan lain. Itu sebabnya kami bangga membawa (foto-foto ini) ke Indonesia dalam World Press Photo Exhibition 2011,” tuturnya.

Di sisi lain, perwakilan WPPh Paul Ruseler sangat menyambut baik inisiatif Media Indonesia yang konsisten menyelenggarakan IPF dalam beberapa tahun terakhir.

Bukti komitmenWPP Exhibition merupakan bagian

dari Indonesia Photo Festival (IPF) 2011 yang rangkaian kegiatannya sudah dimulai dari awal Desember lalu.

Selain karya foto WPPh, IPF 2011 juga dimeriahkan pameran Permata Photo Journalist Grant 2011 di lantai 4 Pacifi c Place, Jakarta.

Program hasil kerja sama antara Bank Permata dan Panna Foto Institute (mitra WPPh di Indonesia) ini dikemas untuk menggali lebih dalam tentang peranan foto jurnalistik dalam membentuk persepsi publik dan memotret berbagai

perubahan sosial, terutama di bidang pendidikan.

Sebelumnya, sudah dibuka pameran German Photo Book Award 2011 pada 9-23 Desember 2011 di Goethe Institute. Juga diadakan workshop fotografi yang merupakan rangkaian Deutscher Fotobuchpreis 2011. Kegiatan ini diselenggarakan Goethehaus Foundation dengan didukung oleh Media Indonesia.

Pada kesempatan itu, penerbit buku foto independen dan pemilik toko buku Schaden.com, Markus Schaden tampil dalam seminar The Passion of Photo Books. Ia banyak bercerita bagaimana suka duka diawal berdirinya Schaden.com.

Fotografer sekaligus pembuat buku fotografi In My Room, Jerry Aurum, juga membagi pengalamannya bagaimana membuat buku kumpulan foto atau photobook bersama belasan anggota workshop terpilih.

Semua rangkaian kerja bareng Media Indonesia bersama para mitra itu bukanlah acara seremonial belaka. Lebih dari itu, seperti dikatakan Rahni Lowhur Schad, IPF 2011 merupakan bukti komitmen Media Indonesia untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap seni fotografi sekaligus meningkatkan kualitas foto jurnalistik di Indonesia. (*/S-2)

[email protected]

Foto jurnalistik bisa menjadi simbol ampuh untuk menggambarkan konfl ik, isu, dan kemenangan dengan cara yang tidak bisa dilakukan liputan lain.

Menikmati Kekuatan Foto Jurnalistik

IND NESIA PHOTO FESTIVALMINGGU, 18 DESEMBER 2011 ◆ HALAMAN 7

MI/ROMMY PUJIANTO

WORLD PRESS PHOTO 2011: Pengunjung melihat foto-foto jurnalistik terbaik dunia dalam pameran World Press Photo 2011 di Pacific Place, Jakarta, Jumat (16/12).

SIMAK PENJELASAN: President Director of Media Indonesia Rahni Lowhur Schad (kiri) menyimak penjelasan Representative of World Press Photo Paul Ruseler tentang foto pemenang kategori nature karya Thomas P Peschak.

KONFERENSI PERS: (Dari kiri) Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong, Direktur Pemberitaan Media Indonesia Saur Hutabarat, Assistant Manager Events at Pacific Place Agman Nataatmaja, Head of Corporate Affairs Permata Bank Leila Djafaar, dan Representative of World Press Photo Paul Ruseler saat konferensi pers tentang Indonesia Photo Festival, Jumat (16/12).

BUKU FOTO: Pengunjung memperhatikan berbagai buku foto yang dipamerkan dalam Deutscher Fotobuchpreis 2011 di Goethe Institut, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/12).

MI/HARIYANTO

MI/HARIYANTO

MI/GRANDYOS ZAFNA